pilokarpin tetes mata

21
PRAKTIKUM TEKNOLOGI STERIL JURNAL OBAT TETES MATA PILOKARPIN Disusun oleh: Kelompok Rabu III 1. Ruri Ernanda (10700021) 2. Fanny Dwi P. (10700025) 3. Eka Fransiska (10700046) 4. Sintaria Elfina (10700101) LABORATORIUM TEKNOLOGI STERIL DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 03

Upload: arina-swastika-maulita

Post on 01-Jan-2016

1.365 views

Category:

Documents


42 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pilokarpin Tetes Mata

PRAKTIKUM TEKNOLOGI STERIL

JURNAL

OBAT TETES MATA PILOKARPIN

Disusun oleh:

Kelompok Rabu III

1. Ruri Ernanda (10700021)

2. Fanny Dwi P. (10700025)

3. Eka Fransiska (10700046)

4. Sintaria Elfina (10700101)

LABORATORIUM TEKNOLOGI STERIL

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2 0 03

Page 2: Pilokarpin Tetes Mata

OBAT TETES MATA PILOKARPIN

I PENDAHULUAN

Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau

suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di

sekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). Obat tetes mata harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

- Steril.

- Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel.

- Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4.(Diktat Kuliah,

Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 301). Sedangkan pH yang masih bisa

ditolerir adalah 3,5 – 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163).

- Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 – 1,5 %. (TPC, p.

163).

- Peringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka.

Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan

obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan

kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas

(NaCl), pengatur viskositas (contoh PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan

pengawet.

Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan

NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang

disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat

mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal

untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin

menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan

penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan

merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan

kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari

pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu

atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata.

Page 3: Pilokarpin Tetes Mata

Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam-

garam yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap

garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan

penurunan pH.

Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral.

Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni

seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba. Sediaan tetes mata

digunakan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan

peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata:

1. Sterilitas

Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi yang

sesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata adalah

pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan.

2. Iritasi

pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang

disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah

obat tidak efektif.

3. Pengawet

Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat

pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan

pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis.

Akan dibuat obat tetes mata pilokarpin. Pilokarpin adalah senyawa alkaloid yang

berasal dari tanaman Pilocarpus jaborandi dan Pilocarpus microphyllus, termasuk obat

kolinergik parasimpatomimetik yang menyebabkan miosis bila dipakai sebagai obat tetes

mata. Zat aktif yang dipilih adalah bentuk garam pilokarpin yaitu pilokarpin

hydrochloridum karena mempertimbangkan bahwa alkaloid bebas kurang larut air daripada

bentuk garamnya sedangkan sediaan obat tetes mata yang akan dibuat berupa larutan yang

harus jernih. Tidak dipilih bentuk pilokarpin nitras karena pada pemeriannya dinyatakan

beracun. (FI III, hal 499).

Page 4: Pilokarpin Tetes Mata

II ANALISIS FARMAKOLOGI

II.1 Indikasi:

- Digunakan dalam pengobatan glaukoma. (GG, p. 129)

- Memberi efek miotik untuk mengatasi midriasis yang disebabkan oleh atropin.

(GG, p. 129).

- Menurunkan tekanan intraokular dan memberi efek miosis intensif sebelum

pembedahan pada penanganan darurat glaukoma sudut terbuka. (AHFS, 2718).

II.2 Kontra Indikasi

- Pasien dengan resiko retinal detachment. (GG, p. 129)

II.3 Efek Samping

- Iritasi dan efek miosis pada awal pemakaian yang mungkin tidak menyamankan.

(GG, p. 129).

II.4 Mekanisme Kerja

- Sebagai miotikum, yaitu senyawa parasimpatomimetik kerja langsung yang

menyebabkan kontraksi sfinkter iris dan otot siliari, menghasilkan kontriksi pupil

dan spasmus akomodasi.

- Mengurangi tekanan pada glaukoma sudut terbuka melawan efek sikloplegik.

Miotik digunakan secara topikal pada mata untuk menurunkan tekanan intraokuler

(IOP) pada perawatan glaukoma sudut terbuka primer. Juga digunakan pada

perawatan glaukoma noninflamatori sekunder. Penurunan IOP dapat mencegah

kerusakan saraf mata. Pilokarpin merupakan pilihan miotik yang pertama karena

memberikan kontrol IOP yang bagus dengan efek samping yang relatif sedikit.

- Efek sistemiknya dapat menyebabkan efek nikotinik terutama menyebabkan

rangsangan terhadap kelenjar keringat, air mata dan ludah. (Farmakologi dan

Terapi, UI, hal 155).

- Larutan tetes mata lebih dipilih ketika penurunan akut tekanan okular dan/ atau

efek miotik yang intensif dibutuhkan seperti dalam penanganan darurat glaukoma

sudut terbuka sebelum pembedahan, untuk reduksi tekanan okular dan

perlindungan lensa mata sebelum goniotomy atau iridectomy atau untuk

Page 5: Pilokarpin Tetes Mata

meringankan/ mengurangi efek midriatik dari agen-agen simpatomimetik. (AHFS,

p. 2718).

II.5 Interaksi Obat

- Obat-obat otonomik seperti epinefrin.

Pilokarpin dapat meningkatkan laju absorpsi sistemik obat-obat tersebut dari mata.

(AHFS, p. 2719).

II.6 Dosis Pemberian

Untuk perawatan glaukoma, konsentrasi dan frekuensi pemberian pilokarpin

hidroklorida tergantung pada kebutuhan dan respon setiap individu.

- Dosis lazim = 1 – 2 tetes larutan 1 – 4 % setiap 4 – 12 jam. (AHFS 2002, hal 2718).

- Atau dosis lazim sekali = 0,1 ml larutan 0,5 – 4 %. Dosis maksimal sekali = 20 mg.

(FI III, hal 498).

- Dosis 1 tetes larutan Pilokarpin HCl 2 % setiap 6 jam sebelum pembedahan untuk

glaukoma kongenital atau goniotomy. (AHFS, p. 2718).

II. 7 Rute Pemberian:

Pilokarpin hidroklorida digunakan secara topikal pada kantung konjungtiva sebagai

larutan tetes mata. Kelebihan larutan di sekitar mata harus dibuang dengan tissue dan obat

yang terkena tangan harus segera dicuci.

II.8 Farmakokinetik

- Penurunan tekanan intraokular maksimum terjadi dalam 1,5 – 2 jam setelah

pemberian ke sistem okular dan biasanya bertahan selama 7 hari. (AHFS, p. 2719).

III PREFORMULASI

III. 1 Zat aktif

Pilocarpini hydrochloridum

o pilokarpin monohidroklorida, C11H16N2O2.HCl, BM 244.72.

o

Page 6: Pilokarpin Tetes Mata

o Pemerian: hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau; rasa agak

pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap

kertas lakmus.

o Jarak lebur: antara 199 ° dan 205 °

o Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol; sukar

larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam

alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform.

o Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

o pH larutan 5 % dalam air antara 3,5 dan 4,5. (Martindale, p. 1396).

o pH larutan tetes mata 3,5 – 5,5. (TPC, p. 1005).

o Stabilitas: mengalami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan

hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH basa. Peningkatan temperatur akan

meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH stabilitas

maksimum 5,12.

o Inkompatibilitas: inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan garam

fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri.

o Ekivalensi NaCl untuk Pilokarpin HCl 2 % = 0,23 dan ∆Tf-nya = 0,26 °.

III. 2 Eksipien

a. Natrii chloridum (FI III, hal 403)

o Pemerian: hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau, rasa asin

o Kelarutan: larut dalam 2,8 bagian air; dalam 2,7 bagian air mendidih dan

dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95 %) P.

o Wadah: dalam wadah tertutup baik.

o Khasiat: sumber ion klorida dan natrium.

b. Aqua destilata (FI III, hal 86)

o Pemerian: cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa.

o Wadah: dalam wadah tertutup baik

c. Benzalkonium klorida (Handbook of Pharmaceutical Excipients, page 27)

Page 7: Pilokarpin Tetes Mata

o Fungsi: pengawet antimikroba, antiseptik, desinfektan, bahan

pensolubilisasi, bahan pembasah.

o Benzalkonium klorida adalah senyawa amonium kuarterner yang digunakan

dalam formulasi farmasetikal sebagai antimikroba yang dalam aplikasinya

sama dengan surfaktan kation lain, seperti cetrimide. Dalam sediaan obat

mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan, pada

konsentrasi 0,01 % - 0,02 % b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan

pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1 % b/v dinatrium edetat, untuk

meningkatkan aktivitas mikroba melawan Pseudomonas.

o Pemerian: serbuk amorf putih atau putih kekuningan, gel kental, atau

serpihan bergelatin. Higroskopis, bersabun dan mempunyai bau aromatik

lembut, rasa sangat pahit.

o Kelarutan: hampir tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol

(95 %), metanol, propanol dan air. Larutan benzalkonium klorida encer

berbusa jika dikocok, mempunyai tegangan permukaan rendah dan

mempunyai sifat detergen dan pengemulsi.

o Stabilitas: higroskopis, bisa dipengaruhi oleh cahaya, udara dan logam.

Larutannya stabil pada rentang pH dan temperatur yang lebar dan bisa

disterilisasi dengan autoklaf.

o Inkompatibilitas: inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat,

katun, hidrogen peroksida, hidroksipropil metilcelulosa.

d. Dinatrium-EDTA.

o C10H14N2Na2O8, BM : 336,21

o Pemerian: serbuk krital putih, tidak berbau dengan sedikit rasa asam.

o Keasaman/ kebasaan: pH = 4.3 – 4.7 untuk 1 % b/v larutan dalam air bebas

karbon dioksida.

o Penuruan titik beku: 0,14 °C (1 % b/v larutan berair).

o Titik leleh: dekomposisi pada 252 °C untuk dihidrat.

o Kelarutan: hampir tidak larut dalam kloroform dan eter; sedikit larut dalam

etanol (95 %); larut 1 dalam 11 air.

o Viskositas: 1,03 mm3/s (1cSt) untuk 1 % b/v larutan berair.

Page 8: Pilokarpin Tetes Mata

o Dalam formulasi farmasetikal dinatrium EDTA digunakan sebagai bahan

pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 – 0,1 % b/v.

e. PVP (Povidone)

o (C6H9NO)n, BM : 2500 – 3000000.

o Povidon adalah polimer sintetik yang terutama terdiri dari gugus linier 1-

vinil-2-pirolidinon, tingkat polimerisasi yang menghasilkan polimer dengan

bobot molekul bervariasi.

o Fungsi: bahan pensuspensi, pengikat tablet.

o Penggunaan dalam formulasi farmasetikal atau teknologi: terutama dipakai

dalam sediaan bentuk padat. Dalam pembuatan tablet, larutan povidon

digunakan sebagai pengikat dalam proses granulasi basah. Juga digunakan

sebagai pensuspensi, penstabil, atau peningkat viskositas dalam sejumlah

suspensi dan larutan topikal dan oral.

o Konsentrasi untuk tetes mata : 2 – 10 %.

o Deskripsi: halus, putih sampai putih kekreman, tidak berbau atau hampir

tidak berbau, serbuk higroskopis.

o Keasaman/ kebasaan: pH = 3 – 7 untuk 5 % b/v larutan berair.

o Titik leleh: melunak pada 150 °C.

o Kelarutan: banyak larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol dan

air; hampir tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral.

o Stabilitas dan kondisi penyimpanan: menjadi gelap jika dipanaskan pada

150 °C, yang menurunkan kelarutannya dalam air. Stabil pada siklus

singkat dengan panas 110 – 130 °C. Sterilisasi uap pada larutan berair tidak

mengubah sifatnya. Disimpan dalam wadah kedap udara dalam suhu dingin,

kering.

IV PENDEKATAN FORMULASI

IV. 1. Zat aktif yang dipilih adalah pilokarpin hidroklorida dan dipilih bentuk garamnya

karena kelarutan dalam air jauh lebih baik daripada bentuk basa bebasnya, sediaan

obat tetes mata yang ingin dibuat adalah larutan.

Page 9: Pilokarpin Tetes Mata

IV. 2. Dibuat sediaan 10 ml dengan kandungan pilokarpin hidroklorida 2 %. Jumlah

pilokarpin hidroklorida yang dibutuhkan:

2 % = 2 gr / 100 ml

maka untuk 10 ml = ( 2 gr / 100 ml ) x 10 ml

= 0,2 gr

dengan pemakaian 1 kali = 0,05 ml (atau 1 tetes). Volume 1 tetes dari kebanyakan

penetes mata adalah 50 µL. (TPC, p. 162).

IV. 3. Eksipien yang dibutuhkan

a. Pengawet

Walaupun OTM yang dibuat sudah steril tetapi perlu penambahan pengawet

karena OTM yang dibuat digunakan dalam multiple dose sehingga besar

kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba saat OTM dibuka. Pengawet dalam

OTM harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus aktif terhadap

Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan eksipien lain,

tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Dipilih beczalkonium klorida karena

efektif dalam dosis rendah (dalam OTM = 0,01 – 0,02 %), sangat aktif terhadap

Pseudomonas aeruginosa, reaksi antimikrobanya cepat dan stabilitas tinggi

pada rentang pH lebar; tetapi masih kompatibel dengan zat aktif dan eksipien

lain. Pada OTM ini dipilih konsentrasi 0,01 %.

b. Pengisotonis

Tonisitas sediaan = % NaCl, sudah termasuk di dalam batas toleransi normal

mata yaitu 0,7 – 1,5 % (TPC, p. 163), maka iritasi mata dan konsekuensi

hipotonis atau lisis sel-sel jaringan mata tidak terjadi. Tetapi bisa juga

ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis.

c. Pendapar

Tidak memakai pendapar karena dari suatu percobaan diketahui bahwa

benzalkonium klorida pada konsentrasi 0,01% menstabilkan larutan pilokarpin

hidroklorida yang tidak didapar terhadap hidrolisis, dibandingkan dengan

larutan yang didapar. (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal. 565).

d. Pengatur tegangan permukaan (surfaktan)

Diperlukan untuk meningkatkan penetrasi obat melalui kornea. Tidak perlu

lagi ditambahkan karena sudah ada surfaktan yaitu benzalkonium klorida yang

juga berfungsi sebagai pengawet.

Page 10: Pilokarpin Tetes Mata

e. Pengatur viskositas

Penambahannya bertujuan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan

dengan korneal sehingga jumlah zat aktif yang berpenetrasi ke dalam mata akan

semakin tinggi sehingga dicapai harapan efek terapi. Tidak digunakan turunan

metilselulosa karena pengental ini dapat menurunkan aktivitas benzalkonium

klorida (TPC, p. 164) dan mengkatalisis hidrolisis pilokarpin dalam larutan

yang tidak didapar (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal 565). Dipilih

pengental PVP karena kompatibel dengan zat aktif dan tidak perlu

pengembangan terlebih dahulu. Selain itu, belum ditemukan pengaruh PVP

terhadap stabilitas zat aktif. Konsentrasi yang dipilih adalah 2 % supaya tidak

terlalu kental.

f. Bahan Pengkelat

Dipilih dinatrium EDTA untuk mengikat logam berat yang berfungsi

sebagai katalis oksidasi dan meningkatkan aktivitas benzalkonium klorida

karena benzalkonium klorida dapat dipengaruhi oleh logam. Konsentrasi yang

digunakan adalah 0,02 %. (TPC, p.165).

V FORMULASI

OTM Pilokarpin hidroklorida tiap 10 ml mengandung:

Pilokarpin hidroklorida 2 %

Benzalkonium klorida 0,01 %

Dinatrium EDTA 0,02 %

PVP 2 %

NaCl 0,42 %

Aquades ad 10 ml

VI PERHITUNGAN

VI. 1. Perhitungan Tonisitas

- Sediaan yang akan dibuat adalah OTM 10 ml dengan kadar pilokarpin hidroklorida

2 %.

Page 11: Pilokarpin Tetes Mata

- ∆Tf 2 % P. hidroklorida = 0,262 ° dan ∆Tf 0,5 % Benzalkonium klorida = 0,048 °

(FI IV, hal 1254). ∆Tf 0,5 % dinatrium EDTA = 0,07 ° dan ∆Tf 2 % PVP = 0,01 °.

- Kadar P. hidroklorida 2 % b/v = 2 gr / 100 ml maka ∆Tf-nya (∆Tf 1) = 0,262 °

Kadar benzalkonium klorida adalah 0,01 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 2):

0,5 % benzalkonium klorida ~ 0,048 °

0,01 % benzalkonium klorida ~ (0,01 % / 0,5 %) x 0,048 °

~ 0,00096°

Dinatrium EDTA yang dibutuhkan adalah 0,02 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 3):

0,5 % dinatrium EDTA ~ 0,07 °

0,02 % dinatrium EDTA ~ 0,0028 °

PVP yang dibutuhkan adalah 2 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 4):

2 % PVP ~ 0,01°

∆Tf total = ∆Tf 1 + ∆Tf 2 + ∆Tf 3 + ∆Tf 4 = 0,262 ° + 0,00096° + 0,0028 ° + 0,01°

= 0,27576 °

∆Tf 0,9 % NaCl = 0,52 °

supaya ∆Tf total = ∆Tf 0,9 % NaCl, maka perlu ditambahkan NaCl sejumlah:

selisih ∆Tf = 0,52 ° - 0,27576 ° = 0,24424 °

NaCl yang ditambahkan = (0,24424 ° / 0,52 °) x 0,9 %

= 0,42 % (artinya 0,42 g dalam 100 ml)

untuk 10 ml dibutuhkan = (10 / 100) x 0,42 g

= 42 mg

VI. 2. Perhitungan Dapar

Tidak menggunakan dapar sehingga tidak ada perhitungan untuk dapar.

VI. 3. Perhitungan Formula

Formula 1 botol OTM 10 ml

Pilokarpin hidroklorida 2 % = 2 gr x 10 ml / 100 ml

= 0,2 g

Benzalkonium klorida 0,01 % = 1 mg

Dinatrium EDTA 0,02 % = 2 mg

PVP 2 % = 0,2 g

NaCl 0,42 % = 42 mg

Aquades ad 10 ml

Page 12: Pilokarpin Tetes Mata

VII PENIMBANGAN

Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi = 10 ml + (5 % x 10) ml

= 10,5 ml

Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan yaitu supaya

volume terpindahkan tetap 10 ml.

Untuk 2 botol dibutuhkan 21 ml. Untuk pembuatan dilebihkan 10 %, menjadi:

= 21 ml + ( 21 x 10 % ) ml = 23,1 ml

Volume total yang akan dibuat = 25 ml

Penimbangan bahan-bahan:

Setiap bahan dilebihkan 5 %

Pilokarpin HCl 2 % x 25 ml = 0,5 g + (5% x 0,5) g = 0,525 g

Benzalkonium klorida 0,01% x 25 ml = 2,5 mg + (5% x 2,5) mg = 2,625 mg

Dinatrium EDTA 0,02 % x 25 ml = 5 mg + (5% x 5) mg = 5,25 mg

PVP 2 % x 25 ml = 0,5 g + (5 % x 0,5) g = 0,525 g

NaCl 0,42 % x 25 ml = 0,105 g + (5% x 0,105) g = 0,11 g

Penimbangan untuk benzalkonium klorida 2,625 mg:

Ditimbang benzalkonium klorida 50 mg

Air ad 25 ml

Diambil = (2,625 / 50 ) x 25 ml = 1,3125 ml

Penimbangan untuk Na2 - EDTA 5,25 mg:

Ditimbang 50 mg

Air 10 ml

Diambil = (5,25 / 50) x 10 ml = 1,05 ml

VIII STERILISASI

1. Sterilisasi dengan etanol 70 % selama 24 jam, untuk:

o botol kemasan : 2 botol

o buret 25 ml : 1

2. Sterilisasi dengan autoklaf (115 – 116 °C) selama 30 menit, untuk:

Page 13: Pilokarpin Tetes Mata

o pipet ukur 2 ml : sebanyak 1

o corong gelas dan kertas saring lipat terpasang : sebanyak 1

o corong gelas : sebanyak 1

o labu takar 10 ml : sebanyak 1

o labu takar 25 ml : sebanyak 1

3. Sterilisasi dengan oven (170 °C) selama 2 jam, untuk:

o beker glass 10 ml : 1

o beker glass 20 ml : 1

o Erlenmeyer 100 ml : 1

4. Sterilisasi dengan flambir selama 20 detik, untuk:

o Kaca arloji : 3

o Cawan penguap : 2

o Batang pengaduk : 1

5. Sterilisasi sediaan dengan autoklaf (115 – 116 °C) selama 30 menit.

Sediaan larutan pilokarpin untuk mata dapat disterilisasi menggunakan autoklaf.

Larutan pilokarpin hidroklorida masih mempunyai aktivitas 97 % setelah pemanasan

pada suhu 110 °C selama 30 menit dan aktivitasnya dipertahankan selama

penyimpanan 12 bulan setelah sterilisasi tersebut. Percobaan yang sama

menunjukkan bahwa stabilitas pilikarpin di bawah kondisi tersebut identik dengan

yang diperlakukan tanpa pemanasan. (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal 563 –

564).

IX CARA PEMBUATAN

Metode aseptis

1. Ditimbang semua bahan yang diperlukan.

Pilokarpin hidroklorida 0,525 g dalam cawan penguap

Benzalkonium klorida 50 mg dalam kaca arloji

Dinatrium EDTA 50 mg dalam kaca arloji

PVP 0,525 g dalam cawan penguap

NaCl 0,11 g dalam kaca arloji

2. Na2-EDTA diencerkan dalam labu takar 10 ml dengan air pro injeksi.

Page 14: Pilokarpin Tetes Mata

3. Benzalkonium klorida diencerkan dalam labu takar 25 ml dengan air pro

injeksi.

4. Pilokarpin HCl dilarutkan dalam beker glass 20 ml dengan air pro injeksi.

5. PVP dilarutkan dalam beker glass 10 ml dengan air pro injeksi.

6. NaCl dilarutkan dalam beker glass 10 ml (sama untuk PVP) dengan air pro

injeksi.

7. Larutan Na2-EDTA diambil sebanyak 1,05 ml dengan pipet ukur 2 ml dan

dimasukkan ke dalam larutan pilokarpin HCl. Diaduk dengan batang pengaduk.

Disebut larutan A.

8. Larutan PVP dimasukkan ke dalam larutan A dan diaduk. Disebut larutan B.

9. Larutan benzalkonium klorida diambil sebanyak 1,3 ml dengan pipet ukur 2 ml

(pipet yang sama untuk Na2-EDTA) dan dimasukkan ke dalam larutan B,

diaduk. Menjadi larutan C.

10. Larutan NaCl dimasukkan ke dalam larutan C, diaduk dan menjadi larutan D.

11. Larutan D ditambah air pro injeksi sampai kira-kira 20 ml, diaduk.

12. Larutan D disaring dan ditampung dalam Erlenmeyer 100 ml yang telah ditara

25 ml. Saringan dibilas dengan air pro injeksi sampai volume genap 25 ml.

13. Erlenmeyer ditutup dengan kapas bebas lemak dan alumunium foil (atau kertas

roti), diikat dengan tali kasur.

14. Erlenmeyer yang berisi larutan D disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit.

15. Larutan D steril dimasukkan ke dalam buret 25 ml. Ditutup ujung atasnya.

16. Diisikan ke dalam kemasan botol plastik, masing-masing 2,5 ml.

17. Botol ditutup dan dikemas dengan kemasan sekunder.

X EVALUASI SEDIAAN

1. Kejernihan Larutan (FI IV, <881>)

Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm

hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.

Prosedur kerja:

1. Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspensi

padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan

dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.

Page 15: Pilokarpin Tetes Mata

2. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan,

dengan latar belakang hitam.

3. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah

bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga Suspensi

padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi padanan II.

Pembuatan Baku opalesen:

1. Larutkan 1 g hidrazina sulfat P dalam air secukupnya hingga 100 ml, biarkan

selama 4 jam hingga 6 jam.

2. Pada 25 ml larutan ini tambahkan larutan 2,5 g heksamina P dalam 25 ml air.

Campur dan biarkan selama 24 jam. Suspensi ini stabil selama 2 bulan jika

disimpan dalam wadah kaca yang bebas dari cacat permukaan. Suspensi tidak

boleh menempel pada kaca dan harus dicampur dengan baik sebelum

digunakan.

Untuk membuat Baku opalesen, encerkan 15 ml suspensi dengan air hingga 1000

ml. Suspensi harus digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.

Pembuatan Suspensi padanan:

Suspensi padanan I – IV dibuat dengan cara seperti yang tertera pada Tabel.

Masing-masing suspensi harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.

Suspensi padanan

I II III IV

Baku opalesen (ml) 5 10 30 50

Air (ml) 95 90 70 50

Pernyataan kejernihan dan derajat opalesen

Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau

pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti tersebut di atas atau

jika opalesensinya tidak lebih nyata dari Suspensi padanan I.

Persyaratan untuk derajat opalesensi dinyatakan dalam Suspensi padanan I,

Suspensi padanan II, dan Suspensi padanan III.

Page 16: Pilokarpin Tetes Mata

2. Volume Terpindahkan (FI IV, <1261>)

Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah,

dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut.

Kocok isi dari 10 wadah satu persatu.

Prosedur:

Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering

terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang

diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan

gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30

menit.

Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran:

volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan

tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan

pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera

pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari

volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang

dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket,

lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang

diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada

etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi

tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.

3. Penetapan pH

Diuji dengan:

o Kertas indikator pH

kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk

dibandingkan terhadap warna standar.

o pH meter (FI IV, <1071>)

Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH

meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang

mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan

dapar harus sama dengan pelarut sediaan.

Page 17: Pilokarpin Tetes Mata

XI DESIGN KEMASAN

1. Primer:

Zat aktif tidak stabil terhadap cahaya sehingga dipakai kemasan primer yang

tidak tembus cahaya. Botol plastik tidak tembus cahaya 10 ml.

2. Sekunder: kotak dari dus

Pilokarp ® Solution teardrops Indikasi: Midriasis karena Atropin, glaukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka. Kontraindikasi: Pasien resiko retinal detachment Efek samping: Iritasi dan efek miosis awal Tutup wadah rapat-rapat. No. Reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367

Pilokarp ® Artificial teardrops 10 ml PT. Van LaboratoriaBandung-Indonesia

KPilokarp ® Cara pakai : Satu tetes pada tiap mata, atau sesuai petunjuk dokter. Komposisi : 10 ml mengandung: 2% PilokarpinHCl 0,01%Benzalkonium klorida 0,02% Na2-EDTAb/v Daluwarsa : November 2004

K Pilokarp ® Solution teardrops 10 ml PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia

Page 18: Pilokarpin Tetes Mata

Etiket

Pilokarp ® Tetes mata

_________________________________________________________________________ Mengandung Pilokarpin HCl 2%, Benzalkonium klorida 0,01%, dan Na2-EDTA 0,02 % b/ v Komposisi: Tiap 10 ml larutan mengandung Pilokarpin HCl 2 % Benzalkonium klorida 0,01 % Na2 – EDTA 0,02 % Mekanisme kerja: Menurunkan tekanan intraokular, kontraksi sfinkter iris dan otot iris sehingga kontriksi pupil Indikasi: Midriasis karena Atropin, glaukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka. Kontraindikasi: Pasien resiko retinal detachment Efek samping: Iritasi dan efek miosis awal Peringatan dan Perhatian: 1. Jangan digunakan bila larutan berubah warna dan keruh 2. Untuk mencegah kontaminasi jangan memegang ujung mulut botol. 3. Botol ditutup rapat 4. Jauhkan dari jangkauan anak. 5. Bila terasa sakit, gangguan penglihatan, pemerahan (iritasi lanjut) yang makin parah lebih dari 72 jam hentikan pemakaian dan segera hubungi dokter. Dosis: 1 tetes pada mata setiap 6 jam Penyimpanan: Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering. Kemasan: Tiap dus berisi satu wadah @ 10 ml HARUS DENGAN RESEP DOKTER PT Van Laboratoria No. Reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367 Tgl. Daluwarsa : November 2004

Pilokarp ® Larutan tetes mata steril

Komposisi : 1 ml mengandung 2 % PilokarpinHCl, 0,01 % Benzalkonium klorida, dan 0,02 % Na2-EDTA b/v No. reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367 PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia

Page 19: Pilokarpin Tetes Mata

XII DAFTAR PUSTAKA

1. The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, 1994, The

Pharmaceutical Codex, 12th ed., Principles and Practice of Pharmaceutics, The

Pharmaceutical Press, London, p. 160 – 167.

2. Depkes RI, 1979, FI ed III, Jakarta, hal 10, 86, 403, 498, 499, 983.

3. Depkes RI, 1995, FI ed IV, Jakarta, hal 675 – 676, 1144

4. Laboratorium Teknologi Sediaan Steril Farmasi ITB, 1994, Diktat kuliah Teknologi

Farmasi Sediaan Steril, Bandung, hal 303.

5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 2000, Farmakologi dan Terapi, ed. 4,

Gaya Baru, Jakarta, hal 155.

6. Wade, A and P. J. Weller, 1994, Handbook of Pharmaceutical Exipients, 2nd ed.,

America Pharmaceutical Association, London, p. 27, 177, 392.

7. Lachman, L., H. Lieberman, and J. L. Kanig, 1986, The Theory and Practice of

Industrial Pharmacy, 3rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia, p. 779.

8. American Society of Health Pharmaticist, 2002, AHFS Drug Information, American

Society of Health-System Pharmacists, Inc., Bethesda, p. 2718 – 2720.

9. Goodman and Gilman, 1995, The Pharmacological Basis of Therapeutics, Vol. I, 8th

ed., Mc Graw Hill International Editions, New York, p. 129.

10. Connors, K. A., G. L. Amidon, dan V. J. Stella, 1992, Stabilitas Kimiawi Sediaan

Farmasi, Terjemahan Didik Gunawan, edisi kedua, IKIP Semarang Press, Semarang,

hal 559 – 565.

Page 20: Pilokarpin Tetes Mata

PRAKTIKUM TEKNOLOGI STERIL

JURNAL

OBAT TETES MATA PILOKARPIN

Disusun oleh:

Kelompok Rabu III

5. Ruri Ernanda (10700021)

6. Fanny Dwi P. (10700025)

7. Eka Fransiska (10700046)

8. Sintaria Elfina (10700101)

LABORATORIUM TEKNOLOGI STERIL

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2 0 03

Page 21: Pilokarpin Tetes Mata

Pilokarp ® Solution teardrops Indikasi: Midriasis karena Atropin, glukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka. Kontraindikasi: Pasien resiko retinal detachment Efek samping: Iritasi dan efek miosis awal Tutup wadah rapat-rapat. No. Reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367

Pilokarp ® Artificial teardrops 10 ml PT. Van LaboratoriaBandung-Indonesia

KPilokarp ® Cara pakai : Satu tetes pada tiap mata, atau sesuai petunjuk dokter. Komposisi : 10 ml mengandung: 2% PilokarpinHCl 0,01%Benzalkonium klorida 0,02% Na2-EDTAb/v Daluwarsa : November 2004

K Pilokarp ® Solution teardrops 10 ml PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia