bab ii tinjauan pustaka a. kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/migunani utami...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker 1. Definisi Kanker Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa individu penderitanya (Siburian dan Wahyuni, 2012). Kanker adalah pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitar (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Sel-sel yang berkembang ini akan menumpuk, mendesak dan merusak jaringan dan organ yang ditempati. Penumpukan sel baru inilah yang disebut tumor ganas (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015). 2. Faktor resiko penyakit kanker Faktor resiko penyakit kanker menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2015), antara lain: a. Faktor Genetik Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Upload: hadang

Post on 25-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker

1. Definisi Kanker

Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami

pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta

mengancam nyawa individu penderitanya (Siburian dan Wahyuni,

2012).

Kanker adalah pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak

normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus

membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitar (invasive)

dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang

organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Sel-sel yang

berkembang ini akan menumpuk, mendesak dan merusak jaringan

dan organ yang ditempati. Penumpukan sel baru inilah yang disebut

tumor ganas (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,

2015).

2. Faktor resiko penyakit kanker

Faktor resiko penyakit kanker menurut Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI (2015), antara lain:

a. Faktor Genetik

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

b. Faktor Karsinogen, di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, virus,

hormon, dan iritasi kronis.

c. Faktor Perilaku/Gaya Hidup, diantaranya yaitu merokok, pola

makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol, dan kurang

aktivitas fisik.

3. Jenis-jenis kanker

Jenis-jenis Kanker menurut Peiwen (2010):

a. Karsinoma

Jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan

tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti

sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara,

leher rahim, kolon, rectum, lambung, pancreas, dan esofagus.

b. Limfoma

Jenis kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk

darah, misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar

limfe, timus, dan sumsum tulang. Limfoma spesifik antara lain

adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limfa)

c. Leukemia

Kanker jenis ini tidak membentuk massa tumor, tetapi

memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah

normal.

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

d. Sarkoma

Yaitu jenis kanker dimana jaringan penunjang yang berada

dipermukaan tubuh seperti jaringan ikat, termasuk sel - sel yang

ditemukan diotot dan tulang.

e. Glioma

Yaitu kanker susunan syaraf, misalnya sel-sel glia (jaringan

penunjang) di susunan saraf pusat.

f. Karsinoma in situ

Yaitu istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel

abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih

dianggap lesi prainvasif (kelainan/luka yang belum menyebar)

4. Pengobatan Kanker

Penatalaksanaan kanker bersifat multidisipliner, mulai dari

pendekatan diagnostik yang melibatkan banyak keahlian, kemudian

pengobatan kanker yang multimodalitas dengan operasi, radiasi dan

kemoterapi, ataupun kombinasi dari ketiga hal tersebut. Pemilihan

modalitas terapi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang jika tidak

diperhatikan bukan hanya tidak akan mencapai hasil yang

diharapkan namun justru dapat memperburuk penyakit dan kondisi

pasien yang semuanya justru akan menurunkan kualitas hidup pasien

disamping beban finansial bagi keluarga (Sutrisno dkk, 2010).

Sebagian besar pengobatan kanker khususnya kemoterapi pada

penyakit yang telah mengalami metastase diberikan dengan tujuan

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

paliatif, dimana lama hidup atau kualitas hidup menjadi sasaran

pengobatan. Namun demikian, pengobatan pasien-pasien ini

umumnya gagal untuk memperpanjang masa hidup, sehingga

meningkatkan kualitas hidup merupakan tujuan yang lebih realistik.

Demikian juga, kualitas hidup ternyata sudah digunakan oleh para

dokter onkologi untuk memodifikasi atau menghentikan terapi

(Sutrisno dkk, 2010).

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya

mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas,

penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami

gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas

hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium

lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala

fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan

psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan

interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif (Fitria, 2010).

Pengobatan pada penderita kanker stadium lanjut (IV) mengacu

pada prosedur medis yg diberikan pada penderita kanker, sedangkan

penanganan mengacu kepada pendampingan secara menyeluruh,

meliputi aspek medis dan non-medis, yaitu aspek psiko dan sosial,

atau yang biasa disebut dengan aspek bio-psiko-sosial, sesuai dengan

model yang diajukan Engel dalam model biopsikososial yaitu model

yang mencakup faktor psikologi, sosial dan perilaku, pendekatan

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

yang merupakan landasan ilmiah dalam upaya mengasuh pasien,

karena raga yang mengidap penyakit dipersatukan lagi dengan

dimensi psikososialnya yang dapat memperngaruhi perjalanan

penyakitnya (Yusarga, 2009).

5. Kondisi Psikologis yang dialami Pasien Kanker

Masalah-masalah psikologis yang biasa timbul pada penyakit

terminal adalah (Damayanti dkk, 2008):

a. Perubahan-perubahan dalam konsep diri pasien

Pasien dengan penyakit terminal biasanya semakin tidak

dapat menunjukkan dirinya secara ekspresif. Mereka menjadi

sulit untuk mempertahankan kontrol biologis dan fungsi

sosialnya.

b. Masalah mengenai interaksi social

Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang tidak

menyenangkan dapat menyebabkan pasien mulai menarik diri

dari kehidupan sosialnya. Ada beberapa alasan pasien mulai

menarik diri antara lain proses kehilangan (mempersiapkan diri

untuk meninggalkan keluarga), ketakutan merepotkan keluarga

dengan biaya dan pengobatan penyakit pasien, dan kepanikan

mengahadapi kematian yang akan segera dating.

c. Masalah-masalah komunikasi

Ketika keadaan pasien semakin buruk, maka komunikasi

mengenai penyakit yang dianggap tabu juga akan berkurang

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

karena pasien dapat juga merasa tidak enak untuk membahas

mengenai hal-hal tentang kematian.

Berkaitan dengan masalah psikologis dan sosial yang

dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-

Ross dalam Damayanti dkk (2008), telah mengidentifikasi lima

tahap yang mungkin dilewati pasien terminal yaitu tahap kaget,

tahap penolakan, tahap amarah, tahap depresi, dan tahap pasrah.

B. Aspek Spiritual

1. Definisi Spiritual

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan.

Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan

kematian, kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan

kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5

dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup,

perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu

kesusahan (Hawari, 2002).

Spiritual penting dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas

hidup. Spiritual juga penting dikembangkan menjadi dasar tindakan

dalam pelayanan kesehatan. Pentingnya spiritualitas dalam

pelayanan kesehatan dapat dilihat dari batasan Organisasi

Kesehatan Dunia yang menyatakan bahwa aspek spiritual

merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya.

Tahun 1947 World Health Organization (WHO) memberikan

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

batasan sehat hanya dari 3 (tiga) aspek saja yaitu sehat fisik

(organobiologi), sehat mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat

sosial.

2. Aspek Spiritual

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan.

Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan

kematian; kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan

kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5

dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup,

perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu

kesusahan (Hawari, 2002).

Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas

meliputi aspek sebagai berikut :

a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau

ketidakpastian dalam kehidupan

b. Menemukan arti dan tujuan hidup

c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan

kekuatan dalam diri sendiri

d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan

dengan Yang Maha Tinggi.

3. Dimensi Spiritual

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan

keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi

stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual

juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan

manusia (Kozier, 2004).

Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu

dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial

berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi

agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan

Yang Maha Penguasa. Spiritualitas sebagai konsep dua dimensi.

Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha

Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi

horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan

orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus

menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).

4. Kompetensi yang di dapat dari Spiritualitas yang Berkembang

Tischler (2002) mengemukakan terdapat empat kompetensi

yang didapat dari spiritualitas yang berkembang, yaitu :

a. Kesadaran pribadi (personal awareness), yaitu bagaimana

seseorang mengatur dirinya sendiri, self-awareness, emotional

self-awareness, penilaian diri yang positif, harga diri, mandiri,

dukungan diri, kompetensi waktu, aktualisasi diri.

b. Ketrampilan pribadi (personal skills), yaitu mampu bersikap

mandiri, fleksibel, dan mudah beradaptasi.

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

c. Kesadaran sosial (sosial awareness), yaitu menunjukan sikap

sosial yang posotif, empati, altruisme.

d. Ketrampilan sosial (sosial skills), yaitu memiliki hubungan

yang baik dengan teman kerja dan atasan, menunjukan sikap

terbuka terhadap orang lain, mampu bekerja sama, pengenalan

yang baik terhadap nilai positif, baik dalam menanggapi

kritikan.

5. Faktor yang berhubungan dengan Spiritual

Dyson dalam Young (2007) menjelaskan tiga faktor yang

berhubungan dengan spiritualitas, yaitu :

a. Diri sendiri

Jika seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang

fundamental dalam eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas.

b. Sesama

Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya

dengan diri sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota

masyarakat dan saling berhubungan telah lama diakui sebagai

pengalaman pokok manusiawi.

c. Tuhan

Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan

Tuhan secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup

keagamaan. Akan tetapi, dewasa ini telah dikembangkan

secara luas dan tidak terbatas.

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

C. Dukungan Sosial

1. Definisi dukungan sosial

Menurut Gonollen dan Bloney (dalam Muzdalifah, 2009),

dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada

individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang

memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut.

Katc dan Kahn (2000) berpendapat, dukungan sosial adalah

perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang

lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang

bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan

langsung dalam bentuk tertentu.

Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai

peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain

yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan

kerja. Johnson and Johnson berpendapat bahwa dukungan sosial

adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi

yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan

sosial juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-

orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu,

mendorong, menerima, dan menjaga individu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

Cohen & Syme (1985) dalam Sholichah (2009), menyatakan

faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah :

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

a. Pemberi dukungan sosial

Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama akan

lebih mempunyai arti daripada yang berasal dari sumber yang

berbeda-beda setiap saat. Hal ini berkaitan dengan

kesinambungan dukungan yang diberikan yang akan

memberikan keakraban dan tingkat kepercayaan penerima

dukungan.

b. Jenis Dukungan

Jenis dukungan yang diterima akan mempunyai arti bila

dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang

dihadapi, seperti orang yang kekurangan pengetahuan,

dukungan informatif yang diberikan akan lebih bermanfaat

bagi dirinya.

c. Penerima Dukungan

Karakteristik atau ciri-ciri penerima dukungan akan

menentukan keefektifan dukungan yang diperoleh.

Karakteristik tersebut diantaranya kepribadian, kebiasaan, dan

peran sosial. Proses yang terjadi dalam pemberian dan

penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh kemampuan

penerima dukungan untuk mencari dan mempertahankan

dukungan yang diperoleh.

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

d. Lamanya Pemberian Dukungan

Lama atau singkatnya pemberian dukungan tergantung

pada kapasitasnya. Kapasitas berkaitan dengan kemampuan

dari pemberi dukungan untuk memberikan dukungan yang

ditawarkan selama suatu periode tertentu.

3. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Hause (dalam Suniatul, 2010) berpendapat bahwa ada empat

aspek dukungan sosial yaitu:

a. Aspek Emosional adalah melibatkan kekuatan jasmani dan

keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga individu

yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang lain tersebut

mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya.

b. Aspek Instrumental meliputi penyediaan sarana untuk

mempermudah atau menolong orang lain sebagai contohnya

adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain

dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu.

c. Aspek Informatif berupa pemberian informasi untuk

mengatasi masalah pribadi. Aspek informatif ini terdiri dari

pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang

dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.

d. Aspek Penilaian terdiri atas dukungan peran sosial yang

meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi

(persetujuan). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

bahwa aspek-aspek dukungan sosial adalah aspek emosional,

aspek instrumental, aspek informatif, dan aspek penilaian.

Dukungan sosial dapat diwujudkan dengan bantuan materi,

bantuan fisik, bimbingan, umpan balik, dan partisipasi sosial

D. Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda

tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi

permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan

positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya

jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas

hidupnya. Kreitler & Ben (2004) dalam Nofitri (2009) kualitas

hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian

mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah

penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan,

dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup

dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa

yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009).

Menurut WHO (1994) dalam (Bangun 2008), kualitas

hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau

wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan system nilai

dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup,

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.Hal ini merupakan

konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan

fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan social dan

hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.

Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan

penyakit, kualitas hidup dijadikan sebagai aspek untuk

menggambarkan kondisi kesehatan (Wilson dkk dalam (Larasati,

2012). Adapun menurut Cohen & Lazarus dalam (Larasati, 2012)

kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan

seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka.

Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi

fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya

WHOQOL Group (1998) dalam (Larasati, 2012).

Herman (Silitonga, 2007) definisi kualitas hidup yang

berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon

emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan

dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya

kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya

kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta

kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam

Power, 2003), persepsi individu mengenai kualitas hidupnya

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

dipengaruhi oleh konteks budaya dan sistem nilai dimana individu

tinggal. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan Fadda dan

Jiron (1999) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang

tinggal di kota/ wilayah satu dengan yang lain bergantung pada

konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada

wilayah tersebut. Menurut para peneliti, faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup adalah:

a. Gender atau Jenis Kelamin

Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan

bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup. Fadda dan Jiron (1999) dalam (Noftri, 2009)

mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan

dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber

sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting bagi laki-laki dan

perempuan juga akan berbeda. Bain, dkk (2003) dalam (Noftri,

2009) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup

antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki

cenderung lebih baik dari pada kualitas hidup perempuan.

Bertentangan dengan penemuan Bain, dkk (2004) dalam (Noftri,

2009) menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung

lebih tinggi dari pada laki-laki. Hal ini mengindikasikan adanya

perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan

kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

(1998) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa secara umum,

kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda,

namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan

yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria

lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih

baik.

b. Usia

Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri,

2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam Papalia, dkk

(2007) individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang

lebih tinggi pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan

oleh Rugerri, dkk (2001) menemukan adanya kontribusi dari

faktor usia tua terhadap kualitas hidup subjektif. Penelitian yang

dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan

adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek

kehidupan yang penting bagi individu.

c. Pekerjaan

Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan

bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang

berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk

yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity

tertentu). Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan

bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik

pada pria maupun wanita.

d. Pendidikan

Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) mengatakan

bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian yang

dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009)

menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring

dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh

individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk (2007)

dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh positif dari

pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak

banyak.

e. Status pernikahan

Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan

bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang

tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu

yang menikah atau kohabitasi. Penelitian empiris di Amerika

secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah

memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu

yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981) dalam (Nofitri,

2009) .Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa baik

pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau

kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

f. Penghasilan

Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri,

2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi

berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara

subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour,

Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009) juga

menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor

penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak

banyak.

g. Hubungan dengan orang lain

Baxter, dkk (1998) dalam (Nofitri, 2009) menemukan

adanya pengaruh dari faktor demografi berupa faktor jaringan

sosial dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif.

Kahneman, Diener, & Schwarz (1999) dalam (Nofitri, 2009)

mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat

dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan

yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia

akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

maupun emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani,

Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009)

juga menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang lain

memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan

kualitas hidup subjektif.

h. Standard referensi

O’Connor (1993) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa

kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang

digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan

mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal

ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh

WHOQoL (Power, 2003) dalam (Nofitri, 2009), bahwa kualitas

hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari

masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam

(Nofitri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard

referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial

Universitas Sumatera Utara memiliki pengaruh yang kuat

terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi,

individu membandingkan kondisinya dengan kondisi orang lain

dalam menghayati kualitas hidupnya.

3. Dimensi Kualitas Hidup

Menurut WHOQOL group Lopez dan Sayder (2004) (dalam

Sekarwiri 2008), kualitas hidup terdiri dari empat dimensi yaitu

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan

hubungan dengan lingkungan.

a. Dimensi Fisik

Dalam hal ini dimensi fisik yaitu aktivitas sehari-hari,

ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis, energi dan

kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan

istirahat, serta kapasitas kerja. Menurut Tarwoto dan Martonah

(2010) aktivitas sehari – hari adalah suatu energi atau keadaan

untuk bergerak dalam memenuhi kebutuhan hidup dimana

aktivitas dipengaruhi oleh adekuatnya system persarafan, otot

dan tulang atau sendi.

Ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis yaitu

seberapa besar kecenderungan individu menggunakan obat-

obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Energi dan kelelahan merupakan tingkat

kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari. Sedangkan mobilitas merupakan tingkat

perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dalam

menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Kemudian sakit dan

ketidaknyamanan menggambarkan sejauh mana perasaan

keresahan yang dirasakan individu terhadap hal-hal yang

menyebabkan individu merasa sakit (Sekarwiri, 2008).

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

Menurut Tarwoto dan Martonah (2010) istirahat merupakan

suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang

berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah

suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan

tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-

ulang dan masingmasing menyatakan fase kegiatan otak dan

badaniah yang berbeda. Kapasitas kerja menggambarkan

kemampuan yang dimiliki individu untuk menyelesaikan tugas-

tugasnya.

b. Dimensi Psikologis

Dimensi psikologis yaitu bodily dan appearance, perasaan

negatif , perasaan positif, self – esteem, berfikir, belajar,

memori, dan konsentrasi. Aspek sosial meliputi relasi personal,

dukungan sosial dan aktivitas seksual. Kemudian aspek

lingkungan yang meliputi sumber finansial, freedom, physical

safety dan security , perawatan kesehatan dan sosial care

lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai

informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan

untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan

serta lingkungan fisik dan transportasi (Sekarwiri, 2008).

Bodily dan appearance menggambarkan bagaimana

individu memandang keadaan tubuh serta penampilannya.

Perasaan negative menggambarkan adanya perasaan yang tidak

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Perasaan positif

merupakan gambaran perasaan yang menyenangkan yang

dimiliki oleh individu. Self – esteem melihat bagaimana

individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri. Berfikir,

belajar, memori, dan konsentrasi dimana keadaan kognitif

individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi, belajar dan

menjelaskan fungsi kognitif lainnya (Sekarwiri, 2008).

c. Dimensi Hubungan Sosial

Dimensi hubungan social mencakup relasi personal,

dukungan social dan aktivitas sosial. Relasi personal

merupakan hubungan individu dengan orang lain. Dukungan

sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan

oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

Sedangkan aktivitas seksual merupakan gambaran kegiatan

seksual yang dilakukan individu (Sekarwiri, 2008).

d. Dimensi Lingkungan

Adapun dimensi lingkungan yaitu mencakup sumber

financial, Freedom, physical safety dan security, perawatan

kesehatan dan sosial care, lingkungan rumah, kesempatan untuk

mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan,

partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau

kegiatan yang menyenangkan, lingkungan fisik serta

transportasi (Sekarwiri, 2008).

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

E. Kemoterapi

1. Definisi kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti

kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang

bertujuan membunuh sel kanker (dalam Chyntia, 2009). Jadwal

pengobatan kemoterapi sangat bervariasi. Seberapa sering dan

seberapa lama pasien mendapatkan kemoterapi tergantung pada

tipe dan stadium kanker; tujuan pengobatan (apakah kemoterapi

digunakan untuk mengobati kanker, mengontrol perkembangannya,

atau mengurangi gejala-gejala), tipe kemoterapi, dan bagaimana

tubuh bereaksi terhadap kemoterapi (dalam Bellenir, 2009).

Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling

banyak dilakukan (Azwar 2007, h.8). Komplikasi kemoterapi juga

dapat menimbulkan ketidaknyamanan, meningkatkan stres dan

mempengaruhi kualitas hidup klien. Dengan kata lain tindakan

kemoterapi secara signifikan berdampak atau mempengaruhi

kualitas hidup dari klien kanker di antaranya kesehatan fisik,

psikologis, spiritual, status ekonomi dan dinamika keluarga (Yusra

2011). WHO (dikutip dalam Farida 2010) mengemukakan bahwa

kualitas hidup adalah konsep multi dimensional yang meliputi

dimensi fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan yang berhubungan

dengan penyakit dan terapi. Cella dan Cherin tahun 2001 (dikutip

dalam Farida 2010) menyatakan bahwa kualitas hidup merupakan

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

penilaian dan kepuasan klien terhadap tingkat dan fungsi kehidupan

mereka dibandingkan dengan keadaan ideal yang seharusnya bisa

dicapai menurut klien.

2. Kemoterapi Dibedakan Menjadi Tiga, yaitu :

a) Kemoterapi paliatif, jenis kemoterapi yang dilakukan dengan

alasan untuk mengendalikan atau melenyapkan tumor untuk

meringankan gejala kanker seperti rasa sakit.

b) Kemoterapi adjuvant, jenis kemoterapi yang dilakukan dengan

alasan untuk mencegah kemunculan kembali sel-sel kanker

setelah pembedahan atau terapi radiasi untuk mengontrol

tumor. Cara kerja kemoterapi ini adalah dengan membidik dan

melenyapkan sel kanker yang berkembang dengan sangat cepat

di dalam tubuh.

c) Kemoterapi Neo-adjuvant, kemoterapi yang dilakukan dengan

alasan untuk mengurangi tumor sehingga mudah dioperasi

yang diberikan sebelum operasi.

3. Cara Pemberian Kemoterapi

a) Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa

kali sehari. Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah:

bisa dilakukan di rumah.

b) Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang

praktek dokter, rumah sakit, klinik, bahkan di rumah.

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

c) Dalam bentuk infus, Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di

rumah (oleh paramedis yang terlatih).Tergantung jenisnya,

kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali,

tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa sering

penderita harus menjalani kemoterapi, juga tergantung pada

jenis kanker penderita.

4. Manfaat Kemoterapi

a) Pengobatan, beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara

tuntas dengan satu jenis kemoterapi atau beberapa jenis

kemoterapi.

b) Kontrol, kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat

perkembangan kanker agar tidak bertambah besar atau

menyebar ke jaringan lain

c) Mengurangi gejala, bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan

kanker, maka kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk

mengurangi gejala yang timbul pada pasien, seperti

meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta

memperkecil ukuran pada daerah yang diserang.

5. Efek Kemoterapi

Pengobatan secara kemoterapi memiliki efek samping,

dimana efeknya tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang

diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan

sebulan sekali. Berapa sering penderita harus menjalani

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

Kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang

paling ditakuti dari kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada-tidak

atau berat-ringannya kondisi akan pulih seperti semula. Beberapa

produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek

samping kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh.

Bisa menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan

sudah tentu dengan dokter juga. Saat ini, dengan semakin

maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin diterima

kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa

memberikan kemoterapi herbal yang bebas efek samping. Kalau

Anda bermaksud menggunakannya, pastikan yang menangani

Anda di klinik tersebut adalah seorang dokter medis. Paling tidak

Anda harus berkonsultasi dengan dokter yang merawat Anda, dan

lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk memantau

hasilnya.

Kebanyakan pasien yang diberikan kemoterapi juga

mengalami mual, muntah, dan kerontokan rambut (dalam

Tavistock & Routledge, 2002). Banyak orang yang memandang

bahwa rambut mereka merupakan bagian yang sangat penting dari

penampilan. Pada beberapa budaya, rambut juga merupakan

lambang dari kesuburan atau status, sehingga kerontokan rambut

dapat menjadi pengalaman yang begitu sulit (dalam Odgen, 2004).

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

Kebanyakan efek samping mereda setelah kemoterapi berakhir.

Tetapi terkadang efek tersebut dapat berlangsung berbulan-bulan

atau bahkan bertahuntahun. Kemoterapi juga dapat menyebabkan

efek samping jangka panjang yang tidak kunjung reda seperti

kerusakan hati, paru-paru, ginjal, saraf, atau organ reproduksi.

Beberapa tipe kemoterapi bahkan dapat menyebabkan kanker

tambahan beberapa tahun kemudian (dalam Bellenir, 2009).

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

F. Kerangka Teori

= = yang tidak diteliti

= yang diliti

Gambar 2.2

Kerangka Konsep modifikasi dari : (Tishler, 2002), (Kozier, 2004), (Dyson dalam

Young, 2007), (WHOQOL group Lopez dan Syder, 2004

Dukungan sosial

- Dukungan emosional - Dukungan instrumental - Dukungan informatif - Dukungan penilaian

Dimensi kualitas hidup

- Kesehatan fisik - Kesejahteraan psikologis - Hubungan sosial - lingkungan

Kualitas hidup pasien kanker dengan kemotarapi

Karakteristik responden : a) Gender / jenis kelamin b) Usia c) Pendidikan d) Pekerjanan e) Status pernikahan f) Penghasilan g) Hubungan dengan orang lain

Aspek spiritual

- Perkembangan - Keluarga - Ras / suku - Agama yang dianut - Kegiatan keagamaan

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

G. Kerangka konsep

Kerangka konseptual merupakan dasar pemikiran yang di

rumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka (Saryono,

2008)

Gambar 2.1

kerangka konsep modifikasi dari : (Kozier, 2004), (Tischler, 2002), (Dyson dalam

Young, 2007)

Aspek Spiritual

- Dimensi spiritual - Kompetensi yang

di dapat dari spiritual yang berkembang

- Faktor yang berhubungan dengan spiritualitas

Dukungan sosial

- Dukungan emosional

- Dukungan instrumental

- Dukungan informatif

- Dukungan penilaian

Kualitas hidup pasien kanker dengan

kemoterapi

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1300/3/MIGUNANI UTAMI BAB II.pdf · dihadapi pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kubler-Ross

H. Hipotesis

Ha = ada hubungan antara aspek spiritual dan dukungan sosial

terhadap kualitas hidup pasien kanker dengan kemoterapi di RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Ho = tidak ada hubungan antara aspek spiritual dan dukungan sosial

terhadap kualitas hidup pasien kanker dengan kemoterapi di RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Hubungan Aspek Spiritual..., MIGUNANI UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016