identifikasi drug related problems pada pasien …

45
i LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK) IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA Oleh; Tuti Wiyati, M.Sc., Apt. (0626048601) Nora Wulandari, M.Farm., Apt (0301018802) Nomor Surat Kontrak Penelitian : 707/F.03.07/2019 Nilai Kontrak : Rp. 13.000.000,- PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

i

LAPORAN

PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN

DENGAN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

Oleh;

Tuti Wiyati, M.Sc., Apt. (0626048601)

Nora Wulandari, M.Farm., Apt (0301018802)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 707/F.03.07/2019

Nilai Kontrak : Rp. 13.000.000,-

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2020

Page 2: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN DASAR KEILMUAN

Judul Penelitian : Identifikasi Drug Related Problems Pasien dengan Gagal Jantung di Rumah Sakit Yogyakarta

Jenis Penelitian : PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK) Ketua Peneliti : Tuti Wiyati, M.sc., Apt. Link Profil simakip : http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/1002 Fakultas : Fakultas Farmasi dan Sains Anggota Peneliti : Nora Wulandari, M.Farm., Apt. Link Profil Simakip : http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/833 Waktu Penelitian : 1 Tahun Luaran Penelitian Luaran Wajib : Jurnal Sinta 2 Status Luaran Wajib : Review Luaran Tambahan : Poster dalam Seminar Internasional Status Luaran Tambahan : Draft

Jakarta, 19 April 2020 Mengetahui, Ketua Program Studi

Ketua Peneliti

Kori Yati, M.Farm., Apt

NIDN. 0324067802 Tuti Wiyati, M.Sc., Apt

NIDN. 0626048601

Menyetujui, Dekan Ketua Lemlitbang UHAMKA

Dr. Hadi Sunaryo, M.Si., Apt

NIDN. 0325067201

Prof. Dr. Suswandari, M.Pd

NIDN. 0020116601

Page 3: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

iii

SURAT KONTRAK

Page 4: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

iv

Page 5: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

v

ABSTRAK Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitiannon- eksperimental dengan rancangan cross-sectional, data yang digunakan dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medik pasien dengan diagnosis utama gagal jantung yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Wates pada tahun 2018. Sampel yang diambil datanya yaitu pasien yang berusia ≥ 18 tahun, rawat inap dengan diagnosis gagal jantung dan terdapat data pemeriksaan ekokardiografi atau kategori gagal jantung. Apabila pasien memiliki data yang tidak lengkap dan menderita penyakit kanker maka akan dikeluarkan dari sampel. Jumlah pasien Gagal Jantung rawat inap selama tahun 2018 adalah 150 kunjungan pasien. Jumlah sampel yang diperoleh dengan teknik purposive sampling adalah 50 (lima puluh) pasien. Penderita gagal jantung paling banyak usia 61-70 tahun dengan rata-rata usia 61,28 ± 16,386. Dari 50 sampel penelitian diperoleh pasien dengan resiko DRP sebesar 90% (45 pasien) dan tanpa DRP 10% (5 pasien). Keseluruhan kasus DRP meliputi domain pemilihan obat 83,761%, pemilihan dosis 14,531%, durasi terapi 1,70%. Faktor resiko yang mempengaruhi kejadian DRP yaitu polifarmasi (p-value 0,039) dan lama rawat inap (p-value 0,013)dengan dianalisis menggunakan uji T. Kata kunci : gagal jantung, DRP, rawat inap,faktor resiko

Page 6: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

SURAT KONTRAK PENELITIAN iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 3

BAB 3. METODE PENELITIAN 5

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 8

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 18

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI 19

BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

Page 7: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional 6

Tabel 2. Karakteristik Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2018 8

Tabel 3. Daftar Komorbiditas Pasien Gagal Jantung 11

Tabel 4. Kejadian DRP Berdasarkan PCNE 2017 12

Tabel 5. Gambaran Hubungan Karakteristik dan DRP pada Pasien Gagal Jantung 16

Page 8: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Roadmap Penelitian 4

Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Penelitian 7

Gambar 3. Penggunan Obat Gagal Jantung Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit 9

Gambar 4. Penggunaan Obat Lain Pada Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di RS 10

Gambar 5. Kejadian DRP Pada Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di RS

12

Page 9: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

1

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan jika terjadi gagal jantung

sisi kiri dan kanan (Kasron 2012). Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif

dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara

berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda

dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat (PERKI 2015).

Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan jika terjadi gagal jantung

sisi kiri dan kanan (Kasron 2012). Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif

dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara

berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda

dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat (PERKI 2015).

Prevalensi DRP pada pasien Gagal Jantung Kongestif rawat inap di RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou Manado yang teridentifikasi dari 46 subjek penelitian diperoleh 89% berpotensi

mengalami DRP (Sinjal 2018). Pada penelitian menggunakan Pharmaceutical Care Network

Europe Foundation (PCNE) Classification for Drug related problems V6.2 dimana hanya

meneliti subdomain efektivitas obat, yang meliputi obat tidak efektif, efek obat tidak optimal

dan indikasi tidak terobati (Sinjal 2018).

Penelitian serupa dilakukan oleh, diketahui dari 33 rekam medis pasien dengan diagnosis

gagal jantung kongestif, DRP yang paling banyak terjadi adalah interaksi obat yaitu sebanyak

56,25%. DRP yang lain berturut - turut adalah indikasi tanpa obat yaitu sebanyak 25%, dosis

obat kurang yaitu sebanyak 15,6%, obat tanpa indikasi yaitu sebanyak 3,1%. Analisis kajian

DRP pada penelitian Syafrida (2018) menggunakan klasifikasi Strand (Sinjal 2018).

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran kejadian DRP pada pasien gagal jantung

rawat inap di Rumah Sakit Yogyakarta. Pada penelitian yang akan kami lakukan untuk

mengkategorikan DRP menggunakan Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE)

menggunakan versi 8.0. Klasifikasi PCNE versi 8.0 sudah digunakan oleh banyak penelitian

Page 10: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

2

terbaru. Dalam penelitian ini, digunakan domain penyebab masalah kode C1, C3 dan C4 yang

termasuk dalam klasifikasi PCNE V8.0 tahun 2017 (PCNE 2017). Kode C1 untuk domain

pemilihan obat, kode C3 untuk domain ketepatan dosis, dan kode C3 untuk domain ketepatan

durasi pengobatan. Selain itu penlitian ini juga bertujuan mendapatkan faktor risiko yang yang

mempengaruhi kejadian DRP pada pasien gagal jantung rawat inap di Rumah Sakit

Yogyakarta.

Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013

sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis

dokter atau gejala sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang (Riskesdes 2013).

Prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut

Provinsi di Indonesia tahun 2018 untuk Pulau Jawa prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi

Derah Istimewa Yogyakarta (Riskesdas 2018).

Mengingat pentingnya kajian DRP, menurut data Riskesdas 2018 prevalensi kejadian

gagal jantung di wilayah Yogyakarta meningkat dibandingkan data Riskesdas 2013.

Berdasarkan laporan banyaknya pasien gagal jantung, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang DRP dan faktor resiko yang mempengaruhi DRP pada pasien

gagal jantung di Rumah Sakit di Yogyakarta.

B. Permasalahan penelitian

Permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. berapakah jumlah kejadian Drug Related Problems (DRP) pada pasien gagal jantung

rawat inap di RS Yogyakarta ?

2. karakteristik apa saja yang yang berhubungan kejadian DRP pada pasien Gagal Jantung

rawat inap di RS Yogayakarta?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. untuk mendapatkan gambaran kejadian DRP pada pasien gagal jantung rawat inap di RS

Yogyakarta.

2. mengetahui karakteristik yang yang berhubungan dengan kejadian DRP pada pasien gagal

jantung rawat inap di di RS Yogyakarta.

Page 11: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

3

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

A. State of the Art

Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan jika terjadi gagal jantung

sisi kiri dan kanan (Kasron 2012). Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif

dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang

termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa

dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat (PERKI 2015).

Drug Related Problems (DRP) atau masalah terkait obat adalah peristiwa atau keadaan

yang melibatkan terapi obat yang benar-benar atau berpotensi mengganggu hasil kesehatan

yang diinginkan (Syafrida 2018). Identifikasi DRP pada pengobatan penting dalam rangka

mengurangi morbiditas, mortalitas, dan biaya terapi obat (Fajriansyah 2016).

Pada penelitian sebelumnya, prevalensi DRP pada pasien Gagal Jantung Kongestif

rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang teridentifikasi dari 46 subjek

penelitian diperoleh 89% berpotensi mengalami DRP6. Berdasarkan hasil penelitian Syafrida

(2018), pada 33 rekam medis pasien dengan diagnosis gagal jantung kongestif, DRP yang

paling banyak terjadi adalah interaksi obat yaitu sebanyak 56,25%. DRP yang lain berturut -

turut adalah indikasi tanpa obat yaitu sebanyak 25%, dosis obat kurang yaitu sebanyak 15,6%,

obat tanpa indikasi yaitu sebanyak 3,1% (Syafrida 2018).

Pada penelitian Huri (2014) kejadian DRP yang paling banyak terjadi pada pasien

adalah domain Pemilihan obat 45,9%, Interaksi obat 24,9%, Pemilihan dosis 13,3%. Penelitian

Febriola (2019) pada pasien IHD, dari 358 obat yang dianalisis, ditemukan 130 kasus drug

related problems yang terdiri dari 37 kasus indikasi tanpa obat (28,46%), 1 kasus obat tanpa

indikasi (0,77%), 27 kasus dosis kurang (20,77%), dan 65 kasus interaksi antar obat (50,00%).

Penelitian Nurjanah (2017) Jumlah DRPs kategori interaksi obat yang diperoleh dari 35 sampel

pasien gagal jantung kongestif yaitu sebanyak 35 pasien (100%) dengan 112 kejadian. DRPs

kategori ketidaktepatan pemilihan obat sebanyak 10 pasien (28,57%) dengan kriteria obat tidak

efektif sebanyak 4 kejadian (11,43%), kriteria obat efektif tapi tidak aman sebanyak 3 kejadian

(8,57%) dan kombinasi obat tidak tepat sebanyak 4 kejadian (11,43%). Berdasarkan penelitian

Huri (2014) beberapa faktor yang ditemukan terkait dengan terjadinya DRP, termasuk lanjut

usia, lamanya dirawat di rumah sakit, terapi polydrug dan pasien memiliki beberapa

Page 12: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

4

komorbiditas.

B. Roadmap Penelitian

Gambar 1. Roadmap Penelitian

Page 13: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

5

BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Rekam Medik RSUD Wates Yogyakarta.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan

secara retrospektif, yaitu dengan mencatat data-data yang diperlukan untuk penelitian dari

rekam medik pasien dengan diagnosis utama gagal jantung yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Yogyakarta.

Penelitian ini tidak menggunakan Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan peneliti

tidak beriteraksi dengan pasien secara langsung. Data diperoleh dari catatan rekam medik

yang terdapat dibagian rekam medik di Rumah Sakit. Data diperoleh dari catatan rekam

medik yang terdapat dibagian rekam medik di Rumah Sakit. Data-data yang telah

dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan kriteria sampel meliputi: namapasien, nomor

rekammedik, tanggal kunjungan, usia, jenis kelamin, diagnosa, obat yang diberikan (nama

generik, nama dagang, bentuk sediaan) dosis obat, lama pengunaan, rute pemberian, waktu

pemberian, diet makanan, komorbiditas dan penilaian DRP berdasarkan Klasifikasi PCNE

V8.0 tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua pasien Rawat Inap dengan diagnosis

gagal jantung di RSUD Wates Yogyakarta tahun 2018.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Jumlah sampel yang ikut dalam penelitian yaitu total sampel pada periode tahun

2018.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang berusia ≥ 18 tahun

b. Pasien rawat inap dengan diagnosis Gagal Jantung

c. Pasien dengan pemeriksaan ekokardiografi atau kategori Gagal Jantung

2. Kriteria Ekslusi

a. Pasien dengan data yang tidak lengkap

Page 14: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

6

b. Pasien dengan penyakit kanker

E. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Keterangan Pasien Pasien Rawat Inap dengan diagnosa gagal

jantung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Rekam Medis Pasien

Gagal jantung sistol, gagal jantung diastol

DRP Masalah terkait obat yang sesuai dengan domain C1, C3 dan C4 pada klasifikasi PCNE V8.0 tahun 2017.

PERKI, AHFS,DIH, Medscape

Domain

C1

Masalah terkait yang berhubungan dengan pemilihan obat yang sesuai dengan klasifikasi PCNE V8.0 tahun 2017

PERKI, AHFS, DIH

Domain

C3

Masalah terkait yang berhubungan dengan pemilihan dosis yang sesuai dengan klasifikasi PCNE V8.0 tahun 2017

PERKI, Dipiro

Domain

C4

Masalah terkait yang berhubungan dengan durasi terapi yang sesuai dengan klasifikasi PCNE V8.0 tahun 2017

F. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini tidak menggunakan Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan peneliti

tidak beriteraksi dengan pasien secara langsung. Data diperoleh dari catatan rekam medik yang

terdapat dibagian rekam medik di Rumah Sakit. Data diperoleh dari catatan rekam medik yang

terdapat dibagian rekam medik di Rumah Sakit. Data-data yang telah dikumpulkan adalah data

yang sesuai dengan kriteria sampel meliputi : nomor rekam medik, tanggal kunjungan, usia,

jenis kelamin, diagnosa, obat yang diberikan (nama generik, nama dagang, bentuk sediaan) dosis

obat, lama pengunaan, rute pemberian, waktu pemberian, komorbiditas dan penilaian DRP

berdasarkan Klasifikasi PCNE V8.0 tahun 2017.

G. Analisis Statistik

Klasifikasi DRP Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) versi 8.0 digunakan

untuk mengkategorikan DRP. Klasifikasi PCNE sudah digunakan oleh banyak penelitian

terbaru. Dalam penelitian ini, digunakan domain penyebab masalah kode C, C3 dan C4 yang

termasuk dalam klasifikasi PCNE V8.0 tahun 2017. DRP dan kemungkinan penyebabnya

diidentifikasi dari rekam medis pasien, dengan mengacu pada pedoman standar dan literatur.

Semua data yang dikumpulkan dihitung jumlah dan persentasenya serta untuk factor resiko

penyebab DRP dengan bantuan alat statistic menggunakan uji T dan Chi-Square. Informasi

Page 15: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

7

data pasien disimpan dengan kode yang hanya diketahui oleh peneliti disimpan sampai 6 bulan

setelah penelitian berakhir.

H. Diagram Alir Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Penelitian

Page 16: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

8

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental, kemudian hasil yang diperoleh di

analisis secara deskriptif. Data penelitian diperoleh secara retrospektif dari data rekam medis

pasien dengan diagnosa gagal jantung rawat inap Rumah Sakit di Yogyakarta pada tahun 2018.

Jumlah pasien Gagal Jantung rawat inap selama tahun 2018 adalah 150 kunjungan pasien.

Jumlah sampel yang diperoleh dengan teknik purposive sampling adalah 87 (delapan puluh

tujuh) pasien.

A. Karakteristik Sampel

Pada penelitian ini karektiristik pasien yang diukur meliputi karakteristik demografi (usia

dan jenis kelamin), serta karakteristik klinis (lama rawat inap, jumlah obat yang dikonsumsi

pasien, dan jumlah komorbiditas penyakit pasien). Dari total sampel diketahui wanita lebih

banyak dari pada pria yaitu 54% (Tabel 1). Prevalensi pasien wanita lebih banyak dikarenakan

pada usia 60 tahun ke atas wanita sudah mengalami menopause dengan berisiko menderita

penyakit kardiovaskular yang sama besar dengan pria (Mariam 2016). Wanita usia subur

(belum menopause) kadar hormon estrogen dalam tubuh tinggi. Estrogen berperan sebagai

antioksidan, menurunkan LDL, meningkatkan HDL, vasodilatasi dan meningkatkan

produktivitas plasminogen. Sehingga pada wanita menopause yang kadar estrogennya

menurun, risiko penyakit kardiovaskular sama dengan pria (Aaronson 2010).

Tabel 2. Karakteristik Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2018

Karakteristik N=87 Persentase (%)

Karakteristik demografi

Usia (tahun)

Usia minimum (tahun) Usia maksimum (tahun) < 60 tahun ≥ 60 tahun Jenis kelamin Pria Wanita

64,10 ± 14,67

18 96 29 58

40 47

33,3 66,7

46 54

Karakteristik Klinis

Lama rawat inap < 5 hari ≥ 5 hari

34 53

39,1 60,9

Jumlah obat ≤5 obat > 5 obat

12 75

13,8 86,2

Jumlah komorbiditas < 3 penyakit ≥ 3 penyakit

52 35

59,8 40,2

Keterangan : N= jumlah

Page 17: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

9

Pada Tabel 1 terlihat penderita gagal jantung terbanyak yaitu usia lansia atau ≥ 60 tahun

dengan rata-rata usia 64,10 ± 14,67. Jurnal Cardiovascular Prevention & Control tahun 2010

menampilkan data Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima Rumah

Sakit Jawa dan Bali tahun 2006 menemukan rerata usia penderita gagal jantung di Indonesia

berkisar 60 tahun yang berarti lima tahun lebih muda dari rerata usia penderita gagal jantung di

Asia Pasifik (Yuniadi dkk. 2017). Resiko Gagal Jantung meningkat seiring dengan

bertambahnya usia karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan (Kasron 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum dalam Tabel 1, lama rawat inap pasien

gagal jantung paling banyak yaitu ≥ 5 hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Djaya

dkk. (2012) median lama rawat inap pada semua pasien gagal jantung adalah 8 hari, sedangkan

pada pasien gagal jantung NYHA III-IV adalah 9 hari. Rerata lama rawat inap di lima rumah

sakit besar Jawa dan Bali pada Jurnal Cardiovascular Prevention & Control tahun 2010 yaitu

7 hari (Yuniadi dkk. 2017).

Pada penelitian ini, 86% dari total sampel diberikan terapi obat dengan jumlah lebih dari

atau sama dengan 5 macam obat. Obat- obatan untuk terapi gagal jantung kronis yaitu golongan

Diuretik, Angiotensin Converting Enzym Inhibitor, Angiotensin Reseptor Blocker, β Recptor

Blocker dan terapi tambahan (spironolakton, kombinasi hidralazin-ISDN, digoksin) (Loscalzo

2013).

Gambar 3. Penggunan Obat Gagal Jantung Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit

Obat yang paling banyak digunakan (Gambar 3) dan digunakan pada semua pasien yaitu

Furosemid, diikuti oleh Glikosida jantung dan Antagonis aldosteron. Pengobatan dengan

kombinasi diuretik ditujukan untuk mengontrol keseimbangan cairan intraselular dan Digoksin

diberikan untuk menjaga fungsi jantung dan mengurangi gejala. Antagonis aldosteron diberikan

pada pasien gagal jantung berat untuk mengontrol gejala (Aaronson 2015).

Page 18: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

10

Gambar 4. Penggunaan Obat Lain Pada Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di RS

Obat tambahan untuk terapi pada diagnosa sekunder yang digunakan oleh pasien yaitu

terdapat pada Gambar 4, yaitu Obat Saluran Pernafasan (Respiratory System), Obat Saluran

Pencernaan dan Metabolisme (Alimentary Tract and Metabolism), Obat Darah dan Organ

Pembentuk Darah (Blood and blood forming organs), Sistem Musculoskeletal (Musculo-skeletal

System), Sistem Syaraf (Nervous System), Antiinfeksi untuk Penggunaan Sistemik (Antiinfective

for Systemic use), Sistem Kardiovaskular (Cardiovascular System), Preparat Hormon Sistemik

(Terapi Tiroid) (Systemic Hormonal Preparations (Thyroid Therapy), Dermatologis

(Dermatologycals), Ophtalmologis dan Obat Herbal. Penggolongan obat dilakukan berdasarkan

kode ATC dari WHO yang diakses tahun 2019.

Jumlah komorbiditas pada penelitian di dominasi oleh pasien dengan < 3 penyakit. Hal

tersebut juga sesuai dengan penelitian Rufaidah (2015) bahwa jumlah komorbiditas pada pasien

gagal jantung rawat inap yaitu kurang dari 3 (<3). Hasil tertinggi yaitu dengan 1 komorbiditas

(39%) dan 2 komorbiditas (29%) (Rufaidah 2015). Pasien gagal jantung biasanya menderita

penyakit penyerta yang lain, sehingga menimbulkan tambahan beberapa obat dalam terapinya

(Mariam 2016).

Komorbiditas yang paling banyak diderita oleh pasien yaitu golongan Penyakit

Kardiovaskular yaitu Iskemic Heart Disease dengan jumlah 13 kasus dan persentasi 11,927%.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Lupiyatama (2012) bahwa etiologi penyebab gagal jantung

yaitu penyakit jantung koroner, yaitu adanya plak pada arteri koronaria dan hal tersebut akan

berlanjut menjadi Penyakit Jantung Iskemik. Penyakit jantung iskemik dan hipertensi

merupakan faktor risiko utama penyebab gagal jantung (Aaronson 2010).

Komorbiditas lain yang paling banyak diderita oleh pasien gagal jantung yaitu Gangguan

Fungsi Ginjal dengan 6,7%. Dimana gagal ginjal merupakan salah satu faktor penyebab gagal

jantung. Fungsi jantung yang abnormal oleh karena iskemik otot jantung, hipertrofi ventrikel

Page 19: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

11

kiri, dikombinasikan dengan retensi air dan garam pada penyakit ginjal kronik dapat

mengakibatkan terjadinya gagal jantung (Fauci et al. 2008).

Tabel 3. Daftar Komorbiditas Pasien Gagal Jantung

Penyakit Jumlah (%)

Muskoskeletal Hiperurisemia, Gout 4 (3,8)

Kardiovaskular

Mitral Regurgitation, LVNC, ASD, CVT, Stroke, AR, Takikardia, ASAR, Bradikardia, PH, Stenosis, Dislipidemia, IM, VES, HHD, Hipertensi, STEMI, Syok Kardiogenik, IHD

57 (54,28)

Hematologi Thrombositopenia, Anemia 3 (2,8)

Saluran Pencernaan Melena, Asites, GERD, Stress Ulcer, Kolestitis, Dispepsia, Anorexia

11 (10,47)

Hormon Hipertiroid 1 (0,95)

Sistem Saraf Depresi 1 (0,95)

Sistem Pernafasan Bronkitis, PPOK, Asma Bronkial

5 (4,76)

Sistem Endokrin Diabetes Melitus 2 (1,9)

Infeksi Hepatitis, Pneumonia,ISK 14 (13,3)

Gangguan Fungsi Ginjal AKI, Insufisiensi Ginjal 7 (6,7)

TOTAL 105 (100) *AKI: Acute Kidney Injury, ISK : Infeksi Saluran Kencing, PPOK: Penyakit Paru Obstruktif Kronis, GERD : Gastroesofageal Refluks Disease, IHD: Ischemic Heart

Disease, STEMI : Angina Spesifik, HHD :Hipertensi Heart Diisease, VES : Ventrikel Ekstra Sisttol, IM : Infark Myocard, PH : Pulmonary Hipertension, AR : Artery

Regurgitation,ASAR:Aotic Stenois Artery Regurgitation , CVT :,ASD :Atrial Septal Defect,LVNC: Left Ventrical

B. Gambaran DRP Pada Data Penelitian

Dari 87 sampel penelitian diperoleh pasien dengan resiko DRP sebesar 74,7% (65 pasien)

dan tanpa DRP 25,3% (22 pasien) (Gambar 5). Penelitian DRP ini, kami mengacu pada PCNE

V.8 tahun 2017 meliputi ketidaktepatan pemilihan obat, pemilihan dosis dan durasi terapi.

Jumlah kasus DRP yang terjadi yaitu sebesar 82 kasus dengan domain ketidaktepatan pemilihan

obat 85,37%, pemilihan dosis 10,97% dan durasi pengobatan 3,66%.

Gambar 5. Kejadian DRP Pada Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di RS

Page 20: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

12

1. Pemilihan Obat

Hasil kejadian DRP pada pasien Gagal Jantung terdapat pada Tabel 4. Penelitian terhadap

kejadian DRP pada domain ketidaktepatan pemilihan obat, pemilihan dosis dan durasi terapi

diperoleh potensi DRP terbesar yaitu pada domain ketidaktepatan pemilihan obat. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Huri (2014) yang bahwa domain terbesar dalam kasus DRP adalah

domain ketidaktepatan pemilihan obat yaitu 85,37%. Domain ketidaktepatan pemilihan obat

meliputi obat yang tidak tepat dan tidak sesuai formularium, penggunaan obat yang

kontraindikasi, tidak ada indikasi untuk pemberian obat, kombinasi obat atau makanan yang

tidak tepat, duplikasi dari kelompok terapi atau bahan aktif yang sama, tidak ada terapi meskipun

ada indikasi dan terlalu banyak obat yang diresepkan pada indikasi.

Tabel 4. Kejadian DRP Berdasarkan PCNE 2017

Pemilihan Obat N

C1.1 Obat yang tidak tepat, tidak sesuai dengan pedoman atau formularium 11

C1.2 Penggunaan obat yang kontraindikasi 8 C1.3 Tidak ada indikasi untuk pemberian obat 5 C1.4 Kombinasi obat-obat atau makanan-obat yang tidak

tepat 42

C1.5 Duplikasi dari kelompok terapi atau bahan aktif yang sama

2

C1.6 Tidak ada pemberian terapi meskipun ada indikasi yang jelas 2

C1.7 Terlalu banyak obat diresepkan pada indikasi 0 Total 70 (85,37%)

Pemilihan Dosis

C3.1 Dosis terlalu rendah 5

C3.2 Dosis terlalu tinggi 0

C3.3 Frekuensi regimen dosis kurang 2

C3.4 Frekuensi regimen dosis berlebih 2

Total 9 (10,97%)

Durasi pengobatan

C4.1 Durasi terapi terlalu singkat 3

C4.2 Durasi terapi terlalu lama 0

Total 3 (3,66%)

Keterangan : N= jumlah

DRP kategori obat tidak tepat, tidak sesuai dengan pedoman atau formularium pada

penelitian ini yaitu terapi pengobatan gagal jantung pada pasien hanya diberikan digoksin.

Berdasarkan alogaritma pengobatan gagal jantung, pengobatan gagal jantung setelah ditegakkan

Page 21: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

13

diagnosa yaitu golongan diuretik, ACE Inhibitor dan beta bloker. Terapi digoksin baru diberikan

ketika pasien dengan kombinasi tiga obat tetapi masih bergejala (Yuniadi dkk. 2017).

DRP kategori penggunaan obat yang kontraindikasi pada penelitian ini yaitu obat yang tidak

direkomendasikan oleh guideline. Pada domain ini kasus yang paling banyak terjadi yaitu

pemberian suplemen kalium yang bersamaan dengan obat Spironolacton. Potensi interaksi yang

terjadi pada tingkat mayor, yaitu potensi sangat signifikan secara klinis dan sebaiknya dihindari

kombinasi karena resiko interaksi lebih besar daripada manfaatnya (Drugs.com 2019). Menurut

PERKI (2015) obat Spironolacton kontraindikasi jika diberikan bersama dengan diuretik hemat

kalium atau suplemen kalium serta kombinasi ACEI dan ARB. Penggunaan bersamaan suplemen

kalium dan Spironolacton dapat meningkatkan risiko hiperkalemia. Penghambatan angiotensin II

menyebabkan penurunan sekresi aldosteron, yang dapat menyebabkan peningkatan kalium serum

yang mungkin aditif yang disebabkan oleh Spironolacton (Drugs.com 2019). Kombinasi obat

tersebut dapat menyebabkan hiperkalemia yang mengancam jiwa dan fatal, terutama pada saat

kombinasi obat tersebut digunakan pada pasien dengan faktor risiko seperti gangguan ginjal,

diabetes, usia tua, gagal jantung yang parah atau memburuk, dehidrasi dan penggunaan agen lain

secara bersamaan dapat menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron atau meningkatkan

kadar kalium serum (Drugs.com 2019). Solusi yang dilakukan oleh apoteker klinis pada kasus ini

adalah selalu memonitoring kadar serum kalium pasien secara teratur dan menuliskannya pada

lembar CPPT pasien agar menjadi perhatian setiap sejawat tenaga kesehatan yang merawat

pasien dan segera melaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien apabila terjadi efek

samping. Selanjutnya suplementasi kalium oral harus dihindari pada pasien gagal jantung

kongestif berat apabila kadar potasium serum diatas 3,5 meq/L (Drugs.com 2019).

DRP pada kasus tidak adanya indikasi pada pemberian obat dalam penelitian ini terdapat

pada pemberian obat antiplatelet, Aspirin. Berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya serta

diagnosis dokter, pasien tidak menderita angina, IHD atau kondisi lain yang membutuhkan terapi

Aspirin.

DRP kategori kombinasi obat yang tidak tepat yang ditemukan pada penelitian ini

diantaranya adalah kombinasi Aspirin dan Clopidogrel serta Furosemide dan Digoksin. Aspirin

dengan Clopidogrel berpotensi terjadi interaksi pada tingkat moderate (Drugs.com 2019).

Tingkat moderate diartikan interaksi yang terjadi signifikan secara klinis, pemberian kombinasi

sebaiknya dihindari dan hanya digunakan pada keadaan khusus (Drugs.com 2019). Pada hasil

penelitian Woelke (2017) disebutkan bahwa terapi Clopidogrel tunggal lebih aman daripada

terapi dual-antiplatelet untuk pencegahan sekunder pada stroke dan dapat dianggap sebagai

standar pengobatan. Berdasarkan strategi pengobatan terbaru, kombinasi anti koagulan oral

Page 22: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

14

dengan terapi antiplatelet telah menunjukan hasil yang menjanjikan dalam percobaan acak fase II

dan III, bahwa pengunaan antikoagulan oral sebagai tambahan terapi antiplatelet standar dapat

menurunkan tingkat kejadian iskemik berulang (Panahi 2018). Namun pada saat yang bersamaan

terjadi peningkatan risiko pendarahan yang besar (Panahi 2018). Jika tidak dapat dihindari,

penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu melakukan pemantauan, penganturan dosis,

penggantian atau bahkan penghentian penggunaan obat tersebut pada pasien (Drugs Interaction

Fact 2013).

Furosemid dengan Digoksin berpotensi terjadi interaksi pada tingkat moderate (Drugs.com

2019). Mekanisme interaksi dari kedua obat ini adalah secara farmakodinamik dengan cara

peningkatan ekskresi kalium sehingga terjadi hipokalemia yang dapat mempengaruhi kerja otot

jantung. Onset dari efek interaksi kedua obat ini adalah lambat dengan tingkat keparahan mayor

(Drugs Interaction Fact 2013). Kadar digoksin, kalium, dan magnesium harus dipantau dengan

cermat. Penyesuaian dosis digitalis mungkin diperlukan. Pasien harus disarankan untuk

melaporkan kepada dokter apabila mengalami tanda-tanda kemungkinan toksisitas digoksin atau

gangguan elektrolit, seperti lemah, lesu, nyeri otot atau kram, mual, anoreksia, gangguan

penglihatan, atau detak jantung tidak teratur (Drugs.com 2019). Peran farmasis dalam

Pharmaceutical care adalah mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi terjadinya DRP

(Bezverhni, 2012 dalam Rufaidah (2015). Hal tersebut telah dilaksanakan oleh Farmasis Klinis

di Rumah Sakit dengan memberikan catatan rekomendasi pada rekam medis pasien pada bagian

CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).

Kejadian duplikasi terapi yang terdapat dalam penelitian ini adalah duplikasi obat golongan

Benzodiazepin. Obat golongan benzodiazepine terdapat pada obat anti nyeri ProneuronR yaitu

diazepam dengan obat lain yang memiliki golongan yang sama yaitu obat alprazolam. Kedua

obat tersebut terdapat dalam terapi pada satu pasien yang sama. Penggunaan kedua obat tersebut

pada terapi secara bersamaan dapat meningkatkan efek sedasi pada pasien, sehingga perlu

dilakukan monitor dengan cermat (Medscape 2019).

DRP kategori tidak ada pemberian terapi meskipun ada indikasi yang jelas yaitu pada pasien

dengan diagnosis Asma Bronkial tetapi tidak diberikan obat untuk terapi tersebut. Pengobatan

Asma dimulai dengan terapi SABA (Short Acting β2 Agonis), Kortikosteroid Inhalasi dosis

rendah, Kortikosteroid Inhalasi dosis sedang, Kortikosteroid Inhalasi dosis sedang kombinasi

LABA (Long Acting β2 Agonis), Kortikosteroid Inhalasi dosis tinggi kombinasi LABA (Long

Acting β2 Agonis), Kortikosteroid Inhalasi dosis sedang kombinasi LABA (Long Acting β2

Agonis) dan Kortikosteroid oral (Dipiro et al. 2015).

2. Pemilihan dosis

Page 23: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

15

Pada domain pemilihan obat diperoleh hasil yaitu untuk dosis kurang (5 kasus), frekuensi

regimen kurang (2 kasus) dan frekuensi regimen berlebih (2 kasus).

Pada domain dosis kurang ditemukan pada obat Gabapentin yang diberikan pada pasien.

Dosis gabapentin untuk nyeri neuropati adalah 900 mg/hari dan untuk maintenance 1800-3600

mg/hari (Drug Information Handbook 2011). Pada pasien, obat diberikan sehari 2 kali 300 mg,

yaitu 600 mg/hari. Dosis yang diberikan termasuk lebih rendah dari dosis lazim. Berdasarkan

diskusi dengan apoteker klinis di rumah sakit, dosis Gabapentin pada pengobatan memang

diberikan lebih rendah karena efek sampingnya yaitu mengantuk berat. Apabila pasien diberikan

dosis yang tinggi, pasien tidak dapat beraktivitas karena mengantuk. Hal tersebut sejalan dengan

hasil penelitian Utami (2013) dari 48% kasus efek samping akibat penggunaan gabapentin,

15,2% nya adalah mengantuk. Selanjutnya, Colchisin untuk Gout akut dosis yang dianjurkan 1,5-

10mg perhari, pada resep diberikan terapi 2x 0,5 mg, yaitu pasien setiap harinya mendapatkan 1

mg. Dosis tersebut berada dibawah dosis lazim yang ditetapkan.

Ditemukan kasus DRP frekuensi regimen obat yang kurang yaitu pada terapi Carvedilol pada

pasien. Berdasarkan literatur pemberian carvedilol pada pasien diberikan 2x 3,125 perhari.

Frekuensi regimen pada resep diberikan 1x 3,125mg, dimana regimen yang diberikan kurang

dari regimen yang terdapat pada literatur.

Candesartan dalam pedoman pengobatan gagal jantung diberikan 1x sehari, dosis target

pemberian 32 mg per hari (PERKI 2015). Pada resep pasien Candesartan diberikan dengan

regimen 2x 8 mg per hari. Kasus lain yaitu, obat Ranitidine pada regimen penggunaanya menurut

AHFS (2018) diberikan 2 kali per hari. Sedangkan pada resep obat diberikan 3 kali sehari,

sehingga kurang sesuai dengan regimen yang tertulis dalam Pedoman AHFS.

3. Durasi Terapi

Pada terapi antibiotik yang diberikan pada pasien gagal jantung dengan Pneumonia diberikan

terapi Azithromisin (golongan Makrolida). Lama pemberian Azithromisin pada terapi pneumonia

yaitu selama 7 hari (Dipiro et al. 2015). Sedangkan terapi yang diberikan pada pasien hanya

diberikan 3 hari sampai 5 hari.

C. Karakteristik yang Berhubungan dengan Kejadian DRP Pada Pasien Gagal Jantung

Kejadian DRP pada terapi pasien gagal jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

polifarmasi dan komorbiditas (Nurcahya 2015). Pada penelitian ini dilakukan analisis pada

karakteristik yang mempengaruhi kejadian DRP yaitu usia, jenis kelamin, lama rawat inap,

polifarmasi dan komorbiditas. Hasil penelitian diperoleh faktor yang berhubungan dengan

kejadian DRP yaitu polifarmasi dan lama rawat inap.

Page 24: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

16

Setelah dilakukan uji normalitas dengan histogram pada kelompok data, diperoleh data yang

normal. Kemudian dilanjutkan dengan uji varian dengan Levenes test pada karakteristik pasien

diperoleh hasil > 0,05 maka variasi adalah sama, dengan p- value 0,717. Sehingga kesimpulan,

usia tidak berhubungan dengan terjadinya DRP. Pada penelitian ini, perbedaan usia pada pasien

tidak mempengaruhi kejadian DRP dengan nilai p-value yaitu 0,717. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Rufaidah (2015) bahwa usia tidak mempengaruhi kejadian

DRP. Tingginya prevalensi DRP pada pasien usia lanjut adalah karena kelompok pasien ini lebih

rentan untuk memiliki beberapa penyakit penyerta, serta karena gangguan kesehatan dan

penurunan fungsi organ terkait umur (Rufaidah 2015). Ketidaksesuaian kejadian DRP

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah perbedaan metode penelitian dan alat yang

digunakan untuk menganalisis.

Tabel 5. Gambaran Hubungan Karakteristik dan DRP pada Pasien Gagal Jantung

Faktor DRP (n %)

Tanpa DRP

(n %) p-value

Usia 65 22

0,717a Mean±Sd 63,77 ±15,458 65,09 ± 12,328

Jenis Kelamin Pria 31 (47,7) 9 (40,9)

0,581b Wanita 34 (52,3) 13 (59,1)

Polifarmasi 65 22

0,007a* Mean±Sd 9,89±3,518 7,59±2,840

Lama Inap 65 22

0,001a* Mean±Sd 4,83±2,369 7,05±2,578

Komorbid 65 22

0,365a Mean±Sd 2,66±1,461 3,00±1,633

Keterangan : *Signifikan (p<0,05) aUji T bUji Chi Square

Dengan bantuan alat statistik dan menggunakan uji Chi-square, diperoleh p-value untuk

mengetahui hubungan jenis kelamin terhadap kejadian DRP yaitu 0,581. Dari hasil statistik

tersebut diperoleh kesimpulan bahwa jenis kelamin pasien tidak berhubungan atau tidak

berpengaruh terhadap kejadian DRP pada pasien.

Menurut WHO, polifarmasi merupakan salah satu bentuk penggunaan obat irasional.

Artinya, pemberian lebih dari lima macam obat untuk satu pasien dalam satu resep. Berdasarkan

analisis menggunakan Uji T korelasi, pada penelitian ini didapatklan hasil bahwa polifarmasi

berhubungan dengan kejadian DRP. Nilai p-value yang diperoleh yaitu 0,007. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Lorensia (2016), penelitian tersebut menyatakan bahwa terjadinya

polifarmasi pada pasien asma meningkatkan kejadian DRP jenis obat yang diperlukan, yang

berarti semakin banyak obat yang digunakan pasien maka semakin berisiko seseorang pasien

Page 25: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

17

asma tidak mendapatkan obat yang sebenarnya diperlukan olehnya. Pada penelitian ini jumlah

pasien gagal jantung dengan penyakit kardiovaskular jumlahnya paling banyak dibandingkan

golongan penyakit lain. Pasien dengan penyakit kardiovaskular sering memerlukan beberapa

obat, yang selanjutnya dapat menyebabkan komplikasi (Huri 2014). Pada penelitian lain yang

dilakukan oleh Dasopang (2015) diperoleh hasil bahwa jumlah obat mempengaruhi kejadian

interaksi obat yang merupakan salah satu dari kejadian DRP. Ketidaksesuaian dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya banyak pasien tanpa DRP yang juga mendapatkan polifarmasi.

Sehingga dengan perhitungan statistik polifarmasi berhubungan dengan kejadian DRP pada

pasien.

Pada penelitian Huri (2014) lamanya rawat inap berhubungan terhadap kejadian DRP.

Semakin lama pasien menjalani rawat inap, pasien memiliki resiko lebih besar untuk terjadi

ADR (Advers Drug Reaction) dan masalah terkait pemilihan obat. Penelitian tersebut sejalan

dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa lama rawat inap mempunyai hubungan atau

berpengaruh dengan kejadian DRP pada pasien. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

Damayanti (2009) bahwa LOS (Length Of Stay) dengan DRP tidak memiliki korelasi.

Ketidaksesuaian ini juga terjadi karena perbedaan metode dan alat uji yang digunakan serta

populasi dan karakteristik sampel yang diambil.

Sebagian besar pasien gagal jantung disertai dengan diagnosis penyerta seperti hipertensi,

diabetes melitus (Rahmawati 2018). Pada pengujian statistik menggunakan Uji T didapatkan

bahwa komorbiditas tidak berhubungan dengan kejadian DRP pada pasien. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Huri (2014) bahwa komorbiditas tidak menunjukan hubungan dengan kejadian

DRP. Ketidaksesuaian ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu

karena perbedaan metode dan alat uji yang digunakan pada masing-masing penelitian.

Page 26: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

18

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada 87 sampel yang diambil diperoleh penderita gagal jantung paling dengan rata-rata usia

64,10 ± 14,67 tahun. Dari 87 sampel penelitian diperoleh pasien dengan resiko DRP sebesar

74,7% (65 pasien) dan tanpa DRP 25,3% 22 pasien). Keseluruhan kasus DRP meliputi

domain ketidaktepatan pemilihan obat 85,37%, ketidaktepatan pemilihan dosis 10,97%,

durasi terapi 3,66%.

2. Hasil uji T diperoleh bahwa karakteristik yang berhubungan dengan kejadian DRP yaitu

polifarmasi (p-value 0,007) dan lama rawat inap (p-value 0,001).

B. Saran

1. Meningkatkan kerjasama Apoteker dengan tenaga kesehatan lain agar diperoleh terapi yang

maksimal bagi pasien dan meminimalisir terjadinya DRP.

2. Peningkatan monitoring kondisi pasien, terkait kejadian DRP apabila pasien dikehendaki

menggunkan terapi yang berpotensi DRP.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan domain lain dari PCNE V.8 tahun 2017.

Page 27: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

19

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Pharmaciana

2 Website Jurnal http://journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA

3 Status Makalah Submitted

4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi SINTA 2

4 Tanggal Submit 18 April 2020

5 Bukti Screenshot submit Nora Wulandari <[email protected]>

[Pharmaciana] Submission Acknowledgement1 message

Admin Pharmaciana <[email protected]> Sat, Apr 18, 2020 at 4:04 PMTo: Nora Wulandari <[email protected]>

Nora Wulandari:

Thank you for submitting the manuscript, "Identification Drug RelatedProblems and Associated Factors of Hospitalized Heart Failure Patients in AGeneral Hospital Yogyakarta" to Pharmaciana. With the online journalmanagement system that we are using, you will be able to track its progressthrough the editorial process by logging in to the journal web site:

Manuscript URL:http://journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA/author/submission/16424Username: norawulandari1988

If you have any questions, please contact me. Thank you for considering thisjournal as a venue for your work.

Admin PharmacianaPharmaciana________________________________________________________________________Pharmacianahttp://www.journal.uad.ac.id/index.php/Pharmaciana

Seminar

IDENTITAS SEMINAR

1 Nama Jurnal The 2nd International Conference on Pharmaceutical Updates (ICPU) 2020

2 Website Jurnal https://icpu.umy.ac.id

3 Status Makalah Draft

4 Jenis Jurnal Poster pada Konferensi International

4 Tanggal Submit -

5 Bukti Screenshot submit -

Page 28: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

20

BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dari 87

sampel penelitian diperoleh pasien dengan resiko DRP sebesar 74,7% (65 pasien). Keseluruhan kasus DRP yang didapat meliputi domain ketidaktepatan pemilihan obat 85,37%, ketidaktepatan pemilihan dosis 10,97%, durasi terapi 3,66% dengan rata-rata usia 64,10 ± 14,67 tahun. Temuan pada penelitian ini memperlihatkan kejadian permasalahan yang terkait dengan pengobatan gagal jantung masih tinggi (lebih dari 50%). Hasil uji T diperoleh bahwa karakteristik yang berhubungan dengan kejadian DRP yaitu polifarmasi (p-value 0,007) dan lama rawat inap (p-value 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian DRP berhubungan signifikan dengan pengobatan yang polifarmasi dan lamanya pasien di rawat inap.

Rencana Tindak Lanjut Penelitian selanjutnya perlu dilakukan tidak hanya pasien gagal jantung namun penyakit kronis yang lainnya untuk menambah informasi data kejadian DRP di rumah sakit, sehingga dengan semakin banyaknya informasi data tentang kejadian DRP akan memberikan gambaran nyata untuk lebih lanjut dibuat suatu panduan terkait pencegahan ataupun penanganan pasien gagal jantung maupun penyakit kronis lainnya yang di rawat inap di RS.

Page 29: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

21

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson Philip and Ward P.T. Jeremy.2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Penerbit Erlangga, Jakarta. Aberg J.A, Lacy C, Amstrong L, Goldman M dan Lance L.L. 2009. Drug Information

Handbook 17th Edition. American PharmacistAssociation. AHFS.2018. AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of Health System Pharmacists. Anonim. 2019. Drugs Interaction Checker dikutip dari:http://drugs.com diakses Agustus 2019. Anonim. 2019. Drugs Interaction Checker dikutip dari aplikasi Medscape diakses September 2019. Dipiro J, Dipiro C, Scwinghammer, & Wells B. 2015. Pharmacotherapy Handbook. Mc Graw Hill, USA. Dasopang Eva S, Harahap Urip, Dharma Lindarta. 2015. Polifarmasi dan Interaksi Obat Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan dengaN Penyakit Metabolik. Jurnal Farmasi

Klinik Indonesia. Universitas Sumatra Utara, Medan. Djaya Kristoforus H, Nasution Sally A, Astono Dono. 2015. Gambaran Lama Rawat dan Profil Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Indonesian Jurnal of Clinical and Emergency Medicine. Universitas Indonesia, Jakarta. FajriansyahTahir H, Kombong A. 2016. Kajian Drug Relation Problem (DRPs) Kategori Interaksi Obat, Over Dosis dan Dosis Subterapi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP Universitas Hasanuddin. Jurnal Ilmiah Farmasi, Makassar. Febriola Nidya. 2019. DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP DI RSUD Ir. SOEKARNO SUKOHARJO TAHUN 2017.SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah. Fauci, Loscalzo, Joseph, Anthony, Braunwald, Eugene,Dennis,L., Kasper,Hauser, Stephen, Longo, Dan,L. 2008.Harrison's Principles of Internal Medicine (17

ed.).McGraw-Hill Medical, ISBN 978-0-07147693-5. Huri H Z, Xin Chong Hui, Sulaiman C Z. 2014. Drug-Related Problems in Patients with Benign Prostatic Hyperplasia: A Cross Sectional Retrospective Study. Plos One. Kuala Lumpur, Malaysia.

Loscalzo Joseph. 2014. Horrison's Cardiovascular Medicine 2nd Ed. McGraw-Hill Education and EGC Medical Publisher. Lupiyatama Shila. 2012. Gambaran Peresepan Digoxin Pada Paien Gagal Jantung yang Berobat di RSUP Dr Kariadi Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 30: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

22

Mariam Siti. 2016. Evaluasi Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri Penderita Gagal Jantung. Jurnal Farmamedika Vol.1. Sekolah Tinggi Industri dan Farmasi, Bogor Jawa Barat. Nurcahya B.M, Andayani T.M dan Rahmawati Fita. 2015. Faktor Resiko Terjadinya Drugs Related Problems Pada Pasien Rawat Jalan Dengan Penyakit Kronis. Jurnal

Manajenen dan Pelayanan Farmasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Nurjanah Selvi. 2018. IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2016. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Panahi Maria et al. 2018 Immunopharmacology of Post Myocaardial Infraction and Heart Failure Medication.Medication. Jurnal Of Clinical Medicine, London, UK. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung Edisi Pertama. Buku Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung, Edisi Pertama, 14–27. https://doi.org/10.1109/NEMS.2009.5068708. Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE). 2017. Classification fo Drug Related Problems The PCNE Classification V8.02. https://www.pcne.org/upload/files/230_PCNE_classification_V8- 02.pdf%0Ahttp://tjpp.pharmacy.psu.ac.th/wp-content/uploads/2013/12/52-5final.pdf. Diakses Desember 2019. Pinasti Utami, Ikawati Z dan Setyaningsih. 2013. PerbandinganEfek Terapi Gabapentin dan Amitriphtilin Pada Pasien Stroke dengan Nyeri Neuropati. Mutiara Medika. Artikel. Yogyakarta. Rahmawati C dan Nurwahyuni A. 2018. Analisis Minimalisasi Biaya Obat Antihipertensi antara Kombinasi Ramipril-Spironolakton dengan Valsartan pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Pemerintah XY di Jakarta Tahun 2014. Jurnal Ekonomi

Kesehatan Indonesia, Jakarta. Rufaidah Alfin, Pramantara IDP, Sari IP. 2015. Kajian Drug Related Problems Pada Terapi Gagal Jantung Rawat Inap. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi.

Yogyakarta.

Sinjal J, Wiyono W dan Mpila D. 2018. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Manado.

Syafrida. 2018. Drug Related Problems Pada Terapi Penderita Gagal Jantung Kongestif di RSUD dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Medan, Sumatra Utara.

Tatro DS. 2013. Drugs Interaction Fact. Wolter Kluwer Company, California.

Woelke Bradford, Daniel Angeli DO, Kathene LMD. 2017. Clopidogrel Alone is safer than Clopidogrel and Aspirin for Secondary Prevention Of Acute Ischemic Stroke.

Page 31: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

23

Clinical Research in Practice: The Journal of Term of Hopocrates. Beaumont, USA.

World Health Organization (WHO). 2017. About Cardiovascular diseases. World Health Organization. Geneva. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/ about_cvd/en/accessed on. Diakses 2019.

Wulandari, N., Maifitrianti, Ningsih, NY. (2018). Potential Drug-Drug Interaction and Actual Adverse Event in Hospitalized Geriatric Patients with Chronic Kidney Disease in Conference Proceeding on International Conference on Pharmaceutical Research and Practice (ICPRP) 2018. Universitas Islam Indonesia. Hal.139-143.

Yunadi Yoga, Hermanto Dony, Rahajoe Anna. 2017. Buku Ajar Kardiovaskular Jilid 1. CV Sagung Seto, Jakarta.

Page 32: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

24

LAMPIRAN 1. ARTIKEL ILMIAH I (STATUS SUBMISSION)

Status submission: Submitted

Identification Drug Related Problems and Associated Factors of Hospitalized

Heart Failure Patients in A General Hospital Yogyakarta

Nora Wulandari, Tuti Wiyati*, Keshit Nolasari

Faculty of Pharmacy and Science, University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Jl Delima II/IV Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur 13460

Submitted :........................ Reviewed :.......................... Accepted:.....................

ABSTRACT

Heart failure is a growing health problem with high mortality and morbidity rates in developed and developing countries, including Indonesia. This study aimed to determine the incident of DRPs and to identify associated factors related to DRPs. This was a retrospective cross-sectional study. The study sample is patients aged ≥ 18 years and hospitalized with a diagnosis of heart failure. DRPs were identified based on domain cause of Pharmaceutical care Network Europe (PCNE) V.8 measurement tool, which included drug selection, dose selection, and treatment duration. Associated factors were analyzed their relation statistically using student's T-test and chi-square test. The sample of heart failure patients was 87 patients. The average age of patients was 64 years, with a predominance of women of 54%. Out of the 87 patients showed a risk of DRPs of 74.7% and without risk of DRPs of 25.3%. Overall cases of DRPs included inappropriate in drug selection, dose selections, and treatment duration domains of 86.8%, 9.89%, and 3.29%, respectively. Polypharmacy (p 0.007) and length of stay (p 0.001) found a significant association with the incident of DRPs. In conclusion, the incidence of DRP in heart failure patients was still high, and pharmacists must be more cautious about patients with a high number of drugs and duration of hospitalization. Keywords: Heart Failure, DRP, Risk Factor

Corresponding author:

Name: Tuti Wiyati Affiliation of author: Faculty of Pharmacy and Science, University of Muhammadiyah Prof DR. HAMKA Address: Jl. Delima II/IV Islamic Center Malakasari, Duren Sawit, East Jakarta 13460 Email: [email protected]

INTRODUCTION

Heart failure, often also called congestive heart failure, is the inability of the heart to pump adequate blood to meet the tissue's need for oxygen and nutrients. The term congestive heart failure is often used if left, and right-side heart failure occurs (DiPiro, Wells, Schwinghammer, & DiPiro, 2015). Heart failure is a progressive health problem with high mortality and morbidity rates in developed and developing countries, including Indonesia. In Indonesia, the age of heart failure patients is relatively younger than Europe and America, accompanied by a more severe clinical appearance (Indonesian Hearth Association (PERKI), 2015).

Heart failure is a cardiovascular disease that continues to increase the incidence of prevalence. The risk of death from heart failure ranges from 5-10% per year in mild heart failure, which will increase to

Page 33: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

25

30-40% in severe heart failure. In addition, heart failure is a disease that most needs re-treatment in the hospital (readmission) even though outpatient treatment has been given optimally (DiPiro et al., 2015). WHO estimated that 17.9 million people died from cardiovascular disorders in 2016, representing 31% of total global deaths (World Health Organization (WHO), 2017). Every year more than 36 million people die due to Non-Communicable Diseases (PTM) (63% of all deaths). Cardiovascular disease is a PTM that causes the highest number of deaths every year, where heart failure included in it (Ministry of Health of Republic of Indonesia, 2013).

Based on a doctor's diagnosis, the prevalence of heart failure in Indonesia in 2013 was 0.13% or estimated at 229,696 people, while based on doctor's diagnosis or symptoms of 0.3% or estimated at around 530,068 people (Ministry of Health of Republic of Indonesia, 2013). The prevalence of heart disease based on doctor's diagnosis in a population of all ages, according to the Province of Indonesia in 2018 for Java Island, was the highest in the Special Province of Yogyakarta (Ministry of Health of Republic of Indonesia, 2018). Most heart failure patients are accompanied by accompanying diagnoses such as hypertension, diabetes mellitus (Rahmawati & Nurwahyuni, 2017).

In previous studies, the prevalence of DRPs in congestive heart failure patients hospitalized at Prof. RSUP Dr. R. D. Kandou Manado identified from 46 research subjects obtained 89% potentially experiencing DRPs (Sinjal, Wiyono, & Mpila, 2018). One study detected 29.8% admissions showing DPRs with variables associated with a higher risk were polypharmacy female sex and first admission (Urbina et al., 2014). Another study showed that the most common DRPs were the need for laboratory tests (32.7%), followed by potential interaction (29.6%), nonallergic side effects (13.3%) (Zaman Huri, Xin, Sulaiman, & Lo, n.d.).

Drug-Related Problems (DRP) or drug-related problems are events or circumstances involving drug therapy that truly or potentially interfere with the desired health outcomes (Pharmaceutical Care Network Europe Foundation (PCNE), 2017). Identification and resolving is the main activity in pharmaceutical care (Adusumilli & Adepu, 2014). Several factors were found to be related to the occurrence of DRPs, including aging, length of stay in the hospital, polydrug therapy, and patients having multiple comorbidities (Huri, Xin, & Sulaiman, 2014). There are many classification systems in DRPs, and one of them is the classification issued by Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) (Adusumilli & Adepu, 2014)(Pharmaceutical Care Network Europe Foundation (PCNE), 2017).

In Indonesia, the application of PCNE is still rare. Given the importance of the DRPs study and the high prevalence of heart failure in the Yogyakarta region, it is crucial to assess the incidence of DRPs in heart failure patients as well as to detect the factors associated.

. MATERIALS AND METHOD

This was a non-experimental research. A cross-sectional design was used with data collected using a purposive sampling method retrospectively, by recording the data needed for research from the medical records of patients with a primary diagnosis of heart failure who were hospitalized in a general hospital in Yogyakarta during the 2018 period.

The inclusion criteria of this study were patients aged 18 years or older and hospitalized with a diagnosis of heart failure. Patients with incomplete data and with cancer-comorbid disease were excluded from this study.

This study did not use informed consent, and researchers did not interact with patients directly. Data obtained from the medical record of the patients from the medical records section at the Hospital. The data that has been collected is data in accordance with the sample criteria which include: medical record number, date of visit, age, sex, diagnosis, drug given (generic name, trade name, dosage form) drug dosage, duration of use, route administration, time of administration, and comorbidity.

Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) classification version 8.0 was used to classify the DRPs. In this study, we only identified the domain of causes for potential problems with code C1, C3, and C4 of classification (Pharmaceutical Care Network Europe Foundation (PCNE), 2017).

Potential DRPs was determined based on standard guidelines used both in national therapy standards such as the PERKI (Indonesian Hearth Association) Guidelines 2014 and other standard literature such as Drug Information Handbook 2018, Pharmacotherapy Handbook 2015, and Drugs.com, and Medscape (Indonesian Hearth Association (PERKI), 2015)(Lacy, Amstrong, Goldman, & Lance, 2019)(DiPiro et al., 2015)(Drugs.com, 2020)(Medscape, 2020). All collected data were counted in

Page 34: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

26

number and percentage, then the T-test and Chi-Square test were used to find out the characteristics associated with the incidence of DRPs. Result and Discussion

A. Patients Characteristics

The number of samples obtained by the purposive sampling technique was 87 (eighty-seven) patients with characteristics that can be seen in Table 1.

Table 1. Characteristics of the Study Population

Characteristics N=87 Percentage (%) Demography Age (year) Min-Max < 60 ≥ 60 Gender Male Female

64.10 ± 14.67

18-96 29 58

40 47

33.3 66.7

46 54

Clinical Hospitalized Duration (day) < 5 ≥ 5

34 53

39.1 60.9

Number of regular drugs ≤5 >5

12 75

13.8 86.2

Number of Comorbid < 3 ≥ 3

52 35

59.8 40.2

N= Number

Based on Table 1, the total sample of hospitalized female patients with heart failure was slightly greater than males. The table shows that most heart failure sufferers are the elderly or 60 years or more, with an average age of 64.10 ± 14.67. Based on the results of the study listed in Table 1, the length of stay for heart failure patients was more than five days.

B. DRPs Overview

Of the 87 study samples obtained by patients at risk for DRP are illustrated in Figure 1. Out of 87 patients, 25% of the patients found to be indicated DRPs.

25%

75%

DRPs

Without DRPs

Figure 1. The incidence of DRP in hospitalized heart failure patients in hospitals

Page 35: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

27

This study obtained DRPs based on PCNE V.8.0 in 2017, which includes inaccurate drug selection, dose selection, and treatment duration. The number of DRPs cases that occurred was 82 cases with the domain of inappropriate drug selection 85.37%, dose selection 10.98%, and treatment duration 3.66% (Table 2).

Table 2. DRPs Events Based on PCNE 2017 Code V8.01 Cause N (%)

Drug selection

C1.1 Inappropriate drug according to guidelines/formulary 11(13.41)

C1.2 Inappropriate drug (within guidelines but otherwise contra-indicated)

8(9.76)

C1.3 No indication for the drug 5(6.10)

C1.4 Inappropriate combination of drugs or drugs and herbal medication 42(51.22)

C1.5 Inappropriate duplication of a therapeutic group or active ingredient 2(2.44)

C1.6 No drug treatment in spite of existing indication 2(2.44)

C1.7 Too many drugs prescribed for an indication 0

Subtotal 70(85.37)

Dose selection

C3.1 Drug dose too low 5(6.10)

C3.2 Drug dose too high 0

C3.3 Dosage regiment not frequent enough 2(2.44)

C3.4 Dosage regimen too frequent 2(2.44)

Subtotal 9(10.98)

Treatment duration

C4.1 Duration of treatment too short 3(3.66)

C4.2 Duration of treatment too long 0

Subtotal 3(3.66)

Total 82(100)

N= Number

Inappropriate drug, according to guidelines/formulary found in this study, was the case where

patients only given digoxin. Based on the algorithm for management of heart failure, the treatment of heart failure after being diagnosed is the diuretic group, ACE inhibitors, and beta-blockers. Digoxin therapy is only given when patients are on a combination of three drugs but are still symptomatic (Indonesian Hearth Association (PERKI), 2015)(Yancy et al., 2013).

DRPs categories of contraindicated in this study were drugs that are not recommended for the patient based on the guidelines. In this domain, the most common cause is the administration of potassium supplements in conjunction with the drug spironolactone. According to PERKI (2015), spironolactone is contraindicated if given together with potassium-sparing diuretics or potassium supplements as well as a combination of angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEIs) or angiotensin receptor blockers (ARBs) (Indonesian Hearth Association (PERKI), 2015). Concurrent use of potassium supplements and Spironolactone can increase the risk of hyperkalemia. The combination of these drugs can cause life-threatening and fatal hyperkalemia, especially when the combination of these drugs is used in patients with risk factors such as kidney disorders, diabetes, old age, severe or worsening heart failure, dehydration and the use of other agents together can inhibit the renin-angiotensin-aldosterone system or increase serum potassium levels (Drugs.com, 2020).

The solution carried out by clinical pharmacists, in this case, was to always monitor the patient's serum potassium levels regularly and write it on the patient's medical records so that it becomes the concern of every colleague who treats the patient and immediately reports to the doctor in charge of the patient if side effects occur. Furthermore, oral potassium supplementation should be avoided in patients with severe congestive heart failure if serum potassium levels are above 3.5 meq/L (Drugs.com, 2020).

Page 36: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

28

DRPs categories of an improper combination of drugs found in this study included a combination of aspirin and clopidogrel. Based on the latest treatment strategies, the combination of oral anticoagulants with antiplatelet therapy has shown promising results in randomized phase II and III random trials, that the use of oral anticoagulants in addition to standard antiplatelet therapy can reduce the rate of recurrent ischemic events but at the same time, there is an increased risk of massive bleeding (Panahi, Vadgama, Kuganesan, Ng, & Sattler, 2018). The role of pharmacists in Pharmaceutical care is to identify, prevent, and overcome the occurrence of DRPs (Rufaidah, Putu Pramanta, & Ika, 2015). This has been carried out by Clinical Pharmacists in Hospitals by providing recommendation notes on patient medical records in the CPPT (Integrated Patient Development Record) section.

The duplication of therapeutic events contained in this study was the duplication of the Benzodiazepine class of drugs. Metamizole and diazepam were in were found used together with alprazolam, which has the same benzodiazepine class. Both of these drugs are present in therapy in the same patient. The use of these two drugs in concurrent therapy can increase the effect of sedation in patients, so it needs to be monitored carefully (Medscape, 2020).

In the underdose, the domain was found in gabapentin given to patients. Gabapentin dose for neuropathic pain is 900 mg/day and for maintenance 1800-3600 mg/day (Lacy et al., 2019). In patients, the drug was given 300 times two times daily, which was 600 mg/day. The dose given is lower than the usual dose. Based on discussions with clinical pharmacists in the hospital, the dose of Gabapentin in the treatment was indeed given lower because of the side effect of severe drowsiness. If the patient is given a high dose, the patient cannot move because he would be sleepy. In another case, it was found the duration of administration of Azithromycin in pneumonia given three days to five days, while the guideline suggests seven days (DiPiro et al., 2015).

C. Associated Factors

The results of the study obtained factors related to the incidence of DRP, namely polypharmacy, and length of stay, as shown in Table 3.

Page 37: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

29

Table 3: Overview of Association of Characteristics and DRP in Heart Failure Patients

Factors DRPs

N (%) Without DRPs

N (%) p-value

Age 65 22

0,717a Mean±Sd 63,77 ±15,458 65,09 ± 12,328

Gender Male 31 (47,7) 9 (40,9)

0,581b Female 34 (52,3) 13 (59,1)

Polypharmacy 65 22

0,007a* Mean±Sd 9,89±3,518 7,59±2,840

Hospitalized duration

65 22 0,001a*

Mean±Sd 4,83±2,369 7,05±2,578

Comorbid 65 22

0,365a Mean±Sd 2,66±1,461 3,00±1,633

*Significant (p<0,05) aStudent’s T-test bChi-Square test

The study obtained polypharmacy and length of stay related to the incidence of DRP. According to WHO, polypharmacy is one form of irrational drug use. That is, giving more than five kinds of drugs to one patient in one prescription (World Health Organization (WHO), 2019). Some studies also found that the number of drugs associated with DRPs incidence (Urbina et al., 2014)(Huri et al., 2014)(Dasopang, Harahap, & Lindarto, 2015)(Lorensia & Wijaya, 2016).

In regard to the length of stay, one study also found that the length of stay was related to the incidence of DRP (Huri et al., 2014). The longer the patient stays in the hospital, the patient has a greater risk for ADR (Adverse Drug Reaction) and problems related to drug selection. CONCLUSION (11pt)

Drug-related problems among hospitalized patients with heart failure were high, especially for the drug selection domain. Polypharmacy and length of stay of the patient showed an association with the incident of DRPs. ACKNOWLEDGEMENT

The authors would like to express their appreciation to patients and staff of Hospital who helped in the process of the study. We are grateful to the Institute of Research and Development University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA who kindly supported to publish the article. REFERENCES Adusumilli, P. K., & Adepu, R. (2014). Drug related problems: An over view of various classification

systems. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 7(4), 7–10. Dasopang, E. S., Harahap, U., & Lindarto, D. (2015). Polipharmacy and Drug Interactions in Elderly

Patients with Metabolic Diseases. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 4(4), 235–241. https://doi.org/10.15416/ijcp.2015.4.4.235

DiPiro, J. T., Wells, B. G., Schwinghammer, T. L., & DiPiro, C. V. (2015). Pharmacotherapy Handbook

Ninth Edition. Drugs.com. (2020). Drugs.com | Prescription Drug Information, Interactions & Side Effects. Retrieved

April 18, 2020, from https://www.drugs.com/ Huri, H. Z., Xin, C. H., & Sulaiman, C. Z. (2014). Drug-related problems in patients with benign prostatic

hyperplasia: A cross sectional retrospective study. PLoS ONE, 9(1). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0086215

Indonesian Hearth Association (PERKI). (2015). Heart Failure Management Guidelines 1st Edition. PERKI. Jakarta. Retrieved from

Page 38: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

30

http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_TataLaksana_Gagal_Jantung_2015.pdf Lacy, C. F., Amstrong, L., Goldman, M. P., & Lance, L. L. (2019). Drug Information Handbook 17th

Edition. (J. A. Aberg, A. William, L. Amstrong, K. A. Bachmann, & et al, Eds.) (17h ed.). Ohio: Lexi-Comp.

Lorensia, A., & Wijaya, R. I. (2016). Hubungan Jumlah Obat Yang Digunakan Terhadap Risiko Terjadinya Drug-Related Problems Pada Pasien Asma Di Suatu Rumah Sakit Di Surabaya. Journal

Of Tropical Pharmacy And Chemistry, 3(4), 232–238. https://doi.org/10.25026/jtpc.v3i3.132 Medscape. (2020). Drug Interactions Checker - Medscape Drug Reference Database. Retrieved April 18,

2020, from https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker Ministry of Health of Republic of Indonesia. (2013). Basic Health Research 2013. Jakarta.

https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803 Ministry of Health of Republic of Indonesia. (2018). Basic Health Research 2018. Jakarta. Retrieved

from http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf

Panahi, M., Vadgama, N., Kuganesan, M., Ng, F. S., & Sattler, S. (2018). Immunopharmacology of Post-Myocardial Infarction and Heart Failure Medications. Journal of Clinical Medicine, 7, 403. https://doi.org/10.3390/jcm7110403

Pharmaceutical Care Network Europe Foundation (PCNE). (2017). Classification fo Drug Related

Problems the PCNE Classification V8.02. Zuidlaren. Retrieved from https://www.pcne.org/upload/files/230_PCNE_classification_V8-02.pdf

Rahmawati, C., & Nurwahyuni, A. (2017). Analisis Minimalisasi Biaya Obat Antihipertensi antara Kombinasi Ramipril-Spironolakton dengan Valsartan pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Pemerintah XY di Jakarta Tahun 2014. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 1(4), 191–200. https://doi.org/10.7454/eki.v1i4.1802

Rufaidah, A., Putu Pramanta, I. dewa S., & Ika, P. (2015). Drug Related Problems Evaluation in the Therapy of Inpatients With Heart Failure. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 5(2), 3–5.

Sinjal, J., Wiyono, W., & Mpila, D. (2018). Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, 7(4), 115–125.

Urbina, O., Ferrández, O., Luque, S., Grau, S., Mojal, S., Pellicer, R., … Comin, J. (2014). Patient risk factors for developing a drug-related problem in a cardiology ward. Therapeutics and Clinical Risk

Management, 11, 9. https://doi.org/10.2147/TCRM.S71749 World Health Organization (WHO). (2017). Cardiovascular Diseases (Cvds). Retrieved April 17, 2020,

from http://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds) World Health Organization (WHO). (2019). Medication Safety in Polypharmacy. Geneva: WHO

Document Production Services. Retrieved from http://apps.who.int/bookorders. Yancy, C. W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D. E., Drazner, M. H., … Wilkoff, B. L. (2013).

2013 ACCF/AHA guideline for the management of heart failure: Executive summary. Journal of the

American College of Cardiology, 62(16), 1495–1539. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2013.05.020 Zaman Huri, H., Xin, C. H., Sulaiman, C. Z., & Lo, A. W. I. (n.d.). Drug-Related Problems in Patients

with Benign Prostatic Hyperplasia: A Cross Sectional Retrospective Study. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0086215

Page 39: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

31

LAMPIRAN 2. ARTIKEL ILMIAH II (STATUS SUBMISSION) Status Luaran Tambahan: Draft

Comorbidity and Treatment of Patients with Heart Failure in in General Hospital

Yogyakarta

Nora Wulandari, Tuti Wiyati, Keshit Nolasari Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Jl Delima II/IV Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur 13460

Korespondensi: [email protected]

Tinginya prevalensi penyakit gagal jantung di Yogyakarta belum disertai dengan data mengenai karakteristik dan gambaran penyakit penyerta dan penggunaan obatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit dan pengobatan pada pasien gagal jantung di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional dengan data retrospektif dari rekam medik pasien. Sampel penelitian yaitu pasien yang berusia ≥ 18 tahun yang di rawat inap dengan diagnosis gagal jantung. Jumlah sampel pasien gagal jantung sebanyak 87 pasien. Rata-rata usia pasien 64 tahun, dengan dominasi perempuan sebanyak 54%. Gambaran Kesimpulan penelitian bahwa angka kejadian DRP pada pasien gagal jantung masih tinggi serta karakteristik pasien yang berhubungan dengan kejadian DRP yaitu polifarmasi (p-value 0,007) dan lama rawat inap (p-value 0,001).

Kata kunci: gagal jantung, DRP, rawat inap, faktor resiko

PENDAHULUAN

Page 40: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

32

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat (PERKI 2015). Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan jika terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan (Kasron 2012).

Menurut data WHO, 17,9 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskular pada tahun 2016, mewakili 31% dari total kematian global (WHO 2017). Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Secara global, PTM yang menjadi penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti: penyakit jantung koroner, penyakit gagal jantung atau payah jantung, hipertensi dan stroke (Riskesdes 2013).

Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang (Riskesdes 2013). Prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut Provinsi di Indonesia tahun 2018 untuk Pulau Jawa prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta (Riskesdas 2018). Sebagian besar pasien gagal jantung disertai dengan diagnosis penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus (Rahmawati 2018). Obat yang paling sering diresepkan untuk pasien CHF di RSUP Dr. Sardjito adalah obat golongan β-bloker dan antikoagulan sebanyak 88,7%, diikuti dengan pemberian diuretik sebanyak 86,6% (Ikawati dkk. 2015). METODE

Penelitian ini merupakan penelitian non- experimental. Dengan rancangan cross-

sectional, data yang digunakan dikumpulkan secara retrospektif, yaitu dengan mencatat data-data yang diperlukan untuk penelitian dari rekam medik pasien dengan diagnosis utama gagal jantung yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit selama periode tahun 2018.

Kriteria Inklusi pada penelitian yaitu pasien yang berusia ≥ 18 tahun dan merupakan pasien rawat inap dengan diagnosis Gagal Jantung. Kriteria Ekslusi yaitu pasien dengan data yang tidak lengkap dan pasien dengan penyakit kanker. Data diperoleh dari catatan rekam medik yang terdapat di bagian rekam medik di Rumah Sakit. Semua data yang dikumpulkan dihitung jumlah serta persentasenya dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah sampel yang diperoleh dengan teknik purposive sampling adalah 87 (delapan puluh tujuh) pasien.

D. Gambaran Penyakit Penyerta pada Gagal Jantung

Tabel 1. Daftar Komorbiditas Pasien Gagal Jantung

Penyakit Jumlah (%)

Muskoskeletal Hiperurisemia, Gout 4 (3,8)

Kardiovaskular

Mitral Regurgitation, LVNC, ASD, CVT, Stroke, AR, Takikardia, ASAR, Bradikardia, PH, Stenosis, Dislipidemia, IM, VES, HHD, Hipertensi, STEMI, Syok Kardiogenik, IHD

57 (54,28)

Hematologi Thrombositopenia, Anemia 3 (2,8)

Page 41: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

33

Saluran Pencernaan Melena, Asites, GERD, Stress Ulcer, Kolestitis, Dispepsia, Anorexia

11 (10,47)

Hormon Hipertiroid 1 (0,95)

Sistem Saraf Depresi 1 (0,95)

Sistem Pernafasan Bronkitis, PPOK, Asma Bronkial 5 (4,76)

Sistem Endokrin Diabetes Melitus 2 (1,9)

Infeksi Hepatitis, Pneumonia, ISK 14 (13,3)

Gangguan Fungsi Ginjal AKI, Insufisiensi Ginjal 7 (6,7)

TOTAL 105 (100) *AKI: Acute Kidney Injury, ISK: Infeksi Saluran Kencing, PPOK: Penyakit Paru Obstruktif Kronis, GERD: Gastroesofageal Refluks Disease, IHD: Ischemic Heart

Disease, STEMI: Angina Spesifik, HHD :Hipertensi Heart Diisease, VES : Ventrikel Ekstra Sisttol, IM : Infark Myocard, PH : Pulmonary Hipertension, AR : Artery

Regurgitation,ASAR:Aotic Stenois Artery Regurgitation , CVT :,ASD :Atrial Septal Defect,LVNC: Left Ventrical

Jumlah komorbiditas pada penelitian di dominasi oleh pasien dengan < 3 penyakit. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Rufaidah (2015) bahwa jumlah komorbiditas pada pasien gagal jantung rawat inap yaitu kurang dari 3 (<3). Hasil tertinggi yaitu dengan 1 komorbiditas (39%) dan 2 komorbiditas (29%) (Rufaidah 2015). Pasien gagal jantung biasanya menderita penyakit penyerta yang lain, sehingga menimbulkan tambahan beberapa obat dalam terapinya (Mariam 2016).

Komorbiditas yang paling banyak diderita oleh pasien yaitu golongan Penyakit Kardiovaskular yaitu Iskemic Heart Disease dengan jumlah 13 kasus dan persentase 11,927%. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Lupiyatama (2012) bahwa etiologi penyebab gagal jantung yaitu penyakit jantung koroner, yaitu adanya plak pada arteri koronaria dan hal tersebut akan berlanjut menjadi Penyakit Jantung Iskemik. Penyakit jantung iskemik dan hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab gagal jantung (Aaronson 2010).

Pada urutan kedua komorbiditas yang paling banyak diderita oleh pasien gagal jantung yaitu Gangguan Fungsi Ginjal dengan 6,422%. Dimana gagal ginjal merupakan salah satu faktor penyebab gagal jantung. Fungsi jantung yang abnormal oleh karena iskemik otot jantung, hipertrofi ventrikel kiri, dikombinasikan dengan retensi air dan garam pada penyakit ginjal kronik dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantung (Fauci et al. 2008).

E. Gambaran Pengobatan pada Gagal Jantung

Pada penelitian ini, 86% dari total sampel diberikan terapi obat dengan jumlah lebih dari atau sama dengan 5 macam obat.

Gambar 1. Penggunan Obat Gagal Jantung Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit

Golongan obat yang paling banyak digunakan (Gambar 1) dan digunakan pada semua pasien yaitu high ceiling diuretic, diikuti oleh Glikosida jantung dan Antagonis aldosteron. Obat yang paling banyak digunakan dan digunakan pada semua pasien yaitu Furosemid, diikuti oleh Glikosida jantung dan Antagonis aldosteron. Pengobatan dengan kombinasi diuretik ditujukan untuk mengontrol keseimbangan cairan intraselular dan Digoksin diberikan untuk menjaga

Page 42: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

34

fungsi jantung dan mengurangi gejala. Antagonis aldosteron diberikan pada pasien gagal jantung berat untuk mengontrol gejala (Aaronson 2015).

Gambar 2. Penggunaan Obat Lain Pada Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di Rumah Sakit

Obat tambahan untuk terapi pada diagnosa sekunder yang digunakan oleh pasien yaitu

terdapat pada Gambar 2, yaitu Obat Saluran pernafasan, Obat Saluran Pencernaan dan Metabolisme, Obat Darah dan Organ Pembentuk Darah, Sistem Musculoskeletal, Sistem Syaraf, Antiinfeksi untuk Penggunaan Sistemik, Sistem Kardiovaskular, Preparat Hormon Sistemik (Terapi Tiroid), Dermatotogis, Ophtalmologis dan Obat Herbal. Penggolongan obat dilakukan berdasarkan kode ATC dari WHO yang diakses tahun 2019. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini adalah komorbiditas yang paling banyak diderita oleh pasien yaitu golongan Penyakit Kardiovaskular yaitu Iskemic Heart Disease. Sedangkan golongan obat yang paling banyak digunakan high ceiling diuretic.

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson Philip and Ward P.T. Jeremy.2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Aberg J.A, Lacy C, Amstrong L, Goldman M dan Lance L.L. 2009. Drug Information

Handbook 17th Edition. American PharmacistAssociation. AHFS.2018. AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of Health System

Pharmacists. Anonim. 2019. Drugs Interaction Checker dikutip dari: http://drugs.com diakses Agustus

2019. Anonim. 2019. Drugs Interaction Checker dikutip dari aplikasi Medscape diakses September

2019. Dasopang Eva S, Harahap Urip, Dharma Lindarta. 2015. Polifarmasi dan Interaksi Obat Pasien

Usia Lanjut Rawat Jalan dengaN Penyakit Metabolik. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Dipiro J, Dipiro C, Wells B & Schwinghammer. 2008. Pharmacotherapy Priciples & Practice.

Mc Graw Hill, USA. Vol. 91. Dipiro J, Dipiro C, Scwinghammer, & Wells B. 2015. Pharmacotherapy Handbook. Mc Graw

Page 43: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

35

Hill, USA. Djaya Kristoforus H, Nasution Sally A, Astono Dono. 2015. Gambaran Lama Rawat dan Profil

Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Indonesian Jurnal of Clinical and Emergency Medicine. Universitas Indonesia, Jakarta.

Fajriansyah Tahir H, Kombong A. 2016. Kajian Drug Relation Problem (DRPs) Kategori

Interaksi Obat, Over Dosis dan Dosis Subterapi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP Universitas Hasanuddin. Jurnal Ilmiah Farmasi, Makassar.

Fauci, Loscalzo, Joseph, Anthony, Braunwald, Eugene, Dennis,L., Kasper,Hauser, Stephen,

Longo, Dan,L. 2008.Harrison's Principles of Internal Medicine (17 ed.).McGraw-Hill Medical, ISBN 978-0-07147693-5.

Fitriyani. 2016. Identifikasi Drug Related Problems (DRPS) Kategori Interaksi Obat Dengan

Obat Terhadap Pasien Hipertensi di RSUD Haji Makassar Prov. Sul-Sel Tahun 2016.Skripsi.UIN ALAUDDIN Makassar. Makassar.

Huri H Z, Xin Chong Hui, Sulaiman C Z. 2014. Drug-Related Problems in Patients with

Benign Prostatic Hyperplasia: A Cross Sectional Retrospective Study. Plos One. Kuala Lumpur, Malaysia.

Ikawati Z, Pudiarifanti N dan Pramantara I D. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Kronik. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan

Farmasi, Yogyakarta. Kasron. 2012. Buku Ajar: Gangguan Sistem Kardiovaskular. Nuha Medika, Yogyakarta. Loscalzo Joseph. 2014. Horrison's Cardiovascular Medicine 2nd Ed. McGraw-Hill Education

and EGC Medical Publisher. Lorensia Amelia, Rizka I Wijaya.2016. Hubungan Jumlah Obat yang digunakan Terhadap

Risiko Terjadinya Drug Related Problems Pada Pasien Ashma di suatu Rumah Sakit di Surabaya.Jurnal Trop Pharm Cem Vol.3 No.3. Surabaya.

Lupiyatama Shila. 2012. Gambaran Peresepan Digoxin Pada Paien Gagal Jantung yang

Berobat di RSUP Dr Kariadi Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Mariam Siti. 2016. Evaluasi Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri

Penderita Gagal Jantung. Jurnal Farmamedika Vol.1. Sekolah Tinggi Industri dan Farmasi, Bogor Jawa Barat.

Mariyono Harbanu H dan Santoso, Anwar. 2007.Gagal Jantung. Jurnal Penyakit Dalam,

Volume 8 Nomor 3 Bulan September 2007. Universitas Udayana, Denpasar. Nurcahya B.M, Andayani T.M dan Rahmawati Fita. 2015. Faktor Resiko Terjadinya Drugs

Related Problems Pada Pasien Rawat Jalan Dengan Penyakit Kronis. Jurnal Manajenen

dan Pelayanan Farmasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Panahi Maria et al. 2018 Immunopharmacology of Post Myocaardial Infraction and Heart

Failure Medication.Medication. Jurnal Of Clinical Medicine, London, UK.

Page 44: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

36

Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE). 2017. Classification fo Drug Related Problems

the PCNE Classification V8.02. https://www.pcne.org/upload/files/230_PCNE_classification_V8-02.pdf%0Ahttp://tjpp.pharmacy.psu.ac.th/wp-content/uploads/2013/12/52-5final.pdf. Diakses Desember 2018.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2015). Pedoman

Tatalaksana Gagal Jantung Edisi Pertama. Buku Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung, Edisi Pertama, 14–27. https://doi.org/10.1109/NEMS.2009.5068708.

Pinasti Utami, Ikawati Z dan Setyaningsih. 2013. PerbandinganEfek Terapi Gabapentin dan

Amitriphtilin Pada Pasien Stroke dengan Nyeri Neuropati. Mutiara Medika. Artikel. Yogyakarta.

Rahmawati C dan Nurwahyuni A. 2018. Analisis Minimalisasi Biaya Obat Antihipertensi

antara Kombinasi Ramipril-Spironolakton dengan Valsartan pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Pemerintah XY di Jakarta Tahun 2014. Jurnal Ekonomi

Kesehatan Indonesia, Jakarta. Riskesdes. 2013. Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan

RI. https://doi.org/10.1017. Diakses 28 Desember 2018. Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan RI.

http://www.depkes.go.id. Diakses Februari 2019. Rufaidah Alfin, Pramantara IDP, Sari IP. 2015. Kajian Drug Related Problems Pada Terapi

Gagal Jantung Rawat Inap. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Yogyakarta. Sinjal J, Wiyono W dan Mpila D. 2018. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada

Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Manado.

Sudoyo AW, Setiati S, Idrus Alwi Dkk. 2015.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid 1.

Interna Publishing, Jakarta. Hlm 1138-1149. Syafrida. 2018. Drug Related Problems Pada Terapi Penderita Gagal Jantung Kongestif di

RSUD dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Medan, Sumatra Utara. Tatro DS. 2013. Drugs Interaction Fact. Wolter Kluwer Company, California. Woelke Bradford, Daniel Angeli DO, Kathene LMD. 2017. Clopidogrel Alone is safer than

Clopidogrel and Aspirin for Secondary Prevention Of Acute Ischemic Stroke. Clinical Research in Practice: The Journal of Term of Hopocrates. Beaumont, USA.

World Health Organization (WHO). 2017. About Cardiovascular diseases. World Health

Organization. Geneva. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/ about_cvd/en/accessed on. Diakses Januari 2019.

Yancy C. W, Jessup M, Bozkur B, & Bueler J. 2013. ACCF/AHA Guideline for Managenent

Page 45: IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN …

37

of Healt Failure: A Report of the American College of Cardiology Formulation American Heart Association Task Force on Practice Guideline. Circulation. https://doi.org/10.1161/CIR.0b013e31829e8776. Diakses Februari 2019.

Yunadi Yoga, Hermanto Dony, Rahajoe Anna. 2017. Buku Ajar Kardiovaskular Jilid 1. CV

Sagung Seto, Jakarta.