stroke kardioemboli
DESCRIPTION
patofisiologi stroke yang disebabkan emboli kardiakTRANSCRIPT
STROKE KARDIOEMBOLI
I. PENDAHULUAN
Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke Infark yang terjadi karena
oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari jantung atau melalui jantung. Hampir 90%
emboli yang berasal dari jantung berakhir diotak, sehingga defisit neurologi sering merupakan
manifestasi awal dari penyakit sistemik karena emboli. Kejadian stroke kardioemboli bervariasi
dari setiap penelitian. The National Institute of Neurogical Disorders and stroke (NINDS). Stroke
data bank (1983-1986), mendapatkan dari 1273 penderita stroke Infark, 246 (14%) penderita
merupakan stroke kardioemboli. Streifler mengumpulkan data dari berbagai proyek multisenter,
dengan kriteria diagnosa dan pemeriksaan penunjang yang beragam mendapatkan angka stroke
kardioemboli antara 15-20% dari seluruh stroke Infark. Prevalensi stroke kardioemboli lebih
tinggi pada usia dibawah 45 tahun, antara 23-36%,walaupun pada kenyataannya penyakit
jantung mayor yang mendasarinya lebih banyak pada usia yang lebih tua. Kardioemboli
merupakan saalah satu dari 3 penyebab stroke paling sering pada dewasa muda. Penyakit jantung
sering menjadi sumber emboli tergantung dari suatu daerah, misalnya untuk negara berkembang
penyakit jantung rematik merupakan yang paling sering menajdi sumber emboli sedangkan
untuk Negara Eropa dam Amerika Utara prolaps katup mitral dan paten foramen ovale.
Patogenesis dari stroke kardioemboli penting diketahui untuk preventif dan terapinya.
II. PATOGENESIS
Pembentukan emboli yang mengoklusi arteri di otak bisa bersumber dari jantung sendiri
atau berasal dari luar jantung, tetapi pada perjalanannya melalui jatung, misalnya sel tumor,
udara dan lemak pada trauma, parasit dan telurnya. Yang sering terjadi adalah emboli dari
bekuan darah (clots) karena penyakit jantungnya sendiri. Trombus intracardiak di atrium
ventrikel kiri paling sering menyebabkan emboli, walaupun trombus di atrium, ventrikel kanan
dan ekstremitas dapat menyebabkan emboli otak melalui septal defek di jantung. Trombus di
ventrikel kiri dapat pula terjadi karena proses koagulopati trombosik tanpa disertai kelainan
jantung.
15
Caplan LR (1991) membagi berbagai tipe dari bahan emboli yang berasal dari jantung,
yaitu:
1. trombus merah, trombus terutama mengandung fibrin (aneurisma ventrikel)
2. trombus putih, aggregasi pletelet – fibrin (Infark miokard)
3. vegetasi endocarditis marantik
4. bakteri dan debris dari vegetasi endocarditis
5. kalsium (kalsifikasi dari katup dan anulus mitral)
6. myxoma dan framen fibroelastoma
A. Pembentukan emboli dari jantung
Pembentukan trombus atau emboli dari jantung belum sepenuhnya diketahui,tetapi ada
beberapa faktor prediktif pada kelainan jantung yang berperan dalam proses pembentukan
emboli, yaitu:
1. Faktor mekanis
Perubahan fungsi mekanik pada atrium setelah gangguan irama (atrial fibrilasi),
mungkin mempunyai korelasi erat dengan timbulnya emboli. Terjadinya emboli di
serebri setelah terjadi kardioversi elektrik pada pasien atrial fibrilasi. Endokardium
mengontrol jantung dengan mengatur kontraksi dan relaksasi miokardium, walaupun
rangsangan tersebut berkurang pada endokardium yang intak. Trombus yang
menempel pada endokardium yang rusak (oleh sebab apapun), akan menyebabkan
reaksi inotropik lokal pada miokardium yang mendasarinya, yang selanjutnya akan
menyebabkan kontraksi dinding jantung yang tidak merata, sehingga akan melepaskan
material emboli. Luasnya perlekatan trombus berpengaruh terhadap terjadinya emboli.
Perlekatan trombus yang luas seperti pada aneurisma ventrikel mempunyai resiko
(kemungkinan) yang lebih rendah untuk terjadi emboli dibandingkan dengan trombus
yang melekat pada permukaan sempit seperti pada kardiomiopati dilatasi, karena
trombus yang melekat pada oermukaan sempit mudah lepas. Trombus yang mobil,
berdekatan dengan daerah yang hiperkinesis, menonjol dan mengalami pencairan di
tengahnya serta rapuh seperti pada endokarditis trombotik non bakterial cenderung
menyebabkan emboli.
16
2. Faktor aliran darah
Pada aliran laminer dengan shear rate yang tinggi akan terbentuk thrombus yang
terutama mengandung trombosit, karena pada shear rate yang tinggi adesi trombosit
dan pembentukan trombus di subendotelial tidak tergantung pada fibrinogen, pada
shear rate yang tinggi terjadi penurunan deposit fibrin, sedangkan aggregasi trombosit
meningkat. Sebaliknya pada shear rate yang rendah seperti pada stasis aliran darah
atau resirkulasi akan terbentuk trombus yang terutama mengandung fibrin, karena
pada shear rate yang rendah pembentukan trombus tergantung atau membutuhkan
fibrinogen. Stasis aliran darah di atrium, merupakan faktor prediktif terjadinya emboli
pada penderita fibrilasi atrium, fraksi ejeksi yang rendah, gagal jantung, Infark
miokardium, kardiomiopati dilatasi
3. Proses trombolisis di endokardium
Pemecahan trombus oleh enzim trombolitik endokardium berperan untuk terjadinya
emboli, walupun pemecahan trombus ini tidak selalu menimbulkan emboli secara
klinik. Hal ini telah dibuktikan bahwa bekuan (clot) setelah Infark miocard,
menghilang dari ventrikel kiri tanpa gejala emboli dengan pemeriksaan
ekhokardiografi. Keadaan kondisi aliran local yang menentukan kecepatan
pembentukan deposit platelet disertai dengan kerusakan endotelium yang merusak
proses litik, kedua hal ini akan menyebabkan trombus menajdi lebih stabil.
B. Perjalanan emboli dari jantung
Emboli yang keluar dari ventrikel kiri, akan mengikuti aliran darah dan masuk ke arkus
aorta, 90% akan menuju ke otak, melalui. A.karotis komunis (90%) dan a.veterbalis (10%).
Emboli melalui a.karotis jauh lebih banyak dibandingkan dengan a.veterbalis karena penampang
a.karotis lebih besar dan perjalanannya lebih lurus, tidak berkelok-kelok, sehingga jumlah darah
yang melalui a.karotis jauh lebih banyak (300 ml/menit), dibandingkan dengan a.veterbalis (100
ml/menit). Emboli mempunyai predileksi pada bifurkatio arteri, karena diameter arteri dibagian
distal bifurkasio lebih kecil dibandingkan bagian proksimalnya, terutama pada cabang a.serebri
media bagian distal a.basilaris dan a.serebri posterior Emboli kebanyakan terdapat di a.serebri
media, bahkan emboli ulang pun memilih arteri ini juga, hal ini disebabkan a.serebri media
17
merupakan percabangan langsung dari a. karotis interna, dan akan menerima darah 80% darah
yang masuk a.karotis interna. Emboli tidak menyumbat cabang terminal korteks ditempat
watershead pembuluh darah intrakranial, karena ukurannya lebih besar dari diameter pembuluh
darah ditempat itu. Berdasarkan ukuran emboli, penyumbatan bisa terjadi di a.karotis interna,
terutama di karotis sipon. Emboli mungkin meyumbat satu atau lebih cabang arteri.
Emboli yang terperangkap di arteri serebri akan menyebabkan reaksi:
1. endotel pembuluh darah
2. permeabilitas pembuluh darah meningkat
3. vaskulitis atau aneurisma pembuluh darah
4. iritasi lokal, sehingga terjadi vasospasme local
Selain keadaan diatas, emboli juga menyebabkan obstrupsi aliran darah, yang dapat
menimbulkan hipoksia jaringan dibagian distalnya dan statis aliran darah, sehingga dapat
membentuk formasi rouleaux, yang akan membentuk klot pada daerah stagnasi baik distal
maupun proksimal. Gangguan fungsi neuron akan terjadi dalam beberapa menit kemudian, jika
kolateral tidak segera berfungsi dan sumbatan menetap. Bagian distal dari obstrupsi akan terjadi
hipoksia atau anoksia, sedangkan metabolisme jaringan tetap berlangsung, hal ini akan
menyebabkan akumulasi dari karbondiaksida (CO2) yang akan mengakibatkan dilatasi maksimal
dari arteri, kapiler dan vena regional. Akibat proses diatas dan tekanan aliran darah dibagian
proksimal obstrupsi, emboli akan mengalami migrasi ke bagian distal.
Emboli dapat mengalami proses lisis, tergantung dari:
1. faktor vaskuler, yaitu proses fibrinolisis endotel lokal, yang memegang peran dalam
proses lisis emboli.
2. komposisi emboli, emboli yang mengandung banyak trombosit dan sudah lama
terbentuk lebih sukar lisis, sedangkan yang terbentuk dari bekuan darah (Klot) mudah
lisis.
18
III. PENYAKIT JANTUNG SEBAGAI SUMBER EMBOLI
Caplan (1994) mengelompokkan penyakit jantung sebagai sumber emboli menjadi 3:
1. kelainan dinding jantung, seperti kardiomiopati, hipokinesis dan akinesis dinding ventrikel
pasca Infark miocard,aneurisma atrium, aneurisma ventrikel, miksoma atrium dan tumor lainnya,
defek septum dan paten
foramen ovale.
2. kelaianan katup,seperti kelainan katup mitral rematik, penyakit aorta, katup protesis,
endokarditis bakterial, endokarditis trombotik non bakterial, prolaps katup mitral dan kalsifikasi
annulus mitral
3. kelaianan irama, terutama fibrilasi atrium dan sindrom sick sinus
A. Kardiomiopati dilatasi
Pada kardiomiopati dilatasi terjadi ganguan kontraksi ventrikel secara menyeluruh.
Manifestasi penyakit ini menjadi gagal jantung progresif, dan aritmia. Aritmia yang timbul
biasanya sebagai ventrikel takhicardia dan 20-30% menjadi atrial fibrilasi kronik. Patogenesa
terjadinya trombus dipercaya karena adanya aliranyg statis di intrakavitas. Trombus yang terjadi
cendrung kecil dan menyebar diseluruh kapitas dengan predileksi di apeks, tempat statis aliran
maksima. Deteksi trombus dengan ekhokardiografi ditemukan antara 11-58% pada penderita
kardiomiopati dilatasi, tetapi deteksi trombus ini tidak berkolerasi dengan emboli yang terjadi.
B. Infark miokrdium
Komplikasi stroke kardioemboli pada Infark miokardium akut (IMA) mencapai 2,5% dari
pasien dalam waktu 2-4 minggu. Hasil otopsi menunjukkan, bahwa prevalensi trombus ventrikel
kiri dengan emboli lebih tinggi dari yang bermanifestasi klinik. Faktor resiko terbentuknya
trombus ventrikel kiri adalah segmen ventrikel yang hipokinetik atau akinetik (yang
menyebabkan statis aliran darahI dan kerusakan dari permukaan endokardim (sebagai faktor
trombogenik). Pada pemeriksaan EEG pada 24 jam pertama setelah awitan dari IMA biasanya
tidak ditemukan trombus ventrikel kiri. Pembentukan trombus mulai terjadi pada hari 1-7, dan
berkembang sampai minggu ke-2. kurang lebih 1/3 dari trombus akan menonjol ke dalam rongga
ventrikel dan sisanya berbentuk mural atau datar. Trombus yang bergerak (mobil) dan /atau
menonjol ke rongga ventrikel mempunyai resiko emboli lebih tinggi dibandingkan bentuk nural.
19
C. Aneurisma pasca Infark miokardium
Pada aneurisma ventrikel terajdi stasis sirkulasi regional yang merupakan faktor
predisposisi terbentuknya trombus di ventrikel kiri. Trombus biasanya berbentuk datar, melekat
pada permukaan yang luas dan tidak bergerak. Trombus ini jarang menimbulkan emboli.
D. Miksoma atrium
Tumor primer jantung, jinak, biasanya di atrium kiri, insidensi jarang, biasanya mengenai
dewasa muda dan pertengahan dan sangat jarang menyebabkan stroke. Gejala yang umum timbul
sebagai sekunder dari obstruksi aliran jantung, manifestasi emboli hanya 20-45%, dan emboli
yang ke arteri serebri sekitar 50% dari kasus. Material emboli terdiri dari 2 tipe, platelet fibrin
dan fragmen tumor.
E. Defek septum
Kelainan atau defek pada septum mencakup paten foramen ovale, defek atrio septal dan
fistula pulmonal arteriovenosus, yang menyebabkan aliran sistem vena langsung memasuki
aliran arteri dengan membawa material emboli, disebut sebagai emboli paradoksikal. Pada otopsi
didapatkan 30-35% menderita paten foramen ovale, sedangkan pada pemeriksaan
ekhocardiografi dengan kontras pada orang normal, didapatkan 10-18%. Emboli paradoksikal
sering diduga sebagai penyebab stroke yang tidak jelas penyebabnya.
F. Kelainan katup mitral rematik
Trombus di ventrikel kiri ditemukan pada 15-17% otopsi, yang tidak mempunyai riwayat
emboli. Trombus bisa timbul pada penderita dengan stenosis mitral sedang, dan terbentuk
sebagai Jet lession yang terbentuk di dinding ventrikel kiri,material trombus bisa dari klot di
atrium kiri, atau klot dan kalsium dari katup mitral sendiri. Emboli berulang sering terjadi (30-
75%),biasanya dalam waktu 6-12 bulan. Timbulnya atrial fibrilasi meningkatkan resiko emboli
menjadi 4 kali. Resiko emboli juga meningkat berkolerasi dengan lamanya senosis mitral.
G. Katup Protesis
Katup protesis meningkatkan trombogenik, sehingga tromboemboli menjadi komplikasi
morbiditas dan mortalitas yang utama. Rata-rata emboli penderita dengan katup protesis mitral 3-
4% pertahun, sedangkan pada katup aorta protesis lebih rendah, yaitu 1,2-2,2% pertahun.
Komplikasi lain endokarditis katup protesis, yang mempunyai insidensi 2,4% pertahun, menjadi
sumber yang sangat potensial untuk terjadi emboli.
20
H. Endokarditis bakterial
Insidensi endokarditis bakterial menurun sesuai dengan penurunan dari penyakit jantung
rematik, perkembangan antibiotik, dan tindakan operatif, tetapi insidensi stroke karena
endokarditis bakterial (15-20%) tidak menurun. Keadaan ini dapat diterangkan bahwa mayoritas
stroke timbul setelah 48 jam terjadinya endokarditis bakterial, dan resiko serta berat emboli lebih
tinggi pada infeksi stabilacoccus aureus atau epidermidis dengan katup protesis. Stroke dapat
pula terjadi tanpa manifestasi endokarditis bakterial. Komplikasi neurologis ke susunan saraf
pusat bisa menjadi beberapa bentuk, yaitu iskemia, hemorrhage, ensefalopati toksik, meningitis,
arteritis, biogenik, aneurisma mikotik, dan perdarahan subarakhnoid, tergantung dari bagian dan
ukuran dari emboliseptik. Prediktif resiko emboli dari deteksi vegetasi katup dengan
echocardiografi tidak sepenuhnya berkorelasi, untuk mengurangi resiko stroke hanya dengan
secepat mungkin menanggulangi infeksi dengan pemberian antibiotik.
I. Endokarditis trombotik nonbakterial (ETN)
Emboli terjadi dari vegetasi steril yang tumbuh pada katup, biasanya penderita dengan
adenocarsinoma paru, pankreas, prostat dan paling banyak malignansi hematologi. Disebut juga
sebagai marantic, terminal, dan verrukosa endokarditis.
ETN tipe non infeksi endokarditis, pada katup jantung yang normal, vegetasinya biasanya kecil
terdiri dari platelet dan deposit fibrin, patogenesanya masih belum pasti, tetapi diperkirakan
karena perubahan permukaan katup, dan keaadaan hiperkoagulasi (DIC, tumor mucin,
procoagulan)
J. Porlaps katup mitral (PKM)
PKM merupakan kelainan katup yang terjadi pada 5% populasi umum dan lebih sering
pada wanita muda. Barnett (1980) menemukan 4,7% penderita stroke dibawah umur 45 tahun
disebabkan PKM, dengan pemeriksaan ekhokardiografi dengan kontras, ditemukan 40%
penderita TIA/stroke dibawah umur 45 tahun disebabkan PKM. PKM dalam pemeriksaan
ekhokardiografi terlihat pergerakan yang sangat berlebih dari daun katup ke arah atrium. Secara
patologi terlihat daun katup dan korda tendinae mengalami degenerasi musinous dan
fibromatous. Gejala dari PKM tidak spesifik. Beberapa komplikasi dari PKM adalah,
endokarditis bakterial, mitral regurgasi, arritmia, kematian mendadak, endocarditis trombotik
non bakterial, serebral dan retinal iskemia. Trombus bisa terdapat pada katup mitral yang
21
miksomatus, posterior katup mitral, posterior dinding atrium, bahkan pada daun katup yang
bergerak. Trombus berasal dari daun katup yang berdegenerasi dan dari fibrin dan platelet.
K. Kalsifikasi annulus mitral (KAM)
KAM merupakan proses kalsifikasi pada orang tua, yang sesuai dengan proses degerasi.
Berhubungan erat dengan aterosklerosis koroner, gangguan konduksi jantung, atrial fibrilasi
kronis, kardiomegali, gagal jantung, dan aterosklerosis a.karotis.
L. Atrial fibrilasi (AF)
Trombus ventrikel kiri pada penderita AF ditemukan 15,8%, sedangkan pada kontrol
hanya 1,7%. Infark serebri 32,2% pada AF, sedangkan pada control 11%. Frekuensi Infark
serebri meningkat sesuai dengan lamanya AF. Penyebab AF yang paling sering adalah penyakit
jantung rematik dan penyakit jantung iskemik. Resiko emboli pada AF paling tinggi setelah
terjadi kardioversi elektikal atau reversi spontan keritme sinus. Trombus terbentuk di atrium
kanan karena stasis dari aliran darah. Non valvular atrial fibrilase (NVAF) berinsidensi 2-5%
dari populasi umur 60 tahun, dan prevalensi meningkat sesuai dengan penambahan usia. NVAF
merupakan penyebab mayor stroke kardioemboli dengan Infark serebri masif. Valvular atrial
fibrilasi mempunyai resiko stroke 17 kali daeri kontrol
M. Sindrom Sick Sinus (SSS)
SSS merupakan terminologi disfungsi sinoatrial (SA), yang bermanifestasi bradikardia
(kurang dari 50 denyut permenit), sinus arrest atau sinoatrial block. SSS bisa timbul pada setiap
usia tetapi sering pada orang tua dan berhubungan dengan penyakit jantung iskemik,
kardiomiopati, hipertensi, penyakit jantung rematik. Terjadinya bradikardi berhubungan dengan
supraventrikuler takhikardi dan atrial flutter atau fibrilasi. Patofisiologi terjadinya emboli sama
dengan atrial fibrilasi
22