makalah tetes mata

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair). Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-menerus. Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan sediaan padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain sebagainya, sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan lain sebagainya. Salah satu bentuk sediaan cair yang sering diproduksi adalah suspensi. Sediaan suspensi dibuat jika bahan obat padat tidak dapat larut dalam pembawanya sehingga untuk mendispersikannya dalam pembawa diperlukan suspending agent. Sediaan suspensi memiliki beberapa keuntungan 1

Upload: indah-diantika

Post on 19-Jan-2016

198 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Makalah semisolid

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tetes Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari

bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara

sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat)

dan liquid (cair).

Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang

dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam

skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-

menerus. Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan

sediaan padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain

sebagainya, sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel dan masih banyak lagi.

Sedangkan untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan

lain sebagainya.

Salah satu bentuk sediaan cair yang sering diproduksi adalah suspensi. Sediaan

suspensi dibuat jika bahan obat padat tidak dapat larut dalam pembawanya sehingga

untuk mendispersikannya dalam pembawa diperlukan suspending agent. Sediaan

suspensi memiliki beberapa keuntungan antara lain absorpsinya lebih cepat

dibandingkan dengan sediaan padat sehingga memberikan efek terapi lebih cepat.

Sediaan yang ditujukan untuk mengobati penyakit mata telah ditemukan sejak

dahulu. Istilah “collyria” diberikan oleh bangsa Yunani dan Romawi terhadap bahan-

bahan yang dapat larut dalam air, susu atau putih telur yang dapat digunakan sebagai

tetes mata. Pada abad pertengahan, tetes mata digunakan untuk memperbesar (dilatasi)

pupil. Sebelm Perang Dunia II, sediaan obat mata sangat sedikit tersedia di pasaran.

Pada tahun 1950 hanya tiga sediaan obat mata yang masuk dalam US Pharmacopoeia

(USP) XIV.

1

Page 2: Makalah Tetes Mata

Sediaan obat mata biasanya dibuat pada farmasi komunitas atau farmasi rumah

sakit dengan stabilitas yang terbatas hanya untuk beberapa hari saja. Produk-produk

obat mata steril tersedia sebelum pertengahan tahun 1950-an, namun pentingnya

sterilitas untuk obat tetes mata masih belum dikenal secara resmi sampai tahun 1955

ketika panduan resmi pertama kali memasukkan persyaratan sterilitas. Saat ini, jenis-

jenis bentuk sediaan formulasi obat mata adalah mulai dari larutan yang sederhana

sampai dengan sistem penghantaran kompleks.

Ada berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan

suspensi. Namun tidak semua zat aktif dapat stabil pada air atau mudah terurai jika

disimpan dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah antibiotika

Klomramfenikol. Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril Kloramfenikol,

mengandung Kloramfenikol tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 130% dari

jumlah yang tertera pada etiket. Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan

sebagai zat aktif pada sediaan obat tetes mata steril adalah Kloramfenikol yang

mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata dan merupakan

antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik. Berdasarkan penjelasan di atas

kelompok kami ingin membuat formulasi sediaan obat tetes mata steril dalam bentuk

suspensi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

A. Tujuan Umum

1. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi sediaan

semi solid dan liquid.

2. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian

praformulasi untuk sediaan .

3. Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan suspensi untuk sediaan

tetes mata steril.

4. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan suspensi untuk

sediaan tetes mata steril.

5. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat – alat untuk

pelaksanaan praktikum.

2

Page 3: Makalah Tetes Mata

6. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan suspensi untuk

sediaan tetes mata steril.

B. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat mengikuti dan melaksanakan ketentuan praktikum.

2. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif

untuk sediaan suspensi untuk sediaan tetes mata steril.

3. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen, mutu

dan proses pembuatan sediaan suspensi untuk sediaan tetes mata steril.

4. Mahasiswa dapat menyusun desain formula pembuatan dan evaluasi

sediaan suspensi untuk sediaan tetes mata steril dari hasil pengkajian

praformulasi.

5. Mahasiswa dapat menyusun Prosedur Tetap untuk setiap bahan,

pembuatan dan evaluasi sediaan suspensi untuk sediaan tetes mata steril.

6. Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan

evaluasi sediaan suspensi untuk sediaan tetes mata steril.

7. Mahasiswa dapat menyusun laporan praktikum mengenai pembuatan

sediaan suspensi untuk sediaan tetes mata steril.

3

Page 4: Makalah Tetes Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sediaan

2.1.1 Definisi Tetes Mata (Guttae Ophthalmicae)

- Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang

digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar

kelopak mata dan bola mata. (FI III Hal. 10)

- Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan

sediaan yang dibuat dan dikemas sedekimian rupa hingga sesuai digunakan

pada mata. (FI IV Hal. 13)

- Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-

partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat

seperti yang tertera pada suspensiones. (FI IV Hal. 14)

2.1.2 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan :

- Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas

dan kemudahan penanganan.

- Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat

memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu

terdisolusinya oleh air mata sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas

dan efek terapinya.

Kerugian :

- Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka

larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur

gastrointestinal menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.

- Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler

pada retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk

mata adalah efeknya lokal atau topikal.

4

Page 5: Makalah Tetes Mata

2.1.3 Syarat sediaan tetes mata

1. Steril.

2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.

Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 – 1,4% b/v atau 0,7

– 1,5% b/v.

3. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.

4. Tidak iritan terhadap mata.

2.1.4 Pemilihan Bentuk Zat Aktif

Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut

air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang

harus diperhatikan dalam memilih garam untuk formula larutan tetes mata

yaitu:

1. Kelarutan.

2. Stabilitas.

3. pH stabilitas dan kapasitas dapar.

4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.

Sebagian besar zat aktif untuk sediaan tetes mata adalah basa lemah.

Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan

nitrat. Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya digunakan

garam natrium.

2.1.5 Formulasi

Formula umum

R/ Zat aktif

Bahan pembantu :

- Pengawet

- Pengisotonis

- Antioksidan

- Pendapar

- Peningkat viskositas

- Pensuspensi

- Surfaktan

5

Page 6: Makalah Tetes Mata

2.1.6 Teori Bahan Pembantu

a. Pengawet

Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan

mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan

obat tetes mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut :

- Bersifat bakteriostatikdan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama

terhadap Pseudomonasa aeruginosa.

- Non iritan terhadap mata.

- Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.

- Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.

- Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan

sediaan.

b. Pengisotonis

Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol

dan dapar. Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata

berdasarkan FI IV yaitu 0,6 – 2,0%.

c. Pendapar

Secara ideal, larutan obat tetes mata mempunyai pH dan isotonisitas yang

sama dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH

7,4 banyak obat yang tidak cukup larut dalam air, sebagian besar garam

alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak

obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4. Tetapi larutan tanpa

dapar antara pH 3,5 – 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang

nyaman. Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut FI IV

yaitu 3,5 – 8,5.

Syarat dapar yaitu :

- Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan.

- Konsentrasinya tidak cukup tinggi sehingga secara signifikan dapat

mengubah pH air mata.

d. Peningkat Viskositas

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat

viskositas untuk sediaan tetes mata yaitu:

6

Page 7: Makalah Tetes Mata

1. Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri.

2. Perubahan pH yang dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat

viskositas.

3. Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi

baik oleh mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelompok

mat, sulit bercampur dengan air mata atau menganggu difusi obat.

Viskositas untuk larutan tetes mata dipandang optimal jika berkisar antara

15 – 25 cps. Pemilihan bahan pengental dalam obat tetes mata didasarkan

pada, yaitu:

- Ketahanan pada saat sterilisasi.

- Kemungkinan dapat disaring.

- Stabilitas.

- Ketidakcanpuran dengan bahan-bahan lain.

e. Antioksidan

Zat aktif untuk sediaan tetes mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara.

Untuk itu kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering

digunakan adalah Na metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai

0,3%.

f. Surfaktan

Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhi berbagai

aspek:

1. Sebagai antimikroba (surfaktan golongan kationik).

2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat tetes mata dan kornea

sehingga meningkatkan aktif terapeutik zat aktif.

3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan

lakrimal, meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva

sehingga meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.

4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan

merusak kornea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima

dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.

7

Page 8: Makalah Tetes Mata

2.1.7 Metode Sterilisasi

Metode sterilisasi terutama ditentukan oleh sifat sediaan. Jika memungkinkan,

penyaringan dengan penyaring membran steril merupakan metode yang baik

jika dapat ditunjukkan bahwa pemanasan mempengaruhi stabilitas sediaan,

sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan autoklaf juga merupakan pilihan

baik. Pendaparan obat tertentu disekitar pH fisiologis dapat menyebabkan obat

tidak stabil pada suhu tinggi. Penyaringan dengan menggunakan penyaring

bakteri adalah suatu cara yang baik untuk menghindari pemanasan, namun

perlu perhatian khusus dalam pemilihan, perakitan, dan pengunaan alat-alat.

Sedapat I mungkin gunakan penyaring steril satu kali pakai. (FI IV Hal. 13)

Menurut FI III, kecuali dinyatakan lain tetes mata dibuat dengan salah satu

cara berikut:

1. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat

pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan

dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah. Tutup wadah

dan sterilkan dengan autoklaf pada suhu 115 – 116°C selama minimal 30

menit, tergantung volume cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi A).

2. Obat dilarutkan ke dalam pembawa berair yang mengandung salah satu zat

pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan

disterilkan dengan cara filtrasi (cara sterilisasi C) ke dalam wadah yang

sudah steril secara aseptik dan ke tutup rapat.

3. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah

satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan

dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup rapat,

sterilkan dengan uap air mengalir pada suhu 98 - 100°C selama minimal 30

menit tergantung volume cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi B).

2.1.8 Evaluasi Sediaan

Evaluasi Fisik

1. Uji kejernihan

2. Penentuan bobot jenis

8

Page 9: Makalah Tetes Mata

3. Penentuan pH

4. Penentuan bahan partikulat

5. Penentuan volume terpindahkan

6. Penentuan viskositas dan aliran

7. Volume sedimentasi

8. Kemampuan redispersi

9. Penentuan homogenitas

10. Penentuan distribusi ukuran partikel

Evaluasi Kimia

1. Identifikasi

2. Penetapan kadar

3. Penetapan potensi

Evaluasi Biologi

1. Uji sterilitas

2. Uji efektivitas pengawet

2.1.9 Wadah dan Penyimpanan

Saat ini wadah untuk larutan tetes mata berupa gelas telah digantikan

oleh wadah plastik fleksibel terbuat dari polietilen atau polipropilen dengan

built in dopper.

Keuntungan wadah plastik :

- Murah, ringan, relatif tidak mudah pecah.

- Mudah digunakan dan lebih tahan kontaminasi karena menggunakan built

in dopper.

- Wadah polietilen tidak tahan autoklaf sehingga disterilkan dengan radiasi

atau etilen oksida sebelum dimasukkan produk secara aseptik.

Kekurangan wadah plastik :

- Dapat menyerap pengawet dan mungkin permeabel terhadap senyawa

volatil, uap air, dan oksigen.

- Jika disimpan dalam waktu lama, dapat terjadi hilangnya pengawet, produk

menjadi kering (terutama wadah dosis tunggal) dan produk teroksidasi.

Persyaratan kompendial :

9

Page 10: Makalah Tetes Mata

- Farmakope eropa mensyaratkan wadah untuk tetes mata terbuat dari

bahan yang tidak menguraikan atau merusak sediaan akibat difusi obat

ke dalam bahan wadah atau karena wadah melepaskan zat asing ke

dalam sediaan.

- Wadah terbuat dari bahan gelas atau bahan lain yang cocok.

- Wadah sediaan dosis tunggal harus mampu menjaga sterilitas sediaan

dan aplikator sampai waktu penggunaan.

- Wadah untuk tetes mata dosis ganaplikator sampai waktu penggunaan.

- Wadah untuk tetes mata dosis ganda harus dilengkapi dengan penetes

langsung atau dengan penetes dengan penutup berulir yang steril yang

dilengkapi pipet karet.

- Penyimpanan dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume10

ml, dilengkapi dengan penetes.

Penyimpanan

- Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper-evident”. Kompatibilitas dari

komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan.

- Wadah untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang

bersatu dengan wadah atau dengan suatu tutup yang dibuat dan

disterilisasi secara terpisah.

2.1.10 Penandaan

Farmakope eropa mengkhususkan persyaratan berikut pada pelabelan sediaan

tetes mata.

Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi pengawet antimikroba

atau senyawa lain yang ditambahkan dalam pembuatan. Untuk wadah dosis

ganda harus mencantumkan batas waktu sediaan tersebut tidak boleh

digunakan lagi terhitung mulai wadah pertama kali dibuka.

Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4 minggu.

Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa dan

kondisi penyimpanan.

10

Page 11: Makalah Tetes Mata

Untuk wadah dosis tunggal, karena ukurannya kecil hanya memuat satu

indikasi bahan aktif dan kekuatan atau potensi sediaan dengan

menggunakan kode yang dianjurkan, bersama dengan persentasenya. Jika

digunakan kode pada wadah, maka pada kemasan juga harus diberi kode.

Untuk wadah sediaan dosis ganda, label harus ntuk wadah sediaan dosis

ganda, label harus menyatakan perlakuan yang harus d perlakuan yang

harus dilakukan untuk menghindarilakukan untuk menghindari kontaminasi

isi selama penggunaan.

Labelling

Label harus mencantumkan :

- Nama dan persentase zat aktif.

- Tanggal dimana sediaan tetes mata tidak layak untuk digunakan lagi.

- Kondisi penyimpanan sediaan tetes mata.

Untuk wadah dosis ganda, label harus menyatakan bahwa harus dilakukan

perwatan tertentu untuk mencegah kontaminasi isi sediaan selama

penggunaan.

2.2 Suspensi

2.2.1. Definisi Suspensi

Suspensi adalah preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi

halus dan tersebar merata dalam pembawa dimana kelarutan obatnya sangat

kecil. Menurut FI edisi III : Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan

obat padat dalam bentuk halus, tidak terlarut dan terdispersi dalam pembawa

secara halus, tidak boleh cepat mengendap, dan jika dikocok perlahan-lahan

endapan dapat terdispersi kembali, mengandung zat tambahan untuk

menjamin stabilitas serta mempumyai kekentalan yang tidak boleh terlalu

tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Menurut FI edisi IV :

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut dan

terdispersi dalam fase cair yang terdiri atas suspensi oral, topical, teres telinga,

dan suspensi optalmik.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Suspensi

11

Page 12: Makalah Tetes Mata

Keuntungan Suspensi :

- Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/kapsul

- Homogenitas tinggi

- Lebih mudah diabsorpsi dibandingkan sediaan tablet/kapsul

- Dapat menutup rasa dan bau yang tidak enak dari obat

- Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

Kerugian Suspensi :

- Kestabilan rendah

- Jika membentuk ‘caking’ akan sulit didispersi kembali sehingga

homogenitasnya turun

- Alirannya menyebabkan sukar dituang

- Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan bentuk sediaan larutan

- Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem disperse

2.2.3 Komponen Suspensi

Formula umum suspensi :

R/ Zat aktif

Bahan tambahan :

- Bahan pengsuspensi

- Bahan pembasah/humektan

- Flavoring agent

- Dapar atau acidifier

- Antioksidan

- Anticaking

- Flocculating agent

- Antibusa

- Pengawet

Pembawa : air, sirup dan lain-lain

2.2.4 Jenis-jenis Suspensi

1. Berdasarkan penggunaan :

- Suspensi oral

- Suspensi topikal

12

Page 13: Makalah Tetes Mata

- Suspensi tetes telinga

- Suspensi optalmik

2. Berdasarkan istilah

- Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air untuk oral

- Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur

- Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk topikal

3. Berdasarkan Sifat

- Suspensi Deflokulasi

- Suspensi Flokulasi

2.2.5 Persyaratan

Menurut FI IV, syarat suspensi :

1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal

2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus

mengandung zat antimikroba

3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan

4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat

Menurut FI III, syarat suspensi :

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali

3. Dapat mengandung bahan tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi

4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan

dituang

5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel

dari suspensoid tetap agak konstan untuk waktu yang lama dalam

penyimpanan

2.2.6 Evaluasi dan Stabilitas

1. Evaluasi Fisika

Distribusi ukuran partikel

Homogenitas

Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi

BJ sediaan dengan piknometer

13

Page 14: Makalah Tetes Mata

Sifat aliran dan viskositas dengan Viskometer Brookfield

Volume terpindahkan

Penetapan pH

Kadar air (untuk suspensi kering)

Penetapan waktu rekonstitusi (untuk suspensi kering)

2. Evaluasi Kimia

Keseragaman sediaan

Penetapan kadar

Identifikasi

Penetapan kapasitas penetralan asam (untuk suspensi antasida)

3. Evaluasi Biologi

Uji potensi (untuk antibiotic)

Uji batas mikroba (untuk suspensi antasida)

Uji efektivitas pengawet

14

Page 15: Makalah Tetes Mata

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Karakter umum sediaan jadi :

Mengandung partikel padat (bahan aktif) terdispersi dalam pembawa.

Mengandung pembawa.

Partikel terdispersi halus.

Mengandung suspending agent.

Mengandung bahan tambahan : pengawet dan bahan mudah tercampurkan,pendapar.

Steril

3.2 Syarat Sediaan Jadi

No Parameter Satuan Spesifikasi sediaan

yang akan dibuat

Syarat Farmakope Syarat lain

1 Kadar bahan aktif % Sesuai Farmakope 0,25% - 1 %,

tetesmatachloramphenikolmenga

ndung chloramphenicol,

tidakkurangdari 90,0 %

dantidaklebihdari 130,0 %

darijumlah yang

terterapadaetiket. (FI IV hal.

191)

2 Homogenitas Homogen Homogen

3 Kejernihan Jernih tanpa cemaran Memenuhi uji kejernihan

4 Stabilitas Stabil Stabil

5 Sterilitas Dibuat dengan cara

aseptik

Memenuhi syarat prosedur uji

menggunakan penyaringan

membran (FI IV hal, 192)

6 Isotonis Tidak pedih dimata Tidak pedih di mata

7 pengawet Tidak menganggu

bahan aktif dan sediaan

15

Page 16: Makalah Tetes Mata

8 Bau Tidak berbau Tidak berbau (FI III hal. 143)

9 Rasa Pahit Sangat pahit (FI III hal. 143)

10 Warna Jernih tidak berwarna Putih, putih kelabu, putih

kekuningan (FI III hal. 143)

11 pH Sesuai denagn pH mata Antara 7,0-7,5 (FI IV hal. 192)

12 Cara pemakaian Teteskan pada mata

yang sakit

Teteskan pada mata yang sakit

13 Wadah&penyimpa

nan

Sesuai Farmakope Dalam wadah tertutup rapat dan

disimpan dalam lemari

pendingin. Wadah atau karton

disegel untuk menjamin sterilitas

pada pemakaian pertama (FI IV

hal. 192)

3.3 Data Pengkajian Praformulasi

No Rumusan

Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah

Komponen Proses Pengawasan

Mutu

Keputusan

1. Bentuk sediaan

apa yang sesuai

untuk dibuat

sediaansteril

kloramfenikol

tetes mata?

Larutan

Suspensioptalmik

Emulsi

Penghalusan Ukuran partikel Suspensi

optalmik, karena

kolamfenikol

tidak larut

dalam air

2. Bahan pembawa

apa yang sesuai

untuk dipakai

sebagai pembawa

dalam pembuatan

kolamfenikol

tetes mata?

Aqua ProInjection

API bebas O2

API bebas CO2

Pelarutan Kelarutan Aqua pro

injection, karena

dapat

melarutkan

bahan aktif

dengan

sempurna da

merupakan zat

16

Page 17: Makalah Tetes Mata

pembawa yang

baik serta

memang

ditujukan untuk

pembuatan

larutan sejati.

3 Dosis yang dibua

tuntuk memberi

efek terapi

0,5 %

1%

Perhitungan Perhitungan

kadar bahan

aktif

0,5% aman unuk

pembuatan tetes

mata dan dapat

memberikan

efek terapeutik

4. Sediaan dibuat

obat tetes mata

steril. Dapat

tercampur dengan

konsentrasi dalam

tubuh. Dibuat

sediaan yang

bersifat dan apa

yang digunakan

Isotonis

Hipotonis

hipertonis

Pencampuran Kelarutan

Homogenitas

Stabilitas

Isotonis. Syarat

sediaan tetes

mata steril harus

berupa sediaan

yang isotonis

dengan

menambahkan

NaCl

5. Sediaan tetes

mata

kloramfenikol

dipakai berulang

sehingga mudah

ditumbuhi

mikroba

Dengan

penambahan

pengawet :

Phenylhidragrinitr

as

AcidumBoricum

Pencampuran Uji

mikrorganisme

Acidum

boricum.karena

tidak OTT pada

kloramfenikol

6. Zat / sediaan

dikhawatirkan

tidak stabil.

Sediaan tetes

mata yang stabil

NaH2PO4

Na2HPO4

Pencampuran Kelarutan

NaH2PO4 dan

Na2HPO4

sebagai dapar

agar tidak pedih

di mata pada

17

Page 18: Makalah Tetes Mata

diberi zat

pendapar agar

tidak pedih saat

digunakan

Uji

homogenitas

saat digunakan

7. Metode

pembuatan apa

yang sesuai

untuk membuat

tetes mata

kloramfenikol

agar diperoleh

hasil sterilitas

yang terbaik?

Teknik aseptic

Non aseptik

Sterilisasi

aseptis. Karena

kondisi aseptis

efektif untuk

meminimalisir

terjadinya

kontaminasi

mikroorganisme

8. Penandaan

berdasarkan

golongan obat

bermacam-

macam.

Penandaan

golongan yang

sesuai sebagai

petunjuk

penggunaan

konsumen

Karena

penggunaan

sediaan tetes

mata harus

dengan resep

dokter dan perlu

dilakkan oleh

tenaga ahli

medis.

9. Dikhawatirkan zat

tidak dapat larut

dalam air, maka

ditambahkan zat

pensuspensi

Metil selulosa

Hidroksi propil

metil selulosa

Polivinil alkohol

Pencanpuran Homogen

Metil selulosa

memiliki sifat

viskositas yang

dapat

meningkatkan

waktu kontak

dengan kornea

mata

10 Cara sterilisasi

yang sesuai Teknik aseptik

Digunakan

teknik aseptik

18

Page 19: Makalah Tetes Mata

Pemanasan Sterilisasi Uji sterilitas karena tetesmata

yang akan

dibuat adalah

dalam bentuk

suspensi.

11 Bahan aktif tidak

larut dalam

pelarut, apa yang

harus dilakukan

agar larutan jernih

Penyaringan

membran

sterilisasi Penyaringan Uji kejernihan

Penyaringan

membran perlu

dilakukan agar

sediaan bebas

dari partikel

atau bahan yang

tidak larut.

3.4 Data Praformulasi

Nama Bahan Aktif : Chloramphenicol

NO. PARAMETER DATA

1. Pemerian Hablur halus berbentuk jarumatau lempeng memanjang, warna putih kelabu

sampai kekuningan, tidak berbau, rasa sangat pahit(FI III hal. 143 )

2 Kelarutan Larut dalam ± 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95%, dalam bagian

propilen glikol, sukar larut dalam kloform eter P dan eter P ( FI III hal. 143)

3 pH Antara 4,5 dan 7,5 (FI IV hal. 188)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi teknik aseptis

6 Indikasi Antibiotikum ( FI III)

7 Dosis lazim Sekali 250 mg-500 mg. Sehari 1 g-2 g ( FI III hal. 963). 0.5 % (larutan) dan 1 %

(salep); tiap 10 ml mengandung 50 mg kloramfenikoluntuksediaantetesmata

8 Cara pemakaian Oral dan pemakaian luar

9 Sediaan lazim dan kadar

Kapsul, tetes mata, tetes telinga, salep mata

10 Wadah dan penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat ( FI IV hal.190)

19

Page 20: Makalah Tetes Mata

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : API (Aqua Pro Injeksi )

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FI IV hal. 112)

2 Kelarutan Dapat tercampur dengan pelarut polar

3 pH -

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Disterilkan tanpa penambahan bakterisida ( FI III hal. 97) atau dengan autoclave

6 Indikasi Untuk pembuatan injeksi ( FI III hal. 97)

7 Dosis lazim -

8 Cara pemakaian Sebagai pembawa dan pelarut sediaan steril

9 Sediaan lazim dan kadar

Cairan -

10 Wadah penyimpanan

Dalam wadah tertutup kedap . dalam wadah bertutup kapasberlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan ( FI III hal. 97 )

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Acidum Boricum

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam, pahit, kemudian manis (FI III hal. 49)

2 Kelarutan Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol 95% Pdan dalam 5 bagian gliserol P ( FI III hal. 49)

3 pH 3,8 sampai 4,8 (FI III hal 49)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis

6 Indikasi Sebagai pengawet atau antiseptikum ekstern ( FI III hal. 50)

20

Page 21: Makalah Tetes Mata

7 Dosis lazim 0,125%

8 Cara pemakaian Zat tambahan sebagai pengawet

9 Sediaan lazim dan kadar

Serbuk

10 Wadah penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup baik (FI III hal. 50)

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Dapar fosfat ( NaH2PO4 )

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asam dan asin ( FI III hal. 409)

2 Kelarutan Larut dalam 1 bagian air ( FI III hal. 409)

3 pH 4,4 sampai 4,6 ( FI III hal. 409)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis

6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan

7 Dosis lazim 0,8 %

8 Cara pemakaian -

9 Sediaan lazim dan kadar

Serbuk

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 410)

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Dapar fosfat ( Na2HPO4 )

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Hablur tidak berwarna , tidak berbau, rasa asin. Dalam udara kering merapuh (FI III hal, 227)

2 Kelarutan Larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%) P ( FI III hal. 227)

3 pH 2,0% b/v 9,0 s 9,2 sampai ( FI III hal. 227)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis

21

Page 22: Makalah Tetes Mata

6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan

7 Dosis lazim 0,947 %

8 Cara pemakaian -

9 Sediaan lazim dan kadar

Serbuk

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 227 )

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : NaCl 0,9%

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih tidak

berbau rasa asin. (FI III hal. 403)

2 Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam

lbh kurang bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol 95% P ( FI III

hal. 403)

3 pH 4,5-7,0 (FI III 404)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi -

6 Indikasi Zat tambahan/pengisotonis

7 Dosis lazim 0,6% - 2,0% (FI IV)

8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai cairan infus

9 Sediaan lazim dan kadar

Cairan -

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI III hal 404)

22

Page 23: Makalah Tetes Mata

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Metil Selulosa

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Serbuk berserat atau granul berwarna putih. Suspensi dalam air

bereaksi netral terhadap lakmus Pengembang dalam air dan

membentuk suspensi yang jernih hingga opalesen kental, koloidal

2 Kelarutan Tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam kloroform. Larut

dalam asam asetat glasial dan dalam campuran volume sama etanol

dan kloroform (FI IV hal. 544)

3 pH -

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Teknik aseptis

6 Indikasi Sebagai pengental

7 Dosis lazim 1% - 2%

8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai pengental pada sediaan tetes mata

9 Sediaan lazim dan kadar

-

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI IV hal. 544 )

3.5 Perhitungan dan Penimbangan

Batch : 5 mL

No Nama Bahan Fungsi (untuk farmakologi/farmasetika)

Pemakaian Lazim (%) Penimbangan dan

Pemipetan BahanUnit Batch

1 Chloramfenicol Sebagai antibiotika 0,5% (0,005 gr/mL) 0,025 gr/5mL

0,075 gr

2 Aqua Pro Injeksi Sebagai Pelarut atau Pembawa

Ad 5ml Ad 15 ml

3 Acid Boric Sebagai Pengawet 0,125% (0.00125gr/mL

0,00625 gr/5ml

0,01875 gr

4 Natrium dihidrogenfosfat

Sebagai Pendapar 0,8 % dibuat 6mL untuk 15 mL sediaan

0,016 gr/5ml

0,048 gr/15 ml

23

Page 24: Makalah Tetes Mata

(0,0032gr/mL)

5 Dinatrium hidrogenfosfat

Sebagai Pendapar 0,947 % dibuat 9mL untuk 15 mL sediaan

(0,0056 gr/mL)

0,028 gr/5ml

0,08523 gr/15ml

6 Natrium Klorida Sebagai Pengisotonis

0,9 % (0.009 gr/mL) 0,045 gr/5ml

0,135 gr/15ml

7 Metil Selulosa Sebagai Pengental dan Pensuspensi 1% (0,01gr/ml)

0,05 gr/5ml

0,15 gr

Perhitungan

Chloramfenicol 0,5%

5 mL →0,5/100 x 5 mL = 0.025 gram

3 botol → 3 x 0,025 gr = 0,075 gram

Acid boric 0,125%

5mL→ 0,125/100 x 5mL = 0,00625 gram

3 botol→ 3 x 0,00625gr = 0.01875 gram

Natrium dihidrogenfosfat 0,8 % dibuat 6 mL untuk 15 mL sediaan tetes mata

5mL → 0,048/3 = 0,016gram

3 botol →→ 0,8/100 x 6mL = 0,048 gram

Dinatrium hidrogenfosfat 0,947% dibuat 9 mL untuk 15 mL sediaan tetes mata

5ml → 0,08523/ 3 = 0,028 gr/mL

3 botol→ = 0,947/100 x 9 mL = 0,08523 gr/mL

NaCl 0,9 %

5 mL→0,9/100 x 5 mL = 0,04 5gram

3 botol → 3 x 0,045 gram = 0,135 gram

Metil selulosa 1%

5 mL → 1/100 x 5 mL = 0,05 gram

3 botol → 3 x 0,05 gr = 0,15 gram

3.6 Pengawasan Mutu Sediaan

24

Page 25: Makalah Tetes Mata

1. In Process Control

No Parameter yg diuji Satuan Cara pemeriksaan

1.

2.

3.

Waktu dan suhu sterilisas iakhir

homogenitas

pH

Ketepatan volume

-

-

-

-

IK Uji sterilisasi

IK pengukuran pH

IK volume terpindahkan

2. End proses control

No Parameter yg diuji Satuan Cara pemeriksaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Organoleptis

PH

Bobot Jenis

Uji kejernihan

Uji volume terpindahkan

Sterilitas

Efektivitas pengawet

-

-

-

-

-

-

-

IK uji organoleptis

IK pengukuran pH

IK bobot jenis

IK uji kejernihan

IK uji volume terpindahkan

IK uji sterilitas

IK uji efektivitas pengawet

3.6 Prosedur Tetap

Disusun Oleh :Kelompok 7

Tanggal :

Diperiksa Oleh :

Tanggal :

Disetujui Oleh:

Tanggal :

Hal Dari Hal

No: / /

Penanggung Jawab Prosedur Tetap

I. Persiapan

a. Ruangan, peralatan dan wadah dibersihkan

b. Peralatan dan wadah dibersihkan

c. Kebersihan diperiksa

d. Pakai pelindung pernapasan dan jalankan exhauter.

e. Beri label identitas tiap wadah.

f. Pakai masker dan sarung tangan

II. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi terdiri dari :

1. Penyiapanalatdanbahan

2. Penimbangan dan pemipetan bahan

25

Page 26: Makalah Tetes Mata

3. Pelarutan bahan aktif dan bahan tambahan

4. Pengujian mutu sediaan tetes mata

5. Pengemasan

6. Penyerahan produk jadi

Semua anggota kelompok membuat jadwal harian produksi berdasarkan rencana

produksi untuk periode yang datang, mempertimbangkan.

1. sisa jadwal yang lalu

2. kapasitas masing – masing mesin setiap tahap

3. jumlah tenaga kerja

4. jumlah bahan baku dan kemasan dan kemungkinan adanya keterlambatan

kedatangannya

5. urgensi masing – masing produk.

III. Penimbangan dan Pemipetan Bahan

a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan

b. Anggota kelompok melakukan Penimbangan dan pemipetan lalu

mencatat hasil penimbangan dan pemipetan sesuai dengan IK

Penimbangan dan pemipetan bahan

IV. Pelarutan bahan aktif dan bahan tambahan

a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan

b. Anggota kelompok melakukan Pencampuran sesuai dengan IK Pelarutan

bahan aktif dan bahan tambahan

V. Pengujian mutu sediaan

a. Anggota kelompok menyiapkan alat utuk kegiatan Evaluasi terhadap

sediaan yang dihasilkan

b. Anggota kelompok melakukan kegiatan untuk Evaluasi sesuai dengan

IK Pengujian mutu eliksir

VI. Pengemasan.

Anggota kelompok melaksanakan pengemasan dan mencatat semua

kegiatan dan hasil pengemasan sesuai IK. Pengemasan

VI. Penyerahan produk jadi

a. anggota kelompok membuat nota penyerahan barang dan

menyerahkan barangnya kepada dosen pembimbing.

26

Page 27: Makalah Tetes Mata

b. Dosen pembimbing memeriksa kecocokan barang dengan nota

penyerahan barang.

c. Menyerahkan sediaan jadi

3.7 Instruksi Kerja

INSTRUKSI KERJA

PENIMBANGAN DAN PEMIPETAN BAHAN

Hal. Dari

Tanggal Berlaku:

DisusunOleh:

KELOMPOK VII

Indah Diantika

Febriana

Indra Aditya

Atika Jaya Rani

Ritta

Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Pengganti No.

Tgl.

Tujuan: Memperoleh bahan baku sesuai jenis dan jumlah yang diinginkan

Bahan: 1. Chloramfenicol

2. Aqua Pro Injeksi

3. Acid Boric

Alat: 1. Timbangan

2. WadahBahan

3. Label

4. Pipet ukur/ pipet

volume

27

Tgl.Tgl.

Page 28: Makalah Tetes Mata

4. Natrium Dihidrogenfosfat

5.Nacl

6.Metil selulosa

7.API

5. Balp

Instruksi Operator: Pengawas:

Cara Kerja:

1. Beri label pada wadah yang akan digunakan

2. Timbang masing-masing bahan, masukkan ke dalam wadah

yang sesuai

No. Bahan: Penimbangan Seharusnya:

Chloramfenicol

Aqua Pro Injeksi

Acid Boric

Natrium Dihidrogenfosfat

Dinatrium hidrogenfosfat

Nacl

Metil selulosa

28

Page 29: Makalah Tetes Mata

3.8 Tahap Pembuatan Tetes Mata Kloramfenikol

INSTRUKSI KERJA

PELARUTAN BAHAN AKTIF

Hal. Dari

TanggalBerlaku:

DisusunOleh:

KELOMPOK VII

DiperiksaOleh: DisetujuiOleh: Pengganti No.

Tujuan: Memperoleh zat aktif yang larut

Bahan: 1. Chloramfenicol

2. Aqua Pro Injeksi

3. Acid Boric

4. Natrium Dihidrogenfosfat

5. Dinatrium hidrogenfosfat

6. Nacl

7. Metil selulosa

Alat: 1. Beaker Glass

2. Spatel

3. WadahBahan

4. Label

29

Tgl.Tgl.

Page 30: Makalah Tetes Mata

Instruksi Operator: Pengawas:

Pembuatan API

Panaskan± 50 ml air hingga mendidih

Setelah mendidih, tutup denga nkapas + kasa biarkan selama 30’

ad dingin.

Pengenceran Bahan

Pembuatan Dapar

Larutkan 0.048 gr NaH2PO4 dengan 6 ml API dan larutkan 0,085 gr

Na2HPO4 dengan 9 mLAPI

Pembuatan Suspending Agent

0,15 gr CMC Na dilarutkan dalam API

Pencampuran I

Campurkan CMC Na yang telah dikembangkan dengan larutanAcid

Boric,dan dapar fosfat, gerus ad homogen,

Sterilisasikan campuran I dalam autoklaf pada suhu 1150 – 1160C

selama 30 menit

Pencampuran II

Kloramfenikol yang telah ditimbang ditambahkan pada campuran I

yang telah dingin dan digerus ad homogen

30

Page 31: Makalah Tetes Mata

Pengukuran volume

Masukkan filtrat kedalam gelas ukur

Bila volume belum mencukupi, maka tambahkan API ad 15 ml.

3.9 Evaluasi Tetes Mata Kloramfenikol

IK : PENGUJIAN MUTU

TETES MATA

Hal. Dari hal

Disusun Oleh:

KELOMPOK

Indah Diantika

Febriana

Indra aditya

Atika Jaya Rani

Ritta

Diperiksaoleh :

Tgl :

Disetujui oleh :

Tgl :

No. : / /

Tujuan Memastikan bahwa suspensi tetes mata yang telah dihasilkan memenuhi kriteria

dan syarat yang telah ditetapkan

Bahan Sediaan suspensi

Alat Alat-alat evaluasi suspensi

Cara Kerja Operator SPV

1. Organoleptis

Dengan menggunakan panca indra kita dapat

mengevaluasi rasa, bau, dan warna

Uji Diinginkan Hasil

31

Page 32: Makalah Tetes Mata

Warna

Bau

Rasa

Jernih

-

-

Jernih

-

-

2. Uji Kejernihan

Masukkan sampel dan pelarut pembanding dalam 2

tabung yang berbeda

Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang

hitam lalu amati tegak lurus kearah bawah tabung.

Hasil: Suatu cairan dikatakan jernih apabila

kejernihannya sama dengan kejernihan air atau pelarut

yang dipakai

3. Uji Bobot jenis

Timbang bobot piknometer kosong dan piknometer

+ air pada suhu 25oC

Timbang bobot pikometer + sampel

Gunakan rumus untuk menghitung Bobot Jenis

(bobot pikno + sampel) - bobot pikno kosong

( bobot pikno + air) - bobot pikno kosong

4. Volume Terpindahkan

Tuang kembali tetes mata kedalam gelasukur, lihat

hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya /

volume yang ditentukan.

32

Page 33: Makalah Tetes Mata

Tulis hasil pengamatan pada table.

Volume Sediaan HasilPengamatan

5. Penentuan pH

6. Uji Sterilisasi

Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau

jarum suntik yang steril secara aseptik. Inokulasikan

sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam tabung

media. Campur cairan dan media tanpa durasi berlebihan.

Inokulasikan pada media tertentu seperti yang tertera pada

prosedur umum selama tidak kurang dari 14 hari. Amati

pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin.

7. Uji Volume Sedimentasi

Sediaan tetes mata dimasukkan ke dalam gelas

ukur.

Volume yang diisikan merupakan volume awal.

Setelah didiamkan, catat endapan setiap 24 jam

selama 1 minggu diamati merupakan volume akhir

dengan terjadinya sedimentasi volume akhir 33

Sampel pH

Tetes Mata Kloramfenikol 7,4

Page 34: Makalah Tetes Mata

Hasil :

Sediaan Hari Volume sediian

Tetes mata

kloramfenikol

Ke-1 5 ml

Tetes mata

kloramfenikol

Ke-2 5 ml

Tetes mata

kloramfenikol

Ke-3 4,9 ml

Tetes mata

kloramfenikol

Ke-4 4,9 ml

Tetes mata

kloramfenikol

Ke-5 4,8 ml

Tetes mata

kloramfenikol

Ke-6 4,8 ml

Tetes mata

kloramfenikol

Ke-7 4,8 ml

8. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba

Cara :

a. Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik

menggunakan jarum suntik melalui karet, lakukan

pengujian pada wadah asli sediaan.

b. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara

aseptik, pindahkan 20 ml sampel kedalam masing –

masing lubang bakteriologik berukuran sesuai dan

steril.

c. Inokulasi masing - masing wadah atau tabung salah

satu suspensi mikrobakokus, menggunakan

perbandingan 0,10 ml. Inokulasi ~ 20 ml sediaan

dan campur.

d. Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus ditambah

sedemikian rupa sehingga jumlah mikroba didalam

sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara

34

Page 35: Makalah Tetes Mata

100.000 – 1.000.000 per ml.

e. Tetapkan jumlah mikroba didalam tiap suspensi

inokulasi dan hitung angka awal mikroba tiap ml

sediaan yang diuji dengan metode lempeng.

f. Inkubasi wadah atau tabung yang telah di inokulasi

pada suhu 20 - 25O

C.

g. Amati wadah pada hari ke-7, 14, 21 dan ke-28

sesudah inokulasi.

h. Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan

jumlah mikroba variabel pada tiap selang waktu

tersebut dengan metode lempeng.

BAB IV

PEMBAHASAN

35

Page 36: Makalah Tetes Mata

Pada praktikum ini kami membuat suatu sediaan steril yaitu Tetes Mata

Kloramfenikol. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan

dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

Tetes mata disebut juga Guttae Opthalmitae. Tetes mata berair umumnya dibuat

menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet yang pemilihannya

didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya

selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. (FI III, 1979). Obat tetes mata

yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk dapat memberi efek. Larutan obat

tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meluas di permukaan kornea dan

konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus mata.

Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang

stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada

pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata

harus disterilkan.

Sediaan ini diteteskan ke dalam mata sebagai antibacterial, anestetik, diagnose,

midratik, miotik, dan antiinflamasi. Obat tetes mata sering digunakan pada mata yang luka

karena habis dioperasi atau karena kecelakaan. Syarat-syarat untuk tetes mata dikehendaki

syarat-syaratnya yaitu obatnya harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terpeutik

yang optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, harus

teliti dan tepat secara jernih, harus bebas dari mikroorganismeyg hidup dan tetap tinggal

demikian selama penyimpanan yang diperlukan. Jadi pada prinsipnya obat tetes mata harus

steril, jernih, dan bebas partikel asing.

Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek local pada pengobatan bagian

permukaan, mata, atau bagian dalamnya. Yang sering dipakai adalah larutan dalam air, akan

tetapi juga biasa dipakai suspense cairan bukan air dan salep mata, karena kapasitas mata

untuk menahan atau menyimoan cairan dan salep terbatas. Pada umumnya obat mata

dibiarkan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan

tetes mata dan salep mata dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume

sediaan cairan yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan dan mencuci mata.

36

Page 37: Makalah Tetes Mata

Dalam praktikum ini bahan obat yang kami gunakan sebagai zat aktif adalah

Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata

dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik. Kloramfenikol juga

mengandung tidak lebih 103,0% dan tidak kurang dari 97,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung dari

zat yang telah dikeringkan. Adapun formula yang kami gunakan untuk membuat sediaan

steril ini yaitu:

R/ Kloramfenikol 0,025 g

Asam Borat 0,00625 g

Natrium Dihidrogenfosfat 0,016 g

Dinatrium hidrogenfosfat 0,028 g

Natrium Klorida 0,045 g

API Ad 5 ml

Selain kloramfenikol digunakan asam borat sebagai pengawet, Natrium

dihidrogenfosfat dan Dinatrium hidrogenfosfat sebagai pendapar, Natrium klorida sebagai

pengisotonis dan aqua pro injeksi sebagai pelarut.

Dari hasil evaluasi diperoleh didapatkan hasil pH 7,4 yaitu pH netral diukur

menggunakan lakmus pH. Maka dapat disimpulkan tetes mata kloramfenikol ini layak pakai

karena memenuhi syarat sesuai di Farmakope Indonesia.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

37

Page 38: Makalah Tetes Mata

5.1 Kesimpulan

Sediaan suspensi yang kami buat adalah tetes mata Kloramfenikol, dimana

formula yang kami gunakan untuk membuat sediaan steril ini yaitu:

R/ Kloramfenikol 0,025 g

Asam Borat 0,00625 g

Natrium Dihidrogenfosfat 0,016 g

Dinatrium hidrogenfosfat 0,028 g

Natrium Klorida 0,045 g

API Ad 5 ml

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan

dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata

dan bola mata Tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat karena

memenuhi syarat yaitu pH 7,4 dan larutan jernih.

Karena sifat dari zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan juga bentuk sediaan

yang dibuat yaitu suspensi maka dalam pembuatan tetes mata kloramfenikol ini tidak

dilakukan sterilisasi akhir autoklaf tetapi sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan

teknik aseptis. Alat - alat disterilisasikan dengan sterilisasi dengan menggunakan

autoklaf 121°C selama 30 menit dan oven 150°C selama 1 jam.

5.2 Saran

Semoga praktek selanjutnya dapat lebih baik lagi, untuk itu diharapkan lebih

diperhatikan lagi dalam hal :

Sarana dan prasarana agar lebih dilengkapi

Waktu praktikum agar lebih diperhatikan sehingga praktek yang dilakukan

dapat lebih maksimal dan uji evaluasi pun dapat kami lakukan karena

bagaimanpun juga akan lebih baik lagi bila teori yang diperoleh ditunjang

sepenuhnya dengan praktek.

DAFTAR PUSTAKA

38

Page 39: Makalah Tetes Mata

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta

Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Kedokteran EGC. Jakarta

LAMPIRAN

39

Page 40: Makalah Tetes Mata

- Formula.

- SOP dan IK.

- Nota sterilisasi.

- Hasil evaluasi.

- Kemasan Sediaan.

- Brosur Sediaan.

40