terhadap hasil belajar matematika siswa kelas iii …lib.unnes.ac.id/31239/1/1401413056.pdf ·...
TRANSCRIPT
KEEFEKTIFAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS III GUGUS AHMAD YANI
KABUPATEN JEPARA
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Mochammad Ronio Gunawan
1401413056
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mochammad Ronio Gunawan
NIM : 1401413056
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Keefektifan Model Teams Games Tournament terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa kelas III Gugus Ahmad Yani Kabupaten
Jepara
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Mochammad Ronio Gunawan, NIM 1401413056,
dengan judul “Keefektifan Model Teams Games Tournament Terhadap Hasil
Belajar Matematika siswa kelas III Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara ” telah
disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang pada:
hari : Rabu
tanggal : 23 Agustus 2017
Semarang, 23 Agustus 2017
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dra. Wahyuningsih, M.Pd.
NIP 19521210 197702 2 001
Pembimbing Pendamping
Nursiwi Nugraheni, S.Si., M.Pd.
NIP 19850522 200912 2 007
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Negeri Semarang
Drs. Isa Ansori, M.Pd.
NIP 19600820 198703 1 003
iv
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul “Keefektifan Model Teams Games Tournament Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara”
karya,
Nama : Mochammad Ronio Gunawan
NIM : 1401413056
Program Studi : PPG/Pendidikan Guru Sekolah Dasar, S1
telah dipertahankan dalam panitia Sidang Ujian Skripsi Program PGSD, FIP,
Universitas Negeri Semarang pada hari Rabu, tanggal 23 Agustus 2017.
Semarang, 23 Agustus 2017
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr.fakhruddin, M.Pd. Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd.
NIP 19560427 198603 1 001 NIP 19600820 198703 1 003
Penguji, Pembimbing Utama,
Drs. Mujiyono, M.Pd. Dra. Wahyuningsih, M.Pd.
NIP 19530606 198103 1 003 NIP 19521210 197702 2 001
Pembimbing Pendamping,
Nursiwi Nugraheni, S.Si., M.Pd.
NIP 19850522 200912 2 007
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Kerendahan hati adalah hasil dari ilmu pengetahuan.” (Ali Bin Abi Thalib)
PERSEMBAHAN
Ibu Chumaidah dan Bapak Damin yang penuh kasih sayang serta kesabaran telah
mendidik, membesarkan, dan selalu mendoakan untuk kesuksesanku. Teruntuk
keluarga tersayang beserta adik yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan
motivasi serta almamaterku.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga
skripsi dengan judul “Keefektifan Model Teams Games Tournament terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara”
dapat diselesaikan dengan lancar. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat
akademis dalam menyelesaikan studi pada program S1 Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Keberhasilan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan, dan bimbingan dalam bentuk materiil ataupun moril dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di
Unnes.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar di FIP.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
4. Drs. Mujiyono, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan
masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Dra. Wahyuningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dengan penuh kasih sayang dan kesabaran sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
6. Nursiwi Nugraheni, S.Si., M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar.
7. Ahmad Fadlan, S.Pd., Kepala SDN Gerdu yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan penelitian sebagai kelas eksperimen.
8. Ika Herlinawati, S.Pd., Guru Kelas III SDN Gerdu yang telah bersedia
memberikan izin untuk menggunakan kelas III sebagai kelas eksperimen dan
membantu selama penelitian.
vii
9. Ikwan, S.Pd., Kepala SDN Karangrandu 3 yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan penelitian sebagai kelas Kontrol.
10. Siti Maisyaroh, S.Pd., Guru Kelas III Karangrandu 3 yang telah bersedia
memberikan izin untuk menggunakan kelas III sebagai kelas kontrol dan
membantu selama penelitian.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Agustus 2017
Penulis,
Moch. Ronio Gunawan
NIM. 1401413056
viii
ABSTRAK
Gunawan, Mochammad, Ronio, 2017. Keefektifan Model TGT terhadap Hasil
Belajar Matematika pada Siswa Kelas III Gugus Ahmad Yani
Kabupaten Jepara. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Wahyuningsih, S.Pd., M.Pd. dan Pembimbing II:
Nursiwi Nugraheni, S.Si., M.Pd. 335 Halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model TGT
terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas III SDN Gugus Ahmad Yani
Kabupaten Jepara. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi-Experimental
dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Subjek penelitian terdiri dari
61 siswa.
Penelitian ini adalah penelitian populasi yang terdiri dari 28 siswa
kelas III SDN Gerdu (kelas eksperimen) dan 33 siswa kelas III SDN Karangrandu
3 (kelas kontrol). Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar
Matematika. Variabel bebasnya adalah Model Pembelajaran TGT. Teknik
pengumpulan data hasil belajar menggunakan tes uraian. Data hasil belajar
dianalisis dengan uji z, uji-t dan uji N-Gain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model TGT efektif terhadap
hasil belajar siswa kelas III SDN Gugus Ahmad Yani pada mata pelajaran
matematika. Pada siswa kelas eksperimen 75% dari keseluruhan siswa telah
mencapai KKM daripada kelas kontrol hasil zhitung pada kelas eksperimen (2,708).
Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol.
Mean posttest kelas eksperimen sebesar 73,45 dan mean posttest kelas kontrol
sebesar 57. Hasil uji-t menunjukkan nilai thitung (4,707) > ttabel (1,728) berarti
bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan TGT lebih besar daripada GI.
Hasil uji N-Gain kelas kontrol sebesar 0,44 (sedang), sedangkan kelas eksperimen
sebesar 0,61 (sedang). Hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa TGT lebih
efektif daripada GI.
Saran yang dapat disampaikan pada guru, hendaknya memilih model
pembelajaran inovatif yang sesuai dengan materi ajar, jenjang kelas, kondisi siswa
dan kelas. Untuk siswa, hendaknya lebih aktif dalam berpartisipasi supaya
pembelajaran lebih bermakna.
Kata kunci: Keefektifan, TGT, Hasil Belajar, Matematika
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................................. 1
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH ............................................................................ 8
1.3. PEMBATASAN MASALAH ........................................................................... 8
1.4. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 9
1.5. TUJUAN PENELITIAN ................................................................................... 9
1.6. MANFAAT PENELITIAN ............................................................................. 10
1.7. DEFINISI OPERASIONAL ........................................................................... 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 13
2.1. KAJIAN TEORI ............................................................................................. 13
2.1.1. Pengertian Belajar ........................................................................................ 13
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................................. 14
2.1.3. Pembelajaran Efektif .................................................................................... 21
2.1.4. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran ............... 26
2.1.5. Model Pembelajaran TGT ............................................................................ 27
2.1.6.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran TGT ............................................ 28
2.1.6.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TGT ............................ 30
x
2.1.7. Model Pembelajaran GI ............................................................................... 31
2.1.7.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran GI ............................................... 32
2.1.7.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran GI ............................... 33
2.1.8. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran TGT dan GI ............ 34
2.1.8.1. Teori Belajar Vygotsky ............................................................................. 34
2.1.9. Aktivitas Guru .............................................................................................. 35
2.1.10. Aktivitas Siswa .......................................................................................... 40
2.1.11. Materi Persegi dan Persegi Panjang ........................................................... 41
2.1.12. Hasil Belajar ............................................................. ..................... ............ 44
2.1.13. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ............................................................ 45
2.1.14. Teori Pembelajaran Matematika ................................................................ 47
2.1.15. Pembelajaran Matematika SD .................................................................... 48
2.2. Kajian Empiris ................................................................................................ 50
2.3. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 52
2.4. Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 55
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 56
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................. 56
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................... 59
3.2.1. Populasi Penelitian ....................................................................................... 59
3.2.2. Sampel Penelitian ......................................................................................... 60
3.3. Variabel Penelitian .......................................................................................... 61
3.3.1. Variabel Bebas ............................................................................................. 61
3.3.2. Variabel Terikat ........................................................................................... 61
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 62
3.4.1. Teknik Tes .................................................................................................... 62
3.4.2. Non Tes ........................................................................................................ 63
3.4.2.1 Dokumentasi .............................................................................................. 63
3.4.2.2 Observasi .................................................................................................... 64
3.5. Instrumen Penelitian........................................................................................ 64
3.5.1. Tes ................................................................................................................ 66
3.5.2. Validitas Instrumen Tes ............................................................................... 66
xi
3.5.3. Uji Validitas ................................................................................................. 67
3.5.4. Uji Reliabilitas ............................................................................................. 70
3.5.5. Daya Pembeda .............................................................................................. 72
3.5.6. Taraf Kesukaran ........................................................................................... 74
3.5.7. Instrumen Non Tes ....................................................................................... 76
3.5.8. Lembar pengamatan Aktivitas guru ............................................................. 76
3.5.8.1. Uji Validitas .............................................................................................. 76
3.5.9. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa........................................................... 77
3.5.9.1. Uji Validitas .............................................................................................. 77
3.6. Uji Prasyarat .................................................................................................... 78
3.6.1. Uji Normalitas .............................................................................................. 78
3.6.2. Uji Homogenitas .......................................................................................... 79
3.7. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 81
3.7.1. Analisis Data Awal ...................................................................................... 81
3.7.1.1. Uji Normalitas ........................................................................................... 81
3.7.1.2. Uji Homogenitas ....................................................................................... 83
3.7.2. Analisis Data Akhir ...................................................................................... 84
3.7.2.1. Uji Normalitas ........................................................................................... 85
3.7.2.2. Uji Homogenitas ....................................................................................... 86
3.7.2.3. Pengujian Hipotesis 1 ................................................................................ 87
3.7.2.4. Perhitungan Hipotesis 2 ............................................................................ 88
3.7.2.5. Perhitungan Gain dan N-Gain ................................................................... 90
3.7.2.6. Analisis Lembar Pengamatan .................................................................... 93
3.7.2.6.1. Analisis Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ........................................ 93
3.7.2.6.2. Analisis Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ...................................... 94
3.7.3. Treatment ..................................................................................................... 95
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 98
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................................... 98
4.1.1. Kondisi Awal ............................................................................................... 99
4.1.2. Analisis Data Awal .................................................................................... 101
4.1.2.1. Data Tes Awal ......................................................................................... 101
xii
4.1.2.2. Uji Normalitas ......................................................................................... 103
4.1.2.3. Uji Homogenitas ..................................................................................... 104
4.1.3. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .......... 106
4.1.4. Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ....... 108
4.1.5. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ......... 109
4.1.6. Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen...... 110
4.1.7. Uji Hipotesis .............................................................................................. 112
4.1.7.1. Uji Hipotesis 1 (Uji Ketuntasan Belajar Model TGT) ............................ 112
4.1.7.2. Uji Hipotesis 2 (Uji Ketuntasan Belajar Model GI)................................ 113
4.1.7.3. Uji Hipotesis 3 (Uji Keefektifan) ............................................................ 115
4.1.7.4. Uji N-Gain Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ............................................................................................ 116
4.1.8. Hasil Analisis Lembar Pengamatan ........................................................... 119
4.1.8.1. Lembar Aktivitas Guru ........................................................................... 119
4.1.8.2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa...................................................... 120
4.2. Pembahasan ................................................................................................... 122
4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian .................................................................. 122
4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian ......................................................................... 135
4.2.2.1. Implikasi Teoritis ................................................................................... 135
4.2.2.2. Implikasi Praktis ..................................................................................... 136
4.2.2.3. Implikasi Pedagogis ................................................................................ 137
BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 139
5.1. SIMPULAN ................................................................................................. 139
5.2. SARAN ......................................................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 143
LAMPIRAN ........................................................................................................ 147
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Aktivitas Guru Model Pembelajaran TGT ......................................... 36
Tabel 2.2. Aktivitas Guru Model Pembelajaran GI .............................................. 38
Tabel 3.1. Populasi Penelitian .............................................................................. 59
Tabel 3.2. Kriteria Aktivitas Guru ........................................................................ 94
Tabel 3.3. Kriteria Aktivitas Siswa ...................................................................... 95
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Awal Matematika SDN Gugus Ahmad Yani
Kabupaten Jepara ............................................................................. 104
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Awal Matematika SDN Gugus Ahmad Yani
Kabupaten Jepara .................................................................................. 105
Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .................. ……………...................107
Tabel 4.5. Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………………….....108
Tabel 4.6. Uji Normalitas Data Posttest Hasil Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................... 110
Tabel 4.7. Uji Homogenitas Data Posttest Hasil Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ……………………………….........111
Tabel 4.14. Hasil Analisis Penilaian Aktivitas Guru.…………………………..119
Tabel 4.15. Hasil Analisis Penilaian Aktivitas Siswa ………….……………....121
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir .......................................................................... 54
Gambar 3.1. Desain Penelitian Semu .................................................................. 57
Gambar 3.2. Gambar Hubungan Variabel Bebas dan Terikat ............................. 62
Gambar 4.2. Diagram Aktivitas guru ................................................................ 120
Gambar 4.3. Diagram Aktivitas Siswa .............................................................. 121
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi kisi Soal Prasyarat .................................................................. 148
Lampiran 2 Soal Prasyarat ................................................................................ 149
Lampiran 3 Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Prasyarat .............................. 151
Lampiran 4 Daftar Nilai Prasyarat .................................................................... 154
Lampiran 5 Uji Normalitas Data Nilai Prasyarat .............................................. 159
Lampiran 6 Uji Homogenitas Data Nilai Prasyarat .......................................... 172
Lampiran 7 Kisi kisi Intrumen Penelitian ......................................................... 176
Lampiran 8 Pedoman Penetapan Indikator Aktivitas Guru dan Siswa ............. 180
Lampirab 9 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ............................................. 185
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa .......................................... 189
Lampiran 11 Kisi-kisi Soal Uji Coba ................................................................ 192
Lampiran 12 Soal Uji Coba............................................................................... 193
Lampiran 13 Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Uji Coba............................. 195
Lampiran 14 Analisis Tes Uji Coba .................................................................. 204
Lampiran 15 Perhitungan Validitas Tes Uji Coba ............................................ 209
Lampiran 16 Perhitungan Reliabilitas Tes Uji Coba ........................................ 212
Lampiran 17 Perhitungan Daya Pembeda Tes Uji Coba .................................. 213
Lampiran 18 Perhitungan Taraf Kesukaran Tes Uji Coba ................................ 218
Lampiran 19 Deskripsi Hasil Analisis Tes Uji Coba ........................................ 223
Lampiran 20 Silabus Pembelajaran ................................................................... 224
Lampiran 21 Silabus Pembelajaran Matematika Kelas Eksperimen ............... 226
Lampiran 22 Silabus Pembelajaran Matematika Kelas Kontrol ....................... 229
Lampiran 23 RPP Kelas Eksperimen ............................................................... 232
Lampiran 24 RPP Kelas Kontrol....................................................................... 264
Lampiran 25 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Hasil Belajar Matematika ..... 290
Lampiran 26 Soal Tes Hasil Belajar (Posttest) ................................................. 291
Lampiran 27 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar (Posttest) ................................ 293
Lampiran 28 Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen ........................................ 296
Lampiran 29 Daftar Nilai Pretest Kelas Kontrol............................................... 297
xvi
Lampiran 30 Daftar Nilai Hasil Belajar (Posttest) Kelas Eksperimen .............. 298
Lampiran 31 Daftar Nilai Hasil Belajar (Postest) Kelas Kontrol ..................... 299
Lampiran 32 Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen .......................... 300
Lampiran 33 Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol ................................. 301
Lampiran 34 Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 303
Lampiran 35 Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest) Kelas Eksperimen ......... 305
Lampiran 36 Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest) Kelas Kontrol ................ 306
Lampiran 37 Uji Homogenitas Hasil Belajar (Posttest) Kelas Eksperimen dan
Kontrol ......................................................................................... 308
Lampiran 38 Uji Hipotesis I .............................................................................. 310
Lampiran 39 Uji Hipotesis II ............................................................................ 312
Lampiran 40 Uji Hipotesis III ........................................................................... 314
Lampiran 41 Uji Peningkatan Gain Kelas Eksperimen .................................... 316
Lampiran 42 Uji Peningkatan Gain Kelas Kontrol ........................................... 318
Lampiran 43 Uji peningkatan N-Gain Kelas Eksperimen ................................ 320
Lampiran 44 Uji Peningkatan N-Gain Kelas Kontrol ....................................... 322
Lampiran 45 Rekap Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen ...... 325
Lampiran 46 Rekap Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen .... 327
Lampiran 47 Rekap Hasil Pengamatan Aktivitas guru Kelas Kontrol ............. 329
Lampiran 48 Rekap Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ........... 331
Lampiran 49 Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen ................................. 333
Lampiran 50 Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol ....................................... 334
Lampiran 51 Surat Ijin Penelitian di SDN Gerdu ............................................. 335
Lampiran 52 Surat Ijin Penelitian di SDN Karangrandu 3 ............................... 336
Lampiran 53 Surat Keterangan Kriteria Ketuntasan Minimal .......................... 337
Lampiran 54 Surat Ket. Melaksanakan Penelitian di SDN Gerdu .................... 341
Lampiran 55 Surat Ket. Melaksanakan Penelitian di SDN Karangrandu 3 ...... 342
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa untuk
mencetak generasi unggul yang akan meneruskan cita - cita bangsa dan Negara.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi meningkatkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional erat kaitannya dengan
sistem pembelajaran yang didukung oleh Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Proses yang diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang,
inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
2
ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat peserta didik yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
dasar hal ini kaitannya dengan Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SD/MI yang menyebutkan pembelajaran matematika merupakan pembelajaran
yang membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari semua ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi dan dalam proses perkembangan berfikir manusa.
Melalui Matematika siswa dilatih agar memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup dalam situasi yang semakin
kompetitif di era globalisasi serta menghadapi permasalahan kehidupan dengan
mandiri dan percaya diri. Hal tersebut menjadi tujuan umum diberikannya
matematika pada pendidikan di Indonesia.
Matematika di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
untuk (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)
3
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (Lampiran Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006).
Temuan dari penelitian Depdiknas (2007: 17-18), menunjukkan bahwa
masih banyak permasalahan dalam mata pelajaran Matematika khususnya dari
aspek pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), antara lain (1)
pembelajaran di kelas hanya berdasarkan materi pada buku pegangan, (2)
pelaksanaan KBM masih konvensional dengan metode kurang bervariasi, (3)
penilaian dan pelaporan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik kurang cocok
dengan mata pelajaran matematika, (4) penilaian tidak sesuai dengan KD atau
indikator karena disusun tanpa kisi-kisi, dan mengambil soal dari buku-buku, (5)
sumber belajar masih terfokus pada buku pegangan belum melibatkan
penggunaan ICT dan lingkungan, (6) pelaksanaan KBM di kelas tidak sesuai
dengan silabus, (7) siswa kesulitan menggunakan alat peraga pembelajaran
matematika (jangka, kalkulator, busur, dll), dan (8) tidak ada tenaga kompeten
yang bisa membantu memecahkan masalah dalam pelaksanaan KTSP.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat menghambat siswa dalam mencapai
kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan pembelajaran Matematika harus dilaksanakan sesuai
kebutuhan, karakter dan kemampuan siswa. Pembelajaran matematika memiliki
keterkaitan terhadap kehidupan sehari hari siswa. Kebanyakan siswa terbiasa
4
menyelesaikan masalah dengan yang biasa diajarkan guru sehingga siswa belum
mengembangkan dan memunculkan ide – ide baru untuk menyelesaikan masalah
matematika.
Berdasarkan hasil observasi, fenomena pelaksanaan pembelajaran
Matematika tersebut merupakan gambaran situasi yang terjadi di SDN Gugus
Ahmad Yani Kabupaten Jepara. Selama pembelajaran, guru sering menemukan
siswa yang merasa kurang antusias ketika berdiskusi untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
Penggunaan model pembelajaran yang variatif sangat diperlukan untuk
meningkatkan minat siswa dalam berinteraksi dengan guru atau dengan siswa lain
saat sedang berdiskusi, selain itu dalam pembelajaran diskusi kelompok kurang
adanya minat siswa dalam berdiskusi karena rendahnya tingkat persaingan antar
kelompok yang membuat siswa merasa kurang tertantang dalam memecahkan
masalah diskusi karena kurang termotivasi. Dalam pelaksanaannya guru
seringkali kurang memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih topik
materi bahasan yang akan di diskusikan bersama. Guru cenderung bersikap
otoriter tanpa mengindahkan prinsip demokrasi dalam pembelajaran yang
seharusnya, guru tidak melibatkan aktivitas siswa dalam diskusi dan lebih
memilih ceramah untuk menentukan topik diskusi siswa. Rendahnya aktivitas
siswa dalam pembelajaran diakibatkan karena guru yang lebih bersikap pasif dan
otoriter dalam memimpim jalannya diskusi. Sebagai dasar peneliti untuk melihat
kondisi awal populasi diadakan tes awal.
5
Tes awal dibuat oleh peneliti untuk mengetahui kemampuan awal siswa
kelas III SDN Gugus Ahmad Yani serta untuk melihat kondisi awal siswa yang
akan dijadikan subjek penelitian. Tes awal tersebut dengan materi semester 1 yang
dengan pokok bahasan keliling dan luas persegi, soal terdiri dari soal C1 sampai
C6 yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisa, mengevalusasi,
dan menciptakan. Namun berdasarkan hasil nilai tes awal siswa masih dibawah
KKM.
Menurut Djamarah (2010:108) pembelajaran dapat dinyatakan berhasil
apabila 75% atau lebih dari banyaknya siswa yang mengikuti proses belajar
mengajar dapat mencapai taraf keberhasilan minimal atau mencapai KKM yang
telah ditetapkan oleh satuan pendidikan, apabila kurang dari 75% maka harus
diadakan remidial. Dalam penelitian ini KKM yang diterapkan peneliti adalah 75.
Terkait dengan masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa yang
berupa tes awal guna melihat masalah pada siswa, sudah saatnya untuk
membenahi proses pembelajaran matematika terutama mengenai model,
pendekatan atau teknik yang digunakan dalam pembelajaran. Beberapa model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika dalam pembelajaran matematika, di antaranya adalah model
pembelajaran Team Games Tournament (TGT).
Dalam pembelajaran di SD guru cenderung menggunakan model
pembelajaran yang mirip dengan Group Investigation (GI). Menurut Narudin
dalam Shoimin (2014: 80) menyatakan bahwa “GI merupakan salah satu bentuk
model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi siswa dan aktivitas siswa
6
untuk mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan -
bahan yang tersedia, misalnya dari buku atau internet”. Model pembelajaran GI
lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-
teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar
demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik
dari tahap awal sampai tahap akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa
mempunyai kebebasan untuk memilih materi yang dipelajari sesuai dengan topik
yang sedang dibahas. Namun dalam pelaksanaanya tidak sesuai yang diharapkan
oleh guru, meskipun telah dilakukan berbagai variasi model pembelajaran oleh
guru namun tetap menemukan berbagai kekurangan.
Kurangnya sifat kompetitif dalam pembelajaran yang membuat siswa
kurang aktif dalam pelaksanaan proses belajar oleh guru, model yang digunakan
oleh guru bersifat diskusi kelompok yang mengharuskan siswa untuk memilih
topik belajar untuk dipelajari hari itu juga, kurangnya pembagian kesetaraan siswa
dalam model pembelajaran GI juga berpengaruh dalam pembelajaran, siswa yang
pandai dalam satu kelompok mendominasi dalam diskusi.
Model pembelajaran TGT yang berlandaskan diskusi kelompok terdapat
sesi Games yang berisikan turnamen atau kompetisi bagi setiap tim atau
kelompok siswa, sehingga mampu meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa
dalam pembelajaran karena adanya rasa kompetitif antar kelompok. Dalam model
pembelajaran TGT pemilihan kelompok siswa berdasarkan prestasi akademik,
jenis kelamin dan etnis atau ras yang meningkatkan heterogenitas dalam
kelompok sehingga dapat meminimalisir adanya siswa yang mendominasi.
7
TGT merupakan model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus melihat perbedaan status, melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran TGT
memungkinkan siswa dapat beajar secara rileks disamping menumbuhkan rasa
tanggung jawab, kerja sama, persaingan belajar sehat dan keterlibatan belajar
(Shoimin, 2014:203)
Model pembelajaran TGT ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Menurut Shoimin (2014:207) bahwa kelebihan model TGT tidak hanya membuat
peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam
pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan lebih rendah juga bisa ikut
aktif dan mempunyai peranan penting dalam kelompok. Model TGT akan
menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota
kelompoknya dan membuat peserta didik bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Penelitian yang mendukung model pembelajaran TGT adalah penelitian
yang dilakukan oleh Wibawa, dkk (2015: 42-43) bahwa model pembelajaran TGT
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas V
Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran
2015/2016.
Penelitian lain yang juga mendukung model pembelajaran TGT adalah
penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti, dkk (2016: 44-54) yang menunjukkan
hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan teradap hasil belajar matematika yang
8
mengikuti model pembelajaran TGT dengan mengikuti model pembelajaran
konvensional, setelah kemampuan numerik dikendalikan.
Dari ulasan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji keefektifan
kedua model pembelajaran tersebut melalui penelitian eksperimen dengan judul
“Keefektifan Model Team Games Tournament Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas III Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka disusunlah identifikasi masalah
sebagai berikut.
1.2.1 Kurangnya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran.
1.2.2 Penggunaan model pembelajaran yang kurang inovatif.
1.2.3 Rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika.
1.2.4 Aktivitas guru yang cenderung pasif dalam memimpin jalannya diskusi
yang menyebabkan kurang adanya motivasi siswa dalam berdiskusi.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan
di atas, peneliti akan fokus pada masalah hasil belajar Matematika kelas III yang
rendah karena guru saat proses pembelajaran guru menggunakan model
pembelajaran yang kurang inovatif sehingga pembelajaran kurang menyenangkan
dan efektif yang berdampak pada hasil belajar siswa rendah dan kurang tertarik
serta termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika. Model
pembelajaran inovatif yang akan peneliti terapkan yaitu model pembelajaran
9
TGT. Jadi, batasan dan ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah
keefektifan penerapan model pembelajaran TGT terhadap hasil belajar
matematika kelas III SDN Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara.
Dalam pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran yang
cenderung mirip dengan sintaks GI. Pembelajaran matematika materi keliling dan
luas persegi dan persegi panjang kurang variatif yang mengakibatkan siswa
cenderung memiliki minat yang rendah dalam pembelajaran matematika.
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Apakah hasil belajar matematika materi keliling dan luas persegi dan
persegi panjang siswa kelas III SDN Gugus Ahmad Yani dengan model
pembelajaran TGT dapat mencapai KKM?
1.4.2 Apakah penerapan model pembelajaran TGT efektif terhadap hasil belajar
matematika materi keliling dan luas persegi dan persegi panjang siswa
kelas III SDN Gugus Ahmad Yani?
1.4.3 Bagaimanakah aktivitas guru kelas III SDN Gugus Ahmad Yani dalam
pembelajaran matematika?
1.4.4 Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas III SDN Gugus Ahmad Yani
dalam pembelajaran matematika?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian eksperimen yang dilaksanakan di SD Negeri Gugus Ahmad
Yani Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut.
10
1.5.1 Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa kelas III yang
diajar dengan model Teams Games Tournament di SD Negeri Gugus
Ahmad Yani Kabupaten Jepara dapat mencapai KKM.
1.5.2 Untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran Team
Games Tournament terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III SD
Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara.
1.5.3 Untuk mendeskripsikan aktivitas guru kelas III SD Gugus Ahmad Yani
dalam pembelajaran matematika
1.5.4 Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa kelas III SD Gugus Ahmad
Yani dalam pembelajaran matematika
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoretis
a) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan perbaikan pembelajaran
khususnya pada hasil belajar Matematika di Sekolah Dasar.
b) Sebagai dasar atau referensi untuk penelitian lebih mendalam tentang
keefektifan model pembelajaran TGT dan GI dalam pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar.
1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi guru
Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang model
pembelajaran TGT dan GI sehingga guru dapat menentukan model pembelajaran
yang tepat dalam mengajar terutama pembelajaran Matematika.
1.6.2.2 Bagi siswa
11
1) Siswa dapat menemukan strategi belajar yang lebih sesuai.
2) Memberikan pengalaman baru bagi siswa di dalam kelas.
3) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6.2.3 Bagi sekolah
Dengan menguji keefektifan model pembelajaran TGT dan GI dapat
mempermudah penentuan model pembelajaran yang sesuai dalam KBM.
1.7 Definisi Operasional
Supaya diperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini
dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca maka adanya
penegasan istilah dalam penelitian ini. Penegasan istilah juga dimaksudkan untuk
membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini.
1.7.1 Keefektifan
Keefektifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 67) dalam suatu
usaha atau tindakan berarti “keberhasilan”. Pada penelitian ini penggunaan model
pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila penerapan model pembelajaran
memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan
model pembelajaran yang lain.
1.7.2 Model Teams Games Tournament (TGT)
TGT merupakan model pembelajaran yang menekankan pada permainan
yang meningkatkan antusiasme siswa untuk belajar karena adanya persaingan dan
reward. Dalam penelitian ini Model TGT sebagai kelas eksperimen.
12
1.7.3 Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
GI merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
partisipasi siswa mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari.
1.7.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi
setelah kegiatan proses pembelajaran. Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan
diukur adalah ranah kognitif.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Teori-teori yang dikaji meliputi teori-teori yang sesuai dengan variabel
penelitian. Teori tentang pembelajaran berupa pengertian belajar, mengajar dan
pembelajaran, serta teori belajar yang mendukung, teori tentang pembelajaran
Matematika, pembelajaran Matematika di SD, teori model pembelajaran yaitu
TGT, serta teori hasil belajar.
2.1.1 Pengertian Belajar
Peningkatan kualitas sumber daya manusia didapatkan salah satunya
dengan belajar. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri ataupun dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena
itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan
dalam arti belajar. Demikian pola tingkah laku seseorang berada dalam perubahan
yang terjadi dalam aspek – aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan
tidak termasuk dalam pengertian belajar (Slameto, 2013:2).
14
Belajar merupakan sebuah proses perubahan pada individu yang terjadi
melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya da
karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2014: 18).
Menurut Uno dan Muhammad (2014: 139), belajar dapat diartikan sebagai
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan pengalaman individu
akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi akibat dari
hasil perbuatan belajar seseorang dapat berupa kebiasaan, kecakapan atau dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Sedangkan menurut Kosasih (2014: 9), belajar sesungguhnya merupakan
suatu proses. Sebagai suatu proses, di dalam keberlangsungannya, belajar terdiri
atas beberapa tahap atau fase. Untuk sampai pada pemerolehan suatu kompetensi,
seseorang harus melewati beberapa kegiatan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan
dalam diri manusia yang melalui beberapa tahapan atau fase tertentu yang dapat
diamati secara langsung maupun dalam bentuk pengalaman guna meningkatkan
kualitas dan kompetensi seseorang dalam rangka mencapai sebuah perkembangan.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (2013: 54-55) menyebutkan faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, namun dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
faktor yang ada di luar individu.
15
1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada 3 faktor yang perlu dibahas yaitu
faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan
dan faktor cacat tubuh.
1. Faktor Kesehatan
Sehat bearti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian bagiannya
bebas dari penyakit. Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses
belajar siswa, jika kesehatan terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah
ataupun ada gangguan kelainan alat indranya.
2. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta,
tuli, setengah tuli, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat
tubuh juga dapat mempengarui belajar. Siswa yang cacat belajarnya
terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari pengaruh
kecacatannya.
2. Faktor Psikologis
Dalam faktor psikologis berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi,
kematangan, kesiapan.
16
a. Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat.
b. Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian maka timbullah kebosanan,
sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak
menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi
suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu
sesuai dengan hobi dan bakatnya.
c. Bakat
Bakat atau aptitude menurut hilgard adalah : “the capacity to learn”.
Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.
17
Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau berlatih.
d. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap
aktivitas belajar siswa dan siswa yang gemar membaca akan dapat
memperoleh berbagai pengetahuan teknologi. Dengan demikian, wawasan
akan bertambah luas sehingga akan mempengaruhi peningkatan atau
pencapaian prestasi belajar siswa.
e. Motif
Motif adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang
yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam
menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Sedangkan menurut pendapat lain kematangan adalah tingkat
perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga sudah
berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam belajar kematangan atau kesiapan
18
itu sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih
berhasil bila dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ
atau alat tubuhnya dikatakan matang apabila dalam diri makhluk telah
mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing,
sehingga dalam belajar akan lebih berhasil jika anak itu siap atau matang
untuk mengikuti proses belajar mengajar.
g. Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah preparedness to
respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau
bereaksi. Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan
untuk melaksanakan kecakapan.
3. Fakor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan
untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan
substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar
pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini
19
sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit
berkonsentrasi.
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mempengaruhi
prestasi belajar, agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan
sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi
yang bebas dari kelelahan.
2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
Hamdani (2011: 143) menyebutkan bahwa faktor ekstrern yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a. Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapat pendidikan dan bimbingan, sedangkan
tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Adanya rasa
aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan sesorang dalam
belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara
aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar
untuk belajar.
b. Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan siswa untuk belajar lebih giat oleh
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa belajar lebih
20
giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru
dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan
siswa yang kurang baik akan mempengaruhi prestasi belajarnya.
c. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan
lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.
Istilah pendidikan tidak hanya ada belajar saja. Dalam undang – undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap,
pengetahuan dan keterampilanya (lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013)
Menurut Majid (2014: 103), pembelajaran merupakan upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan
berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan.
Menurut Fathurrahman (2015: 16), pembelajaran merupakan proses
interaksi peserta didik dengan pedidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
21
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Sehingga pembelajaran merupakan proses pendidikan yang berupa
kegiatan belajar-mengajar. Belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan potensi dirinya sedangkan mengajar mempunyai makna
penggunaan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengantarkan dan
menuntun siswa mencapai tujuan atau kompetensi dari belajar itu sendiri.
2.1.3. Pembelajaran Efektif
Kegiatan pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian
kompetensi yang telah dirancang dalam kurikulum agar setiap siswa mampu
menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Kualitas lain yang dikembangkan
kurikulum dan terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain, kreativitas,
kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan
kecakapan hidup siswa.
Menurut Kosasih (2014: 11) untuk mencapai hasil tersebut, kegiatan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip – prinsip berikut :
1. Berpusat pada siswa
2. Mengembangkan kreativitas siswa
3. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang
4. Bermuatan nilai, estetika, dan logika
5. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna
22
Sedangkan menurut Hakim (2000: 2-7), belajar efektif memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut.
a. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas
Dengan menetapkan tujuan yang jelas maka keberhasilan belajar dapat
diketahui dengan melihat sejauh mana pebelajar mampu mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan.
b. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi
problematis.
Sesuatu yang bersifat problematis (mengandung masalah dengan
tingkat kesulitan tertentu) dapat merangsang seseorang untuk berpikir
dalam memecahkannya. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan
pelajaran kepada siswanya dengan menghadapkan mereka pada situasi
yang mengandung problematis agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat
berkembang.
c. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar
dengan hafalan.
Belajar dengan pengertian akan lebih berhasil dalam menerapkan dan
mengembangkan segala hal yang sudah dipelajari daripada belajar dengan
hafalan karena belajar dengan hafalan menyebabkan siswa kurang bisa
menerapkan dan mengembangkan suatu pemikiran baru yang lebih
bermanfaat.
d. Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid.
23
Kesesuaian antara guru dan murid sangat mempengaruhi motivasi
siswa dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan pembelajaran
yang yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan siswanya.
Sebaliknya siswa juga harus berusaha menyesuaikan diri dengan gurunya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan belajar dapat berjalan
efektif apabila guru mampu merancang kegiatan belajar mengajar yang menarik
bagi siswa. Kegiatan belajar tersebut disajikan dengan situasi problematis yang
sesuai dengan pengetahuan siswa sehingga akan merangsang siswa untuk
menggali pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang telah diperoleh
tersebut kemudian diintegrasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Trianto (2014: 22), pembelajaran dikatakan efektif
apabila memenuhi persyaratan utama keeektifan pengajaran, yaitu:
a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.
b. Rata rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
c. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar)
d. Mengambangkan suasana belajar yang akrab dan positif.
Sedangkan menurut Kosasih (2014: 12) suatu pembelajaran dikatakan
efektif apabila tujuan tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Para
siswanya dapat mengikuti pembelajaran itu dengan mudah dan menyenangkan.
Menurut Susanto (2014: 53-54), proses pembelajaran efektif apabila seluruh kelas
terlibat aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya, semangat belajar yang besar,
24
percaya diri, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dan
terjadinya perubahan tingkah laku yang positif.
Wotruba dan Wright dalam Uno dan Mohammad, (2014: 174-183) ada 7
indikator pembelajaran efektif adalah sebagai berikut.
a. Pengorganisasian materi yang baik
Pengorganisasian materi terdiri dari perincian materi, urutan materi dari
yang mudah ke yang sukar, dan berkaitan dengan tujuan. Pengorganisasian
materi yang baik tercemin dalam perumusan tujuan dan pemilihan bahan
atau topik pada saat kegiatan pra-intruksional, yaitu membuat rencana
pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
tidak banyak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan semula,
kecuali kalau rencana itu telah ditentukan secara luwes.
b. Komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran meliputi penyajian yang
jelas, kelancaran berbicara, interprestasi gagasan abstrak dengan contoh-
contoh, kemampuan wicara yang baik, dan kemampuan mendengar. Selain
itu, kemampuan komunikasi yang baik juga diwujudkan dalam pembuatan
rencana pembelajaran yang jelas.
c. Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran
Seorang guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan benar
sehingga materi dapat tersampaikan secara sistematis dan logis. Seorang
guru harus mampu menghubungkan materi yang diajarkan dengan
25
pengetahuan yang telah dimiliki para siswanya sehingga membuat
pembelajaran menjadi “hidup”. Selain guru dituntut untuk menguasai
materi, guru juga harus memiliki kemauan dan semangat untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa.
d. Sikap positif terhadap siswa
Sikap positf guru terhadap siswa bisa dilihat dari: (1) guru menerima
respon siswa secara baik; (2) memberi penguatan terhadap respon yang
tepat; (3) memberi tugas yang memberikan peluang memperoleh
keberhasilan; (4) menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa; (5)
menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa; 6) memberi kesempatan siswa untuk terlibat secara
aktif; dan (7) mengendalikan perilaku siswa selama kegiatan berlangsung.
e. Pemberian nilai yang adil
Keadilan dalam pemberian nilai tercemin dalam kesesuaian soal tes
dengan materi yang akan diajarkan, sikap konsisten terhadap pencapaian
tujuan pelajaran, usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan,
kejujuran siswa dalam memperoleh nilai, dan pemberian umpan balik
terhadap hasil pekerjaan siswa.
f. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang bervariasi merupakan bentuk adanya
semangat dalam mengajar. Kegiatan belajar seharusnya ditentukan
26
berdasarkan karakteristik siswa dan mata pelajaran serta hambatan yang
dihadapi.
g. Hasil belajar siswa yang baik
Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat bahwa siswa tersebut menguasai
materi pelajaran yang diberikan. Penguasaan materi siswa dapat dilihat
dari ketuntasan hasil belajar siswa. Tingkat penguasaan materi dalam
konsep belajar tuntas ditetapkan antara 75%-90%. Berdasarkan konsep
belajar tuntas, pembelajaran dikatakan efektif apabila setiap siswa
sekurang-kurangnya dapat menguasai 75% dari materi yang diajarkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif
merupakan pembelajaran yang telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dengan mencakup 2 aspek yaitu aspek hasil yang dapat diukur dan
perubahan sikap individu.
2.1.4. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran
Menurut Suyono (2016: 18), istilah pendekatan merupakan himpunan
asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu
pendekatan menggambarkan sifat – sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang
diajarkan. Dalam pengertian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar
psikologis dan latar pedagogis dari pilihan metode pembelajaran yang akan
digunakan dan diterapkan oleh guru bersama siswa. Contoh pendekatan
pembelajaran adalah pendekatan lingkungan, pendekatan ekspositori dan
pendekatan heuristic, pendekatan kontekstual, pendekatan konsep, pendekatan
27
keterampilan proses, pendekatan deduktif, pendekatan induktif dan pendekatan
kompetensi.
Istilah lain yang biasa digunakan dalam pembelajaran adalah strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang
atau organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Hamdani, 2011: 18)
Selanjutnya dalam taraf yang sempit terdapat istilah metode pembelajaran.
Metode pembelajaran ialah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah –
langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan
dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau
proses teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melaksanakan
pembelajaran (Sanjaya, 2014: 125)
Setara dengan istilah metode pembelajaran, yaitu istilah model mengajar
atau model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil dalam Suyono (2016: 20)
menyebutkan bahwa model mengajar tidak hanya memiliki makna deskriptif dan
kekinian namun harus dapat berorientasi untuk masa depan. Model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau
prosedur. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan
lain-lain. Model pembelajaran mempunyai empat ciri-ciri yang membedakan
dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu, (1) rasional teoritis
logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan
28
pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar; (3) tingkah laku
pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat dicapai.
2.1.5. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut Slavin pembelajaran model pembelajaran TGT terdiri dari 5
langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan
penghargaan kelompok (team recognition).
2.1.5.1. Langkah- Langkah Model Pembelajaran TGT
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model
pembelajaran TGT memiliki langkah langkah sebagai berikut :
a) Siswa Bekerja Dalam Kelompok- Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya
heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa
untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan
siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.
29
Hal ini menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa
bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
b) Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing
ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen
ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada
peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja
turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini dimulai
dengan memberitahuakan aturan permainan. Setelah itu permainan
dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain. (kartu
soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci
tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan
aturan sebagai berikut. Pertama,setiap pemain dalam tiap meja
menentukan dahulu pembaca soal dan pemain pertama dengan cara
undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu
undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.
Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian
yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri
oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka
pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapai
oleh penantang searah jarum jam.setelah itu pembaca soal akan
30
membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain
yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan
jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu
soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam
agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai
pembaca soal, pemain dan penantang. Disini permainan dapat
dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus
mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan
pembaca soal.
Tabel dibawah ini adalah contoh lembar skor game dan perhitungan
poin turnamen.
Tabel. 2.1 Lembar Skor Game
Tabel : Putaran :
Pemain Kelompok Game 1 Game 2 Game 3 Skor Poin
Turnamen
Pemain
Skor
Tidak
Kembar
Skor
diatas
Kembar
Skor
Tengah
Kembar
Skor
Bawah
Kembar
3 Skor
Atas
Kembar
3 Skor
Bawah
Kembar
Semua
kembar
Seri nilai
Tertinggi
&
31
Tabel 2.2 Lembar Perhitungan Skor Turnamen Empat Pemain
c) Penghargaan kelompok
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata rata skor memenuhi
kriteria yang ditentukan. Tim atau kelompok yang mendapat julukan
“Super Team” jika rata rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila
rata rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata ratanya 40 ke
bawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik dengan prestasi
yang telah mereka buat. (Slavin, 2015:163).
Tabel 2.3 Kriteria Menetukan Penghargaan
Kriteria Rata-rata Tim Penghargaan (Award)
<40 Cukup (Good Team)
40-50 Baik (Great Team)
>50 Amat Baik (Super Team)
2.1.5.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TGT
terendah
Top
Skor 60 50 60 60 50 60 40 50
Top
Tengah
skor
40 50 40 40 50 30 40 50
Skor
Tengah
Atas
30 30 40 30 50 30 40 30
Skor
Bawah 20 20 20 30 20 30 40 30
32
Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Menurut Shoimin (2014:207) merupakan kelebihan
dari pembelajaran TGT antara lain :
1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas
(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran,
tetapi peserta didik yang berkemampuan lebih rendah juga bisa ikut
aktif dan mempunyai peranan penting dalam kelompok
2. Model TGT akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Membuat peserta didik bersemangat dalam mengikuti pelajaran
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1) Bagi guru
a) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika
guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok.
b) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak
sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat
diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh
2) Bagi siswa
33
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa
yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
2.1.6. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Slavin (2015: 214), menyebutkan model kooperatif Group Investigation
(GI) dilandasi oleh filosofi belajar Dewey. Model pembelajaran ini telah secara
meluas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama
untuk program-program pembelajaran dengan tugas spesifik.
Model pembelajaran GI merupakan suatu model pembelajaran yang lebih
menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik
pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis
dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap
awal sampai tahap akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai
kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesuai dengan topik yang
sedang dibahas (Shoimin, 2014: 80).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Group
Investigation merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan
kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok melalui
pembentukan, penciptaan serta berbagi pengetahuan dan tanggung jawab individu.
2.1.6.1. Langkah- Langkah Model Pembelajaran GI
34
Slavin (2015: 218-219), model Investigasi Grup dilaksanakan melalui
enam tahap sebagai berikut.
1) Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Para
siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
Para siswa merencanakan bersama mengenai: apa yang kita pelajari?
Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian
tugas) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?
3) Melaksanakan investigasi.
Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya.
4) Menyiapkan laporan akhir.
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
5) Mempresentasikan laporan akhir.
Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya aktif.
6) Evaluasi
35
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,
mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka.
2.1.6.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran GI
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran GI. Shoimin (2014: 81-
82) menyebutkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran GI sebagai
berikut.
a. Kelebihan Model Pembelajaran GI
1. Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang
diberikan.
2. Rasa percaya diri yang lebih meningkat.
3. Meningkatkan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah.
4. Belajar menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan partisipasi dalam berpendapat.
b) Kekurangan Model Pembelajaran GI
1. Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan.
2. Sulitnya memberikan penilaian secara proporsional.
3. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI.
4. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada model pembelajaran GI,
maka guru harus menganalisis materi pembelajaran sebelum menerapkan model
36
GI dan mengkondisikan siswa sebelum proses pembelajaran serta
mengkonfirmasi.
2.1.7. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Teams Games
Tournament dan Group Investigation
Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa
yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu
timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Berikut akan
dijelaskan salah satu teori yang mendukung pembelajaran kooperatif.
2.1.7.1. Teori Belajar Vygotsky
Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa interaksi di antara para siswa
berkaitan dengan tugas tugas yang sesuai meningkatkan kemampuan mereka.
Menurut teori Vygotsky kegiatan kolaboratif di antara anak anak, mendorong
pertumbuhan anak anak yang usianya sebaya lebih suka bekerja dengan satu sama
lain dan perilaku yang diperlihatkan di dalam kelompok kolaborasi lebih
berkembang daripada yang di dapat mereka sebagai individu.
Menurut Vygotsky dalam Slavin (2015: 37-38) pengetahuan tentang
perangkat sosial-bahasa, nilai nilai, peraturan, dan sistem simbol hanya dapat
dipelajari dengan berinteraksi dengan orang lain. Terdapat dukungan yang besar
dalam gagasan interaksi sosial di antara teman sebaya dapat dapat mebantu anak
anak yang tidak tahu menjadi tahu.
Pentingnya untuk bekerja sama di dalam wilayah pembangunan paling
dekat, yang menjelaskan bahwa perbedaan kecil dalam level kognitif antara
seseorang anak dengan model sosial adalah lebih kondusif terhadap pertumbuhan
37
kognitif yang besar. Berdasarkan hal ini Vygotsky, telah menyerukan untuk
meningkatkan penggunaan kerjasama antar siswa. Para siswa akan saling belajar
satu sama lain karena dalam diskusi mereka belajar mengenai materi, konflik dan
pemahaman dengan kualitas yang tinggi akan muncul.
2.1.8. Aktivitas Guru
Guru tidak berperan sebagai satu – satunya sumber belajar yang bertugas
menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Untuk itu menurut Sanjaya (2014:
139-140) ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, di antaranya adalah :
1. Menyusun tugas tugas bersama siswa.
2. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
3. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa.
4. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
5. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan.
Aktivitas guru dalam mengajar yaitu kegiatan yang dilakukan guru saat
proses pembelajaran berlangsung. Guru harus aktif menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Berikut ini adalah aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran
TGT.
Tabel 2.4. Aktivitas Guru Model Pembelajaran Teams Games Tournament
Tahapan Model TGT
Menurut Slavin (2015:164-165)
Aktivitas Guru
38
Teams
Guru membentuk kelompok 4-5 orang
yang sifatnya heterogen mewakili hasil
akademis dan jenis kelamin. Fungsi
kelompok adalah untuk memastikan bahwa
semua anggota kelompok ikut belajar dan
memiliki kesempatan yang sama untuk
sukses khususnya dalam mengerjakan tes
dengan baik. Tiap siswa mengembangkan
kemampuan masing-masing untuk berpikir
tentang objek yang dipermasalahkan
sehingga ada interaksi kelompok yang
diperoleh dari sumbangsih seluruh anggota
kelompok. Guru mengajar materi pokok
secara klasikal pada siswa dengan
memperkenalkan konsep-konsep utama
pada siswa dengan menggunakan
demonstrasi yang menyeluruh. Secara
umum siswa memperoleh konsep-konsep
yang telah diberikan kepada mereka, yaitu
dalam kelompok-kelompok pembelajaran
sebelum mereka mengerjakan secara
individu.
Games (Permainan) Guru memberikan unit perangkat
39
pembelajaran berupa handout dan LKS
yang berisikan soal-soal games yang
berkaitan dengan materi yang dibahas
untuk didiskusikan siswa dengan
kelompoknya. Siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang ditetapkan
untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Masing-masing siswa dalam kelompok
berusaha membantu temannya. Jika ada
siswa yang mendapatkan kesulitan,
disarankan untuk meminta bantuan dalam
kelompok sebelum meminta bantuan
kepada guru.
Team Recognition
Guru menghitung skor kelompok
berdasarkan jumlah yang diberikan dan
keaktifan masing-masing kelompok.
Kriteria kelompok adalah tinggi untuk
kelompok super. Kriteria menengah untuk
kelompok hebat dan kriteria minimum
untuk kelompok baik.
Berikut ini adalah aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran GI.
Tabel 2.5. Aktivitas Guru Model Pembelajaran Group Investigation
40
Tahap Model GI Menurut Slavin
(2015:218)
Aktivitas Guru
Tahap 1: Mengidentifikasi topik dan
mengatur siswa ke dalam kelompok
Guru memberikan kesempatan bagi
siswa untuk memilih berbagai subtopik
dalam suatu masalah umum yang telah
digambarkan oleh guru. Siswa dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil
yang heterogen.
Tahap II: Merencanakan tugas yang
akan dipelajari
Guru membimbing tiap-tiap kelompok
untuk membagi subtopik kepada
seluruh anggota kelompok. Kemudian
anggota kelompok membuat
perencanaan dari masalah yang akan
diteliti, bagaimana proses dan sumber
belajar apa yang akan mereka gunakan.
Tahap III: Melaksanakan investigasi
Guru memastikan bahwa anggota
kelompok saling berkontribusi dalam
mengumpulkan informasi,
menganalisis, dan membuat kesimpulan
serta para siswa saling berdiskusi,
mengklarifikasi jawaban dari masing-
masing siswa untuk dijadikan suatu
solusi masalah dalam kelompok.
41
Tahap IV: Mempersiapkan laporan
akhir
Guru membimbing siswa untuk
mempersiapkan hal-hal apa saja yang
akan disampaikan saat presentasi.
Tahap V: Mempresentasikan laporan
akhir
Guru membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil laporan
diskusi. Sementara kelompok lain
menanggapi hasil pemaparan dari
kelompok yang sedang presentasi.
Tahap VI: Evaluasi Guru bersama siswa memberikan
umpan balik mengenai topik tersebut,
selanjutnya mengevaluasi pembelajaran
yang telah dipelajari kemudian guru
bersama siswa melakukan penilaian
pembelajaran mengenai kontribusi tiap
kelompok yang mencakup tiap individu
atau kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru
merupakan kegiatan yang dilakukan guru saat proses pembelajaran berlangsung
sesuai dengan rencana yang telah disusun serta membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
2.1.9. Aktivitas Siswa
Menurut Sanjaya (2014: 141) dalam kegiatan belajar mengajar aktivitas
siswa dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti mendengarkan,
42
berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan
lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati,
seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lain sebagainya,
akan tetapi juga ada yang tidak bisa diamati seperi mendengarkan dan menyimak.
Oleh sebab itu, sebetulnya aktif dan tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya
siswa yang mengetahui secara pasti, namun demikian setiap aktivitas siswa
memiliki kriteria yang menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa tersebut
dalam pembelajaran. Menurut Sanjaya (2014: 142) keaktifan siswa dapat dilihat
dari proses pembelajaran, sebagai berikut :
1. Tingginya minat siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
2. Adanya keterlibatan siswa dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan.
Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa maupun
dengan guru.
2.1.10. Materi Persegi dan Persegi Panjang
Materi yang dipelajari siswa kelas III Semester 2 yaitu bilangan,
geometri dan pengukuran. Materi pokok yang terkait dengan penelitian ini
terdapat dalam standar isi pada standar kompetensi 5. Menghitung keliling, luas
persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
Kompetensi dasar yang diambil yaitu 5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan keliling, luas persegi, dan persegi panjang.
43
a. Keliling Persegi
1) Menghitung keliling persegi
Keliling bangun datar adalah hasil penjumlahan semua panjang sisi bangun
datar tersebut. Jadi, keliling persegi adalah hasil penjumlahan panjang
keempat sisinya.
Perhatikan gambar berikut.
A D
B C
Pada persegi, keempat sisinya sama panjang, sehingga jika panjang satu
sisi diketahui, maka kelilingnya dapat ditentukan. Keliling persegi
ABCD= AB + BC + CD + DA
Contoh: panjang sisi sebuah persegi adalah 5 cm. Berapa keliling persegi
tersebut?
Jawab: keliling persegi = 5 cm + 5 cm + 5 cm + 5 cm = 20 cm
Jadi, keliling persegi tersebut adalah 20 cm.
2) Rumus keliling persegi
A D
Keliling persegi = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3 +sisi 4
44
B C
Panjang keempat sisi persegi ABCD di atas adalah sama. Sisi AB = sisi BC =
sisi CD = sisi DA. Sehingga keliling persegi ABCD dapat dicari sebagai
berikut.
Keliling persegi ABCD = sisi AB + sisi BC + sisi CD + sisi DA
Karena keempat sisinya sama panjang maka:
Keliling persegi = 4 x panjang salah satu sisinya.
b. Keliling Persegi Panjang
1) Menghitung keliling persegi panjang
A 15 cm B
10 cm
D C
Perhatikan persegi panjang di atas. Keliling persegi panjang ABCD sama
dengan hasil penjumlahan keempat sisi persegi panjang tersebut.
Keliling persegi panjang ABCD = panjang AB + panjang BC + panjang CD +
panjang DA
= 15cm + 10cm + 15cm +10cm
= (2 x 15 cm) + (2 x 10cm)
= 30cm + 20cm
= 50cm
Jadi, keliling persegi panjang ABCD adalah 50cm.
Keliling persegi = 4 x sisi
45
2) Rumus keliling persegi panjang
A B
sisi lebar
D sisi panjang C
Perhatikan persegi panjang di atas. Panjang AB = panjang DC (sisi panjang).
Panjang AD = panjang BC (sisi lebar). Pada persegi panjang, sisi panjang
disebut panjang dan sisi pendek disebut lebar. Maka, keliling persegi panjang
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Keliling persegi panjang = sisi panjang + sisi lebar + sisi panjang + sisi lebar
= (2 x sisi panjang) + (2 x sisi lebar)
= (2 x panjang) + (2 x lebar)
= 2 x (panjang + lebar)
c. Menghitung Luas persegi
K N
s
L s M
Panjang keempat sisi persegi KLMN di atas adalah sama. Sisi KL = sisi NM = sisi
KN = sisi LM. Panjang sisi tersebut disimbolkan dengan s, sehingga luas persegi
KLMN dapat dicari dengan mengkalikan sisi-sisi KLMN.
Keliling persegi panjang = 2 x (panjang+lebar)
46
Jadi luas persegi = sisi x sisi.
d. Menghitung Luas Persegi Panjang
A D
l
B p C
Persegi panjang ABCD mempunyai panjang p yaitu sisi terpanjang dari
persegi panjang. Dan lebar l yaitu sisi terpendek dari persegi panjang. Luas dari
persegi panjang adalah panjang x lebar.
2.1.11. Hasil Belajar
Ada empat unsur utama proses belajar – mengajar, yakni tujuan-bahan-
metode dan penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar – mengajar pada
hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh
siswa setelah menerima dan menempuh pengalaman belajarnya.
Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik kurikuler
maupun intruksional, mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom dalam Sudjana (2014: 22-23) secara garis besar menbagi hasil belajar
menjadi tiga ranah, yakni: (1) Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek. (2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek. (3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ranah kognitif yang paling
Luas persegi = sisi x sisi
Luas persegi panjang = panjang x lebar
47
banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menguasi materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan
memfokuskan pada hasil belajar ranah kognitif, yakni hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika.
2.1.12. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12
atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir
untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan
objek yang bersifat kongkret (Heruman, 2014: 1). Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran guru perlu menggunakan media – media nyata dengan model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga siswa dapat dengan
mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan
menerapkannya karena siswa mempelajarinya secara langsung.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika
yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang
dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih mudah di
pahami oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan
konkret, semi konkret, semi abstrak dan selanjutnya abstrak.
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa
perlu segera diperlukan penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam
memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.
48
Untuk keperluan inilah, diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
pengertian, tidak hanya hafalan atau mengingat saja.
Selain berada pada tahap operasional kongkret, psikolog perkembangan
anak menyebutkan siswa SD juga mempunyai kecenderungan berkelompok dan
ingin diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompoknya yang
disebut sebagai usia kreatif. Sehingga terdapat beberapa karakteristik dari anak
usia sekolah dasar yaitu; (1) senang bermain, (2) senang bergerak, (3) senang
bekerja dalam kelompok, (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Karakteristik yang pertama yaitu senang bermain, hal ini menuntut guru
SD untuk merancang pembelajaran yang bermuatan permainan dengan
menerapkan model pembelajaran yang mendukung terutama untuk siswa kelas
rendah. Karakteristik yang kedua yaitu senang bergerak. guru SD hendaknya
memfasilitasi siswa dengan menerapkan model-model pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk bergerak dan berpindah. Karakteristik ketiga yaitu
senang bekerja dalam kelompok, hal tersebut membuat guru SD harus dapat
merancang sebuah pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk
berkelompok dan berinteraksi satu dengan yang lain dengan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai. Sedangkan untuk karakteristik yang keempat, yaitu
senang merasakan dan melakukan secara langsung berarti guru SD dituntut untuk
merancang sebuah pembelajaran yang memfasilitasi siswa secara langsung
melalui model-model pembelajaran yang sesuai dan mendukung karakteristik
tersebut.
49
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam merancang sebuah pembelajaran, guru SD harus benar-benar
memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh siswa SD. Guru harus
menerapkan pembelajaran yang inovatif dengan memilih model-model yang
sesuai dan mendukung dari karakteristik-karakteristik siswa SD sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
2.1.13. Teori Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi
reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu
cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun
penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah
mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan hal
baru.
Bruner (Ruseffendi, 1991) dalam Heruman (2014: 4) menyebutkan
bahwa pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang diperlukannya. Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan
bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam
pembelajaran inin guru lebih banyak membimbing dibandingkan memberi tahu.
Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara
pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.
Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan
suatu cara yang melatih berbagai kemampuan intelektual siswa, merangsang
keingintahuan dan memotivasi siswa. Adapun tujuan mengajar hanya dapat
50
diuraikan secara garis besar, dan dicapai dengan cara yang tidak perlu sama setiap
siswa. Dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu
konsep menjadi prasyarat konsep yang lain. Oleh karena itu siswa harus lebih
banyak diberikan kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut.
Selain belajar penemuan, pada pembelajaran matematika harus terjadi
pula belajar secara kontruktivisme Piaget. Dalam kontruktivisme, kontruksi
pengetahuan dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif.
2.1.14. Pembelajaran Matematika di SD
Dalam mengajar matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan
setiap siswa berbeda – beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran
matematika. Merujuk pada berbagai pendapat ahli matematika SD dalam
mengembangkan kteativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat
menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan
pola pikir siswa.
Menurut Heruman (2013: 2) menyebutkan bahwa konsep – konsep
kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan
pembinaan keterampilan. Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu
agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam
kehidupan sehari – hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut
harus melalui langkah – langkah besar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan
siswa. Berikut ini adalah pemaparan konsep pembelajaran matematika di SD.
51
1. Penanaman Konsep Dasar
Pembelajaran konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah
mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar
merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan
kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga
diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir
siswa.
2. Pemahaman Konsep
Merupakan pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan
agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pembelajaran
pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih
merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut,
penanaman konsep, dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
3. Pembinaan Keterampilan
Pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.
Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil
menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada
pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga dilakukan pada
pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman
dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan
52
pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
2.2. Kajian Empiris
Penerapan model TGT dan GI telah mengacu pada penelitian yang relevan
sebelumnya, antara lain:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Salam, dkk (2015: 42-48) dengan judul
“Effect of Using Teams Games Tournament (TGT) Cooperative
Technique for Learning Mathematics in Secondary School of
Bangladesh” yang menunjukkan hasil bahwa pembelajaran dengan
model TGT menghasilkan peningkatan sikap yang positif terhadap
pembelajaran matematika.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Komsatun, dkk (2013: 682-689)
dengan judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Teams Games
Tournament dan Numbered Heads Together dengan Pendekatan
Matematika Realistik Pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang
Ditinjau dari Keaktifan Belajar” yang menunjukkan hasil bahwa
pembelajaran matematika dengan menggunakan model TGT lebih
efektif meningatkan keaktifan siswa dalam materi luas permukaan
bangun ruang.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Ardhy, dkk (2014: 67-76) dengan
judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games
Tournament (TGT) dan Team Asisted Individualization (TAI) pada
Materi KPK dan FPB Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Logika
53
Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Purwodadi
Tahun Pelajaran 2013/2014” yang menunjukkan hasil bahwa model
pembelajaran kooperatif TGT menghasilkan prestasi belajar sama
baiknya dengan model pembelajaran TAI.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Faqihi, dkk (2015: 1048-1056) dengan
judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Pada Materi
Peluang Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa” yang
menunjukkan hasil bahwa kedua model pembelajaran tersebut dengan
pendekatan saintifik menghasilkan prestasi belajar lebih baik daripada
model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Adora, dkk (2014: 146-147) dengan
judul “Group Investigation in Teaching Elementary Science” yang
menunjukkan hasil bahwa metode Group Investigation lebih baik
daripada metode tradisional/ konvensional dalam pembelajaran sains
di sekolah dasar.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Sholikhah, dkk (2014: 727-739)
dengan judul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI) dan Numbered Heads Together (NHT) pada
Materi Garis Singgung Lingkaran Ditinjau dari Kecerdasan
Majemuk” yang menunjukkan hasil bahwa pembelejaran dengan
model NHT lebih daripada dengan model pembelajaran GI dan lebih
baik daripada pembelajaran langsung.
54
g. Penelitian yang dilakukan oleh Sarwiji, dkk (2014: 21-29) dengan
judul “The effect of Group Investigation Learning Metods on
Elementery School Students” yang menunjukkan bahwa pembelajaran
pada anak sekolah dasar dengan menggunakan model pembelajaran
GI lebih efektif daripada model konvensional.
h. Penelitian yang dilakukan oleh Puranama, dkk (2010: 29-49) dengan
judul “Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN
Turen Pada Pokok Bahasan Pecahan dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)” yang
menunjukkan hasil bahwa dengan adanya game dalam pembelajaran
akademik membuat meningkatnya motivasis siswa belajar sehingga
mempengaruhi hasil belajar siswa.
2.3. Kerangka Berpikir
Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT). Model pembelajaran tersebut sangat sesuai dengan
karakteristik siswa SD yaitu dalam pelaksanaanya siswa seperti belajar sambil
bermain, melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sekelomponya, dan
menemukan sendiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam
penelitian ini, model pembelajaran tersebut akan dibandingkan dengan model
yang sudah diterapkan oleh guru kelas untuk mengetahui model pembelajaran
yang paling efektif.
55
Berikut ini adalah kerangka berpikir keefektifan model pembelajaran TGT
dan GI terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas III SD Negeri Gugus
Ahmad Yani Kabupaten Jepara yang disajikan dalam bentuk diagram berikut.
56
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Guru
Model Pembelajaran yang diterapkan oleh guru cenderung kurang menarik
minat siswa sehingga rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Tes Belajar Matematika (Postest)
Hasil Belajar kelas
Eksperimen dibanding KKM
Hasil Belajar kelas eksperimen dibandingkan Hasil Belajar
Kelas Kontrol Siswa Kelas III Gugus Ahmad Yani
Keadaan
Sama
Tes Awal (Pretest)
Kelas Eksperimen
Pembelajaran TGT
Kelas Kontrol
Pembelajaran GI
Hasil Belajar kelas
Kontrol dibanding KKM
Pembelajaran Kelas Eksperimen Model TGT dibanding
Pembelajaran Kelas Kontrol Model GI Siswa Kelas III Gugus
Ahmad Yani
57
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Jawaban tersebut
dikatakan sementara karena jawaban yang dikemukakan baru didasarkan pada
teori-teori yang relevan, namun belum didasarkan pada fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono 2015: 96). Berdasarkan kerangka
berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1) Hasil belajar matematika siswa kelas III SD Gugus Ahmad Yani Kabupaten
Jepara dengan model TGT tidak mencapai KKM.
Hasil belajar matematika siswa kelas III SD Gugus Ahmad Yani Kabupaten
Jepara dengan model TGT dapat mencapai KKM.
2) Hasil belajar matematika siswa kelas III SD Gugus Ahmad Yani Kabupaten
Jepara dengan model GI tidak mencapai KKM.
Hasil belajar matematika siswa kelas III SD Gugus Ahmad Yani Kabupaten
Jepara dengan model GI dapat mencapai KKM.
3) Penerapan model Team Games Tournament tidak lebih efektif dari model
pembelajaran kelas kotrol terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III
SD Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara.
Penerapan model Team Games Tournament lebih efektif dari model kelas
kontrol terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III SD Gugus Ahmad
Yani Kabupaten Jepara.
139
BAB V
PENUTUP
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SDN Gugus
Ahmad Yani Kabupaten Jepara, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hasil belajar Matematika siswa kelas III SDN Gugus Ahmad Yani
Kabupaten Jepara dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games
Tournament dapat mencapai KKM. Hal ini dapat dilihat dari uji ketuntasan belajar
menggunakan uji proporsi satu pihak, uji t pihak kanan serta uji peningkatan gain
dan N-gain. Hasil belajar siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan secara
klasikal karena mendapatkan nilai matematika di atas KKM (75) telah mencapai
75% atau lebih. Pada kelas eksperimen diperoleh harga zhitung = 2,708, sedangkan
harga z (0,5-α) dengan peluang (0,5 – α) adalah 1,64. Karena zhitung>z (0,5-α) maka Ho
ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelas eksprimen telah dikatakan tuntas
secara klasikal karena yang mendapatkan nilai matematika di atas KKM (75) telah
mencapai 75% atau lebih. Pada kelas kontrol diperoleh harga zhitung = 1,63
sedangkan harga z (0,5-α) dengan peluang (0,5 – α) adalah 1,64. Karena zhitung>z(0,5-
α) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dapat dikatakan
tidak tuntas secara klasikal karena yang mendapatkan nilai matematika di atas
KKM (75) belum mencapai 75% dari keseluruhan siswa.
142
Model pembelajaran Teams games Tournament efektif terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas III SDN Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara.
Keefektifan model pembelajaran TGT didasarkan pada pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji-t pihak kanan. Uji-t menggunakan rumus Separated
Varians dan diperoleh thitung (4,707) lebih dari ttabel (1,728). Peningkatan untuk
kelas eksperimen rata-rata gain kelas yaitu 27,272 dan kelas kontrol rata-rata gain
kelas yaitu 18,947. Jadi, kriteria yang sesuai untuk kelas eksperimen yaitu
peningkatan sedang karena 21,351 < 27,272 < 33,195, sedangkan kriteria yang
sesuai untuk kelas kontrol yaitu peningkatan sedang karena 9,768 < 18,947 <
28,126.
Ditemukan permasalahan keaktifan guru dalam pembelajaran matematika
kelas III SDN Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara yang cenderung otoriter.
Setelah diberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TGT, aktifitas guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan.
Pada pertemuan 1 memperoleh presentase 71,40% yang termasuk dalam kategori
baik. Kemudian di pertemuan ke 2 memperoleh presentase 75% yang termasuk
kategori baik, hal ini menunjukkan adanya peningkatan. Pada pertemuan ke 3
memperoleh presentase 82,10% termasuk dalam kategori sangat baik. Selanjutnya
pada pertemuan ke 4 guru lebih mudah untuk mengkondisikan siswa sehingga
memperoleh presentase 96,40% yang termasuk kategori sangat baik. Maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran TGT memberikan kesempatan
guru untuk ikut terlibat dalam diskusi dengan siswa, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
143
Ditemukan permasalahan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika
kelas III SDN Gugus Ahmad Yani Kabupaten Jepara yang cenderung pasif.
Setelah diberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TGT, aktifitas guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan.
Pada pertemuan 1 memperoleh presentase 71,40% yang termasuk dalam kategori
baik. Kemudian di pertemuan ke 2 memperoleh presentase 75% yang termasuk
kategori baik, hal ini menunjukkan adanya peningkatan. Pada pertemuan ke 3
memperoleh presentase 82,10% termasuk dalam kategori sangat baik. Selanjutnya
pada pertemuan ke 4 siswa lebih mudah untuk memahami aturan aturan
permainan sehingga kegiatan kelompok dapat berjalan dengan baik, sehingga
memperoleh presentase 96,40% yang termasuk kategori sangat baik. Dari
penjelasan-penjelasan diatas, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
TGT memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung serta berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercipta dan
terlaksana dengan baik, dan meningkatkan hasil belajar siswa yang memuaskan.
Karena hasil belajar yang diperoleh dengan aktifitas secara langsung akan tahan
lama diingat, membentuk perilaku, kamauan dan kemampuan untuk belajar.
5.2. SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah di atas, maka peneliti memberikan saran:
1. Guru dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournamnet untuk meningkatkan
hasil belajar matematika.
144
2. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran, menyesuaikan sintaks model
pembelajaran dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan optimal.
3. Pemanfaatan media seperti gambar juga dapat digunakan untuk menambah
ketertarikan siswa terhadap materi yang akan dipelajari.
4. Penggunaan model pembelajaran TGT diharapkan dapat menambah antusias
siswa dalam pembelajaran sehingga tercipta suasana yang kondusif yang
akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga berdampak pada
hasil belajar siswa.
5. Model pembelajaran TGT perlu disosialisasikan lebih luas kepada guru dan
dijadikan alternatif dalam pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan
hasil belajar.
6. Dalam melaksanakan model pembelajaran TGT dengan adanya turnament
diharapkan dapat menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan
sehingga tercipta hubungan yang baik antar guru dan siswa.
143
DAFTAR PUSTAKA
Adora, dkk. 2014. Investigation in Teaching Elementary Science. International
Journal of Humanities and Management Sciences Vol. 2 (3) halaman 146-
147.
Ardhy, dkk. 2014 Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games
Tournament (TGT) dan Team Asisted Individualization (TAI) pada Materi
KPK dan FPB Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Logika Matematika. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 2 (1) halaman 67 – 76.
Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Aswan, Djamarah. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmayanti, dkk. 2016. Pengaruh Model TGT Terhadap Hasil Belajar
Matematika dengan Kovariabel Kemampuan Numerik Pada Siswa Kelas V.
Jurnal PGSD. Vol. 4 (1) halaman 44 – 54.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2012
Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Djamarah, Syaiful. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Faqihi, dkk. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Pada Materi Peluang
Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika Vol. 3 (10) halaman 1048-1056.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model – Model Pembelajaran Inovatif.
Jogjakarta: Ar – Ruzz Media.
146
Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.
Hamalik, Oemar. 2014. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru
Algensindo.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Heruman. 2014. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Impelementasi Kurikulum
2013. Bandung: Yrama Widya.
Komsatun, dkk. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Teams Games
Tournament dan Numbered Heads Together dengan Pendekatan Matematika
Realistik Pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang Ditinjau dari
Keaktifan Belajar. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 1 (7)
halaman 682 – 689.
Lestari, Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika
Adiatama.
Majid, Abdul. 2014. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustafidah, H. 2009. Pengembangan Perangkat Lunak Komputer untuk
Mengevaluasi Soal Tes. Jurnal Matematika. Vol. 12 (1) halaman 1-9.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006
Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Republik Indonesia No.
81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran.
147
Puranama, Denis dkk. 2010. Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar
Siswa Kelas 4 SDN Turen Pada Pokok Bahasan Pecahan Dengan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). Jurnal
Pendidikan. Vol. XI Halaman 29-49.
Raharjo, Susilo dan Gudnanto. 2016. Pemahaman Individu Teknik Non Tes.
Jakarta: Prenada Media Group.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Salam, dkk. 2015. Effect of Using Teams Games Tournament (TGT) Cooperative
Technique for Learning Mathematics in Secondary School of Bangladesh.
Malaysian Online Journal Education Technology. Vol. 3 (3) halaman 42 –
48.
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Beriorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sarwiji, dkk. 2014. The effect of Group Investigation Learning Metods on
Elementery School Students. Journal of Education and Practice. Vol. 5 (1)
halaman 21 – 29.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2014. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suyono, Hariyanto. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
148
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sholikhah, dkk. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI) dan Numbered Heads Together (NHT) pada
Materi Garis Singgung Lingkaran Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk.
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 2 (7) halaman 727 – 739.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin, Robert. E. 2015. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Jakarta:
Nusa Media.
Tabany, Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Uno, B. Hamzah dan Nurdin Mohammad. 2014. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Wibawa, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams
Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal PGSD.
Vol. 4 (1) halaman 42-43.