biodiversitas tumbuhan pakan ternak

103
BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK I WAYAN SUARNA NI NYOMAN SURYANI KETUT MANGKU BUDIASA prasasti Buku ini bertujuan untuk melengkapi kebutuhan informasi akan pemahaman terhadap kaedah-kaedah dan upaya pengarusutamaan lingkungan dalam pembangunan peternakan, serta upaya pelestarian biodiversitas tumbuhan pakan. Bagi pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang pembangunan peternakan, diharapkan buku ini sanggup memberik pemahaman, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi peternakan, agar usaha yang dilakukan, selain dapat memberikan keuntungan, juga memiliki keberpihakan terhadap lingkungan hidup. Bagi para mahasiswa tingkat sarjana ataupun pascasarjana diharapkan dapat memanfaatkan buku bacaan ini sebagai sumber pustaka untuk mata kuliah yang berkaitan dengan tumbuhan pakan, peternakan, dan lingkungan hidup. prasasti ISBN 978-623-90407-5-8 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK I WAYAN SUARNA, NI NYOMAN SURYANI, KETUT MANGKU BUDIASA

Upload: others

Post on 05-Jan-2022

44 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITASTUMBUHAN

PAKAN TERNAK

I WAYAN SUARNANI NYOMAN SURYANI

KETUT MANGKU BUDIASA

prasasti

Buku ini bertujuan untuk melengkapi kebutuhan informasi

akan pemahaman terhadap kaedah-kaedah dan upaya

pengarusutamaan lingkungan dalam pembangunan peternakan,

serta upaya pelestarian biodiversitas tumbuhan pakan.

Bagi pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang

pembangunan peternakan, diharapkan buku ini sanggup

memberik pemahaman, pengembangan, dan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi peternakan, agar usaha yang

dilakukan, selain dapat memberikan keuntungan, juga memiliki

keberpihakan terhadap lingkungan hidup.

Bagi para mahasiswa tingkat sarjana ataupun pascasarjana

diharapkan dapat memanfaatkan buku bacaan ini sebagai

sumber pustaka untuk mata kuliah yang berkaitan dengan

tumbuhan pakan, peternakan, dan lingkungan hidup.

prasasti

ISBN 978-623-90407-5-8

BIO

DIV

ER

SIT

AS

TU

MB

UH

AN

PA

KA

N T

ER

NA

K I W

AYAN

SUA

RN

A, N

I NYO

MA

N SU

RYAN

I, KETUT M

AN

GKU

BUD

IASA

Page 2: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITASTUMBUHAN

PAKAN TERNAK

I WAYAN SUARNANI NYOMAN SURYANI

KETUT MANGKU BUDIASA

prasasti

Page 3: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

ii BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK©I Wayan Suarna, Ni Nyoman Suryani, Ketut Mangku Budiasa

PenerbitPrasastiJln. Pulau Kawe No. 62 [email protected]. 08123951099

Pracetak Nyoman Krining

SampulKetut Pangus

Cetakan pertama, 2019

ISBN : 978-623-90407-5-8

Page 4: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMAKASIH vii

I PENDAHULUAN 1

II PERAN DAN MANFAAT TUMBUHAN PAKAN 3

III KEBERAGAMAN TUMBUHAN PAKAN 11

IV FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 20 4.1 Ekosistem, Lingkungan Hidup, dan Sumberdaya 20 4.2 Lingkungan Abiotik 21 4.3 Lingkungan Biotik 37

V TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI 53

VI JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 64 6.1 Tumbuhan Penghasil Hijauan Pakan 64 6.2 Tanaman Semak Penghasil Hijauan Pakan 6.3 Tanaman Pohon Penghasil Hijauan Pakan 77

VII PENUTUP 80

DAFTAR PUSTAKA 81

INDEKS 88

TENTANG PENYUSUN 92

Page 5: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK
Page 6: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

KATA PENGANTAR v

KATA PENGANTAR

Perkembangan riset tumbuhan pakan semakin menggeliat dengan semakin meningkatnya kesadaran para pemangku kepentingan akan ketersediaan hijauan pakan yang memadai dalam jumlah dan kualitasnya. Selain melajunya dunia riset tumbuhan pakan

saat ini sudah dimulai pula upaya mengangkat komuditas tumbuhan pakan sebagai komuditas nasional yang layak untuk diperjual belikan (dibisniskan). Tanaman pakan tidak saja menghasilkan hijauan untuk memenuhi kebutuhan ternak ruminansia tetapi juga menghasilkan biji yang sangat dibutuhkan oleh ternak non ruminansia dan juga ternak ruminansia. Tanaman penghasil biji-bijian untuk pakan terdapat berbagai jenis dan sangat potensial untuk dikembangkan. Sampai saat ini biji jagung merupakan sumber utama untuk pakan ungags. Ketika jagung sebagai komponen utama terbesar penyusun ransum ternak unggas produksinya tidak mencukupi, pembudidaya tanaman pakan dapat menanam tanaman pakan penghasil biji lainnya dengan teknologi pengolahannya sehingga dapat memenuhi persyaratan sebagai sumber bahan pakan unggas.

Buku bacaan ini bertujuan untuk melengkapi kebutuhan informasi akan pemahaman terhadap kaedah-kaedah dan upaya pengarusutamaan lingkungan dalam pembangunan peternakan serta upaya pelestarian biodiversitas tumbuhan pakan. Bagi pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang pembangunan peternakan diharapkan buku bacaan ini dapat memberikan pemahaman, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi peternakan agar usaha yang dilakukan selain dapat memberikan keuntungan juga memiliki keberpihakan terhadap lingkungan hidup. Bagi para mahasiswa tingkat sarjana ataupun pascasarjana diharapkan dapat memanfaatkan buku bacaan ini sebagai sumber pustaka untuk mata kuliah yang berkaitan dengan tumbuhan pakan, peternakan, dan lingkungan hidup.

Sumber utama penyusunan buku bacaan ini adalah hasil penelitian yang dilakukan penulis pada tahun 2017 dan 2018 serta hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan penulis sejak beberapa tahun yang lalu

Page 7: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

vi BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

yang sebelumnya telah diramu kedalam bentuk bahan paparan pelatihan/kursus, ceramah-ceramah, dan makalah seminar ilmiah diperkaya dengan berbagai pustaka terbaru.

Orang bijak mengatakan bahwa “tan hana wwang swasta nulus” demikian pula dengan buku ini, masih jauh dari sempurna, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan untuk penyempurnaannya.

Denpasar, April 2019 Penulis

Page 8: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

UCAPAN TERIMA KASIH vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Buku ini dapat hadir ditengah-tengah para pembaca karena mendapat dukungan, dana, fasilitasi, dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu terutama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kontrak Penelitian Nomor: 415.35/UN14.4.A/PL/2O17;

171.115/UN14.4.A/LT/2O18; dan 492.66/UN14.4.A/LT/2O18) serta Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dana dan fasilitas untuk melaksanakan riset, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih.

Terimakasih juga disampaikan kepada seluruh Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tumbuhan Pakan Univesitas Udayana, Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Udayana atas bantuan dan dukungannya. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada: Ir. Ni Nyoman Candraasih Kusumawati, M.S., Ir. Magna Anuraga Putra Duarsa, M. Rur. Sc., Ir. A.A.A. Sri Trisnadewi, M.P., Ir. I Gusti Ketut Roni, M.Si., Ni Made Witariadi, S,Pt., M.Si, I Wayan Wirawan, S,Pt., M.Si., Andi Udin Saransi, STP., M.Si., Ni Putu Putri Wijayanti, S,Pt., M.Pt., I Made Saka Wijaya, S.Si., M.Sc., Abdurahman As-Syakur, SP., M.Si., M.Sc. yang telah membantu kegiatan analisis di laboratorium dan pengambilan data lapangan.

Penulis menyadari lembar ini tidak cukup panjang untuk menulis satu persatu nama para sahabat yang dengan kebaikannya telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Untuk itu, mohon maaf atas segala kealfaan dan keterbatasan ini.

Denpasar, April 2019 Penulis

Page 9: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

viii BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Page 10: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

PENDAHULUAN 1

IPENDAHULUAN

Bali memiliki berbagai jenis ternak pemakan hijauan (ruminansia) yang sangat terkenal dan menjadi komuditas unggulan tetapi beberapa jenis ternak diantaranya populasinya sudah mengalami tekanan. Salah satu ternak ruminansia yang menjadi komuditas

unggulan Provinsi Bali dan juga menjadi salah satu fokus riset sesuai Rencana Induk Pengembangan (RIP) dalam bidang riset di Universitas Udayana adalah ternak sapi bali. Ternak ruminansia lain yang populasinya mengalami tekanan adalah ternak kerbau, sapi putih taro, kambing gembrong, dan kambing kacang pun pupulasinya sudah menurun drastis.

Pengembangan peternakan sapi bali di Bali memiliki beberapa tujuan strategis yakni: untuk melestarikan dan mengembangkan kekayaan plasma nutfah Bali, mengurangi kemiskinan dan pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agar tercapai tujuan tersebut diperlukan upaya-upaya yang sangat sistematis dan berkelanjutan sehingga performan sapi bali dapat ditingkatkan. Usaha peternakan sapi bali di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya sebagian besar (99%) adalah usaha peternakan rakyat dengan skala usaha 1-4 ekor per rumah tangga peternak (Disnak Bali, 2010). Pengembangan peternakan sapi di Bali saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan yang sangat mempengaruhi produktivitas sapi bali. Dua permasalahan utama yang dihadapi adalah terbatasnya ketersediaan bibit sapi yang baik dan terbatasnya ketersediaan pakan baik pakan hijauan maupun biji-bijian.

Jika dikaitkan dengan menurunnya pupulasi beberapa jenis ternak ruminansia di atas maka harus diciptakan sebuah strategi untuk melindungi dan mengembangkan polulasi ternak serta meningkatkan produktivitasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan hijauan dan biji pakan yang berkualitas dan berkecukupan. Berkenaan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan sebuah studi untuk mengenal lebih dekat karakteristik, potensi dan distribusi tumbuhan pakan yang ada di provinsi Bali sehingga dapat ditemukan kapasitas daya dukung dan daya tampung lahan dalam memasok hijauan pakan sehingga dapat menyediakan hijauan pakan yang cukup dan berkualitas.

Pengembangan tumbuhan pakan saat ini masih mendapatkan berbagai permasalahan mendasar yang pada umumnya berupa kendala

Page 11: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

2 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

yang berkaitan satu sama lain. Permasalahan tersebut antara lain adalah masih kurangnya perhatian terhadap tumbuhan pakan (permasalahan sumberdaya manusia), terbatasnya dana, sarana/fasilitas (lapangan percobaan, laboratorium, rumah kasa, gudang benih (seed storage dan cool room), dan kebun koleksi. Selain permasalahan mendasar di atas dalam pengembanganya, tanaman pakan masih mendapatkan tantangan besar karena lebih banyak diarahkan untuk memanfaatkan lahan sub-optimal. Berbagai jenis tanaman dapat dikembangkan sebagai sumber hjauan pakan untuk Simantri di dataran rendah antara lain adalah: gamal, lamtoro, dan waru (untuk pagar dan naungan), buffalow gras, panikum, urokhloa, rumput gajah, rumput bufel, adropogon, kembang telang, sentrosema, desmanthus, stylosanthus dan sebagainya. Untuk Simantri dataran sedang dapat dikembangkan tanaman pakan: gamal, kaliandra (untuk pagar dan naungan) stenotaphrum, panikum, rumput benggala, rumput gajah, rumput raja, kacang pinto, siratro, stylosanthus, dan desmodium. Simantri yang berada dikawasan dataran tinggi dapat mengembangkan tanaman pakan rumput gajah, rumput raja, panikum, stenotaphrum, kaliandra, gamal, turi, lamtoro, dan setaria.

Buku ini akan mengulas ihkwal keanekaragaman (biodiversitas) tumbuhan pakan dan potensinya sebagai penyedia hijauan dan biji-bijian untuk peningkatan produktivitas ternak. Adapun pokok bahasan yang disajikan dalam buku ini adalah sebagai tersebut di bawah ini.

I. PendahuluanII. Peran dan Manfaat Tumbuhan Pakan III. Keanekaragaman Tumbuhan Pakan IV. Faktor Lingkungan Tumbuhan Pakan Tropik V. Tumbuhan Penghasil Hijauan dan Biji-bijian Pakan Ternak VI. Jenis-Jenis Tumbuhan Penghasil Hijauan Pakan

6.1 Tanaman Herbasius Penghasil Hijauan Pakan 6.2 Tanaman Semak Penghasil Hijauan Pakan 6.3 Tanaman Pohon Penghasil Hijauan Pakan

VII. Penutup

Page 12: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

II. PERAN DAN MANFAAT TUMBUHAN PAKAN 3

IIPERAN DAN MANFAAT

TUMBUHAN PAKAN

Tanah, tanaman, dan ternak merupakan komponen penting yang dapat berinteraksi secara sinergistik apabila dapat kita tata sebaikbaiknya pada lahan usaha tani yang tersedia dalam mewujudkan usaha tani yang produktif dan berkelanjutan. Ketiga

hal di atas merupakan komponen ekosistem yang saling berkorelasi dan berinteraksi dalam membangun dan meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak.

Terbatasnya ketersediaan hijauan pakan sebagai salah satu permasalahan utama dalam pengembangan sapi bali perlu dicarikan solusi untuk mempertahankan Provinsi Bali sebagai wilayah pemasok ternak terutama ternak ruminansia. Salah satu komponen yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan peternakan adalah kemampuan wilayah dalam pengembangan hijauan makanan ternak. Terkait dengan hal tersebut maka teknologi budidaya tanaman pakan dalam berbagai sistem pertanian semestinya menjadi prioritas untuk mendukung peningkatan produktivitas sapi bali.

Sejak lima tahun terakhir masyarakat dan beberapa pemangku kepentingan sangat menaruh perhatian terhadap upaya pemeliharaan ternak terutama ternak sapi. Upaya tersebut sangat sesuai pula dengan keinginan pemerintah Provinsi Bali yang telah menetapkan Program Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) dengan sapi Bali sebagai salah satu komuditas unggulan. Demikian pula sangat berkaitan dengan keberadaan Bali sebagai salah satu koridor dalam MP3EI dan tuntutan program Upsus Siwab. Suasana dan gairah untuk pengembangan ternak sapi yang sangat kondusif saat ini perlu ditindaklanjuti dengan berbagai upaya untuk memberikan dukungan dan mengintroduksikan teknologi baik dibidang ternaknya maupun di bidang penyiapan pakannya.

Permasalahan penting lainnya yang dihadapi peternak sapi di Bali saat ini adalah terbatasnya ketersediaan bibit sapi, tingginya fluktuasi ketersediaan hijauan pakan, belum berkembangnya teknologi pengolahan pakan, dan meluasnya lahan sub-optimal (marginal). Lahan marginal (misalnya lahan kering) di Bali masih cukup luas, komuditas ternak potensial yang dapat dikembangkan pada lahan seperti itu adalah ternak sapi.

Page 13: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

4 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Pengembangan tumbuhan pakan saat ini masih mendapatkan berbagai permasalah mendasar yang pada umumnya berupa kendala (constraint) yang berkaitan satu sama lain. Permasalahan tersebut menurut Prawiradiputra (2011) antara lain adalah masih kurangnya perhatian terhadap tumbuhan pakan (sumberdaya manusia), terbatasnya dana, sarana/fasilitas (lapangan percobaan, laboratorium, rumah kasa, gudang benih (seed storage dan cool room), dan kebun koleksi. Selain permasalahan mendasar di atas dalam pengembanganya, tanaman pakan masih mendapatkan tantangan besar karena lebih banyak diarahkan untuk memanfaatkan lahan marginal. Berbagai jenis tanaman dapat dikembangkan sebagai sumber hjauan pakan untuk Simantri di dataran rendah antara lain adalah: gamal, lamtoro, dan waru (untuk pagar dan naungan), buffalow gras, panikum, urokhloa, rumput gajah, rumput bufel, adropogon, kembang telang, sentrosema, desmanthus, stylosanthus dan sebagainya. Untuk Simantri dataran sedang dapat dikembangkan tanaman pakan: gamal, kaliandra (untuk pagar dan naungan) stenotaphrum, panikum, rumput benggala, rumput gajah, rumput raja, kacang pinto, siratro, stylosanthus, dan desmodium. Simantri yang berada dikawasan dataran tinggi dapat mengembangkan tanaman pakan rumput gajah, rumput raja, panikum, stenotaphrum, kaliandra, gamal, turi, lamtoro, dan setaria.

Pengembangan tanaman pakan di lahan kering dan lahan perkebunan dapat ditingkatkan produktivitasnya dalam rangka efektivitas dan optimalisasi pemanfaatan lahan sehingga kontinuitas penyediaan hijauan pakan dapat dilakukan sepanjang tahun. Pengembangan tanaman pakan juga dapat berperan dalam konservasi lahan dan meningkatkan pendapatan petani peternak. Beberapa jenis tanaman atau limbah tanaman pangan dapat dijadikan HQFS (High Quality Feed Supplement) seperti pada penambahan limbah lidah buaya pada ransum sapi bali cenderung menurunkan konsumsi pakan tetapi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi melalui penurunan emisi metan dan menurunkan energi yang hilang sebagai panas. Suplementasi limbah lidah buaya akan memberikan respon yang lebih efektif pada ransum yang kualitasnya kurang baik, sedangkan pada ransum dengan kualitas baik, tidak memberikan dampak yangpositif.

Dewasa ini berbagai jenis rumput dan legum unggul telah dikembangkan dalam bentuk demonstrasi plot. Sebagian diantaranya merupakan rumput dan legum yang sangat potensial untuk dikembangkan di lahan kering. Jenis rumput yang tahan kering seperti misalnya rumput Cenchrus siliaris, Andropogon gayanus, Panicum maximum, Brachiaria decumbens, Urochloa mozambicensis, dan sebagainya. Jenis legum yang tahan kering misalnya Desmantus virgatus, Stylosanthus guianensis, Stylosanthus humilis, Clitoria ternatea, Sesbania grandiflora, Leucaena leucocephala dan sebagainya. Rumput yang ditaman bersama legum atau asosiasi rumput

Page 14: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

II. PERAN DAN MANFAAT TUMBUHAN PAKAN 5

dengan legum akan memberikan interaksi baik terhadap lingkungan fisik, kimia dan biologis diantara kedua spesies tanaman tersebut. Sejauh mana interaksi antara rumput dengan legum tersebut memberikan kontribusi menguntungkan terhadap produktivitas tanaman dalam menghasilkan hijauan pakan, hingga saat ini belum banyak dilakukan kajian terutama untuk lahan yang tergolong lahan kering. Mencermati fenomena di atas maka sangat diperlukan kajian tentang potensi berbagai jenis rumput dan legum unggul dengan berbagai system penanamannya, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan pakan hijauan. Heryawan (2013) menyatakan bahwa telah terjadi perpindahan nutrisi dari tanaman legum ke tanaman rumput melalui hifa yang meng infeksi sistem perakaran rumput. Hifa yang terbentuk pada sistem perakaran rumput telah dapat menembus dinding pembatas nilon antara sistim perakaran tanaman rumput dengan legum.

Pada tanaman monokultur meningkatnya kompetisi akan dimulai lebih awal dan semakin lama semakin tajam. Menajamnya kompetisi ini karena individu tanaman dalam komunitas tersebut memerlukan sumber daya yang sama dan pada waktu yang sama. Sebaliknya pada asosiasi tanaman, spesies yang berbeda memerlukan sumber yang berbeda dan pada kondisi ini kompetisi akan sangat lemah sampai pada kepadatan populasi tertentu. Keuntungan potensial dari pertumbuhan spesies dalam asosiasi terutama tergantung pada tingkat kompetisi di antara tanaman berbeda dan pada spesies yang sama. Juskiw et al. (2000) menyatakan bahwa perbedaan morfologi dan fisiologi kemampuan berkompetisi (competitive ability) pada asosiasi interspesifik dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, komposisi, dan nilai nutrisi hijauan dari masing-masing spesies dalam sistem asosiasi.

Kompetisi di antara spesies tanaman yang berbeda atau pada spesies yang sama meliputi banyak faktor. Penampilan spesies tanaman yang berbeda dalam asosiasi akan berbeda dari sangat depresif, depresif, hingga tidak menunjukkan interaksi yang menguntungkan. Dikatakan pula bahwa kompetisi selalu muncul apabila dua atau lebih tanaman membutuhkan cahaya, nutrien, atau air melebihi ketersediaan (suplai). Kompetisi akhirnya mengurangi jumlah faktor yang tersedia secara esensial untuk masingmasing individu. Komponen yang lebih kompetitif dalam suatu asosiasi biasanya tumbuh lebih cepat, lebih cepat menyebar dan menghasilkan hijauan lebih banyak.

Rendahnya produktivitas ternak pada pastura alam di daerah tropis kering terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas hijauan. Selama tiga dekade terakhir berbagai usaha penelitian telah dilaksanakan untuk mengungkapkan kemungkinan peranan leguminosa untuk memperbaiki kondisi hijauan, dan pada kebanyakan daerah ekologis di daerah tropis dan subtropis saat ini telah tersedia kultivar yang cocok. Asosiasi tanaman di

Page 15: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

6 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

antara rumput dan legum telah meningkatkan produksi hijauan. Kombinasi pertanaman rumput-legum dan pemupukan diharapkan akan dapat mengurangi kebutuhan akan pupuk, karena adanya kemampuan legum mengikat nitrogen bila bersimbiose dengan Rhizobium.

Dalam upaya meningkatkan produksi hijauan pakan, berbagai sistem asosiasi tanaman dapat dikembangkan. Perbedaan tinggi spesies tanaman yang diasosiasikan menyebabkan spesies tanaman yang lebih tinggi akan menaungi spesies tanaman yang lebih rendah. Tanaman yang tidak mendapat naungan akan terlihat lebih sehat, normal, segar, daun lebih banyak dan tebal, serta tanaman tumbuh ke segala arah. Hal ini terjadi karena aktivitas fotosintesis berlangsung lebih efektif serta distribusi fotosintat ke segala arah lebih seimbang, sedangkan pada tanaman yang ternaungi akan mengalami proses etiolasi. Dalam sistem asosiasi tanaman terdapat bagian tanaman yang terkena cahaya dan terdapat bagian tanaman yang ternaungi. Dalam hal ini dimungkinkan berlakunya teori Cholodny-Went tentang fototropisme yang menetapkan bahwa penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda (diferensial) IAA (Auxin) dalam batang. Sisi batang yang disinari mengandung IAA lebih rendah daripada sisi batang yang gelap. Akibatnya sel-sel pada sisi yang gelap tumbuh memanjang lebih dari sel-sel pada sisi yang disinari, sehingga batang akan membengkok ke arah sumber cahaya (Davies, et al., 1986). Menurut Devlin dan Witham (1983) fenomena tersebut terjadi karena meningkatnya produksi hormon Gibberellin pada tanaman yang dinaungi, menyebabkan plastisitas dinding sel mudah meningkat yang merangsang perpanjangan sel, sehingga tanaman yang dinaungi menjadi lebih tinggi.

Sumbangan nitrogen yang diberikan legum setiap tahunnya kepada padang rumput menurut Sanchez (1993) berkorelasi langsung dengan kandungan bahan kering dari tanaman legum bagian atas apabila spesies yang digunakan telah menyesuaikan diri dan dikelola dengan baik. Perbaikan kualitas hijauan selanjutnya akan meningkatkan daya tampung

Gambar 2.1 Tanaman pakan yang ditanam diantara kebun salak dan sebagai pagar kebun masyarakat petani peternak

Page 16: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

II. PERAN DAN MANFAAT TUMBUHAN PAKAN 7

dan meningkatkan produktivitas per ternak. Di beberapa tempat yang mengembangkan pastura legum dapat meningkatkan 5 6 kali lebih tinggi produksi ternak per unit areal dibandingkan dengan pastura alam, dan di beberapa lokasi peningkatan produksinya sangat tinggi.

Asosiasi rumput-legum pada pastura campuran tidak memerlukan pemberian nitrogen apabila komposisi legum menyusun lebih dari 30% dari asosiasi tanaman tersebut. Tetapi perlu diusahakan cara pemupukan P dan K apabila legum paling sedikit 30% dari pastura, Keperluan nitrogen akan dipenuhi oleh legum untuk pertumbuhan rumput sebagai komponen pastura campuran. Setelah terjadi penurunan komponen legum sampai di bawah 30%, program pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil rumput. Aplikasi nitrogen disarankan 56 kg ha-1 bila legum menyusun 2030% dari pastura campuran, dan aplikasinya 112 kg ha1 bila komposisi legum di bawah 20%. Skerman (1977) menyatakan bahwa, Stylo yang ditanam bersama Hyparrhenia di Sirere, Uganda mampu menghasilkan hijauan yang setara dengan rumput yang dipupuk dengan 165 kg ha-1 N.

Gambar 2.2. Tanaman pakan di bawah perkebunan karet dan integrasi tanaman kelapa, kakao, dan tanaman pakan

Gambar 2.3. Rumput Paspalum notatum yang mendominasi pastura padang penggembalaan dan campuran rumput dengan legum pada padang penggembalaan alami.

Page 17: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

8 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Meskipun demikian penanaman hijauan leguminosa di daerah tropis belum meluas. Di kebanyakan negara berkembang, biji yang baik/cocok terkadang tidak tersedia atau biayanya mahal, dan penanaman tanaman pangan menjadi prioritas bila dilaksanakan pemupukan. Dengan demikian penyempitan lahan disertai dengan tingginya daya tampung semakin menjadi kendala di dalam mengembangkan tanaman leguminosa di daerah tropis. Pada daya tampung yang tinggi legum herbasius tidak dapat bertahan lama sebagaimana rerumputan. Telah diestimasi bahwa di daerah tropika basah dengan laju pemupukan yang tinggi legum herbasius tak dapat bertahan pada daya tampung melebihi 2.5 ekor ha-1. Hal ini juga menjadikan pembatas kesesuaian legum ini untuk menjadi sistem cut and carry yang intensif (Miller, 1984). Pada daya tampung yang tinggi faktor pembatas utama produksi ternak bukanlah terbesar pada kualitas hijauan tetapi pada kuantitas ketersediaanya untuk ternak. Dilihat dari aspek fisiologis, rumput tropis jauh lebih cocok dibandingkan dengan legum tropis untuk taraf produksi hijauan yang tinggi.

Rumput-rumputan menurut Suarna dan Duarsa (2012) mengandung karbohidrat lebih tinggi daripada legum (terutama kandungan selulosanya), sedangkan legum mengandung lebih banyak pektin. Secara umum komposisi kimia rumput adalah: selulosa 150-300 g kg-1, hemiselulosa 100-200 g kg-1, pektin 10-20 g kg-1. Sedangkan legum mengandung selulosa 60-120 g kg-1, hemiselulosa 40-100 g kg-1, pektin 40-80 g kg-1. Walaupun demikian dalam kandungan protein dan mineral (terutama Ca, Mg, S, dan Cu) legum mempunyai potensi lebih tinggi daripada rumput. Dengan demikian perpaduan antara kedua bahan sumber pakan tersebut dalam proporsi tertentu merupakan kombinasi yang perlu mendapat perhatian (Kartadisastra, 1997).

Pada saat musim hujan sistem asosiasi rumput-legum dapat menghasilkan hijauan dalam jumlah yang banyak, dalam kondisi seperti ini pemanenan hijauan juga dilakukan untuk persediaan hijauan pakan saat musim kemarau tiba, sehingga pada musim kemarau tidak terjadi kekurangan hijauan. Penyediaan hijauan untuk musim kemarau dapat berupa hijauan kering (hay), silage, atau dalam bentuk pengolahan hijauan pakan pengembangan ternak lainnya.

Hasil pengamatan di lapangan terhadap kondisi dan keberagaman tumbuhan pakan pada lahan perkebunan di Kabupaten Gianyar menunjukkan bahwa jenis tumbuhan yang ada di bawah tanaman perkebunan sebagian besar adalah tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan namun produktivitasnya masih rendah. Selain terdapat tanaman yang bermanfaat terdapat semak-semak liar yang diantaranya memiliki portensi toksik bagi ternak sapi seperti Lantana tamara dan Eupatorium odoratum. Diantara perkebunan kelapa banyak ditumbuhi oleh rumput

Page 18: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

II. PERAN DAN MANFAAT TUMBUHAN PAKAN 9

dan legum lokal yang potensial untuk pakan namun kurang mendapat perhatian sehimngga produktivitasnnya masih rendah. Jenis tumbuhan lokal yang umumnya ada di bawah perkebunan kelapa antara lain adalah Paspalum conyugatum, Axonopus compressus, Imperata cylindrica dan Dactyloctenium aegyptium, kadangkala bila radiasi berlebih ditumbuhi oleh Crysopogon aciculatus. Legum yang umumnya tumbuh sebagai penutup tanah adalah Calopogonium muconoides. Gulma berdaun lebar juga banyak tumbuh pada lahan di bawah kebun kelapa.

Di bawah kebun salak juga dapat ditanami berbagai jenis rumput dan legum lokal yang selain dapat dimanfaatkan hijauannya juga dapat berfungsi untuk menekan gulma dan tidak merugikan tanaman pokok. Jenis tanaman lokal tersebut antara lain adalah Axonopus compressus, Paspalum conyugatum, dan Centrocema pubescens. Tanaman tersebut di atas secara tradisional telah digunakan untuk penutup tanah dan secara reguler disabit untuk pakan hijauan ternak. Pada perkebunan kopi dan kakao tanaman pakan lokal agak terhambat karena rapatnya tegakan tanaman pokok. Namun, peluang penanaman hijauan cukup besar di bawah tanaman pisang, karena masyarakat di kawasan perkebunan di daerah Payangan menanam pisang untuk dipanen daunnya bukan buah pisang sebagai hasil utamanya.

Tanaman pakan yang cocok untuk ditanam di bawah perkebunan memiliki karakteristik antara lain adalah disenangi ternak, relatif kurang berkompetisi dengan tanaman pokok, tahan terhadap perubahan cuaca, tumbuh cepat dengan persentase recovery yang tinggi, tahan terhadap penggembalaan sedang sampai berat, kemampuan asosiasinya berrsama tanaman lain cukup baik, memberikan manfaat terhadap kesuburan tanah, dan memiliki sifat hidup perennial. Beberapa tanaman pakan yang tahan terhadap naungan dari jenis rumput dan legum yang potensial dikembangkan di bawah kondisi ternaung adalah: Brachiaria decumbens, Panicum maximum, Paspalum dilatatum, Stylosanthus guiyanensis, Centrocema pubescens, dan Calopogonium sp. Evaluasi lebih lanjut untuk mendapatkan tanaman yang tahan naungan adalah Stenotaphrum secundatum, Paspalum malacophyleum, dan Paspalum notatum cv competidor. Beberapa jenis legum yang sangat adaptif diusahakan di bawah perkebunan adalah Arachis pintoi, Arachis glabrata dan Calliandra calotyrsus (Suarna dan Suryani, 2012).

Di dunia ini tidak ada tumbuhan yang tidak bermanfaat, paling tidak tumbuhan menghasilkan oksigen yang diperlukan oleh semua mahluk hidup. Manusia dan hewan tidak akan dapat hidup tanpa adanya tumbuhan. Tumbuhan selain menghasilkan oksigen juga mempunyai kemampuan untuk menyerap limbah yang dihasilkan oleh manusia dan hewan termasuk CO2. Sebagai sumber dan bahan pakan, tumbuhan menyediakan hijauan

Page 19: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

10 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

terutama untuk ternak ruminansia dan menghasilkan biji-bijian untuk ternak non ruminansia. Ternak ruminansia yang dipelihara dengan sistem feedlot juga sangat membutuhkan biji-bijian.

Beberapa jenis tumbuhan pakan memiliki peran yang sangat penting dalam konservasi tanah dan lahan. Tumbuhan pakan yang mampu tumbuh cepat menutupi tanah (cover crop) antara lain Centrocema, Clitoria, dan Calopogonium memiliki peran yang sangat penting sebagai tanaman penutup tanah. Tanah yang diselimuti oleh tanaman penutup tanah akan mengurangi intensitas pukulan oleh air hujan sehingga transfer sedimen atau kehilangan lapisan tanah permukaan dapat dicegah. Saat ini tumbuhan pakan juga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman pengisi lansekap. Kacang pinto (Arachis pintoi), Stenotaphrum secundatum, Cynodon dactylon, dan Zoysea matrella banyak dimanfaatkan untuk memperindah lansekap. Multiguna tanaman pakan lainnya adalah sebagai tanaman obat (herbal). Clitoria, Smithea sensitivita dan sebagainya sering diekstrak dan dipergunakan sebagai obat herbal.

Pakan ternak tidak saja berasal dari tanaman penghasil hijauan dan biji-bijian yang sengaja ditanam (forage), juga dapat berasal dari limbah pertanian atau limbah tanaman pangan (crop). Sebagian tanaman penghasil biji-bijian (sereal) ada yang menjadi sumber bahan pangan dan juga menjadi sumber bahan pakan (forage-crop). Tanaman sereal tersebut antara lain jagung, sorghum, barley, kedelai, dan sebagainya. Penggolongan tersebut dapat dilihat pada skema ramifikasi tanaman pakan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Ramifikasi Tumbuhan Pakan (Suarna, 2018)

Page 20: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

III. KEBERAGAMAN TUMBUHAN PAKAN 11

IIIKEBERAGAMAN

TUMBUHAN PAKAN

3.1 Suksesi Satu ciri penting dari komunitas adalah perubahan. Komunitas tanaman

adalah satu unit kehidupan dari vegetasi dan karenanya hukum alam seperti lahir, tumbuh dan mati akan berlaku pada komunitas tersebut. Sejarah bumi menunjukkan bahwa ada perubahan besar pada iklim, topografi dan hubungan air-tanah pada waktu yang lalu. Faktor-faktor ini akan selalu mempengaruhi perkembangan komunitas tanaman di tanah dan di air. Suksesi adalah urut-urutan pertumbuhan tanaman pada areal yang sama oleh komunitas tanaman yang berbeda. Komunitas tanaman tidak akan pernah stabil. Ciri khas komunitas tersebut adalah adanya perubahan yang konstan.

Bila vegetasi asli musnah dari suatu daerah oleh api, banjir atau tanah longsor, daerah dengan tanah yang terbuka tidak akan terus bebas dari tumbuhan atau ternak. Tanah seperti ini akan dengan cepat ditumbuhi oleh berbagai spesies yang merupakan modifikasi satu atau lebih faktor-faktor lingkungan. Modifikasi lingkungan ini mungkin membuat tambahan spesies menjadi establis.

Karakteristik dari suksesi yang mengarah kepada komunitas perkem-bangan ekosistem dirumuskan oleh Odum (1969) menjadi :

1. Adalah proses perkembangan komunitas yang berturutan yang melibatkan perubahan dalam struktur spesies dan metabolisme komunitas sejalan dengan waktu; dan perubahan ini dapat diramalkan.

2. Adalah komunitas yang berproses dan organisme mengadakan modifikasi dalam lingkungan physik. Perubahan dalam lingkungan physik menentukan pola dan kecepatan suksesi dalam habitat.

3. Suksesi akan mengarah kepada stabilisasi komunitas dengan maksimum biomasa, variasi spesies dan seluruh kemungkinan pemanfaatan oleh organisme yang bersangkutan.

Jadi suksesi akan melibatkan perubahan dalam komunitas dan lingkungan.

Page 21: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

12 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Type dari suksesiPrimary succession

Perkembangan komunitas tanaman mungkin berlangsung pada habitat dimana belum pernah ada vegetasi sebelumnya, seperti karang yang terbuka, pulau yang baru terbentuk atau delta yang baru terbentuk, timbunan pasir baru di pantai, sungai atau danau. Perkembangan seperti ini disebut dengan primary succession.

Dalam primary succession, karenanya, medium tempat tumbuhnya tanaman adalah fresh, pembentukan tanah belum terjadi dan karang yang terbuka dan pasir menyediakan kondisi lingkungan yang extrem untuk pertumbuhan tanaman. Pada kondisi seperti itu hanya tanaman-tanaman tertentu yang dapat bertahan. Tanaman-tanaman tersebut secara perlahan membentuk tanah dan menghasilkan lingkungan yang nyaman untuk pertumbuhan tanaman yang lain. Ini adalah proses yang berlangsung lambat dan mungkin akan memakan waktu sampai ratusan bahkan ribuan tahun sampai membentuk klimaks komunitas.

Secondary successionKomunitas tanaman mungkin berkembang pada habitat yang sudah

pernah di tumbuhi tanaman tapi karena bencana seperti kebakaran, banjir atau aktivitas biotik, vegetasi asli hilang sama sekali tanah terbuka untuk kolonisasi tanaman. Perkembangan komunitas tanaman seperti ini disebut dengan secondary succession.

Secondary succession adalah fenomena yang berlangsung dengan cepat dan tahapan perkembangan komunitas menggantikan yang lain berlangsung dalam periode yang pendek. Tanaman perintis mungkin hilang sama sekali dan komunitas akan mencapai terminal. Keadaan yang establish ini dikenal dengan Klimaks. Perkembangan yang cepat ini dimungkinkan karena tanah atau medium air dari habitat mempunyai potensi untuk mensupport vegetasi.

Model suksesiAda tiga model suksesi yang dikenal selama ini yaitu1. Facilitation model2. Tolerance model3. Inhibition modelAsumsi kunci dari teori klasik tentang suksesi adalah bahwa spesies

akan saling mengganti satu dengan yang lainnya karena pada setiap tingkat, spesies memodifikasi lingkungan membuatnya semakin kurang cocok untuk dirinya sendiri dan lebih cocok untuk spesies yang lain. Karenanya penggantian spesies ini adalah berjenjang dan dapat diramalkan sekaligus menunjukkan arah daripada suksesi. Karakteristik ini disebut oleh Connel

Page 22: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

III. KEBERAGAMAN TUMBUHAN PAKAN 13

dan Slatyer (1977) sebagai facilitation model dari suksesi.Menurut pandangan Clements, klimaks komunitas pada suatu daerah

ditentukan oleh iklim. Perubahan komunitas mungkin dapat disebabkan oleh jenis tanah tertentu, api, atau grazing, tapi ini hanya dapat dipahami dengan mengacu pada titik akhir dari climatic climax (klimaks iklim). Karenanya klassifikasi alami dari suatu komunitas harus didasarkan pada klimaks iklim, yang mewakili keadaan seimbang untuk suatu daerah.

Hypothesis kedua mengenai suksesi diusulkan oleh Egler (1954) yang disebut dengan initial floristic composition. Dalam pandangan ini, suksesi adalah sangat heterogen karena perkembangan pada setiap tempat tergantung pada spesies apa yang tumbuh pertama. Pergantian spesies tidak harus berjenjang karena setiap spesies mencoba menekan pertumbuhan setiap koloni yang baru. Karenanya suksesi menjadi lebih individualistik dan kurang dapat diramalkan karena komunitas adalah tidak selalu berubah sesuai dengan klimaks iklim. Hipotesa ini disebut dengan Inhibition model dari suksesi. Tidak ada spesies dalam model ini superior dari yang lain. Namun demikian koloni yang tumbuh pertama pada suatu daerah akan lebih kuat tumbuh dan selalu menekan pertumbuhan semua spesies pendatang.

Model ketiga dari suksesi diusulkan oleh Connel dan Slatyer (1977), yang menyebutnya dengan tolerance model. Model ini adalah ditengah-tengah antara facilitation model dan inhibition model. Pada tolerance model, keberadaan dari spesies pada suksesi awal tidak penting. Setiap spesies dapat memulai suksesi. Beberapa spesies sangat kompetitif, dan spesies ini pada akhirnya akan mendominasi pada komunitas klimaks. Satu spesies diganti oleh spesies lain yang lebih toleran terhadap keterbatasan sumber alam atau kondisi yang ada. Suksesi berlangsung baik melalui invasi dari spesies pendatang atau oleh punahnya koloni yang mula-mula tumbuh. Ini semua tergantung pada keadaan kondisi daerah tersebut. Namun demikian ketiga hypotesis tersebut sependapat dalam memperkirakan bahwa spesies pioner akan tampak pertama karena spesies ini mempunyai kemampuan berkoloni seperti, pertumbuhan yang cepat, produksi biji yang banyak, dan penyebaran biji yang tinggi.

Gambar di bawah ini menunjukkan ketiga model suksesi. Empat spesies ditandai dengan A, B, C, dan D. Tanda panah memberikan indikasi pergantian spesies tanaman.

3.2 Segregasi GenetikSegregasi genetik merupakan suatu peristiwa memisahnya bahan-bahan

pembawa sifat suatu tanaman, sehingga tidak lagi berada bersama-sama suatu tanaman. Segregasi genetik itu berlangsung melalui suatu proses dalam rangkaian proses pembiakan tanaman, terutama dalam pembiakan

Page 23: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

14 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

secara generatif. Peristiwa demikian merupakan kendala dalam usaha mempertahankan sifat-sifat suatu tanaman yang diinginkan. Dalam hal lain adanya segregasi genetik memungkinkan untuk menghilangkan sebagian sifat-sifat yang tidak diinginkan, yang selanjutnya menggabungkannya dengan sebagian sifat-sifat yang diinginkan dari tanaman lain. Dapat juga diperoleh sifat-sifat tertentu saja dari suatu tanaman dengan memilih keturunan-keturunan yang membawa sifat yang diinginkan, walaupun keturunannya itu berasal dari satu tanaman saja.

3. 3 Pembiakan GeneratifTanaman berbunga membentuk biji sebagai bahan pembiak. Biji

merupakan hasil pembuahan gamet betina oleh gamet jantan yang berawal sebagai zygote. Semua sel suatu biji mengandung bahan pembawa sifat yang sama, sehingga semua sel tanaman yang terjadi dari biji tersebut akan mengandung pembawa sifat yang sama pula. Berbeda halnya dengan sel-sel dari biji yang berbeda, walaupun berasal dari tanaman sejenis bahkan walau dari satu tanaman sekalipun, tidak selalu sama bahan pembawa sifatnya. Dengan demikian pembiakan dengan biji tidak selalu dapat menurunkan sifat-sifat yang sama dengan induknya, lebih-lebih bila proses pembuahan karena perkawinan silang. Gejala demikian adalah akibat terjadinya segregasi genetik pada proses pembentukan gamet melalui pembelahan sel meiosis.

Pada pembelahan meiosis suatu sel membelah menjadi dua macam sel dan masing-masing membawa separuh pasangan khromosom sel

Gambar 4.1 Interaksi dinamis antara lingkungan abiotic, biotik dan kultur.

Page 24: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

III. KEBERAGAMAN TUMBUHAN PAKAN 15

induk. Bila pasangan khromosom sel induk tadi heterogen maka gen pada khromosom kedua anak sel berbeda kualitasnya. Variasi kualitas gen pada gamet menyebabkan berbagai kemungkinan pasangan khromosom zygote, yang akan terbawa terus pada sel vegetatif dari tanaman yang dibentuk oleh zygote tersebut. Selain karena perbedaan kualitas gen, penyimpangan-penyimpangan pada khromosom akan membuka jalan yang lebih luas dalam pembentukan keragaman gamet. Untuk dapat menggambarkan dengan lebih mudah tentang ragam gamet yang dibentuk maka macam penyimpangan-penyimpangan khromosom perlu diketahui terlebih dahulu.

Penyimpangan pada khromosom pada dasarnya meliputi dua hal, yaitu perubahan struktur dan perubahan jumlah khromosom.

Perubahan Struktur KromosomPerubahan struktur khromosom pada dasarnya disebabkan oleh adanya

pindah silang (crossing over) dari bagian-bagian khromosom pada waktu proses meiosis. Pindah silang itu dapat menyebabkan terbentuknya tipe-tipe khromosome:

a. kurang lengkap (defisiensi)b. mengganda (duplikasi)c. sungsang (inversi)d. pertukaran lokasi (translokasi)

3.4 DefisiensiAda kemungkinan dalam meiosis ada khromosom yang patah,

kemudian bagian yang patah itu tidak dapat menyatu lagi pada asalnya. Selanjutnya bagian yang patah itu mati. Oleh karenanya khromosom tadi akan kehilangan sebagian pembawa sifat, tetapi gamet yang mengandung khromosom itu tetap hidup. Bila perkawinan terjadi dengan gamet yang membawa khromosom berbeda strukturnya maka pasangan khromosom yang terbentuk pada zygote tidak harmonis dan menunjukan perubahan pada tanamannya.

3.5 DuplikasiStruktur khromosom ini terjadi karena pertautan patahan khromosom

atau yang utuh pada khromosom lain yang utuh. Dengan kejadian ini ukuran khromosom menjadi lebih panjang dari yang normal. Seperti halnya pada defisiensi maka akibat duplikasi inipun akan menyebabkan perubahan sifat-sifat pada tanaman. Duplikasi bisa terjadi antara khromosom yang sama ataupun antara khromosom yang berbeda. Bila kedua lengan metasentrik adalah bagian khromosom dengan gen yang sama maka duplikasi demikian adalah isokhromosom.

Page 25: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

16 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

3.6 InversiBila patahan khromosom bergabung kembali sedemikian rupa sehingga

strukturnya tidak lagi seperti semula, dimana posisi patahan khromosom berubah arah dan terjadi perputaran 180° dari posisi semula. Tipe khromosom demikian disebut tipe inversi (sungsang).

Inversi ada dua macamnya yaitu inversi parasentrik dan inversi perisentrik. Pada inversi parasentrik hanya terjadi inversi pada satu reuni sedang reuni yang lainnya tidak. Pada inversi perisentrik kedua reuni dari patahan dua khromosom mengalami inversi.

3.7 TranslokasiBila reuni patahan khromosom terjadi antara patahan khromosom

yang tidak homolog maka disebut translokasi. Dengan peristiwa ini maka pasangan khromosom yang homozygote akan membentuk pasangan baru yang heterozygote. Pada jagung pasangan demikian disebut pasangan khromosom pachytene.

3.8 Perubahan Jumlah KromosomUntuk memudahkan pembicaraan persoalan ini, terlebih dahulu

dibicarakan pengertian tentang genome. Genome adalah sejumlah khromosom yang terdapat pada sel gamet yang merupakan kelompok dasar khromosom sel. Sel gamet disebut haploid sedangkan sel somatik adalah diploid. Sel diploid (2n) mungkin mengandung khromosom dua genum atau lebih. Sel haploid (n) dapat mengandung genome 1 atau lebih. Simbul yang biasa dipakai dalam hubungan haploid dan diploid dengan jumlah genome yang dikandungnya adalah:

untuk haploid : n = (1 - _)Xuntuk diploid : 2n = (2 - _)XBerdasarkan jumlah genome pada sel somatis maka dikenal khromosom

haploidy, polyploidy, aneuploidy, supernumerary dan khromosom seks.

3.9 PolyploidyPolyploidy dibedakan antara autopolyploidy, allopolyploidy dan

autoallopolyploidy. Autopolyploidy mempunyai genome homolog pada sel somatis 3 atau lebih, hal demikian mungkin terjadi karena kegagalan dalam meiosis ataupun mitosis, misalnya keterlambatan dalam pembentukan dinding pemisah atau kegagalan pembentukan benang-benang kutub sewaktu proses pembelahan sel.

Allopolyploidy terjadi dari dua atau lebih genome yang tidak homolog. Ini merupakan hibrid dimana fertilitas akan rendah.

Page 26: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

III. KEBERAGAMAN TUMBUHAN PAKAN 17

3.10 HaploidyUmumnya haploidy terdapat pada gamet. Tetapi dengan teknik maju

dapat dihasilkan tanaman haploid. Tergantung sel somatik maka dikenal monohaploidy, yang berarti mengandung satu genom saja, dan polyhaploidy mempunyai lebih dari satu genome, polyhaploidy tentulah berasal dari polyploidy.

3.11 AneuploidyDalam hal ini terjadi penambahan atau pengurangan khromosom

dari genome yang lengkap. Perubahan itu bisa meliputi khromosom yang lengkap atau bisa sebagian saja. Bila mengalami kekurangan satu khromosom maka disebut monosomik dan nullisomik bila kekurangan 2 khromosom. Selanjutnya trisomik bagi yang mempunyai 3 khromosom tetap dan tetrasomik bagi yang mempunyai 4 khromosom tetap atau hampir selalu ada.

3.12 SupernumeraryGenome standard dalam hal ini disusun dari dua atau lebih genome

dasar. Hal ini terjadi karena penambahan atau yang lebih penting karena pengurangan khromosom atau bagian khromosom. Keadaan ini dijumpai umpamanya pada Anthoxanthum aristatum. Supernumerary disini menyebabkan penundaan kedewasaan dan penurunan kesuburan kelamin.

3.13 Khromosom SeksKhromosom seks mengandung gen seks. Gen seks berlokasi pada satu

lokasi dari khromosom. Adanya gen seks menentukan kelamin jantan, betina, atau hermaphrodit. Untuk suatu model misalnya gen X adalah gen betina dan Y adalah gen jantan. Maka sel somatis XX menampakkan jenis kelamin betina sedangkan XY menampakkan kelamin jantan. Pada XXXXY menampakkan hermaphrodit. Maka perbandingan antara keberadaan X dan Y mempengaruhi kualitas penampakan kelamin.

3.14 Pembiakan VegetatifSelain tanaman berbunga berbiak dengan biji, ada juga yang dapat

berbiak dengan bagian-bagian vegetatif, seperti di bagian daun, cabang, ranting, batang, akar ataupun umbi. Bagian-bagian tersebut terdiri dari sel-sel somatis, maka tanaman yang terjadi dari bagian vegetatif akan mempunyai sifat-sifat seperti bahan asalnya. Tetapi segala sesuatu di alam ini tidak segalanya kekal. Karena pengaruh faktor-faktor tertentu dapat saja terjadi perubahan-perubahan pada khromosom seperti yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Perubahan-perubahan yang berkenaan dengan khromosom disebut aberasi, tetapi kalau hanya terjadi

Page 27: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

18 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

perubahan-perubahan kimia pada gen disebut mutasi. Aberasi atau mutasi akan membawa perubahan penampakan. Pembentukan keragaman melalui pembiakan vegetatif adalah sangat kecil dan lambat. Pembelahan pada sel vegetatif adalah pembelahan mitosis sehingga walaupun terjadi perubahan-perubahan khromosom pada sel mitosis pengaruhnya hanya terhadap jaringan vegetatif yang dibentuknya. Hanya saja apabila bagian vegetatif yang kromosomnya telah mengalami perubahan tersebut dipakai sebagai alat pembiak, barulah terbentuk keturunan yang berbeda dari sifat tanaman induk pada umumnya. Bisa juga perubahan sudah terjadi melalui biji yang dihasilkan dari cabang-cabang tanaman yang telah mengalami mutasi, sehingga biji dari cabang mutan, lain dari biji tanaman aslinya.

3.15 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan-penyimpangan khromosom

Kekuatan-kekuatan yang ada di alam adalah beragam dalam macam, bentuk dan besarnya. Kekuatan-kekuatan itu dapat saja merusak kestabilan yang ada di dunia. Pengaruh-pengaruh itu dapat bekerja karena kehendak alam semata, tetapi dapat juga didorong oleh kehendak manusia. Oleh karena itu perubahan dapat dibedakan antara :

— perubahan yang alami— perubahan karena induksi atau buatan manusia.Perubahan karena induksi dapat terjadi karena : gelombang

elektromagnetik, zat kimia yang tajam seperti : phenol, benzpyrene, methylcholanthrene dan kadar air raksa yang tinggi.

Kemajuan dalam Ilmu pengetahuan alam memanfaatkan kekuatan induksi itu dalam kegiatan pemuliaan jenis, sehingga tercipta keragaman tertentu yang lebih menguntungkan manusia. Tentu perubahan demikian untuk sampai pada tingkat bermanfaat memerlukan waktu dan proses yang relatif panjang.

3.15 Keragaman Tanaman dan AdaptasiSetelah dapat memahami macam-macam perubahan khromosom

baik aberasi ataupun mutasi dan kemudian memahami konsep-konsep pembiakan yang dipelopori Mendel maka kiranya akan lebih mudah dapat memahami bagaimana keragaman tanaman dapat terbentuk.

Tanaman dalam suatu populasi kelihatannya tidak berbeda satu sama lain, tetapi setelah diamati dengan seksama maka akan dijumpai perbedaan-perbedaan. Ada perbedaannya kecil, ada yang cukup menonjol dan bahkan mungkin dengan mudah dapat dibedakan. Semakin banyak variasi aberasi dan mutasi khromosom maka akan semakin luas pula keragaman tanaman yang dibentuk. Perkawinan silang membuka jalan lebih lancar bagi terbentuknya keragaman tanaman. Pada jenis-jenis gramineae umumnya

Page 28: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

III. KEBERAGAMAN TUMBUHAN PAKAN 19

persarian terjadi silang. Oleh karenanya variasi jenis-jenis gramineae sangat luas.

Pembentukan keragaman adalah dalam rangka evolusi yang memberi kemungkinan bagi tanaman untuk hidup terus mengikuti perubahan-perubahan lingkungan yang ada. Jadi evolusi diperlukan bagi kepentingan beradaptasi dengan lingkungan baru.

Perkembangan keragaman dalam khromosom dapat tampak dalam fenotipe tanaman dan bagian-bagian tanaman. Secara biologis dan secara ekonomis mungkin pula perubahan keragaman membawa perbedaan manfaat, sehingga manusia melakukan seleksi. Maka sangatlah penting untuk dapat mengenal dan membeda-bedakan fenotipe tanaman antara tanaman dari berbagai keragaman, dan selanjutnya mengelompokkan secara sistematis kedalam kelompok-kelompok yang sama atau hampir sama.

Page 29: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

20 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IVFAKTOR LINGKUNGAN

TUMBUHAN PAKAN TROPIK

4.1 Ekosistem, Lingkungan Hidup, dan SumberdayaMenurut Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan: “Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup”. Sumberdaya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumberdaya manusia (SDM), sumber daya alam hayati (SDH), sumber daya alam non hayati atau fisik (SDF) dan sumber daya buatan (SDB). Dengan demikian tatanan kesatuan secara utuh antara manusia, tumbuhan, hewan, udara, air, dan tanah membentuk sebuah ekosistem.

SDM, SDH, dan SDF adalah sumber daya yang alamiah sudah ada, sementara SDB adalah hasil karya manusia. Karena manusia dinilai dari apa yang dilakukannya, SDM dan SDB tidak dapat dipisahkan, sehingga keduanya disebut sebagai sumberdaya kultural (cultural). Dengan demikian, lingkungan hidup disusun oleh 3 komponen, yaitu:

1. A-Abiotic environment atau lingkungan fisik terdiri dari unsur-unsur air, udara, lahan, dan energi serta bahan mineral terkandung di dalamnya.

2. B-Biotic environment atau lingkungan hayati terdiri dari unsur-unsur hewan, tumbuhan dan margasatwa lainnya serta bahan baku hayati industri.

3. C-Cultural environment atau lingkungan kultural SOSEKBUD terdiri dari unsur-unsur sistem-sistem sosial, ekonomi, dan budaya serta kesejahteraan.

Tempat tinggal suatu organisme dikenal sebagai habitatnya, sedangkan kondisi dan sumber-sumber untuk aktivitas hidupnya merupakan lingkungan. Lingkungan adalah apa saja dan sesuatu yang mempengaruhi aktivitas kehidupan organisme. Sehingga habitat meliputi ruang milik tanaman dan hewan merupakan lingkungan biotik, sedangkan lingkungan abiotik adalah udara, air, mineral-mineral tanah dan energi matahari. Lingkungan biotik dan abiotik berinteraksi satu sama lain dan membentuk sistem dinamis dalam habitat.

Pada planet kita, kita mendapatkan dua tipe habitat utama adalah habitat

Page 30: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 21

di darat (174 juta km2) dan habitat di air (480 juta km2) dengan komplek lingkungan yang berbeda. Kedua habitat tersebut menopang kehidupan dari berbagai bentuk. Kualitas dan kuantitas dari kehidupan organisme dari dua habitat tersebut adalah berbeda, walaupun secara pasti organisme tergantung pada kedua habitat untuk kelengkapan siklus hidupnya dan organisme ini dikenal sebagai amphibians. Distribusi tanaman pada kedua habitat ditentukan oleh ketersediaan sinar/cahaya : udara, air dan nutrisi (merupakan abiotik dari lingkungan).

Pada suatu habitat, komponen abiotik menyediakan makanan dan bahan bakar untuk aktivitas hidup suatu organisme. Oleh karena itu organisme adalah lingkungan-bergantung dan wujud dari suatu organisme diluar lingkungan tidak masuk akal (tidak mungkin terjadi). Organisme apakah tanaman atau hewan memberikan tanggapan terhadap rangsangan eksternal dari lingkungan dan melalui cara adaptasi mereka menyesuaikan diri terhadap rangsangan. Jika penyesuaian tidak efektif, organisme tidak dapat bertahan hidup dan kalah (mati) karena lingkungan yang keras.

Komponen lingkungan biotik dalam habitat dikatagorikan sebagai tiga klas fungsional sebagai berikut :

1. Produsen utama (Primary producers) : semua tanaman hijau.2. Konsumen (Consumers) : semua hewan dan bukan tanaman hijau.3. Pengurai (Decomposers) : fungi dan bakteri.Komponen lingkungan abiotik adalah tiga keadaan fisik yang terdiri

dari :1. Gas : atmosfer2. Cair : air dalam bentuk uap air, cairan, salju atau es dari hidrosfer.3. Padat : garam-garam dari tanah (pedosfer).Dalam pembahasan lebih lanjut akan diuraikan komponen biotik yang

terdiri dari mikroba tanah, gulma, hama dan penyakit serta manusia sebagai manajerial yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Demikian juga komponen abiotik yang meliputi tanah, air dan iklim dalam kaitannya dengan kehidupan tanaman akan dibahas pada bab-bab berikutnya.

4.2 Lingkungan AbiotikDalam suatu habitat yang menyediakan lingkungan yang cocok untuk

eksistensi kehidupan, komponen abiotik tersusun ke dalam bangun tubuh organisme dengan menghabiskan energi yang diperoleh dari sinar matahari, melalui produsen utama. Tanaman sebagai produsen utama sangat bergantung pada komponen abiotik seperti tanah, air dan iklim untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pada pembahasan selanjutnya, komponen tanah, air dan iklim digolongkan ke dalam lingkungan fisik, sedangkan lingkungan kimia adalah keadaan pH dan unsur hara.

Page 31: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

22 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

4.2.1 Tanah dan AirTanah adalah kumpulan dari benda-benda alam dipermukaan bumi yang

tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan organik, air dan udara dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.

Dalam mendukung kehidupan tanaman, terdapat tiga fungsi tanah yang utama :

1. Memberikan unsur-unsur mineral, melayani tanaman baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan.

2. Memberikan air dan melayani tanaman sebagai reservoar.3. Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk

tegak.Untuk tujuan produksi tanaman, tanah dipandang sebagai suatu

keseimbangan dari sistem yang saling menjalin dan berinteraksi : 1. bahan mineral, 2. bahan organik, 3. organisme tanah, 4. atmosfir tanah dan 5. air tanah. Meskipun lebih mudah untuk memandang masing-masing sistem secara

tersendiri, mereka tidaklah terpisah atau bebas sifatnya. Mengubah salah satunya berakibat mengubah semuanya. Sifat tanah sangatlah berubah bila salah satu sistem dominan.

4.2.1.1 Bahan MineralBahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan,

jumlahnya bervariasi dari satu persen (1%) dalam tanah organik sampai 99% dalam tanah liat. Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang berbeda ukurannya, komposisi, sifat-sifat kimia dan fisiknya. Menurut urutan besarnya, partikel-partikel tersebut adalah batu dan kerikil (72 mm), pasir (50 µ - 2mm), debu (2 µ - 50 µ) dan liat (< 2µ). Perbandingan dari jumlah bagian-bagian ini menentukan tekstur tanah. Nama-nama seperti lempung, liat, liat berdebu dan sebagainya diberikan pada kelas-kelas tanah menurut teksturnya. Istilah-istilah nonteknis seperti tanah berat, tanah ringan diacu pada tekstur tanah. Tanah berat adalah tanah yang tinggi dalam kandungan liat dan partikel lain yang halus, tanah ringan adalah rendah dalam kandungan liat dan tinggi dalam pasir dan partikel-partikel lain yang kasar. Tekstur tanah mempengaruhi daya tahan air dan laju infiltrasi air. Tanah-tanah kasar mengizinkan infiltrasi dan perkolasi air yang cepat, sehingga tidak ada “run off” permukaan sekalipun sehabis hujan lebat. Sebaliknya, tanah liat begitu halus teksturnya, sehingga sedikit air menembus tingkatan bawah, terutama sesudah permukaan liat menjadi basah dan mengembang. Akan tetapi, tanah kasar tak mampu

Page 32: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 23

mempertahankan air dalam jumlah besar.Disamping tekstur tanah, partikel-partikel tanah juga mempengaruhi

struktur tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah.Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Suatu tanah dapat memiliki struktur sederhana atau majemuk.

Tanah dengan struktur sederhana seperti pasir dan kerikil memiliki kohesi dan konsistensi (ketahanan partikel dalam tanah terhadap pemisahan) sangat kecil, serta terdiri dari bahan-bahan yang relatif tahan pelapukan, seperti pasir kwarsa yang juga disebut tanah memiliki struktur butiran tunggal. Kebanyakan tanah pertanian memiliki struktur majemuk, agregatnya lekat satu sama lain.

Tabel 4.1 Beberapa ukuran struktur majemuk Tipe struktur Ukuran agregat (mm)

kolum > 25bongkah 5 - 25granulat 3 - 5remah 1 - 3masif kompak atau berlumpur

Struktur tanah yang baik sangatlah penting untuk pertanian. Tanah yang sangat berbutir-butir, baik aerasinya dan memiliki daya pegang air tinggi, karena kenaikan ukuran ruang pori-pori tanah. Pori-pori tanah ditempati air dan udara dengan perbandingan yang berbeda-beda (seperti bunga karang). Tanah liat memiliki total jumlah ruang pori-pori lebih besar daripada tanah pasir, tetapi karena ukuran kecil dari pori-pori dalam tanah liat, air dan udara bergerak melewatinya pelan-pelan. Bila pori-pori kecil dari tanah liat penuh air, kekurangan udara yang sangat penting untuk pertumbuhan akar akan menjadi pembatas. Ruang pori besar terisi dan terkuras oleh gaya berat, sedangkan pori kecil menyerap dan mempertahankan air dengan daya kapiler.

Sifat remah dari tanah pertanian yang baik tergantung tekstur tanah dan persentasi humus (bahan organik terurai yang stabil). Tanah liat yang rendah bahan organiknya memiliki struktur jelek. Untuk tujuan mempertahankan struktur majemuk yang bagus dalam tanah-tanah pasir haruslah dikelola secara baik. Pada tanah-tanah berat perlu menambah bahan organik untuk mempertahankan struktur bagus.

Dalam hubungannya dengan hara tanaman, sifat-sifat yang paling menyolok dari partikel-partikel koloid, liat dan humus, adalah

Page 33: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

24 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

kesanggupannya untuk melakukan pertukaran kation. Kesanggupan tanah untuk mempertahankan dan mempertukarkan kation-kation seperti H+, Ca++, Mg++ dan K+ disebut daya tukar kation atau kapasitas tukar kation. Daya tukar kation, suatu ukuran kereaktifan tanah, berubah berbanding terbalik dengan ukuran partikelnya. Karena luas permukaannya tanah-tanah halus menumpuk dan mempertahankan kation-kation jauh lebih banyak daripada tanah kasar. Partikel tanah kolodial, seperti liat dan humus, bermuatan negatif dan menarik kation. Bila partikel semacam ini dalam tanah jenuh akan ion hidrogen, tanah memiliki reaksi masam. Oleh karena itu kapasitas tukar kation dari partikel-partikel koloid ini me- megang peranan penting dalam pertanian. Jadi, hara yang sebetulnya dapat hilang karena tercuci, dapat dipegang sebagai cadangan oleh partikel-partikel tanah dan menjadi tersedia bagi tanaman bila ion-ion ini dipertukarkan kembali.

Kation-kation dalam tanah yang produktif menunjukkan berada dalam suatu keseimbangan antara partikel-partikel tanah, larutan tanah dan tanaman. Kesanggupan tanah untuk mensuplai ion mineral untuk absorpsi oleh tanaman merupakan ukuran kesuburannya. Mungkinlah tanah mengandung sejumlah besar mineral tetapi tidak subur karena ion-ionnya tidak tersedia untuk tanaman.

Daya tukar kation (kapasitas tukar kation) suatu tanah dinyatakan dengan miliekivalen tiap 100g dan setara dengan jumlah meq H+ yang akan bergabung dengan 100g tanah kering. Kapasitas tukar kation dari tanah berbeda-beda menurut persentasi humus dan menurut persentasi serta komposisi liat. Liat-liat itu sangat berbeda dalam kesanggupannya menukar kation-kation seperti nampak pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kisaran kapasitas tukar kation untuk berbagai tipe tanah

Tipe tanah Kapasitas tukar kation(meq / 100 g)

Pasir 2 - 4Lempung berpasir 2 - 17

lempung 7 - 16Lempung berdebu 9 - 26

Liat dan lempung liat 4 - 60Tanah organik 50 - 300

Sumber : Janick et al. (1969)

4.2.1.2 Bahan Organik TanahZat-zat organik yang terdapat di dalam tanah berasal dari penguraian

sisa-sisa tanaman dan hewan. Tanah yang berupa pasir, sangat sedikit bahan organiknya, sedangkan tanah pertanian yang biasa mengandung kurang lebih 25% bahan organik.

Page 34: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 25

Lapisan atas dari tanah sering tinggi dalam fraksi organik yang disebut humus. Humus secara relatif resisten terhadap pemecahan lebih lanjut dan dekomposisi. Berbeda dengan koloid mineral, humus bukanlah kristal. Sumber utama humus dilapisan atas adalah sampah-sampah daun dan akar tanaman. Sampah-sampah permukaan dipecah oleh kerja mekanik dan membusuk ke dalam partikel-partikel halus oleh mikroorganisme, tercuci ke dalam tanah dan akan menjadi bagian-bagian dari kompleks tanah. Dekomposisi akar-akar yang mati memberikan bahan organik di seluruh bagian atas tanah. Tanah-tanah prairi, yang menerima sejumlah kecil hujan, hanya memiliki laju dekomposisi kecil, sehingga bahan organik dari akar-akar rumput yang mati menumpuk untuk membuatnya berwarna gelap, mudah retak dan sangatlah subur.

Barangkali andil bahan organik yang paling penting adalah daya pegang airnya. Bahan organik bertindak sebagai busa : dapat menyerap sejumlah besar air dibandingkan beratnya. Bahan organik juga merupakan sumber unsur mineral, yang menjadi tersedia bila telah terurai. Penguraian bahan organik oleh bakteri, cendawan dan organisme lain dengan membentuk karbondioksida dan air dan pelepasan mineral disebut mineralisasi. Ini merupakan aspek penting dalam lingkaran kimia (chemical cycling) dalam vegetasi. Lingkaran kimia terdiri dari :

1). Absorpsi mineral lewat akar dan penggabungannya ke dalam persenyawaan kimia oleh berbagai tanaman,

2). Kematian tanaman dan bagiannya,3). Dekomposisi bahan tanaman dan pelepasan mineral kedalam tanahBahan organik membantu mempertahankan struktur tanah-tanah

terolah. Bahan organik yang terbagi halus menutupi partikel mineral dan menghindarkannya dari saling melekat. Tanah liat dengan sejumlah besar bahan organik kurang kecenderungannya untuk lengket dan lebih mudah diolah. Pengusaha tanaman menamakan tanah yang gampang hancur dan mudah diolah : tanah dengan daya olah tilth (sifat keterolahan) yang baik.

Menurut dasarnya ada dua tipe tanah yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral tersusun dari zat-zat anorganik dan sejumlah bahan organik yang sedang membusuk dalam sejumlah yang berbeda-beda (dari jumlah yang tidak berarti sampai 20 persen). Tanah organik (contohnya tanah gambut, turf) dibentuk dari bahan-bahan tanaman yang membusuk sebagian, ada keadaan berawa-rawa. Tanah organik berwarna coklat tua sampai hampir hitam. Tanah-tanah semacam ini tidak dapat ditanami, kecuali kalau diberi draenase yang baik dan masalah kesuburannya diperbaiki. Tanah-tanah organik yang diusahakan secara baik, akan sangat produktif. Tanah-tanah ini banyak pori-porinya, baik aerasinya, dan mempunyai daya absorpsi air yang tinggi.

Page 35: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

26 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

4.2.1.3 Organisme TanahOrganisme tanah memegang peranan penting dalam perkembangan

tanah sebagai tambahan akar-akar tanaman tingkat tinggi, pada tanah tinggallah suatu variasi luas kehidupan tanaman dan hewan. Berat total organisme tanah (tidak termasuk tanaman tingkat tinggi) dibagian atas yang subur (± 30 cm) dari tanah-tanah pertanian sangatlah mengesankan, sampai mencapai 6.000 kg tiap hektar, kira-kira 1/1000 berat tanah yang ditinggali.

Tanaman tingkat tinggi harus dipandang sebagai organisme tanah yang utama, akar pohon-pohonan menembus celah-celah karang, batu-batuan dengan kekuatan yang hebat. Akar mengeluarkan banyak asam-asam organik dan zat-zat lain yang mempercepat pelarutan mineral-mineral tanah dan membuatnya tersedia untuk tanaman. Akar hidup mengeluarkan CO2, yang menaikkan kandungan asam karbonat dari larutan tanah dan menaikkan laju kelarutan mineral-mineral tanah. Saluran-saluran yang tertinggal setelah akar-akar mati dan busuk, menjadi jalan air tanah.

Bakteri tanah (mati dan hidup) mencapai 5.600 kg tiap hektar tanah hitam. Pada tanah pertanian subur terdapat 500 - 1000 kg tiap hektar. Ada bakteri yang berguna untuk memecahkan berbagai jenis bahan organik, melepaskan mineral-mineral yang dapat berguna dalam siklus kehidupan tanaman; ada pula yang dapat mengikat N2 bebas dari udara, seperti Azotobacter yang bebas hidupnya atau yang bersimbiose dengan kacang-kacangan. Selain bakteri yang berguna ada pula yang patogenik, menimbulkan penyakit pada tanaman. Bakteri yang merugikan lagi adalah yang mengoksidasi besi fero ke bentuk feri yang kurang dapat larut, lalu membentuk lapisan hardpan, yang kaya besi dan keras sekali sehingga memperburuk drainase air.

Organisme tanah lainnya selain bakteri, terdapat jamur-jamur yang disamping ada yang patogenik ada pula yang berguna. Mycorhiza adalah jamur yang tumbuh bersama akar tanaman dan membantu ekstrasi air tanah. Ganggang dan lumut memegang peranan penting.

Cacing, semut, serangga-serangga kecil juga sangat berguna dalam menambah kesuburan tanah, selain ada yang berbahaya untuk kehidupan tanaman.

4.2.1.4 Atmosfer TanahAtmosfer tanah berada dalam ruang pori-pori yang tidak terisi air.

Pori-pori ini berisi gas-gas seperti atmosfer diatas tanah, tetapi beda perbandingannya. Atmosfer tanah tidak selalu merupakan sistem kontinu, karena mungkin ada ruang pori-pori yang terisolasi, tidak berhubungan. Kelembaban dari atmosfer tanah hampir selalu mendekati 100 persen. Kandungan karbondioksida lebih besar daripada yang berada dalam udara

Page 36: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 27

diatas tanah, karena dekomposisi bahan organik; meningkat menurut kedalaman karena laju gerakan yang lambat kedalaman atmosfer bagian atas. Sebaliknya, kandungan oksigen lebih sedikit daripada yang diudara dan menurun menurut kedalaman. Oksigen digunakan dalam respirasi yang dilakukan akar dan mikroorganisme dan tidak dapat digantikan segera.

Bila air ditambahkan ke dalam tanah, udara dalam tanah terdesak keluar. Akibatnya, akar tanaman dapat kekurangan oksigen dalam tanah yang sangat basah atau tergenang.Variabilitas atmosfer tanah sangatlah besar, tergantung bahan organik dan organisme tanah dan juga terpengaruh oleh musim.

4.2.1.5 Air TanahAir terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah,

tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Manfaat/guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah :1. Sebagai unsur hara tanaman Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk

membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.2. Sebagai pelarut unsur hara Unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman

dari larutan tersebut.3. Sebagai bagian dari sel-sel tanaman air merupakan bagian dari

protoplasma Persediaan air dalam tanah tergantung dari : — banyaknya curah hujan atau air irigasi — kemampuan tanah menahan air — besarnya evapotransipirasi — tingginya muka air tanahAir dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya

adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :

Air higroskopik : Air yang diserap tanah dengan sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adhesi antara tanah dengan air)

Air kapiler : Air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat daripada gravitasi. Air ini dapat bergerak kesamping atau keatas karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.

Dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman beberapa istilah di bawah ini perlu dipahami.

Page 37: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

28 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

1. Kapasitas Lapang adalah keadaan tanah yang lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen).

2. Titik Layu Permanen adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.

3. Air tersedia adalah air yang dapat diketahui banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dengan kadar air pada titik layu permanen.

Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tegangan diukur dalam bar atmosfer, cm air, atau logaritma dari cm air yang disebut pF. Satuan bar dan atmosfer sering dianggap sama karena 1 atm = 1,0127 bar.

Kandungan air pada kapasitas lapang ditunjukkan oleh kandungan air pada tegangan 1/3 bar, sedangkan kandungan air pada titik layu permanen adalah pada tegangan 15 bar. Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat pada tegangan 1/3 bar - 15 bar.

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.

Bila ketersediaan air mencukupi maka pemberian unsur hara akan menaikkan efisiensi penggunaan unsur hara

Water Use Efficiency (WUE) = jumlah bahan kering yang dihasilkan dari jumlah air tertentu

4.2.2. IklimIklim mempunyai pengaruh penting pada evolusi dari tribus (rumpun)

Gramineae Andropogoneae telah menghasilkan lebih banyak spesies pada beriklim panas dengan musim basah/kering. Mereka mempunyai pusat distribusi di Asia Tenggara dan termasuk rumput-rumput seperti Andropogon, Biothriochloa, Cymbopogon, Dichanthioum, Eulalia, Heteropogon, Hyparrhenia Imperata, Saccharum sehima dan sorghum.

Paniceae juga merupakan tribus pada daerah iklim panas; distribusinya

Page 38: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 29

terbesar pada daerah dengan curah hujannya tinggi. Mereka kelihatannya berasal dari belahan bumi barat dan genus utama dari tribus tersebut adalah Axonopus, Brachiaria, Cenchrus, Digitaria, Panicum, Paspalum, Pennisetum, Setaria dan Urochloa.

Sebaliknya, Eragosteae sangat baik berkembang pada daerah arid dan semi arid dari iklim tropik; yang termasuk tribus ini adalah tripogon. Dua tribus utama adalah Agroteal dan Festuceae merupakan karakteristik di daerah temperate (temperit) dan beberapa genus dari tribus ini seperti Agrostis, Festuca, Poa, Vulpia yang terdapat pada iklim yang lebih dingin dan sering ditemui pada daerah tinggi.

Fluktuasi pada iklim dari tahun ke tahun menyebabkan perubahan yang radikal pada komposisi spesies pada rumput (grassland). Misalnya pada daerah pinggiran timur Queensland, rumput Astrebla terdesak dan didominasi oleh Dichanthium sericeum jika suksesi terjadi secara normal pada tahun hujan/basah. Suatu periode dengan curah hujan dibawah normal menyebabkan resesi pada D. sericeum dan akhirnya terjadi penggantian oleh Astrebla spp. Iklim juga berpengaruh penting dalam evolusi dari tribus Gramieae; faktor-faktor iklim seperti temperatur (suhu) dan energi cahaya matahari juga sangat berpengaruh terhadap reaksi biologis yang berlangsung dalam tanaman.

4.2.2.1. Suhu (Temperatur)Proses-proses fisik dan kimiawi dikendalikan oleh suhu, dan kemudian

proses-proses ini mengendalikan reaksi biologi yang berlangsung dalam tanaman. Misalnya, suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Apabila suhu turun, viskositas air naik. Begitu juga untuk gas-gas, energi kinetik dari karbondioksida, oksigen dan zat lain berubah sesuai dengan perubahan suhu. Jadi suhu memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Beberapa peranan penting dari suhu pada proses-proses fisik dan kimia tanaman antara lain :

1. Suhu menentukan kelarutan berbagai zat. Kelarutan karbondioksida dalam air dingin dua kali lipat daripada dalam air panas. Kebalikannya berlaku untuk kebanyakan zat padat : kelarutan gula lebih besar dalam air panas daripada dalam air dingin.

2. Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi. Biasanya makin tinggi suhu reaksi makin cepat. Jadi suhu mempunyai

efek penting dan tegas pada respirasi. Akan tetapi hubungan suhu dan reaksi biokimia yang berlangsung dalam tanaman jarang berbanding langsung karena adanya faktor lain yang rumit. Misalnya, hasil akhir seperti gula dapat menumpuk dan memblokir reaksi selanjutnya. Dalam beberapa reaksi, ketersediaan bahan mentah dapat merupakan

Page 39: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

30 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

bahan pembatas.3. Suhu mempengaruhi sistem enzim. Pada suhu optimum, sistem enzim berfungsi baik dan tetap stabil

untuk waktu lama. Suhu optimum 25 - 30°C dan suhu maksimum antara 35 - 40°C. Tetapi suhu kardinal (suhu minimum, optimum dan maksimum) sangat dipengaruhi pula oleh jenis tanaman.

4. Kesetimbangan berbagai sistem dan persenyawaan merupakan fungsi dari suhu. Misalnya, kesetimbangan antara gula, pati dan lemak berubah bila suhu berubah. Selama musim gugur, dalam beberapa spesies tanaman, gula berkurang sedangkan pati dan lemak meningkat. Bila musim semi tiba terdapat perubahan dari pati dan lemak ke gula, yang akan ditranslokasi ke bagian-bagian tanaman yang tumbuh aktif.

5. Karena suhu mempunyai pengaruh kuat pada reaksi biokimia dan fisiologi tanaman, juga akan menentukan tingkatan pelbagai tugas tanaman seperti absorpsi unsur mineral dan air. Bukan saja viskositas air lebih tinggi pada suhu rendah, tetapi membran sitoplasma yang dilewati air rupanya kurang permeabel. Fotosintesis lebih lambat pada suhu rendah, dan akibatnya laju pertumbuhan lebih lambat. Suhu juga mempengaruhi aliran sitoplasma di dalam sel.

6. Suhu mempunyai hubungan kuantitatif dengan sejumlah proses-proses pertumbuhan. Diantaranya respirasi, sebagian dari reaksi fotosintetis, pelbagai gejala pendewasaan dan pemasangan, dormansi, pembungaan dan pembentukan buah. Tanaman yang tumbuh dibawah suhu konstan dan seragam, tidak menghasilkan buah secepat tanaman yang tumbuh dengan suhu malam dan suhu siang berbeda-beda yang silih berganti.

4.2.2.2. CahayaEnergi cahaya adalah bertanggung jawab untuk aktivitas fotokimia

pada tanaman, seperti fotosintesis dan fiksasi nitrogen. Kualitas sinar, intensitasnya lama penyinaran (deviasi) mempengaruhi germinasi, pertumbuhan, reproduksi dan distribusi tanaman.

Kebutuhan cahaya optimum bagi tanaman adalah berbeda untuk spesies yang berbeda. Setiap spesies mempunyai fotoperiode tertentu untuk pembungaan. Hal ini disebut critical photoperiod (fotoperiode kritis). Tanaman yang berbunga pada panjang hari yang lebih lama daripada critical photoperiode disebut dikenal sebagai tanaman hari panjang (long-day plants), sedangkan yang berbunga pada panjang hari lebih pendek daripada critical photoperiode disebut short-day plants. Tipe ketiga dari tanaman yang mengalami aktivitas reproduksi dengan mengabaikan panjang hari disebut indeterminate atau day-neutral plants. Kualitas

Page 40: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 31

tanaman untuk tumbuh dan berreproduksi pada periode panjang hari yang berbeda memungkinkan, distribusi geografisnya pada daerah yang berbeda. Disamping sistem klasifikasi di atas, tanaman juga diklasifikasikan sebagai heliophytes yaitu tanaman yang tumbuh baik pada sinar penuh dan tanaman yang tumbuh baik pada sinar penuh dan tanaman yang tumbuh baik pada kondisi ternaung atau pada intensitas sinar rendah disebut sciophytes. Beberapa heliophytes yang tumbuh sedang dibawah naungan disebut facultative sciophytes, sedangkan tanaman sinar penuh yang dapat tumbuh baik dibawah naungan disebut facultative heliophytes. Beberapa contoh tanaman hijauan makanan ternak yang tumbuh pada kondisi ternaung adalah sebagai berikut :

1. Tanaman tahan naungan tinggi - Paspalum conjugatum - Axonopus compressus - Desmodium ovalifolium - Colopogonium caeruleum2. Tanaman tahan naungan sedang - Panicum maximum - Digitaria setivalva - Centrosema pabescens

3. Tanaman tahan naungan rendah - Digitaria decumbens cv Transvale - Stylosanthes guianensis cv Schofeild - Stylosanthes hamata cv Verano

4.2.3. Reaksi Tanah (pH Tanah)Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkilinitis tanah yang

dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.

Konsentrasi H+ atau OH- di dalam tanah sebenarnya sangat kecil. Sebagai contoh : tanah yang bereaksi netral kandungan ion H+ sebanyak 1/10.000.000 mole per liter atau 10-7 mole per liter. Oleh karena itu untuk memudahkan menyebut nilai-nilai pH, maka telah ditentukan bahwa yang disebut

pH log1

[H ]log [H ]= = −+

+

Page 41: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

32 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

untuk tanah yang bereaksi netral maka

pH log1

10log 10 77

7= = − =−−

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan «p» pada «pH». Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti «logaritma negatif. Nilai pH berkisar dari 0 - 14 dengan pH 7 disebut netral, sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3.0 - 9.0. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan pH 4.0 - 5.5 sehingga tanah dengan pH 6.0 - 6.5 sering dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya agak masam.

Di daerah rawa-rawa sering ditemukan, tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3.0 yang disebut tanah sulfat masam (cat clay) karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering (arid) kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9.0) karena banyak mengandung garam Na.

4.2.3.1 Pentingnya pH Tanah1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada

umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap oleh tanaman karena diikat oleh Al, sedangkan pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Ca.

2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, kecuali mengikat unsur P juga merupakan racun bagi tanaman. Pada tanah-tanah rawa pH yang terlalu rendah (sangat masam) menunjukkan kandungan sulfat tinggi, yang juga merupakan racun bagi tanaman. Disamping itu pada reaksi tanah masam, unsur-unsur mikro juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga menjadi racun kalau terdapat dalam jumlah yang terlalu besar. Termasuk unsur mikro dalam jenis ini adalah Fe, Mn, Zn, Cu, Co. Unsur mikro

Page 42: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 33

yang lain yaitu Mo dapat menjadi racun kalau pH terlalu alkalis. Disamping itu tanah yang terlalu alkalis juga sering mengandung garam yang terlalu tinggi juga dapat menjadi racun bagi tanaman.

3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganismea. Bakteri dapat berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih

sedangkan pada pH kurang dari 5.5 perkembangannya sangat terlambat.

b. Jamur dapat berkembang baik pada segala tingkat kemasaman tanah. Pada pH lebih dari 5.5 jamur harus bersaing dengan bakteri.

c. Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembang dengan baik pada pH lebih dari 5,5.

4.2.3.2 Mengubah pH TanahTanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pHnya dengan menambahkan

kapur ke dalam tanah, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan penambahan belerang.

4.2.4. Unsur-unsur Hara EsensialUnsur-unsur hara esensial adalah unsur hara yang sangat diperlukan

oleh tanaman, dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. Unsur-unsur hara esensial ini dapat berasal dari udara, air atau tanah. Jumlah unsur hara esensial adalah 17 yaitu :

Unsur makro : C, O, H, N, P, K, Ca, Mg dan SUnsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl dan CoUnsur hara makro

adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit.

4.2.4.1 Mekanisme Penyediaan dan Penyerapan Unsur Hara.Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau daun. Unsur

C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melalui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang digunakan tanaman, sedangkan oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas (Donahue, et al. 1977). Unsur-unsur hara yang lain diserap akar tanaman dari tanah. Walaupun demikian banyak unsur hara yang bila disemprotkan sebagai larutan hara dapat diserap tanaman melalui daun. Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah umumnya dalam bentuk ion (Tabel 4.3).

Page 43: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

34 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Tabel 4.3 Bentuk-bentuk ion dan molekul unsur hara yang dapat di serap tanaman.

Unsur hara Bentuk yang dapat diserap KeteranganC CO2 (melalui daun) Diserap dari udara

dan airH H+, H2O ( H dari air)O O2, CO2 (melalui daun)N NH4+, NO3- Diserap dari tanahP H2PO4-, HPO4--K K+Ca Ca++Mg Mg++S SO4++

Fe Fe++, Fe+++Mn Mn++B BO3

3-, H2BO3-, B(OH)4

-

Mo MoO4-- (molobdat)

Cu Cu++

Zn Zn++

Cl Cl-Sumber : Donahue et al. (1977).

Unsur-unsur hara tersebut dapat tersedia disekitar akar tanaman dengan cara-cara berikut:

1. Aliran Massa (mass flow)Aliran massa adalah gerakan hara di dalam tanah menuju permukaan

akar tanaman bersama-sama gerakan massa air. Gerakan massa air dalam tanah menuju ke permukaan akar tanaman berlangsung terus menerus karena air terus menerus diserap akar dan menguap melalui proses transpirasi.

Unsur-unsur yang terserap daripada cara aliran massa adalah : N (98.8%), Ca (91,4%), S (95.0%).

2. DifusiAir dan unsur hara yang terlarut di dalamnya disebut larutan tanah

(soil solution). Pada waktu akar tanaman menyerap unsur hara dari larutan tanah, unsur hara lain yang terlarut dalam air bergerak menuju akar tanaman tanpa aliran air tetapi bergerak sebagai akibat hukum difusi, yaitu hukum yang menyatakan bergeraknya suatu zat (unsur hara) dari bagian yang berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Unsur hara yang terserap dengan cara difusi adalah P (90.9%) dan K (77.7%).

3. Intersepsi AkarAkar-akar tanaman yang terus tumbuh akan terus memanjang menuju

Page 44: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 35

tempat-tempat yang lebih jauh di dalam tanah sehingga menemukan unsur-unsur hara dalam larutan tanah ditempat-tempat tersebut. Memanjangnya akar-akar tanaman berarti memperpendek jarak yang harus ditempuh unsur-unsur hara untuk mendekati akar tanaman melalui aliran massa ataupun difusi. Penyediaan unsur hara melalui intersepsi akar yang terpenting adalah unsur Ca yang mencapai 28,6% sedangkan unsur-unsur lain hanya 1,2-5,0%.

Unsur-unsur hara yang telah tersedia disekitar perakaran tanaman tersebut selanjutnya melalui suatu proses dapat diserap ke dalam akar tanaman. Dalam proses ini ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Diperlukan energi metabolik2. Proses penyerapan unsur hara merupakan proses yang selektif

(memilih unsur tertentu).Energi metabolik didapat dari pernafasan akar tanaman, sehingga

penyerapan unsur hara berkurang bila pernafasan berkurang. Dalam proses seleksi ternyata tanaman mempunyai kemampuan memilih unsur-unsur tertentu untuk diserapnya. Bila akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk kation, maka dari akar akan dikeluarkan kation H+ dalam jumlah yang setara. Bila yang diserap akar adalah anion, maka akar akan mengeluarkan HCO3- dengan jumlah yang setara pula.

4.2.4.2 Fungsi unsur-unsur haraFungsi Nitrogen (N)

— Memperbaiki pertumbuhan vegetatif. Tanaman yang tumbuh pada tanah cukup N, berwarna lebih hijau.

— Pembentukan protein

Fungsi Fosfor (P)— Pembelahan sel— Pembentukan albumin— Pembentukan bunga, buah dan biji— Mempercepat pematangan— Memperkuat batang tidak mudah roboh— Perkembangan akar— Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur—mayur dan makanan

ternak— Tahan terhadap penyakit— Membentuk nucleoprotein (sebagai penyusunan gene : RNA dan

DNA)— Metabolisme karbohidrat— Menyimpan dan memindahkan (transfer energi) misalnya ATP dan

ADP.

Page 45: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

36 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Fungsi Kalium (K)Unsur K tidak merupakan unsur penyusun jaringan tanaman— Pembentukan pati— Mengaktifkan enzim— Pembukaan stomata (mengatur pernafasan dan penguapan)— Proses fisiologi dalam tanaman— Proses metabolik dalam sel— Mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain — Mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan, penyakit— Perkembangan akar

Fungsi Kalsium (Ca)— Untuk menyusun dinding sel tanaman— Pembelahan sel— Untuk tumbuh (elongation)

Fungsi Magnesium (Mg)— Pembentukan khlorofil— Sistem enzim (activator)— Pembentukan minyak

Fungsi Belerang (S)— Terutama untuk pembentukan protein

Fungsi Seng (Zn)— Pembentukan hormon tumbuh— Katalis pembentukan protein— Pematangan biji

Fungsi Besi (Fe)— Pembentukan khlorofil— Oksidasi reduksi dalam pernafasan— Penyusunan enzim dan protein

Fungsi Tembaga (Cu)— Katalis pernafasan— Penyusun enzim— Pembentukan khlorofil— Metabolisme karbohidrat dan protein

Fungsi Boron (B)— Pembentukan protein

Page 46: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 37

— Metabolisme nitrogen dan karbohidrat— Perkembangan akar— Pembentukan buah dan biji

Fungsi Mangan (Mn)— Metabolisme nitrogen dan asam anorganik— Fotosintesis (asimilasi CO2)— Perombakan karbohidrat — Pembentukan kerotin, riboflarin dan asam askorbat

Fungsi Molibdenum (Mo)— Meningkatkan pengikatan nitrogen oleh bakteri simbiotik— Pembentukan protein

Fungsi Klorin (Cl)— Belum jelas, pertumbuhan akar dan tanaman terhambat kalau tidak

ada Cl

Fungsi Kobalt (Co)— Fiksasi nitrogen oleh bakteri simbiotik— Penyusun vitamin B—12 yang penting untuk pembentukan

hemoglobin pada bintil—bintil akar pengikat nitrogen

4.2.4.3 Keseimbangan Unsur-Unsur HaraAgar tanaman dapat tumbuh baik perlu adanya keseimbangan jumlah

unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut. Beberapa akibat dari ketidakseimbangan tersebut antara lain :

1. Kelebihan Cu atau sulfat akan menghambat penyerapan Mo.2. Terlalu banyak Zn, Mn dan Cu dapat menyebabkan defisiensi Fe.3. Terlalu banyak P dapat menyebabkan kekurangan Zn, Fe dan Cu.4. Terlalu banyak N dapat menyebabkan kekurangan Cu.5. Kelebihan N atau K dapat mempersulit penyerapan Mn.6. Terlalu banyak kapur, menghambat penyimpanan B.7. Kelebihan Fe, Cu dan Zn dapat mengurangi penyerapan Mn.

4.3 Lingkungan BiotikLingkungan biotik seperti mikroba tanah, gulma, hama dan penyakit serta

manusia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mikroba tanah berupa mikrofauna lebih banyak merugikan tanaman, sedangkan mikroflora lebih banyak menguntungkan tanaman, seperti Rhizobium dan Mycorhiza. Demikian juga gulma kehadirannya pada tempat pembudidayaan tanaman dapat mengganggu pertumbuhan

Page 47: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

38 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

dan perkembangan tanaman budidaya tersebut. Oleh karena itu kehadiran gulma tidak diharapkan seperti hama dan penyakit yang sangat merugikan tanaman. Disamping itu manusia sebagai salah satu komponen lingkungan biotik dapat berperan ganda dalam kelestarian lingkungan. Mereka dapat mengembangkan potensinya sebagai konsumen utama secara maksimal dalam memanfaatkan sumber daya alam tanpa memperhatikan kelestarian alam. Hal ini dapat merusak keseimbangan alam sehingga pada akhirnya manusia sendiri yang akan menerima akibatnya. Di pihak lain, manusia juga mempunyai naluri dan kemampuan untuk mengelola sumber daya alam tanpa merusak lingkungan sehingga keseimbangan alam tetap terwujud demi kesejahteraan umat manusia.

4.3.1 Mikroba TanahMikrofaunaHewan-hewan mikro dalam tanah yang terpenting adalah protozoa dan

nematoda.ProtozoaMerupakan hewan bersel satu yang makan bakteri, sehingga dapat

menghambat daur ulang (recycling) unsur-unsur hara, ataupun menghambat berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri. Ada tiga jenis protozoa yaitu amoeba, Flagelata dan Ciliata.

NematodaHewan ini adalah cacing yang sangat kecil (mikroskopik), seperti benang

(nema = benang), tidak berbuku-buku. Berdasar atas jenis makanannya nematoda dibedakan menjadi : Omnivorous makan sisa-sisa bahan organik, merupakan nematoda yang paling umum ditemukan di tanah; Predaceous - makan hewan-hewan tanah, termasuk nematoda yang lain; Parasitik - merusak akar tanaman. Nematoda parasit dapat menyerang hampir semua jenis tanaman. Masuknya nematoda ke dalam suatu jenis tanaman, memudahkan masuknya penyakit lain ke dalam tanaman tersebut sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar.

MikrofloraMikroflora dalam tanah sangat beranekaragam. Bakteri, fungi,

actinomycetes, dan algae dapat ditemukan pada setiap contoh tanah. Bakteri, fungi dan Actinomycetes membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal pembentukan struktur tanah ini fungi dan Actinomycetes jauh lebih efisien (lebih 17 kali lebih efisien) daripada bakteri, tetapi mempunyai banyak fungsi lain yang bahkan lebih penting daripada tanah.

BakteriDalam garis besarnya bakteri dapat dibedakan menjadi dua kelompok

Page 48: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 39

yaitu bakteri Autotroph dan Heterotroph. Bakteri Autotroph adalah bakteri yang menghasilkan makanannya sendiri dari bahan-bahan organik, misalnya melalui photosintesis. Bakteri Heterotroph adalah bakteri yang mendapatkan makanannya dari bahan organik yang telah ada. Bakteri tersebut selanjutnya dapat dibedakan menjadi :

- Photoautotroph : Energi dari sinar matahari; karbon dari CO2 Udara.

- Photoheterotroph : Energi dari sinar matahari; karbon dari bahan organik.

- Chemoautotroph : Energi dari hasil oksidasi bahan anorganik seperti N, S, Fe; karbon dari CO2 udara

- Chemoheterotroph - Energi dan karbon dari bahan organik.Bakteri Autotroph. Bakteri ini bermanfaat bagi manusia atau

mempengaruhi sifat-sifat tanah sehubungan dengan cara bakteri tersebut untuk mendapatkan energi. Hal ini terutama ditunjukkan oleh bakteri Chemoautotroph yang mendapatkan energi dari oksidasi amonia, nitrit, S, Fe, Mn, H, dan CO (yang juga dapat direduksi oleh bakteri lain). Oksidasi ini mengubah senyawa-senyawa yang kurang bermanfaat menjadi senyawa-senyawa yang lebih bermanfaat dan lebih mudah diserap akar tanaman, seperti nitrit menjadi nitrat, sulfida menjadi sulfat dan sebagainya. Kadang-kadang oksidasi dapat mengubah bentuk senyawa beracun menjadi tidak berbahaya seperti CO menjadi CO2 (juga nitrit adalah senyawa beracun yang cepat dioksidasi menjadi nitrat).

Bakteri autotroph dalam tanah yang terpenting adalah bakteri nitrifikasi yang dapat mengoksidasi amonia → nitrit (oleh Nitrosomonas) dan nitrit → nitrat (oleh Nitrobacter).

BakteriNH

NitrosomanasNO 2 NO 3

-

Nitrobacter

Amonium Nitrit Nitrat( dapat diserap tanaman ) ( beracun,

hanya ada sementara )( dapat diserap tanaman )

Bakteri

Gambar 4.2 Mekanisme nitrifikasi

Nitrifikasi banyak berpengaruh terhadap kualitas lingkungan karena oksidasi dari NH4- yang stabil menjadi NO3- yang mudah larut, dapat menyebabkan pencemaran nitrat pada air tanah. Konsentrasi nitrat yang tinggi dalam air dapat mengganggu kesehatan manusia. Di danau-danau nitrat yang tinggi dapat meningkatkan perkembangan algae akibat proses penyuburan air (eutrophikasi) oleh nitrat. Bakteri nitrifikasi berkembang dengan baik bila:

1. Terdapat bahan organik (protein) yang dapat melapuk menjadi

NH NO2 NO3-

Page 49: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

40 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

amonia atau terdapat garam amonia.2. Aerasi baik3. Lembab tetapi tidak basah4. Cukup Ca (tidak terlalu masam)5. Suhu optimum 37°C (minimum 5°C, maksimum 55°C)Beberapa jenis bakteri dapat mengoksidasi ataupun mereduksi karbon

monoksida (CO) yang dilakukan dalam keadaan anaerob. Bila terdapat hidrogen, CO direduksi menjadi metan (CH4). Bakteri oksidasi dan reduksi CO ditemukan pada berbagai jenis tanah.

Reduksi NO3- → N2 gas juga dilakukan bakteri autotroph dalam keadaan anaerob. Jenis bakteri ini yang umum ditemukan adalah Thiobacillus denitrifican.

Sulfur (belerang) juga dapat dioksidasikan menjadi asam sulfat bakteri autotroph genus Thiobacillus antara lain yang paling umum adalah Thiobacillus thiooxodan, Thiobacillus ferroxidan dan lain-lain. Di daerah rawa-rawa yang selalu tergenang air sebaliknya terdapat suatu proses reduksi sulfat menjadi sulfida dengan bantuan bakteri antara lain. Desulfovibrio dan Desulfatomaculum. Proses reduksi sulfat menjadi sulfida ini ditemukan di daerah pantai di mana sulfat dari air laut direduksi menjadi pirit (FeS2) yang sukar larut sehingga terbentuklah tanah dengan bahan sulfidik yang tinggi. Bakteri pereduksi sulfat ini mendapatkan energi dan C dari bahan organik (Chemoheterotroph). Bakteri Heterotroph. Bakteri ini mendapatkan makanannya dari bahan organik. Sebagian besar bakteri tanah termasuk dalam golongan ini. Bakteri heterotroph dalam tanah dapat dibedakan menjadi bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri bukan pengikat N udara. Bakteri pengikat N udara selanjutnya dibedakan menjadi bakteri simbiotik yang hidup bersimbiosa dengan tanaman lain, dan nonsimbiotik yang hidup bebas dalam tanah. Bakteri bukan pengikat N udara adalah jenis bakteri heterotroph yang paling banyak ditemukan dalam tanah. Bakteri inilah yang paling bertanggung jawab dalam dekomposisi bahan organik.

Bakteri simbiotik. Adalah bakteri pengikat N udara yang hidup bersimbiosa dalam bintil-bintil akar tanaman leguminosa. Tanaman menyediakan makanan dan bahan organik untuk bakteri, sedang tanaman mendapat N yang diikat dari udara oleh bakteri yang digunakan untuk membentuk protein dibadannya. Karena umur suatu bakteri hanya beberapa jam, maka setiap saat banyak bakteri yang mati, yang kemudian mengalami dekomposisi sehingga terbentuk NH4 dan NO3- yang dapat digunakan oleh tanaman induknya. Jenis bakteri simbiotik yang terpenting adalah Rhisobium yang umumnya hidup bersimbiosa dalam bintil-bintil akar tanaman Leguminosa. Untuk meningkatkan jumlah bakteri simbiotik di dalam tanah maka sering pada biji-biji yang akan ditanam ditambahkan isokulan, yaitu suatu bakteri simbiotik yang telah disiapkan dalam bentuk tepung kering.

Page 50: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 41

Bakteri nonsimbiotik. Adalah bakteri pengikat N udara yang hidup bebas di dalam tanah. Pada tanah-tanah yang anerobik ditemukan Clostridium pasteurianum sedang pada tanah-tanah yang tidak tergenang air (aerobik) ditemukan Azobacter chroococum. Clostridium berkembang baik pada tanah dengan drainase buruk, dan masam. Azotobacter lebih banyak ditemukan pada tanah dengan drainase baik dan bereaksi netral. Jumlah N udara yang diikat oleh masing-masing jenis bakteri ini berkisar antara 28 - 56 kg/ha/tahun (Donahue, et al, 1977).

FungiFungi (jamur) dapat dibedakan menjadi yang bersifat parasitik,

saprophitik dan simbiotik. Fungi parasitik adalah yang menyebabkan penyakit tanaman seperti bercak akar kapas (cotton root rot). Fungi saprophitik mendapatkan makanan (energi) dari dekomposisi bahan organik. Fungi simbiotik hidup pada akar-akar tanaman dimana tanaman maupun fungi saling beruntung. Fungi penting dalam tanah terutama dalam penghancuran celulosa dan lignin disamping aktif juga dalam penghancuran bahan mudah hancur seperti gula, pati, protein.

Mycorhiza. Yang berarti jamur akar, adalah asosiasi simbiotik mycelia fungi (bagian vegetatif) dengan akar tanaman tertentu. Mycorhiza membantu tanaman induk menyerap unsur hara tertentu, Mycorhiza dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu Mycorhiza ectotrophic dan Mycorhiza endotropic.

Mycorhiza ectotropic misalnya Agaricales, berkembang (tumbuh) sebagai filamen seperti benang (hyphae) ke dalam akar-akar halus, masuk diantara cell-cell akar (tidak ke dalam sel-sel akar). Fungi ini membantu akar tanaman meningkatkan penyerapan unsur hara dengan meningkatkan luas permukaan akar yang efektif menyerap unsur hara. Jenis-jenis tanaman yang mempunyai Mycorhiza ectotrophic antara lain pinus, oak, elm dan sebagainya.

Mycorhiza endotrophic biasanya anggota dari spesies Phoma dan Phythium. Hyphae dari jamur ini menembus kedalaman cell-cell akar tanaman. Unsur hara dari Mycorhiza yang mati diserap dan digunakan oleh tanaman induk. Beberapa jenis tanaman yang mempunyai Mycorhiza endotrophic antara lain jagung, bawang, strawberry dan lain-lain. Beberapa jenis pohon dan semak dengan Mycorhiza endotrophic misalnya maple, redwood, apel, Azales, Rhododendron, anggrek dan lain-lain. Percobaan di California menunjukkan bahwa Mycorhiza endotrophic dari jamur Glomus fasciculatus dapat meningkatkan penyerapan Zn pada pembibitan peach (sejenis buah-buahan).

Page 51: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

42 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

ActinomycetesActinomycetes secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan

sebagai fungi ataupun sebagai bakteri, tetapi pada akhir-akhir ini oleh beberapa ahli diklasifikasikan sebagai bakteri. Dicirikan oleh mycelia yang bercabang-cabang seperti fungi, tetapi bila mycelia tersebut patah pendek-pendek menjadi seperti bakteri. Actinomycetess dapat memproduksi antibiotik; yang terpenting adalah Streptomycin, Aureomycin, Tetramycin, dan Neomycin meskipun hampir 500 antibiotik telah dapat diisolasi.

Fungsi utama Acitinomycetes dalam tanah adalah dalam dekomposisi bahan organik terutama selulosa dan jenis bahan organik lain yang resisten. Keadaan yang baik untuk perkembangan Actinomycetes adalah; banyak tersedia bahan organik segar, pH tanah netral sampai agak masam, tanah lembab, tetapi lebih tahan kekeringan daripada fungi. Penyakit kentang karena Actinomycetes dapat segera diberantas dengan mempertahankan pH tanah kurang dari 5.2.

Algae (Ganggang)Algae mempunyai chlorophyl dan terdiri dari green algae (ganggang

hijau), blue green algae (ganggang hijau biru), yellow green algae (ganggang hijau kuning) dan Diatomae. Berkembang baik pada tanah lembab dan subur. Beberapa anggota dari blue green algae telah menunjukkan kemampuannya mengikat N udara. Pengikatan N udara terbaik dilakukan pada pH 7.0 - 8.5. Pada tanaman padi sawah yang tergenang, algae membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan menggunakan N dari udara. Di daerah arid blue green algae juga penting dalam meningkatkan kadar N tanah dengan mengikat N dari udara.

VirusBerbeda dengan mikroflora yang lain, virus tidak dapat hidup lama

dalam tanah, mungkin karena diserang oleh enzim-enzim mikroorganisme lain, dan tidak dapat berkembang tanpa induk semang cell hidup. Virus tanah dapat diberantas dengan memberantas pembawa virus tersebut seperti nematoda, fungi dan akar-akar tanaman.

4.3.2. GulmaApa yang disebut dengan GulmaMasalah gulma timbul pada saat suatu jenis tumbuhan atau sekelompok

tumbuhan mulai mengganggu aktivitas manusia baik kesehatannya maupun kesenangannya. Istilah gulma bukanlah istilah yang ilmiah, melainkan istilah yang sederhana yang sudah merupakan milik masyarakat. Masyarakat secara keseluruhan mempunyai konsepsi yang sangat luas akan apa yang dikenal sebagai gulma atau tumbuhan pengganggu. Yang termasuk dalam

Page 52: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 43

kelompok gulma tidak saja tumbuhan yang merugikan manusia dalam beberapa hal, tetapi juga semua tumbuhan yang tidak bermanfaat atau yang belum diketahui manfaatnya. Setiap orang memiliki konsepsi dan definisi yang berbeda tentang gulma.

Untuk menyebut sesuatu jenis tumbuhan sebagai gulma, seseorang memerlukan praduga dan prasangka yang kuat bahwa tumbuhan itu memang benar-benar merugikan. Gulma atau tumbuhan pengganggu dalam bahasa Indonesia yang mempunyai arti negatif, dalam bahasa lainnya juga disebut dengan istilah yang hampir sama yaitu unkrant (Jerman), onkruid (Belanda) mauvaise berbe (Perancis), mala herba (Spanyol), malerbe (Italia), dan zasso (Jepang).

Pada mulanya jenis-jenis tumbuhan yang dianggap sebagai gulma hanya terbatas pada lahan pertanian, tetapi dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya memanfaatkan lahan-lahan lain disekitarnya maka jumlah dan jenisnya meningkat dengan pesat.

Terdapat dua kelompok definisi gulma yang dianggap penting yaitu definisi subjektif dan definisi ekologis.

Definisi SubjektifSeperti yang telah dikemukakan diatas, setiap orang mempunyai

konsepsi dan definisi yang berbeda-beda tentang gulma. Definisi ini sangat dipengaruhi oleh orang yang melihatnya dan bukan berdasarkan sifat-sifat morfologi, bentuk hidup, dan habitat tumbuhan itu sendiri. Beberapa definisi yang termasuk dalam kelompok ini ialah :

— tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia;— semua tumbuhan selain tanaman budidayanya. sebagai contoh selain

tanaman padi disawah yang memang sengaja ditanam, tumbuhan lainnya dianggap gulma;

— tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya;— tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia

baik secara langsung maupun tidak;— tumbuhan yang hidup ditempat yang tidak diinginkan.Masih banyak lagi definisi semacam ini yang dapat dikemukakan dan

semuanya bersifat antroposentris. Adapun definisi gulma yang lebih bersifat umum dalam pelbagai keadaan yaitu :

— gulma adalah semua jenis vegetasi tumbuhan yang menimbulkan gangguan pada lokasi tertentu terhadap tujuan yang diinginkan manusia, dan

— sejenis tumbuhan yang individu-individu sering kali tumbuh pada tempat-tempat dimana mereka menimbulkan kerugian pada manusia.

Page 53: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

44 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Definisi EkologisPakar-pakar ekologi cenderung melihat gulma sebagai tumbuhan yang

mempunyai kemampuan khusus untuk menguasai lahan-lahan yang telah mengalami gangguan manusia. Atau dalam bahasa ilmiahnya “Gulma adalah tumbuhan pioner dari suksesi sekunder terutama pada lahan-lahan pertanian”.

Beberapa jenis gulma lahan pertanian mempunyai sifat sebagai tumbuhan pioner yang dapat dengan cepat menguasai tempat tetapi banyak pula yang tidak mempunyai sifat-sifat ini. Sebaliknya, banyak jenis tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat di atas tetapi sampai saat ini belum menjadi gulma yang dapat menimbulkan gangguan. Oleh karenanya, adalah lebih tepat lagi jika gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktifitas manusia.

Akhir-akhir ini dengan semakin meningkatnya pemahaman akan lingkungan pada masyarakat kita, maka gulma dapat juga didefinisikan sebagai suatu organisme hidup khususnya tumbuhan yang mampu mengubah energi dari arah yang dikehendaki manusia. Pemupukan padi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil panen telah diubah untuk menyuburkan Monochoria vaginalis atau Salvinia molesta.

Pengelompokan GulmaCara yang paling sederhana dan biasa digunakan untuk mengelompokkan

gulma adalah berdasarkan habitatnya. Ada beberapa kelompok gulma yang penting yaitu : agrestal atau segetal, ruderal, gulma padang rumput, gulma air, gulma hutan, dan gulma lingkungan.

Agrestal atau SegetalAsal katanya adalah agros yang berarti pertanian oleh karenanya

agrestal didefinisikan sebagai gulma dilahan pertanian atau ditanah-tanah yang mengalami pengolahan. Termasuk di dalamnya adalah gulma-gulma tanaman pangan, kebun sayur, buah-buahan, dan perkebunan. Setiap daerah pertanaman mempunyai masalah gulma tersendiri. Ada gulma teh, gulma tebu, gulma karet, gulma cokelat, gulma jagung, dan lain-lain. Sesuai dengan cara-cara bercocok tanam, terutama sekali frekuensi dan musim pengolahan tanah, maka akan dijumpai adanya perbedaan tipe bentuk hidup (life-forms) dari gulma dalam satu komunitas. Pada umumnya, semakin sering lahan mengalami pengolahan semakin tinggi persentase tumbuhan semusim yang dijumpai pada komunitas gulma. Di daerah-daerah dengan perbedaan musim dingin yang nyata, waktu tanam mempunyai pengaruh yang jelas terhadap komposisi bentuk hidup dari komunitas gulma. Penanaman pada musim dingin menyebabkan jenis-jenis gulma yang membutuhkan suhu

Page 54: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 45

rendah untuk perkecambahannya akan tumbuh pesat, sedangkan jenis-jenis yang membutuhkan suhu tinggi akan terhambat.

Pada lahan-lahan perkebunan dimana tanahnya jarang sekali mengalami pengolahan mempunyai jenis-jenis gulma menahun yang komposisinya cukup besar dibandingkan dengan gulma semusimnya. Bahkan pada perkebunan yang tidak terpelihara dengan baik sering juga dijumpai jenis-jenis gulma berkayu seperti harendong (Melastoma malabathricum).

Guna kepentingan praktis agrestal biasanya secara sederhana dibagi menjadi gulma semusim dan gulma menahun. Gulma menahun pada umumnya mempunyai daya reproduksi vegetatif yang tinggi, sedangkan gulma semusim daya reproduksinya hanya bergantung pada biji. Pembagian lain dari agrestal ialah menjadi gulma berdaun lebar (dikot) dan gulma berdaun sempit (monokot) yang dibagi lagi menjadi rerumputan (Gramineae) dan teki-tekian (Cyperacea).

RuderalMerupakan tumbuhan yang pada umumnya dijumpai di tempat-tempat

ruderal yang berasal dari bahasa Latin rudus yang artinya sisa-sisa (dalam arti luas). Termasuk didalamnya adalah habitat-habitat tepi jalan, rel kereta api, atap gedung, tepi-tepi kolam/danau/rawa/sungai, tempat pembuangan sampah dan lain-lain. Semua tempat ini mempunyai persamaan yang nyata yaitu telah mengalami gangguan akibat adanya aktifitas manusia. Jenis-jenis gulma yang dijumpai pada habitat-habitat ini sangat bervariasi mulai dari yang sederhana hingga berupa pohon yang tinggi. Keanekaragaman jenis yang terjadi disebabkan adanya perubahan lingkungan yang nyata sejalan dengan waktu dari proses suksesi sekunder pada habitat ruderal ini. Perubahan biasanya diawali dari jenis-jenis yang semusim kemudian berubah menjadi herba menahun dan akhirnya akan didominasi oleh pohon yang berkayu dan cukup tinggi.

Pada habibat ini banyak dijumpai jenis-jenis agrestal, akan tetapi banyak pula dari jenis-jenis yang dapat menguasai daerah ruderal tidak pernah dapat menguasai daerah-daerah pertanian. Beberapa sebab yang mungkin mempengaruhinya adalah :

1. Habitat ruderal lebih menguntungkan karena derajat kompetisi pada awal suksesi tidaklah begitu tinggi jika dibandingkan dengan habitat pertanian dimana jenis-jenis gulma harus mampu bersaing dengan tanaman budidaya yang disebar secara rapat.

2. Beberapa habitat ruderal mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi atau memiliki iklim mikro yang lebih menguntungkan.

3. Beberapa habitat ruderal kadangkala mempunyai kondisi tanah yang tidak menguntungkan sehingga hanya jenis-jenis tertentu yang dapat hidup.

Page 55: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

46 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Gulma Padang RumputGulma ini pada umumnya terdiri dari jenis-jenis gulma menahun.

Gulma didaerah ini didefinisikan sebagai semua jenis tumbuhan yang tidak mempunyai nilai gizi tinggi dan tidak produktif. Definisi lainnya ialah semua tumbuhan yang mempunyai nilai dan pengaruh negatif terhadap ternak atau hasilnya atau didefinisikan sebagai tumbuhan yang tidak dapat dimakan ternak dan beracun, mempunyai nilai kompetisi yang tinggi jika dibandingkan dengan rumput makanan ternaknya.

Gulma AirTumbuhan air dalam keadaan populasi dan tingkat kepadatan yang

tinggi akan menimbulkan masalah terhadap manusia dengan mengganggu aktivitas lalu lintas air, menghambat kelancaran aliran air irigasi, mempercepat pendangkalan, dan lain-lain.

Pada masa kini gulma air telah menimbulkan masalah yang serius di perairan, ini disebabkan :

— Penyuburan air yang disebabkan oleh limbah industri, rumah tangga, dan pertanian menyebabkan peledakan populasi gulma air sehingga untuk pengendaliannya diperlukan biaya yang sangat tinggi;

— Penggunaan pestisida khususnya herbisida telah menyebabkan munculnya gulma-gulma air baru yang sebelumnya tidak menimbulkan masalah di perairan.

Gulma HutanSelain gulma yang dijumpai pada lahan-lahan persemaian pohon yang

dipergunakan untuk peremajaan hutan atau hutan industri yang umumnya terdiri dari jenis agrestal, beberapa jenis tumbuhan hutan yang tidak dikehendaki atau tumbuhan pionir juga sering ditemukan.

Ada enam tipe gulma didaerah perhutanan yaitu :— gulma lahan persemaian yang umumnya terdiri dari gulma semusim,— gulma lahan perhijauan yang umumnya terdiri dari jenis menahun

atau tumbuhan berkayu, — gulma berkayu dari jenis-jenis pionir dan bukan berasal dari daerah

itu,— gulma merambat atau memanjat,— tumbuhan semak atau perdu yang berasal dari hutan alami kemudian

menguasai hutan buatan, dan — jenis-jenis pohon yang berasal dari hutan alami.

Gulma LingkunganGulma lingkungan merupakan jenis-jenis tumbuhan yang agresif, bukan

tumbuhan asli daerah itu (pendatang) yang mampu menguasai vegetasi

Page 56: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 47

alami dan menghambat pertumbuhan jenis-jenis yang asli atau bahkan memusnahkannya. Beberapa contoh diantaranya ialah Eichornia crassipes, Mikania micrantha, Mimosa pigra, dan lain-lain.

Pada umumnya vegetasi alami yang belum mengalami gangguan manusia tidak mudah dikuasai oleh jenis-jenis gulma pendatang ini. Oleh karena itu, habitat-habitat yang telah dikuasai oleh gulma lingkungan dapat dijadikan indikator besar kecilnya derajat gangguan yang telah ditimbulkan oleh manusia.

Mengapa Gulma Tidak Dikehendaki Keberadaannya?Pengaruh negatif gulma terhadap tanaman pertanianPengaruh negatif gulma yang terpenting adalah :— Mempunyai daya kompetisi yang tinggi : alasan yang penting mengapa

gulma dianggap merugikan manusia adalah daya kompetisinya yang tinggi yang dapat menurunkan hasil panen. Kompetisi ini dapat berupa kompetisi akan ruang, air, hara, maupun cahaya.

— Sebagai rumah inang sementara dari penyakit atau parasit tanaman pertanian : banyak penyakit, parasit dan hama yang tidak hanya hidup pada tanaman pertanian tetapi juga pada gulma khususnya yang secara taksonomi erat kaitannya.

— Mengurangi mutu hasil panenan : beberapa bagian dari gulma yang ikut terpanen akan memberikan pengaruh negatif terhadap hasil panenan. Misalnya dapat meracuni, mengotori, menurunkan kemurnian, ataupun memberikan rasa dan bau yang tidak asli.

— Menghambat kelancaran aktifitas pertanian : adanya gulma dalam jumlah populasi yang tinggi akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian misalnya pemupukan, pemanenan dengan alat-alat mekanis, dan lain-lain.

Pengaruh Gulma yang MenguntungkanPengaruh gulma yang menguntungkan adalah : 1. Pengaruh yang menguntungkan terhadap tanah : setiap jenis

tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah yang berbeda-beda. Adanya gulma tidak hanya mempunyai pengaruh kompetisi tetapi juga mempunyai peranan penting didalam menyeimbangkan perbandingan unsur hara yang ada didalam tanah. Jenis gulma yang mempunyai perakaran yang dalam (pada beberapa jenis sampai beberapa meter didalamnya) mampu memompa hara dari lapisan tanah yang dalam ke permukaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman budidaya yang pada umumnya mempunyai perakaran yang dangkal. Adanya gulma juga dapat menciptakan lingkungan mikro yang menguntungkan bagi

Page 57: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

48 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

jasad renik tanah. 2. Pengaruh yang paling menguntungkan secara nyata dari adanya

gulma khususnya di daerah dengan curah hujan yang tinggi adalah perlindungan tanah dari bahaya erosi. Tanaman jagung misalnya mempunyai kemampuan menahan dan mengikat partikel tanah yang sangat kecil sehingga di daerah-daerah dengan kemiringan lereng yang tinggi, kebun jagung akan menyebabkan erosi yang cukup berat. Sebaliknya Digitaria spp. dapat memberi perlindungan yang baik karena perakarannya luas dan dapat mengikat tanah dengan kuat.

3. Pengaruhnya terhadap populasi jasad penggangu : beberapa jenis parasit tanaman lebih menyukai hidup pada gulma dan akan menyerang tanaman budidaya jika tanaman budidayanya tidak ada. Gulma juga memberikan habitat yang menguntungkan bagi pemangsa jasad pengganggu. Oleh karena itu, pengendalian gulma secara total tidaklah dianjurkan.

4. Pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman budidaya: pada ekosistem pertanian semua organisma yang ada termasuk petani, sapi, dan kerbau peliharaannya serta benda-benda anorganik berada dalam keadaan saling berinteraksi yang terus menerus. Pengaruh gangguan yang cukup serius terhadap ekosistem ini, misalnya dengan mengendalikan semua jenis gulma yang ada dan penggunaan herbisida yang berlebihan akan menyebabkan keseimbangan alami akan terganggu dan menimbulkan akibat yang merugikan bagi petaninya sendiri.

5. Pengaruh yang menguntungkan bagi pertanian : komunitas gulma yang terjadi akibat penggunaan herbisida yang ekstensif selama bertahun-tahun adalah miskin akan jumlah jenis tetapi kaya dalam jumlah individu dari setiap jenisnya. Dengan semakin meningkatnya daya toleransi dari jenis ini terhadap suatu herbisida dan banyaknya individu per m2, maka tingkat kompetisi yang sangat tinggi akan terjadi lagi pada tanaman budidayanya, oleh karena itu dari sudut pandang ekologi lebih praktis dan logis jika tujuan pengendalian gulma adalah untuk menciptakan populasi gulma yang kaya akan jenis tetapi miskin akan jumlah individunya sehingga mudah untuk dikendalikan secara mekanis dan rotasi tanaman. Dengan perkataan lain bukan eradikasi total tetapi lebih merupakan pengelolaan populasi gulma kearah jenis-jenis yang tidak berbahaya. Banyak jenis gulma yang mempunyai hubungan erat dengan tanaman budidayanya sehingga dapat digunakan untuk persilangan guna mendapatkan jenis-jenis tanaman yang lebih tahan akan penyakit, hama maupun kondisi yang tidak menguntungkan.

Page 58: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 49

Penyebaran Global dan Pentingnya GulmaDari sekitar 200.000 atau lebih jenis tumbuhan yang ada dipermukaan

bumi, hanya sekitar 250 jenis yang secara luas dapat dikatakan sebagai gulma yang berbahaya. Ini merupakan hanya 0,1% dari semua takson tumbuhan yang ada. Holm (1978) menyusun 250 jenis ini berdasarkan familinya, dan beberapa diantaranya yang penting disajikan pada Tabel 4.4. Dari tabel ini ditemukan bahwa hampir semua jenis tumbuhan yang dianggap sebagai gulma berbahaya mengelompok hanya kedalam beberapa famili saja. Sekitar 70% dari jenis-jenis gulma ini masuk kedalam 12 famili dan sekitar 40% termasuk kedalam 2 famili saja yaitu Gramineae dan Compositae. Apakah ini berarti bahwa sebagian besar dari gulma yang ada mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat erat? Demikian pula halnya apakah ada kaitannya antara gulma dengan tanaman pangannya yang kita tanam? Dalam Tabel 4.4 diperlihatkan jenis-jenis tanaman pangan yang paling dibutuhkan oleh manusia. Kedua belas jenis tanaman pangan ini memberikan hasil yang dapat mencukupi sekitar 75% dari semua kebutuhan makanan didunia. Jenis-jenis ini termasuk kedalam lima famili saja dan famili-famili ini juga merupakan yang memiliki jumlah jenis gulma yang terbanyak. Ini menunjukkan bahwa beberapa jenis tanaman pangan dan gulma mempunyai ciri-ciri taksonomis, evolusi, dan asal yang sama.

Tabel 4.4 Beberapa famili tumbuhan penting yang merupakan gulma berbahaya di dunia.

No Famili Jumlah Jenis yang merupakan gulma

1. Gramineae 44 37%2. Compositae 32 43%3. Cyperaceae 124. Polygonaceae 85. Amaranthaceae 76. Cruciferae 77. Leguminosae 6 68%8. Convolvulaceae 59. Euvhorbiaceae 510. Chenovodiaceae 411. Malvaceae 412. Solanaceae 4

Page 59: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

50 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Telah banyak diketahui bahwa beberapa jenis gulma dan tanaman pangan tumbuh dalam satu habitat yang sama. Contohnya, Echinochloa crussgalli atau jajagoan senantiasa tumbuh pada habitat dimana padi sawah tumbuh dan merupakan gulma yang paling penting pada jenis pertanaman ini. Demikian juga misalnya Portulaca oleraceae yang selalu ditemukan pada tanaman bawang merah di daerah tegal. Dalam keadaan seperti ini gulma telah mengalami adaptasi dengan keadaan lingkungan dan cara-cara bercocok tanam bagi tanaman pangannya sehingga pertumbuhan dan reproduksi dari jenis-jenis gulma ini masanya hampir bersamaan dengan yang dimiliki tanaman pangannya.

Klasifikasi Gulma Berdasarkan Daur HidupSeperti yang telah dikemukakan terdahulu, maka gulma dapat

dikelompokkan ke dalam beberapa sistem klasifikasi. Ada yang berdasarkan tempat dimana gulma itu tumbuh atau habitatnya (sawah, hutan, kebun, perairan, dan lain-lain), tingkat kerugian yang ditimbulkan ataupun berdasarkan mudah atau tidaknya pengendalian dilakukan. Gulma dapat juga diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat morfologinya yaitu gulma berdaun lebar untuk tumbuhan dikot dan gulma berdaun sempit untuk tumbuhan monokot khususnya jenis rumput dan teki. Metode klasifikasi yang umum digunakan adalah yang berdasarkan daur hidup gulmanya. Panjang umur, musim pertumbuhan, dan waktu serta cara berkembang biak merupakan data-data yang digunakan untuk pengelompokan secara ini.

Gulma Semusim Merupakan gulma yang mempunyai daur hidup hanya satu tahun atau

kurang dari mulai perkecambahan biji hingga dapat menghasilkan biji lagi. Gulma semusim dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu semusim dingin (winter annuals) dan semusim panas (summer annuals). Gulma semusim panas akan berkecambah dimusim semi, menghasilkan biji dan kemudian mati pada musim panas dari tahun yang sama. Gulma semusim merupakan kelompok yang paling banyak dari jenis-jenis gulma yang kita ketahui dalam persaingannya dengan tanaman pangan yang semusim.

Tabel 4.5 Famili tumbuhan dari jenis-jenis tanaman pangan terpenting di dunia.

No Famili Jenis tanaman pangan1. Gramineae Jagung, padi, sorghum, gandum,

tebu, milet, oat, barlei.2. Solanaceae Kentang3. Convolvulaceae Ubi jalar4. Euphorbiaceae Ubi kayu5. Leguminosae Kacang tanah, kedelai

Page 60: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

IV. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUHAN PAKAN TROPIK 51

Gulma Dua MusimGulma semacam ini dapat hidup lebih dari satu tahun tetapi kurang dari

dua tahun. Pada fase pertumbuhan awal, kecambah biasanya berbentuk roset. Setelah mengalami musim dingin bunga akan terbentuk diikuti pembentukan biji dan kemudian mati. Contohnya Daucos carota, Verbascum thapsum dan Cirsium vulgare.

Gulma Menahun Gulma jenis ini dapat hidup lebih dari dua tahun. Ciri-ciri gulma jenis ini

adalah setiap tahunnya pertumbuhan dimulai dengan perakaran yang sama.Ada beberapa kelompok gulma menahun yaitu :a). herba sederhana yang perbanyakannya hanya dengan biji dan tidak

menghasilkan organ perbanyakan vegetatif,b). herba menjalar yang perbanyakannya dapat dengan biji maupun

dengan alat perbanyakan vegetatif yang dapat berupa akar, stolon, rizoma, tuber dan lain-lain.

c). gulma berkayu yang merupakan jenis gulma yang spesifik dimana batangnya akan mengalami penebalan setiap musimnya dan ditandai dengan peningkatan pertumbuhan lingkaran tahun. Termasuk didalamnya adalah jenis semak dan pohon, dan

d). gulma air yang kebanyakan adalah menahun.

4.3.3 ManusiaKehidupan diplanet kita bermula jauh lebih dulu dari pada kehadiran

manusia. Mental manusia telah membuat dirinya sebagai hewan yang super. Ia adalah konsumen terbesar dan memanfaatkan sumber daya alam dan energi pada tingkat yang mengkhawatirkan. Manusia tidak lebih kuat daripada budak dan terhadap lingkungan tetapi melalui ketrampilan tekniknya, ia mempunyai sampai taraf tertentu mencapai keunggulan terhadap lingkungannya. Ia menciptakan lingkungan yang baik untuk kesejahteraannya dan many a times (kerapkali) dalam bekerja. Ia lupa bahwa ia hanya komponen kecil dari alam dan dari pada mengganggu keseimbangan lingkungan, ia mengundang masalah/kesukaran/ kesusahan. Terdapat ribuan contoh untuk ilustrasi pernyataan ini.

Penebangan hutan, pembangunan jalan-jalan dan dam/bendungan, industri dan urbanisasi, saluran dan pembuangan limbah, pertanian berpindah saluran irigasi, penggunaan herbisida, ledakan atom dan contoh beberapa aktifitas yang merubah lingkungan planet kita secara cepat. Hal tersebut telah diduga bahwa kandungan CO2 dari atmosfir telah meningkat 13% dari nilai normal (0,03%) selama paling sedikit 100 tahun dari pertumbuhan industri. Peningkatan ini telah mempengaruhi persediaan energi dari planet kita dan temperatur dari atmosfir meningkat secara

Page 61: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

52 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

berangsur-angsur, akibatnya mempercepat/memajukan perubahan iklim. Pada daerah-daerah industri, debu, asap, dan uap asam yang menyebabkan masalah polusi berat yang mempengaruhi manusia dalam berbagai cara.

Agar tetap hidup manusia telah dididik untuk pemahaman yang benar tentang lingkungan dan pengelolaan dari sumber daya alam melalui praktek-praktek konservasi yang tepat. Prinsip ekologi diterapkan pada manajemen hutan (pengelolaan hutan), padang rumput, tanah dan pengelolaan sumber air dibeberapa negara berkembang. Namun demikian pada tempat yang mempunyai masalah serius telah meningkat karena laju industrialisasi dan eksploitasi sumberdaya alam.

Masalah-masalah ini adalah masalah global dari alam yang mengganggu keseimbangan lingkungan. Negara-negara berkembang memerlukan pendidikan bagi generasi mudanya dan pengelolaannya dalam seni konservasi dan sumber daya alam melalui pemahaman yang benar dari prinsip-prinsip ekologi. Ekologi adalah ilmu pengetahuan sehari-hari dan manusia sebagai jagoan konsumen dari sumber daya alam harus terdidik secara tepat/benar untuk memahami dampak daripada perubahan lingkungan dan menghabiskan sumber daya alam pada kemajuan masa depannya.

Page 62: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

V. TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI 53

VTUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK

DI PROVINSI BALI

5.1 Pengembangan Hijauan di Provinsi BaliKegiatan pengembangan hijauan pakan di Provinsi Bali diarahkan untuk

meningkatkan ketersediaan hijauan, meningkatkan kualitas hijauan serta optimalisasi pemanfaatan lahan. Pemerintah memberikan bantuan berupa program perluasan areal kebun hijauan, penyediaan sarana dan prasarana termasuk perbaikan jalan dan pengadaan embung untuk meningkatkan ketersediaan hijauan. Kegiatan perluasan areal serta optimasi lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak dilksanakan di seluruh kabupaten/kota di Bali. Berkaitan dengan program pengadaan tanaman pakan ternak, beberapa kelompok petani peternak yang tersebar di seluruh Bali diberikan bantuan bibit tanaman pakan seperti stek rumput, bibit gamal, bibit indigofera disertai dengan pemberian kompos dan peebaikan tata kelola air.

Luas lahan berdasarkan atas jenis penggunaannya sangat bervariasi dan didominasi oleh jenis penggunaan lahan Kebun/pekebunan sebesar 171.951, 661 ha dan yang paling kecil adalah luas penggunaan lahan untuk sawah tadah hujan (Gambar 5.1). Data ini menunjukkan bahwa pengembangan

Gambar 5.1. Luas lahan potensial (ha) untuk pengembangan HMT sesuai jenis penggunaan lahan

Page 63: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

54 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

tanaman pakan sangat potensial diarahkan untuk diintegrasikan dengan tanaman perkebunan.

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Tipe Iklim Schmidt-Ferguson luasan lahan pada masing-masing tipe iklim adalah seperti terlihat pada Gambar 5.2. Daerah dengan tipe iklim C terluas (171.496,530 ha sedangkan yang paling kecil adalah daerah dengan tipe iklim F seluas 20.575, 846.

Pembagian daerah iklim tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:Iklim B: 9 bulan basah dan 3 bulan keringIklim C: 7 bulan basah dan 5 bulan keringIklim D: 6 bulan basah dan 6 bulan keringIklim E: 5 bulan basah dan 7 bulan keringIklim F: 4 bulan basah dan 8 bulan kering

Tabel 5.1 Luas Unit Lahan Sesuai dengan Jenis Tanah.Jenis Tanah Luas lahan (ha)

Aluvial Coklat Kelabu 13.947,36 Aluvial Hidromorf 1.366,34 Andosol Coklat Kelabu 16.184,25 Latosol Coklat dan Litosol 69.745,22 Latosol Coklat Kekuningan 85.783,85 Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol 12.819,69 Mediteran Coklat 1.898,89 Mediteran Coklat Kemerahan 19.009,97 Regosol Coklat 25.036,72 Regosol Coklat Kekuningan 37.465,63 Regosol Coklat Kelabu 21.154,03 Regosol Humus 36.483,21 Regosol Kelabu 43.096,47

Gambar: 5.2 Luas Total Unit Lahan (ha) Sesuai dengan Tipe Iklim

Page 64: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

V. TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI 55

5.2 Produksi Pastura AlamiahHasil produksi pastura alamiah di Provinsi Bali adalah 21,44 g DM m-2

atau 214,41 kg DM ha-1. Dari produksi tersebut sebesar 20,99% komposisi botaninya di dominasi oleh rumput Paspalum conjugatum dan legume Desmodium triflorium sebesar 1,04%. Terdapat 61 spesies tanaman pakan yang menyusun pasture alami dan kesemua spesies tersebut sangat digemari oleh peternak sebagai sumber pakan terutama untuk ternak yang digembalakan. Data spesies pastura alamiah diambil pada lahan tegalan, kebun dan perkebunan, pematang sawah irigasi, dan sawah tadah hujan. Produksi pasture sangat dipengaruhi oleh tipologi dan tataguna lahan serta kondisi klimatologis yang ada di kawasan tersebut.

Tabel 5.2 Hasil Hijauan Pastura pada Berbagai pola Penggunaan Lahan

No Jenis Tanaman Hijauan kg DM ha-1

Persentase DM (%)

Komposisi Botani (%)

1 Ageratum conyzoides 83,500 12,53 0,642 Alysicarpus vaginalis 46,302 27,24 0,353 Arthraxon hispidus 107,362 23,20 0,824 Arundinaria pusilla 110,000 27,50 0,845 Asystasia gangetica 187,000 20,78 1,436 Axonopus compressus 368,116 18,23 2,817 Bhachiaria reptans 155,000 17,06 1,198 Botriochloa ischaenum 440,333 21,71 3,379 Brachiaria reptans 38,000 13,82 0,2910 Calopogonium muconoides 22,552 28,19 0,1711 Centrosema pubescens 49,111 17,97 0,3812 Chloris barbata 274,000 24,36 2,0913 Commelina diffusa 77,455 12,48 0,5914 Crotalari anagiroides 51,600 32,25 0,3915 Crotalaria juncea 168,200 32,35 1,2916 Cynodon dactylon 413,165 32,05 3,1617 Cyperus rotundus 35,755 19,33 0,2718 Cyrtococcum patens A. Camus 95,000 19,00 0,7319 Dactyloctenium aegyptium 48,000 13,33 0,3720 Desmanthus virgatus 8,000 20,00 0,0621 Desmodium sp 172,000 21,50 1,3222 Desmodium triflorium 41,034 25,15 0,3123 Digitaria sanguinalis 400,707 22,18 3,0624 Diplazium esculentum 20,000 22,22 0,1525 Echinochloa colona 317,667 17,11 2,4326 Eleucine indica 95,890 23,77 0,7327 Eragrotis amabilis 102,400 30,30 0,78

Page 65: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

56 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

28 Ficus montana 682,190 28,19 5,2229 Heteropogon contortus 1388,416 41,82 10,6230 Hyparrhenia rufa 930,000 22,79 7,1131 Imperata cylindrica 155,885 19,48 1,1932 Ipomoea batatas 34,900 10,26 0,2733 Ipomoea reptans 24,000 10,75 0,1834 Ischaenum timorensis 212,667 28,55 1,6335 Killinga monocephala 54,399 23,55 0,4236 Leptochloa chinensis 329,250 26,71 2,5237 Lersia hexandra 234,103 27,33 1,7938 Leucaena leucocephala 136,750 20,72 1,0539 Marsilia minuta 68,500 31,14 0,5240 Mikania cordata 297,000 28,83 2,2741 Mimosa pudica 34,701 24,79 0,2742 Oplismenus burmannii 45,111 22,68 0,3443 Orysa sativa 127,000 30,73 0,9744 Paederia scandens 21,000 17,50 0,1645 Panicum maximum 64,776 19,63 0,5046 Panicum repens 200,164 21,51 1,5347 Paspalum conjugatum 725,705 38,63 5,5548 Pennisetum purpureum 232,000 12,63 1,7749 Phaseolus lunatus 363,000 23,27 2,7850 Polytrias amaura 344,001 26,51 2,6351 Portulaca oleracea L 91,055 29,53 0,7052 Pueraria phaseoloides 69,667 17,42 0,5353 Setaria splendida 63,287 27,12 0,4854 Smithia sensitiva 71,000 9,22 0,5455 Sporobolus africanus 69,500 29,57 0,5356 Stachytarpheta jamaicensis 48,553 16,18 0,3757 Stenotaphrum sp 220,250 19,84 1,6858 Synedrella nodiflora 811,000 36,78 6,2059 Themeda arguens 86,250 30,26 0,6660 Urochloa mosambicensis 383,706 31,20 2,9361 Zoysea matrella 531,333 36,48 4,06

Total 13079,27 100,00

5.3 Produksi Kebun Hijauan (Fodder)Pemerintah pusat dan daerah saat ini sangat mendorong untuk selalu

ditingkatkan jumlah dan luasan kebun hijauan terkait dengan pemanfaatan dan perannya dalam meningkatkan produktivitas ternak dan memperkuat manajemen sapi bali sebagai sumber plasma nutfah unggulan. Kebun hijauan umumnya ditanami dengan tanaman untuk menghasilkan hijauan potong seperti rumput gajah, rumput raja, Desmodium rensonii, rumput benggala

Page 66: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

V. TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI 57

dan sebagainya. Pada Tabel 5.3 terlihat bahwa terdapat tujuh spesies pasture budidaya yang diusahakan peternak antara lain: Sorghum bicolor, Panicum maksimum, Pennisetum purpupoides, Pennisetum purpureum Var Thailand, Penniseum purpureum, Setaria splendida, dan Brachiaria decumbens. Akhir-alhir ini peternak di Bali mulai mennam rumput gajah kate yang memiliki produksi tinggi serta sangat disukai ternak.

Sebagai rumput potong produksi hijauannya melebihi produksi pasture yakni sebesar 87,11 g DM m-1 atau sebanyak 871,12 kg DM ha-1. Produksi hijauan tersebut sangat mendukung peningkatan populasi ternak ruminansia di Provinsi Bali. Dari beberapa spesies tanaman pakan budidaya, rumput gajah dann rumput gajah cv Thayland memberikan kontribusi tertinggi yakni sebanyak 21,81% dan 20,78%.

Tabel 5.3 Tanaman Pakan yang Ditanam di Kebun Hijauan Pakan

No Jenis Tanaman Hijauan kg DM ha-1

Persentase DM (%)

Komposisi Botani (%)

1 Brachiaria decumbens 2295,00 25,90 37,642 Panicum maksimum 180,00 31,03 2,953 King Grass 1202,76 19,62 19,724 Pennisetum purpureum

Var Thailand635,67 10,95 10,42

5 Penniseum purpureum 360,71 13,58 5,926 Setaria splendida 842,50 6,71 13,827 Sorghum bicolor 581,22 22,27 9,53

Total 6097,86 100,00

5.4 Produksi Hijauan Semak Didukung oleh sekitar 24 spesies tanaman pakan semak, maka produksi

hijauannya cukup tinggi dan hampir mendekati produksi hijauan tanaman pakan budidaya untuk hijauan potong. Produksi semak dapat mencapai 0,89 kg DM pohon-1. Beragamnya jenis semak sebagai sumber pakan dapat meningkatkan kualitas hijauan pakan. Kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) merupakan jenis semak yang paling banyak ditemukan di lapangan yakni sebesar 39% kemudian diikuti oleh tanaman lamtoro dan kaliandra putih dengan kontribusi 18,49% dan 22,65%.

5.5 Produksi Hijauan PohonDi Bali terdapat berbagai jenis pepohonan yang menghasilkan hijauan

dan sangat beranfaat untuk pengembangan ternak ruminansia. Hasil hijauan pohon dapat mencapai 2,10 kg DM pohon-1 setiap defoliasi (Tabel 5.5). Pohon nangka yang lebat memberikan kontribusi yang tinggi, sedangkan tanaman pohon lainnya memberikan kontribusi yang lebih sedikit. Jika

Page 67: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

58 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Tabel 5.4 Profil Hijauan Semak di Provinsi Bali

No Jenis Tanaman Hijauan kg DM ha-1

Persentase DM (%)

Komposisi Botani (%)

1 Acasia vilosa 51,00 18,29 12,332 Alternanthera sessilis (L) DC 2,84 12,91 0,693 Astimesia vulgaris 14,78 24,07 3,574 Asystasia gaujyetica 6,28 20,00 1,525 Calliandra calothyrsus 66,83 30,51 16,166 Chloris barbata 3,12 20,00 0,757 Clotalaria striata/mucronata 13,88 18,91 3,368 Crotalaria usaramoensis 6,14 21,17 1,489 Desmantus virgatus 3,86 35,74 0,9310 Desmodium triflorum 2,64 26,94 0,6411 Ficus montana 11,80 20,00 2,8512 Ficus septica 3,62 14,37 0,8813 Galing-galing 4,42 11,63 1,0714 Indigotera lokal 15,14 24,98 3,6615 Leucaena leucocephala 63,92 47,73 15,4616 Macrophtilium

arthropurpureom5,70 15,00 1,38

17 Mikania cordata 4,72 20,00 1,1418 Mimosa pudica 3,56 24,38 0,8619 Moringa oleifera Lamk 5,56 21,55 1,3420 Phaseolus lunatus 7,36 20,00 1,7821 Portulaca oleracea L 2,34 16,25 0,5722 Sesbania grandiflora 37,08 9,52 8,9723 Stachytarpheta jamaicensis 0,30 12,50 0,0724 Zapoteca tetragona 76,66 33,90 18,54

Total 413,55 100,00

Tabel 5.5 Profil Hasil Hijauan Pohon

No. Jenis tanaman Hijauan kg DM pohon-1

Persentase DM (%)

Komposisi Botani (%)

1 Albizia lebbeck 45,9 26,61 4,372 Artocarpus integra Merr 859,6 37,84 81,903 Azadirachta indica Juss 65,2 23,86 6,214 Debelgia satifolia Roxb 1,3 18,77 0,125 Erythrina lithosperma Miq 47,0 38,97 4,486 Gliricidia sepium 14,0 35,21 1,337 Gmelina arborea 4,6 22,03 0,438 Hibiscus tiliaceus 3,2 21,40 0,309 Lanea coramandelica 3,1 30,95 0,3010 Zyziphus mauriflora 5,6 36,39 0,54

Total 1049,53 100,00

Page 68: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

V. TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI 59

dilihat efektivitasnya tanaman pohon seperti gamal memberikan kontribusi yang besar yakni sebesar 30,48%. Tanaman gamal terdapat di berbagai daerah dan di semua tipologi iklim. Gamal sangat efektif memanfaatkan air dan unsur hara sehingga gamal bisa tumbuh dimana-mana.

5.6 Produksi Integrasi Tanaman PakanPerluasann areal tanaman pakan yang diusahakan adalah melalui peman-

faatanlahan-lahan kosong yang umumnya diintegrasikan dengan tanaman pekebunan, lading, atau pada pematang-pematang sawah. Antusias petani peternak untuk memelihara tanaman pakan cukup besar terlihat dari cara-cara peternak mendpatkan pakan seperti dengan mengadkan kontrak dengan petani sawah. Dalam kontrak tersebut peternak akan membayar kepada petani yang pematang sawahnya dipergunakan untuk penyediaan hijauan pakan.

Integrasi tanaman pakan dengan tanaman perkebunan terbanyak dilakukan pada perkebunan kelapa. Pada Gambar 5.3 terlihat integrasi tanaman pakan terbanyak dilakukan pada perkebunan kelapa, hal tersebut terjadi karena peternak lebih mudah mengelola tanaman pakannya yang biasanya juga ditanami tanaman pangan. Di Desa Seraya Kabupaten Karangasem banyak dijumpai rumput Panikum maximum yang sudah beradaptasi dengan baik di perkebunan kelapa dan lading-ladang masyarakat. Rumput Panikum maximum memiliki peluang yang sangat tinggi untuk dikembangkan di bawah perkebunan kelapa. Rumput Panikum maximum selain mudh dikembangkan, tahan dengan naungan juga memiliki kualitas yang tinggi.

Gambar 5.3 Persentase Integrasi Tanaman Pakan dengan Perkebunan.

Pada Tabel 5.6 terlihat bahwa tanaman pakan ternak sangat baik dikembangkan dalam pola tumpangsari. Panikum maximum mampu memberikan hasil tertinggi yakni 51,1 g DM m-2 kemudian disusul oleh tanaman Brachiaria repens dan Brachiaria decumbens berturut-turut 43,5 g DM m-2 dan 36,6 g DM m-2. Dari kelompok tanaman bukan

Page 69: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

60 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

rumput produksi teringgi dihasilkan oleh Kacang pinto (Arachis pintoi) dn Kebemben (Mikania cordata). Produksi hijauan pada pola integrasi adalah sebesar 151,26 kg DM ha-1.

Kontribusi tanaman pakan terbanyak pada lahan perkebunan atau lahan dengan nungan dari rendah ke sedang adalah rumput Oplismenus burmannii sebesar 31,073% dan Paspalum conyugatum sebesar 16,233%. Kedua tanaman tersebut tidak saja menyukai naungan tetapi juga mampu hidup diberbagai daerah dengan tipologi lahan yang beragam. Menurut pengakuan para peternak Mikania cordata adalah tanaman menjalar yang

Tabel 5.6 Hasil Hijauan Pakan pada Lahan Tumpang Sari

No Jenis tanaman Hijauan kg DM ha-1

Persentase DM (%)

Komposisi Botani (%)

1 Ageratum conyzoides 3,50 7,778 0,082 Arachis pintoi 76,00 15,510 1,673 Arthraxon hispidus 65,50 13,505 1,444 Axonopus compresus 98,25 16,940 2,175 Brachiaria decumbens 366,00 20,678 8,076 Brachiaria reptans 435,00 17,683 9,597 Cassia sp 8,00 13,333 0,188 Centrosema pubescens 19,33 12,889 0,439 Commelina diffusa L 8,25 11,000 0,1810 Cynodon dactylon 204,00 25,185 4,5011 Cyperus rotundus 120,00 41,379 2,6412 Cyrtococcum patens 132,00 19,412 2,9113 Desmodium triflorium 67,71 19,958 1,4914 Dichantium sp 42,00 16,154 0,9315 Digitaria sanguinalis 135,67 21,198 2,9916 Diplazium esculentum 65,00 13,978 1,4317 Eleusin indica 319,00 18,655 7,0318 Hyparrhenia rufa 213,00 18,684 4,6919 Imperata cylindrica 69,00 25,244 1,5220 Ipomoea reptans 22,00 8,462 0,4821 Mikania cordata 51,00 15,814 1,1222 Oplismenus burmannii 175,83 25,985 3,8723 Panicum maximum 511,00 12,586 11,2624 Paspalidium desertorum 259,00 18,768 5,7125 Paspalum conyugatum 265,13 25,160 5,8426 Polytrias amaura 313,67 16,894 6,9127 Pueraria phaseoloides 148,00 17,619 3,2628 Smithia sensitiva 1,00 2,500 0,0229 Stenotaphrum secundatum 309,00 15,685 6,8130 Synedrella nodiflora 35,00 12,069 0,77

Total 4537,84 100,00

Page 70: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

V. TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI 61

baru masuk ke Bali (termasuk Indonesia). Para peternak menemukan tanaman tersebut sekitar tahun 1990. Tanaman tersebut sangat cepat menyebar dan sangat disukai oleh ternak sapi.

5.7 Imbangan Kebutuhan Ternak dengan Ketersediaan Hijauan Pakan

Pola tanam yang berbeda dapat mempengaruhi produksi dan komposisi botani hijauan pakan. Pola tanam yang mengintegrasikan tanaman pakan dengan persawahan atau dalam system pagar di pinggiran kali atau sungai akan memberikan berat segar hijauan yang memiliki komposisi batang dengan hijauan yang hampir seimbang dibandingkan dengan pada kebun hijauan ataupun pada tegal dan perkebunan. Hal tersebut sangat terkait dengan jumlah air yang dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman. Pada Tabel 5.7 terlihat jelas bahwa tanaman herba yang tumbuh pada lahan dengan intensitas curah hujan yang lebih tinggi akan memiliki jumlah berat segar yang lebih tinggi seperti misalnya Pennisetum purpureum dan Setaria splendida.

Tabel 5.7. Komposisi Botani HMT pada Berbagai Pola Tanam

No. Jenis tanaman Pola TanamKomposisi botani

(berat)Batang Daun

1 Penniseum purpureum sistem pagar 106 552 Penniseum purpureum sistem pagar 68 313 Penniseum purpureum Pematang sawah 288 160 4 Setaria splendida Pematang sawah 215 368 5 Penniseum purpureum Pematang sawah 122 145 4 Penniseum purpureum (Thay) Pematang sawah 61 675 Pennisetum purpureum hybrid

Pennisetum typhoidesTegalan 238 150

6 Gliricidea sepium sistem pagar 72 387 Pennisetum purpureum

Var ThailandKebun HMT 907 325

9 Penniseum purpureum Pematang sawah 204 6410 Penniseum purpureum Semak 71 7811 Penniseum purpureum Semak 167 121

Seorang petani peternak di Desa Kubu Karangasem menyewa tegalan yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Kubu yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. Peternak menyewa seharga Rp 1.500.000,00 untuk hamparan tegalan seluas sekitar satu hektar. Rumput alam yang telah tumbuh sebelumnya secara alamiah dibiarkan tetap tumbuh dan diberikan pemupukan. Petani penyewa kemudian memanen rumput tersebut ketika awal musim kemarau sampai musim hujan tiba.

Page 71: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

62 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Gambar 5.4 Rumput Hyperhenia rupa menjadi andalan peternak di Kecamatan Kubu Karangasem.

Produksi hijauan pakan ternak potensial yang ada di Bali bersumber dari hijauan herbasius pada pasture alami sebanyak 13.079,27 kg DM ha1, kebun hijauan pakan sebanyak 6.097,86 kg DM ha-1, tegalan/tumpeng sari sebanyak 4.537,84 kg DM ha-1, pepohonan sebanyak 1.049,53 kg DM ha-1, dan dari semak sebanyak 413,551 kg DM ha-1. Dengan demikian maka jumlah hijauan pakan yang dihasilkan dari berbagai tata guna lahan adalah sebanyak 25.178,05 kg DM ha-1. Luas tata guna lahan keseluruhan adalah 383.991,64 ha namun, yang potensial dikembangkan untuk budidaya tanaman pakan adalah seluas 153.596,66 ha. Dengan demikian produksi hijauan pakan ternak di Bali adalah sebanyak 3.867.263.753,05 kg DM ha-1, atau sebanyak 3.867.263,7530 ton DM ha-1. Jika proper use factor (PUF) dari hijauan pakan di Bali adalah 55% maka produksi hijauan yang tersedia adalah sebanyak 2.126.995,06 ton DM ha-1. Jika kebutuhan ternak akan hijauan pakan sebanyak 1,89 ton per ekor selama 6 bulan atau 3,78 ton per ekor per tahun maka jumlah ternak sapi yang potensial dipelihara sesuai dengan daya dukung lahan di

Gambah 5.5 Populasi Ternak Sapi di Provinsi Bali (Sumber: Data diolah dari buku Bali Membangun Tahun 2018).

Page 72: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

V. TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN DAN BIJI-BIJIAN PAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI 63

Bali adalah sebanyak 562.697,11 animal unit (AU). Populasi ternak sapi di Bali berdasarkan data Bali Membangun tahun 2017 adalah 507.794 AU. Terlihat bahwa masih terdapat surplus ketersediaan hijauan pakan untuk sebanyak 54.903,11 AU.

Daya dukung potensial produksi hijauan pakan ternak untuk kehidupan ternak sapi selama satu tahun dapat diuraikan bahwa, Produksi HMT = 2126995,064 ton, Daya dukung potensial = 562697,1069 AU, sedangkan populasi ternak pada tahun 2017 adalah 507.794 AU, sehingga Imbangan Potensial menjadi 3,78 dan imbangan riilnya menjadi 4,19.

5.8 Produksi Biomassa dan Total KarbonTotal biomasa tumbuhan pakan yang diperoleh dari berbagai tata guna

lahan hijauan herbasius pada pastura alami, kebun hijauan pakan, tegalan/tumpang sari, pepohonan, dan dari semak adalah sebanyak 3.867.263.753,05 ton dan total karbon yang tersimpan adalah sebanyak 1.817.613,96 ton. Anggka produksi biomasa dan total karbon di atas adalah hanya yang bersumber dari tumbuhan pakan saja, apabila semua tata guna lahan ditutupi vegetasi maka produksi biomasa dan total karbon akan menjadi lebih tinggi lagi.

Faktor emisi methan yang dihasilkan oleh ternak sapi daging dari aktivitas sendawa adalah 47 kg CH4 ekor-1 tahun-1 dan feses ternak sebanyak 1 kg ekor-1 tahun-1 atau dikonversi menjadi sebesar 1008 kg CO2eq ekor-1 tahun-1. Dengan jumlah ternak sapi 507.749 ekor pada tahun 2017 tingkat emisi yang dihasilkan dari sub-sektor peternakan adalah 511.856.352,00 kg CO2eq atau 511.856,35 ton CO2eq. Sumber emisi dapat berasal dari sendawa ternak, feses, dan juga urin ternak. Peningkatan populasi ternak akan meningkatkan jumlah pakan yang harus disediakan. Penyediaan pakan

Gambah 5.6 Produksi Hijauan Pakan Ternak di provinsi Bali (Sumber: Data diolah dari buku Bali Membangun Tahun 2018).

Page 73: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

64 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

yang kurang berkualitas akan meningkatkan emisi GRK demikian pula peningkatan populasi ternak akan meningkatkan jumlah emisi GRK dari proses metabolisme dan dekomposisi feses ternak. Data di atas menunjukkan bahwa tumbuhan pakan yang diintegrasikan dengan tata guna lahan saja telah mampu menyerap keseluruhan emisi CO2 yang dihasilkan oleh ternak sapi. Kemampuan tumbuhan pakan yang sangat besar dalam menyerap emisi karbon juga menjadi bagian penting untuk penyerapan karbon dari aktivitas emitter lainnya. Multiguna tumbuhan pakan selayaknya dikembangkan selain untuk meningkatkan produktivitas ternak juga penting dalam upaya mitigasi terhadap perubahan iklim dengan meningkatkan penyerapan CO2 oleh tanaman pakan. Dalam implementasinya kebijakan untuk dapat menjadi Indonesia berswasembada pangan terutama dari produksi daging sapi harus diikuti dengan kebijakan u tuk meningkatkan tutupan vegetasi melalui peningkatan luasan penanaman tanaman pakan ternak.

Page 74: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VI. JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 65

1. Apluda mutica 2. Arthraxon hispidus

3. Axonopus compressus 4. Botriochloa ischaenum

5. Brachiaria paspaloides 6. Brachiaria reptans

VIJENIS-JENIS TUMBUHAN

PENGHASIL HIJAUAN PAKAN

6.1 Tumbuhan Penghasil Hijauan Pakan

Page 75: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

66 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

7. Brachiaria ruzisiensis 8. Cenchrus ciliaris

9. Chloris barbata 10. Coix lachryma

11. Commelina diffusa 12. Crysopogon aciculatus

13. Cynodon dactylon 14. Cyrtococcum patens A. Camus

Page 76: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VI. JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 67

15. Dactyloctenium aegyptium 16. Digitaria didactyla

17. Echinochloa colona (L.) Link 18. Eleucine indica

19. Eragrotis amabilis 20. Heteropogon contortus

21. Hyparrhenia rufa 22. Imperata cylindrica

Page 77: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

68 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

23. Ischaenum timorense 24. Ischaenum aristatum

25. Leptochloa chinensis 26. Lersia hexandra

27. Melinis repens (rose Natal grass) 28. Oplismenus burmannii

29. Orysa sativa 30. Panicum maximum

Page 78: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VI. JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 69

31. Panicum repens 32. Paspalum atratum

33. Paspalum conjugatum 34. Paspalum notatum

35. Pennisetum purpureum 36. Pennisetum purpureum hybrid Pennisetum typhoides

37. Polytrias amaura 38. Prigmitis sp

Page 79: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

70 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

39. Rottboellia coelorachis 40. Saccharum officinarum

41. Saccharum spontaneum 42. Setaria splendida

43. Sorghum bicolor 44. Sporobolus barteroanus

45. Stenotaphrum secundatum 46. Stenotaphrum sp

Page 80: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VI. JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 71

47. Themeda arguens 48. Urochloa mosambicensis

49. Zea mays 50. Zoysea matrella

1. Alysicarpus vaginalis 2. Arachis hypogaea

3. Arachis pintoi 4. Calopogonium muconoides

6.1.2 Keluarga Kacang-Kacangan (Leguminosa)

Page 81: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

72 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

5. Centrosema pubescens 6. Clitoria ternatea

7. Crotalaria juncea 8. Crotalaria Striata/mucronata

9. Crotalaria usaramoensis 10. Desmanthus virgatus

11. Desmodium gangeticum 12. Desmodium rensonii

Page 82: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VI. JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 73

13. Desmodium sp 14. Desmodium triflorium

15. Macrophtilium arthropurpureum 16. Macroptilium lathyroides

17. Mimosa pudica 18. Phaseolus lunatus

19. Phaseolus radiatus 20. Psopocarps tertagonolobus

Page 83: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

74 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

21 Pueraria phaseoloides 22. Stylosanthus guiyanensis

1. Ageratum conyzoides 2. Asystasia gangetica

3. Cayratia trifolia (Galing-galing) 4. Chromolaena odorata

5. Colocasia esculenta (L) 6. Cyperus rotundus

6.1.3 Tanaman Hebasius Nonrumput dan Nonlegum

Page 84: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VI. JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 75

7. Diplazium esculentum 8. Ficus montana (uyah-uyah)

9. Ipomoea batatas 10. Ipomoea reptans

11. Juncaceae 12. Killinga monocephala

13. Manihot utilisima 14. Mikania cordata

Page 85: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

76 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

16. Stachytarpheta jamaicensis

1. Acasia vilosa 2. Cajanus cajan

3. Calliandra calothyrsus 4. Dalbergia latifolia (Sonekeling)

5. Ficus septica 6. Leucaena leucocephala

6.2 Tanaman Semak Penghasil Hijauan Pakan

Page 86: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VI. JENIS-JENIS TUMBUHAN PENGHASIL HIJAUAN PAKAN 77

7. Moringa oleifera Lamk 8. Musa paradisiaca

9. Sesbania grandiflora 10. Zapoteca tetragona

1. Albizia lebbeck 2. Artocarpus integra Merr

3. Azadirachta indica Juss 4. Bauhinia purpurea

6.3 Tanaman Pohon Penghasil Hijauan Pakan

Page 87: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

78 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

5. Erythrina lithosperma Miq 6. Ficus glauca

7. Gliricidia sepium 8. Hibiscus tileaceus

9. Lanea coromandilaca 10. Zyziphus mauriflora

Sumber penghasil hijauan pakan terdiri atas berbagai jenis tanaman yang dapat dikelompokkan atas dasar pemanfaatannya oleh ternak yakni: tanaman pakan untuk ternak yang digembalakan dan tanaman pakan dalam bentuk kebun hijauan. Tanaman pakan juga dapat dikelompokkan atas dasar tinggi atau strata tanaman yakni: tanaman rerumputan (herbasius), semak, dan pohon. Keluarga tumbuhan rumput-rumputan dan kacang-kacangan merupakan komponen komposisi botani hijauan pakan terbanyak kemudian diikuti oleh jenis tanaman penghasil hijauan dari keluarga tumbuhan lainnya.

Page 88: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

PENUTUP 79

Sampai saat ini tumbuhan pakan lokal masih menjadi andalan peternak di Bali yang tingkat kepemilikan sapinya 1 – 4 ekor. Rumput lokal atau sering juga dikenal sebagai rumput alam (native grass) masih terhampar luas di penggembalaan umum, di bawah tanaman perkebunan, pematang sawah, di sekitar saluran irigasi atau lokasi lainnya. Kepemilikan lahan petani peternak di Bali semakin mengecil dengan meningkatnya alih fungsi lahan. Lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai hijauan hijauan pakan (HPT) semakin menyusut dan andaikan masih ada lahan petani yang produktif para petani lebih menyukai untuk bertanam padi atau tanaman pangan lainnya. Ketika musim kemarau petani peternak akan memanfaatkan pepohonansebagai sumber penghaail HPT nya.

Rumput lokal walaupun memiliki produksi yang lebih rendah dari rumput introduksi, namun rumput lokal memiliki kelebihan dalam hal daya adaptasinya yang sangat baik dengan lingkungan, memiliki palatabilitas yang tinggi sehingga sangat disukai oleh ternak. Hasil penelitian oleh Suarna (2018) menunjukkan bahwa beberapa tumbuhan pakan lokal antara lain: Asystasia, Clitoria, dan Phasey bean memiliki kandungan protein dan energi yang sangat tinggi. Tingginya fluktuasi produksi HPT antara musim kemarau dan musim hujan, petani peternak telah melakukan upaya penyimpanan HPT untuk diberikan ternaknya pada saat musim kemarau. Upaya yang biasanya dilakukan peternak adalah dengan mengeringkan rumput yang sudah disabit atau jerami tanaman pangan yang diletakkan pada bale-bale atau diikat di dahan pepohonan.

Setiap tanaman memiliki kemampuan untuk menyerap unsur hara dalam jenis dan jumlah yang berbeda-beda. Perbedaan kandungan nutrisi tersebut akan dapat saling melengkapi apabila dimakan oleh ternak. Semakin beragam komposisi botani HPT akan semakin baik bagi ternak ruminansia. Tentunya petani peternak yang memiliki lahan untuk menanam HPT, akan memilih jenis tanaman pakan unggul untuk meningkatkan produksi dan kualitas produksi ternaknya. Berikut di bawah ini ditampilkan beberapa jenis tumbuhan penghasil hijauan pakan.

Page 89: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

80 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

VII PENUTUP

Keberadaan HPT di Indonesia sejak lama belum mendapatkan perhatian yang serius. Meskipun disadari atau tidak, upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan HPT baik kuantitas ataupun

kualitasnya. Demikian pula halnya dengan ternak non ruminansia, produktivitasnya sangat ditentukan oleh ketersediaan tanaman penghasil biji-bijian pakan ternak. Kelangkaan ketersediaan jagung misalnya akan sangat mempengaruhi produksi ternak unggas akibat meningkatnya harga pakan, dimana jagung merupakan komponen utama penyusun ransum ternak unggas. Menyikapi fenomena di atas sudah selayaknya ke depan sangat diperlukan riset-riset tentang tanaman pakan yang sampai saat ini masih dilaksanaan secara terbatas pada kementerian pertanian dan perguruan tinggi. Apabila potensi daya hasil dan kualitas HPT lokal dapat ditingkatkan maka upaya tersebut merupakan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan peternakan Indonesia.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para petani dan peternak serta para komunitas peduli tumbuhan pakan untuk meningkatkan produktivitas ternaknya serta dapat menjadi inspirasi bagi para peneliti tumbuhan pakan untuk melakukan riset-riset sesuai dengan kompetensinya.

Page 90: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK 81

DAFTAR PUSTAKA

Abberton, M. T., Marshall, A. H., Humphreys, M. W., Macduff, J. H. 2008. Genetic improvement of forage crops for climate change mitigation. Pp. 60-63 in: Rowlinson, P., Steele, M., Nefzaoui, A. (Eds). Proceedings of the Livestock and Global Climate Change Conference, Hammamet, Tunisia, 17-20 May 2008.

Alikodra, H. S. dan Syaukani H.R. 2008. Global Warming: Banjir dan Tragedi Pembalakan Hutan. Nuansa. Bandung.

Andiku . 2009. Mitigasi perubahan iklim dengan pertanian organik dan distribusi lokal http://www.suprememastertv.com/ina (verified 30 September 2009).

Anonymous. 2002. Deklarasi Johannesburg Mengenai Pembangunan Berkelanjutan dan Rencana Pelaksanaan KTT Pembangunan Berkelanjutan. Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri. Jakarta.

Bahar, S., Chalidjah, U. Abduh, dan M. Sariubang. 1999. Pertanaman campuran rumput dan legum untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1: 852-858.

Bapedda Bali. 2007. Laporan Penelitian Model Skenario Dukungan Iptek Unggulan Daerah (Sapi Bali). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana, Denpasar.

Bogdan, A.V. 1977. Tropical pasture and fodder plants (grasses and legumes). Longman, London, New York, p. 15-55.

Brändli, R., T. Kupper, T. Bucheli, J. Mayer, F.X. Stadelmann, J. Tarradellas. 2004. Occurrence and relevance of organic pollutants in compost, digestate and organic residues. Literature review

Brewer, R. 1993 The Science of Ecology. 2nd ed. Saunders College Pub. New York.

Clamphan, W.B. 1973. Natural Ecosystems. MacMillan Publishing Co. Inc. New York.

Clapham W.B, Jr. 1973. Natural Ecosystems. Macmillan Publishing Co, Inc, New York.

Damayani, M. 1993. Usaha perbaikan beberapa sifat kimia ultisol, serapan hara dan hasil kedelai (Glycine max L.Merr) dengan pemberian kapur

Page 91: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

82 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

dan kascing . Tesis Magister. Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 56 halaman.

Davies, W.J. , J. Metcalfe, T.A.Lodge, and Alexandra R. da Costa. 1986. Plant growth substances and the regulation of growth under drought. Aust. J. Plant Physiol. 13:105-125.

Disnak Tabanan. 2007. Laporan Investigasi dan Desain Perluasan Areal Kebun Hijauan Makanan Ternak. Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan, Tabanan.

Distan Bali. 2010. Kegiatan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) di Provinsi Bali. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Denpasar.

Distan Bali. 2010. Kegiatan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) di Provinsi Bali. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Denpasar.

Djuarnani,N., Kristian, dan B.S. Setiawan. 2006. Cara cepat membuat kompos. Agromedia Pustaka.

Ella, A., S. Yahya, dan S. Harjosoewignjo. 1999. Pola tanam tumpangsari jagung dengan leguminosa: Suatu alternatif dalam rangka meningkatkan ketersediaan hijauan pakan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1: 846-851.

Gaga, I.B.P, I G. Mahardika, I W. Suarna, dan D.N. Suprapta. 2007. Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Melalui Peningkatan Kualitas Ransum Berbasis Bahan Pakan Lokal. Laporan Penelitian. Bappeda Provinsi Bali.

Ginantra, I K., I W. Suarna, I W. Kasa and D. Ismail. 2017. Consumption and Digestibility of the Ration by Timor Deer (Cervus timorensis Blainville) to Forage the Composition Grass, Forbs and Woody Plants. Journal of Biological and Chemical Research. Volume 34 (1) 29-41

Goeswono Soepardi. 1983. Sifat dan ciri tanah. IPB, Bogor, halaman. 85-449.Gray, K.R. and A.J. Biddlestone. 1974. Decomposition of Urban Waste. In

C.H. Dickinson, and G.J.F. Pugh. p. 743-775 . (Ed.) Biology of Plant Litter Decomposition. Vol.2. Academic Press. London and New York.

Harjadi, M.M.S.S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Jakarta.Herawati, T. 2012. Refleksi Sosial Dari Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca Pada

Sektor Peternakan Di Indonesia. Wartazoa, vol 21 No.1.Horne, P.M. dan W.W. Stür. 1999. Developing forage technologies with

smallholder farmers: how to select the best varieties to offer farmers in Southeast Asia. ACIAR and CIAT, ACIAR Monograph No. 62.

Humphreys, L.R. 1987. Tropical Pastures and Fodder Crops. Longman Group Ltd. England.

Humphreys, L.R. 1987. Tropical pastures and fodder crops: IntermediateTropical Agriculture Series. Longman, Singapore.

Hutton, E.M. 1978. Problems and succesess of legume-grass pastures, especially in Tropical Latin America. p. 81-93 In: P.A. Sanchez, and

Page 92: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

DAFTAR PUSTAKA 83

L.E.Tergas (ed.) Pasture production in acid soils of the tropics. Proc. Seminar, CIAT, Cali, Colombia.

Iman Santosa, I., R.A. Sugardiman, A. Wibowo,S. Rachman, A.Tosiani, I. W.S. Darmawan, M. Lugina, F. Agus, Ai Dariah, M. Prihasto, Setyanto, M. Arianti, Wiharjaka, A. Hervani, A.Pramono, Y. Widiawati, W. Puastuti, D. Yullistiani, A. Meilani, S. Dewi, F. Johanna, D. H. A. Ekadinata, F. Suryaningrum, Y. C.Wulan. 2014. Pedoman Teknis Penghitungan Baseline Emisi Dan Serapan Gas Rumah Kaca Sektor Berbasis Lahan. Buku I: Landasan Ilmiah. Bappenas, Jakarta

IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Prepared by The National Greenhouse Gas Inventories Programme, In Eggleston H.S., Buendia, L., Miwa, K., Ngara, T. & Tanabe, K. (Eds.). IPCC National Greenhouse Gas Inventory Programme, Published by IGES. Institute for Global Environmental Strategies (IGES), Hayama, Japan

Karsli, M. A. ang Russell, J. R. 2001. Effect of Some Dietary Factors on Ruminal Microbial Protein Synthesis. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 25 (2001) 681-686.

Kartini, Ni Luh. 1997. Efek mikoriza vesikular-arbuskular (MVA) dan pupuk organik kascing terhadap P tersedia tanah, kadar P tanaman, dan hasil bawang putih (Allium sativum L.) pada Inceptisol. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, 136 halaman.

Kartodiharjo, H. dan H. Jhamtani. 2006. Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia. PT Equinok Pub. Jakarta.

Kesumadewi,A.A, I Made Sudana, I Made Adnyana, dan I Wayan Suarna. 2017. The Differences of Some Soil Biological Properties between Forest and Vegetables Cultivated Lands in Candikuning Bali. ICBB Unud Denpasar.

KLH. 2007a. Pedoman pemulihan kerusakan lingkungan melalui penanaman pohon. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta

KLH. 2007b. Rencana aksi nasional dalam menghadapi perubahan iklim. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta

Krebs, C. j. 1972. Ecologi. The experiment analysis of distribution and abundance. Harper & Row, Publisher.

Kunc, F. 1988a. Soil organic matter and humic substances. p. 19-28. In V. Vancura and F. Kunc (ed.). Soil microbial associations: Control of structures and functions. Developments in Agricultural and Managed-Forest Ecology 17. Elsivier, Amsterdam, Oxford, New York.

Kunc, F. 1988b. Mutual relations among microbial processes in soil. p. 301-334. In V. Vancura and F. Kunc (ed.). Soil microbial associations: control of structures and functions. Developments in Agricultural and Managed-Forest Ecology 17. Elsivier, Amsterdam, Oxford, New York.

Page 93: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

84 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Kusuma Diwyanto. 1999. Kebijaksanaan dan strategi penelitian dan pengembangan peternakan menyongsong abad XXI. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 1: 74-85.

Mahardika, I G., N.N. Suryani, N.P. Mariani, I.W. Suarna, M.A.P. Duarsa, dan I.M. Mudita. 2011. Pemanfaatan Limbah Lidah Buaya Sebagai Feed Supplement Pakan Sapi Bali Dalam Upaya Mengurangi Emisi Metan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasonal Tanaman Makanan Ternak Tropik. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.

McKeon, G.M. and Stone, G.S. and Syktus, J.I. and Carter, J.O. and Flood, N.R. and Ahrens, D.G. and Bruget, D.N. and Chilcott, C.R. and Cobon, D.H. and Cowley, R.A. and Crimp, S.J. and Fraser, G.W. and Howden, S.M. and Johnston, P.W. and Ryan, J.G. and Stokes, C.J. and Day, K.A. (2009) Climate change impacts on northern Australian rangeland livestock carrying capacity: a review of issues. Rangeland Journal, 31 (1). pp. 1-29. http://www.publish.csiro.au/ (verified 30 September 2009).

Miller, D.A. 1984. Forages crops. Mc Graw-Hill. Inc. New York, p. 53-60Misra, K.C. 1980. Manual of Plant Ecology. Oxford & IBH Publishing Co.

New Delhi.Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Saunders

Company. London.Orskov, E. R. And Ryle. 1990. Energy Nutrition in Ruminant. Elsevier Applied

Science. London.Partama, I.B.G., W. Suarna, M. Suarna, M.A.P. Duarsa, 1990. Growth and

yield of soybean intercropped with various combination of maize, cassava and peanut. Bulletin Peternakan.

Prawiradiputra, B.R. 2011. Mengatasi Kendala Penelitian Dan Pengembangan Hijauan Pakan Di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasonal Tanaman Makanan Ternak Tropik. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.

Prawiradiputra, B.R. 2013. Tanaman Pakan Ternak Rekayasa Genetik di Indonesia: Status Dan Kemungkinan Perkembangannya. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Pakan. Himpunan Ilmuwan Tumbuhan Pakan Indonesia (HITPI), Denpasar.

Preston, T. R. And E. Murgueitio. 1992. Strategy for Sustainable Livestok Production in The Tropics. Consultorias para el Desarrollo Rural Integrado en el Tropico (CONDRIT) Ltda, Cali, Colombia.

Preston, T. R. and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production Systems With Available Resources in The Tropics and Sub-tropics. Penambul Books Armidale.

Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, S. Yuhaeni, dan P. Suratmini. 1999.

Page 94: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

DAFTAR PUSTAKA 85

Hasil-hasil penelitian tanaman pakan ternak. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 1: 161-169.

Radosevich, S.R. and J.S. Holt. 1984. Weed ecology: Implications for vegetation management. A Wiley-Interscience Publ. New York p: 139-194.

Rowlinson, P and E. Wall. 2009. Adapting livestock management, feeding and breeding systems to climate change. Sustainable Livestock Systems Group, Edinburgh, EH26 0PH.

Salim, E. 2010. Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Sarwono, H. 1989. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.Sastroutomo, S. 1990. Ekologi gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

217 halaman.Shelton, H.M. and W.W. Stur (ed). 1991. Forages For Plantation Crops.

ACIAR Proc. No.32, 168 p.Skerman, P.J. 1977. Tropical forage legume. FAO. Rome, p. 69-89.Soemarwoto, O. 1985. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Djambatan. BandungSoemarwoto,O. 1985. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Djambatan. Soerjani,M, A.Yuwono, dan D.Fardiaz. 2007. Lingkungan Hidup (The

Living Environment): Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan, dan Kelangsungan Pembangunan (Education, Environmental Management, and Sustainable Development). 2nd ed. Yayasan Institut Pendidikan Lingkungan dan Pengembangan Lingkungan (IPPL) Jakarta.

Soetikno, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Suarna, I W. 2007. Etika Lingkungan dalam Raka Dalem, A.A.G., I.N.

Wardi, I W. Suarna, dan I W.S. Adnyana (ed) Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. UPT Penerbit Universitas Udayana. Denpasar.

Suarna, I W. Ni Nyoman Suryani, Dan K. M. Budiasa. Phasey Bean (Macroptilium Lathyroides (L.) Urb.) Legum Lokal Potensial Sebagai Pakan Ternak

Suarna, I W., M.A.P. Duarsa, N.P. Mariani, L.G. Sumardani, dan S.A. Lindawati. 2016. Daya Dukung Hijauan Pakan Dalam Konservasi Sapi Putih Taro. Jurnal Bumi Lestari. 16 (1): 38-43.

Suarna, W. 1995. Koefisien partisi fotosintat. Setaria Splendida Stapf. pada tinggi dan waktu defoliasi yang berbeda. Majalah Ilmiah Peternakan.

Suarna, W. 1996a. Hasil hijauan rumput Brachiaria decumbens pada berbagai dosis pupuk kotoran sapi dan kadar air tanah yang berbeda. Majalah Ilmiah Peternakan.

Page 95: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

86 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Suarna, W. 1996b. The effect of goat manure and soil moisture content on tiller number and leaf yield of Brachiaria decumbens over three growth cycles. Majalah Ilmiah Peternakan.

Suarna, W. 2003. Aplikasi kascing dan sistem tanam sebagai upaya peningkatan produktivitas tanaman pakan yang ramah lingkungan. Jurnal Lingkungan Hidup Bumi Lestari.

Suarna, W. 2004. Teknologi budidaya tanaman pakan ramah lingkungan terhadap kualitas hijauan (studi pemanfaatan pupuk organik kascing dan sistem tanam). Jurnal Bumi Lestari. 4:2 (66-71).

Suarna, W. 2005a. Kembang telang (Clitoria ternatea) tanaman pakan dan penutup tanah. Proc. Lokakarya Tanaman Pakan di IPB, Bogor

Suarna, W. 2005b. Peningkatan produktivitas rumput raja melalui aplikasi teknologi budidaya yang ramah lingkungan. Jurnal Bumi Lestari. 5:1 (23-27).

Suarna, W. 2011. Peran Tanaman Pakan Dalam Mitigasi Dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasonal Tanaman Makanan Ternak Tropik. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.

Suarna, W. dan I K. M. Budiasa. 2016. Pengaruh pupuk organic terhadap produksi dan kualitas hijauan pasture campuran pada lahan kering di desa Sebudi Karangasem. Majalah Ilmiah Peternakan. Vol. 19 No. 3: 125-128.

Suarna, W., N.N. Suryani, I G. Mahardika, A.A.A.S. Trisnadewi, dan K.M.Budiasa . 2017. Penguatan Manajemen Padang Gembala Sapi Putih Taro Upaya Konservasi Plasma Nutfah Asli Pulau Bali. Buletin Udayana Mengabdi. BUM: 31-37

Suarna,W. dan Ni Nyoman Suryani. Potensi Mikania Cordata Sebagai Tumbuhan Pakan Lokal Unggul Provinsi Bali

Suarna,W., Ni Nyoman Suryani, dan K. M. Budiasa. Potensi Dan Adaptasi Tumbuhan Pakan Alysicarpus Vaginalis Di Provinsi Bali

Suarna,W., M. Suarna, M.A.P. Duarsa, I.B.G. Partama, I G. N. Sarka. 1991. Growth and yield of maize intercropped with various combination of cassava, soybean and peanut. Majalah Ilmiah Unud, XVII (28): 85-92.

Sukarji, N.W., W. Suarna, I.B.Gaga Partama, 2006. Produktivitas rumput Stenotaphrum secundatum cv Vanuatu pada berbagai taraf pemupukan nitrogen dalam kondisi ternaung dan tanpa naungan. Majalah Ilmiah Peternakan. 9:1 (16-19).

Surya, L.G. S., Heryani, Nengah Wandia, I. Wayan Suarna and. Ketut Puja . 2016. Morphometric Characteristics of the Taro White Cattle in Bali. Global Veterinaria. 16 (3): 215-218, 2016.

Suryani, N.N., I W Suarna and I G Mahardika. Effects of Mount Agung eruption on botanical composition and nutritive value of ration fed and

Page 96: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK 87

rumen performance of Bali cattle in evacuation zones 1st International Conference on Food and Agriculture 2018. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 207 (2019) 012030

Suryani, N.N., I.W. Suarna, I G. Mahardika, N.P. Mariani, M.A.P. Duarsa, dan I.M. Mudita. 2009. Pemanfaatan Limbah Lidah Buaya Sebagai Feed Supplement (HQFS) untuk Pakan Sapi Bali. Laporan Penelitian. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali.

Suryani, N.N., I Wayan Suarna, Ni Putu Sarini, I Gede Mahardika. 2017. Increasing Energy Ration of Bali Cattle to Improve Digestible Nutrient, Milk Yield and Milk Quality. International Research Journal of Engineering, IT & Scientific Research (IRJEIS). Vol. 3 Issue 1, January 2017, pages: 7~15.

Suryani1, N.N., I W. Suarna, N. P. Sarini, I G. Mahardika, M. A. P. Duarsa. 2017; Pemberian Ransum Berenergi Tinggi Memperbaiki Performans Induk dan Menambah Bobot Lahir Pedet Sapi Bali. Maret 2017. Jurnal Veteriner: Indonesian Veterinary Journal. Vol. 18 No. 1 : 154-159.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Makanan ternak, Fakultas Peternakan, Institute Pertanian Bogor.

‘tMannetje, L. and R.M. Jones. 1992. Plant resources of South-east Asia, Forage. No. 4. Pudoc Sci. Publ. Wageningen, p. 17-22

Trisnadewi, A. A. A. S., N. N. Suryani, I W. Suarna, and I G. L. O. Cakra. 2016. Digestibility and Rumen Fermentation Product of Crossbred Etawah Goat given Calliandra calothyrsus and Gliricidia sepium in Ration. J. Biol. Chem. Research. Vol. 33, No. 2: 662-668.

Trisnadewi, A. A. A. S.. I G. L. O. Cakra, I W. Suarna. 2017. Acidity, Vollatyl Fatty Acid and Digestibility In-Vitro of Corn Straw Silage as Energy Source. International Journal of Environment, Agriculture and Biotechnology (IJEAB). Vol-2, Issue-6, N ov-Dec- 2017

Udayana, I D.G.A. 2007. Satir-Satir Bali: Ungkapan-ungkapan Satiris dalam Kehidupan Sehari-hari Orang Bali. Panakom. Denpasar

Yudiandika, I P., Wayan Suarna, dan I Made Sudarma. 2017. Pengaruh Jumlah Bakteri Methanobacterium dan Lama Fermen-tasi Terhadap Proporsi Gas Metana (Ch4). Ecotrophic, Journal of Environmental Science. Volume 11 No. L Mei 20l7. 29-33.

Yulistiani, D., B. Tiesnamurti, U. Adiati, A. Priyanti, dan H. Setianto. 1999. Optimasi teknologi ternak kambing dan domba sebagai upaya meningkatkan efisiensi usaha. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor, 1: 130-146.

Page 97: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

88 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

Aaberasi 17, 18Acasia vilosa 58, 76Actinomycetes 38, 42adhesi 27adropogon 2, 4Ageratum conyzoides 55, 60, 74Agrostis 29Agroteal 29Air higroskopik 27Air kapiler 27Air Tanah 27Air tersedia 28Albizia lebbeck 58, 77algae 38, 39, 42Alternanthera sessilis (L) DC 58Alysicarpus vaginalis 55, 71Andropogon 4, 28Andropogon gayanus 4Aneuploidy 17Anthoxanthum aristatum 17Apluda mutica 65Arachis hypogaea 71Arachis pintoi 9, 10, 60, 71Arthraxon hispidus 55, 60, 65Artocarpus integra Merr 58, 77Astimesia vulgaris 58Astrebla spp 29Asystasia 55, 58, 74, 79Asystasia gangetica 55, 74Asystasia gaujyetica 58Atmosfer tanah 26Axonopus 9, 29, 31, 55, 60, 65Axonopus compressus 9, 31, 55, 65Azadirachta indica Juss 58, 77Azales 41

BBakteri 26, 33, 38, 39, 40, 41, 87Bauhinia purpurea 77Biothriochloa 28Botriochloa ischaenum 55, 65Brachiaria 4, 9, 29, 55, 57, 59, 60, 65, 66, 85,

86Brachiaria decumbens 4, 9, 57, 59, 60, 85Brachiaria paspaloides 65Brachiaria reptans 55, 60, 65Brachiaria ruzisiensis 66bu�alow gras 2, 4

CCajanus cajan 76Calliandra calothyrsus 57, 58, 76, 87, 93Calliandra calotyrsus 9Calopogonium 9, 10, 55, 71Calopogonium muconoides 9, 55, 71Calopogonium sp 9Cassia sp 60cat clay 32Cayratia trifolia (Galing-galing) 74Cenchrus 4, 29, 66Cenchrus ciliaris 66Cenchrus siliaris 4Centrocema 9, 10Centrocema pubescens 9Centrosema pabescens 31Centrosema pubescens 55, 60, 72chemical cycling 25Chemoautotroph 39Chemoheterotroph 39, 40Chloris barbata 55, 58, 66Cholodny-Went 6Chromolaena odorata 74Clements 13climatic climax 13Clitoria 4, 10, 72, 79, 86Clitoria ternatea 4, 72, 86Coix lachryma 66Colocasia esculenta (L) 74Colopogonium caeruleum 31Commelina di�usa 55, 60, 66Connel 12, 13critical photoperiod 30crossing over 15Crotalaria juncea 55, 72Crotalaria Striata/mucronata 72Crotalaria usaramoensis 58, 72Crysopogon aciculatus 9, 66cut and carry 8Cymbopogon 28Cynodon dactylon 10, 55, 60, 66Cyperacea 45Cyperus rotundus 55, 60, 74Cyrtococcum patens 55, 60, 66Cyrtococcum patens A. Camus 55, 66

DDactyloctenium aegyptium 9, 55, 67Dalbergia latifolia (Sonekeling) 76day-neutral plants 30Defisiensi 15

Indeks

Page 98: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK 89

Desa Kubu Karangasem 61desmanthus 2, 4Desmanthus virgatus 55, 72Desmantus virgatus 4, 58desmodium 2, 4Desmodium gangeticum 72Desmodium ovalifolium 31Desmodium rensonii 56, 72Desmodium sp 55, 73Desmodium triflorium 55, 60, 73Desmodium triflorum 58Desulfatomaculum 40Desulfovibrio 40Devlin 6Dichanthioum 28Dichanthium sericeum 29Dichantium sp 60Digitaria 29, 31, 48, 55, 60, 67Digitaria decumbens cv Transvale 31Digitaria didactyla 67Diplazium esculentum 55, 60, 75Donahue 33, 34, 41Duplikasi 15

EEchinochloa colona (L.) Link 67Egler 13Eichornia crassipes 47Eleucine indica 55, 67Eleusin indica 60Eragosteae 29Eragrotis amabilis 55, 67Erythrina lithosperma Miq 58, 78etiolasi 6Eulalia 28Eupatorium odoratum 8

FFestuceae 29Ficus glauca 78Ficus montana 56, 58, 75Ficus montana (uyah-uyah) 75Ficus septica 58, 76forage-crop 10fotosintesis 6, 27, 30, 33fototropisme 6Fungi 41

GGaling-galing 58, 74gamal 2, 4, 53, 59gamet 14, 15, 16, 17ganggang 42Gibberellin 6Gliricidia sepium 58, 78, 87Gmelina arborea 58, 78gulma 9, 21, 37, 38, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48,

49, 50, 51, 85

HHaploidy 17hay 8Heryawan 5Heteropogon 28, 56, 67Heteropogon contortus 56, 67heterozygote 16Hibiscus tileaceus 78Holm 49homozygote 16HQFS (High Quality Feed Supplement) 4Hyparrhenia 7, 28, 56, 60, 67Hyparrhenia rufa 56, 60, 67

IImperata cylindrica 9, 56, 60, 67indeterminate 30Indigotera 58Inversi 16inversi parasentrik 16Ipomoea batatas 56, 75Ipomoea reptans 56, 60, 75Ischaenum aristatum 68Ischaenum timorense 68Ischaenum timorensis 56isokhromosom 15

JJuncaceae 75Juskiw 5

Kkacang pinto 2, 4, 10, 60kaliandra 2, 4, 57kambing gembrong 1kambing kacang 1Kapasitas Lapang 28Kartadisastra 8kebun koleksi 2, 4kembang telang 2, 4Keragaman Tanaman dan Adaptasi 18khromosom 14, 15, 16, 17, 18, 19Khromosom seks 17Killinga monocephala 56, 75King Grass 57klimaks iklim 13kohesi 23, 27kualitas gen 15

Llamtoro 2, 4, 57Lanea coramandelica 58Lantana tamara 8Leptochloa chinensis 56, 68Lersia hexandra 56, 68Leucaena leucocephala 4, 56, 58, 76lidah buaya 4lingkaran kimia 25

Page 99: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

90 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

lingkungan abiotik 20, 21Lingkungan Abiotik 21lingkungan biotik 20, 21, 38long-day plants 30

MMacrophtilium arthropurpureom 58Macroptilium lathyroides 73Marsilia minuta 56mass flow 34Melastoma malabathricum 45Melinis repens (rose Natal grass) 68Mikania cordata 56, 58, 60, 75Mikania micrantha 47Mikrofauna 38Mikroflora 38Miller 8, 84Mimosa pigra 47Mimosa pudica 56, 58, 73mineralisasi 25moisture tension 28Monochoria vaginalis 44monosomik 17Moringa oleifera Lamk 58, 77Musa paradisiaca 77Mycorhiza 26, 37, 41

NNematoda 38Nitrobacter 39Nitrosomonas 39nullisomik 17

OOdum 11, 84Oplismenus burmannii 56, 60, 68Organisme tanah 26Orysa sativa 56, 68

PPanicum 4, 9, 29, 31, 56, 57, 60, 68, 69Panicum maximum 4, 9, 31, 56, 60, 68Panicum repens 56, 69panikum 2, 4Paspalidium desertorum 60Paspalum 7, 9, 29, 31, 55, 56, 60, 69Paspalum atratum 69Paspalum conjugatum 31, 55, 56, 69Paspalum conyugatum 9, 60Paspalum dilatatum 9Paspalum notatum 7, 9, 69pastura alamiah 55pastura campuran 7Pembiakan Generatif 14Pembiakan Vegetatif 17Pennisetum 29, 56, 57, 61, 69Pennisetum purpupoides 57, 69Pennisetum purpureum 56, 57, 61, 69

Pennisetum purpureum hybrid Pennisetum typhoides 61

Penniseum purpureum 57, 61Perubahan Jumlah Kromosom 16Perubahan Struktur Kromosom 15Phaseolus lunatus 56, 58, 73Phaseolus radiatus 73Phasey bean 79Photoautotroph 39Photoheterotroph 39pH Tanah 31, 32, 33Poa 29Polyploidy 16Polytrias amaura 56, 60, 69Portulaca oleraceae 50Portulaca oleracea L 56, 58Prigmitis sp 69primary succession 12Produksi Hijauan Pohon 57Produksi Hijauan Semak 57protozoa 38Psopocarps tertagonolobus 73Pueraria phaseoloides 56, 60, 74

QQueensland 29

RRhisobium 40Rhizobium 6, 37Rottboellia coelorachis 70ruderal 44, 45Ruderal 45rumput bufel 2, 4rumput gajah 2, 4, 56, 57rumput raja 2, 4, 56, 86

SSaccharum o�icinarum 70Saccharum sehima 28Saccharum spontaneum 70Salvinia molesta 44Sanchez 6, 82sapi putih taro 1Secondary succession 12Segregasi genetik 13sentrosema 2, 4Seraya 59Sesbania grandiflora 4, 58, 77setaria 2, 4Setaria 29, 56, 57, 61, 70, 85Setaria splendida 56, 57, 61, 70short-day plants 30silage 8Simantri 2, 3, 4, 82siratro 2, 4Sirere 7Sistem Pertanian Terintegrasi 3, 82

Page 100: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK 91

Slatyer 13Smithea sensitivita 10Smithia sensitiva 56, 60sorghum 10, 28, 50Sorghum bicolor 57, 70Sporobolus barteroanus 70Stachytarpheta jamaicensis 56, 58, 76stenotaphrum 2, 4Stenotaphrum secundatum 9, 10, 60, 70, 86Stenotaphrum sp 56, 70Stylosanthes guianensis cv Schofeild 31Stylosanthes hamata cv Verano 31stylosanthus 2, 4Stylosanthus guiyanensis 9, 74Stylosanthus humilis 4suksesi 11, 12, 13, 29, 44, 45sungsang 15, 16Supernumerary 17Synedrella nodiflora 56, 60

TTanah mineral 25Tanah organik 24, 25tanaman obat 10tanaman pakan v, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 53, 54, 55,

57, 59, 60, 61, 62, 64, 78, 79, 80, 85, 86tegangan air 28Themeda arguens 56, 71Thiobacillus denitrifican 40Thiobacillus ferroxidan 40Thiobacillus thiooxodan 40

Titik Layu Permanen 28Translokasi 16trisomik 17turi 2, 4

Uunsur hara 21, 27, 28, 32, 33, 34, 35, 37, 38,

41, 47, 59, 79unsur hara esensial 33Upsus Siwab 3Urochloa 4, 29, 56, 71Urochloa mosambicensis 56, 71Urochloa mozambicensis 4urokhloa 2, 4

Vvirus 42Vulpia 29

WWitham 6

ZZapoteca tetragona 58, 77Zea mays 71Zoysea matrella 10, 56, 71zygote 14, 15Zyziphus mauriflora 58, 78

Page 101: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

92 BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

TENTANG PENYUSUN

Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, M.S. adalah dosen pada Fakultas Peternakan dan Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Mantan kepala PPLH (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup) Unud periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2010 ini lahir di Gianyar, tanggal 19 Mei 1959. Pendidikan S3 diselesaikannya di Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 2001, Wayan Suarna juga aktif mengikuti kursus-kursus, seperti: Animal Science Short Course, Undana Kupang (1993), Short Course in Plant Physiology di UNUD (1994) Modeling Lingkungan di Unsri Palembang (1995) Training Pengelolaan Lingkungan Eksekutif di Puspitek Serpong (2004), Asistensi Teknis KLHS (2010), dan TOT Technical Facilitation of Economic Instrument on Environment Management (2011) di Senggigi Lombok Barat.

Pengalaman penelitiannya terutama terkait dengan bidang ilmu tumbuhan pakan, peternakan, dan lingkungan hidup, termasuk penyusunan dokumen kelayakan lingkungan, adaptasi, dan mitigasi terhadap perubahan iklim Hasil penelitian tersebut sebagian telah dipublikasikannya dalam jurnal ilmiah, baik dalam lingkungan UNUD maupun dalam skala nasional dan hasil ini juga telah disosialisasikan dalam ceramah-ceramah ilmiah maupun makalah yang dibawakan dalam berbagai kegiatan seminar dan lokakarya. Kontribusinya dalam penulisan buku tersaji dalam beberapa terbitan antara lain: Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (2007), Perubahan Penggunaan Lahan dan Daya Dukung Lingkungan (2011), Pemetaan Potensi Wilayah dan Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Gianyar (2013), dan Peternakan yang Menekan Pencemaran (2014).

Dalam kegiatan lainnya, Wayan Suarna aktif sebagai Pengurus Pusat Himpunan Ilmuwan Tumbuhan Pakan Indonesia (HITPI), Kepala Puslitbang Tumbuhan Pakan Unud, Anggota Komisi Ahli Pakan Nasional, Anggota Tim Pelepas Varietas Tanaman Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, serta sebagai anggota kelompok ahli Pembangunan Provinsi Bali (Tahun 2003 – 2018). Wayan Suarna dapat dihubungi melalui alamat: Jl. Tjok. Gde Rai, 120, Banjar Kalah, Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali. Telp. (0361) 977090; HP 08179718825; WA: 081238853461; e-mail: [email protected] atau [email protected].

Page 102: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK

BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK 93

Dr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si. lahir di Denpasar, 4 Oktober 1958. Sarjana Peternakan diselesaikannya pada tahun 1983 di Universitas Udayana, sementara Master Ilmu Peternakan ditempuhnya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1992-1994. Meraih gelar doktor di bidang yang sama pada tahun 2012 di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Saat ini menjabat sebagai Kepala Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan.

Banyak penelitian terutama di bidang nutrisi dan pakan ternak ruminansia yang dilakukan sejak mengabdi sebagai dosen di Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Beberapa penelitiannya selain didanai dana Perguruan Tinggi, juga didanai dari Ristekdikti antara lain: Evaluasi Kualitas Nutrisi dan Kecernaan In-Vitro Tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) Berbunga Merah dan Putih, Percepatan Pemenuhan Kebutuhan Daging Nasional Melalui Peningkatan Kualitas Induk dan Pedet sapi Bali selama 3 tahun, dan penelitian tentang Tumbuhan Pakan Lokal Unggul di Provinsi Bali juga didanai selama 3 tahun.

Bappeda Provinsi Bali juga pernah mendanai penelitian tentang Pemanfaatan Limbah Lidah Buaya sebagai High Quality Feed Supplement untuk Pakan Sapi Bali dan saat ini didanai penelitian Peningkatan Kualitas Daging Sapi Bali.

I Ketut Mangku Budiasa, S.Pt., M.Si. Lahir di Karangasem, Bali Tahun 1972. Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Tahun 1996 pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakulas Peternakan Universitas Udayana, dan Magister Tahun 2005 di PS Ilmu Ternak Institut Pertanian Bogor.

Saat ini (Tahun 2019) sedang menempuh pendidikan Strata 3 pada Prodi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Mulai Tahun 1997 berkerja menjadi dosen di Lab. Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Mengampu mata kuliah Agrostologi, Tatalaksana Padang Penggembalaan Tropika, Ekofisiologi Tumbuhan Pakan, dan Evaluasi Pastura.

Banyak melakukan penelitian di bidang tumbuhan pakan pada lahan pasca tambang, dan sistem integrasi ternak pada berbagai jenis penggunaan lahan, serta terknologi pengolahan dan pengawetan hijauan pakan.

Page 103: BIODIVERSITAS TUMBUHAN PAKAN TERNAK