teori kologi diare (1)
DESCRIPTION
teoriTRANSCRIPT
PERCOBAAN VI
PENGUJIAN EFEK ANTIDIARE
I. TUJUAN
I.1. Mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat
menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan
II. PRINSIP
II.1. Berdasarkan metode pengujian aktivitas antidiare ditunjukan terbatas
pada aktivitas obat yang dapat memperlambat pristaltik usus, sehingga
mengurangi frekuensi defakasi dan memperbaiki kosistensi feses yaitu metode
proteksi terhadap diare oleh oleum ricini
II.2. Berdasarkan waktu muncul diare, jangka waktu berlangsung diare,
bobot feses dievaluasi setelah pemberiaan obat dengan metode ANAVA dan
students test
III. TEORI
Secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik
dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare
persisten. (WHO, 1999)
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari . (Depkes RI,
2005)
Klasifikasi diare dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
1. Diare akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya
kurang dari tujuh hari).
2. Disentri
Yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare persisten
Yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus
menerus.
4. Diare dengan masalah lain
Yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga
disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
(Depkes RI, 2000)
A. Berdasarkan lamanya diare dapat dibagi menjadi dua :
a. Diare akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare
akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah
cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi
hal itu sangat ocialc terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan
berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung
antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang
berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
Diare akut dapat mengakibatkan:
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang
menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc dan hipokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan
karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).
b. Diare kronik
Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
(failure to thrive) selama masa diare tersebut.
B. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,
terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc.
Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan
serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam
sehari merupakan hilangnya air dari tubuh. (Soegijanto, 2002).
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa ocial yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, ocialcss, virus echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
b. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA) ocialcs atau tonsilofaringits,
bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua tahun.
2. Faktor malaborsi merupakan karbohidrat, lemak dan protein.
a. Faktor makanan
b. Faktor psikologis
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus
disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah.
Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung, dan
perut sering berbunyi.
Diare dapat ditularkan dengan berbagai cara yang mengakibatkan
timbulnya infeksi antara lain:
1. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar.
3. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.
Obat-obat diare adalah obat-obat yang digunakan untuk menangulangi
atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus,
cacing dan keracunan makanan. Diare dapat ditimbulkan oleh infeksi oleh
bakteri (bakteri coli), infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang ) dan kolera,
infeksi oleh virus ( influenza perut travelles diare), akibat dari penyakit
cacing, keracunan makanan dan minuman, gangguan enzim, pengaruh enzim
tertentu dan pengaruh saraf.
Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam menghentikan diare maka
antidiare dibagi menjadi empat yaitu:
1. Menekan pristaltik usus
2. Menciutkan selaput usus atau adstringen
3. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri
atau racun penyebab diare yang lain.
4. Pemberiaan mucilage untuk melindungi selaput lendir yang luka
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
1. Kemoterapi
Yaitu memusnahkan bekteri penyebab penyakit digunakan obat
golongan sulfonamide suatu antibiotika.
2. Sepasmolitik
Yaitu zat yang dapat melepasakan kejang-kejang otot perut (nyeri
perut) pada diare.
3. Oralit
Yaitu pertolongan pertama pengobatan diare akut seperti gastro
enteritis ialah pencegahan atau mengatasi pengeluaran cairan atau
elektrolit yang berlebih (dehidrasi).
Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi
yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan
saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu
menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu
memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan
resorpsi normal kembali.
Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan
penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang
selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4
jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh
penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami
sirkulasi enterohepatik. Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna
dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya
diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh
7-14 jam. Kurang dari 2% dieliminasi renal tanpa diubah, 30%
dieliminasi fekal tanpa diubah dan sisanya dieliminasi setelah mengalami
metabolisme dalam hati sebagai glukoroid ke dalam empedu.
Oleum ricini (minya kjarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat
sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis
dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa usus,
sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan
pengeluaran isi usus dengan cepat. Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3
sendok makan (15 sampai 30 ml), diberikan sewaktu perut kosong.
Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah pemberian, berupa pengeluaran
buang air besar berbentuk encer.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.
Simadibrata, M, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Pusat
Penerbitan Departemen.
Soegijanto S. 2006. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”.
Surabaya: Airlangga