tetes telinga

11
BAB II ISI A. PENGERTIAN SEDIAAN OBAT TETES TELINGA Sedian obat tetes atau biasa juga di sebut dengan “Guttae” adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi. Dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam Farmakope Indonesia. Obat tetes digunakan dengan cara meneteskan ke dalam minuman atau makanan. Macam – Macam Obat tetes 1. Tetes telinga (Guttae Auriculares) 2. Tetes hidung (Guttae Nasales) 3. Tetes mata (Guttae Ophthalmicae) 4. Tetes mulut (Guttae Oris) Defenisi Obat Tetes Telinga 1. DefInisi obat tetes telinga menurut FI edisi III , hal 10 Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. 2. DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi IV, hal 15 Larutan otik (tetes telinga) adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar. 3. DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi IV, hal 18

Upload: intan-r-maharani

Post on 17-Feb-2016

169 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Sedian obat tetes atau biasa juga di sebut dengan “Guttae” adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi. Dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam Farmakope Indonesia. Obat tetes digunakan dengan cara meneteskan ke dalam minuman atau makanan.Defenisi Obat Tetes Telinga1. DefInisi obat tetes telinga menurut FI edisi III , hal 10Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.2. DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi IV, hal 15Larutan otik (tetes telinga) adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar.3. DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi IV, hal 18Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. (FI IV, hal 18)4. DefInisi obat tetes menurut The Pharmaceutical Codex, hal 158Tetes telinga adalah larutan, suspensi, atau emulsi dari satu atau lebih zat aktif dalam air, dilarutkan dalam etanol, gliserin, propilenglikol, atau pembawa lain yang cocok.

TRANSCRIPT

Page 1: TETES TELINGA

BAB II

ISI

A. PENGERTIAN SEDIAAN OBAT TETES TELINGA

Sedian obat tetes atau biasa juga di sebut dengan “Guttae” adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi. Dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam Farmakope Indonesia. Obat tetes digunakan dengan cara meneteskan ke dalam minuman atau makanan.

Macam – Macam Obat tetes1. Tetes telinga (Guttae Auriculares)2. Tetes hidung (Guttae Nasales)3. Tetes mata (Guttae Ophthalmicae)4. Tetes mulut (Guttae Oris)

Defenisi Obat Tetes Telinga1. DefInisi obat tetes telinga menurut FI edisi III , hal 10

Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.

2. DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi  IV, hal 15

Larutan otik (tetes telinga) adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar.

3. DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi  IV, hal 18

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. (FI IV,  hal 18)

4. DefInisi obat tetes menurut The Pharmaceutical Codex, hal 158

Tetes telinga adalah larutan, suspensi, atau emulsi dari satu atau lebih zat aktif dalam air, dilarutkan dalam etanol, gliserin, propilenglikol, atau pembawa lain yang cocok.

Tetes telinga merupakan cairan untuk pengobatan saluran pendengaran eksternal dan kadang-kadang telinga tengah serta kebanyakan memiliki efek lokal. Tetes telinga umumnya berbentuk larutan, emulsi atau suspensi dari satu atau lebih zat aktif dalam cairan yang cocok

Page 2: TETES TELINGA

untuk penggunaan pada meatus auditori (rongga telinga) tanpa  tekanan berbahaya pada gendang telinga namun pada pembuatan guttae auriculares, biasanya bentuk yang paling sering digunakan adalah bentuk larutan. Bagian luar telinga yang tertutup kulit, mudah terkena kondisi dermatologi, maka guttae auriculares paling banyak berbentuk larutan.

Tetes telinga mengandung cairan pembawa, bila tidak dinyatakan lain cairan pembawa yang digunakan bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus memiliki kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga, biasanya berupa gliserin dan propilenglikol. Selain itu bisa juga menggunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak nabati. Tetes telinga juga mengandung zat aditif seperti pengawet, antioksidan, buffer, agen viskositas, atau surfaktan. Antioksidan seperti natrium disulfida dan penstabil lainnnya juga dimasukkan dalam formulasi obat telinga jika dibutuhkan.

Sediaan untuk tetes telinga

1. Sediaan untuk menghilangkan serumen

Serumen adalah kombinasi sekresi keringat dari kelenjar sebaseous dan kanal eksternal auditori. Sekresi ini jika mengering akan membentuk masa semisolida lengket dan dapat mengikat sel epithelial, rambut rontok, debu dan benda asing lainnya yang masuk ke dalam liang telinga. Akumulasi serumen secara berlebihan dalam telinga dapat menyebabkan rasa gatal, nyeri, dan mengganggu pendengaran, jika tidak di keluarkan secara periodic, maka serumen dapat mengeras dan menghilangkannya akan lebih sulit serta menimbulkan rasa sakit.

Untuk melunakkan serumen yang sudah memadat digunakan minyak mineral ringan, minyak nabati, dan hydrogen peroksida. Saat ini digunakan larutan surfaktan sintetik. Salah satu dari agen ini adalah kondensat trietanol amin polipeptida oleat, yang secara komersial diformulasi dengan pembawa propilen glikol, digunakan untuk emulsifikasi serumen untuk mempermudah pengeluarannya.

Sediaan lainnya adalah karbamida peroksida (6,5%) dalam campuran gliserin, propilen glikol, dan asam sitrat. Pada saat berkontak dengan serumen, karbamida peroksida melepas oksigen yang merusak integritas dari wax serumen yang memadat, sehingga mudah dihilangkan.

2. Sediaan antiseptic

Agen antiseptik sering digunakan untuk pengobatan penyakit kanal eksternal telinga. Beberapa antiseptik biasa digunakan untuk profilaksis pembedahan telinga. Sediaan antiseptik etologi dipasarkan hanya sebagai larutan asam asetat (cuka). Sedian asam asetat (biasanya larutan 2-5%) menunjukkan aktivitas antibakteri dan antijamur. Sangat  bermanfaat untuk P. Aeruginosa, Staphilooccus, b-hemolitic streptococci, candida spesies, dan Aspergillus. Tidak ada mikroorganisme yang resisten terhadap sediaan ini. Larutan asam asetat pada telinga luar

Page 3: TETES TELINGA

biasanya dapat ditoleransi dan nonsensitisasi, hanya instalasi ke dalam jaringan telinga tengah dapat menimbulkan rasa nyeri.

 Larutan asam asetat dapat dikombinasi dengan aluminium asetat atau senyawa steroid karena bersifat antiinflamasi dan antipruritik. Ada kecenderungan larutan asam asetat menginduksi lapisan keratin yang akan meningkatkan jaringan mati dalam liang selnya. Hal ini akan mempengaruhi infeksi dan memperlambat proses penyembuhan.

Antiseptik umum, seperti povidon iodine, klorheksidin glukonat, dan heksakhlorofen dapat digunakan ototopikal untuk profilaksis pembedahan. Paling umum digunakan adalah povidon jodium karena spectrum aktivitasnya lebar terhadap mikroflora, mikrozoa, dan virus. Selama profilaksis pembedahan, antiseptik harus di cegah jangan sampai memasuki telinga tengah karena menghambat migrasi fibrolast selama proses penyembuhan

3. Sediaan antijamur

Kebanyakan infeksi otomikotok adalah konsekuensi dari pengobatan dengan antibiotika. Dengan cara pembersihan kanal eksternal telinga dan menghentikan pengobatan (dengan antibiotika), biasanya cukup untuk menghilangkan infeksi.

4. Sediaan tetes antimikrobaSediaan satu kelompok, obat tetes antimikroba otik paling banyak diminta dokter melalui

resep. Kebanyakan sediaan ini mengandung campuran antibiotika yang dikombinasikan dengan agens steroid.

Untuk aktivitas bakterisid dapat ditambahkan asam asetat atau suatau alkohol. Beberapa dari sediaan ini mengandung asam asetat sebagai agen antibakteri utama. Kebanyakan  formulasi untuk sediaan ini mempunyai pH rendah antara 3-5, sama dengan kenal eksternal telingan normal.5. Sediaan serbuk

Sediaan serbuk sudah digunakan sejak lama dalam pengobatan otologi. Pada awalnya digunakan dalam bentuk serbuk tabor untuk pengobatan otitis kronis. Terutamanya berguna untuk rongga mastoid. Berbeda dengan sediaan otik lainnya. Serbuk tidak bisa menyebabkan nyeri pada waktu pemberian. Untuk instilasi (pemasukan) obat serbuk dapat digunakan suatu alat ‘in sulfator’ ke dalam kanal eksternal telinga atau rongga mastoid.sediaan antibiotika yang sesuai untuk alat insulfator antaralain,kloramfenikol-sulfanilamid-fungizone,kloramfenikol-sulfanilamida-fungizone-hidrokortison.6. Sediaan Anestetika

Agen anestetika digunakan untuk menghilangkan nyeri terkait dengan infeksi,seperti otitis eksternal,otitis media,dan miringitis gelembung (bullous).dapat pula digunakan secara local sebelum operasi,pada umumnya selama miringotomi pada pasien dengan membran timpanik tidak rusak atau utuh.

Page 4: TETES TELINGA

Kebanyakan sediaan anestetik mengandung benzokain karena benzokain diabsorbsi buruk melalui kulit sehingga terlokalisasi untuk waktu lama,hanya saja efektifitasnya sulit diramalkan.benzokain diketahui pula menjadi penyebab reaksi hipersensitivitas.

7. Sediaan Lain

Propilenglikoln adalah pembawa yang baik untuk beracam obat tetes antibiotika,menunjukkan efek dehidrasi terhadap jamur, dan meningkatkan efektifitas pengobatan antijamur lainnya.kadang-kadang menimbulkan kontak dermatitis pada saat pengunaan pada pasien.

Kortikosteroid kadang-kadang di ambahkan pada bermacam obat tetes kombinasi ototopikal untuk mengurangi inflamasi dan gatal-gatal berkaitan dengan infeksi telinga akut. Kortikosteroid dapat pula digunakan untuk pengobatan pertama dermatosis pada kanal eksternal telinga,terutama psoriasis dan dermatitis seboreika.pembuatan sediaan otik ini didasarkan pada pembuatan sediaan steril sehingga cara sterilisasi dan teknik aseptik yang di gunakan sama dengan cara sterilisasi dan tehnik aseptik untuk preparasi obat steril,seperti injeksi.

B. PREFORMULASI

Tetes telinga kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol dalam pelarut yang sesuai, mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5., dari jumlah yang tertera pada etiket.

Zat Aktifa. CHLORAMPHENICOLUM

Kloramfenikol

OH H

O2N C C CH2OH

H NHCOCHCl2

D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-p-nitrofenetil]asetamida[56-75-7]. C11H12Cl2N2O5

kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5.

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih

kelabu atau putih kekuningan; larutan peraktis netral terhadap lakmus P; stabil

dalam larutan netral atau larutan agak asam.

Page 5: TETES TELINGA

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; dalam propilenglikol, dalam

aseton dan dalam etil asetat.

pH : Antara 4,5-7,5; lakukan penetapan menggunakan suspensi dalam air 25 ml per ml.

Sterilisasi : Filtrasi

Khasiat : Antibiotik

Literatur : Farmakope Indonesia IV, Hal 189

Martindel 28, Hal 1136.

b. PROPYLENGLYCOLUMPropilen Glikol

CH3CH(OH)CH2OH

1,2-Propanadiol [57-55-6]C3H8O2

Propilen Glikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C3H8O2

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak essensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Sterilisasi : Pemanasan dalam ampul secara otoklaf atau filtrasiKhasiat : Zat pembawa, PelarutLiteratur : Farmakope Indonesia IV, Hal 712

Martindel 28, Hal 708

c. CHLORBUTANOLUM Klorobutanol Klorbutanol

1,1,1-Trikloro-2-metilpropan-2-ol hemihidrat [6001-64-5]. C4H7Cl3O.½H2OKlorobutanol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C4H7Cl3O, dihitung terhadap zat anhidrat.Pemerian : Serbuk hablur putih atau hablur tidak berwarna; mudah menyublim. Melebur pada

suhu lebih kurang 780; lakukan penetapan tanpa dikeringkan terlebih dahulu.Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam 0,6 bagian etanol, dan dalam eter; dan

sangat mudah larut dalam kloroform; larut dalam gliserol 85%.Sterilisasi : Di tunggu campuran obat sampai dingin baru di tambahkan klorbutanolKhasiat : Antibakteri dan Antifungi Literatur : Farmakope Indonesia, Hal 197,Martindel 28, Hal 1285

Page 6: TETES TELINGA

C. FORMULASI OBAT TETES TELINGAChloramphenicol Guttae Auricularis

Komposisi : Tiap 10 ml mengandungChloramphenicolum 1 gramPropylenglycolum ad 10 ml

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapatCatatan : 1. pada etiket harus juga tertera : Daluwarsa

2. Sediaan berkekuatan lain : 500 mgLiteratur : FORNAS (Formularium Nasional): hal 64.

D. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

Perhitungan dan Penimbangan

a) Perhitungan :

1. Volume yang dibuat = 10 ml x 2 botol = 20 ml2. Kloramfenikol = 20/10 x 1 gram = 2 gram + 5% = 2,1 gram3. Klorbutanol = 3/100 x 20 = 0,6 gram ( sediaan di lab 5%)4. Propylenglycolum = 20/10 x 10 ml = 20 ml

Ket : Klorbutanol 0,6 gram = 0,6 gram/5 gram x 100 ml = 12 ml

b) Penimbangan :

1. Kloramfenikol = 2,1 gram2. Klorbutanol = 0,6 gram3. Propylenglycolum ad 20 ml

E. CARA MEMBUAT OBAT TETES TELINGAA. Cara Sterilisasi

No Nama alat dan Bahan Cara dan waktu steril

1. Kaca arloji, pinset, spatula Flambir, 20 detik2. Beaker glass, botol tetes (2 buah),Vial, seng

vialOven 1700C, 30 menit

3. Mortir dan stamfer Bakar dengan alcohol 95%4. Gelas ukur, tutup penetes, pipet Autoklaf 1210C, 15 menit5. Karet pipet, karet vial Direbus 30 menit6. Propilenglikol Autoklaf 1210C, 15 menit

Page 7: TETES TELINGA

7. Kloramfenikol Filtrasi8. Klorbutanol Ditambahkan ketika larutan obat sudah

dingin

B. Cara Kerja

Prinsip : Aseptis1. Kaliberasi botol tetes2. Sterilisasi alat-alat dan bahan (Propilen Glikol)3. Gerus kloramfenikol dalam lumpang + alu steril ad homogen, tambahkan propilenglikol

yang sudah disterilkan dalam otoklaf 1210 C 15 menit, gerus ad homogen.4. Tambahkan klorbutanol ketika campuran obat sudah dingin5. Masukan dalam botol tetes.

Pengemasan dan Penyimpanan:

Dilakukan pengemasan primer di white area, dan dikemas dalam wadah gelas atau plastic

berukuran kecil (5-15 mL) dengan memakai alat penetes; pengemasan sekunder di black area.

Penyimpanan di tempat yang sejuk dan kering, dibawah 25 º C dan jauh dari cahaya.

F. EVALUASI OBAT TETES TELINGA a. Evaluasi Fisika

1. Organoleptik (bau, rasa, warna)

Dilakukan dengan cara melihat warna, mencium bau, dan rasa dari sediaan tetes telinga.

2. Kejernihan larutan

Masukkan sediaan ke tabung reaksi

Sinari dari atas/samping dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya dicat

hitam dan separuh dicat putih

Latar belakang hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran berwarna muda, sedangkan

latar belakang putih untuk kotoran berwarna gelap (3).

Page 8: TETES TELINGA

3. Volume terpindahkan

Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah (kapasitas

gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi)

secara hati-hati agar tidak membentuk gelembung udara

Diamkan selama tidak lebih dari 30 menit

Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran

Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan

tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket

4. Penetapan pH

Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.

5. Kebocoran

sediaan dalam kemasan diletakkan terbalik dengan ujung dibawah ketika disterilisasi akhir

Apabila wadah bocor maka isi dari wadah akan keluar