Download - Suzan Anita Refrat
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 1/19
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma kapitis adalah cedera kepala yang disebabkan oleh trauma yang dapat
menimbulkan gejala neurologis seperti penurunan kesadaran, defisit neurologis hingga
berujung pada kelumpuhan, kecacatan maupun kematian. Di Amerika Serikat, kejadian
cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah di atas,
10 penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita
menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut. Di negara berkembang
seperti !ndonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak frekuensi cedera
kepala cenderung semakin meningkat.
Distribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif antara
15"## tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki$laki dibandingkan dengan perempuan.
%enyebab cedera kepala terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas, disusul dengan jatuh
&terutama pada anak$anak'. (edera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh
kematian akibat trauma). *arena itu, sudah saatnya seluruh fasilitas kesehatan yang ada,
khususnya puskesmas sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan, dapat melakukan
penanganan yang optimal bagi penderita cedera kepala. Seperti negara$negara berkembang
lainnya, kita tidak dapat memungkiri bah+a masih terdapat banyak keterbatasan, di antaranya
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan, keterbatasan alat$alat medis,
serta kurangnya dukungan sistem transportasi dan komunikasi. al ini memang merupakan
tantangan bagi kita dalam menangani pasien dengan trauma, khususnya trauma kepala.
(edera kepala merupakan keadaan yang serius. -leh karena itu, setiap petugas
kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan praktis untuk melakukan
penanganan pertama dan tindakan lie saing sebelum melakukan rujukan ke rumah sakit.
Diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan
mortalitasnya. %enanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat menyebabkan
keadaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya kemungkinan pemulihan fungsi.
1
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 2/19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi
a. *ulit *epala
*ulit kepala terdiri dari 5 lapisanyang disebut sebagai S(A/% yaitu
• Skin atau kulit
• (onnectie tissue atau jaringan penyambung
• Aponeuris atau galea aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan langsung
dengan tengkorak
• /oose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar.
• %erikranium aringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika
dari perikranium dan merupakan tempat yang biasa terjadinya perdarahan subgaleal.
*ulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat
laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada anak$
anak atau penderita de+asa yang cukup lama terperangkap sehingga membutuhkan
+aktu lama untuk mengeluarkannya
2
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 3/19
b. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah &kalaria' dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari
beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. *alaria khususnya di regio
temporal adalah tipis, namun di sini dilapisi oleh otot temporalis. 2asis kranii berbentuk tidak
rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselerasi. 3ongga tengkorak dasar dibagi atas 4 fosa yaitu fosa anterior tempat lobus
frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian ba+ah batang
otak dan serebelum.
c. eningens
Selaput meninges menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 4 lapisan yaitu
1' Duramater
Duramater secara konensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan
meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang
melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. *arena tidak melekat pada selaput
arachnoid di ba+ahnya, maka terdapat suatu ruang potensial &ruang subdura' yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural
%ada cedera otak, pembuluh$pembuluh ena yang berjalan pada permukaan otak
menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut 2ridging 6eins, dapat mengalami
robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah
ena ke sinus transersus dan sinus sigmoideus. /aserasi dari sinus$sinus ini dapat
mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri meningens terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium &ruang
epidural'. Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri$arteri ini
3
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 4/19
dan menyebabkan perdarahan epidural. 7ang paling sering mengalami cedera adalah arteri
meningea media yang terletak pada fosa temporalis &fosa media'.
)' Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput arakhnoid
terletak antara piamater sebelah dalam dan duramater sebelah luar yang meliputi otak.
Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari
pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh li8uor serebrospinalis. %erdarahan sub
arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
4' %iamater
%iamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. %iamater adalah membrana askular
yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling
dalam. embrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri$
arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh piamater.
d. -tak
-tak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat pada orang de+asa. -tak terdiri dari
beberapa bagian yaitu proensefalon &otak depan' terdiri dari serebrum dan diensefalon,
mesensefalon &otak tengah' dan rhombensefalon &otak belakang' terdiri dari pons, medula
oblongata dan serebellum.
9isura membagi otak menjadi beberapa lobus. /obus frontal berkaitan dengan fungsi
emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. /obus parietal berhubungan dengan fungsi
sensorik dan orientasi ruang. /obus temporal mengatur fungsi memori tertentu. /obus
oksipital bertanggung ja+ab dalam proses penglihatan. esensefalon dan pons bagian atas
berisi sistem aktiasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan ke+apadaan. %ada
medulla oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung ja+ab dalam
fungsi koordinasi dan keseimbangan.
e. (airan serebrospinalis
(airan serebrospinalis
(airan serebrospinal &(SS' dihasilkan oleh ple:us khoroideus dengan kecepatan produksi
sebanyak )0 ml;jam. (SS mengalir dari dari entrikel lateral melalui foramen monro menuju
entrikel !!!, dari akuaduktus sylius menuju entrikel !6. (SS akan direabsorbsi ke dalam
4
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 5/19
sirkulasi ena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior.
Adanya darah dalam (SS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu
penyerapan (SS dan menyebabkan kenaikan tekanan intracranial. Angka rata$rata pada
kelompok populasi de+asa olume (SS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml (SS
per hari.
f. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial &terdiri dari fosa
kranii anterior dan fosa kranii media' dan ruang infratentorial &berisi fosa kranii posterior'.
g. 6askularisasi -tak
-tak disuplai oleh dua sirkulasi utama yaitu sirkulasi anterior dan sirkulasi posterior.
Sirkulasi anterior diperdarahi oleh arteri carotis interna dan cabang " cabangnya dan sirkulasi
posterior diperdarahi oleh arteri ertebrobasilaris dan cabang $ cabangnya. *edua arteri besar
ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus <illisi. 6ena$ena
otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak
mempunyai katup. 6ena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus enosus
cranialis.
II.2 CEDERA KEPALA
II.2.1 Definisi
(edera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau
tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,
kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun permanent. enurut 2rain !njury
Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan ; benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran, sehingga menimbulkan
kerusakankemampuan kognitif dan fungsi fisik.
II.2.2 Patofisiologi
a. Tekanan intracranial
2erbagai proses patologi pada otak dapat meningkatkan tekanan intracranial yang selanjutnya
dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap penderita. Tekanan
intracranial yang tinggi dapat menimbulkaan konsek+ensi yang mengganggu fungsi otak.
5
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 6/19
T!* =ormal kira$kira sebesar 10 mmg, T!* lebih tinggi dari )0mmg dianggap tidak
normal. Semakin tinggi T!* seteelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya
b. ukum onroe$*ellie
*onsep utama 6olume intrakranial adalah selalu konstan karena sifat dasar dari tulang
tengkorang yang tidak elastik. 6olume intrakranial &6ic' adalah sama dengan jumlah total
olume komponen$komponennya yaitu olume jaringan otak &6 br', olume cairan
serebrospinal &6 csf' dan olume darah &6bl'.
6ic > 6 br? 6 csf ? 6 bl
c. Tekanan %erfusi otak
Tekanan perfusi otak merupakan selisih antara tekanan arteri rata$rata &mean arterial presure'dengan tekanan inttrakranial. Apabila nilai T%- kurang dari @0mmg akan memberikan
prognosa yang buruk bagi penderita.
d. Aliran darah otak &AD-'
AD- normal kira$kira 50 ml;100g jaringan otak permenit. 2ila AD- menurun sampai )0$
)5ml;100g;menit maka aktiitas B akan menghilang. Apabila AD- sebesar 5ml;100
g;menit maka sel$sel otak akan mengalami kematian dan kerusakan yang menetap.
%ada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer
dan cedera sekunder. (edera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung
dari satu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras
maupun oleh proses akselarasideselarasi gerakan kepala. Dalam mekanisme cedera kepala
dapat terjadi peristi+a coup dan contrecoup. (edera primer yang diakibatkan oleh adanya
benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. %ada daerah yang
berla+anan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi$
deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi
trauma. %erbedaan densitas antara tulang tengkorak &substansi solid' dan otak &substansi
semisolid' menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya.
2ergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak
pada tempat yang berla+anan dari benturan &countercoup'
(edera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang
timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak,
6
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 7/19
kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan
neurokimia+i.
II.2. !"a#t$" teng#o"a#
9raktur tengkorak dapat terjadi pada kalaria atau basis. %ada fraktur kalaria ditentukan
apakah terbuka atau tertutup, linear atau stelata, depressed atau non depressed . 9raktur
tengkorak basal sulit tampak pada foto sinar$: polos dan biasanya perlu CT scan dengan
bone-window untuk memperlihatkan lokasinya.
Sebagai pegangan umum, depressed fragmen lebih dari ketebalan tengkorak &C 1
tabula' memerlukan operasi eleasi. 9raktura tengkorak terbuka atau compound berakibat
hubungan langsung antara laserasi scalp dan permukaan serebral karena durameter robek, dan
fraktura ini memerlukan operasi perbaikan segera. 9rekuensi fraktura tengkorak berariasi,
lebih banyak fraktura ditemukan bila penelitian dilakukan pada populasi yang lebih banyak
mempunyai cedera berat. 9raktura kalaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial
sebesar #00 kali pada pasien yang sadar dan )0 kali pada pasien yang tidak sadar. 9raktura
kalaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar #00 kali pada pasien yang
sadar dan )0 kali pada pasien yang tidak sadar. ntuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak
mengharuskan pasien untuk dira+at dirumah sakit untuk obserasi.
7
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 8/19
II.2.% Lesi Int"a#"anial
/esi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, +alau kedua bentuk cedera
ini sering terjadi bersamaan. /esi fokal termasuk hematoma epidural, hematoma subdural,
dan kontusi &atau hematoma intraserebral'. %asien pada kelompok cedera otak difusa, secara
umum, menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan perubahan sensorium atau
bahkan koma dalam. 2asis selular cedera otak difusa menjadi lebih jelas pada tahun$tahun
terakhir ini.
8
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 9/19
Hematoma E&i'$"al
pidural hematom &D' adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula
interna dan duramater. %aling sering terletak di regio temporal atau temporal parietal dan
sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. %erdarahan biasanya dianggap berasal
arterial, namun mungkin sekunder dari perdarahan ena pada sepertiga kasus. *adang$
kadang, hematoma epidural mungkin akibat robeknya sinus ena, terutama diregio parietal$
oksipital atau fossa posterior.
<alau hematoma epidural relatif tidak terlalu sering &0.5 dari keseluruhan atau E
dari pasien koma cedera kepala', harus selalu diingat saat menegakkan diagnosis dan ditindak
segera. 2ila ditindak segera, prognosis biasanya baik karena cedera otak disekitarnya
biasanya masih terbatas. Outcome langsung bergantung pada status pasien sebelum operasi.
ortalitas dari hematoma epidural sekitar 0 pada pasien tidak koma, E pada pasien
obtundan, dan )0 pada pasien koma dalam.
Bejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. %asien dengan
kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering
juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. %asien seperti ini harus di
obserasi dengan teliti. Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam$macam
akibat dari cedera kepala. 2anyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera
kepala.
Bejala yang sering tampak
F%enurunan kesadaran, bisa sampai koma
F 2ingung
F %englihatan kabur
F Susah bicara
F =yeri kepala yang hebat
F *eluar cairan darah dari hidung atau telinga
F =ampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala.
F ual
F %using
F 2erkeringat
F %ucat
F %upil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
9
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 10/19
%ada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan
epilepsi fokal. %ada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya
pada permulaan masih positif menjadi negatif. !nilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial.
Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. %ada tahap akhir, kesadaran menurun
sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua
pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Bejala$gejala
respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang
otak. ika pidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak, interal bebas
tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur
Hematoma S$('$"al
ematoma subdural &SD' adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan
arakhnoid. SD lebih sering terjadi dibandingkan D, ditemukan sekitar 40 penderita
dengan cedera kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya ena bridging antara
korteks serebral dan sinus draining . =amun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi
permukaan atau substansi otak. 9raktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain itu,
10
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 11/19
kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih berat dan
prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural. ortalitas umumnya G0, namun
mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang sangat segera dan pengelolaan medis agresif.
1.ematoma Subdural Akut
ematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologik dalam )# sampai #H jam setelah
cedera. Dan berkaitan erat dengan trauma otak berat. Bangguan neurologik progresif
disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak dalam foramen
magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan pada batang otak. *eadan ini dengan cepat
menimbulkan berhentinya pernapasan dan hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan
darah.
). ematoma Subdural Subakut
ematoma ini menyebabkan defisit neurologik dalam +aktu lebih dari #H jam tetapi kurang
dari ) minggu setelah cedera. Seperti pada hematoma subdural akut, hematoma ini juga
disebabkan oleh perdarahan ena dalam ruangan subdural.
Anamnesis klinis dari penmderita hematoma ini adalah adanya trauma kepala yang
menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang perlahan$lahan. =amun jangka +aktu tertentu penderita memperlihatkan tanda$tanda status neurologik
yang memburuk. Tingkat kesadaran mulai menurun perlahan$lahan dalam beberapa
jam.Dengan meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran hematoma, penderita
mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon terhadap rangsangan
bicara maupun nyeri. %ergeseran isi intracranial dan peningkatan intracranial yang
disebabkan oleh akumulasi darah akan menimbulkan herniasi unkus atau sentral dan
melengkapi tanda$tanda neurologik dari kompresi batang otak.
4.ematoma Subdural *ronik
Timbulnya gejala pada umumnya tertunda beberapa minggu, bulan dan bahkan beberapa
tahun setelah cedera pertama.Trauma pertama merobek salah satu ena yang mele+ati
ruangan subdural. Terjadi perdarahan secara lambat dalam ruangan subdural. Dalam @ sampai
10 hari setelah perdarahan terjdi, darah dikelilingi oleh membrane fibrosa.Dengan adanya
selisih tekanan osmotic yang mampu menarik cairan ke dalam hematoma, terjadi kerusakan
sel$sel darah dalam hematoma. %enambahan ukuran hematoma ini yang menyebabkan
11
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 12/19
perdarahan lebih lanjut dengan merobek membran atau pembuluh darah di sekelilingnya,
menambah ukuran dan tekanan hematoma.
ematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi pada
usia lanjut &karena enanya rapuh' dan pada alkoholik. %ada kedua keadaan ini, cedera
tampaknya ringanI selama beberapa minggu gejalanya tidak dihiraukan. asil pemeriksaan
(T scan dan 3! bisa menunjukkan adanya genangan darah. ematoma subdural pada bayi
bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan
lunak. ematoma subdural yang kecil pada de+asa seringkali diserap secara spontan.
ematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala$gejala neurologis biasanya
dikeluarkan melalui pembedahan
Kont$si 'an )ematoma int"ase"e("al.
*ontusi serebral sejati terjadi cukup sering. Selanjutnya, kontusi otak hampir selalu berkaitan
dengan hematoma subdural. ajoritas terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan temporal,
+alau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk serebelum dan batang otak. %erbedaan antara
kontusi dan hematoma intraserebral traumatika tidak jelas batasannya. 2agaimanapun,
terdapat Jona peralihan, dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma
intraserebral dalam beberapa hari.
ematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan &parenkim' otak.
%erdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan
pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut. /okasi yang paling
sering adalah lobus frontalis dan temporalis. /esi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan
&coup' atau pada sisi lainnya &countercoup'. Defisit neurologi yang didapatkan sangat
berariasi dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan. Bejala " gejala yang dapat timbul
adalah sebagai berikut
1. Sakit kepala mendadak yang eksplosif ). 9otofobia
4. ual dan muntah
#. ilang kesadaran
5. *ejang$kejang
G. Bangguan respiratori
@. Shock
12
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 13/19
Pen'a"a)an S$(a"a*)noi'
2iasanya pada trauma kepala yang menyebabkan pendarahan pada ruang subarachnoid
menyebabkan klinis seperti sakit kepala berat, ada kaku kuduk dan biasanya disertai dengan
penurunan kesadaran. %ada pemeriksaan (T$Scan kepala maka akan terlihat lesi hiperdens diruang subarachnoid.
Diff$se A+onal In,$"-
%asien dengan diffuse a:onal injury biasanya pada a+al onset tidak tampak adanya
perdarahan, kontusio maupun edema pada (T$Scan. =amun setelah diulang dalam )# jam
maka akan tampak edema yang luas.
Bejala pada pasien DA! ini adalah pasien dapat mengalami koma yang lama pasca
trauma. Dapat disertai dengan demam tinggi dan disfungsi saraf otonom.
II.2. Klasifi#asi
Trauma kapitis dibagi menjadi beberapa jenis.
Didasarkan pada aspek
a. ekanisme trauma
1. Tumpul &comusio dan contusi' kecepatan tinggi, kecepatan rendah
). Tajam &laserasi' cedera peluru, bacok, dll
13
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 14/19
c. 2erdasarkan derajat keparahannya
1. (edera kepala ringan &bila B(S 14$15'
). (edera kepala sedang &bila B(S E$1)'
4. (edera kepala berat &bila B(S KH'
14
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 15/19
II.2./ Peme"i#saan
a. 9oto polos kepala
15
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 16/19
Dilakukan bila tidak ada (T$Scan yang tersedia di rs tersebut. 9oto polos kepala yang
dilakukan sebaiknya minimal ) proyeksi A% dan lateral. 9oto polos dapat melihat apabila
terdapat fraktur cranium.
b. (T$Scan
Tujuan (T$Scan adalah untuk mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan
entrikuler, dan perubahan jaringan otak. (T Scan merupakan gold standart bagi trauma
kapitis karena dapat dilakukan secara cepat. %ada fraktur os cranium dapat terlihat pada
(T$Scan dengan bone +indo+.
c. %emeriksaan darah rutin ntuk melihat tanda " tanda syok hemoragik.
II.2.0 Penatala#sanaan
%enatalaksanaan trauma capitis sama seperti trauma lainnya yaitu mulai dari primary surey
terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan secondary surey.
a. %rimary Surey
eliputi air+ay,breathing, circulation, dissability, enoirenment dan eksposure. arus
dapat diatasi dalam hitungan menit.
b. Secondary Surey
Setelah aman mele+ati primary suray maka dapat dilanjutkan dengan melaksanakan
secondary surey meliputi anamnesa A%/ &Allegy, edication, %ast illness, /ast
meal, noirentment', pemeriksaan head to toe serta pemeriksaan penunjang dilakukan
disini.
c. %enatalaksanaan trauma capitis
1. %enurunan tekanan intrakranial
$ %osisi kepala ditinggikan 40 derajat
$ %emberian manitol )0
i. dosis a+al 1gr;*g22 diberikan dalam )0 $40 menit didrip cepat
ii. Dosis lanjutan diberikan G jam setelah dosis a+al. 2erikan 0,5 gr;*g22 drip cepat
selama )0$40 menit biila diperlukan.). Atasi komplikasi
i. *ejang profilaksis dengan obat anti$epilepsi selama @ hari diberikan pada kasus
fraktur impresi lebih dari ) diplo
ii. !nfeksi antibiotik profilaksis
iii. %endarahan B!T pemberian %%!, antiemetik, antasida bila ada indikasi
!ndikasi ra+at pasien cedera kepala &diobserasi ):)#jam' bila
1. Amnesia posttraumatika jelas disorientasi +aktu,tempat dan orang &lebih dari 1 jam'
). 3i+ayat kehilangan kesadaran &lebih dari 15 menit'
4. %enurunan tingkat kesadaran
16
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 17/19
#. =yeri kepala sedang hingga berat
5. !ntoksikasi alkohol atau obat
G. 9raktura tengkorak
@. *ebocoran (SS, otorrhea atau rhinorrhea
H. (edera penyerta yang jelas
E. CT scan abnormal
!ndikasi bedah pada trauma capitis
1. D
• C #0 cc dengan midline shifting dengan fungsi batang otak masih baik
• C40cc di fosa posterior dengan tanda " tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus
• D progresif
).SD
• SD luas &C#0cc;C5mm' dengan B(S C G dan fungsi batang otak masih baik
• SD dengan edema serebri disertai midline shift
4.!(
• %enurunan kesadaran progresif
• (ushing refle: &ipertensi, bradikardi, dan gangguan nafas'
• %erburukan defisit neurologi fokal
#.9raktur kranii dengan laserasi serebri
5.9raktur kranii terbuka
G.dema serebri yang berat disertai dengan peningkatan T!*.
II.2. PR3NSIS
Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat terapi yang
agresif, terutama pada anak$anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. %enderita
yang berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan
dari cedera kepala
Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala pada saat trauma juga sangat
mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.
.
17
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 18/19
BAB III
KESI4PULAN
Trauma kapitis adalah cedera kepala yang disebabkan oleh trauma yang dapat menimbulkan
gejala neurologis seperti penurunan kesadaran, defisit neurologis hingga berujung pada
kelumpuhan, kecacatan maupun kematian.
%ada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer
dan cedera sekunder. (edera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung
dari satu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras
maupun oleh proses akselarasideselarasi gerakan kepala. Trauma kapitis juga diklasifikasikan
berdasarkan mekanik trauma dan derajat keparahannya.%enatalaksanaan trauma capitis sama seperti trauma lainnya yaitu mulai dari primary
surey terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan secondary surey. Apabila penanganan
pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat terapi yang agresif, terutama pada
anak$anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. /okasi terjadinya lesi pada bagian
kepala pada saat trauma juga sangat mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.
18
7/26/2019 Suzan Anita Refrat
http://slidepdf.com/reader/full/suzan-anita-refrat 19/19
DA!TAR PUSTAKA
1. 3opper A, Adams 3, 6ictor , 2ro+n 3, 6ictor . Adams and 6ictorLs principles of neurology. Eth ed. =e+ 7ork cBra+$ill edical %ub. DiisionI )00E. %H#G$@4.
). 2rust . (urrent diagnosis M treatment in neurology. =e+ 7ork cBra+$ill
edicalI )01). %1@@$)00.
4. Simon 3, Breenberg D, Aminoff . (linical neurology. =e+ 7ork /ange edical
2ooks;cBra+$illI )00E.%5H$E.
#. 2ratton S. Traumatic 2rain !njury (are Buideline (ompliance !mproes -utcome.
AA% Brand 3ounds. )01#I4)&5'51$51.
5. BolisJ *. -ccupational therapy practice guidelines for adults +ith traumatic brain
injury. 2ethesda, D A-TA %ress, American -ccupational Therapy AssociationI
)00E.
G. (ifu D, (aruso D, 2uschbacher 3. Traumatic 2rain !njury. =e+ 7ork Demos edical
%ub., //(I )010.
@. Tanto (, /i+ang 9, anifati S, %radipta A. *apita Selekta *edokteran. disi #.
edia Aesculapius )01#
8. Soertide+i /, isbach , amid A, Sjahrir . *onsensus =asional %enanganan
Trauma *apitis dan Trauma Spinal. akarta )00G. %1$1H.