bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/3529/3/pradana adeng nipuna_bab ii.pdf · 7 mata, obat...

14
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pelayanan Informasi Obat a. Definisi PIO (pelayanan informasi obat) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan (Abdulkadir, 2012). Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal (Permenkes, 2014). b. Tujuan PIO Tujuan PIO menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut: 1) Menunjang ketersediaan informasi dalam rangka penggunaan obat yang rasional dan berorientasi kepada pasien. 2) Menyediakan dan memberikan infomasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lainnya. 3) Menyediakan informasi untuk kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat. c. Sasaran PIO Sasaran informasi obat menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut: 1) Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, Perawat, bidan, asisten apoteker, dll. 2) Pihak lain: manajemen, tim/kepanitiaan klinik. Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Upload: dominh

Post on 02-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pelayanan Informasi Obat

a. Definisi

PIO (pelayanan informasi obat) adalah kegiatan penyediaan

dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen,

akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien,

masyarakat maupun pihak yang memerlukan (Abdulkadir, 2012).

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak

memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam

segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien

atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep,

Obat bebas dan herbal (Permenkes, 2014).

b. Tujuan PIO

Tujuan PIO menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut:

1) Menunjang ketersediaan informasi dalam rangka penggunaan

obat yang rasional dan berorientasi kepada pasien.

2) Menyediakan dan memberikan infomasi obat kepada pasien dan

tenaga kesehatan lainnya.

3) Menyediakan informasi untuk kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat.

c. Sasaran PIO

Sasaran informasi obat menurut Abdulkadir (2012) adalah

sebagai berikut:

1) Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, Perawat, bidan,

asisten apoteker, dll.

2) Pihak lain: manajemen, tim/kepanitiaan klinik.

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

6

3) Pasien dan atau keluarga pasien.

d. Manfaat PIO

Manfaat PlO menurut Abdulkadir (2012) adalah sebagai berikut:

1) Bagi staf farmasis : citra farmasis meningkat, kepuasan kerja

meningkat, mendukung kegiatan farmasi.

2) Bagi pasien : kesalahan penggunaan obat menurun, efek obat

yang tidak diinginkan menurun.

3) Bagi dokteri, paramedis dll : meningkatkan penggunaan obat

yang rasional, menj amin keamanan dan efektifitas pengobatan.

membantu pemecahan masalah.

e. Kegiatan PIO

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,

rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik

dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan

menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga,

sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain (Permenkes, 2014).

Menurut pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas, informasi

obat yang diperlukan pasien adalah (Permenkes, 2014) :

1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan

dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam.

Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau

sesudah makan.

2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau

harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat

antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya

resistensi.

3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan

pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan

mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk

sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

7

mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,

suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi

(Permenkes, 2014):

1) menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.

2) membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,

pemberdayaan masyarakat (penyuluhan).

3) memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.

4) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa

farmasi yang sedang praktik profesi.

5) melakukan penelitian penggunaan Obat.

6) membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.

7) melakukan program jaminan mutu.

2. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan lain sebagainya). Kemampuan pengetahuan

(knowledge) merupakan hasil dari tahu melalui penginderaan

terhadap suatu obyek tertentu dan sangat penting terhadap

terbentuknya tindakan seseorang (Taufik, 2007).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga,

dan alat indera lainnya. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior) (Pulungan, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus

mengacu pada tiga jenis ranah yaitu kognitif, efektif dan

psikomotorik. Selanjutnya dikatakan bahwa pengetahuan yang

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

8

dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat

pengetahuan (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu adalah mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Tahu merupakan merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan menjelaskan sacara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi dengan benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan

responden menjadi salah satu faktor yang menentukan prilaku

seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan manusia deperoleh

melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain,

media massa maupun lingkungan. Sebelum orang berprilaku ia

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

9

harus terlebih dahulu tahu apa manfaat prilaku tersebut bagi

dirinya maupun keluarganya (Notoatmodjo, 2003).

c. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

orang lain.

2) Umur

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan

seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih

tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan

dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

4) Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengethuan seseorang, misalnya radio, televisi,

majalah, koran, dan buku-buku.

5) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap

pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan

cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau

membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6) Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

10

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang

yang bersangkutan mengungkapkan hal – hal yang diketahuinya

dalam bentuk jawaban maupun tulisan. Bentuk pengukurannya dapat

dilakukan dengan wawancara/angket yang menyatakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian/ responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo,2003).

Menurut Arikunto (2006) skala yang digunakan untuk

mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/ peringkat

pengetahuan dituliskan dalam bentuk presentasi, yaitu:

1) Baik : >75%

2) Cukup : 60% - 75%

3) Kurang : <60%

3. Kepatuhan Minum Obat

a. Definisi

Kepatuhan adalah taat mengikuti suatu rangkaian tindakan

yang di anjurkan atau yang diusukan oleh tenaga kesehatan pada

seseorang (Albery, 2011). Dalam pengertian lain disebutkan oleh

Smet (1994) dalam Supadmi (2012) bahwa kepatuhan merupakan

tingkat kepatuhan pasien sesuai dengan ketentuan yang disarankan

oeh tenaga kesehatan professional.

Kepatuhan minum obat diartikan sebagai perilaku pasien yang

mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga

medis dalam mengkonsumsi obat, meliputi keteraturan, waktu dan

cara minum obat. Penilaian terhadap kepatuhan diperoleh dari total

skor keteraturan, waktu dan cara minum obat (Oktaviani, 2011).

b. Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Angka kejadian kepatuhan berobat sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain kronisitas penyakit, frekuensi pemberian

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

11

obat, harga obat, bentuk obat, daya ingat pasien, informasi, serta

interaksi antara dokter dan pasien.Beberapa peneliti melaporkan

adanya hubungan erat antara kepatuhan pasien berobat dengan

beberapa faktor lainnya seperti hubungan antara dokter dan pasien,

derajat berat penyakit, rasa obat, efek samping obat, lupa, asuransi

kesehatan, dan jenis antibiotik yang dipakai (Wibowo dan Soepardi,

2008).

c. Cara mengukur kepatuhan

Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk mengukur

kepatuhan, yaitu (Putri, 2012).

1) Metode langsung

Dilakukan dengan observasi pengobatan secara langsung,

mengukur konsentrasi obat dan metabolismenya dalam darah.

Namun, biaya yang digunakan sangat mahal.

2) Metode tidak langsung

Dilakukan dengan menanyakan pasien tentang cara pasien

menggunakan obat, menilai respon klinik, melakukan

penghitungan obat (pill count), dan mengumpulkan kuesioner

kepada pasien.

Menurut Jasti, et al., (2005) dalam Pratiwi (2011), cara

menghitung jumlah sisa tablet secara langsung dan menghitung

tingkat kepatuhan pasien dengan menggunakan rumus :

Kepatuhan =

Keterangan:

a) Patuh : 70-100%

b) Tidak patuh : < 70 %

4. Antibiotik

a. Definisi

Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu

mikroba, atau yang diproduksi seluruh atau sebagian nya secara

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

12

sintesis kimia, yang dalam konsentrasi kecil dapat menghambat

pertumbuhan mikroba lain (Wibowo, 2012).

Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan

mengobati suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik

sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu

macam organisme, terutama fungi, yang menghambat pertumbuhan

atau membunuh organisme yang lain (Febiana, 2012).

b. Penggolongan Antibiotik

Penggolongan antibiotik menurut Febiana (2012) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Berdasarkan struktur kimia antibiotik

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan

sebagai berikut:

a) Golongan Aminoglikosida, antara lain amikasin, dibekasin,

gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin,

sisomisin, streptomisin,tobramisin.

b) Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan karbapenem

(ertapenem,imipenem, meropenem), golongan sefalosporin

(sefaleksin, sefazolin,sefuroksim, sefadroksil, seftazidim),

golongan beta-laktam monosiklik,dan golongan penisilin

(penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu

agenantibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis

Penicilliumchrysognum.

c) Golongan Glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin,

ramoplanindan dekaplanin.

d) Golongan Poliketida, antara lain golongan makrolida

(eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),

golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin

(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

e) Golongan Polimiksin, antara lain polimiksin dan kolistin.

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

13

f) Golongan Kinolon (fluorokinolon), antara lain asam

nalidiksat,siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,

levofloksasin, dan trovafloksasin.

g) Golongan Streptogramin, antara lain pristinamycin,

virginiamycin,mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

h) Golongan Oksazolidinon, anatara lain linezolid.

i) Golongan Sulfonamida, antara lain kotrimoksazol dan

trimetoprim.

j) Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol,

klindamisin dan asam fusidat.

2) Berdasarkan toksisitas selektif

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang

bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid. Agen

bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan

agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya

tidak penting secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu

terlibat dalam eliminasi akhir patogen bakteri. Pengecualiannya

adalah terapi infeksi pada pasien immunocompromised dimana

menggunakan agen-agen bakterisida. Kadar minimal yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau

membunuhnya, masing – masing dikenal sebagai kadar hambat

minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotik

tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi

bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi

KHM.

3) Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik

Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri,

antibiotik dikelompokkan sebagai beirkut:

a) Inhibitor sintesis dinding sel bakteri

Memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim

dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

14

sel. Contohnya antara lain golongan β-Laktam seperti

penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan

inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin,

basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.

b) Inhibitor sintesis protein bakteri

Memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan

cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel

normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat-

obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri

seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin,

klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.

c) Menghambat sintesa folat

Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti

sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat

mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat

dari PABA (asam paraaminobenzoat), pteridin, dan glutamat.

Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin dan

kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu

target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa

antimikroba.

d) Mengubah permeabilitas membran sel

Memiliki efek bakteriostatik dan bakteriostatik dengan

menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena

hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis.

Obat- obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin,

amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.

e) Mengganggu sintesis DNA Mekanisme kerja ini terdapat

pada obat-obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.

Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat (DNA)

girase sehingga mengahambat sintesis DNA. DNA girase

adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

15

terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA

sehingga menghambat replikasi DNA.

f) Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.

4) Berdasarkan aktivitas antibiotik

Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai

berikut:

a) Antibiotika spektrum luas (broad spectrum)

Contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif

terhadap organisme baik gram positif maupun gram negatif.

Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk

mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum

diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.

b) Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum)

Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis

organisme. Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai

untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram

positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat

selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan

organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum

luas.

5) Berdasarkan pola bunuh antibiotik

Terdapat 2 pola bunuh antibiotik terhadap kuman yaitu:

a) Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan

menghasilkan dayabunuh maksimal jika kadarnya

dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat Minimal

kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin,sefalosporin,

linezoid, dan eritromisin.

b) Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik

akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya

relatif tinggi ataudalam dosis besar, tapi tidak perlu

mempertahankan kadar tinggi ini dalamwaktu lama.

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

16

Contohnya pada antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon,

dan ketolid.

c. Resistensi Antibiotika

Kejadian resistensi terhadap penicilin dan tetrasiklin oleh

bakteri patogen diare dan Neisseria gonorrhoeae telah hampir

mencapai 100% di seluruh area di Indonesia. Resistensi terhadap

antibiotik bisa di dapat atau bawaan. Pada resistensi bawaan, semua

spesies bakteri bisa resisten terhadap suatu obat sebelum bakteri

kontak dengan obat tersebut. Yang serius secara klinis adalah

resistensi yang di dapat, dimana bakteri yang pernah sensitif

terhadap suatu obat menjadi resisten. Resistensi silang juga dapat

terjadi antara obat-obat antibiotik yang mempunyai kerja yang

serupa seperti penisilin dan sefalosporin. Mekanisme yang

bertanggung jawab untuk resistensi terhadap suatu antibiotika adalah

menginaktivasi enzim yang merusak obat, mengurangi akumulasi

obat, perubahan tempat ikatan, perkembangan jalur alternatif

metabolik.

Populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang

berkembang dengan beberapa cara :

1) Seleksi

Dalam suatu populasi akan terdapat beberapa bakteri

dengan resistensididapat. Kemudian obat mengeliminasi

organisme yang sensitif, sedangkanbakteri yang resisten

mengalami proliferasi

2) Resistensi yang ditransfer

Gen yang mengkode mekanisme resistensi ditransfer dari

satu organisme ke organisme lain. Akumulasi dari penggunaan

antibiotik pada suatu komunitas yang terlalu seringdapat

memicu terjadinya resistensi bakteri yang di dapat terhadap

suatu antibiotik.

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

17

Berikut ini merupakan faktor – faktor yang memudahkan

berkembangnya resistensi di klinik:

a) Penggunaan antibiotik yang sering.

b) Penggunaan antibiotik yang irasional.

c) Penggunaan antibitoik baru yang berlebihan.

d) Penggunaan antibiotik untuk jangka waktu yang lama

memberi kesempatan bertumbuhnyakuman yang lebih

resisten (fisrt step mutant).

e) Penggunaan antibiotik untuk ternak. Kadar antibiotik yang

rendah sebagai suplemen pada ternak

memudahkantumbuhnya kuman – kuman resisten.

f) Beberapa faktor lain yang berperan terhadap

berkembangnya resistensi ialahkemudahan transportasi

modern, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisirumah

yang tidak memenuhi syarat.

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori. Modifikasi dari Albbery (2011), Notoatmojo

(2007),dan Taufik (2007).

Informasi Obat

(Dari Puskesmas)

Pengetahuan Tentang

Antibiotik

Mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang

Kepatuhan Minum

Obat

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/3529/3/Pradana Adeng Nipuna_BAB II.pdf · 7 mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

18

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Secara umum hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih

lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis

tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data

empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Biasanya hipotesis

terdiri atas pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara

dua variabel, yakni variabel bebas (independent variable) dan variabel

terikat (dependent variable). Variabel bebas merupakan variabel

penyebabnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan

variabel akibat atau terpengaruh (Hidayat, 2011).

Ha : ada hubungan antara Informasi obat terhadap pengetahuan dan

kepatuhan penggunaan obat antibiotik di Puskesmas Sumbang Kabupaten

Banyumas Tahun 2014.

Variabel bebas Variabel terikat

Informasi Obat

(dari Puskesmas)

Pengetahuan Tentang

Antibiotik

Kepatuhan

Penggunaan Antibiotik

Pengaruh Informasi Obat..., Pradana Adeng Nipuna, Fakultas Farmasi UMP, 2016