documenttb

38
BAB I KASUS A. IDENTITAS Nama : Ny. Rohyatun TTL : Pemalang, 2/15/1986 Umur : 29 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Sawah Besar, Jakarta Pusat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Masuk RS : 8 September 2015 No Kamar : 0314 No. Rek Med : 86 44 62 Dr. yg merawat : dr. Erlina Burhan, Sp.P B. ANAMNESIS Keluhan Utama Batuk disertai sesak sejak 1 bulan SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke UGD RS Islam Jakarta Cempaka Putih dengan keluhan batuk sejak 1 bulan SMRS. Awalnya pasien merasakan batuknya hanya batuk kering, namun lama kelamaan batuknya menjadi berdahak. Warna dahak bening keputihan, keluhan 1

Upload: ainunzamira

Post on 18-Feb-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

koas

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentTB

BAB I

KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. Rohyatun

TTL : Pemalang, 2/15/1986

Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Sawah Besar, Jakarta Pusat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Masuk RS : 8 September 2015

No Kamar : 0314

No. Rek Med : 86 44 62

Dr. yg merawat : dr. Erlina Burhan, Sp.P

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Batuk disertai sesak sejak 1 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke UGD RS Islam Jakarta Cempaka Putih dengan keluhan

batuk sejak 1 bulan SMRS. Awalnya pasien merasakan batuknya hanya

batuk kering, namun lama kelamaan batuknya menjadi berdahak. Warna

dahak bening keputihan, keluhan batuk disertai darah disangkal oleh

pasien. Keluhan batuk juga disertai sesak. Sesak dirasakan pasien setelah

dua minggu pasien mengeluh batuk. Sesak dirasakan pada dada kanan

pasien yang menjalar hingga ke punggung kanan. Sesak dirasakan makin

terasa berat. Keluhan bunyi mengi saat bernapas disangkal oleh pasien.

Keluhan nyeri dada kiri disangkal. Pasien juga mengeluhkan selama

sebulan ini terjadi demam yang hilang timbul. Demam dirasakan tidak

1

Page 2: DocumentTB

begitu tinggi dan terjadi terutama malam hari menjelang pasien tidur.

Terkadang demam disertai menggigil hingga keluar keringat. Keluhan

kejang disangkal pasien. Pasien menyangkal bepergian ke tempat endemic

sebelumnya. Keluhan demam pada orang di lingkungan pasien disangkal.

Keluhan mimisan pada pasien disangkal. Keluhan batuk juga ditemukan

pada tetangga pasien dan frekuensi bertemu dengan tetangga pasien cukup

sering. Pasien juga mengeluh nafsu makan yang menurun selama keluhan

berlangsung. Keluhan mual dan muntah disangkal, keluhan nyeri

tenggorokan disangkal, keluhan berdebar – debar disangkal. BAB dan

BAK pasien tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal memiliki keluhan yang sama sebelumnya, riwayat asma

(-), riwayat TB sebelumnya (-), riwayat serangan jantung (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga. Riwayat asma (-), riwayat TB

sebelumnya (-), riwayat serangan jantung (-).

Riwayat Alergi

Pasien menyangkal memiliki alergi makanan, obat-obatan, atau zat

tertentu

Riwayat Pengobatan

Pasien sering pergi ke klinik karena keluhan tidak kunjung hilang. Pasien

diberi decolsin, amoxicillin dan dexametason namun keluhan hanya hilang

sebentar lalu muncul kembali.

Riwayat psikososial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari – hari melakukan

pekerjaan rumah tangga. Pasien sering bertemu tetangga pasien yang

mempunyai keluhan batuk untuk memberikan makanan dan berbincang –

bincang.

2

Page 3: DocumentTB

C. PEMERIKSAAN FISIK

KU : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit kuat angkat, reguler

Pernapasan : 26 x/menit

Suhu : 36,50C

BB : 47 kg

TB : 160 cm

Status gizi : BB/TB² = 47/1,6² = 18,5 (normal)

Kulit : Sawo matang

Status generalis

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

Mata : Konjungtiva anemi -/-, Sclera ikterik -/-, Reflex pupil +/+

, pupil bulat, isokor

Hidung :konka dbn/dbn, Deviasi septum -/-, Secret -/-, Epistaksis

-/-, massa -/-

Mulut : Sianosis (-), Bibir kering(-), Faring hiperemis (-),tonsil

T1/T1

Telinga : normotia, aurikula dbn/dbn, CAE dbn/dbn, MT

intak/intak, Cone light +/+

Leher : Pembesaran KGB (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)

JVP5-2, pulsasi pembuluh darah normal

Thorax : Normochest, jaringan parut (-)

Pulmo : Inspeksi simetris, penggunaan otot bantu napas (-/-),

retraksi dinding dada (-/-), bagian dada

yang tertinggal (-/-)

Palpasi nyeri tekan -/-, massa -/-,krepitasi -/-, vocal

fremitus sama kedua lapang paru

Perkusi sonor pada kedua lapang paru, batas paru

3

Page 4: DocumentTB

hepar setinggi ICS V dextra

Auskultasi vesicular +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Cor : Inspeksi ictus cordis tidak terlihat

Palpasi ictus cordis teraba di ICS V ke arah lateral

Linea midclavicularis sinistra

Perkusi batas jantung atas pada ICS II linea

parasternalis dextra

batas jantung kiri pada ICS V linea

midclavicularis sinistra

batas kanan pada ICS V , line sternalis

sinistra

Auskultasi S1 S2 murni, reguler

gallop (-), murmur (-)

Abdomen Inspeksi Datar , jaringan parut (-), distensi (-)

Palpasi Nyeri tekan (-) epigastrium, nyeri tekan

dalam (-)

o Hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae , tepi tumpul,

permukaan rata, kosistensi kenyal, nyeri tekan (-)

o Lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Palpasi timpani (+), shifting dullnes (-)

Auskultasi bising usus normal, 7x/menit

Ekstremitas atas : akral hangat, edema -/- , CRT < 2 detik

Ekstremitas bawah: akral hangat, edema +/+ , CRT < 2 detik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Hematologi

Hematologi Rutin

Hb : 11,3 g/dl (11,7 – 15,5)

4

Page 5: DocumentTB

Leukosit : 6110 uL (3,60-11,60)

Hematokrit : 34 % (35-47)

Trombosit : 435.000 uL (150-440)

Eritrosit : 4,31 10^6/uL (3,8-5,7)

MCV : 80 fL (80-100)

MCH : 26 pg (26-34)

MCHC : 33 g/dL (32-36)

GDS : 87 mg/dL (70-200)

SGOT : 15 U/L (10-34)

SGPT : 9 U/L (9-43)

Sputum 1 : BTA (-)

Sputum 2 : BTA (-)

Sputum 3 : BTA (-)

Pemeriksaan Radiologi

5

Page 6: DocumentTB

Cor : dbn, tidak ada pembesaran

Pulmo : tampak infiltrat pada apex paru kanan dan lobus atas paru kiri.

Sinus costofrenikus kanan menumpul.

Kesan : TB paru dupleks dan efusi pleura kanan.

E. RESUME

Ny.Rohyatun, 29 tahun, keluhan batuk sejak 1 bulan SMRS. Batuk

berdahak (+), warna dahak bening keputihan, hemoptoe (-). Keluhan

batuk juga disertai sesak. Sesak (+), semakin memberat, keluhan bunyi

mengi saat bernapas disangkal oleh pasien,nyeri dads kiri (-). Demam

hilang timbul (+), tidak begitu tinggi, terutama malam hari menggigil (+),

keringat malam (+), kejang (-). Riwayat bepergian ke daerah endemic (-).

6

Page 7: DocumentTB

Keluhan demam pada orang di lingkungan pasien disangkal. Epistaksis (-)

, Keluhan batuk juga ditemukan pada tetangga pasien dan frekuensi

bertemu dengan tetangga pasien cukup sering. Anoreksia (+). Riwayat

asma (-), tetangga memiliki keluhan yang sama dan pasien sering bertemu

untuk memberikan makanan dan berbincang – bincang.

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 84x/menit kuat angkat, reguler

Pernapasan : 26 x/menit

Status generalisata dalam batas normal.

Sputum BTA SPS : (-)/(-)/(-)

Foto Thorax :

Pulmo : tampak infiltrat pada apex paru kanan dan lobus atas paru kiri.

Sinus costofrenikus kanan menumpul.

Kesan : TB paru dupleks dan efusi pleura kanan.

F. DAFTAR MASALAH

- TB paru

- Dyspnea et causa efusi Pleura kanan.

G. ASSESSMENT

Masalah I : TB paru

Batuk satu bulan sebelum masuk rumah sakit, awalnya kering kemudian

berdahak, disertai demam yang hilang timbul selama keluhan, suhu tidak begitu

tinggi, kadang disertai keringat malam, nafsu makan menurun. Sputum BTA

sewaktu pagi sewaktu hasil (-), foto thoraks gambaran TB paru dupleks.

Planning :

Diagnostik : sputum BTA ulang untuk melihat kuman BTA pada pasien.

Terapi :

7

Page 8: DocumentTB

Ambroxol : 3x1 tablet

2RHZE : BB 47 kg, 3 tablet 4 KDT.

Edukasi

Menggunakan masker jika bepergian.

Tidak membuang dahak sembarangan.

Patuh dalam mengkonsumsi obat – obatan untuk menghindari terjadinya

resistensi obat

Masalah II : dyspnea et causa efusi pleura kanan.

Ny. Rohyatun, 29 tahun, keluhan sesak yang timbul bersamaan dengan

keluhan batuk. Sesak dirasakan pasien setelah dua minggu pasien

mengeluh batuk. Sesak dirasakan pada dada kanan pasien yang menjalar

hingga ke punggung kanan. Sesak dirasakan makin terasa berat. Keluhan

bunyi mengi saat bernapas disangkal oleh pasien. Foto thoraks

menggambarkan adanya efusi pleura kanan.

Planning :

Diagnostik :

Uji spirometri memastikan keluhan sesak bukan dari asma.

Foto thoraks RLD memastikan jika benar ada cairan pleura.

USG thoraks memberikan marker untuk persiapan pungsi pleura.

Terapi :

O2 3L/mnt

Nebulasi bisolvon + ventolin, jika sesak tidak teratasi dengan

pemberian O2.

Edukasi :

Menghindari factor – factor yang memperberat sesak seperti

aktifitas yang berat dan menjauhi tempat yang banyak polusi udara

8

Page 9: DocumentTB

H. FOLLOW UP

tanggal S O A P

9/9/15 Batuk berkurang,

demam (-), mual

muntah (-), BAB

dan BAK tidak ada

keluhan, nafsu

makan membaik.

KU : TSS

Kes : CM

TD :

110/70mmHg

N : 72x/mnt

RR : 18x/mnt

S : 36, 7 C

Status

generalisata dalam

batas normal.

TB paru. 2RHZE

BB 47 Kg :

3 tablet 4 KDT

10/9/15 Pasien

9

Page 10: DocumentTB

diperbolehkan

pulang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TB Paru

DefinisiTuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes,

2011)

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) yang menyerang jaringan

(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ

tubuh lainnya (Depkes, 2011).

10

Page 11: DocumentTB

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit granulomatosa kronis menular

dimana biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis

perkijuan (Kumar, 2007).

Klasifikasi Tuberkulosis ParuMenurut PDPI (2006), terdapat beberapa klasifikasi tuberkulosis, yaitu :

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

a. Tuberkulosis paru BTA (+), yaitu:

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif.

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif.

b. Tuberkulosis paru BTA (-), yaitu:

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan

M.tuberculosis positif.

2.Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada

beberapa tipe pasien yaitu:

a. Kasus Baru

Yaitu pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau

sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.

b. Kasus Kambuh (Relaps)

Yaitu pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

atau

biakan positif.

c. Kasus Defaulted atau Drop Out

11

Page 12: DocumentTB

Yaitu pasien yang telah menjalani pengobatan 1 bulan dan tidak mengambil

obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

d. Kasus Gagal (Failure)

Yaitu pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau

akhir pengobatan.

e. Kasus Kronik

Yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan kategori 2 dan dengan pengawasan yang baik.

f. Kasus Bekas TB

Hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran radiologi paru

menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan

gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih

mendukung.

Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat

pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan

gambaran radiologi.

3.Pembagiaan Secara Patologi

a. Tuberkulosis Primer (Childhood Tuberculosis).

b. Tuberculosis Sekunder (Adult Tuberculosis).

4.Berdasarkan Aktifitas Radiologi

a. Lesi TB aktif dicurigai bila:

Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior lobus atas

paru dan segmen posterior lobus bawah

Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan

atau nodular.

Bayangan bercak milier

Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

b. Lesi TB inaktif dicurigai bila:

Fibrotik

12

Page 13: DocumentTB

Kalsifikasi

Schwarte atau penebalan pleura

c. Lesi TB Aktif Yang Mulai Menyembuh (Quiescent)

5.Berdasarkan Luas Lesi Yang Tampak Pada Foto Thorax

a. Tuberkulosis Minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua

paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

b. Moderadately Advance Tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah infiltrat bayangan

halus tidak lebih dari satu bagian paru. bila banyangannya kasar tidak lebih

dari sepertiga bagian satu paru.

c. Far Advance Tuberculosis

Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advance tuberculosis.

6.Di Indonesia, klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan

klinis, radiologis dan mikrobiologis.

a. TB Paru

b. Bekas TB Paru

c. TB Paru Tersangka, yang terbagi dalam:

TB Paru Tersangka Yang Diobati.

Dengan sputum BTA negatif, tetapi tanda – tanda lain positif.

TB Paru Tersangka Yang Tidak Diobati.

Dengan sputum BTA negatif dan tanda – tanda lain juga meragukan.

Dalam 2 – 3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk

TB Paru ( Aktif ) Atau Bekas TB Paru.

Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan:

- Status Bakteriologi

- Mikroskopik Sputum BTA ( Langsung )

13

Page 14: DocumentTB

- Biakan Sputum BTA

- Status Radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru.

- Status Kemoterapi, riwayat pengobatan dengan OAT.

II.7 Manifestasi Klinik

Gejala klinis dari tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik.

Gejala Respiratorik

a. Batuk >2 Minggu

Gejala ini sering ditemukan. Batuk terjadi karena ada iritasi pada

bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang keluar produk – produk

radang. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama,

mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan

paru yakni setelah berminggu – minggu atau berbulan – bulan sejak awal

peradangan.

Sifat batuk dimulai dari batuk kering ( non-produktif ) kemudian setelah

timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ).

b. Batuk Darah

Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis

terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

c. Sesak Nafas

Jika sakit masih ringan, sesak nafas masih belum dirasakan. Sesak

nafas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah

meliputi setengah bagian paru.

d. Nyeri dada.

Hal ini jarang ditemukan. Nyeri dada dapat timbul bila infiltrasi

radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi

gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.

Gejala Sistemik

14

Page 15: DocumentTB

a. Demam

Biasanya subfebril seperti demam influenza. Tetapi kadang – kadang

panas badan dapat mencapai 40 – 41o C. Serangan demam pertama dapat

sembuh sementara, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Hal ini terjadi

terus menerus, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan

demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh

pasien dan berat ringannya infeksi MTB yang masuk

b. Gejala sistemik lain, seperti :

Malaise

Keringat malam

Anoreksia

Berat badan menurun.

Pemeriksaan Penunjang

15

Pada keadaan tertentu dengan pertimbangan medis spesialistik, alur diagnosis ini dapat digunakan secara fleksibel yaitu pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan bersamaan dengan foto thoraks dan pemeriksaan yang diperlukan.

Suspek TB paru adalah seseorang dengan batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih disertai dengan atau tanpa gejala lain.

Page 16: DocumentTB

1. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan LED yang normal atau meningkat dan

limfositosis.

Pemeriksaan serologi :

Tes PAP (peroksidase anti peroksida)

Prinsip dasar uji PAP adalah menemukan adanya antibodi IgG

yang spesifik terhadap antigen M.tuberculosae . hasil uji PAP

dinyatakan patologis bila pada titer 1:10.000 didapatkan hasil uji

PAP positif.

Uji Mycodot

Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabinomannan yang

direkatkan pada alat yang berbentuk sisir kemudian dicelupkan

dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah

memadai maka warna sisir akan berubah.

ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang

terjadi.

PCR (Polymerase Chain Reaction)

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai

tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme

dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

2. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.

Pemeriksaan sputum untuk penegakkan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan

16

Pada keadaan tertentu dengan pertimbangan medis spesialistik, alur diagnosis ini dapat digunakan secara fleksibel yaitu pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan bersamaan dengan foto thoraks dan pemeriksaan yang diperlukan.

Suspek TB paru adalah seseorang dengan batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih disertai dengan atau tanpa gejala lain.

Page 17: DocumentTB

yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). Interpretasi hasil

pemeriksaan sputum :

Mikroskopik positif

- 3 x positif

- 2 x positif, 1 x negatif

-1 x positif, 2 x negatif ulang BTA 3 x, bila hasil 1 x positif, 2 x

negatif

Mikroskopik negatif

- 3 x negatif

- 1 x positif, 2 x negatif ulang BTA 3 x, bila hasil 3 x negatif

Pemeriksaan biakan sputum BTA dengan cara BACTEC (Becton Dickinson

Diagnostic Instrument System) , dengan cara mendeteksi growth index

berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh

M.tuberculosis. kuman sudah dapat terdeteksi dalam 7-10 hari.

3. Tes tuberkulin

Tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D. (Purified

Protein Derivative) intrakutan dengan kekuatan 5 T.U. tes tuberkulin hanya

menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi

M.tuberculosis, vaksinasi BCG atau Mycobacteria lainnya. Dasar tes tuberkulin

ini adalah reaksi alergi tipe lambat.

Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi

kemerahan, interpretasi hasilnya :

- Indurasi 0-5 mm Mantoux negatif = golongan no sensitivity

- Indurasi 6-9 mm meragukan = golongan low sensitivity

- Indurasi 10-15 mm Mantoux positif = golongan normal sensitivity

- Indurasi >15 mm Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity

17

Page 18: DocumentTB

4. Pemeriksaan radiologi

Standar pemeriksaan radiologi pada tuberkulosis adalah foto toraks PA dan

lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu :

Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal lobus

bawah

Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)

Adanya kavitas, tunggal atau ganda

Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru

Adanya kalsifikasi

Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

Bayangan milier

TATALAKSANA

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap OAT(PDPI, 2011).

OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)Obat Yang Dipakai

a. Obat Anti Tuberkulosis Golongan 1 (First Line Antituberculosis Drugs)

Rifampisin (R)

Isoniazid (INH/H)

Pirazinamid (PZA)

Streptomisin

Etambutol (E)

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif selama 2 bulan

dan tahap lanjutan selama 4 bulan.Bila pengobatan tahap intensif tersebut

18

Obat Tambahan (First Line Supplemental Drugs)

Pilihan Utama

Page 19: DocumentTB

diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam

kurun waktu 2minggu.Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA

negatif (konversi) dalam 2 bulan.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan(PDPI, 2011).

Jenis, sifat, dan dosis OAT

Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3xseminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12)

Pyrazinamide(Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18) 15 (12-18)

Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20) 30 (20-35)

Untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis dilakukan dengan

memakai panduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat

bakterisid. Yang termasuk obat lini pertama antara lain isoniazid, rifampisin,

pirazinamid, etambutol dan streptomisin. Sedangkan obat lini keduanya

kanamisin, PAS (Para Amino Salicylic Acid), tiasetazon, etionamid, sikloserin,

amikasin, ofloksasin, siprofloksasin(PDPI, 2011).

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan

Obat (PMO).

Kemasan OAT (Obat Anti Tuberkulosis)

a. Obat Tunggal

19

Page 20: DocumentTB

Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, Rifampisin, Pirazinamid

dan Etambutol.

b. Obat Kombinasi Dosis Tetap (Fixed Dose Combination – FDC)

Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet.

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting

untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant

tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB

merupakan prioriti utama WHO. International Union Against Tuberculosis and

Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan

obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada

tahun 1998.

Keuntungan Kombinasi Dosis Tetap

1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal.

2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan

pengobatan yang tidak disengaja.

3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang

benar dan standar.

4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.

5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat

penurunan penggunaan monoterapi

Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang

dosis yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau

masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik.

Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila

mengalami efek samping serius harus dirujuk kerumah sakit / dokter spesialis

paru / fasiliti yang mampu menanganinya.

c. Paket Kombipak

adalah paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid, rifampisisn,

pirazinamid dan etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. panduan OAT

20

Page 21: DocumentTB

ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang

mengalami efek samping OAT KDT.

Berat Badan

Tahap Intensif

Tiap hari selama 56 hari

RHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama

16 minggu RH (150/150)

30-37 Kg 2 Tablet 4KDT 2 Tablet 2KDT

38-54 Kg 3 Tablet 4KDT 3 Tablet 2KDT

55-70 Kg 4 Tablet 4KDT 4 Tablet 2KDT

>71 Kg 5 Tablet 4KDT 5 Tablet 2KDT

Tabel. Dosis Untuk Panduan OAT KDT Untuk Katagori 1

Tahap

Pengobata

n

Lama

Pemgobata

n

Dosis Perhari/Kali Jumlah

Hari/Ka

li

Menela

n Obat

Tablet

Isoniazi

d @

300 mg

Kaplet

Rifampisi

n @ 450

mg

Tablet

Pirazinami

d @ 500

mg

Tablet

Etambut

ol @ 250

mg

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

Tabel. Dosis Panduan OAT- Kombipak Untuk Katagori 1

21

Page 22: DocumentTB

Resimen pengobatan tuberkulosis

Kategori

pengobatan

Kriteria pasien Resimen pengobatan

Kategori 1 o Pasien baru BTA positif

o Pasien TB paru BTA

negatif foto thorax positif

o Pasien TB ekstra paru

yang berat

o 2HRZE/ 4H3R3

o 2HRZE/ 4HR

o 2HRZE/ 6HE

Kategori 2 o Pasien kambuh

o Pasien gagal

o Pasien default

o 2HRZES/HRZE/

5H3R3E3

o 2HRZES/ HRZE/ 5HRE

Hasil pengobatan TB

Sembuh

Bila hasil hasil pem ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-

turut negatif, salah satu diantaranya haruslah pemeriksaan pada akhir

pengobatan

Pengobatan Lengkap

Penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap, tapi tidak ada

pemeriksaan ulang dahak, khususnya pada akhir pengobatan.

Gagal

22

Page 23: DocumentTB

Pasien yang pemeriksaandahaknya tetappositif atau kembali positif pada

akhir bulan ke-5 atau lebih selama pengobatan.

Pasien yang pemeriksaan dahaknya negatifdan foto torakspositif menjadi

dahak positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.

Defaulted atau drop-out

Penderita yang tidak mengambil/meminum obat 2 bulan berturut-turut atau

lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

2.Obat Anti Tuberkulosis Golongan 2 (Second-Line Antituberculosis Drugs)

Obat lini kedua digunakan jika terjadi Multi Drugs Resisten (MDR) atau

jika OAT golongan 1 tidak tersedia. Obat-obat antituberkulosis golongan 2

kurang efektif jika dibandingkan dengan OAT golongan 1 dan dapat

menimbulkan efek samping yang berat. Obat-obat ini jarang digunakan dalam

pengobatan tuberculosis. Obat-obat yang digunakan sebagai Obat Anti

Tuberkulosis golongan 2 yaitu :

Kuinolon

Obat-obat golongan quinolon digunakan jika terdapat resistensi terhadap

OAT golongan 1 atau pada pasien-pasien yang tidak dapat menggunakan

OAT golongan 1. Obat-obatan yang termasuk golongan quinolon adalah

ofloxacin, levofloxacin, ciprofloxacin, gatifloxacin dan moxifloxacin.

Efek samping jarang sekali dijumpai. Jika ada, biasanya berupa

gangguan gastrointestinal, kemerahan pada kulit, pusing dan sakit kepala.

Efek samping yang cukup berat, seperti kejang, nefritis interstitial, vaskulitis,

dan gagal ginjal akut. Quinolon dapat diberikan secara intravena.

Kanamisin

Amikasin

Amikasin memiliki efek baksterisidal yang berkerja di ekstraseluler.

Amikacin ini efektif terhadap MTB, M. lepra, M. avium complex, dan lain-

23

Page 24: DocumentTB

lain. Dosis yang diberikan biasanya 7-10mg/kg IM atau IV, 3-5 kali dalam

seminggu.

Capreomycin

Capreomycin merupakan suatu kompleks antibiotik polipeptida siklik

derifatdari Streptomyces capreolus, yang memiliki kesamaan dalam

pemberian dosis, cara kerja, farmakologi dan toksisitas dengan streptomisin.

Capreomycin diberikan secara intramuskular dalam dosis 10-15mg/kg/hari

atau 5 kali dalam seminggu (dosis maksimal per-hari 1 g). Setelah diberikan

selama 2-4 bulan, dosisnya diturunkan menjadi 1 g dalam 2 atau 3 kali

seminggu. Capreomycin merupakan obat injeksi pilihan terhadap tuberculosis

setelah streptomisiin.

b. Obat lain masih dalam penelitian

Makrolid

Amoksilin + Asam Klavulanat

c. Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :

Kapreomisin

Sikloserino PAS (dulu tersedia)

Para-Aminosalicylic Acid dapat menghambat pertumbuhan MTB dengan

cara menghambat sintesa asam folat. Para-Aminosalicylic Acid jarang

menjadi pilihan pengobatan tuberkulosis karena rendahnya efektivitas dan

juga karena menyebabkan timbulnya gangguan gastrointestinal (mual,

muntah, atau diare).

Derivat rifampisin dan INH

Thioamides (Ethionamide dan Prothionamide)

Ethionamide adalah derivat asam isonikotinik, sama seperti isoniazid

dan pirazinamid. Obat ini memiliki efek bakteriostatik. Namun

penggunaannya terbatas karena efek toksisitas dan banyaknya efek samping,

seperti gangguan gastrointestinal berat (mual, muntah, anoreksia,

disgesia),gangguan neurologis berat, hepatitis, reaksi hipersensitivitas, dan

juga hipotiroidisme.

24

Page 25: DocumentTB

KOMPLIKASI

Penyakit tuberkulosis bila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi terbagi atas :

a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis

b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas SOFT (sindrom obstruksi

pasca tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru,

kor pulmonal, karsinoma paru, ARDS.

PENCEGAHAN

Vaksinasi BCG pada bayi / anak

Terapi pencegahan Kemoprofilaksis pada Penderita HIV/AIDS INH

dosis 5 mg/ kg BB ( tdk lebih 300 mg) sehari selama minimal 6 bulan

Pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan.

25

Page 26: DocumentTB

DAFTAR PUSTAKA Brooks, Geo F, MD., Janet S. Butel, Phd., dan Stephen A. Morse, Phd.

Mikrobiologi Kedokteran. Bab 24. Edisi 23. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. 2008. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Bab 37-42. Edisi 11.

Jakarta: EGC.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid 2. Edisis V. Jakarta: IPD FKUI.

Price, Sylvia A., dan Lorraine M. Wilson. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Bab 4. Edisi VI. Jakarta: EGC

Rusnoto, Rahmatullah P., Udiono A. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian TB Paru Pada Usia Dewasa. Universitas Diponoegoro. Dikutip dari :

http://eprints.undip.ac.id/5283/1/Rusnoto.pdf [Diakses 10 September 2015]

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Bab 13. Edisi

6. Jakarta: EGC.

Tjay, Tan Hoan, Drs., dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Bab 5.

Edisi 6. Jakarta: Gramedia.

Treatment of Tuberculosis Guidelines, fourth edition. World Health Organization

2010

26

Page 27: DocumentTB

Vinay Kumar, MBBS, MD, FRCPath., dan Abul K. Abbas, MBBS., Nelson

Fausto, MD. 2010. Dasar Patologi Penyakit. Bab 15. Edisi 7. Jakarta: EGC.

27