sumber sgd
TRANSCRIPT
1. Mengapa paska trauma terdapat rasa sakit dan mengganjal bila rahang ditutup?
Rasa sakit yang dirasakan dapat disebabkan kerusakan jaringan periodontal, reaksi pulpa karena
perubahan yang terjadi atau fraktur rahang.
2. Perawatan luka robek pada bibir
Macam-macam jahitan luka
1. Jahitan Simpul Tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik : – Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka
dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak
lurus pada atau searah garis luka.
- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
2. Jahitan matras Horizontal
Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.
3. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit
tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya
tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
4. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.
5. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
6. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai
pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
7. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
8. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
9. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang
baik
3. etiopathogenesis pada gigi goyah yang disebabkan trauma
Gigi yang mengalami luksasi akibat trauma, akan terjadi kerusakan dalam berbagai tingkatan
kerusakan jaringan periodontal, alveolus dan suplai neurovaskuler. Jika kekuatan tekan melebihi
kapasitas kekuatan jar. Periodontal untuk menahan akan menyebabkan jar.periodontal cedera
sehingga gigi goyah . Rontgen periapikal dibuat sebagai pedoman jangka panjang.
4. macam perawatan splinting yang dapat dilakukan kata pisca juga fungsinya.
Splin periodontal dibedakan dalam beberapa macam tergantung dari waktu dan bentuk
pemakaiannya.
Berdasarkan lama dan tujuan pemakaiannya
1. Splin Sementara (Temporary Splint)
Dipakai utk jangka waktu singkat
Utk menstabilkan gigi yg goyang selama terapi Periodontal
2. Splin Provisional ( Provisional Splint)
Dipakai beberapa bulan sampai beberapa tahun
Tujuan utk diagnostik
Klinisi mempunyai kesempatan mengamati
respon periodonsium thd terapi periodontal
3. Splin Permanen ( Permanent Splint)
Dipakai menetap
Utk imobilisasi gigi
Piranti cekat atau lepasanPerawatan menggunakan metode splinting dapat diaplikasikan
dengan pemakaian bonded eksternal, intrakoronal, atau secara tidak langsung dengan
menggunakan restorasi logam yang menghubungkan gigi secara bersama-sama untuk mencapai
kestabilan gigi (Newman et al., 2002).
Splin Periodontal Permanen
Pemakaian splin permanen merupakan bagaian dari fase restorasi atau fase rekonstruksi dari
perawatan periodontal. Splin permanen sangat terbatas penggunaannya. Hanya digunakan
bila benar-benar dipergunakan untuk menambah stabilitas tekanan oklusal dan menggantikan
gigi-gigi yang hilang. Selain menstabilkan gigi yang goyang, splin ini juga harus
mendistribusikan kekuatan oklusi, mengurangi serta mencegah trauma oklusi, membantu
penyembuhan jaringan periodontal dan memperbaiki estetika (Soeroso, 1996).
Penggunan splin permanen pada umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal. Splin ini
hanya dapat dibuat beberapa bulan setelah terapi periodontal dan kesembuhannya sudah
sempurna serta harus memperhatikan intonasi pasien. Tujuan utamanya adalah memperoleh
fungsi kunyah yang lebih efektif, dalam hal ini tidak harus mengganti seluruh gigi geligi
(Prayitno, 1997).
Splin permanen dapat berupa splin lepasan eksternal atau splin cekat internal. Splin permanen
lepasan eksternal ini desainnya merupakan bagian dari gigi tiruan kerangka logam. Splin lepasan
tidak boleh digunakan pada gigi-gigi goyang yang mempunyai tendensi untuk bermigrasi, apalagi
splin tersebut hanya digunakan pada malam hari. Pemakaian splin permanen lepasan pada
keadaan tidak bergigi dapat dikombinasikan dengan gigi tiruan (Soerosso, 1996).
Splin permenen cekat internal merupakan splin yang paling efektif dan tahan lama. Splin ini
merupakan penggambungan dari restorasi yang membentuk satu kesatuan rigid dan direkatkan
dengan penyemanan, jumlah gigi yang diperlukan untuk menstabilkan gigi goyang tergantung
pada derajat kegoyangan dan arah kegoyangan. Jumlah gigi tidak goyang yang diikutsertkana
dalam splinting, tergantung pada masing-masing konsisi penderita. Bila terdapat kegoyangan
lebih dari satu gigig dapat digunakan beberapa gigi untuk stabilisasi (Soeroso, 1996).
Splin Periodontal Semi Permanen
Indikasi splin semi permanen adalah untuk kegoyangan gigi yang sanngat berat yang
mengganggu pengunyahan dan dipergunakan sebelum dan selama terapi periodontal. Kadang-
kadang alat retensi ortodonsi juga dapat dianggap sebagai splin semi permanen. Untuk gigi-gigi
anterior, bahan yang sering digunakan pada splin semi permanen cekat adalah kompist resisn
(light cure). Pada gigi –gigi posterior, splin semi permanen ditujukan untuk gigi-gigi goyang berat
yang harus menerima beban kunyah. Splin ini digunakan sebelum, selama dan sesudah terapi
periodontal karena prognosisnya belum pasti (Prayitno, 1997).
Splin Periodontal Sementara
Peran splin sementara adalah untuk mengurangi trauma pada waktu perawatan. Splin
periodontal digunakan untuk: (1) menentukan seberapa besar peningkatan kegoyangan gigi
terhadap respon perawatan, (2) menstabilisasi gigi selama skaling dan root planning, oklusal
adjustment, dan bedah periodontal, (3) menjadi penyangga pada kasus pergerakan gigi minor,
(4) memberikan stabilisasi pada jangka waktu lama untuk yang hilang di saat kegoyangan gigi
meningkat atau goyang pada saat melakukan pengunyahan dan (5) digunakan pada gigi yang
goyang karena trauma (Schwartz et al., 1995).
- Permanen: splint yang digunakan terus menerus dan permanen selamanya. Macamnya =>
acrylic continous spring. Splint permanen antara lain berupa fixed bridge, protesa sebagian
lepasan, atau penggabungan bahan tambalan resin komposit.
Splint permanen diindikasikan jika perawatan periodontal tidak mengurangi mobilitas gigi,
sehingga gigi tidak dapat berfungsi baik tanpa dukungan tambahan. Splint permanen
berfungsi untuk menstabilkan gigi, mendistribusikan kekuatan oklusi, mengurangi trauma,
dan membantu dalam perbaikan jaringan periodontal. Splint permanen dipasang untuk
memperpanjang fungsi gigi dalam mulut lebih lama.
Splint permanen dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Lepasan-eksternal
Continuous claps device, Swing-look device, Overdenture (full atau partial)
b. Cekat-internal
Full coverage, ¾ coverage crowns dan inlay, Post in root canal , Horizontal pin splints
c. Cast-metal resin bonded fixed partial denture (maryland splint)
d. Kombinasi
Partial denture and splint abuntments, Removable-fix splint, Full or partial denture or
splinted root, Fixed bridges incorporated in partial denture, sealed on post or copings
e. Endodontik
- Berikut ini merupakan beberapa contoh splint :
1. Splint Lepasan Eksternal
Splint lepasan permanen dalam hal ini adalah splint continuous clasp dapat
mengikat gigi yang goyah.. Splint ini memberikan dukungan pada gigi dari
permukaan lingual dan dimungkinkan adanya tambahan dukungan dari permukaan
labial atau dengan menggunakan landasan intrakoronal. Palatal bar juga mungkin
ditambahkan untuk mendukung efek splintingnya.
2. Cast Metal Resin Bonded Fixed Partial Denture
Cast metal resin bonded fixed partial denture digunakan dengan mengurangi sedikit
lapisan email. Tipe ini merupakan jenis protesa yang fungsional, estetis, reversibel,
dan murah. Protesa ini terdiri dari kerangka logam yang dilapisi dengan resin yang
menempel pada email gigi. Ikatan email sangat kuat, meskipun demikian gigi yang
goyah bila mendapat tekanan oklusal yang sangat kuat maka dapat lepas dari
kerangka logamnya.
3. Splint Cekat Internal
Alat permanen cekat dapat dibuat dengan logam yang disolder, seperti mahkota
penuh, mahkota 3/4 , inlay, splint pin horizontal, dan pin ledge. Splint kemudian
disementasi pada tempatnya.. Splint jenis ini bentuknya kaku dan ukuran splint
harus sesuai dengan diameter bukolingual. Sambungan interproksimal jangan
sampai mengenai papila interdental, dan hubungan oklusalnya harus harmonis.
Splint cekat merupakan suatu restorasi yang paling efektif untuk stabilisasi gigi.
4. Splint Kombinasi
Meskipun splint cekat banyak keuntungannya, tetapi terdapat kelemahan dari segi
periodontal, sehingga kombinasi dari splint cekat dan partial denture merupakan
pilihan yang tepat. Gigi tiruan sebagian menggunakan gigi pegangan yang
merupakan splint yang paling baik dan dapat dikerjakan dengan mudah dengan
klamer dan sandaran sehingga stabilisasi dapat tercipta ke segala arah..
-
5. indikasi pada perawatan splinting
1.Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap
penyesuaian oklusal dan perawatan periodontal.
2.Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap
penyesuaian oklusal dan perawatan, serta terjadi gangguan fungsi normal dan kenyamanan
pasien
3.Mempermudah perawatan gigi-geligi pasien yang sangat mobile melalui splinting sebelum
instrumentasi periodontal dan prosedur penyesuaian oklusal
4.Mencegah tipping atau pergeseran gigi-geligi dan ekstrusi gigi-geligi yang tidak memiliki
antagonis
5.menstabilkan gigi-geligi setelah pergerakan ortodontik, jika perlu
6.Menciptakan stabilitas oklusal yang adekuat jika akan dilakukan penggantian gigi-geligi
7.Splint gigi-geligi sehingga akar dapat dicabut dan mahkota tertahan di tempatnya
8.Menstabilkan gigi-geligi setelah trauma akut
Kontraindikasi
1)jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
2)jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah
dilakukan
3)jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas
6. prinsip pada perawatan splinting
Prinsip dari pembuatan splint ini yaitu dengan mengikat beberapa gigi menjadi satu kesatuan
sehingga tekanan dapat didistribusikan ke semua gigi yang diikat. Splint dapat berupa alat yang
dapat dilepas, cekat, atau kombinasi keduanya. Splint dapat digunakan secara temporer
maupun permanen tergantung dari material yang digunakan juga lama penyembuhan penyakit
periodontalnya.
7. .Jenis Perawatan yang dapat dilakukan pada gigi yang luksasi derajat 3 pada
11,12,21,22,23,32,31,41,42
8. Hasil akhir dari splinting (maksudnya evaluasi)
9. Etiophatogenesis pada gigi ekstrusi gigi 31,32
10. Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus gigi ekstrusi
dengan cara mereposisi gigi dan diikuti pemasangan splint. Reposisi gigi adalah mengembalikan
gigi yang ekstrusi keposisinya semula. Sedangkan splinting bertujuan, untuk menstabilkan gigi
yang ekstrusi, sehingga gigi tetap.stabil pada posisinya.
11. Apa yang dimaksud dengan periodontal space beserta gambaran klinis
12. Etiopathogenesis dari periodontal space
13. Perawatan periodontal space
14. Apa yang dimaksud dengan occlusal adjustment
didefinisikan sebagai reshaping permukaan oklusi gigi-geligi melalui grinding untuk menciptakan
relasi kontak yang harmonis antara gigi-geligi rahang atas dan bawah. Karena terdapat
kontroversi dalam hal trauma oklusi dan perannya dalam perkembangan penyakit periodontal,
hal tersebut juga berlaku dalam subyek penyesuaian oklusal.
15. Indikasi dan kontraindikasi occlusal adjustment
Indikasi penyesuaian oklusal
1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:
- Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal
- Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal
2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan
restoratif, ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan
Kontraindikasi penyesuaian oklusal
1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan
yang cermat
2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon
jika hanya dilakukan penyesuaian oklusal saja.
16. Macam occlusal adjustment
17. Cara (prosedur) occlusal adjustment
prosedur penyelarasan oklusal yang dikemukakan dibatasi pada prosedur pengasahan gigi saja.
Prosedur yang demikian dinamakan sebagai koronoplastik (coronoplasty) atau pengasahan
selektif (selective grinding).
INDIKASI KORONOPLASTIK
Indikasi prosedur koronoplastik adalah:
1. Untuk menyelaraskan oklusi pada pasien dengan ciri-ciri klinis trauma karena
oklusi.
2. Untuk memperbaiki hubungan kontak gigi yang bersifat traumatik terhadap
mahkota gigi.
3. Sebagai bagian perawatan disfungsi mandibula.
SEKUENS KORONOPLASTIK DALAM TERAPI PERIODONTAL
Prosedur koronoplastik dalam terapi periodontal baru dilakukan setelah inflamasi gingiva dan
saku periodontal tersingkirkan dengan alasan sebagai berikut:
1. Gigi yang terlibat penyakit periodontal sering mengalami migrasi patologis, dan kembali ke
posisi semula setelah disembuhkannya inflamasi. Apabila koronoplastik telah dilakukan sebelum
inflamasi disingkirkan, maka setelah inflamasi sembuh gigi akan berubah posisi ke posisi
sebelum terlibat penyakit.
Perubahan posisi menyebabkan harus diselaraskannya kembali oklusi.
2. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat koronoplastik tidak maksimal apabila
inflamasi tidak disembuhkan lebih dulu
PROSEDUR KORONOPLASTIK
Ada beberapa metoda koronoplastik yang diperkenalkan oleh para pakar. Pada dasarnya
koronoplastik dapat dibedakan atas:
1. Koronoplastik komprehensif.- Koronoplastik komprehensif dilakukan apabila cedera akibat
trauma melibatkan banyak gigi sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula.
2. Koronoplastik setempat.- Koronoplastik setempat atau terlokaliser dilakukan apabila cedera
akibat trauma hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja. Pada kasus-kasus penyakit
periodontal, kebanyakan yang diindikasikan adalah koronoplastik setempat. Oleh sebab itu,
dalam uraian berikut pembahasan lebih dititikberatkan pada koronoplastik setempat. Secara
garis besar prosedur koronoplastik terdiri atas 10 tahapan berikut:
1. Menjelaskan koronoplastik pada pasien.
2. Penyingkiran prematuritas retrusif.
3. Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan banyak titik
kontak.
4. Penyingkiran kontak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal.
5. Penyingkiran hambatan protrusif pada gigi posterior.
6. Penyingkiran atau pengurangan hambatan mediotrusif atau balancing.
7. Pengurangan hambatan laterotrusif atau working.
8. Penyingkiran disharmoni oklusal yang menyolok.
9. Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi.
10. Pemolesan permukaan gigi.
18. Pertimbangan perawatan periodontal pada kasus trauma
a.penyesuaian oklusal [occlusal adjustment]
b.penatalaksanaan kebiasaan parafungsional
c.stabilisasi gigi-geligi yang goyang secara temporer, provisional, atau jangka panjang
menggunakan alat
lepasan ataupun cekat
d.pergerakan gigi ortodontik
e.rekonstruksi oklusal
f.pencabutan gigi tertentu
19. apa yang dimaksud dengan perawatan periodontal
Perawatan periodontal adalah lebih diarahkan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan
periodonsium di rongga mulut pasien, dan bukan untuk secara khusus mengketatkan kembali gigi
yang telah mobiliti.
20. Macam perawatan periodontal
1. Penyingkiran iritan pada permukaan akar gigi (ini mutlak harus dilakukan),2. Penyingkiran saku periodontal,
3. Penciptaan kontur gingiva dan hubungan mukogingival yang kondusif (menguntungkan) dalam
mempertahankan kesehatan periodonsium,
4. Restorasi karies,
5. Koreksi restorasi yang cacat.
Perawatan gigi goyah ( luksasi ) dilakukan stabilisasi dengan splint. Tujuan pembuatan splint yaitu untuk
membantu proses regenerasi jaringan pendukung gigi.Durasi pemasangan splint tergantung dengan
derajat awal kegoyahan gigi dan luasnya kerusakan alveolar.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebelum membahas trauma oklusi, pemaparan definisi yang umum digunakan dapat membantu
memahami subyek ini.
Trauma oklusal: Suatu perlukaan pada apparatus perlekatan akibat tekanan oklusal yang berlebihan.
Trauma oklusal adalah perlukaan jaringan, bukan tekanan oklusal. Trauma oklusal dapat dibagi menjadi
3 kategori umum:
1)Trauma oklusal primer: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan yang diaplikasikan pada gigi-geligi
yang memiliki dukungan normal. Contohnya, restorasi yang tinggi, bruksisme, pergeseran atau ekstrusi
ke ruang edentulous, dan pergerakan ortodontik.
2)Trauma oklusal sekunder: Perlukaan akibat tekanan oklusal normal yang diaplikasikan pada gigi-geligi
tanpa dukungan yang adekuat.
3)Trauma oklusal kombinasi: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan pada periodonsium yang
berpenyakit. Dalam kasus ini, terjadi inflamasi gingiva, pembentukan poket, dan tekanan oklusal
berlebihan yang umumnya disebabkan oleh tekanan parafungsional.
Oklusi traumatogenik: Oklusi yang dapat menghasilkan tekanan penyebab perlukaan pada apparatus
perlekatan.
Traumatisme oklusal: Proses keseluruhan dimana oklusi traumatogenik mengakibatkan perlukaan
apparatus perlekatan periodontal.
Tujuan terapi periodontal dalam perawatan traumatisme oklusal harus dilakukan untuk memelihara
kenyamanan dan fungsi periodonsium. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dipertimbangkan
beberapa pilihan perawatan, sebagai berikut:
Penyesuaian oklusal atau grinding selektif Workshop in Periodontics tahun 1989 membuat daftar
indikasi dan kontraindikasi penyesuaian oklusal sebagai berikut:
Berikut ini adalah indikasi dan kontraindikasi splinting seperti yang dibuat dalam World Workshop in
Periodontics tahun 1989:
Indikasi splinting
Kontraindikasi splinting
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perawatan gigi ekstrusi adalah Perawatan gigi instrusi dapat dibagi 3, yaitu : Reposisi dengan pesawat
ortodonti, reposisi gigi dengan tindakan bedah dan observasi gigi dengan cara reerupsi. Sebaiknya jika
gigi yang intrusi akarnya belum tumbuh sempuma, dapat diobservasi dengan cara re-erupsi, sedangkan
jika akar gigi sudah tumbuh sempurna reposisi secara bedah atau dengan pesawat ortodonti merupakan
pilihan.