konsep ketepatan dan kebaikan menurut w.d. ross …

19
KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS SEBAGAI ETIKA PRIMA FACIE DUTIES William Wardoyo Fristian Hadinata Faculty of Humanities, Univesitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk membahas secara mendalam etika Prima Facie Duties ciptaan William David Ross. Prima Facie Duties merupakan teori etika yang didasari oleh dua konsep dasar yaitu konsep ketepatan dan konsep kebaikan. Kedua konsep inilah yang mendasari kewajiban dalam Prima Facie Duties yaitu duty of fidelity, duty of gratitude, duty of reparation, duty of beneficence, duty of justice, duty of self-improvement, dan, duty of non-maleficience. Tulisan ini juga memberikan perbandingan Prima Facie Duties dengan Ideal Utilitarian Moore dan Deontology Kantian, dan Moral Relativism untuk memberikan suatu gambaran jelas apa yang menjadi corak khas dari Prima Facie Duties. Dalam tulisan ini juga dimasukan kritik dari John Rawls kepada intuisionisme dan juga tanggapan berdasarkan Prima Facie Duties terhadap kritik tersebut yang berupa improvisasi penting bagi Prima Facie Duties yaitu sistem prioritas Kata kunci: Intuisi; kebaikan; ketepatan; kewajiban Right and Good According to W.D. Ross as Prima Facie Duties Ethics Abstract Pendahuluan Tindakan keseharian kita memiliki banyak pilihan, dan tentunya di setiap pilihan ada suatu pilihan yang baik dan buruk. Sebagai mahluk rasional, tentunya kita akan mengincar pilihan The point of this essay is to explain deeply the Prima Facie Duties ethics which were made by W.D. Ross. Prima Facie Duties is an ethical theory based on two main concept which is right and good. These two central concept become the base of the seven duties which are duty of fidelity, duty of gratitude, duty of reparation, duty of beneficence, duty of justice, duty of self-improvement, and duty of non-maleficience. There is also comparison of Prima Facie Duties with Moore Ideal Utiliarianism, Kantian Deontology, and Moral Relativism to show the main characteristic of Prima Facie Duties. Critics from John Rawls against ethical intuitionism is also included with the solution for Prima Facie Duties based on John Rawls critics which improves Prima Facie Duties in the form of priority system Keywords : Duties; Good; Intuition; Right Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

35 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS SEBAGAI ETIKA PRIMA FACIE DUTIES

William Wardoyo

Fristian Hadinata

Faculty of Humanities, Univesitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk membahas secara mendalam etika Prima Facie Duties ciptaan William David Ross. Prima Facie Duties merupakan teori etika yang didasari oleh dua konsep dasar yaitu konsep ketepatan dan konsep kebaikan. Kedua konsep inilah yang mendasari kewajiban dalam Prima Facie Duties yaitu duty of fidelity, duty of gratitude, duty of reparation, duty of beneficence, duty of justice, duty of self-improvement, dan, duty of non-maleficience. Tulisan ini juga memberikan perbandingan Prima Facie Duties dengan Ideal Utilitarian Moore dan Deontology Kantian, dan Moral Relativism untuk memberikan suatu gambaran jelas apa yang menjadi corak khas dari Prima Facie Duties. Dalam tulisan ini juga dimasukan kritik dari John Rawls kepada intuisionisme dan juga tanggapan berdasarkan Prima Facie Duties terhadap kritik tersebut yang berupa improvisasi penting bagi Prima Facie Duties yaitu sistem prioritas

Kata kunci: Intuisi; kebaikan; ketepatan; kewajiban

Right and Good According to W.D. Ross as Prima Facie Duties Ethics

Abstract

Pendahuluan Tindakan keseharian kita memiliki banyak pilihan, dan tentunya di setiap pilihan ada suatu

pilihan yang baik dan buruk. Sebagai mahluk rasional, tentunya kita akan mengincar pilihan

The point of this essay is to explain deeply the Prima Facie Duties ethics which were made by W.D. Ross. Prima Facie Duties is an ethical theory based on two main concept which is right and good. These two central concept become the base of the seven duties which are duty of fidelity, duty of gratitude, duty of reparation, duty of beneficence, duty of justice, duty of self-improvement, and duty of non-maleficience. There is also comparison of Prima Facie Duties with Moore Ideal Utiliarianism, Kantian Deontology, and Moral Relativism to show the main characteristic of Prima Facie Duties. Critics from John Rawls against ethical intuitionism is also included with the solution for Prima Facie Duties based on John Rawls critics which improves Prima Facie Duties in the form of priority system Keywords : Duties; Good; Intuition; Right

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 2: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

yang dianggap baik dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Untuk mengetahui suatu

tindakan baik atau buruk , manusia melakukan refleksi kritis terhadap pilihan tindakanya

untuk menghasilkan tindakan yang baik dan bermoral dan menghindari tindakan yang buruk

dan tidak bermoral. Refleksi kritis ini merupakan etika.

Etika sudah ada dari Zaman Yunani Kuno, salah satunya adalah etika Aristoteles.

Pembahasan etika Aristotelian terdapat pada Nicomachean ethics. Pembahasan etika

Aristoteles termasuk pada filsafat praktikalnya. Karena penyelidikan etika Arisoteles tidaklah

bertujuan untuk mencari apa itu goodness, namun bagaimana menjadi baik (good). Tujuan

utama pembelajaran etika adalah untuk menjadi orang yang baik (good person), namun untuk

mencapai hal tersebut haruslah dipahami apa itu goodness terlebih dahulu.1

Pemikiran dalam etika Aristoteles pada dasarnya sama seperti Plato bahwa pertanyaan

fundamental dalam etika adalah “how should one live?” Pertanyaan ini haruslah dipahami

sebagai “how can one achieve the best possible life?”. Terbaik (best) dalam hal ini dipahami

sebagai terbaik dari sudut pandang agen yang berbeda dari terbaik menurut sudut pandang

netral, dan objektif. Sudut pandang self-regard menjadi penting dalam etika Aristoteles

seperti pada Plato, bentuk self-regard ini memberi ruang bagi altruisme dan pengorbanan diri

(self-sacrifice).

Aristoteles menyebutkan bahwa pertanyaan fundamental tersebut dapat dilihat pada tujuan

akhir tindakan. Aristoteles berusaha untuk menunjukan bahwa terdapat suatu tujuan akhir

yang bisa dianggap sebagai supreme good. Menurut Aristoteles, supreme good ini bernama

eudaimonia, yang berarti hidup dan bertindak dengan baik. 2

Pemikiran etika Aristoteles juga menjadi dasar Virtue ethics. Aristoteles mendefinisikan

virtue sebagai suatu kebiasaan atau cara berpikir dan bertindak. Berdasarkan doctrine of

mean, seseorang yang didasari virtue akan bertindak pada pertengahan (mean) antara dua hal

ekstrim, contohnya ketika seseorang dengan keberanian dihadapkan pada suatu masalah,

orang tersebut akan melakukan tindakan yang bukan tindakan pengecut, namun juga bukan

tindakan gegabah. Titik tengah (mean) dari tindakan ini tidak diberikan secara detail, dan

tidaklah harus berada tepat diantara dua tindakan vice.

                                                                                                                         

1 John Skorupsi, et al .2010. The Routledge Companion to Ethics. (Taylor & Francis e-Library), hlm 41 2 Ibid., hlm. 42.

1

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 3: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

Bagi Aristoteles sendiri, virtue tidaklah bisa ditangkap oleh aturan dan prinsip universal.

Untuk menjadi orang yang virtuous, orang tersebut haruslah sensitif atau perseptif terhadap

apa yang tepat secara moral dalam situasi tertentu. Aristoteles juga berpendapat bahwa

terdapat kesatuan dari segala virtue karena tidak ada konflik diantara virtue. Panduan yang

diberikan oleh Aristoteles terhadap virtue adalah dengan mengikuti tindakan mana yang

dipilih oleh para individu yang virtuous. Tindakan yang tepat (right) untuk dipilih diukur

berdasarkan tindakan yang umumnya akan dipilih oleh individu yang virtuous. Karakteristik

umum para individu yang virtuous adalah mereka yang hidup dalam Eudaimonia.3

Pada masa modern, virtue ethics dilupakan karena munculnya teori etika baru di masa

modern. Etika pada masa modern memiliki dua aliran besar. Aliran pertama adalah

Deontologi Kantian yang mengatakan bermoral atau tidaknya suatu tindakan didasari oleh

tindakan itu sendiri, bahwa tindakan yang bermoral adalah tindakan yang didasari oleh

kewajiban.4 Jika suatu tindakan dilakukan atas dasar kewajiban, maka tindakan tersebut

bermoral, sementara jika tindakan tersebut tidak didasari kewajiban, maka tindakan tersebut

tidak bermoral. Etika Deontologi ini tidak memperdulikan hasil dari tindakan karena basis

moralnya hanyalah kewajiban yang terkait pada tindakan itu sendiri. Sementara teori etika

lain yang menjadi lawan dari Deontologi adalah teori etika Konsekuensialisme dan

Utilitarianisme. Bagi Konsekuensialisme, suatu tindakan dinyatakan bermoral atau tidaknya

suatu tindakan berdasarkan dari tindakan itu sendiri. Utilitarianisme, terutama Utilitarianisme

Mill, merupakan perkembangan lebih lanjut dari Konsekuensialisme. Dalam prinsip

Utilitarianisme, suatu tindakan dianggap benar dan bermoral berdasarkan utilitas yang

dihasilkan. Jika hasil yang dihasilkan dari tindakan memberikan suatu kebahagiaan bagi orang

banyak, maka tindakan tersebut dinyatakan benar dan bermoral, sementara jika tindakan yang

dilakukan menghasilkan apa yang berlawanan dengan kebahagiaan, maka tindakan tersebut

salah5. Teori etika ini pada dasarnya merupakan kedua teori etika yang saling bertentangan

karena Deontologi mementingkan tindakan itu sendiri sementara Konsekuensialisme lebih

mementingkan hasil dari tindakan tersebut.

Sementara pada awal abad 18 muncul aliran etika intuisionisme. Fitur yang khas dari

intuisionisme adalah moral realist yang non-naturalist. dan pandangan bahwa prinsip moral

pada dasarnya bersifat self-evident. Pada umumnya, kaum Intuisionis percaya bahwa prinsip

                                                                                                                         3 Ibid., hlm. 481-482.  4 Phillip Stratton Lake. 2005. Kant, Duty, and Moral Worth. (Taylor & Francis e-Library), Hlm. 11. 5John Skorupsi, et al, Op.cit . hlm. 181.

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 4: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

moral yang mendasar bersifat plural dan pluralitas ini tidak bisa direduksi, walaupun ada

intuisionis seperti Moore dan Sidgwick yang menganggap bahwa moralitas yang benar dan

salah bisa digolongkan dalam satu prinsip konsekuensialis.6

Teori etika yang dibahas dalam tulisan ini merupakan teori etika William David Ross yang

disebut sebagai Prima Facie Duties. Teori etika Prima Facie Duties tergolong dalam etika

intuisionisme. Bentuk dari Prima Facie Duties sendiri merupakan kewajiban-kewajiban yang

pluralistik sehingga Prima Facie Duties juga dikategorikan dalam Deontologi. W.D Ross

membuat Prima Facie Duties sebagai reaksi terhadap Utilitarianisme. W.D Ross juga

mendapat pengaruh dari etika Aristotelian pada konsep-konsep yang terdapat dalam Prima

Facie Duties.

Tinjauan Teoritis Teori yang digunakan untuk menganalisa Prima Facie Duties merupakan konsep kewajiban

(obligation) secara luas. Suatu obligasi moral atau kewajiban merupakan suatu syarat moral

yang mengarahkan suatu individu untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.

Umumnya suatu kewajiban dinyatakan dengan kalimat-kalimat yang mengandung kata

“sebaiknya (should)” atau “seharusnya (ought)”.

Dunia ini secara moral dipenuhi oleh kewajiban. Misalnya ketika seseorang membuat janji,

maka orang tersebut memiliki kewajiban untuk memenuhi janji yang dibuatnya. Memiliki

kewajiban merupakan suatu pengalaman yang lazim bagi manusia. Walaupun kewajiban

menyebar begitu luas, kewajiban ini tidaklah melemahkan kategori moral kita. Banyak

tindakan yang baik secara moral (morally good) namun tidaklah wajib dilakukan ataupun

buruk secara moral (morally bad) namun dilarang untuk dilakukan. Contohnya tindakan

memberi uang kepada orang miskin merupakan tindakan yang baik secara moral namun

bukanlah tindakan yang wajib dilakukan7

Kewajiban memiliki dua fitur yang harus dijelaskan. Fitur pertama adalah sangat susah untuk

kabur dari kewajiban (inescapability), yaitu ketika seseorang menerima suatu kewajiban maka

kewajiban tersebut menjadi miliknya walaupun orang tersebut belum tentu mau melakukan

kewajiban tersebut. Contohnya seseorang memiliki kewajiban untuk membayar mobil yang

                                                                                                                         6 Ibid., hlm. 467. 7 Dwight Furrow. 2011. Ethics Key Concept s in Philosophy. (New York: Continuum International Publishing Group), hlm. 84.

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 5: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

dibelinya walaupun setelah mencoba mengendarainya 10ribu kilometer orang tersebut merasa

mobil tersebut tidak cocok denganya. Bisa dikatakan bahwa kewajiban ini membatasi

seseorang dalam apa yang secara moral bisa dilakukan atau tidak dilakukan tanpa

memperdulikan kehendak orang tersebut. Inescapability dalam suatu kewajiban juga memiliki

batas. Pada umumnya, para filsuf menganggap bahwa keharusan menyatakan suatu

kemampuan sehingga suatu kewajiban haruslah kita lakukan selama kita mampu

melakukanya. Suatu kewajiban juga bisa ditimpa kewajiban lainya, sehingga dalam suatu

teori kewajiban haruslah memberikan suatu bantuan untuk menentukan kewajiban mana yang

lebih penting untuk dilakukan saat ada konflik kewajiban. Tindakan seseorang yang

berdasarkan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu merupakan suatu

tuntutan moral.

Fitur kedua dari kewajiban terkait masalah inescapability dari kewajiban. Sifat kewajiban

yang begitu mengikat menandakan adanya otoritas tertentu dibalik kewajiban. Salah satu cara

untuk menentukan otoritas dibalik kewajiban adalah anggapan bahwa ada perintah Tuhan

dibalik kewajiban, namun cara ini membuat moralitas tergantung pada Tuhan sepenuhnya.

dua pandangan lain yang digunakan oleh para filsuf untuk memahami kewajiban adalah

berdasarkan penalaran yang dimiliki oleh manusia atau berdasarkan suatu kontrak implisit

diantara manusia. Deontologi Kantian dan Utilitarian merupakan dua contoh etika yang

menggunakan dasar penalaran. Keduanya memiliki kesamaan berupa cara pandang objektif

Kewajiban sendiri pada dasarnya bukanlah satu-satunya yang menentukan bermoral atau

tidaknya suatu tindakan. Dimungkinkan bagi seseorang untuk selalu bertindak berdasarkan

kewajiban namun orang tersebut tidak menyukainya dan selalu menggerutu ataupun

menyombongkan tindakanya. Seseorang yang demikian melakukan tindakan yang benar

secara moral namun orang tersebut bukanlah orang yang baik secara moral.

Kerangka teori kedua adalah pemahaman intuisionisme secara menyeluruh karena Prima

Facie Duties termasuk dalam etika Intuisionisme. Aliran intuisionisme merupakan aliran etika

pada awal abad 18. Tokoh-tokohnya seperti Samuel Clark, Richard Price, Henry Sidgwick,

G.E Moore. H. P. Prichard, dan W.D. Ross. fitur yang khas dari intuisionisme adalah moral

realist yang non-naturalis. Pada umumnya mereka percaya adanya aturan dasar moral yang

bersifat pluralistik dan tidak bisa direduksi. Namun, intuisionis seperti Sidgwick dan Moore

bersifat monist, mereka percaya bahwa moralitas baik dan buruk bisa digolongkan dalam satu

prinsip konsekuensialisme

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 6: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

Kaum intuisionisme sebagai moral realist percaya bahwa penilaian moral menyatakan suatu

keyakinan yang benar, suatu keyakinan ini menjadi benar karena adanya keberadaan sifat-

sifat moral yang relevan dalam objek tertentu. Contohnya keyakinan bahwa mencuri adalah

salah ataupun menolong adalah baik menjadi benar karena tindakan mencuri memiliki sifat-

sifat kesalahan dan menolong memiliki sifat-sifat kebaikan. Kaum intuisionisme mengambil

sifat-sifat seperti ini (kebaikan, kesalahan, keburukan, dan ketepatan) sebagai sifat-sifat yang

non-natural. Mereka juga percaya bahwa sifat-sifat moral tidak bisa didefinisikan tanpa

menggunakan term moral yang explisit dan tidak bisa didefinisikan menggunakan term dari

pengetahuan alam. Sehingga intuisionis bukan hanya seorang moral realist, namun juga

moral realist yang non-naturalist karena bagi mereka, nyata namun bukanlah bersifat

alamiah.8

Kaum intuisonisme juga merupakan epistemological foundationalists. Mereka

mempertahankan bahwa pengetahuan moral dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang

berdasarkan suatu interfensi atau argumen, dan pengetahuan yang bukan demikian.

Pengetahuan moral yang berdasarkan argumen merupakan suatu pengetahuan derivatif.

Pengetahuan ini menjadi derivatif karena pengetahuan yang didapat dari suatu kesimpulan

haruslah didukung dengan premis-premis pengetahuan awal yang mendukung kesimpulan

tersebut. Jika premis-premis ini berdasarkan suatu argumen, maka harus diketahui premis-

premis pada argumen tersebut. premis-premis yang mendasar merupakan suatu aksioma yang

self-evident, dimana semua pengetahuan moral berasal. Bagi intusionisme, aksioma yang self-

evident merupakan suatu aturan moral yang menyatakan apa yang sebaiknya dilakukan

ataupun tidak dilakukan, sementara pada Ross, bahwa suatu tindakan merupakan prima facie

right ataupun prima facie wrong.9

Namun, intuisionisme tidaklah mengklaim bahwa semua pendirian moral kita merupakan

suatu pengetahuan. Ross misalnya, mempertahankan bahwa hanya asas-asas moral yang

mendasar yang bisa diketahui. Kita tidak akan pernah mengetahui apa yang seharusnya kita

lakukan dengan pasti pada suatu keadaan, atau pada kasus konflik kewajiban, tidak bisa

diketahui dengan pasti mana yang menjadi kewajiban utamanya. Pilihan yang kita lakukan

hanyalah sebatas pendapat perorangan.10

                                                                                                                         8  John Skorupsi, et al, Op.cit . hlm. 467.  9  Ibid., hlm. 468.  10 Loc. Cit.  

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 7: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini ada metode deskriptif analisis. Penulis

memberikan deskripsi yang mendalam terhadap teori etika W. D. Ross dan juga menjelaskan

dengan komprehensif apa yang menjadi karakteristik utama dari teori etika W. D. Ross yang

berbentuk Prima Facie Duties.

Penulis juga menganalisa Prima Facie Duties dengan membandingkanya terhadap teori etika

Deontologi Kantian dan utilitarianism Moore. Perbandingan dengan Deontologi Kantian

didasari persamaan Prima Facie Duties dengan Deontologi Kantian yang merupakan etika

dengan bentuk kewajiban. Perbandingan Prima Facie Duties dengan Utilitarianism Moore

karena keduanya merupakan etika Intuisionisme. Melalui perbandingan inilah bisa terlihat apa

yang menjadi corak utama Prima Facie Duties.

Penulis juga memberikan argumen tanggapan terhadap kritik yang diberikan terhadap etika

intuisionisme oleh Rawls dan memberikan suatu solusi terhadap kritik tersebut.

Hasil Penelitian [Naskah ringkas ditulis menggunakan tipe huruf Times New Roman ukuran 12 pt, dengan spasi 1,5 (line spacing = 1.5 lines). Ukuran kertas yang digunakan adalah A4 (210 mm x 297 mm) dengan menggunakan format satu kolom, dan margins: last costum (top 2,5 cm; left 2,5 cm; bottom 2,5 cm; right 2,5 cm). Panjang naskah adalah 15 – 20 halaman, termasuk gambar, grafik atau tabel (jika ada) yang menyertainya]

Pembahasan

Bagian yang membahas mengenai bentuk Prima Facie Duties merupakan bagian

kedua dari buku Ross The Right and The Good yang diberi judul What Makes Right Acts

Right. bagian ini dibuka dengan penjelasan mengenai isu utama antara Utilitarianisme dan

hedonisme dengan lawan-lawanya bukan lagi masalah apakah ketepatan berarti produktifitas

dari suatu kebahagiaan atau apapun yang sejenis. Namun yang menjadi isu utama adalah

apakah ada suatu karakteristik umum yang membuat suatu tindakan benar menjadi suatu

tindakan yang tepat.

Banyak upaya dari utilitarian untuk mendefinisikan satu karakteristik utama dari

segala tindakan yang tepat. Bagi Ross, puncak dari teori yang berusaha mendefinisikan

karakteristik ketepatan yang berdasarkan basis bahwa ketepatan adalah produktifitas dari

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 8: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

suatu hasil (terutama hasil yang menghasilkan kebahagiaan) merupakan teori dari G E Moore

yaitu apa yang membuat suatu tindakan benar adalah suatu tindakan yang bisa memproduksi

suatu hal yang baik dari tindakan lain yang bisa dilakukan oleh agen. Utilitarian Moore

didasari pemahaman bahwa kenikmatan bukan satu-satunya hal yang baik, dan hal lain seperti

suatu kepintaran, sifat-sifat yang baik juga merupakan suatu kebaikan. Maka teori utilitarian

mendapat perubahan dari produksi kenikmatan yang terbanyak menjadi produksi kebaikan

yang terbanyak. Bentuk Utilitarian Moore yang melandaskan kebaikan terbanyak sebagai

dasar ukuran ketepatan membuatnya lebih luas dibanding Utilitarian hedonistik yang

melandaskan bahwa kenikmatan hanya satu-satunya ukuran ketepatan. Akan tetapi, bagi Ross

teori ini tetaplah irrelevan dengan konsep ketepatan karena pada saat seseorang bertindak

untuk kepentingan dirinya sendiri maka orang tersebut tidak bertindak berdasarkan sense of

duty-nya namun berdasarkan kepentinganya (self-interest).

Untuk menjelaskan lebih lanjut, Ross memberikan suatu ilustrasi jika seseorang menepati

janjinya, tindakan tersebut merupakan suatu tindakan yang bisa dianggap sebagai suatu

ketepatan. Tetapi alasan orang tersebut menepati janji bukanlah karena konsekuensi dari

menepati janji itu akan menghasilkan suatu kenikmatan. Seseorang menepati janji karena dia

membuat janji dan dia merasa dirinya harus menepati janji tersebut sebagai suatu kewajiban

tanpa alasan konsekuensi apapun.

Pada kasus khusus seperti jika menepati janji akan menghasilkan suatu bencana bagi

orang yang bersangkutan ,contohnya ketika kita membuat janji pada seseorang namun jika

kita menepati janjinya kita akan membuat orang tersebut merasa stress, sementara jika

membatalkan janji kita kepada orang tersebut maka kita bisa memberikan ketenangan pada

orang tersebut. Tindakan membatalkan janji bisa menjadi suatu tindakan yang benar. Karena

tindakan membatalkan janji juga bisa dianggap suatu kewajiban yaitu kewajiban untung

mencegah terjadinya stress pada orang tersebut. Pada saat konflik seperti ini terjadi, ada dua

teori yang berusaha menyelesaikan konflik tersebut. Teori pertama adalah teori Kantian yang

menganggap bahwa ada kewajiban tertentu sebagai kewajiban absolut yang harus dilakukan

seperti kewajiban menepati janji dan tidak memberikan pengecualian bagi kewajiban yang

tidak absolut seperti kewajiban mencegah terjadinya stress misalnya.

Pandangan satunya lagi adalah pandangan dari G.E Moore yang mendasarinya dengan prinsip

satu-satunya kewajiban adalah kewajiban memproduksi kebaikan dan segala konflik

kewajiban diselesaikan dengan kewajiban mana yang paling menghasilkan banyak kebaikan.

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 9: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

Pada umumnya kewajiban menepati janji lebih penting ketimbang kewajiban membantu

orang lain namun jika kewajiban membantu orang lain bisa menghasilkan suatu nilai kebaikan

yang begitu besar maka kewajiban ini akan menjadi kewajiban utama.

Ross berpendapat bahwa ideal utilitarianism Moore tidak sesuai dengan relasi kita terhadap

orang lain. karena teori ideal utilitarianism Moore menjadikan relasi kita dengan orang lain

sebatas relasi yang didasari oleh keuntungan semata. Bagi Ross, orang lain memiliki relasi

yang signifikan secara moral dengan kita. Baik relasi antara pembuat janji dan orang yang

dijanjikan, relasi suami-istri, ayah dan anak, ataupun relasi antar teman. Relasi ini yang

menjadi fondasi dari Prima Facie Duties. Dimana Prima Facie Duties menjadi suatu

kewajiban bagi kita tergantung dari situasi yang ada. 11

“I suggest Prima Facie Duties or conditional duties as a brief way of referring to

characteristic (quite distinct from that being a duty proper) which an act has, in virtue of

being a certain kind (e.g. the keeping of promise), of being and act which would be a duty

proper if it were not at the same time of another kind which is morally significant.”

(Ross,2009, p. 19).

Term Prima Facie sendiri sebenarnya bukan suatu term yang paling tepat menurut Ross

sendiri, namun karena tidak ada term lain yang mendekati untuk menjelaskan keseluruhan

konsep dari teori etikanya maka term Prima Facie Duties tetap digunakan.12 Prima Facie

yang dibuat Ross tidaklah sewenang-wenang karena Prima Facie ini bergantung pada

keadaan dengan signifikansi moral. Adapun Prima Facie tersebut antara lain: duty of fidelity,

yaitu kewajiban untuk memenuhi janji yang telah dibuat, duty of reparation, yaitu kewajiban

untuk mengganti kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan kita. Duty of

fidelity dan duty of reparation dikategorikan sebagai kewajiban yang muncul dari tindakan

yang kita lakukan di masa lampau. Duty of Gratitude, yaitu kewajiban untuk membalas

kebaikan orang lain terhadap kita. Duty of justice, yaitu kewajiban untuk membagikan

kebaikan bagi orang lain sesuai kebutuhan setiap orang. Duty of beneficence, yaitu kewajiban

untuk memberikan bantuan bagi orang lain dengan meningkatkan kondisi hidupnya dengan                                                                                                                          11 Ibid., hlm. 19. 12 Term ini diakui oleh W,D Ross sebenarnya bukan sebagai term yang paling pas untuk teori etikanya, karena Prima Facie Duties berbicara seolah-olah sebagai kewajiban tertentu sementara Prima Facie Duties merupakan suatu hal spesial yang terkait dengan kewajiban1. Selain itu term Prima Facie seakan-akan hanya membahas kewajiban yang muncul di depan mata sementara Prima Facie Duties membahas kewajiban dalam konteks yang lebih luas.namun Term “prima Facie” tetap digunakan karena term ini mengandung prinsip bahwa pertimbangan etika kita terhadap suatu kejadian tergantung pada apa yang muncul atau terlihat secara langsung kepada kita pertama kali. Ibid., hlm. 20.

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 10: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

dasar virtue, intelligence, dan pleasure. Duty of self-improvement, yaitu kewajiban untuk

meningkatkan kualitas diri berdasarkan virtue, dan intelligence. Duty of non-maleficence,

yaitu kewajiban untuk tidak menyakiti ataupun memberikan kerugian bagi orang lain.13

Duty Non-maleficience merupakan kewajiban yang spesial dibanding kewajiban lainya

menurut Ross karena kewajiban ini satu-satunya kewajiban yang disampaikan dalam term

negative berupa suatu larangan. Duty of non-maleficience memiliki relasi khusus terhadap

duty of beneficience karena duty of beneficience tidak bisa dipenuhi tanpa melakukan duty of

non-maleficience. Terdapat prioritas pada duty of non-maleficience terhadap duty of

beneficience. Ross juga menekankan bahwa tidak diperbolehkan mengorbankan seseorang

demi menolong orang lain atau mengambil milik seseorang untuk membantu orang lain.

Jika terdapat kritik bahwa Prima Facie Duties tidak berdasarkan oleh prinsip-prinsip logis.

Ross sendiri memberikan jawaban bahwa pertama-tama, perlu diingat bahwa Prima Facie

Duties ini bukan bentuk akhir dan masih bisa dikembangkan. Prima Facie Duties ini berasal

dari suatu keyakinan moral yang akan mengungkapkan kita kepada kewajiban-kewajiban

Prima Facie Duties ini melalui refleksi kritis. Keyakinan moral kita berasal dari pengetahuan

kita dan pengetahuan kita akan memberikan suatu daftar kewajiban yang bersifat kondisional.

Dari sini bisa dipahamin bahwa Prima Facie Duties mendapatkan sumber kewajibanya

berdasarkan intuisi kita yang berlandaskan moral.

Ross menekankan bahwa Prima Facie Duties menolak nilai dari konsekuensi sebagai ukuran

dari ketepatan atau tidaknya suatu tindakan. Semisalnya kita memiliki janji pada A dan janji

tersebut akan menghasilkan kebaikan dengan nilai 1000 pada A, sementara jika kita

melakukan tindakan lain maka kita akan menghasilkan kebaikan dengan nilai 1001 bagi B

namun kita tidak memiliki janji apa-apa kepada B. walaupun hasil nilai Kebaikan yang

diberikan kepada B melebihi A, tidak bisa dibenarkan jika kita memilih untuk melakukan

tindakan kepada B walaupun secara konsekuensi hasil nilai Kebaikan yang dihasilkan untuk

B lebih besar, janji kita terhadap A yang merupakan duty of fidelity memiliki suatu nilai yang

tidak bisa dibatalkan hanya karena tindakan lainya yang kita lakukan akan memberikan hasil

yang lebih baik. Atau dalam ilustrasi kedua, jika tidak ada janji pada A dan B. Tindakan kita

bagi A akan menghasilkan suatu kebaikan dengan nilai 1000 sementara tindakan kita pada B

akan menghasilkan kebaikan dengan nilai 1001, namun A adalah orang yang baik dan B

adalah orang yang jahat. Berdasarkan Duty of justice, walaupun tindakan kita bagi B

                                                                                                                         13 Ibid., hlm. 21-22.  

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 11: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

menghasilkan nilai kebaikan yang lebih banyak ketimbang nilai kebaikan yang kita hasilkan

bagi A, tindakan yang tepat untuk dilakukan adalah tindakan yang kita lakukan bagi A. 14

Contoh diatas memberikan adanya corak deontologi pada Prima Facie Duties karena sifat

Prima Facie Duties yang lebih menekankan benar atau tidaknya suatu tindakan karena

tindakan itu sendiri yang memiliki unsur-unsur Prima Facie Duties.

Dalam pembahasan unsur ketepatan pada Prima Facie Duties, perlu dinyatakan secara jelas

bahwa pada dasarnya semua tindakan merupakan suatu ketepatan. Sifat alamiah semua

tindakan secara universal merupakan tindakan yang tepat untuk dilakukan. Semua tindakan

kita seberapapun dianggap tepat untuk dilakukan, tindakan tersebut memiliki kemungkinan

untuk memberikan dampak yang merugikan bagi beberapa orang dikarenakan segala tindakan

memiliki efek yang tak terhitung. Tindakan yang salah sekalipun bisa berlaku sebaliknya dan

menguntungkan beberapa orang. Semua tindakan pada akhirnya dipandang dari Prima Facie

right dan Prima Facie wrong . Suatu tindakan ketepatan bisa dibedakan dari tindakan wrong

tergantung dari agen moral itu sendiri. Ketika tindakan seorang agen moral dalam situasi

tertentu memiliki Prima Facie yang tepat (Prima Facie rightness) yang melebihi Prima Facie

yang salah (Prima Facie Wrongness). Dimana yang menjadi Prima Facie yang tepat adalah

tindakan yang self-evident bagi agen moral saat dihadapkan pada pilihan Prima Facie Duties.

Ross tidak memberikan suatu aturan khusus untuk menentukan Prima Facie Duties mana yang

lebih utama. Pilihan untuk memilih tindakan mana yang menjadi Prima Facie utama yang

seharusnya dilakukan, didasari oleh persepsi seseorang15

“This sense of our particular duty in particular circumstances, preceded and informed

by the fullest reflection we can bestow on the act in all its bearings is highly fallible, but

it is the only guide we have to our duty” (Ross,2009, p. 42)

Sementara pada pembahasan unsur kebaikan pada Prima Facie Duties, apa yang menjadi

suatu tindakan yang didasari kebaikan menurut Ross adalah tindakan yang memiliki kebaikan

secara intrinsik. Ross mengatakan bahwa hal yang menjadi kebaikan secara intrinsik adalah

virtue, pleasure knowledge, dan alokasi yang sesuai antara virtue dan pleasure16. Jika Prima

Facie Duties dituliskan secara sistematis maka Prima Facie Duties akan dikaitkan dengan

unsur kebaikan yang terdapat didalamnya. Semua kewajiban dalam Prima Facie Duties

                                                                                                                         14 Ibid., hlm. 34-35. 15 Ibid., hlm. 41-42.  16 Ibid., hlm. 140.

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 12: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

memiliki unsur virtue sesuai pengertian Prima Facie Duties itu sendiri yang merujuk pada

karakteristik dari suatu tindakan yang merupakan suatu virtue dan juga Prima Facie Duties

itu sendiri yang berbentuk kewajiban. Beberapa kewajiban selain memiliki unsur kebaikan

berupa virtue juga secara jelas dinyatakan oleh Ross memiliki unsur kebaikan lainya, Duty of

Beneficience secara jelas memiliki unsur Kebaikan lainya berupa pleasure dan knowledge.

Unsur kebaikan berupa virtue, pleasure, dan knowledge dalam Duty of Beneficience terlihat

dalam definisi Duty of Beneficience yaitu kewajiban untuk memberikan bantuan bagi orang

lain untuk meningkatkan kualitas hidup orang lain dengan dasar virtue, intelligence

(meningkatkan intelligence seseorang akan berpengaruh pada knowledge orang tersebut), dan

pleasure.

Duty Self-improvement juga secara jelas menyatakan unsur virtue dan knowledge yang ada

didalamnya karena didasari dasar virtue dan intelligence. Secara tidak langsung juga terdapat

Kebaikan berupa pleasure dalam duty of self-improvement karena meningkatkan kualitas diri

akan memproduksi pleasure terhadap diri sendiri. Duty of justice memiliki unsur kebaikan

berupa alokasi yang sesuai antara virtue dan pleasure (pengenalan terhadap unsur kebaikan

ini merupakan pengenalan dari Duty of justice yang membedakan duty of justice dari

kewajiban lainya)17. Duty of non-maleficence merupakan suatu kewajiban dengan pemahaman

khusus. Jika ada suatu Kebaikan yang intrinsik maka ada juga keburukan (bad) yang intrinsik

(suatu keburukan yang ada pada dirinya sendiri). Duty of non-maleficence mencegah dan

melarang seseorang untuk melakukan tindakan yang merupakan tindakan yang buruk secara

intrinsik (intrinsically bad).

Kewajiban-kewajiban diatas merupakan kewajiban yang umum yang berbeda dengan

kewajiban spesial. Duty of Gratitude, dan duty of reparation muncul karena tindakan yang

mungkin pada awalnya tidak bertujuan untuk memunculkan kewajiban tersebut. Tindakan

seseorang yang memberikan suatu kerugian bagi orang lain memunculkan duty of reparation

sementara tindakan seseorang yang menerima suatu bantuan dari orang lain memunculkan

duty of Gratitude. Kewajiban spesial yang ketiga merupakan duty of fidelity yang muncul dari

intensi seseorang terhadap orang lain berupa janji.18

Duty of fidelity merupakan suatu kebaikan berupa virtue karena Ross mencontohkan tindakan

menepati janji sebagai bentuk virtue.19 Walaupun tidak dituliskan secara langsung unsur

                                                                                                                         17 Ibid., hlm.138.  18 Ibid., hlm. 26-27. 19 Ibid., hlm. 19.  

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 13: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

Kebaikan apa yang terdapat dalam duty of Maleficience, duty of gratitude , dan duty of

reparation. Ketiganya tentu merupakan tindakan virtue karena pemahaman bahwa semua

Prima Facie Duties merupakan virtue. Namun, selain alasan bahwa semua Prima Facie

Duties adalah virtue, terdapat karakteristik khusus pada ketiga kewajiban (duties) tersebut

yang membuatnya memiliki unsur kebaikan berupa virtue. duty of reparation dan duty of

Gratitude memiliki suatu virtue berdasarkan unsur menepati kewajiban yang terdapat dalam

kedua Duties tersebut (unsur kewajiban dalam duty of gratitude dan duty of reparation

berbeda dengan kewajiban (duties) lainya karena duty of gratitude dan duty of reparation bisa

tercipta dengan tidak sengaja dan bukan dari keinginan orang itu sendiri) dan juga

berdasarkan relasinya dengan duty of fidelity sebagai kewajiban khusus. Karena duty of

fidelity merupakan virtue maka duty of Gratitude dan duty of reparation juga merupakan

virtue.

Sedangkan duty of non-maleficience memiliki unsur virtue karena dua alasan. Alasan

pertama, seperti yang dijelaskan diatas bahwa duty of non-maleficience merupakan larangan

terhadap tindakan vicious yang merupakan lawan dari virtue. Dengan melarang tindakan

vicious maka dengan sendirinya duty of non-maleficience menjadi suatu virtue. Sementara

alsasan yang kedua terkait relasi antara duty of non-maleficience dan duty of beneficience.

Terdapat pernyataan dari Ross bahwa pengenalan duty of maleficience merupakan langkah

pertama untuk mengenali Duty of beneficience20. Dari pernyataan tersebut bisa dipahami

bahwa tindakan melakukan duty of non-maleficience akan memunculkan duty of beneficience,

maka bisa disimpulkan bahwa melakukan duty of non-maleficience sejalan dengan salah satu

tindakan virtue yaitu kehendak untuk memunculkan kebaikan.

Pembahasan Prima Facie Duties tidak lepas dari komparasinya dengan Utilitarian Moore dan

Deontologi Kantian.

Untuk bisa mengkomparasikan unsur Prima Facie Duties Ross dan Utilitarianism Moore,

perlu dipahami terlebih dahulu apa itu kebaikan dalam definisi Moore. Pembahasan Moore

dimulai dari pembahasan apa itu etika. Moore mendefinisikan etika dalam aspek kegunaanya,

etika didefinisikan Moore sebagai suatu penyelidikan terhadap apa yang kebaikan21. Dari

penjelasan ini, Moore memulai pembahasanya mengenai kebaikan. Moore menganggap

Kebaikan sebagai suatu kualitas yang tidak bisa didefinisikan22. Moore juga mengkritik

                                                                                                                         20 Ibid., hlm. 22. 21 G. E. Moore. 2004. Principia Ethica. (Dover Publication,New York), hlm. 3. 22 Ibid., hlm. 9-10.

     29  

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 14: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

Utilitarianisme hedonisitik yang mendefinisikan pleasure sebagai satu-satunya kebaikan.

Alasan Moore menolak pleasure sebagai satu-satunya kebaikan karena kebaikan tidak bisa

didefinisikan hanya ke dalam pleasure. Pengertian kebaikan lebih luas dibanding pleasure

saja. Good bagi Moore memiliki suatu value yang terdapat dalam objek ataupun kondisi

tertentu. Kebaikan dengan tertinggi menurut Moore adalah relasi personal dan kenikmatan

estetis.23

Dalam teori ideal utilitarianismya, Moore menyatakan bahwa satu-satunya kewajiban kita

adalah melakukan tindakan yang memproduksi sebanyak-banyaknya kebaikan. Konsep

ketepatan menurut Moore terkait pada teori ideal utilitarianismnya. Menurut Moore, suatu

tindakan dinyakatan ketepatan apabila tindakan tersebut merupakan tindakan yang

memproduksi kebaikan terbanyak dan tidak ada alternative lain terhadap tindakan itu.24

Dari penjelasan teori utilitarian Moore berdasarkan konsep ketepatan dan kebaikan, bisa

diambil kesimpulan bahwa konsep ketepatan dan kebaikan dalam ideal utilitarian terfokus

pada hasil dari tindakan dengan mencari nilai (value) kebaikan yang terbaik dari suatu

tindakan. Sifat ketepatan dan kebaikan dari ideal utilitarianism yang tefokus pada hasil terbaik

juga menggunakan intuisi karena intuisi kita dapat memberikan pengetahuan terhadap hasil

tindakan mana yang memproduksi kebaikan terbaik.25

Untuk memberikan perbandingan jelas antara konsep ketepatan dan kebaikan antara Prima

Facie Duties dengan Ideal Utilitarianisme maka digunakan suatu ilustrasi dalam penerapanya

pada tindakan. Misalnya kita diberi pilihan untuk menolong A dengan dasar kita memiliki

janji terhadap A atau menolong B dengan dasar bahwa B pernah menolong kita, dengan

kondisi kita hanya bisa menolong salah satu saja. Ideal utilitarian akan mencari nilai

kebaikan mana yang lebih banyak dapat dihasilkan. Jika menolong B menghasilkan nilai

kebaikan yang lebih banyak ketimbang A, maka menolong B merupakan tindakan yang

dipilih. Tindakan menolong B yang menghasilkan kebaikan lebih banyak merupakan tindakan

yang ketepatan berdasarkan ideal utilitarianism. Sementara Prima Facie Duties akan

menentukan tindakan mana yang dipilih dengan mengenali Prima Facie Duties yang terkait

pada tindakan menolong A atau B sebagai unsur kebaikan, kemudian menggunakan persepsi

kita untuk menentukan mana kewajiban yang lebih utama. Jika persepsi kita mengatakan

bahwa menolong A yang didasari janji (duty of fidelity) lebih mendesak dibanding menolong                                                                                                                          23 Ibid., hlm. 188. 24 Ibid., hlm. 148. 25 Ibid., hlm. 149.  

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 15: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

B yang didasari rasa terima kasih (duty of gratitude), maka tindakan menolong A merupakan

tindakan ketepatan.

Sementara perbandingan dengan Kantian terletak pada perbandingan kewajiban absolut

dengan kewajiban pluralistik. Dalam etika Kantian, terdapat nilai absolut dalam kewajiban.

Semisal kita memiliki janji kepada A untuk melakukan X. Tindakan melakukan X merupakan

tindakan yang benar tanpa memperdulikan hasilnya selama tindakan X dilakukan atas dasar

kewajiban. Menepati janji bagi Kant adalah kewajiban sempurna yang tidak memiliki

pengecualian 26 . Deontologi Kantian bisa dipahami sebagai Moral Absolutisme yang

menekankan bahwa melakukan kewajiban bersifat mutlak tanpa pengecualian.

Prima Facie Duties Ross bersifat kewajiban pluralistik karena unsur intuisi yang menentukan

mana kewajiban yang tepat untuk dilakukan pada suatu situasi dan kondisi. Dalam Prima

Facie Duties tidak ada kewajiban yang mutlak untuk dilakukan. Ross juga menjelaskan

bahwa dalam Prima Facie Duties, melanggar suatu kewajiban tidaklah sepenuhnya

menghilangkan kewajiban kita, namun melanggar suatu kewajiban dilakukan karena ada

kewajiban lain yang lebih tepat (ketepatan) untuk dilakukan. 27 Ross sendiri membuka

kemungkinan untuk adanya penambahan kewajiban dalam Prima Facie Duties karena Ross

tidak mengklaim Prima Facie Duties sebagai daftar kewajiban yang komplit28

Filsuf John Rawls memberikan kritiknya terhadap intuisionisme dalam bukunya yang

berjudul A Theory of Justice, yang terdapat pada Bab satu ( justice as fairness) pada bagian

dari Bab 1 yang berjudul Intuitionism dan the Priority Problem. Kritik ini juga ditujukan

terhadap Teori etika Prima Facie Duties Ross yang termasuk dalam teori etika intuisionisme.

Pada bagian intuitionism, Rawls menjelaskan bahwa Intuisionisme merupakan suatu doktrin

yang menganggap ada suatu prinsip dasar yang tidak bisa direduksi dan saling ditimbang satu

sama lain antara prinsip dasar tersebut dengan menanyakan pada diri kita sendiri mana yang

lebih adil diantara semuanya. Intuisionisme tidak memberikan kriteria penekanan diantara

prinsip-prinsip yang saling berlawanan. 29

Suatu teori intuisionisme memiliki dua fitur yang khas. Fitur pertama adalah intuisionisme

terdiri dari sejumlah prinsip dasar yang plural yang berpotensi konflik, kedua adalah untuk

                                                                                                                         26 Phillip Stratton Lake , Op.cit., hlm. 19. 27 David Ross., Op.cit., hlm. 28. 28 Ibid., hlm. 20.  29 John Rawls.1971. Theory of Justice Revised Edition.(Harvard University Press) , hlm. 30.

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 16: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

menyelesaikan konflik ini, bagi Intuisionis hanyalah dengan menggunaakan intuisi kita untuk

menentukan mana yang lebih tepat untuk dilakukan. Jika ada prioritas sekalipun, prioritas ini

tidak terlalu mempengaruhi penilaian utama menentukan tindakan yang tepat karena yang

utama menentukan adalah intuisi.

Rawls memberikan solusi bagi intuisionisme dengan membuat suatu prioritas yang bisa

berupa satu prinsip keseluruhan atau pluralitas prinsip dengan lexical order. Kedua cara ini

merupakan cara konstruktif untuk membahas problem prioritas dalam intuisionisme.

Hasil Penelitian

Menggunakan kerangka teori mengenai etika kewajiban dan juga berdasarkan saran dari John

Rawls terkait sistem Prioritas, maka dibuat suatu prioritas untuk membuat Prima Facie Duty

lebih aplikatif penerapanya saat konflik kewajiban. Prioritas yang digunakan berdasarkan

model prioritas prinsip utama dengan relasi agen moral sebagai prinsip utama yang mendasari

bobot setiap kewajiban.

Dalam relasi sebagai prioritas, relasi agen moral dibagi menjadi dua yaitu relasi primer

dengan relasi sekunder. Relasi primer merupakan relasi kewajiban antara agen moral pelaku

kewajiban dengan penerima hasil tindakan kewajiban secara langsung. Contoh dari relasi

primer ini adalah relasi antara dokter dengan pasien dalam kasus euthanasia, relasi antara

pendonasi dengan penerima donasi dalam tindakan beramal. Sedangkan relasi sekunder

adalah relasi antara agen moral pelaku kewajiban dengan orang lain yang bukan penerima

hasil tindakan kewajiban, namun orang tersebut terlibat dengan seseorang yang menjadi

penerima hasil kewajiban. antara dokter dengan keluarga pasien dalam kasus euthanasia,

ataupun relasi pendonor dengan lembaga donasi dalam tindakan beramal.

Selain primer dan sekunder, terdapat juga relasi dengan kewajiban yang mendesak dan relasi

dengan kewajiban yang tidak mendesak. Relasi mendesak adalah ketika penundaan dilakukan

kewajiban tersebut akan memutuskan relasi yang berlaku pada agen moral dan penggantian

kewajiban terhadap penerima kewajiban (duty of reparation) tidak dimungkikan. Contohnya

ketika agen moral dihadapkan dengan seseorang yang mengalami kecelakaan dan

membutuhkan pertolongan secepatnya, dalam kondisi ini, relasi yang mendasari kewajiban

agen moral (duty of beneficence) merupakan relasi dengan kewajiban mendesak, penundaan

kewajiban akan memutuskan relasi agen moral dengan penerima kewajiban karena kematian

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 17: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

penerima kewajiban. Duty of reparation juga tidak dimungkinkan dilakukan untuk mengganti

kewajiban yang tidak dilakukan.

Sementara relasi yang tidak mendesak adalah dalam pemenuhan kewajiban yang dapat

ditunda namun tidak memutuskan relasi dengan penerima kewajiban, atau masih

dimungkinkan bagi agen moral untuk melakukan duty of reparation sebagai pengganti

kewajiban yang ditunda. Contohnya janji bertemu teman dapat ditunda namun tidak

memutuskan relasi agen moral dengan temanya, duty of reparation bisa dilakukan sebagai

pengganti penundaan kewajiban.

Ketika kondisi relasi primer dan kondisi relasi kewajiban mendesak dalam suatu relasi agen

moral yang mendasari kewajiban terpenuhi, maka relasi tersebut menjadi relasi utama yang

diprioritaskan. Terdapat juga kondisi yang harus terpenuhi oleh relasi yang mendasari

kewajiban yaitu relasi juga harus dijaga dari pihak penerima kewajiban. Ketika relasi yang

terkait dalam suatu kewajiban diputuskan oleh penerima kewajiban maka kewajiban tersebut

tidak menjadi kewajiban yang diprioritaskan. Contohnya ketika seseorang yang ingin ditolong

oleh agen moral menolak pertolongan agen moral, maka relasi tersebut terputus dan

kewajiban yang terkait tidak lagi menjadi penting dan tidak perlu diprioritaskan (walaupun

mendesak dan primer).

Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang terdapat dari Bab 2, bisa diambil kesimpulan bahwa Prima

Facie Duties dikembangkan oleh W.D Ross berdasarkan ketidakpuasanya terhadap

Utilitarianisme (baik Utilitarianisme hedonisic ataupun Utilitarianisme Moore) dan juga

upaya Ross untuk lepas dari absolutismee dalam Deontologi Kantian.

Prima Facie Duties memiliki konsep dasar ketepatan dan kebaikan . Konsep kebaikan dalam

Prima Facie Duties terdiri dari 4 hal yang merupakan kebaikan secara intrinsik yaitu Virtue,

pleasure, knowledge, dan allocation of pleasure to virtous. Keempat hal ini merupakan

intrinsik kebaikan yang juga merupakan kebaikan dasar. Beberapa hal yang juga merupakan

kebaikan merupakan kombinasi dari salah satu kebaikan dasar tersebut. Misalnya cinta,

merupakan kombinasi dari kecenderungan virtue antara kedua orang dan knowledge antara

keduanya dengan hasil berupa pleasure bagi kedua orang tersebut. Atau kenikmatan estetis

merupakan kombinasi dari knowledge terkait objek yang dinikmati dan pleasure. Keempat

kebaikan dasar ini terdapat pada kewajiban-kewajiban dalam Prima Facie Duties.

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 18: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

duty of beneficience memiliki unsur kebaikan berupa virtue, pleasure, dan knowledge. duty

self-improvement memiliki unsur virtue, knowledge dan secara tidak langsung juga terdapat

kebaikan berupa pleasure dalam duty of self-improvement karena meningkatkan kualitas diri

akan memproduksi pleasure terhadap diri sendiri. duty of justice memiliki unsur kebaikan

berupa alokasi yang sesuai antara virtue dan kebaikan (pengenalan terhadap unsur kebaikan

ini merupakan pengenalan dari duty of justice yang membedakan duty of justice dari

kewajiban lainya)30. duty of non-maleficence merupakan suatu kewajiban dengan pemahaman

khusus. Jika ada suatu kebaikan yang intrinsik, maka ada juga bad yang intrinsik (suatu bad

yang ada pada dirinya sendiri) yang disebut sebagai vicious. duty of non-maleficence

mencegah dan melarang seseorang untuk melakukan tindakan vicious yang berlawanan

dengan virtue sehingga duty of non-maleficence bisa dipahami sebagai kewajiban yang

didasari virtue. duty of fidelity merupakan suatu kebaikan berupa virtue karena Ross

mencontohkan tindakan menepati janji sebagai bentuk virtue.31 Duty of reparation dan duty of

gratitude berada pada pemahaman yang sama dengan duty of fidelity sehingga keduanya juga

didasari oleh Virtue.

Sementara Prima Facie Duties memiliki konsep right yang bersifat pluralistik. Suatu tindakan

menjadi right jika tindakan tersebut memiliki Prima Facie rightness yang melebihi Prima

Facie wrongness (karena pada dasarnya tidak ada suatu tindakan yang murni benar ataupun

murni salah) berdasarkan pertimbangan intuisi agen moral yang dipengaruhi unsur-unsur

seperti relasi, tindakan itu sendiri, dan hasil dari tindakan tersebut. Unsur-unsur dalam

pertimbangan moral dan intuisi agen moral yang membuat konsep right dalam Prima Facie

Duties menjadi tergantung pada kondisi dan situasi yang dihadapi agen moral.

Selain dari unsur kebaikan dan ketepatan Prima Facie Duties memiliki sumber inescapability

dari kewajiban atas dasar relasi hak dan kewajiban yang terdapat dalam proposisi:

(1) Hak dari A terhadap B mengimplikasikan kewajiban B terhadap A.

(2) Kewajiban dari B kepada A mengimplikasikan hak A terhadap B.

(3) Hak dari A kepada B mengimplikasikan kewajiban A kepada B.

(4) Kewajiban dari A kepada B mengimplikasikan hak dari A kepada B.

                                                                                                                         30 Ibid., hlm. 138.  31  Ibid  hlm  19  

52  

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016

Page 19: KONSEP KETEPATAN DAN KEBAIKAN MENURUT W.D. ROSS …

Proposisi tersebut memberikan penjelasan mengenai relasi hak dan kewajiban antara agen

moral dengan orang lain dan dapat menjelaskan incescapability dari kewajiban. Dalam Prima

Facie Duties, suatu kewajiban penting untuk dilakukan karena adanya relasi tersebut.

Perbandingan pada bab 3 memberikan gambaran posisi Prima Facie Duties. Melalui

perbandingan Prima Facie Duties dengan Utilitarian Moore, Deontologi Kantian, dan Moral

Relativism, Prima Facie Duties berada pada posisi berlawanan dengan Utilitarian Moore, dan

berada ditengah-tengah Deontologi Kantian dan Moral Relativism. Posisi ini membuat Prima

Facie Duties menjadi solusi bagi problem Deontologi dan Utilitarian karena pada posisi

tersebut, Prima Facie Duties memiliki sifat kewajiban pluralistik. Karena sifatnya yang

merupakan kewajiban pluralistik, solusi yang diberikan berdasarkan Prima Facie Duties tidak

mengabaikan kewajiban namun juga tidak ekstrim pada kewajiban. Prima Facie Duties dapat

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam problem moral dalam memberikan solusinya.

Intuisi juga berperan sebagai dasar dalam menentukan pilihan pada bentuk Prima Facie

Duties yang merupakan kewajiban pluralistik.

Dalam pembahasan pada bab 4 mengenai kritik dari Rawls, intuisi dalam Prima Facie Duties

memperlukan prioritas. Kerangka teori yang digunakan pada bab 1 juga menekankan

kebutuhan akan prioritas pada etika yang berbentuk kewajiban karena adanya potensi konflik

kewajiban. Prioritas yang dibuat untuk Prima Facie Duties didasari pada relasi karena Prima

Facie Duties sendiri memiliki dasar relasi didalamnya, relasi dapat berkolaborasi dengan

intuisi, dan relasi sejalan dengan sifat kondisional Prima Facie Duties.

Daftar Referensi Furrow, Dwight. 2011. Ethics Key Concept In Philosophy. New York: Continuum International Publishing Group.

Moore, G. E. 2004. Principia Ethica. New York: Dover Publications

Rawls, John. 1971. A Theory of Justice Revised Edition. Massachusetts: The Belknap Press of Harvard University Press

Ross, David. 2009. The Right and The Good (Edited by Philip Stratton Lake). New York: Oxford University Press

Stratton Lake, Phillip. 2005. Kant Duty and Moral Worth. Taylor & Francis e-Library

Skorupski, John, et al. 2010. The Routledge Companion to Ethics. Taylor & Francis e-Library

http://www.iep.utm.edu/reductio/  diakses  tanggal  17-­‐3-­‐2016  

http://plato.stanford.edu/entries/aristotle-ethics/ diakses tanggal 2-5-2016

Konsep Ketepatan ..., William Wardoyo, FIB UI, 2016