surveillans dan monitoring avian influenza dalam · pdf filedalam pelaksanaan kegiatan ini...
TRANSCRIPT
BALAI VETERINERBUKITTINGGI
KEMENTERIAN PERTANIAN
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
SURVEILLANS DAN MONITORING AVIAN INFLUENZA DALAM RANGKA PENANGANAN DAN PENGENDALIAN WABAH VIRUS FLU BURUNG
No.
5242014
Balai Veteriner BukittinggiDirektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
2014
Kementerian Pertanian
LP-140-IDN
Laboratorium Penguji
http://bvetbukittinggi.ditjennak.deptan.go.id
i
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan hasil Kegiatan Monitoring Penyakit Avian Influenza di wilayah kerja Balai
Veteriner Bukittinggi yang meliputi Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Riau, propinsi Jambi dan Propinsi
Kepulauan Riau.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pelaksanaan kegiatan ini terutama dinas peternakan atau dinas pertanian yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan di lokasi kegiatan .
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber informasi untuk menetukan langkah-langkah dalam penanggulangan Penyakit Avian Influenza
sehingga target Indonesia bebas AI Tahun 2020 dapat segera terwujud.
Bukittinggi, Desember 2014
Kepala Balai Penyusun
Drh. Azfirman
Drh. Martdeliza , M. Sc
NIP.19651004 199403 1 001 NIP.19720301 200312 2 002
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... i
Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
Ringkasan....................................................................................... .............................. iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................ ....................... 3
1.3 Manfaat .............................................................................. ...................... 3
1.4 Sasaran .............................................................................. ...................... 3
II. MATERI DAN METODE
Materi ......................................................... ....................................................... 4
Metode .............................................................................................................. 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ...................................................... ............................................................ 7
Pembahasan ................................................................................................ .... 7
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................. ...................... .......... .......................... 21
iii
RINGKASAN
Avian influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza.
Semua unggas dapat terserang virus influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam dan kalkun.
Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi karena dapat mencapai 100%. Gejala klinis
yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara lain adalah, jengger, pial, kelopak mata, telapak kaki dan
perut yang tidak ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru keunguan. Adanya perdarahan pada kaki berupa
bintik-bintik merah (ptekhie) atau biasa disebut kerokan kaki. Keluarnya cairan dari mata dan hidung,
pembengkakan pada muka dan kepala, diare, batuk, bersin dan ngorok. Nafsu makan menurun, penurunan
produksi telur, kerabang telur lembek. Adanya gangguan syaraf, tortikolis, lumpuh dan gemetaran.
Kematian terjadi dengan cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat dengan jelas.
Strategi pengendalian dan pemberantasan AI yang tercantum dalam roadmap pembebasan AI
merupakan revisi dari 9 strategis pembebasan AI Tahun 2004. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
Biosekuriti, Vaksinasi, Depopulasi, Surveilans, Pengawasan lalu lintas, Restrukturisasi Perunggasan, Public
awareness dan Peraturan Perundangan. Dari 8 langkah strategis tersebut, surveilans merupakan tupoksi
dari BVet. BVet Bukittinggi bertanggungjawab melakukan surveilans AI di Provinsi Sumbar, Provinsi Riau
Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau. Surveilans dan monitoring AI memiliki manfaat terutama
secara ekonomis dalam rangka pembebasan dari AI, karena, pelaksanaan kegiatan surveilans akan
menunjukkan kondisi sesungguhnya penyakit AI yang masih endemis di wilayah kerja BVet Bukittinggi
Sampel yang diambil berupa swab trakhea/cloaka unggas untuk identifikasi virus serta serum unggas
untuk serologis.Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium BVet Bukittinggi seroprevalensi AI Provinsi
Sumbar sebesar 23,5 % (539 seropositif dari 2296 serum yang diperiksa. Seroprevalensi AI di Provinsi
Jambi sebesar 8%. Seroprevalensi AI di Provinsi Riau sebesar 4,6%. Seroprevalensi AI di Provinsi Kepri
sebesar 7 %. Prevalensi AI Provinsi Sumbar 3,8%, ini menunjukkan bahwa diwilayah Provinsi Sumbar masih
ditemukan virus AI yaitu di Kabupaten Agam, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Payakumbuh, Kabupaten
Pasaman Barat, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Sawah
Lunto, sedangkan pada kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumbar tidak ditemukan virus AI. Prevalensi AI
di Provinsi Riau sebesar 0 %, hal ini berarti tidak ditemukan virus AI disemua kab./kota di Provinsi Riau.
Prevalensi AI di Provinsi Jambi sebesar 0,5 % dan virus AI ditemukan di Kabupaten Kerinci dan Kabupaten
Batanghari sedang di kab/kota lainnya tidak ditemukan virus AI. Prevalensi AI di Provinsi Kepri 0 %, tidak
ditemukan virus AI di kab/kota di Provinsi Kepri kecuali Kota Batam dan Kabupaten Kepulauan Anambas
tidak dilakukan pengambilan sampel
Program pengendalian dan pemberantasan AI memerlukan suatu pendekatan yang Komprehensif dan
Intensif mencakup tindakan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan AI pada Unggas Pekarangan,
Peternakan Unggas Komersial, Itik dan sepanjang Rantai Pemasaran Unggas serta melibatkan semua
pihak.
1
LAPORAN KEGIATAN
SURVEILANS AVIAN INFLUENZA (AI) DIWILAYAH KERJA
BALAI VETERINER BUKITTINGGI TAHUN 2014
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Avian Influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza.
Semua unggas dapat terserang virus influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam dan kalkun.
Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi karena dapat mencapai 100%.
Ada tiga tipe virus influenza, yaitu tipe A, B dan C. Walaupun ketiganya dapat menyerang manusia, virus
tipe A pada umumnya menyerang hewan tingkat rendah dan unggas. Virus influenza tipe A ini terdiri dari
16 sub tipe dan semuanya dapat menyerang unggas. Semua wabah Highly Pthogenic Avian Influenza (HPAI)
disebabkan oleh virus influenza tipe A sub tipe H5 dan H7. Sebenarnya virus Avian Influenza tidak mudah
menular kepada manusia. Tetapi hal ini bisa berubah karena terjadinya mutasi atau reassortment genetis
(bercampurnya gen influenza pada hewan dan manusia) sehingga dalam perkembangannya virus Avian
Influenza tidak hanya menyerang unggas, tetapi juga menyerang manusia (zoonotik). Sehingga Avian
Influenza Viruses (Highly Pathogenic Avian Influenza/HPAI) merupakan ancaman serius bagi kesehatan dan
produksi unggas, keamanan pangan, kesehatan masyarakat serta mempengaruhi perekonomian dan
perdagangan.
Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara lain adalah, jengger, pial, kelopak mata,
telapak kaki dan perut yang tidak ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru keunguan. Adanya perdarahan pada
kaki berupa bintik-bintik merah (ptekhie) atau biasa disebut kerokan kaki. Keluarnya cairan dari mata dan
hidung, pembengkakan pada muka dan kepala, diare, batuk, bersin dan ngorok. Nafsu makan menurun,
penurunan produksi telur, kerabang telur lembek. Adanya gangguan syaraf, tortikolis, lumpuh dan
gemetaran. Kematian terjadi dengan cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat
dengan jelas.
Sampai sekarang sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Provinsi Sumbar, Provinsi Riau, Provinsi
Jambi dan Provinsi kepulauan Riau masih endemis HPAI.
2
Tantangan dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit HPAI pada Unggas :
1. Virus HPAI H5N1 clade 2.1.3.
Sejak 2003 – sekarang, kasus cukup terkendali
2. Virus HPAI H5N1 clade 2.3.2.1.
Sejak September 2012 – sekarang, perkembangan kasus cukup terkendali
3. Ancaman terjadinya mutasi antigenik dan atau genetik dari Virus HPAI H5N1
4. Ancaman masuknya Virus Avian Influenza A/H7N9 dan kemungkinan strain/clade baru lainnya ke
Indonesia
5. Mencegah risiko penularan virus AI dari unggas ke manusia
6. Mencegah terjadinya pandemi influenza
Perlunya Indonesia bebas dari HPAI karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi peternak unggas dan
pelaku usaha perunggasan, bersifat zoonosis, menyebabkan kematian manusia dan mengancam
ketenteraman batin masyarakat serta berpotensi risiko terjadinya pandemi influenza global , bukti contoh
keberhasilan negara lain mampu bebas AI kembali (Thailand, Malaysia) perkembangan kasus AI telah
menurun signifikan dan untuk mempertahankan swasembada daging dan telur unggas serta kembali
membuka peluang ekspor.
Dalam Roadmap Indonesia Bebas AI Tahun 2020; Provinsi Kepri termasuk wilayah resiko sedang dan
diharapkan bebas AI Tahun 2015, Provinsi Jambi juga termasuk wilayah resiko sedang dan diharapkan
dapat bebas AI pada Tahun 2017. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau termasuk dalam
wilayah resiko tinggi dan diharapkan dapat dibebaskan dari AI pada Tahun 2018.
Program pengendalian dan pemberantasan AI memerlukan suatu pendekatan yang Komprehensif dan
Intensif mencakup tindakan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan AI pada unggas pearangan,
peternakan unggas komersial, Itik dan sepanjang rantai pemasaran unggas serta melibatkan semua pihak.
Strategi pengendalian dan pemberantasan AI yang tercantum dalam roadmap pembebasan AI
merupakan revisi dari 9 strategis pembebasan AI Tahun 2004. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
Biosekuriti, Vaksinasi, Depopulasi, Surveilans, Pengawasan lalu lintas, Restrukturisasi Perunggasan, Public
awareness dan Peraturan Perundangan.
Dari 8 langkah strategis tersebut, surveilans merupakan tupoksi dari BVet. BVet Bukittinggi
bertanggungjawab melakukan surveilans AI di Provinsi Sumbar, Provinsi Riau Provinsi Jambi dan Provinsi
Kepulauan Riau.
3
1.2 TUJUAN
1. Untuk memberikan suatu gambaran umum secara epidemiologi tentang situasi Avian Influenza
pada daerah endemis, daerah dalam rangka pembebasan, permasalahannya menuju
pemberantasan Avian Influenza di lokasi survey dan monitoring tersebut.
2. Menentukan aras penyakit AI di Provinsi Sumbar, Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Kepri.
3. Monitoring titer antibodi Avian Influenza pada hewan penular Avian Influenza yang telah dilakukan
vaksinasi ataupun tidak, baik pada daerah endemis, daerah dalam rangka pembebasan, menunjang
tindakan depopulasi jika diperlukan dan identifikasi pada unggas yang sudah divaksinasi.
4. Untuk mengetahui tingkat keefektifitasan kegiatan-kegiatan pemberantasan Avian Influenza yang
sudah berjalan dan rencana kedepannya, sehingga program pemberantasan Avian Influenza secara
nasional dapat tercapai sesuai dengan harapan.
1.3. MANFAAT
Surveilans dan monitoring AI memiliki manfaat terutama secara ekonomis dalam rangka pembebasan
dari AI. Selain itu, pelaksanaan kegiatan surveilans akan menunjukkan kondisi sesungguhnya penyakit AI
yang masih endemis di wilayah kerja BVet Bukittinggi
1.4. SASARAN
Menganalisa dan memahami kondisi penyakit AI di wilayah tertular sehingga dapat disusun program
pembebasan penyakit AI secara bertahap dan berkesinambungan.
4
BAB. I I
MATERI DAN METODE
2.1. MATERI
Sampel yang diambil berupa swab trakhea/cloaka unggas untuk identifikasi virus serta serum
unggas untuk serologis. Besaran sampel yang dibutuhkan berdasarkan prevalensi AI dimas ing-masing
wilayah.
SAMPLING SIZE
Target Populasi
Tingkat Provinsi
Surveillans dilakukan di 4 provinsi yaitu Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi
Kepri.
Tingkat Kabupaten/kota
Semua kabupaten diwilayah kerja, jumlah sampel yang diambil berdasarkan prevalensi tahun 2013 dan
pengambilan sampel sesuai proporsi relatif
Jumlah sampel
Untuk menentukan aras penyakit, besaran sampel diproleh dengan menggunakan rumus n=4PQ/L 2.
Berdasarkan hasil surveilans 2013 prevalensi AI di Provinsi Sumatera Barat adalah, 19%, prevalensi AI
Provinsi Riau 6%, prevalensi AI Provinsi Jambi 10 %.
Besaran sampel yang akan diambil dari Provinsi Sumatera Barat dengan Prevalensi = 0,19; tingkat
kepercayaan 95%: tingkat kesalahan (galat) 3%; populasi unggas Provinsi Sumbar 31.643.663 (Data Disnak
Provinsi Sumbar). Rumus besaran sampel yang digunakan adalah n = 4PQ/L2. . Sampel yang diambil
sebanyak 4 x 0,19 x 0,81 / 0,04 x 0,04 = 385 sampel. Sampling yang digunakan tahapan ganda, untuk
menghindari penyimpangan sampel yang besar n x 5 -7 = 385 x 6= 2310 sampel.
Besaran sampel yang akan diambil dari Provinsi Riau dengan Prevalensi 0,06; tingkat kepercayaan 95%:
tingkat kesalahan (galat) 4%; populasi unggas Provinsi Riau 36.791.731(Data Disnak Provinsi Riau). Sampel
yang diambil menggunakan rumus n = 4PQ/L2. Sampel yang diambil sebanyak 4 x 0,06 x 0,94 / 0,04 x 0,04
= 141 sampel.Sampling yang digunakan tahapan ganda, untuk menghindari penyimpangan sampel yang
besar n x 5 -7 = 141 x 6 = 846 sampel.
Besaran sampel yang akan diambil dari Provinsi Jambi dengan Prevalensi 0,10; tingkat kepercayaan
95%: tingkat kesalahan (galat) 4%; populasi unggas Provinsi Jambi 24.256.617 (Data Disnak Provinsi
Jambi). Sampel yang diambil menggunakan rumus n = 4PQ/L2. Sampel yang diambil sebanyak 4 x 0,10 x
5
0,90 / 0,04 x 0,04 = 225 sampel. Sampling yang digunakan tahapan ganda dengan unit terakhir kabupaten
= n x 5 -7 = 225 x 6 = 1350 sampel.
Besaran sampel yang akan diambil dari Provinsi Kepri dengan Prevalensi 0,06; tingkat kepercayaan 95%:
tingkat kesalahan (galat) 4%; populasi unggas Provinsi Riau 36.791.731 (Data Disnak Provinsi Riau).
Sampel yang diambil menggunakan rumus n = 4PQ/L2. Sampel yang diambil sebanyak = 4 x 0,06 x 0,94 /
0,04 x 0,04 = 141 sampel. Sampling yang digunakan tahapan ganda, untuk menghindari penyimpangan
sampel yang besar n x 5 -7 = 141 x 6 = 846 sampel
Tabel 1. Besaran sampel Provinsi Sumbar
Kabupaten/Kota Populasi Jumlah sampel Swab Serum I Kabupaten 1 Kepulauan Mentawai 115.767 115.767/31.643.663x2310 = 9 9 9 2 Pesisir Selatan 1.176.170 1.176.170/31.643.663x2310 = 86 86 86 3 Solok 533.613 533.613/31.643.663x2310 = 39 39 39 4 Sijunjung 528.956 528.956/31.643.663x2310 = 37 37 37 5 Tanah Datar 1.941.489 1.941.489/31.643.663x2310 = 142 142 142 6 Padang Pariaman 5.898.216 5.898.216/31.643.663x2310 = 431 431 431 7 Agam 843.538 843.538/31.643.663x2310 = 62 62 62 8 Limapuluh Kota 11.613.115 11.613.115/31.643.663x2310 = 848 848 848 9 Pasaman 256.969 256.969/31.643.663x2310 = 19 19 19
10 Solok Selatan 153.291 153.291/31.643.663x2310 = 11 11 11 11 Dharmasraya 604.434 604.434/31.643.663x2310 = 44 44 44 12 Pasaman Barat 513.896 513.896/31.643.663x2310 = 38 38 38 II Kota
13 Padang 3.131.255 3.131.255/31.643.663x2310 = 229 220 220 14 Solok 214.233 214.233/31.643.663x2310 = 16 16 16 15 Sawahlunto 701.140 701.140/31.643.663x2310 = 52 52 52 16 Padang Panjang 21.176 21.176/31.643.663x2310 = 2 2 2 17 Bukittinggi 20.517 20.517/31.643.663x2310 = 2 2 2 18 Payakumbuh 1.794.967 1.794.967/31.643.663x2310 = 131 131 131 19 Pariaman 1.580.921 1.580.921/31.643.663x2310 = 115 115 115
Total 31.643.663 2313 2313 2313 Data Populasi Disnak Sumbar, 2012
Tabel 2. Besaran sampel Provinsi Jambi
Kabupaten/Kota Populasi Jumlah sampel Swab Serum 1 Kerinci 947.245 947.245/25.581.082x1350= 50 50 50 2 Merangin 1.445.623 1.445.623 /25.581.082x1350= 76 76 76 3 Sarolangun 466.237 466.237/25.581.082x1350= 25 25 25 4 Batang Hari 6.024.459 6.024.459 /25.581.082x1350= 318 318 318 5 Muaro Jambi 2.050.632 2.050.632 /25.581.082x1350= 108 108 108 6 TanjabTimur 1.955.446 1.955.446 /25.581.082x1350= 103 103 103 7 Tanjab Barat 1.115.111 1.115.111 /25.581.082x1350= 59 59 59 8 Tebo 1.038.221 1.038.221 /25.581.082x1350= 55 55 55
6
Kabupaten/Kota Populasi Jumlah sampel Swab Serum 9 Bungo 1.883.812 1.883.812 /25.581.082x1350= 99 99 99
10 Kota Jambi 7.304.355 7.304.355 /25.581.082x1350= 386 386 386 11 Kota Sei.Penuh 1.349.941 1.349.941 /25.581.082x1350= 71 71 71
Total 25.581.082 1350 1350 1350 Data Disnak Jambi 2013
Tabel 3. Besaran sampel Provinsi R iau
Kabupaten/Kota Populasi Jumlah sampel Swab Serum 1 Pekanbaru 8.749.329 8.749.329/36.791.731x846= 201 201 201 2 Kampar 15.238.008 15.238.008/36.791.731x846=350 350 350 3 Rohul 285.919 285.919/36.791.731x846=7 7 7 4 Rohil 230.665 230.665/36.791.731x846=5 5 5 5 Inhu 5.111.341 5.111.341/36.791.731x846=118 118 118 6 Inhil 640.293 640.293/36.791.731x846=15 15 15 7 Bengkalis 712.760 712.760/36.791.731x846=16 16 16 8 Dumai 141.174 141.174/36.791.731x846=3 3 3 9 Siak 249.328 249.328/36.791.731x846=6 6 6
10 Kuansing 568.471 568.471/36.791.731x846=13 13 13 11 Pelalawan 4.539.942 4.539.942/36.791.731x846=104 104 104
12 Meranti 324.501 324.501/36.791.731x846=8 8 8 Total 36.791.731 846 846 846
Data Disnak Riau
Tabel 4. Basaran sampel Provinsi Kepulauan Riau
Kabupaten/Kota Populasi Jumlah sampel Swab Serum
1 Natuna 81.051 81051/903042 x 846 = 76 76 76 2 Karimun 383.404 383.404/903042 x 846 = 359 359 359 3 Batam 58.106 58.106/903042 x 846 = 55 55 55 4 Tanjung Pinang 61.595 61.595/903042 x 846 = 58 58 58 5 Lingga 70.043 70.043/903042 x 846 = 66 66 66 6 Bintan 246.968 246.968/903042 x 846 = 231 231 231 7 Kep. Anambas 1.875 1.875/903042 x 846 = 2 2 2
Total 903.042 847 847 Data Bidnak BPKP Kepri
Total sampel : 2313 + 1350 + 846 + 847 = 5356
2.2. METODE
Metode pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan untuk identifikasi virus AI
dengan metode Inokulasi virus pada Telur Embrio Tertunas dan Real Time PCR (kasus/dipandang perlu
oleh tim surveilan). Sedangkan uji serologis menggunakan metode HA/HI.
7
BAB.I I I
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan surveilans Avian Influenza dilakukan secara aktif dan pasif. Pada surveilans aktif pengambilan
sampel untuk pemeriksaan Avian Influenza dilakukan oleh tim BVet langsung ke kabupaten/kota yang
berada diwilayah kerja BVet Bukittinggi. Dilapangan pengambilan sampel berkoordinasi dengan Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan atau yang membawahi bidang Kesehatan Hewan. Dalam perencanaan
pada setiap kab/kota akan diambil serum untuk uji serologis dan swab trakhea/kloaka untuk identifiakasi
virus Avian Influenza pada unggas. Direncanakan semua kab/kota di wilayah kerja BVet akan didatangi
untuk surveilans AI. Pelaksanaannya semua kab/kota di wilayah kerja berhasil didatangi oleh tim surveilans
BVet Bukittinggi kecuali Kota Batam dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Target sampel dari Kota Batam
dan Kepulauan Anambas sebanyak 57 sampel serum dan 57 sampel swab, 2 daerah tersebut memang
rencananya mau ditumpangkankan ke kegiatan surveilans penyakit lain, tetapi dalam pelaksanaannya tidak
bisa karena banyaknya kegiatan yang lain.
Di Provinsi Sumatera Barat dikoleksi sebanyak 2552 sampel serum dari target 2313 sampel, berarti
target sampel serum untuk Provinsi Sumbar tercapai. Surveilans AI di Provinsi Sumatera Barat dilakukan
disemua kabupaten/kota sebagai berikut; dari Kabupaten Agam didapatkan 82 serum, 35 serum dari
Kabupaten Solok Selatan. 444 serum dari Kabupaten Padang Pariaman. Dari Kabupaten Solok diambil 50
serum, 706 serum dari Kabupaten 50 Kota. 99 serum dari Kabupaten Pasaman Barat. 120 serum dari Kota
Pariaman. Dari kota Padang Panjang diambil 6 serum. Dari Kota Padang sebanyak 230 serum. 25 serum
dari Kota Solok. 197 serum dari Kota Payakumbuh. Dari Kota Bukittinggi sebanyak 15 serum. 15 sampel
dari Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dari Kabupaten Tanah Datar sebanyak 156 serum. 108 serum dari
Kabupaten Sijunjung, 51 serum dari Kabupaten Dharmasraya. 83 serum dari Kota Sawah Lunto. Dari
Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 101 serum dan dari Kabupaten Pasaman sebanyak 40 serum (Tabel
5). Sedangkan untuk sampel swab unggas dari Kabupaten Agam berhasil dikoleksi sebanyak 78 swab, dari
Kabupaten Solok Selatan 35 swab dari Kabupaten Padang Pariaman 439 swab, 36 swab dari Kabupaten
Solok, 705 swab dari Kabupaten 50 Kota, 73 swab dari Kabupaten Pasaman barat, sebanyak 120 swab
dikoleksi dari Kota Pariaman, sebanyak 5 swab dari Kota Padang Panjang, 230 swab dikoleksi dari Kota
Padang, 24 swab dari Kota Solok, 197 swab dari Kota Payakumbuh, 15 Swab dari Kota Bukittinggi,
sebanyak 15 swab dari Kabupaten Mentawai, dari Kabupaten Tanah datar sebanyak 156 swab, dari
Kabupaten Sijunjung sebanyak 108 swab, dari Kabupaten Dhamasraya dikoleksi sebanyak 51 swab, dari
Kabupaten Sawah Lunto dikoleksi sebanyak 41 swab, dan Kabupaten Pesisir Selatan dikoleksi 101 swab
serta sebanyak 40 swab dikoleksi dari Kabupaten Pasaman. Total swab trakhea/cloaca unggas yang
dikoleksi di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 2469 swab.
8
Tabel 5. Jumlah sampel serum hasil monitoring aktif Avian Influenza Tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat
Kabupaten / Kota Total Serum Total Swab
1 Agam 82 78 2 Solok Selatan 35 35 3 Padang Pariaman 444 439 4 Solok 50 36 5 50 Kota 706 705 6 Pasaman Barat 99 73 7 Pariaman 120 120 8 Padang Panjang 6 5 9 Padang 229 230
10 Kota Solok 25 24 11 Payakumbuh 188 197 12 Bukittinggi 15 15 13 Mentawai 15 15 14 Tanah Datar 156 156 15 Sijunjung 107 108 16 Dharmasraya 51 51 17 Sawah Lunto 83 41 18 Pesisir Selatan 101 101 19 Pasaman 40 40
Total 2552 2469
Target sampel serum untuk Provinsi Riau (tabel 3) sebanyak 846 serum, dan serum yang berhasil
diambil sebanyak 961 (tabel 6), memenuhi bahkan lebih dari yang ditargetkan. Sampel berasal dari Kota
Pekanbaru sebanyak 204 serum, 125 serum dari Kabupaten Kampar. 50 serum dari Kabupaten Rohul. Dari
Kabupaten Rohil sebanyak 53 serum, sebanyak 129 serum dari Kabupaten Inhu, 25 serum dari Kabupaten
Inhil. Dari Kabuapten Bengkalis sebanyak 50 serum, sebanyak 33 serum dari Kota Dumai. Dari Kabupaten
Siak sebanyak 50 serum, 119 serum dari Kabupaten Kuansing, 111 serum dari Kabupaten Pelalawan, serta
15 serum dari Kabupaten Kepulauan Meranti (tabel 6). Total sampel swab cloaca/trakhea unggas yang
berhasil dikoleksi di Provinsi Riau adalah sebanyak 909 swab yang berasal dari Kota Pekanbaru sebanyak
196 swab, dari Kabupaten Kampar sebanyak 125 swab, dari Kabupaten Rohul sebanyak 30 swab, 53 swab
dari Kabupaten Rohil, 127 swab dari Kabupaten Inhu, 25 swab dari Kabupaten Inhil, sebanyak 50 swab dari
Kabupaten Bengkalis, sebanyak 16 swab dari Kabupaten Dumai, 49 swab dari Kabupaten Siak, 114 swab
dari Kabupaten Kuansing, serta sebanyak 109 swab dari Kabupaten Pelalawan dan sebanyak 15 swab dari
Kabupaten Meranti.
9
Tabel 6. Jumlah sampel monitoring aktif Avian Influenza 2014 di Provinsi Riau
Kabupaten / Kota Total Serum Total Swab
1 Pekanbaru 204 196 2 Kampar 125 125 3 Rohul 50 30 4 Rohil 52 53 5 Inhu 129 127 6 Inhil 23 25 7 Bengkalis 50 50 8 Dumai 33 16 9 Siak 50 49
10 Kuansing 119 114 11 Pelalawan 111 109 12 Meranti 15 15 Total 961 909
Pada tabel 7 dapat dilihat, sampel surveilan AI dari Provinsi Jambi sebanyak 1176 serum, sedangkan
taget sampel serum sebanyak 1350 (tabel 2). Jumlah sampel yang didapat sedikit dibawah target, hal ini
terjadi karena pengambilan sampel tergantung situasi di lokasi pengambilan sampel.
Tabel 7. Jumlah sampel monitoring aktif Avian Influenza 2014 di Provinsi Jambi
Kabupaten / Kota Total Serum Total Swab
1 Kerinci 53 53 2 Merangin 96 97 3 Sarolangun 33 33 4 Batang Hari 319 321 5 Muaro Jambi 155 154 6 TanjabTimur 106 115 7 Tanjab Barat 67 69 8 Tebo 60 60 9 Bungo 82 84
10 Kota Jambi 130 124 11 Kota Sei.Penuh 75 75 Total 1176 1185
Sampel surveilans AI Provinsi Jambi berasal dari Kabupaten Kerinci sebanyak 53 serum, 96 serum
dari Kabupaten Merangin, 33 serum dari Kabupaten Sarolangun, sebanyak 319 serum dari Kabupaten
Batang Hari. Sebanyak 155 serum dari Kabupaten Muaro Jambi, 106 serum dari Kabupaten Tanjab Timur,
67 serum dari Kabupaten Tanjab Barat. Dari Kabupaten Tebo sebanyak 60 serum, 82 serum Kabupaten
Bungo, 130 serum dari Kota Jambi serta 75 serum dari Kota Sei Penuh (Tabel 7). Total sampel swab
cloaca/trakhea yang berhasil dikoleksi di Provinsi Jambi sebanyak 1185 swab yang berasal dari Kabupaten
Kerinci sebanyak 53 swab, dari Kabupaten Merangin sebanyak 97 swab, 33 swab dari Kabupaten
Sarolangun, 321 swab dari Kabupaten Batanghari, sebanyak 154 swab dari Kabupaten Muaro Jambi,
10
sebanyak 115 swab dari Kabupaten Tanjab Timur, sebanyak 69 swab dari Kabupaten Tanjab Barat, dari
Kabupaten Tebo sebanyak 60 swab, dari Kabupaten Bungo 84 swab, serta sebanyak 124 swab dari Kota
Jambi dan sebanyak 75 swab dari Kota Sei Penuh.
Tabel 8. Jumlah sampel monitoring aktif Avian Influenza 2014 di Provinsi Kepulauan Riau
Kabupaten / Kota Total Serum Total Swab
1 Natuna 105 108 2 Karimun 360 360 3 Batam 0 0 4 Tanjung Pinang 100 100 5 Lingga 101 101 6 Bintan 219 220 7 Kep. Anambas 0 0
Total 885 889
Tabel 8 menggambarkan jumlah sampel hasil surveilan AI di Provinsi Kepulauan Riau. Dari Kabupaten
Natuna sebanyak 105 serum, 360 serum dari Kabupaten Karimun, sebanyak 100 serum dari Kota Tanjung
Pinang, 101 serum dari Kabupaten Lingga, serta 219 serum dari Kabupaten Bintan. Total sampel serum
dari Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 885 sampel. Dilihat dari target sampel serum yang direncanakan
sebanyak 847 sampel (tabel 4), dilihat dari jumlah sampel, serum yang diambil memenuhi target yang
direncanakan. Total swab cloca/trakhea yang dikoleksi di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 889 swab
yang berasal dari Kabupaten Natuna sebanyak 108 swab, dari kabupaten Karimun sebanyak 360 swab,
sebanyak 100 swab dari Kabupaten Tanjung Pinang, 101 swab dari Kabupaten Lingga dan sebanyak 220
swab dari Kabupaten Bintan.
Total sampel serum monitoring AI Tahun 2014 sebanyak 2552 sampel + 961 sampel + 1176 sampel
+ 885 sampel = 5574 sampel. Secara keseluruhan jumlah sampel surveilan AI Tahun 2014 ini memenuhi
target yang direncanakan sebanyak 5356 sampel serum. Demikian juga dengan total swab monitoring AI
tahun 2014 sebanyak 2469 swab + 909 swab + 1185 swab + 889 swab = 5452 swab. Secara keseluruhan
jumlah swab yang dikoleksi memenuhi target pengambilan sampel.
Semua serum diatas berasal dari unggas yang tidak divaksin AI kecuali serum dari Kabupaten 50
Kota. Gambaran hasil serologis serum dari Provinsi Sumbar terlihat pada gambar 1, dimana dari 82 serum
di Kabupaten Agam yang diuji 7 seropositif (8,5%). 94 (93,1%) seropositif dari 101 serum yang diuji di
Kabupaten Pesisir Selatan. Seroprevalensi AI Kabupaten Sawah Lunto 4,8% (4 seropositif dari 83 serum
yang diuji). Seroprevalensi AI Kabupaten Dhamasraya 0 (dari 51 serum yang diuji semua seronegatif.
Seroprevalensi AI Kabupaten Sijunjung juga 0 (semua seronegatif dari 107 serum yang diuji).
Seroprevalensi AI Kabupaten Tanah Datar 19,2% (30 seropositif dari 156 serum yang diuji). Kabupaten
Mentawai dengan seroprevalensi AI 0% (semua serum yang diuji seronegatif AI). Seroprevalensi AI Kota
Bukittinggi sebesar 66,7% (10 seropositif dari 15 serum yang diuji). Seroprevalensi AI di Kota Payakumbuh
sebesar 4,3% (8 seropositif dari 188 serum yang diuji). Seroprevalensi AI Kota Solok 0 % (semua sampel
11
yang diuji seronegatif AI). Kota Padang dengan seroprevalensi AI 85,2% (195 seropositif dari 229 serum
yang diuji). Kota Padang Panjang seroprevalensi 0% (semua serum yang diuji seronegatif). Kota Pariaman
dengan seroprevalensi AI 0 % (semua serum yang diuji seronegatif AI). Seroprevalensi AI Kabupaten
Pasaman sebesar 25% (10 seronegatif dari 40 serum yang diperiksa). Seroprevalensi AI di Kabupaten
Pasaman Barat 12,1% (12 seropositif dari 99 serum yang diperiksa). Seroprevalensi AI Kabupaten 50 Kota
sebesar 15,6% (70 seropositif dari 450 serum yang diuji). Kabupaten Solok dengan seroprevalensi sebesar
12% (6 seropositif dari 50 sampel yang diuji). Kabupaten Padang Pariaman dengan seroprevalensi 20,5%
(91 seropositif dari 444 serum yang diperiksa) dan seroprevalensi Kabupaten Solok Selatan 0 % (semua
serum yang diuji seronegatif). Seroprevalensi AI Provinsi Sumbar sebesar 23,5 % (539 seropositif dari 2296
serum yang diperiksa).
Gambar 1. Hasil serologis AI Provinsi Sumbar
82
35
444
50
450
99
120
6
229
25
188
15
15
156
107
51
83
101
40
7
0
91
6
70
12
0
0
195
0
8
10
2
30
0
0
4
94
10
8,5
0,0
20,5
12,0
15,6
12,1
0,0
0,0
85,2
0,0
4,3
66,7
13,3
19,2
0,0
0,0
4,8
93,1
25,0
0 100 200 300 400 500
Agam
Solok Selatan
Padang Pariaman
Solok
50 Kota
Pasaman Barat
Pariaman
Padang Panjang
Padang
Kota Solok
Payakumbuh
Bukittinggi
Mentawai
Tanah Datar
Sijunjung
Dharmasraya
Sawah Lunto
Pesisir Selatan
Pasaman
S e r opr evalensi AI Prov. S umbar Sero prevalensi seropositif Jumlah serum
12
Tabel 9. Hasil serologis serum postvaksinasi AI Prov. Sumbar
Kab/Kota Total Serum Protektif Presentase Protekti f
50 Kota 256 29 11,3
Kabupaten 50 Kota merupakan sentral peternakan ayam di Provinsi Sumbar. Sebagian besar peternakan
ayam di Kabupaten 50 Kota melindungi peternakannya dengan melakukan vaksinasi terhadap AI. Pada
tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa vaksinasi AI yang dilakukan tingkat protektifnya baru 11,3 %. Untuk bisa
melindungi populasi diharapkan tingkat protektifitas lebih dari 70%. Hasil uji diatas menunjukkan bahwa
vaksinasi AI yang dilakukan di Kabupaten 50 Kota diperkirakan belum mampu melindungi peternakan
tersebut dari wabah AI, perlu vaksinasi ulang dan tetap memperketat pelaksanaan biosecurity di
peternakan tersebut.
Seroprevalensi AI di Provinsi Riau sebesar 4,6% dengan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat kesalahan
(galat) 4%. Seroprevalensi AI di kabupaten/kota Provinsi Riau dapat dilihat pada gambar 2. Kabupaten
Kepulauan Meranti seroprevalesi AI 0 % (semua serum yang diperiksa seronegatif), demikian juga dengan
Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Rokan Hulu seroprevalensi AI 0%. Kabupaten Kuansing dengan
seroprevalensi AI sebesar 2,5% (3 seropositif dari 119 serum yang diuji). Seroprevalensi AI di Kabupaten
Siak 6% (3 seropositif dari 50 serum yang diperiksa), Seroprevalensi AI di Kabupaten Dumai sebesar 1% (3
seronegatif dari 33 serum yang diuji). Kabupaten Bengkalis dengan seroprevalensi AI se besar 6% (3
seropositif dari 60 serum yang diuji). Kabupaten Inhil dengan seroprevalensi AI sebesar 4,3% (1 seropositif
dari 23 serum yang diuji). Seroprevalensi AI di Kabupaten Inhu sebesar 1,6% (2 seropositif dari 129 serum
yang diuji). Seroprevalensi AI di Kabupaten Rohil sebesar 5,8% (3 seropositif dari 52 serum yang diperiksa).
Seroprevalensi AI di Kabupaten Kampar sebesar 8,8% (11 seropositif dari 125 serum yang diperiksa) serta
seroprevalensi AI di Kota Pekanbaru sebesar 8,3% ( 17 seropositif dari 204 serum yang diperiksa).
13
Gambar 2. Hasil serologis AI Provinsi Riau
204
125
50
52
129
23
50
33
50
119
111
15
17
11
0
3
2
1
3
1
3
3
0
0
8,3
8,8
0,0
5,8
1,6
4,3
6,0
3,0
6,0
2,5
0,0
0,0
0 50 100 150 200 250
Pekanbaru
Kampar
Rohul
Rohil
Inhu
Inhil
Bengkalis
Dumai
Siak
Kuansing
Pelalawan
Meranti
Seroprevalensi AI Prov.Riau Seroprevalensi Seropositif Total Serum
14
Tabel 10. Hasil serologis serum postvaksinasi AI Prov. Kepri
Kab/Kota Total Serum Protektif Presentase Protekti f
Karimun 295 78 26,4 Tanjung Pinang 45 5 11,1 Bintan 209 21 10,0
Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat presentase protektif serum postvaksinasi di Kabupaten Karimun
protektif 26,4%, di Kabupaten Tanjung Pinang protektif sebesar 11,1%, sedangkan untuk Kabupaten Bintan
sebesar 10%. Dalam rangka pemberantasan penyakit AI Provinsi Kepri mempunyai kebijakan tidak
melakukan vaksinasi AI pada ayam backyard tetapi vaksinasi dilakukan pada peternakan komersil. Dari
hasil uji diatas dapat dilihat hasil vaksinasi yang dilakukan tidak terlalu bagus tingkat protektif hasil
vaksinasi rendah, ini perlu mendapat perhatian dan perlu kajian tentang vaksinasi yang dilakukan baik dari
segi vaksin (mutu vaksin, rantai dingin vaksin), serta dari segi pelaksanaan vaksinasinya sendiri.
Dari Gambar 3 dapat dilihat seroprevalensi AI di Kabupaten Natuna 1% (1 seropositif dari 105 serum
yang diuji, seroprevalensi AI di Kabupaten Karimun sebesar 23% (15 seropositif dari 65 serum yang
diperiksa), seroprevalensi AI di Kota Tanjung Pinang 4% (2 seropositif dari 54 serum yang diperiksa), dan
seroprevalensi AI di Kabupaten Lingga sebesar 4% (4 seropositif dari 101 serum yang diperiksa) serta
seroprevalensi AI di Kabupaten Bintan 0% (semua serum yang diuji seronegatif). Seroprevalensi AI di
Provinsi Kepri sebesar 7% dengan tingkat kepercayaan 95% dan galat 4%.
Seroprevalensi AI di Provinsi Jambi sebesar 8%.dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat galat 4%.
Pada gambar 4 dibawah dapat dilihat gambaran seroprevalensi AI di masing-masing kabupaten/kota di
Provinsi Jambi sebagai berikut; Kota Sei Penuh seroprevalensi AI sebesar 16% (12 seropositif dari 75 serum
yang diperiksa), Kota Jambi, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun serta Kabupaten Tebo
seroprevalensi AI 0% (semua serum yang diuji seronegatif), seroprevalensi AI di Kabupaten Bungo sebes ar
9,8% (8 seropositif dari 82 serum yang diuji), seroprevalensi AI di Kabupaten Tanjab Barat 1,5 % (1
seropositif dari 67 serum yang diperiksa), seroprevalensi AI di Kabupaten Tanjab Timur sebesar 2,8% (3
seropositif dari 106 serum yang diperiksa), seropositif AI di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 38,1% (59
seropositif dari 155 serum yang diperiksa), dan seroprevalensi AI di Kabupaten Batang Hari sebesar 1,6 %
(5 seropositif dari 319 serum yang diperiksa), serta prevalensi AI di Kabupaten Kerinci sebesar 11,3 % (6
seropositif dari 53 serum yang diuji)
15
Gambar 3. Hasil serologis AI Provinsi Kepri
105
65
54
101
10
1
15
24
01
23
4 4
00
20
40
60
80
100
120
Natuna Karimun Tanjung Pinang Lingga Bintan
Seroprevalensi AI Prov. Kepri
Total Serum seropositif seroprevalensi
16
Gambar 4. Hasil serologis AI Provinsi Jambi
53
96
33
319
155
106
67
60
82
130
75
6
0
0
5
59
3
1
0
8
0
12
11,3
0,0
0,0
1,6
38,1
2,8
1,5
0,0
9,8
0,0
16,0
0 50 100 150 200 250 300 350
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
TanjabTimur
Tanjab Barat
Tebo
Bungo
Kota Jambi
Kota Sei.Penuh
Prevalensi AI Prov. Jambi
Seroprevalensi Seropositif Total Serum
17
Tabel 11. Hasil isolasi dan PCR virus AI di Provinsi Sumbar
Kab/Kota Total Swab Positif TET Jumlah Positif PCR Prevalensi
Agam 78 1 6 4 5,1 Solok Selatan 35 0 0,0 Padang Pariaman 439 0 0,0 Solok 36 0 0,0 50 Kota 705 0 87 65 9,2 Pasaman Barat 73 5 6,8 Pariaman 120 0 0,0 Padang Panjang 7 1 2 2 28,6 Padang 230 0 0,0 Kota Solok 24 0 0,0 Payakumbuh 205 4 116 15 7,3 Bukittinggi 16 1 16 1 6,3 Mentawai 15 0 15 0 0,0 Tanah Datar 157 1 42 6 3,8 Sijunjung 108 0 0,0 Dharmasraya 51 0 0,0 Sawah Lunto 41 0 1 1 2,4 Pesisir Selatan 101 0 0,0 Pasaman 40 0 0,0 Total 2469 13 285 94 3,8
Selain pemeriksaan serologis dilakukan identifikasi virus dengan metode uji ITET (inokulasi virus AI pada
telur embrio tertunas dan identifikasi dengan metode HA//HI) dan PCR. ITET adalah gold standart untuk
identifikasi AI tetapi butuh waktu pengujian lebih lama, apalagi jika jumlah sampelnya banyak, butuh telur
SAN yang lebih banyak, juga hanya bisa dipakai untuk menumbuhkan virus yang hidup sehingga proses
pengambilan sampel dan penanganannya mesti sesuai SOP. Identifikasi virus yang lebih cepat dan lebih
sensitif adalah menggunakan metode uji PCR, karena pada PCR bisa deteksi virus dalam jumlah sedikit
dan bisa deteksi virus mati dan hidup, tetapi biaya pengujian lebih mahal. Sehingga tidak semua sampel di
PCR hanya jika menurut ketua tim perlu dilakukan atau permintaan langsung dari konsumen. Pada tabel
11 diatas dapat dilihat prevalensi AI di Provinsi Sumbar sebesar 3,8%. Prevalensi AI Provinsi Sumbar 3,8%,
lebih rendah dari seroprevalensi AI Provinsi Sumbar yang sebesar 23,5%. Ini bisa terjadi karena untuk
prevalensi AI yang dideteksi virus penyebab AI sedangkan untuk seroprevalensi berdasar antibodi te rhadap
AI. Sampel yang diuji berasal dari ungas yang sama jadi bisa terjadi pada unggasnya terdeteksi antibodi
terhadap AI karena unggasnya pernah terpapar virus AI. Tetapi ketika dilakukan virus isolasi sudah tidak
ada virus AI di unggas tersebut karena sudah dikalahkan oleh antibodi sehingga hasil ide ntifikasi virusnya
negatif. Atau virusnya tidak tumbuh karena jumlah terlalu sedikit atau penanganan sampel dari lapangan
kurang memperhatikan SOP. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di BVet Bukittinggi, wilayah
Provinsi Sumbar yang masih ditemukan virus AI yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten
Payakumbuh, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar,
18
dan Kabupaten Sawah Lunto. Sedangkan pada kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumbar tidak ditemukan
virus AI tetapi untuk menyatakan daerah/zona tersebut bebas AI perlu dilakukan surveilans yang sesuai
berdasarkan pedoman surveilans dan monitoring AI di Indonesia.
Tabel 12. Hasil isolasi dan PCR virus AI di Provinsi Riau
Kab/Kota Total Swab Positif TET Jumlah Positif PCR Prevalensi
Pekanbaru 196 0 8 0 0 Kampar 125 0 4 0 0 Rohul 30 0 0 Rohil 53 0 0 Inhu 127 0 0 Inhil 25 0 0 Bengkalis 50 0 16 0 0 Dumai 16 0 0 Siak 49 0 0 Kuansing 114 0 0 Pelalawan 109 0 3 0 0 Meranti 15 0 0 Total 909 0 31 0 0
Berdasarkan hasil identifikasi virus yang dilakukan BVet Bukittinggi, prevalensi AI di Provinsi Riau
sebesar 0%, hal ini berarti tidak ditemukan virus AI disemua kab./kota di Provinsi Riau. Tetapi secara
serologis, seroprevalensi AI sebesar 4,6 %. Untuk menyatakan Provinsi Riau bebas AI perlu data kasus AI
di Provinsi Riau dan diperkuat dengan surveilans yang sesuai dengan pedoman surveilans dan Monitoring
AI di Indonesia.
Prevalensi AI di Provinsi Jambi berdasarkan hasil uji di BVet Bukittinggi sebesar 0,5%. Virus AI
ditemukan di Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Batanghari sedang di kab/kota lainnya tidak ditemukan
virus AI. Tetapi untuk menyatakan zona/daerah tersebut bebas AI perlu dilakukan surveilans dalam rangka
pembebasan. Pelaksanaan surveilans ini memerlukan komitment yang kuat antara BVet Bukittinggi dan
dinas peternakan dan kesehatan hewan/instansi yang membawahinya di wilayah/daerah yang akan
dinyatakan bebas berdasarkan SK Menteri Pertanian.
Tabel 13. Hasil isolasi dan PCR virus AI di Provinsi Jambi
Kab/Kota Total Swab Positif TET Jumlah Positif PCR Prevalensi Kerinci 53 1 1,9 Merangin 97 0 10 0 0,0 Sarolangun 33 0 0,0 Batang Hari 321 5 1,6 Muaro Jambi 154 0 0,0 TanjabTimur 115 0 20 0 0,0 Tanjab Barat 69 0 35 0 0,0 Tebo 60 0 0,0
19
Kab/Kota Total Swab Positif TET Jumlah Positif PCR Prevalensi Bungo 84 0 5 0 0,0 Kota Jambi 124 0 0,0 Kota Sei.Penuh 75 0 0,0 Total 1185 6 70 0 0 ,5
Tabel 14. Hasil isolasi dan PCR virus AI di Provinsi Kepri
Kab/Kota Total Swab Positif TET Jumlah Positif PCR Prevalensi
Natuna 108 0 0 Karimun 360 0 0 Tanjung Pinang 100 0 0 0 0 Lingga 101 0 0 Bintan 220 0 0 Total 889 0 0 0 0
Berdasarkan hasil uji BVet Bukittinggi prevalensi AI di Provinsi Kepri 0% (tabel 14), virus tidak ditemukan
pada kab/kota di Provinsi Kepri kecuali Kota Batam dan Kabupaten Kepulauan Anambas tidak dilakukan
pengambilan sampel untuk diuji karena terbatasnya waktu dan anggaran pelaksanaan kegiatan. Untuk
menyatakan zona/daerah Provinsi Kepri bebas AI perlu dilakukan surveilans dalam rangka pembebasan,
sebagai data dukung bahwa selama Tahun 2013 tidak ada kasus AI diseluruh wilayah Prov.Kepri (Bidnak
BPKP Kepri). Pelaksanaan surveilans ini memerlukan komitment yang kuat antara BVet Bukittinggi dan
dinas peternakan dan kesehatan hewan/instansi yang membawahinya di wilayah/daerah yang akan
dinyatakan bebas berdasarkan SK Menteri Pertanian.
Dalam Roadmap Indonesia Bebas AI Tahun 2020; Provinsi Kepri termasuk wilayah resiko sedang dan
diharapkan bebas AI Tahun 2015, Provinsi Jambi juga termasuk wilayah resiko sedang dan diharapkan
dapat bebas AI pada Tahun 2017. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau termasuk dalam
wilayah resiko tinggi dan diharapkan dapat dibebaskan dari AI pada Tahun 2018.
Berdasarkan kebijakan Direktorat kesehatan Hewan yang disampaikan dalam rapat koordinasi AI Wilker
BVet Bukittinggi Batam 18-19 November 2013 tantangan dalam operasional dan pencapaian roadmap AI
adalah :
1. Komitmen para pejabat penentu kebijakan ditingkat pusat dan daerah
2. Kerjasama, koordinasi dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait
3. Penguatan legislasi (Perda/Pergub/Perbup) berdasarkan UU 18/2009 dan PP nya
4. Kesadaran masyarakat untuk melaporkan kasus AI khususnya unggas umbaran dan unggas
komersial akan mempengaruhi kecepatan deteksi, lapor, respon dini (3E)
5. Depopulasi pada unggas komersial disertai kompensasi dari pihak swasta dengan cara ”Levy” atau
iuran anggota kelompok peternak atau dana wabah/bencana non alam dari BPBD
20
6. Pelayanan kesehatan hewan dalam penerapan biosekuriti dan vaksinasi yang hemat dan tepat pada
peternakan unggas komersial sektor 3 melalui percepatan replikasi dari berbagai pilot percontohan
(PVUK, NVS, PDSR, Biosekuriti pasar) dan keberlanjutannya terutama pada wilayah resiko tinggi
7. Tidak terjadinya mutasi genetik dan antigenik virus AI sehingga strategi pengendali AI dapat lebih
efektif dan meminimalisir risiko terjadinya pandemi influensa
8. Pengawasan lalu lintas pada jalur legal dan meminimalisir jalur ilegal
9. Percepat sertifikasi kompartemen dan zona bebas AI
10. Penerapan kesisteman pelayanan kesehatan hewan antaralain penyeragaman sertifikat veteriner
(SKKH), tatacara pemeriksaan dan penegakan antuaran
11. Restrukturisasi perunggasan yang mendukung kearah lebih meningkatnya derajat kesehatan
unggas dan iklim usaha perunggas an yang kondusif
12. Penyediaan anggaran oleh pemerintah (pusat, daerah) dan swasta secara berbagi anggaran
(sharing budget) sesuai tanggung jawab dan kewenangannya dan mengacu pada roadmap bebas
AI
Program pengendalian dan pemberantasan AI memerlukan suatu pendekatan yang Komprehensif dan
Intensif mencakup tindakan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan AI pada Unggas Pekarangan,
Peternakan Unggas Komersial, Itik dan sepanjang Rantai Pemasaran Unggas serta melibatkan semua
pihak.
21
BAB.IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1. Seroprevalensi AI Provinsi Sumbar sebesar 23,5 % (539 seropositif dari 2296 serum yang diperiksa.
2. Seroprevalensi AI Provinsi Jambi sebesar 8% dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat galat4%
3. Seroprevalensi AI di Provinsi Riau sebesar 4,6% dengan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat
kesalahan (galat) 4%.
4. Seroprevalensi AI di Provinsi Kepri sebesar 7% dengan tingkat kepercayaan 95% dan galat 4%.
5. Prevalensi AI Provinsi Sumbar 3,8%, berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di BVet
Bukittinggi, wilayah Provinsi Sumbar yang masih ditemukan virus AI yaitu Kabupaten Agam,
Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Payakumbuh, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang Panjang,
Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Sawah Lunto. Sedangkan pada
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumbar tidak ditemukan virus AI
6. Prevalensi AI di Provinsi Riau sebesar 0%, hal ini berarti tidak ditemukan virus AI disemua kab./kota
di Provinsi Riau.
7. Prevalensi AI di Provinsi Jambi berdasarkan hasil uji di BVet Bukittinggi sebesar 0,5%. Virus AI
ditemukan di Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Batanghari sedang di kab/kota lainnya tidak
ditemukan virus AI.
8. Berdasarkan hasil uji BVet Bukittinggi prevalensi AI di Provinsi Kepri 0%, tidak ditemukan virus AI
di kab/kota di Provinsi Kepri kecuali Kota Batam dan Kabupaten Kepulauan Anambas tidak
dilakukan pengambilan sampel
4.2 SARAN
1. Perlu dilakukan surveilans berdasarkan pedoman surveilans dan monitoring AI di Indonesia
2. Program pengendalian dan pemberantasan AI memerlukan suatu pendekatan yang Komprehensif
dan Intensif mencakup tindakan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan AI pada Unggas
Pekarangan, Peternakan Unggas Komersial, Itik dan sepanjang Rantai Pemasaran Unggas serta
melibatkan semua pihak.
22
DAFTAR PUSTAKA
FAO. 2006. A Strategic Framework for HPAI Prevention and Control in outheast Asia, Emergency Centre for
Transboundary Animal Diseases (ECTAD), Bangkok.
Harimoto, T dan Kawaoka, Y. 2001. Pandemic threat posed by Avian Influenza A viruses. Clin Micro
rev;14:129-149
OIE. 2004. Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for Terrestrial Animals 2004 . Highly Pathogenic Avian
Influenza (Chapter 2.1.14)
OIE, 2006: www.oie.org, HPAI in poultry, country reports Indonesia
Sedyaningsih, ER., Isfandari, S., Setiawaty, V., Rifati, L., Harun, S., Purba, W., Imari, S.,Giriputra, S., Blair, PJ.,
Putnam, SD., Uyoki, TM., Soendoro, T. 2007. Epidemiology of cases of H5N1 virus infection in
Indonesia, J Infect Dis 196: 522-527
Tizard, 1988. Pengantar Immunologi Veteriner, Penerjemah Masduki P., Soeharjo H., Airlangga University
Press, hal:184-185
WHO. 2005. Evolution of H5N1 Avian Influenza viruses in Asia. The World Health Organization Global
Influenza Program Surveillance Network. Emerg Infect Dis (serial in the Interned). Availa -ble from
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/vol 11 no 10/05-0644.htm .
Kementerian Pertanian
Balai Veteriner BukittinggiJl. Raya Bukittinggi-Payakumbuh Km.14 Baso Kab. Agam Sumbar PO.Box 35 Bukittinggi 26101
� [email protected]� [email protected]
� 0752 - 28300 � 0752 - 28290
http://bvetbukittinggi.ditjennak.deptan.go.id
[email protected]@gmail.com
SMS Center082284915000