tbt kopi
DESCRIPTION
tanaman budidaya kopiTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Perbanyakan tanaman kopi dilakukan melalui dua cara, yaitu secara generatif dan
vegetatif. Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah dibanding perbanyakan
secara vegetatif. Akan tetapi perbanyakan secara vegetatif menghasilkan bahan tanaman
yang secara genetis sama dengan tanaman induknya.
Kedua cara perbanyakan tanaman kopi tersebut memerlukan pengelolaan yang berbeda.
Rencana penanaman kopi dengan menggunakan bahan tanam yang berbeda akan
memerlukan bahan tanaman, bahan pembantu, dan jumlah serta kualifikasi tenaga kerja
yang berbeda. Karena merupakan teknik modifikasi dari perbanyakan secara generatif,
maka pengelolaannyapun sebenarnya mengacu pada pengelolaan perbanyakan tanaman
kopi secara generatif, dan hanya pada tindakan yang berbeda itu sajalah harus dilakukan
penyesuaian pengelolaan.
Secara umum perbanyakan secara vegetatif dibagi menjadi penyetekan (setek ruas,
setek belah, dan setek daun bermata tunas), penyambungan (sambungan epikotil,
sambungan hipokotil, dan sambungan akar), gabungan antara penyetekan dan penyam-
bungan (setek sambung), dan perbanyakan secara kultur jaringan.
Secara manajerial, suatu hal yang harus diperhatikan untuk perbanyakan secara vegetatif ini
adalah ketersediaan sumber bahan tanamnya. Untuk perbanyakan secara generatif, bahan
tanam dapat disediakan oleh sumber benih resmi. Untuk perbanyakan secara vegetatif,
bahan tanam harus disediakan sendiri oleh kebun sesuai dengan keperluannya (misal
dengan membangun kebun entres untuk memproduksi tunas orthotrop untuk keperluan
penyetekan, membangun kebun entres untuk penyedia entres akar untuk keperluan
sambung akar, atau melakukan pemesanan secara khusus untuk menyediakan bahan tanam
hasil kultur jaringan kepada lembaga yang berkompeten, seperti Pusat Penelitian Kopi
(Aris 2010).
Pertumbuhan Generatif Tanaman Kopi
A. Pembentukan Primordia Bunga
Tanaman kopi berbunga majemuk (inflorensia) yang tumbuh dari ketiak
daun, dan merupakan hasil dari perkembangan mata tunas seri. Mata tunas seri
dapat berkembang menjadi tunas vegetatif atau bunga, tergantung dari beberapa
faktor, yaitu fotoperiodisitas, intensitas cahaya, temperatur dan kandungan air dalam
tanaman serta C/N ratio tanaman.
1. Fotoperiodisitas
Tanaman kopi termasuk tanaman hari pendek (short day plant), yaitu tanaman
akan membentuk primordia bunga bila siang hari lebih pendek dari malam hari.
Artinya primordia akan terbentuk bilamana lama matahari bersinar kurang dari
12 jam, sebaliknya bila panjang hari lebih dari 14 jam, primordia bunga tidak
terbentuk dan mengarah ke pertumbuhan vegetatif. Sedangkan di Indonesia
karena terletak di daerah katulistiwa maka perbedaan hari pendek dan hari
panjang tidak nampak jelas.
2. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya yang sedikit karena faktor naungan yang terlalu gelap atau
cuaca selalu mendung akan menghambat pembentukan primordia bunga.
Sedangkan dalam kenyataan di lapangan pada kebun yang naungannya terlalu
gelap jumlah bunga dan buah lebih sedikit dibandingkan dengan kebun yang
relatif terang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kegiatan hormonal yang
ada dalam tanaman.
3. Temperatur
Pembentukan primordia bunga yang optimal akan terjadi pada temperatur yang
lebih tinggi dari pada temperatur yang dibutuhkan untuk perkembangan
vegetatif, yaitu temperatur pada siang hari 30 derajat celcius dan pada malam
hari 23 derajat celcius. Setiap daerah mempunyai temperatur maksimum dan
minimum yang berbeda – beda tergantung pada kondisi tempat lahan tanaman
kopi. Di daerah Jawa temperatur minimum terjadi pada bulan Juli – Agustus
yang bertepatan dengan hari pendek.
4. Kandungan Air dalam Tanaman
Pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kopi dipengaruhi oleh kandungan
air dalam tanaman. Pada kandungan air yang tinggi terjadi pertumbuhan ke
arah pertumbuhan vegetatif, dan pada kandungan air yang rendah terjadi
pertumbuhan generatif. Oleh karena itu maka pada saat pembentukan primordia
bunga kopi di mulai sejak akhir musim penghujan atau awal musim kemarau.
5. C/N Ratio Tanaman
C/N ratio yang tinggi akan merangsang pembentukan primordia bunga.
Tingginya C/N ratio dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang tinggi dan
perlakuan pemangkasan, yaitu membuang cabang dan ranting yang tidak
produktif. Oleh karena itu, dengan mengetahui sifat primordia bunga kopi, perlu
dilakukan pekerjaan sebagai berikut :
a. Perlu dilakukan pengaturan naungan (rempes naungan) pada naungan yang
terlalu gelap, ini dikerjakan sebelum memasuki hari pendek.
b. Pangkasan selektif pada cabang tanaman kopi yang tidak produktif
(Weni 2003).
B. Pembentukan Buah
Penyerbukan adalah proses jatuhnya tepung sari (pollen) pada kepala putik
(stigma). Tanaman kopi robusta merupakan tanaman menyerbuk secara silang
(cross pollination) dengan perantara utama oleh angin. Berhasilnya penyerbukan
pada tanaman kopi tidak menjamin berhasilnya pembuahan karena adanya
kompabilitas dan inkompabilitas.
Buah kopi terbentuk setelah setelah terjadi pembuahan. Untuk pembentukan buah
kopi dikehendaki adanya cuaca yang kering selama 1 – 2 minggu, kemudian
disusul oleh adanya hujan yang teratur. Namun dalam kenyataan di lapang bunga
kopi yang terbentuk menjadi buah rata – rata 35 – 50 %. Gugur buah sangat
menentukan besarnya prosentase terbentuknya buah hingga dapat di panen.
Faktor – faktor yang mempengaruhi gugur buah kopi antar lain :
a. Buah gugur karena karena tidak mempunyai kantong embrio yang sempurna.
b. Tidak adanya pembuahan.
c. Faktor fisiologis.
d. Serangan cendawan Corticium koleroga dan Colletroticum coffeanum
(Muzakir 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Aris 2010. Perbanyakan Generatif Tanaman Kopi. http://ajibpengejarmimpi.blogspot.com/2011/07/pembibitan-tanaman-kopi.html. Diakses pada 3 Maret 2014
Weni 2003. Budidaya Tanaman Kopi. http://dewa-gd.blogspot.com/2012/11/pertumbuhan-generatif-tanaman-kopi.html. Diakses pada 3 Maret 2014
Muzakir 2009. Perkembangbiakan Tanaman Kopi. http://fadiljavapreanger.blogspot.com/2013/01/pertumbuhan-generatif-tanaman-kopi.htm. Diakses pada 3 Maret 2014