studi komparasi laboratorium riil dengan

109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Oleh: IKA NUGRAHA FITRIANA NIM K3306007 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: danglien

Post on 15-Jan-2017

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM

VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU

DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK

SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP

SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN

2009/2010

Skripsi

Oleh:

IKA NUGRAHA FITRIANA

NIM K3306007

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM

VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU

DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK

SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP

SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN

2009/2010

Oleh : Ika Nugraha Fitriana

K 3306007

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Menyusun Skripsi Program Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan Matematika

dan IlmuPengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Ashadi NIP. 19510102 197501 1 001

Dosen Pembimbing II

Dra. Bakti Mulyani, M. Si NIP. 131 472 285

Page 4: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program

Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Tri Redjeki, M.Si ................. NIP. 19510601 197603 2 004

Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, Apt., M.Si ................. NIP. 19490317 197603 1 002

Anggota I : Prof. Dr. Ashadi ................. NIP. 19510102 197501 1 001

Anggota II : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ................. NIP. 131 472 285

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Ika Nugraha Fitriana. K3306007. STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (2) Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (3) Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian desain faktorial 2×2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI IA RSBI 1 dan XI IA RSBI 6 semester genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan secara Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan metode angket untuk prestasi belajar afektif dan kreativitas. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama dengan persyaratan uji normalitas dengan uji Liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlet dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid. Hal ini ditunjukkan pada kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dengan rata-rata selisih nilai kognitif 50,733 dan afektif 111,808, sedangkan kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih nilai kognitif 44,082 dan afektif 103,794. (2) Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung>Ftabel yaitu 4,43 > 3,978 untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif dengan harga Fhitung > Ftabel yaitu 12,962> 3,978. (3) Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978). Kata kunci: CTL (Contextual Teaching and Learning), laboratorium riil,

laboratorium virtual, sistem koloid.

Page 6: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Ika Nugraha Fitriana. K3306007. A COMPARATIVE STUDY OF REAL LABORATORY WITH VIRTUAL LABORATORY IN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT VIEWED FROM STUDENT’S CREATIVITY ON SUBJECT MATTER COLLOIDAL SYSTEM AT SECOND GRADE AT EVEN SEMESTER IN SMA NEGERI 1 CILACAP ACADEMIC YEAR 2009/2010. Minor Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, July 2010.

The aims of this research to knows: (1) The influence of implementation CTL by using real laboratory and virtual laboratory toward learning achievement on subject matter colloidal system. (2) The influence of creativity level toward student’s achievement on subject matter colloidal system. (3) The interaction between CTL by using real laboratory and virtual laboratory with student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system.

This research used an experiment method by using factorial design 2 x 2. The sample in this research were the student’s of XI Science RSBI 1 and XI Science RSBI 6 in State Senior High School 1 Cilacap in 2009/2010 period. Sampling technique is used Random Sampling. Data collection technique gained from objective test method to measure cognitive learning achievement and questionnaire method to measure affective achievement and creativity. The analysis of data technique used in this research was A Two-Way Variance Analysis with different cells which had the requirement Liliefors test to analyze normality, Bartllet test to analyze homogeneity and continued with double comparative test that use Scheffe method. Based on this research of the analysis can be conclude: (1) The student’s achievement of CTL by using real laboratory is higher than student’s achievement of CTL by using virtual laboratory on subject matter of colloidal system. It can be shown that CTL by using real laboratory class has average cognitive point difference 50,733 and affective 111,808, while CTL by using virtual laboratory class has average cognitive point difference 44,082 and affective 103,794. (2) The achievement of the students which have high creativity is higher than the students which have low creativity on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs > Ftable is 4,43 > 3,978 for cognitive achievement and 12,962> 3,978 for affective. (3) There is no interaction between CTL by using real laboratory and CTL by using virtual laboratory with the student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs(0,3) < Ftable(3,978) for cognitive achievement and Fobs(0,00976) < Ftable (3,978) for affective. Keywords: CTL (Contextual Teaching and Learning), real laboratory, virtual

laboratory, colloidal system

Page 7: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan sungguh-sungguh urusan yang lain”

(QS. Al-Insyirah: 6-7)

“…..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”

(QS. Ar Ra’d : 11)

“Confusion is the biggest enemy of good thinking. Simplicity is the key. When thinking is clear and simple, it becomes more enjoyable and more effective”

(Edward de Bono)

“Plan your work and work your plan” (Penulis)

Page 8: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada:

• Alm Bapak, semoga aku bisa membanggakanmu

• Ibu tercinta atas segala doa yang tak pernah terputus, cinta, kasih

sayang dan pengorbanannya demi sebuah cita-cita

• Adikku yang senantiasa memberi semangat dan doa

• My dear, yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan

semangat untuk selalu optimis

• Teman-teman Wisma en_en yang selalu menemani dalam keadaan

senang dan sedih

• Teman-Teman Kimia’06 dan Almamater

• Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi

Karya ini adalah wujud rasa cinta, hormat dan bakti. Semoga Allah

SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNya atas semua ini.

Page 9: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Hanya karena rahmat dan hidayah-Nya,

penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini.

Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat

diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

ijin penelitian.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.

3. Dra. Tri Redjeki, M.S, Selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Haryono, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Kimia Jurusan

P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

5. Prof. Dr. Ashadi, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam

penyusunan Skripsi ini.

6. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Drs. Tri Winarso, M.Ed., Selaku Kepala SMA Negeri I Cilacap yang telah

mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Ani Parwati, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri I Cilacap

yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Page 10: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

10. My dear, Evan yang telah membantu baik material maupun spiritual dari awal

hingga akhir Skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku (Hezty, Yayiek, Dee, Nichen) yang selalu memberi semangat

untuk maju.

12. Teman-teman Kimia angkatan ’06 terimakasih untuk segala dukungan,

persahabatan dan bantuannya.

13. Teman-teman Wisma en_en (Ria, Nichen, Chandra, Santi, Fitri)

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Surakarta, Agustus 2010

Penulis

Page 11: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN....... ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....... .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

MOTTO ............................................................................................................. ix

PERSEMBAHAN .............................................................................................. xi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... xii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 4

C. Pembatasan Masalah…………………………………………... 5

D. Perumusan Masalah…………………………………………… 5

E. Tujuan Penelitian……………………………………………… 6

F. Manfaat Penelitian……………………………………………… 6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 8

1. Studi Komparasi .................................................................... 8

2. Belajar dan Pembelajaran…………………………………... 8

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)…….................... 11

a. Definisi CTL..................................................................... 11

b. Komponen CTL ................................................................ 12

Page 12: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

4. Laboratorium ........................................................................ 17

a. Laboratorium Riil ............................................................. 17

b. Laboratorium Virtual ....................................................... 18

5. Prestasi Belajar ..................................................................... 20

a. Ranah Kognitif ............................................................... 21

b. Ranah Afektif .................................................................. 22

c. Ranah Psikomotorik ........................................................ 22

6. Kreativitas ............................................................................. 23

a. Definisi Kreativitas.......................................................... 23

b. Ciri-ciri Kreativitas.......................................................... 24

c. Pengukuran Kreativitas................................................... 26

7. Materi Sistem Koloid ............................................................ 26

a. Sistem Koloid ................................................................. 27

b. Sifat-sifat Koloid ............................................................ 29

1) Efek Tyndall ................................................................ 29

2) Gerak Brown ............................................................... 30

3) Muatan Koloid ............................................................. 31

4) Koagulasi ..................................................................... 32

5) Koloid Pelindung .......................................................... 34

6) Dialisis .......................................................................... 34

7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob .................................. 35

c. Pengolahan Air Bersih ................................................... 37

d. Pembuatan Sistem Koloid .............................................. 39

B. Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………… 40

C. Kerangka Berfikir……………………………………………… 43

D. Hipotesis………………………..................…………………… 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 48

B. Metode Penelitian ........................................................................ 48

C. Variabel Penelitian ...................................................................... 49

Page 13: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

D. Populasi dan Sampel.................................................................... 50

1. Populasi ................................................................................. 50

2. Sampel ................................................................................... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 51

1. Metode Tes ............................................................................ 51

2. Metode Angket ...................................................................... 51

F. Instrumen Penelitian .................................................................... 51

1. Instrumen Penilaian Kognitif ................................................ 51

a. Uji Validitas .................................................................... 51

b. Uji Reliabilitas ................................................................ 53

c. Uji Taraf Kesukaran Soal ................................................ 54

d. Daya Pembeda Soal......................................................... 55

2. Instrumen Penilaian Afektif .................................................. 56

a. Uji Validitas .................................................................... 57

b. Uji Reliabilitas ................................................................ 57

3. Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa ................................. 59

a. Uji Validitas .................................................................... 59

b. Uji Reliabilitas ................................................................ 60

G. Teknik Analisis Data ................................................................... 61

1. Uji Prasyarat ......................................................................... 61

a. Uji Normalitas ................................................................. 61

b. Uji Homogenitas ............................................................. 62

2. Pengujian Hipotesis ............................................................... 62

3. Analisis Variansi Dua Jalan .................................................. 62

4. Uji Komparasi Ganda ............................................................ 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ............................................................................. 68

1. Data Nilai Kreativitas Siswa ................................................ 68

2. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid .............. 70

3. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Sistem Koloid ....... 70

Page 14: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

4. Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid ............................. 71

B. Hasil Penelitian ............................................................................ 73

1. Uji Normalitas ...................................................................... 73

2. Uji Homogenitas ................................................................... 74

C. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 75

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ............. 75

2. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan ....................................... 78

a. Aspek Kognitif .............................................................. 78

b. Aspek Afektif ................................................................ 79

E. Pembahasan ................................................................................. 80

1. Pengujian Hipotesis Pertama..... ........................................... 80

a. Aspek Kognitif .............................................................. 81

b. Aspek Afektif ................................................................ 83

2. Pengujian Hipotesis Kedua..... ............................................. 84

3. Pengujian Hipotesis Ketiga..... ............................................. 85

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 87

B. Implikasi ...................................................................................... 88

C. Saran ............................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90

LAMPIRAN ....................................................................................................... 92

Page 15: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi.........………….... 27

Tabel 2. Jenis-Jenis Koloid ………………………….……………... 28

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 11.

Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Tabel 15.

Tabel 16.

Tabel 17.

Tabel 18.

Tabel 19.

Tabel 20.

Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob....................…….

Desain Penelitian: Faktorial 2x2...........................................

Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian

Kognitif.................................................................................

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian

Kognitif.................................................................................

Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal......................

Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal...........................

Skor Penilaian Afektif...........................................................

Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Afektif...............

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif...........

Skor Penilaian Kreativitas.....................................................

Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas.........

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreativitas.....

Notasi dan Tata Letak Data...................................................

Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.......

Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa

antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada

Materi Sistem Koloid............................................................

Rangkuman Deskripsi Data Penelitian..................................

Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif

Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II

Pada Materi Sistem Koloid...................................................

Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif

Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi

Sistem Koloid…....................................................................

37

48

53

54

55

56

56

57

58

59

60

61

64

66

69

70

71

72

Page 16: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Tabel 21.

Tabel 22.

Tabel 23.

Tabel 24.

Tabel 25.

Tabel 26.

Tabel 27.

Tabel 28.

Tabel 29.

Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai

Kognitif……………........................................................….

Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif………….

Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif……..

Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif...............

Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak

Sama Aspek Kognitif…………………………………..…..

Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif………………..

Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak

Sama Aspek Afektif………………………………......…....

Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif

Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif..

73

74

75

76

76

76

77

78

79

Page 17: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ciri-ciri Kreativitas Ditinjua Secara Kognitif dan Afektif........ 24

Gambar 2. Suspensi..................................................................................... 28

Gambar 3. Koloid........................................................................................ 28

Gambar 4. Parfum................................................................................. …. 29

Gambar 5. Beberapa Produk Kosmetik…………….. …………………… 29

Gambar 6. Larutan Sejati.................................................... ....................... 29

Gambar 7. Sistem Koloid........................................................... ………… 29

Gambar 8. Gerak Brown…………………………………………………. 30

Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat .......... 30

Gambar 10. Adsorbsi Ion-Ion dalam Air........................………………….. 31

Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana........................................................ 32

Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit.................... 33

Gambar 13. Dialisis..................…………………………………………… 34

Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah.................................................. 35

Gambar 15.

Gambar 16.

Gambar 17.

Gambar 18.

Gambar 19.

Gambar 20.

Gambar 21.

Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil...………………………

Susunan Alat Penyaring Air Sederhana.....................................

Bagan Pengolahan Air Bersih....................................................

Bagan Kerangka Berpikir..........................................................

Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem

Koloid.........................................................................................

Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif antara Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem

Koloid.........................................................................................

Histogram Perbandingan Nilai Afektif antara Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem

Koloid………………………………………………………….

36

38

38

46

69

71

73

Page 18: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran...................................................… 92

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Lampiran 16.

Lampiran 17.

Lampiran 18.

Lampiran 19.

Lampiran 20.

Lampiran 21.

Lampiran 22.

Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)…….

Kisi-kisi Penyusunan Penilain Aspek Kognitif...…….…

Instrumen Penilaian Kognitif..……………………….…

Kunci Jawaban Instrumen Kognitif.………………….…

Lembar Jawaban…………………………………….…..

Kisi-kisi dan Indikator Angket Afektif……………….…

Angket Aspek Afektif…………………………….….….

Kisi-kisi dan Indikator Instrumen Kreativitas…….…….

Angket Kreativitas Siswa…………………….…………

Colloid Experiment’s Guide (Petunjuk Praktikum

Koloid)…………………………………………………..

Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf

Kesukaran Soal Penilaian Kognitif..................................

Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen Aspek

Afektif...............................................................................

Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen

Kreativitasa.......................................................................

Data Induk Penelitian.......................................................

Distribusi Frekuensi Data Kreativitas..............................

Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif.....................

Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif.......................

Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen I...............

Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen II..............

Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas

Eksperimen I...................................................................

Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas

Eksperimen II..................................................................

94

102

103

112

113

114

116

119

120

124

132

136

140

144

145

148

151

154

155

156

157

Page 19: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Lampiran 23.

Lampiran 24.

Lampiran 25.

Lampiran 26.

Lampiran 27.

Lampiran 28.

Lampiran 29.

Lampiran 30.

Lampiran 31.

Lampiran 32.

Lampiran 33.

Lampiran 34.

Lampiran 35.

Lampiran 36.

Lampiran 37.

Lampiran 38.

Lampiran 39.

Lampiran 40.

Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari

Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen I.......................

Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari

Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen I..........................

Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari

Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen II...........................

Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari

Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen II.........................

Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas

Tinggi...............................................................................

Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas

Rendah.............................................................................

Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I......

Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen II.....

Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas

Tinggi Kelas Eksperimen I...............................................

Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas

Rendah Kelas Eksperimen I.............................................

Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas

Tinggi Kelas Eksperimen II..............................................

Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas

Rendah Kelas Eksperimen II............................................

Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas

Tinggi..............................................................................

Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas

Rendah..............................................................................

Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa........................

Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa Ditinjau dari

Kreativitas.........................................................................

Uji Homogenitas Antar Sel (Kognitif).............................

Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa..........................

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

Page 20: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Lampiran 41.

Lampiran 42.

Lampiran 43.

Lampiran 44.

Lampiran 45.

Lampiran 46.

Lampiran 47.

Lampiran 48.

Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa Ditinjau dari

Kreativitas.........................................................................

Uji Homogenitas Antar Sel (Afektif)...............................

Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif).....

Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Kognitif)

Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif).....

Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Afektif)..

Media Laboratorium Virtual............................................

Dokumentasi Penelitian...................................................

176

177

178

182

184

188

190

197

Page 21: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang harus segera

diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak

terlepas dari kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran di

kelas merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa

suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Keberhasilan proses pendidikan

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi

pemanfaatan prinsip-prinsip pembelajaran seperti pendekatan, model, strategi, dan

metode pembelajaran. Hal ini harus dimanfaatkan secara optimal supaya mampu

mengembangkan semua unsur internal yang dimiliki peserta didik secara lebih

intensif.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan hendaknya mengacu pada empat

pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang terdapat dalam buku

Learning: The Treasure Within yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know),

belajar untuk melakukan sesuatu/bekerja terampil (learning to do), belajar untuk

menjadi seseorang/pribadi (learning to be), dan belajar untuk menjalani kehidupan

bersama (learning to live together). Jadi, pembelajaran yang dilaksanakan tidak lagi

berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa (Syafaruddin, 2002: 3).

Sejauh ini pembelajaran yang diterapkan di Indonesia hanya bersifat satu

arah berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa yang menitikberatkan pada

penguasaan materi dan belum menuju pada aspek kecakapan hidup (life skill

oriented) sehingga hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal

fakta-fakta dalam jangka pendek. Belajar akan lebih bermakna jika anak

‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga

diperlukan konsepsi pembelajaran yang bisa meghadirkan situasi belajar yang

bermakna bagi siswa. Hal ini akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya

untuk menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.

1

Page 22: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu bentuk pendekatan

pembelajaran yang dapat digunakan kearah kecakapan hidup (life skill). Kecakapan

hidup atau life skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani

menghadapi problema hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara

proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu

mengatasinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi dari

pendekatan tersebut adalah guru bersama siswa bekerja dan mengalami

pengetahuan yang dipelajari, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke

siswa. Siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana

mencapainya (Nurhadi, 2004: 41).

Metode praktikum di laboratorium riil merupakan suatu bentuk pengajaran

yang bersifat khusus dan istimewa yang dimanfaatkan seoptimal mungkin yang

bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam

keadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam teori. Dalam metode ini siswa dapat

aktif melakukan percobaan secara langsung, mengamati prosesnya dan

menyimpulkan hasil percobaannya, sehingga siswa dapat membentuk konsep dari

teori yang dipelajarinya.

Dalam melaksanakan praktikum, siswa juga dapat melakukannya dengan

cara laboratorium virtual. Karakteristik laboratorium virtual adalah program yang

berisi alat-alat laboratorium yang berfungsi sebagaimana alat riil. Para siswa diajak

untuk memberikan respon, komputer akan merespon dan memberikan feed back

segera pada siswa dalam bentuk programmed instruction. Pada laboratorium virtual

siswa dapat melaksanakan percobaan sendiri secara bebas,tanpa ada rasa takut salah

berdasarkan petunjuk praktikum yang ada, bahkan siswa dapat mengembangkan

sendiri dari petunjuk praktikum yang ada (Mujiyono, 2005: 13).

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan proses

pembelajaran yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial

dimiliki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan

2

Page 23: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

yang tepat. Kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara individu dan

lingkungannya. Kreativitas juga sangat dibutuhkan saat siswa melakukan praktikum

untuk mengeksplor kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya. Seseorang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, dengan demikian baik perubah

di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat

menghambat upaya kreatif yang berperan penting dalam pembelajaran.

Di dalam pelajaran kimia SMA, terdapat suatu materi yang penting untuk

diajarkan karena berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu materi sistem

koloid. Pada materi ini dibahas mengenai perbedaan antara sistem koloid dan sistem

dispersi lainnya, sifat-sifat koloid, pengaruh dari sifat-sifat koloid dan berbagai cara

untuk membuat partikel koloid dalam dunia industri. Dengan mempelajari materi ini

siswa mendapatkan pengetahuan yang luas, bahkan manfaatnya menjadi lebih

apabila siswa dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi

sistem koloid lebih menekankan pada ketrampilan siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan melakukan percobaan-percobaan yang

berkaitan dengan materi sistem koloid. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif

menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka dalam materi pokok

koloid (Gebi dan Siti, 2007: 2).

Dalam proses penyampaian materi pelajaran kimia yang dijumpai di SMA

Negeri 1 Cilacap masih menggunakan metode ceramah yang menjadikan guru

sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Siswa pada umumnya mendengarkan,

membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam

tidak kuat. Selain itu keterbatasan laboratorium dan waktu terkadang memaksa siswa

untuk tidak melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini dapat menimbulkan masalah

dalam peningkatan prestasi belajar dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan

prestasi serta kreativitas siswa, diperlukan suatu pengembangan pendekatan, metode,

maupun media pembelajaran. Hal inilah yang memotivasi dilakukannya pendekatan

yang berimplementasi pada kehidupan nyata. Pendekatan CTL yang dikombinasikan

dengan metode praktikum dan berbantuan media komputer akan membantu siswa

untuk lebih mudah memahami dan menanamkan konsepnya dalam kehidupan

sehari-hari.

3

Page 24: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul:

“Studi Komparasi Laboratorium Riil dengan Laboratorium Virtual pada

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar

Ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester

Genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium

virtual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem

koloid?

2. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium

virtual sesuai untuk materi pokok sistem koloid materi pokok sistem koloid?

3. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi pelajaran dengan pembelajaran CTL

menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada pembelajaran CTL

menggunakan laboratorium virtual?

4. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium

virtual berpengaruh terhadap aspek kognitif ataukah aspek afektif siswa?

5. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi

pokok sistem koloid?

6. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil

dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar

siswa?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu

diberikan batasan masalah. Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi

masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada:

4

Page 25: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxv

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI RSBI semester genap SMA Negeri

1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.

2. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan CTL dengan

menggunakan metode praktikum, yaitu dengan melaksanakan praktikum di

laboratorium dan laboratorium virtual.

3. Media pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam laboratorium riil adalah peralatan

dan bahan-bahan riil untuk melakukan praktikum koloid (alat dan bahan yang

dibutuhkan selengkapnya terdapat pada hal.124-131), sedangkan pada

laboratorium virtual digunakan software laboratorium virtual yang berisi

praktikum koloid.

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok sistem koloid yang mencakup

penggolongan koloid, sifat-sifat koloid, dan pembuatan koloid.

5. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek

kognitif dan afektif. Aspek psikomotor tidak dapat dibandingkan karena

instrumen yang digunakan pada kedua variabel berbeda.

6. Kreativitas Siswa

Kreativitas siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.

7. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dilihat dari

prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah pada materi

pokok sistem koloid.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

5

Page 26: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvi

1. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi belajaran dengan pembelajaran CTL

menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan

laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid?

2. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi

pokok sistem koloid?

3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil

dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi

pokok sistem koloid?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan

CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada

materi pokok sistem koloid.

2. Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem

koloid.

3. Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual

dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok

sistem koloid.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya tentang

teori pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan laboratorium riil dan virtual

pada materi pokok sistem koloid.

2. Manfaat praktis:

a. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususnya tenaga pengajar di

SMA negeri 1 Cilacap dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran

6

Page 27: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvii

yang berorientasi pada keterlibatan aktif siswa pada kegiatan belajar

mengajar dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu siswa

dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai

kompetensi yang optimal.

b. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi metode

dan media pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas.

c. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk penelitian pembelajaran CTL

menggunakan laboratorium riil dan virtual.

7

Page 28: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxviii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Studi Komparasi

Studi berasal dari kata “to study”, yang berarti belajar atau mempelajari.

Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari. Sedangkan komparasi dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Suharsimi Arikunto

(2006: 268) menyebutkan bahwa komparasi yaitu perbandingan dua atau tiga

kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Aswarni Sujud mengemukakan

bahwa “Penelitian Komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide,

kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja”

(Suharsimi Arikunto, 2006: 267).

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi komparasi

adalah bentuk penelitian yang membandingkan antara beberapa variabel atau

kejadian yang saling berhubungan dengan menemukan perbedaan atau

persamaannya.

2. Belajar dan Pembelajaran

Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua

kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan

belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan

sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.

a. Pengertian Belajar

Penjelasan belajar menurut beberapa ahli antara lain:

1) Gestalt menerangkan bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan atau

perubahan insait-insait (insight), pandangan-pandangan (outlooks), harapan-

harapan atau pola berpikir. Teori ini memungkinkan guru untuk melihat

seseorang, lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya (Ratna Wilis

Dahar, 1989: 20).

8

Page 29: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxix

2) Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikologi, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pemahaman-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap, perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996: 53).

3) Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka

responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9)

4) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa

bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada

pada individu yang belajar (Nana Sudjana, 1989: 5).

5) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2003: 5).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

perubahan tingkah laku, proses memperoleh motivasi maupun penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi dengan

lingkungannya.

b. Teori-teori Belajar

1) Teori Perkembangan Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,

yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf.

Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin

meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat

didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan

mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.

9

Page 30: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxx

2) Teori Belajar Penemuan Menurut Bruner

Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,

aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

3) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel

Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang

dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki

siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk

mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar

dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif

orang yang belajar.

4) Teori Belajar menurut Gagne

Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada

lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu: (a) belajar responden, (b)

belajar kontiguitas, (c) belajar operant, (d) belajar observasional, dan (e) belajar

kognitif.

(Ratna Wilis Dahar, 1989: 12-18).

c. Pengertian Pembelajaran

Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang

dikemukakan oleh para ahli, antara lain :

1) Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa

belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam kegiatan

belajar mengajar (H.J.Gino,dkk , 1996: 32).

2) Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba

menolong, membimbing sesorang untuk mendapatkan, mengubah atau

mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan

(Slameto, 2003: 32).

3) Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi,

yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar

dengan siswa sebagai subyek pokok (Sardiman, 2001: 14).

10

Page 31: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxi

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya

perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri belajar. Ciri-ciri

interaksi belajar mengajar yaitu memiliki tujuan, ada suatu prosedur yang direncana,

ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai suatu aktivitas, ada guru

sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian

tujuan serta ada penilaian (Edi Suardi dalam Sardiman, 2001: 16-17).

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa

komponen antara lain:

a) Standar kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau

ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran

tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi yang harus dimiliki oleh

lulusan dalam suatu mata pelajaran.

b) Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang

harus dimiliki oleh lulusan, kompetensi minimal yang harus dilakukan atau

ditampilkan oleh siswa di standar kompetensi untuk suatu pelajaran.

c) Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon

yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan

bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.

d) Materi pokok adalah bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk

menguasai kompetensi dasar.

(Depdiknas, 2003: 27-30)

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang

mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi

dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Pendekatan kontekstual

merupakan suatu proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di

dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-

11

Page 32: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxii

subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan

konteks keadaan pribadi,sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2006: 19).

b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni :

konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling) dan penilaian

sebenarnya (Authentic Assesment) (Johnson, 2006: 21-22).

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi)

pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak

sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau

kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu

memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide

bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks

ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses

mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa

membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses

belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

2. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’.

Questioning (bertanya) merupakan pendekatan pembelajaran CTL. Bertanya dalam

pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan

menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian

penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali

12

Page 33: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiii

informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian

pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna:

a. menggali informasi baik administrasi maupun akademis

b. mengecek pemahaman siswa

c. membangkitkan respon kepada siswa

d. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

e. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

g. untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

h. untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan : antara

siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara

siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas

bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika

menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat

menimbulkan keinginan untuk bertanya.

3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus

selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi

yang diajarkannya.

Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut:

a. observasi (observation)

b. bertanya (questioning)

c. mengajukan dugaan (hyphotesis)

d. pengumpulan data (data gathering)

e. penyimpulan (conclussion)

Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang

berpola pada metode-metode sains dan memberikan kesempatan siswa untuk

13

Page 34: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiv

pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan

untuk memecahkan masalah tersebut.

Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain:

a. merumuskan masalah (dalam pembelajaran apapun)

b. mengamati atau melakukan observasi

c. menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,tabel,

dan karya lainnya.

d. mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,

guru, atau audien lain.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar

meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana

caranya? Tolong bantuin aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara

mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat

belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan

antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar kelas,

semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan selalu

melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa

dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai

mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat

menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera

memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi bentuknya,

baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru

melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.

5. Pemodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu

berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara

mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu,

dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam

14

Page 35: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxv

pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan

melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh

mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai

model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi

yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleks merupakan

respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima,

dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.

Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari,

catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-

lain.

7. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini

diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian

ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh

positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental, maupun

psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada

sekedaar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus menerus selama

kegiatan pembelajran berlangsung, yang mencakup penilaian aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran CTL tidak hanya ditentukan oleh

perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh

aspek.

Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang ditempuh secara garis

besarnya antara lain:

a. mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya

b. melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

15

Page 36: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvi

c. mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d. menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok)

e. menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran

f. melakukan refleksi di akhir pertemuan

g. melakukan penilaian autentik

(Nurhadi, 2004: 103-106)

Dalam pengelolaannya pembelajaran CTL ini dilakukan dengan model daur

belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk:

a. kegiatan awal (eksplorasi), guru menyajikan fenomena untuk menggali

pengetahuan awal siswa

b. kegiatan inti (eksplanasi),guru membimbing siswa merumuskan masalah dan

hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan

menyimpulkan data

c. pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui

kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar

d. penilaian (evaluasi), guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi

dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL memiliki

kelebihan antara lain:

a. meningkatkan akademik siswa

b. siswa menjadi lebih aktif

c. siswa praktik, bukan menghafal

d. siswa dilatih untuk berfikir kritis

e. siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah

Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran CTL juga memiliki beberapa

kekurangan yaitu:

a. kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama

b. keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu

sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok

c. memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya

16

Page 37: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvii

4. Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan percobaan dan

penelitian, dapat berupa ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Dalam

pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup dimana

percobaan dan penelitian dilakukan.

Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari dan berusaha

memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan-pengamatan. Oleh karena itu

dalam pelajaran IPA, siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi harus melakukan

kegiatan sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang ilmu

yang dipelajarinya.

Laboratorium IPA adalah sebuah tempat dimana guru dan siswa melakukan

percobaan dan penelitian. Jadi laboratorium adalah tempat khusus yang dilengkapi

dengan alat-alat dan bahan untuk melaksanakan percobaan/praktikum. Di

laboratorium siswa memperoleh data/informasi yang berasal dari benda yang asli

maupun tiruannya, serta dapat mendudukkan cara mempelajari IPA sebagaimana

seharusnya.

a. Laboratorium Riil

Menurut Mujiyono (2005: 14) laboratorium riil adalah laboratorium tempat

khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan

percobaan/praktikum. Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami

diantaranya:

1) Pengenalan Alat

Laboratorium riil dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung, atau

siswa untuk memegang secara langsung.

2) Pengamatan

Dengan penerapan laboratorium riil kegiatan siswa memusatkan perhatian

terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera terhadap alat riil yang

dihadapinya melalui penglihatan.

3) Percobaan

Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum

yang sudah disiapkan sehingga setelah mendapatkan data siswa mencatatnya.

17

Page 38: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxviii

Laboratorium riil yang diterapkan pada materi pokok sistem koloid memiliki

kelebihan antara lain:

1) Melibatkan siswa secara langsung. Siswa dapat melihat, melakukan, dan

mengamati secara langsung proses eksperimen di laboratorium.

2) Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen koloid merupakan bahan-

bahan yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak

berbahaya sehingga membantu siswa mempermudah dalam memahami

konsep materi yang dipelajari.

3) Meningkatkan ketrampilan yang nantinya digunakan dalam masyarakat.

Materi koloid juga mempelajari tentang aplikasi koloid dalam bidang industri

seperti industri makanan, sehingga dengan adanya eksperimen di

laboratorium riil dapat meningkatkan ketrampilan siswa untuk diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa kekurangan laboratorium riil:

1) Tidak dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak.

2) Eksperimen hanya dilakukan satu kali dan tidak dapat diulang kembali.

3) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan eksperimen di

laboratorium.

b. Laboratorium Virtual

Laboratorium virtual adalah alat-alat laboratorium dalam program

(software) komputer, dioperasikan dengan komputer. Dari kecanggihan yang

ditunjukkan komputer yang selanjutnya dikenal dengan Computer Assisted

Instruction (CAI). CAI adalah suatu bagian/segmen pelajaran disampaikan dengan

media komputer. Para siswa diajak untuk memberikan respon, komputer akan

merespon dan memberikan feed back segera pada siswa dalam bentuk Programmed

Instruction.

Menurut Oemar Hamalik (1994:5) disebutkan bahwa komputer merupakan

suatu teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi

secara cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Komputer dapat dijadikan

sebagai sebuah media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan

kreativitas serta perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.

18

Page 39: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxix

Dalam menggunakan media komputer sebagai pembelajaran, untuk

direncanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan

komputer sebagai pembelajaran berjalan efektif pula. Pembelajaran menggunakan

komputer perlu direncanakan dengan baik agar dapat menumbuhkan minat peserta

didik, melibatkan peserta didik secara aktif dan mengevaluasi tingkat pemahaman

siswa.

1) Pengenalan Alat

Dalam mengenalkan alat siswa ditunjukkan langsung oleh guru karena

siswa sebelumnya telah menggunakan komputer, sehingga dalam pengenalan alat

untuk praktikum dapat dilakukan secara mudah.

Karakteristik laboratorium virtual dapat disebutkan sebagai berikut:

a. berisi alat-alat laboratorium yang dapat berfungsi sebagaiman alat-alat riil

b. dapat dirangkai menjadi puluan percobaan atau desain teknologi sederhana

c. sangat mudah dioperasikan, satu komputer dioperasikan oleh satu siswa

d. dalam program ini aktivitas 100 % di tangan pemakai, pemakai bebas

melakukan eksplorasi/eksperimen.

2) Pengamatan

Siswa yang menggunakan laboratorium virtual dalam mengamati:

a. bekerja secara mandiri

b. umpan balik dilakukan secara baik oleh respon alat maupun dari guru

c. siswa dapat mencoba-coba dan melihat kejadian yang terjadi.

3) Percobaan

Siswa dapat melakukan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut

salah berdasarkan petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat

mengembangkannya sendiri dari petunjuk praktikum yang ada.

Kelebihan laboratorium virtual ditinjau dari materi pokok sisten koloid

antara lain:

1) Dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak.

2) Eksperimen dapat dilakukan berulang-ulang sampai siswa benar-benar

memahaminya.

19

Page 40: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xl

3) Membutuhkan waktu sedikit untuk bereksperimen sehingga siswa memiliki

waktu yang lebih banyak untuk mendiskusikan materi koloid yang lain.

Beberapa kekurangannya antara lain:

1) Siswa tidak dapat melakukan serta mengamati proses eksperimen secara

langsung/nyata.

2) Ketrampilan siswa dalam bereksperimen kurang tereksplor.

3) Tidak semua simulasi yang ada dalam laboratorium virtual sama persis

dengan kondisi di dunia nyata.

5. Prestasi Belajar

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan telah

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi. Hasil

kegiatan dapat memberikan gambaran tentang prestasi hasil belajar dari peserta

didik. Zainal Arifin (1989 : 2-3) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari

bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi

“prestasi” yang berarti “hasil usaha”.

Prestasi adalah isi dari kapasitas seseorang yang dimaksud disini adalah

hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidkan atau latihan tertentu ini

biasa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Sedangkan

maksud prestasi belajar pada penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai siswa

yang ditunjukkan dengan penilaian hasil belajar oleh guru yang berupa angka.

Belajar merupakan suatu proses, hasil dari belajar berupa suatu bentuk

perubahan di mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari prestasi

belajar sebagai wujud keberhasilan proses tersebut. Prestasi belajar merupakan hasil

yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses balajar mengajar. Prestasi belajar

ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengajar untuk mengetahui tingkat

kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan.

Menurut Slameto (2003: 93) ada lima kemampuan manusia yang

merupakan hasil dari belajar, yaitu :

a. ketrampilan intelektual, sebagai hasil belajar yang terpenting

b. strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang

20

Page 41: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xli

c. informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta

d. keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah

e. sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimiliki seseorang.

Prestasi belajar yang dicapai masing-masing individu tidak sama.

Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar

individu. Faktor dari dalam individu atau sering disebut faktor internal antara lain:

motivasi, kreativitas, kematangan fisik maupun mental dan sebagainya, sedangkan

faktor dari luar atau faktor eksternal contohnya : faktor lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat, budaya dan sebagainya.

Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan

hasil belajar dan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan

menggulirkan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada sekitar

tahun 2006 dimulai dari beberapa sekolah. Dengan sistem ini diharapkan penilaian

tidak hanya menitik beratkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mencakup ranah

psikomotor dan afektif. Hal ini selaras dengan ayat 4 pasal 3 Keputusan Mendiknas

Nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2002 yang menyatakan bahwa penilaian kelas

dan ujian meliputi aspek atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tipikal berpikir

berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor,

dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut

merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut

merupakan hasil belajar.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang meliputi

kemampuan menghafal, menerapkan, menganalisis, dan mensistesis serta

mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan

menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan.

Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke

berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran

kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif,

21

Page 42: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlii

karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya

(Depdiknas, 2003:1)

b. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi dan nilai (Nana Sudjana, 1989:29). Pemikiran atau perilaku harus memiliki

dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku ini

melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua perilaku ini harus tipikal perilaku

seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah intensitas, arah dan

target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan

lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Selain itu

sebagian orang kemungkinan mempunyai perasaan yang lebih kuat dibanding yang

lain. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang

dengan pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila

intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif

berada dalam suatu skala yang kontinum.

Target mengacu pada objek, aktifitas atau ide sebagai arah dari perasaan.

Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa

kemungkinan target. Setiap peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,

matematika, situasi sosial, atau pengajara. Tiap unsur ini bila merupakan target dari

kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-

kadang tidak diketahui. (Depdiknas, 2003: 5).

c. Ranah Psikomotorik

Keterampilan psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan

aktifitas fisik misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul dan lain

sebagainya (Nana Sudjana, 1989:31). Aspek psikomotorik sering disebut juga

dengan aspek keterampilan. Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di

laboratorium, aspek keterampilan ini pengukuran keberhasilannya ditunjukkan pada

keterampilan dalam praktikum, misalnya keterampilan dalam merangkai alat,

keterampilan kerja, dan ketelitian dalam mendapat hasil dari praktikum (Zainal

Arifin, 1989 : 197).

22

Page 43: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliii

Adanya evaluasi pada aspek psikomotorik yang dimiliki oleh siswa /

praktikan bertujuan untuk mengukur sejauh mana praktikan telah dapat menguasai

teknik-teknik dalam praktikum, khususnya dalam hal penggunaan alat dan bahan,

pengumpulan data, klasifikasi data, generalisasi data, meramalkan, dan

menyimpulkan. Atau dapat dikatakan ingin diketahui sejauh mana praktikan telah

menguasai keterampilan proses IPA, dan penilaian/pengukuran penguasaan terhadap

aspek keterampilan ini dapat dilakukan melalui tes observasi yang dilakukan

langsung pada praktikan yaitu dengan mengamati cara praktikan bekerja di

laboratorium.

6. Kreativitas

a. Definisi Kreativitas

Guilford dalam Utami Munandar (1999: 65) kreativitas adalah berpikir

divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir

kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Conny Semiawan

(1988: 66) mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri

manusia yang paling hakiki di dalamnya melibatkan kemampuan berasional,

kemampuan emosional atau perasaan, bakat khusus, kemampuan berimajinasi,

berintuisi dan berfantasi. Arasten (1976) dalam Utami Munandar (1999: 65)

mengibaratkan kreativitas sebagai benih bagi tanaman, ovum bagi bayi. Melalui

kreativitas dimungkinkan dihasilkan ilmu serta seni dalam waktu dan jumlah tak

terbatas.

Moreno dalam Slameto (2003: 146) mengungkapkan hubungan antara

kreativitas dengan penemuan yaitu ”yang penting dalam kreativitas itu bukanlah

penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan

bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak

harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain”. Dari beberapa pengertian di

atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk

mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada

sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.

23

Page 44: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliv

b. Ciri-ciri Kreativitas

Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan non kognitif.

Hal ini diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitide dan non aptitude dari kreativitas (Utami

Munandar, 1999: 88-93).

Gambar 1. Ciri-ciri kreativitas ditinjau secara kognitif dan afektif

Dalam gambar di atas ditunjukkan ciri-ciri non aptitude dari kreativitas

adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap dan perasaan, ciri-ciri non aptitude

meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleng kemajemukan,

mapu mengambil resiko, dan bersifat menghargai. Rasa ingin tahu mencakup selalu

terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan pertanyaan dan peka dalam

pengamatan. Imajinatif mencakup mampu memperagakan atau membayangkan hal-

hal yang belum terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan

khayalan dan kenyataan. Tertantang oleh kemajemukan mencakup terdorong untuk

mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit dan lebih

tertarik pada tugas yang sulit. Sifat mengambil resiko menccakkup berani

memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal mendapat kritik

dan tidak ragu-ragu karena ketidakjelasan. Sifat menghargai mencakup dapat

menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup dan menghargai kemampuan

dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

Sedangkan ciri-ciri aptitude adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan

kognitif, meliputi ketrampilan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal,

KREATIVITAS

Afektif (non aptitude) Kognitif (aptitude)

• Rasa ingin tahu • Imajinatif • Tertantang oleh kemajemukan • Berani mengambil resiko • Sifat menghargai

• Berpikir lancar • Berpikir luwes • Berpikir orisinil • Elaborasi • Mengevaluasi

24

Page 45: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlv

elaborasi/merinci dan mengevaluasi. Kemampuan berpikir lancar mencakup

kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelaesaian masalah atau

pertanyaan, memberi banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu

memikirkan lebih dari satu jawaban. Ketrampilan berpikir luwes mencakup

kemampuan menghasilkan suatu gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi,

dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif

jawaban yang berbeda, mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Ketrampilan

berpikir orisinal mencakup kemampuan melahirkan ungkapan baru dan unik, mampu

membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.

Ketrampilan mengelaborasi mencakup kemampuan memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau merinci dengan

detail dari suatu objek sehingga lebih menarik. Ketrampilan mengevaluasi mencakup

kemampuan menentukan standar penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan,

mencetuskan dan melaksanakan gagasan.

Utami Munandar (1983) dalam Harsono (2009: 48) mengungkapkan proses

pemikiran kreatif dilakukan melalui 4 tahap yaitu:

1. Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan informasi atau data yang

diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Cara yang dilakukan antara lain

menjajagi berbagi macam kemungkinan penyelesaian masalah.

2. Tahap inkubasi merupakan tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri

dari masalah untuk sementara waktu. Tahap ini sangat penting artinya bagi

proses timbulnya kreasi.

3. Tahap iluminasi merupakan tahap timbulnya pandangan atau gagasan baru,

beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengakhiri munculnya

gagasan atau inspirasi baru.

4. Tahap verifikasi atau evaluasi merupakan tahap pengujian inspirasi terhadap

realita yang ada. Dalam hal ini diperlukan pemikiran kritis.

25

Page 46: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvi

c. Pengukuran Kreativitas

Menurut Utami Munandar (1999: 65-67) ada beberapa tes kreativitas

antara lain:

1. Tes kemampuan berpikir divergen Guilford

Tes ini menurut penggunaan kemampuan berpikir lancar, luwes, orisinal, dan

terperinci.

2. Tes kemampuan berpikir kreatif Torrance

Tes ini dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan beberapa operasi

mental kreatif yang mengukur kelancaran, kelenturan, orisinal, dan elaborasi.

3. Tes berpikir kreatif oleh Jellin dan Urban

Disebut juga Test for Creative Thinking Drawing Production, dalam tes ini

responden diminta menyelesaikan gambar yang tidak lengkap.

4. Tes berpikir kreatif dengan bunyi dan kata

Menampilkan rangsang dalam bentuk suara dari yang sederhana sampai yang

rumit.

5. Tes berpikir kreatif dengan inventory Kathena-Torrance

Dengan cara pengamatan diri seeseorang dalam bentuk daftar periksa, kuisioner

dan inventori.

Tes tersebut semuanya dari luar negeri sehingga memiliki karakteristik

dengan budaya luar. Di Indonesia tes kreativitas dilandaskan pada struktur intelek

Guildford. Dalam penelitian ini tes kreativitas mengacu pada ciri-ciri berpikir orang

kreatif yaitu imajinatif, memiliki rasa ingin tahu, tertantang oleh kemajemukan,

berani mengambil resiko, dan bersifat menghargai.

7. Materi Sistem Koloid

Menurut KTSP 2006 pada materi sistem koloid terdiri dari sub pokok

bahasan sebagai berikut :

a. Sistem Koloid

Koloid merupakan sistem dispersi yaitu suatu sistem yang terjadi apabila

zat terlarut (terdispersi) ke dalam zat lain. Sistem koloid adalah suatu bentuk

campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).

26

Page 47: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvii

Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium

pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang

digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

Untuk memberi gambaran yang lebih tentang perbedaan larutan, koloid dan

suspensi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

Larutan

(dispersi molekular)

Koloid

(dispersi koloid)

Suspensi

(dispersi kasar)

Contoh: larutan gula,

larutan garam.

Contoh: susu cair, es krim Contoh: tepung terigu

dengan air

- Homogen, tak dapat

dibedakan walaupun

menggunakan

mikroskop ultra

- Semua partikel

berdimensi (panjang,

lebar, tebal) < 1 nm

- Satu fase

- Stabil

- Tidak dapat disaring

- Secara makroskopis

bersifat homogen tetapi

heterogen jika diamati

dengan mikroskop ultra

- Partikel berdimensi

antara 1 nm - 100 nm

- Dua fase

- Pada umumnya stabil

- Tidak dapat disaring

kecuali dengan

penyaring ultra

- Heterogen

- Salah satu atau semua

dimensi partikelnya

>100 nm

- Dua fase

- Tidak stabil

- Dapat disaring

(Michael Purba, 2008: 146)

Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan campuran yang tergolong

larutan, koloid, atau suspensi.

Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka,

air laut, udara yang bersih, dan sirup.

Contoh koloid : buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan mayonaise.

Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir.

27

Page 48: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlviii

Dibawah ini diberikan contoh dari suspensi dan koloid yang disajikan

dalam Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Suspensi Gambar 3. Koloid

(Michael Purba, 2008: 145)

Gambar 2 adalah campuran tepung terigu dengan air lambat laun akan memisah.

Campuran seperti ini disebut suspensi. Sedangkan Gambar 3 adalah susu merupakan

satu contoh campuran yang digolongkan sebagai koloid.

Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis Koloid

No Fase

Terdispersi

Fase

Pendispersi

Nama Contoh

1

2

3

4

5

6

7

8

Padat

Padat

Padat

Cair

Cair

Cair

Gas

Gas

Gas

Cair

Padat

Gas

Cair

Padat

Cair

Padat

Aerosol Padat

Sol

Sol Padat

Aerosol

Emulsi

Emulsi padat

Buih

Buih Padat

Asap (smoke), debu

Sol emas, tinta,cat

Gelas berwarna

Kabut(fog) dan awan

Susu, minyak ikan

Jelly, mutiara

Buih sabun, busa

Karet busa, batu apung

(Michael Purba, 2008: 148)

Dibawah ini diberikan beberapa produk kosmetik dalam bentuk koloid yang

disajikan dalam Gambar 4 dan 5.

28

Page 49: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlix

Gambar 4. Parfum Gambar 5. Beberapa produk kosmetik

(Michael Purba, 2008: 148-149)

b. Sifat-Sifat Koloid

1) Efek Tyndall

Suatu sifat khas yang membedakan sistem koloid dengan larutan adalah

dengan percobaan Tyndall. Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar

tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), hal ini

ditunjukkan pada Gambar 6 . Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem

koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar

yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan, ditunjukkan pada

Gambar 7.

larutan koloid

Gambar 6. Larutan Sejati Gambar 7. Sistem Koloid

(Michael Purba, 2008: 151)

Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:

Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut

Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu

Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang

berkabut

29

Page 50: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l

Berkas sinar matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang banyak

asapnya

2) Gerak Brown

Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid

senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag).

Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati

dengan mikroskop ultra, ditunjukkan pada Gambar 8. Gerak Brown terjadi

sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium

terhadap partikel koloid, ditunjukkan pada Gambar 9. Gerak Brown merupakan

salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus menerus

maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak

mengalami sedimentasi.

Gambar 8. Gerak Brown

Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat

Terdispersi: (a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi.

(Michael Purba, 2008: 152)

30

Page 51: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

li

3) Muatan Koloid

a) Adsorpsi

Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik

pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik.

Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel koloid dari

Fe(OH)3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorbsi ion H+. Sedangkan

partikel koloid As2S3 dalam air bermutan negatif karena mengadsorbsi ion

negatif, ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Adsorbsi Ion-ion dalam Air

(Michael Purba, 2008: 153)

Sifat adsorbsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat

dilakukan berdasarkan sifat-sifat tersebut. Contoh:

- Pemutihan gula tebu.

Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui

tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorbsi

sehingga diperoleh gula yang putih bersih.

- Norit

Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit

membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorbsi gas atau zat racun.

- Penjernihan air

Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau

alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk

Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-zat

warna atau zat pencemar dalam air.

31

Page 52: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lii

b) Elektroforesis

Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.

Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian

dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke

salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif

akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan

positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan

koloid dari Fe(OH)3 berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari

sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis.

Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana

(Michael Purba, 2008: 153)

Dari percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 11, setelah beberapa saat

kedua kutub tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah

kutub (+) berwarna kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil

pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan negatif

karena ditarik oleh elektode positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena

ditarik oleh elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan

untuk menentukan jenis muatan koloid.

4) Koagulasi

Koagulasi (penggumpalan) adalah proses pengendapan koloid. Koagulasi

partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara yakni :

a) Cara Mekanik

Koloid dapat digumpalkan dengan cara pengadukan, pamanasan atau

pendinginan. Pada saat pemanasan, kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan

jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air

32

Page 53: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liii

bertambah banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi

pada permukaan koloid.

b) Cara Kimia : yakni dengan penambahan zat-zat kimia

Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut.

Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan

koloid yang bermuatn positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut

akan membentuk selubung lapisan ke dua. Apabila selubung lapisan kedua itu

terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi

koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan

partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi, ditunjukkan pada

Gambar 12.

Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit

(Michael Purba, 2008: 155)

Gambar tersebut memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih

efektif dalam mengumpalkan koloid. Beberapa contoh koagulasi dalam

kehidupan sehari-hari dan industri:

- Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat

(lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan

elektrolit dalam air laut.

- Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.

- Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan

tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga

akan digumpalkan dengan oleh ion Al3+ dari tawas (alumunium sulfat).

33

Page 54: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liv

- Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi

listrik dari Cottrel.

5) Koloid Pelindung

Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang

disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat

terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.

Contoh:

a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan

kristal besar es atau gula.

b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid

pelindung.

c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid

pelindung.

6) Dialisis

Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat

mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penggganggu ini dapat

dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem

koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu

dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid tadi

terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan

partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan

koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air,

ditunjukkan pada Gambar 13.

Gambar 13. Dialisis

(Michael Purba, 2008: 157)

34

Page 55: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lv

Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga

merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermeable

yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi

menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita ginjal

dapat menjalani “cuci darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin

dialisator, ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah

(Michael Purba, 2008: 157)

7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas :

a) Koloid Liofil

Suatu koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara

zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (yunani: lio =

cairan, philia = suka)

b) Koloid Liofob

Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menafik tersebut

tidak ada atau sangat lemah. Liofob berati takut cairan (yunani = phobia =

takut/benci).

Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid diatas

masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

- Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya,

sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid

liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk

suatu selubung atau jaket. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi. Dengan

35

Page 56: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvi

cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan).

Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat

terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau

penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka

dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat

reversible. Contoh dari koloid hidrofil disajikan dalam Gambar 15.

Gambar 15. Contoh Koloid Hidrofob (Mayonaise) dan Koloid Hidrofil

(Agar-agar)

(Michael Purba, 2008: 158)

- Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa

kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus

partikel koloid hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak

dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein, sedangkan

mayonaise (emulsi miyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur.

Contoh koloid hidrofob: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol

sulfida, dan sol-sol logam. Contoh dari koloid hidrofob disajikan dalam

Gambar 15. Sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit

elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol

lagi jika dicampur kembali dengan air.

36

Page 57: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvii

Perbandingan antara sol hidrifil dan hidrofob terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbedaan Sol Hidrofil dengan Sol Hidrofob

Sol Hidrofil Sol Hidrofob

1. Mengadsorbsi mediumnya

2. Dapat dibuat dengan

konsentrasi yang relatif besar

3. Tidak mudah digumpalkan

dengan penambahan elektrolit

4. Viskositas lebih besar daripada

mediumnya

5. Bersifat reversible

6. Efek Tyndall lemah

1. Tidak mengadsobsi mediumnya

2. Hanya stabil pada konsentrasi kecil

3. Mudah menggumpal pada

penambahan elektrolit

4. Viskositas hampir sama dengan

mediumnya

5. Tidak reversible

6. Efek Tyndall lebih jelas

(Michael Purba, 2008: 159)

c. Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi

dan adsorpsi. Air sungai atau sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal

dan barangkali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan

pestisida.

Bahan-bahan yang di perlukan untuk pengolahan air adalah tawas

(aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif.

- Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah

disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi

zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila

tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif

disamping tawas.

- Pasir berfungsi sebagai penyaring

- Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan),

sedangkan

- Kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan

keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.

37

Page 58: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lviii

1) Pengolahan Air Sederhana

Susunan alat penyaring air sederhana, yang dapat digunakan untuk

menyaring air sumur yang keruh, disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Susunan Alat Penyaring Air Sederhana

(Michael Purba, 2008: 160)

2) Industri Pengolahan Air Bersih (Perusahaan Air Minum)

Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada umumnya sama dengan

pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas. Diagram pengolahan air

bersih diberikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Bagan Pengolahan Air Bersih

(Michael Purba, 2008: 161)

Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di

sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur

dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak

ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi).

Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan

karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat

organik yang terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang

38

Page 59: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lix

telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di

dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain

menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara

gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak

saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir

diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini

ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapur

untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama.

Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya

dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen (Michael Purba, 2008

: 161).

d. Pembuatan Sistem Koloid

Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan

partikel suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu:

1) Cara Kondensasi

Sistem koloid dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan

sejati. Cara ini disebut cara kondensasi. Dengan cara kondensasi pertikel

larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini

dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis,

dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

a) Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.

Contoh:

(1) Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S)

dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S

ke dalam larutan SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S(s)

(2) Pembuatan sol emas dari reaksi larutan HAuCl4 dengan larutan

K2CO3 dan HCHO (formaldehida).

Contoh:

39

Page 60: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lx

2HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq) 2Au(s) +

5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l)

b) Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.

Contoh:

Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3, apabila ke dalam air

mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3(aq) + 3HCl(aq)

c) Dekomposisi Rangkap

Contoh:

(1) Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan

larutan H2S.

H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) As2S3(s) + 6H2O(l)

(2) Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat

encer dengan larutan HCl encer.

AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO3(aq)

d) Pergantian Pelarut

Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol

akan terbentuk suatu koloid berupa gel.

(Michael Purba, 2008:162-163)

2) Cara Dispersi

Sistem koloid dapat dibuat dengan menghaluskan bahan dalam bentuk kasar

kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara ini disebut cara

dispersi. Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel

koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan

loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).

a) Cara Mekanik

Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau

penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian

diaduk dengan medium dispersi.

40

Page 61: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxi

Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang

bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian

mencampurkan serbuk halus itu dengan air.

b) Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari

suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat

pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.

Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet

oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan

endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

c) Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam

yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang

dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di

antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke

dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga

membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan

cara dispersi dan cara kondensasi (Michael Purba, 2008: 163-164).

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Pada

Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Siswa” memaparkan bahwa

pembelajaran kontekstual menstimulasi otak untuk mengkonstruksi pengetahuan

dengan menghubungkannya dalam konteks nyata dalam hidup kita. Dalam hal ini

siswa menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh pada konteks kehidupan

mereka. Pembelajaran kontekstual juga tidak hanya mengembangkan pengetahuan

siswa tetapi juga memberikan bekal ketrampilan untuk siswa seperti ketrampilan

untuk berpikir kritis, ketrampilan untuk bekerja sama sehingga dapat berpartisipasi

secara aktif dan dapat menumbuhkan komitmen yang mana penting bagi siswa

sebagai warga negara (Kokom K. 2009. The Effect of Contextual Learning in Civic

41

Page 62: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxii

Education on Student’s Civic Competence, Journal of Sopcial Sciences 5(4): 261-

270, 2009).

Pada penelitian yang berjudul “Efektifitas Kegiatan Laboratorium

Kontekstual pada Pembelajaran Teknik Statistik Universitas Tun Hussein Malaysia”

mendefinisikan pembelajaran kontekstual menghubungkan contoh-contoh

pengalaman seseorang yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan

mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajarinya. Siswa yang memperoleh

kegiatan laboratorium kontekstual lebih aktif daripada siswa yang tidak memperoleh

kegiatan laboratorium kontekstual. Dengan laboratorium kontekstual membantu

siswa memahami konsep dan lebih memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar mereka (Zulkarnain dan Nafisah. 2008. A Study of the Effectiveness

of The Contextual Lab Activity in the Teaching and Learning Engineering Statistics

at the Universiti Tun Hussein Onn Malaysia)

Selain dengan laboratorium kontekstual, juga terdapat laboratorium virtual

sebagaimana yang disebutkan pada penelitian yang berjudul ”Perkembangan

Laboratorium Virtual Pada Transfer Panas Radiasi”. Penelitian ini menyebutkan

bahwa dengan perkembangan laboratorium virtual pada transfer panas radiasi yang

diterapkan pada percobaan fisika. Penerapan teknologi ini memudahkan mahasiswa

untuk belajar lebih aktif dan mandiri karena mereka dapat mempelajari sendiri dan

megulang-ulang percobaan. Laboratorium virtual juga menampilkan simulasi seperti

percobaan di laboratorium nyata. Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan

virtual adalah tidak menghabiskan banyak waktu untuk percobaan, sehingga siswa

memiliki banyak waktu untuk berdiskusi dan menganalisis data hasil percobaan

(Nazlia O., Rozli Z, dan Rossilah H. 2009. Development of a Virtual Laboratory for

Radiation Heat Transfer. European Journal of Scientific Research Vol.32 No.4

(2009), pp.562-571).

42

Page 63: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiii

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka dapat dirumuskan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Pengaruh Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil dan

Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah

faktor eksternal yang termasuk pemilihan model maupun metode pembelajaran

yang tepat. Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan

bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar siswa. Metode belajar

yang digunakan saat ini hendaknya metode yang berpusat pada siswa agar

dalam belajar, siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru,

tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan keyakinan sendiri.

Cara ini diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi manusia mandiri dan

kreatif.

Pada penelitian ini akan dilakukan pembelajaran CTL menggunakan

metode praktikum di laboratorium riil dan laboratorium virtual. Metode

pembelajaran tersebut termasuk dalam bentuk pembelajaran yang mengarah

pada paham konstruktivisme dimana peserta didik secara aktif membangun

pengetahuan sendiri. Sedangkan media yang digunakan yaitu dengan

memanfaatkan laboratorium riil dan dengan memanfaatkan kecanggihan

teknologi saat ini yaitu dengan menggunakan komputer yang dilengkapi

program laboratorium virtual.

Percobaan di laboratorium riil merupakan percobaan yang dilakukan

menggunakan alat-alat dan bahan-bahan riil. Pada penerapan laboratorium riil

kegiatan siswa dipusatkan pada suatu objek riil yang dihadapinya dengan

menggunakan alat indera. Percobaan di laboratorium riil akan menjadikan

belajar lebih bermakna dan mengembangkan ketrampilan siswa karena siswa

mengalami secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi selama praktikum.

Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang

dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu

43

Page 64: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiv

aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual

menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi

dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat memberikan kesempatan

untuk menemukan ide baru bagi yang menggunakan.

Dilihat dari aspek kognitif, diduga prestasi belajar siswa yang diajar

menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang

diajar menggunakan laboratorium virtual. Hal ini dikarenakan peningkatan

prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti metode

dan media. Pada pembelajaran menggunakan media laboratorium riil digunakan

bahan-bahan riil untuk melakukan eksperimen koloid. Hal ini sesuai dengan

materi sistem koloid yang secara umum bersifat konkret (nyata) dan berkaitan

erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih mudah memahami

dan aktif dalam melakukan percobaan secara langsung dan nyata, mengamati

prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya. Selain itu, dalam teori belajar

menurut Gagne diungkapkan bahwa salah satu kemampuan intelektual dalam

belajar kognitif adalah konsep-konsep konkret, yaitu mengenal suatu objek

secara nyata. Kemampuan untuk menentukan konsep-konsep konkret

merupakan dasar yang penting untuk mempelajari yang lebih kompleks.

Demikian halnya dari aspek afektif, diduga prestasi belajar siswa yang

belajar dengan menggunakan laboratorium riil akan lebih tinggi karena dinilai

dari sikap atau respon siswa dalam belajar, kesungguhan dan kedisiplinan

dalam mengerjakan praktikum di laboratorium riil dan adanya kerjasama antar

siswa dalam melaksanakan praktikum.

2. Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok

Sistem Koloid

Dalam KTSP, pada materi sistem koloid lebih menekankan pada

ketrampilan siswa untuk mencari informasi dari literatur dan melakukan

percobaan-percobaan yang berkaitan dengan materi sistem koloid. Dari

pengalaman belajar tersebut siswa baru mendapatkan kecakapan hidup untuk

menggali informasi, berkomunikasi, bereksperimen, merumuskan hipotesis,

mengambil kesimpulan dan bekerja sama.

44

Page 65: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxv

Menurut teori Bruner, dengan siswa diberi kesempatan untuk

menemukan konsep atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai

dalam kehidupannya, maka proses belajar akan berjalan baik dan kreatif.

Sedangkan menurut Gagne, belajar merupakan proses perubahan perilaku

sebagai akibat dari pengalaman. Untuk mendapatkan pengalaman belajar yang

memuat kecakapan hidup pada materi sistem koloid perlu adanya kemampuan

berpikir yang menumbuhkan kreativitas siswa. Kreativitas merupakan

kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal

yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.

Dari uraian di atas diduga prestasi belajar siswa yang memiliki

kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.

Kreativitas tinggi akan mendorong siswa untuk selalu bersemangat belajar dan

berusaha mencari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan materi yang

diajarkan sehingga prestasi belajar yang dicapai juga lebih tinggi dibanding

prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kreativitas rendah akan

menyebabkan siswa cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan dan

terpaku oleh satu sumber.

3. Interaksi Antara Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil dan

Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual dengan Kreativitas

Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid

Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa

dalam mencapai tujuan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar akan

dipengaruhi oleh faktor ekstern dan intern dimana keduanya akan saling

berpengaruh. Metode pengajaran adalah faktor ekstern sedangkan kreativitas

siswa merupakan faktor intern yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

belajar. Untuk mengurangi kendala-kendala dalam proses pengajaran sistem

koloid dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diperlukan

kreativitas siswa yang baik, metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kreativitas tinggi diduga akan memiliki prestasi

belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan praktikum dengan laboratorium

virtual. Siswa yang menggunakan laboratorium virtual bekerja secara mandiri

45

Page 66: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvi

dengan seminimal mungkin bantuan dari guru sehingga aktivitas 100 % di

tangan pemakai, dalam hal ini siswa. Siswa dapat mengeksplor kreativitasnya

dengan tanpa ada rasa takut salah melakukan percobaan karena apapun yang

dilakukan siswa akan ada respon balik dari program komputer tersebut.

Siswa yang memiliki kreativitas rendah diduga akan memiliki prestasi

belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan laboratorium riil karena siswa

dituntut untuk melakukan percobaan secara langsung dengan adanya petunjuk

praktikum dari guru, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar dan

mengamati secara langsung. Dengan demikian, diduga ada interaksi antara

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL

menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

46

Page 67: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvii

Bagan Kerangka Berpikir :

Gambar 18. Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut dapat

disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil

lebih tinggi daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual

pada materi pokok sistem koloid.

2. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada

siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid.

3. Terdapat interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium

riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar

siswa pada materi pokok sistem koloid.

Kelas Eksperimen I (CTL, Lab.Riil): • Bahan bersifat riil / nyata • Siswa mengalami dan dapat

mengamati proses eksperimen secara langsung dengan aktif.

Prestasi belajar rendah

• Pembelajaran kurang bervariasi

• Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

Kelas Eksperimen II (CTL, Lab.Virtual): • Bahan tidak nyata, dikemas dalam

bentuk software. • Siswa aktif melakukan eksperimen

dengan bantuan software lab. Virtual.

Materi Koloid secara umum bersifat konkret/ nyata

Kreativitas

Prestasi Belajar Lebih Tinggi

Prestasi Belajar Tinggi

Tinggi Rendah

47

Page 68: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxviii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilacap, pada kelas XI semester

genap Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada April 2010. Pelaksanaan penelitian ini

dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pembuatan Proposal Februari 2010-Maret 2010

b. Uji Coba Instrumen Maret 2010

c. Penelitian dan Pengambilan Data April 2010-Mei 2010

d. Penyusunan Hasil Penelitian Mei-Juni 2010

e. Pelaporan Hasil Penelitian Juli 2010

B. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2x2. Adapun

bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 :

Tabel 4. Desain Penelitian : Faktorial 2x2

Kelas Model Kreativitas

Tinggi (B1) Rendah (B2)

Eksperimen I CTL, Lab. Riil (A1) A1B1 A1B2

Eksperimen II CTL, Lab. Virtual (A2) A2B1 A2B2

Keterangan :

A1 : Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil

A2 : Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual

B1 : Kreativitas tinggi

B2 : Kreativitas rendah

48

Page 69: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxix

2. Langkah-langkah Penelitian

a. Memberikan angket kreativitas siswa untuk diisi oleh siswa.

b. Memberikan pretest pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II untuk

mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.

c. Memberikan perlakuan A1 berupa pembelajaran CTL menggunakan

laboratorium riil pada kelompok eksperimen I dan perlakuan A2 berupa

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual pada kelompok

eksperimen II.

d. Memberikan posttest pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II

untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan A1 dan

A2.

e. Memberikan angket afektif siswa untuk diisi oleh siswa.

f. Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen I

untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.

g. Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen

II untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.

C. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

1) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil

Pembelajaran konstektual (Contextual Teaching Learning)

merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran

dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan

antara pangetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri

sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Dengan adanya

percobaan di laboratorium riil siswa dapat aktif melakukan percobaan

secara langsung, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil

percobaannya. Dalam hal ini siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari

teori yang dipelajarinya.

49

Page 70: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxx

2) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual

Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang

dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu

aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual

menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif

berpartisipasi dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat

memberikan kesempatan untuk menemukan ide baru bagi yang

menggunakan.

3) Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara

unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan

menerapkannya dalam pemecahan. Pada penelitian ini kreativitas siswa

dikategorikan menjadi dua yaitu kreativitas tinggi dan rendah dapat

diidentifikasi dengan memberikan angket kreativitas pada siswa.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa

mengenai materi pokok Sistem Koloid Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap.

2. Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian

Variabel pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual

berskala pengukuran nominal. Variabel kreativitas siswa berskala pengukuran

interval yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini

berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor di atas /

sama dengan skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa

dengan perolehan skor di bawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI RSBI semester genap

SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2009/2010.

50

Page 71: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxi

2. Sampel

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random

sampling yaitu menetapkan dua kelas dari enam kelas XI IA RSBI semester genap

secara acak sebagai kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode tes dan metode angket.

1. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada

materi pokok sistem koloid siswa kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap semester II

tahun ajaran 2009/2010.

2. Metode Angket

Angket yang digunakan adalah angket kreativitas siswa dan angket afektif.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari penilaian kognitif dengan

menggunakan tes prestasi dan penilaian afektif, serta kreativitas siswa dengan

menggunakan angket.

1. Instrumen Penilaian Kognitif

Untuk penilaian kognitif dengan menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum

digunakan instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal.

a. Uji Validitas

Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas

isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari

keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat

ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu

sendiri adalah kriteria dari suatu tenaga kerja.

Budiyono menyarankan suatu langkah-langkah yang dapat dilakukan

pembuat soal untuk mempertinggi validitas isi, yaitu:

51

Page 72: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxii

a. Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan

instruktusionalnya.

b. Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis.

c. Menyusun soal tes beserta kuncinya.

d. Menelaah soal tes sebelum dicetak.

Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang

tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang

dilakukan oleh para pakar).

Masidjo (1995: 245) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu

terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir-butir itu harus

mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini

berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut.

Korelasi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor-skor

butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang dipakai adalah korelasi

momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:

Dengan :

xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y

X = skor item

Y = skor total

n = cacah subyek

keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid

xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid

(Masidjo, 1995: 246)

Hasil uji validitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 5.

( )( )( ) ( ) ⎟

⎠⎞⎜

⎝⎛ −⎟

⎠⎞⎜

⎝⎛ −

−=

∑∑∑ ∑∑ ∑∑

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

52

Page 73: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiii

⎟⎟

⎜⎜

⎛ −⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−= ∑

2

2

11 1 t

iit

s

qpsn

nr

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah Soal Kriteria

Valid Invalid

Soal-soal Sistem

Koloid 40 26 14

b. Uji Reliabilitas

Masidjo (1995: 209), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan

reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika

pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang

berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama)

pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.

Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau

tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes

prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR-

20).

Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:

Dengan :

11r : indeks reliabilitas instrument

n : banyaknya butir instrument

ip : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i

iq : 1- ip

2ts : variansi total

Klasifikasi koefisien korelasi :

0,91 – 1,00 : sangat tinggi

0,71 – 0,90 : tinggi

0,41 – 0,70 : cukup

53

Page 74: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiv

0,21 – 0,40 : rendah

negatif – 0,20 : sangat rendah

(Masidjo, 1995: 209)

Hasil uji reliabilitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 6.

Tabel 6. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrument Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Soal-soal Sistem

Koloid 40 0,753 Tinggi

c. Uji Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks

yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil

perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang

seharusnya diperoleh dari suatu item.

IK = imalNxSkormaks

B

Keterangan :

IK : Indeks Kesukaran

B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa

dari suatu item

N : Kelompok siswa

Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban

benar dari suatu item

N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh

dari suatu item

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

0,81 - 1,00 : Mudah Sekali (MS)

0,61 – 0,80 : Mudah (M)

54

Page 75: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxv

0,41 – 0,60 : Sedang atau Cukup (Sd)

0,21 – 0,40 : Sukar (S)

0,00 – 0,20 : Sukar Sekali (SS)

(Masidjo, 1995: 192)

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaran yang bervariasi. Rangkuman

tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal

Variabel Jumlah

Soal

Kriteria

MS M Sd S SS

Soal-sola Sistem Koloid 40 11 7 14 6 2

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban

benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari

siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai). Perbedaan jawaban

benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks

Diskriminasi (ID).

D = A

A

JB -

B

B

JB

= PA - PB

Dimana :

J : Jumlah peserta tes

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria daya beda soal:

0,80 – 1,00 : sangat membedakan (SM)

0,60 – 0,79 : lebih membedakan (LM)

0,40 – 0,59 : cukup membedakan (CM)

55

Page 76: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvi

0,20 – 0,39 : kurang membedakan (KM)

negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan (SKM)

(Masidjo, 1995: 198)

Hasil rangkuman daya beda soal dapat dilihat pada table 8.

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal

Variabel Jumlah

Soal

Kriteria

SM LM CM KM SKM

Soal-sola Sistem Koloid 40 - 1 7 19 13

2. Instrumen Penilaian Afektif

Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan

adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa memberikan

jawaban denagn memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan memilih salah

satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skor penilaian afektif disajikan dalam

Tabel 9.

Tabel 9. Skor Penilaian Afektif

Skor untuk aspek yang

dinilai

Nilai (indikator +) Nilai (indikator -)

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

4

3

2

1

1

2

3

4

Keterangan :

- Jumlah nilai 130-160 sangat baik (A)

- Jumlah nilai 100-129 baik (B)

- Jumlah nilai 70-99 cukup (C)

- Jumlah nilai <69 kurang (D)

(Depdiknas, 2003: 90)

56

Page 77: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvii

a. Uji Validitas

Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau

konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana

isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi

isi suatu tes atau alat pengukur tersebut artau konstruksi teoritis yang mendasari

disusunnya tes tersebut (Masidjo, 1995 : 244).

Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson,

sebagai berikut:

( )( )( ) ( ) ⎟

⎠⎞⎜

⎝⎛ −⎟

⎠⎞⎜

⎝⎛ −

−=

∑∑∑ ∑∑ ∑∑

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Dengan :

xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y

X = skor item

Y = skor total

n = cacah subyek

keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid

xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid

(Masidjo, 1995: 247)

Hasil uji validitas instrument afektif yang dilakukan terangkum dalam

Tabel 10.

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrument Afektif

Variabel Jumlah Soal Kriteria

Valid Invalid

Angket Afektif 40 34 6

b. Uji Reliabilitas

Budiyono (2003:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan

reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika

57

Page 78: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxviii

pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang

berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama)

pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.

Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil

yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek

yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu butir soal yang

menghendaki gradualisasi penilaian digunakan rumus alpha (digunakan untuk

mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut:

r 11 =

Dengan :

11r : indeks reliabilitas instrument

n : banyaknya butir instrument

Σ σi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 : varians total

 

Klasifikasi koefisien korelasi :

0,91 – 1,00 : sangat tinggi

0,71 – 0,90 : tinggi

0,41 – 0,70 : cukup

0,21 – 0,40 : rendah

negatif – 0,20 : sangat rendah

(Masidjo, 1995: 209)

Hasil uji reliabilitas instrument afektif yang dilakukan terangkum dalam tabel 11.

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrument Afektif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Angket Afektif 40 0,828 Tinggi

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−∑

2

2

11 t

i

nn

σσ

( )

NN

xx

22

2

∑∑ −=σ

58

Page 79: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxix

( )( )( ) ( ) ⎟

⎠⎞⎜

⎝⎛ −⎟⎠⎞⎜

⎝⎛ −

−=

∑∑∑ ∑∑ ∑∑

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

3. Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa

Instrumen penilaian kreativitas siswa berupa angket. Jenis angket yang

digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa

memberikan jawaban denagn memilih salah satu alternatif jawaban yang telah

disediakan.

Instrumen yang digunakan dalam angket kreativitas berisi pertanyaan yang

berkaitan dengan komponen kreativitas yaitu: rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang

oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai. Skor penilaian

kreativitas disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Skor Penilaian Kreativitas

Skor untuk aspek yang

dinilai

Nilai (indikator +) Nilai (indikator -)

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

4

3

2

1

1

2

3

4

Keterangan :

- Jumlah nilai 130-160 sangat baik (A)

- Jumlah nilai 100-129 baik (B)

- Jumlah nilai 70-99 cukup (C)

- Jumlah nilai <69 kurang (D)

(Depdiknas, 2003:90)

a. Uji Validitas

Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau

konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana

isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi

isi suatu tes atau alat pengukur tersebut artau konstruksi teoritis yang mendasari

disusunnya tes tersebut (Masidjo, 1995 : 244).

Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson,

sebagai berikut:

59

Page 80: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxx

Dengan :

xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y

X = skor item

Y = skor total

n = cacah subyek

keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid

xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid

(Masidjo, 1995: 244)

Hasil uji validitas instrument kreativitas terangkum dalam Tabel 13.

Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrument Kreativitas

Variabel Jumlah Soal Kriteria

Valid Invalid

Angket Kreativitas 40 35 5

b. Uji Reliabilitas

Budiyono (2003:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan

reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika

pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang

berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama)

pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.

Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil

yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek

yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu butir soal yang

menghendaki gradualisasi penilaian digunakan rumus alpha (digunakan untuk

mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut:

r 11 = Dengan :

11r : indeks reliabilitas instrument

n : banyaknya butir instrument

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−∑

2

2

11 t

i

nn

σσ

60

Page 81: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxi

Σ σi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 : varians total

 

Klasifikasi koefisien korelasi :

0,91 – 1,00 : sangat tinggi

0,71 – 0,90 : tinggi

0,41 – 0,70 : cukup

0,21 – 0,40 : rendah

negatif – 0,20 : sangat rendah

(Masidjo, 1995: 209)

Hasil uji reliabilitas instrument kreativitas terangkum dalam tabel 14.

Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrument Kreativitas

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Angket Kreativitas 40 0,872 Tinggi

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari

populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan

metode Lilliefors dengan prosedur :

1). Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal

2). Statistik Uji

L = max ( ) ( )ii ZSZF −

3). Taraf Siginifikansi (α ) = 0,05

4). Daerah Kritik (DK)

( )

NN

xx

22

2

∑∑ −=σ

61

Page 82: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxii

DK = { L | L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.

5). Keputusan Uji

Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK.

6). Kesimpulan

a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.

b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak

(Budiyono, 2004:170-171)

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai

variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan

metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan

Statistik Uji yang digunakan :

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡= ∑

=

k

1j

2jj

2 logSf -RKG f.logC

2,303χ

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡+= ∑ f

1 - f1

1) -3(k 1 1 c

j

j

i

fSS

RKG ΣΣ

= : ( )

j

2j2

jj nX

XSS ∑∑ −= ; j

j2j f

SSS =

(Budiyono, 2004:175-178)

2. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel

tak sama, dengan model data sebagai berikut :

jiijk βαµX ++= + (αβ )ij +εijk

(Budiyono, 2004:207)

3. Analisis Variansi Dua Jalan

Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji

signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variabel

terikat. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai

berikut :

( ) ijkijjiijkX εαββαµ ++++=

62

Page 83: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiii

dengan :

Xijk : Data amatan ke-k pada baris ke-I dan kolom ke-j.

µ : Rerata dari seluruh data amatan.

αi : Efek baris ke-I pada variabel terikat.

βj : Efek kolom ke-j pada variabel terikat.

(αβ)ij : Kombinasi efek baris ke-I dan kolom ke-j pada variabel terikat.

εijk : Deviasi data amatan terhadap rataan populasi (µij) yang berdistribusi

normal dengan rataan 0. Deviasi amatan rataan populasi juga disebut

galat (error).

i :1,2,3,…..,p ; p = Banyaknya baris.

j : 1,2,3,….,q ; q = Banyaknya kolom.

k : 1,2,3,….,nij ; nij = banyaknya data amatan pada sel ij.

(Budiyono, 2004:207)

Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu:

1. Hipotesis :

1) H0A : αi = 0 untuk setiap I = 1,2,3,…,p.

H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol.

2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1,2,3,…,q.

H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol.

3) H0AB : (αβij) = 0 untuk setiap i = 1,2,3,…,p dan j = 1,2,3,…,q.

H1AB : paling sedikit ada satu (αβij) yang tidak nol.

Ketiga pasang hipotesis ini ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut :

1) H0A : Tidak ada perbedaan efek antara pembelajaran CTL yang

menggunakan laboratorium riil dengan CTL menggunakan

laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa.

2) H1A : Ada perbedaan efek antara pembelajaran CTL yang

Menggunakan laboratorium riil dengan CTL menggunakan

laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa.

3) H0B : Tidak ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan

kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa.

4) H1B : Ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan

63

Page 84: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiv

kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa.

5) H0AB : Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL dan kreativitas

terhadap prestasi belajar siswa.

H1AB : Ada interaksi pembelajaran CTL dan kreativitas terhadap

prestasi belajar siswa.

2. Komputasi :

Tabel 15. Notasi dan Tata Letak Data

B

A

b1 b2

a1 ab11 ab12

a2 ab21 ab22

Sel abij memuat : Xij1;Xij2;……;Xijn ij

dimana :

a1 : Pendekatan CTL menggunakan laboraatorium riil

a2 : Pendekatan CTL menggunakan laboratorium virtual

b1 : Kreativitas tinggi

b2 : Kreativitas rendah

Notasi-notasi :

nij : Ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)

: Banyaknya data amatan pada sel ij

: Frekuansi sel ij

hn : Rataan harmonik frekuensi seluruh sel = ∑

ji ijn

pq

,

1

N : ∑ji

ijn,

= Banyaknya seluruh data amatan

SSij :

2

2

ij

kijk

kijk n

XX

⎟⎠

⎞⎜⎝

−∑

: Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ijAB : Rataan pada sel ij

64

Page 85: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxv

Ai : ∑j

ijAB = Jumlah rataan pada baris ke-i

Bj : ∑i

ijAB = Jumlah rataan pada kolom ke-j

G : ∑ji

ijAB,

= Jumlah rataan semua sel

1) Besaran-besaran :

(1) = pqG 2

(2) = ∑ji

ijSS,

(3) = ∑i

qAi 2

(4) = ∑j

jp

B 2

(5) = 2

∑ij

ijAB

2) Jumlah Kuadrat :

JKA = [ ])1()3( −hn

JKB = [ ])1()4( −hn

JKAB = [ ])3()4()5()1( −−+hn

JKG = (2) +

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

3) Derajat Kebebasan :

dkA = p – 1

dkB = q – 1

dkAB = (p – 1)(q – 1)

dkG = N – pq

dkT = N - 1

4) Rataan Kuadrat :

RKA = JKA/dkA

RKB = JKB/dkAB

RKG = JKG/dkG

3. Statistik Uji :

1) Untuk H0A adalah Fa = RKA/RKG yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq.

65

Page 86: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvi

2) Untuk H0B adalah Fb = RKB/RKG yang merupakan nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq.

3) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB/RKG yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p - 1)(q – 1) dan N –

pq.

4. Daerah Kritik :

Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F > Fα;p-1,N-pq}

Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F > Fα;q-1,N-pq}

Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {F > Fα;(p-1)(q-1,N-pq)}

5. Keputusan Uji :

H0 ditolak apabila Fobs ∈ DK

6. Rangkuman Analisis :

Tabel 16. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Sumber

Variansi

JK dK RK Fobs Fα

Baris (A)

Kolom (B)

Interaksi (AB)

Galat

JKA

JKB

JKAB

JKG

p – 1

q – 1

(p – 1)(q - 1)

N - pq

RKA

RKB

RKAB

RKG

Fa

Fb

Fab

-

F*

F*

F*

-

Total JKT N – 1 - - -

Keterangan: : Fobs adalah harga statistik uji

Fα adalah nilai F yang diperoleh dari tabel

(Budiyono,2004:212-213)

4. Uji Komparasi Ganda

Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil

analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak.

Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe.

66

Page 87: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvii

Statistik Uji

1. Komparasi rataan tiap baris

Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran maka

jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris. Untuk

mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan

membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing metode

pembelajaran. Jika rataan marginal melalui CTL menggunakan laboratorium riil

lebih besar dari rataan marginal untuk CTL menggunakan laboratorium virtual

berarti melalui metode CTL menggunakan laboratorium riil dikatakan lebih baik

dibandingkan dengan CTL menggunakan laboratorium virtual atau sebaliknya.

Komparasi rataan antar kolom

( )

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−=−

.j.i

2.j.i

.j.i

n1

n1RKG

XXF

dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q:α −− }

2. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama

Fij-kj =

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡+

kjij

2kjij

n1

n1RKG

)XX(

dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pqα −− }

3. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

Fij-ik =

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡+

ikij

2ikij

n1

n1RKG

)XX(

dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (p-1)F pqN1,:pα −− }

(Budiyono, 2004:214-215)

67

Page 88: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxviii

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai kreativitas siswa dan

prestasi belajar pada materi sistem koloid, yaitu meliputi prestasi kognitif dan

prestasi afektif. Data tersebut diambil dari kelas eksperimen I (CTL menggunakan

laboratorium riil) dan kelas eksperimen II (CTL menggunakan laboratorium virtual).

Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 37 siswa dari kelas XI IA

RSBI 1 dan 38 siswa dari kelas XI IA RSBI 6 SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran

2009/2010. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari

masing-masing variable. Data selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15.

1. Data Nilai Kreativitas Siswa

Data nilai kreativitas siswa diperoleh dengan cara angket. Berdasar pada

rata-rata hasil angket kreativitas siswa dalam kelas eksperimen, data yang terkumpul

terbagi menjadi dua kategori, yaitu untuk nilai lebih besar atau sama dengan rata-

rata termasuk dalam kategori kreativitas tinggi dan nilai di bawah rata-rata termasuk

kategori kreativitas rendah. Adapun nilai rata-rata keseluruhan adalah 112,514.

Pembagian kategori kelompok siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.

Pada kelas eksperimen I, nilai terendah adalah 84 dan nilai tertinggi adalah

139 dengan nilai rata-rata 112,816. Jumlah siswa yang mempunyai kreativitas tinggi

terdiri dari 20 siswa dan yang mempunyai kreativitas rendah terdiri dari 18 siswa.

Distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa kelas eksperimen I dan perhitungan

distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16.

Pada kelas eksperimen II, nilai terendah adalah 90 dan nilai tertinggi adalah

139 dengan nilai rata-rata 112,324. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdiri

dari 21 siswa dan yang mempunyai kreativitas rendah terdiri dari 16 siswa.

Distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa kelas eksperimen II dan perhitungan

distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16.

68

Page 89: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxix

Perbandingan distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa untuk kedua kelas

eksperimen pada materi sistem koloid disajikan pada Tabel 17. dan perhitungan

distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16.

Tabel 17. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid

No. Interval Nilai tengah Frekuensi

Eksperimen I Eksperimen II

1 84,0 – 91,8 87,9 1 1

2 91,9 – 99,7 95,8 2 3

3 99,8 – 107,6 103,7 7 11

4 107,7 – 115,5 111,6 15 7

5 115,6 – 123,4 119,5 9 12

6 123,5- 131,3 127,4 2 2

7 131,4 – 139,2 135,3 2 1

Jumlah 38 37

Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada

Tabel 17 dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid

2. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid

Data prestasi belajar siswa pada materi sistem koloid yang meliputi prestasi

kognitif dan prestasi afektif kelas eksperimen I ( pembelajaran CTL menggunakan

1 12

3

7

11

15

7

9

12

2 2 21

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Frek

uens

i

87,9 95,8 103,7 111,6 119,5 127,4 135,3

Nilai tengah CTL Lab RiilCTL Lab Virtual

69

Page 90: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xc

laboratorium riil) sebanyak 38 siswa dan kelas eksperimen II (pembelajaran CTL

menggunakan laboratorium virtual) sebanyak 37 siswa dapat dilihat pada Lampiran

15, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas

disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian

Jenis Penilaian Nilai rata-rata

Eksperimen I Eksperimen II

Pretest 32,47 34,81

Postest 83,39 79,22

Selisih Nilai Kognitif 50,92 44,41

Afektif 111,03 104,32

3. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Sistem Koloid

Pada kelas eksperimen I, selisih nilai kognitif terendah adalah 30 dan

selisih nilai kognitif tertinggi adalah 80. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif

kelas eksperimen I pada materi sistem koloid dan perhitungan distribusi

frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17.

Pada kelas eksperimen II, selisih nilai kognitif terendah adalah 23 dan

selisih nilai kognitif tertinggi adalah 70. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif

kelas eksperimen II pada materi sistem koloid dan perhitungan distribusi

frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17.

Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen I

dan kelas eksperimen II pada materi sistem koloid disajikan dalam Tabel 19 dan

perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17.

70

Page 91: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xci

Tabel 19. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid

No. Interval Nilai tengah Frekuensi

Eksperimen I Eksperimen II

1 23,0 – 31,1 27,05 1 6 2 31,2 – 39,3 35,25 4 9 3 39,4 – 47,5 43,45 11 8 4 47,5 – 55,6 51,55 8 6 5 55,7 – 63,8 59,75 10 5 6 63,9 – 72,0 67,95 3 3 7 72,1 – 80,2 76,15 1 0

Jumlah 38 37

Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada

Tabel 19 dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan

Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid

4. Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid

Data penelitian mengenai nilai afektif kelas eksperimen I (CTL

menggunakan laboratoirum riil) kelas XI IA RSBI 6 SMA Negeri 1 Cilacap dapat

dilihat pada Lampiran 15. Pada kelas Eksperimen I ini nilai terendah prestasi afektif

adalah 87 dan nilai tertinggi adalah 128 dengan nilai rata-rata 111,03 . Distribusi

1

6

4

9

11

8 8

6

10

5

3 3

10

0

2

4

6

8

10

12

Frek

uens

i

27,05 35,25 43,45 51,55 59,75 67,95 76,15

Nilai tengahCTL Lab RiilCTL Lab Virtual

71

Page 92: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcii

frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I pada materi sistem koloid dan perhitungan

distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.

Pada kelas eksperimen II (CTL menggunakan laboratorium virtual) kelas

XI IA RSBI 1 didapat nilai terendah adalah 79 dan nilai tertinggi adalah 125 dengan

nilai rata-rata 104,32. Distribusi frekuensi nilai afektif siswa kelas eksperimen II dan

perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.

Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II pada materi sistem koloid disajikan dalam Tabel 20 dan perhitungan

distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.

Tabel 20. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

Eksperimen I Eksperimen II

1 79,0 – 86,0 82 0 2

2 86,1 – 93,1 89,6 4 1

3 93,2 – 100,2 96,7 3 9

4 100,3 – 107,3 103,8 5 10

5 107,4 – 114,4 110,9 11 9

6 114,5 – 121,5 118 10 5

7 121,6 – 128,6 125,1 5 1

Jumlah 38 37

Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada

Tabel 20 dapat dilihat pada Gambar 21.

72

Page 93: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciii

Gambar 21. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas

Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid

B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Tujuan dari normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel

penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya harus

normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors.

Hasil uji normalitas kreativitas siswa, selisih nilai kognitif dan nilai afektif

tercantum dalam Lampiran 19-36. Hasil uji normalitas telah terangkum dalam Tabel

21 dan 22.

Tabel 21. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif Kelompok

Siswa

Harga L Kesimpulan

Hitung Tabel

A1 0,082 0,144 Normal

A2 0,145 0,146 Normal

B1 0,105 0,138 Normal

B2 0,127 0,152 Normal

A1B1 0,128 0,190 Normal

A1B2 0,163 0,200 Normal

A2B1 0,182 0,188 Normal

A2B2 0,141 0,213 Normal

0

2

4

1

3

9

5

1011

910

5 5

1

0

2

4

6

8

10

12

Frek

uens

i

82 89,6 96,7 103,8 110,9 118 125,1

Nilai tengah CTL Lab RiilCTL Lab Virtual

73

Page 94: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciv

Tabel 22. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelompok

Siswa

Harga L Kesimpulan

Hitung Tabel

A1 0,075 0,144 Normal

A2 0,067 0,146 Normal

B1 0,076 0,138 Normal

B2 0,103 0,152 Normal

A1B1 0,141 0,190 Normal

A1B2 0,138 0,200 Normal

A2B1 0,082 0,188 Normal

A2B2 0,105 0,213 Normal

Keterangan:

A1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I (laboratorium riil)

A2 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II (laboratorium virtual)

B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas kreativitas tinggi

B2 : Prestasi kognitif / afektif kelas kreativitas rendah

A1B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I ditinjau dari kreativitas tinggi

A1B2 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I ditinjau dari kreativitas rendah

A2B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II ditinjau dari kreativitas tinggi

A2B2 :Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II ditinjau dari kreativitas rendah

Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa harga Lhitung < L tabel, dengan

demikian dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas

Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah

varian dalam populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian

ini digunakan metode Barlett dengan statistic uji Chi kuadrat (Budiyono, 2004:175-

178). Hasil uji homogenitas selisih nilai kognitif dan nilai afektif ditinjau dari

metode pembelajaran, kreativitas, serta seluruh sel tercantum dalam Lampiran 37-

42. Ringkasan hasil uji homogenitas terangkum pada Tabel 23.

74

Page 95: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcv

Tabel 23. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif Uji Homogenitas χ2

hitung χ2 tabel Kesimpulan

Prestasi

Kognitif

Ditinjau dari

Metode Pembelajaran 0,895 3,84 Homogen

Ditinjau dari

Kreativitas 0,516 3,84 Homogen

Antar Sel 2,016 7,81 Homogen

Prestasi

Afektif

Ditinjau dari

Metode Pembelajaran 0,246 3,84 Homogen

Ditinjau dari

Kreativitas 0,310 3,84 Homogen

Antar Sel 0,930 7,81 Homogen

Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak melampaui

harga kritik χ2, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian

ini berasal dari populasi yang homogen.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka diteruskan dengan pengujian

hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi

(ANAVA) dengan sel tak sama. Perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama

selisih nilai kognitif tercantum pada Lampiran 43 sedangkan rangkuman hasil

perhitungannya disajikan pada Tabel 24 dan 25 berikut:

75

Page 96: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcvi

Tabel 24. Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif

Model Pembelajaran Kreativitas

Total Tinggi (B1) Rendah (B2)

CTL Lab. Riil (A1) 54,3 47,167 101,467

Lab. Virtual (A2) 46,476 41,688 88,164

Total 100,776 88,855 189,631

Tabel 25. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek

Kognitif Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan

Model Pembelajaran (A)

Kreativitas(B)

Interaksi (AB)

Galat

820,512

628,993

55,419

10081,377

1

1

1

71

820,512

628,993

55,419

141,99

5,778

4,43

0,3

-

3,978

3,978

3,978

-

H0A Ditolak

H0A Ditolak

H0AB Diterima

-

Total 11586,301 74 - - - -

Perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama nilai afektif tercantum

pada Lampiran 44, sedangkan rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel

26 dan 27 berikut:

Tabel 26. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif

Model Pembelajaran Kreativitas

Total Tinggi (B1) Rendah (B2)

CTL Lab. Riil (A1) 114,950 106,667 221,617

Lab. Virtual (A2) 107,714 99,875 207,589

Total 222,664 206,542 429,206

76

Page 97: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcvii

Tabel 27. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Afektif

Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan

Model Pembelajaran (A)

Kreativitas(B)

Interaksi (AB)

Galat

912,407

1205,119

0,908

6600,985

1

1

1

71

912,407

1205,119

0,908

92,97

9,813

12,962

0,00976

-

3,978

3,978

3,978

-

H0A Ditolak

H0A Ditolak

H0AB Diterima

-

Total 8719,419 74 - - - -

Tabel 25 dan 27 menunjukkan bahwa :

a. Pada efek utama baris (A), H0 ditolak.

Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan metode

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan

laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif pada

materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi

ganda (uji scheffe).

b. Pada efek utama kolom (B), H0 ditolak.

Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan

kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif pada

materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi

ganda (uji scheffe).

c. Pada efek utama interaksi (AB), H0 diterima (kognitif) dan H0 diterima (afektif)

Karena FB hitung < Ftabel , maka H0AB diterima dan H1AB ditolak, sehingga

dapat dikatakan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan

laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas terhadap prestasi

belajar kognitif dan afektif siswa pada materi pokok sistem koloid.

2. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan

a. Aspek Kognitif

Uji lanjut pasca aspek kognitif pada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris dan pasangan kolom. Rataan

selisih nilai kognitif masing-masing sel ditunjukkan pada Tabel 28. Dalam penelitian

77

Page 98: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcviii

ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama (pasangan antar kolom)

dan hipotesis kedua (antar baris).

Hasil perhitungan uji lanjut pasca anava aspek kognitif disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28. Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif

Komparasi

Ganda

Rerata Fhitung Ftabel Kesimpulan

iX jX

µA1 vs µA2 50,733 44,082 5,843 3,978 µA1 >µA2

µB1 vs µB2 50,388 44,427 4,650 3,978 µB1 > µB2

Dari rangkuman Tabel 35. dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena

Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL

menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual dan

juga ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi

dan rendah. Karena rataan marginal CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar

daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, maka CTL menggunakan

laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa daripada CTL

menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA

RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Perbedaan

rataan marginal kreativitas tinggi dan rendah juga signifikan sehingga dapat

dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajar kognitifnya

lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok

sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun

pelajaran 2009/2010.

78

Page 99: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcix

b. Aspek Afektif

Uji lanjut pasca anava aspek afektif pada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris dan pasangan kolom. Rataan

nilai afektif masing-masing sel ditunjukkan pada Tabel 29. Dalam penelitian ini uji

komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama (pasangan antar kolom) dan

hipotesis kedua (antar baris).

Tabel 29. Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif

Komparasi

Ganda

Rerata Fhitung Ftabel Kesimpulan

iX jX

µA1 vs µA2 110,808 103,794 9,928 3,978 µA1 >µA2

µB1 vs µB2 111,332 103,271 12,991 3,978 µB1 > µB2

Dari rangkuman Tabel 29 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena

Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL

menggunakan laboratorium riil dan kelas CTL menggunakan laboratorium virtual

serta ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi

dan rendah. Karena rataan marginal CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar

daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, maka CTL menggunakan

laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa daripada CTL

menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA

RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Perbedaan

rataan marginal kreativitas tinggi dan rataan marginal kreativitas rendah juga

signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi

prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas

rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA

Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.

79

Page 100: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c

D. Pembahasan Hasil Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual

terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid dan mengetahui

pengaruh perbedaan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi

pokok sistem koloid serta interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan

laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas terhadap prestasi

belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IA RSBI 1 sebagai

kelas eksperimen yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium virtual

dan kelas XI IA RSBI 6 sebagai kelas eksperimen yang dikenai pengajaran CTL

menggunakan laboratorium riil. Penentuan kelas eksperimen tersebut dilakukan

dengan Cluster Random Sampling.

Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok sistem koloid terlebih

dahulu dilakukan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang

akan diikuti. Kemudian pada akhir pembelajaran materi pokok sistem koloid

dilakukan postest untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

Dari analisis variansi dua jalan untuk selisih nilai aspek kognitif dan nilai

afektif yang telah diuraikan di depan didapat hasil dari tiga pengujian hipotesis yang

diajukan. Pada aspek kognitif dan afektif, hipotesis pertama dan kedua ditolak

sedangkan pada hipotesis ketiga diterima.

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru

dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk

mewujudkan tujuan yang ditetapkan, salah satunya yaitu memperoleh hasil belajar

yang memuaskan. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

faktor eksternal yang termasuk pemilihan model maupun metode pembelajaran yang

tepat. Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan bertanggung jawab

terhadap proses dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini dicoba dikembangkan

CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dalam mengajarkan materi kimia

80

Page 101: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ci

sistem koloid semester genap kelas XI IA RSBI SMA Negeri 1 Cilacap pada tahun

pelajaran 2009/2010.

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan adanya praktikum baik secara riil maupun virtual, dapat

mengarahkan siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan sendiri hingga

mereka menemukan konsep dari teori yang dipelajarinya. Dengan percobaan dengan

laboratorium riil akan menjadikan belajar lebih bermakna karena siswa mengalami

secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi selama praktikum. Proses pembelajaran

berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,

bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Sedangkan percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan

yang dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu

aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual menampilkan

tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi dalam

pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat memberikan kesempatan untuk

menemukan ide baru bagi yang menggunakan.

Materi sistem koloid merupakan materi yang berurutan secara sistematis.

Dalam hal ini seorang siswa dituntut menemukan makna dari suatu konsep. Siswa

harus bisa menghubungkan konsep-konsep yang ia dapatkan sebelumnya.

a. Aspek Kognitif

Hasil dari anava dua jalan aspek kognitif dari kedua metode tersebut

menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 5,778 > 3,978 yang berarti bahwa Ho

ditolak (Lampiran 43) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa

terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium

riil dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif pada

materi kimia sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi

ganda.

81

Page 102: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cii

Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara pembelajaran CTL

menggunakan metode praktikum dan CTL dengan pemberian tugas menunjukkan

bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 5,843 > 3,978 yang berarti bahwa Ho ditolak

(Lampiran 44) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan ada perbedaan yang

signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan laboratorium riil dan siswa kelas

CTL menggunakan laboratorium virtual. Karena rataan marginal CTL menggunakan

laboratorium lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, yaitu

50,733 > 44,082 , maka CTL menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan

prestasi belajar kognitif siswa daripada CTL menggunakan laboratorium virtual

pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1

Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.

Prestasi siswa yang diajar dengan pembelajaran CTL menggunakan

laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual. Hal

ini dikarenakan materi sistem koloid adalah materi yang secara umum bersifat

konkret (nyata) dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa

dapat aktif melakukan percobaan secara langsung dan nyata, mengamati prosesnya

dan menyimpulkan hasil percobaannya, dimana percobaan yang dilakukan

berhubungan dengan benda-benda yang siswa temui dalam kehidupan sehari-hari.

Melakukan percobaan dengan bahan-bahan yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari dan mengalami peristiwa secara nyata akan lebih memudahkan siswa

dalam menemukan konsep materi yang dipelajarinya, dalam hal ini adalah koloid

karena siswa mengenal objek secara nyata. Dalam praktikum di laboratorium riil,

banyak kemungkinan yang terjadi sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih

berpikir kritis dalam memecahkan segala kemungkinan masalah yang ada. Selain itu

siswa dapat bekerja aktif secara berkelompok sehingga memungkinkan terjadi

interaksi positif antar siswa dan tidak bosan dalam kegiatan belajar mengajar,

dengan demikian siswa merasa senang dan bersemangat saat belajar sehingga akan

mendukung meningkatnya prestasi kognitif.

Sedangkan pada CTL menggunakan laboratorium virtual, kendalanya

adalah siswa tidak melihat secara nyata terhadap apa yang mereka praktikumkan

sehingga siswa dituntut untuk memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi dalam

82

Page 103: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ciii

melaksanakan praktikum secara virtual. Meskipun praktikum dengan laboratorium

virtual bisa dilakukan berulang-ulang tetapi siswa masih mengalami kesulitan dalam

menemukan konsep. Hal ini dimungkinkan materi koloid yang secara umum bersifat

nyata sehingga siswa kesulitan untuk mendeskripsikan peristiwa nyata yang ada

dalam laboratorium virtual.

b. Aspek Afektif

Hasil dari anava dua jalan aspek afektif dari kedua metode tersebut

menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 9,813 > 3,978 yang berarti bahwa

Ho ditolak (Lampiran 45) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa

terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium

riil dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi

kimia sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.

Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara pembelajaran CTL

menggunakan metode praktikum dan CTL menggunakan metode pemberian tugas

menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 9,928> 3,978 yang berarti bahwa Ho

ditolak (Lampiran 46). Dengan ditolaknya Ho berarti H1 diterima. Hal ini

membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan

laboratorium riil dan laboratorium virtual. Karena rataan marginal CTL

menggunakan laboratorium riil lebih besar daripada CTL menggunakan

laboratorium virtual, yaitu 110,808 > 103,794, maka CTL menggunakan

laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa daripada CTL

menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA

RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.

Rataan nilai afektif siswa yang diajar dengan CTL menggunakan

laboratorium riil lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual. Hal

ini disebabkan karena pada CTL menggunakan laboratorium riil siswa dituntut untuk

bekerjasama dan lebih aktif serta kreatif dalam menemukan konsep dari materi

tersebut, sehingga mereka akan cenderung menemukan ide-ide dalam

bereksperimen sampai mereka dapat membangun pengetahuan sendiri berdasarkan

pengalaman. Pengetahuan yang dibangun dari dirinya sendiri membuat mereka

83

Page 104: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

civ

menjadi percaya terhadap kemampuan yang dimiliki dan bertanggung jawab dalam

memahami materi sistem koloid. Selain itu dengan metode eksperimen di

laboratorium riil siswa dapat belajar menemukan konsep-konsep dengan berpikir

sistematis. Sedangkan pada siswa yang diajar dengan CTL menggunakan

laboratorium virtual, kurang adanya interaksi antar siswa sehingga menjadi kurang

aktif karena mereka melaksanakan eksperimen dengan bantuan media komputer.

Siswa tidak dapat mengamati secara nyata peristiwa yang terjadai saat praktikum

sehingga menyebabkan proses penemuan konsepnya kurang.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Hasil dari anava dua jalan aspek kognitif dan aspek afektif menunjukkan

bahwa Fhitung > Ftabel. Pada anava dua jalan aspek kognitif Fhitung(4,43) > Ftabel(3,978),

sedangkan pada anava dua jalan aspek afektif Fhitung(12,962) > Ftabel(3,978) yang

berarti bahwa Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho berarti H1 diterima. Hal ini

membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan

rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan aspek afektif pada materi

pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.

Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara kreativitas tinggi dan

rendah menunjukkan bahwa pada uji komparasi ganda aspek kognitif Fhitung(4,650) >

Ftabel(3,978) dan pada uji komparasi ganda aspek afektif Fhitung(12,991) >

Ftabel(3,978). Hal ini berarti perbedaan yang signifikan antara kreativitas tinggi dan

rendah sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi

prestasi belajar kognitifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas

rendah. Begitu pula untuk aspek afektif terdapat perbedaan yang signifikan antara

kreativitas tinggi dan rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki

reativitas tinggi prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki

kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester

genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.

Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara

unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya

dalam pemecahan. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki rasa ingin tahu

84

Page 105: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cv

yang tinggi dan memiliki keinginan untuk menciptakan atau menemukan hal baru

serta berani mengambil resiko. Mereka tertarik untuk mencoba-coba dan

bereksperimen untuk menggali kreativitasnya hingga menemukan konsep sendiri.

Apabila terdapat hal-hal yang belum mereka mengerti saat praktikum, mereka

cenderung berpikir luwes dan termotovasi untuk mencari jawaban dengan jalan

diskusi maupun mencari referensi lain. Berbeda dengan siswa yang memiliki

kreativitas yang rendah, mereka akan melaksanakan praktikum sesuai dengan

perintah cara kerja tanpa mengeksplor kreativitasnya. Selain itu, jika mereka

menemui kesulitan belum dimengerti, mereka tidak termotivasi untuk mencari dan

menemukan jawabannya sendiri. Pada materi sistem koloid perlu kemampuan siswa

berpikir kreatif karena dalam proses belajarnya siswa akan menyoroti permasalahan

yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Jadi ada pengaruh antara kreativitas dengan prestasi yang akan dicapai oleh

siswa. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi maka ia akan selalu bersemangat

belajar dan berusaha memahami materi yang diajarkan sehingga prestasi yang

dicapai juga akan bagus. Sebaliknya, siswa yang memiliki kreativitas rendah

cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan, malas belajar sehingga

prestasi yang dicapai juga tidak memuaskan.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hasil dari anava dua jalan dengan menggunakan selisih nilai prestasi

kognitif menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel. Pada anava dua jalan selisih nilai

prestasi kognitif Fhitung(0,3) > Ftabel(3,978) dan untuk prestasi afektif juga didapat

Fhitung(0,00976) > Ftabel(3,978), yang berarti bahwa Ho diterima. Hal ini

membuktikan bahwa tidak terdapat interaksi antara penggunaan CTL menggunakan

laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar kognitif dan afektif pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI

semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010, maka tidak perlu

dilakukan uji pasca anava.

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan

laboratorium riil lebih baik daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium

85

Page 106: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cvi

virtual. Untuk kreativitas siswa, semakin tinggi kreativitas siswa maka semakin

tinggi pula prestasi belajar yang yang dicapai. Sehingga apapun metode

pembelajaran yang digunakan, siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memiliki

prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.

Sebaliknya, seberapapun tingkat kreativitas siswa, baik kategori tinggi maupun

rendah siswa yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium riil akan

memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang dikenai pengajaran

CTL menggunakan laboratorium virtual. Dapat disimpulkan bahwa apapun tingkat

kreativitas siswa baik tinggi maupun rendah, siswa yang melakukan eksperimen di

laboratorium riil memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang melakukan

eksperimen dengan media laboratorium virtual. Secara mandiri kreativitas siswa

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tetapi setelah berinteraksi dengan

metode pembelajaran yang digunakan kreativitas siswa tidak berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa.

Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL memberikan kontribusi yang

positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi koloid terutama

dengan cara eksperimen di laboratorium riil. Siswa lebih mudah menemukan konsep

materi yang mereka pelajari secara kreatif dari pengalaman yang mereka alami

dengan benda-benda nyata yang ada di sekitar mereka.

86

Page 107: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cvii

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu

pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan beberapa hal berikut :

1. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil

lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia

sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun

ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata selisih nilai kognitif pada

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil 50,733 lebih tinggi daripada

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih

nilai kognitif 44,082. Demikian halnya dengan prestasi belajar afektif siswa,

Pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan

prestasi belajar afektif siswa dengan rata-rata nilai afektif 111,808 daripada

pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata nilai

afektif 103,794.

2. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada

siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid kelas XI IA

RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010. Siswa

yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa

yang memiliki kreativitas rendah, ini dibuktikan dengan hasil anava dua jalan

pada aspek kognitif Fhitung>Ftabel dengan nilai 4,43 > 3,978 dan pada aspek

afektif Fhitung > Ftabel dengan nilai 12,962> 3,978.

3. Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium

riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa pada materi kimia sistem

koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran

2009/2010. Hal ini dapat dilihat dari hasil anava dua jalan untuk aspek kognitif

Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978)

87

Page 108: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cviii

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya

dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta

penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas

hasil belajar secara maksimal.

2. Implikasi Praktis

a. Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih baik dibandingkan

dengan CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem

koloid, sehingga pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid

sebaiknya disajikan dengan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil.

b. Pada pembelajaran materi pokok sistem koloid perlu memperhatikan

kreativitas siswa, karena siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi

belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah.

C. Saran

Berdasar kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai

berikut :

1. Sebelum pengambilan sampel, homogenitas kelas yang akan diteliti perlu

diperhatikan.

2. Bila tersedia laboratorium riil dan laboratorium virtual di sekolah, maka

sebaiknya menggunakan laboratorium riil dalam pembelajaran kimia pada

materi sistem koloid.

3. Dalam mengajar materi kimia sistem koloid, siswa hendaknya dirangsang untuk

memiliki kreativitas yang tinggi dan aktif agar dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kreativitas siswa yaitu

dengan memberikan kebebasan berpikir bagi siswa. Dalam hal ini, misalnya

dengan melakukan eksperimen karena dengan eksperimen dapat merangsang

siswa untuk mengeksplor lebih jauh kemampuan siswa. Contoh lainnya yaitu

dengan mengadakan diskusi individu maupun kelompok mengenai studi kasus

di luar konteks materi pelajaran dan berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari.

88

Page 109: STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cix

Diskusi ini dapat merangsang siswa untuk lebih aktif bertanya dan berpikir

lebih luas tanpa harus terpaku pada buku pelajaran yang ada.

4. Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan

laboratorium virtual tidak perlu memperhatikan kreativitas siswa.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor internal lain yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan

laboratorium riil dan virtual guna mengetahui interaksinya terhadap prestasi

belajar.

89