(summary) pengelolaan ekowisata pesisir dan laut. buku 1

8
Nama : Dodi Suprayogi Npm : 170510090010 Kajian Mandiri. (Summary) Judul Usulan Topik: Positivisme Pariwisata Terhadap Masyarakat dan Lingkungan. Judul Buku: Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut (Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah) Oleh: Prof. Dr. Ir. H. Ambo Tuwo, DEA. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir Laut. Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah.Brilian Internasional. Surabaya. Pendahuluan Salah satu khasus dalam pengembangan sektor pariwisata sebagai suatu perjalanan dengan tujuan rekreasi.adalah pengembangan kawasan wisata Ciater , Kecamatan Nagrak , Kabupaten Subang , dari berbagai sumber terlihat bahwa Kawah Ciater memiliki potensi yang sangat besar sebagai tempat wisata, hanya saja pada kenyataannya potensi tersebut memiliki dampak yang kurang efektif bagi masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Pergeseran paradigma dari pariwisata lama ke pariwisata baru, telah mendorong pelaku pariwisata semakin menyadari eksistensi ekosistem sebagai bagian dari kegiatan wisatanya. Mereka menyadari betapa pentingnya keseimbangan lingkungan dan kelestarian sumber daya alam bagi kehidupan generasi yang akan datang.Masyarakat di daerah tujuan wisata, sebagai bagian dari komunitas yang mempunyai peranan penting dalam menata pariwisata

Upload: dodi-suprayogi-rahman

Post on 09-Apr-2016

146 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Summary) Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut. Buku 1

Nama : Dodi Suprayogi

Npm : 170510090010

Kajian Mandiri. (Summary)

Judul Usulan Topik: Positivisme Pariwisata Terhadap Masyarakat dan Lingkungan.

Judul Buku: Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut (Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi,

Kelembagaan, dan Sarana Wilayah)

Oleh: Prof. Dr. Ir. H. Ambo Tuwo, DEA. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir Laut.

Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah.Brilian Internasional.

Surabaya.

Pendahuluan

Salah satu khasus dalam pengembangan sektor pariwisata sebagai suatu perjalanan

dengan tujuan rekreasi.adalah pengembangan kawasan wisata Ciater, Kecamatan Nagrak,

Kabupaten Subang, dari berbagai sumber terlihat bahwa Kawah Ciater memiliki potensi yang

sangat besar sebagai tempat wisata, hanya saja pada kenyataannya potensi tersebut memiliki

dampak yang kurang efektif bagi masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Pergeseran

paradigma dari pariwisata lama ke pariwisata baru, telah mendorong pelaku pariwisata semakin

menyadari eksistensi ekosistem sebagai bagian dari kegiatan wisatanya. Mereka menyadari

betapa pentingnya keseimbangan lingkungan dan kelestarian sumber daya alam bagi kehidupan

generasi yang akan datang.Masyarakat di daerah tujuan wisata, sebagai bagian dari komunitas

yang mempunyai peranan penting dalam menata pariwisata berkelanjutan sangat diharapkan

keterlibatannya dalam mengembangkan pariwisata.Sehingga pengembangan pawisata yang

berpalsafahkan kelestarian sumber daya alam harus dimulai, direncanakan dan dilaksanakan oleh

mereka.Wisata Alam menekankan pada upaya pelibatan masyarakat setempat dalam proses

sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan sosio-ekonomi dari proses dimaksud. Dalam

keterlibatannya, masyarakat harus memperoleh petunjuk-petunjuk dan pengaturan, guna

memperoleh saringan (filter) yang ketat terhadap masuknya pengaruh negatif para wisatawan.

Wisata ekologi didefinisikan juga sebagai perjalanan yang penuh arti ke daerah-daerah

asli untuk memahami kebudayaan dan sejarah ekologi dari lingkungan tersebut, sambil

memelihara keterpaduan dari ekosistem dan memberikan kesempatan ekonomi kepada penduduk

asli di kawasan wisata.Kajian pariwisata terhadap gejala kebutuhan kepariwisataan yang

Page 2: (Summary) Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut. Buku 1

menjadikan pariwisata suatu pemanfaatan yang berpeluang besar bagi pemasukan perekonomian

masyarakat di lingkungan pariwisata itu sendiri.Pertumbuhan pariwisata sebagai suatu fenomena

sosial dan usaha ekonomi yang mengubah pola-pola pariwisata sebagai suatu pemanfaatan yang

dapat menambah pendapatan masyarakat. Hal tersebut memberikan inspirasi bagi penulis, untuk

mengkaji lebih dalam studi kasus dari dampak yang akan berlangsung pada masyarakat yang

berada dalam sektor pariwisata tersebut dan lingkungannya.

Namun di dalam kegiatan pengembangan sektor pariwisata ini, hampir sama dengan apa

yang dijelaskanSecara analitik oleh (Rambo dalam Soerjani, 1985:3) membedakan lingkup

ekologi manusia dalam dua sistem yaitu sistem alam dan sistem sosial. Kedua system tersebut

saling berhubungan timbal balik terus menerus dan teratur melalui aliran energi, materi, dan

informasi sehingga terjadi proses seleksi dan adaptasi yang menekan masyarakat dalam

perkembangan perekonomian mereka.

Prinsip Pengembangan Ekowisata

Pengembangan Ekowisata dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem sumber

daya alam.Hal ini didukung oleh keinginan para pecinta Ekowisata yang memang menghendaki

syarat kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya, ada beberapa prinsip pengembangan

Ekowisata yang harus dipenuhi, yaitu:

Pertama, mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap bentang alam

dan budaya masyarakat local.Dua, mendidik atau menyadarkan wisatawandan masyarakat local

akan pentingnya konservasi. Tiga, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk Ekowisata dan

manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau

pendapatan.Empat, masyarakat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pengembangan

Ekowisata.Lima, keuntungan ekonomi yang diperoleh secara nyata dari kegiatan Ekowisata

harus dapat mendorongkan masyarakat untuk menjaga kelestarian kawasan wisata.Enam, semua

upaya pengembangan, termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas, harus tetap menjaga

keharmonisan dengan alam.Tujuh, pembantasan pemenuhan permintaan, karena umumnya daya

dukung ekosistem alamiah lebih rendah daripada daya dukung ekosistem buatan.Delapan,apabila

suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk Ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan

dialokasikan secara proporsional dan adil untuk pemerintah pusat dan daerah.

Page 3: (Summary) Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut. Buku 1

Kriteria dan komponen Ekowisata

Ekowisata memiliki 3 kriteria yaitu:

1. Memberi nilai konservasi yang dapat dihitung2. Melibatkan masyarakat 3. Menguntungkan dan dapat memelihara dirinya dendiri

Ketiga kriteria tersebut dapat dipenuhi bilamana pada setiap kegiatan Ekowisata memadukan empat komponen, yaitu: 1. Ekosistem, 2. Masyarakat, 3. Budaya, dan 4. Ekonomi.

Dampak Umum Ekowisata.

Konsep Ekowisata:

1. Menyelesaikan atau menghindari konflik dalam pemanfaatan dengan menetapkan ketentuan dalam berwisata

2. Melindungi sumber daya alam dan budaya; serta

3. Menghasilkan keuntungan dalam bidang ekonomi untuk masyarakat lokal.

Dampak positif:

1. Meningkatkan penghasilan dan devisa Negara.2. Tersedianya kesempatan kerja baru3. Berkembangnya usaha-usaha baru 4. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya konservasi

sumberdaya alam5. Peningkatan partisipasi masyarakat, dan6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi local

Manfaat lain dari kegiatan Ekowisata:

1. Meningkatnya nilai ekonomi sumberdaya ekosistem2. Meningkatnya upaya pelestaria lingkungan3. Meningkatnya keuntungan langsung dan tidak langsung dari para stakeholders4. Terbangunnya konstituensi untuk konservasi secara local, nasionalm dan internasional5. Meningkatnya promosi penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, dan6. Berkurangnnya ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang ada di obyek wisata.

Konsep pengelolaan

Prinsip dasar ekologi dalam pengelolaan berkelanjutan.

Page 4: (Summary) Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut. Buku 1

Pengelolaan berkelanjutan adalah suatu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang

dapat diperbaharui, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa

mengganggu atau mengurangi kemampuan generasi selanjutnya dalam memenuhi kebutuhannya.

Pendekatan pengelolaan memerlukan perencanaan yang terintegrasi melalui kajian alternatif

pemanfaatannya, dan kondisi social-ekonominya untuk memilih dan mengadopsi cara-cara

pemanfaatan yang terbaik (Clark, 1992: 39).

Suatu ekosistem yang matang dan tidak dieksploitasi, secara ekonomi juga kurang

menguntungkan karena terjadi kehilangan energy, yaitu berupa kematian organisme secara

alamiah.Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam tidak melebihitingkatan pemanfaatan

yang rasional dan berkelanjutan atau maximum sustainable yield (MSY). Oleh karena itu

pendekatan pengelolaan lingkungan hidup harus menghindari bentuk kegiatan atau

pembangunan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan kerugian social ekonomi

lainnya, seperti; (1) terganggunya aliran energi dan siklus materi, (2) terbentuknya keseimbangan

yang kurang menguntungkan dari segi ekonomi, dan (3) turunnya biodiversitas dan system

kekebalan atau daya lenting lingkungan.

Bila dicermati, kondisi yang ada saat ini, dimana sumberdaya alam banyak dieksploitasi

tanpa memperhatikan aspek keberlanjutannya, misalnya eksploitasi sumberdaya alam secara

berlebih, baik di darat maupun dilaut, maka daya dukung bumi akan terus berkurang sehingga

mempercepat datangnya masalah kekurangan pangan. Gejala akan tibanya masalah kekurangan

pangan di dunia sudah diperingatkan sejak 30 tahun yang lalu oleh Paul Ehrich.

Fungsi Hukum

Fungsi hukum adalah menciptakan kepastian mengenai apa yang dilarang, apa yang

tidak dilarang, dan apa yang diperkenankan apabila telah dipenuhi persyaratan tertentu.

(Diraputra, 2003: 144) pemberlakuan norma hukum bersifat pasti karena dapat dipaksakan

berlakunya melalui penggunaan kekuasaan oleh lembaga penegak hukum. Kekuasaan untuk

memaksakan berlakunya norma hukum bersumber dari wewenang formal yang diberikan kepada

para pejabat Negara oleh peraturan perundangan yang berlaku. Adanya kepastian inilah yang

membedakan norma hukum dengan norma social lainnya. Sifat memaksa yang secara inheren

dimiliki oleh norma hukum merupakan keniscayaan karena dijamin pemberlakuannya terhadap

Page 5: (Summary) Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut. Buku 1

setiap pelanggarannya. Pembagian norma hukum dalam rangka pengelolaan wilayah paeiwisata

harus diarahkan sedemikian rupa agar mampu memenuhi lima fungsinya, yaitu: fungsi direktif,

fungsi integratif, fungsi stabilitatif, fungsi korektif dan fungsi perfektif.

Peranan hukum adalah menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan

kepentingan masyarakat agar kehidupan bermasyarakat dapat berlangsung dengan tertib dan

teratur (Diraputra, 2003: 145). Apabila keseimbangan telah tercipta, maka peranan hukum

selanjutnya adalah memelihara keseimbangan tersebut dalam jangka waktu yang tidak terbatas

dan tetap sesuai dengan perkembangan rasa keadilan didalam kehidupan bermasyarakat.

Sarana dan Prasarana Wilayah

Pembagian Ekowisata, aspek sarana dan prasarana memiliki dua sisi kepentingan yaitu:

1. Sebagai alat memenuhi kebutuhan Ekowisata, dan 2. Sebagai pengendalian dalam rangka

memelihara keseimbangan lingkungan. Pembangunan sarana dan prasarana dapat meningkatkan

daya dukung perkembangan Ekowisata, sehingga upaya pemanfaatan dapat dilakukan secara

optimal (Dephut, 2010: 159). Salah satu bentuk pendekatan dalam pengembangan Ekowisata

adalah pendekatan pengembangan infrastruktur.Penyediaan infrastruktur dasar adalah merupakan

kegiatan penting untuk memperkuat pengembangan Ekowisata. Jalan, jembatan, air bersih,

Jaringan telekomunikasi, listrik, serta sistem pengendalian dan pemeliharaan lingkungan,

merupakan unsur-unsur fisik yang dibangun dengan cara menghindari perusakanlingkungan atau

menghilangkan ranah keindahan pada lokal Ekowisata. Teknologi tinggi harus mampu

menghindari kerusakan lingkungan dan kerusakan pemandangan yang bertolak belakang dengan

konfigurasi alam sekitar (Sastrayuda,2010: 160). Sarana pelengkap Ekowisata adalah fasilitas

yang melengkapi sarana pokok sedemikian rupa sehingga dapat membuat wisatawan lebih lama

tinggal di lokasi Ekowisata yang dikunjunginya.Sarana yang termasuk dalam kelompok ini

adalah fasilitas untuk olag raga dan sebagainya. Fasilitas yang diperlukan wisatawan dan

berfungsi tidak hanya melayani kebutuhan pokok dan sarana pelengkap, tetapi juga memiliki

fungsi yang lebih, yaitu agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang

dikunjungi tersebut, sebagai contoh took souvenir dan lain-lain.