studi tentang praktik higiene, sanitasi lingkungan

17
STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PENDERITA TB BTA POSITIF DAN TB BTA NEGATIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : DAIM ALFIATUN NADHIROH J 410 090 031 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: ngoque

Post on 12-Jan-2017

265 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PENDERITA TB BTA POSITIF

DAN TB BTA NEGATIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

DAIM ALFIATUN NADHIROH J 410 090 031

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Page 2: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

PROGRAM STUDT KESEHATAN MASYRAKATFAKTJLTAS ILMU KESBHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH S URAKARTAA. Ya$i Pab*elan Tm,rnol I Pos Kartas,ura Telp {0271}7X741V $rpakarta SVIW

SURAT PERSETUJUAN ARTTKEL PUBLIKASI TLMIAII

Yang befiaada hngan dibawah ini:Pe"rnbinnbing n

NIK

Pembimbing H

NIK

Nama

NIM

Frograrn S.tudi

Judul Skripsi

Telah rnembaca dsn nrencermati Naskah Artiket Fuhtrilcasi llmiah, yatrg

nnerupakon dngkasan *ripsi dari mahasiswa.

I.{oorA}is Setiyadi" SKM,, MKN(

1043

Farid Setyo Nugroho, SKM

Dairn Alfiatun Nadhiroh

J 410 090 03 I

Kesehatan Masyarakat

Sfildi Te&tarlg Praktik Higiene, Sanimsi Lingkungen dan

Dukungan Kelu*rga Penderiu TB BTA positif den TBBTA negatif di Wilayeh Kerja Puskesrmas Ngemptrak

Kabupaten tsoyotrali

Naskah futikel tersebut, Iayak dan dapet disetqlui unuk dipublikasikan" Demikian

persetujuan ini dibuat selnog& dapat digunakan seperlunya

Pen*birnbing I

Su$ekert& Novemhe.r 20tr3

Pemb,irnbing Itr

N3pr*{Iis Sedyadi. ShdK* MKMNIK. 1043 NIK"

Page 3: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PENDERITA TB BTA POSITIF

DAN TB BTA NEGATIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Oleh:

Daim Alfiatun Nadhiroh

Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162

 Abstrak 

Tuberkolusis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan praktik higiene, sanitasi lingkungan dan dukungan keluarga penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 bertempat di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali. Sampel pada penelitian ini yaitu 8 penderita TB BTA positif dan 8 penderita TB BTA negatif. Model analisis data yaitu fenomenologi menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa praktik higiene, dukungan keluarga dalam PMO, serta sanitasi lingkungan pada luas ventilasi rumah penderita TB BTA positif lebih baik dari pada penderita TB BTA negatif; sanitasi lingkungan pada kepadatan penghuni rumah; jenis lantai rumah, jenis dinding rumah, memenuhi syarat rumah sehat, dan dukungan keluarga dalam pengobatan sudah baik.  

Kata kunci: praktik higiene, sanitasi lingkungan, dukungan keluarga, TB BTA positif dan TB BTA negatif, Kualitatif             

Page 4: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is a kind of desease that is caused by Mycobacterium tuberculosis bacterial infection. This research is aimed to explain the difference between practice of hygiene, sanitation and family support through TB BTA possitive and TB BTA negative patients. This is a qualitative research which is done on September 2013 in Puskesmas Ngemplak’s work area. The data analysis fenomenology by usingtriangulation it is using data source such as documents, archives, interview results and observation results. The result explains that the difference between TB BTA possitive and TB BTA negative patients are on the practice of hygiene especially using mascer and disposing the scutum; and also family support on controlling drugs consuming. There is no difference between TB BTA possitive and negative on sanitation in the house occupant density, kind of floor, kond of wall, wide of ventilation, and family support on drugs consuming.

Keywords: Practice of hygiene, sanitation, famly support, TB BTA possitive and TB BTA negative, qualitative.

 

PENDAHULUAN

Tuberkolusis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui

droplet yang telah terinfeksi basil TB. TB menjadi salah satu penyakit yang

pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs (Millenium

Development Goals). (DKK Boyolali, 2011).

TB masih menjadi masalah kesehatan global yang menyebabkan kesakitan

dan menjadi peringkat kedua sebagai penyebab kematian akibat penyakit menular

di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2011 diperkirakan terjadi hampir 9 juta

kasus baru dan 1,4 juta kematian akibat TB di dunia (WHO, 2012).

Berdasarkan laporan Ditjen PP&PL Kemenkes, memperlihatkan bahwa

prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 13%. Angka prevalensi TB di

Page 5: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

Jawa Tengah yaitu 74,52%, dan angka kesembuhan TB paru (Cure Rate) di Jawa

Tengah sebesar 82,90 % (Kemkes RI, 2011).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2012, angka

prevalensi kasus TB di Kabupateb Boyolali sebesar 3.02%. Kasus TB tertinggi di

Kabupaten Boyolali yaitu kecamatan Ngemplak dengan prevalensi sebesar 2,8%.

Pencapaian angka kesembuhan (Cure Rate) kecamatan Ngemplak tahun 2012

ialah 84,6% dan hampir mencapai angka minimal 85% . CR (Cure Rate)

merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB yang

ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan.

Penemuan kasus TB di puskesmas Ngemplak dari tahun 2010-2012 ialah

80 kasus, terdiri dari BTA negatif 6 penderita, BTA positif 73 penderita. Pada

tahun 2013 terdapat 14 penderita, diantaranya 11 penderita TB BTA positif dan 3

penderita TB BTA negatif.

Dari survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak

Kabupaten Boyolali peneliti mengamati perilaku sehat penderita TB BTA positif

tidak sehat seperti, membuang dahak di sembarang tempat, tidak memakai masker

atau kebiasaan menutup mulut, serta sanitasi lingkungan rumah kurang sehat,

ventilasi rumah kurang maksimal, lantai masih banyak yang belum memenuhi

syarat kesehatan. Keluarga juga belum maksimal dalam memberikan dukungan

dan perhatian kepada penderita TB.

Sedangkan penderita TB BTA negatif memper lihatkan perilaku sehat

yang sedikit lebih baik dari penderita TB BTA positif, seperti membuang dahak

Page 6: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

ditempat yang sudah disediakan, ventilasi rumah cukup, keluarga juga

mendukung kesembuhan penderita.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang analisis perbedaan pkraktik higiene, sanitasi lingkungan dan dukungan

keluarga terhadap penderita TB paru BTA positif dan BTA negatif di wilayah

kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

membandingkan antara penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif,

menggunakan metode wawancara. Model analisis yang digunakan adalah

fenomenologi yaitu meneliti pengalaman informan selama menderita TB.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ngeplak

Kabupaten Boyolali. Waktu yang akan dilaksanan adalah bulan September 2013

dengan sampel penelitian ini yaitu 8 penderita TB BTA positif dan 8 penderita TB

BTA negatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Penderita

1. Karakteristik umur penderita TB

Rata-rata umur penderita TB BTA positif yaitu pada rentang 51 -

60 tahun yakni 3 orang (37,5%), dimana pada usia tersebut (setengah

baya) keinginan seseorang dalam melakukan perubahan yang lebih baik

sudah mulai menurun serta ketahanan tubuh pada usia tersebut sudah

Page 7: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

mulai menurun, disisi lain rata-rata umur TB BTA negatif yaitu pada

rentang usia 20 - 30 (masa dewasa) tahun yakni 4 orang (50%), dimana

pada usia tersebut seseorang masih mampu untuk melakukan upaya

pengobatan, masih mudah untuk menerima informasi dari berbagai

media, serta ketahanan tubuh masih baik (Mappiare, 1983).

2. Karakteristik jenis pekerjaan penderita TB

Jenis pekerjaan penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif

paling banyak pada pekerja tani/buruh, yaitu 5 penderita TB BTA positif

dan 6 TB BTA negatif, sedangkan penderita yang lain tidak bekerja.

Seseorang yang pekerjaannya tani/buruh, lingkungan pekerjaannya

berhubungan langsug dengan tempat-tempat yang kotor, kebanyakan dari

mereka kurang memperhatikan higiene perorangan seperti mencuci

tangan, menggunakan masker, dan upaya kesehatan lainnya.

3. Karakteristik pendidikan penderita TB

Pendidikan penderita TB BTA positif paling dominan sebanyak SD

3 orang (57,5%), disisi lain pendidikan terahir penderita TB BTA negatif

paling dominan sebanyak SLTP 4 orang (50%). Jika dilihat dari dominan

pendidikan penderita, pendidikan penderita TB BTA negatif lebih tinggi

dari pada penderita TB BTA positif.

4. Karakteristik pengetahuan penderita TB tentang pengertian TB

Penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif tidak mengerti

apakah mereka menderita TB BTA positif atau negatif, yang mereka tahu

mereka menderita TB dan mengikuti pengobatan. berdasarkan keterangan

Page 8: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

penderita, mereka tidak mendapat penjelasan dari instansi kesehatan

bahwa mereka menderita TB BTA positif atau negatif. Hal ini

mempengaruhi pengetahuan mereka menjadi kurang.

B. Praktik higiene antara penderita TB BTA positif dan BTA negatif.

1. Praktik higiene penderita TB dalam menggunakan masker.

Pada penderita TB BTA positif ada 5 penderita (62,5%) yang tidak

menggunakan masker dengan alasan tidak nyaman jika menggunakan

masker, kurang sabar dalam menggunakan masker serta 3 penderita

(37,5%) menggudakan masker ketika pergi. Faktor yang mendukung

kurangnya perilaku penderita dalam menggunakan masker yaitu

kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menggunakan masker dalam

pencegahan penularan penyakit TB. Dengan demikian penderita menjadi

tidak memperhatikan praktik higiene mereka.

Bakteri akan bertebaran di udara, dapat menular jika penderita

bersin atau batuk. Kuman yang bertebaran di udara terhisap melalui

saluran pernapasan dan masuk kedalam paru, kemudian masuk lagi ke

saluran limfe paru (Kristanti, 2013).

Page 9: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

Presentase penderita dalam menggunakan asker dapat diketahui

pada tabel berikut:

Tabel 1. Presentase Perilaku dalam Menggunakan Masker

No

Penderita

Menggunakan Masker

Tidak Menggunakan Masker

Jumlah % Jumlah % 1 TB BTA

positif 3 37,5 5 62,5

2 TB BTA negatif

8 100 - -

Berdasarkan tabel 1. Diatas dapat diketahui bahwa presentase

penderita TB BTA negatif dalam menggunakan masker sebesar 100%,

sedangkan penderita TB BTA positif lebih banyak yang tidak

menggunakan masker, yaitu sebesar 62,5%.

2. Praktik higiene antara penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif

dalam perilaku membuang dahak.

Pada TB BTA positif terdapat 3 (37,5%) penderita yang

membuang dahak di ember, 5 (62,5%) penderita masih dibuang

disembarang tempat, sedangkan pada penderita TB BTA negatif terdapat 7

(87,5%) penderita telah membuang dahak memenuhi syarat.

Praktik higiene penderita TB BTA positif dalam membuang dahak

masih cenderung belum baik, mereka membuang dahak disembarang

tempat seperti halaman rumah, kebun, kamar mandi, dan tempat

pembuangan sampah.

Page 10: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

Sedangkan praktik higiene TB BTA negatif terdapat 1 penderita

(12,5%) yang membuang dahak di sembarang tempat yakni diluar rumah,

disisi lain 87,5% penderita sudah lebih baik dalam membuang dahak

seperti menyiapkan tempat khusus untuk membuang dahak sesuai anjuran

dari instansi kesehatan namun masih terjadi kelalaian penderita dengan

alasan lupa dan tidak berada dirumah sehingga sulit untuk menyiapkan

tempat khusus untuk menbuang dahak ditempat yang semestinya.

Kemenkes (2010) menjelaskan bahwa membuang dahak atau ludah harus

ditempat yang tertutup.

Faktor yang mempengaruhi prilaku penderita masih kurang baik

yakni tingkat pendidikan, dimana pendidikan penderita TB BTA positif

lebih rendah. Hal ini didukung dengan penelitian Wahyuni (2008), yang

menjelaskan bahwa ada pengaruh atau hubungan yang signifikan anatara

tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit TB

Paru.

C. Sanitasi lingkungan antara penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif.

1. Jenis Lantai Rumah

Tabel 6. Jenis lantai rumah penderita TB

No Penderita Jenis Lantai Jumlah Rumah Tanah semen Keramik

1 TB BTA positif

8 8

2 TB BTA negatif

8 8

Page 11: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

Berdasarkan tabel 6. Lantai rumah penderita TB BTA positif

dan TB BTA negatif yaitu lantai semen. lantai semen sudah

termasuk baik menurut syarat rumah sehat. Penelitian ini didukung

dengan penelitian Fatimah, (2008) yang menjelaskan bahwan jenis

lantai rumah bukan merupakan faktor risiko kejadian tuberkulosis

paru atau tidak ada hubungan antara jenis lantai rumah dengan

kejadian tuberkulosis paru.

2. Jenis Dinding Rumah

Tabel 7. Jenis dinding rumah penderita TB No Penderita Dinding Jumlah Rumah

tembok Papan TB BTA

positif 6 2 8

TB BTA negatif

7 1 8

TB BTA positif dan TB BTA negatif sebagian besar

berdinding tembok yakni 6 rumah TB BTA positif dan 7 TB BTA

negatif, dan selebihnya berdinding papan dan sudah memenuhi

syarat rumah sehat.

Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih

baik dinding atau papan, sebab meskipun jendela tidak cukup maka

lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan

ventilasi (Notoatmodjo, 2007).

Page 12: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

3. Kepadatan Hunian

Tabel 8. Kepadatan hunian rumah penderita TB

No

Penderita

Padat

Tidak Padat

Jumlah Rumah

TB BTA positif -

8

8

TB BTA negatif

-

8

8

Berdaraskan tabel 8. diatas Berdasarkan observasi kepadatan

hunian penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif telah

memenuhi kecukupan luas minimun yaitu antara 7,2 m2/orang – 12

m2/orang sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan

Rakyat Nomor 22 Tahun 2008. Penelitian Andani (2006),

menjelaskan bahwa kepadatan penghuni bukan merupakan faktor

risiko terjadinya TBC paru.

4. Luas Ventilasi

Tabel 9. Luas ventilasi rumah penderita TB No Penderita ≤ 10% ≥ 10% Jumlah

Rumah jumlah % jumlah % TB BTA

positif 1 12,5 7 87,5 8

TB BTA negatif

- - 8 100 8

Luas ventilasi rumah penderita TB BTA positif ada 1 (12,5%)

yang belum memenuhi syarat rumah sehat dan TB BTA negatif sudah

memenuhi syarat rumah sehat yaitu minimal 10% dari luas lantai.

Sebagian besar luas ventilasi penderita TB sudah memenuhi syarat

rumah sehat.

Page 13: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayomi (2012) yang

menjelaskan bahwa luas ventilasi rumah yang memenuhi syarat yaitu

> 10% luas lantai, bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian

penyakit tuberkulosis paru, tetapi menjadi faktor protektif terhadap

kejadian penyakit tuberkulosis paru.

D. Dukungan keluarga antara penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif.

1. Dukungan keluarga penderita TB dalam pengobatan.

Keluarga penderita telah memberikan dukungan dalam

pengobatan, seperti mengantar penderita melakukan pengobatan,

menyiapkan alat trnasportasi, biaya dan sebagainya. Pada penelitian ini

dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan dukungan keluarga dalam

pengobatan antara penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif.

Dalam penelitian Pare (2012), menjelaskan bahwa peran keluarga

sangat dibutuhkan dalam memperhatikan pengobatan anggota

keluarganya.

2. Dukungan keluarga penderita TB dalam pemantauan menelan obat

(PMO)

Dari hasil wawancara penderita TB BTA positif dan penderita

TB BTA negatif diatas dapat diketahui perbedaan dukungan keluarga

dalam pemantauan minum obat pada penderita TB BTA positif dan TB

BTA negatif terdapat pada seringnya keluarga dalam mengingatkan

penderita untuk minum obat, keluarga penderita TB BTA negatif lebih

sering dari pada keluarga TB BTA positif.

Page 14: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

Penelitian didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Dhewi (2012), yang menjelaskan bahwa pasien dengan dukungan

keluarga kurang, memiliki peluang untuk tidak patuh minum obat

sebesar 5,800 kali.

Penderita TB BTA negatif baik yakni 8 keluarga (100%),

sedangkan keluarga TB BTA positif paling banyak pada dukungan yang

kurang baik yakni 3 keluarga (37,5%).

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai studi tentang praktik

higiene, sanitasi lingkungan dan dukungan keluarga penderita TB di

wilayah kerja Puskesmas Ngemplak dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Praktik higiene dalam perilaku menggunakan masker pada penderita

TB BTA positif lebih rendah dari pada penderita TB BTA ngatif.

2. Sanitasi lingkungan penderita TB BTA positif dan TB BTA negatif

pada keadaan lantai rumah, keadaan dinding rumah, kepadatan

penghuni rumah, pada penderita TB BTA positif dan TB BTA

negatif sudah memenuhi syarat rumah sehat.

3. Sanitasi lingkungan pada ventilasi penderita TB BTA positif lebih

rendah dari pada TB BTA negatif.

4. Dukungan keluarga dalam pengobatan pada penderita TB BTA

positif dan TB BTA sudah baik.

Page 15: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

5. Dukungan keluarga untuk PMO pada penderita TB BTA positif

lebih rendah dari pada keluarga TB BTA negatif.

B. SARAN

1. Bagi instalasi kesehatan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan para petugas kesehatan

meningkatkan pemantauan kepada penderita TB dalam praktik higiene,

sanitasi lingkungan dan dukungan keluarga, serta memberikan

penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya TB baik dalam tingkat

individu, keluarga, maupun kelompok. Diharapkan penelitian ini dapat

dijadikan acuan dalam pembuatan program pencegahan dan

pemberantasan penyakit selanjutnya.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan pada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup

bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya penyakit terutama

penyakit menular.

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai

analisis perbedaan praktik higiene, sanitasi lingkungan dan dukungan

keluarga antara TB BTA positif dan TB BTA negatif yang lebih

mendalam, ditambah dengan variabel yang belum diteliti.

Page 16: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

DAFTAR PUSTAKA

Andani H. 2006. Hubungan Kondisi Rumah Dengan Penyakit TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangmojo II Kabupaten Gunungkidul Tahun 2003–2006. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 11. No. 2. November 2006:81-88

Ayomi AC. 2012. Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dan Karakteristik Wilayah Sebagai Determinan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol.11. No. 1 / April 2012

Dhewi GI. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB paru di BKPM Pati. Jurnal Kesehatan. Vol. 1. No. 2. April 2012:47-55

DKK Boyolali. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2011. Boyolali: Dinas Kesehatan

Ditjen PP&PL. 2012. Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis di Indonesia Januari-Desember 2012. Kemenkes RI

Kemenkes. 2010. Buku Saku Petugas Kesehatan di Puskesmas Untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB (PPI TB). Kemenkes RI

Kemkes RI. 2011. Data/Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah. Kemkes RI

Kristian H. 2013. Mencegah & mengobati 11 Penyakit Kronis. Yogyakarta: Citra Pustaka

Mappiare. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional

Page 17: STUDI TENTANG PRAKTIK HIGIENE, SANITASI LINGKUNGAN

Notoatmojdo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Permen RI No 22. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Jakarta: Permen RI

WHO. 2012. Global Tuberculosis Report. Prancis: World Health Organization