suzan anita refrat

19
BAB I PENDAHULUAN Tr auma kap itis ada lah cedera kep ala yang dis eba bka n ole h tra uma yang dap at menimb ulk an gej ala neu rol ogi s sepert i pen urunan kes ada ran, def isit neurol ogi s hin gga  berujung pada kelumpuhan, kecacatan maupun kematian. Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah di atas, 10 penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut. Di negara berkembang seperti !ndonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak frekuensi cedera kepala cenderung semakin meningkat. Distribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif antara 15"## tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki$laki dibandingkan dengan perempuan. %enyebab cedera kepala terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas, disusul dengan jatuh &ter utama pad a ana k$a nak '. (edera kep ala berperan pad a hampir separuh dar i selu ruh kematian akibat trauma). *arena itu, sudah saatnya seluruh fasilitas kesehatan yang ada, khususny a puskesmas sebagai lin i terdepan pe lay anan keseh at an, da pat melakukan  penanganan yang optimal bagi penderita cedera kepala. Seperti negara$negara berkembang lainnya, kita tidak dapat memungkiri bah+a masih terdapat banyak keterbatasan, di antaranya keterb atasan pengetahua n dan keterampilan petugas kesehatan, keterb atasan alat$alat medis, serta kurangny a duku ngan sistem transp ortasi dan komu nikasi . al ini meman g merup akan tantangan bagi kita dalam menangani pasien dengan trauma, khususnya trauma kepala. (ed era kep ala mer upa kan kea daa n yang seri us. -le h kar ena itu, seti ap pet ugas kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan praktis untuk melakukan  penanganan pertama dan tindakan lie saing sebelum melakukan rujukan ke rumah sakit. Dih arap kan den gan pen ang ana n yan g cepat dan aku rat dapat men eka n mor bidita s dan mortalitasnya. %enanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya kemungkinan pemulihan fungsi. 1

Upload: anita

Post on 02-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 1/19

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma kapitis adalah cedera kepala yang disebabkan oleh trauma yang dapat

menimbulkan gejala neurologis seperti penurunan kesadaran, defisit neurologis hingga

 berujung pada kelumpuhan, kecacatan maupun kematian. Di Amerika Serikat, kejadian

cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah di atas,

10 penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita

menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut. Di negara berkembang

seperti !ndonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak frekuensi cedera

kepala cenderung semakin meningkat.

Distribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif antara

15"## tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki$laki dibandingkan dengan perempuan.

%enyebab cedera kepala terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas, disusul dengan jatuh

&terutama pada anak$anak'. (edera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh

kematian akibat trauma). *arena itu, sudah saatnya seluruh fasilitas kesehatan yang ada,

khususnya puskesmas sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan, dapat melakukan

 penanganan yang optimal bagi penderita cedera kepala. Seperti negara$negara berkembang

lainnya, kita tidak dapat memungkiri bah+a masih terdapat banyak keterbatasan, di antaranya

keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan, keterbatasan alat$alat medis,

serta kurangnya dukungan sistem transportasi dan komunikasi. al ini memang merupakan

tantangan bagi kita dalam menangani pasien dengan trauma, khususnya trauma kepala.

(edera kepala merupakan keadaan yang serius. -leh karena itu, setiap petugas

kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan praktis untuk melakukan

 penanganan pertama dan tindakan lie saing sebelum melakukan rujukan ke rumah sakit.

Diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan

mortalitasnya. %enanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat menyebabkan

keadaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya kemungkinan pemulihan fungsi.

1

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 2/19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi

a. *ulit *epala

*ulit kepala terdiri dari 5 lapisanyang disebut sebagai S(A/% yaitu

• Skin atau kulit

• (onnectie tissue atau jaringan penyambung

• Aponeuris atau galea aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan langsung

dengan tengkorak

• /oose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar.

• %erikranium aringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika

dari perikranium dan merupakan tempat yang biasa terjadinya perdarahan subgaleal.

*ulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat

laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada anak$

anak atau penderita de+asa yang cukup lama terperangkap sehingga membutuhkan

+aktu lama untuk mengeluarkannya

2

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 3/19

 b. Tulang Tengkorak 

Tulang tengkorak terdiri dari kubah &kalaria' dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari

 beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. *alaria khususnya di regio

temporal adalah tipis, namun di sini dilapisi oleh otot temporalis. 2asis kranii berbentuk tidak 

rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan

deselerasi. 3ongga tengkorak dasar dibagi atas 4 fosa yaitu fosa anterior tempat lobus

frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian ba+ah batang

otak dan serebelum.

c. eningens

Selaput meninges menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 4 lapisan yaitu

1' Duramater 

Duramater secara konensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan

meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang

melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. *arena tidak melekat pada selaput

arachnoid di ba+ahnya, maka terdapat suatu ruang potensial &ruang subdura' yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural

%ada cedera otak, pembuluh$pembuluh ena yang berjalan pada permukaan otak 

menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut 2ridging 6eins, dapat mengalami

robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah

ena ke sinus transersus dan sinus sigmoideus. /aserasi dari sinus$sinus ini dapat

mengakibatkan perdarahan hebat.

Arteri meningens terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium &ruang

epidural'. Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri$arteri ini

3

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 4/19

dan menyebabkan perdarahan epidural. 7ang paling sering mengalami cedera adalah arteri

meningea media yang terletak pada fosa temporalis &fosa media'.

)' Selaput Arakhnoid

Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput arakhnoid

terletak antara piamater sebelah dalam dan duramater sebelah luar yang meliputi otak.

Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari

 pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh li8uor serebrospinalis. %erdarahan sub

arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.

4' %iamater 

%iamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. %iamater adalah membrana askular 

yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling

dalam. embrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri$

arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh piamater.

d. -tak 

-tak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat pada orang de+asa. -tak terdiri dari

 beberapa bagian yaitu proensefalon &otak depan' terdiri dari serebrum dan diensefalon,

mesensefalon &otak tengah' dan rhombensefalon &otak belakang' terdiri dari pons, medula

oblongata dan serebellum.

9isura membagi otak menjadi beberapa lobus. /obus frontal berkaitan dengan fungsi

emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. /obus parietal berhubungan dengan fungsi

sensorik dan orientasi ruang. /obus temporal mengatur fungsi memori tertentu. /obus

oksipital bertanggung ja+ab dalam proses penglihatan. esensefalon dan pons bagian atas

 berisi sistem aktiasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan ke+apadaan. %ada

medulla oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung ja+ab dalam

fungsi koordinasi dan keseimbangan.

e. (airan serebrospinalis

(airan serebrospinalis

(airan serebrospinal &(SS' dihasilkan oleh ple:us khoroideus dengan kecepatan produksi

sebanyak )0 ml;jam. (SS mengalir dari dari entrikel lateral melalui foramen monro menuju

entrikel !!!, dari akuaduktus sylius menuju entrikel !6. (SS akan direabsorbsi ke dalam

4

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 5/19

sirkulasi ena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior.

Adanya darah dalam (SS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu

 penyerapan (SS dan menyebabkan kenaikan tekanan intracranial. Angka rata$rata pada

kelompok populasi de+asa olume (SS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml (SS

 per hari.

f. Tentorium

Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial &terdiri dari fosa

kranii anterior dan fosa kranii media' dan ruang infratentorial &berisi fosa kranii posterior'.

g. 6askularisasi -tak 

-tak disuplai oleh dua sirkulasi utama yaitu sirkulasi anterior dan sirkulasi posterior.

Sirkulasi anterior diperdarahi oleh arteri carotis interna dan cabang " cabangnya dan sirkulasi

 posterior diperdarahi oleh arteri ertebrobasilaris dan cabang $ cabangnya. *edua arteri besar 

ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus <illisi. 6ena$ena

otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak 

mempunyai katup. 6ena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus enosus

cranialis.

II.2 CEDERA KEPALA

II.2.1 Definisi

(edera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau

tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,

kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun permanent. enurut 2rain !njury

Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat

kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan ; benturan fisik dari luar,

yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran, sehingga menimbulkan

kerusakankemampuan kognitif dan fungsi fisik.

II.2.2 Patofisiologi

a. Tekanan intracranial

2erbagai proses patologi pada otak dapat meningkatkan tekanan intracranial yang selanjutnya

dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap penderita. Tekanan

intracranial yang tinggi dapat menimbulkaan konsek+ensi yang mengganggu fungsi otak.

5

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 6/19

T!* =ormal kira$kira sebesar 10 mmg, T!* lebih tinggi dari )0mmg dianggap tidak 

normal. Semakin tinggi T!* seteelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya

 b. ukum onroe$*ellie

*onsep utama 6olume intrakranial adalah selalu konstan karena sifat dasar dari tulang

tengkorang yang tidak elastik. 6olume intrakranial &6ic' adalah sama dengan jumlah total

olume komponen$komponennya yaitu olume jaringan otak &6 br', olume cairan

serebrospinal &6 csf' dan olume darah &6bl'.

  6ic > 6 br? 6 csf ? 6 bl

c. Tekanan %erfusi otak 

Tekanan perfusi otak merupakan selisih antara tekanan arteri rata$rata &mean arterial presure'dengan tekanan inttrakranial. Apabila nilai T%- kurang dari @0mmg akan memberikan

 prognosa yang buruk bagi penderita.

d. Aliran darah otak &AD-'

AD- normal kira$kira 50 ml;100g jaringan otak permenit. 2ila AD- menurun sampai )0$

)5ml;100g;menit maka aktiitas B akan menghilang. Apabila AD- sebesar 5ml;100

g;menit maka sel$sel otak akan mengalami kematian dan kerusakan yang menetap.

%ada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer 

dan cedera sekunder. (edera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung

dari satu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras

maupun oleh proses akselarasideselarasi gerakan kepala. Dalam mekanisme cedera kepala

dapat terjadi peristi+a coup dan contrecoup. (edera primer yang diakibatkan oleh adanya

 benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. %ada daerah yang

 berla+anan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi$

deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi

trauma. %erbedaan densitas antara tulang tengkorak &substansi solid' dan otak &substansi

semisolid' menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya.

2ergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak 

 pada tempat yang berla+anan dari benturan &countercoup'

(edera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang

timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak,

6

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 7/19

kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan

neurokimia+i.

II.2. !"a#t$" teng#o"a# 

9raktur tengkorak dapat terjadi pada kalaria atau basis. %ada fraktur kalaria ditentukan

apakah terbuka atau tertutup, linear atau stelata, depressed atau non depressed . 9raktur 

tengkorak basal sulit tampak pada foto sinar$: polos dan biasanya perlu CT scan dengan

bone-window untuk memperlihatkan lokasinya.

Sebagai pegangan umum, depressed fragmen lebih dari ketebalan tengkorak &C 1

tabula' memerlukan operasi eleasi. 9raktura tengkorak terbuka atau compound  berakibat

hubungan langsung antara laserasi scalp dan permukaan serebral karena durameter robek, dan

fraktura ini memerlukan operasi perbaikan segera. 9rekuensi fraktura tengkorak berariasi,

lebih banyak fraktura ditemukan bila penelitian dilakukan pada populasi yang lebih banyak 

mempunyai cedera berat. 9raktura kalaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial

sebesar #00 kali pada pasien yang sadar dan )0 kali pada pasien yang tidak sadar. 9raktura

kalaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar #00 kali pada pasien yang

sadar dan )0 kali pada pasien yang tidak sadar. ntuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak 

mengharuskan pasien untuk dira+at dirumah sakit untuk obserasi.

7

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 8/19

 

II.2.% Lesi Int"a#"anial

/esi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, +alau kedua bentuk cedera

ini sering terjadi bersamaan. /esi fokal termasuk hematoma epidural, hematoma subdural,

dan kontusi &atau hematoma intraserebral'. %asien pada kelompok cedera otak difusa, secara

umum, menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan perubahan sensorium atau

 bahkan koma dalam. 2asis selular cedera otak difusa menjadi lebih jelas pada tahun$tahun

terakhir ini.

8

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 9/19

Hematoma E&i'$"al

pidural hematom &D' adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula

interna dan duramater. %aling sering terletak di regio temporal atau temporal parietal dan

sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. %erdarahan biasanya dianggap berasal

arterial, namun mungkin sekunder dari perdarahan ena pada sepertiga kasus. *adang$

kadang, hematoma epidural mungkin akibat robeknya sinus ena, terutama diregio parietal$

oksipital atau fossa posterior.

<alau hematoma epidural relatif tidak terlalu sering &0.5 dari keseluruhan atau E

dari pasien koma cedera kepala', harus selalu diingat saat menegakkan diagnosis dan ditindak 

segera. 2ila ditindak segera, prognosis biasanya baik karena cedera otak disekitarnya

 biasanya masih terbatas. Outcome langsung bergantung pada status pasien sebelum operasi.

ortalitas dari hematoma epidural sekitar 0 pada pasien tidak koma, E pada pasien

obtundan, dan )0 pada pasien koma dalam.

Bejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. %asien dengan

kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering

 juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. %asien seperti ini harus di

obserasi dengan teliti. Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam$macam

akibat dari cedera kepala. 2anyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera

kepala.

Bejala yang sering tampak

F%enurunan kesadaran, bisa sampai koma

F 2ingung

F %englihatan kabur 

F Susah bicara

F =yeri kepala yang hebat

F *eluar cairan darah dari hidung atau telinga

F =ampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala.

F ual

F %using

F 2erkeringat

F %ucat

F %upil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.

9

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 10/19

%ada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan

epilepsi fokal. %ada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya

 pada permulaan masih positif menjadi negatif. !nilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial.

Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. %ada tahap akhir, kesadaran menurun

sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua

 pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Bejala$gejala

respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang

otak. ika pidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak, interal bebas

tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur 

Hematoma S$('$"al

ematoma subdural &SD' adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan

arakhnoid. SD lebih sering terjadi dibandingkan D, ditemukan sekitar 40 penderita

dengan cedera kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya ena bridging antara

korteks serebral dan sinus draining . =amun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi

 permukaan atau substansi otak. 9raktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain itu,

10

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 11/19

kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih berat dan

 prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural. ortalitas umumnya G0, namun

mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang sangat segera dan pengelolaan medis agresif.

1.ematoma Subdural Akut

ematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologik dalam )# sampai #H jam setelah

cedera. Dan berkaitan erat dengan trauma otak berat. Bangguan neurologik progresif 

disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak dalam foramen

magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan pada batang otak. *eadan ini dengan cepat

menimbulkan berhentinya pernapasan dan hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan

darah.

). ematoma Subdural Subakut

ematoma ini menyebabkan defisit neurologik dalam +aktu lebih dari #H jam tetapi kurang

dari ) minggu setelah cedera. Seperti pada hematoma subdural akut, hematoma ini juga

disebabkan oleh perdarahan ena dalam ruangan subdural.

Anamnesis klinis dari penmderita hematoma ini adalah adanya trauma kepala yang

menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang perlahan$lahan. =amun jangka +aktu tertentu penderita memperlihatkan tanda$tanda status neurologik 

yang memburuk. Tingkat kesadaran mulai menurun perlahan$lahan dalam beberapa

 jam.Dengan meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran hematoma, penderita

mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon terhadap rangsangan

 bicara maupun nyeri. %ergeseran isi intracranial dan peningkatan intracranial yang

disebabkan oleh akumulasi darah akan menimbulkan herniasi unkus atau sentral dan

melengkapi tanda$tanda neurologik dari kompresi batang otak.

4.ematoma Subdural *ronik 

Timbulnya gejala pada umumnya tertunda beberapa minggu, bulan dan bahkan beberapa

tahun setelah cedera pertama.Trauma pertama merobek salah satu ena yang mele+ati

ruangan subdural. Terjadi perdarahan secara lambat dalam ruangan subdural. Dalam @ sampai

10 hari setelah perdarahan terjdi, darah dikelilingi oleh membrane fibrosa.Dengan adanya

selisih tekanan osmotic yang mampu menarik cairan ke dalam hematoma, terjadi kerusakan

sel$sel darah dalam hematoma. %enambahan ukuran hematoma ini yang menyebabkan

11

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 12/19

 perdarahan lebih lanjut dengan merobek membran atau pembuluh darah di sekelilingnya,

menambah ukuran dan tekanan hematoma.

ematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi pada

usia lanjut &karena enanya rapuh' dan pada alkoholik. %ada kedua keadaan ini, cedera

tampaknya ringanI selama beberapa minggu gejalanya tidak dihiraukan. asil pemeriksaan

(T scan dan 3! bisa menunjukkan adanya genangan darah. ematoma subdural pada bayi

 bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan

lunak. ematoma subdural yang kecil pada de+asa seringkali diserap secara spontan.

ematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala$gejala neurologis biasanya

dikeluarkan melalui pembedahan

Kont$si 'an )ematoma int"ase"e("al.

*ontusi serebral sejati terjadi cukup sering. Selanjutnya, kontusi otak hampir selalu berkaitan

dengan hematoma subdural. ajoritas terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan temporal,

+alau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk serebelum dan batang otak. %erbedaan antara

kontusi dan hematoma intraserebral traumatika tidak jelas batasannya. 2agaimanapun,

terdapat Jona peralihan, dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma

intraserebral dalam beberapa hari.

ematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan &parenkim' otak.

%erdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan

 pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut. /okasi yang paling

sering adalah lobus frontalis dan temporalis. /esi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan

&coup' atau pada sisi lainnya &countercoup'. Defisit neurologi yang didapatkan sangat

 berariasi dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan. Bejala " gejala yang dapat timbul

adalah sebagai berikut

1. Sakit kepala mendadak yang eksplosif ). 9otofobia

4. ual dan muntah

#. ilang kesadaran

5. *ejang$kejang

G. Bangguan respiratori

@. Shock 

12

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 13/19

Pen'a"a)an S$(a"a*)noi'

2iasanya pada trauma kepala yang menyebabkan pendarahan pada ruang subarachnoid

menyebabkan klinis seperti sakit kepala berat, ada kaku kuduk dan biasanya disertai dengan

 penurunan kesadaran. %ada pemeriksaan (T$Scan kepala maka akan terlihat lesi hiperdens diruang subarachnoid.

Diff$se A+onal In,$"-

%asien dengan diffuse a:onal injury biasanya pada a+al onset tidak tampak adanya

 perdarahan, kontusio maupun edema pada (T$Scan. =amun setelah diulang dalam )# jam

maka akan tampak edema yang luas.

Bejala pada pasien DA! ini adalah pasien dapat mengalami koma yang lama pasca

trauma. Dapat disertai dengan demam tinggi dan disfungsi saraf otonom.

II.2. Klasifi#asi

Trauma kapitis dibagi menjadi beberapa jenis.

Didasarkan pada aspek

a. ekanisme trauma

1. Tumpul &comusio dan contusi' kecepatan tinggi, kecepatan rendah

). Tajam &laserasi' cedera peluru, bacok, dll

13

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 14/19

c. 2erdasarkan derajat keparahannya

1. (edera kepala ringan &bila B(S 14$15'

). (edera kepala sedang &bila B(S E$1)'

4. (edera kepala berat &bila B(S KH'

14

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 15/19

II.2./ Peme"i#saan

a. 9oto polos kepala

15

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 16/19

Dilakukan bila tidak ada (T$Scan yang tersedia di rs tersebut. 9oto polos kepala yang

dilakukan sebaiknya minimal ) proyeksi A% dan lateral. 9oto polos dapat melihat apabila

terdapat fraktur cranium.

 b. (T$Scan

Tujuan (T$Scan adalah untuk mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan

entrikuler, dan perubahan jaringan otak. (T Scan merupakan gold standart bagi trauma

kapitis karena dapat dilakukan secara cepat. %ada fraktur os cranium dapat terlihat pada

(T$Scan dengan bone +indo+.

c. %emeriksaan darah rutin ntuk melihat tanda " tanda syok hemoragik.

II.2.0 Penatala#sanaan

%enatalaksanaan trauma capitis sama seperti trauma lainnya yaitu mulai dari primary surey

terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan secondary surey.

a. %rimary Surey

eliputi air+ay,breathing, circulation, dissability, enoirenment dan eksposure. arus

dapat diatasi dalam hitungan menit.

 b. Secondary Surey

Setelah aman mele+ati primary suray maka dapat dilanjutkan dengan melaksanakan

secondary surey meliputi anamnesa A%/ &Allegy, edication, %ast illness, /ast

meal, noirentment', pemeriksaan head to toe serta pemeriksaan penunjang dilakukan

disini.

c. %enatalaksanaan trauma capitis

1. %enurunan tekanan intrakranial

$ %osisi kepala ditinggikan 40 derajat

$ %emberian manitol )0

 i. dosis a+al 1gr;*g22 diberikan dalam )0 $40 menit didrip cepat

ii. Dosis lanjutan diberikan G jam setelah dosis a+al. 2erikan 0,5 gr;*g22 drip cepat

  selama )0$40 menit biila diperlukan.). Atasi komplikasi

i. *ejang profilaksis dengan obat anti$epilepsi selama @ hari diberikan pada kasus

fraktur impresi lebih dari ) diplo

ii. !nfeksi antibiotik profilaksis

iii. %endarahan B!T pemberian %%!, antiemetik, antasida bila ada indikasi

!ndikasi ra+at pasien cedera kepala &diobserasi ):)#jam' bila

1. Amnesia posttraumatika jelas disorientasi +aktu,tempat dan orang &lebih dari 1 jam'

). 3i+ayat kehilangan kesadaran &lebih dari 15 menit'

4. %enurunan tingkat kesadaran

16

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 17/19

#. =yeri kepala sedang hingga berat

5. !ntoksikasi alkohol atau obat

G. 9raktura tengkorak 

@. *ebocoran (SS, otorrhea atau rhinorrhea

H. (edera penyerta yang jelas

E. CT scan abnormal

!ndikasi bedah pada trauma capitis

1. D

• C #0 cc dengan midline shifting dengan fungsi batang otak masih baik 

• C40cc di fosa posterior dengan tanda " tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus

• D progresif 

).SD

• SD luas &C#0cc;C5mm' dengan B(S C G dan fungsi batang otak masih baik 

• SD dengan edema serebri disertai midline shift

4.!(

• %enurunan kesadaran progresif 

• (ushing refle: &ipertensi, bradikardi, dan gangguan nafas'

• %erburukan defisit neurologi fokal

#.9raktur kranii dengan laserasi serebri

5.9raktur kranii terbuka

G.dema serebri yang berat disertai dengan peningkatan T!*.

II.2. PR3NSIS

Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat terapi yang

agresif, terutama pada anak$anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. %enderita

yang berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan

dari cedera kepala

Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala pada saat trauma juga sangat

mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.

.

17

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 18/19

BAB III

KESI4PULAN

Trauma kapitis adalah cedera kepala yang disebabkan oleh trauma yang dapat menimbulkan

gejala neurologis seperti penurunan kesadaran, defisit neurologis hingga berujung pada

kelumpuhan, kecacatan maupun kematian.

%ada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer 

dan cedera sekunder. (edera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung

dari satu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras

maupun oleh proses akselarasideselarasi gerakan kepala. Trauma kapitis juga diklasifikasikan

 berdasarkan mekanik trauma dan derajat keparahannya.%enatalaksanaan trauma capitis sama seperti trauma lainnya yaitu mulai dari primary

surey terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan secondary surey. Apabila penanganan

 pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat terapi yang agresif, terutama pada

anak$anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. /okasi terjadinya lesi pada bagian

kepala pada saat trauma juga sangat mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.

18

7/26/2019 Suzan Anita Refrat

http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 19/19

DA!TAR PUSTAKA

1. 3opper A, Adams 3, 6ictor , 2ro+n 3, 6ictor . Adams and 6ictorLs principles of neurology. Eth ed. =e+ 7ork cBra+$ill edical %ub. DiisionI )00E. %H#G$@4.

). 2rust . (urrent diagnosis M treatment in neurology. =e+ 7ork cBra+$ill

edicalI )01). %1@@$)00.

4. Simon 3, Breenberg D, Aminoff . (linical neurology. =e+ 7ork /ange edical

2ooks;cBra+$illI )00E.%5H$E.

#. 2ratton S. Traumatic 2rain !njury (are Buideline (ompliance !mproes -utcome.

AA% Brand 3ounds. )01#I4)&5'51$51.

5. BolisJ *. -ccupational therapy practice guidelines for adults +ith traumatic brain

injury. 2ethesda, D A-TA %ress, American -ccupational Therapy AssociationI

)00E.

G. (ifu D, (aruso D, 2uschbacher 3. Traumatic 2rain !njury. =e+ 7ork Demos edical

%ub., //(I )010.

@. Tanto (, /i+ang 9, anifati S, %radipta A. *apita Selekta *edokteran. disi #.

edia Aesculapius )01#

8.   Soertide+i /, isbach , amid A, Sjahrir . *onsensus =asional %enanganan

Trauma *apitis dan Trauma Spinal. akarta )00G. %1$1H.