studi komparasi laboratorium riil dengan
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM
VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK
SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP
SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN
2009/2010
Skripsi
Oleh:
IKA NUGRAHA FITRIANA
NIM K3306007
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM
VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK
SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP
SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN
2009/2010
Oleh : Ika Nugraha Fitriana
K 3306007
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Menyusun Skripsi Program Pendidikan
Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan IlmuPengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Ashadi NIP. 19510102 197501 1 001
Dosen Pembimbing II
Dra. Bakti Mulyani, M. Si NIP. 131 472 285
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Tri Redjeki, M.Si ................. NIP. 19510601 197603 2 004
Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, Apt., M.Si ................. NIP. 19490317 197603 1 002
Anggota I : Prof. Dr. Ashadi ................. NIP. 19510102 197501 1 001
Anggota II : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ................. NIP. 131 472 285
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Ika Nugraha Fitriana. K3306007. STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (2) Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (3) Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian desain faktorial 2×2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI IA RSBI 1 dan XI IA RSBI 6 semester genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan secara Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan metode angket untuk prestasi belajar afektif dan kreativitas. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama dengan persyaratan uji normalitas dengan uji Liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlet dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid. Hal ini ditunjukkan pada kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dengan rata-rata selisih nilai kognitif 50,733 dan afektif 111,808, sedangkan kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih nilai kognitif 44,082 dan afektif 103,794. (2) Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung>Ftabel yaitu 4,43 > 3,978 untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif dengan harga Fhitung > Ftabel yaitu 12,962> 3,978. (3) Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978). Kata kunci: CTL (Contextual Teaching and Learning), laboratorium riil,
laboratorium virtual, sistem koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Ika Nugraha Fitriana. K3306007. A COMPARATIVE STUDY OF REAL LABORATORY WITH VIRTUAL LABORATORY IN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT VIEWED FROM STUDENT’S CREATIVITY ON SUBJECT MATTER COLLOIDAL SYSTEM AT SECOND GRADE AT EVEN SEMESTER IN SMA NEGERI 1 CILACAP ACADEMIC YEAR 2009/2010. Minor Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, July 2010.
The aims of this research to knows: (1) The influence of implementation CTL by using real laboratory and virtual laboratory toward learning achievement on subject matter colloidal system. (2) The influence of creativity level toward student’s achievement on subject matter colloidal system. (3) The interaction between CTL by using real laboratory and virtual laboratory with student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system.
This research used an experiment method by using factorial design 2 x 2. The sample in this research were the student’s of XI Science RSBI 1 and XI Science RSBI 6 in State Senior High School 1 Cilacap in 2009/2010 period. Sampling technique is used Random Sampling. Data collection technique gained from objective test method to measure cognitive learning achievement and questionnaire method to measure affective achievement and creativity. The analysis of data technique used in this research was A Two-Way Variance Analysis with different cells which had the requirement Liliefors test to analyze normality, Bartllet test to analyze homogeneity and continued with double comparative test that use Scheffe method. Based on this research of the analysis can be conclude: (1) The student’s achievement of CTL by using real laboratory is higher than student’s achievement of CTL by using virtual laboratory on subject matter of colloidal system. It can be shown that CTL by using real laboratory class has average cognitive point difference 50,733 and affective 111,808, while CTL by using virtual laboratory class has average cognitive point difference 44,082 and affective 103,794. (2) The achievement of the students which have high creativity is higher than the students which have low creativity on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs > Ftable is 4,43 > 3,978 for cognitive achievement and 12,962> 3,978 for affective. (3) There is no interaction between CTL by using real laboratory and CTL by using virtual laboratory with the student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs(0,3) < Ftable(3,978) for cognitive achievement and Fobs(0,00976) < Ftable (3,978) for affective. Keywords: CTL (Contextual Teaching and Learning), real laboratory, virtual
laboratory, colloidal system
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan sungguh-sungguh urusan yang lain”
(QS. Al-Insyirah: 6-7)
“…..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra’d : 11)
“Confusion is the biggest enemy of good thinking. Simplicity is the key. When thinking is clear and simple, it becomes more enjoyable and more effective”
(Edward de Bono)
“Plan your work and work your plan” (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada:
• Alm Bapak, semoga aku bisa membanggakanmu
• Ibu tercinta atas segala doa yang tak pernah terputus, cinta, kasih
sayang dan pengorbanannya demi sebuah cita-cita
• Adikku yang senantiasa memberi semangat dan doa
• My dear, yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan
semangat untuk selalu optimis
• Teman-teman Wisma en_en yang selalu menemani dalam keadaan
senang dan sedih
• Teman-Teman Kimia’06 dan Almamater
• Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi
Karya ini adalah wujud rasa cinta, hormat dan bakti. Semoga Allah
SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNya atas semua ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Hanya karena rahmat dan hidayah-Nya,
penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat
diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penelitian.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.
3. Dra. Tri Redjeki, M.S, Selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Haryono, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Kimia Jurusan
P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Prof. Dr. Ashadi, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam
penyusunan Skripsi ini.
6. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.
7. Drs. Tri Winarso, M.Ed., Selaku Kepala SMA Negeri I Cilacap yang telah
mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Ani Parwati, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri I Cilacap
yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. My dear, Evan yang telah membantu baik material maupun spiritual dari awal
hingga akhir Skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku (Hezty, Yayiek, Dee, Nichen) yang selalu memberi semangat
untuk maju.
12. Teman-teman Kimia angkatan ’06 terimakasih untuk segala dukungan,
persahabatan dan bantuannya.
13. Teman-teman Wisma en_en (Ria, Nichen, Chandra, Santi, Fitri)
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN....... ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....... .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
MOTTO ............................................................................................................. ix
PERSEMBAHAN .............................................................................................. xi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 4
C. Pembatasan Masalah…………………………………………... 5
D. Perumusan Masalah…………………………………………… 5
E. Tujuan Penelitian……………………………………………… 6
F. Manfaat Penelitian……………………………………………… 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 8
1. Studi Komparasi .................................................................... 8
2. Belajar dan Pembelajaran…………………………………... 8
3. Contextual Teaching and Learning (CTL)…….................... 11
a. Definisi CTL..................................................................... 11
b. Komponen CTL ................................................................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4. Laboratorium ........................................................................ 17
a. Laboratorium Riil ............................................................. 17
b. Laboratorium Virtual ....................................................... 18
5. Prestasi Belajar ..................................................................... 20
a. Ranah Kognitif ............................................................... 21
b. Ranah Afektif .................................................................. 22
c. Ranah Psikomotorik ........................................................ 22
6. Kreativitas ............................................................................. 23
a. Definisi Kreativitas.......................................................... 23
b. Ciri-ciri Kreativitas.......................................................... 24
c. Pengukuran Kreativitas................................................... 26
7. Materi Sistem Koloid ............................................................ 26
a. Sistem Koloid ................................................................. 27
b. Sifat-sifat Koloid ............................................................ 29
1) Efek Tyndall ................................................................ 29
2) Gerak Brown ............................................................... 30
3) Muatan Koloid ............................................................. 31
4) Koagulasi ..................................................................... 32
5) Koloid Pelindung .......................................................... 34
6) Dialisis .......................................................................... 34
7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob .................................. 35
c. Pengolahan Air Bersih ................................................... 37
d. Pembuatan Sistem Koloid .............................................. 39
B. Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………… 40
C. Kerangka Berfikir……………………………………………… 43
D. Hipotesis………………………..................…………………… 47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 48
B. Metode Penelitian ........................................................................ 48
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
D. Populasi dan Sampel.................................................................... 50
1. Populasi ................................................................................. 50
2. Sampel ................................................................................... 51
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 51
1. Metode Tes ............................................................................ 51
2. Metode Angket ...................................................................... 51
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 51
1. Instrumen Penilaian Kognitif ................................................ 51
a. Uji Validitas .................................................................... 51
b. Uji Reliabilitas ................................................................ 53
c. Uji Taraf Kesukaran Soal ................................................ 54
d. Daya Pembeda Soal......................................................... 55
2. Instrumen Penilaian Afektif .................................................. 56
a. Uji Validitas .................................................................... 57
b. Uji Reliabilitas ................................................................ 57
3. Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa ................................. 59
a. Uji Validitas .................................................................... 59
b. Uji Reliabilitas ................................................................ 60
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 61
1. Uji Prasyarat ......................................................................... 61
a. Uji Normalitas ................................................................. 61
b. Uji Homogenitas ............................................................. 62
2. Pengujian Hipotesis ............................................................... 62
3. Analisis Variansi Dua Jalan .................................................. 62
4. Uji Komparasi Ganda ............................................................ 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................. 68
1. Data Nilai Kreativitas Siswa ................................................ 68
2. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid .............. 70
3. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Sistem Koloid ....... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
4. Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid ............................. 71
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 73
1. Uji Normalitas ...................................................................... 73
2. Uji Homogenitas ................................................................... 74
C. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 75
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ............. 75
2. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan ....................................... 78
a. Aspek Kognitif .............................................................. 78
b. Aspek Afektif ................................................................ 79
E. Pembahasan ................................................................................. 80
1. Pengujian Hipotesis Pertama..... ........................................... 80
a. Aspek Kognitif .............................................................. 81
b. Aspek Afektif ................................................................ 83
2. Pengujian Hipotesis Kedua..... ............................................. 84
3. Pengujian Hipotesis Ketiga..... ............................................. 85
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 87
B. Implikasi ...................................................................................... 88
C. Saran ............................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90
LAMPIRAN ....................................................................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi.........………….... 27
Tabel 2. Jenis-Jenis Koloid ………………………….……………... 28
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob....................…….
Desain Penelitian: Faktorial 2x2...........................................
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian
Kognitif.................................................................................
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian
Kognitif.................................................................................
Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal......................
Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal...........................
Skor Penilaian Afektif...........................................................
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Afektif...............
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif...........
Skor Penilaian Kreativitas.....................................................
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas.........
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreativitas.....
Notasi dan Tata Letak Data...................................................
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.......
Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa
antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada
Materi Sistem Koloid............................................................
Rangkuman Deskripsi Data Penelitian..................................
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif
Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Pada Materi Sistem Koloid...................................................
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi
Sistem Koloid…....................................................................
37
48
53
54
55
56
56
57
58
59
60
61
64
66
69
70
71
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 21.
Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25.
Tabel 26.
Tabel 27.
Tabel 28.
Tabel 29.
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai
Kognitif……………........................................................….
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif………….
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif……..
Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif...............
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
Sama Aspek Kognitif…………………………………..…..
Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif………………..
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
Sama Aspek Afektif………………………………......…....
Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif
Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif..
73
74
75
76
76
76
77
78
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ciri-ciri Kreativitas Ditinjua Secara Kognitif dan Afektif........ 24
Gambar 2. Suspensi..................................................................................... 28
Gambar 3. Koloid........................................................................................ 28
Gambar 4. Parfum................................................................................. …. 29
Gambar 5. Beberapa Produk Kosmetik…………….. …………………… 29
Gambar 6. Larutan Sejati.................................................... ....................... 29
Gambar 7. Sistem Koloid........................................................... ………… 29
Gambar 8. Gerak Brown…………………………………………………. 30
Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat .......... 30
Gambar 10. Adsorbsi Ion-Ion dalam Air........................………………….. 31
Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana........................................................ 32
Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit.................... 33
Gambar 13. Dialisis..................…………………………………………… 34
Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah.................................................. 35
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil...………………………
Susunan Alat Penyaring Air Sederhana.....................................
Bagan Pengolahan Air Bersih....................................................
Bagan Kerangka Berpikir..........................................................
Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem
Koloid.........................................................................................
Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif antara Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem
Koloid.........................................................................................
Histogram Perbandingan Nilai Afektif antara Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem
Koloid………………………………………………………….
36
38
38
46
69
71
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran...................................................… 92
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)…….
Kisi-kisi Penyusunan Penilain Aspek Kognitif...…….…
Instrumen Penilaian Kognitif..……………………….…
Kunci Jawaban Instrumen Kognitif.………………….…
Lembar Jawaban…………………………………….…..
Kisi-kisi dan Indikator Angket Afektif……………….…
Angket Aspek Afektif…………………………….….….
Kisi-kisi dan Indikator Instrumen Kreativitas…….…….
Angket Kreativitas Siswa…………………….…………
Colloid Experiment’s Guide (Petunjuk Praktikum
Koloid)…………………………………………………..
Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf
Kesukaran Soal Penilaian Kognitif..................................
Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen Aspek
Afektif...............................................................................
Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen
Kreativitasa.......................................................................
Data Induk Penelitian.......................................................
Distribusi Frekuensi Data Kreativitas..............................
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif.....................
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif.......................
Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen I...............
Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen II..............
Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas
Eksperimen I...................................................................
Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas
Eksperimen II..................................................................
94
102
103
112
113
114
116
119
120
124
132
136
140
144
145
148
151
154
155
156
157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Lampiran 26.
Lampiran 27.
Lampiran 28.
Lampiran 29.
Lampiran 30.
Lampiran 31.
Lampiran 32.
Lampiran 33.
Lampiran 34.
Lampiran 35.
Lampiran 36.
Lampiran 37.
Lampiran 38.
Lampiran 39.
Lampiran 40.
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen I.......................
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen I..........................
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen II...........................
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen II.........................
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas
Tinggi...............................................................................
Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas
Rendah.............................................................................
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I......
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen II.....
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Tinggi Kelas Eksperimen I...............................................
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Rendah Kelas Eksperimen I.............................................
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Tinggi Kelas Eksperimen II..............................................
Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Rendah Kelas Eksperimen II............................................
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas
Tinggi..............................................................................
Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas
Rendah..............................................................................
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa........................
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa Ditinjau dari
Kreativitas.........................................................................
Uji Homogenitas Antar Sel (Kognitif).............................
Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa..........................
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Lampiran 41.
Lampiran 42.
Lampiran 43.
Lampiran 44.
Lampiran 45.
Lampiran 46.
Lampiran 47.
Lampiran 48.
Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa Ditinjau dari
Kreativitas.........................................................................
Uji Homogenitas Antar Sel (Afektif)...............................
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif).....
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Kognitif)
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif).....
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Afektif)..
Media Laboratorium Virtual............................................
Dokumentasi Penelitian...................................................
176
177
178
182
184
188
190
197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang harus segera
diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak
terlepas dari kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran di
kelas merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa
suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Keberhasilan proses pendidikan
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi
pemanfaatan prinsip-prinsip pembelajaran seperti pendekatan, model, strategi, dan
metode pembelajaran. Hal ini harus dimanfaatkan secara optimal supaya mampu
mengembangkan semua unsur internal yang dimiliki peserta didik secara lebih
intensif.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan hendaknya mengacu pada empat
pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang terdapat dalam buku
Learning: The Treasure Within yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know),
belajar untuk melakukan sesuatu/bekerja terampil (learning to do), belajar untuk
menjadi seseorang/pribadi (learning to be), dan belajar untuk menjalani kehidupan
bersama (learning to live together). Jadi, pembelajaran yang dilaksanakan tidak lagi
berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa (Syafaruddin, 2002: 3).
Sejauh ini pembelajaran yang diterapkan di Indonesia hanya bersifat satu
arah berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa yang menitikberatkan pada
penguasaan materi dan belum menuju pada aspek kecakapan hidup (life skill
oriented) sehingga hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal
fakta-fakta dalam jangka pendek. Belajar akan lebih bermakna jika anak
‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga
diperlukan konsepsi pembelajaran yang bisa meghadirkan situasi belajar yang
bermakna bagi siswa. Hal ini akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya
untuk menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu bentuk pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan kearah kecakapan hidup (life skill). Kecakapan
hidup atau life skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi dari
pendekatan tersebut adalah guru bersama siswa bekerja dan mengalami
pengetahuan yang dipelajari, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana
mencapainya (Nurhadi, 2004: 41).
Metode praktikum di laboratorium riil merupakan suatu bentuk pengajaran
yang bersifat khusus dan istimewa yang dimanfaatkan seoptimal mungkin yang
bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam
keadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam teori. Dalam metode ini siswa dapat
aktif melakukan percobaan secara langsung, mengamati prosesnya dan
menyimpulkan hasil percobaannya, sehingga siswa dapat membentuk konsep dari
teori yang dipelajarinya.
Dalam melaksanakan praktikum, siswa juga dapat melakukannya dengan
cara laboratorium virtual. Karakteristik laboratorium virtual adalah program yang
berisi alat-alat laboratorium yang berfungsi sebagaimana alat riil. Para siswa diajak
untuk memberikan respon, komputer akan merespon dan memberikan feed back
segera pada siswa dalam bentuk programmed instruction. Pada laboratorium virtual
siswa dapat melaksanakan percobaan sendiri secara bebas,tanpa ada rasa takut salah
berdasarkan petunjuk praktikum yang ada, bahkan siswa dapat mengembangkan
sendiri dari petunjuk praktikum yang ada (Mujiyono, 2005: 13).
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial
dimiliki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
yang tepat. Kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara individu dan
lingkungannya. Kreativitas juga sangat dibutuhkan saat siswa melakukan praktikum
untuk mengeksplor kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya. Seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, dengan demikian baik perubah
di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya kreatif yang berperan penting dalam pembelajaran.
Di dalam pelajaran kimia SMA, terdapat suatu materi yang penting untuk
diajarkan karena berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu materi sistem
koloid. Pada materi ini dibahas mengenai perbedaan antara sistem koloid dan sistem
dispersi lainnya, sifat-sifat koloid, pengaruh dari sifat-sifat koloid dan berbagai cara
untuk membuat partikel koloid dalam dunia industri. Dengan mempelajari materi ini
siswa mendapatkan pengetahuan yang luas, bahkan manfaatnya menjadi lebih
apabila siswa dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi
sistem koloid lebih menekankan pada ketrampilan siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan melakukan percobaan-percobaan yang
berkaitan dengan materi sistem koloid. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif
menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka dalam materi pokok
koloid (Gebi dan Siti, 2007: 2).
Dalam proses penyampaian materi pelajaran kimia yang dijumpai di SMA
Negeri 1 Cilacap masih menggunakan metode ceramah yang menjadikan guru
sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Siswa pada umumnya mendengarkan,
membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam
tidak kuat. Selain itu keterbatasan laboratorium dan waktu terkadang memaksa siswa
untuk tidak melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini dapat menimbulkan masalah
dalam peningkatan prestasi belajar dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan
prestasi serta kreativitas siswa, diperlukan suatu pengembangan pendekatan, metode,
maupun media pembelajaran. Hal inilah yang memotivasi dilakukannya pendekatan
yang berimplementasi pada kehidupan nyata. Pendekatan CTL yang dikombinasikan
dengan metode praktikum dan berbantuan media komputer akan membantu siswa
untuk lebih mudah memahami dan menanamkan konsepnya dalam kehidupan
sehari-hari.
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul:
“Studi Komparasi Laboratorium Riil dengan Laboratorium Virtual pada
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar
Ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester
Genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium
virtual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem
koloid?
2. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium
virtual sesuai untuk materi pokok sistem koloid materi pokok sistem koloid?
3. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi pelajaran dengan pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium virtual?
4. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium
virtual berpengaruh terhadap aspek kognitif ataukah aspek afektif siswa?
5. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok sistem koloid?
6. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
siswa?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu
diberikan batasan masalah. Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada:
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI RSBI semester genap SMA Negeri
1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
2. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan CTL dengan
menggunakan metode praktikum, yaitu dengan melaksanakan praktikum di
laboratorium dan laboratorium virtual.
3. Media pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam laboratorium riil adalah peralatan
dan bahan-bahan riil untuk melakukan praktikum koloid (alat dan bahan yang
dibutuhkan selengkapnya terdapat pada hal.124-131), sedangkan pada
laboratorium virtual digunakan software laboratorium virtual yang berisi
praktikum koloid.
4. Materi Pelajaran
Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok sistem koloid yang mencakup
penggolongan koloid, sifat-sifat koloid, dan pembuatan koloid.
5. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek
kognitif dan afektif. Aspek psikomotor tidak dapat dibandingkan karena
instrumen yang digunakan pada kedua variabel berbeda.
6. Kreativitas Siswa
Kreativitas siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.
7. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dilihat dari
prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah pada materi
pokok sistem koloid.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
1. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi belajaran dengan pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan
laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid?
2. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok sistem koloid?
3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok sistem koloid?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan
CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok sistem koloid.
2. Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem
koloid.
3. Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
sistem koloid.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya tentang
teori pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan laboratorium riil dan virtual
pada materi pokok sistem koloid.
2. Manfaat praktis:
a. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususnya tenaga pengajar di
SMA negeri 1 Cilacap dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
yang berorientasi pada keterlibatan aktif siswa pada kegiatan belajar
mengajar dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai
kompetensi yang optimal.
b. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi metode
dan media pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
c. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk penelitian pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium riil dan virtual.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi
Studi berasal dari kata “to study”, yang berarti belajar atau mempelajari.
Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari. Sedangkan komparasi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Suharsimi Arikunto
(2006: 268) menyebutkan bahwa komparasi yaitu perbandingan dua atau tiga
kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Aswarni Sujud mengemukakan
bahwa “Penelitian Komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide,
kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja”
(Suharsimi Arikunto, 2006: 267).
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi komparasi
adalah bentuk penelitian yang membandingkan antara beberapa variabel atau
kejadian yang saling berhubungan dengan menemukan perbedaan atau
persamaannya.
2. Belajar dan Pembelajaran
Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua
kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan
belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan
sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.
a. Pengertian Belajar
Penjelasan belajar menurut beberapa ahli antara lain:
1) Gestalt menerangkan bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan atau
perubahan insait-insait (insight), pandangan-pandangan (outlooks), harapan-
harapan atau pola berpikir. Teori ini memungkinkan guru untuk melihat
seseorang, lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya (Ratna Wilis
Dahar, 1989: 20).
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
2) Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikologi, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pemahaman-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap, perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996: 53).
3) Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9)
4) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa
bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar (Nana Sudjana, 1989: 5).
5) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2003: 5).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku, proses memperoleh motivasi maupun penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi dengan
lingkungannya.
b. Teori-teori Belajar
1) Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf.
Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin
meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan
mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
2) Teori Belajar Penemuan Menurut Bruner
Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
3) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel
Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar
dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
orang yang belajar.
4) Teori Belajar menurut Gagne
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada
lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu: (a) belajar responden, (b)
belajar kontiguitas, (c) belajar operant, (d) belajar observasional, dan (e) belajar
kognitif.
(Ratna Wilis Dahar, 1989: 12-18).
c. Pengertian Pembelajaran
Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1) Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam kegiatan
belajar mengajar (H.J.Gino,dkk , 1996: 32).
2) Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba
menolong, membimbing sesorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan
(Slameto, 2003: 32).
3) Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi,
yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar
dengan siswa sebagai subyek pokok (Sardiman, 2001: 14).
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri belajar. Ciri-ciri
interaksi belajar mengajar yaitu memiliki tujuan, ada suatu prosedur yang direncana,
ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai suatu aktivitas, ada guru
sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian
tujuan serta ada penilaian (Edi Suardi dalam Sardiman, 2001: 16-17).
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen antara lain:
a) Standar kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau
ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi yang harus dimiliki oleh
lulusan dalam suatu mata pelajaran.
b) Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang
harus dimiliki oleh lulusan, kompetensi minimal yang harus dilakukan atau
ditampilkan oleh siswa di standar kompetensi untuk suatu pelajaran.
c) Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon
yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan
bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
d) Materi pokok adalah bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk
menguasai kompetensi dasar.
(Depdiknas, 2003: 27-30)
3. Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi
dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Pendekatan kontekstual
merupakan suatu proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di
dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan
konteks keadaan pribadi,sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2006: 19).
b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni :
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling) dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assesment) (Johnson, 2006: 21-22).
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks
ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
2. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’.
Questioning (bertanya) merupakan pendekatan pembelajaran CTL. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna:
a. menggali informasi baik administrasi maupun akademis
b. mengecek pemahaman siswa
c. membangkitkan respon kepada siswa
d. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
e. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g. untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
h. untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa
Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan : antara
siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara
siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas
bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat
menimbulkan keinginan untuk bertanya.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkannya.
Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut:
a. observasi (observation)
b. bertanya (questioning)
c. mengajukan dugaan (hyphotesis)
d. pengumpulan data (data gathering)
e. penyimpulan (conclussion)
Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang
berpola pada metode-metode sains dan memberikan kesempatan siswa untuk
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan
untuk memecahkan masalah tersebut.
Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain:
a. merumuskan masalah (dalam pembelajaran apapun)
b. mengamati atau melakukan observasi
c. menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,tabel,
dan karya lainnya.
d. mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru, atau audien lain.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar
meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana
caranya? Tolong bantuin aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara
mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat
belajar (learning community).
Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan
antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar kelas,
semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai
mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera
memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi bentuknya,
baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru
melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.
5. Pemodelan (Modelling)
Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu
berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu,
dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh
mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai
model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi
yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleks merupakan
respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima,
dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.
Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari,
catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-
lain.
7. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian
ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh
positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental, maupun
psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada
sekedaar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus menerus selama
kegiatan pembelajran berlangsung, yang mencakup penilaian aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran CTL tidak hanya ditentukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh
aspek.
Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang ditempuh secara garis
besarnya antara lain:
a. mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
b. melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
c. mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok)
e. menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran
f. melakukan refleksi di akhir pertemuan
g. melakukan penilaian autentik
(Nurhadi, 2004: 103-106)
Dalam pengelolaannya pembelajaran CTL ini dilakukan dengan model daur
belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk:
a. kegiatan awal (eksplorasi), guru menyajikan fenomena untuk menggali
pengetahuan awal siswa
b. kegiatan inti (eksplanasi),guru membimbing siswa merumuskan masalah dan
hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan
menyimpulkan data
c. pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui
kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar
d. penilaian (evaluasi), guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi
dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL memiliki
kelebihan antara lain:
a. meningkatkan akademik siswa
b. siswa menjadi lebih aktif
c. siswa praktik, bukan menghafal
d. siswa dilatih untuk berfikir kritis
e. siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah
Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran CTL juga memiliki beberapa
kekurangan yaitu:
a. kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama
b. keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu
sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok
c. memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
4. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan percobaan dan
penelitian, dapat berupa ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Dalam
pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup dimana
percobaan dan penelitian dilakukan.
Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari dan berusaha
memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan-pengamatan. Oleh karena itu
dalam pelajaran IPA, siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi harus melakukan
kegiatan sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang ilmu
yang dipelajarinya.
Laboratorium IPA adalah sebuah tempat dimana guru dan siswa melakukan
percobaan dan penelitian. Jadi laboratorium adalah tempat khusus yang dilengkapi
dengan alat-alat dan bahan untuk melaksanakan percobaan/praktikum. Di
laboratorium siswa memperoleh data/informasi yang berasal dari benda yang asli
maupun tiruannya, serta dapat mendudukkan cara mempelajari IPA sebagaimana
seharusnya.
a. Laboratorium Riil
Menurut Mujiyono (2005: 14) laboratorium riil adalah laboratorium tempat
khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan
percobaan/praktikum. Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami
diantaranya:
1) Pengenalan Alat
Laboratorium riil dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung, atau
siswa untuk memegang secara langsung.
2) Pengamatan
Dengan penerapan laboratorium riil kegiatan siswa memusatkan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera terhadap alat riil yang
dihadapinya melalui penglihatan.
3) Percobaan
Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum
yang sudah disiapkan sehingga setelah mendapatkan data siswa mencatatnya.
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
Laboratorium riil yang diterapkan pada materi pokok sistem koloid memiliki
kelebihan antara lain:
1) Melibatkan siswa secara langsung. Siswa dapat melihat, melakukan, dan
mengamati secara langsung proses eksperimen di laboratorium.
2) Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen koloid merupakan bahan-
bahan yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
berbahaya sehingga membantu siswa mempermudah dalam memahami
konsep materi yang dipelajari.
3) Meningkatkan ketrampilan yang nantinya digunakan dalam masyarakat.
Materi koloid juga mempelajari tentang aplikasi koloid dalam bidang industri
seperti industri makanan, sehingga dengan adanya eksperimen di
laboratorium riil dapat meningkatkan ketrampilan siswa untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa kekurangan laboratorium riil:
1) Tidak dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak.
2) Eksperimen hanya dilakukan satu kali dan tidak dapat diulang kembali.
3) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan eksperimen di
laboratorium.
b. Laboratorium Virtual
Laboratorium virtual adalah alat-alat laboratorium dalam program
(software) komputer, dioperasikan dengan komputer. Dari kecanggihan yang
ditunjukkan komputer yang selanjutnya dikenal dengan Computer Assisted
Instruction (CAI). CAI adalah suatu bagian/segmen pelajaran disampaikan dengan
media komputer. Para siswa diajak untuk memberikan respon, komputer akan
merespon dan memberikan feed back segera pada siswa dalam bentuk Programmed
Instruction.
Menurut Oemar Hamalik (1994:5) disebutkan bahwa komputer merupakan
suatu teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi
secara cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Komputer dapat dijadikan
sebagai sebuah media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan
kreativitas serta perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
Dalam menggunakan media komputer sebagai pembelajaran, untuk
direncanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan
komputer sebagai pembelajaran berjalan efektif pula. Pembelajaran menggunakan
komputer perlu direncanakan dengan baik agar dapat menumbuhkan minat peserta
didik, melibatkan peserta didik secara aktif dan mengevaluasi tingkat pemahaman
siswa.
1) Pengenalan Alat
Dalam mengenalkan alat siswa ditunjukkan langsung oleh guru karena
siswa sebelumnya telah menggunakan komputer, sehingga dalam pengenalan alat
untuk praktikum dapat dilakukan secara mudah.
Karakteristik laboratorium virtual dapat disebutkan sebagai berikut:
a. berisi alat-alat laboratorium yang dapat berfungsi sebagaiman alat-alat riil
b. dapat dirangkai menjadi puluan percobaan atau desain teknologi sederhana
c. sangat mudah dioperasikan, satu komputer dioperasikan oleh satu siswa
d. dalam program ini aktivitas 100 % di tangan pemakai, pemakai bebas
melakukan eksplorasi/eksperimen.
2) Pengamatan
Siswa yang menggunakan laboratorium virtual dalam mengamati:
a. bekerja secara mandiri
b. umpan balik dilakukan secara baik oleh respon alat maupun dari guru
c. siswa dapat mencoba-coba dan melihat kejadian yang terjadi.
3) Percobaan
Siswa dapat melakukan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut
salah berdasarkan petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat
mengembangkannya sendiri dari petunjuk praktikum yang ada.
Kelebihan laboratorium virtual ditinjau dari materi pokok sisten koloid
antara lain:
1) Dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak.
2) Eksperimen dapat dilakukan berulang-ulang sampai siswa benar-benar
memahaminya.
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
3) Membutuhkan waktu sedikit untuk bereksperimen sehingga siswa memiliki
waktu yang lebih banyak untuk mendiskusikan materi koloid yang lain.
Beberapa kekurangannya antara lain:
1) Siswa tidak dapat melakukan serta mengamati proses eksperimen secara
langsung/nyata.
2) Ketrampilan siswa dalam bereksperimen kurang tereksplor.
3) Tidak semua simulasi yang ada dalam laboratorium virtual sama persis
dengan kondisi di dunia nyata.
5. Prestasi Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi. Hasil
kegiatan dapat memberikan gambaran tentang prestasi hasil belajar dari peserta
didik. Zainal Arifin (1989 : 2-3) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari
bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi
“prestasi” yang berarti “hasil usaha”.
Prestasi adalah isi dari kapasitas seseorang yang dimaksud disini adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidkan atau latihan tertentu ini
biasa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Sedangkan
maksud prestasi belajar pada penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai siswa
yang ditunjukkan dengan penilaian hasil belajar oleh guru yang berupa angka.
Belajar merupakan suatu proses, hasil dari belajar berupa suatu bentuk
perubahan di mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari prestasi
belajar sebagai wujud keberhasilan proses tersebut. Prestasi belajar merupakan hasil
yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses balajar mengajar. Prestasi belajar
ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengajar untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan.
Menurut Slameto (2003: 93) ada lima kemampuan manusia yang
merupakan hasil dari belajar, yaitu :
a. ketrampilan intelektual, sebagai hasil belajar yang terpenting
b. strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
c. informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta
d. keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah
e. sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang
dimiliki seseorang.
Prestasi belajar yang dicapai masing-masing individu tidak sama.
Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar
individu. Faktor dari dalam individu atau sering disebut faktor internal antara lain:
motivasi, kreativitas, kematangan fisik maupun mental dan sebagainya, sedangkan
faktor dari luar atau faktor eksternal contohnya : faktor lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, budaya dan sebagainya.
Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan
hasil belajar dan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan
menggulirkan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada sekitar
tahun 2006 dimulai dari beberapa sekolah. Dengan sistem ini diharapkan penilaian
tidak hanya menitik beratkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mencakup ranah
psikomotor dan afektif. Hal ini selaras dengan ayat 4 pasal 3 Keputusan Mendiknas
Nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2002 yang menyatakan bahwa penilaian kelas
dan ujian meliputi aspek atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tipikal berpikir
berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor,
dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut
merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut
merupakan hasil belajar.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang meliputi
kemampuan menghafal, menerapkan, menganalisis, dan mensistesis serta
mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan
menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan.
Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke
berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran
kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif,
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya
(Depdiknas, 2003:1)
b. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi dan nilai (Nana Sudjana, 1989:29). Pemikiran atau perilaku harus memiliki
dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku ini
melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua perilaku ini harus tipikal perilaku
seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah intensitas, arah dan
target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan
lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Selain itu
sebagian orang kemungkinan mempunyai perasaan yang lebih kuat dibanding yang
lain. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang
dengan pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila
intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif
berada dalam suatu skala yang kontinum.
Target mengacu pada objek, aktifitas atau ide sebagai arah dari perasaan.
Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa
kemungkinan target. Setiap peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
matematika, situasi sosial, atau pengajara. Tiap unsur ini bila merupakan target dari
kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-
kadang tidak diketahui. (Depdiknas, 2003: 5).
c. Ranah Psikomotorik
Keterampilan psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan
aktifitas fisik misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul dan lain
sebagainya (Nana Sudjana, 1989:31). Aspek psikomotorik sering disebut juga
dengan aspek keterampilan. Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di
laboratorium, aspek keterampilan ini pengukuran keberhasilannya ditunjukkan pada
keterampilan dalam praktikum, misalnya keterampilan dalam merangkai alat,
keterampilan kerja, dan ketelitian dalam mendapat hasil dari praktikum (Zainal
Arifin, 1989 : 197).
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
Adanya evaluasi pada aspek psikomotorik yang dimiliki oleh siswa /
praktikan bertujuan untuk mengukur sejauh mana praktikan telah dapat menguasai
teknik-teknik dalam praktikum, khususnya dalam hal penggunaan alat dan bahan,
pengumpulan data, klasifikasi data, generalisasi data, meramalkan, dan
menyimpulkan. Atau dapat dikatakan ingin diketahui sejauh mana praktikan telah
menguasai keterampilan proses IPA, dan penilaian/pengukuran penguasaan terhadap
aspek keterampilan ini dapat dilakukan melalui tes observasi yang dilakukan
langsung pada praktikan yaitu dengan mengamati cara praktikan bekerja di
laboratorium.
6. Kreativitas
a. Definisi Kreativitas
Guilford dalam Utami Munandar (1999: 65) kreativitas adalah berpikir
divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir
kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Conny Semiawan
(1988: 66) mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri
manusia yang paling hakiki di dalamnya melibatkan kemampuan berasional,
kemampuan emosional atau perasaan, bakat khusus, kemampuan berimajinasi,
berintuisi dan berfantasi. Arasten (1976) dalam Utami Munandar (1999: 65)
mengibaratkan kreativitas sebagai benih bagi tanaman, ovum bagi bayi. Melalui
kreativitas dimungkinkan dihasilkan ilmu serta seni dalam waktu dan jumlah tak
terbatas.
Moreno dalam Slameto (2003: 146) mengungkapkan hubungan antara
kreativitas dengan penemuan yaitu ”yang penting dalam kreativitas itu bukanlah
penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan
bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak
harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain”. Dari beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk
mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
b. Ciri-ciri Kreativitas
Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan non kognitif.
Hal ini diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitide dan non aptitude dari kreativitas (Utami
Munandar, 1999: 88-93).
Gambar 1. Ciri-ciri kreativitas ditinjau secara kognitif dan afektif
Dalam gambar di atas ditunjukkan ciri-ciri non aptitude dari kreativitas
adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap dan perasaan, ciri-ciri non aptitude
meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleng kemajemukan,
mapu mengambil resiko, dan bersifat menghargai. Rasa ingin tahu mencakup selalu
terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan pertanyaan dan peka dalam
pengamatan. Imajinatif mencakup mampu memperagakan atau membayangkan hal-
hal yang belum terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan
khayalan dan kenyataan. Tertantang oleh kemajemukan mencakup terdorong untuk
mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit dan lebih
tertarik pada tugas yang sulit. Sifat mengambil resiko menccakkup berani
memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal mendapat kritik
dan tidak ragu-ragu karena ketidakjelasan. Sifat menghargai mencakup dapat
menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup dan menghargai kemampuan
dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.
Sedangkan ciri-ciri aptitude adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan
kognitif, meliputi ketrampilan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal,
KREATIVITAS
Afektif (non aptitude) Kognitif (aptitude)
• Rasa ingin tahu • Imajinatif • Tertantang oleh kemajemukan • Berani mengambil resiko • Sifat menghargai
• Berpikir lancar • Berpikir luwes • Berpikir orisinil • Elaborasi • Mengevaluasi
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
elaborasi/merinci dan mengevaluasi. Kemampuan berpikir lancar mencakup
kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelaesaian masalah atau
pertanyaan, memberi banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu
memikirkan lebih dari satu jawaban. Ketrampilan berpikir luwes mencakup
kemampuan menghasilkan suatu gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi,
dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif
jawaban yang berbeda, mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Ketrampilan
berpikir orisinal mencakup kemampuan melahirkan ungkapan baru dan unik, mampu
membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
Ketrampilan mengelaborasi mencakup kemampuan memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau merinci dengan
detail dari suatu objek sehingga lebih menarik. Ketrampilan mengevaluasi mencakup
kemampuan menentukan standar penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan,
mencetuskan dan melaksanakan gagasan.
Utami Munandar (1983) dalam Harsono (2009: 48) mengungkapkan proses
pemikiran kreatif dilakukan melalui 4 tahap yaitu:
1. Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan informasi atau data yang
diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Cara yang dilakukan antara lain
menjajagi berbagi macam kemungkinan penyelesaian masalah.
2. Tahap inkubasi merupakan tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri
dari masalah untuk sementara waktu. Tahap ini sangat penting artinya bagi
proses timbulnya kreasi.
3. Tahap iluminasi merupakan tahap timbulnya pandangan atau gagasan baru,
beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengakhiri munculnya
gagasan atau inspirasi baru.
4. Tahap verifikasi atau evaluasi merupakan tahap pengujian inspirasi terhadap
realita yang ada. Dalam hal ini diperlukan pemikiran kritis.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
c. Pengukuran Kreativitas
Menurut Utami Munandar (1999: 65-67) ada beberapa tes kreativitas
antara lain:
1. Tes kemampuan berpikir divergen Guilford
Tes ini menurut penggunaan kemampuan berpikir lancar, luwes, orisinal, dan
terperinci.
2. Tes kemampuan berpikir kreatif Torrance
Tes ini dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan beberapa operasi
mental kreatif yang mengukur kelancaran, kelenturan, orisinal, dan elaborasi.
3. Tes berpikir kreatif oleh Jellin dan Urban
Disebut juga Test for Creative Thinking Drawing Production, dalam tes ini
responden diminta menyelesaikan gambar yang tidak lengkap.
4. Tes berpikir kreatif dengan bunyi dan kata
Menampilkan rangsang dalam bentuk suara dari yang sederhana sampai yang
rumit.
5. Tes berpikir kreatif dengan inventory Kathena-Torrance
Dengan cara pengamatan diri seeseorang dalam bentuk daftar periksa, kuisioner
dan inventori.
Tes tersebut semuanya dari luar negeri sehingga memiliki karakteristik
dengan budaya luar. Di Indonesia tes kreativitas dilandaskan pada struktur intelek
Guildford. Dalam penelitian ini tes kreativitas mengacu pada ciri-ciri berpikir orang
kreatif yaitu imajinatif, memiliki rasa ingin tahu, tertantang oleh kemajemukan,
berani mengambil resiko, dan bersifat menghargai.
7. Materi Sistem Koloid
Menurut KTSP 2006 pada materi sistem koloid terdiri dari sub pokok
bahasan sebagai berikut :
a. Sistem Koloid
Koloid merupakan sistem dispersi yaitu suatu sistem yang terjadi apabila
zat terlarut (terdispersi) ke dalam zat lain. Sistem koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium
pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.
Untuk memberi gambaran yang lebih tentang perbedaan larutan, koloid dan
suspensi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi
Larutan
(dispersi molekular)
Koloid
(dispersi koloid)
Suspensi
(dispersi kasar)
Contoh: larutan gula,
larutan garam.
Contoh: susu cair, es krim Contoh: tepung terigu
dengan air
- Homogen, tak dapat
dibedakan walaupun
menggunakan
mikroskop ultra
- Semua partikel
berdimensi (panjang,
lebar, tebal) < 1 nm
- Satu fase
- Stabil
- Tidak dapat disaring
- Secara makroskopis
bersifat homogen tetapi
heterogen jika diamati
dengan mikroskop ultra
- Partikel berdimensi
antara 1 nm - 100 nm
- Dua fase
- Pada umumnya stabil
- Tidak dapat disaring
kecuali dengan
penyaring ultra
- Heterogen
- Salah satu atau semua
dimensi partikelnya
>100 nm
- Dua fase
- Tidak stabil
- Dapat disaring
(Michael Purba, 2008: 146)
Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan campuran yang tergolong
larutan, koloid, atau suspensi.
Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka,
air laut, udara yang bersih, dan sirup.
Contoh koloid : buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan mayonaise.
Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
Dibawah ini diberikan contoh dari suspensi dan koloid yang disajikan
dalam Gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Suspensi Gambar 3. Koloid
(Michael Purba, 2008: 145)
Gambar 2 adalah campuran tepung terigu dengan air lambat laun akan memisah.
Campuran seperti ini disebut suspensi. Sedangkan Gambar 3 adalah susu merupakan
satu contoh campuran yang digolongkan sebagai koloid.
Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis-jenis Koloid
No Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi
Nama Contoh
1
2
3
4
5
6
7
8
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
Aerosol Padat
Sol
Sol Padat
Aerosol
Emulsi
Emulsi padat
Buih
Buih Padat
Asap (smoke), debu
Sol emas, tinta,cat
Gelas berwarna
Kabut(fog) dan awan
Susu, minyak ikan
Jelly, mutiara
Buih sabun, busa
Karet busa, batu apung
(Michael Purba, 2008: 148)
Dibawah ini diberikan beberapa produk kosmetik dalam bentuk koloid yang
disajikan dalam Gambar 4 dan 5.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
Gambar 4. Parfum Gambar 5. Beberapa produk kosmetik
(Michael Purba, 2008: 148-149)
b. Sifat-Sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Suatu sifat khas yang membedakan sistem koloid dengan larutan adalah
dengan percobaan Tyndall. Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar
tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), hal ini
ditunjukkan pada Gambar 6 . Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem
koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar
yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan, ditunjukkan pada
Gambar 7.
larutan koloid
Gambar 6. Larutan Sejati Gambar 7. Sistem Koloid
(Michael Purba, 2008: 151)
Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu
Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang
berkabut
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
Berkas sinar matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang banyak
asapnya
2) Gerak Brown
Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid
senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag).
Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati
dengan mikroskop ultra, ditunjukkan pada Gambar 8. Gerak Brown terjadi
sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium
terhadap partikel koloid, ditunjukkan pada Gambar 9. Gerak Brown merupakan
salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus menerus
maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak
mengalami sedimentasi.
Gambar 8. Gerak Brown
Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat
Terdispersi: (a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi.
(Michael Purba, 2008: 152)
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
3) Muatan Koloid
a) Adsorpsi
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik
pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel koloid dari
Fe(OH)3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorbsi ion H+. Sedangkan
partikel koloid As2S3 dalam air bermutan negatif karena mengadsorbsi ion
negatif, ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Adsorbsi Ion-ion dalam Air
(Michael Purba, 2008: 153)
Sifat adsorbsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat
dilakukan berdasarkan sifat-sifat tersebut. Contoh:
- Pemutihan gula tebu.
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui
tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorbsi
sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
- Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorbsi gas atau zat racun.
- Penjernihan air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau
alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk
Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-zat
warna atau zat pencemar dalam air.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
b) Elektroforesis
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.
Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke
salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif
akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan
positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan
koloid dari Fe(OH)3 berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari
sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis.
Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana
(Michael Purba, 2008: 153)
Dari percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 11, setelah beberapa saat
kedua kutub tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah
kutub (+) berwarna kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil
pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan negatif
karena ditarik oleh elektode positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
ditarik oleh elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan
untuk menentukan jenis muatan koloid.
4) Koagulasi
Koagulasi (penggumpalan) adalah proses pengendapan koloid. Koagulasi
partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara yakni :
a) Cara Mekanik
Koloid dapat digumpalkan dengan cara pengadukan, pamanasan atau
pendinginan. Pada saat pemanasan, kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan
jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
bertambah banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi
pada permukaan koloid.
b) Cara Kimia : yakni dengan penambahan zat-zat kimia
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut.
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatn positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut
akan membentuk selubung lapisan ke dua. Apabila selubung lapisan kedua itu
terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi
koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan
partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi, ditunjukkan pada
Gambar 12.
Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit
(Michael Purba, 2008: 155)
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih
efektif dalam mengumpalkan koloid. Beberapa contoh koagulasi dalam
kehidupan sehari-hari dan industri:
- Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat
(lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan
elektrolit dalam air laut.
- Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
- Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan
tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga
akan digumpalkan dengan oleh ion Al3+ dari tawas (alumunium sulfat).
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
- Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi
listrik dari Cottrel.
5) Koloid Pelindung
Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang
disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh:
a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan
kristal besar es atau gula.
b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid
pelindung.
c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid
pelindung.
6) Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat
mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penggganggu ini dapat
dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem
koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid tadi
terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan
partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan
koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air,
ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Dialisis
(Michael Purba, 2008: 157)
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga
merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermeable
yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi
menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita ginjal
dapat menjalani “cuci darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin
dialisator, ditunjukkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah
(Michael Purba, 2008: 157)
7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas :
a) Koloid Liofil
Suatu koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara
zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (yunani: lio =
cairan, philia = suka)
b) Koloid Liofob
Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menafik tersebut
tidak ada atau sangat lemah. Liofob berati takut cairan (yunani = phobia =
takut/benci).
Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid diatas
masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
- Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya,
sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid
liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk
suatu selubung atau jaket. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi. Dengan
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan).
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat
terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau
penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka
dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat
reversible. Contoh dari koloid hidrofil disajikan dalam Gambar 15.
Gambar 15. Contoh Koloid Hidrofob (Mayonaise) dan Koloid Hidrofil
(Agar-agar)
(Michael Purba, 2008: 158)
- Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa
kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus
partikel koloid hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak
dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein, sedangkan
mayonaise (emulsi miyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur.
Contoh koloid hidrofob: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol
sulfida, dan sol-sol logam. Contoh dari koloid hidrofob disajikan dalam
Gambar 15. Sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit
elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol
lagi jika dicampur kembali dengan air.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
Perbandingan antara sol hidrifil dan hidrofob terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan Sol Hidrofil dengan Sol Hidrofob
Sol Hidrofil Sol Hidrofob
1. Mengadsorbsi mediumnya
2. Dapat dibuat dengan
konsentrasi yang relatif besar
3. Tidak mudah digumpalkan
dengan penambahan elektrolit
4. Viskositas lebih besar daripada
mediumnya
5. Bersifat reversible
6. Efek Tyndall lemah
1. Tidak mengadsobsi mediumnya
2. Hanya stabil pada konsentrasi kecil
3. Mudah menggumpal pada
penambahan elektrolit
4. Viskositas hampir sama dengan
mediumnya
5. Tidak reversible
6. Efek Tyndall lebih jelas
(Michael Purba, 2008: 159)
c. Pengolahan Air Bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi
dan adsorpsi. Air sungai atau sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal
dan barangkali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan
pestisida.
Bahan-bahan yang di perlukan untuk pengolahan air adalah tawas
(aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif.
- Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah
disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi
zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila
tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif
disamping tawas.
- Pasir berfungsi sebagai penyaring
- Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan),
sedangkan
- Kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan
keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
1) Pengolahan Air Sederhana
Susunan alat penyaring air sederhana, yang dapat digunakan untuk
menyaring air sumur yang keruh, disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16. Susunan Alat Penyaring Air Sederhana
(Michael Purba, 2008: 160)
2) Industri Pengolahan Air Bersih (Perusahaan Air Minum)
Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada umumnya sama dengan
pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas. Diagram pengolahan air
bersih diberikan pada Gambar 17.
Gambar 17. Bagan Pengolahan Air Bersih
(Michael Purba, 2008: 161)
Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di
sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur
dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak
ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi).
Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan
karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat
organik yang terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di
dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain
menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara
gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak
saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir
diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini
ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapur
untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama.
Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya
dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen (Michael Purba, 2008
: 161).
d. Pembuatan Sistem Koloid
Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan
partikel suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu:
1) Cara Kondensasi
Sistem koloid dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan
sejati. Cara ini disebut cara kondensasi. Dengan cara kondensasi pertikel
larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini
dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis,
dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
a) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh:
(1) Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S)
dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S
ke dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S(s)
(2) Pembuatan sol emas dari reaksi larutan HAuCl4 dengan larutan
K2CO3 dan HCHO (formaldehida).
Contoh:
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
2HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq) 2Au(s) +
5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l)
b) Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3, apabila ke dalam air
mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3(aq) + 3HCl(aq)
c) Dekomposisi Rangkap
Contoh:
(1) Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan
larutan H2S.
H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) As2S3(s) + 6H2O(l)
(2) Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat
encer dengan larutan HCl encer.
AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO3(aq)
d) Pergantian Pelarut
Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol
akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
(Michael Purba, 2008:162-163)
2) Cara Dispersi
Sistem koloid dapat dibuat dengan menghaluskan bahan dalam bentuk kasar
kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara ini disebut cara
dispersi. Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel
koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan
loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
a) Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian
diaduk dengan medium dispersi.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang
bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian
mencampurkan serbuk halus itu dengan air.
b) Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet
oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan
endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
c) Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam
yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang
dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di
antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke
dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga
membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan
cara dispersi dan cara kondensasi (Michael Purba, 2008: 163-164).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Pada
Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Siswa” memaparkan bahwa
pembelajaran kontekstual menstimulasi otak untuk mengkonstruksi pengetahuan
dengan menghubungkannya dalam konteks nyata dalam hidup kita. Dalam hal ini
siswa menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh pada konteks kehidupan
mereka. Pembelajaran kontekstual juga tidak hanya mengembangkan pengetahuan
siswa tetapi juga memberikan bekal ketrampilan untuk siswa seperti ketrampilan
untuk berpikir kritis, ketrampilan untuk bekerja sama sehingga dapat berpartisipasi
secara aktif dan dapat menumbuhkan komitmen yang mana penting bagi siswa
sebagai warga negara (Kokom K. 2009. The Effect of Contextual Learning in Civic
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
Education on Student’s Civic Competence, Journal of Sopcial Sciences 5(4): 261-
270, 2009).
Pada penelitian yang berjudul “Efektifitas Kegiatan Laboratorium
Kontekstual pada Pembelajaran Teknik Statistik Universitas Tun Hussein Malaysia”
mendefinisikan pembelajaran kontekstual menghubungkan contoh-contoh
pengalaman seseorang yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan
mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajarinya. Siswa yang memperoleh
kegiatan laboratorium kontekstual lebih aktif daripada siswa yang tidak memperoleh
kegiatan laboratorium kontekstual. Dengan laboratorium kontekstual membantu
siswa memahami konsep dan lebih memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar mereka (Zulkarnain dan Nafisah. 2008. A Study of the Effectiveness
of The Contextual Lab Activity in the Teaching and Learning Engineering Statistics
at the Universiti Tun Hussein Onn Malaysia)
Selain dengan laboratorium kontekstual, juga terdapat laboratorium virtual
sebagaimana yang disebutkan pada penelitian yang berjudul ”Perkembangan
Laboratorium Virtual Pada Transfer Panas Radiasi”. Penelitian ini menyebutkan
bahwa dengan perkembangan laboratorium virtual pada transfer panas radiasi yang
diterapkan pada percobaan fisika. Penerapan teknologi ini memudahkan mahasiswa
untuk belajar lebih aktif dan mandiri karena mereka dapat mempelajari sendiri dan
megulang-ulang percobaan. Laboratorium virtual juga menampilkan simulasi seperti
percobaan di laboratorium nyata. Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan
virtual adalah tidak menghabiskan banyak waktu untuk percobaan, sehingga siswa
memiliki banyak waktu untuk berdiskusi dan menganalisis data hasil percobaan
(Nazlia O., Rozli Z, dan Rossilah H. 2009. Development of a Virtual Laboratory for
Radiation Heat Transfer. European Journal of Scientific Research Vol.32 No.4
(2009), pp.562-571).
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka dapat dirumuskan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Pengaruh Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil dan
Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah
faktor eksternal yang termasuk pemilihan model maupun metode pembelajaran
yang tepat. Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan
bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar siswa. Metode belajar
yang digunakan saat ini hendaknya metode yang berpusat pada siswa agar
dalam belajar, siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru,
tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan keyakinan sendiri.
Cara ini diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi manusia mandiri dan
kreatif.
Pada penelitian ini akan dilakukan pembelajaran CTL menggunakan
metode praktikum di laboratorium riil dan laboratorium virtual. Metode
pembelajaran tersebut termasuk dalam bentuk pembelajaran yang mengarah
pada paham konstruktivisme dimana peserta didik secara aktif membangun
pengetahuan sendiri. Sedangkan media yang digunakan yaitu dengan
memanfaatkan laboratorium riil dan dengan memanfaatkan kecanggihan
teknologi saat ini yaitu dengan menggunakan komputer yang dilengkapi
program laboratorium virtual.
Percobaan di laboratorium riil merupakan percobaan yang dilakukan
menggunakan alat-alat dan bahan-bahan riil. Pada penerapan laboratorium riil
kegiatan siswa dipusatkan pada suatu objek riil yang dihadapinya dengan
menggunakan alat indera. Percobaan di laboratorium riil akan menjadikan
belajar lebih bermakna dan mengembangkan ketrampilan siswa karena siswa
mengalami secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi selama praktikum.
Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang
dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual
menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi
dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat memberikan kesempatan
untuk menemukan ide baru bagi yang menggunakan.
Dilihat dari aspek kognitif, diduga prestasi belajar siswa yang diajar
menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang
diajar menggunakan laboratorium virtual. Hal ini dikarenakan peningkatan
prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti metode
dan media. Pada pembelajaran menggunakan media laboratorium riil digunakan
bahan-bahan riil untuk melakukan eksperimen koloid. Hal ini sesuai dengan
materi sistem koloid yang secara umum bersifat konkret (nyata) dan berkaitan
erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih mudah memahami
dan aktif dalam melakukan percobaan secara langsung dan nyata, mengamati
prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya. Selain itu, dalam teori belajar
menurut Gagne diungkapkan bahwa salah satu kemampuan intelektual dalam
belajar kognitif adalah konsep-konsep konkret, yaitu mengenal suatu objek
secara nyata. Kemampuan untuk menentukan konsep-konsep konkret
merupakan dasar yang penting untuk mempelajari yang lebih kompleks.
Demikian halnya dari aspek afektif, diduga prestasi belajar siswa yang
belajar dengan menggunakan laboratorium riil akan lebih tinggi karena dinilai
dari sikap atau respon siswa dalam belajar, kesungguhan dan kedisiplinan
dalam mengerjakan praktikum di laboratorium riil dan adanya kerjasama antar
siswa dalam melaksanakan praktikum.
2. Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Sistem Koloid
Dalam KTSP, pada materi sistem koloid lebih menekankan pada
ketrampilan siswa untuk mencari informasi dari literatur dan melakukan
percobaan-percobaan yang berkaitan dengan materi sistem koloid. Dari
pengalaman belajar tersebut siswa baru mendapatkan kecakapan hidup untuk
menggali informasi, berkomunikasi, bereksperimen, merumuskan hipotesis,
mengambil kesimpulan dan bekerja sama.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
Menurut teori Bruner, dengan siswa diberi kesempatan untuk
menemukan konsep atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya, maka proses belajar akan berjalan baik dan kreatif.
Sedangkan menurut Gagne, belajar merupakan proses perubahan perilaku
sebagai akibat dari pengalaman. Untuk mendapatkan pengalaman belajar yang
memuat kecakapan hidup pada materi sistem koloid perlu adanya kemampuan
berpikir yang menumbuhkan kreativitas siswa. Kreativitas merupakan
kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal
yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.
Dari uraian di atas diduga prestasi belajar siswa yang memiliki
kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.
Kreativitas tinggi akan mendorong siswa untuk selalu bersemangat belajar dan
berusaha mencari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan materi yang
diajarkan sehingga prestasi belajar yang dicapai juga lebih tinggi dibanding
prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kreativitas rendah akan
menyebabkan siswa cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan dan
terpaku oleh satu sumber.
3. Interaksi Antara Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil dan
Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual dengan Kreativitas
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Koloid
Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa
dalam mencapai tujuan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar akan
dipengaruhi oleh faktor ekstern dan intern dimana keduanya akan saling
berpengaruh. Metode pengajaran adalah faktor ekstern sedangkan kreativitas
siswa merupakan faktor intern yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar. Untuk mengurangi kendala-kendala dalam proses pengajaran sistem
koloid dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diperlukan
kreativitas siswa yang baik, metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Siswa yang memiliki kreativitas tinggi diduga akan memiliki prestasi
belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan praktikum dengan laboratorium
virtual. Siswa yang menggunakan laboratorium virtual bekerja secara mandiri
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
dengan seminimal mungkin bantuan dari guru sehingga aktivitas 100 % di
tangan pemakai, dalam hal ini siswa. Siswa dapat mengeksplor kreativitasnya
dengan tanpa ada rasa takut salah melakukan percobaan karena apapun yang
dilakukan siswa akan ada respon balik dari program komputer tersebut.
Siswa yang memiliki kreativitas rendah diduga akan memiliki prestasi
belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan laboratorium riil karena siswa
dituntut untuk melakukan percobaan secara langsung dengan adanya petunjuk
praktikum dari guru, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar dan
mengamati secara langsung. Dengan demikian, diduga ada interaksi antara
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
Bagan Kerangka Berpikir :
Gambar 18. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut dapat
disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
lebih tinggi daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual
pada materi pokok sistem koloid.
2. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada
siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid.
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium
riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok sistem koloid.
Kelas Eksperimen I (CTL, Lab.Riil): • Bahan bersifat riil / nyata • Siswa mengalami dan dapat
mengamati proses eksperimen secara langsung dengan aktif.
Prestasi belajar rendah
• Pembelajaran kurang bervariasi
• Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
Kelas Eksperimen II (CTL, Lab.Virtual): • Bahan tidak nyata, dikemas dalam
bentuk software. • Siswa aktif melakukan eksperimen
dengan bantuan software lab. Virtual.
Materi Koloid secara umum bersifat konkret/ nyata
Kreativitas
Prestasi Belajar Lebih Tinggi
Prestasi Belajar Tinggi
Tinggi Rendah
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilacap, pada kelas XI semester
genap Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada April 2010. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pembuatan Proposal Februari 2010-Maret 2010
b. Uji Coba Instrumen Maret 2010
c. Penelitian dan Pengambilan Data April 2010-Mei 2010
d. Penyusunan Hasil Penelitian Mei-Juni 2010
e. Pelaporan Hasil Penelitian Juli 2010
B. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2x2. Adapun
bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Desain Penelitian : Faktorial 2x2
Kelas Model Kreativitas
Tinggi (B1) Rendah (B2)
Eksperimen I CTL, Lab. Riil (A1) A1B1 A1B2
Eksperimen II CTL, Lab. Virtual (A2) A2B1 A2B2
Keterangan :
A1 : Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
A2 : Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual
B1 : Kreativitas tinggi
B2 : Kreativitas rendah
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
2. Langkah-langkah Penelitian
a. Memberikan angket kreativitas siswa untuk diisi oleh siswa.
b. Memberikan pretest pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II untuk
mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.
c. Memberikan perlakuan A1 berupa pembelajaran CTL menggunakan
laboratorium riil pada kelompok eksperimen I dan perlakuan A2 berupa
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual pada kelompok
eksperimen II.
d. Memberikan posttest pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II
untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan A1 dan
A2.
e. Memberikan angket afektif siswa untuk diisi oleh siswa.
f. Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen I
untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.
g. Menentukan selisih nilai antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen
II untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest.
C. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
1) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Riil
Pembelajaran konstektual (Contextual Teaching Learning)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan
antara pangetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri
sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Dengan adanya
percobaan di laboratorium riil siswa dapat aktif melakukan percobaan
secara langsung, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil
percobaannya. Dalam hal ini siswa dapat menemukan bukti kebenaran dari
teori yang dipelajarinya.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
2) Pembelajaran CTL Menggunakan Laboratorium Virtual
Percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan yang
dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu
aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual
menampilkan tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif
berpartisipasi dalam pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat
memberikan kesempatan untuk menemukan ide baru bagi yang
menggunakan.
3) Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara
unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan
menerapkannya dalam pemecahan. Pada penelitian ini kreativitas siswa
dikategorikan menjadi dua yaitu kreativitas tinggi dan rendah dapat
diidentifikasi dengan memberikan angket kreativitas pada siswa.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa
mengenai materi pokok Sistem Koloid Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap.
2. Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual
berskala pengukuran nominal. Variabel kreativitas siswa berskala pengukuran
interval yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini
berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor di atas /
sama dengan skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa
dengan perolehan skor di bawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI RSBI semester genap
SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2009/2010.
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
2. Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random
sampling yaitu menetapkan dua kelas dari enam kelas XI IA RSBI semester genap
secara acak sebagai kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes dan metode angket.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada
materi pokok sistem koloid siswa kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Cilacap semester II
tahun ajaran 2009/2010.
2. Metode Angket
Angket yang digunakan adalah angket kreativitas siswa dan angket afektif.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari penilaian kognitif dengan
menggunakan tes prestasi dan penilaian afektif, serta kreativitas siswa dengan
menggunakan angket.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Untuk penilaian kognitif dengan menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum
digunakan instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal.
a. Uji Validitas
Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas
isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat
ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu
sendiri adalah kriteria dari suatu tenaga kerja.
Budiyono menyarankan suatu langkah-langkah yang dapat dilakukan
pembuat soal untuk mempertinggi validitas isi, yaitu:
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
a. Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruktusionalnya.
b. Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis.
c. Menyusun soal tes beserta kuncinya.
d. Menelaah soal tes sebelum dicetak.
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang
tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang
dilakukan oleh para pakar).
Masidjo (1995: 245) mengemukakan bahwa sebuah instrumen tentu
terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir-butir itu harus
mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini
berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut.
Korelasi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor-skor
butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang dipakai adalah korelasi
momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut:
Dengan :
xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item
Y = skor total
n = cacah subyek
keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid
xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid
(Masidjo, 1995: 246)
Hasil uji validitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 5.
( )( )( ) ( ) ⎟
⎠⎞⎜
⎝⎛ −⎟
⎠⎞⎜
⎝⎛ −
−=
∑∑∑ ∑∑ ∑∑
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
2
2
11 1 t
iit
s
qpsn
nr
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid
Soal-soal Sistem
Koloid 40 26 14
b. Uji Reliabilitas
Masidjo (1995: 209), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama)
pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau
tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes
prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR-
20).
Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:
Dengan :
11r : indeks reliabilitas instrument
n : banyaknya butir instrument
ip : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq : 1- ip
2ts : variansi total
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrument yang dilakukan terangkum dalam tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrument Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal Sistem
Koloid 40 0,753 Tinggi
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks
yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil
perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang
seharusnya diperoleh dari suatu item.
IK = imalNxSkormaks
B
Keterangan :
IK : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa
dari suatu item
N : Kelompok siswa
Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban
benar dari suatu item
N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh
dari suatu item
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,81 - 1,00 : Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80 : Mudah (M)
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
0,41 – 0,60 : Sedang atau Cukup (Sd)
0,21 – 0,40 : Sukar (S)
0,00 – 0,20 : Sukar Sekali (SS)
(Masidjo, 1995: 192)
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaran yang bervariasi. Rangkuman
tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
MS M Sd S SS
Soal-sola Sistem Koloid 40 11 7 14 6 2
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban
benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari
siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai). Perbedaan jawaban
benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks
Diskriminasi (ID).
D = A
A
JB -
B
B
JB
= PA - PB
Dimana :
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria daya beda soal:
0,80 – 1,00 : sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 : lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59 : cukup membedakan (CM)
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
0,20 – 0,39 : kurang membedakan (KM)
negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995: 198)
Hasil rangkuman daya beda soal dapat dilihat pada table 8.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
SM LM CM KM SKM
Soal-sola Sistem Koloid 40 - 1 7 19 13
2. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa memberikan
jawaban denagn memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan memilih salah
satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skor penilaian afektif disajikan dalam
Tabel 9.
Tabel 9. Skor Penilaian Afektif
Skor untuk aspek yang
dinilai
Nilai (indikator +) Nilai (indikator -)
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
Keterangan :
- Jumlah nilai 130-160 sangat baik (A)
- Jumlah nilai 100-129 baik (B)
- Jumlah nilai 70-99 cukup (C)
- Jumlah nilai <69 kurang (D)
(Depdiknas, 2003: 90)
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
a. Uji Validitas
Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau
konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana
isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi
isi suatu tes atau alat pengukur tersebut artau konstruksi teoritis yang mendasari
disusunnya tes tersebut (Masidjo, 1995 : 244).
Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson,
sebagai berikut:
( )( )( ) ( ) ⎟
⎠⎞⎜
⎝⎛ −⎟
⎠⎞⎜
⎝⎛ −
−=
∑∑∑ ∑∑ ∑∑
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Dengan :
xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item
Y = skor total
n = cacah subyek
keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid
xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid
(Masidjo, 1995: 247)
Hasil uji validitas instrument afektif yang dilakukan terangkum dalam
Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrument Afektif
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid
Angket Afektif 40 34 6
b. Uji Reliabilitas
Budiyono (2003:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama)
pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil
yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek
yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu butir soal yang
menghendaki gradualisasi penilaian digunakan rumus alpha (digunakan untuk
mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut:
r 11 =
Dengan :
11r : indeks reliabilitas instrument
n : banyaknya butir instrument
Σ σi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 : varians total
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrument afektif yang dilakukan terangkum dalam tabel 11.
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrument Afektif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Afektif 40 0,828 Tinggi
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−∑
2
2
11 t
i
nn
σσ
( )
NN
xx
22
2
∑∑ −=σ
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
( )( )( ) ( ) ⎟
⎠⎞⎜
⎝⎛ −⎟⎠⎞⎜
⎝⎛ −
−=
∑∑∑ ∑∑ ∑∑
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
3. Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa
Instrumen penilaian kreativitas siswa berupa angket. Jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa
memberikan jawaban denagn memilih salah satu alternatif jawaban yang telah
disediakan.
Instrumen yang digunakan dalam angket kreativitas berisi pertanyaan yang
berkaitan dengan komponen kreativitas yaitu: rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang
oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai. Skor penilaian
kreativitas disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12. Skor Penilaian Kreativitas
Skor untuk aspek yang
dinilai
Nilai (indikator +) Nilai (indikator -)
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
Keterangan :
- Jumlah nilai 130-160 sangat baik (A)
- Jumlah nilai 100-129 baik (B)
- Jumlah nilai 70-99 cukup (C)
- Jumlah nilai <69 kurang (D)
(Depdiknas, 2003:90)
a. Uji Validitas
Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi atau
konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana
isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi
isi suatu tes atau alat pengukur tersebut artau konstruksi teoritis yang mendasari
disusunnya tes tersebut (Masidjo, 1995 : 244).
Rumus yang dipakai adalah korelasi momen produk dari Karl Pearson,
sebagai berikut:
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
Dengan :
xyr = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item
Y = skor total
n = cacah subyek
keputusan uji : xyr > kritikr item soal tersebut valid
xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid
(Masidjo, 1995: 244)
Hasil uji validitas instrument kreativitas terangkum dalam Tabel 13.
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrument Kreativitas
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Invalid
Angket Kreativitas 40 35 5
b. Uji Reliabilitas
Budiyono (2003:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama)
pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil
yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek
yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu butir soal yang
menghendaki gradualisasi penilaian digunakan rumus alpha (digunakan untuk
mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut:
r 11 = Dengan :
11r : indeks reliabilitas instrument
n : banyaknya butir instrument
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−∑
2
2
11 t
i
nn
σσ
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
Σ σi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 : varians total
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Hasil uji reliabilitas instrument kreativitas terangkum dalam tabel 14.
Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrument Kreativitas
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Kreativitas 40 0,872 Tinggi
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan
metode Lilliefors dengan prosedur :
1). Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji
L = max ( ) ( )ii ZSZF −
3). Taraf Siginifikansi (α ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
( )
NN
xx
22
2
∑∑ −=σ
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
DK = { L | L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK.
6). Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004:170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan
metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan
Statistik Uji yang digunakan :
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡= ∑
=
k
1j
2jj
2 logSf -RKG f.logC
2,303χ
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡+= ∑ f
1 - f1
1) -3(k 1 1 c
j
j
i
fSS
RKG ΣΣ
= : ( )
j
2j2
jj nX
XSS ∑∑ −= ; j
j2j f
SSS =
(Budiyono, 2004:175-178)
2. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama, dengan model data sebagai berikut :
jiijk βαµX ++= + (αβ )ij +εijk
(Budiyono, 2004:207)
3. Analisis Variansi Dua Jalan
Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji
signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variabel
terikat. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai
berikut :
( ) ijkijjiijkX εαββαµ ++++=
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
dengan :
Xijk : Data amatan ke-k pada baris ke-I dan kolom ke-j.
µ : Rerata dari seluruh data amatan.
αi : Efek baris ke-I pada variabel terikat.
βj : Efek kolom ke-j pada variabel terikat.
(αβ)ij : Kombinasi efek baris ke-I dan kolom ke-j pada variabel terikat.
εijk : Deviasi data amatan terhadap rataan populasi (µij) yang berdistribusi
normal dengan rataan 0. Deviasi amatan rataan populasi juga disebut
galat (error).
i :1,2,3,…..,p ; p = Banyaknya baris.
j : 1,2,3,….,q ; q = Banyaknya kolom.
k : 1,2,3,….,nij ; nij = banyaknya data amatan pada sel ij.
(Budiyono, 2004:207)
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu:
1. Hipotesis :
1) H0A : αi = 0 untuk setiap I = 1,2,3,…,p.
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol.
2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1,2,3,…,q.
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol.
3) H0AB : (αβij) = 0 untuk setiap i = 1,2,3,…,p dan j = 1,2,3,…,q.
H1AB : paling sedikit ada satu (αβij) yang tidak nol.
Ketiga pasang hipotesis ini ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut :
1) H0A : Tidak ada perbedaan efek antara pembelajaran CTL yang
menggunakan laboratorium riil dengan CTL menggunakan
laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa.
2) H1A : Ada perbedaan efek antara pembelajaran CTL yang
Menggunakan laboratorium riil dengan CTL menggunakan
laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa.
3) H0B : Tidak ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan
kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa.
4) H1B : Ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa.
5) H0AB : Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL dan kreativitas
terhadap prestasi belajar siswa.
H1AB : Ada interaksi pembelajaran CTL dan kreativitas terhadap
prestasi belajar siswa.
2. Komputasi :
Tabel 15. Notasi dan Tata Letak Data
B
A
b1 b2
a1 ab11 ab12
a2 ab21 ab22
Sel abij memuat : Xij1;Xij2;……;Xijn ij
dimana :
a1 : Pendekatan CTL menggunakan laboraatorium riil
a2 : Pendekatan CTL menggunakan laboratorium virtual
b1 : Kreativitas tinggi
b2 : Kreativitas rendah
Notasi-notasi :
nij : Ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: Banyaknya data amatan pada sel ij
: Frekuansi sel ij
hn : Rataan harmonik frekuensi seluruh sel = ∑
ji ijn
pq
,
1
N : ∑ji
ijn,
= Banyaknya seluruh data amatan
SSij :
2
2
ij
kijk
kijk n
XX
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛
−∑
∑
: Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB : Rataan pada sel ij
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
Ai : ∑j
ijAB = Jumlah rataan pada baris ke-i
Bj : ∑i
ijAB = Jumlah rataan pada kolom ke-j
G : ∑ji
ijAB,
= Jumlah rataan semua sel
1) Besaran-besaran :
(1) = pqG 2
(2) = ∑ji
ijSS,
(3) = ∑i
qAi 2
(4) = ∑j
jp
B 2
(5) = 2
∑ij
ijAB
2) Jumlah Kuadrat :
JKA = [ ])1()3( −hn
JKB = [ ])1()4( −hn
JKAB = [ ])3()4()5()1( −−+hn
JKG = (2) +
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
3) Derajat Kebebasan :
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N - 1
4) Rataan Kuadrat :
RKA = JKA/dkA
RKB = JKB/dkAB
RKG = JKG/dkG
3. Statistik Uji :
1) Untuk H0A adalah Fa = RKA/RKG yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq.
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
2) Untuk H0B adalah Fb = RKB/RKG yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq.
3) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB/RKG yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p - 1)(q – 1) dan N –
pq.
4. Daerah Kritik :
Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F > Fα;p-1,N-pq}
Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F > Fα;q-1,N-pq}
Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {F > Fα;(p-1)(q-1,N-pq)}
5. Keputusan Uji :
H0 ditolak apabila Fobs ∈ DK
6. Rangkuman Analisis :
Tabel 16. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber
Variansi
JK dK RK Fobs Fα
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat
JKA
JKB
JKAB
JKG
p – 1
q – 1
(p – 1)(q - 1)
N - pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
F*
F*
F*
-
Total JKT N – 1 - - -
Keterangan: : Fobs adalah harga statistik uji
Fα adalah nilai F yang diperoleh dari tabel
(Budiyono,2004:212-213)
4. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil
analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak.
Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe.
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
Statistik Uji
1. Komparasi rataan tiap baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran maka
jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris. Untuk
mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan
membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing metode
pembelajaran. Jika rataan marginal melalui CTL menggunakan laboratorium riil
lebih besar dari rataan marginal untuk CTL menggunakan laboratorium virtual
berarti melalui metode CTL menggunakan laboratorium riil dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan CTL menggunakan laboratorium virtual atau sebaliknya.
Komparasi rataan antar kolom
( )
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
−=−
.j.i
2.j.i
.j.i
n1
n1RKG
XXF
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q:α −− }
2. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj =
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡+
−
kjij
2kjij
n1
n1RKG
)XX(
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pqα −− }
3. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij-ik =
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡+
−
ikij
2ikij
n1
n1RKG
)XX(
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (p-1)F pqN1,:pα −− }
(Budiyono, 2004:214-215)
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai kreativitas siswa dan
prestasi belajar pada materi sistem koloid, yaitu meliputi prestasi kognitif dan
prestasi afektif. Data tersebut diambil dari kelas eksperimen I (CTL menggunakan
laboratorium riil) dan kelas eksperimen II (CTL menggunakan laboratorium virtual).
Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 37 siswa dari kelas XI IA
RSBI 1 dan 38 siswa dari kelas XI IA RSBI 6 SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran
2009/2010. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari
masing-masing variable. Data selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15.
1. Data Nilai Kreativitas Siswa
Data nilai kreativitas siswa diperoleh dengan cara angket. Berdasar pada
rata-rata hasil angket kreativitas siswa dalam kelas eksperimen, data yang terkumpul
terbagi menjadi dua kategori, yaitu untuk nilai lebih besar atau sama dengan rata-
rata termasuk dalam kategori kreativitas tinggi dan nilai di bawah rata-rata termasuk
kategori kreativitas rendah. Adapun nilai rata-rata keseluruhan adalah 112,514.
Pembagian kategori kelompok siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
Pada kelas eksperimen I, nilai terendah adalah 84 dan nilai tertinggi adalah
139 dengan nilai rata-rata 112,816. Jumlah siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
terdiri dari 20 siswa dan yang mempunyai kreativitas rendah terdiri dari 18 siswa.
Distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa kelas eksperimen I dan perhitungan
distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16.
Pada kelas eksperimen II, nilai terendah adalah 90 dan nilai tertinggi adalah
139 dengan nilai rata-rata 112,324. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdiri
dari 21 siswa dan yang mempunyai kreativitas rendah terdiri dari 16 siswa.
Distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa kelas eksperimen II dan perhitungan
distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
Perbandingan distribusi frekuensi nilai kreativitas siswa untuk kedua kelas
eksperimen pada materi sistem koloid disajikan pada Tabel 17. dan perhitungan
distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 16.
Tabel 17. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid
No. Interval Nilai tengah Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II
1 84,0 – 91,8 87,9 1 1
2 91,9 – 99,7 95,8 2 3
3 99,8 – 107,6 103,7 7 11
4 107,7 – 115,5 111,6 15 7
5 115,6 – 123,4 119,5 9 12
6 123,5- 131,3 127,4 2 2
7 131,4 – 139,2 135,3 2 1
Jumlah 38 37
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada
Tabel 17 dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid
2. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid
Data prestasi belajar siswa pada materi sistem koloid yang meliputi prestasi
kognitif dan prestasi afektif kelas eksperimen I ( pembelajaran CTL menggunakan
1 12
3
7
11
15
7
9
12
2 2 21
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Frek
uens
i
87,9 95,8 103,7 111,6 119,5 127,4 135,3
Nilai tengah CTL Lab RiilCTL Lab Virtual
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
laboratorium riil) sebanyak 38 siswa dan kelas eksperimen II (pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium virtual) sebanyak 37 siswa dapat dilihat pada Lampiran
15, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas
disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Jenis Penilaian Nilai rata-rata
Eksperimen I Eksperimen II
Pretest 32,47 34,81
Postest 83,39 79,22
Selisih Nilai Kognitif 50,92 44,41
Afektif 111,03 104,32
3. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Sistem Koloid
Pada kelas eksperimen I, selisih nilai kognitif terendah adalah 30 dan
selisih nilai kognitif tertinggi adalah 80. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif
kelas eksperimen I pada materi sistem koloid dan perhitungan distribusi
frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17.
Pada kelas eksperimen II, selisih nilai kognitif terendah adalah 23 dan
selisih nilai kognitif tertinggi adalah 70. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif
kelas eksperimen II pada materi sistem koloid dan perhitungan distribusi
frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17.
Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II pada materi sistem koloid disajikan dalam Tabel 19 dan
perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 17.
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
Tabel 19. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid
No. Interval Nilai tengah Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II
1 23,0 – 31,1 27,05 1 6 2 31,2 – 39,3 35,25 4 9 3 39,4 – 47,5 43,45 11 8 4 47,5 – 55,6 51,55 8 6 5 55,7 – 63,8 59,75 10 5 6 63,9 – 72,0 67,95 3 3 7 72,1 – 80,2 76,15 1 0
Jumlah 38 37
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada
Tabel 19 dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid
4. Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid
Data penelitian mengenai nilai afektif kelas eksperimen I (CTL
menggunakan laboratoirum riil) kelas XI IA RSBI 6 SMA Negeri 1 Cilacap dapat
dilihat pada Lampiran 15. Pada kelas Eksperimen I ini nilai terendah prestasi afektif
adalah 87 dan nilai tertinggi adalah 128 dengan nilai rata-rata 111,03 . Distribusi
1
6
4
9
11
8 8
6
10
5
3 3
10
0
2
4
6
8
10
12
Frek
uens
i
27,05 35,25 43,45 51,55 59,75 67,95 76,15
Nilai tengahCTL Lab RiilCTL Lab Virtual
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I pada materi sistem koloid dan perhitungan
distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.
Pada kelas eksperimen II (CTL menggunakan laboratorium virtual) kelas
XI IA RSBI 1 didapat nilai terendah adalah 79 dan nilai tertinggi adalah 125 dengan
nilai rata-rata 104,32. Distribusi frekuensi nilai afektif siswa kelas eksperimen II dan
perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II pada materi sistem koloid disajikan dalam Tabel 20 dan perhitungan
distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 18.
Tabel 20. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid
No. Interval Nilai Tengah Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II
1 79,0 – 86,0 82 0 2
2 86,1 – 93,1 89,6 4 1
3 93,2 – 100,2 96,7 3 9
4 100,3 – 107,3 103,8 5 10
5 107,4 – 114,4 110,9 11 9
6 114,5 – 121,5 118 10 5
7 121,6 – 128,6 125,1 5 1
Jumlah 38 37
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada
Tabel 20 dapat dilihat pada Gambar 21.
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
Gambar 21. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid
B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Tujuan dari normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel
penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya harus
normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors.
Hasil uji normalitas kreativitas siswa, selisih nilai kognitif dan nilai afektif
tercantum dalam Lampiran 19-36. Hasil uji normalitas telah terangkum dalam Tabel
21 dan 22.
Tabel 21. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif Kelompok
Siswa
Harga L Kesimpulan
Hitung Tabel
A1 0,082 0,144 Normal
A2 0,145 0,146 Normal
B1 0,105 0,138 Normal
B2 0,127 0,152 Normal
A1B1 0,128 0,190 Normal
A1B2 0,163 0,200 Normal
A2B1 0,182 0,188 Normal
A2B2 0,141 0,213 Normal
0
2
4
1
3
9
5
1011
910
5 5
1
0
2
4
6
8
10
12
Frek
uens
i
82 89,6 96,7 103,8 110,9 118 125,1
Nilai tengah CTL Lab RiilCTL Lab Virtual
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
Tabel 22. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelompok
Siswa
Harga L Kesimpulan
Hitung Tabel
A1 0,075 0,144 Normal
A2 0,067 0,146 Normal
B1 0,076 0,138 Normal
B2 0,103 0,152 Normal
A1B1 0,141 0,190 Normal
A1B2 0,138 0,200 Normal
A2B1 0,082 0,188 Normal
A2B2 0,105 0,213 Normal
Keterangan:
A1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I (laboratorium riil)
A2 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II (laboratorium virtual)
B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas kreativitas tinggi
B2 : Prestasi kognitif / afektif kelas kreativitas rendah
A1B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I ditinjau dari kreativitas tinggi
A1B2 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen I ditinjau dari kreativitas rendah
A2B1 : Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II ditinjau dari kreativitas tinggi
A2B2 :Prestasi kognitif / afektif kelas eksperimen II ditinjau dari kreativitas rendah
Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa harga Lhitung < L tabel, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah
varian dalam populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian
ini digunakan metode Barlett dengan statistic uji Chi kuadrat (Budiyono, 2004:175-
178). Hasil uji homogenitas selisih nilai kognitif dan nilai afektif ditinjau dari
metode pembelajaran, kreativitas, serta seluruh sel tercantum dalam Lampiran 37-
42. Ringkasan hasil uji homogenitas terangkum pada Tabel 23.
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
Tabel 23. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif Uji Homogenitas χ2
hitung χ2 tabel Kesimpulan
Prestasi
Kognitif
Ditinjau dari
Metode Pembelajaran 0,895 3,84 Homogen
Ditinjau dari
Kreativitas 0,516 3,84 Homogen
Antar Sel 2,016 7,81 Homogen
Prestasi
Afektif
Ditinjau dari
Metode Pembelajaran 0,246 3,84 Homogen
Ditinjau dari
Kreativitas 0,310 3,84 Homogen
Antar Sel 0,930 7,81 Homogen
Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak melampaui
harga kritik χ2, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian
ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka diteruskan dengan pengujian
hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi
(ANAVA) dengan sel tak sama. Perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama
selisih nilai kognitif tercantum pada Lampiran 43 sedangkan rangkuman hasil
perhitungannya disajikan pada Tabel 24 dan 25 berikut:
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
Tabel 24. Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif
Model Pembelajaran Kreativitas
Total Tinggi (B1) Rendah (B2)
CTL Lab. Riil (A1) 54,3 47,167 101,467
Lab. Virtual (A2) 46,476 41,688 88,164
Total 100,776 88,855 189,631
Tabel 25. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek
Kognitif Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan
Model Pembelajaran (A)
Kreativitas(B)
Interaksi (AB)
Galat
820,512
628,993
55,419
10081,377
1
1
1
71
820,512
628,993
55,419
141,99
5,778
4,43
0,3
-
3,978
3,978
3,978
-
H0A Ditolak
H0A Ditolak
H0AB Diterima
-
Total 11586,301 74 - - - -
Perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama nilai afektif tercantum
pada Lampiran 44, sedangkan rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel
26 dan 27 berikut:
Tabel 26. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif
Model Pembelajaran Kreativitas
Total Tinggi (B1) Rendah (B2)
CTL Lab. Riil (A1) 114,950 106,667 221,617
Lab. Virtual (A2) 107,714 99,875 207,589
Total 222,664 206,542 429,206
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
Tabel 27. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Afektif
Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan
Model Pembelajaran (A)
Kreativitas(B)
Interaksi (AB)
Galat
912,407
1205,119
0,908
6600,985
1
1
1
71
912,407
1205,119
0,908
92,97
9,813
12,962
0,00976
-
3,978
3,978
3,978
-
H0A Ditolak
H0A Ditolak
H0AB Diterima
-
Total 8719,419 74 - - - -
Tabel 25 dan 27 menunjukkan bahwa :
a. Pada efek utama baris (A), H0 ditolak.
Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan metode
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan
laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif pada
materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi
ganda (uji scheffe).
b. Pada efek utama kolom (B), H0 ditolak.
Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan
kreativitas rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif pada
materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi
ganda (uji scheffe).
c. Pada efek utama interaksi (AB), H0 diterima (kognitif) dan H0 diterima (afektif)
Karena FB hitung < Ftabel , maka H0AB diterima dan H1AB ditolak, sehingga
dapat dikatakan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan
laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif siswa pada materi pokok sistem koloid.
2. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan
a. Aspek Kognitif
Uji lanjut pasca aspek kognitif pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris dan pasangan kolom. Rataan
selisih nilai kognitif masing-masing sel ditunjukkan pada Tabel 28. Dalam penelitian
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama (pasangan antar kolom)
dan hipotesis kedua (antar baris).
Hasil perhitungan uji lanjut pasca anava aspek kognitif disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif
Komparasi
Ganda
Rerata Fhitung Ftabel Kesimpulan
iX jX
µA1 vs µA2 50,733 44,082 5,843 3,978 µA1 >µA2
µB1 vs µB2 50,388 44,427 4,650 3,978 µB1 > µB2
Dari rangkuman Tabel 35. dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena
Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL
menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual dan
juga ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
dan rendah. Karena rataan marginal CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar
daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, maka CTL menggunakan
laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa daripada CTL
menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA
RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Perbedaan
rataan marginal kreativitas tinggi dan rendah juga signifikan sehingga dapat
dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajar kognitifnya
lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok
sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun
pelajaran 2009/2010.
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
b. Aspek Afektif
Uji lanjut pasca anava aspek afektif pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris dan pasangan kolom. Rataan
nilai afektif masing-masing sel ditunjukkan pada Tabel 29. Dalam penelitian ini uji
komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama (pasangan antar kolom) dan
hipotesis kedua (antar baris).
Tabel 29. Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif
Komparasi
Ganda
Rerata Fhitung Ftabel Kesimpulan
iX jX
µA1 vs µA2 110,808 103,794 9,928 3,978 µA1 >µA2
µB1 vs µB2 111,332 103,271 12,991 3,978 µB1 > µB2
Dari rangkuman Tabel 29 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena
Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL
menggunakan laboratorium riil dan kelas CTL menggunakan laboratorium virtual
serta ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
dan rendah. Karena rataan marginal CTL menggunakan laboratorium riil lebih besar
daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, maka CTL menggunakan
laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa daripada CTL
menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA
RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Perbedaan
rataan marginal kreativitas tinggi dan rataan marginal kreativitas rendah juga
signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi
prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas
rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA
Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
D. Pembahasan Hasil Analisa Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid dan mengetahui
pengaruh perbedaan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok sistem koloid serta interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan
laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IA RSBI 1 sebagai
kelas eksperimen yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium virtual
dan kelas XI IA RSBI 6 sebagai kelas eksperimen yang dikenai pengajaran CTL
menggunakan laboratorium riil. Penentuan kelas eksperimen tersebut dilakukan
dengan Cluster Random Sampling.
Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok sistem koloid terlebih
dahulu dilakukan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang
akan diikuti. Kemudian pada akhir pembelajaran materi pokok sistem koloid
dilakukan postest untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
Dari analisis variansi dua jalan untuk selisih nilai aspek kognitif dan nilai
afektif yang telah diuraikan di depan didapat hasil dari tiga pengujian hipotesis yang
diajukan. Pada aspek kognitif dan afektif, hipotesis pertama dan kedua ditolak
sedangkan pada hipotesis ketiga diterima.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru
dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk
mewujudkan tujuan yang ditetapkan, salah satunya yaitu memperoleh hasil belajar
yang memuaskan. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
faktor eksternal yang termasuk pemilihan model maupun metode pembelajaran yang
tepat. Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan bertanggung jawab
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini dicoba dikembangkan
CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dalam mengajarkan materi kimia
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
sistem koloid semester genap kelas XI IA RSBI SMA Negeri 1 Cilacap pada tahun
pelajaran 2009/2010.
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan adanya praktikum baik secara riil maupun virtual, dapat
mengarahkan siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan sendiri hingga
mereka menemukan konsep dari teori yang dipelajarinya. Dengan percobaan dengan
laboratorium riil akan menjadikan belajar lebih bermakna karena siswa mengalami
secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi selama praktikum. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Sedangkan percobaan dengan laboratorium virtual merupakan percobaan
yang dilakukan dengan menggunakan media komputer. Virtual adalah salah satu
aplikasi penggunaan teknologi komputer terbaru. Dalam hal ini virtual menampilkan
tiga dimensi dengan penggunaan dapat secara aktif berpartisipasi dalam
pengoperasiannya. Penggunaan virtual dapat memberikan kesempatan untuk
menemukan ide baru bagi yang menggunakan.
Materi sistem koloid merupakan materi yang berurutan secara sistematis.
Dalam hal ini seorang siswa dituntut menemukan makna dari suatu konsep. Siswa
harus bisa menghubungkan konsep-konsep yang ia dapatkan sebelumnya.
a. Aspek Kognitif
Hasil dari anava dua jalan aspek kognitif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 5,778 > 3,978 yang berarti bahwa Ho
ditolak (Lampiran 43) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa
terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium
riil dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif pada
materi kimia sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi
ganda.
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara pembelajaran CTL
menggunakan metode praktikum dan CTL dengan pemberian tugas menunjukkan
bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 5,843 > 3,978 yang berarti bahwa Ho ditolak
(Lampiran 44) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan ada perbedaan yang
signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan laboratorium riil dan siswa kelas
CTL menggunakan laboratorium virtual. Karena rataan marginal CTL menggunakan
laboratorium lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual, yaitu
50,733 > 44,082 , maka CTL menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan
prestasi belajar kognitif siswa daripada CTL menggunakan laboratorium virtual
pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1
Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
Prestasi siswa yang diajar dengan pembelajaran CTL menggunakan
laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual. Hal
ini dikarenakan materi sistem koloid adalah materi yang secara umum bersifat
konkret (nyata) dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa
dapat aktif melakukan percobaan secara langsung dan nyata, mengamati prosesnya
dan menyimpulkan hasil percobaannya, dimana percobaan yang dilakukan
berhubungan dengan benda-benda yang siswa temui dalam kehidupan sehari-hari.
Melakukan percobaan dengan bahan-bahan yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari dan mengalami peristiwa secara nyata akan lebih memudahkan siswa
dalam menemukan konsep materi yang dipelajarinya, dalam hal ini adalah koloid
karena siswa mengenal objek secara nyata. Dalam praktikum di laboratorium riil,
banyak kemungkinan yang terjadi sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih
berpikir kritis dalam memecahkan segala kemungkinan masalah yang ada. Selain itu
siswa dapat bekerja aktif secara berkelompok sehingga memungkinkan terjadi
interaksi positif antar siswa dan tidak bosan dalam kegiatan belajar mengajar,
dengan demikian siswa merasa senang dan bersemangat saat belajar sehingga akan
mendukung meningkatnya prestasi kognitif.
Sedangkan pada CTL menggunakan laboratorium virtual, kendalanya
adalah siswa tidak melihat secara nyata terhadap apa yang mereka praktikumkan
sehingga siswa dituntut untuk memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi dalam
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
melaksanakan praktikum secara virtual. Meskipun praktikum dengan laboratorium
virtual bisa dilakukan berulang-ulang tetapi siswa masih mengalami kesulitan dalam
menemukan konsep. Hal ini dimungkinkan materi koloid yang secara umum bersifat
nyata sehingga siswa kesulitan untuk mendeskripsikan peristiwa nyata yang ada
dalam laboratorium virtual.
b. Aspek Afektif
Hasil dari anava dua jalan aspek afektif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 9,813 > 3,978 yang berarti bahwa
Ho ditolak (Lampiran 45) yang berarti H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa
terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium
riil dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi
kimia sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.
Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara pembelajaran CTL
menggunakan metode praktikum dan CTL menggunakan metode pemberian tugas
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 9,928> 3,978 yang berarti bahwa Ho
ditolak (Lampiran 46). Dengan ditolaknya Ho berarti H1 diterima. Hal ini
membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara siswa kelas CTL menggunakan
laboratorium riil dan laboratorium virtual. Karena rataan marginal CTL
menggunakan laboratorium riil lebih besar daripada CTL menggunakan
laboratorium virtual, yaitu 110,808 > 103,794, maka CTL menggunakan
laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa daripada CTL
menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA
RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
Rataan nilai afektif siswa yang diajar dengan CTL menggunakan
laboratorium riil lebih besar daripada CTL menggunakan laboratorium virtual. Hal
ini disebabkan karena pada CTL menggunakan laboratorium riil siswa dituntut untuk
bekerjasama dan lebih aktif serta kreatif dalam menemukan konsep dari materi
tersebut, sehingga mereka akan cenderung menemukan ide-ide dalam
bereksperimen sampai mereka dapat membangun pengetahuan sendiri berdasarkan
pengalaman. Pengetahuan yang dibangun dari dirinya sendiri membuat mereka
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
menjadi percaya terhadap kemampuan yang dimiliki dan bertanggung jawab dalam
memahami materi sistem koloid. Selain itu dengan metode eksperimen di
laboratorium riil siswa dapat belajar menemukan konsep-konsep dengan berpikir
sistematis. Sedangkan pada siswa yang diajar dengan CTL menggunakan
laboratorium virtual, kurang adanya interaksi antar siswa sehingga menjadi kurang
aktif karena mereka melaksanakan eksperimen dengan bantuan media komputer.
Siswa tidak dapat mengamati secara nyata peristiwa yang terjadai saat praktikum
sehingga menyebabkan proses penemuan konsepnya kurang.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hasil dari anava dua jalan aspek kognitif dan aspek afektif menunjukkan
bahwa Fhitung > Ftabel. Pada anava dua jalan aspek kognitif Fhitung(4,43) > Ftabel(3,978),
sedangkan pada anava dua jalan aspek afektif Fhitung(12,962) > Ftabel(3,978) yang
berarti bahwa Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho berarti H1 diterima. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan aspek afektif pada materi
pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.
Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara kreativitas tinggi dan
rendah menunjukkan bahwa pada uji komparasi ganda aspek kognitif Fhitung(4,650) >
Ftabel(3,978) dan pada uji komparasi ganda aspek afektif Fhitung(12,991) >
Ftabel(3,978). Hal ini berarti perbedaan yang signifikan antara kreativitas tinggi dan
rendah sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi
prestasi belajar kognitifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas
rendah. Begitu pula untuk aspek afektif terdapat perbedaan yang signifikan antara
kreativitas tinggi dan rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki
reativitas tinggi prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki
kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester
genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara
unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya
dalam pemecahan. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki rasa ingin tahu
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
yang tinggi dan memiliki keinginan untuk menciptakan atau menemukan hal baru
serta berani mengambil resiko. Mereka tertarik untuk mencoba-coba dan
bereksperimen untuk menggali kreativitasnya hingga menemukan konsep sendiri.
Apabila terdapat hal-hal yang belum mereka mengerti saat praktikum, mereka
cenderung berpikir luwes dan termotovasi untuk mencari jawaban dengan jalan
diskusi maupun mencari referensi lain. Berbeda dengan siswa yang memiliki
kreativitas yang rendah, mereka akan melaksanakan praktikum sesuai dengan
perintah cara kerja tanpa mengeksplor kreativitasnya. Selain itu, jika mereka
menemui kesulitan belum dimengerti, mereka tidak termotivasi untuk mencari dan
menemukan jawabannya sendiri. Pada materi sistem koloid perlu kemampuan siswa
berpikir kreatif karena dalam proses belajarnya siswa akan menyoroti permasalahan
yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Jadi ada pengaruh antara kreativitas dengan prestasi yang akan dicapai oleh
siswa. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi maka ia akan selalu bersemangat
belajar dan berusaha memahami materi yang diajarkan sehingga prestasi yang
dicapai juga akan bagus. Sebaliknya, siswa yang memiliki kreativitas rendah
cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan, malas belajar sehingga
prestasi yang dicapai juga tidak memuaskan.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hasil dari anava dua jalan dengan menggunakan selisih nilai prestasi
kognitif menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel. Pada anava dua jalan selisih nilai
prestasi kognitif Fhitung(0,3) > Ftabel(3,978) dan untuk prestasi afektif juga didapat
Fhitung(0,00976) > Ftabel(3,978), yang berarti bahwa Ho diterima. Hal ini
membuktikan bahwa tidak terdapat interaksi antara penggunaan CTL menggunakan
laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI
semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010, maka tidak perlu
dilakukan uji pasca anava.
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan
laboratorium riil lebih baik daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
virtual. Untuk kreativitas siswa, semakin tinggi kreativitas siswa maka semakin
tinggi pula prestasi belajar yang yang dicapai. Sehingga apapun metode
pembelajaran yang digunakan, siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memiliki
prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.
Sebaliknya, seberapapun tingkat kreativitas siswa, baik kategori tinggi maupun
rendah siswa yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium riil akan
memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang dikenai pengajaran
CTL menggunakan laboratorium virtual. Dapat disimpulkan bahwa apapun tingkat
kreativitas siswa baik tinggi maupun rendah, siswa yang melakukan eksperimen di
laboratorium riil memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang melakukan
eksperimen dengan media laboratorium virtual. Secara mandiri kreativitas siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tetapi setelah berinteraksi dengan
metode pembelajaran yang digunakan kreativitas siswa tidak berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL memberikan kontribusi yang
positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi koloid terutama
dengan cara eksperimen di laboratorium riil. Siswa lebih mudah menemukan konsep
materi yang mereka pelajari secara kreatif dari pengalaman yang mereka alami
dengan benda-benda nyata yang ada di sekitar mereka.
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu
pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan beberapa hal berikut :
1. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil
lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia
sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun
ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata selisih nilai kognitif pada
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil 50,733 lebih tinggi daripada
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih
nilai kognitif 44,082. Demikian halnya dengan prestasi belajar afektif siswa,
Pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan
prestasi belajar afektif siswa dengan rata-rata nilai afektif 111,808 daripada
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata nilai
afektif 103,794.
2. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada
siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid kelas XI IA
RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010. Siswa
yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa
yang memiliki kreativitas rendah, ini dibuktikan dengan hasil anava dua jalan
pada aspek kognitif Fhitung>Ftabel dengan nilai 4,43 > 3,978 dan pada aspek
afektif Fhitung > Ftabel dengan nilai 12,962> 3,978.
3. Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium
riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa pada materi kimia sistem
koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran
2009/2010. Hal ini dapat dilihat dari hasil anava dua jalan untuk aspek kognitif
Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978)
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cviii
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta
penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas
hasil belajar secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
a. Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih baik dibandingkan
dengan CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem
koloid, sehingga pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid
sebaiknya disajikan dengan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil.
b. Pada pembelajaran materi pokok sistem koloid perlu memperhatikan
kreativitas siswa, karena siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah.
C. Saran
Berdasar kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai
berikut :
1. Sebelum pengambilan sampel, homogenitas kelas yang akan diteliti perlu
diperhatikan.
2. Bila tersedia laboratorium riil dan laboratorium virtual di sekolah, maka
sebaiknya menggunakan laboratorium riil dalam pembelajaran kimia pada
materi sistem koloid.
3. Dalam mengajar materi kimia sistem koloid, siswa hendaknya dirangsang untuk
memiliki kreativitas yang tinggi dan aktif agar dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kreativitas siswa yaitu
dengan memberikan kebebasan berpikir bagi siswa. Dalam hal ini, misalnya
dengan melakukan eksperimen karena dengan eksperimen dapat merangsang
siswa untuk mengeksplor lebih jauh kemampuan siswa. Contoh lainnya yaitu
dengan mengadakan diskusi individu maupun kelompok mengenai studi kasus
di luar konteks materi pelajaran dan berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari.
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cix
Diskusi ini dapat merangsang siswa untuk lebih aktif bertanya dan berpikir
lebih luas tanpa harus terpaku pada buku pelajaran yang ada.
4. Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan
laboratorium virtual tidak perlu memperhatikan kreativitas siswa.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor internal lain yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan
laboratorium riil dan virtual guna mengetahui interaksinya terhadap prestasi
belajar.
89