studi komparasi pembelajaran kooperatif …/studi... · penelitian ini menggunakan metode...

84
i STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DILENGKAPI MEDIA LKS DAN KOMPUTER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X SEMESTER 1 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: WINDA PUSPITA SARI K 3305022 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: phamdang

Post on 24-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

i

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) DILENGKAPI MEDIA LKS DAN KOMPUTER TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X

SEMESTER 1 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

WINDA PUSPITA SARI

K 3305022

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ii

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) DILENGKAPI MEDIA LKS DAN KOMPUTER TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X

SEMESTER 1 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh:

WINDA PUSPITA SARI

K 3305032

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Bakti Mulyani. M.Si NIP. 131 472 285

Pembimbing II

Drs. Sugiharto, Apt.,M.S. NIP. 19490317 197603 1 002

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program

Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Hari :...................................

Tanggal : ..................................

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Kus Sri Martini, M.Si. …………....

Sekretaris : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ……………

Anggota I : Dra. Bakti Mulyani, M.Si .…………....

Anggota II : Drs. Sugiharto, Apt.,M.S. ……………

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

v

ABSTRAK

Winda Puspita Sari. K3305022. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DILENGKAPI MEDIA LKS DAN KOMPUTER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X SEMESTER 1 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas metode pembelajaran kooperatif antara metode Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi media LKS dan komputer dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi media LKS dan komputer pada materi pokok Ikatan Kimia terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian perluasan ”Randomized Control Group Pretest-Postest Design”. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester I SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Sampel terdiri dari 3 kelas, kelas X1 sebagai kelas eksperimen 1, kelas X2 sebagai kelas eksperimen 2 dan kelas X3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa dari aspek kognitif dan aspek afektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-pihak kanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas eksperimen 1 dengan metode STAD dilengkapi media LKS dan komputer lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 dengan metode NHT dilengkapi media LKS dan komputer untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 1,9340 > 1,67) dan aspek afektif (thitung > ttabel = 2,435 > 1,67), prestasi belajar siswa kelas eksperimen 1 dengan metode STAD dilengkapi media LKS dan komputer lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan metode ceramah untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 3,7060 > 1,67) dan aspek afektif (thitung > ttabel = 3,917 > 1,67), dan prestasi belajar siswa kelas eksperimen 2 dengan metode NHT dilengkapi media LKS dan komputer lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan metode ceramah untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 1,7320 > 1,67) dan aspek afektif (thitung > ttabel = 1,741 > 1,67). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode STAD (Student Team Achievment Divission) dilengkapi media LKS dan komputer lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran dengan metode NHT dilengkapi media LKS dan komputer maupun dengan metode ceramah.

vi

ABSTRACT

Winda Puspita Sari. A COMPARATION STUDY OF COOPERATIVE LEARNING IN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) METHOD AND NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) METHOD COMPLETED LKS AND COMPUTER ON STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN CHEMICAL BOND SUBJECT MATTER IN SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT CLASS X WAS 1st SEMESTER OF SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education of Sebelas Maret University. February 2010.

The research aims to determine the effectiveness of cooperative learning between Student Team Achievment Divission (STAD) method completed LKS and computer with Numbered Heads Together (NHT) method completed LKS and computer on the subject matter of the chemical bond students learning achievement.

This research used experimental methods with the research design “Randomized Control Group Pretest Postest Design”. The reseach population is X class students of the first semester of SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. The sample consists of three classes that are class X1 as first experimental class, class X2 as second experimental class, and class X3 as control experimental class. Sampling technique in Purposive Sampling. The main data of this study is to form students's learning achievement of the aspects of cognitive and affective aspects. Data analysis techniques used were t-test of the right side.

The results showed that students's learning achievement of first experimental class with STAD method completed LKS and computer is higher than second experimental class with NHT method completed LKS and computer for cognitive aspect (thitung > ttabel = 1,9340 > 1,67) and affective aspect (thitung > ttabel = 2,435 > 1,67), the students’s learning achievement of first experimental class with STAD method completed LKS and computer is higher than control class with lecture method for cognitive aspect (thitung > ttabel = 3,7060 > 1,67) and affective aspect (thitung > ttabel = 3,917 > 1,67), the students’s learning achievement of second experimental class with NHT method completed LKS and computer is higher than control class with lecture method for cognitive aspect (thitung > ttabel = 1,7320 > 1,67) and affective aspect (thitung > ttabel = 1,741 > 1,67). So that it can be concluded that the method of STAD (Student Team Achievement Divission) completed worksheets and computer media is more effective than Numbered Heads Together (NHT) method completed LKS and computer as well as the lecture method.

vii

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

(Q.S. Al Insyirah: 5)

“Kesempatan hanya muncul satu kali jika Anda menunggu, dan akan muncul

berkali-kali jika Anda mengejarnya”.

(Darmadi Darmawangsa)

“Jalani hidup dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan senantiasa percaya Allah

SWT memberikan yang terbaik buat hidup kita”.

(Penulis)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk

Ø Ibu dan Bapak tercinta sebagai karunia terbaik dalam

hidupku

Ø Kakakku (Mbak Endah) tercinta yang senantiasa

memberi bantuan dan semangat untuk selalu optimis

padaku

Ø Shabat-sahabatku tersayang yang selalu memotivasi dan

membantu ku

Ø Teman-temanku Kimia ‘05

Ø Almamater

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada

waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan

perhatian dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan

penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Ibu Dra. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah

menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini dan selaku penguji skripsi

yang telah memberi evaluasi dalam penulisan skripsi.

3. Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S. selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang telah

memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Bapak Drs. Sugiharto, Apt.M.S. selaku pembimbing II yang telah pula

memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga

memperlancar penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas waktu

bimbingan, nasehat, dan ilmunya bagi penulis selama ini.

7. Bapak Alim Sukarno, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1

Karanganyar yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

x

8. Ibu Dra. Nuryati, selaku guru Kimia SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan

penelitian.

9. Bapak Heru selaku wakil Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar

yang telah memberikan kemudahan dan dukungan selama penulis menyusun

skripsi.

10. Siswa-siswi kelas XI IPA, X1, X2, dan X3. Terima kasih atas bantuan dan

kerjasamanya.

11. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa memberikan yang terbaik, kasih sayang,

semangat, dan kepercayaan bagi penulis.

12. Kakakku Mbak Endah yang senantiasa memberi bantuan dan semangat pada

penulis

13. Sahabat dan teman-teman Kimia Angkatan ’05 (Gusik, Dieni, Yuli, Titin, Wahyu,

Yani, dll) untuk segala dukungan, persahabatan dan bantuannya.

14. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih

jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Februari 2010

Penulis

xi

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL...................................................................................................... ii

PERSETUJUAN...................................................................................... iii

PENGESAHAN....................................................................................... iv

ABSTRAK................................................................................................ v

ABSTRACT............................................................................................. vi

MOTTO.................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN.................................................................................... viii

KATA PENGANTAR............................................................................. ix

DAFTAR ISI............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xx

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah....................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah...................................................................... 5

D. Perumusan Masalah........................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian............................................................................ 6

F. Manfaat Penelitian........................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif............................................................ 8

2. Student Teams Achievment Division (STAD)............................ 9

3. Numbered Heads Together (NHT)............................................. 12

4. Media Pembelajaran................................................................... 14

5. Prestasi Belajar Kimia................................................................ 18

6. Ikatan Kimia............................................................................... 21

B. Kerangka Pemikiran........................................................................ 37

C. Hipotesis.......................................................................................... 39

xii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 40

1. Tempat Penelitian......................................................................... 40

2. Waktu Penelitian.......................................................................... 40

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel..................................... 40

1. Populasi Penelitian....................................................................... 40

2. Sampel Penelitian......................................................................... 41

3. Teknik Pengambilan Sampel........................................................ 41

C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 41

1. Sumber Data................................................................................. 41

2. Variabel Penelitian....................................................................... 41

3. Instrumen Penelitian..................................................................... 42

D. Rancangan Penelitian..................................................................... 48

E. Teknik Analisis Data 48

1. Uji Prasyarat Analisis.................................................................. 48

2. Uji Hipotesis................................................................................. 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data................................................................................. 53

1. Pencapaian Prestasi Belajar Kognitif........................................... 53

2. Pencapaian Prestasi Belajar Afektif............................................. 55

B. Pengujian Prasyarat Analisis.......................................................... 57

1. Uji Normalitas.............................................................................. 57

2. Uji Homogenitas.......................................................................... 58

3. Uji t-Matching.............................................................................. 59

C. Hasil Pengujian Hipotesis............................................................... 60

1. Hasil Uji t-pihak kanan................................................................ 60

2. Pembahasan.................................................................................. 61

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan......................................................................................... 64

B. Implikasi......................................................................................... 64

C. Saran............................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 66

LAMPIRAN............................................................................................ 68

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Konfigurasi Elektron Unsur-Unsur Gas Mulia.......................... 21

Tabel 2 Lambang Titik Elektron Lewis.................................................. 24

Tabel 3 Perbedaan Sifat Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen................ 1

Tabel 4 Perbedaan Antara Molekul Non Polar dengan Molekul

Polar........................................................................................... 34

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Validitas Item pada Aspek Kognitif...... 43

Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Item pada Aspek Kognitif... 43

Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item..................... 44

Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Suatu Item.................. 45

Tabel 9 Rangkuman Hasil Uji Validitas Item pada Aspek Afektif........ 47

Tabel 10 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Item pada Aspek Afektif.... 47

Tabel 11 Bagan Desain Randomized Control Group Pretest-Postest….. 48

Tabel 12 Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi

Belajar Afektif........................................................................... 53

Tabel 13 Data Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi

Belajar Kognitif Siswa Materi Pokok Ikatan Kimia.................. 54

Tabel 14 Data Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi

Belajar Afektif Siswa Materi Pokok Ikatan Kimia................... 56

Tabel 15 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Prestasi Belajar

Kognitif Siswa........................................................................... 57

Tabel 16 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Postest Prestasi Belajar

Kognitif Siswa.......................................................................... 57

Tabel 17 Data Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar

Kognitif Siswa........................................................................... 57

Tabel 18 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Prestasi Belajar

Afektif Siswa.............................................................................. 58

Tabel 19 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Postest Prestasi Belajar

Afektif Siswa............................................................................. 58

xiv

Tabel 20 Data Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar

Afektif Siswa............................................................................. 58

Tabel 21 Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Prestasi Belajar

Siswa.......................................................................................... 58

Tabel 22 Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Postest Prestasi Belajar

Siswa.......................................................................................... 59

Tabel 23 Data Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Prestasi Belajar

Siswa.......................................................................................... 59

Tabel 24 Data Hasil Uji t-matching Nilai Pretest Siswa……………….. 59

Tabel 25 Data Hasil Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif............ 60

Tabel 26 Data Hasil Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.............. 60

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Perubahan Struktur Elektron Atom Na Menjadi Ion Na+... 22

Gambar 2 Perubahan Struktur Elektron Atom Cl Menjadi Molekul

Cl2........................................................................................ 23

Gambar 3 Pemutusan Molekul Air Dalam Ketel Dengan Pemanasan

1000 C.................................................................................. 30

Gambar 4 Kepolaran Molekul Berdasarkan Resultan Vektor............. 33

Gambar 5 Pengaruh Medan Magnet Terhadap Kepolaran Senyawa... 34

Gambar 6 Kerangka Pemikiran............................................................ 38

Gambar 7 Histogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Materi Pokok Ikatan Kimia................................................. 54

Gambar 8 Histogram Nilai Postest Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Materi Pokok Ikatan Kimia................................................. 55

Gambar 9 Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Materi Pokok Ikatan Kimia................................................. 56

Gambar 10 Histogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa

Materi Pokok Ikatan Kimia.............................................. 58

Gambar 11 Histogram Nilai Postest Prestasi Belajar Afektif Siswa

Materi Pokok Ikatan Kimia................................................. 60

Gambar 12 Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa

Materi Pokok Ikatan Kimia................................................. 62

Gambar 13 Siswa Kelas XI Reguler IPA Mengerjakan Soal Try Out.... 177

Gambar 14 Proses Pembelajaran Kelas Kontrol……………………… 177

Gambar 15 Siswa Mengerjakan Soal Pretest (Kelas Eksperimen 2)..... 177

Gambar 16 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 2.......................... 177

Gambar 17 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 1.......................... 177

Gambar 18 Siswa Mengerjakan Soal Postest (Kelas Eksperimen 1)…. 177

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Silabus………………………………………………… 68

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)................... 71

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS)........................................... 77

Lampiran 4 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa............................. 94

Lampiran 5 Soal Kuis........................................................................ 103

Lampiran 6 Jawaban Kuis…………………………………………. 105

Lampiran 7 Indikator Instrumen Kognitif ………………………… 107

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Kognitif……………………………….. 108

Lampiran 9 Soal-Soal Instrumen Kognitif………………………… 109

Lampiran 10 Kunci Jawaban Soal Kognitif………………………… 116

Lampiran 11 Indikator Angket Afektif……………………………… 117

Lampiran 12 Penilaian Aspek Afektif…………………..................... 118

Lampiran 13 Pedoman Penskoran Aspek Afektif Afektif…………... 124

Lampiran 14 Hasil Uji Soal Try Out Tes Kognitif dan Tes Afektif… 125

Lampiran 15 Data Induk Nilai Siswa……………………………….. 130

Lampiran 16 Uji Normalitas Data Penelitian……………………….. 136

Lampiran 17 Uji Homogenitas Data Penelitian……………………... 154

Lampiran 18 Uji t-Matching ……………………………………….. 160

Lampiran 19 Uji t-pihak kanan……………………………………… 164

Lampiran 20 Daftar Nama Siswa Kelas X Reguler Tahun Ajaran

2009/2010...................................................................... 170

Lampiran 21 Daftar Kelompok Siswa………………………………. 171

Lampiran 22 Daftar Nilai Kuis Kelas Eksperimen 1……………….. 173

Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian………………………………. 177

Lampiran 24 Data Angket Siswa Materi Pokok Ikatan Kimia............ 178

Lampiran 25 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Ujian Nasional SMA

Program IPA Kabupaten Karanganyar Tahun

Pelajaran 2008/2009...................................................... 179

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan karena

pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan

merupakan salah satu faktor penentu kemajuan bangsa. Pendidikan yang

berkembang akan dapat menghasilkan generasi yang berkualitas dalam

pengembangan kemajuan kehidupan bangsa. Untuk itu upaya peningkatan mutu di

bidang pendidikan terus dikembangkan, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia melalui berbagai program dan kegiatan. Salah satu upaya

peningkatan mutu pendidikan adalah dengan menciptakan kurikulum yang

berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum yang saat ini

berlaku adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang

dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya, masyarakat setempat, dan

karakteristik peserta didik (Mulyasa, 2007:8).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru harus mampu

bekerja mandiri untuk memperbaiki kualitas dalam pembelajaran. Kurikulum

yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari

kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah

berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik

dan lingkunganya. Dalam hal ini seorang guru dituntut kreatif dalam memilih

serta mengembangkan materi pembelajaran, salah satunya adalah materi pada

pembelajaran kimia (Suharsimi Arikunto, 2006:2).

SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar merupakan Sekolah Menengah Atas

di Kabupaten Karanganyar. Dilihat dari data nilai rata-rata UAN SMA se-

Kabupaten Karanganyar tahun 2008/2009, SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar

menduduki peringkat 9 dari 15 SMA (Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

2

Kabupaten Karanganyar, 2009). Berdasarkan pengamatan melalui angket dan

wawancara dengan guru kimia diungkapkan beberapa permasalahan yang dialami

dalam pembelajaran kimia antara lain pertama, banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam mempelajari kimia khususnya materi pokok Ikatan Kimia, hal ini

dapat dilihat dari hasil angket dimana diperoleh data bahwa 92,31% siswa

cenderung kesulitan dalam materi ikatan kimia. Kedua, kurangnya keaktifan siswa

dalam bertanya kepada guru menyebabkan siswa kurang memahami kesulitan-

kesulitan dalam mempelajari Ikatan Kimia, hal ini dapat dilihat dari hasil angket

yang menunjukkan bahwa 69,23% siswa menyatakan jarang bertanya kepada guru

tentang materi pelajaran kimia yang sulit. Ketiga, tingkat kepuasan dan

ketertarikan siswa terhadap cara guru mengajar tergolong rendah dengan 56,41%

siswa menyatakan cara guru menyampaikan pelajaran kurang bervariasi.

Keempat, dalam hal prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan Kimia masih

tergolong rendah dimana 53,85% siswa menyatakan nilai ulangan materi pokok

Ikatan Kimia lebih rendah dibandingkan materi kimia kelas X yang lain.

Berangkat dari fakta dan kondisi yang demikian, salah satu dari upaya

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa materi pokok ikatan kimia adalah

dengan mengembangkan suatu metode pembelajaran yang menarik bagi siswa,

menekankan keterlibatan aktif siswa secara maksimal dalam proses kegiatan

belajar mengajar dan meningkatkan frekuensi bertanya dalam rangka

memecahkan kesulitan-kesulitan dalam mempelajari materi kimia. Berdasarkan

hasil angket 76,92% siswa tertarik dengan metode pembelajaran yang berupa

diskusi kelompok, dikarenakan beberapa hal antara lain dapat bertukar pikiran

dengan teman, dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah, dapat mudah

bertanya dengan teman yang sudah paham dan guru sehingga siswa lebih mengerti

materi pelajaran yang disampaikan guru.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran

kooperatif, yaitu metode pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses

kerjasama dalam kelompok. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat

saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah

3

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing. Siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar

satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok tersebut telah

menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan (Slavin, 2008:4).

Metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Numbered

Heads Together (NHT) merupakan pembelajaran kooperatif dengan

pengelompokkan siswa yang heterogen dengan tujuan agar siswa dalam satu

kelompok dapat saling membantu. Siswa dengan kemampuan lebih akan

membantu siswa lain dalam kelompoknya dan memastikan bahwa semua anggota

kelompok memahami materi yang disampaikan guru sehingga terbentuk

kerjasama tim yang baik. Perbedaan yang mendasar dari metode Student Team

Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) terletak

pada tanggung jawab dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok. Penyampaian

hasil diskusi metode Student Team Achievement Division (STAD) dilakukan oleh

semua anggota kelompok, sedangkan metode Numbered Heads Together (NHT)

penyampaian hasil diskusi dilakukan salah seorang siswa dalam kelompok yang

nomornya ditunjuk guru sehingga tiap siswa dalam kelompok mempunyai

tanggung jawab cukup besar agar kelompoknya menjadi terbaik.

Materi ikatan kimia merupakan pokok bahasan kimia kelas X yang cukup

sulit dipahami. Ikatan kimia banyak menggunakan konsep-konsep abstrak

sehingga gejala terjadinya ikatan kimia tidak dapat diamati secara langsung maka

dibutuhkan kemampuan untuk dapat menvisualisasikan bagaimana proses

terbentuknya ikatan dalam suatu senyawa. Namun, kemampuan siswa yang tidak

sama dapat diatasi dengan pembentukan kelompok yang heterogen dengan

menggunakan metode Student Team Achievement Division (STAD) dan metode

Numbered Heads Together (NHT) sehingga siswa dapat bekerja sama, saling

membantu menjelaskan dalam kelompoknya untuk menguasai konsep pada materi

ikatan kimia tersebut.

Metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Numbered

Heads Together (NHT)yang diterapkan dalam pembelajaran kimia pokok bahasan

ikatan kimia dalam penelitian ini ditunjang dengan Lembar Kerja Siswa (LKS)

4

dan komputer. LKS mengacu pada ringkasan konsep materi disertai dengan

latihan-latihan soal yang ditujukan agar dapat menumbuhkan penguatan

(reinforcement) dalam ingatan dan pemahaman siswa. Sedangkan media komputer

dipilih sebagai salah satu media pembelajaran dengan alasan pengoptimalan

media multimedia komputer sebagai salah satu prasarana di sekolah tersebut, serta

dengan penggunaan media komputer berupa animasi yang disesuaikan dengan

materi Ikatan Kimia sehingga mempermudah siswa menvisualisasikan secara jelas

proses terjadinya ikatan suatu senyawa.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul:”Studi

Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Division

(STAD) dengan Numbered Heads Together (NHT) Dilengkapi Media LKS dan

Komputer Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Ikatan Kimia Kelas X

Semester 1 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2009/2010.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Mengapa prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar

rendah?

2. Apakah cara guru menyampaikan materi pokok Ikatan Kimia disukai siswa?

3. Apakah siswa kelas X Muhammadiyah 1 Karanganyar mengalami kesulitan

dalam memahami pelajaran kimia khususnya materi pokok Ikatan Kimia?

4. Apakah diperlukan suatu pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan Kimia?

5. Apakah prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan Kimia dapat

ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif metode Student Team

Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT)

dilengkapi media LKS dan komputer?

6. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan

pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement Division (STAD)

5

dilengkapi media LKS dan komputer dengan siswa yang diajar dengan metode

Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi media LKS dan komputer?

C. Pembatasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan

pembatasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi

masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X Semester 1 SMA

Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Obyek Penelitian

a. Metode Pembelajaran

1) Metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

dilengkapi media LKS dan komputer pada kelas eksperimen I.

2) Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi

media LKS dan komputer pada kelas eksperimen II.

3) Metode ceramah (metode yang biasa digunakan oleh guru) pada kelas

kontrol.

b. Prestasi Belajar

1) Prestasi kognitif siswa dibatasi pada nilai kognitif yang diperoleh

siswa dari hasil pretest dan posttest.

2) Prestasi afektif siswa dilihat dari hasil angket afektif siswa.

c. Materi Pokok

Materi pokok dalam penelitian ini adalah Ikatan Kimia.

d. Efektivitas

Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila hasil

prestasi belajar kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 lebih

tinggi dari kelas kontrol.

e. Media Pembelajaran

1) Media LKS berupa ringkasan materi dan latihan-latihan soal

6

2) Media Komputer berupa slide dengan program macromedia flash.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

”Apakah pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement

Division (STAD) dilengkapi media LKS dan komputer lebih efektif dibandingkan

dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi media LKS dan

komputer terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan Kimia?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

“ Menentukan metode pembelajaran kooperatif yang lebih efektif antara

metode Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi media LKS dan

komputer dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi media

LKS dan komputer terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan

Kimia”

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan :

1. Manfaat teoritis

Memberikan informasi tentang efektifitas prestasi belajar siswa aspek

kognitif dan afektif melalui pembelajaran kooperatif metode Student Team

Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT)

dilengkapi media LKS dan komputer dibandingkan metode ceramah.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran berupa alternatif tentang metode

pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam proses belajar mengajar.

b. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran

kimia dengan pembelajaran kooperatif metode Student Team

7

Achievement Division (STAD) dilengkapi media LKS dan komputer

maupun pembelajaran kooperatif metode Numbered Heads Together

(NHT) dilengkapi media LKS dan komputer pada materi pokok Ikatan

Kimia.

c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

khususnya dalam proses belajar mengajar kimia.

d. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam

pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan

efektifitas pembelajaran.

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam

pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu anggota

dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2008: 32-35), unsur-unsur dasar dalam pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif; keberhasilan suatu karya sangat bergantung

pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang

efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap

anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain

bisa mencapai tujuan,

b. Tanggung jawab perseorangan; unsur ini merupakan akibat langsung dari

unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur

pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung

jawab untuk melakukan yang terbaik,

c. Tatap muka; setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya

daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja,

d. Komunikasi antar anggota; keberhasilan suatu kelompok bergantung pada

kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan

mereka untuk mengutarakan pendapat,

9

e. Evaluasi proses kelompok; pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja

sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja dengan lebih efektif.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional

yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan

pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam

metode mengajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya

berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi

kekurangan anggota lainnya.

Menurut Franciss.A. Adesoji dan Tunde .L.Ibraheem (2009 : 23), teknik

pembelajaran kooperatif memperlihatkan penambahan pengetahuan siswa serta

hubungan sosial, dibandingkan dengan keseluruhan metode mengajar tradisional.

2. Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana.

STAD was the most successful cooperative learning technique at increasing student academic achievement, but the bulk of the research on STAD had been conducted at the elementary level and in subject areas other than social studies. STAD consistently had positive effects on learning. However, few studies examined the effects of STAD on the 7-12 grade levels. (Armstrong,2008:3 )

STAD adalah metode pembelajaran kooperatif yang paling sukses untuk

meningkatkan pencapaian prestasi siswa, tetapi yang terpenting dari metode

pembelajaran kooperatif STAD yaitu dapat diterapkan mulai dari tingkat dasar

dan pada anak dengan perbedaan pembelajaran sosial. STAD secara konsisten

memberikan pengaruh positif pada pembelajaran. Bahkan, beberapa siswa telah

10

diberikan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif STAD pada kelas

7-12. (Armstrong,2008:3 )

The superiority of STAD cooperative learning strategy over the conventional technique could be attributed to the fact that it make students develop more positive attitudes toward self, peer, adult, and learning in general (Francis A. Adesoji dan Tunde L. Ibraheem, 2009 : 23)

Keunggulan pembelajaran kooperatif dibandingkan teknik konvensional di

lapangan adalah membuat sikap siswa berkembang lebih positif untuk diri sendiri,

kawan sebaya, kedewasaan, dan proses pembelajaran pada umumnya (Francis A.

Adesoji dan Tunde L. Ibraheem, 2009 : 23)

Menurut Slavin (2008: 143-146) metode STAD terdiri dari lima

komponen utama yaitu:

(1) Presentasi kelas.

Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam

kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau

diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan

presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa

hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit

STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa siswa harus benar-

benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian

akan sangat membantu siswa mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis siswa

menentukan skor tim.

(2) Tim.

Dalam STAD, peserta didik akan disusun dalam kelompok-kelompok

yang beranggotakan empat atau lima siswa yang heterogen, baik dalam

kemampuan ataupun jenis kelamin. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan

bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan terutama untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bias mengerjakan kuis dengan baik.

(3) Kuis .

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi

dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis

individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

11

mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materinya.

(4) Skor peningkatan individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan

kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja

lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap

siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut

sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan

mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis siswa

dibandingkan dengan skor awal.

(5) Penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok dilakukan dengan memberikan hadiah atau

penghargaan, sebagai usaha menghargai kerja keras setiap anggota dalam suatu

kelompok selama belajara, terutama bagi kelompok yang tiap anggotanya berhasil

meningkatkan skor tesnya. Penghargaan dapat berupa sertifikat, pujian, atau

bentuk penghargaan yang lain. Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh

tim terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi tim:

1) Super Team (Tim istimewa)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata lebih besar

atau sama dengan 25 poin.

2) Great Team (Tim hebat)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata antara 20

sampai 25 poin.

3) Good Team (Tim baik)

Diberikan kepada kelompok dengan skor rata-rata 15 sampai 20 poin.

Ide utama dibalik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi

semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang

dipresentasikan guru. Sedangkan secara umum, STAD dapat dilaksanakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

12

b. Guru menyajikan pelajaran

c. Guru memberikan tugas kepada kelompok. Anggota kelompok yang sudah

memahami materi, diharapkan menjelaskan apa yang sudah dimengertinya

kepada anggota kelompok yang lain sampai setiap anggota kelompok

memahami materi yang dimaksud dengan baik.

d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

mengerjakan kuis/pertanyaan, siswa harus bekerja sendiri

e. Penghargaan kelompok

f. Kesimpulan

3. Numbered Heads Together (NHT)

Teknik Pengajaran NHT (Numbered Head Together) dikembangkan oleh

Spencer Kagan pada tahun 1993. (Nurhadi, 2004:120). Tujuan utama penggunaan

teknik belajar NHT ini adalah untuk memupuk jiwa bekerja sama diantara para

siswa. Langkah-langkah yang digunakan di dalam kelas untuk penggunaan teknik

NHT ini ada empat langkah penting, yaitu:

a. Penomoran (Numbering).

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan 4-5 orang tiap kelompok. Masing-masing anggota kelompok

tersebut diberi nomor urut yang berbeda untuk setiap anggota kelompok, demikian

juga dengan kelompok lain juga diberi nomor seperti kelompok terebut.

b. Pengajuan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah kasus atau pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan

ini dapat bervariasi dari yang bersifat umum, spesifik ataupun penerapan. Soal

yang bersifat umum misalnya pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa

pendapat atau uraian, sedangkan pertanyaan spesifik misalnya pertanyaan

mengenai suatu tempat sehingga jawabannya pasti, sedangkan pertanyaan yang

bersifat penerapan misalnya penerapan suatu rumus kedalam suatu permasalahan

hitungan.

13

c. Berfikir bersama

Para siswa yang termasuk dalam satu kelompok berfikir bersama

mengenai pemecahan soal maupun kasus yang diberikan oleh guru. Setiap

anggota kelompok harus meyakinkan bahwa semua anggota dalam kelompoknya

mengerti dan memahami jawaban dari soal tersebut.

d. Pemberian jawaban

Guru menyebutkan salah satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok

yang memiliki nomor seperi yang disebutkan mengangkat tangan memberikan

jawaban untuk semua kelas. Jawaban dari masing-masing kelompok didiskusikan

dengan seluruh kelas

(Nurhadi, 2004: 121)

Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab

terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT

siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa dibebankan

untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka. Tetapi pada

umumnya mereka harus mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang

ada dalam LKS. Siswa aktif bekerja dalam kelompok dan memiliki

tanggungjawab penuh terhadap soal yang diberikan. Misalnya siswa yang

bernomor urut 2 dalam setiap kelompok menjawab soal yang diberikan oleh guru

dan bernomor 2 dari satu kelompok harus bersaing dengan kelompok yang lain

sehingga kelompoknya menjadi yang terbaik. Walaupun pada saat presentasi

mereka bisa ditunjuk untuk mengerjakan nomor lain. Sedangkan pada

pembelajaran kooperatif yang lain terkadang siswa saling berharap kepada teman

kelompok lain yang lebih pintar

Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai lebih memudahkan siswa

berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan model

pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada model

pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama lain,

sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan

dengan guru dan terus memperhatikan gurunya.

14

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

“Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.” (Arief S.

Sadiman, 2007: 6).

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan sehingga membentu mengatasi hambatan dalam proses belajar

mengajar. Perbedaan gaya belajar, minat, inteligensi, keterbatasan daya indera,

cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu

diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan (Arief S.Sadiman, 2007: 14).

Menurut Oemar Hamalik (1989: 12), “Media pendidikan adalah alat,

metode dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah.”

Dengan demikian dapat diartikan bahwa media pendidikan adalah segala

bentuk saluran komunikasi yang terdapat di lingkungan siswa untuk belajar, serta

penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai dalam

proses belajar mengajar.

Secara umum, media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan

sebagai berikut :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti

misalnya :

a) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan gambar, film

atau model.

b) Objek yang kecil, bisa dibantu dengan film, gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan timelapse.

15

3) Penggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi

dapat diatasi sifat pasif anak. Dalam hal ini media pembelajaran

berfungsi untuk :

a) Menimbulkan kegairahan belajar.

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan.

c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum

dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa maka

guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus

diatasi sendiri. hal ini akan lebih sulit bila latar belakang

lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. masalah ini dapat

diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya

dalam :

a) Memberikan perangsang yang sama.

b) Mempersamakan pengalaman.

c) Menimbulkan persepsi yang sama.

(Arief S. Sadiman, 1996:17-18)

Berdasarkan hal tersebut maka penggunaan media pembelajaran harus

dapat membantu siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan guru. Dari sini kita sadari bahwa media pendidikan sangat berperan

dalam usaha meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar dikelas. Oleh karena

itu dalam memilih media pendidikan haruslah tepat agar dapat membantu siswa

dalam menyerap materi dari guru.

16

b. Media Pembelajaran Komputer

Perkembangan teknologi yang semakin cepat, mempengaruhi

perkembangan media pembelajaran yang semakin canggih. Penggunaan komputer

dalam bidang pendidikan semakin banyak digunakan oleh sekolah formal maupun

lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan dari penggunaan komputer sebagai media

pembelajaran adalah peningkatan efesiensi dan efektifitas dari proses belajar

mengajar.

Menurut Oemar Hamalik (1989: 65), Komputer adalah suatu alat yang

dapat menerima informasi, melaksanakan pemrosesan informasi, dan

menghasilkan informasi baru sebagai hasil pemrosesan. Bentuk penggunaan

komputer dalam pendidikan yaitu :

1) Penggunaan komputer sebagai kalkulator super.

Komputer sebagai kalkulator digunakan sebagai bagian dalam

program penelitian akademik. Mereka menggunakannya untuk membuat

perhitungan sehari-hari mengolah data statistik hasil tes atau

eksperimen.

2) Penggunaan komputer untuk mengajarkan komputer dan programnya.

Dalam dunia pendidikan kita, ilmu komputer dipelajari dalam

kursus ketrampilan dan juga sudah ada beberapa akademi yang khusus

melaksanakan program pendidikan komputer guna menghasilkan tenaga

ahli komputer.

3) Penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam pembelajaran.

Komputer mampu memberikan kontribusi yang penting bagi

pelaksanaan pendidikan dan latihan, yakni dalam bentuk Computer

Assisted Learning (CAL). Ada dua model penggunaannya yaitu :

a) Model tutor pengganti

17

Dalam model ini siswa berinteraksi langsung dengan komputer

yang diprogram untuk mereaksi terhadap respon-respon siswa.

b) Model laboratorium simulasi

Dalam model ini komputer lebih merupakan sumber belajar.

Situasi-situasi praktis dapat dijadikan model pada komputer yang

memungkinkan untuk dipelajari.

(Oemar Hamalik, 1989 :68-73)

b. Media LKS (Lembar Kerja Siswa)

Menurut Djago Tarigan (1990 :47), menyebutkan bahwa lembar kerja

dapat digunakan dalam membahas suatu pokok bahasan. Lembar Kerja Siswa atau

LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan

suatu kegiatan yang terprogram. Dalam lembaran itu, didalamnya terdapat

informasi dan instruksi dari guru kepada siswa supaya dapat mengerjakan sendiri

suatu aktivitas.

Beberapa hal mengenai pengembangan dan pemanfaatan LKS dalam

pembelajaran, sebagai berikut :

a. Dalam LKS siswa akan mendapat uraian materi, tugas, dan latihan yang

berkaitan dengan materi yang diberikan.

b. Desain untuk LKS harus memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman,

dan kejelasan.

c. Empat langkah dalam pengembangan LKS adalah penentuan tujuan

instruksional, pengumpulan materi, penyusunan elemen, serta cek dan

penyempurnaan.

Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar dapat digunakan untuk :

a. Mengaktifkan siswa

Dengan diberi LKS siswa diajak selalu aktif membaca, menulis dan

berfikir atau berproses untuk dapat menemukan konsep-konsep yang

dikehendaki guru agar dipahami siswa.

b. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran

18

Dengan LKS guru akan dapat memperkirakan proses kegiatan belajar yang

dikehendaki di dalam kelas.

c. Memberikan pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan

laboratorium

d. Membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan proses

LKS menuntut siswa untuk selalu berfikir baik secara individu atau

kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan dalam LKS. Dalam hal

ini siswa diajak berproses untuk mengembangkan ketrampilan mengamati,

mengklasifikasi prediksi, menarik hipotesa dan menyampaikan kesimpulan.

e. Membantu siswa menambah informasi tentang konsep

Dalam LKS biasanya terdapat konsep yang terpisah-pisah sehingga siswa

akan berproses untuk menghubung-hubungkan untuk menjadi konsep baru yang

lebih bermakna.

Jadi dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan media pembelajaran yang

cukup efektif dalam mengarahkan kegiatan pembelajaran apabila LKS tersebut

disusun sendiri oleh guru dengan memenuhi persyaratan yang ada. LKS

mempunyai peran yang cukup penting dalam mengefektifkan proses belajar

mengajar, dapat digunakan untuk menumbuhkan kemandirian siswa memahami

konsep materi dalam proses pembelajaran.

5. Prestasi Belajar Kimia

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan hal yang penting bagi manusia baik disadari atau

tidak disadari. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai adanya suatu

perubahan pada diri seseorang yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti penambahan pengetahuan, kecakapan, pemahaman sikap dan tingkah laku

serta segala aspek yang ada pada individu. Dengan belajar terbentuk kemampuan-

kemampuan baru yang dimiliki dalam jangka waktu yang relatif lama. Definisi

belajar diantaranya:

1) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang yang ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan

19

pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, serta keterampilan (Nana

Sudjana, 2005: 5).

2) Belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dalam lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu

bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, W.S, 1996: 53).

3) Belajar merupakan suatu pengalaman , serta pengalaman diperoleh berkat

adanya interaksi antara individu dengan lingkungan (Tabrani Ruslan, 1990: 9).

4) Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif

permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya (Suhaenah

Suparno, 2001: 2).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan suatu proses yang telah

dilakukan individu sehingga terjadi perubahan berifat permanen dalam

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

b. Prestasi Belajar

Berhasil tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil

belajarnya. Hasil belajar seorang siswa dapat dari prestasi belajar yang

dicapainya. Definisi dari prestasi belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai

berikut :

1) Prestasi adalah hasil yang dicapai atau dilakukan (Purwadarminto, 1976: 110).

2) Prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam

menyelesaikan suatu hal (Zainal Arifin, 1990: 3).

3) Prestasi belajar diartikan sebagai usaha nyata yang diukur untuk memenuhi

kebutuhan didaktik dan kegiatan pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2006: 2).

Dari beberapa pendapat di atas maka prestasi belajar dapat diartikan

sebagai hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang

berupa seperangkat pengetahuan atau keterampilan. Prestasi belajar tersebut

diperoleh dari kegiatan evaluasi atau tes. Jenis-jenis tes antara lain : tes awal, tes

akhir, tes formatif, tes sumatif.

20

Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah :

a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki siswa.

b. Sebagai bahan informasi dan inovasi dalam bidang pendidikan.

c. Sebagai indikator intern dan ekstern dalam pendidikan.

d. Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik.

Prestasi belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif

dan psikomotor, sebagai berikut :

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang

meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah meliputi fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, generalisasi, teori dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan proses ilmiah meliputi pengamatan,

pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.

b. Aspek Afektif

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat

penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek. Evaluasi aspek afektif

dalam hal ini digunakan dalam penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran

diri, kecakapan berfikir rasional, kecakapan sosial dan kecakapan akademik.

c. Aspek Psikomotor

Pengukuran keberhasilan pada aspek keterampilan ditunjukan pada

ketrampilan kerja dan ketelitian dalam mendapat hasil.

(Mulyati Arifin, 1995:24)

Ranah kognitif memegang peranan yang paling utama dalam peningkatan

kemampuan siswa. Kemampuan tersebut antara lain adalah penguasaan ilmu,

teknologi, maupun kemampuan akademik yang lainnya. Apabila seseorang

memiliki penguasaan kognitif pada tingkatan tinggi, maka seseorang tersebut

dapat dikatakan memiliki sikap yang baik juga. Hasil belajar siswa pada ranah

afektif tampak pada berbagai tingkah lakunya seperti perhatiannya terhadap

pelajaran, motivasi belajarnya, kedisiplinannya maupun rasa menghormati dan

21

menghargai terhadap guru dan teman. Ranah psikomotorik tampak dalam bentuk

diskusi dan kemampuan unjuk kerja siswa dalam proses belajar mengajar. Ketiga

ranah tersebut merupakan satu kesatuan dan bagian integral dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian

prestasi belajar Kimia berarti hasil usaha optimum yang dicapai siswa setelah

terjadi proses belajar Kimia. Pencapaian prestasi belajar ini dapat dilihat dari

kemampuan mengingat informasi dan kemampuan intelektual siswa dalam

memecahkan soal (ranah kognitif), perolehan nilai dan sikap positif siswa setelah

mengikuti proses belajar mengajar materi kimia (ranah afektif), dan terbentuknya

keterampilan siswa yang meningkat dalam mengaplikasikan ilmu yang telah

diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari (ranah psikomotor).

6. Ikatan Kimia

Unsur-unsur sangat jarang ditemukan di alam berupa atom-atom tunggal.

Umumnya unsur-unsur tersebut terdapat di alam dalam bentuk molekul, baik yang

terdiri atas atom-atom sejenis maupun tidak sejenis. Fakta ini menunjukkan

bahwa atom-atom cenderung bergabung satu dengan yang lain membentuk ikatan

yang disebut ikatan kimia. Suatu ikatan kimia dapat terbentuk apabila setelah

berikatan, atom-atom tersebut menjadi lebih stabil dari keadaan pada saat atom

dalam keadaan tunggal. Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi

pencapaian kestabilan suatu molekul/senyawa. Dalam pembentukan ikatan, atom-

atom akan melibatkan elektron dalam mencapai kestabilan. Elektron yang

berperan untuk mencapai kestabilan adalah elektron yang berada pada kulit terluar

atau elektron valensi.

a. Kestabilan Unsur dan Konfigurasi Elektron

Unsur-unsur golongan VIII A (gas mulia), yaitu Helium (2He), Neon

(10Ne), Argon (18Ar), Krypton (36Kr), Xenon (54Xe), dan Radon (56Rn) merupakan

unsur-unsur yang tidak dapat bereaksi dengan unsur-unsur lain dan hanya terdapat

22

sebagai unsur-unsur bebas di alam. Hal ini disebabkan oleh faktor stabilnya

susunan elektron-elektronnya. Susunan elektron dalam atom akan stabil apabila

kulit terluar terisi elektron dengan jumlah 2 (duplet) atau 8 (oktet). Gas mulia

mempunyai elektron valensi, kecuali He yang hanya mempunyai 2 elektron

valensi.

Tabel 1. Konfigurasi Elektron Unsur-Unsur Gas Mulia

Jumlah Elektron Pada Kulit Unsur Nomor Atom K L M N O P Q

Elektron Valensi

He Ne Ar Kr Xe Rn

2 10 18 36 54 86

2 2 2 2 2 2

8 8 8 8 8

8

18 18 18

8

18 18

8 18

8

2 8 8 8 8 8

(Yayan Sunarya dan Agus Setiabudi , 2007 : 56)

Dengan demikian, unsur-unsur selain gas mulia dapat mencapai kestabilan

dengan cara bersenyawa dengan unsur lain atau unsur yang sama agar konfigurasi

elektron dari setiap atomnya menyerupai konfigurasi elektron gas mulia. Pada

pembentukan ikatan kimia, atom-atom hanya mengalami perubahan pada susunan

elektronnya, sedangkan inti atom tidak mengalami perubahan. Suatu atom dapat

mencapai kestabilan konfigurasi elektron gas mulia dengan beberapa cara yaitu:

1) Melepaskan elektron sehingga terjadi ion positif.

Pembentukan ion positif terjadi bukan karena penambahan proton ke

dalam atomnya, melainkan karena pelepasan elektron. Atom yang cenderung

mudah melepaskan elektron adalah atom-atom yang terletak pada golongan

logam, yaitu golongan 1 (kecuali H), golongan II, dan golongan III. Hal ini karena

atom-atom golongan tersebut mempunyai potensial ionisasi rendah. Semakin

besar energi ionisasi maka semakin kecil kecenderungan melepaskan elektron.

Atom-atom yang memiliki kelebihan konfigurasi elektron dibandingkan

dengan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat, maka cenderung untuk

melepaskan elektron pada kulit terluarnya. Misalnya, atom Na memiliki

konfigurasi elektron ( 2 8 1). Jika dibandingkan dengan konfigurasi atom gas

mulia yang terdekat, yaitu atom Ne, maka atom Na kelebihan 1 elektron.

23

Konfigurasi Ne (2 8) dapat dicapai oleh Na dengan cara Na melepaskan 1 elektron

sehingga Na berubah menjadi ion Na+.

Gambar 1. Perubahan Struktur Elektron Atom Na menjadi Ion Na+

2) Menerima elektron sehingga terjadi ion negatif.

Penerimaan elektron dapat terjadi pada atom yang mempunyai kekurangan

elektron pada konfigurasinya dibanding dengan konfigurasi elektron atom gas

mulia yang terdekat. Unsur-unsur nonlogam mempunyai energi ionisasi besar

sehingga sulit melepas elektronnya. Pada reaksi-reaksinya, unsur nonlogam

cenderung menambah elektron valensi membentuk ion negatif.

Atom F dapat mencapai konfigurasi atom Ne dengan cara menerima 1

elektron karena konfigurasi atom F kekurangan 1 elektron untuk mencapai

kestabilan seperti atom Ne.

F (2 7) + 1e- F- (2 8)

Atom O dapat menerima 2 elektron untuk mencapai konfigurasi Ne karena

kekurangan 2 elektron sehingga membentuk ion O2-.

O (2 6) + 2e- O2- (2 8)

Jika unsur-unsur logam berikatan dengan unsur-unsur nonlogam maka

sangat memungkinkan terjadi serah terima elektron. Hal ini terjadi karena unsur

nonlogam menarik elektron dari unsur logam sehingga terbentuk unsur logam

yang bermuatan positif (ion positif) dan unsur nonlogam yang bermuatan negatif

(ion negatif). Selanjutnya membentuk ikatan yang disebut ikatan ion.

3) Penggunaan pasangan elektron bersama.

Penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama dapat terjadi pada

atom yang mempunyai keelektronegatifan tinggi atau atom-atom yang sukar

melepaskan elektron. Cara ini merupakan proses yang terjadi pada pembentukan

melepas 1 e-

24

ikatan kovalen. Ikatan ini dapat terjadi pada unsur-unsur sesama nonlogam karena

unsur-unsur yang sama cenderung menarik elektron. Konfigurasi elektron yang

lebih stabil dicapai dengan cara memasangkan elektron valensinya.

Atom 17Cl (2 8 7) yang tidak stabil dapat menjadi stabil dengan cara

menggunakan bersama satu pasang elektron dengan atom klor yang lain sehingga

terbentuk molekul Cl2. Dengan demikian masing-masing atom Cl akan memiliki

konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia Argon (2 8 8).

Cl + Cl Cl Cl

atom 17Cl atom 17Cl molekul Cl2

Gambar 2. Perubahan Struktur Elektron Atom Cl menjadi Molekul Cl2

b. Lambang Lewis

Jika atom-atom membentuk ikatan, hanya elektron-elektron pada kulit

terluar yang berperan. elektron pada kulit terluar disebut elektron valensi.

Elektron valensi tersebut dapat digambarkan dengan lambang Lewis. Lambang

Lewis suatu atom atau ion terdiri dari lambang kimia yang dikelilingi oleh titik-

titik elektron.

Tabel 2. Lambang Titik Elektron Lewis

Golongan

Periode

I A II A III A VI A V A VI A VII A VIII A

2

Li

Be

B

C

N

O

F

Ne

3

Na

Mg

Al

Si

P

S

Cl

Ar

Cara penulisan titik-titik elektron sebagai berikut :

1) Titik-titik elektron diletakkan satu demi satu pada setiap sisi lambang unsur

sampai keempat sisi terisi.

2) Titik-titik elektron berikutnya diletakkan dekat titik elektron yang telah

diletakkan terlebih dahulu. hal ini dilakukan secara berurutan sampai sejumlah

elektron valensi.

25

(Suyatno, 2007: 54)

c. Jenis Ikatan

Berdasarkan proses terjadinya pembentukan ikatan, ikatan kimia

dibedakan menjadi 3, yaitu ikatan ion, ikatan kovalen (ikatan kovalen tunggal,

ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga, ikatan kovalen

koordinasi), dan ikatan logam.

1) Ikatan Ion

Ikatan ion sering disebut dengan ikatan elektrovalen atau heteropolar.

Ikatan ion terjadi sebagai akibat gaya tarik-menarik elektrostatik antara ion positif

dengan ion negatif. Ikatan ion dibentuk antara atom yang mudah melepaskan

elektron dengan atom yang mudah menangkap elektron.

Ikatan ion terjadi antara unsur-unsur logam dengan unsur-unsur nonlogam.

pada umumnya, terjadi pada unsur golongan I A (kecuali H) dan unsur golongan

II A dengan unsur golongan VI A dan unsur golongan VII A. Atom unsur logam

cenderung melepaskan elektron membentuk ion positif, sedangkan atom unsur

nonlogam cenderung menerima elektron membentuk ion negatif. Dalam ikatan

ion jumlah elektron yang dilepas logam sama dengan jumlah elektron yang

diterima non-logam.

Contoh 1 : Pembentukan senyawa NaCl

Ikatan antara 11Na dengan 17Cl

Konfigurasi elektronnya :

11Na = 2 8 1 (atom Na melepas 1 elektron valensi)

17Cl = 2 8 7 (atom Cl menerima 1 elektron pada kulit terluar)

Proses pelepasan dan penerimaan elektron oleh Na dan Cl dapat dituliskan

dalam persamaan reaksi berikut.

Na (2 8 1) Na+ (2 8) + 1e-

Cl (2 8 7) + 1e- Cl- (2 8 8)

Na + Cl Na+ + Cl- atau NaCl

Pembentukan molekul NaCl dapat digambarkan dengan lambang lewis

sebagai berikut :

26

Na x + Cl Na+ + x Cl NaCl

ion Na+ ion Cl- kristal NaCl

Contoh 2 : Pembentukan senyawa MgCl2

Ikatan antara 12Mg dengan 17Cl

Konfigurasi elektronnya :

12Mg = 2, 8, 2 (atom Mg melepas 2 elektron valensi)

17Cl = 2, 8, 7 (atom Cl menerima 1 elektron pada kulit terluar)

Proses pelepasan dan penerimaan elektron oleh Mg dan Cl dapat dituliskan

dalam persamaan reaksi berikut :

Mg (2 8 8 2) Mg2+ (2 8 8) + 2e- (x 1)

Cl (2 8 7) + 1e- Cl- (x 2)

Mg + 2Cl Mg2+ + 2Cl- atau MgCl2

Pembentukan molekul MgCl2 dapat digambarkan dengan lambang lewis

sebagai berikut :

x Cl x Cl

Mg Mg2+ + Mg2+ + 2Cl- MgCl2

x

Cl x Cl

Contoh 3 : Pembentukan senyawa MgO

Ikatan antara 12Mg dengan 16O

Konfigurasi elektron :

12Mg : 2 8 2 (atom Mg melepas 2 elektron valensi)

8O : 2 6 (atom O menangkap 2 elektron pada kulit terluar)

Proses pelepasan elektron oleh Mg dan O dapat dituliskan dalam

persamaan reaksi berikut.

Mg (2 8 2) Mg2+ (2 8) + 2e-

O (2 6) + 2e- O2- (2 8)

Mg + O Mg2+ + O2- atau MgO

27

Pembentukan molekul MgO dapat digambarkan dengan lambang lewis

sebagai berikut :

Mg + O Mg2+ + O Mg2+ + O2- MgO

2) Ikatan Kovalen

Ikatan Kovalen sering juga ikatan homopolar. Ikatan kovalen adaalah

ikatan yang terjadi karena penggunaan bersama pasangan elektron oleh 2 atom

yang berikatan. Ikatan kovalen biasanya terjadi antara atom nonlogam dengan

atom nonlogam.

Ikatan kovalen dapat dibedakan menjadi ikatan kovalen tunggal, ikatan

kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga, dan ikatan kovalen koordinasi.

a) Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk dari penggunaan

bersama sepasang elektron (setiap atom menyumbangkan satu elektron untuk

digunakan secara bersama). Pasangan elektron milik bersama dapat digambarkan

dengan tanda garis tunggal ( ― ). Pembentukan ikatan kovalen tunggal dapat

dilihat pada pembentukan molekul-molekul berikut ini.

Contoh 1 : Pembentukan molekul H2

1H : 1 digambarkan H

1H : 1 digambarkan H x

Jika kedua atom H membentuk molekul H2, jumlah elektron melingkari

kedua atom H adalah 2 elektron.

H + H x H x H ditulis H ― H

Contoh 2 : Pembentukan molekul HCl

1H : 1 digambarkan H x

17Cl : 2, 8, 7 digambarkan Cl

pasangan elektron

milik bersama

2-

28

H x + Cl H x Cl ditulis H ― Cl

b) Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan dengan dua pasang elektron

milik bersama. Ikatan ini digambarkan dengan tanda berupa dua garis ikatan ( = ).

Pembentukan ikatan kovalen rangkap dua dapat dilihat dari pembentukan molekul

O2 sebagai berikut.

8O : 2, 6 digambarkan O

8O : 2, 6 digambarkan O

Setiap atom O memerlukan 2 elektron untuk mencapai kestabilan yaitu

mempunyai 8 elektron (oktet) sehingga setiap atom O menyumbangkan 2 elektron

untuk dipakai bersama.

O + O O O ditulis O = O

c) Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan dengan menggunakan tiga

pasang elektron milik bersama. Ikatan rangkap tiga digambarkan dengan tanda

tiga garis ikatan ( ≡≡ ). Pembentukan ikatan kovalen rangkap tiga dapat dilihat

dari pembentukan molekul-molekul berikut ini.

Contoh 1 : Pembentukan molekul N2

7N : 2, 5 digambarkan N

7N : 2, 5 digambarkan N

pasangan elektron

milik bersama

pasangan elektron

bebas

2 pasangan elektron

milik bersama

pasangan elektron

bebas

29

Atom N membutuhkan 3 elektron agar stabil seperti susunan elektron gas

mulia. Dalam bentuk struktur lewis, pembentukan ikatan kovalen yang terjadi

dalam molekul N2 dapat digambarkan sebagai berikut.

N + N N N ditulis N ≡≡ N

Contoh 2 : Pembentukan molekul C2H2

6C : 2, 4 digambarkan C

1H : 1 digambarkan H x

Penggambaran elektron untuk molekul C2H2 sebagai berikut :

H x C C x H ditulis H ― C ≡ C ― H

Pada pasangan unsur yang sama, ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan

yang paling panjang dengan energi ikatan yang paling lemah. Elektron milik

bersama hanya sepasang pada ikatan tunggal. Hal tersebut menyebabkan gaya

tarik menarik inti atom makin lemah sehingga jarak inti atom lebih renggang jika

dibandingkan dengan ikatan rangkap dua dan rangkap tiga. Semakin banyak

pasangan elektron milik bersama, maka semakin kuat ikatannya dan semakin kecil

panjang ikatannya.

d) Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan antara atom dengan atom lain

yang menggunakan pasangan elektron bersama yang berasal dari salah satu pihak.

Atom yang menjadi penyumbang pasangan elektron sebagai atom donor pasangan

elektron, sedangkan atom yang menerima pasangan elektron sebagai atom

akseptor pasangan elektron.

Pasangan elektron ikatan kovalen koordinasi digambarkan sebagai anak

panah yang diarahkan menuju atom yang menerima pasangan elektron.

3 pasangan elektron

milik bersama

3 pasangan elektron

milik bersama

30

Pembentukan ikatan kovalen koordinasi dapat dilihat dari pembentukan molekul-

molekul berikut ini.

Contoh 1 : Pembentukan molekul O3 (ozon)

8O : 2, 6 digambarkan O atau O

Agar semua atom O dalam molekul O3 dapat memenuhi aturan oktet maka

salah 1 ikatan O ― O, oksigen pusat harus menyumbangkan kedua elektronnya.

O + O + O O O O atau O = O → O

Contoh 2 : Pembentukan molekul SO2

16S : 2, 8, 6 digambarkan S

8O : 2, 6 digambarkan O

Atom S maupun atom O memerlukan 2 elektron. Pada molekul SO2

terbentuk ikatan kovalen rangkap dua dan ikatan kovalen koordinasi sehingga

tercapai kestabilan membentuk oktet.

O + S + O O S O atau O = S → O

d. Sifat Fisis Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen

Sifat fisis senyawa ion dan kovalen meliputi :

1) Titik Didih dan Titik Leleh

Air (H2O) merupakan senyawa kovalen. Ikatan kovalen yang mengikat

antara atom H dan atom O dalam molekul air cukup kuat, sedangkan gaya yang

mengikat antar molekul-molekul air cukup lemah. Keadaan inilah yang

menyebabkan air yang cair itu mudah berubah menjadi uap bila dipanasi sampai

100o C, akan tetapi pada suhu ini ikatan kovalen yang ada di dalam molekul H2O

tidak putus.

ikatan kovalen koordinasi ikatan kovalen rangkap dua

ikatan kovalen koordinasi ikatan kovalen rangkap dua

31

Gambar 3. Pemutusan Molekul Air Dalam Ketel Dengan Pemanasan 100oC

(Bambang Sugiarto, 2004 : 26)

Garam dapur (NaCl) adalah salah satu contoh senyawa ionik yang

mempunyai titik leleh dan titik didih yang jauh lebih tinggi daripada air, karena

adanya ikatan ion yang sangat kuat dalam molekul NaCl sehingga untuk

memutuskan ikatan tersebut dibutuhkan panas yang sangat besar.

2) Daya hantar listrik

Senyawa ion dalam keadaan padatan tidak dapat menghantarkan arus

listrik, tetapi bila padatan ionik dipanaskan sampai suhu tinggi sehingga diperoleh

lelehannya maka dapat menghantarkan arus listrik. Larutan senyawa ionik yang

dilarutkan ke dalam air juga dapat menghantarkan arus listrik. Pada keadaan

keadaan lelehan atau larutan, ion-ionnya dapat bergerak bebas. Senyawa kovalen

pada berbagai wujud tidak dapat menghantarkan arus listrik karena senyawa

kovalen tidak mengandung ion-ion sehingga posisi molekulnya tidak berubah.

3) Kelarutan

Banyak senyawa ion yang dapat melarut dalam air, misalnya NaCl banyak

diperoleh dari pengkristalan air laut. Kebanyakan senyawa kovalen tidak dapat

melarut dalam air, tetapi mudah melarut dalam pelarut organik. Pelarut organik

merupakan senyawa karbon, misalnya bensin, minyak tanah, alkohol, dan lain-

lainnya. Namun, ada beberapa senyawa kovalen yang dapat larut dalam air karena

terjadi reaksi dengan air (H2O) dan membentuk ion-ion, misalnya asam sulfat

(H2SO4) bila dilarutkan ke dalam air akan membentuk ion hidrogen (H+) dan ion

sulfat (SO42-).

Tabel 3. Perbedaan Sifat Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen

Sifat Senyawa Ion Senyawa Kovalen Titik didih Tinggi Rendah Titik leleh Tinggi Rendah

32

Wujud pada suhu kamar Padat Padat, cair, gas Daya hantar listrik Padat : isolator

Lelehan : konduktor Larutan : konduktor

Padat : isolator Lelehan : isolator Larutan : konduktor

Kelarutan dalam air Umumnya larut Umumnya tidak larut Kelarutan dalam pelarut organik Tidak larut Larut (Bambang Sugiarto, 2004 : 28-29)

e. Kepolaran Senyawa

Kepolaran senyawa kovalen dapat ditentukan berdasarkan perbedaan

keelektronegatifan atom-atom yang membentuk senyawa dan bentuk molekul

senyawa kovalen. Senyawa kovalen dapat dibedakan menjadi senyawa kovalen

nonpolar dan senyawa kovalen polar.

1) Senyawa Kovalen Nonpolar

Senyawa kovalen nonpolar terjadi jika kedua atom mempunyai perbedaan

keelektronegatifan (daya tarik elektron ke inti) yang sama besarnya. Hal ini

menyebabkan pasangan elektron milik bersama terletak pada jarak atom

nonlogam sejenis atau dua atom nonlogam yang mempunyai keelektronegatifan

yang sama untuk saling membentuk molekul. Akibatnya, pada ikatan tersebut

tidak terjadi polarisasi.

Kedua atom H dan Cl mempunyai daya tarik elektron yang sama besarnya

sehingga pada ikatan H-H dan Cl-Cl tidak terjadi polarisasi. Posisi pasangan

elektron milik bersama tersebut dalam keadaan simetris.

Contoh : Molekul H2 dan Cl2

δ0 δ0 δ0 δ0

H― H Cl ― Cl

2) Senyawa Kovalen Polar

Senyawa kovalen polar terjadi pada atom-atom nonlogam yang tidak

sejenis atau atom-atom yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan besar.

Pada molekul kovalen polar, pasangan elektron milik bersama terletak lebih dekat

pada inti atom yang mempunyai keelektronegatifan besar. Hal ini disebabkan daya

tarik elektron yang mempunyai keelektronegatifan besar lebih kuat. Akibatnya,

33

pada ikatan tersebut terjadi polarisasi sehingga atom yang mempunyai

keelektronegatifan besar membentuk kutub bermuatan listrik negatif. Atom yang

mempunyai keelektronegatifan kecil menjadi bermuatan positif atau dalam

molekul terdapat dua kutub (dwi kutub).

Pembentukan molekul HF disebabkan adanya perbedaan

keelektronegatifan antara atom H dan atom F. Atom F mempunyai

keelektronegatifan lebih besar daripada atom H, sehingga pasangan elektron milik

bersama lebih tertarik ke arah F. Akibatnya, atom F menjadi kutub negatif dan H

menjadi kutub positif.

Kepolaran suatu molekul dapat diketahui dari harga momen dipolnya.

Momen dipol (µ) yaitu hasil kali antara muatan (Q) dengan jarak (r).

Makin besar perbedaan keelektronegatifan maka makin besar pula momen

dipolnya. Untuk molekul yang mengandung dua atom atau lebih, kepolaran

ditentukan dengan cara :

a. Jika kedua atom sejenis, maka ikatan yang dimiliki adalah ikatan kovalen

nonpolar, misal :H2, Cl2, O2, dan sebagainya

b. Jika kedua atom tak sejenis, maka kepolaran ditentukan PEB (Pasangan

Elektron Bebas) yang dimiliki atom pusat/atom yang berada di tengah

molekul.

- Jika atom pusat tidak mempunyai PEB maka bentuk molekul simetris

sehingga PEI (Pasangan Elektron Ikatan) tertarik sama kuat ke semua

atom disebut nonpolar, misal : CH4, CO2, CCl4

- Jika atom pusat mempunyai PEB maka bentuk molekul tidak simetris

sehingga PEI tertarik ke atom pusat disebut polar, misal H2O, NH3.

Memeriksa kepolaran suatu molekul dari suatu molekul poliatom dapat

dilakukan dengan menggambarkan ikatan polar sebagai suatu vektor yang arahnya

dari atom yang bermuatan positif ke atom yang bermuatan negatif. Jika resultan

vektor-vektor dalam satu atom molekul sama dengan nol, berarti molekul tersebut

µ = Q x r

34

bersifat nonpolar. Sebaliknya jika resultan vektor-vektor dalam satu atom molekul

tidak sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat polar.

F F

BH

H

H

N

F

Cl Be ClH H

O

Gambar 4. Kepolaran Molekul Berdasarkan Resultan Vektor

(Michael Purba , 2007: 90)

Kepolaran suatu zat dapat pula ditentukan dengan mengamati perilaku zat

tersebut dalam medan magnet. Zat polar tertarik ke dalam medan magnet,

sedangkan zat nonpolar tidak tertarik dalam medan magnet.

Gambar 5. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Kepolaran Senyawa

(Bambang Sugiarto, 2004 : 23)

Berdasarkan uraian di atas, perbedaan antara molekul nonpolar dengan

molekul polar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Perbedaan Antara Molekul Nonpolar Dengan Molekul Polar

No Nonpolar Polar 1. 2. 3.

4. 5. 6.

Keelektronegatifannya kecil / nol Bentuk molekul simetris Resultan vektor-vektor sama dengan nol Atom pusat tidak mempunyai PEB Tidak terjadi polarisasi Tidak dibelokkan medan magnet

Keelektronegatifannya besar Bentuk molekul tidak simetris Resultan vektor-vektor tidak sama dengan nol Atom pusat mempunyai PEB Terjadi polarisasi Dapat dibelokkan medan magnet

(Yayan Sunarya dan Agus Setiabudi , 2007 : 52-53)

H2O (Polar)

BeCl2 (Nonpolar)

NH3 (Polar)

BF3 (Nonpolar)

batang magnet H2O (Polar) CCl\4 (Nonpolar)

35

f. Ikatan Logam

Ikatan logam adalah ikatan antar atom dalam suatu unsur logam dengan

menggunakan interaksi antar elektron valensi. Ikatan pada logam berbeda dengan

ikatan kimia lainnya sebab elektron-elektron dalam kristal logam bergerak bebas.

Teori ikatan logam pertama kali dikembangkan oleh Drude (1902),

kemudian diuraikan oleh Lorentz (1916) dan dikenal dengan sebutan teori

elektron bebas atau teori lautan elektron dari Drude-Lorentz. Menurut teori ini,

kristal logam tersusun atas kation-kation (muatan positif) logam yang terpateri di

tempat (tidak bergerak) dikelilingi oleh lautan elektron valensi yang bergerak

bebas dalam kisi kristal.

(Yayan Sunarya dan Agus Setiabudi , 2007 : 56)

Elektron-elektron valensi logam bergerak bebas dan mengisi ruang-ruang

di antara kisi-kisi kation logam yang bermuatan positif. Oleh karena bergerak

bebas, elektron-elektron valensi dapat berpindah jika dipengaruhi oleh medan

listrik atau panas.

Unsur-unsur logam mempunyai sifat fisika yang khas seperti sifat

mengkilap, dapat menghantarkan listrik dan panas, dapat ditempa, dibengkokkan,

dan ditarik.

1) Sifat mengkilap

Bila cahaya tampak jatuh pada permukaan logam, sebagian elektron

valensi yang mudah bergerak tersebut akan tereksitasi (elektron berpindah dari

tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi). Ketika

elektron yang tereksitasi tersebut kembali pada keadaan dasarnya, maka energi

cahaya dengan panjang gelombang tetentu akan dipancarkan kembali. peristiwa

ini dapat menimbulkan sifat kilap yang khas untuk logam.

2) Dapat menghantarkan listrik dan panas

Daya hantar listrik pada logam karena adanya elektron valensi yang

mudah bergerak. Elektron-elektron tersebut bebas bergerak dalam medan listrik

yang ditimbulkan sumber arus sehingga listrik dapat mengalir melalui logam.

Daya hantar panas pada logam juga disebabkan oleh elektron yang

bergerak bebas. Apabila bagian tertentu dari logam diapanaskan, maka elektron-

36

elektron pada bagian logam tersebut menerima sejumlah energi sehingga energi

kinetisnya bertambah dan gerakannya makin cepat. Elektron-elektron yang

bergerak cepat tersebut menyerahkan sebagian energi kinetisnya kepada elektron

lain sehingga seluruh bagian logam menjadi panas dan naik suhunya.

3) Dapat ditempa, dibengkokkan, dan ditarik

Ikatan dalam kristal logam tidak kaku seperti ikatan kristal senyawa

kovalen, sebab dalam kristal logam tidak terdapat ikatan yang terlokalisasi.

Karena gaya tarik setiap ion logam yang bermuatan positif terhadap elektron

valensi sama besarnya, maka suatu lapisan ion logam yang bermuatan positif

dalam kristal mudah bergeser. Bila sebuah ikatan logam putus, maka segera

terbentuk ikatan logam baru. Karena itu logam dapat ditempa menjadi lempeng

yang sangat tipis dan ditarik menjadi kawat yang halus dan dapat dibengkokkan.

g. Pengecualian Aturan Oktet

Aturan oktet banyak membantu meramalkan rumus kimia senyawa biner

secara sederhana. Akan tetapi beberapa molekul yang membentuk ikatan

menunjukkan penyimpangan dari aturan oktet.

Penyimpangan aturan oktet dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Senyawa dengan Oktet Tidak Lengkap

Senyawa dengan atom pusatnya mempunyai elektron valensi kurang

dari 4, sehingga semua elektron valensi dipasangkan belum mencapai oktet.

Contoh : Pembentukan molekul BCl3

5B : 2 3

17Cl : 2 8 7 Cl

B + 3 Cl Cl B Cl atau

2) Senyawa dengan Elektron Valensi Ganjil

Senyawa dengan elektron valensi ganjil tidak mungkin memenuhi

aturan oktet. Hal ini berarti terdapat elektron yang tidak berpasangan sehingga

terdapat atom yang menyimpang dari aturan oktet.

Contoh : Pembentukan molekul NO2

Cl

Cl Cl B

37

7N : 2 5

8O : 2 6

N + 2 O O N O atau O = N → O

3) Senyawa dengan Oktet Berkembang

Unsur-unsur yang terletak pada periode ketiga atau lebih dengan

elektron valensi lebih dari delapan dapat membentuk senyawa dengan aturan

oktet terlampaui, disebut oktet berkembang.

Contoh : Pembentukan molekul PCl5

15P : 2 8 5

17Cl : 2 8 7

P + 5 Cl atau

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka dapat dirumuskan kerangka

pemikiran sebagai berikut :

Prestasi belajar siswa yang rendah di SMA Muhammadiyah 1

Karanganyar disebabkan beberapa faktor yaitu materi Ikatan Kimia yang sulit dan

cara mengajar guru yang biasa saja menyebabkan siswa kurang aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, siswa jarang bertanya kepada guru mengenai kesulitan

materi pelajaran. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah menerapkan

pembelajaran kooperatif disertai media pembelajaran yang dapat menarik minat

siswa dalam belajar serta mendorong tumbuhnya keaktifan siswa untuk bertanya

tentang kesulitan materi pelajaran baik kepada guru maupun kepada teman yang

lain. Peningkatan keaktifan siswa tersebut dapat melalui diskusi kelompok untuk

memecahkan soal-soal latihan dari guru. Pembelajaran kooperatif yang digunakan

adalah metode STAD (Student Teams Achievment Division) dan NHT (Numbered

Heads Together).

Evaluasi hasil diskusi dalam pembelajaran menggunakan metode STAD

ditujukan untuk semua anggota kelompok yang bersama-sama menyampaikan

hasil diskusi di depan kelas setelah semua anggota memahami materi diskusi,

Cl Cl

Cl

Cl

Cl P

Cl

Cl

Cl

Cl

Cl

P

38

sehingga pembahasan hasil diskusi lebih efektif dan efisien. Sedangkan evaluasi

hasil dari pembelajaran menggunakan metode NHT ditujukan pada tiap siswa

dengan nomor yang ditunjuk oleh guru, akibatnya metode NHT kurang efektif dan

efisien dalam pembahasan materi untuk seluruh anggota dalam kelompok.

Dalam pembelajaran menggunakan metode STAD (Student Teams

Achievment Division) terdapat penghargaan terhadap siswa yang mengalami

peningkatan prestasi dilihat dari nilai kuis tiap pertemuan dan penghargaan

kepada kelompok dengan skor total tertinggi dari rata-rata skor tiap anggota, hal

tersebut memberikan motivasi yang lebih kepada siswa untuk terus mendapatkan

nilai lebih tinggi. Sedangkan dalam pembelajaran menggunakan metode NHT

(Numbered Heads Together), motivasi siswa kurang, hal ini dikarenakan dalam

pembelajaran metode NHT tidak adanya penghargaan dalam peningkatan prestasi

siswa tiap pertemuan maupun penghargaan kelompok skor tertinggi.

Berdasarkan alasan di atas, pembelajaran menggunakan metode STAD

lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode NHT.

Media pembelajaran yang digunakan adalah media LKS dan komputer

yang ditujukan agar siswa lebih dapat memahami materi pelajaran khususnya

pokok bahasan Ikatan Kimia. Media komputer sesuai dengan materi ikatan kimia

karena membantu siswa menvisulisasikan terbentuknya ikatan kimia dalam suatu

senyawa, sedangkan media LKS memberikan latihan soal tentang materi ikatan

kimia sebagai bahan diskusi kelompok.

Peningkatan minat dan keaktifan siswa akibat penggunaan metode STAD

(Student Teams Achievment Division) dan NHT (Numbered Heads Together)

dilengkapi media pembelajaran yang sesuai yaitu media LKS (Lembar Kerja

Siswa) dan media komputer ditujukan agar prestasi belajar siswa meningkat.

Dari uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Metode Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi media

LKS dan komputer.

- Cara mengajar guru bervariasi sehingga keaktifan siswa meningkat

- Media pembelajaran cocok dengan materi Ikatan Kimia.

- Pembahasan hasil diskusi lebih efektif dan efisien - Motivasi siswa tinggi

39

Gambar 6.Kerangka Pemikiran

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir tersebut dapat diambil

hipotesis sebagai berikut :

“Pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement Division

(STAD) dilengkapi LKS dan media komputer lebih efektif daripada metode

Numbered Head Together (NHT) dilengkapi media LKS dan komputer terhadap

prestasi belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia.”

Prestasi belajar rendah

Prestasi belajar tinggi

- Cara mengajar guru kurang bervariasi sehingga keaktifan siswa kurang.

- Media pembelajaran yang kurang cocok dengan materi Ikatan Kimia

Metode Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi media LKS dan komputer.

Prestasi belajar lebih tinggi

- Cara mengajar guru bervariasi sehingga keaktifan siswa meningkat

- Media pembelajaran cocok dengan materi Ikatan Kimia.

- Pembahasan hasil diskusi kurang efektif dan efisien - Motivasi siswa rendah

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar

Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Waktu Penelitian

Pada penelitian ini waktu penelitian dilakukan secara bertahap yang

secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

penelitian dan tahap penyelesaian.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada bulan April 2009 - September 2009 meliputi

pengajuan judul skripsi, permohonan ijin survei, dan konsultasi instrumen

penelitian pada pembimbing.

b. Tahap Penelitian

41

Tahap penelitian Oktober 2009 – November 2009 meliputi semua

kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu uji coba instrumen dan pengambilan

data.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian November 2009 – Desember 2009 meliputi analisis

data dan penyusunan laporan.

B. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester I

SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010 yang terdiri

dari 7 kelas.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah kelas X1 dengan metode Student Team

Achievement Division (STAD) dilengkapi media LKS dan komputer sebagai kelas

eksperimen 1, kelas X2 dengan metode Numbered Heads Together (NHT)

dilengkapi media LKS dan komputer sebagai kelas eksperimen 2, dan kelas X3

dengan metode ceramah sebagai kelas kontrol.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling

didapatkan kelas eksperimen yang terdiri dari tiga kelas X Reguler yaitu kelas X1,

X2, dan X3

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Metode Tes

Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang

prestasi belajar ranah kognitif setelah kegiatan belajar mengajar pada materi

pokok ikatan kimia. Tes ini berbentuk obyektif yaitu bentuk pilihan ganda.

42

b. Metode Angket

Metode angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui sikap dan

karakteristik siswa setelah proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, bentuk

angket yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda, yaitu suatu bentuk angket

dimana siswa langsung memilih jawaban yang sesuai dengan sikap dan

karakteristik masing-masing. Alternatif jawaban yang disediakan ada empat.

2. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam

rangka menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran menggunakan metode Student Team

Achievement Division (STAD) dilengkapi media LKS dan komputer dan metode

Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi media LKS dan komputer.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan pada akibat atau

pengaruh yang dikarenakan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini

adalah prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif mengenai materi pokok

Ikatan Kimia pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri 2 instrumen yaitu

instrumen penilaian kognitif dan afektif.

a. Instrumen Ranah Kognitif

Penilaian kognitif menggunakan metode test obyektif. Sebelum digunakan

dalam penelitian, instrumen terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa kelas lain.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi persyaratan dalam

hal validitas, reliabilitas, taraf pembeda, dan taraf kesukaran suatu item.

1) Validitas Instrumen Penelitian

Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas adalah rumus validitas

product moment dari pearson dengan rumus angka kasar sebagai berikut :

43

Keterangan :

rxy : Koefisien Validitas

X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya

Y : Kriteria yang dipakai

Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut :

0,91 – 1,00 = Sangat Tinggi (ST)

0,71 – 0,90 = Tinggi (T)

0,41 – 0,70 = Cukup (C)

0,21 – 0,40 = Rendah (R)

0,00 – 0,20 = Sangat Rendah (SR)

(Masidjo, 1995 :243)

Hasil uji validitas suatu item instrumen kognitif dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Item Pada Aspek Kognitif

Jenis Soal Jumlah Soal Valid Drop

Kognitif 30 24 6

2) Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada

waktu yang sama. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson

(KR-20) sebagai berikut:

úúû

ù

êêë

é÷øö

çèæ= å

t2

t11 S

PQ- S

1-nn

r

Keterangan :

r11 : Koefisien reliabilitas

n : Jumlah item

S : deviasi standar

P : indeks kesukaran

{ }{ }å åå åå å å=

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r

44

Q : 1 – P

Klasifikasi reabilitas soal adalah sebagai berikut :

0,91 – 1,00 = Sangat Tinggi (ST)

0,71 – 0,90 = Tinggi (T)

0,41 – 0,70 = Cukup (C)

0,21 – 0,40 = Rendah (R)

0,00 – 0,20 = Sangat Rendah (SR)

(Masidjo, 1995 :243)

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Item Pada Aspek Kognitif

Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Kognitif 30 0,829 Tinggi

3) Taraf Pembeda Suatu Item

Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban

benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa

yang tergolong kelompok bawah (bodoh). Perbedaan jawaban benar dari siswa

yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).

Rumus yang menentukan daya pembeda soal:

ID = maxSNKAatauNKB

KBKA´

-

Keterangan:

ID : indeks diskriminatif

KA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok

atas

KB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok

bawah

NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau kelompok

bawah

NKA atau NKB X Smax : perbedaan jawaban benar dari siswa – siswa yang

tergolong atas dan bawah yang seharusnya diperoleh.

45

Acuan penilaian daya pembeda soal:

0,80 – 1,00 : sangat membedakan (SM)

0,60 – 0,79 : lebih membedakan (LM)

0,40 – 0,59 : cukup membedakan soal (CM)

0,20 – 0,39 : kurang membedakan (KM)

Negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan (SKM)

(Masidjo,1995: 198)

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item

Kriteria Taraf Pembeda Suatu Item Jenis

Soal

Jumlah

Soal SM LM CM KM SKM

Kognitif 30 0 8 9 7 6

4) Taraf Kesukaran Suatu Item

Tingkat kesukaran suatu item dapat ditunjukan dengan indeks kesukaran

(IK) yaitu menunjukkan sukar mudahnya suatu soal yang harganya dapat dicari

dengan rumus sebagai berikut :

maksimalskor NB

IK ´

=

Ketarangan : IK : Indeks Kesukaran

B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari

suatu item

N : Kelompok siswa

Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar

dari suatu item

N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari

suatu item.

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

0,81 – 1,00 : Mudah Sekali (MS)

0,61 – 0,80 : Mudah (Md)

46

0,41 – 0,60 : Sedang atau cukup (Sd)

0,21 – 0,40 : Sukar (Sk)

0,00 – 0,20 : Sukar Sekali (SS)

(Masidjo, 1995: 189-192)

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Suatu Item

Kriteria Taraf Kesukaran Suatu Item Jenis

Soal

Jumlah

Soal MS Md Sd Sk SS

Kognitif 30 0 7 21 0 2

b. Instrumen Ranah Afektif

Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan

adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden

atau siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban

yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep

alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi

angket. Konsep tersebut dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan

dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan

sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Pada penelitian ini jumlah

item angket afektif sebanyak 25 soal.Kriteria penilaian angket afektif, sebagai

berikut:

Jumlah nilai ³ 80 Sangat Tinggi (A)

Jumlah nilai 79-60 Tinggi (B)

Jumlah nilai 59-40 Rendah (C)

Jumlah nilai £ 39 Sangat Rendah (D)

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut

diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.

1) Validitas Instrumen Penelitian

Menurut Masidjo (1995:246), teknik yang digunakan untuk menentukan

validitas item adalah menggunakan rumus product moment dari pearson dengan

rumus angka kasar sebagai berikut :

47

Keterangan :

rxy : Koefisien Validitas

X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya

Y : Kriteria yang dipakai

Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut :

0,91 – 1,00 = Sangat Tinggi (ST)

0,71 – 0,90 = Tinggi (T)

0,41 – 0,70 = Cukup (C)

0,21 – 0,40 = Rendah (R)

0,00 – 0,20 = Sangat Rendah (SR)

(Masidjo, 1995 :243)

Hasil uji validitas item instrumen afektif dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 .Rangkuman Hasil Uji Validitas Item Pada Aspek Afektif

Jenis Soal Jumlah Soal Valid Drop

Afektif 25 24 1

2). Reliabilitas Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan

untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau

bentuk soal uraian), yaitu sebagai berikut :

11r = úû

ùêë

é S-úû

ùêëé- 2

2

11 t

i

nn

ss

Keterangan :

11r = reliabilitas yang dicari

n = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

åσ2

i = jumlah varians skor tiap-tiap item

σ2

t = varians total

{ }{ }å åå åå å å=

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r

48

σ2

i =

( )

NN

XX

2

i2iåå -

(Suharsimi Arikunto,2006:196)

Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut :

0,91 - 1,00 : Sangat Tinggi

0,71 - 0,90 : Tinggi

0,41 - 0,70 : Cukup

0,21 - 0,40 : Rendah

Negatif - 0,20 : Sangat Rendah

(Masidjo, 1995: 209)

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Item Pada Aspek Afektif

Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Afektif 25 0,829 Tinggi

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain perluasan”Randomized Control Group

Pretest-Postest Design” untuk prestasi kognitif maupun afektif. Pada awal

kegiatan penelitian, siswa dikenakan pretest. Siswa diberi perlakuan kelas

eksperimen 1 dengan menggunakan metode Student Team Achievement Division

(STAD) dilengkapi LKS dan media komputer, kelas eksperimen 2 menggunakan

metode Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi LKS dan media komputer,

dan kelas kontrol dengan metode ceramah. Pada akhir penelitian siswa dikenakan

postest. Hasil kedua test tersebut dipakai sebagai data penelitian untuk kemudian

diolah dan dibandingkan hasilnya dengan analisis statistik yang digunakan.

Tabel 11. Bagan Desain Perluasan ”Randomized Control Group Pretest-Postest Design”

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen 1 T1 X1 T2

Eksperimen 2 T1 X2 T2

Kontrol T1 X3 T2

Keterangan :

49

X1 : Metode Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi LKS dan

media komputer.

X2 : Metode Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi LKS dan media

komputer.

X3 : Metode Ceramah

T1 : Tes awal (pretest)

T2 : Tes akhir (posttest)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t.

namun sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu.

Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Uji Prasyarat

Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan

uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi normal atau tidak, maka

dilakukan uji normalitas dengan “uji Lilliefors”, yaitu :

1) Menentukan Hipotesis

H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Tingkat Signifikasi : α = 0,05

3) Statistik Uji

L0 = Maks | F(Zi)-S(Zi) |

Keterangan :

F(Zi) = P( Zn ≤ Zi )

S(Zi) = Proporsi cacah Zn ≤ Zi terhadap seluruh Zi

Zi = S

XX 1 -

X = Nilai rata-rata

50

S = Standar deviasi

4) Daerah Kritik

DK = {L| L>Lα;n} L> Lα;n } yang diperoleh dari tabel Liliefors pada tingkat α

dan n (ukuran sampel)

5) Keputusan Uji

Kriteria : Ho diterima jika Lo < Ltabel

(Budiyono, 2004:170-171)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians

digunakan uji Bartlett.

Rumus uji Bartlett digunakan statistik chi kuadrat, sebagai berikut :

( ) ( ){ }( ){ }22

22

log13026,2

log110ln

ii

ii

SnBx

SnBx

åå

--=

--=

( ) ( )å -= 1log 2inSB

( )( )å

å-

-=

1

1 2

i

ii

n

SnS

Keterangan : 2χ : chi kuadrat

S : simpangan baku S2 : variasi semua gabungan sampel

Hipotesis yang akan diuji adalah :

22

21 ss ==oH : kedua populasi mempunyai varian yang sama = homogen

22

211 ss ¹=H : paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku = tidak homogen

Kriteria : Ho diterima jika 2χ <

2χ (1 – a)(k – 1), maka populasi mempunyai variasi

yang homogen.

(Budiyono, 2004: 177)

51

c. Uji t-matching

Uji t-matching dilaksanakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

eksperimen dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelompok eksperimen

mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah dengan uji-t. Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis

H0 ; µ1 = µ2 = tidak ada perbedaan antara rata-rata pretes kelas eksperimen

I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol

H1 ; µ1 ≠ µ2 = ada perbedaan antara rata-rata pretes kelas eksperimen I,

kelas eksperimen II, dan kelas kontrol

2) Komputasi

( ) ( )

21

21

21

2221

212

11

211

nnS

XXt

nnSnSn

S

+

-=

-+-+-

=

3) Daerah Kritik

α = 0,05 dk = n1 + n2 -2

4) Kriteria Uji

H0 diterima jika t hitung > t tabel

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji perbedaan rata-rata selisih

pretes-postest dengan uji-t (uji pihak kanan), sebagai berikut:

1) Menentukan Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (Nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen 1

sama dengan nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen

2, kelas kontrol)

52

H1 : µ1 > µ2 (Nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen 1

lebih besar dari nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas

eksperimen 2, kelas kontrol)

2) Taraf Signifikasi : α = 0,05

3) Statistik Uji

( ) ( )

21

21

21

2221

212

11

211

nnS

XXt

nnSnSn

S

+

-=

-+-+-

=

Keterangan :

S2 = standar deviasi sampel kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2

S12 = standar deviasi kelas eksperimen 1

S22 = standar deviasi kelas eksperimen 2

n1 = banyaknya sampel pada kelas eksperimen 1

n2 = banyaknya sampel pada kelas eksperimen 2

t = nilai uji kesamaan

1X = rata-rata nilai tes kelas eksperimen 1

2X = rata-rata nilai tes kelas eksperimen 2

4) Daerah Kritik

DK = n1+n2 – 2

5) Keputusan Uji

H0 diterima jika t hitung < t tabel

H0 ditolak jika t hitung > t tabel

(Budiyono, 2004: 156)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Pada penelitian ini jumlah siswa yang dilibatkan sebanyak 109 siswa dari

kelas X1 Reguler dan X2 Reguler SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun

ajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini kelas X1 Reguler sebagai kelas eksperimen

1 diberikan pembelajaran kimia dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif Student Team Achievement Division ( STAD ) dilengkapi LKS dan

media komputer, kelas X2 Reguler sebagai kelas eksperimen 2 diberikan

pembelajaran kimia dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

Numbered Head Together ( NHT ) dilengkapi LKS dan media komputer, dan

kelas X3 sebagai kelas kontrol diberikan pembelajaran kimia dengan

menggunakan metode ceramah. Data dalam penelitian ini adalah nilai prestasi

belajar pada materi Ikatan Kimia (Lampiran 15). Prestasi belajar siswa meliputi

aspek kognitif dan aspek afektif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara

54

statistik dengan menggunakan uji t-pihak kanan. Deskripsi data rerata nilai

prestasi belajar kognitif dan afektif dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif

Kelas Aspek Rerata Nilai Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol

Pretest Prestasi Belajar 43,4571 42,7436 41,8000 Postest Prestasi Belajar 81,8286 74,7436 68,3714

Kognitif

Selisih Nilai Prestasi Belajar 38,3714 32,0000 26,5714 Pretest Prestasi Belajar 65,1429 64,1026 63,7714 Postest Prestasi Belajar 83,6571 79,2308 76,7714

Afektif

Selisih Nilai Prestasi Belajar 18,5143 15,1282 13,0000

1. Pencapaian Prestasi Belajar Kognitif

Penilaian aspek kognitif diperoleh dari tes yang dikerjakan siswa.

Instrumen penilaian kognitif berupa soal-soal bentuk obyektif terdiri dari 24 soal,

dimana soal tersebut telah diujikan (Try Out) untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran tiap soal.

Proses belajar mengajar siswa diawali dengan mengerjakan soal

pretest kognitif untuk mengukur kemampuan kognitif awal siswa

sebelum masuk materi ikatan kimia, kemudian pada akhir pembelajaran

siswa mengerjakan soal postest kognitif untuk mengetahui kemampuan

kognitif siswa dalam memahami materi Ikatan Kimia.

Selisih nilai pretest siswa pada awal pembelajaran dengan nilai posttest

pada akhir pembelajaran merupakan prestasi kognitif siswa. Pada siswa kelas

eksperimen 1 diperoleh selisih nilai tertinggi 71 dan selisih nilai terendah 4

dengan rata-rata selisih nilai 38,3714. Pada siswa kelas eksperimen 2 diperoleh

selisih nilai tertinggi 63 dan selisih nilai terendah 8 dengan rata-rata selisih nilai

32,0000. Pada siswa kelas kontrol diperoleh selisih nilai tertinggi 58 dan selisih

nilai terendah 8 dengan rata-rata selisih nilai 26,5714.

Data perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai prestasi kognitif siswa

dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 13 sedangkan histogram distribusi frekuensi

pada Gambar 7.

55

Tabel 13. Data Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi

Belajar Kognitif Siswa Materi Pokok Ikatan Kimia

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol No. Interval Nilai Tengah F % F F % F F % F

1 4 – 13 8,5 2 5,71 4 10,26 3 8,57 2 14 – 23 18,5 3 8,57 7 17,95 12 34,29 3 24 – 33 28,5 7 20,00 9 23,08 11 31,43 4 34 – 43 38,5 11 31,43 9 23,08 4 11,43 5 44 – 53 48,5 7 20,00 7 17,95 3 8,57 6 54 – 63 58,5 4 11,43 3 7,69 2 5,71 7 64 – 73 68,5 1 2,86 0 0 0 0

Jumlah 35 100 39 100 35 100 Keterangan :

F : Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa

%F : Persentase Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa

05

101520253035

% F

reku

ensi

8.5 18.5 28.5 38.5 48.5 58.5 68.5

Nilai Tengah

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Kelas Kontrol

Gambar 7. Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa Materi

Pokok Ikatan Kimia

2. Pencapaian Prestasi Belajar Afektif

Penilaian aspek afektif diperoleh dari jawaban angket siswa. Angket

yang diberikan berupa soal-soal obyektif yang terdiri dari 23 soal, dimana soal

56

tersebut telah diujikan (Try Out) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari

soal tersebut.

Pada awal proses pembelajaran siswa pada mengerjakan soal

pretest afektif untuk mengukur kemampuan afektif awal siswa sebelum

masuk materi ikatan kimia, kemudian pada akhir proses pembelajaran

siswa mengerjakan soal postest untuk mengetahui kemampuan afektif

siswa setelah mengalami pembelajaran dengan metode yang telah

ditentukan.

Selisih nilai pretest siswa pada awal pembelajaran dengan nilai posttest

pada akhir pembelajaran merupakan prestasi afektif siswa. Pada siswa kelas

eksperimen 1 diperoleh selisih nilai tertinggi 31 dan selisih nilai terendah 5

dengan rata-rata selisih nilai 18,5143. Pada siswa kelas eksperimen 2 diperoleh

selisih nilai tertinggi 28 dan selisih nilai terendah 7 dengan rata-rata selisih nilai

15,1282. Pada siswa kelas kontrol diperoleh selisih nilai tertinggi 25 dan selisih

nilai terendah 5 dengan rata-rata selisih nilai 13,0000.

Data perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai prestasi afektif siswa

dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 14 sedangkan histogram distribusi frekuensi

pada Gambar 8.

Tabel 14. Data Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi

Belajar Afektif Siswa Materi Pokok Ikatan Kimia

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol No. Interval Nilai Tengah F % F F % F F % F

1 5 – 8 6,5 3 8,57 6 15,38 6 17,14 2 9 – 12 10,5 4 11,43 8 20,51 9 25,71 3 13 –16 14,5 5 14,29 10 25,64 9 25,71 4 17 – 20 18,5 8 22,86 8 20,51 7 20,00 5 21 – 24 22,5 9 25,71 5 12,82 3 8,57 6 25 – 28 26,5 3 8,57 2 5,13 1 2,86 7 29 – 32 30,5 3 8,57 0 0 0 0

Jumlah 35 100 39 100 35 100 Keterangan :

F : Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa

57

%F : Persentase Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa

0

5

10

15

20

25

30%

Fre

kuen

si

6.5 10.5 14.5 18.5 22.5 26.5 30.5

Nilai Tengah

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Kelas Kontrol

Gambar 8. Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa Materi

Pokok Ikatan Kimia

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Sesuai dengan teknik yang akan dipakai untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat yaiatu uji normalitas, uji homogenitas,

dan uji t-matching.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap nilai pretest, postest dan selisih nilai

prestasi belajar kognitif siswa pada materi pokok Ikatan Kimia

menggunakan uji Lilliefors pada taraf signifikansi 5%. Data hasil uji

normalitas prestasi belajar kognitif siswa dirangkum dalam Tabel 15,

Tabel 16, dan Tabel 17.

58

Perhitungan uji normalitas prestasi belajar kognitif secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 16.

Tabel 15. Data Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Kelompok Siswa Lo maks L tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 1 0,0946 0,1498 Normal Kelas Eksperimen 2 0,0920 0,1419 Normal Kelas Kontrol 0,1206 0,1498 Normal

Tabel 16. Data Hasil Uji Normalitas Nilai Postest Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Kelompok Siswa Lo maks L tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 1 0,1340 0,1498 Normal Kelas Eksperimen 2 0,0871 0,1419 Normal Kelas Kontrol 0,1271 0,1498 Normal

Tabel 17. Data Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Kelompok Siswa Lo maks L tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 1 0,1120 0,1498 Normal Kelas Eksperimen 2 0,0725 0,1419 Normal Kelas Kontrol 0,1213 0,1498 Normal

Uji normalitas terhadap nilai pretest, postest dan selisih nilai

prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok Ikatan Kimia

menggunakan uji Lilliefors pada taraf signifikansi 5%. Data hasil uji

normalitas prestasi belajar afektif siswa dirangkum dalam Tabel 18, Tabel

19, dan Tabel 20. Perhitungan uji normalitas prestasi belajar afektif

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16.

Tabel 18. Data Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa

Kelompok Siswa Lo maks L tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 1 0,0794 0,1498 Normal Kelas Eksperimen 2 0,1036 0,1419 Normal Kelas Kontrol 0,0942 0,1498 Normal

Tabel 19. Data Hasil Uji Normalitas Nilai Postest Prestasi Belajar Afektif Siswa

59

Kelompok Siswa Lo maks L tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 1 0,0870 0,1498 Normal Kelas Eksperimen 2 0,0783 0,1419 Normal Kelas Kontrol 0,0808 0,1498 Normal

Tabel 20. Data Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa

Kelompok Siswa Lo maks L tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 1 0,0852 0,1498 Normal Kelas Eksperimen 2 0,1181 0,1419 Normal Kelas Kontrol 0,1085 0,1498 Normal

Berdasarkan data hasil uji normalitas di atas, maka untuk setiap

kelompok siswa diperoleh harga L0 maks yang lebih kecil dari Ltabel pada

taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

semua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan

varians antara dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Uji homogenitas menggunakan metode Barlett dengan

taraf signifikansi 0,05. Perhitungan uji homogenitas nilai pretest, nilai

postest, dan selisih nilai prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel

21, Tabel 22, dan Tabel 23. Perhitungan uji homogenitas secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 17.

Tabel 21. Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Prestasi Belajar Siswa.

Pretes χ 2hitung χ 2

tabel Kesimpulan Prestasi Belajar Kognitif 0,368 5,991 Homogen Prestasi Belajar Afektif 0,065 5,991 Homogen

Tabel 22. Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Postest Prestasi Belajar Siswa.

60

Postest χ 2hitung χ 2

tabel Kesimpulan Prestasi Belajar Kognitif 0,2770 5,991 Homogen Prestasi Belajar Afektif 0,374 5,991 Homogen

Tabel 23. Data Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Prestasi Belajar Siswa.

Postest χ 2hitung χ 2

tabel Kesimpulan Prestasi Belajar Kognitif 0,660 5,991 Homogen Prestasi Belajar Afektif 2,389 5,991 Homogen

Berdasarkan data hasil uji homogenitas di atas menunjukkan

bahwa tiap variabel diperoleh harga statistik uji tidak melebihi harga

kritik (c2hitung < c2tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel

pada penelitian berasal dari populasi yang homogen.

3. Uji t-matching

Uji keseimbangan dilakukan terhadap nilai pretest siswa pada

materi pokok Ikatan Kimia untuk kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2,

dan kelas kontrol. Uji keseimbangan menggunakan uji t-matching pada

taraf signifikan 5%. Data hasil uji t-matching dapat dilihat pada Tabel 24.

Perhitungan uji homogenitas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran

18.

Tabel 24. Data Hasil Uji t-matching Nilai Pretest Siswa

t hitung Pretest E1 – E2 E1 – E3 E2 – E3

t tabel

Prestasi Belajar Kognitif 0,274 0,646 0,377 -2,0 < t hitung < 2,0 Prestasi Belajar Afektif 0,643 0,830 0,202 -2,0 < t hitung < 2,0

Keterangan :

E1 – E2 : Kelas Eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2

E1 – E3 : Kelas Eksperimen 1 dengan kelas kontrol

E2 – E2 : Kelas Eksperimen 2 dengan kelas kontrol

61

Sampel yang berasal dari populasi seimbang apabila -2,0 £ thitung £ 2,0.

Dari Tabel 24 terlihat bahwa nilai t hitung diantara ttabel. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang seimbang (tidak ada

perbedaan antara rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2,

dan kelas kontrol).

C. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hasil Uji t-Pihak Kanan

Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian

hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada

selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.

a. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.

Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi pokok Ikatan

Kimia pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 25.

Perhitungan uji t-pihak kanan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 19.

Tabel 25. Data Hasil Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif

Kelompok Belajar thitung ttabel Kriteria Kelas Eksperimen 1 - Kelas Eksperimen 2 1,9340 1,67 H0 ditolak Kelas Eksperimen 1 - Kelas Kontrol 3,7060 1,67 H0 ditolak Kelas Eksperimen 2 - Kelas Kontrol 1,7320 1,67 H0 ditolak

Dari hasil perhitungan aspek kognitif diperoleh t hitung > ttabel, sehingga

dapat disimpulkan bahwa rata-rata selisih nilai pretest postest prestasi belajar

kognitif siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2, rata-rata

selisih nilai pretest postest prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen 1 lebih

tinggi dari kelas kontrol, rata-rata selisih nilai pretest postest prestasi belajar

kognitif siswa kelas eksperimen 2 lebih tinggi dari kelas kontrol.

a. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif

Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi afektif siswa materi pokok Ikatan

Kimia pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 26.

Perhitungan uji t-pihak kanan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 19.

62

Tabel 26. Data Hasil Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif

Kelompok Belajar thitung ttabel Kriteria Kelas Eksperimen 1 - Kelas Eksperimen 2 2,435 1,67 H0 ditolak Kelas Eksperimen 1 - Kelas Kontrol 3,917 1,67 H0 ditolak Kelas Eksperimen 2 - Kelas Kontrol 1,741 1,67 H0 ditolak

Dari hasil perhitungan aspek kognitif diperoleh t hitung > ttabel, sehingga

dapat disimpulkan bahwa rata-rata selisih nilai pretest postest prestasi belajar

afektif siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2, selisih nilai

pretest postest prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari

kelas kontrol, selisih nilai pretest postest prestasi belajar afektif siswa kelas

eksperimen 2 lebih tinggi dari kelas kontrol.

3. Pembahasan

Hasil pengujian prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa prestasi

belajar kognitif siswa dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD

dilengkapi media LKS dan komputer lebih tinggi daripada penggunaan metode

NHT dilengkapi media LKS dan komputer, maupun metode ceramah. Hasil

distribusi persen frekuensi menunjukkan bahwa kelas eksperimen 1 mempunyai

rata-rata selisih nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen 2.

Hal tersebut terlihat pada selisih nilai tinggi kelas eksperimen 1 mempunyai

frekuensi yang lebih banyak, baik prestasi belajar kognitif maupun afektif

dibandingkan dengan kelas kelas eksperimen 2 maupun kelas kontrol.

Selain berdasarkan distribusi frekuensi, keefektifan metode pembelajaran

yang digunakan, dapat dilihat dari hasil uji t-pihak kanan. Berdasarkan hasil uji

t-pihak kanan diperoleh rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen 1 lebih

tinggi daripada kelas eksperimen 2 untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 1,9340 >

1,67) dan aspek afektif (thitung > ttabel = 2,435 > 1,67), rata-rata prestasi belajar

siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi daripada kelas kontrol untuk aspek kognitif

(thitung > ttabel = 3,7060 > 1,67) dan aspek afektif (thitung > ttabel = 3,917 > 1,67),

dan rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen 2 lebih tinggi daripada kelas

kontrol untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 1,7320 > 1,67) dan aspek afektif

63

(thitung > ttabel = 1,741 > 1,67). Dengan demikian hipotesis dari penelitian yang

menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif metode STAD dilengkapi media

LKS dan komputer lebih efektif daripada pembelajaran kooperatif metode NHT

dilengkapi media LKS dan komputer untuk aspek kognitif maupun afektif telah

terbukti.

Metode pembelajaran STAD maupun metode NHT ,merupakan bentuk

pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada keaktifan siswa melalui

kegiatan diskusi kelompok yang heterogen. Pada proses belajar mengajar dengan

metode STAD maupun NHT komunikasi berlangsung dalam dua arah, sehingga

peran siswa menjadi aktif dan pembelajaran tidak bersifat teacher centered.

Pengajaran yang biasa dilakukan oleh guru mata pelajaran Kimia SMA

Muhammadiyah 1 Karanganyar kurang meningkatkan prestasi belajar karena

proses belajar mengajar lebih banyak ceramah daripada diskusi maupun latihan

soal serta kurang memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai sehingga siswa

cenderung bosan dan siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk

berfikir kreatif. Penerapan metode STAD dan NHT ditujukan untuk meningkatkan

prestasi belajar kogitif dan afektif siswa.

Selain metode yang sesuai, diperlukan pula media pembelajaran yang

menunjang untuk peningkatan prestasi siswa. Media pembelajaran yang

digunakan untuk mendukung metode STAD dan NHT adalah media LKS dan

komputer. Media LKS berisi latihan yang membantu siswa mengembangkan

rangkuman materi yang ada untuk dapat mengerjakan soal-soal, hal ini

mendorong siswa berfikir kreatif. Sedangkan media komputer dengan

menggunakan program macromedia flash dapat membantu siswa lebih mudah

memahami materi khususnya terbentuknya Ikatan Kimia melalui animasi.

Proses pembelajaran menggunakan metode STAD dan NHT sama-sama

diawali dengan kegiatan pretest untuk menentukan kemampuan awal masing-

masing siswa, pembentukan kelompok diskusi yang heterogen, penyampaian

materi oleh guru menggunakan media komputer, kemudian kegiatan diskusi

dengan menggunakan media LKS.

64

Pada masing-masing metode pembelajaran baik STAD maupun NHT

setelah kegiatan diskusi dilakukan pembahasan. Pembahasan dalam metode

STAD lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan pembahasan dalam metode

NHT karena dilakukan dengan cara salah satu kelompok yang ditunjuk oleh guru

menjelaskan hasil diskusi secara bersama-sama, sedangkan untuk metode NHT

hanya satu siswa untuk tiap kelompok dengan nomor yang ditunjuk guru untuk

menjelaskan hasil diskusi masing-masing kelompoknya. Siswa dalam kelompok

dengan metode STAD lebih merata dalam hal pemahaman materi untuk setiap

anggota kelompok serta waktu yang lebih efisien dibandingkan dengan siswa

dalam kelompok dengan metode NHT.

Tiap akhir pertemuan pada metode STAD diadakan kuis yang bersifat

individu, dalam mengerjakan kuis siswa tidak boleh saling membantu siswa lain.

Nilai kuis satu kelompok dirata-rata, kelompok dengan rata-rata nilai kuis

tertinggi mendapatkan reward dari guru. Karena nilai kuis tiap siswa memberikan

kontribusi bagi nilai kelompok, maka siswa berusaha mengerjakan kuis dengan

sungguh-sungguh. Adanya kuis dalam STAD menjadikan siswa lebih

bersemangat meningkatkan prestasi daripada dalam metode NHT yang dalam

proses belajar mengajarnya tidak adanya kuis yang menyebabkan siswa kurang

termotivasi dalam meningkatkan prestasi belajar.

Dari uraian di atas dan hasil pengujian data diambil kesimpulan bahwa

penggunaan pembelajaran kooperatif metode STAD dilengkapi media LKS dan

komputer lebih efektif daripada pembelajaran kooperatif metode NHT dilengkapi

media LKS dan komputer maupun metode ceramah ditinjau dari prestasi belajar

kognitif maupun afektif siswa.

65

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pembelajaran kooperatif metode STAD dilengkapi LKS dan media

komputer lebih efektif daripada pembelajaran kooperatif metode NHT dilengkapi

LKS dan media komputer maupun metode ceramah pada materi pokok Ikatan

Kimia terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, maka

diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru kimia tentang:

1. Pengajaran dengan menggunakan metode STAD dilengkapi LKS dan media

komputer lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

dibandingkan pengajaran dengan menggunakan metode NHT dilengkapi

LKS dan media komputer maupun metode ceramah pada materi pokok

Ikatan Kimia.

2. Pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD

dilengkapi LKS dan media komputer dapat digunakan oleh guru sebagai

alternatif pembelajaran Kimia khususnya materi pokok Ikatan Kimia

sebagai upaya peningkatan prestasi siswa aspek kognitif dan aspek afektif.

66

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka dapat

disarankan sebagai berikut :

1. Perlu adanya penggunaan metode pembelajaran kooperatif yang efektif yaitu

metode STAD dilengkapi LKS dan media komputer maupun metode NHT

dilengkapi LKS dan media komputer sehingga tercapai kegiatan belajar

mengajar yang menjadikan siswa aktif, dinamis serta dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa khususnya pada materi pokok Ikatan Kimia.

2. Supaya diadakan penelitian serupa pada pokok bahasan yang lain serta

melibatkan variabel yang lebih banyak sehingga dapat diketahui sejauh mana

efektifitas dari pembelajaran kooperatif metode STAD dilengkapi LKS dan

media komputer maupun metode NHT dilengkapi LKS dan media komputer.

67

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Arief. S. Sadiman. 2007. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grasindo Persada. Armstrong, Scott. 2008 . Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a

twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude. Journal of Social Studies Research Kansas: University of Southern Mississippi. Volume 4/29.

Budiyono. 2004. Statistika. Surakarta : UNS Press Bambang Sugiarto. 2004. Modul Kim.05.Ikatan Kimia dan Tatanama. Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional Djago Tarigan . 1990. Proses Belajar Mengajar : Pragmatik. Bandung : Angkasa Francis A.Adesoji dan Tunde L. Ibraheem. 2009. Effects of Student Teams

Achievment Divisions Strategy and Mathematics Knowledge on Learning out Comes in Chemical Kinetics. The Journal Of International Social Research .Volume 2/6 Winter 2009.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius. Michael Purba. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

68

Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya : Airlangga University Press.

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.

Rosdakarya Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : Gramedia

Widiasarana Indonesia. Oemar Hamalik. 1989. Komputerisasi Pendidikan Nasional. Bandung : Mandar

Maju. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning (Teori, riset dan praktek). Bandung:

Nusa Media. Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen

Pendidikan Tinggi Depdiknas. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta. Suyatno. 2007. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Grasindo. Tabrani Rusyan. 1990. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

W.S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. Yayan Sunarya dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia.

Bandung: PT Setia Purna Inves. Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung :

Remaja Rosdakarya