studi komparasi kualitas tanah sebagai media …eprints.walisongo.ac.id/8626/1/ahmad...

132
STUDI KOMPARASI KUALITAS TANAH SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN MANGROVE Rhizophora sp. DI PANTAI ALASDOWO KABUPATEN PATI DENGAN PANTAI MANGUNHARJO KOTA SEMARANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI EKOLOGI TINGKAT PERGURUAN TINGGI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Biologi Oleh: AHMAD SHOFANDURI 123811013 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2018

Upload: others

Post on 22-Feb-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STUDI KOMPARASI KUALITAS TANAH SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN MANGROVE

Rhizophora sp. DI PANTAI ALASDOWO KABUPATEN PATI DENGAN PANTAI MANGUNHARJO KOTA

SEMARANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI EKOLOGI TINGKAT PERGURUAN TINGGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Dalam Ilmu Pendidikan Biologi

Oleh: AHMAD SHOFANDURI

123811013

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2018

.

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Shofanduri NIM : 123811013 Jurusan : Pendidikan Biologi

menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“Studi Komparasi Kualitas Tanah Sebagai Media Pertumbuhan Mangrove Rhizophora sp. di Pantai Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang dengan Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati Sebagai Sumber Belajar Materi Ekologi Tingkat Perguruan Tinggi” secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 20 Desember 2017

Saya yang menyatakan,

Ahmad Shofanduri NIM : 123811013

ii

.

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 1 Semarang Telp. 024 76433366

PENGESAHAN Naskah skripsi berikut ini: Judul : STUDI KOMPARASI KUALITAS TANAH SEBAGAI MEDIA

PERTUMBUHAN MANGROVE Rhizophora sp. DI PANTAI

ALASDOWO KABUPATEN PATI DENGAN PANTAI

MANGUNHARJO KOTA SEMARANG SEBAGAI SUMBER

BELAJAR MATERI EKOLOGI TINGKAT PERGURUAN TINGGI

Nama : Ahmad Shofanduri NIM : 123811013 Jurusan : PendidikanBiologi Telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi.

Semarang, 24 Januari 2018 DEWAN PENGUJI

Penguji I, Penguji II,

Ismail, M.Ag Nur Khasanah, M. Kes NIP. 19711021 199703 1 002 NIP. 19751113 200501 2 001 Penguji III, Penguji IV,

Siti Mukhlishoh S., M.Si Nur Hayati, S. Pd., M.Si NIP. 19761117 200912 2 001 NIP. 19771125 200912 2 001 Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Lianah, M.Pd Anif Rizqianti Hariz, S.T.,M.Si

NIP.19590313 198103 2 007 NIP. -

iii

.

NOTA DINAS Semarang, 20 Desember 2017

Kepada Yth. Dekan Fakultas Sain dan Teknologi UIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa, saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Komparasi Kualitas Tanah Sebagai Media Pertumbuhan Mangrove Rhizophora sp. di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati dengan Pantai Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang Sebagai Sumber Belajar Materi Ekologi Tingkat Perguruan Tinggi

Nama : Ahmad Shofanduri NIM : 123811013 Jurusan : Pendidikan Biologi

Saya memandang bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo untuk diajukan dalam sidang munaqosyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing I

Dr. Lianah, M. Pd NIP. 19590313 198103 2 007

iv

.

NOTA DINAS Semarang, 20 Desember 2017

Kepada Yth. Dekan Fakultas Sain dan Teknologi UIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa, saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Studi Komparasi Kualitas Tanah Sebagai Media Pertumbuhan Mangrove Rhizophora sp. di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati dengan Pantai Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang Sebagai Sumber Belajar Materi Ekologi Tingkat Perguruan Tinggi

Nama : Ahmad Shofanduri NIM : 123811013 Jurusan : Pendidikan Biologi

Saya memandang bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo untuk diajukan dalam sidang munaqosyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing II

Anif Rizqianti Hariz, S.T., M. Si

v

.

ABSTRAK

Judul : Studi Komparasi Kualitas Tanah Sebagai Media Tumbuh Mangrove Rhizophora sp. di Pantai Alasdowo Kabupaten Pati dengan Pantai Mangunharjo Kota Semarang Sebagai Sumber Belajar Materi Ekologi Tingkat Perguruan Tinggi

Penulis : Ahmad Shofanduri NIM : 123811013 Pantai Alasdowo dan Pantai Mangunharjo merupakan kawasan ekosistem mangrove yang berada di kawasan pesisir pulau Jawa. Pada kedua lokasi tersebut tumbuh berbagai macam jenis mangrove, akan tetapi di kawasan Pantai Mangunharjo memiliki tingkat pertumbuhan mangrove yang lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan mangrove di Pantai Alasdowo. Perbedaan tingkat pertumbuhan bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Peneliti lebih memfokuskan penelitian dari sudut pandang kualitas tanah yang mana hasilnya bisa dijadikan sumber belajar materi ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tanah di Pantai Alasdowo dan Pantai Mangunharjo dan membuat desain booklet hasil analisis kualitas tanah di Pantai Alasdowo dan Pantai Mangunharjo untuk dijadikan sebagai sumber belajar tingkat perguruan tinggi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan yang dilaksanakan di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati dan Pantai Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Random Sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun yang telah ditentukan sebelumnya. Stasiun penelitian berawal dari bibir pantai tempat tumbuhnya mangrove menuju ke arah daratan. Hasil sampling dan analisis tanah kemudian dikemas dalam bentuk booklet yang dilakukan uji kelayakan oleh para ahli materi dengan persentase 78,33%, ahli media 80,00%, dan pengguna 73,77%. Kesimpulan dari perolehan data tersebut adalah booklet kualitas tanah sebagai media pertumbuhan Rhizophora sp. di Pantai Alasdowo dan Pantai Mangunharjo sebagai sumber belajar materi ekologi layak digunakan. Kata kunci: kualitas tanah, Rhizophora sp., sumber belajar, ekologi, booklet

vi

.

TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab-Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SK Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandangan (al-) disengaja secara konsisten supaya sesuai teks arabnya.

Huruf Hijaiyah Huruf Latin Huruf Hijaiyah Huruf Latin ṭ ط a ا ẓ ظ b ب ʽ ع t ت \g غ ś ث

f ف j ج q ق ḥ ح k ك kh خ l ل d د m م ż ذ n ن r ر w و z ز h ه s س ʼ ء sy ش y ي ṣ ص ḍ ض

Bacaan Madd: Bacaan Diftong:

a> = a panjang au= ْاَو

i> = i panjang ai = اَي

ū = u panjang iy = ْاِي

vii

.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa terhatur pada nabi akhiruzzaman baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat derajat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta bantuan yang sangat berarti bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat yang dalam peneliti haturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Muhibbin, M. Ag., selaku Rektor UIN Walisongo Semarang

2. Dr. H. Ruswan, MA selaku Dekan Fakultas Sain dan Teknologi UIN Walisongo Semarang

3. Siti Mukhlioh Setyawati, M. Si., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang

4. Dr. Lianah, M. Pd dan Anif Rizqianti Hariz, S.T., M. Si., selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk selalu memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Muhlisin selaku Lurah Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati.

6. Bapak Sururi selaku koodinator kelompok mangrove Mangunharjo yang telah membantu dan membimbing peneliti selama penelitian.

7. Afrizka Premana Sari, S. Si., M. Sc yang telah meluangkan waktunya untuk membantu memberikan penilaian booklet sebagai ahli materi dan Saifullah Hidayat, M. Si sebagai ahli media.

8. Segenap pegawai dan seluruh civitas akademi di lingkungan UIN Walisongo khususnya dosen jurusan Pendidikan Biologi.

9. Ayahanda Mustofa dan Ibunda Chadliroh yang senantiasa memberikan doa dan semangat baik moril maupun materiil yang

viii

.

sangat luar biasa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan kuliah serta skripsi ini dengan lancar.

10. Adik-adikku Alwi Abdul Aziz, Aulia Mafaza dan Ahmad Hasan Bisri yang saya sayangi.

11. Keluarga besar TPQ Chasan Puro yang saya cintai

12. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Biologi angkatan 2012 kelas A.

13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu penyelesaian skripsi.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang telah dilakukan. Tiada gading yang tak retak demikian pula dengan skripsi ini, dengan kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah dan segala kekurangan hanyalah milik peneliti. Maka dari itu, kritik dan saran perlu untuk menyempurnakan kualitas skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua, Amin.

Semarang, 09 Januari 2018 Peneliti Ahmad Shofanduri 123811013

ix

.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii PENGESAHAN ....................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iv ABSTRAK................................................................................................................. vi TRANSLITERASI .................................................................................................. vii KATA PENGANTAR............................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori ............................................................................. 10 1. Mangrove ................................................................................... 10

a. Pengertian Mangrove..................................................... 10 b. Jenis Rhizophora sp. ....................................................... 11 c. Fungsi dan Peranan Mangrove .................................. 15 d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Mangrove ............................................. 21 2. Karakteristik Tanah.............................................................. 23 3. Kondisi Kelurahan Mangunharjo ................................... 29 4. Kondisi Desa Alasdowo ...................................................... 32 5. Sumber Belajar ....................................................................... 34

B. Kajian Pustaka ............................................................................... 37 C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................... 41 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 41 C. Sumber Data ................................................................................... 42 D. Fokus Penelitian .......................................................................... 43

x

.

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 43 F. Uji Keabsahan Data ................................................................... 50 G. Teknik Analisis Data ................................................................. 51 H. Langkah Penyusunan Booklet Sebagai Sumber

Belajar Biologi ............................................................................. 52 I. Uji Kelayakan Hasil Penyusunan Booklet Sebagai

Sumber Belajar ............................................................................ 53

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data .............................................................................. 57 B. Analisis Data .................................................................................. 57

1. Sifat Fisik Tanah .................................................................... 57 a. Tekstur Tanah ................................................................... 58 b. Warna Tanah ..................................................................... 64

2. Sifat Kimia Tanah .................................................................. 66 a. pH Tanah.............................................................................. 66 b. Salinitas Tanah ................................................................. 68

3. Perbandingan Kualitas Tanah Berdasarkan Pengelompokannya ............................................................ 73

4. Analisis Bahan Ajar .............................................................. 76 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 79 B. Saran .................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran BIODATA DIRI

xi

.

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Desa Mangunharjo ........................ 31

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Booklet ................................................... 54

Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan Booklet ................................................ 54

Tabel 3.3 Indikator Tanggapan Mahasiswa .................................... 55

Tabel 3.4 Kriteria Kelayakan Booklet ................................................ 55

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian Tekstur Tanah di Pantai Alasdowo ..................................................................................... 61

Tabel 4.2 Data Hasil Penelitian Tekstur Tanah di Pantai Mangunharjo ............................................................................. 61

Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Warna Tanah di Pantai Alasdowo ..................................................................................... 64

Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian Warna Tanah di Pantai Mangunharjo ............................................................................. 64

Tabel 4.5 Data Hasil Pengukuran pH Tanah di Pantai Alasdowo ..................................................................................... 67

Tabel 4.6 Data Hasil Pengukuran pH Tanah di Pantai Mangunharjo ............................................................................. 67

Tabel 4.7 Data Hasil Pengukuran Salinitas Tanah di Pantai Alasdowo ..................................................................................... 68

Tabel 4.8 Data Hasil Pengukuran Salinitas Tanah di Pantai Mangunharjo ............................................................................. 69

Tabel 4.9 Data Hasil Pengukuran Kualitas Tanah di Pantai Alasdowo ..................................................................................... 72

Tabel 4.10 Data Hasil Pengukuran Kualitas Tanah di Pantai Mangunharjo ............................................................................. 72

Tabel 4.11 Label Uji Klaster ....................................................................... 74

Tabel 4.12 Persentase Penilaian Booklet dari Ahli Materi ......... 76

Tabel 4.13 Persentase Penilaian Booklet dari Ahli Media .......... 77

Tabel 4.14 Persentase Penilaian Booklet dari Pengguna ............ 77

xii

.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun, Bunga dan Buah Rhizophora apiculata ........... 12

Gambar 2.2 Daun, Bunga dan Buah Rhizophora mucronata ........ 14

Gambar 2.3 Daun, Bunga dan Buah Rhizophora stylosa ............... 15

Gambar 2.4 Peta Kelurahan Mangunharjo Tugu Semarang ........ 30

Gambar 2.5 Peta Kelurahan Alasdowo Dukuhseti Pati .................. 33

Gambar 3.1 Skematik Penempatan Transek Pengukuran Sampel Tanah di Lokasi Penelitian ................................ 45

Gambar 4.1 Foto Tekstur dan Warna Tanah di Pantai Alasdowo 59

Gambar 4.2 Foto Tekstur dan Warna Tanah di Pantai Mangunharjo ............................................................................. 60

Gambar 4.3 Dendogram hasil analisis klaster (Cluster analysis) kualitas tanah di Pantai Alasdowo dan Pantai Mangunharjo ............................................................................ 74

xiii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadikan

sumber belajar memiliki banyak alternatif yang bisa digunakan

untuk membantu peserta didik memahami suatu bidang keilmuan.

Sumber belajar harus memicu unsur edukatif, artinya peserta didik

belajar dengan cara memanfaatkan berbagai sumber belajar yang

tersedia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sumber belajar sangatlah penting dalam proses belajar

mengajar. Ada banyak sekali hal yang bisa dijadikan sebagai sumber

belajar, salah satunya adalah kerusakan atau fenomena yang terjadi

di alam. Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41-42:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (Q.S. Al-Baqarah/2:164)(Departemen Agama RI, 2005).

Ayat ini menerangkan tentang kerusakan alam terjadi

disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Hal ini bisa dijadikan

2

pembelajaran bagi umat manusia bahwa begitu pentingnya alam

bagi kehidupan manusia. Peristiwa yang terjadi di alam dapat kita

dan kita jadikan sebuah sumber belajar khususnya pada materi

ekologi.

Menurut Prastowo (2014), sumber belajar menurut bentuk

dan isinya dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

1. Tempat atau lingkungan alam sekitar, yaitu di mana saja

seseorang bisa melakukan proses belajar atau perubahan

tingkah laku, maka tempat tersebut dapat dikelompokkan

sebagai tempat belajar dan merupakan sumber belajar.

2. Benda, maksudnya segala benda yang memungkinkan terjadinya

perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu

dapat dikategorikan sebagai sumber belajar.

3. Orang, yaitu siapa saja yang memiliki keahlian dan kemampuan

tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka

orang tersebut dikategorikan sebagai sumber belajar.

4. Buku, maksudnya segala macam buku yang dapat dibaca secara

mandiri oleh peserta didik dapat dikelompokkan sebagai

sumber belajar.

5. Peristiwa dan fakta yang guru dapat menjadikannya sebagai

sumber belajar.

Berbagai macam disiplin ilmu yang mempelajari tentang

alam salah satunya adalah biologi. Biologi merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang keadaan dan sifat-sifat

makhluk hidup yakni manusia, tumbuhan dan binatang; ilmu hayat.

3

Biologi terbagi menjadi berbagai cabang ilmu yang mempelajari

suatu bidang kajian tertentu, salah satunya adalah ekologi. Ekologi

merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme

dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah hutan mangrove.

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di

sepanjang pantai atau muara sungai, yang telah menyesuaikan diri

dengan terpaan ombak yang kuat dengan tingkat salinitas yang

tinggi serta tanah yang senantiasa digenangi air. Hutan pantai

tersebut tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Istilah

mangrove digunakan masyarakat tumbuh–tumbuhan (hidrosere

communities) dari beberapa jenis tumbuhan pantai dan hutan itu

disebut hutan pantai (coastal woodland) atau hutan pasang surut

(tidal forest) (Melati, 2007).

Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem

yang memiliki produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain

dengan dekomposisi bahan organik yang tinggi, dan menjadikannya

sebagai mata rantai ekologis yang sangat penting bagi kehidupan

mahluk hidup yang berada di perairan sekitarnya. Materi organik

menjadikan hutan mangrove sebagai tempat sumber makanan dan

tempat kehidupan berbagai biota seperti ikan, udang, dan kepiting.

Berbagai kelompok molusca ekonomis juga sering ditemukan di

perairan pantai mangrove seperti cacing laut (polychaeta).

Polychaeta secara ekologi berperan sebagai makanan hewan dasar

seperti ikan dan udang.

4

Hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang

memiliki beberapa sifat khusus di antaranya letak hutan mangrove

yang sangat spesifik, peranan ekologisnya yang khas, potensi yang

bernilai ekonomis tinggi. Mangrove juga merupakan ekosistem

dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup karena adanya

pengaruh laut dan daratan. Kawasan mangrove terjadi interaksi

kompleks antara sifat fisika dan biologi, karena sifat fisiknya

mangrove mampu berperan sebagai penahan ombak serta penahan

intrusi dan abrasi air laut.

Hutan mangrove mempunyai ciri khas yakni bentuk–bentuk

perakaran yang menjangkar dan bersifat pneumatophore.

Pneumotophore (akar nafas) adalah akar yang tumbuh dan

berkembang dengan fungsi sebagai pembantu pernafasan tanaman.

Perakaran ini menjadikan proses penangkapan partikel dari debu di

tegakan Rhizophora sp. berjalan secara sempurna. Pembentukan

sedimen dipengaruhi oleh adanya pasang surut yang membawa

partikel – partikel yang diendapkan pada saat surut (Ningsih, 2008).

Mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh

topografi pantai baik estuari atau muara sungai, dan daerah delta

yang terlindung. Daerah tropis dan sub tropis mangrove merupakan

ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Pada kondisi

yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan

produktif. Secara karakteristik hutan mangrove mempunyai habitat

dekat dengan pantai. FAO (1982) menyatakan bahwa hutan

mangrove merupakan jenis maupun komunitas tumbuhan yang

5

tumbuh di daerah pasang surut. Mangrove mempunyai

kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur

tegakan yang berperan sebagai perangkap endapan dan

perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa

tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan

berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan. Di samping itu,

mangrove memiliki kapasitas sebagai penyerap energi gelombang

dan menghambat intrusi air laut ke daratan.

Data perkiraan luas hutan mangrove yang dilakukan oleh

peneliti menghasilkan data yang beragam. Giesen (1993)

menyebutkan luas mangrove di Indonesia lebih kurang 2,5 juta

hektar, Dit. Bina Program INTAG (1997) menyebutkan 3,5 juta

hektar dan Spalding, dkk (1997) menyebutkan seluas 4,5 juta

hektar. Indonesia merupakan tempat mangrove terluas di dunia

melebihi Brazil 1,3 juta hektar, Nigeria 1,1 juta hektar dan Australia

0,97 juta hektar (Sosia, dkk., 2014).

Pada umumnya terdapat empat jenis tumbuhan yang

dijumpai di hutan mangrove, yaitu pohon Api-api (Avicennia), Bakau

(Rhizopora), Tanjang (Bruguiera), dan Pedada (Sonneratia) (Melati,

2007). Namun, dalam ekosistem hutan mangrove jenis yang lebih

mendominasi adalah Rhizophora sp.. Dengan pohon yang besar dan

tinggi dari akar sampai ke pucuk daun sekitar 4-30 meter dan

memiliki 2 sistem perakaran yaitu akar tunjang dan akar gantung

yang menjadikan Bakau (Rhizophora sp.) sering ditanam di tepi

pantai guna memecah ombak dari laut. Inilah ciri khas yang

6

membedakan Rhizophora sp. dengan mangrove jenis lain (Tjandra,

2016).

Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan

adaptasi yang berbeda–beda terhadap kondisi lingkungan seperti

kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan dan pasang surut.

Hal ini menyebabkan terjadinya struktur dan komposisi tumbuhan

mangrove dengan batas–batas yang khas, mulai dari zona yang

dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dekat dengan

lautan, serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur

tumbuhan mangrove dari satu daerah dengan daerah lainnya.

Mangrove memiliki fungsi yang penting bagi daerah pesisir

yaitu menjadi penyambung darat dan laut, serta perendam gejala-

gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti abrasi,

gelombang, badai dan juga menjadi penyangga bagi kehidupan biota

lainnya yang merupakan sumber penghidupan masyarakat

sekitarnya. Selain itu, fungsi ekologis hutan mangrove yang penting

adalah sebagai daerah asuhan (feeding ground) dan daerah

pemijahan (spawning ground) berbagai biota perairan (ikan, udang,

dan kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan pantai maupun

lepas pantai (Melati, 2007).

Komponen yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan salah satunya adalah tanah. Tanah

merupakan salah satu komponen sistem produksi tanaman yang

sangat penting untuk diperhatikan dan tanah sebagai sumber daya

lahan utama untuk produksi pangan. Berkaitan dengan itu, tanah

7

juga sebagai tempat hidup semua organisme mulai dari organisme

tingkat rendah (mikrobia) sampai organisme tingkat tinggi

(tanaman). Sebagai tempat hidup organisme, tanah mempunyai

peranan utama untuk menopang salah satu faktor penting

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pemasok unsur

hara atau makanan. Dengan demikian tanah yang subur artinya

tanah yang kaya unsur hara yang akan memberikan produksi

tanaman yang tinggi. Unsur hara yang ada di dalam tanah akan

semakin berkurang atau bahkan habis. Hal ini bisa diakibatkan oleh

penyerapan secara terus menerus oleh tanaman ataupun hilang

terbawa hasil panen atau hilang bersama air limpasan akibat curah

hujan yang tinggi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari

masyarakat Desa Alasdowo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati,

bahwa di pantai Alasdowo, Rhizophora sp. yang ditanam di pantai

tersebut tingkat kehidupannya kurang baik.. Permasalahan itu yang

mendorong peneliti untuk mengetahui permasalahan tersebut.

Peneliti mencoba mengetahui permasalahan yang ada dari segi

ekologinya khususnya pada kondisi tanah, dengan membandingkan

dengan kondisi tanah di Pantai Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota

Semarang. Peneliti memilih Pantai Mangunharjo sebagai

pembanding dikarenakan berdasarkan hasil pra-riset yang

dilakukan oleh peneliti yang mana hasil yang diperoleh bahwa

Rhizophora sp. yang ada di Pantai Mangunharjo dapat tumbuh

subur. Berdasarkan permasalahan dan hasil pra-riset yang ada

8

mendorong peneliti untuk mengangkat judul penelitian STUDI

KOMPARASI KUALITAS TANAH SEBAGAI MEDIA

PERTUMBUHAN MANGROVE (Rhizophora sp.) DI PANTAI

ALASDOWO KABUPATEN PATI DENGAN PANTAI

MANGUNHARJO KOTA SEMARANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR

MATERI EKOLOGI TINGKAT PERGURUAN TINGGI

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang

akan dibahas adalah :

1. Bagaimana kualitas tanah di pesisir Pantai Alasdowo Kabupaten

Pati sebagai penunjang pertumbuhan mangrove?

2. Bagaimana kualitas tanah di pesisir Pantai Mangunharjo Kota

Semarang sebagai penunjang pertumbuhan mangrove?

3. Bagaiman perbandingan kualitas tanah di Pantai Alasdowo

dengan Pantai Mangunharjo sebagai penunjang pertumbuhan

Rhizophora sp.?

4. Bagaimana kelayakan desain booklet hasil studi komparasi

kualitas tanah sebagai media pertumbuhan mangrove di Pantai

Alasdowo Kabupaten Pati dengan Pantai Mangunharjo Kota

Semarang sebagai sumber belajar biologi tingkat perguruan

tinggi?

9 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

a) Mengetahui kualitas tanah di Pantai Alasdowo Kabupaten

Pati sebagai penunjang pertumbuhan mangrove

b) Mengetahui kualitas tanah di Pantai Mangunharjo Kota

Semarang sebagai penunjang pertumbuhan mangrove

c) Membuat desain booklet kualitas tanah sebagai media

pertumbuhan mangrove di Pantai Alasdowo Kabupaten Pati

dengan Pantai Mangunharjo Kota Semarang

2. Manfaat dari penelitian ini adalah:

a) Sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan dasar

tentang tanah dan mangrove khususnya Rhizophora sp.

b) Sebagai data ilmiah terkait kualitas tanah yang baik sebagai

media pertumbuhan Rhizophora sp.

c) Data kualitas lahan sebagai tempat tumbuh tanaman

Rhizophora sp. yang diperoleh bisa diadopsi sebagai literatur

kegiatan konservasi di kawasan lain.

d) Sebagai informasi bagi masyarakat sekitar terkait kualitas

tanah pesisir yang ada di daerahnya

e) Sebagai informasi untuk penelitian lanjutan.

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Mangrove

a. Pengertian mangrove

Kata mangrove berasal dari gabungan antara bahasa

Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Dalam bahasa

Inggris kata mangrove digunakan untuk komunitas

tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut

dan juga untuk individu-individu spesies tumbuhan yang

menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa

Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan

individu spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk

menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Sementara itu,

pendapat lain menyatakan bahwa kata mangrove berasal

dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang digunakan

untuk menerangkan marga Avicennia dan masih digunakan

sampai saat ini di Indonesia bagian timur (Sosia, dkk., 2014).

Peristiwa pasang surut yang berpengaruh langsung

terhadap ekosistem mangrove menyebabkan komunitas ini

umumnya didominasi oleh spesies-spesies pohon yang keras

atau semak-semak yang mempunyai manfaat pada perairan

payau. Faktor lingkungan yang sangat memengaruhi

komunitas mangrove, yaitu salinitas, suhu, pH, oksigen

11

terlarut, arus, kekeruhan, dan substrat dasar. Kondisi fisika

kimia perairan hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh

volume air tawar dan air laut yang bercampur. Mangrove

tumbuh dengan baik dari ketinggian permukaan laut sampai

rata-rata permukaan pasang. Jenis tanaman tersebut bukan

saja harus toleran terhadap garam, melainkan juga harus

mampu untuk menahan kondisi tergenang dan kondisi-

kondisi bawah yang anaerobik. Menurut Bengen dan Dutton

(2004) dalam Northcote dan Hartman (2004) karakteristik

utama ekosistem mangrove di Indonesia adalah sebagai

berikut: tidak dipengaruhi oleh faktor iklim, dipengaruhi

oleh kondisi pasang surut, terletak pada tanah yang sebagian

besar terdiri dari lumpur dan pasir yang tergenang oleh air

laut, terletak pada daerah pantai yang landai, tidak

terstruktur berdasarkan penutupannya / stratifikasi

berdasarkan tegakan (Talib, 2008).

b. Jenis Rhizophora sp.

Rhizophora sp. mempunyai tiga jenis genus yaitu

(Sosia, dkk.,2014) :

1) Rhizophora apiculata

Rhizophora apiculata memiliki pohon yang dapat

mencapai ketinggian 30 m dengan diameter batang

mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga

mencapai ketinggian 5 m dan kadang-kadang memiliki

akar udara yang keluar dari cabang yang panjangnya

12

mencapai 0,5-2 m di atas lumpur (Tjandra, 2016). Kulit

kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah. Daun

berwarna hijau tua dengan hijau muda pada bagian

tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun

panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Bunga

biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada

gagang berukuran <14 mm. Buah kasar berbentuk bulat

memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat,

panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Tumbuh pada

tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat

pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih

keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi

dapat mencapai 90 % dari vegetasi yang tumbuh di

suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang

memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara

permanen.

Gambar 2.1 Daun, bunga, dan buah Rhizophora apiculata

(sumber: Nugraha, 2011)

13

2) Rhizophora mucronata

Rhizophora mucronata memiliki ketinggian

mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki

diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna

gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal, hal itu

yang menjadikan Rhizophora mucronata sering disebut

bakau hitam (Tjandra, 2016). Daun berkulit, gagang

daun berwarna hijau, dengan bentuk elips melebar

hingga bulat memanjang dengan ujung meruncing.

Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual,

masing-masing menempel pada gagang individu, kelopak

bunga kuning pucat Buah lonjong/panjang hingga

berbentuk telur, berwarna hijau kecoklatan, seringkali

kasar di bagian pangkal berbiji tunggal. Tumbuh di areal

yang sama dengan R. apiculata tetapi lebih toleran

terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada

umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada

pematang sungai pasang surut dan di muara sungai,

jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air

pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal

yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan

humus.

14

Gambar 2.2 Daun, bunga, dan buah Rhizophora mucronata

(Sumber : Nugraha, 2011)

3) Rhizophora stylosa

Pohon dengan satu atau banyak batang, tinggi

hingga 1 m. Kulit kayu halus, bercelah, berwarna abu-

abu hingga hitam. Memiliki akar tunjang dengan panjang

dapat mencapai 3 m, dan akar udara yang tumbuh dari

cabang bawah. Daun berwarna hijau, bagian bawah

berbintik teratur kadang tak terlihat. Daun berbentuk

elips dan meruncing. Formasi bunga 8-16 bunga per

kelopak. Buah memanjang berbentuk buah bir yang

dapat mencapai panjang 20-30 cm dengan diameter 1,5-

2 cm. Bakau ini menempati habitat yang paling beragam.

Habitatnya mulai dari lumpur, pasir, sampai pecahan

batu atau karang. Bakau ini juga ditemukan mulai dari

tepi pantai hingga daratan yang mengering (Tjandra,

2011).

15

Gambar 2.3 Daun, bunga, dan buah Rhizophora stylosa

(Sumber : Nugraha, 2011)

c. Fungsi dan peranan mangrove

Mangrove merupakan contoh ekosistem yang banyak

ditemukan di sepanjang pantai tropis dan estuari. Ekosistem

ini memiliki fungsi sebagai penyaring bahan nutrisi dan

penghasil bahan organik, serta berfungsi sebagai daerah

penyangga antara daratan dan lautan. Bengen (2004)

menyatakan bahwa hutan mangrove memiliki fungsi dan

manfaat antara lain; sebagai peredam gelombang dan angin

badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan

perangkap sedimen, penghasil sejumlah besar detritus dari

daun dan pohon mangrove, daerah asuhan (nursery

grounds), daerah mencari makan (feeding grounds) dan

daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan,

udang, dan biota laut lainnya, penghasil kayu untuk bahan

konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku

16

kertas (pulp), pemasok larva ikan, udang, dan biota laut

lainnya, dan sebagai tempat pariwisata (Talib, 2008).

Tjandra (2016) menyatakan bahwa hutan mangrove

memberikan manfaat dan perlidungan bagi lingkungan baik

secara fisik, ekosistem, maupun bagi masyarakat di

sekitarnya.

1. Peranan mangrove bagi lingkungan fisik

a. Penahan abrasi

Abrasi atau terkikisnya pantai akibat air laut

dapat membuat garis pantai semakin naik ke arah

daratan. Akar mangrove mampu mengikat sedimen

yang terlarut dalam air sehingga mangrove dapat

menahan laju abrasi.

b. Menahan intrusi air laut

Air laut dapat meresap masuk dan

mempengaruhi kondisi air tanah di daerah

sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan

terkontaminasinya air sumur di sekitar pantai oleh

air laut. Kondisi ini disebut sebagai intrusi air laut.

Intrusi dapat berpengaruh sampai beberapa

kilometer dari pantai.

c. Menurunkan kondisi gas CO2 di atmosfer

Sebagaimana fungsi hutan secara umum,

mangrove juga bermanfaat untuk menurunkan

kondisi gas CO2 di atmosfer. Seperti tumbuhan

17

lainnya, proses fotosintesis pada mangrove dapat

mengubah CO2 menjadi oksigen. CO2 sendiri

dianggap sebagai biang penyebab efek rumah kaca

yang meningkatkan temperatur atmosfer bumi.

d. Pelindung terhadap bencana alam

Vegetasi hutan mangrove mempunyai fungsi

sebagai pelindung wilayah daratan dari terpaan

ombak dan angin. Badai dan angin yang bermuatan

garam dapat merusak bangunan, tanaman

pertanian, ataupun vegetasi alami. Mangrove

melakukan proses penyaringan terhadap angin

yang merusak ini. Mangrove juga dapat

mengurangi efek bencana yang ditimbulkan

tsunami. Tumbuhan mangrove mengurangi energi

gelombang yang melewatinya (Karuniastuti, 2011).

2. Peran mangrove bagi ekosistem

Berikut ini merupakan peranan mangrove bagi

ekosistem menurut Tjandra (2016) :

a. Pengsil nutrisi untuk organisme laut

Mangrove menghasilkan material organik

yang merupakan sumber makanan atau nutrisi

bagi organisme laut. Oleh karena itu, banyak

organisme yang hidup dan mencari makan di area

hutan mangrove.

18

b. Tempat hidup biota laut

Telah lama diketahui bahwa mangrove

manjadi habitat berbagai jenis biota laut. Banyak

jenis ikan, udang, dan hewan lain tinggal dan

berkembang biak di sini.

c. Habitat berbagai satwa liar

Pada ekosistem mangrove tinggal berbagai

jenis satwa liar. Satwa ini ada yang menetap

maupun hanya singgah sementara. Mangrove juga

diketahui merupakan tempat singgah dari berbagai

jenis burung yang biasanya melakukan migrasi.

Salah satu burung migran yang terkenal misalnya

burung langka Blekok Asia (Limnodrumus

semipalmatus).

d. Sumber produktivitas perairan

Kawasan hutan mangrove menjadi tempat

berkembang biak bagi berbagai jenis makhluk

hidup. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat

besar manfaatnya untuk memelihara kelestarian

populasi kehidupan liar itu sendiri.

3. Peran mangrove bagi masyarakat di sekitarnya

Di bawah ini merupakan peran mangrove bagi

masyarakat menurut Tjandra (2016) :

19

a. Ekowisata / wisata alam

Hutan mangrove memiliki nilai keindahan

yang luar biasa. Karakteristik mangrove yang

berada di daerah peralihan antara darat dan laut

memiliki keunikan tersendiri. Hutan mangrove

memberikan objek wisata yang berbeda dari

wisata alam lainnya. Kegiatan wisata alam seperti

ini memberikan penghasilan untuk pihak

pengelola. Selain itu, wisata alam juga dapat

menumbuhkan perekonomian bagi masyarakat.

b. Sumber mata pencaharian

Pemanfaatan berbagai sumber daya yang

berasal dari mangrove merupakan nilai ekonomi

yang penting. Hasil alam seperti fauna, tumbuhan,

ataupun pertambangan mineral memberikan

sumber penghidupan bagi masyarakat sekitarnya.

c. Sumber pangan

Hasil hutan mangrove juga dapat

dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan. Jenis-

jenis mangrove yang dapat dimakan antara lain

pedada (Sonneratia sp.), api-api (Avicennia), nipah

(Nypa), warakas (Acrostichum aureum), tancang

(Bruguiera sp.), dan bakau (Rhizophora sp.). Jenis-

jenis mangrove tersebut dapat dimanfaatkan untuk

menghasilkan berbagai makanan yang lezat.

20

d. Sumber bahan obat-obatan

Jenis-jenis mangrove tertentu dapat

dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Air rebusan

Rhizophora apiculata dikatakan dapat menjadi

astringent atau penyegar. Kulit Rhizophora

mucronata dapat dimanfaatkan untuk

menghentikan pendarahan. Air rebusan Ceriops

tagal dapat dipakai sebagai antiseptik.

e. Penghasil tannin

Ekstrak kulit mangrove menghasilkan

tannin. Tannin dipakai untuk pembuatan tinta,

plastik, lem, pengawet, dan untuk menyamak kulit

pada industri sepatu dan tas.

f. Penghasil bahan baku kertas

Kayu mangrove juga dipakai dalam industri

pembuatan kertas. Kayu ini dipakai sebagai

pencampur untuk menaikkan kualitas pulp kertas.

Kayu yang digunakan berasal dari Rhizophora sp.

dan Bruguiera sp.. Komposisi penggunaan pulp dari

mangrove sekitar 10-30 % dari jenis kayu lainnya.

g. Penghasil kayu bakar

Kayu bakar dari tumbuhan Rhizophoraceae

berkualitas baik. Panas yang dihasilkan tinggi dan

awet (Anwar, 2007).

21

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove

Walaupun tumbuhan mangrove dapat berkembang

pada kondisi lingkungan yang ekstrim, akan tetapi setiap

tumbuhan mangrove mempunyai kemampuan yang berbeda

untuk mempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan

fisik-kimia di lingkungannya.

Menurut Supriharyono (2009), ada beberapa faktor

yang menentukan penyebaran mangrove, yaitu :

1) Frekuensi arus pasang

Tinggi dan waktu penggenangan air pasang yang cukup

lama akan menentukan salinitas tanah. Selanjutnya

salinitas tanah ini akan menentukan kehidupan

tumbuhan mangrove.

2) Salinitas tanah

Hutan mangrove tumbuh di daerah dengan kadar garam

payau hingga asin. Tumbuhan di hutan mangrove

memiliki toleransi yang tinggi terhadap kadar garam ini.

Salinitasnya sekitar 10-30 ppm.

3) Air tanah

Kemampuan mangrove tumbuh pada air asin karena

kemampuan akar-akar tumbuhan untuk mengeluarkan

atau mensekresi garam.

4) Suhu air

Suhu air juga merupakan faktor penting yang

menentukan kehidupan tumbuhan mangrove. Menurut

22

Walsh (1974) dalam Supriharyono (2009), suhu

pembatas kehidupan mangrove adalah suhu yang rendah

dan kisaran suhu musiman. Suhu yang baik untuk

kehidupan mangrove adalah tidak kurang dari 200C.

Sedangkan kisaran musiman suhu tidak melebihi 50C.

Suhu yang tinggi (>400C) cenderung tidak

mempengaruhi pertumbuhan dan/atau kehidupan

tumbuhan mangrove.

5) Substrat tanah

Substrat tanah juga menentukan kehidupan komunitas

mangrove. Tipe substrat yang cocok untuk pertumbuhan

mangrove adalah lumpur lunak, yang mengandung silt,

clay, dan bahan-bahan organik yang lembut.

6) Aktivitas manusia

Beberapa laporan menunjukkan bahwa penebangan

mangrove di Indonesia sudah sangat intensif, terutama

akibat laku kerasnya udang windu (Penaeus monodon) di

pasaran, baik di dalam maupun luar negeri. Sehingga

banyak hutan mangrove yang dibuka dan diubah

menjadi lahan pertambakan.

2. Karakteristik Tanah

Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan

watak khas yang dapat digunakan sebagai pembeda dari tubuh

alami lainnya. Ciri dan watak tubuh tanah ini dapat diselidik dari

penampilan penampang lintang tubuh tanah (profil).

23

Penyelidikan profil ini sangat membantu penelaahan potensi

suatu tanah untuk menjadi tempat tumbuh tanaman.

Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok

material, yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota

(jasad-jasad hayati), faktor abiotik berupa bahan organik, dan

faktor abiotik berupa pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).

Umumnya sekitar 5 % penyusun tanah merupakan biomassa

(biotik dan abiotik). Meskipun hanya 5%, biomassa atau bahan

organik ini berperan sangat penting karena peran yang

dimilikinya, yaitu (Hanafiah,2014):

a. Sebagai bahan koloidal tanah, di samping koloidal liat, yang

mempengaruhi sifat-sifat kimiawi tanah seperti dalam

proses pertukaran kation dan anion, dan sifat fisik tanah

seperti struktur dan erodibilitas tanah.

b. Berperan penting sebagai sumber hara (nutrition) tanah

yang akan tersedia (available) bagi tanaman (juga mikrobia)

setelah bahan organik mengalami perombakan menjadi

senyawa-senyawa sederhana (dekomposisi dan

mineralisasi).

Semua tanaman memerlukan medium yang baik/subur

untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kesuburan

tanah merupakan kemampuan suatu tanah untuk

menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan

tertentu secara berkesinambungan untuk menunjang

pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan

24

faktor pertumbuhan lainnya dalam keadaan menguntungkan

(Poerwowidodo, 1992). Semakin tinggi ketersediaan hara,

maka tanah tersebut makin subur dan sebaliknya.

Kandungan unsur hara dalam tanah selalu berubah-ubah,

tergantung pada musim, pengolahan tanah dan jenis

tanaman (Rosmakam dan Yuwono, 2002).

Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah di mana

tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup

seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik,

kimia, dan biologi tanah (Effendi, 1995). Keadaan fisika

tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur,

kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah

meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK (Kapasitas Tukar

Kation), KB (Kejenuhan Basa), bahan organik, banyaknya

unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap

pertumbuhan tanaman. Keadaan biologi tanah antara lain

meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam

proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara.

Di bawah ini merupakan beberapa karakteristik tanah

dilihat dari sifat fisik dan kimianya.

a. Warna tanah

Warna tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan

atau komposisi mineral dan organik tanah tersebut. Selain

itu, kandungan mineral yang khas dan posisi topografi juga

akan memengaruhi warna tanah. Tanah dengan kandungan

25

organik yang tinggi akan berwarna kegelapan dengan

nuansa coklat atau hitam, dan umumnya relatif subur. Tanah

yang keputihan biasanya mempunyai tingkat kesuburan

yang rendah. Warna merah pada tanah umumnya dihasilkan

oleh kandungan hidrasi dan oksida besi (Notodarmojo,

2005).

Warna tanah dapat berpengaruh terhadap kondisi dan

sifat tanah melalui radiasi cahaya yang diserapnya. Tanah

yang berwarna hitam atau gelap akan banyak menyerap

panas dibandingkan dengan tanah yang berwarna muda.

Karena itu, tanah yang berwarna gelap atau hitam lebih

cepat menyerap panas dan lebih panas dari tanah yang

berwarna muda bila langsung terkena cahaya matahari.

Cepat dan banyaknya panas yang diterima tanah

tergantung pada warna tanah. Tanah yang berwarna gelap

lebih cepat kering dibandingkan dengan tanah yang

berwarna terang atau muda.

Warna tanah juga ikut berpengaruh terhadap suhu

dan kelembaban tanah karena kecepatan penyerapan panas

dipengaruhi oleh warna tanah. Dengan demikian warna

tanah secara tidak langsung akan menentukan kehidupan

organisme tanah (Suin, 1997).

26

b. Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan karakter fisis tanah yang

secara langsung dapat dilihat, walaupun pengukurannya

tidak semudah itu. Informasi mengenai tekstur tanah cukup

penting, karena dari tekstur tanah, secara cepat akan

diketahui sifat fisis dan kimia fisis tanah tersebut.

Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan di lapangan

dan secara lebih tepat di laboratorium. Penentuan tekstur

tanah di lapangan berdasarkan perasaan, yaitu dengan cara

merasakannya dengan tangan, sedang penentuan di

laboratorium dilakukan dengan cara memisah dan

menimbang banyaknya masing-masing fraksi tanah

tersebut.

Penentuan tekstur di lapangan dapat dilakukan sebagai

berikut : massa tanah dibasahi dengan air dan dipijat-pijat

dengan jari telunjuk dan ibu jari. Kemudian sambil dirasa-

rasakan dibentuklah bola lembab, digulung-gulung dan

dilihat daya tahannya terhadap tekanan dan kelekatannya

sewaktu jari telunjuk dan ibu jari dipisahkan. Dari hasil

pembentukan bola, gulungan kelekatan, dan rasa

licin/kasar dapat ditentukan tekstur tanah sebagai berikut

(Suin, 1997):

1. Pasir: Terasa kasar, tidak dapat dibentuk menjadi bola

gulungan, dan tidak melekat.

27

2. Pasir berlempung: Terasa kasar, dapat dibentuk menjadi

bola tetapi mudah hancur, sedikit melekat.

3. Lempung berpasir: Agak kasar, membentuk bola agak

keras, mudah hancur, dan melekat.

4. Lempung berdebu: Terasa licin dan dapat membentuk

bola, pita, dan melekat.

5. Lempung: Tidak kasar dan tidak licin, dapat membentuk

bola teguh, dapat digulung dan permukaannya

mengkilat, melekat.

6. Debu: Terasa licin sekali, dapat membentuk bola teguh,

dapat digulung dan permukaannya mengkilat, agak

melekat.

7. Lempung berkilat: Terasa agak kasar, dapat membentuk

bola agak teguh, dapat dibentuk menjadi gulungan jika

dipijit, gulungan mudah hancur, melekat.

8. Lempung liat berpasir: Terasa agak kasar, dapat

dibentuk membentuk bola agak teguh, membentuk

gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur dan

melekat.

9. Lempung liat berdebu: Terasa licin dengan jelas, dapat

membentuk bola teguh, dapat membentuk gulungan

berkilat dan melekat.

10. Liat berpasir: Terasa licin agak kasar, membentuk bola,

dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung dan

melekat.

28

11. Liat berdebu : Rasa agak licin, membentuk bola, dalam

keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung dan sangat

melekat.

12. Liat: Terasa berat, dapat membentuk bola yang baik, dan

melekat sekali.

13. Liat berat: Terasa berat sekali, dapat membentuk bola

dengan baik dan sangat melekat.

c. pH tanah

Nilai pH tanah mempunyai peran penting dalam

penyebaran kontaminan di dalam tanah. Partikel koloid

tanah yang terdiri dari mineral liat, oksida logam, hidroksida

serta organik umumnya mempunyai muatan elektrostatis.

Nilai pH dapat memengaruhi muatan elektrostatis dari suatu

partikel koloidal, dari positif ke negatif atau sebaliknya, dan

memengaruhi potensialnya.

d. Salinitas tanah

Salinitas adalah tingkat kadar garam terlarut dalam

air atau tanah yang dipengaruhi oleh pasang surut dan

intrusi air laut. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan

tanaman dapat berpengaruh secara langsung atau tidak

langsung. Pengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan

tanaman diakibatkan tingginya konsentrasi garam yang

terdapat pada tanah terutama garam NaCl dan karena

tingginya potensial osmotik larutan tanah. Sedangkan

29

pengaruh tidak langsung adalah karena buruknya terhadap

sifat fisik dan kimia tanah (Notodarmojo, 2005).

e. Kelembaban tanah atau Kadar air

Air dapat mengisi ruang pori, baik sampai memenuhi

seluruh anggota atau sebagian. Air yang mengisi tanah dapat

berupa air gravitasi atau air higroskopis, disebut sebagai

kelembaban tanah (Notodarmojo, 2005).

3. Kondisi Kelurahan Mangunharjo

Berdasarkan data laporan monografi Kelurahan

Mangunharjo tahun 2016, Kelurahan Mangunharjo merupakan

salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tugu Kota

Semarang yang berada di daerah pesisir Pantai Utara Jawa. Luas

wilayahnya adalah 482.370 Ha dan berada pada ketinggian 4

mdpl, sehingga tergolong daerah dataran rendah. Secara

administratif Kelurahan Mangunharjo mempunyai batas wilayah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Laut Jawa

b. Sebelah Timur : Kel. Mangkang Wetan

c. Sebelah Selatan : Wonosari Kec. Ngaliyan

d. Sebelah Barat : Kel. Mangkang Kulon

30

Gambar 2.4 Peta Kelurahan Mangunharjo Tugu Semarang (Sumber : http://googlemaps tanggal 14 Desember 2017)

Di Kelurahan Mangunharjo terdapat 1.619 KK dengan

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin berjumlah 6.279

jiwa. Penduduk Mangunharjo memiliki jenis pekerjaan yang

sangat beragam. Pekerjaan warga yang paling banyak menjadi

petani baik sebagai petani sendiri, petani penggarap, maupun

buruh tani sebesar 474 jiwa. Selain sebagai petani warga juga

KOTA SEMARANG

31

banyak yang menjadi buruh industri karena letaknya yang

berdekatan dengan wilayah industri Mangkang.

Selain dari dua sektor di atas warga juga bekerja sebagai

nelayan, pengrajin, pedagang, pengusaha, pegawai dan masih

banyak lagi pekerjaan yang dimiliki oleh penduduk

Mangunharjo. Secara geografis Mangunharjo merupakan

wilayah dataran rendah yang berdekatan dengan laut, tetapi

warga yang bekerja sebagai nelayan hanya sebagian kecil, warga

lebih memilih sebagai petani dan buruh industri. Warga yang

bekerja sebagai nelayan hanya 151 orang. (Sugiman, 2016)

Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Desa Mangunharjo

No. Lahan Luas (ha) 1 Sawah Tadah Hujan 69.787 2 Pemukiman 63.535 3 Pekarangan 80.727 4 Pertambakan 191.736 5 Lainnya 227.017

Jumlah 632.802

(Sumber : Ambariyanto dan Denis, 2012)

Berdasarkan tabel penggunaan lahan di atas, Kelurahan

Mangunharjo memiliki pantai dengan panjang pantai 1,96 km.

Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan (tambak), sebagai

ciri khas masyarakat pesisir cukup optimal, di mana sebagian

besar tanahnya diperuntukkan untuk tambak yaitu seluas

191.736 ha (Ambariyanto dan Denis, 2012).

32

4. Kondisi Desa Alasdowo

Desa Alasdowo adalah salah satu desa yang ada di

Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah.

Desa ini memiliki luas wilayah 408.433 ha dan memiliki

ketinggian 8 mdpl (Nadhifah, 2016), terdiri dari 3 dukuh, 4 RW

dan 31 RT. Di Desa Alasdowo terdapat 2.029 KK dengan jumlah

penduduk berdasarkan jenis kelamin berjumlah 5.684 jiwa

terdiri dari 2.876 laki-laki dan 2.810 perempuan (Muhlisin,

2016).

Mata pencaharian penduduk Desa Alasdowo mayoritas

sebagai petani, baik petani sendiri maupun buruh tani. Sebagian

besar lainnya sebagai nelayan dan sebagian kecil lain ada yang

menjadi pedagang, buruh bangunan, buruh industri, pegawai

negeri dan pengusaha. Pekerjaan sebagai nelayan masih cukup

banyak di Desa Alasdowo, hal ini dikarenakan Desa Alasdowo

merupakan daerah pesisir yang jaraknya cukup dekat dengan

laut. Berdasarkan data yang diperoleh penulis ada 122 buah

perahu motor dan 16 perahu. Di desa ini juga terdapat TPI

(Tempat Pelelangan Ikan) yang bernama TPI Alasdowo.

33 Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2014 TPI Alasdowo melakukan

pelelangan ikan sebanyak 2.279 kg (Muhlisin, 2016).

Gambar 2.5 Peta Kelurahan Alasdowo Dukuhseti Pati (Sumber : http://googlemaps tanggal 14 Desember 2017)

34

5. Sumber Belajar

Salah satu komponen dalam belajar adalah sumber

belajar. Sumber belajar (learning resources) dalam arti luas

adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang

(peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan)

terjadinya proses belajar. Menurut Winataputra (2001), sumber

belajar diartikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan

sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal

untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar

merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu

pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi peserta didik.

Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang

disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang

dapat membantu peserta didik dalam belajar sebagai

perwujudan dalam kurikulum. Bentuknya tidak terbatas dalam

bentuk cetak, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari

berbagai format yang dapat digunakan oleh peserta didik

ataupun guru (Masruroh, 2015).

a. Klasifikasi Sumber Belajar

Dalam bidang biologi selain buku pelajaran dan

laboratorium, penggunaan alam sekitar sebagai sumber

belajar sangat memungkinkan karena biologi merupakan

ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang objek dan

permasalahannya ditemukan di lingkungan sekitar. Sumber

35

belajar dapat terdiri dari berbagai macam sumber belajar

alam atau masyarakat dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan tujuan pembuatannya, AECT

(Association For Education Communication and Technology)

membagi sumber belajar menjadi dua kelompok, yaitu

Resources by Design (sumber belajar yang dirancang) dan

Resources by Utilization (sumber belajar yang dimanfaatkan).

Resources by design merupakan sumber belajar yang secara

sengaja direncanakan untuk keperluan pembelajaran.

Contohnya, buku paket, LKS, modul, petunjuk praktikum,

dan lain sebagainya. Sedangkan resources by utilization

merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang

dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Contohnya,

pasar, museum, kebun binatang, masjid, lapangan dan lain

sebagainya (Prastowo, 2014).

Sementara itu, menurut Sudjana dan Rifai (1989)

sumber belajar menurut jenisnya dibedakan menjadi enam

jenis:

1) Pesan (message), yaitu informasi yang ditransmisikan

(diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide,

fakta, arti, dan data. Pesan termasuk juga semua bidang

studi yang diajarkan kepada peserta didik.

2) Orang (people), yaitu manusia yang bertindak sebagai

penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Dalam

36

kelompok ini misalnya seorang tenaga pendidik yang

berinteraksi dengan peserta didik.

3) Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang

mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan

alat ataupun oleh dirinya sendiri.

4) Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan

untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan.

5) Teknik (techniques), prosedur atau acuan yang disiapkan

untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan

lingkungan untuk mmenyampaikan pesan.

6) Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan

disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik, maupun

lingkungan non fisik.

Pembagian lain menurut Rohani (2014) adalah

sebagai berikut:

1) Sumber belajar cetak: buku, majalah, ensiklopedi, koran,

dan lain-lain.

2) Sumber belajar non cetak: film, slide, video, boneka, dan

lain-lain.

3) Sumber belajar yang berupa fasilitas: auditorium,

perpustakaan, ruang belajar, lapangan olahraga, dan

lain-lain.

4) Sumber belajar yang berupa kegiatan: wawancara, kerja

kelompok, observasi, praktikum, dan lain-lain.

37

5) Sumber belajar yang berupa lingkungan dari

masyarakat: taman, terminal, dan lain-lain.

b. Pemilihan Sumber Belajar

Untuk pemilihan sumber belajar yang baik,

memerlukan kriteria sebagai berikut (Rohani, 2014):

1) Ekonomis

Hendaknya dalam memilih sumber belajar

mempertimbangkan segi ekonomis dalam arti realita

murah, yakni secara nominal uang atau biaya yang

dikeluarkan hanya sedikit.

2) Praktis dan sederhana

Praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan

pengadaan sampingan yang sulit dan langka. Sederhana

artinya tidak memerlukan pelayanan khusus yang

mensyaratkan keterampilan yang rumit dan kompleks.

3) Mudah diperoleh

4) Bersifat fleksibel

Fleksibel artinya sumber belajar dapat dimanfaatkan

untuk berbagai tujuan dan dapat dipertahankan dalam

berbagai situasi dan pengaruh.

5) Komponen-komponen sesuai dengan tujuan.

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan penelusuran pustaka yang

berupa buku, hasil penelitian, karya ilmiah ataupun sumber lain

38

yang dijadikan penulis sebagai rujukan atau perbandingan terhadap

penelitian yang penulis laksanakan. Dalam penelitian ini merujuk

kepada beberapa sumber sebagai rujukan perbandingan di

antaranya:

1. Jurnal Warta Rimba oleh Mahmud, Wardah dan Bau Toknok

dengan judul “Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Mangrove di

Desa Tumpapa kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong”

Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, diterbitkan pada Juni

2014

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling di mulai dari survei, penentuan zona

sampai pengambilan sampel. Kemudian sampel dianalisis di

laboratorium.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sifat fisik

tanah meliputi: tekstur tanah, warna tanah, dan permeabilitas

tanah yang berbeda pada zonasi vegetasi mangrove

mempengaruhi proses yang ada di dalam tanah sebagai media

tumbuh mangrove.

2. Jurnal Manajemen Hutan Tropika oleh Eben E. Hutahaean, Cecep

Kusmana, dan Helmy Ratna Dewi dengan judul “Studi

Kemampuan Tumbuh Anakan Mangrove Jenis Rhizophora

mucronata, Bruguiera gimnorrhiza, dan Avicennia marina pada

berbagai tingkat salinitas” Fakultas Kehutanan IPB di terbitkan

pada 1999.

39

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen di

rumah kaca IPB dengan beberapa perlakuan salinitas. kemudian

hasilnya diuji dengan Uji Duncan untuk mengetahui pengaruh

perlakuan tersebut.

Hasil penelitian ini adalah perbedaan tingkat salinitas

berpengaruh terhadap respon pertumbuhan tinggi dan respon

pertumbuhan daun pada mangrove jenis Rhizophora mucronata,

Bruguiera gimnorrhiza, dan Avicennia marina.

3. Jurnal Galung Tropika oleh Patang dengan judul “Pengaruh Sifat

Fisik dan Kimia Tanah Terhadap Komunitas Hutan Mangrove

(Kasus di Kabupaten Sinjai)” Politeknik Pertanian Negeri

Pangkap, di terbitkan pada September 2013.

Penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat

deskriptif analisis. Kemudian dilanjutkan dengan analisis

kuantitatif untuk mengetahui hubungan satu variabel dengan

variabel lainnya.

Hasil dari penelitian ini adalah parameter lingkungan

tanah berupa sifat fisika tanah yaitu tekstur tanah dan sifat

kimia tanah yaitu pH tanah terhadap pertumbuhan mangrove,

di lokasi penelitian menunjukkan pH yang rendah sekitar 6,1-6,8

namun masih relevan dengan pertumbuhan hutan mangrove.

Kemudian lokasi juga memiliki tekstur tanah lempung berdebu.

Hal ini masih layak untuk pertumbuhan mangrove, sehingga

tidak mengganggu kehidupan mangrove.

40

Berdasarkan beberapa kajian di atas ada perbedaan dengan

penelitian yang peneliti lakukan antara lain: metode yang peneliti

gunakan adalah deskriptif eksploratif kemudian hasilnya dianalisis

dengan teknik analisis deskriptif komparatif, tempat penelitian

yang berbeda; penelitian yang peneliti lakukan bertempat di Pantai

Alasdowo Dukuhseti Pati dan Pantai Mangunharjo Tugu Semarang,

parameter yang digunakan yaitu sifat fisik tanah dengan indikator

warna dan tekstur tanah dan sifat kimia tanah dengan indikator pH

dan salinitas tanah, dan hasil yang telah diperoleh disusun menjadi

sumber belajar.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka berpikir

penelitian ini adalah “ Melalui penelitian mengenai kajian kualitas

tanah kawasan hutan mangrove sebagai media tumbuh Rhizophora

sp. di Pantai Alasdowo Dukuhseti Pati dan Pantai Mangunharjo

Tugu Semarang dapat dijadikan alternatif sumber belajar materi

ekologi, diketahui tumbuhan mangrove yang sesuai dengan

karakteristik tanah yang ada dan sebagai acuan dalam konservasi

hutan mangrove”.

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Maksud dari

penelitian lapangan yaitu penelitian yang datanya diperoleh dari

lapangan, baik berupa data lisan maupun data tertulis

(dokumen)(Azwar, 2014).

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif

eksploratif. Metode deskriptif adalah proses pemecahan masalah

yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan objek penelitian

pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Eksploratif merupakan metode yang memiliki

tujuan menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang

memengaruhi terjadinya sesuatu (Arikunto, 2002). Jadi, metode

deskriptif eksploratif adalah penelitian dengan pemecahan masalah

yang digali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang

mempengaruhi terjadinya sesuatu berdasarkan fakta-fakta yang

terjadi di lapangan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan pesisir Desa Alasdowo

Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati dan kawasan pesisir Desa

Mangunharjo Kecamatan Tugurejo Kota Semarang. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2017 .

42 C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan teknik observasi,

maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu

(Arikunto,2006). Adapun sumber data yang dipakai penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber yang dapat

memberikan informasi secara langsung, serta sumber data

tersebut memiliki hubungan dengan masalah pokok penelitian

sebagai bahan informasi yang dicari (Azwar,1998). Data primer

dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sumber yang

pertama yaitu sifat-sifat fisika tanah yang meliputi : warna tanah

dan tekstur tanah, sedangkan sifat-sifat kimia tanah yang

meliputi: pH dan salinitas tanah yang diambil tiap–tiap stasiun

pengamatan.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber–sumber yang

menjadi bahan penunjang dan melengkapi dalam suatu analisis,

Data ini disebut juga data tidak langsung. Data sekunder yang

dikumpulkan yaitu kondisi umum wilayah penelitian yang

meliputi: letak, luas wilayah, jumlah penduduk, dan mata

pencaharian. Data ini diperoleh secara langsung dari perangkat

desa dan literatur yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan.

43

D. Fokus Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah analisis kualitas tanah sebagai

media pertumbuhan Rhizophora sp. di Pantai Alasdowo dan Pantai

Mangunharjo. Data yang diperoleh dengan mengambil langsung

sampel tanah di lokasi penelitian dengan indikator tekstur, warna,

pH, dan salinitas tanah kemudian dianalisis di laboratorium dengan

referensi yang berkaitan.

Pada penelitian ini, hasil dari analisis kualitas tanah di Pantai

Alasdowo dan Pantai Mangunharjo selanjutnya akan diolah menjadi

booklet yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar pada materi

ekologi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive

Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah tanah

pesisir Pantai Alasdowo dan Mangunharjo. Pengambilan sampel

tanah pada kisaran kedalaman tanah 15-35 cm (top soil) atau lebih,

lapisan ini merupakan bagian yang amat penting, pada lapisan inilah

terkandung humus atau bahan-bahan organik serta variabel zat-zat

hara mineral yang sangat diperlukan bagi tanaman (Kartasapoetra,

2010). Sampel tanah diambil dari beberapa titik pada lokasi

pengambilan sampel yang telah ditentukan. Sampel tanah yang

diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di lokasi

pengambilan sampel. Sampel tanah tersebut digunakan untuk

pengujian warna tanah, tekstur tanah, pH tanah dan salinitas tanah.

44

Proses pengambilan sampel menggunakan bahan, alat dan

prosedur pengambilan sampel sebagai berikut :

1. Bahan

Bahan yang digunakan adalah tanah yang diambil dari

Pantai Alasdowo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati dan

Pantai Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu : Cangkul; digunakan

untuk menggali tanah yang akan diukur dan diambil sampelnya,

meteran dan rafia; digunakan untuk mengukur jarak antara

transek sampel, alat tulis; digunakan untuk mencatat hasil

pengukuran, kamera; digunakan untuk mendokumentasikan

proses penelitian dan hasil pengukuran, botol; digunakan untuk

tempat tanah, Cool box; digunakan untuk membawa sampel

tanah dari lokasi penelitian ke laboratorium agar tidak terjadi

penguapan, Soil tester; digunakan untuk mengukur pH tanah.

3. Prosedur Kerja

a. Survei

Survei dilakukan untuk melihat kondisi lapangan atau

lokasi penelitian (pra-riset) secara langsung.

b. Penentuan Stasiun Penelitian

Stasiun pengamatan ditetapkan sebanyak 3 stasiun

dengan area sepanjang transek garis yang dibentangkan dari

arah laut menuju daratan. Setiap stasiun ditentukan 2 plot

45

transek. Masing-masing plot transek berjarak 20 meter,

sedangkan jarak antar stasiun sekitar 10 meter.

Gambar 3.1. Skematik penempatan transek pengukuran sampel tanah di lokasi pengamatan

Keterangan:

: Stasiun 1 (transek I dan II)

: Stasiun 2 (transek I dan II)

: Stasiun 3 (transek I dan II)

c. Sampling Data Utama

Data utama dalam penelitian ini adalah sifat fisika tanah

dengan indikator yaitu warna dan tekstur tanah dan sifat

kimia tanah dengan indikator pH dan salinitas tanah.

Adapun cara kerja pengambilan / penghitungan sampel

adalah sebagai berikut :

46

1. Warna tanah

Warna tanah ditentukan dengan melihat sampel

tanah yang telah didokumentasikan kemudian dianalisis

dengan Color Soil Chart. Color Soil Chart merupakan

aplikasi yang digunakan untuk membandingkan warna

tanah. Aplikasi ini diperoleh dari Play Store pada tanggal

15 November 2017 diunggah oleh Luca Innocenti.

2. Tekstur tanah

Tekstur tanah ditentukan dengan cara mengambil

sampel tanah kemudian dianalisis berdasarkan referensi

yang ada yaitu teknik penentuan tekstur tanah di

lapangan yang dikemukakan oleh Suin (1997).

Penentuan tekstur di lapangan dapat dilakukan

sebagai berikut : massa tanah dibasahi dengan air dan

dipijat-pijat dengan jari telunjuk dan ibu jari. Kemudian

sambil dirasa-rasakan dibentuklah bola lembab,

digulung-gulung dan dilihat daya tahannya terhadap

tekanan dan kelekatannya sewaktu jari telunjuk dan ibu

jari dipisahkan. Dari hasil pembentukan bola, gulungan

kelekatan, dan rasa licin/kasar dapat ditentukan tekstur

tanah sebagai berikut:

a. Pasir: Terasa kasar, tidak dapat dibentuk menjadi

bola gulungan, dan tidak melekat.

b. Pasir berlempung: Terasa kasar, dapat dibentuk

menjadi bola tetapi mudah hancur, sedikit melekat.

47

c. Lempung berpasir: Agak kasar, membentuk bola

agak keras, mudah hancur, dan melekat.

d. Lempung berdebu: Terasa licin dan dapat

membentuk bola, pita, dan melekat.

e. Lempung: Tidak kasar dan tidak licin, dapat

membentuk bola teguh, dapat digulung dan

permukaannya mengkilat, melekat.

f. Debu: Terasa licin sekali, dapat membentuk bola

teguh, dapat digulung dan permukaannya mengkilat,

agak melekat.

g. Lempung berkilat: Terasa agak kasar, dapat

membentuk bola agak teguh, dapat dibentuk

menjadi gulungan jika dipijit, gulungan mudah

hancur, melekat.

h. Lempung liat berpasir: Terasa agak kasar, dapat

dibentuk membentuk bola agak teguh, membentuk

gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur dan

melekat.

i. Lempung liat berdebu: Terasa licin dengan jelas,

dapat membentuk bola teguh, dapat membentuk

gulungan berkilat dan melekat.

j. Liat berpasir: Terasa licin agak kasar, membentuk

bola, dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah

digulung dan melekat.

48

k. Liat berdebu : Rasa agak licin, membentuk bola,

dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung

dan sangat melekat.

l. Liat: Terasa berat, dapat membentuk bola yang baik,

dan melekat sekali.

m. Liat berat: Terasa berat sekali, dapat membentuk

bola dengan baik dan sangat melekat.

3. pH tanah

Alat yang digunakan untuk mengukur pH tanah

menggunakan soil tester. Alat ini bisa digunakan untuk

mengukur pH dan kelembaban tanah. Pada alat ini pH

memiliki skala 3-8 dan kelembaban tanah memiliki skala

1-8. Adapun langkah kerjanya sebagai berikut:

a) Menancapkan soil tester ke dalam tanah yang ingin

diteliti

b) Melihat skala pH yang ada diatas soil tester

c) Melihat nilai pada soil tester. Nilai yang ada di atas soil

tester menunjukkan nilai pH tanah 3-8 dan nilai yang

bawah menunjukkan nilai kelembaban tanah (dalam

%)

4. Salinitas tanah

Salinitas tanah dihitung dengan cara mengambil

sampel tanah kemudian dianalisis di Wahana

Laboratorium Universitas Diponegoro. Adapun bahan,

alat, dan prosedur kerjanya sebagai berikut:

49

1. Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu: neraca analitik, botol

kocok 100 ml, dispenser 50 ml/gelas ukur, mesin

pengocok, labu semprot 500 ml, dan konduktometer.

2. Bahan

a) Air bebas ion yang bebas CO2

Air bebas ion didihkan dan didinginkan sebelum

digunakan untuk membuat semua pereaksi

penetapan DHL (Daya Hantar listrik).

b) Larutan baku NaCl 0,010 M atau KCl 0,010 M

Menimbang 0,5844 g NaCl pada alat yang telah

dikeringkan pada 105 0C selama 2 jam atau

0,7455 g KCl pada alat yang telah dikeringkan

pada 110 0C selama 2 jam kemudian dimasukkan

dalam labu ukur 1 l, larutkan dengan air bebas

ion hinggs 1 l.

c) Sampel tanah Pantai Alasdowo dan Pantai

Mangunharjo

3. Prosedur kerja

Menimbang 10,00 g sampel tanah ke dalam botol

kocok, menambahkan 50 ml air bebas ion, mengocok

sampel tanah dan air bebas ion tersebut dengan

mesin pengocok selama 30 menit, mengukur DHL

suspensi tanah dengan konduktometer yang telah di

kalibrasi menggunakan larutan baku NaCl dan baca

50

hasil pengukuran (Rayment & Higginson (1992) dan

Van Reeuwijk (1993)).

d. Sampling Data Pendukung

Data pendukung yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kondisi umum wilayah penelitian yang meliputi:

letak, luas wilayah, topografi, iklim, dan data dari literatur

yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Data

ini diperoleh dari kepala desa maupun perangkatnya serta

literatur lain yang berhubungan.

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan digunakan untuk memastikan kevalidan data yang

terkumpul. Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah triangulasi (sumber data, teknik

pengumpulan data dan waktu penelitian), pengecekan kecukupan

referensi, dan konfirmasi dengan ahli lain.

Sumber data dalam penelitian sebagian besar berasal dari

sumber primer, yaitu sumber data yang didapatkan langsung saat

penelitian. Sumber data tersebut hasil dari sampling, wawancara

pengumpulan data dari penduduk dan pemerintah setempat sebagai

pokok penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara

manual dan menggunakan alat soil tester dan konduktometer.

Kemudian data dianalisis dengan referensi yang relevan dan di

laboratorium, untuk parameter salinitas sampel dianalisis di

Laboratorium Wahana. Penelitian ini dilakukan ketika air laut

51

sedang surut, karena ketika air sedang pasang lokasi penelitian

tergenang air laut sehingga tanah yang akan diteliti terendam oleh

air laut.

Pengambilan data pada pemerintahan setempat yaitu berupa

data-data yang dimiliki pemerintahan yang bisa dijadikan sebagai

rujukan dalam penelitian, seperti peta, monografi desa, dan data

administrasi desa.

Referensi yang digunakan dalam penelitian berupa sumber-

sumber yang relevan untuk menunjang penelitian. Referensi-

referensi tersebut berupa buku materi, buku pedoman, jurnal,

skripsi, tesis, dan web yang relevan.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan teknik

analisis deskriptif komparatif. Analisis deskriptif bertujuan

memberikan penjelasan mengenai subjek penelitian berdasarkan

data dari variabel yang diperoleh dari subjek yang diteliti (Azwar,

2014). Analisis komparatif bertujuan untuk membandingkan

perbedaan antara variabel yang diperoleh dari subjek penelitian

(Sanjaya, 2013). Jadi, analisis deskriptif komparatif bertujuan untuk

memberikan penjelasan dan membandingkan subjek penelitian

berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek

yang diteliti.

Metode yang digunakan untuk mengomparasikan data yaitu

dengan analisis klaster (Cluster analysis). Analisis klaster adalah

teknik analisis statistik yang berguna untuk mengelompokkan

52

objek-objek atau variabel berdasarkan kesamaan karakteristik

diantara objek-objek atau variabel tersebut. Data yang diperoleh

dijadikan data numerik, memilih ukuran jarak, memilih prosedur

pengclusteran, menentukan banyaknya cluster, dan

menginterpretasikan cluster yang terbentuk (Laeli, 2014).

H. Langkah Penyusunan Booklet Sebagai Sumber Belajar Biologi

Dari hasil penelitian, selanjutnya akan dikemas menjadi

sumber belajar biologi dengan mengidentifikasi persoalan, proses

produk penelitian dan menyajikan dalam bentuk booklet.

Adapun langkah-langkah penyusunan booklet sebagai

sumber belajar sebagai berikut:

1. Menentukan judul buku sesuai dengan standar-standar

kompetensi

Judul buku ditentukan berdasarkan materi pokok ekologi. Judul

booklet tersebut adalah Karakteristik tanah mangrove

Rhizophora sp. Pantai Mangunharjo Tugu Semarang dan

Pantai Alasdowo Dukuhseti Pati

2. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan

Referensi digunakan dalam penyusunan booklet di antaranya

buku identifikasi mangrove, jurnal penelitian, buku dan internet.

3. Memperhatikan kalimat dengan menyesuaikan usia dan

pengalaman pembaca

Pembuatan booklet ini sasarannya adalah untuk jenjang

perguruan tinggi. Penulis mencoba menggunakan kalimat yang

mudah dipahami oleh pembaca.

53

4. Memberi ilustrasi gambar

Booklet diberi ilustrasi gambar guna mendukung penjelasan

materi yang disajikan. Gambar yang ditampilkan tidak berbau

SARA, bias gender, ataupun rasisme. Karena, bisa menimbulkan

kontraproduktif terhadap manfaat dari gambar itu sendiri.

5. Menguji kelayakan booklet pada ahli dan pengguna.

I. Uji Kelayakan Hasil Penyusunan Booklet Sebagai Sumber

Belajar

Kelayakan desain booklet ini diujikan pada ahli media, ahli

materi dan pengguna menggunakan kuesioner (angket) yang hasil

datanya akan diolah dalam bentuk persentase yang digunakan

sebagai acuan kelayakan booklet.

a. Uji Validasi Ahli

Validasi ahli dilihat dari dua aspek, yaitu aspek materi dan

grafika atau tampilan media. Instrumen validasi booklet ini

mengadaptasi aturan yang telah ditetapkan oleh BSNP (Badan

Standar Nasional Pendidikan) sehingga instrumen tersebut dapat

dikategorikan dalam kategori layak untuk digunakan sebagai

suatu instrumen. Instrumen yang dibuat berupa angket tertutup

dimana jawaban telah disediakan dan berupa rating scale (skala

bertingkat) dengan kriteria sebagai berikut:

54

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian

Skala Kategori 5 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup 2 Kurang Baik 1 Sangat Kurang

Selanjutnya dari hasil penelitian tersebut, data hasil kelayakan

booklet dianalisis dengan deskriptif persentase, dengan rumus:

% =

x 100%

Keterangan :

% : Presentase skor

n : Jumlah skor

N : Jumlah skor total

Keterangan penentuan jenjang kualifikasi kriteria kelayakan

ditentukan dalam Tabel 3.2 yang diadaptasi dari Riduwan (2007)

berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan

Persentase Kategori 81-100% Sangat Layak 61-80% Layak 41-60% Kurang Layak 21-40% Tidak Layak 0-20% Sangat Tidak Layak

b. Analisis Tanggapan Mahasiswa / Pengguna

Data tanggapan pengguna diperoleh melalui angket tertutup

dimana jawaban telah disediakan dan menggunakan bentuk

55

rating scale (skala bertingkat) yang diberikan kepada 30

mahasiswa. Indikator tanggapan mahasiswa dapat dilihat pada

tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Indikator Tanggapan Mahasiswa

Skala Kategori 5 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup 2 Kurang Baik 1 Sangat Kurang

Selanjutnya dari hasil penelitian tanggapan mahasiswa tersebut

terhadap kelayakan booklet dianalisis dengan deskriptif persentase,

dengan rumus:

% =

x 100%

Keterangan :

% : Presentase skor

n : Jumlah skor

N : Jumlah skor total

Keterangan penentuan jenjang kualifikasi kriteria kelayakan

ditentukan dalam Tabel 3.4 yang diadaptasi dari Riduwan (2007)

berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Kelayakan

Persentase Kategori 81-100% Sangat Layak 61-80% Layak 41-60% Kurang Layak 21-40% Tidak Layak 0-20% Sangat Tidak Layak

56

Booklet dikatakan layak digunakan sebagai sumber belajar

apabila:

a. Hasil penilaian kelayakan booklet oleh ahli materi dan ahli media

menunjukkan bahwa booklet tersebut layak untuk digunakan

sebagai sumber belajar.

b. Hasil tanggapan mahasiswa menunjukkan bahwa booklet layak

untuk digunakan.

57

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan pemaparan dan penggambaran

yang dihasilkan selama proses penelitian. Kajian deskripsi dalam

penelitian ini antara lain pengukuruan sifat fisik dan kimia tanah

pesisir serta desain booklet ekologi tanah mangrove Rhizophora sp.

di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati dan Pantai

Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang.

Indikator sifat fisik tanah yang diukur yaitu tekstur dan

warna tanah dan sifat kimia tanah dengan indikator pH dan salinitas

tanah. Pengukuran dan pengambilan sampel tanah pada kedua

lokasi penelitian terbentang mulai dari arah laut menuju ke daratan

dan berdekatan dengan DAS (Daerah Aliran Sungai).

Pengukuran sampel tanah dilakukan di transek-transek yang

telah ditentukan, akan tetapi pengukuran sampel tanah dengan

indikator salinitas tanah diukur dan dianalisis di laboratorium

karena keterbatasan alat.

B. Analisis Data

1. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain

dalam kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan

tanaman dan menyimpan air.

58

Data hasil penelitian tekstur dan warna tanah di Pantai

Alasdowo dan Pantai Mangunharjo sebagai berikut:

a. Tekstur tanah

Gambar a Gambar b Tanah berpasir Tanah berpasir Stasiun 1 Transek 1 Stasiun 1 Transek 2

Gambar c Gambar d Tanah berpasir Tanah berpasir Stasiun 2 Transek 1 Stasiun 2 Transek 2

59

Gambar e Gambar f Tanah lempung Tanah lempung berpasir Stasiun 3 Transek 1 Stasiun 3 Transek 2

Gambar 4.1

Foto tekstur dan warna tanah Pantai Alasdowo

Gambar a Gambar b

Tanah lempung berpasir Tanah berpasir

Stasiun 1 Transek 1 Stasiun 1 Transek 2

60

Gambar c Gambar d

Tanah lempung Tanah lempung

Stasiun 2 Transek 1 Stasiun 2 Transek 2

Gambar e Gambar f Tanah lempung Tanah lempung Stasiun 3 transek 1 Stasiun 3 transek 2

Gambar 4.2

Foto tekstur dan warna tanah Pantai Mangunharjo

61

Tabel 4.1 Data hasil penelitian tekstur tanah di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III

TRANSEK I

TRANSEK II

TRANSEK I

TRANSEK II

TRANSEK I

TRANSEK II

1. Tekstur tanah

Berpasir Berpasir Berpasir Berpasir Lempung Lempumg berpasir

Tabel 4.2 Data hasil penelitian tekstur tanah di Pantai Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II 1. Tekstur

tanah Lempumg berpasir

Berpasir Lempung Lempung Lempung Lempung

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa dari kedua lokasi penelitian memiliki

perbedaan substrat tanah. Pantai Alasdowo pada stasiun 1 (I

dan II), stasiun 2 (I dan II) memiliki substrat tanah berpasir,

stasiun 3 (I) memiliki substrat tanah berlempung sedangkan

stasiun 3 (II) memiliki substrat tanah lempung berpasir.

Pada lokasi Pantai Mangunharjo memiliki substrat yang

lebih halus, pada stasiun 1 (I) memiliki substrat tanah

lempung berpasir, stasiun 1 (II) memiliki substrat tanah

berpasir, stasiun 2 (I dan II) dan stasiun 3 (I dan II) memiliki

substrat lempung.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa

tekstur tanah di Pantai Alasdowo berupa tanah berpasir,

lempung, dan lempung berpasir dan Pantai Mangunharjo

62

tekstur tanah berupa lempung berpasir, berpasir, dan

lempung. Berdasarkan tekstur tanah sesungguhnya dapat

ditanami mangrove Rhizophora sp.. Alik, dkk (2012)

menyatakan bahwa jenis Rhizophora sp. umumnya mampu

hidup pada substrat berlumpur dan berpasir.

Berdasarkan hasil dari pengukuran parameter

lingkungan berupa tekstur tanah di Pantai Alasdowo dapat

dikatakan bahwa pada jarak ± 20-30 m dari arah laut, jenis

Rhizophora sp. yang memungkinkan untuk tumbuh adalah

dari jenis Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa. Dan

pada jarak ± 40 m jenis Rhizophora yang bisa tumbuh

dengan baik adalah Rhizophora apiculata dan Rhizophora

mucronata. Sedangkan di Pantai Mangunharjo. Rhizophora

mucronata dan Rhizophora stylosa bisa tumbuh pada jarak ±

20 m dari arah laut. Sedangkan pada jarak ± 30 – 40 m dari

arah laut yang memungkinkan tumbuh adalah Rhizophora

apiculata dan Rhizophora mucronata.

Sosia, dkk. (2014) menyatakan, bahwa Rhizophora

apiculata tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan

tergenang pada saat pasang normal, tidak menyukai substrat

yang lebih keras yang bercampur pasir. Sedangkan

Rhizophora mucronata tumbuh di areal yang sama dengan

Rhizophora apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat

yang lebih keras dan pasir. Pertumbuhan optimal pada areal

yang tergenang dalam serta tanah yang kaya akan humus.

63

Aksornkoae (1993) dalam Alik, dkk (2012) menyatakan

bahwa Rhizhophora mucronata akan tumbuh dengan baik

pada tipe substrat lumpur yang relatif tebal, pH tanah

berkisar 6,2-6,6, serta berkembang dengan baik pada

kisaran salinitas 10-30 0/00. Adapun Rhizophora stylosa

memiliki habitat dari tanah yang berlumpur, pasir, sampai

pecahan batu atau karang. Bakau ini juga ditemukan mulai

dari tepi pantai hingga daratan yang mengering (Tjandra,

2011). Kint (1934) dalam Noor, dkk. (2012), menyatakan

bahwa di Indonesia Rhizophora stylosa dapat tumbuh baik

pada pantai berpasir atau bahkan pantai berbatu.

Flora mangrove dalam beradaptasi dengan

habitatnya yang berupa substrat lumpur dan selalu

tergenang dengan membentuk akar-akar khusus untuk

dapat tumbuh dengan kuat dan membantu mendapatkan

oksigen. Rhizophora sp. menggunakan akar tunjang dan akar

gantung untuk beradaptasi pada substrat yang berupa

lumpur dan selalu tergenang. Akar tunjang keluar dari

batang dan tumbuh ke dalam substrat sedangkan akar

gantung tumbuh dari batang tetapi biasanya tidak mencapai

substrat.

Perbedaan tekstur tanah pada lokasi penelitian

tentunya berpengaruh dalam kesuburan tanah, karena

tekstur tanah berhubungan dengan pertukaran dan

penyanggaan (penahanan) ion-ion hara tanaman dalam

64

tanah. Substrat berpasir memiliki kemampuan menyerap ion

dan air sangat rendah, hal ini tentunya berpengaruh pada

kemampuan tanah menyimpan cadangan air atau unsur hara

di dalam tanah. Jika mangrove kekurangan air dan unsur

hara maka tanaman layu/kering bahkan mati. Berbeda

dengan substrat lempung atau liat yang memiliki tekstur

lebih halus sehingga memiliki diameter yang lebih kecil dari

pada pasir. Hal ini yang menjadikan substrat liat atau

lempung memiliki kemampuan yang baik dalam menahan

air dan unsur hara yang kemudian digunakan oleh mangrove

untuk proses metabolisme.

b. Warna tanah

Hasil penelitian warna tanah di Pantai Alasdowo dan

Pantai Mangunharjo sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data hasil penelitian warna tanah di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II 1. Warna

tanah Hitam Hitam Hitam Hitam Abu-abu Abu-abu

Tabel 4.4 Data hasil penelitian warna tanah di Pantai

Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II 1. Warna

tanah Hitam

kecoklatan Hitam Abu-abu Hitam

kecoklatan Hitam

kecoklatan Hitam

kecoklatan

65

Warna tanah ditentukan dengan cara

membandingkan warna sampel tanah yang terlihat dengan

warna baku yang ada pada aplikasi Soil Color Chart

(Innocenti, 2012). Hasil pengamatan warna tanah pada

masing-masing transek pada 2 lokasi dapat ditentukan

bahwa tanah Pantai Alasdowo berwarna abu-abu – hitam

dengan gradasi warna yang berbeda tetapi hampir sama

pada masing-masing transek, foto warna tanah dapat dilihat

pada Gambar 4.1 pada halaman 57. Pantai Mangunharjo

pada stasiun 1 transek 1 dan 2 memiliki warna hitam dengan

gradasi warna yang berbeda juga transek 2 memiliki gradasi

warna yang lebih gelap dari transek 1. Pada stasiun 2

transek 1 tanah memiliki warna abu-abu dan stasiun 1

transek 1, stasiun 3 transek 1 dan 2 memiliki perpaduan

warna antara hitam dan coklat yang tidak menyatu. Foto

warna tanah dapat dilihat pada Gambar 4.2 pada halaman

58.

Perbedaan warna pada masing-masing lokasi

penelitian menurut Notodarmojo (2005), dipengaruhi oleh

kandungan dan komposisi mineral serta posisi topografi

tanah. Tanah dengan kandungan organik yang tinggi akan

berwarna kegelapan dengan nuansa coklat atau hitam, dan

umumnya relatif subur. Tanah yang berwarna keputihan

biasanya memiliki tingkat kesuburan yang rendah.

66

Warna merah pada tanah umumnya dihasilkan dari

kandungan hidrasi dan oksida besi. Warna kekuningan yang

umumnya terdapat pada tanah di bawah permukaan

(subsoil) yang kurang baik drainase dan aerasinya. Apabila

tanah terendam air (jenuh) dengan kadar oksigen yang

rendah, maka besi akan direduksi dan menghasilkan warna

tanah yang abu-abu mendekati biru. Warna keputihan dapat

disebabkan kandungan kapur yang berlebihan.

Tanah yang telah diamati memiliki warna yang tidak

murni artinya pada satu lapisan ada warna gelap coklat

kekuningan atau bahkan karena campuran dari warna-

warna tersebut muncul warna baru. Hanafiah (2014)

mengatakan bahwa kebanyakan tanah memiliki warna tanah

yang tidak murni karena merupakan campuran dari

beberapa warna dan menurut Notodarmojo (2005) bahwa

sering ditemui di lapangan suatu horizon tanah mempunyai

warna yang dominan tetapi juga dijumpai pada suatu

horizon mempunyai beberapa warna atau mungkin juga

memiliki spot warna yang berbeda, seperti bintik-bintik

(mottled). Hal ini disebabkan karena sistem drainase dan

aerasi yang kurang merata.

2. Sifat Kimia Tanah

a. Reaksi Tanah (pH)

Tabel hasil pengukuran pH di lokasi penelitian sebagai

berikut:

67

Tabel 4.5 Data hasil pengukuran pH tanah di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III

TRANSEK I

TRANSEK II

TRANSEK I

TRANSEK II

TRANSEK I

TRANSEK II

1. pH ± 5,2 ± 5 ± 6,2 ± 6,4 ± 6,2 ± 6,4

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran pH tanah di Pantai Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II 1. pH ± 5,8 ± 5,4 ± 6,4 ± 6,2 ± 6,4 ± 6,4

Hasil pengukuran pH di lokasi penelitian, Pantai

Alasdowo memiliki kisaran pH 5 - 6,4 dan Pantai

Mangunharjo memiliki kisaran pH 5,4-6,4. Hasil pengukuran

kedua lokasi tersebut kisaran nilai pH masih dalam batas

toleransi mangrove, karena secara umum mangrove dapat

hidup pada pH berkisar 5 - 8,5 (Widyastuti dan Wahyu,

1998). Aksornkoae (1993) dalam Alik, dkk (2012), juga

menyatakan bahwa Rhizophora mucronata akan tumbuh

dengan baik pada kisaran pH 6,2-6,6.

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau

alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH

menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di

dalam tanah. Semakin tinggi ion H+ di dalam tanah, maka

semakin masam tanah tersebut.

68

Mikroorganisme memiliki peranan penting di dalam

tanah, karena mereka yang berperan dalam mengubah atau

melakukan transformasi zat organik sisa tumbuhan atau

hewan menjadi nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

Aktivitas metabolisme mikroorganisme dipengaruhi

oleh pH. Selain berpengaruh pada reaksi abiotik pH juga

berpengaruh pada reaksi biotik. Parameter pH akan

mempengaruhi kemampuan fungsi-fungsi sel, seperti

transport melalui membran sel, keseimbangan reaksi yang

terkatalis oleh enzim. Hampir semua mikroorganisme akan

tumbuh baik pada pada pH mendekati normal (sekitar 7)

(Notodarmojo, 2005).

b. Salinitas tanah

Hasil analisis tanah di laboratorium dengan

parameter salinitas tanah di lokasi penelitian dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7 Data hasil pengukuran salinitas di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II

1. SALINITAS 11,45 11,78 12,40 13,02 12,33 12,41

69

Tabel 4.8 Data hasil pengukuran salinitas di Pantai

Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III

TRANSEK I

TRANSEK II

TRANSEK I

TRANSEK II

TRANSEK I

TRANSEK II

1. SALINITAS 12,34 10,90 13,24 14,02 12,67 11,28

Tabel hasil pengukuran pH diatas menunjukkan

bahwa kualitas tanah di lokasi penelitian di Pantai

Mangunharjo dan Pantai Alasdowo memiliki kualitas tanah

yang baik sebagai tempat tumbuhnya mangrove khususnya

jenis Rhizophora sp.. Salinitas tanah di Pantai Mangunharjo

berkisar antara 10,90-14,02. Sedangkan salinitas tanah di

Pantai Alasdowo berkisar antara 11,45-13,02. Nilai salinitas

ini masih sangat cocok untuk pertumbuhan hampir semua

mangrove khususnya Rhizophora sp.. Bengen dan Datton

(2004) dalam Alik (2012) menyatakan bahwa Rhizophora sp.

berkembang baik pada kisaran salinitas 10-30 0/00. Menurut

Hutahaean (1999), untuk melihat pertumbuhan jenis

Rhizophora mucronata pertumbuhan tinggi yang baik

diperoleh pada salinitas 7,5-15. Kusmana (1983) dalam

Hutahaean (1993) juga menyatakan kisaran salinitas untuk

Rhizophora mucronata adalah 12-30 0/00.

Tumbuhan mangrove dapat berkembang pada

kondisi lingkungan yang ekstrim, akan tetapi setiap

tumbuhan mangrove mempunyai kemampuan yang berbeda

untuk mempertahankan diri terhadap kondisi

70

lingkungannya. Pada lokasi penelitian memiliki waktu

pasang surut yang berbeda. Berdasarkan data yang

diperoleh peneliti bahwa di Pantai Mangunharjo terjadi

pasang air laut hampir setiap hari yang terjadi pada siang

hari dan surut pada sore menjelang malam hari. Pantai

Alasdowo juga terjadi air pasang hampir setiap hari, tetapi

dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu mulai pagi hari

dan akan surut pada tengah malam hari. Tinggi dan waktu

penggenangan air pasang yang cukup lama inilah yang akan

menentukan salinitas tanah.

Menurut Notodarmojo (2005), kadar garam terlarut

akan mempengaruhi tekanan osmotis dari larutan air tanah

atau kelembaban yang ada. Hal ini akan mempengaruhi

mikroorganisme yang ada dalam tanah. Seperti diketahui

bahwa mikroorganisme mempunyai membran yang sangat

berperan penting dalam metabolismenya. Berubahnya

tekanan osmotis, maka transport substrat atau nutrisi yang

melalui sel membrane akan terpengaruh juga. Tekanan

osmosis dalam sel harus lebih tinggi bila dibandingkan

dengan larutan tanah di sekitarnya sehingga aliran akan

masuk ke dalam sel. Apabila tekanan osmosis dalam sel lebih

rendah dibandingkan dengan larutan tanah di sekitarnya

maka aliran yang berisi substrat atau nutrisi tidak akan

masuk ke dalam sel. Kadar garam juga berpengaruh

terhadap mangrove. Kadar garam yang sangat tinggi dapat

71

menimbulkan tekanan osmotik yang negatif. Akibatnya,

tajuk mangrove semakin jauh dari tepian secara umum

menjadi kerdil dan berkurang komposisi jenisnya.

Syah (2011) menyatakan bahwa Rhizophora sp

memiliki beberapa cara untuk beradaptasi terhadap

kandungan garam antara lain:

1) Sekresi garam (Salt Extrusion / Salt Secretion)

Yaitu menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian

mensekresikan garam dengan kelenjar garam yang

terdapat pada daun.

2) Mencegah masuknya garam (Salt Exclusion)

Yaitu menyerap air tetapi mencegah masuknya garam

melalui saringan (ultra filter) yang terdapat pada akar.

3) Akumulasi garam (Salt Accumulation)

Mangrove seringkali menyimpan Na dan Cl pada bagian

kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua. Daun

penyimpan garam ini umumnya sukulen dan

pengguguran daun sukulen ini diperkirakan merupakan

mekanisme mengeluarkan kelebihan garam yang dapat

menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah.

72

Hasil pengukuran sampel secara keseluruhan pada kedua

lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9 Data hasil penelitian kualitas tanah di Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III Batas Toleransi TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II 1. TEKSTUR

TANAH Berpasir Berpasir Berpasir Berpasir Lempung Lempung

berpasir -

2. WARNA TANAH

Hitam Hitam Hitam Hitam Abu-abu Abu-abu -

3. pH ± 5,2 ± 5 ± 6,2 ± 6,4 ± 6,2 ± 6,4 5-8,5 4. SALINITAS

(mS/cm) 11,45 11,78 12,40 13,02 12,33 12,41 10-30

Berdasarkan Tabel 4.9 asil pengukuran kualitas tanah

dengan indikator pH dan salinitas, memiliki rata-rata pH pada

stasiun 1 : ±5,1, stasiun 2 : ±6,3, stasiun 3 : ±6,3. Salinitas dengan

rata-rata stasiun 1 : 11,58 ppm, stasiun 2 : 12,71 ppm, stasiun 3 :

12,37 ppm.

Tabel 4.10 Data hasil penelitian kualitas tanah di Pantai Mangunharjo Kec. Tugu Kota Semarang

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III Batas Toleransi TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II TRANSEK

I TRANSEK

II 1. TEKSTUR

TANAH Lempung Berpasir

Berpasir Lempung Lempung Lempung Lempung -

2. WARNA TANAH

Hitam kecoklatan

Hitam Abu-abu Hitam kecoklatan

Hitam Kecoklata

n

Hitam Kecoklata

n

-

3. pH ± 5,8 ± 5,4 ± 6,4 ± 6,2 ± 6,4 ± 6,4 5-8,5 4. SALINITAS 12,34 10,90 13,24 14,02 12,67 11,28 10-30

Berdasarkan Tabel 4.10 hasil pengukuran tanah dengan

indikator pH dan salinitas pada lokasi penelitian memiliki rata-

73

rata pH pada stasiun 1 : 5,6, stasiun 2 : 6,3, stasiun 3 : 6,4.

Salinitas dengan rata-rata stasiun 1 : 11,62 ppm, stasiun 2 :

13,63 ppm, stasiun 3 : 11,97 ppm.

Hasil penelitian sifat fisik dengan parameter tekstur dan

warna tanah dan sifat kimia tanah dengan parameter pH dan

salinitas tanah pada kedua lokasi penelitian ada beberapa

perbedan akan tetapi perbedaan tersebut masih dalam batas

toleransi faktor pertumbuhan Rhizophora sp. Perbedaan

pertumbuhan Rhizophora sp. pada kedua lokasi tersebut dapat

disebabkan oleh faktor fisika-kimia lainnya yang tidak diteliti

dalam penelitian ini karena keterbatasan peneliti. Menurut

Supriharyono (2009) ada faktor yang lebih penting lagi dalam

menentukan kehidupan dan kelestarian ekosistem mangrove

selain faktor fisik-kimia yaitu aktivitas manusia.

3. Perbandingan kualitas tanah berdasarkan

pengelompokannya

Kualitas tanah yang diperoleh dianalisis menggunakan

analisis klaster (Cluster analysis) dengan aplikasi SPSS 16 untuk

mengelompokkan kualitas tanah di Pantai Alasdowo dan Pantai

Mangunharjo berdasarkan kedekatan karakter yang dimiliki.

Hasil dari analisis ini adalah berupa dendogram yang dapat

dilihat pada gambar 4.11.

74

Gambar 4.3. Dendogram hasil analisis klaster (Cluster analysis) kualitas tanah di Pantai Alasdowo dan Pantai Mangunharjo.

Label Keterangan

1 Stasiun 1 Transek 1

Pantai Alasdowo

2 Stasiun 1 Transek 2 3 Stasiun 2 Transek 1 4 Stasiun 2 Transek 2 5 Stasiun 3 Transek 1 6 Stasiun 3 Transek 2 7 Stasiun 1 Transek 1

Pantai

Mangunharjo

8 Stasiun 1 Transek 2 9 Stasiun 2 Transek 1

10 Stasiun 2 Transek 2 11 Stasiun 3 Transek 1 12 Stasiun 3 Transek 2

Gambar 4.11. Label Uji Klaster

Kualitas tanah dari kedua lokasi berdasarkan dendogram

hasil analisis klaster (Cluster analysis) di atas dapat dibagi

menjadi dua kalompok besar. Kelompok 1 terdiri atas sampel

75

nomor 1, 2, 8, 3, dan 4. Kelompok 2 terdiri atas sampel nomor 5,

9, 11, 6, 7, 12 dan 10. Kedekatan antar masing-masing sampel

menurut Nurjanah (2008) didasarkan pada nilai koefisien jarak

ketidak miripan (Euclidean distance) dimana semakin kecil nilai

koefisien antar sampel, maka semakin dekat hubungan karakter

antar sampel.

Kelompok 1 memiliki tekstur berpasir dan warna tanah

hitam serta rata-rata pH dan salinitas yang lebih rendah dari

kelompok 2. Kelompok 2 memiliki tekstur tanah lempung dan

lempung berpasir dan warna tanah hitam kecoklatan dan abu-

abu serta rata-rata pH dan salinitas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata pH dan salinitas kelompok 2.

Kelompok 1 terdapat sampel nomor 8 yang merupakan

sampel tanah dari Pantai Mangunharjo. Sampel nomor 8

mengelompok dengan sampel nomor 1, 2, 3, dan 4 (sampel

tanah Pantai Alasdowo) dalam kelompok 1 karena memiliki

kemiripan karakter pada tekstur dan warna tanah. Berdasarkan

pengamatan dominansi mangrove yang tumbuh pada kelompok

1 baik dari Pantai Alasdowo maupun Pantai Mangunharjo adalah

jenis Avicenia sp.. Adapun sampel nomor 5 dan 6 (sampel tanah

Pantai Alasdowo) mengelompok dengan sampel nomor 7, 9, 10,

11, dan 12 (sampel tanah Pantai Mangunharjo) dalam kelompok

2 karena memiliki kedekatan karakter tekstur dan warna tanah.

Berdasarkan pengamatan mangrove yang tumbuh di lokasi

sampel nomor 5 dan 6 adalah dari jenis Rhizophora sp..

76

4. Analisis bahan ajar

Sumber belajar yang dibuat adalah bahan ajar yang

berbentuk booklet. Booklet yang telah dibuat diujikan kepada

dosen pendidikan biologi sebagai penguji ahli materi adalah

Afrizka Premana Sari, S. Si., M. Sc., ahli media adalah Saifullah

Hidayat, S. Pd., M. Sc., serta sebagai pengguna sumber belajar

dengan menggunakan kuesioner (angket). Pengujian hanya

sebatas validitas dan pengujian dilakukan hanya satu kali karena

keterbatasan waktu penelitian.

Hasil penghitungan kuesioner yang diberikan kepada ahli

materi diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.12 Persentase Penilaian Booklet dari Ahli Materi

No. Aspek penilaian Persentase (%) Rata-rata (%) 1. Kelayakan isi 80

78,33 2. Kebahasaan 75 3. Penyajian 80

Data hasil penghitungan kuesioner untuk aspek materi

pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa kelayakan isi booklet baik

dengan persentase 80%. Kebahasaan yang digunakan dalam

booklet baik dengan persentase 75%. Penyajian booklet yang

didesain juga baik dengan persentase 80%. Rata-rata persentase

seluruh aspek penilaian materi diperoleh persentase sebesar

78,33%, berarti dapat dikatakan bahwa booklet yang didesain

sudah baik.

77

Hasil penghitungan kuesioner yang diberikan kepada ahli

media diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.13 Persentase Penilaian Booklet dari Ahli Media

No. Aspek penilaian Persentase (%) Rata-rata (%) 1. Ukuran booklet 80

80 2. Desai sampul 80 3. Desain isi 80

Data hasil penghitungan kuesioner untuk aspek media

pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa ukuran booklet baik dengan

persentase 80%. Desain sampul yang digunakan dalam booklet

baik dengan persentase 80%. Desai isi yang digunakan juga baik

dengan persentase 80%. Rata-rata persentase seluruh aspek

penilaian media diperoleh persentase sebesar 80%, berarti dapat

dikatakan bahwa booklet yang didesain sudah baik.

Hasil penghitungan kuesioner yang diberikan kepada

pengguna diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.14 Persentase Penilaian Booklet dari Pengguna

No. Aspek penilaian Persentase (%) Rata-rata (%) 1. Keterbacaan 74,66

73,77 2. Isi 70,66 3. Daya tarik 76,00

Data yang diperoleh dari hasil penghitungan kuesioner

untuk pengguna pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa booklet

memiliki tingkat keterbacaan yang baik dengan persentase

74,66%. Kelayakan isi dalam booklet baik dengan persentase

70,66%. Booklet juga memiliki tingkat daya tarik yang baik bagi

pengguna dengan persentase 76,00%. Booklet yang didesain dari

78

segi pengguna secara keseluruhan sudah baik dengan persentase

sebesar 73,77%.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini tidak terlepas dari

kekurangan dan keterbatasan yang dialami oleh peneliti. Beberapa

keterbatasan tersebut antara lain :

1. Kajian mengenai Rhizophora sp. sangatlah luas, antara lain

kajian karakterisasi morfologi, fisiologi, ekologi,

keanekaragaman mangrove sebagai sumber belajar dan lain-

lain. Penelitian ini hanya mengkaji tentang ekologi tanah

Rhizophora sp. yang hasilnya digunakan sebagai sumber belajar

materi ekologi.

2. Pemilihan waktu pengambilan sampel

Penelitian ini mengambil waktu pengambilan sampel

antara pukul 08.00 – 09.00 WIB, dikarenakan adanya air pasang

yang terjadi. Pengambilan ini tidak terlalu mewakili lama waktu

dalam sehari semalam yaitu 24 jam.

3. Parameter yang menjadi faktor pertumbuhan mangrove yang

sangat beragam.

4. Booklet sebagai sumber belajar

Pengujian booklet yang dilakukan hanya satu kali dan

responden ahli materi dan media masing-masing hanya satu

karena keterbatasan dosen pengampu mata kuliah tersebut di

UIN Walisongo Semarang. Responden pengguna hanya 30

mahasiswa, responden ini tidak terlalu mewakili dari seluruh

mahasiswa yang telah mendapat mata kuliah ekologi.

79

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kualitas tanah Rhizophora sp. di

Pantai Alasdowo Kec. Dukuhseti Kab. Pati dan Pantai Mangunharjo

Kec. Tugu Kota Semarang sebagai sumber belajar materi ekologi,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kualitas tanah di Pantai Alasdowo yaitu bertekstur pasir,

lempung dan lempung berpasir, berwarna hitam dan abu-abu,

pH rata-rata stasiun I 5,1, stasiun II 6,3, stasiun III 6,3, salinitas

rata-rata stasiun I 11,58, stasiun II12,71, stasiun III12,37. Tanah

di Pantai Alasdowo dilihat dari hasil pengukuran tergolong baik

artinya masih dalam batas toleransi pertumbuhan Rhizopora sp..

2. Kualitas tanah di Pantai Mangunharjo yaitu bertekstur lempung

berpasir, pasir, dan lempung. Berwarna hitam kecoklatan, hitam,

abu-abu. pH rata-rata stasiun I 5,6, stasiun II 6,3, stasiun III 6,4.

Rata-rata salinitas stasiun I 11,62, stasiun II 13,63, stasiun III

11,97. Tanah di Pantai Mangunharjo dilihat dari hasil

pengukuran tergolong baik artinya masih dalam batas toleransi

pertumbuhan Rhizopora sp..

3. Kualitas tanah berdasarkan analisis klaster terbagi menjadi 2

kelompok. Kelompok 1 terdiri dari sampel nomor 1, 2, 3, 4,dan 8

yang memiliki kemiripan tekstur dan warna tanah serta pH dan

salinitas tanah yang hampir mirip. Kelompok 2 terdiri dari

sampel nomor 5, 6, 7, 9, 10, 11, dan 12 yang memiliki kedekatan

80

karakter tekstur, warna, pH dan salinitas. Kelompok 1 rata-rata

terdiri dari sampel tanah dari Pantai Alasdowo kecuali sampel

nomer 8. Kelompok 1 memiliki tekstur tanah berpasir dan

warna hitam serta pH dan salinitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok 2. Sedangkan kelompok 2

memiliki tekstur tanah lempung berpasir dan lempung serta

memiliki salinitas tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok 1.

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain booklet tersebut

layak digunakan sebagai sumber belajar dengan revisi. Hal ini

dibuktikan dengan hasil penghitungan setelah dilakukan uji

kelayakan oleh ahli materi dengan persentase sebesar 78,33%,

ahli media 80,00%, dan penilaian dari mahasiswa 73,77%.

B. Saran

1. Diharapkan masyarakat dan pemerintah daerah memperhatikan

dan merawat hutan mangrove yang telah ada, karena begitu

besar manfaat yang diperoleh dari adanya hutan mangrove.

2. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan peneliti meneliti lebih

mendalam karakteristik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan

mangrove.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan hasil desain booklet

sebagai sumber belajar bisa dikembangkan dalam bentuk bahan

ajar di berbagai jenjang pendidikan dan khalayak umum.

DAFTAR PUSTAKA

Alik, Tri Santi Dama, dkk. 2012. Analisis Vegetasi Mangrove di Pesisir Pantai Mara Bombang Kab. Pinrang. Jurnal. Makasar: Universitas Hasanudin.

Ambariyanto,Denny N.S.. Kajian Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kota Semarang. Jurnal RIPTEK, 6 : 35.

Anwar, Chairil dan Hendra Gunawan. 2007. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove Dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Praktik Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin. 1998. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Departemen RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Syamil Al-Qur’an.

Effendi, Syarif. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa.

Fachrul. Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Akasara.

Hanafiah, Kemas Ali, dkk. 2013. Bilologi Tanah “Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.

Hanafiah, K.A.. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.

Hutahaean, Eben E., dkk.. 1999. Studi Kemampuan Tumbuh Anakan Mangrove Jenis Rhizophora mucronata, Bruguiera gimnorrhiza,

dan Avicennia marina Pada Berbagai Tingkat Salinitas. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 5(1): 77-85.

Kartasapoetra, A. G.. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.

Karuniastuti, Nurhenu. 2011. Peranan Hutan Mangrove Bagi Lingkungan Hidup. Jurnal Forum Manajemen. 6 (1) :1-10.

Laeli, Sofya. 2014. Analisis Cluster dengan Average Linkage Method dan Ward’s Method untuk Data Responden Nasabah Asuransi Jiwa Unit Link. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Mahmud, dkk.. 2014. Sifat Fisik Tanah di bawah Tegakan Mangrove di Desa Tumpapa Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong, Jurnal Warta Rimba. 2(1): 129-135.

Maleong, Lexy J..2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Cet X, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mas’ud, Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa.

Masruroh, Fadlilah. 2015. Karakterisasi dan Identifikasi Makrozoobentos Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Sebagai Sumber Belajar Materi Invertebrata Tingkat SMA. Skripsi. Semarang: FITK UIN Walisongo.

Muhlisin. 2016. Laporan Monografi Desa Alasdowo November 2016. Pati: Kelurahan Alasdowo.

Nadhifah, Meysya. 2016. Buku kecamatan Dukuhseti Dalam Lima Fundamental Geograf.. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ningsih, Sri Susanti. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: Pasca sarjana Universitas Sumatra Utara.

Noor, Yus Rusila, dkk.. 2012. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: PHKA/WI-IP.

Nurjanah, Nandini Niramaya. 2008. Studi Karakter Agronomi pada 17 Aksesi Pegagann (Centella asiatica (L.)) Urban. Skripsi. Bandung: Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Notodarmojo, Suprihanto. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung: ITB.

Nugroho, Rudijanta Tjahja. 2011. Seri Buku Informasi dan Potensi Mangrove Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi: Balai Taman Nasional Alaspurwo.

Patang. 2013. Pengaruh Sifat Fisik dan Kimia Terhadap Komunitas Hutan Mangrove (Kasus di Kabupaten Sinjai), Jurnal Galung Tropika. 2(3): 136-141.

Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta : Diva Press.

Rayment, G.E. dan F.R. Higginson. 1992. Australian Laboratory Handbook of Soil and Water Chemichals Metode. Australian Soil and Land Survey Handbook. Inkata Press: Melbourne, Sydney.

Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistik untuk Penelitian, Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Rohani, Ahmad. 2014. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Roesmakam, A & N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Sosia, dkk., 2014. Mangroves Siak Dan Kepulauan Meranti. Jakarta: Energi Mega Persada.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1898. Teknologi Pengajaran. Bandung; Sinar Baru Algesindo.

Sugiman. 2016. Laporan Monografi Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang Semester II Tahun 2016. Semarang : Kelurahan Mangunharjo.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suin, Nurdin Muhammad. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.

Supriharyono, 2009. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Syah, Candra. 2011. Pertumbuhan Tanaman Bakau (Rhizophora mucronata) Pada Lahan Restorasi Mangrove di Hutan Lindung Angke Kapuk Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Bogor : IPB.

Talib, Muhammad Firly. 2008. Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove Serta Makrozoobenthos yang Berkoeksistensi, di Desa Tanah Merah dan Oebelo Kecil Kabupaten Kupang. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Tjandra, Ellen dan Yosua Ronaldo Siagin. 2011. Mengenal Hutan Mangrove. Bandung : PAKAR MEDIA.

Van,Reeuwijk, L.P. 1993. Procedures for Soil Analysis 4th ed. Technical Paper. International Soil Reference and Information Centre. Wageningen. The Netherlands

Winataputra, Udin S.. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAU-PPAI UT.

Widyastuti, M. dan S. L. Wahyu. 1998. Identifikasi dan Pengukuran Parameter Fisik di Lapangan. Jurnal. Kerjasama Fakultas Geografi-UGM dengan Bakosurtanal BANGDA dalam Rangka Proyek MREP Sulawesi Selatan.

LAMPIRAN 1

Hasil pengukuran sifat fisik-kimia tanah Pantai Alasdowo

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III TRANSEK I TRANSEK II TRANSEK I TRANSEK II TRANSEK I TRANSEK II

1. TEKSTUR TANAH

Berpasir Berpasir Berpasir Berpasir Lempung Lempung berpasir

2. WARNA TANAH

Hitam Hitam Hitam Hitam Abu-abu Abu-abu

3. pH ± 5,2 ± 5 ± 6,2 ± 6,4 ± 6,2 ± 6,4 4. SALINITAS

(mS/cm) 11,45 11,78 12,40 13,02 12,33 12,41

Hasil pengukuran sifat fisik-kimia Pantai Mangunharjo

NO. NAMA DATA

STASIUN I STASIUN II STASIUN III TRANSEK I TRANSEK II TRANSEK I TRANSEK II TRANSEK I TRANSEK II

1. TEKSTUR TANAH

Lempung berpasir

Berpasir Lempung Lempung Lempung Lempung

2. WARNA TANAH

Hitam kecoklatan

Hitam Abu-abu Hitam kecoklatan

Hitam kecoklatan

Hitam Kecoklatan

3. pH ± 5,8 ± 5,4 ± 6,4 ± 6,2 ± 6,4 ± 6,4 4. SALINITAS

(mS/cm) 12,34 10,90 13,24 14,02 12,67 11,28

LAMPIRAN 2

Surat peminjaman alat

LAMPIRAN 3

Hasil analisis salinitas tanah Pantai Mangunharjo di laboratorium

LAMPIRAN 4

Hasil analisis salinitas tanah Pantai Alasdowo di laboratorium

LAMPIRAN 5

Surat pernyataan ahli materi

LAMPIRAN 6

Surat pernyataan ahli media

LAMPIRAN 7

Angket ahli materi

LAMPIRAN 8

Angket ahli media

LAMPIRAN 9

Angket mahasiswa

LAMPIRAN 10

Hasil angket mahasiswa

No. Nama Aspek Keterbacaan Jumlah 1 2 3 4 5 6

1. Nadia K N 4 5 5 4 5 4 27 2. Ahmad Indrawan 5 4 4 4 4 4 25 3. Diah Wira Pratiwi 4 4 4 4 5 5 26 4. Triana Zulfia N 3 4 4 4 5 3 23 5. Yulia Isnaeni 3 3 3 3 3 4 19 6. Muh. Jihan Khuluq 4 3 3 3 3 4 20 7. Yudha A. A. H. 3 3 3 3 3 3 18 8. Shofa 4 4 3 4 5 4 24 9. Khirul Anwar 4 4 3 5 5 4 25 10. Eka Nur M. 5 5 5 3 3 5 26 11. Indah Kusuma T. 4 4 3 4 4 4 23 12. Sri Damayanti 4 4 3 4 4 4 23 13. Diyana Septiningrum 4 3 3 4 4 4 22 14. Efa Fakhrun Nisa 4 3 3 4 4 4 22 15. Karima Lisoni 4 2 3 2 3 3 17 16. Saylin Nichlah F. 3 3 3 3 3 3 18 17. Sinta Kumala Devi 4 3 2 3 4 4 20 18 Riziq H. 4 3 2 3 4 4 20 19. Faza Khilyatin Ula 4 4 4 5 3 5 25 20. Reni Septiana 4 3 3 3 3 4 20 21. Anin Septi Aziz U. 4 4 4 3 4 4 23 22. Aisyah Ummu 3 4 5 3 2 3 20 23. Alfin Reza A. 3 4 5 3 2 3 20 24. Inayatus Solikhah 3 4 3 3 4 3 20 25. Fella Suffah 3 4 4 2 5 2 20 26. Auliya S. A. 4 3 3 4 4 5 23 27. Anonim 5 4 4 4 5 5 27 28. Nurul Khoiriyah 4 3 3 3 3 4 20 29. Bagus Setiawan 5 5 4 5 4 4 27 30. Ayuning Lestari 5 5 5 5 4 5 29

Total 672

% =

x 100 %= 74,66 %

No. Nama Aspek Isi Jumlah 1 2 3 4

1. Nadia K N 5 5 4 5 19 2. Ahmad Indrawan 4 5 4 4 17 3. Diah Wira Pratiwi 4 4 5 4 17 4. Triana Zulfia N 4 4 4 4 16 5. Yulia Isnaeni 3 3 4 3 13 6. Muh. Jihan Khuluq 3 3 4 4 14 7. Yudha A. A. H. 3 3 3 4 13 8. Shofa 3 4 4 3 14 9. Khirul Anwar 4 5 4 4 17

10. Eka Nur M. 4 4 3 3 14 11. Indah Kusuma T. 2 2 3 2 9 12. Sri Damayanti 2 2 3 2 9 13. Diyana Septiningrum 3 3 3 3 12 14. Efa Fakhrun Nisa 3 3 3 3 12 15. Karima Lisoni 4 3 3 3 13 16. Saylin Nichlah F. 4 3 3 3 13 17. Sinta Kumala Devi 5 4 4 4 17 18 Riziq H. 5 4 4 4 17 19. Faza Khilyatin Ula 4 3 4 4 15 20. Reni Septiana 3 3 3 3 12 21. Anin Septi Aziz U. 3 3 3 3 12 22. Aisyah Ummu 3 4 3 2 12 23. Alfin Reza A. 3 4 3 2 12 24. Inayatus Solikhah 4 4 3 4 15 25. Fella Suffah 3 4 3 3 13 26. Auliya S. A. 4 4 4 4 16 27. Anonim 3 4 4 5 16 28. Nurul Khoiriyah 3 3 3 3 12 29. Bagus Setiawan 4 4 5 4 17 30. Ayuning Lestari 4 4 4 4 16

Total 424

% =

x 100 %= 70,66 %

No. Nama Daya Tarik Jumlah 1 2 3 4

1. Nadia K N 4 4 3 4 15 2. Ahmad Indrawan 5 3 4 4 16 3. Diah Wira Pratiwi 5 5 5 5 20 4. Triana Zulfia N 4 4 5 4 17 5. Yulia Isnaeni 4 4 4 2 14 6. Muh. Jihan Khuluq 4 5 4 4 17 7. Yudha A. A. H. 2 2 4 3 11 8. Shofa 5 5 5 5 20 9. Khirul Anwar 4 4 4 3 15

10. Eka Nur M. 4 4 3 4 15 11. Indah Kusuma T. 4 4 4 4 16 12. Sri Damayanti 4 4 4 4 16 13. Diyana Septiningrum 4 4 3 3 14 14. Efa Fakhrun Nisa 4 4 3 3 14 15. Karima Lisoni 3 2 3 3 11 16. Saylin Nichlah F. 4 3 4 4 15 17. Sinta Kumala Devi 4 3 4 4 15 18 Riziq H. 4 3 4 4 15 19. Faza Khilyatin Ula 5 5 5 5 20 20. Reni Septiana 5 4 4 4 17 21. Anin Septi Aziz U. 4 4 4 4 16 22. Aisyah Ummu 3 3 3 3 12 23. Alfin Reza A. 3 3 3 3 12 24. Inayatus Solikhah 4 3 5 4 16 25. Fella Suffah 3 3 2 2 10 26. Auliya S. A. 5 5 5 5 20 27. Anonim 5 5 4 5 19 28. Nurul Khoiriyah 4 4 4 4 16 29. Bagus Setiawan 4 5 5 4 18 30. Ayuning Lestari 5 5 5 4 19

Total 456

% =

x 100 %= 76,00 %

LAMPIRAN 11

Surat izin riset

Lampiran 12 Hasil Cluster Analysis Menggunakan SPSS 16

Proximities Notes

Output Created 01-Feb-2018 22:24:29

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 12

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Syntax PROXIMITIES TEKSTURTANAH WARNATANAH pH SALINITAS /MATRIX OUT('C:\Users\user\AppData\Local\Temp\spss4604\spssclus.tmp') /VIEW=CASE /MEASURE=SEUCLID /PRINT NONE /ID=TEMPAT /STANDARDIZE=VARIABLE Z.

Resources Processor Time 00:00:00.031

Elapsed Time 00:00:00.016

Workspace Bytes 1152

Files Saved Matrix File C:\Users\user\AppData\Local\Temp\spss4604\spssclus.tmp

Case Processing Summary

a

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

12 100.0% 0 .0% 12 100.0%

a. Squared Euclidean Distance used

Cluster

Notes

Output Created 01-Feb-2018 22:24:29

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 12

Matrix Input C:\Users\user\AppData\Local\Temp\spss4604\spssclus.tmp

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Syntax CLUSTER /MATRIX IN('C:\Users\user\AppData\Local\Temp\spss4604\spssclus.tmp') /METHOD BAVERAGE /ID=TEMPAT /PRINT SCHEDULE CLUSTER(2,11) /PRINT DISTANCE /PLOT DENDROGRAM VICICLE.

Resources Processor Time 00:00:00.046

Elapsed Time 00:00:00.032

Proximity Matrix

Case

Squared Euclidean Distance

1:1 2:2 3:3 4: 4 5: 5 6: 6 7: 7 8: 8 9: 9 10: 10 11: 11 12: 12

1:1 .000 .289 4.883 8.537 10.351 8.876 8.396 .540 15.126 21.588 16.610 14.723

2:2 .289 .000 5.848 9.271 11.376 10.130 8.818 1.596 15.673 21.171 17.642 16.941

3:3 4.883 5.848 .000 .645 5.640 2.482 6.634 5.287 6.694 12.727 9.577 11.105

4: 4 8.537 9.271 .645 .000 6.398 2.815 7.970 9.525 5.696 10.776 9.493 13.248

5: 5 10.351 11.376 5.640 6.398 .000 1.257 2.928 10.655 1.219 4.925 1.532 2.807

6: 6 8.876 10.130 2.482 2.815 1.257 .000 2.578 8.997 1.990 5.833 2.421 3.984

7: 7 8.396 8.818 6.634 7.970 2.928 2.578 .000 9.309 4.718 5.343 2.579 3.890

8: 8 .540 1.596 5.287 9.525 10.655 8.997 9.309 .000 16.427 24.295 17.100 13.237

9: 9 15.126 15.673 6.694 5.696 1.219 1.990 4.718 16.427 .000 2.169 1.654 6.199

10: 10 21.588 21.171 12.727 10.776 4.925 5.833 5.343 24.295 2.169 .000 2.504 9.852

11: 11 16.610 17.642 9.577 9.493 1.532 2.421 2.579 17.100 1.654 2.504 .000 2.497

12: 12 14.723 16.941 11.105 13.248 2.807 3.984 3.890 13.237 6.199 9.852 2.497 .000

This is a dissimilarity matrix

Average Linkage (Between Groups)

Agglomeration Schedule

Stage

Cluster Combined

Coefficients

Stage Cluster First Appears

Next Stage Cluster 1 Cluster 2 Cluster 1 Cluster 2

1 1 2 .289 0 0 3

2 3 4 .645 0 0 10

3 1 8 1.068 1 0 10

4 5 9 1.219 0 0 5

5 5 11 1.593 4 0 6

6 5 6 1.889 5 0 7

7 5 7 3.201 6 0 8

8 5 12 3.876 7 0 9

9 5 10 5.104 8 0 11

10 1 3 7.225 3 2 11

11 1 5 11.677 10 9 0

Cluster Membership

Case 11 Clusters 10 Clusters 9 Clusters 8 Clusters 7 Clusters 6 Clusters 5 Clusters 4 Clusters 3 Clusters 2 Clusters

1:1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2:2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3:3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1

4: 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1

5: 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2

6: 6 5 4 4 4 4 3 3 3 3 2

7: 7 6 5 5 5 5 4 3 3 3 2

8: 8 7 6 1 1 1 1 1 1 1 1

9: 9 8 7 6 3 3 3 3 3 3 2

10: 10 9 8 7 6 6 5 4 4 3 2

11: 11 10 9 8 7 3 3 3 3 3 2

12: 12 11 10 9 8 7 6 5 3 3 2

Vertical Icicle

Number of clusters

Case

10: 10 12: 12 7: 7 6: 6 11: 11 9: 9 5: 5 4: 4 3:3 8: 8 2:2 1:1

1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

3 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

4 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

5 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

6 X X X X X X X X X X X X X X X X X X

7 X X X X X X X X X X X X X X X X X

8 X X X X X X X X X X X X X X X X

9 X X X X X X X X X X X X X X X

10 X X X X X X X X X X X X X X

11 X X X X X X X X X X X X X

Dendrogram

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * H I E R A R C H I C A L C L U S T E R A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * * * * * * *

* *

Dendrogram using Average Linkage (Between Groups)

Rescaled Distance Cluster Combine

C A S E 0 5 10 15 20 25

Label Num +---------+---------+---------+---------+---------+

1 1 ─┬─┐

2 2 ─┘ ├───────────────────────────┐

8 8 ───┘ ├─────────────────┐

3 3 ─┬─────────────────────────────┘ │

4 4 ─┘ │

5 5 ─────┐ │

9 9 ─────┼─┐ │

11 11 ─────┘ ├─────┐ │

6 6 ───────┘ ├─┐ │

7 7 ─────────────┘ ├─────┐ │

12 12 ───────────────┘ ├───────────────────────────┘

10 10 ─────────────────────┘

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas diri

1. Nama : Ahmad Shofanduri

2. TTL : Grobogan, 29 September 1994

3. NIM : 123811013

4. Alamat Rumah : Ds. Ngambakrejo Tanggungharjo

Grobogan

5. No.HP : 085726665046

6. E.mail : [email protected]

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD N 02 Ngambakrejo

2. MTs N Jeketro

3. MA Raudlatul Ulum

4. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo

Semarang, 10 Januari 2018 Ahmad Shofanduri 123811013