terapi refrat

6
Terlepas dari jenis agen kimia yang menyebabkan trauma, tujuan utama dari penanganan trauma kimia pada mata harus meliputi pembersihan agen trauma kimia; pengendalian rasa nyeri, tekanan intra okuler, dan inflamasi; pencegahan infeksi; vaksinasi tetanus; dan penyembuhan epitel okular. Untuk mencapai tujuan tersebut dan memperbaiki kerusakan struktur visual, baik intervensi secara medis dan operasi bisa terjadi dalam jangka waktu cepat atau lambat, tergantung dari tingkat keparahan trauma. Pemberian irigasi selama kurang lebih 15 menit, tapi optimalnya diberikan sampai permukaan okular netral kembali. Irigasi merupakan perawatan penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi trauma kimia. Dalam penelitiannya, Rihawi, et al. melakukan penelitian terhadap mata babi yang mengalami enukleasi akibat trauma alkali berat, pembilasan yang tertunda 20 detik saja menghasilkan peningkatan pH intraokular dari pH yang minimum 6.76±0.55 menjadi pH maksimum 10.32±0.33. Beberapa studi dilakukan untuk meneliti agen larutan irigasi yang terbaik. Salah satu studi mengemukakan tentang larutan buffer yang ideal sebagai agen irigasi dan studi lainnya menyatakan bahwa sebaiknya larutan irigasi tidak mengandung agen fosfat karena dianggap bisa memicu terjadinya kalsifikasi kornea yang akut. Agen iso-osmotik seperti saline normal atau larutan ringer laktat juga efektif sebagai larutan irigasi. Penggunaan air keran juga direkomendasikan untuk irigasi dini sambil menunggu larutan irigasi yang sesuai. Pada beberapa kasus, pasien yang mengalami blepharospasm refleksive berat menyebabkan disorientasi dan In most cases, the patient experiences severe reflexive blepharospasm causing disorientation and hindering him or her from reaching the nearest body or eye shower.6 Inability to overcome blepharospasm also leads to insufficient irrigation of all aspects of the eyes; therefore, the physician may need to apply topical anesthetic drops to facilitate the process. Chemical particles are sometimes retained in the cul-de-sac or under the upper eyelid; therefore, ectropinization and cleaning of these areas with a moist

Upload: rachael-lynch

Post on 10-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

terapi refrat

TRANSCRIPT

Page 1: terapi refrat

Terlepas dari jenis agen kimia yang menyebabkan trauma, tujuan utama dari penanganan trauma kimia pada mata harus meliputi pembersihan agen trauma kimia; pengendalian rasa nyeri, tekanan intra okuler, dan inflamasi; pencegahan infeksi; vaksinasi tetanus; dan penyembuhan epitel okular. Untuk mencapai tujuan tersebut dan memperbaiki kerusakan struktur visual, baik intervensi secara medis dan operasi bisa terjadi dalam jangka waktu cepat atau lambat, tergantung dari tingkat keparahan trauma.

Pemberian irigasi selama kurang lebih 15 menit, tapi optimalnya diberikan sampai permukaan okular netral kembali. Irigasi merupakan perawatan penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi trauma kimia. Dalam penelitiannya, Rihawi, et al. melakukan penelitian terhadap mata babi yang mengalami enukleasi akibat trauma alkali berat, pembilasan yang tertunda 20 detik saja menghasilkan peningkatan pH intraokular dari pH yang minimum 6.76±0.55 menjadi pH maksimum 10.32±0.33. Beberapa studi dilakukan untuk meneliti agen larutan irigasi yang terbaik. Salah satu studi mengemukakan tentang larutan buffer yang ideal sebagai agen irigasi dan studi lainnya menyatakan bahwa sebaiknya larutan irigasi tidak mengandung agen fosfat karena dianggap bisa memicu terjadinya kalsifikasi kornea yang akut. Agen iso-osmotik seperti saline normal atau larutan ringer laktat juga efektif sebagai larutan irigasi. Penggunaan air keran juga direkomendasikan untuk irigasi dini sambil menunggu larutan irigasi yang sesuai.

Pada beberapa kasus, pasien yang mengalami blepharospasm refleksive berat menyebabkan disorientasi dan

In most cases, the patient experiences severe reflexive blepharospasm causing disorientation and hindering him or her from reaching the nearest body or eye shower.6 Inability to overcome blepharospasm also leads to insufficient irrigation of all aspects of the eyes; therefore, the physician may need to apply topical anesthetic drops to facilitate the process. Chemical particles are sometimes retained in the cul-de-sac or under the upper eyelid; therefore, ectropinization and cleaning of these areas with a moist sterile cotton swab are mandatory.20 In addition to these conservative measures, active surgical debridement of necrotic conjunctival and corneal tissue is essential, since retained caustic agents may be the culprits causing continuing inflammation and necrosis.6

Trauma Kimia yang berat bisa menimbulkan rasa nyeri yang berat. Anestesi topikal, seperti propacaine hydrochloride 0.5%, tetracaine hydrochloride 0.5% Altacaine®, Altaire), atau larutan fluorescein sodium-benoxinate hydrochloride ophthalmic (Fluress®, Akorn), bisa membantu mengurangi rasa nyeri. 7,17 Sebagai tambahan bisa diberikan analgesik sistemik, seperti NSAID’s parenteral atau narkotik analgesik, untuk efek yang cepat dan menenangkan pasien selama melakukan irigasi. Agen sikloplegik ditambahkan untuk mengurangi rasa nyeri akibat spasme ciliary dan iritis serta untuk mencegah sinekia yang mungkin terjadi bersamaan dengan trauma. 7,25 Homatropine hydrobromide 5% (Isopto Homatropine 5%, Alcon Laboratories, Inc.) digunakan karena memiliki waktu penyembuhan yang lengkap 36-48 jam, waktu dimana pasien harus diberikan pemeriksaan follow up oleh ophthalmologist; tetapi longer acting cycloplegics seperti scopolamine hydrobromide 0.25% (Isopto® Hyoscine, Alcon Laboratories, Inc.) atau atropine sulfate juga dapat digunakan. Pada trauma kimia akibat agen basa, peningkatan tekanan intraokular diakibatkan oleh

Page 2: terapi refrat

karena kontraksi dari sklera dan kerusakan dari anyaman trabekular. 7,26 Peningkatan tekanan yang kedua terjadi 2-4 jam selanjutnya oleh karena adanya pelepasan dari prostaglandin.

Untuk mengontrol peningkatan tekanan intraokular dapat diberikan carbonic anhydrase inhibitor atau beta-adrenergic blocker sebagai terapi awal dan selama fase penyembuhan selanjutnya. Sebaiknya segera dirujuk ke ophthalmologist atau ke spesialis glaukoma jika peningkatan tekanan intraokularnya sangat tinggi atau terjadi penolakan dari dalam tubuh terhadap terapi yang telah diberikan karena trabekulektomi atau penempatan katup glaukoma seton dapat diberikan.

Untuk mengontrol inflamasi dapat diberikan, Kortikosteroid topikal seperti Prednisolon Asetat 1% atau Fluorometholone Asetat 0.1% (Flarex 0.1%, Alcon Laboratories, Inc.), dapat digunakan untuk mengurangi infiltrasi dari sel-sel inflamasi dan menstabilisasi leukosit polimorfonuklear, sitoplasmik, dan membran lisosom3,17 setelah penyembuhan dari epitel kornea. Puncak dari fase penyembuhan 10 – 14 hari setelah trauma. Penggunaan kortikosteroid untuk memaksimalkan efek anti inflamasi selama 7-10 hari; kemudian dosisnya diturunkan dan dihentikan untuk mencegah penipisan kornea. Steroid Progestasional kurang mempunyai efek anti inflamasi dibandingkan kortikosteroid, tapi efeknya minimal terhadap perbaikan stromal dan sintesis kolagen. Untuk alasan ini, topikal, subkonjungtival, atau sistemik medroksiprogesterone asetat (Provera®, Pfizer) dapat menggantikan kortikosteroid pada hari ke 10-14 saat penekanan pada fase inflamasi. NSAID’s topikal seperti diclofenac sodium (Voltaren Ophthalmic® 0.1%, Novartis Pharmaceuticals) dan ketorolac tromethamine (Acular® 0.5%, Allergan), menunjukkan hasil yang menjanjikan pada percobaan eksperimental untuk mengurangi inflamasi setelah trauma kimia. Akhirnya, untuk mendukung penyembuhan luka pada kornea dan kerusakkan kemotaksis dan fungsi dari PMN leukosit, calcium-chelator yang dikenal sebagai sodium sitrate, bisa digunakan oral sebagai adjuvan terapi.

Pencegahan Infeksi

Umumnya sebagai terapi awal, pasien yang mengalami trauma pada kelopak mata, kornea, konjungtiva, sklera dan kulit perifer yang mempengaruhi mata harus diberi profilaksis broad spectrum, tetesan atau salep antibiotik topikal.15,20 Pasien dengan sisa partikel yang masih menempel pada kelopak mata yang mengalami abrasi harus dibersihkan.28 Laserasi pada sebagian kelopak mata yang mengalami penebalan (tidak termasuk tepi kelopak mata) diperbaiki dengan pembedahan. Berbeda halnya dengan penebalan kelopak mata yang menyeluruh sampai pada tepi kelopak mata maka harus diperbaiki secara teliti untuk mencegah cekungan pada kelopak mata dan trikiasis. Kemudian cedera pada kelopak mata diirigasi dengan salin dan ditutup dengan salep antibiotik dan kasa steril. Salep mata bersifat lebih lembut dan bertahan lama dibandingkan tetes mata. Erythromycin dan bacitracin (Ak-Tracin, Akorn) lebih dipilih dibandingkan gentamicin (Gentak®, Akorn) yang bersifat toksik terhadap epitel kornea dan larutan mata Neosporin® (neomycin-polymyxin B-gramicidin, Monarch Pharmaceuticals Inc.), memiliki reaksi alergi tinggi.17,28 Sebagai profilaksis, masih terdapat perbedaan pendapat mengenai pentingnya pemberian profilaksis tetanus.29,30

Promote ocular epithelial healing

Setelah penanganan awal diberikan, berbagai pengukuran dilakukan pertolongan lebih lanjut, terutama untuk menunjang proses penyembuhan epitel yang rusak. Pada orang normal yang mengalami trauma kimia pada mata, kemampuan untuk memproduksi air mata yang banyak masih

Page 3: terapi refrat

baik; oleh karena itu, air mata buatan tidak diperlukan.3 Air mata buatan dibutuhkan mengikutii re-epitelisasi untuk memperbaiki resiko dari erosi kornea yang rekuren dan rehabilitasi kecepatan visual. Asam Askorbat sebagai co-faktor pada sintesis kolagen. bisa digunakan sebagai tetes mata topikal (10% per jam) atau oral (2 gram, 4x1 dewasa). Salah satu penelitian menemukan hubungan antara trauma alkali berat pada mata kelinci dengan pengurangan level asam askorbat pada aqueous humor. Penggunaan vitamin C secara sistemik membantu pembentukan sitesis kolagen dan mengurangi ulserasi, tetapi harus digunakan dalam pengawasan khususnya pada pasien gagal ginjal karena kadar tinggi Vitamin C bersifat toksik terhadap ginjal.

Irigasi awal penting diberikan untuk membatasi paparan dari agen kimia. Tujuannya untuk membersihkan substansi kimia dan mengembalikan pH fisiologis mata. Diperlukan irigasi kurang lebih sebanyak 20 liter. Untuk mengoptimalkan kenyamanan pasien dan keefektifan dari larutan irigasi, diperlukan anestesi topikal. Spekulum palpebra atau Morgan Lens ® (MorTan, Missoula MT) digunakan agar mata tetap terbuka, semetara larutan irigasi dialirkan melalui tabung IV.

Terapi medikamentosa

Pasien dengan trauma serajat ringan dan sedang mempunyai prognosis yang baik dan bisa disembuhkan dengan terapi medikamentosa. Tujuan daripada terapi ini adalah untuk meningkatkan perbaikan dari epitel korneadan sintesis kolagen, dan juga untuk meminimalisir kerusakan kolagen serta mengontrol inflamasi.

Antibiotik

Salep topikal antibiotik seperti salep erythromycin 4x1 bisa digunakan untuk menunjang lubrikasi okular dan mencegah superinfeksi. Antibiotik kuat seperti topikal fluoroquinolone diberikan untuk trauma yang lebih berat.

Agen cyclopegic

Agen cyclopegic seperti atropin atau cyclopentolate, juga air mata buatan dan tetes mata pelumas bisa diberikan sebagai penenang.

Tetes mata steroid

Pada minggu pertama trauma, topikal steroid dapat diberikan untuk meredakan inflamasi dan mencegah kerusakan kornea. Pada trauma ringan, prednisolone topikal (Predforte) diberikan 4x1. Pada trauma yang lebih berat prednisolone bisa diberikan per jam. Setelah 1 minggu penggunaan intensif, dosisnya harus diturunkan karena dapat menggangu keseimbangan dari sintesis kolagen.

Asam Askorbat sebagai co-faktor pada sintesis kolagen. bisa digunakan sebagai tetes mata topikal (10% per jam) atau oral ( 2 gram, 4x1 dewasa). Salah satu penelitian menemukan hubungan antara trauma alkali berat pada mata kelinci dengan pengurangan level asam

Page 4: terapi refrat

askorbat pada aqueous humor. Penggunaan vitamin C secara sistemik membantu pembentukan sitesis kolagen dan mengurangi ulserasi, tetapi harus digunakan dalam pengawasan khususnya pada pasien gagal ginjal karena kadar tinggi Vitamin C bersifat toksik terhadap ginjal.

Doksisiklin antimikroba yang secara independen mengurangi efek dari matriks metalloproteinase (MMPs), yang dapat mendegradasi kolagen tipe I.