repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... bab 2 tinjauan pustaka 2.1....

25
5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross (2007), tarian ialah suatu fenomena yang kompleks dan indah. Bagian yang indah dari tarian ialah ketika menari, sang penari tidak terlalu memperhatikan elemen dan detail dari tarian tetapi lebih merasakan “kesempurnaan diri” di dalam tarian tersebut sehingga dia mampu memahami dan menginterpretasikan apa yang dialaminya dari tarian tersebut (Blasing, 2010). Sedangkan Landsdale (1994) menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan kepada Sang Pencipta. Menurut Wardhana (1990), seni tari memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Seni tari sebagai sarana upacara. Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak jenisnya, seperti tari untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan manusia. 2. Seni tari sebagai hiburan. Tari sebagai hiburan harus bervariasi. Oleh karena itu, jenis ini menggunakan tema-tema yang sederhana, diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan. Kostum dan tata panggungnya juga dipersiapkan dengan cara yang menarik. 3. Seni tari sebagai penyaluran terapi. Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau cacat mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh, penderita tuna wicara, tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat mental. Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

5

Universitas Sumatera Utara

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tarian

Menurut Ross (2007), tarian ialah suatu fenomena yang kompleks dan

indah. Bagian yang indah dari tarian ialah ketika menari, sang penari tidak terlalu

memperhatikan elemen dan detail dari tarian tetapi lebih merasakan

“kesempurnaan diri” di dalam tarian tersebut sehingga dia mampu memahami dan

menginterpretasikan apa yang dialaminya dari tarian tersebut (Blasing, 2010).

Sedangkan Landsdale (1994) menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa

manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak

sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan kepada Sang

Pencipta. Menurut Wardhana (1990), seni tari memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Seni tari sebagai sarana upacara.

Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak

jenisnya, seperti tari untuk upacara keagamaan dan upacara penting

dalam kehidupan manusia.

2. Seni tari sebagai hiburan.

Tari sebagai hiburan harus bervariasi. Oleh karena itu, jenis ini

menggunakan tema-tema yang sederhana, diiringi lagu yang enak dan

mengasyikkan. Kostum dan tata panggungnya juga dipersiapkan dengan

cara yang menarik.

3. Seni tari sebagai penyaluran terapi.

Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau cacat

mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita

cacat tubuh, penderita tuna wicara, tuna rungu, dan secara tidak langsung

bagi penderita cacat mental.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

6

Universitas Sumatera Utara

4. Seni tari sebagai media pendidikan.

Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, seperti mendidik anak

untuk bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang.

Nilai-nilai keindahan dan keluhuran pada seni tari dapat mengasah

perasaan seseorang.

5. Seni tari sebagai media pergaulan.

Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa

orang. Oleh karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana

pergaulan.

6. Seni tari sebagai media pertunjukkan.

Tari bukan hanya menjadi sarana upacara atau hiburan, tetapi tari juga

bisa berfungsi sebagai pertunjukkan yang sengaja dipertontonkan. Tari

yang dipentaskan lebih menitikberatkan pada segi artistiknya dan

penggarapan koreografi yang mengandung ide, interprestasi konsepsional

yang memiliki tema dan tujuan.

7. Seni tari sebagai media katarsis.

Katarsis berarti pembersihan jiwa. Seni tari sebagai media media katarsis

lebih mudah dilaksanakan oleh orang yang telah mencapai taraf atas

dalam penghayatan seni.

2.2. Dance Movement Therapy

2.2.1. Definisi Dance Movement Therapy

Dance Movement Therapy (DMT) secara resmi didefinisikan sebagai

psikoterapi yang menggunakan gerakan sebagai proses yang lebih lanjut dari

emosional, kognitif, integrasi sosial dan fisik individu (American Dance Therapy

Association) dalam Goodill (2005). DMT adalah disiplin khusus di bidang

kesehatan mental, bersama dengan terapi seni kreatif lain (seni, musik, drama,

puisi dan psikodrama terapi).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

7

Universitas Sumatera Utara

Menurut Chaiklin (2009), tujuan umum dari DMT ini adalah, antara lain:

1. Meningkatkan integrasi dari kognitif, afektif dan pengalaman fisik

2. Meningkatkan kemampuan ekspresif

3. Meningkatkan kesadaran diri.

Penilaian dan teknik klinis keduanya canggih dan fleksibel, sehingga

terapi disesuaikan dengan kebutuhan dari berbagai populasi. Dance Movement

Therapy menekankan keselarasan dan koneksi antara verbal dan

nonverbal dari cara berekspresi. Namun, penilaian dan terapi dapat dilanjutkan

sepenuhnya di bidang nonverbal gerakan, sentuh, irama, dan interaksi spasial,

sehingga pendekatan cocok dengan kebutuhan orang yang tidak dapat

berpartisipasi dalam psikoterapi yang berorientasi dalam bentuk lisan (Chaiklin,

2009).

Menurut Payne (2006) definisi dari Dance Movement Therapy (DMT)

yang diadopsi oleh The Association for Dance Movement Therapy (ADMT) dan

Standing Committee for Arts Therapies Professions (SCATP) mewujudkan dua

prinsip mendasar:

Dance Movement Therapy adalah penggunaan gerakan ekspresif dan menari

sebagai alat dimana seorang individu dapat terlibat dalam proses integrasi pribadi

dan pertumbuhan. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa ada hubungan antara

gerak dan emosi serta dengan mengeksplorasi kosakata yang lebih bervariasi dari

gerakan, seseorang yang akan menjadi lebih seimbang dan mudah beradaptasi.

Melalui gerakan dan menari, batin setiap orang menjadi nyata, individu berbagi

banyak simbolisme pribadi mereka dan hubungan kebersamaan sewaktu menari

menjadi terlihat. Dance Movement terapis menciptakan sebuah lingkungan dimana

perasaan dapat dengan aman dinyatakan, diakui dan dikomunikasikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

8

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Mekanisme Dance Movement Therapy

Menurut Chaiklin (2009), DMT dibagi atas dua model yang berfokus

pada kapasitas kreativitas yang tiada akhir dan kualitas estetik dari tubuh yang

bergerak sebagai suatu fundamental yang unik dan spesifik untuk proses terapi,

yaitu :

1. The Intra-Actional System

Sistem ini berhubungan dengan individu dan persepsi tubuh dan dirinya

(spesifiknya, sikap tubuh dan konsep diri sendiri).

2. Interactional System

Sistem ini lebih mengarah pada individu dan kapasitas mereka yang

berhubungan dengan dunia sebagai mahluk sosial (spesifiknya,

komunikasi dan dinamika interpersonal).

Sumber : Chaiklin (2009)

Gambar 2.1. Model Dance Movement Therapy

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

9

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Program Dance Movement Therapy

Adapun program DMT ini terdiri dari 12 sesi, yaitu 6 sesi asosiasi bebas

dan 6 sesi tari terstruktur. Remaja berpartisipasi 6 kali seminggu satu sesi per hari.

Empat puluh lima menit pertama setiap sesi adalah sesi tari terstruktur berupa pop

dance yang dikoreograferi oleh instruktur tari yang profesional. Peneliti, yang

juga fasilitator gerakan tari dan program intervensi, dapat menerima pelatihan dari

instruktur tari untuk memfasilitasi sesi tari terstruktur.

Kaban (2003) menyatakan bahwa kebutuhan anak-anak atau remaja yang

akan berpartisipasi dalam tarian dan gerakan intervensi program akan terus-

menerus berubah sehingga program intervensi tiap sesi DMT harus fleksibel.

Oleh karena itu, walaupun setiap sesi memiliki tema tertentu dan setiap sesi terdiri

dari aspek-aspek tertentu, peneliti/fasilitator harus fleksibel dan siap untuk

menyesuaikan sesi untuk kebutuhan remaja. Untuk meningkatkan partisipasi

kelompok dan eksplorasi tema tertentu, beberapa aspek tertentu dari setiap sesi

harus terstruktur dan sebagian lagi lebih fleksibel.

Aspek yang terstruktur dari setiap sesi ditujukan untuk menciptakan

rutinitas selama periode dua minggu, yang mana memberikan rasa stabilitas,

kontrol dan konsistensi pada para peserta. Peneliti/fasilitator memilih untuk

mengimplementasikan program intervensi dalam format grup untuk meningkatkan

hubungan interpersonal serta keterampilan sosial peserta dan memberikan

kesempatan pada para peserta untuk mendukung satu sama lain. (Kaban, 2003).

1. Sesi Asosiasi Bebas

Gerakan kreatif atau sesi asosiasi bebas dan sesi tari terstruktur memiliki

sesi pemanasan dan pendinginan. Sesi ini memungkinkan para peserta untuk

meregangkan otot-otot mereka, dengan demikian mencegah cedera, dan

memungkinkan mereka untuk rileks dan menenangkan diri sebelum dan sesudah

setiap gerakan kreatif atau tari terstruktur.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

10

Universitas Sumatera Utara

Sesi pemanasan dan pendinginan ini dilakukan karena penelitian sebelumnya telah

membuktikan hal tersebut sangat efektif dalam mendukung program DMT

(Carter, 2004; Kaban 2003 ; Jeppe, 2006).

Sesi pertama setiap hari ialah ekspresi emosional yang kreatif dan sesi

kedua, gerakan tari terstruktur. Pada sesi pertama setiap harinya, sesi pemanasan

dan pendinginan masing-masing dilakukan selama 7 menit yang terdiri dari

peregangan dan latihan untuk meningkatkan relaksasi serta pernafasan peserta .

Relaksasi tidak hanya menyebabkan pengurangan tingkat stres tetapi juga

mempengaruhi respon endokrin seseorang sehingga sistem saraf otonomnya lebih

stabil. (Choi et al., 2008).

Pada sesi kedua, sesi pemanasan dilakukan selama sepuluh menit dan

pendinginan lima menit lama. Bagian ini termasuk peregangan dan latihan

pernapasan.

Tabel 2.1 : Sesi Free Association Dance and Movement (Merwe, 2010)

Sesi Tema Aktivitas

1 Attachment Introduction

Mirroring exercise

2 Relationships Mirroring exercise

3 Feelings Exploration of emotion

Jumping exercise

4 Control and Helplessness Personal space activity

Body control activity

Improvisation exercise

5 Grief, loss and rejection Exploration of negative emotion

6 Fears, hopes and dreams Exploration of positive emotion

Urutan di mana tema-tema ini disajikan, dipilih berdasarkan yang tebaik

untuk proses terapi (Egan, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

11

Universitas Sumatera Utara

Tema dalam dua sesi awal, attachment and relationships, ditujukan untuk

membangun hubungan dan rasa nyaman dalam kelompok. Dua sesi ini berfokus

pada pembangunan hubungan, kepercayaan dan rapor.(Gibson et al. 2002).

Tema pada sesi ketiga adalah feeling. Ini adalah tema yang relatif luas di

mana emosi positif dan negatif dieksplorasi. Hal ini memungkinkan para peserta

lebih banyak waktu untuk merasa nyaman ketika membahas tema ini. (Gibson et

al. 2002)

Sesi keempat dan kelima adalah dua tema secara emosional paling sulit,

control and helplessness, dieksplorasi. Sesi terakhir memiliki tema lebih positif

yaitu, fears, hopes and dreams. (Gibson et al. 2002)

Latihan khusus yang terkait dengan setiap tema sekarang akan dibahas:

Sesi pertama, dengan tema attachment, adalah sesi pendahuluan dan

selama sesi ini dihabiskan peserta dan peneliti/fasilitator untuk mengenal satu

sama lain. Selama sesi ini, peneliti/fasilitator menjelaskan prosedur yang akan

dijalani para peserta dan memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya.

Latihan mirroring dilakukan pada tema awal ini. Mirroring adalah tari

konstruktif dengan gerakan yang mengikuti gerakan kelompok lain (Kaban,

2003). Mirroring meningkatkan pengembangan attachment dan pembangunan

kepercayaan (Kaban, 2003).

Sumber : Static news (2010)

Gambar 2.2. Gerakan Mirroring

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

12

Universitas Sumatera Utara

Pada awal pelaksanaan, peneliti/fasilitator melakukan gerakan-gerakan

tubuh tertentu dan mendorong seluruh kelompok untuk mengikutinya. Lalu

kelompok dibagi menjadi pasangan dan melakukan mirroring bergiliran untuk

melaksanakan gerakan. Selama latihan ini, peserta didorong untuk tidak berbicara

agar fokus pada gerakan pasangannya. Untuk memotivasi remaja untuk terus

bergerak, peneliti/fasilitator terus mengubah musik, irama dan gerakannya

sehingga para peserta mengikutinya. (Kaban, 2003).

Tema sesi kedua ialah relationship, latihan mirroring ini sekali lagi

dilakukan. Peserta saling berpasangan di mana salah satu peserta diminta untuk

bergerak dan peserta pasangannya mengikuti pergerakan tersebut sambil diiringi

musik. Pada saat musik berhenti secara acak, peserta harus berhenti dan bertukar

posisi. Pada saat musik mulai lagi, peserta melakukan mirroring kembali. (Payne,

2006).

Tema sesi berikutnya adalah feeling. Pertama, seorang peserta

mengambil kertas yang berisi tulisan emosi yang berbeda dari topi secara acak

dan peserta tersebut menggambarkan emosi yang tertulis ke grupnya

menggunakan gerakan dan tari. Teman sekelompoknya harus menebak emosi apa

yang digambarkan. Setelah sesi ini selesai, peserta ditanya mengenai emosi apa

yang mereka sulit gambarkan pada teman sekelompoknya. (Payne, 2006)

Pada sesi keempat dengan tema, control and helplessness. Para peserta

harus mengulurkan tangan dan kakinya dan bergerak di sekitar kamar

khayalannya, menjelajahi ruang pribadi mereka dan ruang pribadi orang lain

(Kaban, 2003).

Tema sesi akhir yang akan dieksplorasi adalah hopes and dreams. Peserta

diminta mengeksplorasi apa yang membuat mereka merasa takut, mendengarkan

musik yang dapat menyebabkan seseorang merasa takut, dan bergerak secara

bebas sesuai musik. Mereka diberitahu bahwa mereka bisa menggambarkan suatu

peristiwa dan bergerak sesuai emosi mereka.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

13

Universitas Sumatera Utara

Pada akhir sesi mereka diizinkan untuk menggunakan musik, menyanyi, berbicara

untuk menggambarkan harapan mereka. (Kaban, 2003)

2. Sesi Gerakan terstuktur

Sesi gerakan terstruktur ini bermanfaat untuk pemahaman para peserta

mengenai tema dari tarian setiap sesi. Waktu yang dibutuhkan untuk tiap sesi

tarian yang terstruktur ini adalah tiga puluh menit. Berdasarkan pertimbangan usia

peserta maka sesi tari terstruktur ini adalah pop dance. (Kaban, 2003)

Waktu untuk rutinitas pop dance adalah satu setengah menit.

Peneliti/fasilitator menekankan bahwa tidak penting bagi para peserta untuk

melakukan gerakan dengan sempurna melainkan meminta mereka menikmati

setiap gerakan yang mereka lakukan. (Kaban, 2003)

2.3. Stres

2.3.1. Definisi Stres

Menurut American Institute of Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti

untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap

stres yang sama. Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi individu yang

lain. Adapun pendapat beberapa ahli dan institusi mengenai stres, seperti :

1. Menurut Hans Seyle (1978) menyatakan bahwa stres bukanlah perubahan

kondisi fisiologis yang sama dan spesifik akibat pengalaman dari stres,

tetapi stres ialah intensitas yang dibutuhkan oleh seseorang untuk

menyesuaikan diri dengan relevan dan tidak memperdulikan apakah stres

itu bersifat menyenangkan (eustress) atau tidak menyenangkan (distress).

2. Menurut National Association of School Psychologist (1998), stres

adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan diinterpretasikan secara

berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

14

Universitas Sumatera Utara

3. Menurut Menurut Lazarus (1999) bahwa stres adalah keadaan internal

yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi

lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak

terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

4. Menurut Feldman (2007), stres adalah suatu proses yang menilai suatu

peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun

membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada tingkat

fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku.

5. Menurut Taylor (2009) bahwa stres merupakan suatu pengalaman

emosional negatif yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologi,

kognitif dan perilaku yang dapat diramalkan di mana diarahkan baik

terhadap usaha untuk mengubah kejadian stres ataupun

mengakomodasikan efek dari stres tersebut.

6. Menurut Sarafino (2011), stres merupakan keadaan psikologis yang

timbul jika ada ketidakseimbangan antara persepsi individu mengenai

tuntutan yang harus dihadapi dibandingkan dengan kemampuan mereka

untuk mengatasi tuntutan tersebut.

2.3.2. Penggolongan Stres

Menurut Selye (1978) dalam Rice (1998), stres dibagi menjadi dua

golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang

dialaminya :

a) Distress (Stres Negatif)

Selye menyebutkan distress merupakan stres yang merusak atau bersifat

tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana

individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah

sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif,

menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

15

Universitas Sumatera Utara

b) Eustress (Stres Positif)

Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan

merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat meningkatkan

kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu.

Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan

sesuatu.

2.3.3. Klasifikasi Stres

Berdasarkan etiologinya, Rice (1998) mengklasifikasikan stres atas

beberapa bagian, yaitu :

1. Stres Kepribadian (Personality Stress).

Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri

seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan

kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan

memiliki risiko yang kecil terkena stres keperibadian.

2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress).

Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang

lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika

mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan

raya dan lain-lain.

3. Stres Bio-ekologi (Bio-Ecological Stress).

Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama

adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal

yang kedua adalah kondisi biologis seperti menstruasi, demam, asma,

jerawatan, dan lain-lain.

4. Stres Pekerjaan (Job Stress).

Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.

Persaingan di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan, target

yang terlalu tinggi, usaha yang diberikan tidak berhasil, persaingan bisnis

adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat

karir pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

16

Universitas Sumatera Utara

5. Stres mahasiswa (Student stress).

Stres mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan

terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi personal dan sosial,

gaya hidup dan budaya, serta stresor yang dicetuskan oleh faktor

akademis kuliah itu sendiri.

2.3.4. Stresor

Menurut Lazarus & Folkman (Lazarus, 1999), kondisi fisik, lingkungan

dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor.

Istilah stresor diperkenalkan pertama kali oleh Seyle (Rice, 1998). Stresor dapat

berwujud, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial,

seperti interaksi sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap

sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi

stressor (Rice, 1998).

Lazarus & Cohen (Lazarus, 1999) mengklasifikasikan stresor ke dalam tiga

kategori, yaitu :

1. Peristiwa Dahsyat (Cataclysmic events)

Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang

mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.

2. Stresor Pribadi (Personal stressors)

Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau

sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.

3. Stresor Dasar (Background stressors)

Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti

masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.

Ada beberapa jenis-jenis stresor psikologis (Rice, 1998), yaitu :

1. Tekanan

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran

atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum,

tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa,

mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

17

Universitas Sumatera Utara

Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki

bentuk yang berbeda-beda pada tiap individu. Tekanan dalam kasus

tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam

proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah

pada perilaku maladaptive serta menimbulkan stres (Sarafino, 2011).

Tekanan dapat berasal dari dua sumber, yaitu:

a. Sumber internal

Sumber tekanan yang berasal dari dalam diri seseorang, antara lain

adalah konsep diri dan komitmen personal.

b. Sumber eksternal

Sumber tekanan eksternal banyak berkaitan dengan tekanan waktu,

peran yang dijalani, juga berkaitan dengan tuntutan-tuntutan orang

lain, misalnya, seorang siswa yang mengejar target agar lulus

dalam ujian masuk perguruan tinggi favorit atau dapat berupa

tuntutan orang tua.

2. Frustrasi

Frustrasi adalah situasi apa pun di mana individu tidak dapat mencapai

tujuan yang diinginkan. Frustrasi dapat terjadi apabila usaha individu

untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya

kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustrasi dapat

juga diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam,

seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi

(Santrock, 2010).

3. Konflik

Konflik merupakan munculnya dua kecenderungan yang bertentangan

secara simultan. Konflik dapat muncul karena adanya kebutuhan internal

atau motif yang bertentangan, karena tuntutan eksternal yang

bertentangan, atau karena motif internal yang berlawanan dengan

tuntutan eksternal. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih motif yang

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

18

Universitas Sumatera Utara

tidak terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain

(Rice, 1998). Konflik berkaitan erat dengan konsep frustrasi. Psikologi

menggunakan ‘pendekatan’ dan ‘penghindaran’ dalam usaha menghadapi

konflik. Dalam hal ini, kita akan ‘mendekati’ sesuatu yang kita harapkan

dan ‘menghindari’ sesuatu yang tidak kita harapkan. Menurut Miller

(1959) dalam Sarafino (2011), ada empat jenis utama dari konflik yang

meliputi ‘pendekatan’ dan ‘penghindaran’, yakni :

a. Konflik mendekat-mendekat (Approach-approach conflict)

Konflik ini terjadi pada saat seseorang diharuskan memilih dua

alternatif yang sama-sama menarik tapi saling bertentangan serta

ingin dipenuhi pada saat yang bersamaan. Misalnya, seseorang

harus memilih diantara dua tawaran pekerjaan yang diberikan

kepadanya, dimana kedua pekerjaan ini sama-sama baik, bergengsi

dan dengan gaji yang cukup layak.

b. Konflik menghindar-menghindar (Avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini muncul pada saat seseorang terjebak dalam dua pilihan

yang tidak diinginkan, namun pilihan harus tetap ditentukan.

Misalnya, seorang remaja yang harus memilih presentasi di depan

kelas atau tidak datang dan mendapat nilai nol.

c. Konflik mendekat-menghindar (Approach-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi apabila seseorang menerima suatu tujuan yang

positif yang juga akan menghasilkan satu akibat yang negatif.

Misalnya, seorang siswa SMA yang akan melanjut ke perguruan

tinggi yang terletak di luar kota, tapi harus meninggalkan

keluarganya.

d. Berbagai konflik mendekat-menghindar (Multiple approach-

avoidance conflict)

Konflik yang menginginkan individu untuk memilih diantara dua

pilihan, di mana masing-masing memiliki dampak yang positif dan

konsekuensi yang negatif. Misalnya, pilihan antara masuk ke tim

basket yang terkenal, menjadi langganan juara, tetapi pelatih dan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

19

Universitas Sumatera Utara

beberapa pemain dalam tim itu tidak kamu sukai. Atau masuk ke

tim basket yang tidak terkenal, sering melakukan permainan yang

memalukan, tetapi pelatih dan pemain timnya kamu sukai.

2.3.5. Fisiologi Stres

Sistem stres manusia terdiri dari hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA)

axis dan sistem saraf simpatik (Tsatsoulis et al. 2006). Kedua sistem ini bekerja

secara koordinasi untuk memberi respon "fight or flight" terhadap anggapan

ancaman. Respon tersebut dapat mengajukan peningkatan tekanan arteri,

perpindahan darah dari viseral ke otot aktif dan otak, peningkatan kadar

metabolisme selular, peningkatan glikolisis, peningkatan kekuatan otot,

peningkatan aktivasi mental dan peningkatan kadar koagulasi darah (Guyton,

2006). Tubuh manusia memberi respon-respon tersebut karena terjadinya

pembebasan neurotransmiter dan hormon-hormon yang khusus. HPA axis

bertanggung jawab untuk mengaktivasi pelepasan glukokortikoid, di mana 95%

dalam bentuk kortisol (juga dikenali sebagai hidrokortison) dari korteks adrenal

(Guyton, 2006). Efek dari kortisol adalah mobilisasi protein dari otot dan asam

lemak yang berasal dari sel adipose, peningkatan lemak di hepar, dan juga sebagai

suatu respon anti-inflamasi (Guyton, 2006).

Sistem saraf simpatis bertanggung jawab untuk menstimulasi simpatis

baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu dengan aktivasi pelepasan

katekolamin dari medula adrenal (Guyton, 2006). Seperti epinefrin dan non-

epinefrin, hormon ini juga memberi efek kepada target organ dengan cara yang

sama yaitu peningkatan nadi jantung, inhibisi fungsi sistem pencernaan, dilatasi

pupil dan respon lain yang berkaitan dengan aktivasi simpatis (Guyton, 2006).

Kedua cabang simpatis dan parasimpatis sistem saraf otonom diaktivasi secara

terus-berterusan dan kronis akan menyebabkan terjadinya degenerasi dan

disfungsi. Jika stres tersebut bersifat kronis, bahan kimia termasuk

neurotransmiter dan hormon akan menetap di aliran darah. Stres yang

berkepanjangan boleh menyebabkan nyeri kepala, penurunan fungsi sistem imun,

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

20

Universitas Sumatera Utara

lelah, kelainan jantung, depresi dan gangguan mental emosional yang lain

(Carruthers, 2006).

Sumber : Guyton et al. 2006

Gambar 2.3. Fisiologi Stres

2.3.6. Reaksi terhadap Stres

Menurut Sarafino (2011), reaksi seseorang terhadap stres yang

dihadapinya dipengaruhi dua aspek, yaitu :

1. Aspek Biologis

Walter Canon (Sarafino, 2011) memberikan deskripsi mengenai

bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia

menyebut reaksi tersebut sebagai fight-or-flight response karena respon

fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari

situasi yang mengancam tersebut.

Fight-or-flight response menyebabkan individu dengan cepat dapat

merespon terhadap situasi yang mengancam. Namun arousal stres yang

terus menerus tinggi dapat membahayakan kesehatan individu. Seyle

(Sarafino, 2011) mempelajari akibat yang diperoleh jika stresor terus

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

21

Universitas Sumatera Utara

menerus muncul. Lalu ia mengemukakan istilah General Adaptation

Syndrome (GAS), yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis

terhadap stresor, yakni :

a. Alarm Reaction

Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-flight response. Pada

tahap ini arousal yang terjadi pada tubuh organisasi berada di bawah

normal yang untuk selanjutnya meningkat di atas normal. Pada akhir

tahapan ini, tubuh melindungi organisme terhadap stresor. Tetapi

tubuh tidak dapat mempertahankan intensitas arousal dari alarm

reaction dalam waktu yang sangat lama.

b. Stage of Resistance

Arousal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk melawan

dan beradaptasi dengan stresor. Respoon fisiologis menurun, tetapi

masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.

c. Stage of Exhaustion

Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh

sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi

akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat

menyebabkan kematian.

2. Aspek Psikologis

Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi :

a. Kognisi

Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas

kognitif (Sarafino, 2011). Stresor berupa kebisingan dapat

menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak (Sarafino,2011).

b. Emosi

Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunaka

keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian

kognitif dapat mempengaruhi stres dan pengalaman emosional

(Sarafino, 2011). Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut,

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

22

Universitas Sumatera Utara

phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa marah (Lazarus,

1999).

c. Perilaku sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain

(Sarafino, 2011). Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun

negatif.

2.3.7. Penanggulangan Stres

Setiap individu memberi respon yang berbeda terhadap stres.

Penanggulangan stres merupakan pikiran dan perilaku yang dibutuhkan untuk

mengelola permintaan secara internal dan eksternal yang ditafsirkan sebagai stres

(Folkman & Moskowitz, 2004).

Hubungan antara penanggulangan stres dengan kejadian stres adalah

suatu proses dinamik (Folkman & Moskovitz, 2004). Jadi, penanggulangan stres

bukan aksi yang berlaku sekali saja tetapi merupakan peristiwa yang berlangsung

dari waktu ke waktu di mana individu dengan lingkungan saling mempengaruhi.

Kepribadian seseorang dapat berpengaruh terhadap cara bagaimana individu

tersebut menanggulangi peristiwa yang stres. Karakteristik ini disebabkan oleh

faktor genetik dan faktor lingkungan. Terdapat empat tipe metode

penanggulangan stres yaitu kognitif, emosional, perilaku dan fisik.

Tabel 2.2. Metode Penanggulangan Stres (Bernstein & Nash, 2006)

Tipe metode Penjelasan

Kognitif Menganggap stresor sebagai tantangan dan mengelakkan

dirinya dari perfeksionisme.

Emosional Mencari dukungan sosial dan mendapat nasehat dari yang lain.

Perilaku Melaksanakan rencana manajemen waktu dan berusaha untuk

mengubah pola hidup untuk eliminasi stresor.

Fisik Pelatihan relaksasi yang progresif, berolahraga dan meditasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

23

Universitas Sumatera Utara

2.4. Remaja

2.4.1. Definisi Remaja

Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah orang-orang

yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

dalam masalah hak. (Sadock & Sadock, 2007)

Sadock & Sadock (2007) membagi remaja menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Remaja awal

Dari usia 12-14 tahun. Pada tahap ini, remaja mulai mengkritik

kebiasaan-kebiasaan di keluarga, mempunyai kesadaran yang lebih tinggi

terhadap penampilan, dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan

teman sebaya.

2. Remaja pertengahan

Dari usia 14-16 tahun. Pada tahap ini, remaja berusaha untuk mencapai

tujuan-tujuan mereka secara mandiri, perilaku seksual meningkat,

bergaul dengan teman yang memiliki ketertarikan yang sama, sering

terjadi konflik dengan orang tua menyangkut otonomi remaja.

3. Remaja lanjut

Dari usia 17-19 tahun. Pada tahap ini, minat remaja meningkat pada

fungsi intelektual, prestasi akademik, berpartisipasi dalam aktivitas

olahraga dan mengambil tanggung jawab dalam suatu kelompok sosial.

2.4.2. Karakteristik Masa Remaja

Menurut Sadock & Sadock (2007), ciri-ciri masa remaja antara lain :

1. Masa remaja sebagai periode penting

Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan

penting dimana semua perkembangan itu memerlukan penyesuaian

mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai perode peralihan

Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap

perkembangan berikutnya, yang juga dapat diartikan bahwa apa yang

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

24

Universitas Sumatera Utara

telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi

sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan

sikap yang baru pada tahap berikutnya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan

pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung

pesat. Perubahan fisik menurun sehingga perubahan sikap dan perilaku

juga menurun.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya masing-masing, namun masalah

remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki

maupun anak perempuan.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian

diri dengan standard kelompok lebih penting daripada bersikap

individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat

laun mereka mulai mendambakan identitas diri yang berbeda dengan

orang lain.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak

rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku

merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan

mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan

bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana

yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-

cita. Semakin tidak realistik cita-citanya, ia akan semakin menjadi marah.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

25

Universitas Sumatera Utara

Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya

atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan stereotype belasan tahun dan untuk memberikan

kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan

diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu

merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat

dalam perbuatan seks. Mereka beranggapan bahwa perilaku ini akan

memberi citra yang mereka inginkan.

2.4.3. Penyebab stres pada remaja

Menurut Sadock & Sadock (2007) ada empat faktor yang dapat membuat

remaja menjadi stres, yaitu penggunaan obat-obat terlarang, kenakalan remaja,

pengaruh negatif, dan masalah akademis.

Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi

stres, yaitu:

1. Faktor biologis, seperti sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga,

penggunaaan alkohol dan obat-obatan di dalam keluarga, siksaan secara

seksual dan fisik di dalam keluarga, penyakit yang serius yang diderita

remaja atau anggota keluarga, sejarah keluarga atau individu dari

kelainan psikiatri seperti skizofrenia, maniak depresif, gangguan perilaku

dan kejahatan, kematian salah satu anggota keluarga, ketidakmampuan

belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik, perceraian orang tua, dan

konflik dalam keluarga.

2. Faktor kepribadian, seperti tingkah laku impulsif, obsesif, dan ketakutan

yang tidak nyata, tingkah laku agresif dan antisosial, penggunaan dan

ketergantungan obat terlarang, hubungan sosial yang buruk dengan orang

lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah, dan masalah tidur

atau makan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

26

Universitas Sumatera Utara

3. Faktor psikologis dan sosial, seperti kehilangan orang yang dicintai,

seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan

teman dekat atau keluarga, tidak dapat memenuhi harapan orang tua,

seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, dan penolakan

sosial, tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga,

teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan,

frustrasi, dan penolakan, pengalaman yang dapat membuatnya merasa

rendah diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau

penolakan, dan pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan.

Sedangkan menurut Needlmen (2004), beberapa sumber stres yang

dialami remaja, yaitu :

1. Stres Biologis (Biological Stress)

Tubuh remaja berubah secara cepat, remaja merasa bahwa semua orang

melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi

mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal.

Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah sehingga dapat

membuat remaja kekurangan tidur.

2. Stres Keluarga (Family Stress)

Salah satu sumber stres utama pada remaja adalah hubungannya dengan

orang tua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas,

tetapi di lain pihak mereka juga ingin diperhatikan.

3. Stres di sekolah (School Stress)

Tekanan dalam masalah akademis cenderung tinggi pada dua tahun

terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau

keberhasilan dalam bidang olahraga, di mana remaja selalu berusaha

untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.

4. Stres pada teman sebaya (Peer Stress)

Stres pada teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun

sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-temannya biasanya akan

tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah. Pada beberapa remaja,

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

27

Universitas Sumatera Utara

agar dapat diterima oleh teman-temannya, mereka melakukan hal-hal

negatif, seperti merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat

terlarang.

5. Stres Sosial (Social Stress)

Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena

mereka tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat mereka,

tidak boleh membeli alkohol secara legal.

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995), mahasiswa yang berada di masa

remaja lanjut menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua

mampu mengatasinya sendiri sehingga cenderung untuk mengalami stres.

Kesulitan penyesuaian tersebut berkisar pada:

1. Perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

dengan Perguruan Tinggi (PT)

a. Kurikulum

Isi kurikulum PT biasanya lebih sedikit tetapi lebih mendalam. Jika

kebetulan senang dengan bidang yang dipilih, kelanjutan dan

kegairahan belajar akan lebih lancar. Sebaliknya jika tidak sesuai,

kegairahan akan menurun, bahkan bisa menimbulkan gangguan pada

kepribadian.

b. Disiplin

Di PT biasanya tidak sedisiplin di SLTA karena dianggap sudah

lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa

yang bersangkutan. Hal ini mengubah cara belajar dan bisa

menyebabkan kesulitan tersendiri.

c. Hubungan dosen mahasiswa

Pola hubungan sangat berbeda dibandingkan ketika di SLTA. Dialog

langsung pada tingkat awal yang jumlah mahasiswanya besar,

cenderung jarang dilakukan di ruangan. Karena itu mahasiswa harus

menyesuaikan cara dosen memberi kuliah yang masih banyak

mempergunakan cara tradisional yakni dosen menerangkan tanpa

memperdulikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

28

Universitas Sumatera Utara

2. Hubungan sosial

Pada remaja lanjut, pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan

yang homoseksual ke arah heteroseksual sehingga masalah pergaulan

bisa menjadi masalah yang penting, baik mengenai percintaan, kesulitan

penyesuaian diri, dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok

pergaulan yang bisa bersifat negatif.

3. Masalah ekonomi

Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan

psikis, ketergantungan ekonomi masih ada karena pada umumnya belum

berpenghasilan. Kelonggaran untuk mempergunakan uang tidak sebebas

menetukan tingkah laku dan sikap.

4. Pemilihan jurusan

Antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga

merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan

sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun

pertama.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 38928... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian5 Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tarian Menurut Ross

29

Universitas Sumatera Utara

2.5. Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col)

Stres merupakan suatu konsep yang sulit diartikan bahkan lebih sulit

untuk menilainya. Meskipun demikian, berdasarkan bukti yang ada, stres

memiliki hubungan yang moderat dengan kesehatan dan merupakan salah satu

dari banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit (Sarafino, 2011).

HASS/Col adalah suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak

menyenangkan bagi para mahasiswa (Sarafino, 2011).

Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam

satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

1. Tidak pernah diberi skor 0

2. Sangat jarang diberi skor 1

3. Beberapa kali diberi skor 2

4. Sering diberi skor 3

5. Sangat sering diberi skor 4

6. Hampir setiap saat diberi skor 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan

tingkatan stres. Skor kurang dari 75 menunjukkan seseorang mengalami stres

lebih rendah, skor 75-135 menunjukkan seseorang mengalami stres menengah,

skor lebih dari 135 menunjukkan seseorang mengalamin stres lebih tinggi.

(Sarafino, 2011)

Universitas Sumatera Utara