tgs frtoks

32
1. Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan menganggu fungsi dan reproduksi selular. Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi setempat dan dapat diatasi dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi. Kemoterapi mungkin dikombinasi dengan pembedahan atau radiasi, atau kedua-duanya, untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi., untuk merusak semua sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi, atau untuk mengobati beberapa bentuk leukimia ( Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2002: 333). Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat- zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat proliferasi sel- sel kanker dan diberikan secara sistematik. Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja sel (Munir, 2005). 2. Tujuan kemoterapi Kemoterapi mempunyai tujuan akhir yaitu penyembuhan pasien dan untuk jangka panjang berupa perpanjangan hidup yang bebas dari penyakit.

Upload: ulhy-firstyanti

Post on 07-Feb-2016

82 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jjjjj

TRANSCRIPT

Page 1: Tgs Frtoks

1. Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk

membunuh sel-sel tumor dengan menganggu fungsi dan reproduksi selular.

Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada

lesi setempat dan dapat diatasi dan dapat diatasi dengan pembedahan atau

radiasi. Kemoterapi mungkin dikombinasi dengan pembedahan atau radiasi,

atau kedua-duanya, untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi., untuk

merusak semua sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi, atau untuk

mengobati beberapa bentuk leukimia ( Smeltzer, Suzanne C & Brenda G.

Bare. 2002: 333).

Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan

obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel

kanker. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan

memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau

menghambat proliferasi sel-sel kanker dan diberikan secara sistematik.

Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja sel (Munir, 2005).

2. Tujuan kemoterapi

Kemoterapi mempunyai tujuan akhir yaitu penyembuhan pasien dan untuk

jangka panjang berupa perpanjangan hidup yang bebas dari penyakit.

Penyembuhan memerluan penumpasan setiap sel kanker. Jika kesembuhan

tidak diperoleh, yujuan hanya sebatas palatif (yaitu, bebas gejala dan

menghindarkan intoksikasi yang membahayakan jiwa), sehingga

memungkinkan seseorang mempertahankna hidup secara normal. Dalam hal

ini, massa sel kanker semula dikurangi dengan cara bedah dan atau radiasi,

diikuti dengan kemoterapi, imunoterapi atau kombinasi berbagai jenis

pengobatan tersebut (Mycek, Mary J, dkk. 2001: 378-379).

Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan, pengontrolan, paliatif) harus

realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang dugunakan

dan keagresifan dari rencana pengobatan ( Smeltzer, Suzanne C & Brenda G.

Bare. 2002: 333)

Page 2: Tgs Frtoks

3. Masalah yang berhubungan dengan kemoterapi

Obat-obat kanker merupakan toksin yang memberikan bahan yang letal

untuk sel. Karen aitu, tidak heran bahwa sel-sel yang bersangkutan akan

memberikan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari toksisitas kimia

termasuk obat-obat kemoterapi:

a) Resistensi

Beberapa sel neoplasma, misalnya, melanoma dapat resisten terhadap

berbagai obat antikanker secra turunan. Tipe tumor lain secara terpilih akna

aatau mendapatkan resistensi terhadap efek sitotoksik medikasi, terutama

sesudah pengobatan jangka dari dosis obat rendah. Perkembangan resistensi

obat berkurang jika terapi jangka pendek, intensif, berkala intermiten dengan

kombinasi obat. Kombinasi obat juga efektif terhadap sel-sel resistensi

berbagai jenis dalam populasi tumor. Sejumlah mekanisme bertanggung jawab

terhadap resistensi obat; masing-masing akan dibicarakan secra terpisah dalam

pembicaraan obat-obat

b) Resistensi terhadap obat

Seleksi berjenjang dari gen yang menetapkan protein transmembran (P-

glikoprotein untuk glikoprotein “ permeabilitas” ) bertanggung jawab untuk

resistensi berbagai obat. Resistensi disebabkna oleh pompa yang bergantung

ATP dari obat keluar sel, ada kaitan dengan P-glikoprotein. Resistensi silang

diantaranya beberapa obat yang secara struktual tidak berhubungan dapat

terjadi. Misalnya sel ristensi terhadap efek sitotoksik vinka alkaloid juga

resistensi dengan daktinomisin.

c) Toksisitas

Terapi ditujukan untuk membunuh secara cepat sel-sel proliferasi dan juga

mempengaruhi sel-sel normal yang sedang berploferasi cepat, misalnya

mukosa bukal, sumsum tulang, mukosa pencernaan (GI) dan sel-sel rambut

ikut memperlihatkan intoksitasi kemoterapi.

d) Tumor-tumor akibat pengobatan

Karena kebanyakan obat antineoplasma bersifat mutagen, neoplasma

(misal leukiminonlimfositik akut) dapat terjadi 10 tahun atau lebih setelah

Page 3: Tgs Frtoks

kanker asli sembuh. Neoplasma akibat pengobatan merupakan masalah setelah

pengobatan terapi dengan alkilator (Mycek, Mary J, dkk. 2001: 381-383).

4. Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker.

Menurut Munir (2005), sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang

digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang

berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka

semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya

semakin lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin rendah , hal ini

disebut Kemoresisten. Kemoterapi bekerja dengan cara:

1. Merusak DNA dari sel-sel yang membelah dengan cepat, yang

dideteksi oleh jalur p53/Rb, sehingga memicu apoptosis

2. Merusak aparatus spindel sel, mencegah kejadian pembelahan sel.

3. Menghambat sintesis DNA

5. Efek samping kemoterapi (Herdata, 2008)

Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal

yang membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada

traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi

sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro

intestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna.

Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan  rambut.

Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sumsum tulang,

folikel rambut, mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat

sitostatika. Untungnya sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel normal,

sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih

cepat pulih dari pada sel kanker.

Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas

terhadap jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru

berupa kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan  ginjal lebih sering

terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan

neurologi juga merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi.

Page 4: Tgs Frtoks

Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi

tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas

permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan

(kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik

penderita. Untuk menentukan keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah

keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik, koma,

asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status

gizi, status hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain

sebagainya.

Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif

tinggi, pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ

penting) maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek

samping terhadap organ tersebut lebih minimal. Intensitas efek samping

tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis

kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda

walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga

mempunyai pengaruh bermakna. Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :

1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap

organ tubuh tertentu.

2. Dosis.

3. Jadwal pemberian.

4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).

5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek

toksisitas pada organ tertentu.

Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :

1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul

dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.

Page 5: Tgs Frtoks

2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul

dalam beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia

dan stomatitis.

3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang

timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,

neuropati.

4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang

timbul dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.

Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat

kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel

sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping

kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah

dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan

atau beberapa waktu setelah pengobatan.

Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala

gastrointestinal, supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala

gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi,

faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang

beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24

jam.

Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel

darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah

(anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat

terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera,

penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari

ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar

laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian

penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu

Page 6: Tgs Frtoks

kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian

naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam.

Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat

mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi

pada traktus gastrointestinal.

Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai

pada kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting

adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal,

kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan

hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker

baru.

Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit

diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis

paru umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan

pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir

dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif

kecil dan lebih mudah diatasi.

Kemoterapi dapat mempengaruhi sel normal di lambung, sel lambung

ini kemudian mengirim sinyal ke ” pusat muntah” di otak, karena sinyal ini

direspon berbeda sehingga memicu mual dan muntah. Ada kala kemoterapi

akan langsung bekerja di “pusat muntah” di otak. Mekanisme ini juga akan

memicu mual dan muntah.

6. Prinsip pemberian kemoterapi:

a) Kombinasi kemoterpi jauh lebih superior dan pada kemoterapi agen tunggal

b) Remisi yang total adalah keharusan minimum untuk penyembuhan dan

lintasan jangka panjang.

Page 7: Tgs Frtoks

c) Pengobatan pertama yang tuntas yang dapat memberi kesempatan yang

terbaik untuk memperoleh manfaat yang berarti, maka dari itu terapi

pertama harus dapat memberikan manfaat yang maksimal

d) Dosis maksimum obat yang digunakan untuk memusnahkna sel-sel tumor

dengan maksimal. Penurunan dosis mengurangi toksisitas adalah seperti

“killing the patients with kindness”, ( membunuh pasien dengan kasih).

e) Kemoterapi neo-adjuvan (pemberi kemoterapi sebelum pembedahan) selalu

dianjurkan untuk pengobatan kanker tertentu, seperti kanker payudara

(Handayani, Gemy Nastity. 2011: 179).

7. Terapi farmakologi

Obat-obat antelmintik (anti cacing: anthelmintic) digunakan untuk untuk

membasmi (mengeradikasi) atau mengurangi jumlah parasit-parasit cacing

(helmint) dalam saluran atau jaringan intestinal dalam tubuh (Katzung. 2004:

259).

Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu matoda,

trematoda, dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik

ditujukan pada target metabolic yang terdapat dalam parasite tetapi tidak

mempengaruhi atau berfungsi lain untuk pejamu. (Mycek. 2001: 363).

Obat-Obat Untuk Pengobatan Nematoda

1.    Mebendazol

Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas spektrumnya.Obat ini

tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan

terbuka (Ganirwarna, 1995).Mebendazol adalah obat cacing yang efektif terhadap

cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina.Trichuris vulpis,

Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia pisiformis, Taenia

hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis hydatigena (Tennant,

2002).Senyawa ini merupakan turunan benzimidazol, obat ini berefek pada

hambatan pemasukan glukosa ke dalam cacing secara ireversibel sehingga terjadi

Page 8: Tgs Frtoks

pengosongan glikogen dalam cacing.Mebendazol juga dapat menyebabkan

kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing

(Ganirwarna, 1995). Nama kimia mebendazole yaitu methyl [(5-benzoyl-3H-

benzoimidazol-2-yl)amino]formate. Rumus kimia : C16H13N3O3

Farmakokinetika

Mebendazol tidak larut dalam iar dan rasanya enak.Pada pemberian oral

absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang rendah yang

disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan mengalami first pass hepatic

metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin dalam bentuk yang utuh dan

metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu 48 jam. Absorbsi mebendazol

akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak (Ganirwarna, 1995).

Efek Nonterapi dan Kontraindikasi

Mebendazol tidak menyebabkan efek toksik sistemik mungkin karena

absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan anemia

maupun malnutrisi.Efek samping yang kadang-kadang timbul berupa diare dan

sakit perut ringan yang bersifat sementara.Dari studi toksikologi obat ini memiliki

batas keamanan yang lebar.Tetapi pemberian dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB

pada tikus hamil memperlihatkan efek embriotoksik dan teratogenik (Ganirwarna,

1995).

2. pirantel pamoat

Pirantel pamoat bersamaan mebendazole bermanfaat dalam pengobatan

cacing bulat, cacing kremi dan cacing tambang. Pirantel apmoat sulit diabsorbsi

oral dan memberikan efek dalam saluran pencernaan. Obat ini bekerja sebagai

penghambat depolarisasi neuromuskular parasit, menyebabkan reseptor nikotinik

mendapat pacu yang kontinu. Cacing menjadi lumpuh dan dikeluarkan dari

saluran pencernaan pejamu. Efek samping bersifat ringan termasuk mual, muntah

dan diare Mycek. 2001: 364). Selain itu pirantel pamoat bekerja dengan

Page 9: Tgs Frtoks

menimbulkan depolarisasi neuromuskuler sehingga menimbulkan paralisis spastik

cacing ( Theodorus. 1996 :220)

Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing

yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh,

cacing akan segera mati. Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut

kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007).

Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis

biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB.Walaupun demikian,

dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250 mg/ml) atau

tablet (125 mg /tablet).Bagi orang yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya,

membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4

tablet pirantel (125 mg) sekali minum.Nama dagang pirantel pamoat yang beredar

di Indonesia bermacam-macam, ada Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dan lain-

lain (MIMS,1998) .

3.    Tiabendazol

Tiabendazol adalah suatu benzimidazol sintetik yang berbeda, efektif terhadap

strongilodiasis yang disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing benang), larva

migrans pada kuliat (atau erupsi menjalar) dan tahap awal trikinosis (disebabkan

Trichinella spinalis).Obat juga menganggu agregasi mikrotubular. Meskipun

hamper tidak larut dalam air, obat mudah diabsorbsi pada pemberian per oral.

Obar dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine. Efek samping yang

dijum[pai ialah pusing, tidak mau makan, mual dan muntah. Terrdapat beberapa

laporan tentang gejala SSP. Diantara kasus eritema multiforme dan sindrom

Stevens Johnson yang dilaporkan akibat tiabendazol, terdapat beberapa kematian.

(Mycek. 2001: 364)

4.    Invermektin

Page 10: Tgs Frtoks

Invermektin adalah obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis (buta

sungai) disebabkan Onchocerca volvulus dan terbukti pula efektif untuk

scabies.Ivermektin bekerja pada reseptor GABA (asam ɣ-amionobutirat)

parasite.Aliran klorida dipacu keluar dan terjadi hiperpolarisasi, menyebabkan

paralisis cacing.Obat diberikan oral.Tidak menembus sawar darah otak dan tidak

memberikan efek farmakologik.Namun, tidak boleh diberikan pada pasien

meningitis karena sawar tak darah lebih permiabel dan terjadi pengaruh SSP.

Ivermektin juga tidak boleh untuk orang hamil.Tidak boleh untuk pasien

yangmenggunakan benzodiasepin atau barbiturate – obat bekerja pada reseptor

GABA. Pembunuhan mikrofilia dapat menyebabkan reaksi seperti ’’Mozatti’’

(demam, sakit kepala, pusing, somnolen, hipotensi dan sebagainya) (Mycek,

2001: 364).

Obat Untuk Pengobatan Trematoda

Trematoda merupakan cacing pipih berdaun, digolongkan sesuai jaringan yang

diinfeksi.Misalnya sebagai cacing isap hati, paru, usus atau darah.

1.    Prazikuantel

Infeksi trematoda umumnya diobati dengan prazikuantel.Obat ini merupakan obat

pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis dan infeksi cestoda seperti

sistisercosis.Permeabilitas membrane sel terhadap kalsium meningkat

menyebabkan parasite mengalami kontraktur dan paralisis.Prazikuantel mudah

diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai ke cairan serebrospinal.Kadar

yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu.Obat dimetabolisme secara oksidatif

dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh menjadi pendek. Metabolit tidak

aktif dan dikeluarkan melalui urin dan empedu (Mycek, 2001: 366)

Efek samping yang biasa termasuk mengantuk, pusing, lesu, tidak mau

makan dan gangguan pencernaan.Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita

hamil atau menyusui. Interaksi obat yangterjadi akibat peningkatan metabolisme

telah dilaporkan jika diberikan bersamaan deksametason, fenitoin, dan

Page 11: Tgs Frtoks

karbamazepin, simetidin yang dikenal menghambat isozim sitokrom P-450,

menyebabkan peningkatan kadar prazikuantel. Prazikuantel tidak boleh diberikan

untuk mengobati sistiserkosis mata karena penghancuran organisme dalam mata

dapat merusak mata (Mycek. 2001: 364;366).

   Obat Untuk Pengobatan Cestoda

Cestoda atau cacing pita, bertubuh pipih, bersegmen dan melekat pada

usus pejamu.Sama dengan trematoda, cacing pita tidak mempunyai mulut dan

usus selama siklusnya.

1.    Niklosamid

Niklosamid adalah obat pilihan untuk infeksi cestoda (cacing pita) pada

umumnya.Kerjanya menghambat fosforilasi anaerob mitokondria parasite

terhadap ADP yang menghasilkan energy untuk pembentukan ATP.Obat

membunuh skoleks dan segmen cestoda tetapi tidak telur-telurnya.Laksan

diberikan sebelum pemberian niklosamid oral. Ini berguna untuk membersihkan

usus dari segmen-segmen cacing yang mati agar tidak terjadi digesti dan

pelepasan telur yang dapat menjadi sistiserkosisi. Alcohol harus dilarang selama

satu hari ketika niklosamid diberikan (Mycek. 2001: 366)

Page 12: Tgs Frtoks

Karakteristik dan terapi untuk infeksi nematoda yang sering ditemukan

Pemberian obat-obat antelmintik

Obat-obat oral harus diminum dengan air pada saat sedang atau sesudah

makan, kecuali jika diindikasikan lain. Dalam tindak lanjut pascapengobatan

untuk infeksi-infeksi nematoda usus, feses harus diperiksa ulang sekitar dua

minggu setelah berakhirnya pengobatan.

Dosis untuk Anak

Dosis untuk bayi dan anak berada pada basis yang kurang aman

dibandingkan dengan basis pada orang dewasa. Jika tidak diberikan pada dosis

mg/kg berat badan (atau disfesikasikan), dosis dapat didasarkan pada luas

permukaan tubuh atau dihitung sebagai pembagian dosis dewasa berdasarkan

hukum Clark atau Hukum Young.

Kontraindikasi

Page 13: Tgs Frtoks

Kehamilan dan ulkus saluran cerna merupakan kontraindikasi untuk

sebagian besar obat-obat yang tedaftar.

a) ALBENDAZOLE

Albendazole, suatu antelmintik oral berspektrum luas, merupakan obat

pilihan dan telah diakui di Amerika Serikat untuk pengobatan penyakit hydatid

dan cysticercosis. Obat ini juga merupakan obat utama untuk pengobatan

infeksi pinworm, ascariasis, trichuriasis, strogyloidiasis, dan infeksi-infeksi

yang disebabkan oleh kedua spesies cacing tambang (hookworn). Namun

albendazole tidak dikategorikan untuk kondisi-kondisi ini.

1) Kerja antelmintik

Albendazole dan metabolitnya, albendazole sulfoxide, diperkirakan

bekerja dengan jalan menghambat snintesis mikrotubulus dalam nematoda, dan

dengan demikian mengurangi ambilan glukosa secara ireversible. Akibatnya,

parasit-parasit usus dilumpuhkan atau mati perlahan-lahan. Pembersihan mereka

dari saluran cerna belum dapat menyeluruh hingga beberapa hari setelah

pengobatan. Obat ini juga memiliki efek larvicid (membunuh larva) pada penyakit

hydatid, cysticercosis, ascariasis, dan infeksi cacing tambang serta efek ovicid

(membunuh telur) pada ascariasis, ancylostomiasis, dan trichuriasis (Katzung.

2004: 259-262).

Albendazole terutama dianjurkan pada echinococciosis (cacing pita

anjing). Resorbsinya dari usus buruk, tetapi masih lebih baik daripada

mebendazole. Di dalam hati, zat ini segera diubah menjadi sulfoksidannya, yang

disekresikan melalui empedu dan urin (Tjay, Tan Hoan. 2006: 203).

2) Efek farmakologis

Albendazole tidak mempunyai efek farmakologis pada manusia. Obat ini

(yang bersifat teratogenik dan embriotoksik pada beberapa spesies hewan) tidak

diketahui tingkat keamanannya pada wanita hamil.

3) Penggunaan klinis

Page 14: Tgs Frtoks

Albendazole diberikan pada saat perut kosong untuk penanganan parasit-

parasit intraluminal. Namun untuk penanganan terhadap parasit-parasit jaringan,

obat ini harus diberikan bersama dengan makanan berlemak.

a. Ascariasis, trichuriasis, serfta infeksi-infeksi cacing tambang dan

pinworm

Untuk infeksi-infeksi pinworm, ancylostomiasis, dan ascariasis ringan,

necatoriasis, atau tricuariasis, pengobatan untuk orang dewasa dan anak-anak

diatas usia dua tahun adalah dosis tunggal 400 mg secara oral. Untuk infeksi

pinworm, dosis harus diulang selama dua minggu. Tindakan ini menghasilkan

tercapainya angka kesembuhan 100% dalam infeksi pinworm dan angka

kesembuhan tinggi untuk infeksi-infeksi lain, atau pengurangan besar terhadap

jumlah telur bagi yang tidak tersembuhkan. Untuk mencapai angka kesembuhan

tinggi dalam ascariasis atau untuk mengurangi jumlah cacing sevara memuaskan

untuk meringankan necatoriasis berat, ulangi pemberian 400 mg/hari dalam 2-3

hari.

b. Strongyloidiasis

Sasaran pengobatan dalam strongyloidiasis adalah kesembuhan. Efikasi

albendazole adalah sebesar 38% setelah pemberian 400 mg/hari selama tiga hari.

Dapat dicoba memberikan 400 mg dua kali sehari selama 7-14 hari ( dengan

makanan berlemak).

c. Penyakit hydatid

Dalam pengobatan medis, albendazole dan mebendazole telah digunakan

karena keduanya efektif terhadap membran germinal dan scoleces, sementara

praziquanted hanya aktif terhadap scoleces. Pengobatan terpilih adalah

albendazole 400 mg dua kali sehari dengan makanan selama 3 bulan;

mebendazole tidak lagi digunakan. Pengobatan kemungkinan perlu dilanjutkan,

tergantung pad ahasil klinis. Kista tulang dapat memerlukan hingga satu tahun

pengobatan. Apabila pasien menjalani pembedahan, dua obat diberikan secra

preoperatif selama satu bulan untuk mengurangi risiko kekambuhan yang

diakibatkan oleh melubernya ciran kista: albendazole (400 mg dua kali sehari) dan

praziquanted (25 mg sekali sehari). Setelah pembedahan, albendazole harus terus

Page 15: Tgs Frtoks

diberikan selama satu bulan. Perlu tidaknya praziquanted turut disertakan

tergantung pada evaluasi. Durasi pengobatan untuk infeksi E multilocularis tidak

ditetapkan, namun kemungkinan lima tahun selama masa hidup (Katzung. 2004:

262-263).

d. Neurocysticercosis

Pengobatan medis umumnya condong pada pembedahan paling efektif

untuk kista parenkimal, kurang efektif untuk kista intraventrikuler, subarakhnoid,

atau racemose, dan kemungkinan tidak memiliki efek terhadap kista yang

menunjukkan tanda-tanda pembesaran atau pengapuran. Sekalipun albendazole

dan prazikuantel sama-sama efektif dalam pengobatan dengan albendazole

menjadi obat pilihan atas alasan-alasan: (1) massa pengobatan dengan albendazole

(satu minggu) lebih pendek dibandingkan dengan praziquantel (dua minggu); (2)

harga albendazole lebih murah; (3) pemberian albendazole bersama dengan suatu

steroid (untuk menangani peradangan) menghasilkan peningkatan penyerapan

albendazole sementara pemberian praziquantel bersama dengan suatu steroid

menurunkan kadar plasma praziquantel secara drastis; (4) albendazole dapat

menembus rongga arakhnoid lebih baik dibandingkan dengan praziquantel.

Pendekatan yang dianjurkan adalah pemberian sejumlah albendazole disertai

dengan steroid; jika respon tidak memadai, ikuti dengan sejumlah praziquantel.

Untuk pasien-pasien tertentu beberapa klinisi menunggu tig abulan untuk melihat

apakah kista benar-benar tela hilang. Pengobatan haru sdilaksanakan di rumah

sakit.

e. Infeksi-infeksi lain

Pada dosis 200-400 mg dua kali sehari, albendazole merupakan obat

pilihan dalam pengobatan cutaneous larva migrans (diberikan setiap hari selama

3-5 hari) dan dalam intestinal capillariasis (selama 10 hari). Dalam infeksi-infeksi

microporidial AIDS ( Enterocytozoon bieneusi dan Septata intestinalis), 400 mg

dua kali sehari selama satu bulan ditambah terapi rumatan sering ali menghasilkan

perbaikan klinis pada diare kronis tanp amelenyapkna organismenya. Pad adosis

400 mg dua kali sehari, albendazole dapat bermanfaat dalam gnathostomiasis

(selama 21 hari) dan tricinosis (selama 15 hari). Untuk gejala-gejala berat pada

Page 16: Tgs Frtoks

trinicosis, harus diberikan prednisone (selama 15 hari). Untuk gejala-gejala berat

pada trichinosis harus diberikan prednisone 40 mg/hari secara bersamaan selama

kurang lebih 3 hari, kemudian secra bertahap dihentikan.

Efek-efek yang tidak diinginkan

Saat digunakan selama 1-3 hari, albendazole hampir sepenuhnya bebas

dari efek-efek yang tidak diinginkan yang berarti. Gangguan epigastrik ringan dan

sementara, diare, sakit kepala, rasa mual, pusing, kelesuhan, insomnia merupakan

gejala-gejala yang ditimbulkan oleh obat ini pada 6% pasien. Namun pada dua

studi terkendali plasebo, munculnya efek yang tidak diinginkan adalah sama

dalam group perawatan maupun kontrol.

Kontraindikasi dan peringatan

Hitung darah harus dilakukan setiap dua minggu selama terapi jangka

panjang. Obat ini tidak boleh digunakan selama masa kehamilan kecuali apabila

pengobatan alternatif tidak tersedia. Selain itu, obat ini juga tidak boleh diberikan

pada pasien-pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap obat-obat

benzimidazole lain. Tingkat keamanan albendazole pada anak-anak di bawah usia

2 tahun masih belum ditetapkan. Obat ini dapat dikontraindikasikan apabila

terdapat sirosis (katzung, Bertram G. 2004: 261-265).

Mebendazole

Mebendazole merupakan benzimidazole sintetis yang memiliki aktifitas

antelmintik brspektrum luas dan mempunyai tingkat kemunculan efek yang tidak

diinginkan yang rendah. (Katzung, 2004: 272).

Kerja Antelmintik dan Efek-Efek Farmakologis

Mebendazole menghalangi sintesis-mikrotubulus dalam nematoda, dan dengan

demikian menghentikan ambilan glukosa secara irreversible.Parasit-parasit

intestinal dilumpuhkan atau mati perlahan-lahan, dan pembersihannya dari saluran

gastrointestinal belum dapat terpenuhi hingga beberapa hari setelah

Page 17: Tgs Frtoks

pengobatan.Kemanjuran obat berbeda-beda, tergantung masa transit

gastrointestinal, intensitas infeksi, dikunyah/tidaknya obat, dan kemungkinan juga

dengan rantai parasit.Mebendazole membasmi cacing tambang, ascaris, dan telur-

telur trichuris (Katzung, 2004: 273)

Pada manusia, mebendazole cenderung tidak giat.Tidak ditemukan bukti

adanya teratogenesitas atau karsinogenisitas.Sekalipun demikian, pada tikus-tikus

hamil telah dijumpai aktivitas embriotoksik dan teratogenik pada dosis oral

tunggal serendah 10 mg/kg (Katzung, 2004: 273)

Penggunaan Klinis

Di Amerika Serikat, penggunaan mebendazole telah diakui untuk penanganan

ascariasis, trichuriasis, serta infeksi cacing tambang dan pinworm. Kegunaan lain

obat ini masih diselidiki. Obat ini dapat dikonsumsi sebelum dan sesudah makan;

tablet harus dikunyah sebelum ditelan.Tidak diperlukan pembersihan sebelum

ataupun sesudah pengobatan.Angka kesembuhan menurun pada pasien pengidap

hipermotilitas gastrointestinal.Untuk penanganan trichinosis dan dracontiasis, obat

harus dikonsumsi dengan makanan berlemak untuk meningkatkan absorbsi.

(Katzung, 2004: 273)

1. Pinworm

Berikan 10 mg sekaligus dan ulangi dosis dalam 2-4 minggu. Dosis yang

diberikan pada anak sama dengan orang dewasa. Angka kesembuhan berkisar

antara 90-100%. (Katzung, 2004: 273).

1. B.  Ascaris lumbricoides, Trichura trichiura, Cacing tambang, dan

Trichostrongylus

Satu dosis 100 mg dua kali sehari selama tiga hari diberikan bagi orang dewasa

dan anak diatas usia dua tahun. Pengobatan dapat diulang dalam 2-3

minggu.Angka kesembuhan untuk ascaris dan trichuriasis adalah 90-

Page 18: Tgs Frtoks

100%.Sekalipun angka kesembuhan dari kedua spesies cacing tambang lebih

rendah (70-95%), namun terdapat penurunan drastis pada muatan cacing pada

mereka yang tidak sembuh.Mebendazole secara khusus bermanfaat untuk infeksi

gabungan yang ditimbulkan oleh ketiga parasit tersebut. (Katzung, 2004: 273).

Efek-Efek yang Tidak Diinginkan

Mebendazol dosis rendah untuk terai nematoda usus selama 1-3 hari

hampir bebas dari efek yang tidak diinginkan, bahkan pada pasien-pasien yang

lemah. Rasa sebah, muntah-muntah, diare, dan nyeri perut jarang dilaporkan, dan

justru lebih sering timbul pada anak-anak yang terjangkit ascaris berat. Jarang

pula terjadi sakit kepala ringan, pusing, dan reaksi-reaksi hipersensitivitas (seperti

ruam dan urtikaria). Telah dilaporkan pula penyaluran oral atau nasal ascarid pada

balita.

Efek-efek yang tidak diinginkan tertentu yang terkait dengan pengobatan

penyakit hydatid dengan mebendazole dosis tinggi berupa: ruam, pruritus,

eosinofilia, neutropenia reversibel, nyeri otot-rangka, demam, dan nyeri akut pada

daerah kista. Beberapa temuan ini dapat disebabkan oleh kebocoran atau pecahnya

kista bersama rilis antigen. Hal-hal lain yang jarang dilaporkan adalah peradangan

lambung, batuk, abnormalitas fungsi hati sementara, alopesia, glomerulonefritis,

dan beberapa kasus agranulositosis yang dipicu obat (dengan satu kematian)

( Katzung. 2004: 274).

Kontraindikasi dan Peringatan

Pada penyakit parenkim hepatis yang parah, mebendazole dimetabolisme

dengan sangat lambat dan harus digunakan dengan hati-hati. Obat ini

dikontraindikasikan untuk trimester pertama dalam kehamilan; obat-obat alternatif

lebih dipilih untuk tahap lanjut dalam kehamilan. Mebendazole harus diberikan

dengan hati-hati pada anak-anak dibawah usia dua tahn karen aterbatasnya

pengalaman dan adanya sedikit laporan mengenai timbulnya konvulsi pada

kelompok usia ini. Penggunaan bersama carbamazepine atau phenytoin dapat

Page 19: Tgs Frtoks

menurunkan kadar plasma dan efektivitas mebendazol; penggunaan bersama

cimetidine dapat meningkatkan kadar plasma. Dalam terapi penyakit hydatid

dengan dosis tinggi, hitung darah lengkap harus dilakukan setiap minggu

(Katzung.2004: 274-275)

Pirantel Pamoate

Pirantel Pamoate merupakan anthelmentik berspektrum luas yang sangat efektif

untuk penanganan infeksi-infeksi pinworm dan ascaris.Obat ini cukup efektif

terhadap kedua spesies cacing tambang, namun tidak seberapa untuk N.

americanus.Obat ini tidak efektif dalam trichuriasis atau strongyloidiasis.Oxantel

pamoate, suatu analog dari pirantel, telah berhasil digunakan dalam pengobatan

trichuriasis, kedua obat tersebut telah dikombinasikan atas dasar aktivitas

antelmentik mereka yang berspektrum luas. (Katzung, 2004: 286)

Kerja Antelmentik dan Efek-Efek Farmakologis

Pirantel efektif terhadap wujud dewasa ataupun imatur dari helminth yang rentan

dalam saluran intestinalObat ini merupakan agen penyekat neuromuscular yang

sifatnya mendepolarisasi, sehingga menimbulkan rilis acetylcholine dan

penghambatan cholinesterase, hal ini menyebabkan stimulasi reseptor-reseptor

ganglionik dan pelumpuhan cacing-cacing yang diikuti dengan pembuangan dari

saluran intestinal manusia. (Katzung, 2004: 286)

Penggunaan Klinis

Dosis standar adalah 11 mg (base)/kg (maksimum 1 g), diberikan dengan atau

tanpa makanan.

1. Enterobius vermicularis

Pirantel diberikan sebagai dosis tunggal dan diulang dalam 2 dan 4 minggu.

(Katzung, 2004)

Page 20: Tgs Frtoks

1. Ascaris lumbricoides

Pirantel diberikan sebagai dosis tunggal.Pengobatan harus dilanjutkan apabila

masih dijumpai telur-telur dua minggu sesudahnya. (Katzung, 2004: 287)

Efek yang Tidak Diinginkan; Kontraindikasi, dan Peringatan

Efek-efek yang tidak diinginkan yang timbul pada 4-20% pasien adalah

jarang; ringan dan sementara. Reaksi-reaksi ini meliputi rasa mual, muntah-

muntah, diare, kram perut, pusing, berkurangnya kesadaran, sakit kepala,

insomnia, ruam, demam, dan rasa lemah. Tidak dilaporkan adanya efek-efek

penting pada fungsi hati, ginjal, atau hematologi ((Katzung, 2004: 287).

Thiabendazole

Thiabendazole merupakan obat alternatif untuk pengobatan strongyloidiasis dan

cutaneous larva migrans.Boleh juga dicoba untuk trichinosis dan visceral larva

migrans apabila tidak tersedia obat yang efektif.Obat ini tidak seharusnya

digunakan untuk mengobati infeksi-infeksi pinworm, ascaris, trichuris, atau

cacing tambang, kecuali apabila tidak tersedia obat pilihan yang lebih aman.

(Katzung, 2004: 288)

Kerja antelmintik dan efek-efek farmakologis

Sifat antiperadangan thiabendazole bisa jadi penting menyangkut kemampuannya

menyembuhkan gejala-gejala dalam beberapa penyakit parasit, khususnya

dracontiasis.Obat ini juga memiliki efek-efek imunomodulasi yang menunjukkan

pada fungsi sel T – tampaknya, thiabendazole merupakan agen imunorestoratif

yang menunjukkan imunopotensiasi maksimum pada individu yang tersupresi

imunnya.Thiabendazole juga mempunyai kerja skabisid, antijamur ringan, dan

antipiretik.Obat ini tampaknya bebas efek-efek karsinogenik dan mutagenik.Kerja

vermisid thiabendazole kemungkinan merupakan hasil pengaruh terhadap agregasi

Page 21: Tgs Frtoks

mikrotubulus yang bekerja melalui penghambatan enzim fumarate reductase.Obat

ini mempunyai efek-efek ovisid terhadap beberapa parasit.(Katzung, 2004: 288).

Penggunaan klinis

Dosis standar 25 mg/kg (maksimum 1,5 g) dua kali sehari harus diberikan sesudah

makan. Jika digunakan formulasi tablet, maka harus dikunyah baik-baik.

(Katzung, 2004: 288)