suplementasi infusa daun sirih (piper betle l.) pada … · 4 uji fitokimia infusa daun sirih 8 5...

31
SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA AIR MINUM TERHADAP Salmonella sp. PADA USUS HALUS PUYUH (Cortunix cortunix japonica) 0-4 MINGGU FENSA EKA WIDJAYA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: trinhduong

Post on 21-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA

AIR MINUM TERHADAP Salmonella sp. PADA USUS HALUS

PUYUH (Cortunix cortunix japonica) 0-4 MINGGU

FENSA EKA WIDJAYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening
Page 3: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Suplementasi Infusa

Daun Sirih (Piper betle L.) pada Air Minum terhadap Salmonella sp. Pada Usus

Halus Puyuh (Cortunix cortunix japonica) 0-4 Minggu adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Fensa Eka Widjaya

NIM D24120048

Page 4: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

ABSTRAK

FENSA EKA WIDJAYA. Suplementasi Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) pada

Air Minum terhadap Salmonella sp. Pada Usus Halus Puyuh (Cortunix cortunix

japonica) 0-4 Minggu. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan WIDYA HERMANA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi Salmonella

typhimurium pada puyuh dengan menambahkan infusa daun sirih dalam air minum.

Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan penelitian. Penelitian pertama merupakan

evaluasi daya hambat daun sirih terhadap Salmonella typhimurium. Penelitian

kedua bertujuan untuk mengetahui daya simpan dosis tersebut dalam beberapa hari

(1, 3, 5, dan 7 hari). Penelitian ketiga bertujuan untuk mengevaluasi cemaran

Salmonella sp. pada usus halus puyuh yang diberi perlakuan selama empat minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dosis infusa yang tepat adalah

10%, 20%, dan 30% dari minuman. Penelitian ini memiliki 4 perlakuan yaitu: R0

= ransum komersial + Vita Stress; R1 = ransum komersial + 10% infusa daun sirih

dalam air minum; R2 = ransum komersial + 20% infusa daun sirih dalam air minum;

R3 = 30% infusa daun sirih dalam air minum. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan

pemberian infusa daun sirih (R1, R2, dan R3) jika dibandingkan dengan kontrol

(R0), pemberian infusa mampu memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05)

dalam menurunkan koloni bakteri Salmonella sp. dalam usus halus puyuh.

Kata kunci: antibiotik herbal, infusa, Piper betle Linn, Salmonella typhimurium.

ABSTRACT

FENSA EKA WIDJAYA. Piper betle Leaf Infuse Supplementation in Drinking

Water to Reduce Salmonella sp. in Small Intestine of Quail (Cortunix cortunix

japonica) 0-4 Weeks. Supervised by YULI RETNANI and WIDYA HERMANA.

This research was aimed to reduce Salmonella typhimurium contamination in

quail which has given piper betle leaf infuse in drinking water. This research was

consisted of three steps. First step was evaluating inhibition zone of betle leaf

against Salmonella typhimurium. Second step was aimed to evaluate the right level

which stored in a few days (1, 3, 5, and 7 days). Third step was aimed to evaluate

Salmonella sp. in small intestine of quail that had given treatment for four weeks.

The results showed that right level of betle leaf infuse to use was 10%, 20%, and

30% which will gave in drinking water. This research had 4 treatments of: R0=

commercial rations + Vita Stress; R1= commercial rations + 10% betle leaf infuse

in drinking water; R2= commercial rations + 20% betle leaf infuse in drinking

water; R3= commercial rations + 30% betle leaf infuse in drinking water. Result

showed that addition of betle leaf infuse (R1, R2, and R3) compared to control

treatment (R0) could decreased colony of Salmonella sp. in small intestine of quail

significantly (P<0.05).

Key words: herbal antibiotic, infuse, Piper betle Linn, Salmonella typhimurium.

Page 5: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA

AIR MINUM TERHADAP Salmonella sp. PADA USUS HALUS

PUYUH (Cortunix cortunix japonica) 0-4 MINGGU

FENSA EKA WIDJAYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 6: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening
Page 7: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

Judul Skripsi : Suplementasi Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) pada Air Minum

terhadap Salmonella Pada Saluran Pencernaan Puyuh (Cortunix

cortunix japonica)

Nama : Fensa Eka Widjaya

NIM : D24120048

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc

Pembimbing I

Dr Ir Widya Hermana, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening
Page 9: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah

antibiotik alami dengan judul Suplementasi Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) pada

Air Minum terhadap Salmonella Sp. Pada Saluran Pencernaan Puyuh (Cortunix

cortunix japonica).

Skripsi ini merupakan tulisan ilmiah yang diperoleh dari studi hasil penelitian

yang telah dilakukan pada bulan Januari sampai Mei 2016. Penelitian yang telah

dilakukan bertujuan untuk mencari pengganti antibiotik sintetis dengan

menggunakan antibiotik alami pada ternak puyuh. Antibiotik alami yang digunakan

dalam penelitian kali ini adalah daun sirih. Pemberian kandungan senyawa aktif

dalam daun sirih tersebut adalah dengan cara melakukan ekstraksi terlebih dahulu

yang kemudian ditambahkan dalam air minum. Metode ekstraksi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode infusa. Pemilihan metode ini dikarenakan

metode infusa merupakan metode ekstraksi yang cukup mudah dengan hanya

menggunakan air saja sebgai pelarutnya. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan

penelitian yang dilakukan secara in vitro dan in vivo. Penelitian in vitro dilakukan

untuk mencari dosis yang tepat untuk diberikan kepada ternak. Penelitian in vivo

dilakukan untuk mengetahui respon ternak terhadap perlakuan yang diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2016

Fensa Eka Widjaya

Page 10: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

METODE 1

Materi 1

Lokasi dan Waktu 3

Prosedur 4

Rancangan dan Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Potensi Daun Sirih sebagai Antibakteri 7

Daya Hambat Infusa Daun sirih 8

Cemaran Bakteri dalam Usus Halus 10

Persentase Hati dan Sekum 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 16

Page 11: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia daun sirih dalam 100 g bahan segar 2

2 Komposisi VitaStress 3

3 Komposisi pakan Sinta Feedmill BR-1 3

4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8

5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9

6 Diameter zona bening infusa daun sirih taraf 30%, 20%, dan 10% 10

7 Koloni bakteri Salmonella typhimurium yang terbentuk pada

clearence test 10

8 Cemaran bakteri Salmonella dalam usus halus melalui enrichment 11

9 Rataan dan simpangan persentase hati dan sekum 12

DAFTAR GAMBAR

1 Daun sirih varietas belanda 2

2 Diameter zona bening infusa daun sirih konsentrasi 100%, 50%, 25%,

12.5%, dan 6.25% 8

3 Diameter zona bening infusa daun sirih konsentrasi 30%, 20%, dan

10% 9

4 Uji clearence test infusa daun sirih konsentrasi 30%, 20%, dan 10% 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Korelasi Pearson antara konsentrasi infusa terhadap zona bening 15

2 Analisis ragam cemaran bakteri Salmonella 15

3 Uji Lanjut Duncan cemaran bakteri Salmonella 15

4 Analisis ragam bobot sekum 15

5 Analisis ragam bobot hati 15

Page 12: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening
Page 13: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening
Page 14: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening
Page 15: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

PENDAHULUAN

Konsumsi produk ternak asal hewan terus meningkat setiap tahunnya (BPS

2014). Rerata pertumbuhan produksi komoditas peternakan per tahun sebesar 5.5%

per tahun untuk sapi, 8.94% untuk ayam ras petelur, 5.9% untuk ayam ras pedaging,

dan 2 237.68% (KEMENTAN 2015). Hal ini disebabkan karena kesadaran

masyarakat mulai meningkat akan pentingnya protein hewani bagi mereka. Produk

peternakan saat ini memiliki beberapa kendala dalam memasarkan produknya.

Salah satunya adalah adanya larangan penggunaan antibiotik untuk ternak.

Pemakaian antibiotik pada ternak memiliki tujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan ternak yang sering disebut sebagai Antibiotic Growth Promotor

(AGP). Selain itu dengan menambahkan antibiotik, cemaran Salmonella dapat

berkurang pada produk ternak. Pelarangan penggunaan antibiotik disebabkan

karena menyebabkan residu pada produk ternak yang mampu membahayakan bagi

kesehatan konsumen yang mengkonsumsinya. Kejadian ini dapat menyebabkan

produk ternak Indonesia sulit untuk diterima oleh pasar internasional.

Pemakaian antibiotik alami dapat digunakan agar produk ternak dapat

diterima oleh pasar internasional. Antibiotik alami dapat diperoleh melalui tanaman

obat salah satunya adalah daun sirih. Pemberian daun sirih pada ternak diharapkan

mampu meningkatkan performa ternak, mengurangi mortalitas, dan mengurangi

cemaran salmonella pada produk ternak.

Menurut Sastroamidjojo (1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang

mencapai lebih dari 1 000 jenis, salah satunya yaitu sirih (Piper betle L.). Sirih

adalah tanaman tropis asli Indonesia (Kurniawan 2010). Sejak dahulu masyarakat

Indonesia sudah memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati beberapa macam

penyakit seperti sakit gigi, batuk, mimisan, wasir, pusing, dan lainnya (Syukur dan

Hernani 1999). Kandungan zat aktif dari daun sirih ternyata sudah diteliti. Daun

sirih mengandung zat aktif berupa betlephenol yang dapat menghambat beberapa

bakteri (Sastroamidjojo 1997).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun

sirih (Piper betle L.) terhadap daya hambat bakteri Salmonella typhimurium dan

cemaran bakteri tersebut pada puyuh (Conturnix conturnix japonica).

METODE

Materi

Daun Sirih

Daun sirih yang digunakan adalah daun sirih varietas belanda yang diambil

dari daerah Nagrak, Sukabumi. Gambar daun sirih yang digunakan dapat dilihat

pada Gambar 1. Daun sirih yang diambil adalah daun sirih yang tua dan muda yang

masih segar. Daun tua adalah daun yang berada 3 daun dari ujung tangkai. Daun

muda adalah daun yang berada 1 dan 2 daun dari ujung tangkai. Komposisi kimia

daun sirih disajikan pada Tabel 1.

Page 16: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

2

Gambar 1 Daun sirih varietas belanda

Tabel 1 Komposisi kimia daun sirih dalam 100 g bahan segar

Komponen kimia Kadar

Kadar air (g)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Serat (g)

Bahan mineral (g)

Kalsium (mg)

Fospor (mg)

Besi (mg)

Besi ion (mg)

Karoten (IU)

Tiamin (μg)

Riboflavin (μg)

Asam nikotinat (mg)

Vit. C (mg)

Iodium (μg)

Kalium nitrat (mg)

Gula reduksi: glukosa (%)

Gula non reduksi (%)

Gula total (%)

Minyak atsiri (%)

Tannin (%)

85.40

3.10

0.80

6.10

2.30

2.30

230.00

40.00

7.00

3.50

9 600.00

70.00

30.00

0.70

5.00

3.40

0.26-.42

1.4-3.2

0.6-2.5

2.4-5.6

0.8-1.8

1.0-1.3 Sumber : Rosman dan Suhirman (2006)

Page 17: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

3

Infusa Daun Sirih

Pembuatan infusa daun sirih dibuat saat daun masih berada dalam keadaan

segar yang dicuci terlebih dahulu kemudian dihaluskan dengan blender sampai

menjadi halus. Perbandingan air dan daun sirih yang digunakan adalah 2 L air untuk

1 kg daun sirih. Daun sirih yang telah dihaluskan menggunakan blender kemudian

dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90 °C. Setelah itu ekstrak dipisahkan dengan

ampasnya dengan disaring dan diperas. Kemudian infusa diencerkan kembali

menjadi taraf 10%, 20%, dan 30% sebagai perlakuan untuk diberikan kepada puyuh.

Ternak

Ternak yang digunakan adalah puyuh dengan umur 1 hari sebanyak 400 ekor.

Ternak ditempatkan dalam kandang koloni dan dibagi menjadi 4 perlakuan dengan

5 ulangan. Setiap ulangan merupakan 1 kandang yang berisi 20 ekor puyuh.

Ransum dan Vitamin

Ransum dan vitamin yang digunakan adalah ransum komersil Sinta Feedmill

BR-1 dan VitaStress. VitaStress diberikan pada perlakuan kontrol (P0). Komposisi

ransum dan vitamin yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Komposisi VitaStress

Kandungan Dosis dalam 1 kg

Vitamin A 6.000.000 IU

Vitamin D3 1.200.000 IU

Vitamin E 2.500 IU

Vitamin K 3.000 mg

Vitamin B1 2.000 mg

Vitamin B2 3.000 mg

Vitamin B6 1.000 mg

Vitamin B12 2 µg

Vitamin C 20.000 mg

Asam Nikotinat 15.000 mg

Calcium-D-Panthothenate 5.000 mg

Elektrolit (Na, K, C, Mg) 750.000 mg

Bahan pembawa (carrier) 1 kg Keterangan: Komposisi VitaStress produksi PT. Medion

Tabel 3 Komposisi nutrien ransum Sinta Feedmill BR-1

Nutrien Kandungan (%)

Abu Maks 6.5

Air 12

Protein 21-23

Lemak 4-8

Serat Kasar Maks 4

Ca 0.9-1.1

P 0.7-0.9 Keterangan: Komposisi pakan Sinta Feedmill BR-1 diperoleh dari katalog produk

Page 18: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

4

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan sebanyak 20 kandang dengan ukuran 20cm x 30cm

x 30 cm. Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital, oven, plastik ransum,

plastik sampel, jangka sorong digital, Roche Yolk Colour Fan, cawan petri, tempat

pakan, dan tempat air minum.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Mei 2016. Pemeliharaan

puyuh dilaksanakan di peternakan Slamet Quail Farm, Desa Cilangkap, Cikembar,

Sukabumi. Uji daya hambat dan clearence test pada Salmonella typhimurium

dilakukan di Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan-2, Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Uji total koloni bakteri Salmonella typhimurium

dilakukan di Laboratorium Bakteriologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor. Analisis kualitatif fitokimia infusa daun sirih dilakukan di

Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor. Analisis kuantitatif fitokimia infusa daun sirih dilakukan di

Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Taman Kencana, Bogor.

Prosedur

Penelitian Tahap Pertama

Tahap penelitian pertama merupakan penelitian pendahuluan berupa uji daya

hambat infusa daun sirih terhadap Salmonella typhimurium untuk memperolehi

konsentrasi yang tepat untuk diberikan kepada ternak. Konsentrasi terbaik

diperoleh dengan menguji infusa dalam taraf yang berbeda. Tiga hasil terbaik dalam

taraf yang rendah akan digunakan kembali untuk diuji daya hambatnya kemudian

diberikan pada ternak. Perlakuan pada tahap pertama adalah:

Perlakuan 1 (P0): Infusa daun sirih 100%

Perlakuan 2 (P1): Infusa daun sirih 50%

Perlakuan 3 (P2): Infusa daun sirih 25%

Perlakuan 4 (P3): Infusa daun sirih 12.5%

Perlakuan 5 (P4): Infusa daun sirih 6.25%

Penelitian Tahap Kedua

Penelitian tahap kedua menguji daya simpan infusa daun sirih yang akan

digunakan dengan cara disimpan dalam kulkas selama 1 minggu. Hal ini dilakukan

karena daun sirih yang akan diberikan disimpan terlebih dahulu di dalam kulkas

selama 1 minggu. Perlakuan pada tahap kedua adalah:

Perlakuan 1 (P0): daya hambat infusa yang disimpan selama 1 hari

Perlakuan 2 (P1): daya hambat infusa yang disimpan selama 3 hari

Perlakuan 3 (P2): daya hambat infusa yang disimpan selama 5 hari

Perlakuan 4 (P3): daya hambat infusa yang disimpan selama 7 hari

Penelitian Tahap Ketiga

Penelitian tahap ketiga untuk mengujikan infusa daun sirih taraf terbaik

kepada puyuh. Pemberian infusa dilakukan dengan mengencerkan infusa dalam air

Page 19: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

5

minum dengan taraf tertentu. Pemberian infusa tersebut bertujuan untuk melihat

pengaruh berupa cemaran bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan puyuh

yang dipelihara selama 28 hari setelah diberikan infusa daun sirih. Perlakuan yang

diberikan adalah:

Perlakuan 1 (P0): air minum + VitaStress

Perlakuan 2 (P1): air minum + Infusa daun sirih 10%

Perlakuan 3 (P2): air minum + Infusa daun sirih 20%

Perlakuan 4 (P3): air minum + Infusa daun sirih 30%

Pembuatan Infusa Daun Sirih

Infusa daun sirih yang dibuat adalah infusa dengan perbandingan 1:2(b/v)

dimana 1kg daun sirih digunakan dalam 2L air. Daun sirih dibersihkan terlebih

dahulu dari benda asing menggunakan air bersih. Setelah itu daun sirih 1 kg

dicampur dengan air sebanyak 2 L kemudian digiling menggunakan blender.

Larutan dipanaskan pada suhu 90 °C dalam waktu 15 menit. Waktu dihitung mulai

suhu di dalam panci mencapai 90 °C. Suhu dalam panci diukur menggunakan

termometer. Setelah 15 menit, infusa diserka dan diperas sewaktu masih panas

melalui kain flanel. Infusa murni (100%) kemudian diencerkan menggunakan air

menjadi konsentrasi 10%, 20%, dan 30%.

Pengujian Daya Hambat Infusa Daun Sirih (Pratiwi 2008)

Peremajaan bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan uji difusi.

Bakteri dibakkan pada agar miring yang telah disterilkan kemudian diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37 °C. Kultur bakteri diambil sebanyak 1 ose dan

diinokulasikan ke tabung reaksi yang berisi 10 mL media cair Natrium Broth steril,

kemudian diinkubasi pada shaker water bath selama 24 jam.

Kultur bakteri yang telah diremajakan kemudian diambil sebanyak 50 µL

menggunakan pipet mikro lalu dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian

media selektif agar steril 15 mL dituangkan ke dalam cawan petri, lalu dicampur

merata dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Setelah itu dibuat lubang

berdiameter 0.5 cm menggunakan pangkal pipet tetes, lalu ditetesi dengan infusa

daun sirih 5% dan 10%, kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Daya

antibakteri setiap perlakuan ditunjukkan oleh diameter zona bening disekitar lubang.

Pemeliharaan

Pemeliharaan puyuh dilakukan selama 4 minggu sejak Day Old Quail (DOQ).

Pemeliharaan meliputi pembersihan kandang, tempat pakan, tempat air minum,

serta lingkungan sekitar kandang. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore

hari. Pakan dan minum puyuh diberikan ad libitum. Pengukuran bobot hati dan

sekum dilakukan saat panen. Digesta pada usus halus diisolasi untuk dianalisis

cemaran bakteri Salmonella yang terdapat di dalamnya.

Uji Kuantitatif Cemaran Bakteri Salmonella

Uji kuantitatif dilakukan untuk mengetahui total Colony Forming Unit (CFU)

bakteri Salmonella pada saluran pencernaan puyuh. Uji tersebut terdiri atas 2 uji

dengan melalui tahap pengayaan (enrichment) dan yang tidak melalui tahap

pengayaan bakteri terlebih dahulu. Pengujian dengan menggunakan tahap

Page 20: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

6

pengayaan bakteri dilakukan apabila koloni bakteri yang terbentuk terlalu sedikit

pada pengujian tanpa melalui tahap pengayaan bakteri terlebih dahulu.

Uji tanpa pengayaan dilakukan dengan penambahan 9 mL pengencer (NaCl

fisiologis) pada 1 g sampel yang diencerkan sampai 10-4. Uji dengan pengayaan,

campuran 1 g sampel dan 9 mL pengencer tersebut dimasukkan terlebih dahulu

dalam medium enrichment (tertrationat) kemudian dimasukkan dalam inkubator

suhu 35±1 °C selama 2 x 24 jam setelah itu tahapan selanjutnya adalah sama baik

uji menggunakan pengayaan dan tanpa menggunakan pengayaan. Langkah

selanjutnya adalah masing-masing pengencer 10-1 sampai 10-4 dimasukkan dalam

cawan petri yang telah diberi kode secara duplo. Salmonella Shigela Agar (SSA)

kemudian dihomogenkan dengan cara membuat angka 8 pada cawan petri minimal

40 kali putaran. Agar ditunggu sampai beku kemudian dimasukkan kedalam

inkubator suhu 35±1 °C secara terbalik selama 2 x 24 jam. Sampel yang positif

diduga terdapat Salmonella sp. terbentuk koloni berwarna hitam yang berbentuk

seperti mata ikan.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian

pertama terdiri atas dua perlakuan menggunakan uji korelasi untuk mengetahui

korelasi perlakuan dengan hasil. Penelitian kedua dan ketiga menggunakan

Rancangan Acak Lengkap untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Model

matematik untuk percobaan ini dengan Rancangan Acak Lengkap (Steel dan Torrie

1993) dengan model matematika:

Y = μ +αi + εij Keterangan :

Yijk : pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k

μ : rataan umum

αi : pengaruh utama faktor A taraf ke-i

βj : pengaruh utama faktor B taraf ke-j

(αβ)ij : pengaruh interaksi dari faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j

εijk : pengaruh acak pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan

dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Steel dan

Torrie 1993). Data cemaran bakteri merupakan data kuantitatif yang akan

dilanjutkan dengan uji polynomial orthogonal untuk mengetahui trendline dari

pengaruh pemberian dosis dengan jumlah cemaran bakteri dalam usus halus puyuh.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah uji sumur difusi, clearence test, uji kualitatif dan

kuantitatif cemaran bakteri Salmonella typhimurium pada digesta usus halus,

mortalitas, bobot hati, dan bobot sekum puyuh.

Page 21: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Daun Sirih sebagai Antibakteri

Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4.2%

minyak atsiri yang sebagian besar terdiri atas betephenol yang merupakan isomer

Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen),

kavikol, kavibetol, estragol, dan terpinen (Sastroamidjojo 1997). Ekstrak sirih juga

mengandung beberapa komponen aktif yang mempunyai aktivitas antibakteri,

diantaranya adalah safrol dan kavibetol asetat (Arambewela et al. 2005), d-

germaken, lepidosen, kariopilen, murolen, selinenol, kadine, dan sineol

(Periyanayagam et al. 2011), alilpirokatekol (Battacharya et al. 2005),

hidroksikavikol, asam stearat, palmitat (Nalina dan Rahim 2007).

Komposisi daun sirih dalam 100 mL infus encer mengandung leusin 18.3 mg,

fenilalanin 14.2 mg, serine 22.1 mg, asam aspartat 23.0 mg, asam glutamat 29.7 mg,

metionin 13.5 mg, valin 3.8 mg, tirosin 1.2 mg asam amino dan butirat 20.2 mg.

Daun sirih yang lebih tua mengandung minyak atsiri, diastase, dan gula yang jauh

lebih banyak dibandingkan daun yang lebih muda, sedangkan kandungan tanin pada

daun muda dan daun tua adalah sama (Darwis 1991). Komponen-komponen kimia

yang terkandung dalam daun sirih dapat dilihat dalam Tabel 1. Salim (2006)

melaporkan bahwa analisis fitokimia yang meliputi uji kualitatif terhadap tanin,

alkaloid, dan flavonoid pada air rebusan daun sirih menunjukkan hasil positif,

sedangkan uji saponin, tripernoid dan steroid menunjukkan hasil negatif.

Pembuatan air rebusan daun sirih dilakukan dengan cara merebus 200 g daun sirih

dalam 1 L air mendidih sampai volumenya menjadi 100 mL. Analisis fitokimia

yang telah dilakukan terhadap infusa daun sirih menunjukkan bahwa kandungan

senyawa aktif dalam infusa daun sirih lebih banyak daripada air rebusan daun sirih.

Kandungan senyawa aktif infusa daun sirih dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil penelitian Row dan Ho (2009), fenolik merupakan komponen yang

berperan sebagai antimikroba. Menurut Chakraborty dan Shah (2011) yang

berperan sebagai bahan antimikroba dari sirih adalah sterol. Daun sirih

mengandung fenolik dan sterol. Menurut Friedman et al. (2002), komponen dalam

daun sirih yang aktif sebagai bahan antimikroba adalah karvakrol, eugenol,

kavibetol, dan isomer eugenol. Ekstrak etanol daun sirih hijau lebih efektif daripada

daun sirih yang diekstrak dengan pelarut air dalam menghambat pertumbuhan

bakteri patogen (Kaveti et al. 2011). Ekstrak daun sirih utuh dengan perebusan

tanpa dicacah terlebih dahulu tidak efektif dalam menghambat bakteri patogen.

Ekstrak volatil, non volatil, dan atsiri nya efektif dalam menghambat bakteri E. coli,

S. aureus, P. aeruginosa, S. thypurium, dan L. monocytogenes (Mawaddah 2008).

Bakteri yang paling efektif dihambat pertumbuhannya oleh semua fraksi sirih

adalah bakteri Salmonella typhimurium dengan diameter penghambatan antara 10-

26 mm (Arambewela 2005). Ekstrak daun sirih mampu menghambat dengan baik

pertumbuhan Salmonella pada konsentrasi 15%(v/v) dan mampu membunuh

seluruh Salmonella pada konsentrasi 20%(v/v) dengan %b/v 1:1 dan 1:2 (Sylviana

dan Kusumaningrum 2008).

Page 22: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

8

Tabel 4 Uji fitokimia infusa daun sirih

Komponen Kimia Kadar Kategori

Alkaloid +++ tinggi

Flavonoid +++ tinggi

Phenol Hidrokuinon +++ tinggi

Steroid ++ sedang

Triterpenoid ++ sedang

Tanin + sendah

Saponin ++ sedang Hasil analisis Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB (2016)

Daya Hambat Infusa Daun Sirih

Aplikasi pemberian infusa pada ternak perlu mempertimbangkan beberapa

aspek yang akan mempengaruhi penentuan konsentrasi infusa yang tepat untuk

diberikan kepada ternak. Konsentrasi diperoleh dengan cara mencari taraf dalam

beberapa level yang diturunkan secara bertahap setengah dari levelnya. Konsentrasi

yang diuji berada pada level 6.25% sampai 100%. Hasil yang diuji disajikan pada

Gambar 2 dan Tabel 5. Diameter zona bening terbaik berada pada konsentrasi 100%

dan yang terendah pada 6.25%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa diameter

zona bening meningkat dengan meningkatnya taraf yang diuji. Ekstrak panas daun

sirih pada suhu 100°C mampu menghasilkan diamter penghambatan 2mm terhadap

Salmonella. Ekstrak panas tidak efektif dalam menghambat Salmonella

typhimurium. Tetapi ekstrak volatil dan minyak atsiri efektif dalam menghambat

salmonella (Mawaddah 2008). Penelitian yang telah dilakukan, infusa efektif

menghambat Salmonella typhimurium.

Gambar 2 Diameter zona bening infusa daun sirih konsentrasi 100%, 50%, 25%,

12.5%, dan 6.25%

Page 23: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

9

Tabel 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%

Taraf Diameter zona bening (mm) Kategori

100% 14 tinggi

50% 9 tinggi

25% 4.5 sedang

12.5% 2.5 rendah

6.25% 2 rendah Hasil analisis Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan-2, Fakultas Teknologi Pertanian IPB

(2016)

Zona bening tertinggi yang diperoleh bukan menjadi acuan bagi infusa daun

sirih untuk diberikan kepada ternak. Konsentrasi infusa tinggi yang diberikan erat

kaitannya dengan jumlah zat aktif yang juga tinggi jumlahnya. Hal ini mampu

mengakibatkan palatabilitas pakan dapat berkurang yang memicu terjadinya

penurunan konsumsi pakan. Infusa daun sirih yang diberikan kepada ternak

nantinya terdiri atas tiga taraf berupa taraf tinggi, sedang, dan, rendah. Taraf

tersebut ditentukan berdasarkan Pan et al. (2009) yang menyatakan bahwa daya

hambat terhadap bakteri terdiri dari kuat (> 6mm), sedang (3-6mm), dan lemah (<3

mm). Daya hambat rendah, sedang, dan kuat pada infusa daun sirih diduga dapat

diperoleh pada taraf 10%, 20%, dan 30%. Uji daya hambat dilakukan kembali untuk

menguji daya hambat infusa daun sirih taraf 10%, 20%, dan 30% yang disajikan

pada Gambar 3 dan Tabel 6. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa taraf 30%

memiliki daya hambat yang tinggi yaitu diameter zona bening lebih dari 6 mm.

Taraf 20% memiliki daya hambat sedang yaitu diameter zona bening berada pada

rentang 3mm sampai 6 mm. Taraf 10% memiliki daya hambat rendah dengan

diameter zona bening kurang dari 3 mm, sehingga taraf 30% (kuat), 20% (sedang),

dan 10% (rendah) mampu digunakan secara in vivo pada ternak.

Gambar 3 Diameter zona bening infusa daun sirih konsentrasi 30%, 20%, dan 10%

Page 24: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

10

Tabel 6 Diameter zona bening infusa daun sirih taraf 30%, 20%, dan 10%

Taraf Diameter Zona Bening (mm) Kategori

30% 7 tinggi

20% 3.5 sedang

10% 2.5 rendah Hasil analisis Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan-2, Fakultas Teknologi Pertanian IPB

(2016)

Taraf yang telah ditentukan belum dapat digunakan untuk mengetahui

efektifitasnya dalam menghambat koloni bakteri. Uji clearence test dilakukan

untuk mengetahui jumlah koloni bakteri yang mampu dihambat oleh infusa daun

sirih. Uji tersebut dilakukan dengan menggunakan taraf 30%, 20%, 10%, dan 0%

yang disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 4. Melalui uji yang telah dilakukan

ternyata koloni bakteri mampu dihambat sepenuhnya pada pemberian infusa daun

sirih dengan taraf 30%, 20%, dan 10%. Koloni terbentuk pada perlakuan kontrol

yang tidak diberikan ekstrak daun sirih. Jumlah koloni yang terbentuk cukup

banyak sehingga dinyatakan Terlalu Banyak Untuk Dihitung (TBUD) yang

dinyatakan ketika jumlah koloni bakteri lebih dari 300.

Tabel 7 Koloni bakteri Salmonella typhimurium yang terbentuk pada clearence test

Taraf (%) Koloni Bakteri (CFU mL-1)

30 0

20 0

10 0

0 TBUD Hasil analisis Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan-2, Fakultas Teknologi Pertanian IPB

(2016)

Gambar 4 Uji clearence test infusa daun sirih konsentrasi 30%, 20%, dan 10%

Page 25: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

11

Cemaran Bakteri dalam Usus Halus

Cemaran bakteri yang terdapat pada produk ternak salah satunya dapat

disebabkan dari infeksi pada usus halus sehingga bakteri mampu masuk dalam

pembuluh darah dan dideposit dalam daging atau organ tubuh. Salmonella

merupakan salah satu bakteri yang paling umum menyebabkan keracunan makanan

di negara berkembang (Del-Portillo 2000). Kontaminasi Salmonella dapat berasal

dari kotoran dan lingkungan kandang unggas (Dickson dan Anderson 1992). Hasil

pengujian Salmonella pada produk pangan asal hewan di Laboratorium Pengujian

Mutu Produk Peternakan pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kontaminasi

Salmonella pada produk asal hewan bervariasi misalnya unggas 50%, babi 15% dan

sapi atau kambing kurang lebih 1% dan jumlah Salmonella pada produk ternak

harus 0%. Situasi tersebut menggambarkan bahwa unggas merupakan ternak yang

berpotensi besar sebagai sumber penularan Salmonella sp. (Nugroho 2004).

Pengujian telah dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran bakteri

Salmonella typhimurium pada saluran usus halus. Pengujian yang dilakukan adalah

perhitungan jumlah koloni bakteri dalam usus halus dengan dilakukan tahap

pengayaan bakteri terlebih dahulu. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 8. Uji

yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat koloni bakteri yang terbentuk

pada seluruh perlakuan. Seluruh perlakuan pemberian infusa daun sirih (P1, P2, dan

P3) ternyata memberikan pengaruh yang signifikan (P<0.05) terhadap jumlah

koloni bakteri jika dibandingkan dengan kontrol (P0). Jumlah koloni Salmonella

tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol (P0). Perlakuan P1 dan P2 memberikan

pengaruh yang signifikan (P<0.05) terhadap penurunan jumlah koloni Salmonella

jika dibandingkan dengan P0. Perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda signifikan

(P>0.05) dalam penurunan koloni Salmonella. Pemberian infusa daun sirih

konsentrasi tertinggi (P3) memiliki kemampuan penurunan jumlah koloni

Salmonella terbaik jika dibandingkan dengan P0, P1, dan P2 karena signifikan

berbeda (P<0.05). Grafik penurunan jumlah bakteri dapat dilihat pada Gambar 5.

Penurunan jumlah bakteri yang paling signifikan terjadi pada perlakuan P1 terhadap

P0 selisihnya. Selisih tersebut semakin berkurang seiring bertambahnya infusa daun

sirih yang diberikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data cenderung berpola

kubik. Hal ini dibuktikan melalui uji polinomial orthogonal dimana pemberian

infusa daun sirih memberikan respon bersifat polynomial (kubik) terhadap jumlah

cemaran bakteri Salmonella dalam usus halus puyuh.

Tabel 8 Cemaran bakteri Salmonella dalam usus halus melalui enrichment

Perlakuan Jumlah Koloni (CFU

mL-1)

P0 3.86 x 104c

P1 2.64 x 103b

P2 8.18 x 102b

P3 6 x 100a Hasil analisis Laboratorium Bakteriologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB (2016)

Keterangan:P0= pakan basal + VitaStress; P1= pakan basal + 10% infusa daun sirih dalam air

minum; P2= pakan basal + 20% infusa daun sirih dalam air minum; P3= pakan basal +

30% infusa daun sirih dalam air minum.

Angka yang disertai huruf kecil berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda

nyata (P<0.05)

Page 26: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

12

Gambar 5 Grafik hubungan jumlah penambahan infusa daun sirih terhadap jumlah

koloni bakteri Salmonella pada usus halus puyuh

Persentase Hati dan Sekum

Rataan persentase hati dan sekum ditunjukkan pada Tabel 9. Persentase hati

dan sekum ternyata tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan (P<0.05). Ciri

terjadi infeksi bakteri salah satunya adalah terdapat peningkatan jumlah mikroba

dalam sekum (Hoffman et al. 2009). Ciri terjadinya infeksi yang lain adalah

terjadinya sirosis hati (Sevastianos dan Dourakis 2003). Tidak ditemukan adanya

pembesaran hati dan sekum pada penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa

perlakuan tidak diikuti dengan indikasi terjadinya infeksi bakteri pada hati dan

sekum. Persentase hati dan sekum berada pada nilai yang normal. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Saraswati et al. (2015) bahwa rataan bobot hati puyuh sebesar

2.83 g. Hasil sekum juga tidak jauh berbeda dengan penelitian Mardiansyah (2013)

yang menyatakan bahwa persentase bobot sekum puyuh berkisar 0.53%-0.74%.

Tabel 9 Rataan dan simpangan baku persentase hati dan sekum

Perlakuan Hati (%) Sekum (%)

𝑋±SB 𝑋±SB

P0 2.31±0.16 0.59±0.20

P1 2.40±0.14 0.57±0.13

P2 2.28±0.05 0.53±0.16

P3 2.53±0.43 0.72±0.12

Keterangan: 𝑋 = rataan SB = simpangan baku

P0= pakan basal + vitastress; P1= pakan basal + 10% infusa daun sirih dalam air minum;

P2= pakan basal + 20% infusa daun sirih dalam air minum; P3= pakan basal + 30%

infusa daun sirih dalam air minum.

38600

2640818 6

y = -5,5213x3 + 336,33x2 - 6407,2x + 38600

R² = 1

-5000

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5

KO

LO

NI

BA

KT

ER

I S

AL

MO

NE

LL

A (

CF

U/M

L)

TARAF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRIH (%)

KOLONI BAKTERI

Koloni Bakteri Poly. (Koloni Bakteri)

Page 27: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Semakin tinggi konsentrasi infusa daun sirih maka semakin tinggi pula daya

hambat terhadap bakteri Salmonella typhimurium. Konsentrasi infusa daun sirih

yang aplikatif untuk diujikan kepada ternak berada pada level 10% - 30%.

Penggunaan infusa daun sirih dengan taraf 10%, 20%, dan 30% mampu

menurunkan koloni bakteri Salmonella typhimurium dalam usus halus puyuh.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi pengaruh pemberian

infusa daun sirih terhadap puyuh petelur. Penelitian mengenai pemberian infusa

daun sirih terhadap ternak lainnya juga perlu dilakukan. Selain itu juga dapat

dilakukan penelitian mengenai jenis pengolahan ekstrak daun sirih dalam bentuk

powder dan diaplikasikan kepada ternak puyuh.

DAFTAR PUSTAKA

Arambewela L, Kumaratunga KGA, Dias K. 2005. Studies on Piper betle of Sri

Lanka. J Natn Sci Foundation Sri Lanka. 33: 133-139.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Konsumsi kalori dan protein penduduk

Indonesia dan provinsi. Badan Pusat Statistik: Jakarta (ID)

Battacharya S, Subramanian M, Roychauolhury S, Bauri AK, Kamat JP,

Chattopadhyay S, Bandyopadhyay SK. 2005. Radioprotective property of the

ethanoloc extract of Piper Bettle leaf. J Radiat Res. 46: 165-171.

Chakraborty D, Shah B. 2011. Antimicrobial, anti-oxidative and anti-hemolytic

activity of Piper betle leaf extracts. J Pharm Pharmaceutical Sci. 3: 192-199.

Darwis SN. 1991. Potensi sirih (Piper betle Linn.) sebagai tanaman obat. Warta

Tumbuhan Obat Indonesia. 1(1): 11-12.

Dell-Portillo FG. 2000. Molecular and Cellular Biology of Salmonella

Pathogenesis. Techonomic Publishing Company, Inc: Cancaster (US).

Dickson JS, Anderson ME. 1992. Microbial decontamination of food carcasses by

washing and sanitizing syatems. J Food Protec. 55:133-140.

Friedman M, Henika PR, Mandrell RE. 2002. Bacterial activities of plant essential

oil and some of their isolated constituent against Campyloader jejuni,

Escherichia coli, Listeria monocytogenes, and Salmonella enterica. J Food

Protection. 65: 1545-1560.

Hoffmann C, David AH, Nana M, Thomas K, Amy T, David A, Frederic B. 2009.

Community wide response of the gut microbiota to enteropathogenic

Citrobacter rodentium infection revealed by deep sequencing. Infection and

Immunity. 77(10): 4468-4678.

Kaveti B, Tan L, Sarnnia, Kuan TS, Baig M. 2011. Antibacterial activity of Piper

betle leaves. J Pharm Teach Pract. 2(3): 129-132.

Page 28: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

14

Mawaddah R. 2008. Kajian hasil riset potensi antimikroba alami dan aplikasinya

dalam bahan pangan di Pusat Informasi Teknologi Pertanian Fateta IPB.

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nalina T, Rahim ZHA. 2007. The crude aqueous extract of Piper betle L. and its

antibacterial effect towards Streptococcus mutans. Am J Biotech Biochem. 3:

10-15.

Nugroho WS. 2004. Tingkat cemaran Salmonella sp.pada telur ayam ras di tingkat

peternakan kabupaten Sleman Yogyakarta. Prosiding Lokakarya Nasional

Keamanan Pangan Produk Pertanian. 13(2): 160-165.

Pan X, Chen F, Wu T, Tang H, Zhao Z. 2009. The acid, bile tolerance and

antimicrobial property of Lactobaccilus acidophillus NIT. J Food Control. 20

: 598-602.

Periyanayagam K, Mubeen M, Sakeem, Mohamed M, Basha, Sathik S. 2011.

Phytochemical studies and GC/MS analysis on the isolated essential oil from

the leaves of Piper Betle var. Siguramanil 1 (SGM1). J Pharm Res. 4: 2411-

2413.

Pratiwi SI. 2008. Aktivitas antibakteri tepung daun jarak (Jatropha curcas L,) pada

berbagai bakteri saluran pencernaan ayam broiler secara in vitro [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian

Pertanian Tahun 2015–2019. Kementerian Pertanian: Jakarta (ID)

Kurniawan MB. 2010. Mengenal Hewan dan Tumbuhan Asli Indonesia. Jakarta

(ID): Cikal Aksara.

Rosman R, Suhirman S. 2006. Sirih tanaman obat yang perlu mendapat sentuhan

tekonologi budaya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

12(1) : 13-15.

Row LCM, Ho JC. 2009. The antimicrobial activity, mosquito larvicidal activity,

antioxidant property and tyrosinase inhibition of Piper betle Var. Siguramanil

1 (SGM1). J Pharm Res. 4: 2411-2413.

Salim A. 2006. Potensi rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai senyawa

antihiperglikemia pada tikus putih galur Sparaque-dawley. [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Sastroamidjojo S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta (ID): Dian Rakyat.

Sevastianos VA, Dourakis SP. 2003. Pathogenesis, diagnosis, and therapy of

infections complicating patients with chronic liver disease. Annals of

Gastroenterology. 16(4). 300-315.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan

Biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.

Sylviana, Kusumaningrum HD. 2008. Prevalensi Salmonella dari potongan karkas

ayam di beberapa pasar tradisional dan swalayan di daerah Bogor serta upaya

pengendaliannya. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PATPI 2008.

Hal: 1154-1162.

Syukur C, Hernani. 1999. Budidaya Tanaman Obat Tradisional. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Page 29: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

15

Lampiran 1 Korelasi Pearson konsentrasi infusa terhadap zona bening

Perlakuan Konsentrasi Zonabening

Konsentrasi Korelasi Pearson 1 0.99

Signifikansi 0.001

Ulangan 5 5

Zonabening Korelasi Pearson 0.992 1

Signifikansi 0.001

Ulangan 5 5

Lampiran 2 Analisis ragam cemaran bakteri Salmonella

Sumber Keragaman Db JK KT F 0,05 F Hit

Perlakuan 3 6.859 2.286 57.674 0.000

Ortogonal

Linier 1 5.716 5.716 144.178 0.000

Kuadratik 1 0.683 0.683 17.238 0.001

Kubik 1 0.460 0.460 11.606 0.004

Galat 16 0.634 0.040

Total 19 7.494 Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

Lampiran 3 Uji lanjut Duncan cemaran bakteri Salmonella

Perlakuan Ulangan Superskrip

1 2 3

30% pemberian infusa daun sirih 5 -0.2456

20% pemberian infusa daun sirih 5 0.3309

10% pemberian infusa daun sirih 5 1.0532

0% pemberian infusa daun sirih 5 1.2160

Lampiran 4 Analisis ragam bobot sekum

Sumber Keragaman Db JK KT F 0,05 F Hit

Perlakuan 3 0.151 0.050 1.054 0.381

Galat 36 1.717 0.048

Total 39 1.868 Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

Lampiran 5 Analisis ragam bobot hati

Sumber Keragaman Db JK KT F 0,05 F Hit

Perlakuan 3 0.197 0.066 0.699 0.559

Galat 36 3.382 0.094

Total 39 3.579 Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah

Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05)

Page 30: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening
Page 31: SUPLEMENTASI INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA … · 4 Uji fitokimia infusa daun sirih 8 5 Daya hambat infusa taraf 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% 9 6 Diameter zona bening

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Fensa Eka Widjaya dilahirkan di

Surabaya pada tanggal 17 September 1994 dari pasangan

Bapak Hari Widjaya dan Ibu Nanik Khoirul Jamilah. Penulis

merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Penulis

mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Margie Surabaya

pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Margie

Surabaya pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas

Negeri 5 Surabaya pada tahun 2009.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2012 melalui program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

Jurusan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif dalam

organisasi kemahasiswaan di kampus dengan menjadi anggona Himpunan

Mahasiswa Ilmu Nutrisi Peternakan (HIMASITER) pada tahun 2014-2015. Penulis

juga aktif dalam mengikuti ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di tahun

2013, 2014, dan 2015. Penulis mengikuti PKM di tahun 2013 sebagai ketua PKMP

yang berjudul Suplemetasi Jus Kulit Manggis (Garcia mangostana L.) sebagai

Sumber Antioksidan untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Telur Puyuh di

Lingkungan Tropis, tahun 2014 sebagai ketua PKMP yang berjudul Pengujian

Efektivitas Pangan Rakitan Siap Saji sebagai Pengganti Pangan Utama Manusia,

sebagai Pangan Alternatif dan di tahun 2015 sebagai anggota PKMP yang berjudul

Pengaruh Penambahan Limbah Biodiesel Kemiri Sunan (Reutealis trisperma)

sebagai Sumber Saponin terhadap Karakteristik Fermentasi, Defaunasi Protozoa,

dan Produksi Gas Metana Cairan Rumen secara In Vitro. Penulis juga sempat

memperoleh penghargaan sebagai juara gelar produk terbaik pada Indonesia

Animal Science Competition (IASC) yang diselenggarakan oleh Universitas

Brawijaya pada tahun 2014.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc

dan Ibu Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku pembimbing skripsi, Bapak Dr Ir Iwan

Prihantoro, M.Si sebagai dosen pembahas seminar pada tanggal 29 April 2016, Ibu

Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr sebagai dosen penguji sidang, dan Ibu Dr. Ir. Sri Darwati,

M.Si sebagai dosen penguji sidang yang telah banyak memberikan saran dan

masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk

Bapak Slamet Riyadi beserta rekan-rekan dari peternakan puyuh “Slamet Quail

Farm” atas izin yang diberikan untuk menggunakan ternak puyuh di peternakan

tersebut. Selain itu, penulis ucapkan juga terima kasih untuk Febby, Eka, dan Ulfa

selaku rekan penelitian yang saling membantu pada penelitian. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Bapak Agus Somantri, Mbak Ari, serta Ibu Nunung

yang telah membantu analisis laboratorium selama pengumpulan data. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala

doa dan kasih sayangnya. Terakhir, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk

INTP 49 atas momen dan kenangan bersama kalian.