tems investigation 4

26
TEMS Investigation 4 TEMS 4 adalah TEMS paling jadul yang pernah saya gunakan. Belum bisa digunakan untuk jaringan 3G dan Handshet yang dapat digunakan juga gaul banget, T68 dan yang sejaman dengannya, hehe. Tapi jangan salah, dengan TEMS 4 dan handshet-handshet jadulnya itu Drive Test lebih mudah dan asik. Karena TEMS 4 belum bisa digunakan untuk jaringan 3G, jadi akan kita bahas penggunaan TEMS 4 untuk Drive Test GSM 2G. 1. TEMS 4 Overview Mari kita jalankan software TEMS 4 yang telah diinstal. Di sini saya menggunakan TEMS 4.1 dengan update 4.1.1. Tampilan awal akan terlihat seperti ini : Gambar: TEMS Preview Awal

Upload: frozie

Post on 01-Dec-2015

155 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

TEMS Investigation 4

TEMS 4 adalah TEMS paling jadul yang pernah saya gunakan. Belum bisa digunakan untuk

jaringan 3G dan Handshet yang dapat digunakan juga gaul banget, T68 dan yang sejaman

dengannya, hehe. Tapi jangan salah, dengan TEMS 4 dan handshet-handshet jadulnya itu Drive

Test lebih mudah dan asik.

Karena TEMS 4 belum bisa digunakan untuk jaringan 3G, jadi akan kita bahas penggunaan

TEMS 4 untuk Drive Test GSM 2G.

1. TEMS 4 Overview

Mari kita jalankan software TEMS 4 yang telah diinstal. Di sini saya menggunakan TEMS

4.1 dengan update 4.1.1. Tampilan awal akan terlihat seperti ini :

Gambar: TEMS Preview Awal

Dalam kondisi default kita dapati blok-blok presentation yang dikelompokkan ke dalam

delapan sheet: GSM, Data, Signaling, Map, Interference, Scanner, Control, dan Configuration.

Disebelah kanan window akan terlihat Navigator Bar yang berfungsi untuk mengelompokkan

element-element yang dapat digunakan untuk mengisi sheet monitoring. Isi dari Navigator Bar

juga dapat kita temui di Menu Bar yang terdapat di bagian atas TEMS. Untuk tidak

menampilkan Navigator, masuk View di Menu Bar bagian atas kemudian un-centang Navigator.

1.1 Blok-Blok Presentation

1.1.1 Radio Parameter

Blok Radio Parameter memberikan informasi radio element dari perolehan sinyal. Hal

yang harus diamati adalah level yang diperoleh. KPI (Key Performance Indicator) pada tiap

operator memiliki target yang berbeda terhadap perolehan level. Namun pada umumnya akan

menitik beratkan pada perolehan level sinyal (Rxlev), kualitas (RxQual), dan indeks kualitas

(SQI) sebagai target point yang harus diperoleh.

a. RxLev =level sinyal Receiver MS (rentang 0 –> -120 bgs 0 –> -90

b. RxQual =Tingkat kualitas sinyal penerima di MS (rentangnya skala 0-8) yang bagus 0-7

c. SQI (Speech Quality Indicator) = Indikator kualitas suara dalam keadaan dedicated atau

menelpon dengan rentang -20 s.d 30 , yang bagus 18 – 30

Seorang DT Engineer akan menganalisa perolehan sinyal di area yang di cakup oleh

pancaran antena BTS (coverage). Hal-hal yang menjadi problem pada coverage biasanya

menyangkut blank spot, bad quality, bloking, ataupun overshoot coverage. Di sini peran seorang

DT Engineer adalah mengetahui level sinyal dan kualitasnya dengan melihat perolehan di blok

radio parameter sehingga bisa memberikan input info kepada RNO engineer untuk menentukan

langkah-langkah optimasi.

1.1.2 Current Channel

Memperlihatkan channel parameter yang sedang berjalan. Curent Channel ini harus diamati

dengan teliti karena menyangkut informasi mengenai site tersebut. Baik itu parameter di sisi core

(MSC), BSC, maupun RBS. Seorang DT Engineer harus dapat melihat apakah parameter yang

berjalan di Site tersebut sudah benar atau tidak. Kesalahan CI, LAC, BCCH ARFCN akan

berakibat fatal terhadap performansi Site. Apabila ditemui ketidakcocokan data yang didapat di

lapangan dengan data planning dari site tersebut, maka seorang DT Engineer harus melaporkan

temuannya kepada Engineer RNO (Radio Network Optimizer) untuk mengalisa lebih lanjut dan

memutuskan hal-hal yang harus dilakukan.

1.1.3 Serving + Neighbour

Blok ini memperlihatkan informasi cell yang serving baik itu menangani komunikasi (line

pertamana) dan neighbour yang bersiap monitoring untuk mengambil alih komunikasi (Line ke

dua dan selanjutnya).

1.1.4 Line Chart

Blok line chart dan Interference line chart biasanya digunakan untuk menganalisis

permasalahan-permasalahan yang timbul melalui grafik. Blok line chart memberikan informasi

pergerakan level dan kualitas sinyal. Penurunan signal yang mendadak dan cenderung berulang-

ulang jatuh kemudian naik lagi sehingga menimbulkan bentuk riak dapat mengindikasikan

kerusakan perangkat yang digunakan. Degradasi sinyal bisa disebabkan juga oleh bloking.

Interference Line Chart perlu diperhatikan oleh seorang DT Engineer untuk menganalisis

penyebab terjadinya kegagalan-kegagalan fungsi yang terjadi. Interference yang tinggi akan

mengakibatkan bad quality yang berujung pada jatuhnya panggilan. Bad quality dapat

ditimbulkan oleh frekuensi yang sama pada jarak serving (berdekatan), frekuensi terdekat dari

frekuensi yang digunakan, level sinyal yang saling lemah atau saling kuat antar cell berdekatan

dan lain sebagainya. Bad quality sendiri dapat terlihat dari nilai RxQual yang tinggi.

Sekian dulu cerita-ceritanya mengenai TEMS, sekarang kita langsung saja ke penggunaan

TEMS 4 untuk Drive Test GSM 2G.

2. Drive Test GSM Network Using TEMS Investigation 4

Drive Test sendiri memiliki beberapa pembagian pengerjaan seperti site tunggal (Sigle Site),

Cluster, Benchmark, Indoor, ataupun functionality call. Setiap pengerjaan Drive Test disesuaikan

dengan prosedur yang telah direncanakan. Apabila telah diketahui penggunaan TEMS maka tiap-

tiap pengerjaan hanya akan berubah di prosedur dan hal-hal yang diamati saja.

2. 1 Persiapan

Persiapan adalah hal terpenting dari semua hal. Baik itu persiapan alat ataupun persiapan

diri. Menjadi seorang DT Engineer berarti telah siap terjun langsung ke lapangan dengan

dinamika yang ada. Sebuah petualang besar didepan dan siap untuk ditaklukkan. Berikut

persiapan perangkat yang akan kita gunakan.

2.1.1 Langkah pertama dipersiapkan tools yang akan digunakan

Komputer (PC/Laptop) yang telah terinstal TEMS 4

Handsheet TEMS Sonny Ericsson T68i

Kabel Data T68i

Software kabel data T68i (MAT USB)

GPS

Kabel data GPS atau Bluetooth

Kita menggunakan T68i untuk handphone interfacenya. Handphone tipe ini umum

digunakan untuk drive test 2G. GPS digunakan untuk positioning, namun jika tidak ada GPS

ataupun GPS tidak bisa terhubung dengan satelit, seperti di dalam gedung, maka kita dapat

melakukan prediksi positioning sendiri pada map yang kita gunakan.

2.1.2 Map

Pada umumnya RNO akan memberikan data-data pendukung yang dibutuhkan seorang

engineer DT seperti peta site, informasi konfigurasi site dan lain sebagainya. DT Engineer yang

kemudian menggunakan data tersebut untuk keperluan drive test. Berikut langkah-langkah

penggunaan MAP

1. Persiapkan map site dan kelengkapannya seperti jalan atau rute yang untuk di input

kedalam TEMS.

2. Buat Geoset, clik Geoset Manager pada menu map

3. Akan muncul tampilan Geoset Manager. Clik cancel pada jendela tampilan

4. Untuk memasukkan table map, klik layer control -> add -> masukkan table map.

Untuk menampilkan label atau informasi site, centang Automatic Labels pada layer

control untuk map yang berisi informasi site.

5. Save

6. Close Geoset Manager. Dari menu Map pilih open Map, open file geoset yang

sebelumnya dibuat.

7. Untuk menyembunyikan info dan Legend, drag Side Bar ke kanan. Map Siap digunakan.

2.1.3 Koneksi Tools

Salah satu langkah terpenting dari seorang DT Engineer adalah mengkoneksikan tools yang

digunakan ke laptop/PC. Koneksi Tools terkadang bisa menjadi kendala yang besar terhadap

kinerja seorang drive tester. Kendala tersebut dapat berupa tools yang sulit terkoneksi ataupun

koneksinya sering terputus. Oleh karena itu seorang DT Engineer harus memahami tools yang

digunakannya. Berikut langkah-langkah koneksi handsheet T68i dan GPS.

1. Hubungkan kabel data T68i ke Laptop, instal driver T68i pada local direktori MAT USB.

2. Koneksikan kabel data ke handsheet T68i

3. Lihat port yang digunakan oleh T68i

Klik Kanan di My Computer, pilih Manage

Akan terbuka komputer management. Pilih device manager kemudian pilih port.

Buka turunan yang ada di Port. Catat Port yang digunakan untuk MAT USB, yang

saya gunakan adalah Com4.

4. Koneksikan GPS ke bluetooth atau kabel data. Apabila dikoneksikan menggunakan

bluetooth, perhatikan port koneksi yang digunakan. Umumnya akan muncul ketika GPS

diconect kan ke bleutooth. Bila dikoneksikan menggunakan kabel data, bisa dilihat di

Computer Management penggunaan Portnya. Saya disini menggunakan Bluetooth

external bluesoil dan terkoneksi pada Com40.

5. Buka sheet configuration. Disana ada Port Configuration. Add new equipment dengan

mengeklik tanda tambah. Di kolom Port, pilih port yang sebelumnya kita peroleh dari

device manager. Di kolom Equiptment pilih T68, ok.

6. Untuk GPS, Equiptmentnya dipilih NMEA 0183.

7. Apabila tools telah terhubung maka akan keluar tanda conect hijau pada menu bar

TEMS. Klik tanda tersebut.

Apabila. Tanda hijau tidak keluar, ada beberapa kemungkinan kegagalan yang terjadi.

Pertama, port yang diambil salah sehingga device yang terpilih tidak dikenali. Apabila

Port yang dipilih sudah benar kemungkinan lainnya adalah Instalasi TEMS yang salah

atau crash, bila ini terjadi langkah yang harus diambil adalah melakukan instalasi ulang.

Kemudian coba dikoneksikan kembali. Apabila tools telah terkoneksi maka telah siap

untuk menjadi drive test engineer.

2.2 Audit Site

Pada New Site yang baru saja di instalasi team drive tester memiliki tugas untuk

mengaudit site tersebut. Melakukan pengecekan standar untuk melihat apakah instalasi sudah

berjalan baik. Selain itu team drive tester juga bertugas untuk melakukan pengoptimalan

orientasi antena serta kemiringannya (tilting) agar didapatkan coverage yang ideal dan tepat

sasaran. Oleh karena itu team drive tester biasanya dilengkapi oleh rigger yang bertugas untuk

mengaudit site dibawah arahan dari DT dan RNO Engineer.

Audit site mempunyai bagian penting pada optimasi jaringan. Pengaturan coverage yang

baik akan membuat kinerja dari site tersebut juga berjalan baik. Pada beberapa jenis antena

terkini sudah memiliki motor elektrik yang secara otomatis dapat merubah arah dan kemiringan

antena. Namun walaupun demikian infromasi dari rigger tetap diperlukan untuk memantau area

sekitar dan topologinya untuk menentukan nilai yang sesuai. Audit site belum dapat dipisahkan

dari drive test karena fungsi audit diperlukan juga untuk melihat instalasi yang terpasang. Hasil

audit berupa data dan foto, dimana hal-hal yang diambil telah ditentukan sebelumnya oleh pihak

operator. DT Engineer bertugas memberi arahan kepada Rigger.

Ketika melakukan audit site, penentuan tilting dan pengarahan antena adalah hal yang

berkaitan langsung dengan optimasi. Disini peran DT Engineer dalam menganalisa nilai yang

tepat sangat dibutuhkan. Hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan adalah jarak neighbour

terdekat, lokasi konsumen dan topologi wilayah. New site yang berdiri diupayakan untuk dapat

mengcover suatu area. Bisa itu merupakan area perluasan cakupan (new coverage), ataupun

penambahan titik untuk mengurangi kepadatan trafik (splitting). Oleh karena itu penentuan

tilting dengan menganalisa posisi neighbour terdekat untuk dapat membagi beban trafik haruslah

tepat. Agar tidak ada overshooting coverage sehingga cenderung menimbulkan gangguan pada

sisi site neighbour. Selain itu tembakan sinyal yang dipancarkan perlu untuk mempertimbangkan

wilayah cakupan. Harus tepat sasaran dan sebisa mungkin mengantisipasi adanya bloking yang

biasanya disebabkan oleh gedung, pohon, gunung dan lain-lain.

Tilting antena adalah suatu pengaturan kemiringan antena yang berfungsi untuk menetapkan

area yang akan menerima cakupan sinyal. Untuk mengubah coverage area yang dilayani oleh

BTS dapat dilakukan dengan teknik tilting, yaitu pemiringan/ perubahan posisi antenna yang

dilakukan untuk mengatur coverage dari antenna. Menurut jenisnya tilting dibagi menjadi 2

jenis, yaitu:

1. Tilting mekanik

Tilting mekanik adalah mengubah kemiringan antena dengan cara mengubahnya dari sisi

fisik antenna. Rigger memiliki alat ukur tilt meter yang memperlihatkan derajat

kemiringan antena.

2. Tilting elektrik

Tilting elektrik adalah mengubah coverage antenna dengan cara mengubah fasa antenna,

sehingga terjadi perubahan pada beamwidth antenna. Mengubah fasa antenna dapat

dilakukan dengan cara mengubah setingan elctrical tilt pada antenna, yaitu 1,2,3 dst.

Pengaturan tilt elektrik biasanya berada di bagian bawah antena.

Tilting elektrik dan mekanik memberikan pola pancar yang berbeda disisi side loop dan

yang pasti disisi back loop karena secara fisik antena berubah. Sementara Tilting elektrik

cenderung hanya berubah ubah pada main loop dan sedikit pada side loop. Namun tidak semua

antena memiliki tilt elektrik. Kombinasi tilting elektrik dan mekanik akan menghasillkan area

cakupan yang baik. Namun apabila antena tersebut terdapat pengaturan tilt elektrik, lebih disukai

merubah nilai elektrik dan membuat nilai mekanik tetap 0.

Tilting memiliki dua arahan yaitu up tilt dan ke down tilt. Down tilt adalah mengubah

kemiringan antenna menjadi lebih ke bawah. Gambar menunjukkan Down Tilt Mekanik.

Uptilt adalah mengubah kemiringan antena menjadi lebih ke atas. Ini dilakukan untuk

mendapatkan jarak panjcar yang lebih jauh sehingga area yang di cakup antena lebih luas.

menunjukkan Up Tilt.

Jarak pancar yang dapat ditempuh oleh sesuatu antena dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut :

Beam < 3 dB = Ha/TAN (downtilt +vertical beamwidht/2)) (meter)

Main beam = Ha/ TAN (downtilt) (meter)

Beam >3 dB = Ha/TAN (downtilt -vertical beamwidht/2)) (meter)

Dimana :

Jarak = Jarak beam (meter)

Ha =Tinggi antena (meter)

Downtilt = Kemiringan antena (derajat)

Vertical beamwidht = Besar beam vertikal (derajat)

Gambar mengilustrasikan perumusan untuk menghitung jarak yang tercover oleh antena.

Dengan merubah derajat kemiringan antena maka jarak pancar antena juga berubah.

Untuk mempermudah memperkirakan jarak pancar antena dapat digunakan software-software

pendukung. Salah satunya adalah katherin scala yang di keluarkan oleh kathrein. Untuk

menentukan nilai tilting perlu diketahui juga data sheet antena yang digunakan. Untuk melihat

karakteristik antena tersebut, seperti band pancaram, vertikal beam, tipe dan derjat tilt.

2.3 Drive Test New Site 2G

Sebelum melakukan drive test kita harus terlebih dahulu mempersiapkan data site

tersebut beserta neighbournya. Penting untuk mengetahui BCCH ARFCN yang digunakan oleh

site kita dan juga site neighbour untuk menganalisa kemungkinan interference. DT Engineer juga

harus mengetahui band frekuensi yang digunakan. Untuk 2G di Indonesia terdapat dua band

frekuensi yaitu 900 dan 1800.

Seperti telah diulas sebelumnya, drive test memiliki banyak tipe pengerjaan. Namun pada

dasarnya hanya berubah-ubah di prosedurnya saja. Sebagai contoh kita ambil penggunaan

TEMS 4 untuk drive test new site 2G. New Site adalah site baru yang baru saja diinstalasi

dan telah siap untuk melakukan pelayanan (On Air). Pengujian dititik beratkan pada

performa site tersebut saja. Adapun prosedur yang ditetapkan oleh salah satu provider dalam

prasarat KPI (Key Performance Indeks) adalah pengetesan fungsi (fungtionality test) dan

mobility test.

Berikut akan dibahas prosedur drive test pada perangkat Ericsson untuk drive test GSM

pada salah satu provider.

2.3.1 Functionality Test (Stationary)

Fungtionality test umumnya disebut dengan stationary karena pengetesan dilakukan pada

posisi tidak bergerak di main beam salah satu cell yang akan diuji. Hal-hal yang diuji meliputi

test layanan dan fungsi seperti voice call, sms, gprs, timeslot check dan pengecekan lainnya

tergantung pada permintaan provider. Mobility test dilakukan untuk melihat coverage yang di

cover site tersebut dan proses handover ke site neighbour berjalan baik atau tidak. Prosedur

statationary meliputi:

Timeslot check

GPRS test

SMS tes

Frekuensi Scanning

1. Timeslot Check

Timeslot check adalah pengecekan yang dilakukan untuk melihat fungsi dari TRX

berjalan baik atau tidak. Terdapat beberapa metode pengetesan timeslot seperti melalui layer 3

message dengan mengatur measurement control, menggunakan channel verification, ataupun

command sequence dengan melakukan short call berulang ulang. Setiap metode memiliki tujuan

yang sama yaitu melihat perpindahan timeslot berjalan baik atau tidak. Hal yang paling mudah

dilakukan adalah dengan melakukan short call berulang ulang dengan duradi call sepuluh sampai

tiga puluh detik selama sepuluh menit.

2. GPRS Test

Pengetesan dilakukan dengan melakukan fungsi browser biasa. Dapat dilakukan melalui

command sequence ataupun langsung dengan handsheet. Sebelum melakukan test terlebih

dahulu pastikan pengaturan komunikasi data di handphone telah benar untuk pengaturan pada

provider yang di uji. Kemudian melakuakan dialling pada alamat web yang dituju.

3. SMS Test

Melakukan SMS biasa ke sembarang nomor. Terkadang pengujian ini tidak dilakukan,

tergantung dari permintaan provider.

2.3.2 Mobility Test

Mobility test melakukan pengujian dengan cara bergerak menjauhi site uji. Bisa bergerak

kearah neighbour ataupun arah terjauh. Dan juga bergerak ke arah target konsumen untuk

melihat kinerja sinyal yang diperoleh pada area tersebut. Pada pengujiannya, digunakan lebih

dari satu handsheet untuk mendapatkan beberapa hal sekaligus untuk diamati. Berikut pengujian

dengan menggunakan dua handsheet (MS). Dimana MS1 melakukan panggilan (dedicated mode)

untuk melihat kemampuan site untuk menghandle trafik bagai mana level sinyalnya serta melihat

alih tanganan layanan (handover) berjalan baik atau tidak. MS2 berada pada posisi idle dengan

mengunci (lock) BCCH ARFCN tiap sector antena untuk melihat coverage dari site tersebut.

Koneksikan dua handphone T68i dan GPS ke TEMS 4

MS2 lock BCCH ARFCN

Record

MS1 dial call

2.4 Problem solving

Terdapat beberapa permasalahan yang mungkin akan ditemui DT Engineer. Baik itu

permasalahan tools ataupun permasalahan pada site yang dikerjakan. Berikut beberapa

permasalahan dan solusinya:

1. Handsheet (MS) sering disconnected

Walaupun permalahan ini tidaklah berhubungan dengan skills seorang engineer, tetapi ini

adalah permasalahan yang paling mengganggu kinerja DT engineer. Kenalilah tools yang

digunakan. Apabila tools tersebut sering disconnected bisa jadi permasalahan ada pada kabel

data. Apabila kabel data baik-baik saja, coba cek konektor pada handphone. Bila telah berkarat,

coba dibersihkan. Periksa juga port USB Laptop masih berfungsi baik atau tidak. Jangan abaikan

permasalahan tools. Tools yang baik akan sangat menunjang kinerja DT Engineer.

2. GPS Position Invalid

Titik GPS tidak juga muncul pada map atau tidak menunjukkan valid position padahal

GPS telah terkoneksi. Terdapat beberapa kemungkinan. Pertama pastikan battery GPS terisi.

Kedua pastikan GPS menerima sinyal satelit. Matikan kemudia hidupkan kembali GPS. Coba

keluarkan blok GPS pada TEMS. Dari Menu Bar pilih Presentation-> Positioning -> GPS.

Apabila terdapat sinyal satelite satu atau dua. Namun koordinat tidak keluar tunggu beberapa

saat. Pastikan GPS tidak terhalang dan coba untuk berpindah posisi. Hal ini terjadi biasanya

karena penerimaan sinyal GPS sudah tidak baik. GPS bisa ditambahkan antena eksternal untuk

memperkuat penerimaan sinyal.

Apabila No GPS Data, coba keluarkan GPS dari mobil dan pastikan tidak terhalang.

Tunggu beberapa saat dan coba berpindah posisi. Kalau masih No GPS Data, GPS anda

kemungkinan telah rusak dan perlu diganti.

3. Logfile saat diputar putus-putus

Apabila logfile hasil DT ketika diputar kembali hasilnya putus-putus dan begitu juga

ketika di plot, maka kemungkinan besar permasalahan ada pada laptop. Kemungkinan karena

ada panas berlebih (over hear), memori yang penuh atau hardisk yang sudah goyang. Biasanya

karena hardisk yang goyang. Ganjal atau rekatkan kembali. Alangkah baiknya kalau diganti saja.

Hal ini juga berlaku untuk logfile yang crash yang bila diputar maka TEMS akan error

4. X Feeder atau Cross Feeder

X Feeder atau Corss Feeder adalah kesalahan instalasi dimana peletakan yang salah pada

koneksi feeder yang dihubungkan ke antena. Untuk memperbaiki Cross Feeder bukanlah bagian

dari pekerjaan DT Engineer karena hal tersebut adalah kesalahan intalasi dan tim installer yang

bekewajiban untuk memperbaiki hal tersebut. DT Engineer bertugas menyampaikan hal tersebut

untuk ditindaklanjuti oleh tim installer. Sebagai contoh suatu site memiliki 2 antena sektoral A

dan B. RBS yang memiliki sepasang konektor, main (transimitter) dan diversity (receiver), untuk

sector A dipasang ke sector B dan sebaliknya. Sehingga antena sektor B akan membawakan

identitas sektor A dan sektor A akan membawakan identitas sektor B. Hal ini akan berimbas

pada performa site karena pengaturan paramaternya tidak sesuai. Cross Feeder terbagi menjadi 2

yaitu total dan parsial.

Cross Feeder Total

Ketika kita berada di arah sektor A, frekuensi dan site ID yang terbaca di TEMS adalah

sektor B dan sebaliknya. Hal yang dilakukan adalah konfirmasi ke PIC atau RNO

engineer serta memberikan logfile ataupun plot CI.

Cross Feeder Parsial

Cross feeder parsial terjadi karena kesalahan salah satu koneksi feeder pada sisi main

atau diversity. Koneksi feeder umumnya berpasangan yaitu main (Transceiver) dan

diversity (Receiver). Hal ini akan terlihat pada saat drive test dimana di kedua sektoral

yang tertukar akan terdapat dua identitas yang sama kuat dan sering berpindah-pindah

layanan (ping pong). Ini sedikit lebih sulit dideteksi dibandingkan cross feeder total.

Ketika DT apabila terdapat dua frekuensi yang memiliki level yang sama kuat di satu

beam antena kita dapat suspect cross feeder parsial. Misalkan ketika drive test sector A

terdapat frekuensi sektor A dan B dengan level sinyal yang hampir sama kuat padahal

sektor A dan B berbeda arah 1800. Pada kondisi ini seharusnya sektor B sudah tidak

mengcover. Untuk memastikannya dilakuakan drive test pada arah antena sebaliknya

yaitu sector B. Apabila di arah sector B juga terdapat sector A maka dapat dipastikan site

tersebut cross feeder parsial.

5. Ping pong active serving site

Ping pong adalah istilah untuk site yang tidak tetap pada satu active set. Hal ini biasanya

terjadi karena level sinyal yang sama kuat atau sama lemah. Pada kondisi idle akan sering terjadi

cell reselection dan pada kondisi dedicated sering terjadi handover. Terdapat beberapa

kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi salah satunya cross feeder parsial yang telah

dibahas sebelumnya.

Ping Pong karena orientasi (azimut) antena berdekatan

Hal ini terlihat apabila drive test dilakuakan pada site yang berdekatan orientasinya.