sulap sampah daun jadi pakan ternak

1
SULAP SAMPAH DAUN JADI PAKAN TERNAK Berawal dari keprihatinan akan mahal dan sulitnya hijauan makanan ternak (HMT) di saat musim kemarau, Drs. Ton Martono (49) warga Padukuhan Karangsari, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari sejak tahun 2011 kemarin menyulap sampah daun kering menjadi pakan ternak alternatif. Hebatnya lagi, inovasi pakan ternak hasil fermentasi itu ternyata telah lolos uji laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2010. “Latar belakang pembuatan pakan ternak fermentasi yang memiliki kadar gizi dan protein tinggi itu sebenarnya kami konsep secara sederhana, mudah diterapkan dan sekaligus mendukung program kebersihan lingkungan. Untuk membuat 10 kg pakan ternak fermentasi dibutuhkan bahan baku 10 kg daun kering, 2 kg bekatul, 2,5 kg tepung gaplek, 5 sendok makan tetes tebu, 10 garam, 6 liter air dan 3 sendok suplemen organic cair (SOC). Campuran tersebut dapat juga ditambah limbah hasil pertanian seperti jerami, tongkol jagung, kulit kedelai dan bekatul secukupnya. Setelah semua bahan dicampur, tunggu sampai 2 jam, kemudian baru dimasukkan ke dalam bak fermentasi dan ditutup rapat. Tunggu minimal 2 x 24 jam setelah proses fermentasi, pakan ternak siap disajikan,” ungkap Ton Martono kepada Karangrejek.net, Minggu (18/3/2012). Beberapa kelebihan pakan ternak fermentasi tersebut, jelas dia, adalah ongkos pembuatannya yang murah meriah disamping bahan baku mudah didapatkan. Untuk setiap 10 kg pakan fermentasi hanya dibutuhkan biaya sekitar Rp 26.000 bisa dimanfaatkan untuk memberi makan 3 ekor kambing selama 2 minggu, sedang 1 minggu untuk satu ekor sapi. Hal tersebut jelas sangat membantu peternak menghemat operasional pakan ternak mereka. ”Bayangkan saja jika seorang peternak membeli hijauan pakan berupa rumput kolonjono atau tebon jagung Rp 20.000/hari untuk satu ekor sapi. Selama seminggu tidak kurang dari Rp 140.000 dan sebulan Rp 600.000 untuk biaya operasional pakan sapi. Kesimpulannya, dalam sebulan peternak bisa menghemat biaya sekitar Rp 480.000 jika menggunakan pakan fermentasi itu,” kata Ton Martono yang juga mantan Ketua Panwaslu Kabupaten Gunungkidul itu. Selain berbau wangi seperti madu, kelebihan lain dari pakan ternak racikan Ton Martono itu jangka waktu penyimpanannya bisa bertahan maksimal hingga 1 tahun. Sehingga para peternak tidak perlu khawatir bila hewan ternak mereka teracuni, karena pada prinsipnya semakin lama proses fermentasi akan semakin menambah kandungan gizi dan protein dalam pakan. “Kami pernah mengujicobakan pakan fermentasi pada hewan ternak sapi dan kambing selama dua bulan. Hasilnya, nafsu hewan ternak menjadi lebih tinggi (dokoh) dan lebih tahan terhadap serangan penyakit seperti pileren dan kembung,” tambah pria yang juga merangkap Ketua Kelompok Ternak Mekarsari ini. Respon Pemda Gunungkidul terhadap inovasi pakan ternak fermentasi itu juga cukup baik. Bahkan sekarang ini hasil pakan hasil karyanya itu sudah banyak dikembangkan oleh puluhan kelompok ternak di 7 kecamatan, seperti Rongkop, Girisubo, Paliyan, Nglipar, Saptosari, dan Wonosari sendiri. Maka tidak heran bila kediamannya kerap dikunjungi tamu baik secara kelompok maupun perorangan hanya sekedar untuk menimba ilmu dibalik rahasia inovasi pakan ternak fermentasi tersebut. (Wheny Marissa)

Upload: albertus-agung

Post on 10-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fermentasi pakan ternak

TRANSCRIPT

SULAP SAMPAH DAUN JADI PAKAN TERNAKBerawal dari keprihatinan akan mahal dan sulitnya hijauan makanan ternak (HMT) di saat musim kemarau, Drs. Ton Martono (49) warga Padukuhan Karangsari, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari sejak tahun 2011 kemarin menyulap sampah daun kering menjadi pakan ternak alternatif. Hebatnya lagi, inovasi pakan ternak hasil fermentasi itu ternyata telah lolos uji laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2010.Latar belakang pembuatan pakan ternak fermentasi yang memiliki kadar gizi dan protein tinggi itu sebenarnya kami konsep secara sederhana, mudah diterapkan dan sekaligus mendukung program kebersihan lingkungan. Untuk membuat 10 kg pakan ternak fermentasi dibutuhkan bahan baku 10 kg daun kering, 2 kg bekatul, 2,5 kg tepung gaplek, 5 sendok makan tetes tebu, 10 garam, 6 liter air dan 3 sendok suplemen organic cair (SOC). Campuran tersebut dapat juga ditambah limbah hasil pertanian seperti jerami, tongkol jagung, kulit kedelai dan bekatul secukupnya. Setelah semua bahan dicampur, tunggu sampai 2 jam, kemudian baru dimasukkan ke dalam bak fermentasi dan ditutup rapat. Tunggu minimal 2 x 24 jam setelah proses fermentasi, pakan ternak siap disajikan, ungkap Ton Martono kepada Karangrejek.net, Minggu (18/3/2012).Beberapa kelebihan pakan ternak fermentasi tersebut, jelas dia, adalah ongkos pembuatannya yang murah meriah disamping bahan baku mudah didapatkan. Untuk setiap 10 kg pakan fermentasi hanya dibutuhkan biaya sekitar Rp 26.000 bisa dimanfaatkan untuk memberi makan 3 ekor kambing selama 2 minggu, sedang 1 minggu untuk satu ekor sapi. Hal tersebut jelas sangat membantu peternak menghemat operasional pakan ternak mereka.Bayangkan saja jika seorang peternak membeli hijauan pakan berupa rumput kolonjono atau tebon jagung Rp 20.000/hari untuk satu ekor sapi. Selama seminggu tidak kurang dari Rp 140.000 dan sebulan Rp 600.000 untuk biaya operasional pakan sapi. Kesimpulannya, dalam sebulan peternak bisa menghemat biaya sekitar Rp 480.000 jika menggunakan pakan fermentasi itu, kata Ton Martono yang juga mantan Ketua Panwaslu Kabupaten Gunungkidul itu.Selain berbau wangi seperti madu, kelebihan lain dari pakan ternak racikan Ton Martono itu jangka waktu penyimpanannya bisa bertahan maksimal hingga 1 tahun. Sehingga para peternak tidak perlu khawatir bila hewan ternak mereka teracuni, karena pada prinsipnya semakin lama proses fermentasi akan semakin menambah kandungan gizi dan protein dalam pakan.Kami pernah mengujicobakan pakan fermentasi pada hewan ternak sapi dan kambing selama dua bulan. Hasilnya, nafsu hewan ternak menjadi lebih tinggi (dokoh) dan lebih tahan terhadap serangan penyakit seperti pileren dan kembung, tambah pria yang juga merangkap Ketua Kelompok Ternak Mekarsari ini.Respon Pemda Gunungkidul terhadap inovasi pakan ternak fermentasi itu juga cukup baik. Bahkan sekarang ini hasil pakan hasil karyanya itu sudah banyak dikembangkan oleh puluhan kelompok ternak di 7 kecamatan, seperti Rongkop, Girisubo, Paliyan, Nglipar, Saptosari, dan Wonosari sendiri. Maka tidak heran bila kediamannya kerap dikunjungi tamu baik secara kelompok maupun perorangan hanya sekedar untuk menimba ilmu dibalik rahasia inovasi pakan ternak fermentasi tersebut. (Wheny Marissa)