tb d

Upload: anandya-anton

Post on 08-Mar-2016

13 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PELAYANAN TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT

Tujuan UmumPedoman Manajerial Pelayanan Tuberculosis dengan Strategi DOTS di Rumah sakit disusun dengan Tujuan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan tuberculosis di Rumah SakitTujuan Khusus Sebagai pedoman manajerial dalam program penanggulangan TB Di RS dengan strategi DOTS Sebagai indicator mutu standard pelayanan rumah sakit (SPRS) dalam program penanggulangan TB melalui akreditasi Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam dalam penanggulangan TB melalui indicator standard pelayanan minimal RSSetiap pelayanan TB dengan strategi DOTS bagi pasien TB harus berdasarkan standard pelayanan yang telah ditetapkan oleh Program Penanggulangan Tuberkulosis NasionalSetiap pelayanan TB harus berdasarkan International Standard for Tuberculosis (ISTC) atau standard diagnosis, pengobatan dan Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat.

Selama lebih dari satu dekade Strategi DOTS merupakan elemen yang sangat penting untuk pengendalian TB. Strategi ini terdiri dari 5 komponen :1. Peningkatan Komitmen Politis dengan ada Rencana Jangka Panjang Penanggulangan TB yang didukung oleh penganggaran yang tetap dan memadai sesuai dengan target World Health Assembly 2005 dan Millenium Development Goals 2015. 2. Penegakkan diagnosis dengan mikroskopis dahak dan serta penguatan jejaring laboratorium mikroskopis TB3. Pengobatan TB standar dengan PMO (Pengawas Menelan Obat) dalam upaya mengurangi risiko terjadinya MDR dan peningkatan kesembuhan penderita.4. Jaminan ketersediaan dan sistim pengelolaan OAT yang efektif.5. Sistim Pencatatan dan Pelaporan baku untuk TB.

Langkah-langkah untuk mulai mengimplementasikan DOTS di rumah sakit antara lain yaitu : Melakukan penilaian dan analisis situasi, apakah rumah sakit telah bersedia untuk melaksanakan program DOTS Mendapatkan komitmen yang kuat terutama dari manajemen dan dokter spesialis yang akan melaksanakan DOTS Penyusunan nota kesepahaman ( Memorandum of Understanding ) antara Dinas Kesehatan setempat dengan manajemen rumah sakit Menyiapkan tenaga pelaksana DOTS antara lain dokter, perawat, petugas laboratoium, petugas farmasi, petugas pencatatan dan pelaporan, dan lain-lain Membentuk tim DOTS di rumah sakit. Tim tersebut akan melakukan koordinasi kegiatan internal linkage atau external linkage Menyediakan tempat untuk unit DOTS di dalam rumah sakit. Tempat ini menjadi pusat kegiatan pelayanan pasien TB di rumah sakit Menyediakan tempat / rak penyimpanan paket-paket OAT di ruang DOTS. Menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologis dahak sesuai standar. Menggunakan format pencatatan sesuai dengan program tuberkulosis nasional Contoh kegiatan jejaring eksternal antara rumah sakit dengan puskemas : Pasien tidak datang untuk periksa ulang/mengambil obat pada tanggal yang telah ditentukan. Bila keadaan ini masih berlanjut hingga lewat 2 hari dari tanggal yang ditentukan, maka petugas di unit DOTS RS harus segera melakukan tindakan di bawah ini : 1. Menghubungi pasien langsung/PMO agar segera kembali berobat2. Petugas di Tim DOTS RS menginformasikan ke Wasor Kabupaten/Kota atau langsung ke puskesmas tentang ada pasien yang tidak kontrol, dengan memberitahukan identitas dan alamat lengkap untuk segera dilakukan pelacakan. Hasil dari pelacakan yang dilakukan oleh petugas puskesmas segera iinformasikan kepada rumah sakit . Bila proses ini menemui hambatan, harus diberitahukan ke Ketua Tim DOTS rumah sakit.

TIM DOTSPimpinan RS membentuk tim DOTS sebagai wadah khusus dalam pengelolaan pasien TB di RSPembentukan Tim DOTS di RS bersifat fungsional ditetapkan melalui surat keputusan direktur RSTim DOTS di RS berada dibawah koordinasi Manajer Pelayanan Medik

Ketua Tim DOTS Rumah SakitAdalah seorang dokter spesialis paru, atau penyakit dalam atau dokter umum yang bersertifikat Pelatihan Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit (PPTS DOTS)Fasilitas dan Peralatan1. Tersedia ruangan khusus pelayanan TB (Unit DOTS) yang berfungsi sebagai pusat pelayanan TB Di RS meliputi kegiatan diagnostic, pengobatan, pencatatan, dan pelaporan seta menjadi jejaring internal/eksternal DOTS2. Ruangan tersebut memenuhi persyaratan Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI-TB) di Rumah Sakit3. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis TB4. Tersedia ruangan Laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan mikroskopik dahak.

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR1. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur tertulis yang harus menjadi acuan pokokbagi semua staf medic dalam melaksanakan tugas sehari-hari2. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur tentang jejaring internal dan eksternal dalam pelayanan pasien3. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur tentang pelayanan pasien TB bagi orang miskin4. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur tentang OAT, Ketersediaan obat5. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur pasien TB di Rawat Jalan6. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur pasien TB di Rawat inap7. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur pasien TB di Unit Gawat Darurat8. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur tentang pengelolaan pasien dengan MDR, HIV9. Kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur tentang rujukan pasien10. Kebijakan bahwa staf medic membantu pimpinan RS salam perencanaan, penggunaan, dan pemeliharaan persediaan fasilitas dan pelayanan medis11. Kebijakan dan prosedur mekanisme untuk mengawasi, memonitor dan mengevaluasi penerapan standard pelayanan TB di RS12. Kebijakan dan Prosedur mekanisme untuk menentukan standard pelayanan minimal, atau indicator keberhasilan pelayanan TB di RS (Angka pemeriksaan mikroskopik dahak, menurunnya angka drop out, angka kesalahan baca Laboratorium, angka konversi, angka keberhasilan rujukan dsb13. Kebijakan dan Prosedur tentang pemenuhan standard pencegahan san pengendalian infeksi TB di RS (Standard manjerial, administrasi, lingkungan, dan alat pelindung diri)

Program DOTS Di Rumah Sakit Pada setiap tanggal 24 Maret, seluruh dunia memperingati World TB Day atau Hari TB Sedunia sebagai penghormatan kepada ilmuwan Jerman, Robert Koch yang pada 24 Maret 1882, mempresentasikan penemuan Mycobacterium Tuberculosis (M.tb), penyebab penyakit tuberkulosis (TB). Tahun ini tema peringatan hari TB sedunia oleh WHO adalah TB Anywhere is TB Everywhere. Mengingat penyakit TB merupakan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh jajaran kesehatan sendiri, tetapi bersama seluruh komponen masyarakat maka Indonesia menetapkan tema Siapa dan Dimana Saja Peduli TB. Maksud dipilihnya tema tersebut adalah sebagai momentum untuk mengingatkan sekaligus mengajak kita bersama-sama melakukan aksi atau tindakan nyata dalam penanggulangan TB di Indonesia.

Penyakit TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman M.tb Sebagian besar kuman M.tb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan angka kematian mencapai 3 juta orang per tahun. Di negara berkembang, kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS, jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian perempuan karena TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas. WHO mencanangkan keadaan darurat global (global emergency) untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman TB.

Di Indonesia, TB merupakan penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran napas. Penyakit TB paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran napas pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Antara tahun 1979-1982 telah dilakukan survei prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita setiap 100.000 penduduk. Diperkirakan setiap tahun ada 450.000 kasus baru TB, sekitar 1/3 penderita berobat di puskesmas, 1/3 di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah atau swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.

Risiko Penularan

Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi bervariasi antara 1-2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB (TB klinis). Dari keterangan tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa di daerah dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dan 50 % penderita adalah BTA positif.

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena keadaan yang gizi buruk, diabetes melitus atau menderita infeksi virus HIV/AIDS. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang yang terinfeksi HIV meningkat, maka angka jumlah penderita dan penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Tantangan TB di Indonesia

TB ditularkan melalui percikan dahak penderita ketika batuk, bersin, berbicara atau meludah. Seorang penderita TB dengan status BTA positif dapat menularkan kepada 10-15 orang setiap tahunnya. Beban TB di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya mengenai angka penemuan kasus dan kesembuhan Total pasien baru (kasus TB BTA positif maupun negatif) di Indonesia lebih dari 600.000 orang per tahun. Terdapat perbedaan besar angka penyakit TB di wilayah Sumatera, Jawa-Bali, dan kawasan Timur Indonesia Insidens kasus BTA positif (menular) tahun 2005 diperkirakan 107 kasus baru/100.000 penduduk (246.000 kasus baru setiap tahun) TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat ketiga dalam daftar sepuluh penyakit tertinggi di Indonesia yang menyebabkan sekitar 100.000 kematian setiap tahunnya atau dalam sehari terjadi 300 kematian karena TB Sebagian besar penderita TB usia produktif (15-55 tahun) Kolaborasi intervensi TB-HIV : HIV meningkatkan kejadian TB dan angka kematian di wilayah dengan prevalensi HIV tinggi (11-50 % pasien HIV/AIDS meninggal karena TB). Indonesia mempunyai epidemi HIV yang terkonsentrasi. Prevalensi pada orang dewasa (15-49 tahun) diperkirakan