pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

23
BAB2 TINJAUAN PUSTAKA Teori dan konsep yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti akan diuraikan pada bab ini sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian. Adapun uraian tersebut terdiri dan konsep diare, tumbuh kembang dan karakteristik anak dibawah usia 2 tahun yang berhubungan dengan diare, konsep epidemiologi, peran perawat dalam pencegahan penyakit dan teori model promosi kesehatan menurut Nola. 3. Pender. 2.1.KONSEP DIARE 2.1.1 Pengertian Diare didefmisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntah- muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009). Juffrie dkk ( 2010) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau anak Iebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebth dan 3x1 han (Hidayat, 2008). Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selam dan

Upload: chenk-alie-patrician

Post on 30-Jun-2015

8.641 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

BAB2

TINJAUAN PUSTAKA

Teori dan konsep yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti akan diuraikan pada bab ini

sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian. Adapun uraian tersebut terdiri dan konsep

diare, tumbuh kembang dan karakteristik anak dibawah usia 2 tahun yang berhubungan

dengan diare, konsep epidemiologi, peran perawat dalam pencegahan penyakit dan teori

model promosi kesehatan menurut Nola. 3. Pender.

2.1.KONSEP DIARE

2.1.1 Pengertian

Diare didefmisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus

yang ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan

elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz,

2009). Juffrie dkk ( 2010) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau

anak Iebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa

lendir dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu.

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti

biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan frekuensi

dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebth dan 3x1 han (Hidayat, 2008). Diare

merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selam dan

frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses lebih berair dan

biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar berair tapi

tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009).

Dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa diare adalah bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dan 3 kali per han path bayi dan lebih dan 6 kali path anak, yang disertai

dengan perubahan konsistensi tinja menjadi encer.

2.1.2 Klasifikasi Diare

Ada dua jems diare menurut Suraatmaja (2002) yaitu diane akut dan diare kronik.

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak path bayi dan anak yang

sebelumnya sehat sedangkan diare kronik adalah diare yang berkelanjutan sampai 2

Page 2: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

mmggu atau lebih dengan kehulangan berat badan atau berat bath tidak bertambah

(failure to thrive) selama masa diare tersebut. Diane kronik dibagi menjadi beberapa

jerns yaitu diane persisten yaitu diane yang disebabkan oleh infeksi. Protracted diane

yaitu diare yang berlangsung lebih dan 2 minggu dengan tinja cain dan frekuensi 4 x

atau lebih perhani. Diane Intraktabel adalah diare yang timbul berulang kali dalam

waktu singkat ( misalnya 1-3 bulan). Prolonged diane adalah diane yang berlangsung

lebih dan 7 han. Cronic non specific diarrhea adalah diane yang berlangsung lebih dan

3 minggu tetapi tidak disertal gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi

maupun malabsorsi.

2.1.2 Etiologi

Etiologi diare akut dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu faktor infeksi yang dibagi

menjadi mfeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral yaitu mfeksi yang terjadi pada

saluran pencemaan yang merupakan penyebab utama diare path anak, meliputi: mfeksi

bakteri, virus, parasit, protozoa dan jamur. Bakteri yang sering menjadi penyebab

diane adalah Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,

Aeromonas, infeksi virus disebabkan oleh Enteroovirus, Adenovirus, Rotarovirus,

Astrovirus dan infeksi parasit disebabkan oleh cacmg Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides,

Protozoa disebabkan oleh Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Ttrichomonas

hominis, dan jamur yaitu Candida albicans.

Sementara itu infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lam diluar alat

pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), tonsilitis, bronkopneumonia dan

ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2

tahun.

Etiologi berikutnya adalah faktor malabsopsi. Malabsopsi yang bisa terjadi yaitu

terhadap karbohicirat: disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),

monosakarida (mtoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak

yang terpenting dan tersering adalah Iaktosa. Malabsopsi lemak dan protein juga

merupakan penyebab timbulnya diare.

Page 3: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

Selain infeksi virus, bakteri, jamur dan malabsopsi faktor makanan seperti makanan

basi, beracun, alergi terhadap makanan dan juga fàktor psikologis seperti ketakutan

dan kecemasan juga berkonstribusi terhadap timbulnya diare, walaupun jarang dapat

menimbulkan diare terutama pada anak yang Iebih besar.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare yaitu pertama terjadinya gangguan

osmotik dimana terjadinya peningkatan tekanan osmotik dalam rongga usus akibat

makanan yang tidak dapat dapat diserap sehingga mengakibatkan teijadinya pergeseran

air dan elektrolit kedalam rongga usus yang merangsang terjadinya diare. Kedua yaitu

gangguan sekresi yang terjadi akibat toksin yang berada di dinding usus, sebingga

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit melalui saluran pencernaan. Ketiga yaitu

gangguan mortalitas usus yang mengakibatkan terjadinya hiperperistaltik dan

hipoperistaltik.

Sedangkan etiologi path diare kronik sangat komplek dan merupakan gabungan faktor

yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Menurut WHO ada beberapa faktor

penyebab diare kronik yaitu adanya infeksi bakteri dan parasit yang sudah resisten

terhadap antibiotika/anti parasit, disertai overgrowth bakteri non-patogen seperti

pseudomonas, klebssiella, streptokok, stafilokok. Kerusakan path epitel usus pada

awalnya akan terjadmya kekurangan enzim laktase dan protase yang mengakibatkan

teijadmya maldigesti dan malabsorpsi karbohidrat dan protein, dan path tahap lanjut

setelah terjadi KEP yang menyebabkan terjadi atropi mukosa lambung, usus halus

disertai penumpukan viii serta kerusakan hepar dan pankreas. Gangguan imunologis

yang terjadi pada anak akan berdampak penurunan path sistem pertahanan tubuh anak

terhadap bakteri, virus, parasit dan jamur yang masuk kedalam usus yang berkembang

deagan cepat, dengan akibat lanjut menjadi diare persisten dan malabsorpsi makanan

yang lebih berat. Faktor lain yang juga menjadi penyebab diare kronik yaitu penangan

diare yang tidak efektif, penghentian pemberian ASI dan makanan serta pemberian

obat-obatan antimotalitas (Suraatmaja, 2009).

Page 4: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

2.1.3 Mekanisme Terjadinya Diare

Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor

diantaranya pertama faktor infeksi, proses mi dapat diawali adanya niikroorgaizisnze

(kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam

usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Selanjutnya terjadi

perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam

absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakten atau akan

menyebabkan sistim transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi

yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang

mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehinga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi

gastroenteritis. Ketiga, faktor makanan dapat terjadi apabila toksm yang ada tidak

mampu diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan peristalistik

yang mengakibatkan penunman kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian

menyebabkan gastroenteritis (Hidayat, 2008.)

2.1.4 Gejala Diare

Menurut Ngastiah (2005) Path mulanya bayilanak menjadi cengeng, kemudian suhu

tubuh menmgkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbulah diare.

Tinja makin cair, mungkin bercampur Lendir dan darah, warna tinja makin lama makin

berubah kehijauh ijauan karena bercampur dengan empedu. Karena anak sering

defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat

banyaknya asam laktat yang terjadi dan pemecahan Iaktosa yang tidak dapat diabsopsi

oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

Bila anak telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi. Berat

badan menurun, turgor kulit berkurang, dan ubunu bun besar menjadi cekung (pada

bayi), turgor kulit berkurang, selaput lendir path bibir, mulut serta kulit tampak kering

dan tcrjadi keram abdomen (Suraatmaja, 2009)

Page 5: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

2.1.5 Derajat Dehidrasi

Menurut Suraatmaja (2009) derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan

2.1.6.2 Kehilangan berat badan

Pada dehidrasi ringan terjadi penurunan berat badan sebesar 2,5 sampai 5 %,

path dehidrasi sedang terjadi penurunan berat badan 5 sampai 10% sedangkan

pada dehidrasi berat terjadi pemirunan berat badan> 10%

2.1.6.2 Skor Maurice King

Tabel 2.1

Derajat dehidrasi menurut Maurice King

Bagian tubuh yang diperiksa

NiIai untuk gejala yang ditemukan

o 1 2

Keadaan umum

sehat Gelisah, cengeng, apatis, ngantuk

Mengigau, koma/syok

Elastisitas kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Sedikit kurang Sangat cekung

Ubun-ubun Normal Sedikit kurang Sangat cekung

besar

Mulut Normal Kering Kering & sianosis

Denyut Kuat> 120 Sedang (120-140) Kering &

nadi/mnt sianosis , >140

Untuk menentukan elastisitas kulit, kulit perut “dicubit” selama 3 0-60 detilc,

kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu 2 sampai 5 detik

menandakan anak mengalami dehidrasi ringan, 5 sampai 10 detik anak

mengalami dehidrasi sedang dan bila terjadi dehidrasi tinggi turgor kulit

kembali lebth dari 10 detik. Berdasarkan skor yang ditemukan path penderita,

dapat ditentukan derajat dehidrasinya yaitu dehidrasi ringan

Page 6: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

(skor 0 sampai 2), dehidrasi sedang (3 sampai 6), dehidrasi berat (skor >7).

2.1.6.3 Berdasarkan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Yang termasuk dalam kategori dehidrasi berat adalah terdapatnya tanda-tanda letargis atau

anak tidak sadar, mata cekung, anak tidak bisa minum atau malas minum serta cubitan perut

kembalmya sangat lambat. Dehidrasi ringan/sedang terjadi apabila terdapat dua atau lebih dan

tanda-tanda benikut anak rnenjadi gelisah dan rewel/marah, mata cekung, haus. Minum

dengan lahap, cubitan kulit perut kembalmya lambat.

2.1.7 Komplikasi

Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil

mengalami komplikasi dan dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.

Adapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu hiponatremia dapat terjadi path penderita diane

yang minum cairan sedikit! tidak mengandung natrium. Penderita gizi buruk mempunyai

kecendrungan mengalami hiponatremia. Sedangkan hipernatremia sering terjadi pada bayi barn

lahir sampai usia 1 tahun (khususnya bayi berumur kurang dan 6 bulan). Biasanya terjadi path

diare yang disertai muntah dengan intake cairanlmakanan kurang, atau cairan yang di minum

mengandung terlalu banyak natrium.

Hipokalsemia terjadi jika penggantian kalium selama dehidrasi ldak cukup, akan terjadi

kekurangan kalium yang ditandai dengan kelemahan path tUngkai, ileus, kerusakan path ginjal

dan aritmia jantung. Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya

basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai

dengan pemafasan yang dalam dan cepat.

Ileus paralitik merupakan komplikasi yang penting dan sering berakibat fatal,

terutama path anak kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas yang ditandai

dengan distensi abdomen, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak ada.

2.1.8 Penatalaksanaan

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus

diare path anak balita baik yang dirawat di rumah sakit maupun dirawat dirumah,

yaitu:

2.1.8.1 Pemberian cairan atau rehidrasi

Page 7: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

Pada klien diare yang hams dipethatikan adalah terjadinya kekurangan cairan

atau dehidrasi. Oleh sebab itu, pemantauan derajat dehidrasi dan keadaan

umum pada pasien sangatlah penting. Pada klien dengan dehidrasi ringan dan

sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCI dan Na,

HCO, K dan Glukosa, untuk gastroenteritis akut diatas umur 6 bulan dengan

dehidrasi nngan, atau sedang kadar natrium 50- 60 Meq/1 dapat dibuat sendiri

(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan

garam. Hal tersebut diatas athlah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawah

ke rumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebth lanjut. Untuk pemberian cairan

parenteral junilah yang akan diberikan tergantung dan berat badan atau

ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan

umur dan berat badannya (Juifrie, 2011).

2.1.8.2 PemberianZmc

Zinc diberikan untuk mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat

mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa

tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah

membuktikannya. Penggunaan zinc dalani pengobatan diare

akut didasarkan path efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi

saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cema selama diare. Pemberian

zinc path diare dapat meningkatkan absopsi air dan elektrolit oleh usus halus

,meningkatkan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan

meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dan usus (Juffrie,

2011).

Menurut Depkes (2008) dan penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa

zinc mempunyai efek protektif terhadap diare dan menurunkan kekambuhan diare sebanyak

11% dan menurut hasil pilot studi menunjukkan bahwa zinc mempunyai tingkat hasil guna

sebesar 67%. Zinc diberikan selama 10 -14 han berturut-turut meskipun anak telah sembuh

dan diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk

anak yang lebih besar, Zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit

(Juffrie, 2011).

Page 8: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

2.1.8.3 Pengobatan dietetik dan pemberian ASI

Pengobatan dietetik adalah dengan pemberian makanan dan minuman khusus pada Mien

dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang perlu diperhatikan

adalah untuk anak dibawah satu tahun dengan berat badan kurang dan

7 Kg, jenis makanan yang diberikan adalah memberikan asi

dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh

misalnya LLM, makanan setengah patht (bubur, makanan padat Nasi Tim). Memberikan

bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang

bersih.

Prinsip pengobatan dietetik yaitu B — E — S — E singkatan dan

Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, Stimulaneously with

Education (Suraatmaja, 2009).

2.1.8.4 Pengobatan Kausal

Pengobatan yang tepat terhadap kausa diane diberikan setelah di ketahui penyebab pasti.

Jika kausa diare penyakit parental, diberikan antibiotika sistemik. Jika tidak terdapat

infeksi parental, antibiotik baru boleh diberikan kalau path pemeriksaan laboratorium

ditemukan bakteri patogen.

2.1.8.5 Pengobatan Simtomatik

Pemberian obat anti diare bertujuan untuk menghentikan diare secara cepat seperti

antispasmodik

2.1.9. Pencegahan Diare

Menurut Juffie (2010), upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara mencegah

penyebaran kuman pathogen penyebab diane. Kuman-kuman pathogen penyebab diare

umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu

Page 9: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

difokuskan path cara penyebaran. Adapun upaya pencegahan diare yang terbukti efektif

meliputi pemberian ASI yang benar, memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan

pendamping ASI, penggunaan air bersih yang cukup, membudayakan kebiasaan mencuci

tangan dengan sabun sehabis buang air besar dansebelum makan, penggunaan jamban

yang bersih dan hiegienis oleh seluruh anggota keluarga, membuang tinja bayi yang benar

dan memperbaiki daya tahan tubuh penjamu.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat

mengurangi resiko diane antara lain dengan memberi ASI paling tidak sampai usia 2

tahun, meningkatkan nilai

gizi makanan pendampmg ASI badan memben makanan dalam jumlah yang cukup

untuk memperbaiki status gizi anak, pemberian imunisasi campak.

Sedangkan menurut Suraatmaja (2007) ada tujuh mtervensi pencegahan diare yang

efektif yaitu dengan pemberian ASI, memperbaiki asupan makanan sapihan,

menggunakan air bersih yang cukup banyak, mencuci tangan, menggunakan jamban

keluarga, cara membuang tinja yang baik dan benar serta pemberian immunisasi

campak, pada balita, 1 sampai 7 % kejadian diare berhubungan dengan campak, dan

diare yang terjadi pada campak umumnya lebth berat dan lebih lama (susah diobati,

cendrung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diperkirakan

imunisasi campak yang mencakup 45 sampai 90 % bayi berumur 9 sampai 11 bulan

dapat mencegah 40 sampai 60% kasus campak, 0,6 sampai 3,8% kejadian diare dan 6

sampai 25% kematian karena diare pada balita.

2.1.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Diare

Banyak faktor nsiko yang mempengaruhi terjadinya diare pada bayi dan balita. Cara

penularan diare pada umumnya melalui cara fekal—oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung dengan tangan

penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung

melalui lalat. (melalui 4 F =finger,flies,fluidfield.

Adapun faktor resiko terjadinya diare yaitu:

Page 10: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

2.1.10.1 FaktorAnak

Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang paling banyak

mendenta diare, kerentanan kelompok usia ini juga banyak dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu umur anak, pemberian ASI, status gizi anak dan status

imunisasi campak.

a. Faktor umur

Sebagian besar diare terjadi path 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi

tertinggi terjadi path kelompok umur 6 sampai 11 bulan, path saat diberikan

makanan pendamping ASI (Juffrie, 2011). Hal ini dikarenakan belum

terbentuknya kekebalan alami dan anak usia dibawah satu tahun. Pola mi

menggambarkan kombmasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya

kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi

bakten tmja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau bmatang path

saat bayi mulai thpat merangkak (Depkes, 1999).

Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinthamurniwaty (2005) terhadap

faktor-faktor risiko kejadian diane akut di Semarang menyatakan bahwa

kelompok umur yang paling banyak menderita diare adalah umur < 24 bulan

yaitu sebesar 58,68 %, kemudian 24-36 bulan sebesar 24,65 %, sedangkan

paling sedikit umur 37-60 bulan 16,67 %.

b. Jenis Kelamin Anak

Dan beberapa penelitian yang dilakukan bahwa terdapat perbedaan jumlah

kasus anak laki-laki dan perempuan yang mendenita dIane. Palupi (2009)

dalam penelitiannya tentang status gizi hubungannya dengan kejadian diane

path anak diane, menjelaskan bahwa pasien laki-laki yang mendenita diane

lebih banyak dan pada perempuan dengan perbandingan 1,5:1 (dengan

proporsi pada anak laki-laki sebesar 60 % dan anak perempuan sebesar 40%.

Page 11: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2005) yang

menyatakan bahwa risiko kesakitan diane path balita

perempuan sedikit lebih rendali dibandingkan dengan balita laid-laid dengan

perbandingan 1: 1,2, walaupun hingga saat liii belum diketahui penyebab

pastinya. Kemungkinan terjadinya hal tersebut dikarenakan path anak laki-

laki lebth aictif dibandingkan dengan perempuan, sehingga mudah terpapar

dengan agen penyebab diare.

c. Status Gizi

Status gizi pada anak sangat berpengaiuh terhadap kejadian penyakit diare.

Pada anak yang mendeiita kurang gizi dan gizi buruk yang mendapatkan

asupan makan yang kurang mengakibatkan episode diare akutnya menjadi

lebih berat dan mengakibatkan diare yang lebih lama dan sering. Risiko

meninggal akibat diare persisten dan atau disentri sangat meningkat bila

anak sudah mengalami kurang gizi. Beratnya penyakit, Iamanya dan risiko

kematian karena diare meningkat path anak-anak dengan kurang gizi,

apalagi path yang menderita gizi buruk (Palupi, 2009).

Dan penelitian yang dilakukan oleh Adisasmito (2007) terhadap beberapa

penelitian faktor risiko diare di Indonesia didapatkan basil bahwa status gizi

yang buruk merupakan faktor risiko teijadinya diare. Hal mi sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sinthamunuwaty (2005) yang menyatakan

bahwa balita dengan status gizi rendah mempunyai risiko 4,21 kali terkena

diare akut dibanding balita dengan status gizi baik.

d. Status Imunisasi Campak

Menurut Suraatmaja (2007), pada balita, 1-7% kejadian diare berhubungan dengan

campak, dan diare yang terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih lama

(susah diobati, cendrung menjadi kroms) karena adanya kelainan path epitel usus.

Diare dan disentri lebih sering terjadi atau berakibat berat path anak-anak dengan

Page 12: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

campak atau menderita campak thiam 4 minggu terakhir. Hal liii disebabkan

karena penurunan kekebalan pada penderita (Depkes, 1999).

2.1.10.2 FaktorOrangtua

Peranan orang tua dalam pencegahan dan perawatan anak dengan diare sangatlab penting.

Faktor yang mempengaruhinya yaitu umur ibu, tingkat pendidikan, pengetahuan ibu

mengenai hidup sehat dan pencegahan terhadap penyakit. Rendahnya tingkat pendidikan

ibu dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dan perawatan anak dengan

diare merupakan penyebab anak terlambat ditangani dan terlambat mendapatkan

pertolongan sehingga beresiko mengalami dehidrasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hermin (1994), ditemukan bahwa kelompok ibu

dengan status pendidikan SLTP keatas mempunyai kemungkinan 1,25 kali

memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik path balita diban’ding dengan kelompok

ibu dengan status pendidikan SD kebawah. Dan penelitian Cholis Bachnoen dan Soemantri

(1993) diketahui pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhathp morbiditas anak

balita, begitu pula basil penelitian Sunoto (1990).

Tingkat pengetahuan ibu, sikap dan perilaku keluarga dalam tatalaksana penderita diare

mencegah terjadinya kondisi anak dengan dehidrasi (Sukawana, 2000)

Sementara itu dan hasil survei yang dilakukan oleh SDKI (2007) terhadap pengetahuan ibu

tentang diare didapatkan data bahwa pengetahuan ibu tentang pembenian paket oralit lebih

rendah pada wanita dengan kelompok umur 15-19 tahun dibandingkan dengan wanita

yang lebih tua. Sementara itu pendidikan ibu mempunyai hubungan yang positif dengan

pengetahuan ibu tentang pembenian paket oralit.

2.1.10.3 Faktor lingkungan

Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersth dengan sanitasi yang jelek akan

mengakibatkan penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu penyebab

diare merupakan penyakit endemik, infeksi dapat benlangsung sepanjang tahun, terutama

pada bayi dan anaka nak yang berumur 6 bulan sampai 3 tahun (Depkes, 1999).

Page 13: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana sebagian besar

penularan melaluifaecalo ral yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana air bersih

dan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan serta perilaku sehat dan keluarga.

2.1.10.4 Hyegine dan Kebersihan din

Perilaku hyegine dan kebersihan ibu dan anak mempunyai pengaruh terhadap pencegahan

terjadinya diare path bayi dan balita, salah satu perilaku hidup bersih yang sening

dilakukan adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan path anak dan juga setelah

anak buang air besar (Hira, 2002)

Banyak penyakit mudah ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau dan

tangan ke mulut. Perilaku mencuci tangan mengurangi nsiko penularan penyakit

pada salman cema (tinja) maupun salman pernafasan. (SDKI, 2007)

Tangan yang kotor dan kuku panjang merupakan sarana berkembang biaknya agen

kuman dan bakteri terutama penyebab penyakit diane. Oleh sebab itu pentingnya

orang ma memperhatikan kebersihan tangan dan kuku pada anak usia bayi dan

balita, dmiana pada usia mi anak berada pada tahapan dimana lebih cendnrng untuk

memasukkan benda atau tangan ke dalam mulut.

2.1.10.5 Sosial ekonomi

Status ekonomi yang rendah akan mempengarubi status gizi anggota keluarga. Hal

ini nampak dan ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

gizi keluarga khususnya anak balita sehingga mereka cendrung memiliki status gizi

kurang bahkan gizi buruk yang memudahkan balita mengalami diare. Keluarga

dengan status ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi

syarat kesehatan sehingga mudah terserang diane. Menurut Adisasmito (2007) ada

beberapa hal yang mempengaruhi faktor sosial ekonomi yaitu jumlah balita dalam

keluarga, jenis pekeijaan , pendidikan ayah, pendapatan, jumlah anak dalam keluarga

Page 14: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

dan faktor ekonomi. Dan berbagai faktor yang diteliti falctor ekononii dan

pendapatan keluargalah yang menunjukkan hubungan yang sigrnfikan. Hal ini

menunjukkan bahwa rendabnya status ekonomi keluarga merupakan salah satu

faktor risiko penyebab teijadinya diane tertutama path anak bayi dan balita.

Konsep Health Promotion (RPM) dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam

pencegahan terhadap kejadian penyakit diare path anak. Diperlukan komitmen bersama dan

semua komponen yang ada baik dan masyarakat terutama adalah orang tua yang

mempunyai anak balita maupun dan tenaga kesehatan termasuk juga perawat. Pentingnya

peran perawat dalam upaya pencegahan terhadap berbagai penyakit infeksi seperti diare,

dengan memutuskan rantai penularan infeksi. Faktor lingkungan mempunyai penganuh

besar tenhadap penulanan penyakit diane , lingkungan yang tidak sehat merupakan

sarana tempat berkembang biaknya agen-agen penyebab diane seperti air sumber air bersih

yang tidak memadai, sarana/tempat pembuangan tiinja dan jamban yang tidak layak.

Selain itu pentingnya mempertahankan daya tahan tubuh anak dengan pemberian

imumsasi yang lengkap dan pembenan makanan yang bergizi akan menurunkan nsiko

anak terkena penyakit. Dengan pemberian penyuluhan kesehatan yang tepat pada orang

tua tentang penyakit diane dan pola hidup yang sehat dibarapkan dapat mencegah

terjadinya penyakit diare pada anak.

Page 15: Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya

2.6 KFRANGKATEORI

Faktor Penyebab & Risiko Tindakan Hasil

Skema 2.4.2. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Tomey & Alligood ( 2006); Mubarok (2009)

Faktor Penyebab

InfeksiMalabsorbsiMakanan basi,

beracun & alergiSebab lain

Faktor Anak

UsiaJenis KelaminASI ekslusifStatus GiziImunisasiKebersihan

tangan dan kuku

Faktor Ibu

Usia,PendidikanPengetahuanKebiasaan mencuci tangan sebelum memberikan makan anak

Faktor Sosial Ekonomi

Penghasilan keluarga

Peran Perawat : primer, sekunder, tersier

Pemberian Penkes tentang penyakit, penatalaksanaan , pencegahan & perawatan diare

Hambatan yang disarankan

Merasakan manfaat tindakan

Sikap

Komitmen terhadap rencana tindakan

Diare Pada Anak

Pengaruh Interpesonal :

Keluarga (orang tua) pelayanan kesehatan

Pengaruh Siatuasional :

Persepsi terhadap pilihan yang ada, karakteristik kebutuhan, cirri-ciri estetik lingkungan

Ya

Perilaku promosi kesehatan

Tidak

Kekambuhan Diare