tahapan kedukaan elizabeth kubler ross terhadap kematian …
TRANSCRIPT
TAHAPAN KEDUKAAN ELIZABETH KUBLER ROSS
TERHADAP KEMATIAN ADIK
(STUDI KASUS FAJAR KARTIKA SEORANG
PENYANDANG TUNADAKSA DI LOKA BINA KARYA
JAGAKARSA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh :
Qayumah
1113054100001
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Qayumah 1113054100001
Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross Terhadap
Kematian Adik (Studi Kasus Fajar Kartika Seorang
Penyandang Tunadaksa Di Loka Bina Karya Jagakarsa)
Kematian merupakan akhir dari kedidupan didunia dan takdir
yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Kematiaan seseorang
tidak hanya melibatkan orang yang meninggal tetapi juga
berdampak terhadap orang yang ditinggalkan. kehilangan
seseorang yang dicintai atau sayang merupakan suatu kondisi
yang sangat berat dalam kehidupan. Mengalami kedukaan
kehilangan adik untuk selamanya memberikan duka yang
mendalam, rasa bersalah yang besar membuat proses penerimaan
terhadap kapergian sang adik memerlukan waktu yang panjang.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui lebih dalam
mengenai tahapan kedukaan Elizabeth kubler ross terhadap
kematian adik (studi kasus fajar kartika seorang penyandang
tunadaksa di loka bina karya jagakarsa). penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan dari
hasil wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di
Loka Bina Karya Jagakarsa yang terletak di Jl. Jagakarsa 1 No.
20 Jakarta Selatan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat adanya empat
tahapan kedukaaan Elizabeth Kubler Ross yang telah dilalui yaitu
tahapan penyangkalan/ pengasingan diri, tawar-menawar, depresi,
dan penerimaan. Skripsi ini juga menjelaskan pandangan dari sisi
ajaran Agama Islam dalam menghadapi kedukaan.
Kata kunci: Kematian, Tunadaksa, Tahapan Kedukaan
Elizabeth Kubler Ross.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur hanya untuk Allah SWT, sang penguasa alam
raya. Pencipta alam dan segala isinya beserta ilmu yang
dikaruniakannya atas manusia yang diciptakannya tidaklah Dia
berikan ilmu kecuali hanya sedikit. Atas nikmat rahmat dan
hidayah-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi penutup
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah dengan perjuangan yang panjang peneliti
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Seuntai kata peneliti
ucapkan terim kasih dan peneliti persembahkan segalanya
khususnya kepada orang tua yang telah memberikan dukungan
dan do’a yang diberikan kepada peneliti sebagai sumber inspirasi
dan semangat hidup bagi peneliti.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang dan
semua pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih ini antara lain
ditunjukan kepada :
1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunilkasi. Dr. Siti Napsiyah, MSW
sebagai Wakil Dekan bidang Akademik. Dr. Rulli Nasrullah,
M.Si., sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
vi
Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, sebagai Ketua Program
Studi Kesejahteraan Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA,
sebagai Sekertaris Program Studi, dan para dosen Program
Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan
ilmu dan pengalamanya kepada peneliti.
3. Ibu Nurkhayati Nurbus, M.Sisebagai pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan
membantu peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
4. Ibu Dra.Gusmeli sebagai pengelola Loka Bina Karya
Jagakarsa dan seluruh keluarga besar Loka Bina Karya
Jagakarsayang telah memberikana kesempatan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di tempat penelitian.
5. Orang tua, ayah M.Yamin dan ibu Rusmini yang telah
memberikan dukungan dan do’a yang tiada hentinya. Kedua
kakak tercinta Faturrahman dan Jannatul Ma’wah, serta
keponakan ku tersayang Zhafran Sythir Al Fathi dan Azril
Azfar Hamizan, terima kasih telah memberikan dukungan
yang begitu besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Sahabat dan teman-teman yang telah meluangkan waktu nya
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis, Dinara,
Fiona, Hasya, Cynthia, Isra, Fitri, Lisda, Sarah, Della.
7. Teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2013.
vii
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
terimaksih banyak atas do’a dan dukungannya, semoga
bantuan dan do’a nya mendapat ridho Allah SWT, Amin.
Jakarta, 29 Apri 2019
Qayumah
NIM. 1113054100001
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .............................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL…….…………………………………………………………….…….IX
BAB I PENDAHULUAN......................... Error! Bookmark not defined.
A.Latar Belakang Masalah ........ Error! Bookmark not defined.
B. Batasan Masalah ................... Error! Bookmark not defined.
C.Rumusan Masalah ................. Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian.................. Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.
F. Metodologi Penelitian ........... Error! Bookmark not defined.
1. Pendekatan Penelitian ...... Error! Bookmark not defined.
2. Jenis Penelitian ................. Error! Bookmark not defined.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ......... Error! Bookmark not
defined.
4. Teknis Pemilihan Informan ........... Error! Bookmark not
defined.
5. Sumber Data ..................... Error! Bookmark not defined.
6. Teknik Pengumpulan Data ............ Error! Bookmark not
defined.
7. Teknik Analisis Data ....... Error! Bookmark not defined.
8. Teknik Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Sistematika Penulisan ........... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN TEORI .......................... Error! Bookmark not defined.
ix
A.Lima Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross (The Five
Stage Of Grief Elisabeth Kubler Ross) ..... Error! Bookmark
not defined.
1.Penyangkalan dan Pengasingan diri(Denial) .......... Error!
Bookmark not defined.
2. Kemarahan (Anger) .......... Error! Bookmark not defined.
3. Tawar Menawar (Bargaining) ....... Error! Bookmark not
defined.
4. Depresi (Depression) ....... Error! Bookmark not defined.
5. Penerimaan(Acceptance) . Error! Bookmark not defined.
B. Tunadaksa ............................. Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Tunadaksa ...... Error! Bookmark not defined.
2. Klasifikasi Tunadaksa ...... Error! Bookmark not defined.
3. Karakteristik Tunadaksa .. Error! Bookmark not defined.
4. Faktor Penyebab Ketunadaksaan ... Error! Bookmark not
defined.
C. Kajian Islam tentang lima tahapan kedukaan ............. Error!
Bookmark not defined.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ........ Error! Bookmark not
defined.
A. Profil Loka Bina Karya Jagakarsa ..... Error! Bookmark not
defined.
1. Sejarah Berdirinya ........... Error! Bookmark not defined.
2. Visi dan Misi .................... Error! Bookmark not defined.
3. Tujuan .............................. Error! Bookmark not defined.
4. Struktur Organisasi .......... Error! Bookmark not defined.
5. Sarana dan Prasarana ....... Error! Bookmark not defined.
6. Program Loka Bina Karya Jagakarsa ... Error! Bookmark
not defined.
x
7. Sasaran Pelayanan ............ Error! Bookmark not defined.
8. Sumber Dana .................... Error! Bookmark not defined.
9. Persyaratan dan Prosedur Pelayanan .... Error! Bookmark
not defined.
10. Data Warga Binaan Loka Bina Karya Jagakarsa . Error!
Bookmark not defined.
11.Peraturan Umum Loka Bina Karya Jagakarsa ...... Error!
Bookmark not defined.
B. Proses Pelaksanaan Kegiatan Di Loka Bina Karya
Jagakarsa .............................. Error! Bookmark not defined.
1. Program Pelayanan SosialError! Bookmark not defined.
2. Rehabilitasi Sosial ............ Error! Bookmark not defined.
3. Penyaluran atau Rujukan . Error! Bookmark not defined.
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan
Kegiatan Di Loka Bina Karya Jagakarsa . Error! Bookmark
not defined.
1. Faktor pendukung dalam kegiatan Error! Bookmark not
defined.
2. Faktor penghambat dalam setiap kegiatan ............. Error!
Bookmark not defined.
D. Hasil yang dicapai dari kegiatan Loka Bina Karya
Jagakarsa .............................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .. Error! Bookmark not
defined.
A. Profil Informan ..................... Error! Bookmark not defined.
1. Profil Informan Utama ..... Error! Bookmark not defined.
2. Profil Informan Pendukung ........... Error! Bookmark not
defined.
B. Temuan Lapangan ................ Error! Bookmark not defined.
xi
1. Tahapan Penyangkalan Dan Pengasingan Diri
…(Denial And Isolation) ..... Error! Bookmark not defined.
2. Tahapan Marah (Anger) ... Error! Bookmark not defined.
3. Tahapan Menawar (Bargaining) ... Error! Bookmark not
defined.
4. Tahapan Depresi ( Depression) ..... Error! Bookmark not
defined.
5. Tahapan Menerima (Acceptance) .. Error! Bookmark not
defined.
BAB V PEMBAHASAN .......................... Error! Bookmark not defined.
A. Lima Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross ...... Error!
Bookmark not defined.
1. Tahapan penyangkalan dan Pengasingan Diri (Denial
….and Isolation) .................. Error! Bookmark not defined.
2. Tahapan Marah (Anger) . Error! Bookmark not defined.
3. Tahapan Menawar (Bargaining) .. Error! Bookmark not
defined.
4. Tahapan Depresi ( Depression) .... Error! Bookmark not
defined.
5. Tahapan Menerima (Acceptance) . Error! Bookmark not
defined.
B. Kajian Islam tentang lima tahapan kedukaan ............. Error!
Bookmark not defined.
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Error! Bookmark
not defined.
A. Kesimpulan .......................... Error! Bookmark not defined.
B. Implikasi ............................... Error! Bookmark not defined.
C. Saran ..................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
xii
LAMPIRAN
i
DAFTAR TABEL
Table 1 Informan Penelitian .................... Error! Bookmark not defined.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kematian merupakan bagian yang tidak terlepas
dari kehidupan. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia
suatu saat pasti akan mengalami kematian. Kata kematian
di telinga seseorang akan terdengar menakutkan, hal ini
karena dengan kematian berarti seseorang akan
kehilangan orang lain yang ada di sekitarnya untuk
selamanya, misalnya kematian orang tua, keluarga, teman,
dan pasangan.
Peristiwa kematian bukan hanya melibatkan
seseorang yang meninggal dunia tapi juga berdampak
bagi orang terdekat yang ditinggalkan. Menjadi seseorang
yang ditinggalkan dan mengalami penderitaan akibat dari
kehilangan seseorang yang dekat adalah suatu kondisi
yang sangat menyedihkan. Setiap orang yang meninggal
akan disertai dengan adanya orang lain yang ditinggalkan,
untuk setiap orang tua yang meninggal akan ada anak-
anak yang ditinggalkan. Kematian dari seseorang yang
kita kenal apalagi yang sangat kita cintai, orang yang
dikasihi, dan dekat dengan kita, maka akan ada masa
dimana kita akan meratapi kepergian mereka dan
merasakan kesedihan yang mendalam, hal tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita selanjutnya.
2
Kita juga merasa sangat kehilangan, tidak bahagia, dan
kurang dapat menjalani kehidupan dengan baik.
Setiap individu memiliki reaksi yang berbeda-beda
terhadap peristiwa kematian. Di fase awal orang yang
ditinggalkan akan merasa terkejut, tidak percaya dan
lumpuh, sering menangis atau mudah marah (Santrock
2004: 272). Suatu peristiwa kematian diawali dengan
bereavement, yaitu suatu kehilangan karena kematian
seseorang yang dirasakan dekat dengan yang sedang
berduka dan proses penyesuaian diri kepada kehilangan
(Papalia 2008: 956). Seseorang yang mengalami
bereavement wajar apabila ia mengalami grief. Menurut
Papalia, dkk grief adalah respon emosional yang dialami
pada fase awal berduka. Menurut Yuliawati dalam
sebagian besar remaja yang mengalami ketiadaan ayah
pada usia 11 tahun sampai dengan 15 tahun (usia remaja)
justru mengalami masalah emosi (merasa kesepian,
merasa kesedihan, serta merasa kurang diperhatikan).
Peristiwa kematian bagi remaja akan lebih buruk lagi jika
peristiwa kematian secara tiba-tiba atau mendadak dan tak
terpikirkan oleh mereka. Peristiwa kematian mendadak
atau tidak diharapkan akan benar-benar mengejutkan bagi
orang yang ditinggalkan, karena mereka tidak memiliki
kesempatan untuk menyiapkan diri secara psikologis
untuk menghadapi kehilangan karena kematiaan orang
yang dekat dengan dirinya.
3
Ditinggalkan seseorang yang disayang atau
dicintai seperti orang tua, kekasih, adik akan membuat
duka yang mendalam, berdasarkan penelitian yang
dilakukkan oleh Elizabeth Kubler Ross yaitu lima tahapan
kedukaan terhadap pasien-pasien yang memiliki penyakit
yang kronis atau mematikan. Dalam penelitiannya
terdapat lima tahapan kedukaan yang dialmi oleh orang-
orang yang mengalami kedukaan, tertulis dalam
penelitiannya bahwa tahapan ini tidak hanya dirasakan
oleh orang-orang yang memiliki penyakit kronis saja
tetapi dapat dirasakan terhadap orang-orang yang
memiliki kedukaan mendalam seperti kehilangan
seseorang yang dicintai.
Kehilangan seseorang yang dicintai memberikan
duka yang mendalam untuk seseorang beberapa tahapan
yang akan dilalui hingga pada akhirnya dapat menerima
kenyataan atas kepergian seseorang yang dicintai
membutuhkan waktu, tenaga dan hati yang tegar untuk
dapat menerima dengan ikhlas peristiwa yang terjadi.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik
untuk meneliti “Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler
Ross Terhadap Kematian Adik (Studi Kasus Fajar
Kartika Seorang Tunadaksa Di Loka Bina Karya
Jagakarsa)”
4
B. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas
maka penulis membatasi permasalahan pada Tahapan
Kedukaan Elizabeth Kubler Ross Terhadap Kematian
Adik (Studi Kasus Fajar Kartika Seorang Tunadaksa Di
Loka Bina Karya Jagakarsa)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dituangkan
diatas, penulis merumuskan masalah Bagaimana Tahapan
Kedukaan Elizabeth Kubler Ross terhadap Kematian Adik
Fajar Kartika Seorang Tunadaksa Di Loka Bina Karya
Jagakarsa ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan
masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross
Terhadap Kematian AdikYang Dialami Oleh Fajar
Kartika Seorang Penyandang Tunadaksa Di Loka Bina
Karya Jagakarsa.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik :
Untuk menambah referensi mahasiswa
Kesejahteran Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang tahapan kedukaan Elizabeth
Kubler Ross yang dialami penyandang
Tunadaksaterhadap kehilangan adik.
2. Manfaat Praktis :
Untuk menjadi tambahan referensi Loka Bina
Karya Jagakarsa dalam menangani para
Disabilitas dengan menggunakan lima tahapan
Elizabeth Kubler Ross.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian merupakan cara kerja yang
digunakan dalam suatu penelitian, metode ini adalah
cara untuk memahami objek penelitian yang bertujuan
untuk menguji, menemukan, dan menguji kebenaran
atau pengetahuan.(Lexy J.Moleong 2010, 81 )
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif. Menurut Creswell tahun
1998 penelitian kualitatif merupakan proses penelitian
ilmiah yang bertujuan untuk memahami masalah yang
ada pada diri manusia dalam konteks sosial.
Menurut Moleong tahun 2005 penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami
6
fenomena yang terjadi dimasyarakat, yaitu persepsi,
prilaku, tindakan, motivasi, dan lain sebagainya.
Banyak pengertian yang di telah dikemukakan oleh
beberapa ahli metodelogi penelitian kualitatif namun
tidak semua dapat dituliskan dalam buku ini, namun
pengertian para ahli metodelogi memiliki kesamaan
dan benang merah yang sama yaitu penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang
tujuannya untuk memahami fenomena yang ada
dimasyarakat dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang dilakukan secara mendalam antara
peneliti dan objek atau fenomena yang diteliti.(Haris
2006, 61)
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
hasilnya bersifat deskriptif yang datanya didapat dari
hasil percakapan oleh objek berupa kata-kata baik
secara lisan maupun tulisan yang didapat oleh peneliti.
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif
yuaitu prosedur penelitian yang hasil datanya berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari pelaku atau orang-
orang yang diamati.(Lexy J.Moleong 2010, 81 )
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
jenis penelitian studi kasus. Dengan menggunakan
satu orang sebagai informan utama dalam penelitia.
Data yang didapat berasal dari wawancara, foto,
video, dokumen pribadi, catatan lapangan, dan
7
dokumen resmi lainnya. Dengan menggunakan
metode ini penulis dapat menggambarkan tentang
suatu peristiwa, kondisi, dan situasi terutama dalam
menganalisis tahapan kedukaan yang pernah dialami
oleh informan utama dalam penelitian.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
• Lokasi Penelitian : Loka Bina Karya Jagakarsa
• Waktu Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan
dalam jangka waktu 1 bulan, mulai dari tanggal
01 februari 2019 sampai 28 februari 2019.
4. Teknis Pemilihan Informan
Subjek penelitian ini adalah ibu kandung
klien, ayah kandung klien, pengelola, bagian
administrasi, pekerja sosial Di Loka Bina Karya
Jagakarsa,. Sedangkan objek dari penelitian ini
yaitu satu orang penyandang Tunadaksa di Loka
Bina Karya Jagakarsa.
Teknik pemillihan informan yang penulis
gunakan Purposive Sampling yaitu dalam memilih
informan mengutamkan orang-orang terdekat yang
paham mengenai objek penelitian. Penelitian ini
melibatkan seorang penyandang tunadaksa akibat
kecelakaan sebagai informan utama.
8
Rencana Informan
No Informan Info yang dicari Jumlah
1. Klien Lima tahapan
kedukaan yang
dialami
1Orang
2. Ayah
Kandung
Lima tahapan
yang dialmi oleh
klien
1Orang
3.
Ibu
Kandung
Lima Tahapan
yang dialmi klien
1Orang
4.
Pengelola
Loka Bina
Karya
Jagakarsa
Profil Lembaga
1Orang
5. Staf
Administr
asi
Profil Lembaga 1Orang
6 Pekerja
Sosial
Lima Tahapan
yang dialami
Klien
1Orang
9
5. Sumber Data
a) Data primer
Sumber data yang Peneliti mendapatkan,
secara langsung diperoleh melalui
informan yang di pilih oleh peneliti dan
dari dokumentasi yang peneliti dapatkan di
Loka Bina Karya Jagakarsa, data ini
peneliti dapatkan melalui wawancara
secara langsung, observasi dan
dokumentasi.
b) Data sekunder
Data sekunder ini didapat secara tidak
langsung dari literature, laporan, buku-
buku perpustakaan, internet, catatan atau
dokumen yang terkait dengan penelitian,
brosur, arsip, dan lain-lain
6. Teknik Pengumpulan Data
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
menggunakan angka sebagai bahan analisisnya,
kualitatif justru menggunakan kata-kata yang
menyatakan alasan-alasan, makna-makna, kejadian-
kejadian, perbuatan-perbuatan sebagai bahan untuk
dianalisis. Teknik yang biasanya digunakan oleh
peneliti yaitu wawancara mendalam dan pengumpulan
dokumen.
10
a. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam ini ditujukan untuk
mendapatkan data yang benar, sebelum
melakukan wawancara biasanya peneliti
membuat pertanyaan sebagai pedoman
wawancaranya, namun ketika melakukan
wawancara langsung terkadang pedoman
itu hanya sebagai pertanyaan mendasar
saja yang kemudian peneliti harus dapat
menggali lebih mendalam secara spontan
sesuai kondisi dan jalan cerita yang didapat
dalam wawancara
b. Observasi Terlibat
Dalam observasi ini peneliti melibatkan
dirinya untuk menjadi seseorang atau
sebagai objek yang akan diteliti, hal ini
dimaksudkan agar peneliti dapat
merasakan atau mengalami langsung apa
yang dirasakan oleh objek penelitian dan
data yang akan diperoleh merupakan
observasi yang benar terlibat dan benar.
(Afrizal 2009, 80)
7. Teknik Analisis Data
Langka-langkah yang digunakan dalam penelitian
ini mengikuti langkah-langkah yang terdapat dalam
buku Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif
(Sugiyono 2008, 91-99)
11
a. Reduksi Data
Reduksi data ini adalah langkah pemilihan
data-data yang pokok, merangkumnya, dan
memfokuskan kepada data yang penting.
membuang data yang tidak penting dalam
suatu penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan dalam
bentuk uraian singkat yang berhubungan
dengan data yang dipilih, penyanjian yang
sering disajikan dalam penelitian kualitatif
adalah teks yang bersifat naratif.
c. Pengambilan Kesimpulan dan verifikasi
Pengambilan kesimpulan awal merupakan
kesimpulan yang bersifat sementara dan
dapat berubah di akhir setelah melakukan
berivikasi. Jika kesimpulan awal yang telah
didapat sama dengan kesimpulan yang
telah diverifikasi maka kesimpulan
tersebut adalah kredibel.
8. Teknik Keabsahan Data
Menurut Patton dalam Moleong keabsahan data
dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan
dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang lain. strategi ini dilakukan untuk
meningkatkan kredibilitas derajat kepercayaan)
dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi
12
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek
penelitian.
Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi,
yaitu :
a) Triangulasi sumber
b) Triangulasi teknik
c) Triangulasi waktu
G. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan
pustaka sebagai salah satu langkah dalam penyusunan
skripsi yang diteliti guna menghindari adanya kesamaan
judul dan bahasan dengan skripsi sejenis yang sudah ada
sebelumnya.
Adapun penelitian-penelitian yang menjadi salah satu
bahan kajian dalam penelitian saya yakni :
1. Judul : Grief pada remaja akibat kematian
orangtua secara mendadak
Penulis: Adina Fitria S
Universitas : Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan
Psikologi Universitas Negeri Semarang (Unnes)
Penelitian ini berisi tentang kedukaan
seorang anak NK yang ditinggal pergi untuk
selamanya oleh orang tua karena kecelakaan,
usianya yang masih remaja berusia 15 tahun
13
merasakan kedukaan yang mendalam terhadap
kepergian orang tua secara mendadak.
Dengan usianya yang masih remaja NK
harus melalui tahapan penerimaan kepergian orang
tua dengan kurun waktu yang lama, kedekatan
yang erat dan kematian orang tua secara mendadak
membuatnya sulit untuk dapat menerima
kepergian orang tua.
2. Judul :Proses Duka Remaja Yang
Mengalami Kematian Orang Tua
Penulis : Hana Nur Baety Asyfiyah
Universitas : Fakultas Ilmu Sosial Dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Penelitian ini melibatkan 3 orang sebagai
informan yang mengalami kedukaan akibat
kematian orang tua, dari hasil penelitian ini ketiga
informan tersebut mengalami proses kedukaan
yang berbeda-beda.
Faktor penghambat penerimaan adalah
kedekatan yang erat terhadap orang tua, kesepian,
rasa tidak percaya membuatnya harus melalui
proses yang lama hingga akhirnya dapat menerima
kematian orang tua.
Dukungan dari keluarga dan orang yang
berada dilingkungan yang membuatnya berada
dalam tahap penerimaan atas kematian orang tua
14
selai itu hubungan antara Tuhan (spiritual) sangat
menjadi faktor pendukung informan untuk dapat
menerima kematian orang tua.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini,
maka penelitian ini dibagi menjadi enam bab dan dalam
bab tersebut terdiri dari sub-sub bab. Berikut adalah
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian
terdahulu, metode penelitian (pendekatan penelitian, jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pemilihan
informan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknis
analisi data, teknik keabsahan data, tinjauan pustaka), dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Terdiri dari pengertian lima tahapan kedukaan
Elizabeth Kubler Ross, penjelasan penjabaran mengenai
lima tahapan kedukaaan Elizabeth Kubler Ross,
pengertian penyandang Tunadaksa, klasifikasi,
karekteristika, faktor penyebab Tunadaksa, dan dampak
Tunadaksa
15
Bab III Profil Lembaga
Terdiri dari profil lembaga (sejarah berdirinya
Loka Bina Karya Jagakarsa, visi dan misi, tujuan, struktur
organisasi, sarana dan prasarana, program, sasaran
pelayanan, sumber dana, persyaratan dan prosedur
pelayanan, data warga binaan, peraturan), proses
pelaksanaan kegiaatan, faktor pendukung dan
penghambat, dan hasil yang pernah di capai oleh Loka
Bina Karya Jagakarsa.
Bab IV Data dan Temuan Penelitian
Terdiri dari profil informan yang digunakan dalam
penelitian ini , dan temuan lapangan yang terdiri dari lima
sub terkait dengan lima tahapan kedukaan Elizabeth
Kubler Ross.
Bab V Pembahasan
Terdiri dari hasil peneliti yang didapat dari analisis
bab I, II, III, dan IV yang kemudian menjadi hasil yang
ditemukan oleh peneliti.
Bab VI Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Terdiri dari simpulan , implikasi, dan saran.
16
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam sebuah penelitian kajian teori akan mendasari dan
menjadi analisis dalam penelitian, yang tujuannya adalah untuk
memperjelas masalah yang akan diteliti. Berikut adalah kajian
teori yang digunakan :
A. Lima Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross (The Five
Stage Of Grief Elisabeth Kubler Ross).
Lima tahapan kedukaan Elisabeth Kubler Ross adalah
lima tahapan kedukaan yang pertama kali diteliti oleh
Elizabeth Kubler Ross. Penelitian ini sering disebut atau
dikenal dengan lima tahapan Kubler Ross. The Five Stages of
Grief adalah penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Kubler
Ross mengenai lima tahapan kedukaan pasien-pasien yang
memiliki penyakit yang mematikan dirumah sakit. Penelitian
ini merupakan penelitian pertama yang berhasil mempelajari
pasien dan keluarga pasien mulai dari didiagnosis memiliki
penyakit mematikan hingga berujung kematian.(Panney Upton
2012:11)
TheFive Stage Of Grief atau sering dikenal sebagai lima
tahapan kedukanaan yang merupakan model kedukaan yang
pertama kali diperkenalkan oleh Elizabeth Kubler Ross
didalam bukunya yaitu On Death and Dying, didalam buku
tersebut membahas mengenai sebuah proses bagi mereka yang
17
mengalami kedukaan, kehilangan seseorang, tragedi, atau
ketika didiagnosis memiliki penyakit berat.
Tahapan-tahapan ini tidak hanya terjadi terhadap
seseorang yang mengalami kedukaaan memiliki penyakit yang
mematikan saja tetapi dapat terjadi juga terhadap orang yang
mengalami kedukaan seperti perceraian, kehilangan barang/
seseorang yang dicintai, kehilangan sebuah pekerjaan dan lain-
lain.
Elisabeth Kubler Ross membagi prilaku seseorang
yang mengalami kedukaan menjadi lima tahapan yaitu:
1. Penyangkalan dan Pengasingan diri(Denial)
Dalam penelitian Elisabeth yang meneliti lebih dari
lima ratus pasien yang memiliki penyakit mematikan,
respon yang pertama kali di perlihatkan oleh pasien yaitu
“tidak, itu tidak benar, dan itu bukan saya”. Pasien yang di
diagnosis memiliki penyakit yang mematikan berkali-kali
melakukan penolakan terhadap diagnosis yang diberikan,
bahkan salah satu pasien yang diwawancarai oleh
Elisabeth melakukan pengecekan ulang di rumah sakit lain
untuk memastikan bahwa diagnosis yang diberikan oleh
dokter dirumah sakit itu adalah salah dan tidak
benar.(Wanti Anugrahani 1998:49)
Denial adalah tahapan pertama orang yang
menghadapi kedukaan, dimana orang yang menghadapi
kedukaan akan menyangkal bahwa kematian benar akan
terjadi. Orang dalam tahapan ini mungkin akan berkata
“tidak, tidak mungkin saya, dan itu tidak mungkin”.
18
Menyangkal merupakan reaksi yang umum terjadi kepada
orang yang mengalami kedukaan atau di vonis memiliki
penyakit yang mematikan, namun reaksi ini merupakan
bentuk bertahanan sementara dan pada akhirnya akan
digantikan dengan kesadaran.
Tahapan ini merupakan tahapan penyangkalan
yang dilakukan oleh seseorang yang mengalami kedukaan
atau pasien yang divonis memiliki penyakit yang
mematikan dan merupakan suatu bentuk pertahanan yang
dilakukan untuk dirinya sendiri. Seseorang yang
mengalami kedukaan akan menolak dengan tegas atas hal
yang terjadi pada dirinya.(Santrock, J.W 2007:155)
Dalam tahapan ini seseorang yang mengalami
kedukaan akan merasakan perasaan tidak yakin dengan
kondisi yang sedang dialaminya, mereka merasa dirinya
baik dan tidak mungkin mengalami penyakit yang
mematikan atau kedukaan, namun pada akhirnya perasaan
ini akan digantikan dengan kesadaran yang mendalam
terhadap kondisi yang dialaminya. Tahapan ini adalah
tahapan awal yang sering terjadi terhadap seseorang yang
mengalami kedukaan.(Panney Upton 2012:254)
Tahap ini merupakan tahap pertahanan sementara
yang sering dilakukan oleh pasien yang mengalami
kedukaan/didiagnosis memiliki penyakit mematikan
namun perlahan akan segera di gantikan dengan
penerimaan yang bersifat parsial, dalam tahap ini juga
tidak diikuti dengan stres yang berlebihan yang di rasakan
19
sampai akhir tahapan, dalam penelitian yang dilakukan
Elizabeth hanya 3 pasien dari lebih dari dua ratus pasien
yang mengalami strees berlarut-larut dari tahapan awal
hingga tahap yang terakhir.(Wanti Anugrahani 1998:49)
Dalam buku psikologi perkembangan tahapan ini
merupakan tahap dimana seseorang yang divonis memiliki
penyakit mematikan atau di vonis akan segera meninggal
akan menolak dengan tegas, ia merasa tidak yakin dengan
keputusan/ vonis yang ia terima. Tahapan penyangkalan
ini merupakan tahapan awal yang sering terjadi terhadap
orang yang divonis memiliki penyakit yang mematikan/
didalam posisi yang tidak diinginkan. Dalam tahapan inni
seseorang yang yang divonis meninggal akan merasa tidak
yakin hal tersebut terjadi kepada dirinya, ia merasa dirinya
baik, sehat, benar, dan tidak mungkin hal tersebut terjadi
pada dirinya.
Contoh penyangkalan dalam tahapan ini adalah “tidak,
jangan saya” atau “itu tidak mungkin itu tidak benar
hasilnya pasti tertukat itu bukan saya”.(Panney Upton
2012:14)
Selain penyangkalan biasanya seseorang yang
memiliki penyakit yang mematikan akan melakukkan
pengasingan diri dikarenakan kondisi yang dialaminya,
pengasingan diri ini merupakan bentuk tindakan tidak
percaya atas tragedy yang terjadi pada dirinya atau
sekitarnya.
20
2. Kemarahan (Anger)
Dalam tahapan ke dua ini sangat berlawanan dengan
tahapan pertama yaitu penyangkalan, tahapan ini sangat
sulit diatasi dari sisi keluarga dan juga dari sisi staf rumah
sakit karena dalam tahapan ini pasien setiap saat
meluapkan kemarahannya kepada para staf rumah sakit
dan kepada orang-orang yang berada dekat dengan pasien,
kemarahan ini tidak bisa di prediksi dan amarah yang
diberikan pasien terkadang dialami tanpa adanya alasan
atau pemicunya.(Wanti Anugrahani 1998:51)
Kemarahan merupakan tahapan kedua dalam model
lima tahapan kedukaan Kubler Ross, dalam tahap ini
seseorang yang berada dalam tahapan ini mulai
mempercayai kondisi yang dialaminya dan membenarkan
bahwa ia mengalami kedukaan tersebut.
Dalam tahapan ini seseorang sudah tidak bisa terus
menerus menyangkal atas kondisi yang dialaminya,
seseorang yang mengalami kedukaan mulai yakin atas
kondisi yang dialaminya timbul rasa marah akibat vonis
yang diterimanya, seseorang dalam tahapan ini akan
merasakan marah terhadap dirinya dan juga terhadap
orang dan lingkungan sekitar.(Panney Upton 2012:81)
Pertanyaan orang-orang yang mengalami kedukaan adalah
“ini tidak adil mengapa ini harus terjadi pada saya?
mengapa ini terjadi kepada saya?”. Pada titik ini
21
seseorang yang mengalami kedukaan ia merasa ini tidak
adil, dan mengapa harus saya yang
mengalaminya.(Panney Upton 2012:74)
Target kemarahan yang dirasakan seseorang dalam
tahapan ini adalah orang-orang yang ada disekitarnya
yang tidak mengalami hal seperti yang ia rasakan, dalam
tahap ini orang yang mengalami kedukaan akan semakin
sulit untuk dirawat, karena kemarahanya akan
disampaikan kepada orang orang yang ada disekitarnya
seperti dokter, perawat dan keluarga.(Santrock, J.W
2007:155)
Dalam buku On Death And Dying menceritakan
percakapan yang dilakukan dalam tahapan kedua ini
antara pasien dan juga Elizabeth, dalam percakapan
tersebut pasien mengutarakan keinginannya ketika dirawat
dirumah sakit, pasien ini adalah salah satu pasien yang
memiliki tingkat kemarahan yang tinggi hampir setiap
hari ia melakukan hal-hal yang yang pada akhirnya
membuat dirinya sendiri marah. salah satu hal yang
pernah dilakukannya adalah ketika meminta pil penenang
atau obat anti rasa sakit berkali-kali dalam satu hari,
sedangkan dokter dan perawat memiliki peraturan dan
takaran yang sesuai untuk pasien dan obat tersebut tidak
dapat diberikan dengan jumlah yang berlebihan hal
tersebut akhirnya membuat pasien tersebut meluapkan
kemarahanya terhadap perawat dan dokter.(Wanti
Anugrahani 1998:64)
22
Dalam wawancara ini pasien mengungkapkan
keinginan-keinginanya ketika berada dirumah sakit agar ia
dapat melakukan perawatan dengan baik dan pihak rumah
sakit mewujudkan sebagian permintaan yang di inginkan
oleh pasien dan pada akhirnya pasien dapat sedikit demi
sedikit berkurang rasa amarahnya.
Marah adalah tahapan kedua orang yang mengalami
kedukaan, dimana orang yang mengalami kedukaan
memiliki penyakit mematikan mengakui bahwa penolakan
tidak dapat dipertahankan. (Wanti Anugrahani 1998:72)
Kedukaan yang dialami sering membuat sesorang
menjadi marah, benci, dan iri hati, pertanyaan orang-
orang yang mengalami kedukaan adalah “mengapa saya”.
Dalam titik ini seseorang tersebut akan semakin sulit
untuk dirawat karena kemarahanya akan diberikan kepada
orang-orang yang ada disekitarnya seperti, dokter,
perawat, anggota keluarga, bahkan Tuhan.(Santrock, J.W
2007:158)
3. Tawar Menawar (Bargaining)
Menawar atau tawar menawar adalah tahapan
Elizabeth Kubler Ross yang ketiga bagi orang yang
mengalami kedukaan, dalam tahap ini orang yang
mengalami kedukaan memiliki harapan dan tawaran untuk
dapat menunda kematiannya.
Dalam tahapan ini seseorang yang mengalami
kedukaan melakukan tawar menawar terhadap Tuhan,
Dokter, Perawat, Keluarga dan lain-lain untuk bisa
23
bertahan hidup atau mengulur waktu untuk orang yang
didiagnosis memiliki penyakit yang mematikan.(Panney
Upton 2012:84)
Tahapan ketiga ini adalah tahapan menawar yang
merupakan usaha pasien untuk menunda kematian, pasien
meyakini ketika ia melakukan penawaran akan mampu
untuk menunda kematianya. Contoh yang ada didalam
buku On The Death And Dying, seorang pasien
melakukan tawar menawar dengan dokter untuk bisa ijin
keluar rumah sakit untuk dapat menyaksikan putranya
menikah, ketika diberikan ijin dari dokter dan pihak
rumah sakit keesokan harinya pasien ini melakukan tawar
menawar kembali untuk nanti dapat menyaksikan putra
keduanya menikah. Dan dari beberapa pasien pun tak
seorang pun memenuhi janjinya dan selalu ada tawar
menawar lainya.(Wanti Anugrahani 1998:103)
Tahapan ini adalah upaya untuk menunda kematian
dengan cara melakukan tawar menawar dengan orang
yang dianggap dapat membantunya. Di dalam tahapan ini
seseorang yang mengalami kedukaan atau seseorang
dengan diagnosis memiliki penyakit mematikan
menginginkan kesembuhan dan waktu yang lebih lama
untuk bisa bertahan hidup, namun biasanya tambahan
waktu yang diberikan tidak akan pernah cukup dan
mereka akan terus menerus melakukan tawar-menawar.
24
Dalam buku perkembangan psikologis contohnya
adalah “tolonglah Tuhan, izinkan saya (keinginan/harapan
yang ingin dicapai).”(Panney Upton 2012:88)
Beberapa orang melakukan tawar menawar atau
negosiasi dengan Tuhan saat mereka mencoba untuk
menunda kematian mereka secara psikologis. Kata orang
itu adalah “ ya saya, tapi…”. Negosiasi yang dilakukan
biasanya tolong tunda kematian saya untuk beberapa hari
lagi, minggu, bulan orang tersebut berjanji kepada tuhan
untuk berbuat baik kepada orang lain.(Santrock, J.W
2007:160)
4. Depresi (Depression)
Dalam tahapan ini pasien tidak lagi bisa menghindari
penyakitnya dan tidak bisa lagi menyangkal terhadap apa
yang sudah didiagnosis oleh dokter, pasien harus
mengikuti perawatan dirumah sakit dan melakukan
berbagai macam tindakan yang dilakukan oleh pihak
rumah sakit,ketika melakkukan perawatan dan berbagai
tidakan pasien semakin lemah, kurus dan tidak dapat
tersenyum lagi. Sikap mati rasa atau tabah serta
kemarahan akan segera berganti dengan rasa
kehilangan.(Wanti Anugrahani 1998:105)
Perasaan marah, kecewa, sedih, kesal, sakit ada
didalam tahapan ini, tahapan ini merupakan tahapan yang
paling berat karena dalam tahapan ini seseorang yang
mengalami kedukaan akan merasakan depresi yang sangat
buruk. Dalam tahapan ini biasanya seseorang yang
25
mengalami kedukaan tidak membutuhkan
dukungan/bantuan dari orang lain, hiburan, bahkan
menolak untuk dibesuk, namun tatap ingin didampingi
tanpa diberikan bantuan atau disalahkan.
Seseorang yang mengalami tahapan ini biasanya
menghabiskan waktu untuk menangis dan berduka,
tahapan ini merupakan waktu yang tepat untuk
memutuskan hubungan terhadap sesuatu yang ia cintai
atau seseorang yang ia cintai. Contoh ucapan seseorang
dalam tahapan ini adalah “bagaimana saya harus
menghadapi semua ini?”. (Panney Upton 2012:31)
Depresi adalah tahapan kedukaan Elizabeth Kubler
Ross yang keempat dimana orang yang sekarat/mengalami
kedukaan datang untuk menerima kepastian kematian,
dalam titik ini tahap depresi atau kesedihan merupakan
persiapan untuk mendekati kematian. Dalam tahap ini
orang yang mengalami mungkin menjadi diam, menolak
pengunjung yang ingin membesuknya, dan menghabiskan
waktu untuk untuk menangis atau bersedih, dalam hal ini
dianggap wajar/ normal karena akan melepas kan semua
yang di cintainya. Upaya untuk menghibur atau
memberikan dukungan terhadap orang yang berada dalam
tahapa ini hanya membuat seseorang merenungkan
nasibnya saja.(Santrock, J.W 2007:162)
26
5. Penerimaan(Acceptance)
Penerimaan adalah tahap kelima, dimana orang yang
mengalami kedukaan mulai mengembangkan rasa damai,
dalam penelitian ini banyak kasus sesorang yang
mengalami kedukaan menginginkan dibiarkan sendiri
untuk menenangkan diri. Dalam tahapan ini perasaan dan
rasa sakit yang dialaminya mungkin hampir sudah tidak
dirasakan lagi,Elizabeth Kubler Ross menggambarkan
tahapan ini seperti perjuangan akhir dalam kedukaan
dimana dinamakan sebagai tahap istirahat terakhir
sebelum kematian.
Penerimaan adalah tahap terakhir yang dilewati
pasien setelah melawati beberapa tahapan yang cukup
melelahkan, dalam buku Elizabeth penerimaan harus
dibedakan dari tahap bahagia. Penerimaan ini merupakan
kehampaan perasaan, seolah-olah perjuangan telah dilalui,
rasa sakit pun hilang dan datanglah waktu istirahat
terakhir sebelum perjalanan panjang. Dalam tahapan ini
keluarga membutuhkan bantuan,pengertian, dan dukungan
yang lebih banyak dibandingkan pasien. Sedangkan
pasien lebih merasakan ketenangan, kedamaian, dan
penerimaan, dalam tahap ini pasien juga lebih
menginginkan kesendirian untuk lebih tenang dan
terhindar dari berita-berita yang dapat merusak
ketenangannya, pasien meminta untuk mengurangi
kunjungan-kunjungan terhadap dirinya, mematikan
27
televisi, komunikasi berubah menjadi komunikasi
nonverbal dan lain-lain.(Wanti Anugrahani 1998:135)
Untuk tahapan ini seseorang yang mengalami
kedukaan telah melewati empat tahapan sebelumnya dan
sudah bisa menerima kondisi yang dialaminya, dalam
tahap ini biasanya digunakan untuk bersiap untuk
menghadapi hal yang akan terjadi pada dirinya dan
seseorang yang mengalami kedukaan ini akan merasa
lebih tenang dari tahapan tahapan sebelumnya dan akan
menerima kondisi apapun yan akan terjadi pada dirinya.
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari lima tahapan
kedukaanElizabeth Kubler Ross dan merupakan tahapan
yang membutuhkan waktu paling lama dan sulit untuk
bisa berada dalam tahapan ini.
Contoh dari tahapan ini adalah “biarkan saya begini, saya
sudah siap untuk mati”.
Dalam wawancara yang dilakukan Elisabeth ada
beberapa pasien yang berjuang sampai akhir, pasien yang
masih terus memperjuangkan harapannya yang justru
membuatnya memperlambat proses penerimaanya,
mereka adalah orang-orang yang pada suatu hari akan
berkata “saya sudah tidak sanggup lagi”. Semakin tinggi
usaha mereka menghindari kematian dan semakin mereka
mencoba menginginkannya akan semakin sulit bagi
mereka untuk mencapai tahap penerimaan”.(Wanti
Anugrahani 1998:135)
28
Seseorang yang didiagnosis memiliki penyakit yang
mematikan harus mempunyai waktu untuk dapat
memahami kondisinya, sehingga mereka akan mampu
untuk menghindari tahapan depresi ini, dengan adanya
pemahaman dan jangka waktu yang lama untuk
memahaminya mereka akan mudah untuk melewati atau
menghindari tahapan ini.(Wanti Anugrahani 1998:134)
Elizabeth Kubler Rossmenambahkan bahwa
sangatlah penting untuk mengetahui bahwa tahapan-
tahapan ini tidak berarti harus diselesaikan atau
kronologis. Tidak semua yang mengalami peristiwa yang
mengancam nyawa atau peristiwa yang mengubah hidup,
merasakan kelima tahapan ataupun mereka yang
mengalami hal tersebut, melakukanya dalam urutan
sebagaimana tertulis.
Dapat diketahui bahwa tidak semua orang dapat
melalui seluruh tahapan dan tidak semua orang
mengalami lima tahapan ini secara berurutan. Ada yang
hanya mengalami tiga tahapan saja dan ada juga yang
langsung mengalami tahapan akhir tanpa harus melawati
empat tahapan sebelumnya, ini artinya setiap orang
mengalami tahapan yang berbeda-beda.
The Five Stages Of Grief adalah model lima tahapan
kedukaan yang diteliti oleh Elizabeth Kubler Ross. Lima
tahapan kedukaan ini merupakan penelitian yang
dilakukan oleh Elizabeth Kubler Ross mengenai lima
tahapan kedukaan dan merupakan penelitian yang pertama
29
kali mempelajari para pasien dan keluarga pasien yang
mengalami kedukaan mulai dari di diagnosis mengalami
penyakit mematikan hingga berujung kematian,
Penelitian ini sering disebut dengan lima tahapan
kedukaan Kubler Ross.
B. Kematian
Definisi kematian ialah saat dimana berakhirnya fungsi
biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah serta
kakunya tubuh, hal tersebut telah dianggap cukup jelas
menjadi tanda-tanda kematian. Dalam beberapa dekade
belakangan ini, definisi kematian menjadi lebih kompleks
(Santrock 2004: 263).
Kematian merupakan fakta biologis, akan tetapi kematian
juga memiliki aspek sosial, kultural, historis, religious, legal,
psikologis, perkembangan, medis, dan etis, dan sering
berbagai aspek ini saling berkaitan (Papalia, dkk 2008: 952).
Jadi selama arti mati adalah kebalikan dari hidup, maka tanda-
tanda kematian berarti merupakan kebalikan dari tanda-tanda
kehidupan, yang nampak dengan hilangnya kesadaran dan
kehendak, tiadanya penginderaan, gerak, dan pernapasan, serta
berhentinya pertumbuhan dan kebutuhan akan makanan.
Kematian merupakan peristiwa yang tidak diinginkan bagi
setiap orang, harus kehilangan seseorang yang dicintai maupun
disayang merupakan sebuah peristiwa yang tidak diinginkan
oleh setiap orang, terkejut, dan rasa tidak percaya akan
menyelimuti orang-orang yang ditinggalkan dan akan
30
membuat duka yang mendalam atas kematian orang yang
disayangi.
Kematian pada umumnya dianggap sebagai akhir dari
sebuah proses jasmaniah. Akan tetapi kriteria kematian
menjadi semakin kompleks dengan peralatan medis yang dapat
memperpanjang sinyal dari kehidupan. Untuk sebagian orang
salah satu tanda kematian ialah mati otak, merupakan definisi
neurologis dari kematian. Seseorang dikatakan mati otak
apabila seluruh aktivitas elektrik di otak berhenti selama
periode waktu tertentu. EEG (electroencephalogram) yang
datar, yang merekam selama periode tertentu merupakan satu
kriteria dari mati otak (Santrock, 2004: 263). Jadi dapat
disimpulkan bahwa kematian secara fisik ialah penghentian
dari semua organ tubuh.
C. Tunadaksa
1. Pengertian Tunadaksa
Penyandang tunadaksa atau yang sering dengan
istilah cacat fisik, cacat tubuh, dan cacat ortopedi.
tunadaksa adalah istilah yang berasal dari kata “tuna yang
bearati rugi atau kurang dan daksa yang berarti tubuh”.
Seorang tunadaksa adalah orang yang tidak memiliki
anggota tubuh lengkap/sempurna, sedangkan untuk cacat
tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk orang-orang
yang memiliki kecacatan pada bagian tubuhnya namun
tidak untuk indranya. Orthopedically handicapped atau
disebut sebagai istilah cacat Ortopedi. Ortopedi memiliki
31
arti yang berhubungan dengan tulang, otot dan persendian.
Secara keseluruhan cacat ortopedi adalah kelainan yang
terletak pasa tulang, otot dan persendian atau adanya
akibat dari kelainan yang terletak pada pusat pengaturan
sistem tulang, otot dan persendian.(Asep Karyana
2013:31)
Pengertian secara Etimologis seseorang yang
menderita Tunadaksa adalah seseorang yang memiliki
keterbatasan gerak atau orang yang sulit menggerakan
anggota tubuhnya, yang diakibatkan dari penyakit, luka,
pertumbuhan yang kurang baik sehingga mengakibatkan
kesulitan dalam menggerakan bagian tubuhnya.
Pengertian tunadaksa secara definitif adalah
ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan
fungsi pada umumnyayaang disebabkan oleh penyakit,
luka, atau pertumbuhan yang tidak sempurna atau
normal.(Asep Karyana 2013:32)
Seseorang yang mengalami kelainan atau cacat
yang permanen pada fungsi gerak tubuh disebut sebagi
tunadaksa. Definisi mengenai tunadaksa adalah
penyandang cacat jasmani yang yang terlihat dari
kelainanbentuk tulang, persendian, otot dan juga saraf-
sarafnya.Tunadaksa dapat didefinisikan sebagai
penyandang bentuk atau kecacatan pada sistem otot,
tulang dan persendian yang akan mengakibatkan
gangguan koordinasi, adaptasi, komunikasi, mobilitas dan
gangguan perkembangan keutuhan tubuh.
32
Samuel A Kirk dalam buku anak berkebutuhan
khusus Tuna Daksa mengemukakan bahwa seseorang
yang dikatakan tunadaksa adalah jika kondisi fisik atau
kesehatan yang membuat ketidakmampuan seseorang
dalam melakukan aktifitas sehari-hari adalah seorang
penyandang Tunadaksa.(Asep Karyana 2013:33)
2. Klasifikasi Tunadaksa
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tunadaksa
berikut ini adalah klasifikasi tunadaksa, klasifikasi atau
penggolongan tunadaksa bermacam-macam, salah satunya
yaitu dari sisitem kelainan yang terdiri dari kelainan pada
sistem cerebral (cerebral system) dan kelainan pada
sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).
Kelainan pada sistem cerebal terletak pada sistem
bagian syaraf pusat, yaitu cerebral palsy(CP) atau
kelumpuhan pada otak dan rangka, cerebral palsy ini di
tandai oleh adanya kelainan pada gerak, sikap, atau bentuk
tubuh, gangguan koordinasi dan terkadang disertai dengan
gangguan psikologis atau sensoris yang disbabkan dari
kerusakan atau kelainan pada otak. Cacat yang terdapat
pada fungsi otot, urat syaraf, dan penyebabnya ada dalam
otak adalah pengertian dari cerebral palsy yang
didefinisikan oleh soeharto dalam buku Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, cerebral palsy juga terkadang
terdapat gangguan pada psikologis, pancaindra dan
ingatan sesorang.
33
Cerebral palsy di klasifikasikan menjadi tiga yaitu (1)
cerebral palsy ringan yaitu dapat berjalan tanpa
membutuhkan alat bantu, bicaranya jelas dan lancar, dan
dapat bekerja sendiri/menolong diri sendiri, (2) cerebral
palsy sedang yaitu membutuhkan bantuan untuk latihan
berjalan, berbicara, mengurus diri sendiri dan
membutuhkan alat bantu seperti brace, (3) cerebral palsy
berat yaitu membutuhkan perawatan tetap dalam
ambulansi, berbicara, dan perawatan untuk diri sendiri.
Menurut dari letak kelainan yang berada di otak dan
juga fungsi geraknya cerebral palsy dibedakan sebagai
berikut :
a. Dyskenisia, athetoid yaitu penderita ini menunjukan
gerak yang tidak terkontrol.
b. Rigid yaitu kekakuan di seluruh bagian tubuh
sehingga sulit untuk dilenturkan. Gerakan yang
ditunjukan sangat lambat dan kasar, cerebral palsy
jenis ini mengalami kekakuan di otot, sehingga
memberikan dampak terhadap aktifitas dalam
kehidupanya.
c. Spastik yaitu adanya kekakuan pada sebagian otot atau
seluruh otonya, seseorang yang mengalami ini
menunjukkan kekejangan pada otot-ototnya dan dapat
berhenti ketika seseorang itu diam atau tidur dan akan
terlihat ketika seorang serebral palsy marah.
d. Athetoid yaitu mengalami kekejangan dan kekakuan
pada otot, gerakan yang dilakukan akan sangat mudah
34
bahkan terjadi diluar kemampuanya dan tidak dapat
dikendalikan oleh diri sendiri.
e. Tremor yaitu gerakan kecil yang terjadi terus-menerus
dibagian mata, kepada, dan tangan.
f. Ataxia yaitu gangguan pada keseimbanganya, mata
dan tanganya tidak berfungsi, jalannya gontai.
g. Jenis campuran yaitu seseorang yang memiliki
kelainan lebih dari satu dari tipe diatas.
Penggolongan tunadaksa dalam kelompok
kelainan pada sistem otot dan rangka yaitu sebagai
berikut:
a. Poliomyelitis
Ini adalah infeksi pada sumsum tulang belakang yang
disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan
kelumpuhan yang sifatnya menetap.
b. Spina Bifida
Ini adalah kelainan yang terjadi pada tulang belakang
yang ditandai dari terbukanya satu atau tidak ruas
tulang belakang dan tidak tertutup kembali.
c. Muscle Dystropy
Ini adalah jenis penyakit yang mengalami
kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris dan
mengakibatkan otot tidak dapat berkembang, penyakit
ini bisa disebabkan dari faktor keturunan.(Asep
Karyana 2013:34)
35
3. Karakteristik Tunadaksa
Karakteristik seorang penyandang tunadaksa secara
umum dapat dikelompokkan menjadi tunadaksa Ortopedi
dan tunadaksa syaraf, melihat dari keadaan yang ada pada
diri seorang tunadaksa Ortopedi dan juga Tunadaksa
syaraf tidak terlihat perbedaan yang mencolok, karena
secara fisik dari kedua jenis tersebut memiliki kesamaan.
Namun apabila dilihat lebih jelas sumber
ketidakmampuan untuk memanfaatkan fungsi tubuhnya
untuk dapat beraktifitas atau mobilitasnya akan terlihat
perbedaanya.
a. Karakteristik Fisik/ Kesehatan
Karakteristik yang terjadi pada seorang tunadaksa
selain mengalami kecacatan pada tubuh juga
mengalami gangguan penyakit yang diderita seperti,
kurangnya pendengaran, gangguan pengelihatan,
gangguan bicara, dan lain-lain.
Gangguan bicara disebabkan dari kelainan
motorik alat bicara atau kaku dan lumpuh seperti
lidah, rahang, bibir sehingga menggangu artikulasi
yang benar, sehingga bicaranya sulit dimengerti.
Dari aktifitas motorinya terlihat intensitas
gangguan dikelompokkan atas (1) hiperaktif yang
sifatnya tidak mau diam, gelisah, (2) hipoaktif yang
sifatnya pendiam, gerakan yang dilakukan lambat dan
kurang dapat merespon rangsangan yang diberikan,
(3) tidak ada koordinasi, sifatnya seperti gerak yang
36
kaku, sulit untuk menggambar, menari dan sulit
bergerak secara halus.
b. Karakteristik Sosial/ Emosional
Karakteristik yang terjadi pada tunadaksa bermula
dari konsep diri sebagai seorang penyandang cacat,
merasa tidak berguna, dan merasa menjadi beban
untuk orang lain seperti orang tua, teman, dan lain-
lain yang membuat seseorang merasa tidak lagi untuk
menjalankan aktifitasnya.
Menjadi seorang penyandang tunadaksa
merupakan suatu hal yang tidak diharapkan orang tua
dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak
perkembangan pribadi seseorang, meninggalkan
semua aktifatas didalam masyarakat akan
menimbulkan problem emosi seperti mudah
tersinggung, mudah marah, pemalu, kurang dapat
bergaul, rendah diri, menyendiri dan dapat menjadi
frustasi, karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan
orang lain atau masyarakat.(Asep Karyana 2013:37)
c. Karakteristik Akademik
Secara umum seseorang yang mengalami
Ketunadaksaan yang mengalami kelainan pada oto
dan rangka memiliki tingkat kecerdasan yang normal
dan sama seperti manusia pada umumnya, namun
untuk tunadaksa yang mengalami kelainan pada
sistem ceberal memiliki tingkat kecerdasan mulai
dari tingkat idiocy sampai gifted.
37
Menurut Hardman dalam buku Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus tunadaksamenjelaskan bahwa
45% penyandang tunadaksa Palsy mengalami
keterbelakangan mental, 35%memiliki tingkat
kecerdasan normal dan diatas normal, selebihnya
berkecerdasan sedikit dibawah rata-rata. Menurut
P.Seibe dalam buku yang sama mengemukakan
bahwa tidak ditemukan secara langsung adanya
hubungan antara tingkat kecerdasan dengan tingkat
kelainan fisik, artinya seorang yang mengalami
tunadaksa cerebral palsy yang kelainanya berat tidak
berarti memiliki kecerdasan yang rendah.(Asep
Karyana 2013:37)
4. Faktor Penyebab Ketunadaksaan
Ada beberapa penyebab terjadinya Ketunadaksaan
pada sesorang, penyebab kerusakan terjadi pada jaringan
otak, sumsum tulang belakang pada sistem musculus
skeletal.
Faktor terjadinya Ketunadaksaan dapat terjadi pada
masa sebelum lahir, saat lahir dan sesudah lahir, berikut
adalah penjelasanya :
a. Fase Prenatal Atau Masa Sebelum Lahir
Kerusakan yang terjadi pada masa ini ketika masih
berada dalam kandungan, kerusakan ini disebabkan
oleh:
38
1. Penyakit atau infeksi yang menyerang ibu yang
sedang mengandung dan menyerang otak bayi
yang ada dalam kandungan ibu, seperti infeksi,
rubella, syphilis, dan typhus abdominolis.
2. Bayi dalam kandungan sang ibu terserang radiasi,
karena radiasi yang terjadi secara langsung
mempengaruhi sistem syaraf pusat segingga
fungsi dan strukturnya terganggu.
3. Kelainan pada kandung yang menyebabkan
peredaran terganggu, tali pusat tertekan sehingga
dapat merusak pembentukkan syaraf di dalam
otak.
4. Trauma, seorang ibu yang sedang mengandung
mengalami kondisi trauma terhadap sesuatu
(kecelakaan) yang dapat menggangu
pembentukan syaraf pusat.
b. Fase Netal, Peri Natal atau Pada Saat Kelahiran
Masa ini terjadi ketika proses kelahiran
berlangsung dan dapat menyebabkan kerusakan pada
otak bayi.
1. Proses kelahiran yang memakan waktu terlalu
lama dikarenakan pinggul sang ibu sempit yang
membuat sang bayi kekurangan oksigen dan
menimbulkan terganggunya sistem metabolisme
dalam otak sang bayi.
39
2. Menggunakan alat bantu dalam proses kelahiran
yang sulit sehingga dapat merusak sistem syaraf
pusat otak.
3. Menggunakan anestasi yang berlebihan, seorang
ibu yang melahirkan dengan proses operasi akan
menggunakan anestasi untuk mengurangi rasa
sakit, namun penggunaan yang berlebihan akan
menggangu persyarafan otak sehingga fungsi dan
strukturnya akan terganggu.
c. Fase Post Natal atau Setelah Proses Kelahiran
Masa ini terjadi ketika sang bayi sudah terlahir,
kejadian yang merusak atau menggangu fungsi gerak
seseorang disebut sebagai fase post natal.
1. Terjadi karena penyakit, seperti meningitis atau
radang selaput otak, encephalis atau radang otak
dan penyakit lainya yang menggangu gerak tubuh
seseorang.
2. Terjadi karena kecelakaan, contohnya seperti
kecelakaan lalu lintas dan mengalami benturan
hebat terhadap tubuhnya sehingga fungsi dan
sistem dalam tubuh terganggu dan tidak dapat
berfungsi seperti pada umumnya.
Pertumbuhan bagian tubuh yang tidak
sempurna mengakibatkan kelumpuhan pada
keberfungsian gerak tubuhnya.(Asep Karyana
2013:40)
40
D. Kajian Islam tentang lima tahapan kedukaan
Al- Baqarah ayat 216
Artinya :
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak
menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak
menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah
216)
Ayat diatas telah menjelaskan bahwa segala sesuatu yang
kita tidak sukai belum tentu buruk bagi kita begitu juga
sesuatu yang disukai belum tentu baik untuk kita, Allah maha
mengetahui susuatu yang terbaik untuk hambanya.
41
Al-Bayyinah ayat 5
Artinya :
“Padahal mereka hanya di perintah menyembah Allah SWT
dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan)
agama dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”
Ayat diatas telah diperintahkan bagi kita untuk
menyembah Allah SWT dengan tulus ikhlas dan melaksankan
semua perintahnya semata-mata hanya karena Allah SWT.
Allah tidak pernah membebani hambanya melainkan hanya
memerintahkan hambanya untuk melaksankan ibadah yang
ditunjukan dengan tulus ikhlas yang demikian itu adalah
agama yang lurus.
42
Yaasin ayat 82
Artinya :
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya ‘Jadilah’ maka
terjadilah”.
Dalam surat yaasin ayat 82 Allah menegaskan bahwa
betapa mudahnya bagi Nya untuk menciptakan sesuatu.
Apabila Allah telah menghendaki sesuatu maka cukuplah
berfirman “Jadilah” maka sesuatu yang dikehendakin-Nya
akan terjadi. Allah tidak akan sulit untuk melakukan sesuatu
yang telah dikehendakinya begitu pula dengan mengabulkan
doa doa hambanya yang dipanjatkan.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Berikut ini adalah gambaran mengenai tempat penelitian
di Loka Bina Karya Jagakarsa, peneliti membagi gambaran
umum lembaga menjadi beberapa sub-sub untuk mempermudah
dalam memahami tempat penelitian :
A. Profil Loka Bina Karya Jagakarsa
1. Sejarah Berdirinya
Dalam rangka meningkatkan status sosial ekonomi para
penyandang cacat khususnya yang berasal dari keluarga
tingkat ekonomi menengah kebawah atau terlantar, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta membentuk Panti Sosial sebagai bagian
dari atau Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Sosial Provinsi DKI
Jakarta yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung
jawab untuk memberikan layanan penyantunan dan
Rehabilitasi Sosial.
Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti Cengkareng adalah
salah satu dari Panti Sosial yang didirikan oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, Dalam mengimplementasikan tugas
melakukan kegiatan Rehabilitasi Sosial khusus terhadap
penyandang cacat tubuh dalam bentuk bimbingan dan
pelatihan sesuai minat dan bakat yang dimiliki klien.
Dalam rangka pendekatan pelayanan terhadap Warga
Binaan Sosial Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti
Cengkareng yang berlokasi di Jl. Utama V, RT.8/RW.1
44
Cengkareng Barat, Jakarta barat mempunyai sarana pelayanan
Kesejahteraan Sosial berupa Loka Bina Karya (LBK) salah
satunya Loka Bina Karya Jagakarsa.
Loka Bina Karya Jagakarsa (LBK) berdiri pada tahun 1995
dan hadir sebagai tanggung jawab Pemerintah Provinsi
terhadap para penyandang masalah Kesejahteraan sesuai
Peraturan Pemerintah nomer 43 tahun 1998 tentang upaya
peningkatan Kesejahteraan Kosial penyandang cacat.
Loka Bina Karya Jagakarsa merupakan sarana pelayanan
Kesejahteraan Sosial dibawah naungan Panti Sosial Bina
Daksa Budi Bhakti yang menyelenggarakan bimbingan sosial
dan pelatihan keterampilan kerja usaha kemandirian
khususnya bagi penyandang cacat tubuh potensial dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial(PMKS) lainnya.
Lokasi Loka Bina Karya Jagakarsa berada di Jl. Jagakarsa 1
No. 20. Jakarta Selatan. Nomer tlp 021 7271678/ fax
0217271678.
2. Visi dan Misi
• Visi
Penderita Disabilitas tubuh terentas dalam kehidupan
yang layak dan mandiri.
a. Misi
Menyelenggarakan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
terhadap penderita disabilitas tubuh dan Tuna rungu.
45
3. Tujuan
1) Menyelenggarakan bimbingan Sosial dan pelatihan
keterampilan kerja bagi penyandang cacat tubuh
potensial dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS)
2) Memfasilitasi kegiatan usaha kesejahteraan sosial
penyandang cacat dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS)
4. Struktur Organisasi
a. Dra. Gusmeli ( Pengelola )
b. Yuliah ( Wakil Pengelola )
c. Hardiyati( Instruktur Daur Ulang )
Pengelola
( Dra.Gusmeli)
Pendampingan Perawatan
1. Fatur
2. Dian
Pendamping Pembinaan WBS/
Instruktur
1. Hardiyana
2. Hardiyati
Operasional/
Lapangan
1. Asep
2. Naseh
Administrasi dan Keuangan
( Yuliah S.sos)
46
d. Hardiana (Instruktur Menjahit )
e. Fatur ( Pramusosial )
f. Dian ( Juru Masak )
g. Asep ( Keamanan )
h. Naseh ( Keamanan )
Deskripsi Tugas :
1) Pengelola Loka Bina Karya Jagakarsa
Bertanggung jawab kepada Panti Sosial Bina Daksa
Ceger serta kepala seksi bimbingan dan pelatihan panti
sosial bina daksa ceger.
2) Bagian administrasi dan keuangan
Di Loka Bina Karya Jagakarsa bertanggung jawab
untuk administrasi umum, keuangan, dan kepegawauian.
3) Pendamping Perawatan Bina Sosial
Bertanggung jawab dengan perkembangan kesehatan
warga binaan sosial.
4) Pendamping Pembinaan
Bertanggung jawab dengan perkembangan
kemandirian warga binaan sosial.
5) Operasional dan Lapangan
Bertanggung jawab dengan pemeliharaan sarana dan
prasarana di Loka Bina Karya Jagakarsa.
5. Sarana dan Prasarana
Loka Bina Karya Jagakarsa dibangun di atas tanah
seluas 909 m2 dan luas banguna 370 m2. Sarana dan
prasarana yang disediakan Loka Bina Karya Jagakarsa
diantaranya :
47
1) Ruang Keterampilan
2) Ruang Pameran
3) Ruang Kantor
4) Ruang Konseling
5) Kamar Mandi
6) Rumah Dinas
7) Musholah
8) Dapur
9) Mesin Jahit
10) Mesin Pasang Kancing
11) Alat Potong Kayu
12) Radio
13) Mesin Bor Duduk
14) Mesin Obras
15) Mesin Neci
16) Meja Kantor
17) Kursi Putar
18) Kursi Lipat
19) Lemari Arsip
20) Fileing Cabinet
21) Mesin Tik
22) Etalase
23) Sofa
24) Kulkas
25) Mesin Air
26) Kipas Angin
27) Kompor Gas
48
6. Program Loka Bina Karya Jagakarsa
1) Program Pelayanan Sosial
b. Pendekatan awal meliputi penjangkauan,
observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi.
c. Penerimaan meliputi registrasi, kelengkapan
administrasi, dan pengasramaan.
d. Assesmen meliputi penelaahan, pengungkapan,
pemahaman masalah dan potensi.
2) Rehabilitasi Sosial
a. Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan
b. Pembinaan fisik, bimbingan mental, dan spiritual
c. Bimbingan pelatihan keterampilan kerja usaha dan
kemandirian
• Kegiatan menjahit
Kegiatan ini dilakukan untuk para warga binaan
sosial untuk menjahit baju, kerudung, celana,
selampe, rompi, baju batik dan lain-lain
• Kegiatan daur ulang
Program ini yaitu membuat hasil karya dari bahan
– bahan yang sudah tidak terpakai seperti
kertas/Koran, sedotan, kain bekas untuk didaur
ulang menjadi tempat tisu, nampan, tempat pensil
dan lain-lain.
• Kegiatan bikin ondel-ondel
Kegiatan ini dilakukan oleh warga binaan sosial
yang terbuat dari kayu yang dibentuk kemudian
dihias menjadi boneka kayu ondel-ondel
49
d. Resosialisasi dan Reintegrasi (praktek belajar kerja
dan lingkungan kehidupan)
3) Penyaluran atau Rujukan
• Penyaluran atau Rujukan
• Monitoring, Konsultasi, Asistensi, Pemantapan, Dan
Terminasi
• Pemutusan dan hubungan (telah dapat hidup mandiri)
7. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayana di Loka Bina Karya Jagakarsa yaitu :
a. Tuna Rungu Wicara
b. Tuna Rungu
c. Tuna Wicara
d. Tuna Netra
e. Penyandang Cacat Tubuh
8. Sumber Dana
Sumber dana yang ada di Loka Bina Karya tersumber
langsun dari Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta dan Dinas Sosial sebagai pendiri dan pengelola
Loka Bina Karya Jagakarsa.
9. Persyaratan dan Prosedur Pelayana Warga
BinaanSosial Loka Bina Karya Jagakarsa
Dalam upaya menyelenggarakan keterampilan bagi
penyandang Disabilitas Loka Bina Karya Jagakarsa
memiliki persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial
sebagai berikut :
50
1) Fotocopy Kartu Tanda Pengenal (KTP) warga DKI
Jakarta
2) Kartu Keluarga (KK) DKI Jakarta
3) Surat pengatar RT/RW
4) Penyandang Disabilitas
10. Data Warga Binaan Sosial Loka Bina Karya
Jagakarsa
Loka Bina Karya Jagakarsa Memiliki Warga Binaan
Sosial (WBS) berjumlah 9 orang, yang terdiri dari 2 Laki-
Laki dan 7 perempuan, Warga Binaan Sosial di dominasi
oleh disabilitas tuna rungu wicara.
No. Nama Jenis
Kelamin
Tanggal
Lahir
Jenis
Kecaca
tan
1. Indah
Wati
P 09/10/198
6
Rungu
Wicara
2. Masduki L 04/03/197
8
Mental
Retarda
si
3. M.Faqih L 27/12/196
7
Rungu
Wicara
4. Etih/Nanih P 28/02/197
8
Rungu
Wicara
5. Fajar
Kartik
a
P 16/06/198
9
Kaki dan
Tangan
Kanan
51
Lemas
6. Yuli
Astuti
P 02/07/198
2
Rungu
Wicara
7. Putu Ratih
Saras
wati
P 06/03/197
6
Rungu
Wicara
8. Farida P 13/06/197
6
Rungu
Wicara
9. Novitasari P 04/11/199
1
Rungu
Wicara
11. Peraturan Umum Loka Bina Karya Jagakarsa
Tata tertib yang harus dijalankan di Loka Bina Karya
Jagakarsa yang bertujuan untuk kelancaran setiap
kegiatan/program yang ada di Loka Bina Karya
Jagakarsa:
1) Masuk belajar mulai pukul 08.00 WIB
2) Selama belajar mulai pukul 08.00 sampai dengan
pukul 11.30 WIB dilarang untuk :
3) Tidak boleh ngobrol yang tidak penting
4) Tidak boleh main HP (disimpan ditempat yang sudah
disediakan)
5) Tidak menggangu kerjaan teman, bekerja dengan
serius
6) Tidak boleh terima tamu yang tidak dikenal
52
7) Istirahat pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00
WIB
• Makan bersama
• Sholat berjamaah
• Boleh main HP sepuasnya
8) Pukul 13.00 sampai dengan 15.00 kembali bekerja
(HP disimpan)
9) Pukul 15.00 WIB pulang (untuk yang terjadwal piket
diharapkan selesai piket baru boleh pulang)
B. Proses Pelaksanaan Kegiatan Di Loka Bina Karya Jagakarsa
Di loka bina karya jagakarsa memiliki beberapa program
yang tujuan nya untuk meningkatkan potensi dan memberikan
keterampilan kerja untuk warga binaan sosial (WBS).
Program yang ada di loka bina karya jagakarsa diantaranya
yaitu :
1. Program Pelayanan Sosial
Program ini merupakan proses penerimaan warga binaan
sosial yang melalui proses registrasi di LBK kemudian
disesuaikan dengan persyaratan dan kategori yang sesuai
dengan LBK, prosesn ini meliputi adanya observasi untuk
mengetahui identitas canlon WBS, penyeleksian, registrasi
sesuai data WBS kemudian pengelompokan masalah sesuai
dengan kondisi calon WBS.
Proses ini biasa dilakukan kepada semua calon Warga
Binaan Sosial dan dilakukan oleh staf di Loka Bina Karya
Jagakarsa sesuai peraturan dan konfirmasi terhadap panti.
2. Rehabilitasi Sosial
53
Program rehabilitasi ini meliputi perawatan dan
pemeliharaan fisik para Warga Binaan Sosial Loka Bina
Karya Jagkarsa, bimbingan mental/ spiritual dan juga
pelatihan keterampilan guna menjadikan WBS memiliki
keterampilan kerja dan diharapkan mampu mempraktekan
nya di lingkuangan sehingga menjadi mandiri.
Program rehabilitasi ini di lakukan sesuai potensi atau
bakat yang dimiliki WBS kemudian di latih oleh
pelatih/instruktur yang di sediakan Loka Bina Karya sesuai
dengan kegiatan yang ada, berikut adalah kegiatan yang ada
di Loka Bina Karya Jagakarsa :
1) Kegiatan menjahit
Kegiatan ini dilakukan untuk para Warga Binaan Sosial
untuk menjahit baju, kerudung, celana,selampe, rompi, baju
batik dan lain-lain. kegiatan ini dipimpin oleh instruktur
menjahit yaitu ibu hardiana beliau memlakukan pengawasan
dan pembimbingan disetiap kegiatan menjahit.
Kegiatan menjahit ini dilakukan oleh semua WBS sesuai
dengan kemampuan yang WBS miliki, contoh nya WBS
yang Rungu/Wicara mereka dapat langsung menggunakan
mesin jahit sedangkan denga WBS yang memiliki
keterbatasan gerak anggota tubuhnya di arahkan untuk
menggosok pakainya yang sudah di jahit atau membuat pola,
dan membantu memotong kain untuk dijahit.
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat WBS memiliki
keterampilan menjahit sehingga ketika keluar dari LBK
54
mereka tetap bisa berkegiatan seperti bekerja di tempat
menjahit atau membuka tempat menjahit dirumahnya.
Proses Kegiatan Menjahit :
a. Mengambar Desain
b. Membuat Pola
c. Mengukur Bahan
d. Memotong Bahan
e. Menjahit
f. Mengobras
g. Memsangkan Kancing
h. Mengosok
i. Mengemas
2) Kegiatan Daur Ulang
Kegiatan ini yaitu membuat hasil karya dari bahan–
bahan yang sudah tidak terpakai seperti kertas/
Koran,sedotan, kain bekas untuk didaur untuk didaur ulang
menjadi tempat tisu, nampan, tempat pensil dan lain-lain.
Kegiatan ini dipimpin oleh ibu Hariyati sebagi instruktur
pembuatan karya dari barang-barang yang tidak dipakai,
bahan yang digunakan untuk kegiatan ini seperti koran
bekas, sedotan bekas, dll yang digunakan untuk membuat
tempat pensil, wadah/ nampan, rak untuk barang, hiasan
meja dan banyak lagi.
Dalam kegiatan ini semua WBS memliliki tugas yang
berbeda- beda, seperti ada yang menggulung kertas,
menempelkan kertas, menggunting, menggambar,
55
merapihkan, dan ada yang mewarnai. Kegiatan ini dilakukan
sesuai dan di sesuaikan dengan kemampuan para WBS.
Proses dalam kegiatan ini sebagi berikut :
a. Menggambar Desain
b. Menggunting Kertas/Koran
c. Menggulung Kertas/ Koran
d. Meluruskan Kertas/Koran
e. Membentuk Kertas/ Koran
f. Menempelkan Kertas/Koran
g. Mewarnai
3) Kegiatan bikin ondel-ondel
Kegiatan ini dilakukan oleh Warga Binaan Sosial yang
terbuat dari kayu yang dibentuk kemudian di hias menjadi
boneka kayu ondel-ondel.
Kegiatan tersebut dilakukan di setiap hari senin sampai
jumat pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00, untuk dihari
senin WBS melakukan kegiatan membuat ondel- ondel yang
didapmpingi oleh para staf yan ada di loka bina karya, untuk
kegiatan ini para WBS sudah memiliki ketampilan sendiri-
sendiri dengan tugas nya masing-masing.
Proses pembuatan ondel- ondel yaitu :
a. Menggambar Desain
b. Memotong Kayu
c. Menempelkan Kayu
d. Mengamplas
e. Mewarnai
f. Mengemas
56
Hasil dari kegiatan ini merupakan produk yang paling
sering dibeli/ dipesan oleh para pembeli, berada di bawah
Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta ondel-ondel ini menjadi
menjadi icon tersendiri di loka bina karya jagakarsa.
Semua kegiatan di Loka Bina Karya Jagakarsa, dibuat
dan dilakukan sesuai dengan potensi dan keahlian masing-
masing para WBS dan sebelum kegiatan berlangsung/
dimulai berkegiatan para WBS terlebih dahulu di perikan
pelatihan/ keterampilan oleh instruktur yang disediakan dari
Loka Bina Karya Jagakarsa.
Diloka Bina Karya Jagakarsa terdapat dua instruktur/
pelatih yang bertugas untuk memberikan pelatihan dan
arahan dalam setiap kegiatan, adanya instruktur ini bertujuan
untuk memberikan keterampilan kepada para WBS dan para
WBS dapat melakukan kegiatan dengan lancar. Instruktur
yang disediakan oleh loka bina karya jagakarsa yaitu ibu
hariyati dan ibu hardiana, ibu Hariyati atau yang sering
disebut ibu har, beliau memberikan pelatihan dan
pengawasan untuk kegiatan daur ulang barang yang tidak di
pakai dan ibu Hadiyana sebagai instruktur dalam kegiatan
menjahit.
Untuk kegiatan ondel-ondel para WBS sudah diberikan
pelatihan di bawah pengelola sebelumnya dan sudah dapat
dibilang sudah mahir untuk membuat ondel- ondel sehingga
tidak lagi ada instruktur membuat ondel-ondel namun tetap
ada pengawasan untuk kegiatan ondel-ondel oleh staf dan
pramusosial di Loka Bina Karya Jagakarsa.
57
Loka Bina Karya Jagakarsa memiliki jadwal untuk setiap
kegiatanya seperti di hari senin WBS melakukan kegiatan
membuat ondel-ondel, hari selasa dan hari kamis WBS
melakukan kegiatan menjahit dan disetiap rabu dan hari
jumat para WBS melakukan kegiatan mendaur ulang barang-
barang yang tidak dipakai.
3. Penyaluran atau Rujukan
Dalam program ini WBS dianggap sudah mandiri dan
sudah dapat mempraktekan pelatihan yang diberikan di
lingkungannya. Dalam program ini WBS dipulangkan ke
keluarga jika memiliki keluarga, untuk WBS yang tidak
memiliki keluarga kemudian di salurkan ke tempat kerja atau
lembaga yang dapat memperkerjakan para WBS sesuai dengan
keahlian yang dimiliki.
Program ini dilakukan setela proses pemantauan dan
penyeleksian WBS dapat hidup mandiri dan dapat dipastikan
sudah memiliki keterampilan dan mampu mandiri di
lingkungan nya.
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan
Kegiatan Di Loka Bina Karya Jagakarsa
1. Faktor pendukung dalam kegiatan di Loka Bina
Karya Jagakarsa :
a. Adanya intruktur disetiap kegiatan seperti, instruktur
menjahit, instrukturdaur ulang, dan instruktur ondel-
ondel. Dengan adanya intruktur tersebut warga binaan
sosial di Loka Bina Karya Jagakarsa mendapatkan
58
pelatihan khusus untuk setiap kegiatan yang ada di
loka bina karya jagakarsa.
b. Adanya sarana yang lengkap, seperti mesin jahit dan
bahan-bahan pokok yang selalu disediakan di Loka
Bina Karya Jagakarsa sehingg warga binaan sosial
dapat melakukan kegiatan dengan baik.
c. Anggaran kegiatan di Loka Bina Karya Jagakarsa
disalurkan langsung oleh Pemerinta Provinsi DKI
Jakarta sehingga setiap kebutuhan kegiatan di Loka
Bina Karya Jagakarsa dapat berjalan dengan lancar.
2. Faktor penghambat dalam setiap kegiatan di loka
bina karya adalah :
a. Komunikasi
“Maksud dari Intruktur gimana yang ditangkap sama
WBS gimana, jadi di tangkep nya beda sama WBS”.
b. Tidak ada lapangan kerja untuk para disabilitas
(mereka lama disini karna kepentok kerjaan, peluang
kerja. Itukan hambatan karna gak ada jadi mereka
tetep disini).
c. Jumlah Warga Binaan Sosial di Loka Bina Karya
Jagakrasa masih sedikit, sehingga ketika ada pesanan
dengan jumlah yang banyak membutuhkan sumber
daya manusia untuk membantu membuat hasta karya
yang akan dijual.
d. Sulitnya untuk mengajarkan atau memberikan
pelatihan untuk Warga Binaan Sosial yang baru
59
karena terkadang sulit untuk diberitahu, dan perlu
berkali kali untuk mengarahkanya.
e. Kurangnya pemasaran/tempat untuk menjual hasil
karya Warga Binaan Sosial Jagakarsa.(Yuliah 2019)
D. Hasil yang dicapai dari kegiatan Loka Bina Karya Jagakarsa
Hasil yang sudah dicapai dari semua kegiatan di Loka
Bina Karya Jagakarsa adalah :
1. Menghasilkan karya yang bisa dipasarkan
2. Warga Binaan Sosial sudah memiliki keterampilan
seperti menjahit, mendaur ulang barang yang tidak
dipakai, membuat karya seni ondel-ondel dan lain-lain
sebagai bekal keterapilan ketika sudah tidak menjadi
Warga Binaan Sosial Loka Bina Karya Jagakarsa.
3. Memiliki penghasilan, di Loka Bina Karya Warga
Binaan Sosial tidak hanya diberikan keterampilan saja
tetapi diberi imbalan berupa uang yang tujuan nya dapat
membantu meningkatkan kondisi ekonomi para
disabilitas.
4. Memiliki kegiatan/pekerjaan seperti orang normal
lainnya setelah menjadi Warga Binaan Sosial Loka Bina
Karya, dan dapat meningkatkan potensi yang dimiliki.
60
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan hasil temuan yang peneliti temukan
tentang lima tahapan kedukaan Elizabeth Kubler Ross terhadap
penyandang disabilitas Tunadaksa di Loka Bina Karya Jagakarsa,
hasil temuan ini didapatkan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi selama penelitian berlangsung.
Didalam bab ini akan membahas tentang dua sub yaitu
dalam sub pertama membahas tentang profil informan dan dalam
sub yang kedua membahas tentang hasil temuan yang peneliti
temukan dalam penelitian.
A. Profil Informan
Dalam penelitian ini peneliti melibatkan enam orang
yang menjadi informan dalam penelitian, informan yang
dipilih merupakan informan yang dapat memberikan
data/informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Dari informan ini peneliti memilih dua orang sebagai
informan yang memberikan informasi/data mengenai Loka
Bina Karya Jagakarsa yaitu ibu Gusmeli dan ibu Yuliah.
Informan lainya dipilih peneliti untuk memberikan
informasi/data mengenai klien yaitu bapak Endang Budiman,
ibu Indah, Faqih, dan ibu Dara.
Profil informan ini terbagi menjadi dua sub yaitu profil
informan utama dan profil informan pendukung, Berikut ini
adalah enam profil Informan yang dipilih :
61
1. Profil Informan Utama
1) Klien Peneliti
Nama : Fajar Kartika
Tempat tanggal lahir : Jakarta 16 Juni 1989
Jenis Disabilitas : Tunadaksa
Alamat rumah : Kebagusan Jakarta Selatan
Fajar Kartikaatau sering dipanggil dengan sebutan
Tika adalah informan utama yang peneliti pilih untuk
dijadikan klien dalam penelitian ini, Fajar Kartika
berusia 29 tahuan, Tika ini merupakan salah satu
penyandang disabilitas tunadaksa yang terdaftar di
Loka Bina Karya Jagakarsa sebagai Warga Binaan
Sosial(WBS).
Disabilitas yang disandang Tika telah dirasakan
semenjak duduk di bangku SMK kelas 1 pada usia 17
tahun, kecelakaan motor menyebabkan Tika
mengalami ketidakberfungsian bagian kanan tubuhnya
yang membuatnya menjadi seorang penyandang
tunadaksa. Kecelakaan itu terjadi ketika Tika ingin
melaksanakan atletik yang diselenggarakan oleh
sekolahnya, Tika mengendarai sepedah motor dan
mengajak sang adik untuk ikut denganya sambil jalan-
jalan, namun rencana tidak seindah kenyataan
keinginanya untuk membahagiakan adiknya naik
sepedah motor justru membuatnya menjadi seorang
penyandang disabilitas dan merenggut nyawa sang
62
adik, kecelakaan itu terjadi ketika Tika menuju lokasi
atletik di jalan Joe.
Akibat kecelakaan yang dialaminya Tika harus
melakukan berbagai macam pengobatan diberbagai
tempat namun tak ada hasil yang dapat merubahnya
kembali seperti semula, dengan kondisi saat itu Tika
memutuskan untuk berhenti bersekolah dan berhenti
melakukan aktifitas seperti biasa, bagian kanan
tubuhnya membuatnya menghentikan aktifitasnya.
Ketika menjadi seorang disabilitas banyak hal yang
telah dilaluinya hingga menjadi Warga Binaan Sosial
Loka Bina Karya Jagakarsa.
Menjadi Warga Binaan Sosial Loka Bina Karya
Jagakarsa Tika melakukan berbagai macam kegiatan
yang ada, disetiap kegiatan yang ada di Loka Bina
Karya jagakarsa Tika selalu terlibat didalamnya,
seperti ketika kegiatan menjahit berlangsung Tika ikut
dalam pelaksanaanya untuk menggosok pakaian yang
sudah rapih dijahit, untuk kegiatan mendaur ulang
barang-barang bekas Tika bertugas untuk merapihkan
kertas, dan untuk kegiatan membuat miniatur ondel-
ondel Tika bertugas untuk mengamplas kayu sebagai
bahan pembuatan miniatur ondel- ondel.
“Paling tika ya ini gulugin kertas, amplas ondel-
ondel, lipetin baju, gosok gitu yang gampangnya
dah yang bisa tika kerjain.”(Fajar Kartika 2019)
63
Pernyataan diatas sesuai dengan yang dilihat oleh
peneliti ketika melakukan penelitian di Loka Bina
Karya Jagakarsa, Tika terlihat selalu ikut serta dalam
setiap kegiatan yang ada, keikutsertaannya disesuaikan
dengan kemampuan fisik yang dimiliki sehingga
walaupun memiliki keterbatasan Tika tetap bisa
melakukan kegiatan yang tersedia di LBK Jagakarsa.
Setelah menjadi warga binaan sosial Tika bertemu
dengan M.Faqih seorang penyandang tuna rungu dan
wicara yang bertemu dan saling menyukai satu sama
lain, dengan berjalanya waktu pada tanggal 27
September 2019 Tika dan Faqih melangsungkan
pernikahan. Saat ini pasangan suami istri ini sedang
bebahagia karena Tika sedang mengandung anak
pertama mereka, Dengan keterbatasan yang mereka
miliki membuatnya saling melengkapi satu sama lain,
saling menerima kondisi pasangan masing-masing
akhirnya menjadi keluarga yang harmonis hingga saat
ini.
Dalam penelitian ini bermaksud untuk
menggambarkan proses atau tahapan yang dialami oleh
kartika ketika harus menjadi seorang penyandang
disabilitas melalui lima tahapan kedukaan Elizabeth
Kubler Ross, dari usia 17 tahun kecelakaan hingga
sekarang umur 29 tahun.
64
Historical Line
Sumber : Olahan Peneliti
2. Profil Informan Pendukung
1) Ibu Kandung Klien
Nama : Ibu Indah
Umur : 52
Status : Ibu Kandung Klien
Ibu Indah merupakan seorang ibu yang memliki
empat anak, ibu Indah salah satu orang terdekat klien.
Ibu Indah merupakan ibu kandung dari informan
utama yang banyak mengetahui mengenai klien yang
diharapkan peliti dapat memberikan informasi/data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2) Ayah Kandung Klien
Nama : Ending Budiman
65
Umur : 57
Status : Bapak Kandung Klien
Bapak Endang Budiman adalah seorang ayah
kandung klien yang hingga saat ini masih tinggal
berdekatan dengan klien, sebagai seorang bapak
Endang selalu berada disamping klien layaknya
seorang bapak pada umumnya.
Bapak Endang Budimana dipilih menjadi
informan oleh peneliti karena marupakan ayah
kandung klien yang hubunganya sangat dekat dengan
klien dan selalu terlibat dalam setiap peristiwa yang
klien alami, sehingga peneliti memilih bapak endang
budiman sebagai informan dalam penelitian ini.
Ayah dan ibu kandung Fajar kartika sudah
bercerai ketika Tika berusia 12 tahun, ketika
memutuskan untuk bercerai Tika dan adik-adiknya
tinggal bersama dengan sang ayah hingga Tika
menikah dengan Faqih, walaupun berpisah kedua
orang tua Tika tetap memberikan kasih sayang yang
utuh terhadap anak-anak nya, diketahui Tika masih
sering berkunjung ke rumah ibunya begitu juga ibunya
masih sering mengunjunginya dan juga ketika
kecelakaan terjadi ibu dan ayahnya saling bergantian
untuk merawat dan menjaganya selama proses
perawatan dirumah sakit dan juga ketika menjaganya
dirumah. Hal ini yang mendasari peneliti memilih
orang tua kandung Tika sebagai informan pendukung
66
dalam penelitian ini karena diketahui ayah dan ibunya
selalu ada disamping Tika untuk menjaga dan
merawatnya hingga saat ini.
3) Pengelola Loka Bina Karya Jagakarsa
Nama : Dra. Gusmeli
Pendidikaan : Sarjana Sastra Indonesia
Jabatan : Pengelola Loka Bina Karya Jagakarsa
Lama Bekerja : 2 Tahun
Gusmeli sering disebut ibu Meli adalah pengelola
di Loka Bina Karya Jagakarsa, sebagai pengelola ibu
Meli memiliki latar belakang Pendidikan Sarjana S1
Sastra Indonesia. Ibu Meli sudah menjabat sebagai
pengelola di Loka Bina Karya Jagakarsa selama
kurang lebih 2 tahun, selain sebagai pengelola ibu
Meli juga ikut serta dalam setiap kegiatan di Loka
Bina Karya Jagakarsa sehingga peneliti pemilih ibu
Meli sebagai salah satu informan peneliti untuk
mendapatkan informasi/data mengenai Loka Bina
Karya Jagakarsa.
4) Staf administrasi Loka Bina Karya Jagakarsa
Nama : Yuliah
Pendidikan: Sarjana Kesejahteraan Sosial WIDURI
Jabatan : Administrasi/Staf Pengelola
Lama Bekerja : 2 Tahun
Menjabat sebagai bagian Administrasi di Loka
Bina Karya Jagakarsa ibu Yuli juga merupakan
lulusan Kesejahteraan Sosial di Sekolah Tinggi Ilmu
67
Sosial dan Ilmu Politik WIDURI, walaupun tidak
menjabat sebagai Pekerja Sosial namun ibu Yuli
banyak mengetahui mengenai Ilmu Kesejahteraan
sosial dan penanganan terhadap Warga Binaan
Sosial(WBS) di Loka Bina Karya Jagakarsan.
Selain itu ibu Yuli juga dikenal sangat ramah
terhadap para WBS dan sudah cukup lama bekerja di
Loka Bina Karya Jagakarsa selama kurang lebih 2
tahun sehingga peneliti memilih ibu Yuli sebagai
informan dalam penelitian ini.
5) Pekerja Sosial Loka Bina Karya Jagakarsa
Nama : Dara
Pendidikan: Sarjana Kesejahteraan Sosial
Jabatan : Pekerja Sosial
Lama bekerja : 2 tahun
Ibu Dara merupakan Pekerja Sosial S2
Kesejahteraan Sosial yang merupakan Pekerja Sosial
yang menangani klien selama di Loka Bina Karya
Jagakarsa. ibu Dara merupakan informan yang peneliti
pilih karena banyak data/informasi yang diketahui
mengenai klien peneliti dan juga sebagai Pekerja
Sosial ibu dara dapat mengarahkan klien dalam
mengumpulakn dan mencari data di Loka Bina Karya
Jagakarsa.
68
B. Temuan Lapangan
Temuan lapangan ini didapatkan dari hasil wawancara
yang peneliti lakukan terhadap lima informan, hasil temuan
ini didapat langsung dari orang-orang terdekat klien, temuan
lapangan ini didapat dalam waktu penelitian berlangsung
yaitu di Loka Bina Karya Jagakarsa dan juga dirumah orang
tua klien. Berikut ini adalah hasil temuan yang peneliti
temukan dalam penelitian :
1. Tahapan Penyangkalan Dan Pengasingan Diri (Denial
And Isolation)
Dari beberapa pertanyaan yang peneliti tanyakan
kemudian terlihat adanya tahapan pengasingan diri yang
dilakukan oleh Tika, tahapan ini terjadi pada saat diawal
peristiwa yang dialaminya, dari beberapa informan
peneliti juga menemukan adanya pengasingan diri yang
dilakukan oleh Tika ketika masa perawatan dirumah.
Ketika diberitahu bahwa terjadi peristiwa yang
menimpanya klien melakukakn pengasingan diri di rumah
dan tidak ingin keluar rumah.
Dengan kondisi yang disandangnya membuatnya
Tika menjadi seorang yang tidak percaya diri dan merasa
dirinya tidak mau lagi untuk mengikuti aktifitas seperti
dulu. Tindakan nya untuk mengasingkan diri terlihat dari
beberapa percakapan yang dilakukan baik dengan Tika
maupun dengan informan lainnya.
“Ya itu dia nangis lama-lama akhirnya dia kaya
menyendiri gitu karna dia malu juga kayanya sama
69
orang pas awal-awal tuh dia begitu gak mau keluar
dirumah aja”(Indah 2019)
“Dulu sering ya dia tuh kaya nyesel kenapa
adeknya harus meninggal gitu, jadi dia kaya nyesel
sih kenapa adeknya pergi gitu, dia si pernah
ngomong.” (Indah 2019)
“Padahal itu lagi sendiri, merasa sangat amat
bersalah gitu” (Fajar Kartika 2019)
Kondisi pengasingan yang dilakukan oleh Tika
terlihat dari pernyataan sang ibu dan juga pernyataan Tika
yang ditemukan dari hasil wawancara mengenai kondisi
terpuruk yang pernah dialami.
Dalam wawancara adengan klien peneliti bertanya
mengapa memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah?
dan melalui pertanyaan ini peneliti menemukan kondisi
mengasingkan diri dan juga menutup diri semua kegiatan
yang pernah dilakukan sebelum menjadi penyandang
disabilitas.
“Ya gak mau aja, kayanya gak enak aja tadinya
mah sama anak anak bisa becanda main kemana
mana takutnya nanti gak bisa kaya gitu lagi.
Tadinya mah aku minder, kenapa aku begini
sebelum aku disini, pas aku disini baru padahal
banyak yang lebih dari aku, padahal berarti Allah
sayang sama aku dari diri aku gitu, sangat amat
minder”(Fajar Kartika 2019)
Dengan meletakkan kedua telap tanganya didada
dan menggelngkan kepala dan menyatakan ketidak
inginannya untuk melanjutkan sekolat. Kondisi
kedisabilitasan yang dialaminya sangat membuat Tika
70
merasa minder dengan orang-orang disekitasnya dan pada
akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan aktifitas
seperti biasanya.
Setelah dikonfirmasi dengan sang ibu, bahwa
benar Tika memutuskan untuk berhenti bersekolah karena
kondisi yang tidak lagi memungkinkanya untuk mengikuti
kegiatan disekolah.
“Sekolah juga dari yang kecelakaan cuma sampe
kelas satu SMK dia gak mau ngelanjutin ya
emang gak bisa juga si yak kita liat kondisinya ya
emang begitu, dianya udah ogah aja kalo sekolah
lagi, malu kali ya kalo sekola lagi sama temen-
temen nya..”(Indah 2019)
Mengangkat dagu dan menghelakan nafas sang ibu
mengatakan sang anak sudah tidak lagi mau melanjutkan
sekolahnya, dengan gerak dan pernytaan sang ibu terlihat
adanya kekecewan bahwa sang anak sudah tidak mau
melanjutkan sekolahnya.
Dengan adanya peristiwa dan kondisinya saat ini
membuat Tika menjadi tidak dapat melakukan beberapa
aktifitas yang biasa dilakukan, mengalami keterbatasan
gerak membuatnya tidak percaya diri atau minder
terhadap teman sebaya maupun juga lingkungan,
Selain pengasingan diri yang dialami/ dilakukan,
Tika juga mengelami kondisi tidak percaya terhadap
peristiwa yang dialaminya, Tika merasa kaget terhadap
apa yang terjadi pada dirinya dan merasa mengapa ini
harus terjadi pada dirinya. Seperti ketika wawancara
71
dengan Tika ia mengatakan kaget dengan peristiwa yang
terjadi.
“Syok, karna kan adiku jadi pergi,”(Fajar Kartika
2019)
Dengan peristiwa yang dialami ia meras terkejut
dan ia merasa tidak pernah membayangkan hal ini terjadi
terhadapanya. Pernyataaan diatas merupakan jawaban
Tika ketika ditanya mengenai penyebab menjadi
penyandang disabilitas dengan alis yang sedikit diangkat
dan berhenti berbicara ketika menyatakaan bahwa sang
adik telah pergi. Ketika berbicara “syok” sontak tangan
kanannya langsung memegang dada sambil memejamkan
matanya seolah menunjukkan rasa bersalah.
Selain mewawancarai Tika peneliti juga
melakukan wawancara dengan ayah kandung klient
bahwa benar adanya tahapan Denial yang terjadi pada
Tika.
“Pas dirumah dikasih tau kan kalau adiknya udah
ga ada dan dia nangis, mungkin kaget.”(Endang
Budiman 2019)
Wawancara yang dilakukan oleh sang ibu juga
membuat peneliti menemukan adanya tahapan
penyangkalan yang dilakukan Tika terhadap kepergian
sang adik.
“Dulu sering dia kaya nyesel kenapa adeknya
harus meninggal” (Indah 2019)
Dari peristiwa yang terjadi pada dirinya yang
kemudian membuatnya harus mengalami tahapan
72
Denialyang tidak hanya disebabkan oleh kondisi fisik
yang tidak berfungsi lagi namun ditambah dengan
kepergian sang adik yang menambah pilu serta kedukaan
yang mendalam bagi Tika.
“Jadi ngerasa kenapa saya gitu kenapa bukan adek
aja kalo kaya gini yang bertahan”(Fajar Kartika
2019)
Tika merasa bahwa ia ingin adiknya saja yang
tetap hidup bertahan seperti biasa dan merelakan dirinya
yang pergi untuk menggantikan adiknya, dari pernytaan
diatas juga terlihat adanya kesedihan di wajahnya dengan
mengembuskan nafas dan menundukan sedikit kepalanya.
Dari beberapa hasil wawancara yang dilakukan,
Tika merasa kaget dan merasa hal ini seharusnya terjadi
hanya kepada dirinya saja namun mengapa ini terjadi juga
terhadap adinya dan mengakibatkan sang adik pergi untuk
selamanya, hal inilah yang membuatnya merasa tidak
yakin dan ragu dengan peristiwa ini, bahwa peristiwa ini
sesebnarnya sangat tidak diinginkan terjadi kepada dirinya
bahkan harus membuatnya kehilangan sang adik.
Dalam tahapan ini Tika merasakan tahapan
penyangkalan terhadap sang adik yang pergi untuk
selamanya karena peristiwa kecelakaan. Dalam tahapan
ini Tika lebih merasa berat dengan kepergian sang adik
dan ditambah adanya dengan kondisi yang dialaminya
saat ini.
Tahapan ini dirasakan oleh klien ketika klien
mengetahui kondisi fisiknya yang sudah tidak dapat
73
berfungsi seperti semula, kemudian Tika merasa malu dan
minder terhadap lingkungannya sehingga melakukan
pengasingan diri dari lingkungan dan melakukan
penyangkalan terhadap peristiwa yang terjadi karena
menyebabkan kematian sang adik yang dicinyainya.
Tahapan ini dirasakan ketika Tika proses penyembuhan di
rumah dan selalu didampingi oleh keluarga.
2. Tahapan Marah (Anger)
Seperti diketahui dari beberapa informan
menyatakan bahwa Tika merupakan seseorang yang sabar
sehingga dalam tahapan ini peneliti tidak menemukan
adanya kemarahan yang dijuntukan secara langsung baik
terhadap dirinya, Tuhan, dan orang-orang disekitarnya.
Setelah dilakukan wawancara ditemuakan bahwa
Tika sebenarnaya merasakan tahapan ini namun tidak
ditunjukan kepada orang- orang disekitarnya melainkan
disimpan sendiri didalam dirinya.
Dari hasil temuanyang adaditemukan adanya
tahapan ini yang pernah dirasakan oleh Tika namun
memang tidak ditunjukan secara langsung, namun orang
terdekat nya seperti ibu kandungnya dapat merasakan
adannya kemarahan yang dialami oleh Tika namun tidak
diperlihatkan.
“Ibu sih gak pernah tau itu sih, tika itu orangnya
kan dia gak mau nyusahin orang gitu ya jadi kalo
marah si pasti ya karna kondisinya dia jadi gak
bisa apa-apa juga tapi di gak langsung gitu
misalnya sama ibu si engga sama yang lain si ibu
74
liat juga gak pernah sih, cuma kan kita namanya
orang tua ya rasa pasti adalah kalo marah mah
karna dia jadi susah gitu ngapa-ngapain tapi gak di
liatin gitu ke kita.” (Indah 2019)
Dari pernyataan sang ibu klien pastinya merasakan
marah namun tidak ia tunjukan kepada orang lain, dari
wawancara dengan ayah kandungnya pun menyatakan
bahwa Tika merupakan anak yang sabar. Dengan
kesabaran yang Tika miliki sehingga ia mampu untuk
menahan amaranya dan memendamnya hanya untuk
dirinya sendiri.
Selain temuan dari sang ibu, temuan juga
didapatkan dari sang ayah yang menyatakan bahwa Tika
merupakan anak sabar sehingga mampu menutupi
kemarahanya dan hanya dirasakannya seorang diri, sang
ayah jelas mengatakan tidak pernah Tika melakukan
kemarahan terhadap dirinya atau orang lain ini didapat
ketika penulis menanyakan apakah ketika menjadi
seorang disabilitas Tikapernah meluapkan amarahnya
baik terhadap bapak atau orang-orang yang ada
disekitarnya.
“Engga si dia mah orangnya kayanya dipendem
sendiri biar dia aja yang ngerasain gitu”.(Endang
Budiman 2019)
“Orangnya juga sabar si dia kuat gitu santai aja dia
mah mau begimana juga dia mah jalanin aja nih
kaya begini terima dan jalanin aja”.(Endang
Budiman 2019)
Dari peryataan seorang ayah, bahwa memang Tika
seorang yang sabar sehingga ia tidak melakukan
75
kemarahan terhadap orang lain, sang ayah juga tidak
merasakan adanya kemarahan yang dilakukan oleh Tika,
namun dari pernyataan diatas bahwa sebenarnya sang
ayah seudah mengetahiu bahwa kemarah tidak mungkin
dilakukan oleh Tika dan mungkin dipendam sendiri oleh
sang anak.
“Tika itu penyabar dia gak pernah marah-marah,
dia baik , gak pernah ngeluh sih sama
saya.”(M.Faqih 2019)
Temuan dari suami Tika menyatakan bahwa Tika
memang seorang yang penyabar, terlihat dari pernytaaan
sang ayah dan ibunya yang menyatakan Tika adalah
seorang penyabar divalidari dengan pernyataan sang
suami bahwa sampai saat ini Tika memang seorang yang
penyabar.
Ketika berada di Loka Bina Karya Jagakarsa
peneliti juga menanyakan pertanyaan yang sama terhadap
ibu Yuliah mengenai kemarahan yang pernah diluapkan
oleh Tika selama berada di LBK Jagakarsa.
“Baik baik aja sih selama saya disini dia mah gak
gimana-gimana orangnya, emosinya juga stabil ya
kaya normal aja lah gitu”(Yuliah 2019)
Selain dari orang tua Tika, menurut ibu
YuliahTika juga merupakan anak baik emosinya stabil
tidak pernah ada masalah ketika berada di Loka Bina
Karya Jagakarsa. dengan emosinya yang stabil
membuatnya mampu menyimpan rasa maranya untuk
76
dirinya sendiri dan tidak pernah ditunjukan kepada orang
lain.
Dari temuan yang didapat dari informan, peneliti
tidak menemukan adanya kemarahan yang diluapkan oleh
Tika terghadap orang lain, namun peneliti menemukan
adanya sifat sabar yang menurut beberapa informan
merupakan sifat yang membuat Tika tidak
memperlihatkan kemarahanya terhadap oranglain.
Dalam tahapan ini peneliti juga menanyakan
pertanyaan yang sama terhadap informan yang ada di
Loka Bina Karya untuk mengetahui apakah yang ditemui
dari orang tua Tika mengenai sifat sabar yang dimiliki
sang anak sama dengan sifatnya kertika berada diLoka
Bina Karya Jagakarsa.
3. Tahapan Menawar (Bargaining)
Dalam tahapan ini klien mengalami tahapan
menawar kepada diri sendiri dan juga Tuhan terhadap
kejadian/peristiwa yang terjadi dalam hidupnya yaitu
kecelakaan yang mengakibatkan dirinya menjadi seorang
disabilitas dan merenggut nyawa adik kandung
klien.Kondisi ini diperkuat dari wawancara dengan ibu
kandung klien bahwa klien benar pernah mengalami
tahapan ini
“Kenapa gak aku aja ya bu kenapa harus adek
yang meninggal kenapa gak tika aja gitu, tapi si itu
dulu begitu dulu.”(Indah 2019)
Dari sang ibu, ditemukan adanya tawar-menawar
yang dilakukan oleh Tika kepada Tuhan, berkali- kali
77
Tika mengatakan kepada ibunya mengapa hal ini terjadi
kepadanya dan mengapa adiknya yang pergi
meninggalkannya dan bukan Tika saja yang pergi, hal ini
diketahui bahwa Tika merasa sangat bersalah terhadap
kepergian sang adik sehingga Tika sering bertanya kepada
sang ibu mengapa ini terjadi terhadapnya.
Selain orang tua kandung peneliti juga melakukan
wawancara dengan seorang pekerja sosial di Loka Bina
Karya Jagakarsa, dari hasil wawancara yang dilakukan
pekerja sosial membenarkan bahwa Tika memang
mengalami rasa bersalah terhadap dirinya atas kepergian
adiknya dan selalu bertanya mengapa ini terjadi terhadap
dirinya dan mengapa tidak dia yang pergi.
“Drop nya itu dia doble karna adiknya meninggal
dianya begitu, jadi kayanya menyesalnya itu
kenapa harus adiknya gitu kayanya sih”(Dara
2019)
Menurut ibu Dara sebagai seorang peksos Tika
pernah melakukan tawar menawar terhadap Tuhan atas
peristiwa yang terjadi terhadap dirinya, hal tersebut
dilakukannya karena kepergian sang adik yang sangat
disayanginya.
“Jadi ngerasa kenapa saya gitu kenapa bukan adek
aja kalo kaya gini yang bertahan, rasa bersalah itu
waktu itu yang buat tika bertanya-tanya gitu
kenapa gak tika aja gitu yang pergi kenapa harus
adek.”(Fajar Kartika 2019)
Tika menginginkan peristiwa ini hanya terjadi
kepada dirinya saja dan tidak terhadap sang adik, dari
78
pernytaan ini penulis memasukan nya kedalam dua
tahapan yaitu penyangkalan dan tawar menawar.
Tahapan ini dirasakan oleh Tika terhadap Tuhan ,
Tika bertanya-tanya dan berharap dirinya saja yang
mengalami kematian dan biarkan sang adik hidup seperti
biasa, hal ini terjadi karena adanya rasa bersalah yang
amat besar terhadap dirinya sehingga menginginkan hal-
hal tidak mungkin terjadi lagi.
Dalam tahap ini yang dirasakan klien adalah rasa
bersalah terhadap diri sendiri dan merasa bahwa dirinya
yang menjadi penyebab kematian adiknya dan juga
penyebab dari kondisi yang dialaminya saat ini, rasa
bersalah itu kemudian menjadi harapan agar kondisi ini di
tukar atau dirubah menjadi Tika yang meninggal dan
adiknya tetap hidup seperti sebelumnya.
Dari tahapan ini jelas terlihat bahwa Tika
mengalami kedukaan bukan hanya karena kondisi fisiknya
saja tetapi ditambah dengan kepergian sang adik yang
meninggal akibat peristiwa kecelakaan tersebut, ketika
harus mengalami kedukaan lebih dari satu sehingga Tika
pernah melakukan tawar- menawar dengan Tuhan untuk
mengembalikan adiknya dan membiarkan dirinya pergi
untuk selamanya.
Tahapan ini di alami oleh Tika ketika ia
mengetahui bahwa adiknya sudah meninggalkan nya
untuk selamanya setelah tahapan penyangkalan atau
pengasingan diri yang pernah ia lakukan sebelumnya,
79
tahapan ini dirasakan ketika Tika sedang sendiri atau
ketika sedang berhadapan dengan Tuhan (ketika
melaksanakan Ibadah). Dari tawar-menawarnya dengan
Tuhan terlihat juga bahwa Tika selalu melibatkan Tuhan
dalam setiap kehidupanya, ketika Tika melakukan tawar-
menawar dengan Tuhan Tika meyakini adanya Tuhan dan
mengeti bahwa Tuhanlah yang berhak menentukan hidup
seseorang.
Tahapan tawar- menawar yang dialami oleh Tika
dirasakan ketika ia mengetahuin peristiwa yang telah
terjadi terhadap dirinya dan sang adik, sehingga timbul
harapan untuk dapat mengembalikan sang adik, tahap ini
dirasakan ketika Tika dalam masa perawatan di rumah.
4. Tahapan Depresi ( Depression)
Dalam tahap ini peneliti menemukan adanya
kondisi yang sangat terpuruk dari klien ketika menjadi
seorang penyandang disabilitas, klien sempat ingin
melalukan bunuh diri dengan memotong urat nadi di
bagian tangan kirinya menggunakan kater namun pada
akhirnya dapat dicegah oleh keluarga.
“Aku pernah pengen nyusul ade aku, rasa bersalah
aku besar banget dosa banget gitu, merasa sangat
amat bersalah gitu , aku sampe ngomong aku ini
seorang pembunuh, aku terakhir jadi pembunuh
gitu.” (Fajar Kartika 2019)
Dengan tatapan yang tajam dan sedikit
mengangkat alisnya terlihat adanya kemarahan dan
penyesalan yang dalami oleh Tika, dari pernyataan diatas
80
terlihat Tika merasa bahwa apa yang ia alami adalah
takdir yang diberikan oleh Allah SWT, beberapa kali ia
merasa ada yang memberitahunya untuk tetap sabar, dan
ikhlas, jelasa dari pernyataan ini bahwa Tika merupaka
seseorang yang sudah memiliki keimanan yang cukup
yang berasal dari keluarga yang selam ini
mendampinginya.
Tahapan depresi ini dibenarkan oleh keluarga dari
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
bahwabahwa klien pernah ingin melakukan bunuh diri
menggunakan kater dalam kondisi sangat depresi.
Saat akan melalukan mencoba untuk bunuh diri
klien dalam kondisi yang sangat terpuruk diketahui dari
beberapa informa ketika itu klien sedang berada di rumah
seorang iri dan beberapa hari sebelumnya klien memang
lebih banyak menghabiskan waktu sediri dirumah dengan
mengasingkan dirinya.
”Dulu sih pernah ya namanya mau bunuh diri ,ibu
gak tau tuh kenapa jadi begitu, pake ini mba keter
mau disayat ke tanganya untungnya ada sodara tuh
ngeliat yaudah langsung aja diambil tuh katernya,
dia nangis disitu kayanya bener-bener merasa
bersalah kali yak karna kan adeknya meninggal
waktu diboncengin dia itu berdua naik
motor.”(Indah 2019)
“Dulu si katanya pernah dia nih mau nyusul
adeknya katanya cuma kagak jadi ketauan”
(Endang Budiman 2019)
Peristiwa ini juga dibenarkan oleh pekerja sosial
yang bertugas di Loka Bina Karya Jagakarsa, peksos
81
mendapatkan informasi/ data mengenai klien melalui
home visit ke rumah keluarga klien dan juga didapatkan
langsung dari hasil wawancara dengan klien.
“Dia pernah mau bunuh diri, tapi gak jadi karena
ketahuan sama sodaranya, kayanya itu bener bener
depresi itu dia, makanya sampe mau bunuh diri
kan, kondisini udah parah si waktu itu.”(Dara
2019)
“Dropnya double dia, karena kecelakaan dia jadi
begitu ditambah dia merasa bersalah karena adek
nya itu kan meninggal akibat kecelakaan itu.”
(Dara 2019)
Penyebab kedisabilitasan yang di alami oleh klien
bermula dari kecelakaan yang membuatnya menjadi
seorang penyandang disabilitas dan membuat adik
kandung klien meninggal dunia karena kecelakan tersebut
sehingga menambah duka yang mendalam bagi klien.
”Kecelakaan saya bawa motor, motornya motor
mio baru banget keluar yaelah... udah… baru bisa
jalan ke jalan raya. hebat ya tika Niatnya mau
nyenengin adek, kan sama adek perginya eh dia
mah udah, udah pulang, pulang ke surga
sekarang.”(Fajar Kartika 2019)
Kejadian yang dialami oleh klien membuatnya
sangat sedih dan menganggap bahwa dirinya sudah tidak
lagi berguna untuk dirinya maupun keluarganya. Dalam
tahapan ini ditemukan bahwa kedukaan yang dialami oleh
Tika tidak hanya karena kondisi fisiknya yang sudah tidak
berfungsi lagi namun ditambah dengan kepergian adiknya
kesayanganya yang membuatnya tambah terpuruk dan
mengalami kedukaan yang cukup berat.
82
Dalam tahapan ini peneliti menemukan adanya
tahapan depresi yang dialami oleh Tika dari semua
informan yang peneliti wawancarai, informan menyatakan
bahwa Tika benar dan pernah ingin melakukan bunuh diri
akibat dari kondisi fisiknya yang sudah tidak lagi
berfungsi dan juga ditambah dengan kepergian sang adik
yang disayanginya yang membuatnya semakin merasa
bersalah hingga ingin mencoba untuk bunuh diri agar
dapat menghilangkan rasa yang ada dan agar dapat
bertemu kembali dengan adik tercintanya.
Tahapan ini rasakan oleh Tika ketika masa
perawatan di rumah yakni ketika ia sudah pulang dari
rumah sakit, pada saat berada dirumah Tika selalu
menanyakan keberadaan sang adik yang selama ini sudah
lama tidak ia lihat dan pada akhirnya keluarga
memberitahu yang sebenarnya kepada Tika bahwa adinya
sudah tidak ada akibat kecelakaan bersamanya. Dari
kejadian tersebut Tika selalu menangis, mengurung diri
dan pada akirnya ia melakukan bunuh diri.
5. Tahapan Menerima (Acceptance)
Dibawah ini adalah temuan yang dapat menggaris
bawahi adanya tahapan menerima yang telah dilalui oleh
Tika :
Klien merasa bahwa apa yang ia alami adalah
takdir yang diberikan Allah SWT untuk dia dan sekarang
klien hanya menjalankan yang sudah ditakdirkan oleh
Allah SWT.
83
“Emang takdir ya udah jalanin aja, Alhamdulillah
sekarang aku udah punya anak punya suami juga
udah alhamdulillah, allahuakbar luar biasa dah gak
nyangka juga, semoga aja dan nanti dedek lahir
normal sehat gitu”(Fajar Kartika 2019)
Selain temuan yang didapat dari informan, peneliti
juga menemukan adanya penerimaan yang terlihat dari
pernyataan teman terdekat tika di LBK.
“Kiki sholat, nanti sama patur sama tika, kalo
disini yang laen mah pada kadang sholat kadang
engga gitu, tapi kalo kiki sholat terus sama fatur
sama tika. (Kiki 2019)
Kiki merupakan teman yang cukup dekat dengan
Tika di Loka Bina Karya, dari temuan peneliti bahwa Tika
ini merupakan anak yang rajin sholat. Di Loka Bina Karya
terdapat satu ruanganya yang berfungsinya untuk
menunaikan ibadah sholat para staf maupun Warga
Binaan Sosial, disini lah tempat Tika dan teman- teman
lainnya melakukan Sholat.
“Tika, dia percaya takdir anaknya, dia sama
adeknya yang cowo agamanya bagus, azan
langsung sholat, ada pengajian ikut” (Endang
Budiman 2019)
Dari ayah kandung Tika mengutarakan bahwa
anaknya merupakan anak yang taat Agama dan juga Tika
terlahir dari keluarga yang taat akan Agama.
“Tapi ada sodara tika akhirnya dia bilang kalau
orang meninggal karna bunuh diri bukan karna
kecelakaan atau apa gak akan diterima di surga
sama Allah” (Fajar Kartika 2019)
84
Ini merupakan salah satu dukungan yang
dilakukan oleh keluarga Tika dalam mendampingi Tika
ketika ingin melakukan tindakan bunuh diri,
memberitahukan bahwa tindakan yang akan dilakukan
Tika merupakan tindakkan yang tidak disukai Allah SWT.
“Perasaannya campur aduk, Pernah terpuruk tapi
balik lagi kaya ada yang ngomong dalam hati itu
mah takdir Allah gak tau siapa yang ngomong ada
aja dalam hati gitu”(Fajar Kartika 2019)
Pernyataan diatas juga menunjukan penerimaan
yang secara tidak langsung dirasakan, dalam hati selalu
merasa apa yang dilakukan tidak baik akan selalu teringat
lagi bahwa ini semua takdir yang sudah diberikan.
Dari beberapa hasil wawancara dengan informan
menjadi seorang penyandang disabilitas tidak
menghalangi Tika untuk tetep melakukan kewajiban
sebagai umat muslim untuk menunaikan ibadah sholat
lima waktu dan kewajiban- kewajibanya sebagai seorang
muslim.
Dalam tahapan ini peneliti menanyakan
pertanyaan yang menjadi pertanyaan yang memperkuat
temuan peneliti dalam tahapan ini, peneliti bertanya
“ketika sholat kemudian berdoa kepada Allah
SWT doa apa yang sering di utarakan klien ketika sehabis
sholat?” Dari pertanyaan ini peneliti menemukan jawaban
yang menjadi hasil temuan yang dibutuhkan oleh peneliti,
ini adalah jawaban dari pertanyaan diatas :
85
“Ya sekarang mah tika cuma minta sehat aja, yang
penting mah kan dedek nih semoga sehat selalu
nanti lahirnya lancar normal jangan kaya ayanya
jangan kaya mamahnya gitu si, tika mah udah
Alhamdulillah Hirobilalamin udah dikasih sehat
sampat saat ini.”(Fajar Kartika 2019)
Temuan peneliti ini diperkuat dari hasil
wawancara dengan orang-orang yang berada disekeliling
klien yang melihat kondisi klien saat ini dan memperkuat
adanya tahapan menerima Tika.
“Kalo dia mah udah mandiri, kalo tikah dia kalo
disuruh makan ya makan Sholat ya Sholat kerja ya
kerja.”(Dian 2019)
Ibu dian adalah juru masak yang ada di Loka Bina
Karya dan sering melakukan komunikasi dengan klien.
“Dia mah udah mandiri sebenernya kan udah bisa
semuanya makan apa semuanya dia mah sendiri
sama kaya yang lain aja gitu.”(Yuliah 2019)
“Sudah mandiri kalo tika si, paling kan suka lupa
gitu kalo ngomong ya mungkin akibat kecelakaan
itu si, gak pernah macem-macem juga disini, baik-
baik aja dia.”(Gusmeli 2019)
Kondisi yang dialaminya pada tahap ini di perkuat
lagi dengan temuan dari suami Tika.
“Sekarang sih dia senang kan sekarang
mengandung lima bulan, ya sekarang lagi
hamil.Dia dulunya kan gak kaya gini kalo
sekarang dia mah bilangnya jalanin aja, emang
udah takdir kalo kata tika mah.”(M.Faqih 2019)
Tahapan menerima ini dirasakan ketika Tika sudah
melalui tahapan penyangkalan/ pengasingan diri, marah
yang tidak diperlihatkan, tawar menwar dengan Tuhan
86
dan Depresi yang berat yang dialaminya, dari beberapa
tahap tersebut Tika kemudian mengalami tahapan akhir
yang membuatnya dapat bertahan hidup sampai saat ini.
Dalam beberapa tahapan diatas Tika selalu didampingi
oleh keluarga yang selalu mendukung dan mendampingi
Tika hingga tahap menerima ini.
“Emang takdir ya udah jalanin aja” (Fajar Kartika
2019)
Ketika menjadi seorang penyandang disabilitas
Tika mengisi waktunya untuk membantu tantenya
menjaga warung kecil, karena sudah tidak sekolah Tika
menggunakan waktunya untuk membantu tantenya
menjaga warung agar memiliki kegiatan seperti yang
lainnya, seat menjaga warung bertemu dengan salah satu
warga binaan LBK Jagarasa yaitu Mustafa melihat
kondisi fisik Tika kemudian ia mengajak Tika untuk ikut
pelatihan di LBK Jagakarsa.
“Terus ada anak sini belanja ya jajan lah liat
kondisi aku begini langsung laporan ama nenek
laporin sama mama terus anterin dong dimana si
tempat lbk.” (Fajar Kartika 2019)
Ketika diberitahu mengenai keberadaan Loka Bina
Karya dari salah satu warga binaanya yaitu Mustofa Tika
langsung meminta untuk diantarkan ke LBK Jagakarsa
untuk mengikuti kegiatan disana, dengan wajah yang
tersenyum ketika menceritakan awal mengetahui adanya
LBK Jagakarsa terlihat adanya kebahagiaan yangn
87
dirasakan Tika ketika mengetahui ada tempat untuk
orang-orang sepertinya.
Tahapan penerimaan ini sudah dirasakan Tika
sebelum menjadi warga binaan sosial Loka Bina Karya
Jagakarsa, tahapan ini dirasakan ketika sudah melewati
beberapa tahapan sebelumnya yang kemudian Tika
merasa bahwa ini semua adalah takdir yang sudah Allah
berikan dan merasa pasrah terhadap apa yang sudah
terjadi.
“Disini tuh tika ngerasa Alhamdulillah banget
ngeliat yang lain-lain disini yang lebih parah dari
Tika gitu, ngerasa gimana gitu bersyukur banget,
karna kan Allah pasti kasih ujian yang sesuai
kemampuannya gitu” (Fajar Kartika 2019)
Ketika ditanya bagaimana perasaan Tika setelah
menjadi warga binaan Loka Bina Karya Jagakarsa? dia
menjawab seperti di atas, dengan mengusap dada dan
menundukkan kepalanya sediki dia merasa sangat
bersyukur dengan kondisinya saat ini. Dengan pernyataan
dan gerak tubuh yang ditunjukkan bahwa berada di Loka
Bina Karya Jaagakarsa membuatnya lebih dapat
menerima dengan ikhlas kondisinya saat ini.
88
BAB V
PEMBAHASAN
A. Lima Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross
Penelitian ini merupakan salah satu penelitian
studi kasus yang hanya melibatkan satu orang sebagai
informan utama di dalam penelitian ini, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dimana
peneliti menggalih data secara mendalam melalui
wawancara mendalam dan pengumpulan dokumen.
Sebagai penelitian studi kasus, peneliti menggali data
secara dalam terhadap objek/informan utama untuk
mendapatkan data yang valid/benar. Sesuai dengan tujuan
dari penelitian ini yaitu mengetahui/menjelaskan lima
tahapan kedukaan Elizabeth Kubler Ross Terhadap
Kematian Adik Studi Kasus Yang Dialami Oleh Fajar
Kartika Seorang Penyandang Tunadaksa Diloka Bina
Karya Jagakarsa.Lima tahapan Kubler Ross ini
merupakan lima tahapan kedukaan yang dialmi oleh
orang-orang yang memiliki penyakit yang mematikan,
penelitian ini telah dilakukan oleh Elizabetht Kubler Ross
pada tahun 1998 dan melibatkan ratusan pasien kronis di
rumah sakit.
Berbeda dengan penlitian yang dilakukan oleh
Elizabeth Kubler Ross, dalam penelitian ini peneliti
melibatkan seorang perempuan penyandang Tunadaksa
yaitu Fajar Kartika sebagai objek informan/utama dalam
89
penelitian ini, dimana dalam penelitian ini peneliti ingin
memberikan pandangan yang berbeda terhadap lima
tahapan kedukaaan Elizabeth Kubler Ross yang selama ini
membahas mengenai kedukaan yang dialami oleh pasien-
pasien yang memiliki penyakit kronis/mematikan.
Dijelaskan juga dalam buku On Death and Dying dalam
versi bahasa indonesia yang diterbitkan oleh PT.Gramedia
Pustaka utama, bahwa tahapan ini tidak hanya bisa
digunakan untuk pasien kronis saja tetapi juga dapat
digunakan untuk orang-orang yag memiliki kedukaan
yang mendalam seperti, patah hati, ditinggal kan oleh
orang yang disayang, kehilangan barang yang disayang
atau mengalami hal-hal yang terberat dalam hidup.
Seperti dijelaskan dalam bab 2 tahapan kedukaan
ini memiliki lima tahapan yaitu penyangkalan,
kemarahan, menawar, depresi dan yang terkhir adalam
tahapan menerima, didalam penelitian ini penulis
menemukan adanya 4 tahapan yang telah dilalui oleh Tika
yaitu tahapan penyangkalan, menawar, depresi, dan
menerima. Data-data yang ditemukan oleh peneliti
didapat dari orang-orang terdekat dan yang terlibat dalam
tahapan yang dialami oleh Tika dengan menggunakan
teknik pemilihan informan Purposive Sampling yaitu
dalami pemilihannya mengutamakan orang-orang terdekat
yang paham mengenai Tika. Subjek dalam penelitian ini
yaitu orang tua kandung dan suami Tika yang menjadi
orang terdekat sekaligus orang yang mengetahui peristiwa
90
yang dialami Tika dan berada disamping Tika ketika
mengalami tahapan-tahapan kedukaan tersebut, subjek
lainnya yaitu staf yang bekerja di tempat penelitian di
Loka Bina Karya Jagakarsa.
Fajar Kartika yang sering disebut dengan
panggilan Tika merupakan seorang penyandang tunadaksa
berusia 29 tahun dengan ciri-ciri seperti yang terdapat
dalam bab 2 halaman 33 hingga 41 yang menunjukan
Tika merupakan seorang penyandang tunadaksa, tika
mengalami kedisabilitasan sejak umur 17 pada saat duduk
dibangku kelas 1 SMK.
Kedisabilitas yang disandangnya disebabkan oleh
kecelakan yang terjadi pada tahun 2006, kecelakaan
tersebut membuaatnya kehilangan sang adik dan
menjadikanya seorang penyandang disabilitas.
Kecelakaan tersebut menjadi kedukaan yang pernah
dialmi oleh Tika, dari kejadian tersebut peneliti
melakukan penelitian terhadap kedukaan yang dialaminya
dari kecelakaan tahun 2006 hingga saat ini tahun 2019.
Saat ini Tika sudah resmi menjadi istri sejak tahun
2017, ia resmi dinikahi oleh M.Faqih seorang penyandang
tuna rungu wicara berusia 51 tahun dan telah dianugrahi
calon anak yang ada didalam kandungan Tika berusia 5
bulan, Tika dan suami tingga di salah satu rumah sang
ayah Endang Budiman di gang bakso jagakarsa Jakarta
Selatan.
91
Berikut ini adalah data yang telah dianalisis oleh
peneliti dan dikelompokkan berdasarkan urutan tahapan
yang dialami oleh Fajar Kartika :
1. Tahapan penyangkalan dan Pengasingan Diri (Denial
and Isolation)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth
Kubler Ross tahapan ini merupakan tahapan yang
pertama yang dialami oleh pasien yang memiliki
penyakit yang mematikan atau memiliki penyakit
kronis, tahapan ini merupakan tahapan yang sering
terjadi terhadap pasien kronis dan hampir disemua
pasien yang menjadi penelitianya mengalami tahapan
ini, berdasarkan penjelasan lengkap dalam bab dua
kajian teori bagian tahapan pertama yaitu
penyangkalan penyangkalan dan pengasingan diri,
peneliti sedikit membahas kembali mengenai tahapan
penyangkalan yaitu tahapan penolakan yang dirasakan
oleh setiap orang yang mengalami kedukaan, kondisi
yang dialaminya membuat seseorang menjadi
menolak dan tidak mempercayai adanya hal buruk
yang terjadi pada dirinya, orang ini tidak yakin dengan
hal yang terjadi terhadap dirinya karena merasa
dirinya baik-baik saja dan hal ini tidak mungkin
terjadi terhadapnya.
Tahapan ini merupakan tahapan awal yang
mengagetkan untuk setiap orang yang mengalami hal
buruk dalam hidupnya, karena sebelum ini terjadi
92
dirinya baik-baik saja dan merasa tidak ada yang salah
terhadap dirinya sehingga ketika di vonis atau
dinyatakan oleh seseorang/dokter bahwa ia memiliki
penyakit yang mematikan ia akan merasa ini tidak
benar, ini salah dan ini tidak mungkin terjadi terhadap
dirinya bahkan terkadang seseorang yang mengalami
tahapan ini akan meminta untuk dicek lagi atau di
periksa ulang karena rasa ketidak percayaan orang
yang mengalami kedukaan ini.
Berdasarkan historical dalam bab 4 halaman
65menggambakan mengenai peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan Tika mulai dari tahun 2006
mengalami kecelakaan hingga tahun 2019. Pada tahun
1989 Tika terlahir normal sebagai manusia pada
umumnya hingga tahun 2006 Tika mengalami
kecelakan yang merubah hidupnya, setelah kecelakaan
yang membuat duka mendalam bagi Tika pada tahun
yang sama hingga berlangsung setengah tahun tahapan
penyangkalan dan pengasingan diri dirasakan oleh
Tika, pada saat itu berlangsung ia berusia 17 tahun
dimana masa remaja nya harus dilewati dengan
kedukaan yang berat dalam hidupnya.
93
Sesuai dengan temuan peneliti didalam bab empat,
ditemukan adanya tahapan penyangkalan dan
pengasingan diri yang dilakukan oleh Tika,
penyangkalan yang dilakukan terjadi ketika ia
mengetahui peristiwa yang dialaminya dan juga
kepergian sang adai dalam tahap ini Tika merasa syok
dan merasa hal ini tidak mungkin terjadi karena
sebelumnya ia merasa akan baik-baik saja.
Tahapan ini pernah membuatnya mengurung diri
atau pengasingan diri dari lingkunga, ia merasa malu
dan tidak percaya diri terhadap orang lain. dalam
tahap ini Tika juga melakukan penolakan terhadap
peristiwa yang ia alami, ia tidak percaya bahwa hal
ini terjadi terhadap dirinya dan membuat sang adik
pergi untuk selamanya.
94
Tahapan ini dirasakan Tika pada tahun 2006 pada
saat usianya 17 tahun dan berlangsung selama kurang
lebih 7 bulan, dengan rasa bersalah yang besar atas
kepergian sang adik dan juga kondisi kedisabilitasn
yang dialaminya membuat Tika melakukkan
penyangkalan dan pengasingan diri terhadap kedukaan
yang dialaminya.
2. Tahapan Marah (Anger)
Berdasarkan penjelasan dalam bab dua halaman 23
sampai 24 bahwa tahapan marah merupakan tahapan
lanjutan dari tahapan penyangkalan, bahwa dalam
tahapan penyangkalan ini penderita tidak yakin
dengan vonis yang diberikan, dengan adanya
pembuktian, tes ulang, pemeriksaan ulang pada
akhirnya membenarkan hal tersebut dan yakin dengan
vonis yang diberikan dan membenarkan hal tersebut
terjadi terhadap dirinya dengan pembuktian yang telah
diberikan. Dengan membenarkan hal tersebut terjadi
pada dirinya kemudian rasa marah/kemarahan muncul
dan membuat dirinya merasa ini tidak adil dan
menyalahkan orang-orang disekitar dan lingkungan.
Didalam buku On Death and Dying menjelaskan
mengenai hal-hal atau penyebab yang membuat pasien
merasa marah dan meluapkan amarahnya terhadap
orang-orang yang ada disekitarnya, didalam
percakapan yang terjadi antara pasien dengan perawat
bahwa adanya kecekcokan yang terjadi hampir setiap
95
hari antara pasien dengan perawat, setelah ditelusuri
bahwa adanya keinginan pasien yang tidak di berikan
atau tidak diijinkan oleh perawat, keinginan pasien
untuk bisa keluar dari ruang perawatan untuk
menikmati udara segar diluar yang akan membuatnya
menjadi tenang namun tidak di ijinkan oleh perawat
dikarenakan kondisi dan peraturan rumah sakit, dari
penelusuran ini pada akhirnya adanya diskusi yang
dilakukan oleh dokter, perawat, keluarga pasien, dan
pendeta kemudian akhirya pasien dibolehkan keluar
ruang perawatan dengan ketentuan-ketentuan dan
akhirnya membuat percekcokan atau kemarahan yang
dirasakan pasien berkurang disetiap harinya.
Tahapan ini merupakan lanjutan dari tahap
pertama, setelah di mempercayai bahawa peristiwa
tersebut terjadi terhadap dirinya timbul lah perasaan
marah baik terhadapa diri sendiri, Tuhan, atau orang-
orang yang berada disekitarnya.
Dalam tahapan ini peneliti tidak menemukan
adanya tahapan marah/kemarahan secara langsung
yang dialami oleh Tika, namun dari hasil analisis yang
sudadah dilakukkan oleh peneliti menunjukkan bahwa
adanya tahapan marah yang dialami oleh Tika namun
tidak diperlihatkan secara langsung. berdasarkan hasil
wawancara dengan orang tua kandung, suami dan
orang-orang terdekat Tika di Loka Bina Karya
Jagakarsa menunjukan adanya tahapan ini namun
96
memang tidak diperlihatkan secara langsung terhadap
orang-orang yang ada disekitarnya.
Terlihat dari hasil wawancara yang peneliti
lakukan adanya pernyataan ibu kandung Tika bahwa
anaknya tidak pernah meluapkan amarahnya terhadap
ibunya atas kedukaan nya menjadi seorang
penyandang Disabilitas.
”Ibu sih gak pernah tau itu sih, tika itu
orangnya kan dia gak mau nyusahin orang gitu
ya jadi kalo marah si pasti ya karna kondisinya
dia jadi gak bisa apa-apa juga tapi di gak
langsung gitu misalnya sama ibu si engga
sama yang lain si ibu liat juga gak pernah sih,
cuma kan kita namanya orang tua ya rasa pasti
adalah kalo marah mah karna dia jadi susah
gitu ngapa-ngapain tapi gak di liatin gitu ke
kita”.(Indah 2019)
Dari hasil analisis yang peneliti temukan Tika
merupakan seorang yang sabar, tidak mudah marah,
dan dapat menyimpan rasa marah dan kekesalanya
untuk dirinya sendiri sehingga tidak diutarakan oleh
orang-orang disekitarnya.
Dari data dan observasi yang didapat dalam
bab 4 peneliti menyimpulkan adanya kemaraha yang
dirasakan Tika namun tidak diperlihatkan terhadap
orang-orang disekitanya, dari pernyataan sang ibu dan
97
temuan peneliti dari hasil wawancara dengan Tika
bahwa tahapan ini pernah dilaluinya.
Berdasarkan Historical Line pada bulan-bulan
terakhir tahun 2006 hingga tahun 2007 ia harus
melewati tahapan marah selama kurang lebih 3 bulan,
berdasarkan data dalam bab 4 bahwa tidak ada
pernyataan yang menunjukan adanya kemarahan yang
dilakukan oleh Tika tetapi dari hasil observasi yang
dilakukan tahapan itu ada namun tidak diperlihatkan
kepada orang lain.
3. Tahapan Menawar (Bargaining)
Tahapan menawar dalam lima tahapan kedukaan
Elizabeth Kubler Ross merupakan sebuah harapan
yang dibuat atau dimiliki oleh seseorang yang
mengalami kedukaan, harapan ini muncul ketika
seseorang sudah meyakini bahwa dirinya mengalami
suatu peristiwa yang sebelumnya tidak pernah
98
diinginkan. Harapan yang dimaksud adalah suatu hal
yang ingin dicapai sebelum waktunya habis di dunia,
harapan ini biasanya akan di utarakan kepada orang-
orang yang berada disekitarnya.
Tahapan menawar ini adalah tahapan menunda
kematian yang dilakukan seseorang yang mengalami
kedukaan untukmenunda kematiaan sampai harapan
yang ia inginkan tercapai, biasanya seseorang yang
mengalami kedukaan akan melakukan tawar-menawar
dengan Tuhan atau dengan orang-orang yang berada
di sekitarnya.
Seseorang yang berada dalam kedukaan atau
memiliki penyakit yang mematikan biasanya memili
harapan untuk dapat hidup lebih lama dari vonis yang
sudah ditentukan oleh dokter, harapan ini biasanya
langsung diutarakan kepada orang-orang yang
menurutnya dapat membantunya untuk bisa
melakukan hal-hal yang ia ingin lakukan sebelum
hidupnya berakhir. Penjelasan diatas didapat
berdasarkan kajian teori yang ada di dalam bab 2
halaman 25 sampai 27.
Dalam tahapan ini Tika melakukan tawar menawar
terhadap Tuhan untuk mengembalikan sang adik dan
merelakan dirinya yang pergi untuk selamnya, tahapan
ini dilakukan oleh Tika ketika melaksanakan Ibadah
Sholat berulang-ulang keinginanya selalu diutarakan
kepada Allah SWT. Keinginan atau harapan yang
99
diinginkan Tika didasari dari rasa bersalahnya
terhadap kepergian sang adik, Tika merasa menjadi
penyebab kepergian sang adik, hal ini tidak hanya di
ungkapkan kepada Tuhan tetapi juga diutarakan
kepada orang-orang yang ada disekitarnya dan selalu
bertanya-tanya mengapa hal ini harus terjadi terhadap
nya dan mengapa harus sang adik yang pergi untuk
selamanya.
Tahapan ini dirasakan oleh Tikadikarenakan tidak
hanya karena kondisi fisiknya yang sudah tidak lagi
berfungsi dengan baik namun ditambah dengan
kepergian sang adik yang membutnya merasa sangat
bersalah dan menginginkan sang adik untuk kembali
lagi. Tahapan tawar-menawar ini dirasakan Tika pada
awal tahun 2007 dan berlangsung kurang lebih tiga
bulan untuk dapat melewati tahapan ini, pada tahapan
ini Tika berusia 18 tahun.
100
4. Tahapan Depresi ( Depression)
Didalam buku On Death and Dayingdijelaskan
bahwa tahapan depresi merupakan tahapan yang
paling sulit untuk dilalui seseorang, tahapan ini
merupakan gabungan dari semua rasa yang buruk
yang dialami rasa sedih, takut, kecewa, marah, putus
asa, cemas dan lain-lain biasanya dirasakan oleh
seseorang yang berada dalam tahapan ini.
Seseorang yang berada ditahap ini biasanya
menghabiskan waktunya untuk menangis dan
menyendiri untuk meratapi hidupnya, dalam tahapan
ini juga seseorang yang mengalami kedukaan tidak
lagi membutuhkan nasehat dari oraang lain, ia hanya
membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri.
Tahap depresi ini merupakan tahapan merupakan
tahapan yang cukup sulit untuk dilewatkan seseorang
yang mengalami kedukaan, rasa sedih, bersalah, malu,
takut membuat seseorang dalam tahap ini sulit untuk
dapat menerima atau melewati tahapan ini. Beberapa
orang bahkan banyak membuang waktunya ditahapan
ini, begitu juga dalam buku On Death and Dying
Elizabeth Kubler Ross juga menegaskan bahwa
tahapan ini merupakan tahapan yang sulit dari semua
tahapan kedukaan yang ada. Penjelasan peneliti diatas
101
berdasarkan bab dua halaman 27 hingga 29 mengenai
thapan depresi.
Menjadi seorang penyandang disabilitas
membuatnya merasa tidak lagi berguna dalam
hidupnya, dan juga kepergian sang adik kesayanganya
membuatnya merasa sangat amat bersalah, hal itu
kemudian membuatnya merasa menjadi seorang
pembunuh dan menganggap dirinya sudah tidak
berguna lagi. Dari peristiwa tersebut yang membuat
dirinya menjadi seorang disabilitas dan harus
ditinggalkan sang adik untuk selamanya membuatnya
berkeinginan untuk menyusul sang adik dengan
melakukan bunuh diri. Hal ini telah dikonfimasi dari
beberapa informan bahwa benar adanya keinginan
Tika untuk bunuh diri.
Dengan kondisi fisik yang sudah tidak berfungsi
seperti dahulu dan kondisi kesedihan ditinggalkan
oleh sang adik membuatnya putus asa dan
memutuskan untuk melakukan bunuh diri. Dalam
kondisi ini Tika merasakan rasa bersalah yang besar
dan kesedihan yang mendalam.
Tahapan depresi ini membuatnya pernah tidak
percaya dengan keputusan Tuhan sehingga bisa
melakukan hal yang sangat dibenci oleh Allah SWT,
dalam tahapan ini Tika merasa sangat terpuruk dengan
kepergian sang adik dan dengan kondisi fisiknya yang
sudah tidak dapat berfungsi secara normal.
102
Tahapan depresi ini merupakan tahapan yang
cukup lama yang dialami oleh Tika kurang lebih
selama satu tahun dimulai dari bulan ke empat ditahun
2007 hingga awal tahun 2008, tahapan ini dialami
ketika berusia 18 sampai 19 tahun. Tahapan depresi
ini merupakan tahapan yang paling berat yang dilalui
oleh Tika hingga ia mencoba untuk melakukan bunuh
diri karena peristiwa yang dialaminya.
5. Tahapan Menerima (Acceptance)
Menerima adalah tahapan terakhir dalam lima
tahapan kedukaan Elizabeth Kubler Ross, dalam tahap
ini seseorang sudah dapat menerima kondisi yang
dialaminya dan merasakan rasa damai, ketenangan
dalam dirinya, diawal tahapan ini biasanya seseorang
juga membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri untuk
103
merasakan ketenangan berdasarkan penjelasan dalam
bab 2 halaman 29.
Tahapan ini merupakan tahap akhir setelah
melewati beberapa tahapan sebelumnya, tahapan ini
seperti penghujung dari perjuangannya selama
melewati empat tahapan sebelumnya. Rasa yang
dialami dalam tahapan ini adalah ketenangan dan
sudah tidak lagi merasakan rasa sedih, takut,
penolakan, terkejut dan perasaan buruk lainya.
Tahapan ini merupakan tahap yang membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk dapat berada dalam
tahapan ini, tidak semua orang dapat mengalami
tahapan ini, karena ini merupakan tahapan akhir
dimana seseorang yang sudah melewati tahapan ini
dianggap telah mampu melawati tahapan-tahapan
yang rumit dalam kedukaannya.
Seseorang yang berada dalam tahapan ini telah
merelakan apapun yang akan terjadi terhadapnya,
dalam tahapan ini seseorang sudah siap dengan apa
yang akan terjadi terhadap dirinya sehingga
membutuhkan ketenangan dalam dirinya.
Setelah melewati beberapa tahapan yang cukup
lama pada akhirnya Tika berada dalam tahapan
menerima, dimana dirinya sudah pasrah dengan
kondisi yang dimilikinya dan merasa ini semua adalah
takdir yang diberika Allah SWT. Dari beberapa
pernyataan informan yang ada di bab empat penulis
104
menyimpulkan bahwa Tika sudah dalam tahapan
menerima dengan kondisi saat ini, dari beberapa
pertanyaan yang ditanyakan kepada informan
mengenai tahapan ini dan data yang
ditemukanmenunjukan adanya tahapan ini dalam
hidup Tika.
Tahapan ini dirasakan ketika sudah berada di Loka
Bina Karya Jagakarsa yang menjadi tempat
rehabilitasi Tika untuk mengembangkan potensi yang
yang dimiliki dan memiliki keterampilan untuk
menjadikanya seorang Disabilitas yang mandiri,
ketika berada di LBK Jagakarsa Tika merasa memiliki
teman yang sama dengannya dan dapat menjadi
dirinya sendiri ketika berada di LBK Jagakarsa,
dengan adanya kondisi tersebut Tika merasa nyaman
dan merasa bersyukur atas apa yang sudah diberikan
Allah SWT terhadap diri, ia merasa bahwa banyak
orang yang jauh lebih menderita dibandingkan dengan
dirinya.
Di Loka Bina Karya Jagakarsa Tika menemukan
pasangan hidupnya yaitu Muhamad Faqih yang
dengan besar hati menikahinya dan menjadi sang ayah
bagi anak yang sedang dikandungnya, hal ini juga
membuatnya mersa sangat bersyukur dan dapat
menerima kondisi yang dialaminya.
105
Tahapan menerima ini didapatkan Tika setelah
melewati beberapa tahapan sebelumnya dan
membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk dapat
berada dalam tahapan menerima, tahapan menerima
ini telah dirasakan oleh Tika mulai dari tahun 2008
ketika berusia sekitar 19 tahun. Ketika resmi menjadi
warga binaan sosial di Loka Bina Karya Jagakarsa
pada tahun 2009 tahapan menerima lebih dirasakan,
melihat teman-teman yang ada di LBK Jagakarsa
membuka matanya bahwa banyak orang lain yang
juga menjadi seorang penyandang disabilitas dan
banyak lagi yang mengalami kedukaan yang jauh
lebih berat dibandingkan dengan kedukaan yang
dirasakannya, Loka Bina Karya Jagakarsa
membuatnya jauh lebih bisa bersyukur dan menerima
106
takdir ynag sudah ditentuka oleh Allah SWT terhadap
dirinya.
Dari beberapa informan yang telah di wawancarai
peneliti menyimpulakan bahwa Tika sudah melewati
tahapan ini, dengan dukungan yang diberikan oleh
keluarga sehingga Tika dapat melewati rintangan yang
sangat berat dalam hidupnya dan kemudian Tika dapat
menjalankan hidupnya dengan sabar, ikhlas, dan
syukur yang tiada henti ia lakukan.
B. Kajian Islam tentang lima tahapan kedukaan
Berdasarkan surat Al-Hujurat Ayat 13 yang
terdapat di dalam bab 2 halaman 4 telah dijelaskan bahwa
manusia di mata Tuhan sama yang membedakanya adalah
ketakwaanya, begitu juga dengan para penyandang
disabilitas mereka semua sama di mata Allah SWT, ketika
masih ada diantara kita ada yang membedakan seseorang
dari fisik, kekayaan, atau bahkan kedudukan didunia itu
adalah salah karena didalam islam tidak mengenal adanya
diskriminasi antar sesama manusia, kita diperintahkan
untuk selalu berbuat kebaikan agar mendapatkan
kedudukan yang mulia dimata Tuhan.
Contoh yang dapat kita lihat dari perintah Allah
sesuai dengan ayat diatas adalah dengan melihat dari
Udang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang penyandang
cacat yang terdapat dalam bab 1 halaman 5 dan 6
menjelaskan bahwa penyandang cacat berhak
mendapatkan pendidikan, pekerjaan, akses, hak, perilaku
107
yang sama, dan rehabilitasi yang dapat menumbuh
kembangakan bakat yang dimiliki. Dari adanya ayat dan
UU No.4 tahun 1997 pemerintah telah menjalankan tugas
untuk rehabilitasi para disabilitas melalui adanya Loka
Bina Karya Jagakarsa sebagai tempat mengembangkan
bakat dan kemampuan yang dipiliki para disabilitas.
Dengan menikah, memiliki suami yang
menyayanginya dan mengandung calon anak dalam
rahimnya ini wujud dari surat Al-Hujarat Ayat 13 bahwa
Allah melihat hambanya dari ketakwaan yang dimiliki
bukan dari kondisi fisik yang dimiliki Tika, sebagai
penyandang disabilitas Tika tetap diberikan anugrah yang
sama dengan wanita yang lainnya dapat menikah,
memiliki suami yang mencintainya menerimanya dengan
segala kekurangannya, dan diberikan rezeki berupa
kehadiran calon anak dalam kandungannya merupakan
wujud nyata Allah SWT bahwa ridhonya ditentukan
dengan ketakwaan yang dimiliki umatnya.
Berdasarkan Surat Al-baqarah ayat 216 yang
terdapat dalam bab 2 halaman 41 bahwa segala susuatu
yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah
SWT, begitu pula sesuatu yang buruk menurut kita belum
tentu buruk menurut Allah SWT.
Takdir adalah ketentuan Allah SWT yang telah
ditetapkan sejak zaman azali (dahulu). Dalam bahasa
indonesia takdir berarti nasib, sedangkan dalam bahasa
arab takdir disebut dalam dua kata yaitu qadhar dan qadar
108
yang artinya adalah ketetapan yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT. Ada dua macam takdir yaitu taqdir muallaq
yaitu takdir yang yang digantungkan kepada manusia
ketika seseorang menginginkan kepintaran maka haruslah
rajin belajar mencari ilmu, sedangkan taqdir mubrom
adalah takdir yang sudah ditentukan Allah dan tidak dapat
dirubah oleh siapapun contohnya adalah kematian.
Kedukaan yang dialami oleh Fajar Kartika telah
diyakini olehnya merupakan suatu takdir yang sudah
diberikan Allah SWT kepada dirinya, ia telah meyakini
bahwa rizki, jodoh dan maut adalah rahasia Allah SWT
ini merupakan titik balik yang menjadikannya dapat
melewati tahapan kedukaan dan menjadikannya seseorang
yang lebih baik lagi. Dengan keyakinannya membuat Tika
dapat kondisi kedukaan yang dialaminya, kepergian sang
adik dan kondisi kedisabilitasan yang disandangnya saat
ini merupakan takdir yang sudah ditentukkan oleh Allah
SWT.
Dalam surat QS. Al-Bayyinah ayat 5 yang terdapat
di bab 2 halaman 42 bahwa kita diperintahkan untuk
selalu ikhlas dalam melaksanakan semua perintahnya
karena itu adalah agama yang lurus.
Segala sesuatu yang kita lakukan harus didasari
dengan keikhlasan, ketika kita melalkukan sesuatu dengan
ikhlas tanpa mengharapkan imbalan atau karena
keterpaksaan sehingga semua hal yang kita lakukan akan
109
menjadi jauh lebih baik dan merasakan ketenangan dalam
hidup.
Dalam surat Al-bayyinah ayat 5 yang terdapat di
bab 2 halaman 42 kita diperintahkan untuk selalu berbuat
ikhlas dalam melaksanakan ajaran dan perintah agama,
kita diperintahkan untuk selalu ikhlas dalam menjalankan
sesuatu hanya untuk mendapatkan ridho-Nya, dengan
ikhlas maka kita sudah menjalankan agama islam dengan
baik dan benar. Dalam hidup kita memiliki dua kehidupan
yaitu kehidupan didunia dan kehidupan diakhirat maka
dari itu kita harus berlomba-lomba untuk mendapatkan
keridhoan Alllah SWT agar kehidupan didunia dapat
sejalan dengan kehidupan diakhirat.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan mengenai
pentingnya niat dalam hadist riwayat Bukhari bahwa :
“Semua perbuatan tergantung dari niat, dan (balasan) bagi
setiap orang (tergantung) apa yang diniatkan.”
Untuk melakukan Ikhlas haruslah didasari oleh
niat, ketika kita memiliki niat yang baik maka sesuatu
yang akan kita lakukan akan memiliki nilai yang baik
juga. Allah SWT akan memberikana balasan sesuai
dengan apa yang diniatkan, ketika kita kita melakukan
sesuatu kebaikan dengan ikhlas hanya karena Allah SWT
maka kita kan memperoleh keridhoan-Nya.
Allah SWT memiliki sifat wajib iradat yang
berarti berkehendak, kehendak yang sudah ditentukan-
Nya tidak ada satu pun yang bisa mencegahnya, Jika
110
Allah SWT sudah berkehendak untuk melakukan
kebaikan kepada seseorang maka sesorang itu akan
mendapatkan kebaikan, sebaliknya jika Allah SWT sudah
berkehendak memberikan kesulitan kepada seseorang
maka seseorang itu akan mendapatkan kesulitan dari-Nya.
Berdasarkan Surat Yaasin ayat 82yang terdapat dalam bab
2 halaman 42 bahwa segala suatu yang ada dimuka bumi
ini jika Allah SWT sudah menghendaki makan akan
terjadi sesuai keingina-Nya.
Perlu di ingat Allah tidak memberikan kesulitan
bagi umat-Nya diluar batas kemampuan umatnya, maka
jika Allah SWT memberikan kesulitan dalam hidup bagi
umat-Nya semata-mata itu untuk menjadikannya umat
yang lebih baik lagi. Ketika kita mendapatkan kesulitan
dalam hidup jangan lah kita mengeluh dan menentang
kehendak-Nya, hadapi kehendak yang telah diberikan
dengan sabar dan ikhlas tentu akan ada hikmah yang
tersembunyi bagi kita.
Meyakini takdir yang telah diberikan Allah SWT
dan menerimanya dengan sabar dan ikhlas maka segala
sesuatunya akan menjadi jauh lebih baik, menerima
dengan ikhlas dan penuh sabar terhadap takdir yang sudah
diberikan yaitu kondisi kedisabilitasan disandangnya dan
kepergian sang adik maka jalan yang dilalui oleh Tika
menjadi terasa jauh lebih mudah, lebih baik, dan lebih
tenang.
111
Dengan rasa ikhlas yang yang dilalui Tika maka
semua tahapan kedukaan yang berat terasa mudah untuk
dilalui, dengan ikhlas dan meyakini takdir yang diberikan
hidup menjadi jauh lebih baik, dengan ikhlas juga Tika
mendapatkan jodoh yang dapat menerima segala
kekurangan yang dimilikinya dan dapat menyayanginya
serta mendapatkan anugrah yang tidak pernah
dibayangkan sebelumnya untuk dapat mengandung calon
anak yang saat ini ada dalam rahim Tika, rasa ikhlas juga
pada akhirnya Tika dapat kembali sesorang yang dapat
bersosialisasi dan melewati tahapan pengasingan diri yang
telah dilaluinya, dengan menerima takdir dan
menjalakannya dengan sabar dan ikhlas semua yang
dilalukan terasa jauh lebih baik.
112
BAB VI
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah lakukan melalui
wawancara mendalam dan observasi terlibat yang telah
peneliti lakukan mengenai tahapan kedukaan Elizabeth
Kubler Ross terhadap kematian adik Studi kasus terhadap
penyandang Tunadaksa di Loka Bina Karya Jagakarsa, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Lima tahapan kedukaan Elizabeth Kubler Ross
merupakan penelitian mengenai lima tahapan kedukaan yang
dialami oleh pasien-pasien dirumah sakit yang mengalami
penyakit yang mematikan. Penelitian ini melibatkan seorang
penyandang tunadaksa sebagai informan utama yang
menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
telah dilakukkan oleh Elizabeth Kubler Ross.
Seorang penyandang tunadaksa yang menjadi informan
utama dalam penelitian ini mengalami empat tahapan
kedukaan Elizabeth Kubler Ross, selama kurang lebih 3 tahun
informan melawati tahapan kedukaan mulai dari tahapan
penyangkalan yang dilalui selama kurang lebih 7 bulan,
tahapan tawar-menawar selama 3 bulan dan tahapan depresi
yang dilalui lebih lama dibandingkan 3 tahapan sebelumnya
yaitu 9 bulan dan yang terakhir adalah tahapan menerima
yang dialami mulai dari awal tahun 2008 hingga saat. Sebagai
seorang muslim informan sudah dapat menerima kondisinya
113
sebagai takdir yang sudah ditentukan oleh Allah SWT, dan
dapat melalui seluruh tahapan dengan ikhlas, sabar, dan
percaya bahwa semua ini adalah kehendak dari Allah SWT.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini maka
penelitian ini juga memiliki implikasi yang diharapkan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan juga
untuk penelitian- penelitian selanjutnya.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah
dilakukkan oleh Elizabeth Kubler Ross penelitian ini
mengkaji mengenai tahapan kedukaan yang dialami oleh
seorang penyandang tunadaksa yang mengalami kedukaan
atas kehilangan sang adik untuk selamanya melalui sebuah
kecelakaan. Penelitian ini telah menjelaskan mengenai empat
tahapan yang telah dialami oleh seorang penyandang
tunadaksa yang sesuai dengan tahapan kedukaan Elizabeth
Kubler Ross.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai lima tahapan kedukaan Elizabeth
Kubler Ross dengan pandangan yang berbeda, maka
diperlukan adanya penelitian selanjutnya yang mengkaji
mengenai lima tahapan kedukaan Elizabeth Kubler Ross
dengan pandangan yang berbeda.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka
saran yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
114
1. Untuk Loka Bina Karya Jagakarsa
a) Perlu adanya pekerja sosial yang bertugas dan
ditempatkan di Loka Bina Karya Jagakarsa.
b) Perlu adanya kerjasama yang dilakukan oleh Loka Bina
Karya Jagakarsa dengan instansi, lembaga, atau
perusahaan yang dapat mempekerjakan warga binaan
sosial Loka Bina Karya Jagakarsa.
2. Untuk Penelitian Selanjutnya
a) Diharapkan penelitian selanjutnya untuk mendalami
mengenai kemandirian alumni warga binaan sosial
Loka Bina Karya Jagakarsa.
b) Penelitian mengenai lima tahapan Elizabeth Kubler
Ross dalam setting yang berbeda seperti orang
berhadapan dengan hukum.
115
DAFTAR PUSTAKA
Kubler. Ross, Elizabeth. 1998. On Death And Dying. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Penney Upton. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
W. Santrock, John. 2002. Life Span Development. North
America: Mc Graw Hill.
Asep Karyana Dan Sri Widati. 2013. Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT.Luxima Metro
Media.
Sali Susiana. 2014. Pemenuhan Dan Pelindungan Hak Hak
Penyandang Disabilitas. Jakarta: P3DI Setjen DPR RI Dan Azza
Grafika.
Elly Kuntjorowati. 2016. Pemenuhan Hak Dasar Penyandang
Disable Fisik. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan
Akhmad Purnama. 2016. Pelayanan Sosial Bagi Penyandang
Cacat Melalui Program Asistensi Sosial Orang Dengan
Kecacatan. Yogyakarta: Media Informasi Penelitian
Kesejahteraan Sosial.
Agus Cahyono Sunit Dan Nugroho Probokusumo Pantyo. 2016.
Hak Hak Disable Yang Terabaikan Kajian Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Penyandang Disabilitas Keluarga Miskin.
Yogyakarta: Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial.
116
Haris Herdianyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk
Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Soetomo. 2015. Masalah Sosial Dan Upaya Pemecahanya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ikawati. 2017. Peran Orangtua Dalam Layanan Aksesibilitas
Anggota Keluarga Disabilitas. Yogyakarta: Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan.
J. Meleong, Lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Burhan Bungin. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Dedi Mulyadi. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan &
D. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.
Sumadi Suryabrata. 2012. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Lubis Kurniawan. 2014. Penyandang Disabilitas Anak. Jakarta:
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
117
Barnes, Colin Dan Marcer, Geof. 2007. Disabilitas Sebuah
Pengantar. Jakarta: Tim Penerjemah PIC UIN Jakarta.
Website tribun news kisah inspiratif penyandang disabilitas
diakses pada 28 februari 2019 dari
http://www.m.tribunnews.com/kisahinspiratif/sabargorky/prestasi
118
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WARGA BINAAN
SOSIAL LOKA BINA KARYA
Nama : Fajar Kartika
Umur : 29 tahun
Tanggal wawancara : 08 Februari 2019
1. Bagaimana awal terjadinya disabilitas yang disandang
saat ini ?
Kecelakaan saya bawa motor, motornya motor mio baru
banget keluar yaelah udah baru bisa jalan ke jalan raya.
hebat ya Tika niatnya mau nyenengin adek, kan sama
adek perginya eh dia mah udah, udah pulang, pulang ke
surga sekarang, saya boncengin waktu itu Allahuakbar
digang Joe. Katanya disitu mah kan angker tapi ya
Allahualam lah, ini setengah badan udah diurutin kemana
aja tapi ya udahlah nasip kali ya, kalo kata dokter mah
bukan mati sebelah, jadinya ya Allah uratnya pada gimana
gitu, urat ini dicubit sakit cuma berat nah itu dia
2. Apakah klien sudah berumah tangga ?
Sudah, saya menikah dari tahun 2017, Alhamdulillah ya
Allah sekarang udah empat mau lima bulan lah, umur aku
udah 29 kurang dikit, iya deh jujur lahir tahun 1989 bulan
Juni baru umur 30
119
3. Kegiatan lainnya selain di Loka Bina Karya Jagakarsa
apa saja ?
Disini aja sih, dirumah mah ya kan saya gak bisa juga ,
masak dikit doang ya gak bisa yang susah susah, paling
dibantu sama mama kalo nyuci gosok kadang Tika juga
tapi kadang dibantu sama mama, sabtu minggu ya libur
dirumah aja santai
4. Tahu ada Loka Bina Karya Jagakarsa dari mana ?
Eeee kan ceritanya lebay, tahu nya dari Mustofa dia LBK
juga disini tapi dia kakinya pake tungkat kecil sebelah
gitu, tapi sekarng dia ada kerjaan lagi jadi tukan parkir
didekat rumahnya, ceritanya tika lagi jaga warung,
warung sodara, terus ada anak sini belanja ya jajan lah liat
kondisi aku begini langsung laporan ama nenek laporin
sama mama terus anterin dong dimana si tempat LBK, ada
deket kelurahan lama yaudah akhirnya Tika sampe kesini,
ketemu suami juga disini ternyata jodohnya disini hehe
5. bagaimana perasaan klien ketika pertama kali
mengalami kedisabilitasan ?
Syok, karna kan adiku jadi pergi, kata dokter aku yang
udah dokternya angkat tangan kalo aku, yang masih bisa
Insyaallah eh malah sebaliknya setelah operasi, malah
yang disangka enggak aku masih, pas tau syok banget.
Waktu itu gara gara atletik waktu aku SMK kelas satu
mau atletik ajak adik, terus dirawat dirumah sakit juga.
Aku cewek dua cowok dua, semuanya normal kalo aku
kan karna kecelakaan
120
6. Bagaimana perasaan klien saat ini ?
Emang takdir ya udah jalanin aja, disini sih, rame rame
disini mah ama anak anak, Alhamdulillah sekarang aku
udah punya anak punya suami juga udah alhamdulillah,
Allahuakbar luar biasa dah gak nyangka juga, semoga aja
dan nanti dedek lahir normal sehat gitu
7. Apakah klien pernah berada dalam kondisi sangat
terpuruk ?
Sempet, aku pernah pengen nyusul adek aku, tapi ada
sodara Tika akhirnya dia bilang kalau orang meninggal
karna bunuh diri bukan karna kecelakaan atau apa gak
akan diterima di surga sama Allah, rasa bersalah aku besar
banget dosa banget gitu, gak bakal ketemu sama ade kamu
katanya, hampir kena dikit, pake kater kalau pake pisau
mah nanti cuma luka doang serem, eh sodara liat, padahal
itu lagi sendiri, merasa sangat amat bersalah gitu , aku
sampe ngomong aku ini seorang pembunuh, aku terakhir
jadi pembunuh gitu. Perasaannya campur aduk, Pernah
terpuruk tapi balik lagi kaya ada yang ngomong dalam
hati itu mah takdir Allah gak tau siapa yang ngomong ada
aja dalam hati gitu, dulu saya paling deket sama adik
soalnya karna kan saudara cowo dua cewek dua jadi
deketnya sama adek,
121
8. Apakah klien pernah berada dalam kondisi sangat
terpuruk ketika menjadi seorang disabilitas ?
Pernah, kesel kayanya kesel sama Allah didalam hati lagi
ada yang ngomong gak boleh ngomong gitu, kesel gitu
rasanya, kesel sama diri sendiri juga kenapa jadi begini
dulunya kan bisa semuanya sekarang jadi terbatas gitu.
9. Mengapa klien memutuskan untuk berhenti sekolah ?
Ya gak mau aja, kayanya gak enak aja tadinya mah ama
anak anak bisa becanda main kemana mana takutnya nanti
gak bisa kaya gitu lagi. Tadinya mah aku minder, kenapa
aku begini sebelum aku disini, pas aku disini baru padahal
banyak yang lebih dari aku, padahal berarti Allah sayang
sama aku dari diri aku gitu, sangat amat minder
10. Siapa orang yang selalu ada disamping tika ketika
menjadi seorang disabilitas ?
Mamah, selalu nemenin Tika waktu tika dirumah sakit
kan Tika lam tuh mamah yang nemenin Tika,keluarga
juga banyak sih yang nengokin
11. Pengobatan apa saja yang pernah klien lakukan ?
Sudah banyak, sering sampe ditaro nginep gitu jadi
nginep terus diurut sama minum herbal gitu, tapi karna
aku gak bisa jauh dari keluarga jadi gak lama, aku kasian
sama orang tua juga kayanya kalau jauh dari mereka
kayanya berat gitu jadi aku cuma satu minggu, terus satu
hari dua ratus ribu berat juga jadi kasian orang tua.
122
12. Kegiatan klien sebelum menjadi warga binaan sosial
Loka Bina Karya Jagakarsa ?
Jaga warung itu, warung sembako jajanan gitu, punya
sodara Tika, Tika disuruh jagain kan Tika mah dulu udah
gak sekolah lagi tu jadi disuruh jagain warung dari pada
Tika apa namanya gak ngapa- ngapin kan gitu
13. Ketika Sholat, apa sih doa yang selalu klien minta
sama Allah ?
Ya, Tika sih minta selalu sehat terutama ya buat si dede
supaya gak kaya papahnya atau kayak aku gitu, gitu aja
sih doanya
14. Apa saja kegiatan yang ada di Loka Bina Karya
jagakarsa ?
Disini itu pelatihan gitu, jadi bikin ini ondel- ondel gitu
nanti kalau setiap jumat dikasih duit tiga puluh ribu akhir
minggu, kalo Tika kan gak bisa jait tangan Tika kan
Subhanaaloh ya spesial, paling Tika ya ini gulugin kertas,
amplas ondel- ondel, lipetin baju, gosok gitu yang
gampangnya dah yang bisa Tika kerjain
15. Bagaiman perasaan klien setelah menjadi warga
binaan sosial Loka Bina Karya Jagakarsa ?
Ya seneng, disini kan banyak temennya rame- rame juga,
kalo Tika dirumah kan gak ngapa- ngapain nanti kalo
disini Tika jadi ada temennya ada kegiatan gitu.
Disini tuh tika ngerasa Alhamdulillah banget ngeliat yang
lain- lain disini yang lebih parah dari Tika gitu, ngerasa
123
gimana gitu bersyukur banget, karna kan Allah pasti kasih
ujian yang sesuai kemampuanya gitu.
16. Penghasilan klien saat ini apakah sudah cukup untuk
memnuhi kebutuhan sehari-hari ?
Kalo Tika nhi kan udah ada Fakih jadi Alhamdulillah ka
Fakih semuanya deh, kalo ka Fakih kan dia kerja di Kube
juga jadi dapet uang dari sana juga, kalo Tika kan dari sini
tiga puluh ribu, tinggalnya Tika kan ngontrak di
kontrakan bapak walnya mah gak boleh bayar tapi Tika
kan ga enak kasian juga jadi ka Fakih bayar aja tiga ratus
ribu perbulan gitu, Alhamdulillah sih sampe sekarang nih
eeeh cukup gitu.
17. Doa yang selalu di ucapkan setelah sholat apa saja ?
Ya sekarang mah Tika cuma minta sehat aja, yang penting
mah kan dedek nih semoga sehat selalu nanti lahirnya
lancar normal jangan kaya ayahnya jangan kaya
mamahnya gitu si, Tika mah udah Alhamdulillah
Hirobilalamin udah dikasih sehat sampat saat ini. Selalu
minta sehat aja sama Allah Tika bersyukur Alhamdulillah
selalu diberikan keselamata kesehatan sama Allah itu
udah suatu hal yang berharga gitu buat tika, ditambah lagi
udah apa namanya udah dikasih keturunan udah tika mah
udah Alhamdulillah banget deh.
18. Peristiwa/ kejadian seperti apa yang sampai saat ini
masih disesali oleh kilien?
Apa ya, gak disesali si sebenernya karna ini kan emang
udah takdirnya Tika seperti ini, cuma waktu itu lupa
124
kapan kayanya pas Tika udah tau kalau adek Tika udah
gak ada, Tika tuh merasa sangat amat bersalah gitu, kalo
denger kan katanya mah sebenernya Tika yang udah gak
ada harapan gitu kalau adek masih ada tapi ternyata
nyatanya malah Tika yang masih bisa gitu, jadi ngerasa
kenapa Tika gitu kenapa bukan adek aja kalo kaya gini
yang bertahan rasa bersalah itu waktu itu yang buat Tika
bertanya- tanya gitu kenapa gak Tika aja gitu yang pergi
kenapa harus adek.
125
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ORANG TUA
KLIEN( IBU KANDUNG )
Nama : Ibu Indah
Umur : 52 tahun
Tanggal wawancara : 16 Februari 2019
1. Seperti apa perasaan anda ketika mengetahui kondisi
klien ?
Ya campur aduk sih waktu itu mah saya kan ke rumah
sakit tuh ya ngeliat anak berdarah semua gak sadar ya
sedih semua rasa ada dah disitu mah, kalo pas Tika gak
bisa jalan ya begimana ya sedih juga gitu cuma ya kita
mau begimana ya udah jalanin aja dah, ya sedih ya pasti
ya ngeliat anak begitu tapi Alhamdulillah sekarang dia
udah bisa jalan udah bisa ngapain juga kan udah punya
suami ada anak nya lagi nanti yaudah lah Alhamdulilah
aja.
2. Perasaan klien saat ini yang anda ketahui seperti apa?
Kalo Tika nih luar biasa sih, ibu nih kadang suka gak tega
gitu ya ngeliat dia mah, cuma kalo dia mah ibu liat
orangnya tegar gitu kayanya, emang dia pernah tuh ya gak
percaya diri pernah mau bunuh diri tapi balik lagi dia
sabar nerima lah gitu, ibu aja sampe gak tau deh harus
gimana gitu kalo kaya gitu.
126
3. Apakah klien pernah berada dalam kondisi terpuruk
dalam hidupnya yang anda ketahui ?
Dulu sih pernah ya namanya mau bunuh diri ,ibu gak tau
tuh kenapa jadi begitu, pake ini mba keter mau disayat ke
tangannya untungnya ada sodara tuh ngeliat yaudah
langsung aja diambil tuh katernya, dia nangis disitu
kayanya bener-bener merasa bersalah kali yak karna kan
adeknya meninggal waktu diboncengin dia itu berdua naik
motor. Ya Alhamdulillah gak jadi itu bunuh dirinya orang
dia lagi sendiri mau nya sendiri mulu itu waktu itu, eh
ditinggal bentaran malah begitu dia.
4. Kejadian atau peristiwa seperti apa yang membuat
klien menyesali kondisi saat ini ?
Dulu sering ya dia tuh kaya nyesel kenapa adeknya harus
meninggal gitu, jadi dia kaya nyesel sih kenapa adeknya
pergi gitu, dia si pernah ngomong kenapa gak aku aja ya
bu kenapa harus adek yang meninggal kenapa gak Tika
aja gitu, tapi si itu dulu begitu dulu.
5. Bagaiman perasaan/ kondisi klien ketika pertama kali
mengetahui peristiwa yang terjadi terhadap klien ?
Pas awal- awal tuh ya dia pas tau adeknya meninggal, kan
kita kan sembunyiin ya kalo adeknya udah gak ada pas di
rumah sakit tuh, pas udah pulang kerumah kan mau gak
mau dia tau akhirnya kalo adenya udah gak ada, ya itu dia
nangis lama- lama akhirnya dia kaya menyendiri gitu
karna dia malu juga kayanya sama orang pas awal- awal
tuh dia begitu gak mau keluar dirumah aja dah, ibu mah
127
sama keluarga semua neneknya mah selalu apa namanaya
biar dia gak maulu gitu biar dia tegar kita omongongin
terus gitu biar dia kagak sendiri mulu gitu, ibu mah ya
deketin dia terus si gitu.
6. Setelah menjadi seorang disabilitas apakah klien
pernah menarik diri dari lingkungan/ keluarga?
Sebenernya Tika itu dia orangnya tegar ya, tapi si dia pas
mau itu bunuh diri tuh dia emang sendiri mulu, ke kamar
mulu kayanya gak mau gitu kalo diliatin ibu, mau nya
sendiri aja dia makanya akhirnya gak ada yang ngeliatin
tuh makanya dia mau begitu kan. Sekola juga dari yang
kecelakaan cuma sampe kelas satu SMK dia gak mau
ngelanjutin ya emang gak bisa juga si yak kita liat
kondisinya ya emang begitu, dia nya udah ogah aja kalo
sekolah lagi, malu kali ya kalo sekolah lagi sama temen-
temen nya. Sekarang mah di ya sama kita- kita aja gitu
sama keluarga deh gitu.
7. Ketika menjadi seorang disabilitas apakah klien
pernah meluapkan amarahnya terhadap anda atau
orang- orang yang ada disekir klien ?
Ibu sih gak pernah tau itu sih, Tika itu orangnya kan dia
gak mau nyusahin orang gitu ya jadi kalo marah si pasti
ya karna kondisinya dia jadi gak bisa apa- apa juga tapi di
gak langsung gitu misalnya sama ibu si engga sama yang
lain si ibu liat juga gak pernah sih, Cuma kan kita
namanya orang tua ya rasa pasti adalah kalo marah mah
128
karna dia jadi susah gitu ngapa- ngapain tapi gak di liatin
gitu ke kita.
8. Bagaimana cara anda memberi dukungan/
mendampingi klien setelah menjadi penyandang
disabilitas ?
Ya ibu si ya selalu bilangin ke dia kalo emang ini udah
jalannya dari Allah kita syukuri kita jalanin aja begitu, ibu
si dari waktu Tika kecelakaan emang sering kerumah sakit
ya namanya seorang ibu jadi ya ngurusin anak dah gitu
walaupun kan udah pisah ya sama bapaknya tapi namanya
ibu kan gak bisa, ya tetep aja dampingin dia, sekarang
juga walaupun udah ga serumah dia sering maen kerumah
ya palingan kita ngobrol aja gitu temenin dia semangatin
dia, kasih tau begimana kalo lagi hamil gitu aja si.
9. Harapan atau cita- cita klien yang anda ketahui apa
saja?
Dulu itu kan Tika mah dia sempet nyanyi mba dari
panggung ke panggung pas udah kecelakaan itu aja
akhirnya udah berenti, dari dulu dia tuh emang pengen
jadi penyanyi gitu, kalo sekarang mah kayanya udah
engga si, gak tau sekarang mah apa paling dia mah kalo
cerita cuma pengen anaknya normal aja jangan kaya orang
tuanya gitu kali. Cita- citanya mah sekarang udah engga
kali ya udah begitu jadi ya sehat aja dah semoga dia.
10. Harapan anda terhadap klien saat in apa saja ?
Harapan nya ya semoga dia mah sehat selalu aja
jangan ada apa apa lagi gitu, sehat anaknya sehat bahagia
129
gitu, ya walaupun orang tuanya kan udah cerai ya semoga
dia tetep seneng aja hidupnya gitu. Udah ada suaminya
juga ya semoga bisa bahagiain Tika deh ibu mah itu aja
harapanya buat si Tika.
130
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ORANG TUA
KLIEN ( BAPAK KANDUNG )
Nama : Endang Budiman
Umur : 57 tahun
Tanggal wawancara : 13 Februari 2019
1. Seperti apa perasaan anda ketika mengetahui kondisi
klien ?
Waduh gak bisa dibayangkan udah dua anak bukan satu
soalnya cewek dua duanya lagi gimana tuh perasaan orang
tua, orang kayanya pengen loncat aja dari lantai dua
rumah sakit, ekonomi kurang ngobatin anak gimana,
sampe mau jual rumah saya rasanya, campur aduk deh.
Ya perasaan mah ya sedih campur lah ngeliat anak begitu
kondisinya ya tapi mau begimana lagi kan.
2. Perasaan klien saat ini yang anda ketahui seperti apa
?
Dia mah hebat dah kalo di bilang ya, kalo katanya mah ya
udah dia mah lewat tapi emang nih anak ajaib kalo kata
saya yak, awalnya gak bisa ngapa- ngapai tapi ya
Alhamdulillah sekarang mah, orangnya juga sabar si dia
kuat gitu santai aja dia mah mau begimana juga dia mah
jalanin aja nih kaya begini terima dan jalanin aja.
131
3. Apakah klien pernah berada dalam kondisi terpuruk
dalam hidupnya yang anda ketahui ?
Dulu si katanya pernah dia nih mau nyusul adeknya
katanya Cuma kagak jadi ketauan, nangis dia maunya
ibunya kan makanya waktu pas itu ama ibunya dah yang
lebih tau, tapi emnag dia pernah mau nyusul adeknya tau
ngapa itu begitu, mungkin ya gimana ya saya juga
bingung sedih kali dia ya namanya adeknya sendiri gitu.
4. Kejadian atau peristiwa seperti apa yang membuat
klien menyesali kondisi saat ini ?
Ya itu adeknya kali yak adeknya meninggal gara- gara
kecelakaan itu awalnya mah kata dokter ini mah dia nih si
tika udah gak bisa ditanganin akhirnya pas oprasi malah
adeknya, tiga hari setelah operasi udah lewat, nah itu yang
mungkin disesali sama Tika, nyesel dia dulu tuh pas
kejadian itu nah makanya dia waktu itu mau bunuh
dirikan.
5. Bagaiman perasaan/ kondisi klien ketika pertama kali
mengetahui peristiwa yang terjadi terhadap klien ?
Dia mah gak sadar waktu itu kan, yang paling ini mah pas
dirumah dikasih tau kan kalau adeknya udah gak ada ya
nangis dia kaget kali ya ,tapi ya kita kan kagak mungkin
boongin dia mulu adeknya kemana gitu jadi ya kita
bilangin, ya itu dia nangis aja diem dari situ, dirumah aja
maunya dulu mah begitu. kalo sekarang udah engga.
132
6. Setelah menjadi seorang disabilitas apakah klien
pernah menarik diri dari lingkungan/ keluarga?
Paling waktu itu doang si yang pernah dia maunya
dirumah aja pas awal- awal kagak mau keluar gitu , malu
kali ya dia padahal mah maksud kita biar dia kagak
kesepian gitu, tapi sekarang mah ya biasa aja jalan ya
jalan aja ke LBK kan biasa aja sekarang mah.
7. Ketika menjadi seorang disabilitas apakah klien
pernah meluapkan amarahnya terhadap anda atau
orang- orang yang ada disekir klien ?
Engga si , oh tika karna dia percaya takdir ya dia itu sama
adeknya tuh agamanya emang kita akuin ya hebat bagus,
jadi kalo kaya gitu mah marah sama orang kagak dah gak
pernah, dia mah orangnya kayanya dipendem sendiri biar
dia aja yang ngerasain gitu.
8. Bagaimana cara anda memberi dukungan/
mendampingi klien setelah menjadi penyandang
disabilitas?
Ya begini begini aja ngobrol- ngobrol aja gitu, kaya biarin
dia ikut di itu LBK biar ada kegiatan aja biar engga
bengong aja dirumah, ya dukungannya ya begitu dah
paling bilangin dia yang bener begini gitu padahal mah
dia udah gede udah tau juga lah gak perlu dibilangin yang
begimana- begimana.
133
9. Harapan atau cita-cita klien yang anda ketahui apa
saja?
Dulu dari panggung ke panggung dia mana cakep kan
anaknya, di sekolah ya bagus nilainya ini dia mah
anaknya kreatif, mau nanya gitu banyak nanya,
ngomongnya nyerocos aja gitu pengen tau banyak bagus
kan begitu. Pinter dulu mah sebelum kecelakaan.
10. Harapan anda terhadap klien saat in apa saja ?
Harapan sehat selalu kalo orang tua mah, lahir dengan
lancar normal sehat, kalau kondisi tubuh mah ya mau
gimana emang udah takdir kali, pasrah lah berobat udah
kemana- mana kan tapi emang udah takdirnya gitu.
134
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PEMBINA LOKA
BINA KARYA JAGAKARSA
Nama : Gusmeli
Umur : 29 tahun
Tanggal wawancara : 06 Februari 2019
1. Bagaimana sejarah berdirinya Loka Bina Karya
Jagakarsa ?
Ini kan sebenrnya dari Pemprov ya, yang punya ini
Pemrov , LBK ini ada banyak juga gak cuma di Jagakarsa
aja. Jadi LBK ini punya Pemprov nah LBK ini ada di
bawah panti PSBD jadi panti kita itu PSBD jadi kan setiap
panti tuh punya LBK sendiri- sendiri jadi ya itu, kalo
lamanya sih udah lama ya ada sih ini, profil kita nanti
saya kasih, ini udah lama dari tahun 199 berapa ya saya
lupa ya udah lama sih.
2. Apa saja program yang ada di Loka Bina Karya
Jagakarsa?
Kita itu ada ya bikin ondel- ondel, bikin hastakarya dari
barang- barang bekas koran gitu, ada menjahit ada tiga
kita kegiatan disini, ada instruktur juga jadi yang melatih
para WBS ini gitu ngajarin anak- anak gitu. Anak anak
semuanya kan ada 9 nanti kalo kaya Kiki gitu kan dia
menjahit bisa cuma belom terlalu ini jadi paling nanti
yang rungu yang menjahit si Kiki paling guntingin. Kalo
135
ini semua udah pada bisa sih kan udah pada lama juga
dilatih sama instrukturnya.
3. Dengan pihak mana saja Loka Bina Karya Jagakarsa
berkerjasama?
Gak ada si kita emang Pemprov kan jadi gak ada dih
disini kerjasama sama yang lain.
4. Dari mana sumber dana Loka Bina Karya Jagakarsa?
Dari Pemprov aja semuanya nanti kan dikasih ke panti
terus ke kita kan kita ini di bawah panti gitu.
5. Menurut anda bagaiman kondisi/ perasaan klien yang
anda ketahui ?
Sudah mandiri kalo Tika si, paling kan suka lupa gitu kalo
ngomong ya mungkin akibat kecelakaan itu si, gak pernah
macem- macem juga disini, baik- baik aja dia.
136
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN STAF
ADMINISTRASI LOKA BINA KARYA
Nama : Yuliah
Umur : 30
Tanggal wawancara : 07 Februari 2019
1. Loka Bina Karya Jagakarsa adalah ?
Merupakan sarana pelayanan kesejahteraan sosial
dibawah naungan Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti
jadi yang LBK ini dibawah PSBD nah PSBD ini yang
menyelenggarakan bimbingan sosial dan pelatihan
keterampilan kerja bagi penyandang cacat tubuh dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial(PMKS) lainya.
Nantinya ini akan dibawah Panti Sosial Bina Netra
(PSBN) sekarang ada tiga LBK, Malaka Kelapa Dua,
sama Jagakarsa ,Psbn Netra Dan Rungu Wicara. Nanti
rencana nya ini mau dibikin sasana kaya panti gitu tapi
belum tau kapan.
2. Di Loka Bina Karya Jagakarsa kegiatanya apa saja ?
Sama sih cuma paling bedanya ada yang bikin keset,
disini kan engga gitu tapi sih sama, ada yang batik, kalo
disini anak anak para WBS ya namanya pada bikin ondel-
ondel gitu nanti diajarin dulu dari sini kan ada
instrukturnya tuh. Ya setiap hari dari jam delapan sampe
jam tiga kalo anak- anaknya kalo kita mah jam lima
selesai pulang. Nah kalo disini itu kan pelatihan ya tapi
137
nanti kalo jumat WBS nya dikasih pengganti tansport lah
gitu. Nanti hasilnya dia bikin kerajinan itu dijual nanti
duitnya dibagi- bagi ya buat mereka juga gitu.
Dibawah PSBN sekarang ada tiga LBK, Malaka Kelapa
Dua, sama Jagakarsa ,PSBN Netra dan Rungu Wicara
3. Dengan pihak mana saja Loka Bina Karya Jagakarsa
berkerjasama?
Gak ada si, kita kan dari Pemprov ya jadi gak ada si yang
kerjasama, paling kalo ada yang beli tapi gak kerjasama
cuma sekedar beli aja gitu. Setau saya sih gak ada kita
kerjasama.
4. Menurut anda bagaiman kondisi/ perasaan klien saat
ini yang anda ketahui ?
Kalo Tika dari awal emang gak bisa apa apa dia kalo
kegiatan juga kan cuma amplas, gulingin kertas, ama
gosok dah palingan kalo kegiatanya lagi pada menjahit
tuh, tapi si dia mah udah mandiri sebenernya kan udah
bisa semuanya makan apa semuanya dia mah sendiri sama
kaya yang lain aja gitu. Baik baik aja sih selama saya
disini dia mah gak gimana- gimana orangnya, emosinya
juga stabil ya kaya normal aja lah gitu. Seneng si kalo
saya liat ya karna emang gak gimana- gimana dia mah gak
pernah nangis atau marah sedih gitu sih di sini mah gak
pernah, apalagi kan sekarang mah udah punya laki udah
ada calon anaknya juga gitu.
138
5. Apa saja faktor penghaambat dalam kegiatan di Loka
Bina Karya Jagakarsa?
Komunikasi maksud dari intruktur gimana yang ditangkap
sama WBS gimana, jadi di tangkep nya beda sama WBS.
Terus palingan, Tidak ada lapangan kerja untuk para
disabilitas mereka lama disini karna kepentok kerjaan,
peluang kerja itukan hambatan karna gak ada jadi mereka
tetep disini. Sama jumlah warga binaan sosial di Loka
Bina Karya Jagakrasa masih sedikit, jadi kalo ada pesanan
dengan jumlah yang banyak kita gak ada yang bikin.
Terus ini apa sulitnya untuk mengajarkan atau
memberikan pelatihan untuk warga binaan sosial yang
baru karena terkadang sulit untuk diberitahu, dan perlu
berkali kali untuk mengarahkanya, Kaya waktu itu si
Farida tuh gitu kita agak sulit. Terus ya itu kita tuh
kurangnya di pemasan, itu aja si paling.
6. Apa saja penghargaan/ pencapaian yang sudah
didapat di Loka Bina Karya Jgakarsa?
Kalo selama saya di sini sih kayanya si gak ada deh,
palingan ya itu aja hasil karyanya mereka, mereka pada
bisa bikin karya gitu keterampilan yang dia punya, kalo
kaya penghargaan atau apa sih gak ada, terus mereka itu
disini anggapnya itu kerja bukan pelatihan jadi mereka
dapet uang kan dapet penghasilan gitu aja si.
139
7. Bagaimana prosedur penerimaan Warga Binaan
Sosial Loka Bina Karya Jagakarsa?
Ada si, jadi nanti didaftar dulu terus kita lapor ke PSBD
nanti di seleksi kaya tahap seleksi gitu, nanti saya kasih
deh bukunya.
8. Apa saja syarat Menjadi Warga Binaan Sosial Loka
Bina Karya Jagakarsa ?
Penyandang disabilitas, warga DKI itu aja sih yang saya
tau kalo persyaratannya, nanti dari situ kita daftarin dulu
ke PSBD.
140
141
142
143