modul praktikum tbt 2013 final
TRANSCRIPT
Modul Praktikum
Tambang Bawah Tanah
Penyusun
Tim Asisten Praktikum Tambang Bawah Tanah
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013
Tim Asisten :
1. M.Bahrurrusydi H1C108014
2. Shafa Marwah H1C108045
3. Azhar Hanafi H1C109010
4. Aventus Andreza H1C109020
TATA TERTIB
Tata tertib ini wajib di patuhi serta dilaksanakan oleh praktikan, yaitu :
1. Praktikan wajib berhadir tepat pada waktunya. Apabila praktikan terlambat lebih
dari 10 menit maka akan dianggap tidak hadir (absen).
2. Praktikan dapat mengikuti praktikum apabila telah mengumpulkan laporan
terdahulu ( laporan acara praktikum sebelumnya ) atau minggu lalu, dan laporan
tersebut harus sudah disetujui ( ACC ) oleh asisten yang bersangkutan.
3. Praktikan yang tidak hadir tanpa keterangan lebih dari 2 ( dua ) kali berturut-turut
dianggap mengundurkan diri (tidak lulus).
4. Laporan praktikum terdiri dari :
a. Laporan sementara, merupakan kumpulan tugas yang diberikan pada acara
praktikum.
b. Laporan resmi, merupakan kumpulan tugas yang dikumpulkan apabila semua
acara praktikum telah dilaksanakan. Laporan resmi ini adalah sebagai syarat
untuk dapat mengikuti final test praktikum.
5. Praktikan DILARANG memakai sendal, kaos oblong/baju tanpa kerah, dalam
keadaan mabuk serta merokok pada waktu acara praktikum berlangsung.
6. Setiap acara praktikum dilarang mengaktifkan bunyi HP ( di-silent).
7. Setiap acara pada saat pelaksanaan praktikum di larang bagi masing-masing
kelompok bekerja sama dengan kelompok yang lain.
8. Konsultasi tugas yang berkaitan dengan praktikum dilakukan sesuai dengan
asisten masing-masing.
9. Sebelum praktikum dimulai, akan diadakan pretest/post test yang akan dilakukan
tim asisten.
10. Kriteria penilaian, antara lain :
a. Pretest point 10 %
b. Atitude (Prilaku) 20 %
c. MID praktikum point 25%
d. Final Praktikum point 35 %
e. Laporan point 10 %
f. Absensi sebagai pertimbangan
Banjarbaru, April 2013
Asisten
Acara I.
Pendahuluan
1.1 PENGERTIAN
Secara umum pengertian tambang bawah tanah adalah suatu sistim
penambangan mineral atau batubara dimana seluruh aktivitas penambangan
tidak berhubungan langsung dengan udara terbuka.
1.2. SYARAT-SYARAT PENERAPAN TAMBANG BAWAH TANAH
Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode
penambangan yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah,
geologi, lingkungan, dll) endapan mineral dan batuan yang akan ditambang,
dengan memperhatikan batasan tentang keamanan, teknologi dan ekonomi.
Batasan keekonomian berarti bahwa dengan biaya produksi yang rendah tetapi
diperoleh keuntungan pengembalian yang maksimum (return the maximum
profit ataupun rate of return ROR) serta lingkungan.
Untuk menentukan tambang bawah tanah harus memperhatikan:
1. Karakteristik penyebaran deposit atau geometri deposit (massive, vein,
disseminated, tabular, platy, sill, dll)
2. Karakteristik geologi dan hidrologi (patahan, sesar, air tanah,
permeabilitas)
3. Karakteristik geoteknik (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, Rock
Mass Rating, Q-System, dll)
4. Faktor-faktor teknologi (hadirnya teknologi baru, penguasaan teknologi,
Sumber Daya Manusia, dll)
5. Faktor lingkungan (limbah pencucian, tailing, amblesan, sedimentasi, dll).
Rate of Return (ROR) secara umum diartikan sebagai tingkat pengembalian modal
yang dinyatakan dalam prosen. Investasi dinyatakan menguntungkan apabila
mempunyai ROR diatas tingkat bunga bank saat itu.
Cut-off grade:
1. Kadar rata-rata minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat
ditambang secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu
maupun lingkungan.
2. Kadar minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat ditambang
secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu maupun
lingkungan.
Acara II.
Permodelan Tambang
1.1. Room and Pillar
3.1.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari system tambang bawah
tanah metode room and pillar.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini ialah :
1. Dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat dan siklus
penambangan ( mine cycle ) system tambang bawah tanah metode
room and pillar.
2. Dapat mengetahui peralatan yang digunakan dalam system tambang
bawah tanah metode room and pillar.
3. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari system tambang
tambang bawah tanah room and pillar.
4. Dapat mengetahui dasar-dasar pertimbangan digunakannya metode
room and pillar.
3.1.2. Hasil Kerja
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan mampu memahami
penerapan metode room and pillar tambang bawah tanah.
3.1.3. Dasar teori
Room and Pillar Method merupakan salah satu metode
penambangan bawah tanah (underground mine) yang memanfaatkan
cadangan yang tidak diekstraksi sebagai penyangga atau disebut sebagai
PILLAR. Metode ini cocok digunakan pada lapisan cadangan yang
memeiliki ketebalan lebih dalam. Untuk lapisan cadanagan bahan galian
yang lebih tipis, metode longwall lebih cocok untuk diterapkan.
Pada metode room and pillar untuk batubara, ekstraksi cadangan
akan efisien jika cadangan yang dijadikan sebagai pilar atau penyangga
turut pula diekstraksi dengan cara penambangan mundur (retreat mine)
sehingga recovery cadangan lebih bayak lagi persentasinya
dibandingkan jumlah seluruh cadangan yang terdapat pada lokasi
trersebut.
Berdasarkan penambangannya dapat dibedakanmenjadi 3, ialah
sebagi berikut.
1. Clasasic Room and Pillar Method
Metode ini merupakan metode yang sering ditemukan pada bahan
galain batubara yang cadangannya cenderung tersebar mendatar (flat dan
dengan ketebalan yang memungkinkan)
Gambar
Clasasic Room and Pillar Method
2. Post Room and Pillar Method
Dengan inklinasi candangan yang encapa 20°-55°, metode yang
digunakan umumnya ialah post room and pillar method. Efektifitas
pengambilan cadangan bisa lebih besar disebabkan pengambilan
cadangan dilakukan dengan mengikuti arah dan ruang cadangan
sehingga kemungkinan tertinggalnya bahan galian yang ditambang
semakin kecil.
Gambar
Post Room and Pillar Method
3. Step Room and Pillar
Step room and pillar method cocok diterapkan pada cadangn
dengan inkliasi 15-30 dengan ketebalan lapisan cadangan antara 2-5
meter. Step room and pillar merupakan metode yang dirancang untuk
memudahkan peralatan beropersi didalam cadangan (ore deposit), stope
dirancang berjenjang akan tetapi terdapat jalan yang menghubungkan
antar step atau jenjang pada stope.
Gambar
Step Room and Pillar
2.1. Long Wall
3.1.4. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari system tambang bawah
tanah metode long wall.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini ialah :
1. Dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat dan siklus
penambangan ( mine cycle ) system tambang bawah tanah metode
long wall.
2. Dapat mengetahui peralatan yang digunakan dalam system tambang
bawah tanah metode long wall.
3. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari system tambang
tambang bawah tanah long wall.
4. Dapat mengetahui dasar-dasar pertimbangan digunakannya metode
long wall.
3.1.5. Hasil Kerja
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan mampu memahami
penerapan metode long wall tambang bawah tanah.
3.1.6. Dasar teori
Tambang bawah tanah metode long wall merupakan metode yang
hanya untuk bahan galian yang tersedimentasi (Contohnya: Batubara).
Kategori tambang bawah tanah metode long wall dikenal dengan
unsupported method. Kelas unsupported method terdiri dari semua yang
metode yang tidak memerlukan sejumlah bagian-bagian pendukung
untuk menjaga stabilitas didalam lubang bukaan eksploitasi tetapi
pengawasan lahan secara sistematis sepanjang tambang. Dengan kata
lain, unsupported methode klas digunakan mana kala dua metode yang
lain dan caving tidak bisa diterapkan karena memperhitungkan biaya dan
dan banyaknya deposit.
Acara III.
Permodelan Tambang
3.1. Block Caving
3.1.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari system tambang bawah
tanah metode block caving.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini ialah :
1. Dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat dan siklus
penambangan ( mine cycle ) system tambang bawah tanah metode
block caving.
2. Dapat mengetahui peralatan yang digunakan dalam system tambang
bawah tanah metode block caving.
3. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari system tambang
tambang bawah tanah block caving.
4. Dapat mengetahui dasar-dasar pertimbangan digunakannya metode
block caving.
3.1.2. Hasil Kerja
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan mampu memahami
penerapan metode block caving tambang bawah tanah.
3.1.3. Dasar teori
Block caving atau runtuhan blok adalah metoda penambangan
dengan memotong besarnya area luas penampang bagian bawah dari
blok bijih untuk meruntuhkan bijih di atas level undercut. Dengan
metode ini akan terbentuk gua-gua ambrukan (cave) yang nantinya akan
terjadi perambatan ambrukan (cave propagation) pada bijih akibat
tekanan dari atas yang mempunyai beban dari bijih itu sendiri, dan sifat
batuan yang berada di daerah cave yang mudah ambruk karena adanya
gaya gravitasi.
Metoda ini diterapkan terutama pada blok badan bijih yang besar
dan massa batuan dengan ukuran tinggi dengan tingkat produksi yang
tinggi pula. Bidang pada massa batuan dengan ukuran yang telah
ditentukan diledakkan pada tahap undercutting, sehingga massa batuan
yang terdapat di atasnya akan runtuh. Penarikan bijih hasil runtuhan
pada bagian bawah kolom bijih menyebabkan proses runtuhan akan
berlanjut ke atas sampai semua bijih di atas level undercut runtuh dan
ditarik (mucking) pada drawpoint untuk proses selanjutnya.
Block caving dapat di terapkan pada cadangan bijih yang tebal (>30
m). Keberhasilan operasi penambangan block caving sangat dipengaruhi
oleh karakteristik bijih, yang diantaranya adalah pola retakan yang
sesuai. Harus tersedia bidang horizontal yang cukup untuk
berkembangnya undercut sehingga dimulai proses runtuhan.
Penerapan atau konsep metoda block caving memperhatikan
beberapa hal, terutama keadaan bijih yang sesuai (Hartman Howard L,
1987, Introductory Mining Engineering, John Wiley & Sons, Singapore),
yaitu :
1 Kekuatan bijih lemah sampai medium (25 – 100 MPa), dengan batas
bijih dan batuan jelas.
2. Kekuatan bijih lemah sampai kuat (25 – 250 MPa), diutamakan massa
bijih rapuh yang mempunyai retakan atau kekar sehingga dapat runtuh
dengan sendirinya.
3. Untuk urat yang lebar dan lapisan yang tebal, cebakan massive yang
homogen yang terletak dibawah overburden bersifat segera runtuh.
4. Penunjaman sudut cadangan (deposit dip) curam (>600) atau vertikal,
datar jika sangat tebal.
5. Bentuk cadangan badan bijih yang akan di tambang mempunyai area
horizontal yang sangat luas dengan ukuran tebal bijih lebih dari 30 m
(100 ft).
6. Kadar bijih rendah dan seragam.
7. Kadar bijih seragam dan pemilihan kadar tidak dapat dilakukan. Bijih
harus disangga pada saat development tetapi akan segera hancur
ketika peronggaan telah di mulai.
8. Kedalaman sedang (lebih dari 2000 ft dan kurang dari 4000 ft atau
lebih dari 600 m dan kurang 1200 m), kedalaman harus cukup untuk
menimbulkan tekanan dari overburden dimana melebihi kekuatan
batuan.
Syarat-syarat penggunaan metode block caving :
a) Mudah runtuh/pecah, dapat dipisahkan dari blok-blok sebelahnya
atau country rock yang sebelahnya. Juga Overburden dan (capping)
yang harus mudah pecah, akan tetapi dengan ukuran yang kecil dan
mudah dibedakan batasnya pada ”draw point”.
b) Kemiringan endapan bijih tidak menjadi soal, akan tetapi kalau
berbentuk vein maka dip harus lebih besar dari 65o.
c) Memiliki cadangan yang besar (jutaan m3), tetapi tidak begitu tinggi
nilainya.
d) Ketebalan harus lebih besar dari 3 meter, ketebalan vertikal 25 meter,
tetapi yang baik 35 meter.
e) Tidak mudah bereaksi dengan udara (bukan mineral sulfida).
f) Tidak memungkinkan adanya Selective Mining.
3.2. Cut and Fill
3.2.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari system tambang bawah
tanah metode cut and fill.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini ialah :
1. Dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat dan siklus
penambangan ( mine cycle ) system tambang bawah tanah metode
cut and fill.
2. Dapat mengetahui peralatan yang digunakan dalam system tambang
bawah tanah metode cut and fill.
3. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari system tambang
tambang bawah tanah cut and fill.
4. Dapat mengetahui dasar-dasar pertimbangan digunakannya metode
cut and fill.
3.2.2. Hasil Kerja
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan mampu memahami
penerapan metode cut and fill tambang bawah tanah.
3.2.3. Dasar teori
Cut and fill stoping merupakan metode penambangan dengan arah
penggalian ke arah atas, dimana bijih digali dengan bentuk irisan
horizontal atau “cut” pada stope dan digantikan dengan waste (pengotor
dari bijih) sebagai timbunannya. Dan juga dipergunakan pada badan
bijih yang memiliki lapisan horizontal, dimulai dari bagian bawah
lapisan dan maju ke atas hingga ke permukaan. Dengan adanya
penambahan langkah pengisian kembali lubang bukaan (backfilling)
pada kegiatan penambangan dari tiap irisan bijih yang diambil, maka
bijih harus mempunyai kadar cukup tinggi untuk menutupi penambahan
biaya pengeluaran. Kegiatan penambangan bawah tanah dengan Metode
cut and fill biasanya dipergunakan untuk penambangan bijih baik berupa
endapan maupun berupa vein yang cukup lebar dan besar, antara lain
yaitu emas, tembaga, nikel dll. Metode cut and fill hal dapat diterapkan
pada kondisi sebagai berikut :
1. Lapisan bahan galian (bijih) dengan kedalaman sedang hingga cukup
dalam (<4000 – 8000 ft atau < 1,2 – 2,4 km)
2. Kekuatan bijih: medium hingga kuat. (tidak cocok menggunakan
unsupported methods)
3. Kekuatan batuan : Lemah hingga sangat lemah
4. Bentuk deposit: Tabular; bisa irregular, dan discontinous
5. Kemiringan (dip) deposit: sedang hingga curam (>45-50o)
6. Ukuran deposit: cukup lebar ( 6 – 100 ft, atau 2 – 30 m) dan juga
7. Kadar bijih: cukup tinggi
Acara IV
Penyanggaan Tambang Bawah Tanah
4.1. Penyangga Tambang Bawah Tanah
4.1.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari metode penyangga
tambang bawah tanah.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini ialah :
1. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari metode penyangga
tambang bawah tanah yang digunakan.
2. Dapat mengetahui dasar-dasar pertimbangan digunakannya metode
penyangga tambang bawah tanah.
3. Mengenal sistem penyanggaan yang diterapkan pada tambang bawah
tanah.
4. Mengetahui cara penambangan pada tambang bawah tanah melalui
simulasi.
4.1.2. Hasil Kerja
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan mampu memahami
penerapan metode penyanggaan tambang bawah tanah melalui simulasi.
4.2. Dasar Teori
Macam-Macam Penyanggaan
Macam-macam penyanggaan didasarkan pada sifat penyanggaan, jenis
penyangga dapat dibagi menjadi penyangga pasif dan penyangga aktif.
Penyangga Pasif
Bersifat mendukung atau menahan batuan yang akan runtuh dan tidak
melakukan reaksi langsung terhadap beban yang diterima. Contoh penyangga
pasif antara lain :
1. Penyangga Kayu
Sesuai dengan bentuk susunan dalam pemasangannya, penyangga
kayu yaitu :
a. Cribbing
Dengan bentuk penampang yang lebar umumnya digunakan di daerah
yang memerlukan pemerkuatan tinggi, seperti di lubang produksi dan
perempatan (junction).
Gambar
Cribbing
b. Three Piece Set
Penyangga ini digunakan pada lubang bukaan yang berbentuk persegi
panjang dan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian atas (cap) dan
bagian samping atau tiang.
Gambar
Three Piece Set
c. Square Set
Penyangga ini umumnya digunakan pada lubang vertical (raise atau
winze).
Gambar
Square Set
d. Five Piece Set
Gambar 2.4
Five Piece Set
2. Penyangga Besi Baja
Kualitas yang baik dari penyangga besi baja disbanding penyangga
kayu menyebabkan banyak penyangga kayu yang diganti dengan
penyangga besi baja, terutama pada lubang-lubang utama.
Kerugian dari penyangga besi baja yaitu mahal harganya, sedangkan
keuntungan penyangga besi baja yaitu :
Homogen dan mempunyai sifat elastisitas yang tinggi
Tidak dipengaruhi oleh kelembaban
Lebih tahan lama dibandingkan kayu
Macam-macam penyangga baja di antara lain, yaitu :
a. Two Piece Arch dan Three Piece Arch
Penyangga ini bentuknya seperti busur dan umumnya digunakan
didaerah lubang-lubang utama.
Gambar
Two Piece Arch dan Three Piece Arch
b. I-beam
Penyangga ini biasanya dipasang untuk lubang yang bentuknya empat
persegi panjang dan umumnya digunakan didaerah lubang-lubang
produksi. Penyangga ini kadang-kadang dikombinasikan dengan kayu
atau dinding beton.
Gambar
I-beam
3. Penyangga Beton
Beton adalah campuran antara semen, pasir dan air yang kadang-
kadang ditambah CaCl2 (calcium chloride) yang berfungsi sebagai
pemencepat waktu pengerasan.
Keuntungan dari penyangga beton adalah :
Mempunyai kuat tekan yang tinggi
Tahan terhadap pengaruh cuaca
Bahan-bahan mudah didapat
Kerugian dari penyangga beton adalah :
Mempunyai kuat tarik rendah
Dapat hancur tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda
Hancuran beton tidak dapat digunakan
Acara V
Penyanggaan Tambang Bawah Tanah
5.1. Penyangga Aktif
Bersifat melakukan reaksi langsung dan memperkuat batuan tersebut
secara langsung. Penyangga aktif terdiri dari :
1. Roof bolt system
Fungsi penahan adalah penjakaran baut batuan harus pada massa
batuan yang relative keras dan stabil yang berada di atas lapisan yang
berpotensial runtuh.
Gambar 2.7
Roof bolt system
Fungsi penguat baut batuan tidak dapat mencegah terjadinya pecah
batuan tetapi dapat memperbaiki kekuatan dan integritas.
2. Hydraulic props
Merupakan tiang penyangga yang pada dasarnya terdiri dari dua
silinder dimana silinder yang satu bergerak didalam silinder yang lainnya
dengan mekanismenya menggunakan system hydraulic.
Gambar 2.8
Hydraulic props
3. Powered roof support
PRS adalah suatu bentuk penyangga yang diterapkan disuatu
tambang batubara dipenambangan “long wall”. Penyangga ini tidak hanya
berfungsi menyangga atap, tetapi juga untuk mendorong “conveyor”
bergerak maju dengan tenaga hidrolik.
Gambar 2.9
Powered roof support
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral
yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut.
Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas, tembaga, seng,
nikel, dan timbal. Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah,
jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk dapat
dibedakan menjadi beberapa macam:
Ramp, jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari permukaan
tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya digunakan untuk jalan
kendaraan atau alat-alat berat menuju dan dari bawah tanah.
Shaft, yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan menuju
cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift yang dapat
difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.
Adit, yaitu terowongan mendatar (horisontal) yang umumnya dibuat disisi bukit
atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.
Gambar
Bagian-Bagian Dari Tambang Bawah Tanah
Perlunya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem
tambang Bawah Tanah adalah :
1. Panjang Tebal dan lebar cebakan.
2. Kemiringan Cebakan
3. Kedalaman Operasi
4. Faktor waktu
5. Kadar cebakan
6. Fasilitas lokal yg meliput buruh dan material.
7. Modal yg tersedia.
8. Batas dgn badan bijih lain.
9. Strength dan karakteristik fisik bijih
10. Biaya Penambangan
11. Produktivitas
12. Masalah Lingkungan
Acara VI
Ventilasi dan Peralatan Tambang Bawah Tanah
6.1. Sistem Ventilasi
Pada tambang bawah tanah, sistem ventilasi diperlukan untuk menyediakan
oksigen guna memenuhi kebutuhan pernafasan para pekerja, sistem ventilasi tersebut
juga dibutuhkan untuk menghilangkan gas-gas beracun, megurangi konsentrasi debu
yang berada di dalam udara tambang dan untuk menurunkan temperatur udara
tambang sehingga memungkinkan tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi
para pekerja yang bekerja disana, sehingga ventilasi tambang tersebut merupakan
salah satu aspek penunjang bagi peningkatan produktivitas para pekerja pada
tambang bawah tanah.
Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti
memastikan agar semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas
beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk
memaksa agar udara mengalir ke terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa
dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.
Pada ventilasi tambang bawah tanah, berlaku prinsip aliran udara sebagai
berikut :
a. Udara akan mengalir dari tempat yang bertemperatur lebih rendah ke tempat
yang bertemperatur lebih tinggi.
b. Aliran udara bergerak dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih
rendah.
c. Tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfer, bisa positif (blowing)
atau negatif (exhausting).
d. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang memberikan
tahanan yang lebih kecil dibanding dengan jalur bertahanan lebih besar.
e. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity dan
tekanan empat kali lipat.
f. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam peritungan ventilasi
tambang.
Fungsi ventilasi pada tambang adalah, sebagai berikut :
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk memenuhi
kebutuhan oksigen bagi pernafasan para pekerja tambang dan juga bagi segala
proses yang terjadi dalam tambang yang memerlukan oksigen.
b. Melarutkan dan membawa keluar gas-gas pengotor yang ada di dalam tambang
hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi
syarat bagi pernapasan.
c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran udara tambang bawah tanah
hingga batas yang diinginkan.
d. Mengatur panas dan kelembaban tambang bawah tanah hingga diperoleh suasana
atau lingkungan yang nyaman.
Gambar
Contoh ventilasi pada tambang bawah tanah
Ventilasi digunakan untuk menangani permasalahan gas berbahaya
(hazardous gases) seperti CO dan gas mudah nyala (combustible gas) seperti metana
yang muncul di tambang bawah tanah, perencanaan sistem ventilasi yang baik
merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Selain untuk mengencerkan dan
menyingkirkan gas – gas tersebut, tujuan lain dari ventilasi adalah untuk
menyediakan udara segar yang cukup bagi para pekerja tambang, dan untuk
memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang panas di dalam tambang akibat panas
bumi, panas oksidasi, dll.
Dengan memperhatikan ketiga tujuan di atas, maka volume ventilasi (jumlah
angin) yang cukup harus diperhitungkan dalam perencanaan ventilasi. Secara ideal,
jumlah angin yang cukup tersebut hendaknya terbagi secara merata untuk lapangan
penggalian (working face), lokasi penggalian maju (excavation/development), serta
ruangan mesin dan listrik.
Jumlah angin yang terlalu kecil akan menyebabkan gas – gas mudah
terkumpul sehingga konsentrasinya meningkat, jumlah pasokan oksigen berkurang,
dan lingkungan kerja menjadi tidak nyaman. Sebaliknya, bila volume anginnya
terlalu besar, maka hal ini dapat menimbulkan masalah serius pula yaitu swabakar
batubara (spontaneous combustion).
Swabakar batubara terjadi akibat proses oksidasi batubara. Dalam kondisi
normal, batubara akan menyerap oksigen di udara dan menimbulkan proses oksidasi
perlahan, sehingga terjadi panas oksidasi. Karena nilai konduktivitas panas batubara
adalah 1/4 dari konduktivitas panas batuan, maka panas oksidasi sulit berpindah ke
batuan di sekitarnya, sehingga akan terus terakumulasi di dalam batubara secara
perlahan. Bila sistem ventilasi yang baik untuk menangani hal ini tidak dilakukan,
maka suhunya akan terus meningkat sehingga dapat mencapai titik nyala, dan
akhirnya menimbulkan kebakaran.
6.2. Peralatan
Beberapa hal yang harus pahami pad atambang bawah tanah diantaranya ialah:
1. Keterbatasan runag gerak baik untuk alat maupun manusia
2. Pencahayaan yang minim
3. Memudahkan terjadinya akumulasi udara maupun gas berbahaya atau beracun
karena sirkulasi udara yang terbatas
4. Permukaan yang cenderung basah.
5. Dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa informasi tersebut, tentu saja pengerjaan tambang bawah
tanah memiliki peralatan yang memang telah dirancang dan direncanakan untuk
beroperasi ditambang bawah tanah, dalam hal ini pada metode room and pillar.
Peraltan yang digunakan pada tambang bawah tanah antara lain:
Alat Gali Muat
Continuous miners
Alat Muat Angkut
Load Haul Dump (LHD)
Alat Angkut
conveyor