gambaran pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien …
TRANSCRIPT
GAMBARAN PELAKSANAAN KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN OLEH PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP
KELAS III RSUD PASAR MINGGU TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
ADE TRIANI UTAMI PASARIBU
1113101000030
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Gambaran Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Di Instalasi Rawat
Inap Kelas III RSUD Pasar Minggu Tahun 2017
Ade Triani Utami Pasaribu, NIM : 1113101000030
83 + xiii halaman, 15 lampiran
ABSTRAK
Identifikasi pasien merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien di rumah sakit, dimanakeamanan pelayanan di rumah sakit dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Hal ini karenakesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan berlanjut pada kesalahan pelayananberikutnya, seperti kesalahan medis, kesalahan pemberian obat, salah dalam tranfusi darah, jugapemberian prosedur yang salah. Setiap rumah sakit memiliki risiko terjadinya insiden keselamatanpasien, termasuk RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaranpelaksanaan ketepatan identifikasi pasien oleh perawat di instalasi rawat inap kelas III RSUDPasar Minggu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan databerupa wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Informan yang menjadi narasumber yaitu timkeselamatan pasien, 10 perawat, dan 10 pasien. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kebijakandan prosedur tentang identifikasi pasien sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien sesuai denganstandar akreditasi RS versi 2012. Namun kebijakan dan prosedur tersebut belum disosialisasikankepada perawat secara resmi. Sebagian kecil perawat mengatakan tidak tahu tentang kebijakantersebut, beberapa perawat mengatakan bahwa peraturan identifikasi pasien hanya berupa SPO.Untuk pengetahuan perawat terhadap prosedur identifikasi pasien, hanya sebagian kecil perawatyang mengetahui prosedur identifikasi pasien dengan tepat. Untuk kemampuan perawat dalammengidentifikasi pasien sesuai prosedur, sebagian besar perawat tidak sesuai prosedur dalammengidentifikasi pasien. Kemudian untuk edukasi pasien mengenai identifikasi pasien dan gelangidentitas pasien, sebagian besar pasien tidak dijelaskan tujuan identifikasi pasien dan gelangidentitas oleh petugas.
Kata kunci : Rumah Sakit, Keselamatan Pasien, Identifikasi Pasien
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
MAJOR OF PUBLIC HEALTH
DEPARTMENT OF HEALTH CARE MANAGEMENT
Description Of Implementation Of The Accuracy Patient Identification By Nurses At TheInpatient Care Of Third Class RSUD Pasar Minggu 2017
ABSTRACT
Patient identification is one of the patient's safety goals in the hospital, where the safety ofhospital services starts with the accuracy of patient identification. This is due to incorrect toidentify patient at the beginning of the service will continue on the next service error, such asmedication error, testing error, transfusion error, and wrong person procedures. Each hospitalhas a risk of a patient's safety incident, including RSUD Pasar Minggu. The purpose of thisresearch is to determine the description of the implementation of the accuracy of patientidentification by the nurses at the inpatient care of third class RSUD Pasar Minggu. Researchmethods is a qualitative research with cross sectional design. Informants of this research consistsof : patient safety teams, 10 nurses, and 10 patients. Data collection techniques are interview,observation, and document review. The results showed that policies and procedures on patientidentification have been made by the patient safety team in accordance with the standards ofaccreditation RS version 2012. However, the policies and procedures have not been officiallysocialized to the nurse. For nurses' knowledge of the patient identification procedure, only aminority of nurses knew exactly the procedure. For the nurse's ability to identify patientsaccording to the procedure, most of nurses were not in accordance with the procedure of patientidentification. Then for patient education regarding patient identification and patient identitybracelet, only one in ten patients described the purpose of patient identification and identitybracelet.
Keyword : Hospital, Patient Safety, Patient Identification
iii
iv
v
vi
RIWAYAT PENULIS
Nama : Ade Triani Utami Pasaribu
NIM : 1113101000030
Tempat Tanggal Lahir: Medan, 19 September 1994
Alamat : JL. T. Sentosa 24 No. 197 Blok IV Ling. 16 Kel. Besar
Kec. Medan Labuhan - Medan
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Telepon : 089649991001
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2013 - sekarang S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 – 2012 MA Ma’had Al-Zaytun, Jawa Barat
2006 – 2009 MTs Ma’had Al-Zaytun, Jawa Barat
2000 – 2006 SD Al-Washliyah 29 Martubung, Medan
1999 – 2000 TK Negeri Pembina 2, Medan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya
sehingga penulis dapar menyelesaikan skripsi yang Berjudul “Gambaran Pelaksanaan
Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Di Instalasi Rawat Inap Kelas III
RSUD Pasar Minggu Tahun 2017”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Atas dukungan yang
didapatkan dalam penulisan laporan ini, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua Orang tua penulis, Papa dan Mama, serta Kak Tika, Bang Fajri, Kak Ilyn,
Mahdi, Rifdah, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas semua
doa-doa, kasih sayang, dukungan semangat yang tiada henti kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai pembimbing yang
telah memberikan bimbingannya dan waktunya sehingga skripsi ini bisa disusun
dengan baik.
4. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, S.KM., MKM selaku pembimbing akademik
penulis.
5. Bapak Baequni, M.Kes, Ph.D, Ibu Dela Aristi, MKM., Ibu Susanti Tungka,
MARS., selaku penguji skripsi yang telah memberi saran dan kritik yang sangat
membangun bagi penulis.
6. Seluruh dosen program studi kesehatan masyarakat yang telah memberikan ilmu
dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.
viii
7. Drg. Wyndi N. K., dr. Izati, serta pihak RSUD Pasar Minggu yang telah membantu
penulis dalam pengambilan data di RSUD Pasar Minggu.
8. Septia Putri Arofi, Arinda, Wiwid, Faza, teman-teman MPK 2013, serta semua
teman-teman Kesmas2013, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat dalam suka dan duka
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat solehah, Ega, Dewi, dan Nisa yang juga telah memberikan
dukungan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga
penulis sangat menerima setiap masukan dan saran yang diberikan untuk memperbaiki
laporan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca.
Jakarta, Desember 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
PENYATAAN PERSETUJUAN ...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... iv
RIWAYAT PENULIS ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Pertanyaan penelitian ............................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian...................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
1.6. Ruang Lingkup ......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9
2.1. Rumah Sakit ............................................................................................. 9
2.2. Keselamatan Pasien ................................................................................ 15
2.2.1 Pengertian Medical Error ................................................................ 19
2.2.2. Ketepatan Identifikasi Pasien.......................................................... 22
2.3. Keperawatan ........................................................................................... 28
2.4. Kerangka Teori........................................................................................... 30
x
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH................................... 30
3.1. Kerangka Pikir............................................................................................ 30
3.2. Definisi Istilah ............................................................................................ 31
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 33
4.1. Jenis Penelitian ........................................................................................... 33
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 33
4.3. Informan Penelitian .................................................................................... 33
4.4. Instrumen Penelitian................................................................................... 34
4.5. Sumber Data ............................................................................................... 35
4.6. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 35
4.7. Teknik Analisis Data .................................................................................. 36
4.9. Validasi Data Kualitatif .............................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 40
5.1. Karakteristik Informan ............................................................................... 40
5.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu.................. 42
5.1.1 Visi dan Misi RSUD Pasar Minggu...................................................... 42
5.1.2. Pelayanan RSUD Pasar Minggu .......................................................... 43
5.2. Gambaran Ketepatan Identifikasi Pasien ................................................... 43
5.2.1. Gambaran Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu
....................................................................................................................... 45
5.2.2. Gambaran Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan Identifikasi Pasien
di RSUD Pasar Minggu ................................................................................. 51
5.2.3. Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien54
5.2.4. Gambaran Kemampuan Perawat dalam Ketepatan Identifikasi Pasien59
5.2.5. Gambaran Edukasi Pasien Tentang Ketepatan Identifikasi Pasien ..... 63
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 68
6.1. Ketepatan Identifikasi Pasien ..................................................................... 68
xi
6.1.1. Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu ...... 70
6.1.2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD
Pasar Minggu ................................................................................................. 72
6.1.3. Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien................ 73
6.1.4. Kemampuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien................ 75
6.1.5. Edukasi Pasien tentang Ketepatan Identifikasi Pasien ........................ 76
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 79
7.1. Simpulan..................................................................................................... 79
7.2. Saran ........................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kerangka Faktor yang mempengaruhi praktik klinis dan
berkontribusi terhadap kejadian buruk ....................................................... 21
Tabel 3.1. Definisi Istilah ........................................................................... 31
Tabel 4.1. Validasi Data ............................................................................. 38
Tabel 5.1. Data Informan ............................................................................ 40
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Alur Identifikasi Pasien........................................................... 23
Bagan 2.1. Kerangka Teori ....................................................................... 29
Bagan 3.1. Kerangka Pikir ........................................................................ 30
xiv
DAFTAR ISTILAH
IGD : Instalasi Gawat Darurat
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
POKJA : Kelompok Kerja
KARS : Komite Akreditasi Rumah Sakit
KARU : Kepala Ruangan
KNC : Kejadian Nyaris Cedera
KTC : Kejadian Tidak Cedera
KTD : Kejadian Tidak Diinginkan
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SK : Surat Keputusan
SKP : Sasaran Keselamatan Pasien
SPO : Standar Prosedur Operasional
TKPRS : Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keselamatan pasien merupakan tantangan bagi pelayanan kesehatan di
seluruh dunia (Joint Commission International 2007). Saat ini insiden keselamatan
pasien di dunia mencapai 43 juta pasien setiap tahun, dimana berarti terdapat 1
(satu) dari 10 (sepuluh) pasien yang terluka selama menjalani perawatan di
pelayanan kesehatan. Hal ini tentunya menimbulkan kerugian secara finansial,
menurut WHO kerugian yang ditimbulkan akibat medication errors diperkirakan
mencapai 42 Miliar $US.
Lemahnya sistem pengobatan atau pelayanan pada rumah sakit dapat
menjadi penyebab terjadinya medication errors. Selain itu, faktor SDM (Sumber
Daya Manusia) seperti kelelahan, kondisi lingkungan yang buruk atau kekurangan
staf, juga dapat menjadi penyebab kesalahan dalam memberikan pengobatan
(WHO 2017). Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan, dimana di dalamnya
terdapat banyak jenis obat, bermacam-macam tes dan prosedur, berbagai jenis alat
dengan teknologinya, serta berbagai macam tenaga profesi dan non profesi yang
harus memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus menerus.
Keberagaman serta kerutinan tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan
mengakibatkan kejadian tidak diharapkan (Departemen Kesehatan RI 2008).
Di era globalisasi ini Indonesia belum mampu bersaing dengan rumah sakit
di luar negeri. Fokus permasalahan yang menyebabkan hal tersebut salah satunya
2
yaitu adanya krisis ketidakpercayaan dari masyarakat mutu pelayanan kesehatan
dimana semakin seringnya muncul dugaan malpraktik dan salah diagnosis oleh
petugas kesehatan (Adisasmito 2008). Untuk itu perlunya meningkatnya
keselamatan pasien rumah sakit dengan harapan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Hal ini karena dengan adanya program
keselamatan pasien dapat mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), yang
dapat berdampak pada peningkatan biaya pelayanan, menimbulkan konflik antara
dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan tuntutan dan hukum, tuduhan
malpraktik, yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah
sakit (Departemen Kesehatan RI 2008).
Untuk mengatur keselamatan pasien di Indonesia, telah dikeluarkan PMK
No. 1691 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dengan adanya peraturan
tersebut, dibentuklah Komite Nasional Keselamatan Pasien untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan mutu pelayanan rumah sakit. Selain itu, berdasarkan
peraturan tersebut rumah sakit wajib membentuk tim keselamatan pasien rumah
sakit (TKPRS) sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien juga menjadi salah satu standar akreditasi rumah sakit
di Indonesia (KARS 2011). Berdasarkan PMK No.1961 dan standar akreditasi
rumah sakit terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu Ketepatan identifikasi
pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwasapadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi;
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan Pengurangan risiko
pasien jatuh.
3
Salah satu sasaran keselamatan pasien yaitu ketepatan identifikasi pasien,
dimana kemanan pelayanan di rumah sakit dimulai dari ketepatan identifikasi
pasien, hal ini karena kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan
berlanjut pada kesalahan pelayanan berikutnya (WHO 2007). Setiap pasien perlu
diberikan identitas pasien dengan tepat karena tidak semua pasien dapat
mengungkapkan identitas secara lengkap dan benar. Hal tersebut karena beberapa
pasien dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar sepenuhnya,
bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi dalam rumah sakit atau kondisi lain
yang menyebabkan kesalahan identifikasi pasien (KARS 2011).
Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi hampir di banyak aspek, yang
dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi pasien seperti medication errors,
kesalahan pemberian obat, salah dalam transfusi darah, pemberian prosedur
pengobatan pada orang yang salah, bahkan juga bisa menyebabkan penyerahan
bayi pada keluarga yang salah (WHO 2007). Berdasarkan penelitian Yudhawati
dan Listiowati bahwa penyebab insiden keselamatan pasien di RSI Siti Aisyah
Madiun berkaitan dengan salah identifikasi, komunikasi, kesalahan obat dan
prosedur yang tidak dijalankan (Yudhawati dan Listiowati 2016). United Kingdom
National Patient Safety Agency melaporkan bahwa antara tahun 2003 dan tahun
2005 terdapat 236 insiden dan insiden tersebut hampir terkait dengan gelang
identifikasi yang hilang atau kesalahan informasi pada gelang tersebut. Oleh
karena itu, kesalahan identifikasi pasien menjadi akar penyebab banyak masalah
(WHO 2007).
4
Kemudian penelitian Anggraeni dkk menyatakan bahwa perawat tidak
selalu melakukan identifikasi pasien, terutama pada saat melakukan tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat serta
menghindari kebosanan pasien. Ketika terjadi kesalahan dalam identifikasi pasien
atau ketidaktepatan pelaksanaan prosedur identifikasi, perawat tidak selalu
mencatat dan melaporkan karena masih ada rasa tidak enak atau sungkan pada
teman atau petugas lain yang tidak melaksanakan prosedur identifikasi dengan
benar (Anggraeni, Hakim dan Widjiati 2014). Sedangkan berdasarkan penelitian
Muliana dan Mappanganro bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan perawat dengan penerapan identifikasi pasien di rumah sakit
(Muliana dan Mappanganro 2016).
Berdasarkan paparan penelitian sebelumnya bahwa kesalahan dalam
identifikasi pasien dapat mengakibatkan kesalahan lainnya dalam pelayanan
kesehatan. Kesalahan identifikasi pasien juga seringkali terjadi karena kelalaian
dari petugas kesehatan. Setiap rumah sakit memiliki risiko terhadap terjadinya
insiden keselamatan pasien. Begitu juga RSUD Pasar Minggu, belum semua
perawat melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan, seperti
pemberian obat, tranfusi darah, pengambilan darah. Hal ini yang membuat peneliti
tertarik ingin mengetahui pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, diketahui bahwa keselamatan pasien
merupakan isu penting saat ini, dimana kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
merupakan salah satu penyebab Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). Hal ini karena
5
kesalahan dalam mengidentifikasi pasien akan menyebabkan kesalahan pada
pengobatan/perawatan selanjutnya. RSUD Pasar Minggu juga memiliki risiko
terhadap insiden keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien. Hal ini karena peraturan terkait ketepatan identifikasi
pasien belum pernah dsosialisasikan secara resmi dan keseluruhan kepada perawat
yang merupakan petugas yang sering berhubungan dengan pasien.
1.3. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di instalasi rawat
inap kelas III RSUD Pasar Minggu tahun 2017?
2. Bagaimana gambaran kebijakan identifikasi pasien di instalasi rawat inap
kelas III RSUD Pasar Minggu?
3. Bagaimana gambaran standar prosedur operasional (SPO) ketepatan
identifikasi pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?
4. Bagaimana gambaran pengetahuan perawat dalam melakukan identifikasi
pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?
5. Bagaimana gambaran kemampuan perawat dalam melakukan identifikasi
pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?
6. Bagaimana gambaran edukasi pasien terhadap identifikasi pasien di
instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu?
6
1.4. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Diketahuinya gambaran tentang pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien
di instalasi rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu.
b. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam tentang
kebijakan identifikasi pasien di instalasi rawat inap kelas III RSUD
Pasar Minggu
2. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam tentang standar
prosedur operasional (SPO) identifikasi pasien di instalasi rawat
inap kelas III RSUD Pasar Minggu
3. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam terhadap
pengetahuan perawat dalam identifikasi pasien di instalasi rawat
inap kelas III RSUD Pasar Minggu
4. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam terhadap
kemampuan perawat dalam identifikasi pasien di instalasi rawat
inap kelas III RSUD Pasar Minggu
5. Diketahuinya gambaran dan informasi mendalam terhadap edukasi
pasien terhadap identifikasi pasien di instalasi rawat inap kelas III
RSUD Pasar Minggu
7
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan wacana yang memperkaya pengetahuan
penulis dan sebagai sarana untuk mengimplementasikan keilmuan
yang telah didapatkan di bangku kuliah.
2. Bagi RSUD Pasar Minggu
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan monitoring
terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di instalasi rawat
inap RSUD Pasar Minggu
3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa
dan dosen mengenai pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di
rumah sakit.
1.6. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien di instalasi rawat inap RSUD Pasar Minggu tahun 2017.
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pengambilan data primer dan
data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara
mendalam terhadap ketua tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar Minggu, perawat,
dan pasien, serta observasi kepada perawat. Pengambilan data sekunder dilakukan
dengan telaah dokumen yang didapat dari RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2017.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No 44 2009). Menurut Guwandi
dalam (Cahyono 2008), terdapat 4 (empat) kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh rumah sakit dalam rangka menjamin keamanan pasien, yaitu :
1. Kewajiban untuk menjaga dan menyediakan fasilitas dan peralatan yang
selalu siap pakai pada saat diperlukan.
2. Kewajiban untuk melakukan seleksi dan mempekerjakan dokter yang
berkompeten.
3. Kewajiban untuk menjaga semua personel di lingkungan rumah sakir
agar selalu memberikan pelayanan yang aman.
4. Kewajiban untuk membuat, mengadopsi, dan memberlakukan aturan dan
kebijakan dalam rangka menjamin pelayanan yang aman bagi pasien.
Dalam upaya menerapkan Standar Keselamatan Pasien, terdapat tujuh
langkah yang dilakukan rumah sakit menuju keselamatan pasien (Permenkes
2011), yaitu :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
10
Rumah sakit harus menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka
dan adil. Hal-hal yang harus dilakukan rumah sakit, yaitu :
i. Memastikan rumah sakit memiliki kebijakan dan menjabarkan
peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
ii. Menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di rumah sakit.
iii. Melakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :
i. Memastikan rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian dan berani melaporkan bilamana ada
insiden.
ii. Mendemonstrasikan kepada tim ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.
2. Memimpin dan mendukung staf
Rumah sakit harus membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit. Hal-hal yang harus dilakukan
rumah sakit, yaitu :
i. Memastikan anggota direksi atau pimpinan yang bertanggung
jawab atas keselamatan pasien.
11
ii. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan
keselamtan pasien.
iii. Memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat
Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.
iv. Memasukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan
staff rumah sakit dan memastikan pelatihan ini diikuti dan
diukur efektivitasnya.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :
i. Menominasikan “penggerak” dalam tim sendiri untuk
memimpin gerakan keselamatan pasien.
ii. Menjelaskan kepada tim relevansi dan pentingnya serta manfaat
bagi mereka dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien.
iii. Menumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan
insiden.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
Rumah sakit harus mengembangkan sistem dan proses pengelolaan
risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial
bermasalah. Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :
i. Menelaah kembali struktur dan proses yang ada dalam
manajemen risiko klinis dan nonklinis, serta memastikan hal
tersebut mencakup dan terintregasi dengan keselamatan pasien
dan staf.
12
ii. Mengembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem
pengelolaan risiko yang dapat dimoniotr oleh dreksi/pimpinan
rumah sakit.
iii. Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh
dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
4. Mengembangkan sistem pelaporan
Rumah sakit harus memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden,
serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Hal-hal yang harus dilakukan oleh
rumah sakit yaitu melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan
insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Sedangkan hal-hal yang
harus dilakukan unit/tim yaitu memberikan semangat kepada rekan
sekerja untuk secara aktif melaporkan setia insiden yang terjadi dan
insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung
bahan pelajaran yang penting.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Rumah sakit harus mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka
dengan pasien. Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :
- Memastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarga.
13
- Memastikan pasien dan keluarga pasien mendapat informasi
yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
- Memberikan dokumen, pelatihan dan dorongan semangat
kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :
- Memastikan tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien
dan keluarganya bila terjadi insiden.
- Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilaman terjadi insden, dan segera memberikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar.
- Memastikan untuk segera setelah kejadian, tim menunjukkan
empati kepada pasien dan keluarganya.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Rumah sakit harus mendorong staf untuk melakukan analisis akar
masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian tersebut timbul.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :
- Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan
kajian insiden secara tepat yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab.
- Mengembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas
kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah yang mencakup
insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan
14
Failur modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko
tinggi.
Hal-hal yang dilakukan oleh unit/tim, yaitu :
- Mendiskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
- Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena
dampak di masa depan dan membagi pengalaman tersebut
secara lebih luas.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Rumah sakit harus menggunakan informasi yang ada tentang
kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh rumah sakit, yaitu :
- Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh
dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit
serta analisis, untuk menentukan solusi setempat.
- Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau
kegitan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin
keselamatan pasien.
- Melakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
- Menyosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
15
- Memberi umpan balik kepada staf tentang insiden yang
dilaporkan.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh unit/tim, yaitu :
- Melibatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan aman.
- Menelaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat dan
memastikan pelaksanaannya
- Memastikan tim menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan.
2.2. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Permenkes 2011). Berikut 7 (tujuh) standar keselamatan pasien yang harus
diterapkan oleh rumah sakit :
1. Hak pasien.
Pasien dan keluarga memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
- Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
16
- Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
- Dokter penanggung jawab wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
Rumah sakit memberikan didikan kepada pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Hal
tersebut karena keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan melibatkan pasien dalam proses pelayanan. Untuk
meningkatkan keselamatan, pasien harus dilibatkan dalam proses
pealayanan. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki sistem dan
mekanisme dalam mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah sakit harus menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan. Kriteria dalam keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan sebagai berikut :
- Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari
saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan
17
pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar
dari rumah sakit.
- Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
- Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,
pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
- Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
- Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi
dalam organisasi.
18
- Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi insiden.
- Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
kordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien.
- Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit
serta meningkatkan keselamatan pasien.
- Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
- Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas.
- Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam
pelayanan pasien.
- Rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
19
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Serta melakukan transmisi data dan informasi harus tepat
waktu dan akurat.
Dalam proses akreditasi, keselamatan pasien memiliki enam sasaran,
diantaranya :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
3. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu Diwaspadai (high-alert
medications)
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
2.2.1 Pengertian Medical Error
Kesalahan dalam pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang bersifat
tidak sengaja, karena tidak ada seorang pun petugas kesehatan, baik dokter,
perawat, farmasi, laboratorium, radiologi, dan sebagainya, berniat melakukan
kesalahan. Menurut Reason, medical error atau kesalahan medis dapat
didefinisikan sebagai kegagalan menyelesaikan apa yang sudah direncanakan,
atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai maksud tertentu.
20
Ada dua kemungkinan kejadian yang terjadi sehingga disebut sebagai
kesalahan medis (Cahyono 2008). Kemungkinan pertama, pemberi pelayanan
(dokter atau petugas kesehatan) sudah membuat rencana yang benar, namun ada
penyimpangan dalam melakukannya, misalnya perawat memberikan obat pada
pasien yang salah. Kemungkinan kedua, pemberi pelayanan membuat rencana
yang salah sehingga menghasilkan hasil yang salah juga.
Kesalahan medis dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu commission dan
omission error. Comission error yaitu suatu kesalahan yang terjadi karena
seseorang tidak melakukan dengan benar. Sedangkan Omission error yaitu tidak
melakukan suatu prosedur atau tindakan yang seharusnya dilakukan. Kedua
bentuk kesalahan medis tersebut dapat terjadi karena seseorang tidak tidak
memiliki pengetahuan yang memadai, salah menginterpretasikan data klinis, salah
mendiagnosis, atau salah dalam menimbang (critical judgment error) (Cahyono
2008).
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari :
a. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
b. Kejadian nyaris cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
c. Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
21
d. Kondisi potensial cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
e. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius.
Menurut Vincent. C. terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
klinis dan berkontribusi terhadap terjadinya kejadian buruk pada pelayanan
kesehatan (Vincent 2003), yaitu :
Tabel 2.1. Kerangka faktor yang mempengaruhi praktik klinis dan
berkontribusi terhadap kejadian buruk
Faktor-faktor Faktor yang berkontribusi
Institusional Regulasi/ peraturan
Organisasi dan
manajemen
Sumber dan kendala keuangan
Standar dan tujuan kebijakan
Budaya dan prioritas keselamatan
Lingkungan kerja Tingkatan kepgawaian dan berbagai macam
keterampilan
Beban kerja
Desain, ketersediaan, dan pemeliharaan peralatan
Dukungan administratif dan manajerial
Tim Komunikasi verbal
Komunikasi tertulis
Pengawasan dan kemauan untuk mencari bantuan
Kepemimpinan tim
Individu/ pegawai Pengetahuan dan keterampilan
Motivasi dan sikap
Kesehatan fisik dan mental
22
Pekerjaan/tugas Ketersediaan dan penggunaan protokol
Ketersediaan dan keakuratan hasil uji
Pasien Kompleksitas dan keseriusan pasien
Bahasa dan komunikasi
Kepribadian dan faktor sosial
Sumber : Vincent C.
2.2.2.Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dan pencocokan pasien dengan pengobatan merupakan
kegiatan yang dilakukan secara rutin di semua rangkaian perawatan (Australian
Commission on Safety and Quality in Health Care 2017). Untuk itu sebelum
melakukan tindakan, pasien harus diidentifikasi terlebih dahulu dengan dua kali
pengecekan, yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan, dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan
atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Rumah sakit perlu menyediakan kebijakan dan/atau prosedur yang secara
kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi (KARS 2011).
Identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat, darah, atau produk darah;
pengambilan darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian
pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien,
dengan dua nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam medis, dan tidak
diperbolehkan menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. Kebijakan dan/atau
prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang
berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau
23
ruang operasi, termasuk identifikasi pasien koma tanpa identitas. Berikut alur
identifikasi pasien pada saat pasien masuk ke rumah sakit :
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu
Melalui UGD sebagai pasien UGD ataumelalui poliklinik
ke ruang rawat inap, HD, Endoscopie sebagaipasien operasi/ pasien rawat umum
Apakah pasien memiliki catatan di medical record (MR)
Ya Tidak
Identitas pasien diperiksa berdasarkan data MR. gelangidentitas dilengkapi dan berisi nama lengkap, tanggal lahirdan no MR, rincian tersebut diperiksa langsung ke pasien
rincian pasien telah ditanyakan melalui formuliradmission. Gelang identitas telah dilengkapi, dan
diperiksa dengan pasien
Gelang identitas sudah dipasang pada pergelangan tangan pasien, biasanya pada tangan yang dominan, contoh tangan untukmenulis
Gelang identitas pasien telah diperiksa, meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahirnya, sebelum intervensiberikut:
1. Pengambilan sampel darah2. Transfuse darah dan produk darah(saat pemberian obat dan saat akan melakukan tindakan keperawatan)3. Pengambilan sampel cairan tubuh pasien pemberian semua obat4. Intervensi bedah dan setiap prosedur invasive5. Transport/ transfer dari pasien6. X-ray dan prosedur pencitraan (sebelum memberikan therapie radiasi)7. Dua professional harus memeriksa identitas dari pasien (saat pemberian nampan makanan)
Gelang identitas harus diperiksa pada setiap pergantian shift oleh perawatpada shift berikutnya untuk memastikan gelang tersebut terpakai dengan baik
dan terbaca. Ganti gelang tersebut jika terdapat perubahan atau kesalahanrincian data. Jangan di coret atau ditimpa
24
Bagan 2.1. Alur Pelaksanaan Identifikasi Pasien
Risiko terhadap keselamatan pasien terjadi apabila ada ketidakcocokan
antara pasien dengan komponen perawatan yang diberikan, baik itu komponen
diagnostik, terapeutik maupun pendukung (WHO 2007). Kesalahan karena keliru
dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi pada saat pasien terbius, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit,
adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (KARS 2011). Berikut tahapan
identifikasi pasien menurut WHO :
Kebijakan
Menekankan bahwa penyedia layanan kesehatan memiliki tanggungjawab utama untuk memeriksa/memverifikasi identitas pasien.Sementara itu, pasien harus terlibat secara aktif dan harus menerimaedukasi tentang pentingnya identifikasi pasien yang benar
AdmisiSetelah masuk dan sebelum menjalani perawatan, gunakan setidaknya duaidentitas untuk memverifikasi identitas pasien, dan tidak boleh menggunakannomor kamar
Pengidentifikasi
Pasien
- Standarisasi pendekatan identifikasi pasien di berbagai fasilitas dalam sistem layanankesehatan
- Mengembangkan protokol organisasi untuk mengidentifikasi pasien, tanpa identitasatau nama yang sama
- Menggunakan pendekatan non-verbal lainnya, seperti biometrik, untuk pasien koma
Lepaskan gelang identitas pada saatpasien akan pulang dari ruang gawat
atau unit tertentu
25
Sumber : WHO 2007
Tindakan yang disarankan oleh WHO terhadap identifikasi pasien di
pelayanan kesehatan :
1. Memastikan bahwa organisasi pelayanan kesehatan tersebut memiliki
sistem.
a. Menekankan tanggung jawab kepada petugas kesehatan untuk
memeriksa identitas pasien dan mencocokkan pasien dengan
perawatan yang benar (misalnya hasil laboratorium, spesimen,
prosedur) sebelum perawatan diberikan.
b. Menggunakan setidaknya dua pengenal (misalnya nama dan tanggal
lahir) untuk memverifikasi identitas pasien saat masuk atau pindah ke
rumah sakit lain atau perawatan lainnya dan sebelum mengurus
perawatan. Tidak boleh dari pengidentifikasian menggunakan nomor
kamar pasien.
Intervensi Memeriksa rincian identifikasi pasien untuk memastikan pasien yangtepat mendapat perawatan yang benar
Pasien Libatkan pasien dalam proses identifikasi pasien
26
c. Standarisasi pendekatan identifikasi pasien di berbagai fasilitas dalam
sistem layanan kesehatan. Misalnya, penggunaan pita putih, dimana
bentuk atau penanda terstandar dan informasi spesifik (misalnya
nama dan tanggal lahir) dapat ditulis, atau menerapkan teknologi
biometrik.
d. Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi pasien yang
tidak memiliki identitas atau membedakan identitas pasien dengan
nama yang sama. Kemudian juga mengembangkan dan menggunakan
pendekatan non verbal untuk mengidentifikasi pasien koma atau
pasien yang bingung.
e. Mendorong pasien untuk ikut berpartisipasi terhadap semua tahap
proses.
f. Melakukan pelabelan wadah yang digunakan untuk darah dan
spesimen lainnya dihadapan pasien.
g. Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel
pasien selama proses pra-analisis, analisis, dan paska-analisis.
h. Membuat protokol yang jelas untuk mempertanyakan hasil
laboratorium atau temuan uji lainnya yang tidak sesuai dengan
riwayat klinis pasien.
2. Melakukan pelatihan tentang prosedur untuk memeriksa/memverifikasi
identitas pasien ke dalam orientasi dan melanjutkan pengembangan
profesional untuk petugas kesehatan.
27
3. Mengedukasi pasien/keluarga pasien tentang relevansi dan pentingnya
identifikasi pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga
menghormati privasi pasien/keluarga pasien tersebut.
Dalam identifikasi pasien, bukan hanya petugas kesehatan yang terlibat
namun juga melibatkan pasien/keluarga pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk melibatkan pasien/keluarga dalam kegiatan identifikasi pasien sebagai
berikut :
1. Mengedukasi pasien tentang resiko yang berhubungan dengan kesalahan
dalam mengidentifikasi pasien.
2. Meminta pasien atau keluarga pasien untuk memverifikasi informasi
identitas untuk memastikan itu benar.
3. Meminta pasien untuk mengidentifikasi diri mereka sebelum menerima
pengobatan dan sebelum menerima pengobatan atau sebelum melakukan
intervensi diagnostik atau terapetik.
4. Mendorong pasien atau keluarga pasien untuk menjadi peserta aktif
dalam identifikasi, untuk mengungkapkan kekhawatiran terhadap
potensial kesalahan keamanan, dan untuk mengajukan pertanyaan
tentang ketepatan perawatan mereka.
Dalam akreditasi Rumah Sakit, KARS juga telah menetapkan elemen-
elemen yang harus dipenuhi rumah sakit dalam identifikasi pasien. Berdasarkan
akreditasi RS versi 2012, terdapat 5 (lima) elemen pada sasaran identifikasi
pasien, yaitu :
28
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan /
prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
2.3. Keperawatan
A. Asuhan Keperawatan Mandiri
Beberapa prinsip umum dalam menjalankan kewenangan keperawatan
(Kozier & Erb, 1990 dalam (Priharjo 2008)) :
a. Ketahui deskripsi tugas. Hal ini untuk memudahkan perawat untuk
berfungsi sesuai dengan tugas dan mengetahui apa yang diharapkan dan
tidak diharapkan.
b. Ikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan di tempat kerja.
c. Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi
utama, misalnya prosedur invasif atau pembedahan, atau sewaktu memberi
tranfusi darah.
d. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu, dan
pasien yang benar.
29
e. Lakukan setiap prosedur dengan benar. Kecelakaan akibat kelalaian
biasanya berkaitan dengan ketidaksiapan peralatan, teknik tidak benar, dan
cara melakukan prosedur tidak benar. Misalnya, perawat harus tahu
bagaimana menjaga keselamatan pasien sewaktu respirator atau alat lain
tidak berhasil.
f. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan cepat dan
akurat. Pencatatan harus menunjukkan bahwa perawat melakukan tindakan
tersebut dan melakukan supervisi pasien setiap hari.
g. Catat semua kecelakaan yang mengenai pasien. Catatan segera
memudahkan untuk tetap melindungi kesejahteraan pasien, menganalisis
mengapa kecelakaan terjadi dan mencegah pengulangan kembali.
h. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien.
Pertahankan agar pasien tetap mengetahui tentang diagnosis dan rencana
tindakan, beri umpan balik pada setiap perkembangan mereka, dan
tunjukkan rasa kepedulian yang dapat mencegah rasa tidak berdaya dan
putus asa pasien.
i. Mengetahui kekuatan dan kelemahan pribadi. Misalnya, perawat yang tahu
kelemahannya dalam menghitung dosis obat harus selalu bertanya pada
orang lain tentang hasil penghitungannya sebelum memberi obat.
j. Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keprawatan, pastikan bahwa
orang yang diberi delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan
dan orang tersebut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
30
dibutuhkan. Perawat yang memberi delegasi dapat dituntut menanggung
kelalaian akibat bahaya yang disebabkan oleh orang yang diberi delegasi.
k. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan perhatikan
secara penuh setiap tugas yang dilaksanakan.
2.4. Kerangka Teori
Ketepatan dalam mengidentifikasi pasien merupakan salah satu solusi dalam
meningkatkan keselematan pasien. Oleh karena itu WHO menyarankan hal-hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan identifikasi pasien agar tepat dalam
pengidentifikasiannya. Berikut kerangka teori yang peneliti gunakan pada
penelitian mengenai ketepatan identifikasi pasien di instalasi rawat inap RSUD
Pasar Minggu berdasarkan solusi keselamatan pasien yang dikeluarkan oleh WHO
dan Akreditasi versi 2012.
Bagan 2.1. Kerangka Teori (modifikasi dari WHO dan KARS)
EdukasiPasien
Pelatihan/Sosialisasipada staf
Sistemidentifikasi
pasien
Ketepatan Identifikasi Pasien
Kebijakan /Peraturan
SPO (standarProsedur
Operasional)
Kemampuanperawat
Pengetahuanperawat
30
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1. Kerangka Pikir
Untuk mempermudah pemahaman dalam melihat gambaran pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar Minggu maka disusun
sebuah kerangka pikir. Berdasarkan kerangka teori, peneliti menggunakan solusi
keselamatan pasien oleh WHO, yang disesuaikan dengan Akreditasi Rumah Sakit
versi 2012. Dimana dalam melaksanakan ketepatan identifikasi pasien di rumah
sakit harus memiliki kebijakan/peraturan, standar prosedur operasional (SPO),
pengetahuan perawat terhadap prosedur, kemampuan perawat dalam
mengidentifikasi pasien, dan edukasi pasien dalam memahami pentingnya
identifikasi pasien. Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk
mempermudah cara berfikir dan pemaparan hasil penelitian ini :
Bagan 3.1. Kerangka Pikir
Kebijakan/Peraturan
SPO (Standar Prosedur
Operasional)
Pengetahuan Perawat
Kemampuan Perawat
Edukasi Pasien
Ketepatan Identifikasi Pasien
31
3.2. Definisi Istilah
Tabel 3.1. Definisi Istilah
Istilah Definisi Istilah
Ketepatan Identifikasi
Pasien
Tepat dalam identifikasi pasien (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit 2012) yaitu :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua
identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatandan tindakan / prosedur
Kebijakan/Peraturan Kebijakan/peraturan RSUD Pasar Minggu tentang
identifikasi pasien.
SPO (Standar Prosedur
Operasional)
Prosedur identifikasi pasien yang mengarahkan
pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi di RSUD Pasar Minggu.
Pengetahuan Perawat Pengetahuan perawat tentang prosedur dan kapan
waktu identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
32
Kemampuan Perawat kemampuan perawat dalam menjalankan prosedur
identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
Edukasi Pasien Edukasi/pengetahuan yang diberikan oleh petugas
tentang manfaat identifikasi pasien sebelum
melakukan tindakan pengobatan/perawatan di RSUD
Pasar Minggu.
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau lisan
dari informan serta proses dan perilaku yang diamati. Peneliti menggunakan
metode studi kasus/lapangan dengan tujuan ingin mendapatkan data yang
mendalam dari berbagai sumber mengenai pelaksanaan identifikasi pasien di
RSUD Pasar Minggu.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini dilakukan
selama kurang lebih 2 (dua) bulan dimulai sejak bulan September hingga Oktober
2017.
4.3. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Metode ini merupakan teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono 2011).
Informan pada penelitian ini dipilih berdasarkan jabatan dan/atau tugas yang
34
berkaitan dengan pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Informan utama, merupakan informan yang berhubungan langsung
atau sebagai pelaku terhadap pelaksanaan identifikasi pasien di
RSUD Pasar Minggu. Informan utama penelitian ini yaitu Perawat
rawat inap kelas III RSUD Pasar Minggu.
b. Informan kunci, merupakan informan ahli yang mengatur peraturan
terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di RSUD Pasar
Minggu. Informan kunci penelitian ini yaitu ketua dan anggota tim
Keselamatan Pasien RSUD Pasar Minggu.
c. Informan tambahan, merupakan informan yang dapat memberi
informasi tambahan terhadap pelaksanaan identifikasi pasien di
RSUD Pasar Minggu. Informan tambahan penelitian ini yaitu
Pasien/Pedamping pasien rawat inap RSUD Pasar Minggu.
4.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk
mewawancarai informan terkait ketepatan identifikasi pasien di RSUD Pasar
Minggu. Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman
observasi serta melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan
alat bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan gambar dan perekam suara
untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat
memperkuat akurasi data.
35
4.5. Sumber Data
Adapun sumber data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan yaitu:
a. Data primer
Data primer diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan
identifikasi pasien yang dilakukan oleh perawat pada saat sebelum
melakukan tindakan, seperti pemberian obat atau pengambilan darah
pasien. Kemudian dilakukan wawancara mendalam terhadap tim
keselamatan pasien, perawat, dan pasien.
b. Data sekunder
Data sekunder yang diperoleh yaitu dokumen-dokumen tentang
keselamatan pasien dan identifikasi pasien, sebagai berikut :
- SK Direktur tentang kebijakan penerapan keselamatan pasien
- SPO identifikasi pasien
- SPO pemasangan gelang identitas
- Panduan tatalaksana identifikasi pasien
4.6. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam adalah salah satu metode yang digunakan
dalam penelitian ini, dimana pewawancara menggali secara mendalam
kepada informan tentang segala sesuatu tentang masalah penelitian (Lapau
2012). Wawancara mendalam dilakukan kepada tim Keselamatan Pasien
RSUD Pasar Minggu, perawat rawat inap kelas III yang telah diobservasi
36
saat melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan pemberian obat atau
pengambilan darah pasien, serta pasien/pendamping pasien
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengumpulkan data langsung dari
lapangan (Raco 2010). Objek dalam penelitian yang diamati yaitu perawat
yang mengidentifikasi pasien sebelum melakukan tindakan/asuhan kepada
pasien, seperti pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Perawat
yang diobservasi sebanyak sepuluh orang. Observasi dilakukan berdasarkan
prosedur identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu, serta berdasarkan
standar akreditasi, dimana mengidentifikasi pasien harus menanyakan dua
identitas pasien, seperti nama, tanggal lahir, atau nomor rekam medis.
3. Telaah dokumen
Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pemeriksaan dokumen-dokumen yang dimiliki. Dokumen disini adalah SK
Direktur terkait identifikasi pasien, SPO identifikasi pasien, SPO
pemasangan gelang identitas, panduan tatalaksana identifikasi pasien, serta
dokumen standar akreditasi RS pada sasaran ketepatan identifikasi pasien.
4.7. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (1994) menawarkan teknik analisis yang disebut
dengan interactive model (Pawito 2007). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri
dari tiga komponen :
37
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Hasil wawancara pada
penelitian ini dipilih serta dirangkum sesuai dengan domain penelitian
dalam bentuk matriks, berikut domain pada penelitian ini :
- Kebijakan ketepatan identifikasi pasien
- SPO (Standar Prosedur Operasional) ketepatan identifikasi
pasien
- Pengetahuan Perawat
- Kemampuan Perawat
- Edukasi Pasien
Dengan demikian, data yang telah direduksi dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas terhadap domain-domain penelitian.
b. Penyajian data
Setelah mereduksi data hasil wawancara dengan bentuk matriks,
selanjutnya menyajikan data hasil observasi dan telaah dokumen.
Penyajian data ini dapat memudahkan untuk melihat dan memahami
gambaran pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data-data yang valid
dan konsisten untuk menghasilkan kesimpulan yang kredibel. Penarikan
kesimpulan menggunakan analisis konten untuk memastikan
kecenderungan pada informasi yang didapat (Grbich 2013). Dari
38
informasi yang didapat dari wawancara, observasi, dan telaah dokumen
dilihat kecenderungan informasi tersebut untuk melihat gambaran
pelaksanaan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
4.9. Validasi Data Kualitatif
Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono
2011). Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Triangulasi sumber, didapat dari tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar
Minggu, petugas admisi, perawat, dan pasien/pendamping pasien rawat inap di
RSUD Pasar Minggu.
2. Triangulasi teknik, dilakukan dengan wawancara, observasi, dan telaah
dokumen tentang identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
Tabel 4.1. Validasi Data
DomainPenelitian
Triangulasi Data
Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
WawawcaraMendalam
ObservasiTelaah
DokumenInf
KunciInf
UtamaInf
PendukungKetepatan
IdentifikasiPasien
- √ √ - √ -
KebijakanIdentifikasi
Pasien√ √ √ √ √ -
SPOIdentifikasi
Pasien√ √ √ √ √ -
39
PengetahuanPerawat
√ √ - √ √ -
KemampuanPerawat
√ √ - √ √ -
EdukasiPasien
√ - - √ √ √
.
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini yaitu Tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar
Minggu, Perawat Rawat Inap, dan Pasien/pedamping pasien rawat inap kelas III.
Berikut data informan :
Tabel 5.1. Data Informan
Kode
InformanJabatan/Pekerjaan Jenis informan
Lama
Bekerja
KP1Ketua Tim Keselamatan Pasien/
Dokter Spesialis Saraf
Informan Kunci -
KP2Sekretaris Tim Keselamatan
Pasien/ Dokter Gigi
Informan Kunci -
KP3Anggota Tim Keselamatan
Pasien/ Kepala Ruangan
Informan Kunci 1 tahun,7 bulan
PR1 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun
PR2 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun,7 bulan
PR3 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun
PR4 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun
PR5 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun
PR6 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 9 bulan
PR7 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun,7 bulan
41
PR8 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 bulan
PR9 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 1 tahun,7 bulan
PR10 Perawat Rawat Inap Kelas III Informan Utama 6 bulan
P1Pasien/Wiraswasta Informan
Pendukung
-
P2Pendamping pasien/Ibu Rumah
Tangga
Informan
Pendukung
-
P3Pendamping Pasien/Ibu Rumah
Tangga
Informan
Pendukung
-
P4Pendamping Pasien/Wiraswasta Informan
Pendukung
-
P5Pasien/Ibu Rumah Tangga Informan
Pendukung
-
P6Pasien/PNS Informan
Pendukung
-
P7Pasien/Wiraswasta Informan
Pendukung
-
P8Pasien/Pegawai Informan
Pendukung
-
P9Pasien/Ibu Rumah Tangga Informan
Pendukung
-
P10Pendamping Pasien/Ibu Rumah
Tangga
Informan
Pendukung
-
42
5.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu merupakan salah satu Rumah
Sakit milik Pemerintah daerah tipe B Non Pendidikan yang terletak di pusat kota
Jakarta Selatan (RSUD Pasar Minggu 2016). Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Minggu melayani pasien Umum dan BPJS. Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Minggu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan efektif untuk
memberikan nilai terbaik, sehingga menjadi pilihan utama bagi semua masyarakat
dan perusahaan.
RSUD Pasar Minggu dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta Nomor : 211 Tahun 2015. Dan telah mendapat penetapan sebagai
Rumah Sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan
Gubenur Provinsi DKI Jakarta. RSUD Pasar Minggu memiliki luas tanah 25.087
m², luas dasar 4.381 m² dan luas bangunan 43.495,78 m². Bangunan RSUD Pasar
Minggu terdiri dari 1 lantai basement, 3 lantai podium dan 9 lantai tower.
5.1.1 Visi dan Misi RSUD Pasar Minggu
Visi RSUD Pasar Minggu yaitu Memberikan pelayanan kesehatan yang
cepat, tanggap, bermutu dan nyaman secara paripurna.
Misi RSUD Pasar Minggu, yaitu :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tanggap, bermutu dan
nyaman secara paripurna.
2. Menerapkan system manajemen yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel.
43
3. Pengembangan SDM yang profesional dengan peningkatan
kompetensi yang berkesinambungan.
5.1.2. Pelayanan RSUD Pasar Minggu
Layanan yang dimiliki oleh RSUD Pasar Minggu terdiri dari dua macam,
yaitu pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis. Pelayanan medis terdiri
dari 4 layanan, terdiri dari instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, dan
medical check up. Untuk pelayanan rawat jalan, memberikan pelayanan kesehatan
yaitu Poli Anak, Poli Kebidanan, Poli Gigi Umum, Poli Gigi Konservasi, Poli
Gigi Anak, Poli Bedah Mulut, Poli Mata, Poli Kulit & Kelamin, Poli Orthopedi,
Poli Bedah Umum, Poli Anestesi, Poli Penyakit Dalam, Poli Paru, Poli Syaraf,
Poli Jantung, Poli Psikiatri, Poli Gizi, Poli Urologi. Sedangkan pelayanan rawat
inap terbagi menjadi 4 kelas, yaitu kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.
Pelayanan penunjang medis terdiri dari 7 layanan yaitu instalasi farmasi, instalasi
laboratorium, instalasi rehabilitasi medik & fisioterapi, instalasi gizi, instalasi
radiologi, CSSD, dan loundry.
5.2. Gambaran Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien merupakan salah satu sasaran keselamatan
pasien dalam akreditasi RS versi 2012. Terdapat lima elemen yang harus dipenuhi
pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, yaitu :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
Elemen satu pada sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu
identifikasi pasien menggunakan dua identitas, seperti nama dan tanggal
44
lahir, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
Berdasarkan observasi kepada perawat, tidak ada perawat yang
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien saat mengidentifikasi
pasien. Namun, sebagian besar perawat hanya mengidentifikasi pasien
dengan satu identitas yaitu nama pasien. Sedangkan sebagian kecil
perawat lainnya mengidentifikasi pasien dengan menggunakan dua
identitas, yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
Elemen kedua dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu
identifikasi pasien sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
Berdasarkan observasi terhadap perawat yang akan memberikan obat
kepada pasien, semua perawat melakukan identifikasi pasien saat
memberikan obat kepada pasien.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
Elemen ketiga dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu
identifikasi pasien sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan lain. Observasi yang dapat dilakukan pada elemen ini yaitu
saat perawat akan melakukan pengambilan darah. Sebagian kecil perawat
yang melakukan pengambilan darah, melakukan identifikasi pasien
sebelum mengambil darah, tetapi hanya menanyakan nama pasien, tidak
menanyakan dua identitas pasien seperti ketentuan pada elemen satu.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.
45
Elemen keempat dari sasaran ketepatan identifikasi pasien yaitu
identifikasi pasien sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur. Untuk elemen keempat ini, tidak ada perawat yang
diobservasi oleh peneliti.
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
Elemen kelima pada sasaran ketepatan identifikasi pasien, yaitu
pembuatan dan sosialisasi kebijakan atau SOP tentang pelaksanaan
idnetifikasi pasien. Tim Pokja (kelompok kerja) SKP akreditasi RSUD
Pasar Minggu sudah menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan
untuk memenuhi sasaran ketepatan identifikasi pasien, seperti SK
Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang Kebijakan Identifikasi Pasien
RSUD Pasar Minggu, Standar Prosedur Operasional (SPO), dan panduan
identifikasi pasien. Terdapat dua SPO yang dibuat oleh tim Pokja SKP
sesuai dengan standar akreditasi RS, yaitu SPO identifikasi pasien dan
SPO pemasangan gelang identitas.
5.2.1. Gambaran Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar
Minggu
RSUD Pasar Minggu sudah membuat kebijakan terkait Ketepatan
Identifikasi Pasien, yaitu dengan SK Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Identifikasi Pasien RSUD Pasar Minggu. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh ketua tim keselamatan pasien sebagai berikut :
46
“kebijakannya sih yaa, kita sudah ada SK, dan sudah disahkan juga...”
(KP1)
Kebijakan tentang ketepatan identifikasi pasien mengatur tentang
identifikasi pasien harus menggunakan minimal dua identitas (nama dan tanggal
lahir pasien) dan kapan saja dilakukannya identifikasi pasien. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh sekretaris tim keselamatan pasien yaitu :
“kita kalau kebijakan hanya mengatur masalah identifikasi pake duaminimal sama kapan melakukan identifikasi, kayak gitu aja sih...” (KP2)
Menurut tim keselamatan pasien, kebijakan tersebut sudah berjalan, tetapi
belum semua terbiasa melakukan ketepatan identifikasi pasien sesuai dengan
peraturan yang ada. Pasien rawat inap sudah menggunakan gelang identitas
dengan minimal tiga identitas, yaitu nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam
medis. Sedangkan menurut sekretaris tim keselamatan pasien, identifikasi pasien
sudah dilakukan oleh perawat, tetapi terkadang mereka lupa untuk menggunakan
dua identifikator. Pencatatan dan pengawasan juga belum dijalankan oleh tim
keselamatan pasien terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien untuk lebih
menekankan petugas medis setiap melakukan tindakan harus melakukan
identifikasi pasien. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien
mengenai pelaksanaan SK Direktur No. 893 Tahun 2017 :
“Pelaksanaannya sudah berjalan pasien dengan gelang identitas.......yangminimal ada tiga identitas disana ya, nama, nomer rekam medis sama tanggallahir. Nah perawatpun ketika memberikan obat atau mengambil darah memangsudah kroscek minimal nama sama tanggal lahir. Kalau secara praktek mungkinsudah jalan, pencatatan yang belum.” (KP1)
“Dilakuin sih sudah dilakuin, cuma memang belum semuanya kebiasaankayak gitu.....beberapa masih belum melakukan dua identifikator. Identifikasi
47
mungkin mereka sudah melakukan tampaknya, tapi kadang mereka lupa kalauharus menggunakan tanggal lahir sama nomor medical record.... yang ditekankanbukan hanya soal ditulis di gelang, tapi setiap pemberian obat, setiap tindakan,setiap tranfusi, pokoknya setiap yang kita mau ada asuhan ke pasien, kita harusidentifikasi pasien dulu ke pasien, kayak dokter visit pun harus identifikasi pasiendulu.”” (KP2)
Perawat merupakan salah satu petugas medis yang akan sering melakukan
identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan/asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap perawat yang ditanyakan mengenai
kebijakan/peraturan ketepatan identifikasi pasien, beberapa perawat mengatakan
bahwa peraturan terkait ketepatan identifikasi hanya berupa SPO saja. Perawat
lainnya mengatakan bahwa peraturan ketepatan identifikasi pasien dilakukan
sesuai dengan ketentuan KARS. Kemudian perawat lainnya lagi mengatakan
bahwa untuk peraturan identifikasi pasien saat pemberian obat harus
menggunakan prinsip 5 benar. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :
“Sesuai prosedurnya aja” (PR6)
“SOPnya ada, pemakaian gelang, barcode, kayak yang dicetak, tapi ini gaksemua ada, kadang udah habis, kalo pasien lama gak ada. Kalo dia udah dapetkamar baru dapet ini (stiker)”(PR2)
“sesuai SOP sih kita kalo peraturannya gitu” (PR7)
“kalo waktu kemaren, peraturan di rumah sakit ini, kan aku pernahpengalaman di rumah sakit lain pasti udah tau kalo kayak gitu kan udah standarJCI, kalo disini dari KARS” (PR10)
“ada, biasanya disini pake 5 benar, terutama pas pemberian obat ya. Disinikita pake prinsip 5 benar, benar pasien, benar obat, benar jam pemberiannya,benar dosisnya, sama biasanya sih expired apa gak” (PR4)
Sedangkan sebagian kecil perawat mengatakan bahwa tidak ada peraturan
pasti terkait ketepatan identifikasi pasien, dan perawat lainnya mengatakan tidak
tahu tentang peraturan identifikasi pasien, yang ada hanya kesepakatan saat
48
melakukan tindakan ke pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien.
Berikut kutipan wawancara dengan perawat :
“kebijakannya sih belom ada, tapi intinya sih belom ada kejelasan haruspasien nyebutin nama apa nama yang dipanggil.” (PR1)
“hmm ee gak ada sih” (PR8)
“sebenernya sih kalo SK begitu saya kurang tau, tapi kita udah kesepakatangitu mba, kalo misalkan ngasi obat, nanya nama, tanggal lahir...” (PR3)
Untuk memenuhi standar akreditasi pada sasaran ketepatan identifikasi
pasien, RSUD Pasar Minggu telah membentuk tim Keselamatan Pasien yang
anggotanya melibatkan semua instalasi. Berdasarkan wawancara, terdapat dua tim
yang dibentuk oleh RSUD Pasar Minggu, yaitu tim Pokja SKP (sasaran
keselamatan pasien) dan tim keselamatan pasien, pada dasarnya kedua tim ini
saling berhubungan. Tim Pokja sasaran keselamatan pasien (SKP) merupakan tim
yang berfungsi untuk menyiapkan dokumen-dokumen persiapan akreditasi,
sedangkan tim keselamatan pasien merupakan tim yang melaksanakan peraturan-
peraturan yang sudah ditetapkan oleh Pokja SKP. Berikut kutipan wawancara
dengan tim keselamatan pasien :
“tim keselamatan pasien sudah ada, pokja SKP juga sudah ada. Dua tim inibeda fungsinya, kan kalau pokja itu untuk persiapkan berkas yaa, panduan, SPO,terus apa.. kebijakan, sama persiapkan semua lah form-form... memang kita sihyang mensosialisasikan juga, cuman kan ini kepentingannya untuk akreditasi.Sementara kalau tim.... yang akan melaksanakan isi dari berkas-berkas yangsudah dibikin oleh pokja dan itu akan terus, walaupun sudah selesai akreditasitim ini akan tetap ada.”(KP1)
Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien, semua instalasi
yang berhubungan dengan pasien dilibatkan menjadi tim keselamatan pasien. Hal
ini dilakukan agar semua intalasi melakukan identifikasi pasien sebelum
49
melakukan tindakan/asuhan. Terutama instalasi rawat inap, setiap kepala ruangan
menjadi tim keselamatan pasien, agar memudahkan dalam sosialisasi,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap ketepatan identifikasi pasien Berikut
kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :
“tim pasien safety ya dibentuk kita melibatkan semua ya, kayak tadi sayabilang semua pemberi asuhan harus melakukan identifikasi, jadi tim pasien safetyyang terbaru itu hampir semua instalasi kita masukin, jadi mulai dari gizi,radiologi, jadi semua yang ada sentuhan dengan pasien, yang memberikanasuhan mau di poli atau di rawat inap. Ya kalau tim kita kan sudah melibatkansemua, jadi tujuannya semua dilibatkan jadi semua menjalani apa yang adadisitu, karena kan mereka termasuk timnya. Terutama kita di rawat inapya....”(KP2)
“iyah, kalau dari tim sih kita dari, biasanya sih kita ngambilnya dari kepalaruangannya ya, jadi agar untuk sosialisasi ke ruangan lebih gampang, karenakan mereka yang punya power ya diruangan, jadi untuk sosialisasi dan untukpelaksanaan itu lebih terawasi, lebih cepat, dan untuk pengawasan pun lebihjalan.”(KP1)
Panduan tatalaksana ketepatan identifikasi pasien juga sudah dibuat oleh tim
keselamatan pasien. Panduan ini dibuat untuk tatalaksana ketepatan identifikasi
pasien secara rinci yang sudah disesuaikan dengan RSUD Pasar Minggu, panduan
tersebut diperlukan karena SK Direktur tentang identifikasi pasien di RSUD Pasar
Minggu tidak membahas secara rinci tatalaksana ketepatan identifikasi pasien. Hal
tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh tim keselamatan pasien sebagai
berikut :
“pedoman kita sudah ada juga, yang membuat tim pokja SKP” (KP1)
“...kalau panduan, dari panduan keselamatan pasien juga ada, kapan yangwajib-wajibnya sama kita sesuaikan dengan yang ada di rumah sakit. jadi gakselamanya kita sesuai dengan yang ada disitu..... Kalau kebijakankan hanyamemberitahukan kapan identifikasi pasien sama pake apa. Nah kalau disitu,mulai semuanya, mulai di rawat jalan gimana, terus rawat jalan yang perlu pakegelang identitas yang mana, di panduan begitu, lebih detail sih”(KP2)
50
Dengan adanya kebijakan/peraturan yang dibuat tentang ketepatan
identifikasi pasien, ada perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan
identifikasi pasien. Petugas yang berhubungan dengan pasien harus melakukan
identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan/asuhan sesuai dengan peraturan
yang ada. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh tim akreditasi bahwa ada
perubahan yang signifikan, dimana bukan hanya pasien rawat inap yang harus
memakai gelang identitas, pasien hemodialisa (HD) dan IGD juga harus memakai
gelang. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :
“signifikan yaa, kalau misalnya menurut saya sih... kalau gak adaakreditasi gitu ya, perawat, semua tenaga medis belum tentu akan merasaterpaksa karena tuh pasti mereka ngerasa kayak terpaksa ngelakuin hal ini,karena kalau mereka tidak melakukan ini akan terbentur dengan akreditasi. Kanada monitoring kita, dia gak ngelakuin jadi di monitoring akan terpantau.Makanya jadinya setelah akreditasi ini mereka lumayan, jadi lumayan patuh yaa.Ya kayak yang di IGD sih, tapi karena akre kita bikin kebijakan......bahkan HDaja awalnya kita mikir gak perlu pake gak papa, tapi HD aja yang rawat jalanrutin harus pake gitu. Nah, sejak itu, karena adanya akreditasi mereka jadi pakesekarang.”(KP2)
Sedangkan menurut kepala ruangan, bahwa tidak ada perubahan apa-apa
karena identifikasi pasien sudah dari dulu melakukan prosedur seperti itu.
Menurutnya, dengan adanya dokumen-dokumen hanya lebih menekankan petugas
medis dalam melakukan identifikasi pasien saat akan melakukan tindakan. Berikut
kutipan wawancara dengan kepala ruangan :
“enggak ada, eeh karna udah kita ini kan..udah kita laksanakan dari awaldulu, sudah seperti itu. Intinya ya perubahannya lebih ke arah penekanan lagi ajaya. Tapi intinya sudah dilaksanakan sebelum susim kemaren, juga udah kamilakukan.”(KP3)
Pencatatan dan pelaporan terhadap ketepatan identifikasi pasien belum
dilakukan untuk mengawasi perawat dalam menjalankan identifikasi pasien,
51
Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien mengatakan bahwa
belum ada dilakukan pencatatan dan pelaporan terhadap ketepatan identifikasi
pasien. Formulir pencatatan dan pelaporan masih akan dibuat oleh tim
keselamatan pasien, yang akan disebarkan kepada kepala ruangan untuk
melakukan pengawasan kepada perawat-perawat saat akan melakukan tindakan
kepada pasien. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :
“baru mau jalan sih ya, tapi kemaren sempet ada beberpa tapi memangbelum semua yaa, belum jalan semuanya. Sekarang sih baru mau dimulaiditekankan bener-bener monitoring.....udah sih, ini lagi dibikin (form monev).Makanya semua karu masuk ke tim ya, jadi lebih gampang untuk koordinasinya,karena mereka juga tim pasien safety nanti rencanya semua lembar monitoringini akan kita kasi ke karu-nya, nanti mereka yang monitoring baru diserahin kekita”(KP2)
“ya masih belum (sistem pelaporan).......iya kepala ruangan, jadi kita akansebarkan ada lembar monitoring evaluasi, nah itu kan yang bertanggung jawabkepala ruangan. Mereka yang mengobservasi.”(KP1).
5.2.2. Gambaran Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan
Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu
Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan salah satu dokumen yang
juga dibutuhkan untuk memenuhi elemen kelima dari sasaran ketepatan
identifikasi pasien. Tim keselamatan RSUD Pasar Minggu juga sudah membuat
SPO tentang Identifikasi Pasien, terdapat dua SPO yang dibuat untuk sasaran
ketepatan identifikasi pasien, yaitu SPO identifikasi pasien dan SPO pemasangan
gelang identitas. Namun, ada beberapa hal yang kurang dari isi SPO yang telah
dibuat dengan elemen ketepatan identifikasi pasien dalam akreditasi RS versi
2012. Untuk itu akan ada penambahan pada SPO identifikasi pasien sesuai dengan
52
elemen-elemen ketepatan identifikasi pasien. Hal ini sesuai dengan yang
diutarakan oleh tim keselamatan pasien sebagai berikut :
“SPO kita juga sudah punya, pokja SKP yang membuat” (KP1)
“....nah kemaren pas survey simulasi masih ada beberapa SPO yang kitakurang sih. Sebenernya sih hanya kurang kata-katanya aja sih, ....Nah sayakurang nambahin, tapi prosedurnya sih kurang lebih sama, tetep harusidentifikasi. Jadi nanti rencananya mau kita tambahin yang kurangnya sesuaidengan elemen akreditasi, karena semua elemen akreditasi harus dimasukkan diSPO itu” (KP2)
Secara keseluruhan, SPO identifikasi pasien yang dibuat oleh tim
keselamatan sudah sesuai dengan standar akreditasi versi 2012. Pada praktiknya
di ruang rawat inap pada saat perawat memberikan obat kepada pasien, perawat
harus melakukan double check terhadap obat-obatan yang akan diberikan kepada
pasien. Kemudian setiap selesai diberikan obat, pasien atau pendamping pasien
juga harus menandatangani catatan pemberian obat yang dibawa perawat ketika
pemberian obat, ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.
Hal ini sesuai dengan isi dari SOP identifikasi pasien bahwa perawat harus
memastikan obat yang akan diberikan sebelum ke pasien. Hal tersebut sesuai
dengan yang diutarakan oleh kepala ruangan, sebagai berikut :
“prosedurnya kalau kita menyiapkan obat ya, menyiapkan obat itu kitaeeh..terapkan double cek. Nanti di double cek nya itu 2 perawat, lebih-lebih kehigh alert. Obat-obat yang high alert itu kita double cek. Jadi dua orang yangngecek.... Terus nanti setelah pemberian obat, eeh tanda tangan keluarga ataupasien di formnya”(KP3)
SPO identifikasi pasien belum disosialisasikan kepada perawat secara resmi
oleh tim keselamatan pasien. Namun menurut ketua tim keselamatan pasien, SPO
ini telah dijelaskan kepada kepala ruangan yang juga sebagai tim keselamatan
pasien, yang nantinya akan menjelaskan kepada perawat di ruangan agar
53
menerapkan identifikasi pasien sesuai dengan SPO yang ada. Berikut kutipan
wawancara mengenai sosialisasi SPO ketepatan identifikasi pasien :.
“Sosialisasikan SPO secara menyeluruh tu belum ya, tapi biasanya, kankarena rata-rata tim pasien safety sama tim pokja kan kepala ruangan jadi kanmereka sudah tau sendiri, jadi mereka yang mensosialisasi kan sendiri ke perawatruangan mereka, karena rata-rata kan kepala ruangan. Jadi sosialisasi SPOsecara legal belum, masih dari kepala ruangan”(KP1)
Sosialisasi terhadap peraturan, terutama prosedur perlu dilakukan kepada
perawat agar perawat mengetahui prosedur identifikasi pasien sesuai dengan
peraturan yang ada. Berdasarkan wawancara, sebagian kecil perawat mengatakan
bahwa belum pernah mendapat sosialisasi tentang ketepatan identifikasi pasien.
Berikut kutipan wawancara kepada beberapa perawat :
“Hmm kalo saya sih, disini ngga pernah denger. Cuma dari rumah sakitsebelumnya memang selalu begitu”(PR6)
“enggak pernah ada yang begitu”(PR8)
“hmm kalo pas aku masuk, kayaknya belum, tapi kan sebelumnya mungkinudah ya. Tapi sekarang SOP ada yang baru, eh yang baru kayaknya kan mauakreditasi ya, kayaknya gak ada perubahan ya masalah identifikasi”(PR2)
“gak sih, kalo kayak gitu kan istilah nya udah ada ini, istilahnya setiaprumah sakit sih beda-beda tapi pas kita kuliah gitu udah ada....”(PR3)
Sedangkan sebagian besar perawat lainnya mengatakan pernah mendapat
sosialisasi terkait ketepatan identifkasi pasien. Ada perawat yang mengatakan
mengetahui hal tersebut dari grup chating, ada juga yang mengetahui SPO pada
saat orientasi pertama kali bekerja, dan yang lainnya mendapat penjelasan
langsung dari kepala ruangan. Berikut kutipan wawancara kepada beberapa
perawat :
54
“....kalo sosialisasi untuk identifikasi pasien paling kayak via WA gitu sih”(PR1)
“pak F (kepala ruangan) kan di share di grup (chating)”(PR10)
“ehm pernah, ya itu kita identifikasi namanya, nomor rekam medisnyaapalagi kalo misalnya di satu kamar ada nama yang sama kita harus benar-benarsih, sebenernya ya pas awal masuk kerjaan tuh ada orientasi” (PR4)
“udah, kita kan melakukan akreditasi jadikan yang ipsd itu yang lima ituudah harus, apalagi identifikasi kan termasuk dari kepala ruangan”(PR7)
“ee.. awalnya sih disosialisasikan tapi harus baca SOP dulu setiap masukperawat masuk, pas orientasi sih ada juga”(PR9)
“Hmm kalo dari awal masuk belum, paling sosialisasi aja sama kepalaruangan”(PR5)
5.2.3. Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien
Pengetahuan perawat terhadap prosedur identifikasi pasien harus sesuai
dengan SPO yang sudah dibuat oleh tim Pokja SKP. Berdasarkan SPO identifikasi
pasien, perawat harus melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan
dengan membandingkan dengan gelang identitas pasien.
Berdasarkan wawancara kepada perawat, beberapa perawat kurang tepat
dalam menjelaskan SPO identifikasi pasien yang telah dibuat. Ada perawat yang
mengatakan bahwa prosedur ketepatan identifikasi pasien yang mereka tahu yaitu
identifikasi pasien dilakukan setiap akan melakukan tindakan, serta menanyakan
nama pasien dan tanggal lahir. Perawat lainnya hanya mengatakan harus
melakukan identifikasi pasien sebelum tindakan. Ada juga yang mengatakan
bahwa harus melakukan prinsip lima benar, namun hal tersebut hanya untuk
pemberian obat kepada pasien. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa
perawat rawat inap :
55
“ada sih SOP nya, tapi rumah sakit itu masing-masing penerapannya, ada 5benar, ada 10 benar, ada 7 benar, sebenernya ada 10 tapi kan yang itu kanterlalu rumit ya , 5 itu udah cukup kok, ada di SOP kita ada”(PR4)
“Kayak manggil nama pasien, tanggal lahir, kalo medical recordkebetulankan pasiennya gak hapal. Jadi biasanya nama pasien sama tanggallahir”(PR5)
“ sopnya dilakuin saat kapan aja, kayak pasien baru dari IGD......jadi kankarena kita rawat inap, yang pertama sih pada saat keluar dari igd, ya itusebelum melakukan tindakan, ngambil darah, kasi obat”(PR8)
“setiap tindakan, pemberian obat, terus observasi tanda-tanda vital kitaidentifikasi juga, apalagi yaa pemberian obat, pengambilan darah, terapimedikasi semua kita identifikasi itu sih”(PR2)
“jadi kan karena kita rawat inap, yang pertama sih pada saat keluar dariigd, ya itu sebelum melakukan tindakan, ngambil darah, kasi obat”(PR7)
Sebagian perawat lainnya menjelaskan SPO sesuai dengan yang telah dibuat
oleh tim pokja SKP. Mereka mengatakan bahwa dalam mengidentifikasi pasien
sebelum melakukan tindakan harus melihat gelang pasien juga, terutama untuk
melihat nomor rekam medis karena nomor rekam medis jarang dihapal oleh
pasien. Hal tersebut diutarakan oleh perawat sebagai berikut :
“nanya nama, kita tanya, konfirmasi, sebenernya sih ada sama medicalrecord, cuman kan, eee sama gelang, kalo liat medical record liat gelangnya.Kadangkan medred pasien suka gak hapal, kita suka liat di gelangpasien”(PR10)
“isinya.. yang ditanya nama pasien, sesuaiin sama gelangnya terus tanggallahir, biasanya. Tapi sih maksimal 2, ada 2, nama sama rm”(PR9)
“Kalo disini sih kayak biasa, biasanya kalo identifikasi pasien kalo maukasih obat, mau transfusi juga sama, mau nganter dokter buat visit juga sama.Sama sih pake nanya namanya siapa, karena kalo kita cuma sebutin namanyasiapa, misalnya “Sri”, dan ‘Sri’nya banyak, kadang pasien suka bilang iya-iyaaja pasiennya, pasien cenderung ngejawab. Sama, tanggal lahir kadang-kadangpasien juga lupa tanggal lahirnya. Kan kita suruh pake gelang”(PR6)
Sedangkan sebagian kecil perawat lainnya tidak tepat dalam menjelaskan
SPO identifikasi pasien. Satu perawat mengatakan bahwa yang penting dalam
56
mengidentifikasi pasien hanya menanyakan nama pasien. Sedangkan satu perawat
lainnya mengatakan bahwa harus melakukan prinsip enam benar, namun SPO
yang dibuat oleh tim keselamatan pasien menyatakan prinsip lima benar, bukan
prinsip enam benar. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :
“...tapi enaknya aja kayak gimana. Yang penting namanya sesuai gitu,terserah mau dipanggil atau pasiennya nyebutin nama, enaknya kita aja...”(PR1)
“SOP sih ada, isinya tuh kalo yang aku tahu sih masih yang enam benar,Cuma katanya yang terakhir itu disini mau nerapin yang 10 benar”(PR3)
Berdasarkan panduan identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu bahwa pada
saat melakukan identifikasi pasien, perawat harus melakukan verifikasi dengan
menanyakan nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan dengan gelang
identitas yang digunakan pasien. Perawat juga harus menanyakan identitas pasien
dengan pertanyaan terbuka, contohnya: “siapa nama bapak/ibu?, dan tidak boleh
menggunakan pertanyaan tertutup seperti “Apakah nama anda Sri?”.
Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa perawat tentang bagaimana
mereka melakukan identifikasi pasien, sebagian besar mengetahui bahwa setiap
kali melakukan tindakan/asuhan harus mengidentifikasi terlebih dahulu. Sebagian
besar perawat yang diwawancara juga mengatakan bahwa mereka biasanya
melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien,
ada juga mengatakan bahwa nomor rekam medis juga harus diperiksa. Hal ini
sesuai dengan elemen satu pada sasaran ketepatan identifikasi pasien dan panduan
identifikasi pasien bahwa harus menggunakan dua identitas pasien saat melakukan
identifikasi pasien. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa perawat
mengenai pengetahuan mereka terhadap ketepatan identifikasi pasien :
57
“ya tergantung, kalo misalkan kita mau tindakan ya kita nanya pasiennyanamanya, tanggal lahirnya, kalo misalkan tindakannya mau dilakuin yatujuannya apa, misalkan ada efek samping ya jelasin efek sampingnya”(PR3)
“Biasa nanya nama, tanggal lahir. Tanggal lahir sih tergantung pasiennya,kalo pasiennya kooperatif sih tanggal lahir, atau keluarganya juga bisa ngejawabbisa tanya keluarganya langsung, sama kan pada saat kita ngasih obat ataungelakuin tindakan minta tanda tangan keluarganya untuk dicocokin nama samatanggal lahirnya”(PR6)
“biasanya nanya nama sama tanggal lahir, karena kalo nomor rm dia kangak hapal”(PR7)
“ya itu tindakan aja, kalo mau bagi obat, mau ada tindakan, tindakan lahpokoknya, terus nanya tiga, nama, tanggal lahir, sama medical record”(PR10)
“selalu nanya, pokoknya mastiin namanya siapa. Map ini sih daftar obat,bukan rekam medis, kalo rekam medis ada disini (komputer), kalo ini sih data-data obatnya , jadi pasiennya harus tau daftar obat-obatannya apa aja, jadi adatanda tangan nama perawatnya yang ngasi, jadi kalo gak dikasi juga ketauan gakdicontreng ama perawatnya kayak gitu.”(PR1)
“manggil nama, kadang kalo, ehm sebenernya harusnya kita kan ngasipertanyaan terbuka”(PR4)
“biasanya nanya nama pasien, umur pasien, kayak gitu”(PR8)
“setiap mau melakukan tindakan, terus mau ngasih obat, terus baru masukpasien ke ruangan. Biasanya nanya nama, tanggal lahir, rm nya yang harus adadi gelang, sejauh ini sih gak sesuai kayaknya”(PR9)
Ada juga perawat yang mengatakan bahwa identifikasi pasien dilakukan
sebelum melakukan tindakan dengan menanyakan nama pasien. Perawat tersebut
terkadang tidak menanyakan tanggal lahir pasien, terutama pada pasien lanjut usia
(lansia) karena biasanya pasien atau keluarga tidak mengingat tanggal lahir
pasien. Namun perawat tersebut juga mengatakan harus menanyakan nama pasien
dengan dua nama panjangnya, hal ini sesuai dengan sasaran ketepatan pasien yang
dibuat oleh KARS. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :
“Identifikasi pasien itu biasanya setiap mau ada tindakan kita identifikasipasien sih, tapi biasanya terkadang juga kita cuma identifikasi pasien namapasiennya aja, kalo tanggal lahir terkadang pasiennya juga suka lupa, sama
58
keluarganya. Apalagi yang sudah lansia itu biasanya kita identifikasinya cumaminta nama pasiennya saja. Nama pasien kan ada dua huruf, eh maksudnya duanama ya biasanya, sama nama panjangnya.”(PR5)
Kemudian perawat lainnya mengatakan harus mencocokkan dengan gelang
identitas, tetapi biasanya tulisan tangan di gelang identitas tidak begitu jelas jadi
menyulitkan untuk dibaca. Berikut kutipan wawancara dengan perawat tersebut :
“kadang gelang, gelang itu dari UGD, UGD itu, pas di UGD itu gak inikan (stiker), jadinya tulis tangan, kadang gak kebaca. Jadi nama dipanggil,pasien nyebutin namanya siapa, sama apa enggak, nanti kalau misalnya digelangnya ada nomor rekam medisnya, tapi kebanyakan eeh karena tulis tanganjadi gak enak bacanya”(PR2)
Tim pokja SKP memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan
maupun SPO yang telah dibuat. Menurut tim akreditasi mereka juga sudah
melakukan workshop tentang penerapan enam sasaran keselamatan pasien,
dimana setiap instalasi diminta perwakilannya untuk mengikuti workshop
tersebut, untuk itu tim keselamatan pasien mengharapkan agar dapat disampaikan
kepada setiap petugas di masing-masing instalasi, termasuk rawat inap. Untuk
rawat inap, kepala ruangan bertaggung jawab menjelaskan kepada perawat.
Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :
“Jadi beberapa minggu yang lalu juga sih, sebelum survey simulasi, akhirseptember kita sempat ada workshop keselamatan pasien dan itu semua instalasiitu ada perwakilannya. Jadi mereka juga udah tau gitu tentang keselamatanpasien, tentang identifikasi. Nah kenapa kita ke karu, karena karu ini yangbertanggungjawab untuk sosialisasi ke yang ada di ruangan”(KP2)
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa untuk menjelaskan SPO
kepada perawat yaitu melalui kepala ruangan. Menurut kepala ruangan bahwa
menjelaskan sistem di rumah sakit, termasuk ketepatan identifikasi pasien kepada
59
perawat dilakukan pada saat orientasi dilaksanakan dan hari H penempatan
perawat tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan kepala ruangan :
“ee...semua eeh di awal rekrut, hari pertama sampe hari ketiga itu kan adaorientasi, orientasi itu meliputi tentang sistem yang ada disini,... iya, terus jugapas hari H penempatan disini kami juga orientasi di ruangan, seputar ruangan,seputar sistem, seputar eeh ya kebiasannya disini. Termasuk kalo yang obat tu,yang double cek itu kita sosialisasiin ulang”(KP3)
Berdasarkan wawancara, cara yang dilakukan tim keselamatan pasien untuk
mengetahui bahwa perawat sudah mengetahui prosedur identifikasi pasien, yaitu
dari kepala ruangan, dan juga dari laporan kesalahan identifikasi pasien saat
petugas melakukan tindakan kepada pasien. Sedangkan, kepala ruangan
melakukan juga supervisi untuk melihat serta mengawasi perawat-perawat dalam
melakukan tindakan kepada pasien. berikut kutipan wawancara dengan tim
keselamatan pasien :
“caranya tau ya, yaa, sebenernya ya awalnya ada identifikasi, kayak giniini supaya tidak ada salah identifikasi ya, jadi ketika kita udah kayak gini akanminimal nih orang yang salah pemberian obat, salah tranfusi jadi dengan kayakgini pasti kejadian kayak gitu menurun”(KP2)
“saya melakukan, apa ya istilahnya itu, eeh pokoknya kan saya cek sambilsaya liat. Kan saya perhatikan cara mereka pas penyiapan obat, saya amati, sayasupervisi. Setiap tindakan yang mereka lakukan saya supervisi, walaupunsupervisinya tanpa mereka sadari. Saya ikutin, saya perhatikan”(KP3)
5.2.4. Gambaran Kemampuan Perawat dalam Ketepatan Identifikasi Pasien
Kemampuan perawat dalam mengidentifikasi pasien harus sesuai dengan
SPO identifikasi pasien yang telah dibuat. Berdasarkan SPO identifikasi pasien
bahwa perawat harus selalu melakukan identifikasi pada saat melakukan
60
pemberian obat, darah, atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan.
Berdasarkan observasi kepada sepuluh perawat saat melakukan
asuhan/tindakan kepada pasien, sebagian kecil perawat yang diobservasi sudah
sesuai dengan prosedur identifikasi pasien, yaitu mengidentifikasi pasien dengan
membandingkan identitas pada gelang identitas. Sedangkan sebagian besar
perawat tidak melakukan semua prosedur dengan benar.
Tahapan prosedur identifikasi pasien yang biasa tidak dilakukan oleh
perawat yaitu memeriksa dan membandingkan data pada gelang pengenal dengan
rekam medis. Sebagian besar perawat melakukan identifikasi pasien hanya dengan
menanyakan nama pasien, tanpa membandingkan dengan gelang identitas. Saat
mengidentifikasi pasien juga terkadang perawat menanyakan nama pasien dengan
pertanyaan tertutup. Kemudian juga perawat terkadang tidak selalu menanyakan
nama pasien karena merasa sudah mengenal pasien, dan juga agar pasien tidak
merasa bosan ditanya terus-menerus. Berikut kutipan wawancara dengan beberapa
perawat :
“....kayak nanya namanya siapa, tapi kalo setiap hari kita sama kayak gitu,pasiennya ngerasa susternya gak kenal-kenal nih ma kita, aku jarang-jarang sihya, paling 3 sampe 5 kali ketemu masih aku tanya tapi kalo udah 5 kali lebih udahlangsung ke pasiennya. Buat apa sih, bangun kepercayaan juga lah buat pasien.Karena kalo sering ditanya siapa namanya, pasiennya ngomong susternya gakhapal-hapal nih”(PR4)
“Yang penting namanya sesuai gitu, terserah mau dipanggil atau pasiennyanyebutin nama, enaknya kita aja, takutnya ada yang ke pasiennya, “suster sayaudah lama disini tapi gak kenal-kenal.” (PR1)
Khusus untuk prosedur pemberian obat, berdasarkan SPO identifikasi
pasien, setelah melakukan verifikasi data pasien, prosedur selanjutnya yaitu
61
perawat harus menerapkan 5 prinsip benar (benar obat, benar dosis, benar cara
pemberian, benar waktu, dan benar pasien). Berdasarkan observasi kepada
sepuluh perawat, semua perawat selalu melakukan prinsip 5 benar, dengan
melakukan double check saat sebelum ke ruangan, kemudian saat di ruangan akan
dilakukan pengecekan kembali sebelum obat diberikan, setelah itu
pasien/pendamping pasien harus menandatangani map yang berisi catatan obat
pasien.
Tim keselamatan pasien harus memastikan bahwa perawat selalu melakukan
identifikasi pasien sebelum tindakan. Berdasarkan wawancara dengan tim
keselamatan pasien bahwa untuk mengetahui kemampuan perawat dalam
menjalankan prosedur yaitu dari kepala ruangan yang melakukan observasi
terhadap perawat-perawat di ruangan rawat inap. Kemudian tim keselamatan
pasien juga mengatakan bahwa seharusnya dilakukan kegiatan pengamatan
terhadap perawat sesuai dengan workshop yang telah diikuti, namun hingga saat
ini tim keselamatan pasien belum pernah memantau langsung sasaran keselamatan
pasien. Jadi untuk saat ini hanya memantau perawat melalui kepala ruangan saja.
Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :
“kepala ruangannya, iya mereka punya lembar monitoring gitu, jadimereka pilih dari ruangan itu berapa orang , mereka ngambil sampel gitu”(KP1)
“seharusnya sih ada ya, namanya ronde, kalau dari hasil workshopkemaren ya ada ronde manajemen dimana nanti itu dilibatkan semua komite mutudan keselamatan pasien, harusnya ada disitu, jadi kita ke pasien-pasien di ranap,tapi memang belum dilakuin disini. Jadi balik lagi, kita serahin ke karunya deh,...mereka yang ngeliatin bener-bener apakah si perawat ini ngelakuinnya sesuaigak. Tapi memang kita belum pernah ngeliat ke lapangan secara langsungya.”(KP2)
“intinya di karu, saya pagi kan saya cek, saya tidak mungkin mengikutisemua yang melakukan tindakan ya kan. Tapi khusus yang obat saya bisa cek di
62
eee di map kuning itu, termasuk ada tidak tanda tangan keluarga ataupasien”(KP3)
Berdasarkan wawancara dengan pasien rawat inap kelas III, sebagian besar
pasien mengatakan bahwa saat perawat akan melakukan tindakan/asuhan hanya
menanyakan nama pasien, dan tidak mencocokkannya dengan gelang identitas
pasien. Berikut kutipan wawancara dengan pasien :
“ya Cuma panggil aja gitu. Gak juga sih, kan udah ada datanya, kadang yananya, manggil doang gitu udah ngenalin”(P1)
“gak sih, mereka kan udah punya apa itu namanya eeh punya datanya gitu,jadi pas awal juga mereka gak nanya...iya gak pernah liat gelang identitas,langsung aja” (P2)
“enggak pernah, ditanyain namanya aja, jadi setiap mau ngasi obat atauperiksa-periksa, ditanyain namanya siapa” (P3)
“iya biasanya suka nanya nama aja, kadang-kadang ngecek, kadang gaksusternya udah hapal. Biasa sih udah hapal sih”(P4)
“gak, Cuma nanya kamu namanya siapa, ini (gelang identitas) gakdicek”(P5)
“enggak, mereka langsung tanya aja gitu , ibunya namanya siapa gitu”(P6)
“kalo itu gak, cuma nanya ibu siapa gitu”(P7)
“ya orang baru semalem dipakein, ya kite gini kok orang-orang dipakeinkite kagak. Jadi ya Cuma nanya nama aja”(P9)
Sedangkan sebagian kecil pasien lainnya mengatakan bahwa perawat
melihat gelang identitas saat akan memberikan obat, namun satu diantaranya
hanya dilihat pada saat awal dirawat saja, seterusnya tidak dilihat lagi oleh
perawat. Berikut kutipan wawancara dengan pasien :
“gak, cuma nanya aja, ibu siapa, maryana gitu.....jarang, pas awal sekalipernah, namanya siapa, gitu kan nanya, Maryana, coba liat, oh iya cocokgitu”(P10)
63
“Diliat sih, diliat ama perawat, terus nanya namanya siapa samaperawatnya”(P8)
5.2.5. Gambaran Edukasi Pasien Tentang Ketepatan Identifikasi Pasien
Edukasi pasien tentang identifikasi pasien merupakan bagian dari ketepatan
identifikasi pasien. Berdasarkan SPO pemasangan gelang identitas bahwa selain
memakaikan gelang identitas, petugas admisi juga memiliki tugas untuk
menjelaskan gelang identitas. Pasien harus memahami tujuan dari identifikasi
pasien sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit agar
memudahkan dalam mengenali pasien yaitu dengan menggunakan gelang
identitas. Untuk itu, berdasarkan prosedur pemakaian gelang, pasien/keluarga
pasien harus diberikan penjelasan terkait kegunaan dipakaikan gelang identitas.
Berdasarkan wawancara dengan pasien, hanya sebagian kecil pasien yang
mengatakan bahwa petugas menjelaskan fungsi gelang tersebut sebagai tanda
pengenal pasien. Berikut kutipan wawancara dengan pasien:
“iya, katanya biar mudah gitu, mudah nyarinya, untuk pengenal juga kanpasien banyak gitu”(P4)
Sedangkan sebagian besar pasien/keluarga pasien lainnya mengatakan
bahwa perawat tidak pernah menjelaskan tujuan dari gelang identitas yang dipakai
oleh pasien. Mereka mengatakan bahwa gelang hanya dipakaikan saja oleh
perawat. berikut kutipan wawancara dengan pasien/keluarga pasien :
“mereka gak jelasin sih, cuma saya udah tau guna ya untuk eeh tauidentitas”(P2)
“gak ada, saya pikir gelang ini cuma buat tanda pasien disini”(P3)
“engga dijelasin, langsung dipakein aja”(P6)
64
“enggak dijelasin, cuma bilang pake gelang aja, dokternya nyuruh pakeingelang”(P7)
“enggak cuma dipakein aja”(P5)
“engga dijelasin, langsung dipakein aja”(P6)
“hah, gak ada tuh”(P10)
Pemakaian gelang identitas dilakukan oleh perawat IGD. Petugas admisi
tidak melakukan pemakaian gelang identitas dan mengedukasi pasien tentang
kegunaan gelang identitas. Hal tersebut karena yang biasanya melakukan
pendaftaran untuk dirawat inap adalah keluarga pasien. Oleh karena itu,
pemakaian gelang identitas dipakaikan pada saat pasien berada di IGD, bahkan
ada pasien yang tidak sadar saat dipakaikan gelang identitas. Berdasarkan
wawancara, sebagian besar pasien/keluarga pasien mengatakan bahwa yang
memakaikan gelang identitas adalah perawat IGD. Berikut kutipan wawancara
dengan pasien :
“oh ini di UGD, perawatnya, saya gak tau udah dipakein aja”(P1)
“udah dari suster di IGD, yang nulis juga susternya”(P2)
“udah dari IGD ini, perawatnya”(P3)
“di bawah, di IGD, susternya kayaknya, tau-tau udah pake”(P4)
“susternya, saya gak ngeh disini”(P9)
“susternya, pas masuk IGD”(P8)
Untuk gelang identitas pasien, berdasarkan observasi terhadap gelang
identitas pasien terhadap pasien, hanya ada satu gelang identitas yang lengkap
dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medis, selebihnya
hanya ada nama dan nomor rekam medis pasien. Identitas yang ada pada gelang
65
identitas ditulis manual oleh perawat yang terkadang tidak terbaca jelas.
Berdasarkan wawancara, identitas pada gelang identitas akan dibuat menjadi
stiker agar identitas terbaca dengan jelas oleh petugas medis. Hal ini karena jika
ditulis secara manual, memiliki risiko kesalahan lebih besar dalam menuliskan
identitas pasien. Berikut kutipan wawancara dengan tim keselamatan pasien :
“nah sebenernya kita udah minta untuk print ya, gak tulis tangan. Jadi kandisini udah IT, jadi udah ada nih nama dan sebagainya, jadi dulu sempet kayakgitu, udah ada stikernya, tapi stikernya itu abis atau gimana. Karena beberapayang gak sengaja saya liat sih, dulu mereka nulis nomor kamar, padahal itu gakboleh, itu yang ngisi admission biasanya, mereka gak ngerti harus ngisi apa,misalkan disitu ada DOB, mereka gak tau itu apa. Makanya kita mencegah untukitu, kita minta stiker aja. Harusnya perawat sih yang nulis, tapi gak semuanyaadmission, belum tentu admission belum tentu perawat, tergantung aja yang jagasiapa, kalau di admissionnya yang jaga siapa bisa jadi ditulis, bisa enggak.”(KP2)
Pemakaian gelang dilakukan oleh perawat juga diutarakan oleh tim
keselamatan pasien. Berdasarkan wawancara dengan tim keselamatan pasien
mengatakan bahwa memakaikan dan menjelaskan fungsi gelang identitas yaitu
perawat, terutama perawat di IGD, bukan petugas admisi. Namun menurut kepala
ruangan, perawat di rawat inap juga memiliki tanggung jawab menjelaskan gelang
identitas. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan tim keselamatan pasien sebagai
berikut :
“ada kita di SOP pemasangan gelang identitas”(KP1)
“Yang menjelaskan perawat, jadi gelang dikasi dari admission, pada saatpasien daftar di IGD maupun rawat inap ya... nanti admission ngasi di dalamberkasnya itu, nanti perawat yang akan memasangkan...... bukan, karena kan kitatakutnya admission juga tidak mengerti ya. Karena yang ke admission juga belumtentu pasien, jadi nanti perawat yang akan memasangkan dan perawat yang akanmengedukasi, fungsinya ini apa jadi nanti jangan bosen-bosen nanti tiap apapasti akan ditanyain terus-menerus. Karena kan nanti ada beberapa pasien yangrisih ya kita tanyain terus”(KP2)
66
“gelang identitas ketika pasien masuk melalui UGD....tetep ada kewajiban,kita jelasin ulang. Identitas pasien yang terutama, kasi tau itu fungsinya apa,pada saat pasien kesini. Pasien dateng kita lakukan edukasi, salah satunya itutentang gelang pasien, tentang hand hygiene juga, terus orientasi ke ruangan olehperawat.”(KP3)
Berdasarkan wawancara dengan perawat rawat inap, sebagian kecil perawat
mengatakan bahwa perawat di rawat inap memiliki tanggung jawab untuk
menjelaskan identifikasi pasien dan kegunaan gelang identitas, karena terkadang
pasien dari IGD belum menggunakan gelang identitas. Berikut kutipan wawancara
dengan perawat :
“pernah, kadang pasien gini misalnya dia dateng trus dari bawah lupamasangin ya udah kita aja....dijelasin ya apa fungsinya, harusnya dijelasin ya tapikebanyakan enggak”(PR2)
“iya, dijelasin gelangnya buat apa, kenapa beda pink ama biru, tujuannya apagitu”(PR3)
“iya dijelasin gunanya tujuannya gelang ini untuk apa, jadi nanti janganbosen kalo perawatnya nanya-nanya”(PR7)
“iya, kalo saya, saya jelasin, ini gunanya buat nanti sebagai identitaspasien. Kan ada 2 tu ya , gelang sih banyak sih sebenernya, ada yang alergi,identitas gitu, resiko jatuh”(PR10)
Namun beberapa perawat lainnya mengatakan bahwa yang seharusnya
menjelaskan fungsi dari gelang identitas adalah yang memakaikan gelang
tersebut. Perawat di rawat inap tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan
fungsi dari gelang identitas tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan perawat :
“yang di IGD sih biasanya”(PR1)
“kalo dari rawat inap jarang ya, soalnya yang biasa makein itu pasti dariIGD, kecuali dari pasien, poli pun perawatnya harusnya makein gelangnyasebelum kesini”(PR4)
“Ngga.. kita ngga punya kewajiban, yang punya kewajiban itu biasanyayang pakein gelang. Jadi sekalian menjelaskan kegunaan gelang itu, kenapa
67
dipakein gelang itu sama tujuannya, biasanya dari tugas yang pasangingelang”(PR5)
“Hmm kalo sampe saat ini sih jarang banget makein gelang. Biasanya dariIGD udah dipasang. Kecuali kalo misalkan di rekam medisnya masih ada kitaarahkan orang IGD untuk pasangin gelang”(PR6)
“guna gelangnya, iya tugasnya orang UGD sih tapi ee.. rata-rata sih pasiennggak tau”(PR9)
68
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dan pencocokan pasien dengan pengobatan merupakan
kegiatan yang dilakukan secara rutin di semua rangkaian perawatan (Australian
Commission on Safety and Quality in Health Care 2017). Ketepatan dalam
mengidentifikasi pasien merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan dalam
melakukan tindakan terhadap pasien (WHO 2007). Terdapat lima elemen pada
sasaran ketepatan identifikasi pasien, yaitu :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
Untuk elemen pertama pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,
petugas medis diharuskan mengidentifikasi pasien dengan menggunakan
dua identitas pasien, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien (KARS 2011). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, sebagian besar perawat melakukan identifikasi pasien hanya
dengan menanyakan nama pasien, bukan nama panjang pasien, dan juga
tidak dengan dua identitas pasien. Sedangkan menurut standar akreditasi
RS versi 2012, petugas harus menanyakan nama pasien dengan dua nama
pasien, maksud hal tersbut adalah nama lengkap dari pasien tersebut. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan jika terdapat pasien yang
69
memiliki nama sama. Perawat juga seharusnya mengidentifikasi pasien
dengan minimal dua identitas pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir
atau nomor rekam medis pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
Untuk elemen kedua pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,
pasien harus diidentifikasi sebelum diberikan tindakan seperti pemberian
obat, darah, atau produk darah (KARS 2011). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, perawat sudah melakukan identifikasi pasien sebelum
melakukan pemberian obat, namun sebagian besar perawat
mengidentifikasi pasien hanya dengan menanyakan nama pasien. Hal
tersebut tidak sesuai dengan elemen pertama sasaran ketepatan
identifikasi pasien yang mengharuskan mengidentifikasi dengan dua
identitas pasien.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
Untuk elemen ketiga pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,
pasien harus diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis (KARS 2011). Berdasarkan penelitian, perawat
yang melakukan pengambilan darah terhadap pasien sudah melakukan
identifikasi pasien, namun identifikasi pasien yang dilakukan hanya
menanyakan nama pasien. Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan
elemen satu yang mengatakan harus melakukan identifikasi dengan dua
identitas pasien.
70
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.
Untuk elemen keempat pada sasaran ketepatan identifikasi pasien,
pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan
(KARS 2011). Peneliti tidak melakukan pengamatan terhadap perawat
yang melakukan pemberian pengobatan dan tindakan.
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi
Untuk elemen kelima pada sasaran ketepatan identifikasi pasien
yaitu kebijakan dan prosedur terkait identifikasi pasien. RSUD Pasar
Minggu telah membuat dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
sasaran ketepatan pasien, mulai dari Kebijakan/SK Direktur, SPO, dan
Panduan Identifikasi pasien. Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
dibuat ada dua, yaitu SPO identifikasi pasien dan SPO pemasangan
gelang. Semua dokumen tersebut sudah memenuhi standar akreditasi RS
untuk sasaran ketepatan identifikasi pasien.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dari kelima
elemen, hanya elemen kelima yang sudah sesuai dengan standar akreditasi RS
versi 2012. Untuk elemen pertama hingga elemen keempat belum sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
6.1.1. Kebijakan Ketepatan Identifikasi Pasien di RSUD Pasar Minggu
Kebijakan dan prosedur merupakan salah satu elemen ketepatan identifikasi
pasien dalam memenuhi standar akreditasi RS versi 2012. Tim keselamatan
pasien sudah membuat kebijakan sesuai dengan ketentuan standar akreditasi RS
71
versi 2012 berupa SK Direktur No. 893 Tahun 2017 tentang Kebijakan
Identifikasi Pasien RSUD Pasar Minggu. Menurut Guwandi dalam rangka
menjamin keamanan pasien, rumah sakit wajib membuat dan memberlakukan
aturan dan kebijakan dalam rangka menjamin pelayanan yang aman bagi pasien
(Cahyono 2008). Hal ini sesuai dengan langkah-langkah yang harus dilakukan
rumah sakit menuju keselamatan pasien, dimana langkah pertama yaitu rumah
sakit harus memiliki kebijakan dan menjabarkan peran dan akuntabilitas
individual bilamana ada insiden (Permenkes 2011).
Kebijakan/peraturan identifikasi pasien memerlukan sedikitnya dua cara
untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir, dan
nomor rekam medis, dan tidak diperbolehkan menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien (KARS 2011). Kebijakan yang telah dibuat oleh tim keselamatan
pasien mengatur tentang identifikasi pasien harus menggunakan minimal dua
identitas dan kapan saja dilakukan identifikasi pasien. Berdasarkan panduan
identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu, dua identitas yang ditanyakan pada saat
mengidentifikasi pasien yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien, kedua
identitas tersebut juga harus ada pada gelang identitas pasien. Kebijakan dan
panduan yang telah dibuat tim keselamatan pasien sudah sesuai dengan ketentuan
standar akreditasi RS versi 2012.
Untuk pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien dapat dilakukan secara
menyeluruh oleh petugas medis yang berhubungan dengan pasien, tim pokja SKP
melibatkan semua instalasi yang berhubungan dengan paisen untuk menjadi tim
keselamatan pasien. Maka setiap instalasi memiliki perwakilan yang menjadi tim
72
keselamatan pasien. Hal ini merupakan pengelolaan tim yang dilakukan tim
keselamatan pasien agar peraturan terkait ketepatan identifikasi pasien berjalan
dengan optimal. Hal ini sesuai dengan penelititan Sunarti bahwa ada hubungan
antara faktor manajemen dan organisasi dengan ketepatan identifikasi pasien
(Sunarti 2016).
Menurut Yudhawati dan Listiowati, bahwa kebijakan dan SPO identifikasi
pasien belum budaya bagi petugas, evaluasi identifikasi belum dilaksanakan
secara rutin oleh manajemen, menyebabkan pelaksanaan identifikasi pasien tidak
optimal (Yudhawati dan Listiowati 2016). Berdasarkan penelitian, dengan adanya
kebijakan/peraturan yang telah dibuat oleh tim pokja keselamatan pasien terkait
ketepatan identifikasi pasien, lebih menekankan petugas medis agar menjadi patuh
dalam melakukan identifikasi pasien sebelum tindakan. Namun belum ada
pencatatan dan pelaporan sebagai bahan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan
oleh tim keselamatan pasien terhadap ketepatan identifikasi pasien oleh perawat.
Hal ini perlu dilakukan agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien berjalan
optimal.
6.1.2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Ketepatan Identifikasi Pasien di
RSUD Pasar Minggu
Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang identifikasi pasien di RSUD
Pasar Minggu ada dua, yaitu SPO Identifikasi Pasien dan SPO Pemasangan
Gelang Identitas. Namun pada SPO identifikasi pasien, ada beberapa hal yang
kurang dari elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien. Prosedur yang telah
dibuat tersebut sudah disesuaikan dengan elemen-elemen pada sasaran ketepatan
73
identifikasi pasien dan kedua SPO tersebut sudah memenuhi standar akreditasi RS
versi 2012.
Prosedur ini belum disosialisasikan kepada perawat secara keseluruhan.
Akan tetapi, kepala ruangan yang juga sebagai tim keselamatan pasien memiliki
tanggung jawab untuk menyosialisasikan kebijakan serta prosedur kepada
perawat. Berdasarkan penelitian, tidak semua perawat mendapatkan sosialisasi
dari kepala ruangan terkait SPO ketepatan identifikasi pasien. Beberapa perawat
mengatakan pernah dilakukan sosialisasi saat orientasi, melalui grup chating, atau
langsung mendapat sosialisasi dari kepala ruangan.namun beberapa perawat
lainnya mengaku belum pernah mendapat sosialisasi terhadap SPO ketepatan
identifikasi pasien. Oleh karena itu, prosedur identifikasi pasien tidak diketahui
secara keseluruhan oleh perawat.
Sosialisasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh kepada seluruh perawat
agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien berjalan dengan optimal. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian Yudhawati dan Listiowati, menyatakan bahwa
sosialisasi dan SPO yang belum optimal menjadi hambatan dalam pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien oleh perawat (Yudhawati dan Listiowati 2016).
6.1.3. Pengetahuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien
Pengetahuan perawat terhadap prosedur yang berlaku di RSUD Pasar
Minggu tentang ketepatan identifikasi pasien perlu diketahui secara maksimal
oleh perawat. Menurut WHO, perlu dilakukan pelatihan atau sosialisasi tentang
prosedur untuk memverifikasi pasien (WHO 2007). Untuk itu, SPO yang telah
74
dibuat seharusnya dijelaskan kepada perawat agar mengetahui isi dari SPO
tersebut dan melaksanakannya sesuai dengan prosedur tersebut.
Sesuai dengan elemen pertama sasaran ketepatan identifikasi pasien standar
akreditasi RS versi 2012, perawat harus melakukan identifikasi pasien dengan dua
identitas pasien (KARS 2011). Sedangkan berdasarkan SPO identifikasi pasien
yang ada di RSUD Pasar Minggu bahwa pada saat melakukan identifikasi pasien,
perawat harus membandingkan data pasien dengan gelang identitas pasien.
Namun, tidak semua perawat yang diteliti mengetahui dengan tepat prosedur
identifikasi pasien.
Berdasarkan penelitian, tidak semua perawat mengetahui dengan tepat SPO
identifikasi pasien yang ada di RSUD Pasar Minggu. Hanya sebagian kecil
perawat yang mengetahui dengan tepat prosedur dalam mengidentifikasi pasien.
Sebagian besar perawat tidak mengetahui dengan tepat prosedur identifikasi
pasien yang sudah dibuat oleh tim keselamatan pasien. Prosedur yang sering
terlewat oleh perawat saat melakukan identifikasi pasien yaitu mengidentifikasi
pasien dengan dua identitas pasien dan melakukan verifikasi dengan
membandingkan data pasien dengan gelang identitas yang digunakan pasien.
Kurangnya pengetahuan perawat terhadap SPO identifikasi pasien yang
telah dibuat oleh tim pokja SKP di RSUD Pasar Minggu, dapat membuat
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan optimal. Hal ini
sesuai dengan penelitian Sitorus bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
perawat terhadap pelaksanaan identifikasi pasien secara tepat (Sitorus 2014). Oleh
karena itu, dengan kurangnya pengetahuan perawat terhadap SPO identifikasi
75
pasien, tim keselamatan pasien perlu melakukan sosialisasi terkait prosedur
identifikasi pasien agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien dapat berjalan
optimal.
6.1.4. Kemampuan Perawat Dalam Ketepatan Identifikasi Pasien
Kemampuan perawat dalam melakukan ketepatan identifikasi pasien harus
sesuai dengan prosedur yang telah dibuat oleh tim pokja SKP RSUD Pasar
Minggu. Perawat harus melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan
tindakan/asuhan kepada pasien. Berdasarkan SPO identifikasi pasien, setelah
menanyakan data identitas pasien, perawat harus melakukan verifikasi data
kembali dengan membandingkan pada gelang identitas pasien.
Berdasarkan penelitian, sebagian besar perawat tidak melakukan identifikasi
pasien sesuai dengan prosedur identifikasi pasien RSUD Pasar Minggu. Tahapan
prosedur identifikasi pasien yang sering terlewat oleh perawat yaitu
membandingkan data pasien dengan gelang identitas yang digunakan pasien.
Sebagian besar perawat juga hanya menanyakan nama pasien, sedangkan
seharusnya menggunakan dua identifikator, yaitu nama dan tanggal lahir pasien.
Perawat juga sering tidak menanyakan identitas pasien dengan pertanyaan
terbuka jika sudah mengenal pasien atau pasien tersebut sudah lama dirawat di
rumah sakit. Hal ini karena beberapa perawat berpikir agar pasien tidak merasa
bosan ditanya terus-menerus oleh perawat saat melakukan tindakan/asuhan pada
pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggreani dkk yang menyatakan bahwa
perawat tidak selalu melakukan identifikasi pasien, terutama pada saat melakukan
76
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, dengan alasan sibuk atau tidak sempat
serta menghindari kebosanan pasien (Anggraeni, Hakim dan Widjiati 2014).
Identifikasi pasien yang tidak sesuai dengan SPO identifikasi yang
dilakukan oleh perawat sesuai dengan pernyataan pasien yang ditanyakan
mengenai identifikasi pasien oleh perawat. Berdasarkan penelitian, sebagian besar
psien/keluarga pasien menyatakan bahwa perawat hanya menanyakan nama
pasien pada saat identifikasi pasien, tanpa menanyakan dua identitas pasien dan
melakukan verifikasi data pasien.
Untuk melakukan pengawasan terhadap identifikasi pasien yang dilakukan
oleh perawat, tim keselamatan pasien menyerahkan tanggung jawab kepada
kepala ruangan. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
kepada perawat saat melakukan tindakan/asuhan kepada pasien. Namun hal
tersebut belum berjalan dengan baik dikarenakan form pemantauan belum selesai
dibuat oleh tim keselamatan pasien. Hal tersebut dapat membuat pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan
penelitian Anggraeni dkk yang menyatakan bahwa belum optimalnya pelaksanaan
sistem identifikasi pasien berhubungan dengan supervisi terhadap pelaksanaan
prosedur identifikasi yang belum optimal (Anggraeni, Hakim dan Widjiati 2014).
6.1.5. Edukasi Pasien tentang Ketepatan Identifikasi Pasien
Edukasi pasien mengenai pentingnya identifikasi pasien sebelum dilakukan
tindakan/asuhan oleh perawat merupakan hal yang perlu dilakukan agar pasien
paham pentingnya identifikasi pasien dengan tepat. Menurut WHO, perlu untuk
mengedukasi pasien/keluarga pasien tentang relevansi dan pentingnya identifikasi
77
pasien yang benar dengan cara yang positif dan juga menghormati privasi
pasien/keluarga pasien tersebut (WHO 2007). Hal tersebut sudah ada prosedurnya
dalam SPO pemasangan gelang identitas, dimana pasien harus dijelaskan terkait
ketepatan identifikasi pasien yang akan dilakukan berulang-ulang oleh perawat
untuk memastikan bahwa pasien yang menerima tindakan sudah tepat.
Berdasarkan penelitian, sebagian besar pasien/keluarga pasien mengatakan
tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang identifikasi pasien dan kegunaan
gelang identitas. Berdasarkan SPO pemasangan gelang, bahwa petugas admisi
merupakan petugas yang memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan kegunaan
gelang identitas dan pentingnya identifikasi pasien. Namun, pada praktiknya, yang
memakaikan gelang identitas kepada pasien yaitu perawat, tetapi perawat tidak
memberikan penjelasan saat memasangkan gelang identitas. Sedangkan pasien
harus ikut terlibat dalam ketepatan identifikasi pasien. Hal ini sesuai dengan
penelitian Anggraeni dkk yang menyatakan bahwa untuk menghindari kesalahan
identfikasi, pasien dan keluarga dilibatkan secara aktif dengan memberikan
edukasi tetntang risiko jika terjadi kesalahan identitas dengan meminta pasien dan
keluarga untuk bertanya dan mencocokkan data identitas pasien (Anggraeni,
Hakim dan Widjiati 2014).
Pemakaian gelang identitas pasien sudah berjalan di RSUD Pasar Minggu,
semua pasien rawat diwajibkan untuk memakai gelang identitas pasien.
Berdasarkan panduan identifikasi pasien, data identitas pada gelang identitas juga
harus minimal dua yaitu nama dan tanggal lahir. Menurut WHO hal ini perlu
dilakukan untuk menstandarisasi pendekatan identifikasi pasien, dimana bentuk
78
atau penanda terstandar dan informasi spesifik dapat ditulis (misal nama dan
tanggal lahir) atau menerapkan teknologi biometrik (WHO 2017).
Berdasarkan penelitian, belum semua pasien menggunakan gelang identitas
dengan identitas yang benar, karena terkadang petugas tidak menuliskan identitas
penting pasien, seperti tanggal lahir dan nomor rekam medis. Saat ini, gelang
identitas yang ada di RSUD Pasar Minggu masih menggunakan gelang identitas
yang ditulis secara manual, karena itu data yang ada pada gelang terkadang tidak
sesuai dengan peraturan dan menyulitkan perawat untuk melakukan verifikasi
data pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Chinta dkk yang menyatakan bahwa
informasi yang tercantum pada gelang identitas tidak informatif menyulitkan
perawat dalam melakukan verifikasi data pasien (Chinta, Suryoputro dan Jati
2016).
79
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
1. Dari kelima elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien akreditasi RS versi
2012, hanya elemen kelima yang sudah sesuai dengan standar akreditasi RS
versi 2012. Untuk elemen pertama hingga elemen keempat belum sesuai
dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.
2. Kebijakan/peraturan terkait pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di
RSUD Pasar Minggu sudah dibuat sesuai dengan standar akreditasi RS versi
2012. Namun pencatatan dan pelaporan pelaksanaan ketepatan identifikasi
pasien belum dilakukan oleh tim keselamatan pasien.
3. Standar prosedur operasional (SPO) terkait identifikasi pasien sudah sesuai
dengan ketentuan standar akreditasi RS versi 2012. Namun sosialisasi dan
penjelasan terkait prosedur tersebut belum dilakukan secara resmi kepada
seluruh perawat di RSUD Pasar Minggu.
4. Hanya beberapa perawat yang mengetahui dengan tepat prosedur
identifikasi pasien. Sebagian besar perawat mengetahui bahwa identifikasi
pasien dilakukan sebelum melakukan tindakan/asuhan kepada pasien,
namun tidak mengetahui harus mengidentifikasi pasien dengan dua identitas
dan verifikasi data pasien.
5. Sebagian besar perawat tidak melakukan identifikasi pasien sesuai prosedur.
Tahapan yang sering dilewatkan oleh perawat yaitu melakukan verifikasi
80
data dengan membandingkan data pasien dengan gelang identitas pasien,
serta hanya menanyakan nama pasien saja.
6. Hampir semua pasien tidak dijelaskan fungsi dari gelang identitas. Beberapa
gelang identitas pasien juga tidak memuat informasi yang sesuai dengan
peraturan yang ada, data yang sering tidak ditulis petugas yaitu tanggal lahir
pasien dan nomor rekam medis.
7.2. Saran
Saran bagi pihak RSUD Pasar Minggu adalah :
1. Perlunya dilakukan sosialisasi untuk menjelaskan kebijakan/peraturan dan
prosedur terkait ketepatan identifikasi pasien oleh tim keselamatan pasien
kepada perawat agar seluruh perawat memiliki pemahaman yang sama
terkait ketepatan identifikasi pasien di RSUD Pasar Minggu.
2. Perlu adanya punishment dan reward kepada petugas kesehatan yang tidak
melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur yang telah dibuat.
3. Perlunya membuat standarisasi pencatatan dan pelaporan oleh tim
keselamatan pasien terhadap pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.
4. Perlunya melakukan peninjauan kembali terhadap SPO pemasangan gelang
identitas terhadap tanggung jawab petugas dalam menjelaskan pentingnya
identifikasi pasien dan kegunaan gelang identitas.
81
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. "Kesiapan Rumah Sakit Dalam Menghadapi Globalisasi."
2008.
Anggraeni, Dewi, Lukman Hakim, and Cecilia Widjiati. "Evaluasi Pelaksanaan
Sistem Identifikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit." Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 2014.
Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. Patient
Identification. 2017. https://www.safetyandquality.gov.au/our-work/patient-
identification/ (accessed April 2017).
Cahyono, J. B Suharjo B. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam
Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008.
Chinta, Guesthi Lunes Mutiara, Antono Suryoputro, and Sutopo Patria Jati .
"Analisis Pelaksanaan Idenifikasi Pasien Dalam Rangka Keselamatan
Pasien Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi ."
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2016: Volume 4, Nomor 4.
Departemen Kesehatan RI. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety). 2008.
Grbich, Carol. Qualitative Data Analysis (Second Edition). London: SAGE, 2013.
Joint Commission International. Patient Safety Solutions Preamble. 2007.
KARS. Standar Akreditasi Rumah Sakit. 2011.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Instrumen Akreditasi RS. 2012.
Lapau, Buchari. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Buku Obor, 2012.
82
Muliana, Ana, and Andi Mappanganro. "Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Perawat Dalam Penerapan Patient Safety Goal: Identifikasi Pasien Rumah
Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar." Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis,
2016: Vol. 9 No. 1.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara
Yogyakarta, 2007.
Permenkes. Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. 2011.
Priharjo, Robert. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008.
Raco, J. R. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo, 2010.
RSUD Pasar Minggu. 2016. http://www.rsudpasarminggu.com/rsud/tentang-
kami/# (accessed February 13, 2017).
Semiawan, Conny R. Metode Penelitian Kualitatif. Grasindo, n.d.
Sitorus, Sofia. "Analisis Kepatuhan Perawat Terhadap Pelaksanaan Identifikasi
Pasien Sebelum Melakukan Tindakan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Siloam Hospitals Lippo Village." 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2011.
Sunarti, Swastikarini. "Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RS X
Pekanbaru." 2016.
83
UU No 44. Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. 2009.
Vincent, Charles. "Understanding and Responding to Adverse Events." The New
England Journal of Medicine, 2003.
WHO. Medication Without Harm: WHO's Third Global Patient Safety Challenge
. 2017.
WHO. "Patient Identification." Patient Safety Solutions, 2007.
Yudhawati, Donna Dwi, and Ekorini Listiowati. "Evaluasi Penerapan Identifikasi
Pasien Di Bangsal Rawat Inap RSi Siti Aisyah Madiun." 2016.
79
LAMPIRAN
Lampiran 1
Form Inform Consent
Bapak/Ibu/Sdr yang saya hormati,
Saya Ade Triani Utami Pasaribu, mahasiswa Peminatan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya sedang melakukan
penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Gambaran Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi
Pasien Di Instalasi Rawat Inap Kelas III RSUD Pasar Minggu Tahun 2017”.
Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk menjadi
informan dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam, benar, dan jujur. Hasil
informasi dan keterangan yang diberikan nanti akan digunakan sebagai masukan untuk
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di rawat inap RSUD Pasar Minggu. Peneliti
memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara berlangsung dan
peneliti menjamin kerahasiaan isi informasi yang diberikan dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian.
Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan terima
kasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
Ade Triani Utami P
Lampiran 2
FORM IDENTITAS INFORMAN
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan/Pekerjaan :
Lama Kerja :
Hari/Tanggal Wawancara :
Dengan ini saya bersedia menjadi informan dalam penelitian mengenai “Gambaran
Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Di Instalasi Rawat Inap Kelas III RSUD Pasar
Minggu Tahun 2017”
Jakarta,………............2017
(……..............................)
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Untuk Ketua Tim Keselamatan Pasien RSUD Pasar Minggu
Kebijakan
1. Bagaimana kebijakan/peraturan mengenai keselamatan pasien di RSUD Pasar Minggu,
khususnya identifikasi pasien? (Probing : apa saja yang telah dilakukan terkait
identifikasi pasien?ada tim khusus yang dibentuk?)
2. Apakah di RSUD Pasar Minggu ada buku pedoman keselamatan pasien (yang dibuat
rumah sakit sendiri) ? (probing: jika ada, apakah didalamnya terdapat pedoman
tentang identifikasi pasien? Jika belum ada, kenapa?)
3. Menurut anda, bagaimana budaya keselamatan pasien (khususnya identifikasi pasien) di
RSUD Pasar Minggu?
4. Bagaimana sistem pelaporan terhadap keselamatan pasien di RSUD Pasar Minggu?
(Probing : apakah ada format pelaporan, tim pengolah data, dan peraturan khusus
pelaporan? Jika tidak ada sistem pelaporan, kenapa?)
SPO
1. Bagaimana dengan prosedur (SPO) untuk pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di
RSUD Pasar Minggu? (probing: apakah sudah berjalan? Jika belum, mengapa?)
2. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien ?
Pengetahuan perawat
1. Bagaimana cara tim Keselamatan Pasien menerapkan prosedur (SPO) ketepatan
identifikasi pasien kepada perawat? (Probing: apakah semua perawat sudah memahami
tentang ketepatan identifikasi pasien?)
2. Apa yang dilakukan untuk mengetahui bahwa petugas kesehatan telah mengetahui dan
memahami prosedur pelaksanaan identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar
Minggu? (probing : jika ada, apakah semua petugas sudah mendapatkan pengetahuan
tentang identifikasi pasien? jika tidak ada, kenapa?)
Kemampuan Perawat
1. Bagaimana cara tim Keselamatan Pasien mengetahui kemampuan perawat dalam
menjalankan prosedur ketepatan identifikasi pasien? (probing: apa yang dilakukan
untuk mengetahui kemampuan perawat? Jika tidak ada, kenapa?)
2. Bagaimana cara mengawasi perawat terhadap pelaksanaan identifikasi pasien?
(probing: jika tidak ada pengawasan, kenapa?)
Edukasi Pasien
1. Bagaimana peraturan terkait gelang identifikasi pasien rawat inap di RSUD Pasar
Minggu? (probing : siapa yang mengisi identitas dan memberikan gelang identifikasi
pasien?)
2. Apa yang dilakukan oleh tim Keselamatan Pasien untuk memberikan pemahaman
kepada pasien terkait gelang identifikasi yang harus digunakan oleh pasien selama
dirawat inap di RSUD Pasar Minggu?
Perawat Rawat Inap RSUD Pasar Minggu
Kebijakan
1. Bagaimana kebijakan/peraturan tentang ketepatan identifikasi pasien di rawat inap
RSUD Pasar Minggu? (probing: apakah pernah disosialisasikan kepada perawat?)
SPO
1. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi tentang identifikasi pasien ?
2. Bagaimana dengan prosedur (SPO) pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien rawat inap
di RSUD Pasar Minggu? (probing : apakah sudah berjalan? Jika belum, kenapa?)
Pengetahuan
1. Kapan saja anda melakukan identifikasi pasien ?
2. Identitas apa yang harus ada pada gelang identitas pasien ?
3. Bagaimana cara anda melakukan idenifikasi pasien ? (sesuai SPO identifikasi pasien
RSUD Pasar Minggu)
Edukasi Pasien
1. Siapa yang memakaikan gelang identitas ? dan siapa yang menuliskan identitas pada
gelang identitas?
2. Apakah ada penjelasan tentang manfaat/ fungsi gelang kepada pasien? Bagaimana
penjelasannya?
Pasien/pedamping Pasien
Edukasi Pasien
1. Siapa yang memakaikan dan mengisi identitas pada gelang identitas ?
2. Apakah petugas menjelaskan tentang manfaat gelang identitas pasien? (probing : jika
iya, apa manfaat gelang yang dipasang di tangan anda?kapan gelang boleh dilepas?)
3. Apakah nama dan tanggal lahir pada gelang sudah benar identitas anda?
4. Apakah petugas selalu melihat gelang yang anda pakai? Pada saat melakukan apa?
Lampiran 4
Pedoman Observasi
Kemampuan Perawat dalam Identifikasi Pasien
No. Nama Perawat
Periksa dan bandingkan data pada
gelang pengenal dengan rekam
medis
Perawat menerapkan prinsip 5
benar :
Benar obat, benar dosis, benar cara
pemberian, benar waktu, dan benar
pasien
perawat mengambil darah atau
spesimen lain sesuai permintaan
dokter kemudian memberi
identitas nama dan nomor rekam
medik pasien di tabung / botol /
tempat sampel darah atau
spesimen tersebut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ketepatan Identifikasi Pasien
No. Nama Petugas
Pasien diidentifikasi
menggunakan dua
identitas pasien, tidak
boleh menggunakan
nomor kamar atau
lokasi pasien
Pasien diidentifikasi
sebelum pemberian obat,
darah atau produk darah
Pasien diidentifikasi
sebelum pengambilan
darah dan spesimen lain
unutk pemeriksaan klinis
Pasien diidentifikasi
sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Lampiran 5
Transkip Wawancara Tim Keselamatan Pasien
PertanyaanJawaban
KP1 KP2 KP3
Kebijakan
Bagaimana kebijakan/peraturanmengenai keselamatan pasien diRSUD Pasar Minggu, khususnyaidentifikasi pasien?
“kebijakannya sih yaa, kitasudah ada SK, dan sudahdisahkan juga...”
“Pelaksanaannya sudah berjalanpasien dengan gelang identitas,pasien laki-laik dengan gelangwarna biru, kalo perempuanpink, yang minimal ada tigaidentitas disana ya, nama, nomerrekam medis sama tanggal lahir.Nah perawatpun ketikamemberikan obat ataumengambil darah memang sudahkroscek minimal nama samatanggal lahir, mereka sudahkroscek. Kalau secara praktekmungkin sudah jalan, pencatatanyang belum.”
“kita kalau kebijakan hanyamengatur masalah identifikasipake dua minimal sama kapanmelakukan identifikasi, kayakgitu aja sih. Dilakuin sih sudahdilakuin, cuma memang,makanya sekarang adamonitoring, belum semuanyakebiasaan kayak gitu. Tapi udahdilakukan, beberapa masihbelum melakukan duaidentifikator. Identifikasimungkin mereka sudahmelakukan tampaknya, tapikadang mereka lupa kalau harusmenggunakan tanggal lahirsama nomor medical record”
“ditulis sudah, yang ditekankanbukan hanya soal ditulis digelang, tapi setiap pemberianobat, setiap tindakan, setiaptranfusi, pokoknya setiap yang
“kebijakannya, pasiendiidentifikasi setiap tindakanatau pemberian terapi, itu kitaeeh validasi ke pasien juga, kitacocokkan dengan gelang pasien.Itu kan di gelang pasien adaditulis nama pasien, nomorrekam medik gitu kan, kitacocokin juga.”
kita mau ada asuhan ke pasien,kita harus identifikasi pasiendulu ke pasien, even kayak kitamau, kayak dokter visit punharus identifikasi pasien dulu.”
Bagaimana dengan TimKeselamatan Pasien di RSUDPasar Minggu ?
“tim keselamatan pasien sudahada, pokja SKP juga sudah ada.Dua tim ini beda fungsinya, kankalau pokja itu untuk persiapkanberkas yaa, panduan, SPO, terusapa.. kebijakan, sama persiapkansemua lah form –form, pokonyaintinya yang berhubungandengan berkas, dan emang kita..memang kita sih yangmensosialisasikan juga, cumankan ini kepentingannya untukakreditasi. Sementara kalau tim,tim itu memang, apa, eeh.. yangakan melaksanakan isi dariberkas-berkas yang sudahdibikin oleh pokja dan itu akanterus, walaupun sudah selesaiakreditasi tim ini akan tetap ada.Tapi kalau pokja, kalauakreditasi kelar mereka jugaselesai tugasnya. Dan untukpelaksanaan sebenernya lebih ketim-nya, tapi kalau untukpenyiapan berkas, penyiapansemua kebijakan itu ke
“tim pasien safety ya dibentukkita melibatkan semua ya, kayaktadi saya bilang semua pemberiasuhan harus melakukanidentifikasi, jadi tim pasiensafety yang terbaru itu hampirsemua instalasi kita masukin,jadi mulai dari gizi, radiologi,jadi semua yang ada sentuhandengan pasien, yang memberikanasuhan mau di poli atau di rawatinap. Ya kalau tim kita kan sudahmelibatkan semua, jaditujuannya semua dilibatkan jadisemua menjalani apa yang adadisitu, karena kan merekatermasuk timnya. Terutama kitadi rawat inap ya....”
“iya, karena kan K3 manajemenresiko ya, tapi kerja sih bareng-bareng. Jadi kan ini ada timpasien safety, terus ada lagikomite mutu dan keselamatanpasien. Jadi tim pasien safety itukan lebih ke tim, terus komite
pokjanya”
“iyah, kalau dari tim sih kitadari, biasanya sih kitangambilnya dari kepalaruangannya ya, jadi agar untuksosialisasi ke ruangan lebihgampang, karena kan merekayang punya power ya diruangan,jadi untuk sosialisasi dan untukpelaksanaan itu lebih terawasi,lebih cepat, dan untukpengawasan pun lebih jalan.”
mutu dan keselamatan pasien ituada namanya sub-komitekelamatan pasien danmanajemen resiko, nah di sub-komite itu ada lagi koordinatorkeselamatan pasien dankoordinator manajemen resiko,nah itu akan koordinasi dengank3-nya disitu. Kebetulan orang-orangnya sama aja sih, orang-orang yang ada di sub-komitetetep dr. Izati”
Apakah di RSUD Pasar Mingguada buku pedoman/ panduankeselamatan pasien (yang dibuatrumah sakit sendiri) ?
“pedoman kita sudah ada juga,yang membuat tim pokja SKP”
“iya didalamnya sudah adasemuanya, dari enam sasaran,termasuk identifikasi pasien”
“kalau panduan, kita pastikanada literatur ya kalau misal bikinpanduan, dari panduankeselamatan pasien juga ada,kapan yang wajib-wajibnyasama kita sesuaikan dengan yangada di rumah sakit. jadi gakselamanya kita sesuai denganyang ada disitu. Misal kayakbayi gitu ya, kita pro pake duagelang identitas atau tidak itudijelaskan lebih spesifik. Kalaukebijakankan hanyamemberitahukan kapanidentifikasi pasien sama pakeapa. Nah kalau disitu, mulaisemuanya, mulai di rawat jalangimana, terus rawat jalan yangperlu pake gelang identitas yang
mana, di panduan begitu, lebihdetail sih”
Menurut anda, bagaimanabudaya keselamatan pasien(khususnya identifikasi pasien)di RSUD Pasar Minggu?
“sebenernya sudah, secaraumum sih sudah ya, untukidentifikasi pasien dimulai daripemakaian gelang identitasdibawah, itu sudah standar,begitu pasien masuk sudah pakaigelang, untuk pasien rawat inapya, yang dari IGD maupun yangdari rawat jalan misalkan yangsudah direncanakan untukdirawat misalnya, pasti kitapasangkan gelang. Atau pasien-pasien yang membutuhkantindakan, kayak pasien HD itupasti kita pasangkan gelangidentitas. Nah kalau untuk yangdi IGD pun sudah, merekadateng berobat sudah dapatmedical record dan memang adatindakan yang diperlukan kayakngasi obat atau ngambil darah,mereka juga sudah pakai gelang.Jadi untuk identifikasidiharapkan jadi lebih tepat ya”
“signifikan yaa, kalau misalnyamenurut saya sih. Soalnya misalnih, kalau gak ada akreditasigitu ya, perawat atau semua deh,semua tenaga medis belum tentuakan merasa terpaksa karena tuhpasti mereka ngerasa kayakterpaksa ngelakuin hal ini,karena kalau mereka tidakmelakukan ini akan terbenturdengan akreditasi. Kan adamonitoring kita, nah dimonitoring itu kita ngelaporinjuga , jadi semua saling terkait,dia gak ngelakuin jadi dimonitoring akan terpantau.Berarti sasaran keselamatanpasien yang identifikasi pasienrendah, nah itu merupakanindikator nanti dindikator masukdi indikatornya rumah sakit. Jadimakanya dengan adanya kayakgitu mereka ya yang tadinyamungkin, kan di monitoringdijelaskan banget ya kapanmereka identifikasi bener-benerada ya, sebelum ini sebelum inimereka melakukan apa gak, nahkalau mereka gak itu makin
“enggak ada, eeh karna udahkita ini kan..udah kitalaksanakan dari awal dulu,sudah seperti itu. Intinya yaperubahannya lebih ke arahpenekanan lagi aja ya. Tapiintinya sudah dilaksanakansebelum susim kemaren, jugaudah kami lakukan.”
rendah, terus disitu juga ada sihnama staff nya. Makanya jadinyasetelah akreditasi ini merekalumayan, jadi lumayan patuhyaa. Ya kayak yang di IGD sih,dia yang paling, kemaren tuhagak sulit karena kita karenaawalnya di IGD tuh gak pakegelang identitas, tapi karenaakre kita bikin kebijakan. Setelahkita tanya-tanya ya, bisa gak kitabiki di IGD gak pake, tapi yakarena tindakan ya, bahkan HDaja awalnya kita mikir gak perlupake gak papa, tapi HD aja yangrawat jalan rutin harus pakegitu. Nah, sejak itu, karenaadanya akreditasi mereka jadipake sekarang.”
“iya tadinya Cuma rawat inapaja. Tapi karena adanyaakreditasi ini akhirnya IGDpake, Hemodialisa juga pake”
Bagaimana sistem pelaporanterhadap keselamatan pasien diRSUD Pasar Minggu?
“ya masih belum (sistempelaporan)”
“iya kepala ruangan, jadi kitaakan sebarkan ada lembarmonitoring evaluasi, nah itu kanyang bertanggung jawab kepala
“baru mau jalan sih ya, tapikemaren sempet ada beberpatapi memang belum semua yaa,belum jalan semuanya. Sekarangsih baru mau dimulai ditekankanbener-bener monitoring”
“eeh.. KTD kita ada formulirnya.Ini diisi hanya ketika adakejadian-kejadian aja”
“kita, bersama yang melakukankan dia yang tau kronologisnya”
ruangan. Mereka yangmengobservasi.”
“udah sih, ini lagi dibikin (formmonev). Makanya semua karumasuk ke tim ya, jadi lebihgampang untuk koordinasinya,karena mereka juga tim pasiensafety nanti rencanya semualembar monitoring ini akan kitakasi ke karu-nya, nanti merekayang monitoring baru diserahinke kita”
“nah, kan ada tim ya tim pasiensafety , semua karu mereka bikinlembar monitoringnya itu, setiapbulannya mereka akan kasi samakomite mutu...nanti dari kepala itu baru ngasike saya. Nanti baru saya olahpelaporannya. Karena kan nantiujung-ujungnya yangmemberikan laporan ke direkturitu adalah komite mutu dankeselamatan pasien, bukan daritimnya. Jadi kerjasama antarakomte dan tim, dan habis itunanti baru ke direktur”
“iya di karu, nanti baru dikasi ketim keselamatan”
SOP
Bagaimana dengan prosedur(SPO) untuk pelaksanaanketepatan identifikasi pasien di
“SPO kita juga sudah punya,pokja SKP yang membuat”
“udah, udah disosialisakan. Nahkemaren pas survey simulasimasih ada beberapa SPO yang
“prosedurnya kalau kitamenyiapkan obat ya, menyiapkanobat itu kita eeh..terapkan
RSUD Pasar Minggu? “Sosialisasikan SPO secaramenyeluruh tu belum ya, tapibiasanya, kan karena rata-ratatim pasien safety sama tim pokjakan kepala ruangan jadi kanmereka sudah tau sendiri, jadimereka yang mensosialisasi kansendiri ke perawat ruanganmereka, karena rata-rata kankepala ruangan. Jadi sosialisasiSPO secara legal belum, masihdari kepala ruangan”
kita kurang sih. Sebenernya sihhanya kuran kata-katanya ajasih, jadi di SPO nya itu hanyaada, identifikasi pasien judulnyaya, nah prosedur nya ituidentifikasi pasien sebelumtindakan sama sebelum apa gitu,ada dua. Nah saya kurangnambahin, tapi prosedurnya sihkurang lebih sama, tetep harusidentifikasi. Jadi nantirencananya mau kita tambahinyang kurangnya sesuai denganelemen akreditasi, karena semuaelemen akreditasi harusdimasukkan di SPO itu”
double cek. Nanti di double ceknya itu 2 perawat, lebih-lebih kehigh alert. Obat-obat yang highalert itu kita double cek. Jadidua orang yang ngecek. Terusnanti pas pemberian ke pasienpun juga kita cocokkan identitaspasien dengan menanyakan danmelihat gelang pasien. Minimalkita menyebutkan nama pasien,terus NMRnya mereka jaranghapal ya bahkan hampirkeseluruhan gak pada hapalnomor MR. Kita liatnya digelang pasien, kan semua pasienpake gelang tuh. Terus nantisetelah pemberian obat, eehtanda tangan keluarga ataupasien di formnya.”
Siapa saja yang terlibat untukidentifikasi pasien?
“admission, perawat, IGD,kepala ruangan, orang lab juga”
“Semua instalasi”
Pengetahuan Perawat
Bagaimana cara tim KeselamatanPasien menerapkan prosedur(SPO) ketepatan identifikasipasien kepada perawat?
“untuk sekarang dari kepalaruangan”
“Jadi beberapa minggu yanglalu juga sih, sebelum surveysimulasi, akhir september kitasempat ada workshopkeselamatan pasien dan itusemua instalasi itu adaperwakilannya. Jadi mereka jugaudah tau gitu tentangkeselamatan pasien, tentang
“ee...semua eeh di awal rekrut,hari pertama sampe hari ketigaitu kan ada orientasi, orientasiitu meliputi tentang sistem yangada disini”
“iya, terus juga pas hari Hpenempatan disini kami jugaorientasi di ruangan, seputar
identifikasi. Nah kenapa kita kekaru, karena karu ini yangbertanggungjawab untuksosialisasi ke yang ada diruangan”
ruangan, seputar sistem, seputareeh ya kebiasannya disini.Termasuk kalo yang obat tu,yang double cek itu kitasosialisasiin ulang”
Apa yang dilakukan untukmengetahui bahwa petugaskesehatan telah mengetahui danmemahami prosedur pelaksanaanidentifikasi pasien rawat inap diRSUD Pasar Minggu?
“kepala ruangannya, iya merekapunya lembar monitoring gitu,jadi mereka pilih dari ruanganitu berapa orang , merekangambil sampel gitu”
“caranya tau ya, yaa,sebenernya ya awalnya adaidentifikasi, kayak gini inisupaya tidak ada salahidentifikasi ya, jadi ketika kitaudah kayak gini akan minimalnih orang yang salah pemberianobat, salah tranfusi jadi dengankayak gini pasti kejadian kayakgitu menurun”
“Jadi ketika ada insidenkeselamatan pasien nantipastikan akan kita analisis yapenyebabnya apa, nanti kalaumisalnya ternyata setelahdianalisis ternyata si perawat iniatau siapa lah, kurangsosialisasinya atau kurangpengetahuannya, berarti ya kitaharus sosialisasi lagi”
“saya melakukan, apa yaistilahnya itu, eeh pokoknya kansaya cek sambil saya liat. Kansaya perhatikan cara mereka paspenyiapan obat, saya amati, sayasupervisi. Setiap tindakan yangmereka lakukan saya supervisi,walaupun supervisinya tanpamereka sadari. Saya ikutin, sayaperhatikan”
Kemampuan Perawat
Bagaimana cara tim KeselamatanPasien mengetahui kemampuan
“iya observasi oleh kepalaruangan begitu”
“seharusnya sih ada ya,namanya ronde, kalau dari hasil
“intinya di karu, saya pagi kansaya cek, saya tidak mungkin
perawat dalam menjalankanprosedur ketepatan identifikasipasien?Bagaimana cara mengawasiperawat terhadap pelaksanaanidentifikasi pasien?
workshop kemaren ya ada rondemanajemen dimana nanti itudilibatkan semua komite mutudan keselamatan pasien,harusnya ada disitu, jadi kita kepasien-pasien di ranap, tapimemang belum dilakuin disini.Jadi balik lagi, kita serahin kekarunya deh, jadi disini ada duatim, tim 1 sama tim 2, nantibiasanya karu ini ngasi kekepala tim itu, mereka yangngeliatin bener-bener apakah siperawat ini ngelakuinnya sesuaigak. Tapi memang kita belumpernah ngeliat ke lapangansecara langsung ya. Tapi kankebetulan kayak dr. Izati kanjuga DPJP ya, jadi kalaumisalnya dia lagi visit jadi kanbisa liat ya, gitu aja sih. Kalaukita sidak bener-bener itu belumada”
mengikuti semua yangmelakukan tindakan ya kan. Tapikhusus yang obat saya bisa cekdi eee di map kuning itu,termasuk ada tidak tanda tangankeluarga atau pasien”
Edukasi Pasien
Bagaimana peraturan terkaitgelang identifikasi pasien rawatinap di RSUD Pasar Minggu?Apa yang dilakukan oleh timKeselamatan Pasien untukmemberikan pemahaman kepada
“ada kita di SOP pemasangangelang identitas”
“Yang menjelaskan perawat, jadigelang dikasi dari admission,pada saat pasien daftar di IGDmaupun rawat inap ya. Nantiadmission ngasi, nanti admissionngasi di dalam berkasnya itu,
“gelang identitas ketika pasienmasuk melalui UGD”
“tetep ada kewajiban, kitajelasin ulang. Identitas pasienyang terutama, kasi tau itu
pasien terkait gelang identifikasiyang harus digunakan olehpasien selama dirawat inap diRSUD Pasar Minggu?
nanti perawat yang akanmemasangkan”
“bukan, karena kan kita takutnyaadmission juga tidak mengertiya. Karena yang ke admissionjuga belum tentu pasien, jadinanti perawat yang akanmemasangkan dan perawat yangakan mengedukasi, fungsinya iniapa jadi nanti jangan bosen-bosen nanti tiap apa pasti akanditanyain terus-menerus. Karenakan nanti ada beberapa pasienyang risih ya kita tanyain terus.”
“nah sebenernya kita udah mintauntuk print ya, gak tulis tangan.Jadi kan disini udah IT, jadiudah ada nih nama dansebagainya, jadi dulu sempetkayak gitu, udah ada stikernya,tapi stikernya itu abis ataugimana, jadi saya udah mintauntuk dibikin lagi ya. Karenabeberapa yang gak sengaja sayaliat sih, dulu mereka nulis nomorkamar, padahal itu gak boleh, ituyang ngisi admission biasanya,mereka gak ngerti harus ngisiapa, misalkan disitu ada DOB,mereka gak tau itu apa. Makanya
fungsinya apa, pada saat pasienkesini. Pasien dateng kitalakukan edukasi, salah satunyaitu tentang gelang pasien,tentang hand hygiene juga, terusorientasi ke ruangan olehperawat.”
kita mencegah untuk itu, kitaminta stiker aja. Harusnyaperawat sih yang nulis, tapi gaksemuanya admission, belumtentu admission belum tentuperawat, tergantung aja yangjaga siapa, kalau diadmissionnya yang jaga siapabisa jadi ditulis, bisa enggak.”
Lampiran 6
Transkip Wawancara Perawat
Perawat
Bagaimanakebijakan/peraturan
tentang ketepatanidentifikasi pasien di
rawat inap RSUD PasarMinggu?
Bagaimana denganprosedur (SPO)
pelaksanaan ketepatanidentifikasi pasien
rawat inap di RSUDPasar Minggu?
Pernah dilakukansosialisasi terkait
identifikasi pasien?
Bagaimana cara andamengidentifikasi
pasien?Edukasi pasien
PR1 “kebijakannya sih belomada, tapi intinya sihbelom ada kejelasanharus pasien nyebutinnama apa nama yangdipanggil. Karena kankatanya kadang ada yangbilang, suster udah lamatapi gak kenal, eeh kayakitu, masa nanya namaterus kayak gitu”
“Belom ada sihkebijakannya harusnyaapa, kalo dari itu sihkatanya kan harusnyaeeh tanya namanya kan,tanya dua arah gitu, tapikalo pas kemarenditanya lagi kan ke pakbos, katanya belom adakebijakan harusnya kekgimana, tapi enaknyaaja kayak gimana. Yangpenting namanya sesuaigitu, terserah maudipanggil ataupasiennya nyebutinnama, enaknya kita aja,takutnya ada yang kepasiennya, “suster sayaudah lama disini tapigak kenal-kena”l. Tapiada yang bilang kayak
“Enggak”
“harusnya ada,sosialisasi sih gakpernah. Kalososialisasi untukidentifikasi pasienpaling kayak via WAgitu sih”
“selalu nanya, pokoknyamastiin namanya siapa.Map ini sih daftar obat,bukan rekam medis, kalorekam medis ada disini(komputer), kalo ini sihdata-data obatnya , jadipasiennya harus taudaftar obat-obatannyaapa aja, jadi ada tandatangan namaperawatnya yang ngasi,jadi kalo gak dikasi jugaketauan gak dicontrengama perawatnya kayakgitu.”
“yang di IGD sihbiasanya”
gini, kalo pasiennyananya kita jawab aja“itu identifikasi paktakut ada kesalahan”,jadi harus selalu tetapnyebutin nama kayakgitu”
PR2 “setiap tindakan,pemberian obat, terusobservasi tanda-tandavital kita identifikasijuga, apalagi yaapemberian obat,pengambilan darah,terapi medikasi semuakita identifikasi itu sih”
“hmm kalo pas akumasuk, kayaknyabelum, tapi kansebelumnya mungkinudah ya. Tapisekarang SOP adayang baru, eh yangbaru kayaknya kanmau akreditasi ya,kayaknya gak adaperubahan ya masalahidentifikasi”
“kadang gelang, gelangitu dari UGD, UGD itu,pas di UGD itu gak inikan (stiker), jadinyatulis tangan, kadang gakkebaca. Jadi namadipanggil, pasiennyebutin namanyasiapa, sama apa enggak,nanti kalau misalnya digelangnya ada nomorrekam medisnya, tapikebanyakan eeh karenatulis tangan jadi gakenak bacanya”
“pernah, kadangpasien gini misalnyadia dateng trus daribawah lupamasangin ya udahkita aja”
“dijelasin ya apafungsinya, harusnyadijelasin ya tapikebanyakan enggak”
PR3 “sebenernya sih kalo SKbegitu saya kurang tau,tapi kita udahkesepakatan gitu mba,kalo misalkan ngasi obat,nanya nama, tanggallahir. Hmm kita kansetiap bulan kan ngadain
“SOP sih ada, isinya tuhkalo yang aku tahu sihmasih yang enam benar,Cuma katanya yangterakhir itu disini maunerapin yang 10 benar”
“gak sih, kalo kayakgitu kan istilah nyaudah ada ini,istilahnya setiaprumah sakit sih beda-beda tapi pas kitakuliah gitu udah ada,Cuma kalo masalah
“ya tergantung, kalomisalkan kita mautindakan ya kita nanyapasiennya namanya,tanggal lahirnya, kalomisalkan tindakannyamau dilakuin yatujuannya apa, misalkan
“iya, dijelasingelangnya buat apa,kenapa beda pinkama biru, tujuannyaapa gitu”
evaluasiya, ya itu biargak kesalahan pemberianobat ya kita ya enambenarnya diterapin, enam,benar obat, benar pasien,benar dosis, benar dokter,benar waktu, benardokumentasi”
benar berapa adayang bilang 10 benar,ada yang maksudnyanerapin 12 benar, adayang 6 benar gitu, tapiyang poko sih yangenam benar itu”
ada efek samping yajelasin efeksampingnya”
PR4 “ada, biasanya disinipake 5 benar, terutamapas pemberian obat ya.Disini kita pake prinsip 5benar, benar pasien,benar obat, benar jampemberiannya, benardosisnya, sama biasanyasih expired apa gak”
ada sih SOP nya, tapirumah sakit itu masing-masing penerapannya,ada 5 benar, ada 10benar, ada 7 benar,sebenernya ada 10 tapikan yang itu kan terlalurumit ya , 5 itu udahcukup kok, ada di SOPkita ada
“eeh dari pertama kalikuliah udah ada ya, kitabelajar juga , kalo dulubelajar 7 benarsebenernya, kalo disinipake nya 10 benar”
“ehm pernah, ya itukita identifikasinamanya, nomorrekam medisnyaapalagi kalo misalnyadi satu kamar adanama yang sama kitaharus benar-benar sih,sebenernya ya pasawal masuk kerjaantuh ada orientasi”
“manggil nama, kadangkalo, ehm sebenernyaharusnya kita kan ngasipertanyaan terbuka,kayak nanya namanyasiapa, tapi kalo setiaphari kita sama kayakgitu, pasiennya ngerasasusternya gak kenal-kenal nih ma kita, akujarang-jarang sih ya,paling 3 sampe 5 kaliketemu masih aku tanyatapi kalo udah 5 kalilebih udah langsung kepasiennya. Buat apa sih,bangun kepercayaanjuga lah buat pasien.Karena kalo seringditanya siapa namanya,pasiennya ngomongsusternya gak hapal-hapal nih”
“kalo dari rawat inapjarang ya, soalnyayang biasa makein itupasti dari IGD,kecuali dari pasien,poli pun perawatnyaharusnya makeingelangnya sebelumkesini”
PR5 “Kayak manggil namapasien, tanggal lahir,kalo medical recordkebetulankan pasiennyagak hapal. Jadi biasanyanama pasien samatanggal lahir”
“Hmm kalo dari awalmasuk belum, palingsosialisasi aja samakepala ruangan”
“Identifikasi pasien itubiasanya setiap mau adatindakan kita identifikasipasien sih, tapi biasanyaterkadang juga kitacuma identifikasi pasiennama pasiennya aja,kalo tanggal lahirterkadang pasiennyajuga suka lupa, samakeluarganya. Apalagiyang sudah lansia itubiasanya kitaidentifikasinya cumaminta nama pasiennyasaja. Nama pasien kanada dua huruf, ehmaksudnya dua nama yabiasanya, sama namapanjangnya.”
“Iya, dicocokin samamap kuning. Biasanyayang di gelang identitasitu nama pasiennyasama seperti map yangkita pegang”
“Ngga.. kita nggapunya kewajiban,yang punyakewajiban itubiasanya yang pakeingelang. Jadi sekalianmenjelaskankegunaan gelang itu,kenapa dipakeingelang itu samatujuannya, biasanynadari tugas yangpasangin gelang”
PR6 “Kalo disini sih kayakbiasa, biasanya kalo
“Hmm kalo saya sih,disini ngga pernah
“Biasa nanya nama,tanggal lahir. Tanggal
“Hmm kalo sampesaat ini sih jarang
identifikasi pasien kalomau kasih obat, mautransfusi juga sama, maunganter dokter buat visitjuga sama. Sama sihpake nanya namanyasiapa, karena kalo kitacuma sebutin namanyasiapa, misalnya “Sri”,dan ‘Sri’nya banyak,kadang pasien sukabilang iya-iya ajapasiennya, pasiencenderung ngejawab.Sama, tanggal lahirkadang-kadang pasienjuga lupa tanggallahirnya. Kan kita suruhpake gelang”
“Karna kadang-kadangpasien suka pindah,misal dari bed A ke bedC. Ada yang pindahsendiri ngga bilang,kadang-kadang kayakgitu. Kita antisipasinyaliat dari gelang itu”
denger. Cuma darirumah sakitsebelumnya memangselalu begitu”
lahir sih tergantungpasiennya, kalopasiennya kooperatif sihtanggal lahir, ataukeluarganya juga bisangejawab bisa tanyakeluarganya langsung,sama kan pada saat kitangasih obat ataungelakuin tindakanminta tanda tangankeluarganya untukdicocokin nama samatanggal lahirnya”
“Sebelum kita ngelakuintindakan, sebelum kasihobat, sebelum ngelakuintransfusi, atau maupasang alat kesehatankayak NGT, kayak gitu-gitu sih biasanya”
banget makeingelang. Biasanyadari IGD udahdipasang. Kecualikalo misalkan direkam medisnyamasih ada kitaarahkan orang IGDuntuk pasangingelang”
PR7 “sesuai sop sih kita kaloperaturannya gitu”
“ sopnya dilakuin saatkapan aja, kayak pasienbaru dari IGD”
“udah, kita kanmelakukan akreditasijadikan yang ipsd itu
“biasanya nanya namasama tanggal lahir,karena kalo nomor rm
“iya dijelasingunanya tujuannyagelang ini untuk apa,
“jadi kan karena kitarawat inap, yangpertama sih pada saatkeluar dari igd, ya itusebelum melakukantindakan, ngambildarah, kasi obat”
yang lima itu udahharus, apalagiidentifikasi kantermasuk”
dia kan gak hapal” jadi nanti janganbosen kaloperawatnya nanya-nanya”
PR8 “hmm ee gak ada sih” “pasien baru masuk trusemang kalo pasien ituee.. mengidentifikasipasien yang resiko jatuhkayak gitu kita sih palingenggak ee.. liat kondisipasiennya itu kaloemang itu sih nanti per-shift kita identifikasi sihpasiennya itu resikojatuhnya seberapa,kayak gitu”
“enggak pernah adayang begitu”
“biasanya nanya namapasien, umur pasien,kayak gitu”
“ada, ee..kita harusngasih tau keperawat ee.. kepasiennya juga kanee.. identifikasipasien itu yang ee..digelang tangannyaitukan kita jugangasih tau ee..fungsinya dipasanggelang ini, warnanyaapa kan kita jelasinjuga semuanya mba,trus disitu kan jugaada dokterpenanggungjawabnyadia siapa, kita jugajelasin sih kepasiennya”
PR9 “ada sih” “isinya.. yang ditanyanama pasien, sesuaiinsama gelangnya terus
“ee.. awalnya sihdisosialisasikan tapiharus baca SOP dulu
”Biasanya nanya nama,tanggal lahir, rm nyayang harus ada di
“guna gelangnya, iyatugasnya orang UGDsih tapi ee.. rata-rata
tanggal lahir, biasanya.Tapi sih maksimal 2, ada2, nama sama rm”
setiap masuk perawatmasuk, pas orientasisih ada juga”
gelang sejauh ini sih gaksesuai kayaknya.identitasnya nama,namanya tanggal lahir,kalo misalnya udahlansia kan lupabiasanya, jadi rmnya”
“setiap mau melakukantindakan, terus maungasih obat, terus barumasuk pasien keruangan”
sih pasien nggak tau”
PR10 “kalo waktu kemaren,peraturan di rumah sakitini, kan aku pernahpengalaman di rumahsakit lain pasti udah taukalao kayak gitu kan udahstandar JCI, kalo disinidari KARS”
“nanya nama, kitatanya, konfirmasi,sebenernya sih ada samamedical record, cumankan, eee sama gelang,kalo liat medical recordliat gelangnya.Kadangkan medredpasien suka gak hapal,kita suka liat di gelangpasien”
“pak Fajar (kepalaruangan) kan di sharedi grup”
“ya itu tindakan aja,kalo mau bagi obat, mauada tindakan, tindakanlah pokoknya, terusnanya tiga, nama,tanggal lahir, samamedical record”
“iya, kalo saya, sayajelasin, ini gunanyabuat nanti sebagaiidentitas pasien. Kanada 2 tu ya , gelangsih banyak sihsebenernya, ada yangalergi, identitas gitu,resiko jatuh”
Lampiran 7
Transkip Wawancara Pasien
Pasien
Siapa yangmemakaikan dan
mengisi identitas padagelang identitas?
Apakah petugasmenjelaskan tentang
manfaat gelangidentitas pasien?
Apakah nama dantanggal lahir sudah
benar?
Apakah petugas selalumelihat gelang yang
dipakai setiapmelakukan tindakan?
P1 “oh ini di UGD,perawatnya, saya gak tauudah dipakein aja”
“gak ada” “iya udah benar” “ya cuma panggil ajagitu. Gak juga sih, kanudah ada datanya,kadang ya nanya,manggil doang gitu udahngenalin”
P2 “udah dari suster diIGD, yang nulis jugasusternya”
“mereka gak jelasin sih,cuma saya udah tau gunaya untuk eeh tauidentitas”
“udah bener sih” “gak sih, mereka kanudah punya apa itunamanya eeh punyadatanya gitu, jadi pasawal juga mereka gaknanya”
“iya gak pernah liatgelang identitas,langsung aja”
P3 “udah dari IGD ini,perawatnya”
“gak ada, saya pikirgelang ini cuma buattanda pasien disini”
“udah bener kok” “enggak pernah,ditanyain namanya aja,jadi setiap mau ngasiobat atau periksa-periksa, ditanyainnamanya siapa”
P4 “di bawah, di IGD,susternya kayaknya, tau–tau udah pake ”
“iya, katanya biar mudahgitu, mudah nyarinya,untuk pengenal juga kanpasien banyak gitu”
“gak ada tanggallahirnya ini”
“iya biasanya sukananya nama aja, kadang-kadang ngecek, kadanggak susternya udahhapal. Biasa sih udahhapal sih”
P5 “orang sini, pas udah diruangan”
“enggak cuma dipakeinaja”
“sudah, bener kok” “gak, Cuma nanya kamunamanya siapa, ini gakdicek”
P6 “dari IGD, dipakeinama suster”
“engga dijelasin,langsung dipakein aja”
“udah, udah bener” “enggak, merekalangsung tanya aja gitu ,ibunya namanya siapagitu”
P7 “susternya dibawah” “enggak dijelasin, Cumabilang pake gelang aja,dokternya nyuruh pakeingelang”
“udah, sama ama KTP” “kalo itu gak, Cumananya ibu siapa gitu”
P8 “susternya, pas masukIGD”
“enggak, Cuma disuruhpake aja”
”udah bener” “Diliat sih, diliat amaperawat, terus nanyanamanya siapa samaperawatnya”
P9 “susternya, saya gakngeh disini”
“gak, langsung dipakeinaja”
“iya udah bener” “ya orang baru semalemdipakein, ya kite gini kokorang-orang dipakeinkite kagak. Jadi ya Cumananya nama aja”
P10 “dibawah dari IGD” “hah, gak ada tuh” “udah” “gak cuma nanya aja,ibu siapa, maryana gitu.jarang, pas awal sekalipernah, namanya siapa,gitu kan nanya, Maryana,
coba liat, oh iya cocokgitu”
Lampiran 8
Matriks Wawancara Tim Keselamatan Pasien
DomainJawaban
KP1 KP2 KP3 Kesimpulan
Kebijakan
Kebijakan identifikasipasien
Sudah ada kebijakanberupa SK Direktur.Pelaksanaannya sudahberjalan sepertimenggunakan gelangidentitas saat pasiendirawat, perawat harusmelakukan pengecekanminimal nama dantanggal lahir saatmelakukan tindakan,namun pencatatan belumdilakukan.
Kebijakan sudah ada,isinya mengaturidentifikasimenggunakan minimaldua identitas pasien dankapan dilakukannya.Pelaksanaannya sudahberjalan, namunterkadang petugas belummengidetifikasi pasienmenggunakan duaidentidikator.
Kebijakannya pasienharus diidentifikasisetiap akan melakukantindakan atau pemberianterapi. Kemudianmelakukan validasi datapasien denganmencocokkan datadengan gelang identitas.
Kebijakan tentangketepatan identifikasipasien sudah memilikiSK Direktur, isi darikebijakan tersebut yaitumengatur tentangidentifikasi pasien harusmenggunakan minimaldua identitas dan kapansaja dilakukannyaidentifikasi pasien.Pelaksanaannya jugasudah berjalan dengansetiap pasien wajibmenggunakan gelangidentitas.
Tim keselamatan pasien Tim keselamatan pasiendan pokja SKP sudahada. Dua tim tersebutberbeda fungsi, pokjaSKP berfungsi untukmenyiapkan dokumenyang dibutuhkan,sedangkan tim
Semua instalasi,khususnya yangmemberikan asuhankepada pasien, dilibatkanmenjadi tim keselamatanpasien. Hal ini agarsemua instalasimenjalankan kebijakan
keselamatan pasien yangmelakukan isi daridokumen yang telahdibuat. Kepala ruanganmerupakan timkeselamatan pasien, halini untuk memudahkandalam sosialisasi danpengawasan terhdapperawat.
yang sudah ada.
Panduan/pedomankeselamatan pasien
pedoman sudah dibuatoleh tim pokja SKP.
Panduan sudah ada,dibuat berdasakanliteratur dan disesuaikandengan kondisi rumahsakit.
Tim pokja sasarankeselamatan pasiensudah membuat panduantentang identifikasipasien. Panduan tentangidentifikasi pasien dibuatdengan menggunakanliteratur-literatur dandisesuaikan denganrumah sakit ini. Isinyajuga lebih rinci tentangtatalaksana identifikasipasien.
Budaya keselamatanpasien (khususnyaidentifikasi pasien
Sudah semua instalasiyang berhubungandengan pasien langsungmelakukan identifikasipasien. Setiap pasienrawat inap, juga pasienHD, sudah menggunakangelang identitas.
Ada perubahan yangsignifikan setelah adanyakebijakan tertulis untukakreditasi. Jadi petugasmedis merasa terpaksamelakukan identifikasipasien sesuai peraturan,mereka jadi ;ebih patuh.
Tidak ada perbedaandalam pelaksanaannya,perubahnnya hanya padapenekanan saja.
menurut KP2 bahwadengan adanya prosesakreditasi, ada perubahanyang signifikan terkaitketepatan identifikasipasien, karena semuatenaga medis dipaksauntuk melakukan hal
tersebut sesuai kebijakanyang telah berlaku.Sedangkan menurut KP3,bahwa tidak adaperubahan apa-apakarena beliaumengatakan sudah daridulu melakukan prosedurseperti itu.
Sistem pelaporanterhadap keselamatanpasien
Belum ada sistempelaporan. Untuk saat inipengawasan dilakukanoleh kepala ruangan.
Pelaporan baru akandijalankan. Formmonitoring juga sedangdibuat. Nantinya formmonitoring tersebut akandiberikan kepada kepalaruangan, yang jugasebagai tim keselamatanpasien, untuk mengawasiperawat di ruangannya.
Kalau KTD kita adaformulirnya, tapi dipakaiketika ada kejadain saja.
Belum ada sistempelaporan terkaitkeselamatan pasien,terutama identifikasipasien. Tim keselamatanpasien baru akanmembuat formulirpelaporan yang akandiserahkan kepada setiapkepala ruangan. Formuliryang sudah ada yaituformulir untuk insidenkeselamatan pasien.
SOP
Prosedur (SPO) untukpelaksanaan ketepatanidentifikasi pasien
SPO sudah ada, tapibelum disosialisasikansecara resmi kepadaperawat. Untuk saat inipenjelasan prosedurkepada perawatdilakukan oleh kepalaruangan.
Sudah disosialisasikan,tapi saat survey simulasiada beberapa SPO yangkurang sesuai denganstandar akreditasi, tapihanya kurang kata-katasaja.
Prosedur penyiapan obatharus melakukan doublecheck. Pada saatdiberikan kepada pasien,perawat juga harusmencocokkan daradengan gelang identitaspasien. Setelahpemberian obat, pasien
SOP sudah ada, namunada beberapa hal yangkurang sesuai denganelemen-elemen KARS.Sedangkan, menurut KP3bahwa prosedur dalammengidentifikasi pasien,selain menanyakanidentitas pasien, perawat
harus menandatanganiformulir pemberian obat.
juga harus melakukandouble cek saatmenyiapkan obat kepadapasien. Sosialisasiterhadap SOP belumdilakukan secara resmikepada perawat-perawat.
Petugas yang terlibatuntuk identifikasi pasien
Admission, perawat,IGD, kepala ruangan,serta laboran
Semua instalasi Semua tenaga medisterlibat untuk melakukanidentifikasi pasien
Pengetahuan Perawat
Cara tim KeselamatanPasien menerapkanprosedur (SPO)ketepatan identifikasipasien kepada perawat
Saat ini dari kepalaruangan.
Karu sebagai timkeselamatan pasien yangbertanggung jawab,karena mereka jugabagian tim keselamatanpasien.
Dari awal rekrutmen,perawat sudah dijelaskanpada saat orientasi. Padahari penempatan merekajuga dijelaskan seputarruangan dan sistemdisini.
Cara tim menerapkanprosedur yaitu denganmelibatkan kepalaruangan, jadi kepalaruangan yang akanmenjelaskan kepadaperawat-perawat.Sedangkan menurutkepala ruangan bahwaidentifikasi pasientermasuk salah satu yangdijelaskan pada saatorientasi, juga pada saathari H penempatandijelaskan kembali.
Yang dilakukan untukmengetahui bahwapetugas kesehatan telahmengetahui danmemahami prosedur
Dari kepala ruangan Dari laporan kejadianinsiden, bisa dilihat daripenurunan kejadianinsiden. Jadi ketika adainsiden keselamatan
Melihat danmemperhatikan perawatpada saat menyiapkanobat. Supervisi jugadilakukan oleh kepala
Tim keselamatan pasienuntuk mengetahuibahwa perawat sudahmengetahui proseduridentifikasi pasien dari
pelaksanaan identifikasipasien rawat inap diRSUD Pasar Minggu
pasien, tim akanmenganalisispenyebabnya apa.
ruangan tanpa disadariperawat.
kepala ruangan, dan jugadari laporan kesalahanidentifikasi pasien saatpetugas melakukantindakan kepada pasien.Sedangkan, kepalaruangan melakukansupervisi untuk melihatperawat-perawat dalammelakukan tindakankepada pasien.
Kemampuan Perawat
Cara tim KeselamatanPasien mengetahuikemampuan perawatdalam menjalankanprosedur ketepatanidentifikasi pasien
Observasi oleh kepalaruangan
Seharusnya dilakukanronde, yang dilakukanoleh tim untukmengawasi langsung kepasien. Tetapi untuksekarang, caramengetahuinya dari karu.
Dari karu, tetapi tidaksemua perawat diawasi.Kalau pemberian obatdapat dicek melalui mapkuning, dilihat apakahada tanda tangan pasienatau tidak.
Untuk mengetahuikemampuan perawatdalam menjalankanprosedur yaitu darikepala ruangan yangmelakukan observasiterhadap perawat-perawat di ruangan rawatinap. Kemudian timkeselamatan pasien jugamengatakan bahwaseharusnya dilakukankegiatan pengamatanterhadap perawat sesuaidengan workshop yangtelah diikuti, namunhingga saat ini timkeselamatan pasienbelum pernah memantaulangsung sasaran
keselamatan pasien.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien terhadapmanfaat identifikasipasien
Ada di SOP pemasangangelang identitas
Gelang identitasdiberikan oleh petugasadmisi. Penjelasandilakukan oleh perawatdi IGD. Seharusnyadilakukan oleh admisi,tetapi ditakutkan petugasadmisi tidak mengerti,jadi perawat yangmemakaikan danmenjelaskan identifikasipasien. Nantinyaidentitas pasien akandibuatkan stiker untukmengurangi kesalahandalam menuliskanidentitas pasien.
Gelang identitasdigunakan saat pasienmasuk melalui IGD.Tetapi perawat rawatinap tetap memilikikewajiban untukmenjelaskan fungsigelang identitas.
SOP terkait pemasangangelang identitas sudahada. Menurut timkeselamatan pasien yangmemakaikan danmenjelaskan fungsigelang identitas yaituperawat, terutamaperawat di IGD, bukanpetugas admisi.Sedangkan menurutkepala ruangan, perawatdi rawat inap jugamemiliki tanggung jawabmenjelaskan gelangidentitas.
Lampiran 9
Matriks Wawancara Perawat
Perawat Kebijakanprosedur (SPO)
pelaksanaan ketepatanidentifikasi pasien
Sosialisasi SPO Cara mengidentifikasipasien
Edukasi pasien
PR1 Kebijakan sudah ada,tetapi tidak ada kejelasan,karena jika perawat terus-menerus menanyakannama, kadang pasienmerasa tidak dikenal olehperawat.
Belum ada kebijakan,katanya harus bertanyadua arah dengan pasien.Tetapi karena belum adakebijakan, jadi terserahperawat bagaimanamengidentifikasinya,yang penting namapasiennya sesuai.
Tidak pernahsosialisasi. Seharusnyaada sosialisasi, tapipernah dijelaskan viagrup chating (WA)
Selalu menanyakan danmemastikan namapasien.
Biasanya yang diIGD
PR2 Setiap tindakan,pemberian obat terusobservasi tanda-tandavital, dilakukanidentifikasi pasien.
Belum ada sosialisasi,tetapi mungkin duluada. Sekarang adaSOP baru karena akanakreditasi.
Kadang menggunakangelang, tetapi biasanyadata pasien di gelangidentitas tidak terbaca.Kemudian menanyakannama pasien denganpertanyaan terbuka
Kalau pasien belummenggunakan gelangdari IGD, perawat dirawat inap yangmemasangkan gelangidentitas pada pasien.Seharusnya perawatdi rawat inapmenjelaskan fungsiidentifikasi pasien,tetapi perawat lebihsering tidakmenjelaskan.
PR3 Kurang tahu mengenai SKDirektur, tetapi sudah adakesepakatan untukidentifikasi pasien.Biasanya penerapanprinsip enam benar saatpemberian obat.
SOP sudah ada, isinyaprinsip enam benar.Tetapi katanya akandibuat menjadi prinsip10 benar.
Tahu mengenaiidentifikasi pasienpada saat kuliah dulu.
Setiap akan melakukantindakan, ditanyakannama dan tanggal lahir,kemudian jugamenjelaskan tujuannyatindakan apa, efeksampingnya apa jikaada.
Iya, dijelaskangelang ini apafungsinya sepertiperbedaan warnagelang biru dan pink,dan tujuannya apa..
PR4 Ada kebijakan, disinimenggunakan prinsip 5benar, terutama pada saatpemberian obat.
SOP ada, namun setiaprumah sakit berbeda-beda penerapanprinsipnya, ada yang 5benar, 7 benar, atau 10benar. Di SOP kita yangprinsip 5 benar.
Pada saat orientasidijelaskan bahwaidentifikasi pasienyang ditanyakan namadan nomor rekammedis, apalagi jikadalam satu ruanganterdapat pasien dengannama yang sama,perawat harus berhati-hati.
Saat identifikasi pasie,menanyakan namadengan pertanyaanterbuka. Tetapi kalausetiap hari bertanyadengan pertanyaanterbuka, pasien akanmerasa suster tidakhafal-hafal denganpasien. Biasanya jikasudah lebih dari 5 kalibertemu, tidakmenanyakan pasiendengan pertanyaanterbuka kembali.
Jarang dijelaskan dirawat inap mengenaigelang identitas,biasnaya dari IGD.
PR5 Memanggil nama pasiendan tanggal lahir. Kalaumedical recordkebanyakan pasien tidakhafal, jadi sering tidakditanyakan.
Dari awal masukbelum ada sosialisasi,tetapi pernahdijelaskan oleh kepalaruangan.
Identifikasi pasien saatakan melakukantindakan. Tetapibiasanya hanyamenanyakan namapasien saja, karenaterkadang pasien tidak
Perawat rawat inaptidak memilikikewajiban untukmenjelaskan gelangidentitas. Karenayang memilikikewajiban untuk
hafal tanggal lahirnya,terutama lansia.Kemudian dicocokkandengan gelang pasiendan map kuning.
menjelaskan fungsigelang identitas yangmemakaikan gelangidentitas.
PR6 Seperti biasa, setiap adatindakan sepertipemberian obat, tranfusi,atau mengantar doktervisit, harus melakukanidentifikasi pasien.Identifikasi pasien harusmenggunakanpertanyaan terbuka.Kemudian biasanyapasien ada yang tidakhafal tanggal lahir,terutama pasien lansia,makanya dilihat digelang identitas pasien.gelang identitas jugauntuk antisipasi jika adapasien yang berpindahtempat tidur tanpa izinkepada petugas.
Tahu dari rumah sakitsebelumnya mengenaiidentifikasi pasienkarena intinyamemang begitu.
Identifikasi pasienbiasanya menanyakannama, kalau tanggallahir tergantungpasiennya, kalaupasien/keluarga pasienkooperatif maumenjawab. Pada saatpemberian obat jugapasien/keluarga pasienakan diminta tandatangan pada sebuah map,juga data pada map akandicocokkan dengangelang identias pasien.”
Jarang memakaikangelang identitaskepada pasien,biasanya petugasIGD yangmemakaikan gelangtersebut.
PR7 Peraturan disini sesuaiSOP.
Isi dari SOP, kapan sajadilakukan identifikasipasien, seperti sebelummemberikan obat,mengambil darah atautindakan lain.
Sudah pernah adasosialisasi dari kepalaruangan karena sudahakan akreditasi..
Biasanya hanyamenanyakan nama dantanggal lahir, kalaunomor rekam medis,pasien sering tidak hafal.
Iya dijelaskan fungsigelang untuk apa,kemudian dijelaskanjuga agar janganbosan jika ditanyasuster teru-menerus
identitas pasien.
PR8 Tidak ada kebijakan. Prosedurnya pasiendiidentifikasi pasienyang risiko jatuh.
Tidak pernah adasosialisasi.
Biasanya menanyakannama pasien, umurpasien.
Fungsi gelangdijelaskan sepertiwarna gelang yangdipakai pasien,dokterpenanggungjawab,dan lain-lain.
PR9 Ada kebijakan. Isi dari SOP yaitumenanyakan namapasien, tanggal lahir,kemudian disesuaikandengan gelang identitas.Minimal 2 identitaspasien.
Dijelaskan pernah,tetapi juga harusmembaca SOP juga.Ketika awal masuk,saat orientasi pernahdijelaskan tentangidentifikasi pasien.
Identifikasi dilakukanpada saat akanmelakukan tindakan.Biasanya menanyakannama dan tanggal lahirpasien.
Tugasnya petugasIGD menjelasnkankegunaan gelang,tetapi rata-rata pasientidak tahu.
PR10 Sesuai pengalaman waktubekerja di rumah sakityang lain sesuai standarJCI, tetapi kalau disinisesuai KARS.
Identifikasi pasienbiasanya nanya namasama nomor medicalrecord, kemudiandisesuaikan dengangelang identitas. Bisanyapasien tidak hafal nomorrekam medis, jadi harusdilihat di gelang identitaspasien.
Dari kepala ruangan dishare di grup WA.
Setiap mau melakukantindakan sepertipemberian obat.Kemudian menanyakantiga identitas, namapasien, tanggal lahir, dannomor rekam medis.
Dijelaskan kepadapasien, terutamagelang khusus untukpasien alergi, yangberisiko jatuh, danlain-lain.
kesimpulan Dari sepuluh perawatyang ditanyakanmengenai
Kebanyakan perawatyang ditanyamengatakan bahwa
Beberapa perawatmengatakan bahwatidak pernah mendapat
Seluruh perawat padasaat melakukanidentifikasi pasien akan
Sebagian perawatmengatakan bahwaperawat juga
kebijakan/peraturanketepatan identifikasipasien, ada dua perawatyang mengatakan tidakada kebijakan terkaitketepatan identifikasipasien, dan satu perawatmengaku tidak tau terkaitSK Direktur ada atautidak, namun selebihnyamengatakan bahwa yangmereka ketahui hanyaprosedur yang biasadilakukan saat melakukantindakan.
prosedur ketepatanidentifikasi pasien yangmereka tahu yaituidentifikasi pasiendilakukan setiap akanmelakukan tindakan,serta menanyakan namapasien dan tanggal lahir.Namun ada juga perawatyang mengatakan bahwaseharusnya juga melihatgelang identitas pasienuntuk memastikannomor rekam medispasien tersebut
sosialisasi terkaitketepatan identifikasipasien, beberapa lagimengatakan pernahmendapat sosialisasiterkait ketepatanidentifkasi pasien, adayang pada saatorientasi, ada jugayang melalui grupchating, dan ada jugayang langsungmendapat sosialisasidari kepala ruangan
menanyakan namakepada pasien, sebagianakan menanyakantanggal lahir juga,namun ada yang tidakmenanyakan tanggallahir kepada pasientertentu, misalnya lansiayang sering lupa dengantanggal lahir, dankeluarga juga terkdangtidak mengingat tanggallahir pasien. Hanya adasatu perawat yangmengatakan bahwaterkadang melihatgelang identitas jikatulisannya jelas, karenabiasanya tulisan padagelang kurang bisadibaca.
seharusnyamenjelaskan fungsidari geang identitaspasien, namunsebagian lagimengatakan bahwayang bertanggungjawab menjelaskanhal tersebut adalahperawat IGD.
Lampiran 10
Matriks Wawancara Pasien
Pasien
Petugas yangmemakaikan dan
mengisi identitas pasienpada gelang identitas
Petugas menjelaskanfungsi gelang identitas
Identitas pada gelangsudah benar atau belum
Petugas selalumemeriksa gelang
identitas atau tidak
P1 Ini sudah dari UGD,tidak sadar saatdipakaikan,
Tidak ada. Sudah benar. Hanya memanggil namasaja, karena perawatsudah mengenal pasien.
P2 Ini sudah dari suster IGD,dan suster juga yangmenulis data identitas digelang.
Petugas tidakmenjelaskan, tetapikegunaan gelang iniuntuk tau identitas.
Sudah benar. Tidak, karena sustersudah ada data sendiri,jadi mereka tidak pernahmelihat gelang identitas.
P3 Sudah dari IGD danperawatnya yangmekaikan gelangidentitas.”
Tidak ada, gelang inihanya untuk tandapengenal.
Sudah benar. Tidak pernah, hanyaditanyakan nama saja,jadi setiap diberikan obatatau dipeiksa hanyaditanya nama saja.
P4 Gelang dipakaikandibawah, saat di IGD,tidak sadar sudahdipalkaian.
Ini untuk memudahkanmencari pasien, sebagaipengenal juga.
Tidak ada tanggal lahir. Biasanya hanyaditanyakan nama sajs.Karena biasanyasusternya sudah hafal.
P5 Disini, ruang rawat inap,saat sudah diruangan.
Tidak dijelaskan, hanyadipakaikan saja.
Sudah benar. Tidak, hanya ditanyanama saja, gelangidentitas tidak dicek.
P6 Di IGD dipakaikan olehsuster.
Tidak dijelaskan,langsung dipakaikan saja.
Sudah benar. Tidak, petugas langsungtanya nama saja.
P7 Iya yang memakaikansuster di IGD.
Tidak dijelaskan, hanyadisuruh dokter untukmemakai gelangidentitas.
Sudah sesuai KTP. Hanya ditanyakan namasaja.
P8 Pas masuk ke IGD. Tidak dijelaskan, hanyadisuruh untuk memakaigelang identitas.
Sudah benar. Gelang identitas dilihatsama perawat, terusditanyakan nama.
P9 Suster yang memakaikangelangnya.
Tidak, langsungdipakaikan saja.
Sudah benar. Hanya ditanyakan nama,karena gelang identitasjuga baru dipakaikan.
P10 Dari IGD. Tidak ada. Sudah benar. Hanya ditanyakan nama,kemudian dicocokkandengan gelang identitas.
Kesimpulan Hampir seluruh pasiendipakaikan gelangidentitas oleh perawatIGD, hanya satu yangdipakaikan di ruangrawat inap karenapetugas lupamemasangkan gelangidentitas tersebut.
Dari sepuluh pasien yangditanyakan mengenaipetugas menjelaskan atautidak terkait gelangidentitas, hanya satupasien yang mengatakanbahwa petugasmenjelaskan fungsigelang tersebut sebagaipengenal, dan yanglainnya tidak dijelaskansama sekali, hanya
Sembilan dari sepuluhpasien mengatakanbahwa identitas padagelang sudah benar,namun ada satu yangidentitasnya tidaklengkap, hanya ada namadan umur, padahalseharusnya yang wajibdiisi adalah tanggal lahirbukan umur pasien.
Hampir seluruh pasienmengatakan bahwaperawat tidak pernahsama sekali melihatgelang identitas, darisepuluh pasien yangditanyakan, hanya duapasien yang mengatakanpernah dilihat gelangidentitasnya oleh perawatuntuk mencocokkan dataidentitas pasien tersebut
dipasangkan saja
Lampiran 11
Tabel Observasi Kemampuan Perawat dalam Identifikasi Pasien
No. Nama Perawat
Periksa dan bandingkan data pada
gelang pengenal dengan rekam
medis
Perawat menerapkan prinsip 5
benar :
Benar obat, benar dosis, benar cara
pemberian, benar waktu, dan benar
pasien
perawat mengambil darah atau
spesimen lain sesuai permintaan
dokter kemudian memberi
identitas nama dan nomor rekam
medik pasien di tabung / botol /
tempat sampel darah atau
spesimen tersebut
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. PR1 √√√√ √√√√
2. PR2 √√ √√√ √
3. PR3 √√ √ √
4. PR4 √√√ √√√
5. PR5 √√√ √√√
6. PR6 √√√ √√√
7. PR7 √√ √ √√√
8. PR8 √√ √√
9. PR9 √√√ √√√
10. PR10 √√√ √√√
Lampiran 12
Tabel Observasi Ketepatan Identifikasi Pasien
No. Nama Petugas
Pasien diidentifikasi
menggunakan dua
identitas pasien, tidak
boleh menggunakan
nomor kamar atau
lokasi pasien
Pasien diidentifikasi
sebelum pemberian
obat, darah atau
produk darah
Pasien diidentifikasi
sebelum pengambilan
darah dan spesimen
lain unutk pemeriksaan
klinis
Pasien diidentifikasi
sebelum pemberian
pengobatan dan
tindakanKeterangan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. PR1 √√√√ √√√√ Rata-rata perawathanyamengidentifikasidenganmenanyakan namapasien, hanya adatiga perawat yangmenanyakantanggal lahirmaupun nomorrekam medispasien
2. PR2 √√√ √√ √
3. PR3 √√ √ √
4. PR4 √√√ √√√
5. PR5 √√√ √√√
6. PR6 √√√ √√√
7. PR7 √√ √ √√√
8. PR8 √√ √√
9. PR9 √√√ √√√
10. PR10 √√√ √√√
Gelang Identitas Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Pasar Minggu
Gelang identitas yang sudah sesuai dengan peraturan
Gelang identitas yang tidak sesuai dengan peraturan
IDENTIFIKASI PASIEN
No. DokumenNo.002/SPO/SKP/IV/2017
No. Revisi00
Halaman1/2
SPOTanggal Terbit
30 April 2017
Ditetapkan,Direktur RSUD Pasar Minggu
dr. T. CAROLINE K, MARSNIP. 195811271987032003
PENGERTIANIdentifikasi pasien merupakan suatu kegiatan pemberianidentitas terhadap pasien yang akan diberikan layanan ataupengobatan tertentu sehingga dapat meminimalisir kekeliruan.
TUJUAN
1. Mengidentifikasi dengan benar pasien sebelumpemberian obat, darah atau produk darah, pengambilandarah dan spesimen lain.
2. Mencocokkan layanan atau perawatan dengan pasientersebut.
3. Agar hasilnya dipastikan dapat mengatasi semuapermasalahan identifikasi yang mungkin terjadi.
KEBIJAKANSK Direktur No. 898 Tahun 2017 tentang Kebijakan PenerapanSasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum DaerahPasar Minggu.
PROSEDUR
1. Lakukan identifikasi pasien mulai saat pasienmendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasienpulang.
2. Lakukan identifikasi pada semua pasien dengan benarsebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,pengambilan darah dan spesimen lain untukpemeriksaan.
3. Perawat melakukan prosedur :a. Sebelum pemberian obat, darah atau produk darah
- Periksa dan bandingkan data pada gelangpengenal dengan rekam medis
- Perawat menerapkan prinsip 5 benar : benarobat, benar dosis, benar cara pemberian, benarwaktu, dan benar pasien.
b. Sebelum pengambilan darah dan spesimen- Periksa dan bandingkan data pada gelang
peengenal dengan rekam medis.- Perawat mengambil darah atau spesimen lain
sesuai permintaan dokter kemudian memberiidentitas nama dan nomor rekam medik pasiendi tabung / botol / tempat sampel darah atauspesimen tersebut.
IDENTIFIKASI PASIEN
No. DokumenNo.002/SPO/SKP/IV/2017
No. Revisi00
Halaman2/2
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Rawat Jalan2. Instalasi Gawat Darurat3. Instalasi Rawat Inap4. Instalasi penunjang / diagnostik
PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASIPASIEN RAWAT INAP
No. DokumenNo.001/SPO/SKP/IV/2017
No. Revisi00
Halaman1/2
SPOTanggal Terbit
30 April 2017
Ditetapkan,Direktur RSUD Pasar Minggu
dr. T. CAROLINE K, MARSNIP. 195811271987032003
PENGERTIAN
Proses kegiatan identifikasi dengan memasang gelangidentifikasi pasien rawat inap pada pergelangan tangan yangdominan, dengan mencantumkan identitas minimal 2 identitas.Berupa nama, tempat tanggal lahir dan atau nomor rekammedis .
TUJUAN Memastikan identifikasi pasien dengan benar selama pasiendirawat di RSUD Pasar Minggu
KEBIJAKANSK Direktur No. 898 Tahun 2017 tentang Kebijakan PenerapanSasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum DaerahPasar Minggu.
PROSEDUR
A. PersiapanPenampilan petugas admisi rawat inap :a. Periksa kerapihan pakaian seragamb. Periksa kelengkapan atributAlat-alat :a. Gelang identifikasi pasien ( biru/merah muda )b. Berkas Rekam Medisc. Alat tulis
B. Pelaksanaan :1. Siapkan gelang identifikasi pasien sesuai jenis
kelamin.2. Isi label gelang dengan identitas pasien ( nama,
tempat tanggal lahir dan nomor rekam medis )sesuai berkas rekam medis pasien
3. Ucapkan salam“Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu “4. Sebut nama dan departemen/unit kerja anda.“Saya..... (nama), dari unit kerja ........(sebutkan)”5. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang
identifikasi kepada pasien.“ Bapak/Ibu, sesuai peraturan keselamatan pasien,
saya akan memasang gelang identifikasi ini padapergelangan tangan Bapak/Ibu. Tujuannya adalahuntuk memastikan identitas Bapak/Ibu denganbenar dalam mendapatkan pelayanan danpengobatan selama di rumah sakit ini. SetelahBapak/Ibu berada di ruang rawat inap, staf kami
PEMASANGAN GELANG IDENTIFIKASIPASIEN RAWAT INAP
No. DokumenNo.001/SPO/SKP/IV/2017
No. Revisi00
Halaman2/2
PROSEDUR
akan selalu melakukan konfirmasi identitas denganmeminta Bapak/Ibu menyebutkan nama dan tanggallahir Bapak/Ibu untuk dicocokkan dengan data padagelang identifikasi. Prosedur konfirmasi tersebutakan selalu dilaksanakan pada saat pemberianobat, pemberian transfusi darah, pengambilansampel untuk pemeriksaan laboratorium,pemeriksaan radiologi dan bila akan dilakukantindakan kedokteran”.
6. Lakukan verifikasi untuk mengetahui bahwa pasiendan atau keluarga paham atas informasi tersebut.
7. Pasangkan gelang identifikasi pada pergelangantangan pasien (sesuai dengan kondisi).
8. Informasikan kepada pasien dan atau keluargabahwa gelang identifikasi ini harus selalu dipakaihingga pasien diperbolehkan pulang.“Bapak/Ibu, mohon agar gelang identitas ini jangandilepas selama masih dalam perawatan di RS ini“.
9. Ucapkan terimakasih dan sampaikan “Terima kasihatas pengertian dan kerjasamanya”.
C. Hal yang harus diperhatikan :Bila pasien berada di IGD maka petugas admisimemasangkan gelang identifikasi pasien di IGD danmenyerahkan berkas Rekam Medis kepada petugasIGD.
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Rekam Medis2. Instalasi Rawat Inap3. Instalasi Gawat Darurat4. Instalasi Rawat Intensif