strategi pengembangan perikanan dalam pembangunan ekonomi wilayah di jawa … · 2019. 10. 30. ·...

21
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 387 STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA TIMUR Hakim Miftakhul Huda [email protected] Yeti Lis Purnamadewi Muhammad Firdaus Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) ABSTRACT Fisheries subsector in East Java has big potential not only in marine and inland fisheries, but also in fish processing. But the fisheries development so far has not contributed significantly in the economy sector in East Java. Development of an integrated fishery is expected to provide bigger contribution to regional economic development in East Java. This study aims to determine the strategy of fisheries development in East Java based on sectoral and spatial approach. Analysis of the data used is the descriptive analysis, the shift share analysis and the analysis of input-output tables. Marine fisheries subsector contributes biggest value added if it is compared with others subsectors, such as inland fisheries and fish processing subsectors. The results showed that the fish processing has advantages in the formation of the output, increasing revenue and creating job opportunity also including sub-sector that has big potential to be developed in East Java. Spatially fisheries development priorities should be focused on competitive and specialized area such as Lamongan, Banyuwangi, Pamekasan, Trenggalek, and Pacitan also supported by area that only competitive advantage or specialized. Key words: competitive advantage, fisheries, input-output, shift-share analysis ABSTRAK Subsektor perikanan di Jawa Timur mempunyai potensi yang besar baik perikanan laut, darat maupun pengolahan ikan. Namun pengembangan perikanan sejauh ini belum memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian di Jawa Timur. Pengembangan perikanan secara terintegrasi diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi wilayah di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan menentukan strategi pengembangan perikanan di Jawa Timur berdasarkan pendekatan sektoral dan spasial. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, shift share analysis dan analisis tabel input output. Subsektor perikanan laut memberikan kontribusi nilai tambah perikanan terbesar dibandingkan subsektor perikanan darat dan pengolahan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan ikan mempunyai indeks daya penyebaran yang tinggi, keunggulan dalam pembentukan output, peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja serta termasuk subsektor yang berpotensi besar untuk dikembangkan di Jawa Timur. Prioritas pengembangan perikanan secara spasial sebaiknya difokuskan pada daerah yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi subsektor perikanan yaitu Kabupaten Lamongan, Banyuwangi, Pamekasan, Trenggalek dan Pacitan serta didukung oleh daerah yang hanya unggul secara kompetitif atau spesialisasi. Kata kunci : keunggulan kompetitif, perikanan, input-output, analisis shift-share PENDAHULUAN Kabupaten/kota yang mengalami per- tumbuhan ekonomi tinggi di atas rata-rata Jawa Timur sebagian besar terkonsentrasi dalam koridor Utara Selatan yang merupa- kan pusat-pusat perekonomian di Jawa Timur (Arifin, 2009). Ketidakmerataan per- tumbuhan ekonomi yang berlangsung

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

387

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAMPEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA TIMUR

Hakim Miftakhul [email protected]

Yeti Lis PurnamadewiMuhammad Firdaus

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) danInstitut Pertanian Bogor (IPB)

ABSTRACT

Fisheries subsector in East Java has big potential not only in marine and inland fisheries, but also in fishprocessing. But the fisheries development so far has not contributed significantly in the economy sector in EastJava. Development of an integrated fishery is expected to provide bigger contribution to regional economicdevelopment in East Java. This study aims to determine the strategy of fisheries development in East Java basedon sectoral and spatial approach. Analysis of the data used is the descriptive analysis, the shift share analysis andthe analysis of input-output tables. Marine fisheries subsector contributes biggest value added if it is comparedwith others subsectors, such as inland fisheries and fish processing subsectors. The results showed that the fishprocessing has advantages in the formation of the output, increasing revenue and creating job opportunity alsoincluding sub-sector that has big potential to be developed in East Java. Spatially fisheries development prioritiesshould be focused on competitive and specialized area such as Lamongan, Banyuwangi, Pamekasan, Trenggalek,and Pacitan also supported by area that only competitive advantage or specialized.

Key words: competitive advantage, fisheries, input-output, shift-share analysis

ABSTRAK

Subsektor perikanan di Jawa Timur mempunyai potensi yang besar baik perikanan laut, darat maupunpengolahan ikan. Namun pengembangan perikanan sejauh ini belum memberikan kontribusi yangbesar dalam perekonomian di Jawa Timur. Pengembangan perikanan secara terintegrasi diharapkandapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi wilayah di Jawa Timur.Penelitian ini bertujuan menentukan strategi pengembangan perikanan di Jawa Timur berdasarkanpendekatan sektoral dan spasial. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, shift shareanalysis dan analisis tabel input output. Subsektor perikanan laut memberikan kontribusi nilai tambahperikanan terbesar dibandingkan subsektor perikanan darat dan pengolahan ikan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pengolahan ikan mempunyai indeks daya penyebaran yang tinggi, keunggulandalam pembentukan output, peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja serta termasuksubsektor yang berpotensi besar untuk dikembangkan di Jawa Timur. Prioritas pengembanganperikanan secara spasial sebaiknya difokuskan pada daerah yang mempunyai keunggulan kompetitifdan spesialisasi subsektor perikanan yaitu Kabupaten Lamongan, Banyuwangi, Pamekasan,Trenggalek dan Pacitan serta didukung oleh daerah yang hanya unggul secara kompetitif atauspesialisasi.

Kata kunci : keunggulan kompetitif, perikanan, input-output, analisis shift-share

PENDAHULUANKabupaten/kota yang mengalami per-

tumbuhan ekonomi tinggi di atas rata-rataJawa Timur sebagian besar terkonsentrasi

dalam koridor Utara Selatan yang merupa-kan pusat-pusat perekonomian di JawaTimur (Arifin, 2009). Ketidakmerataan per-tumbuhan ekonomi yang berlangsung

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

388 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

secara terus menerus dapat menyebabkanketimpangan antar wilayah semakin tinggi.Dalam hal Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) per kapita di Jawa Timur juga ter-dapat ketimpangan yang tinggi antar kabu-paten/kota di Jawa Timur. Sebagian besarkabupaten/kota mempunyai nilai PDRB perkapita yang berada di bawah rata-rataProvinsi Jawa Timur. Hanya terdapatdelapan kabupaten/kota yang mempunyainilai PDRB per kapita diatas rata-rata JawaTimur (BPS, 2013). Pada sisi yang lain, dae-rah yang pertumbuhan ekonomi dan PDRBper kapitanya dibawah rata-rata Jawa Ti-mur merupakan penghasil sumberdaya per-ikanan utama di Jawa Timur seperti Kabu-paten Banyuwangi, Sumenep, Trenggalekdan Pacitan. Perbedaan potensi sumber-daya alam yang dimiliki, teknologi, iklimusaha dan infrastruktur dapat mempe-ngaruhi peluang daerah untuk tumbuh danberkembang (Arifien et al., 2012; Mardi-antony dan Ciptomulyono, 2012; Permanadan Asmara, 2010; Prawira dan Hamidi,2013).

Provinsi Jawa Timur mempunyaidaratan seluas 47.220 km2 dan laut seluas75.700 km2 dengan panjang pantai 2.128 km.Topografi Jawa Timur bagian selatan di-dominasi oleh pegunungan yang mem-bentang dari barat sampai timur, sedangkanbagian utara terdiri dari dataran rendahyang relatif landai. Potensi sumberdaya alamyang dimiliki menempatkan sektorpertanian yang didalamnya terdapat sub-sektor perikanan menjadi kontributor PDRBterbesar ketiga di Jawa Timur setelah sektorperdagangan, hotel dan restoran dan sektorindustri pengolahan. Sektor pertanian di-mana subsektor perikanan termasuk didalamnya merupakan sektor yang me-nyerap paling banyak tenaga kerja yaitusebesar 7.472.200 jiwa atau 39% dari totalangkatan kerja pada tahun 2012 (BPS, 2013).

Dalam skala nasional, Provinsi JawaTimur sampai dengan tahun 2012 masihmenjadi kontributor terbesar Produk Do-mestik Bruto (PDB) subsektor perikanan na-sional dengan kontribusi sebesar 11,98%

(KKP, 2013). Dalam segi permintaan, ikanmenjadi faktor penyelamat bagi ketahananpangan di kebanyakan negara di Asia kare-na harganya yang relatif lebih murah dari-pada daging, telur dan ayam. Pada sisi yanglain, saat ini terjadi tren pergeseran para-digma dan gaya hidup dari konsumsi dagingmerah (red meat) ke daging putih/ ikan (whitemeat) yang dianggap lebih aman bagikesehatan (Susilowati, 2006).

Potensi sumberdaya perikanan di JawaTimur masih cukup besar, khususnya untukperikanan budidaya dan perikanan tangkaplaut yang berada di selatan Provinsi JawaTimur. Tingkat pemanfaatan sumberdayaperikanan tangkap laut di selatan JawaTimur pada tahun 2012 baru mencapai77,95% dari potensi pemanfaatan lestari.Pada bidang perikanan budidaya, tingkatpemanfaatan lahan untuk kegiatan per-ikanan budidaya di Provinsi Jawa Timursampai dengan tahun 2012 masih mencapai22,03% dari luas lahan yang berpotensiuntuk kegiatan perikanan budidaya. Potensipengembangan perikanan budidaya belumdilakukan secara optimal. Beberapa kendalayang dihadapi dalam pengembangan per-ikanan budidaya diantaranya adalah usahabudidaya dianggap sebagai usaha samping-an, kesulitan pemasaran dan kesalahanalokasi program bantuan (Fejika PI et al.,2007; Wahyuni et al., 2013).

Usaha produksi perikanan baik tang-kap maupun budidaya belum memberikankontribusi yang berarti dalam perekonomi-an. Produksi ikan cenderung dikonsumsidalam kondisi segar dengan perlakuan yangminim sehingga nilai tambah yang di-peroleh belum maksimal. Pada sisi yang lain,industri pengolahan ikan mampu me-ningkatkan nilai tambah perikanan danmenyerap tenaga kerja yang cukup banyakdengan besaran upah yang menjadi faktorutama (Budiawan, 2013; Sholeh, 2005).

Pembangunan subsektor perikanan diProvinsi Jawa Timur, kedepannya diharap-kan dapat menjadi sektor strategis untukmeningkatkan pengembangan perekonomi-an daerah melalui peningkatan peranan dan

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 389

keterkaitan dengan sektor-sektor lain dalaminternal wilayah. Keterkaitan subsektor per-ikanan harus ditingkatkan agar mampumenarik sektor-sektor di hulunya (sektoryang memiliki keterkaitan ke belakang) danmendorong sektor-sektor di hilirnya (sektoryang memiliki keterkaitan ke depan).Semakin kuat keterkaitan subsektor per-ikanan dengan sektor-sektor lain, akan se-makin besar pula pengaruhnya dalam per-kembangan wilayah Provinsi Jawa Timur.Penelitian ini bertujuan menentukan stra-tegi pengembangan perikanan di JawaTimur berdasarkan pendekatan sektoral danspasial.

TINJAUAN TEORETISKomponen penting dalam pengem-

bangan wilayah adalah keterpaduan sektor-al, spasial serta keterpaduan antar pelakupembangunan di dalam dan antar wilayah.Keterpaduan sektoral menuntut adanya ke-terkaitan fungsional yang sinergis antarsektor pembangunan, sehingga setiap ke-giatan pembangunan dalam kelembagaansektoral dilaksanakan dalam kerangka pem-bangunan wilayah. Dalam pandangan sis-tem industri, keterpaduan sektoral berartiketerpaduan sistem input dan output in-dustri yang efisien dan sinergis. Oleh karenaitu, pengembangan wilayah ditunjukkanoleh adanya keterkaitan antar sektorekonomi wilayah, dalam arti terjadi transferinput dan output barang dan jasa antarsektor yang sangat dinamis (Rustiadi et al.,2011).

Teori pertumbuhan jalur cepat (turn-pike) yang diperkenalkan oleh Samuelsonpada tahun 1955 menyebutkan bahwa se-tiap daerah perlu mengetahui sektor yangmemiliki potensi besar dan dapat di-kembangkan dengan cepat, baik karenapotensi alam maupun karena sektor itu me-miliki competitive advantage. Artinya, dengankebutuhan modal yang sama sektor tersebutdapat memberikan nilai tambah yang lebihbesar, berproduksi dalam waktu relatifsingkat dan memberikan kontribusi yangbesar dalam perekonomian (Tarigan, 2005).

Teori basis ekspor murni dikembang-kan pertama kali oleh Tiebout. Teori inimembagi kegiatan produksi/jenis pekerjaanyang terdapat di dalam satu wilayah atassektor basis dan sektor non basis. Aktivitasbasis memiliki peranan sebagai penggerakutama (primer mover) dalam pertumbuhansuatu wilayah. Semakin besar ekspor suatuwilayah ke wilayah lain akan semakin majupertumbuhan wilayah tersebut, dan demi-kian sebaliknya. Setiap perubahan yang ter-jadi pada sektor basis akan menimbulkanefek ganda (multiplier effect) dalam per-ekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Sektor basis adalah sektor yang men-jadi tulang punggung perekonomian daerahkarena mempunyai keuntungan kompetitif(competitive advantage) yang cukup tinggi.Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapiberfungsi sebagai penunjang sektor basisatau service industries (Sjafrizal, 2008).

Setelah berlakunya otonomi daerah,setiap daerah memiliki independensi dalammenetapkan sektor atau komoditi yang akanmenjadi prioritas pengembangan. Ke-mampuan pemerintah daerah untuk me-lihat sektor yang memiliki keunggulan atau-pun kelemahan diwilayahnya menjadi pen-ting. Sektor yang memiliki keunggulan me-miliki prospek yang lebih baik untuk di-kembangkan dan diharapkan dapat men-jadi faktor pendorong bagi sektor-sektor lainuntuk berkembang (Tarigan, 2005).

Salah satu konsep pengembangan wila-yah berbasiskan sumberdaya alam adalahkonsep agropolitan yang merupakan para-digma pembangunan yang terintegrasi pa-da suatu wilayah tertentu yang berbasissektor pertanian dalam pengertian on-farmdan off-farm dan segala penunjangnya. Da-lam implementasi wilayah agropolitanhendaknya mengidentifikasi faktor-faktorekonomi, lingkungan dan sosial untukmembentuk (1) pertumbuhan ekonomi wila-yah; (2) kenaikan pendapatan; (3) perbaik-andistribusi pendapatan; (4) peningkatanaliran komoditi, barang, jasa dan modal; (5)peningkatan kualitas sumberdaya alam dan

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

390 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

lingkungan; serta (6) perbaikan fungsi danefektifitas kelembagaan pemerintah mau-pun sosial di dalam wilayah (Nugroho,2008).

Strategi pembangunan dengan basissumber daya alam dapat pulih (seperti sek-tor perikanan) merupakan suatu hal yangtepat dikembangkan di Indonesia, termasukdi Provinsi Jawa Timur. Hal ini dikarenakan(1) potensi sumber daya Indonesia yangsangat besar; (2) keterkaitan industri hulu(backward-linkages industri) dan keterkaitanindustri hilir (forward-linkages industries)yang kuat dan diharapkan dapat mencip-takan efek ganda (multiplier efects) yangbesar; (3) penyerapan tenaga kerja yangbesar; (4) dapat mengatasi ketimpanganpembangunan antar wilayah dikarenakankegiatan ekonomi berbasis sumberdayaalam yang dapat pulih bisa dan biasanyaberlangsung di daerah perdesaan; (5) kare-na bersifat dapat pulih, maka bisa me-wujudkan pola pembangunan ekonomi yangberkelanjutan (Dahuri, 2002).

Penelitian TerdahuluBerbagai penelitian mengenai pengem-

bangan ekonomi wilayah terutama padasektor perikanan telah banyak dilakukanpada beberapa daerah di Indonesia baik da-lam lingkup kabupaten/kota ataupun pro-vinsi. Hasil beberapa penelitian menunjuk-kan bahwa sektor perikanan belum mampumenjadi sektor unggulan dalam pe-ngembangan wilayah karena memiliki nilaiketerkaitan dan dampak pengganda yangkecil (Hendarto, 2010; Panggabean, 2013;Putra, 2011; Susanto, 2011; Syarief, 2013).

Dault et al. (2008) melakukan penelitianmengenai peran sektor perikanan antarasebelum dan sesudah otonomi daerah diJawa Tengah. Hasil penelitian menunjuk-kan pemberlakuan otonomi daerah ber-dampak terhadap menurunnya permintaan,penawaran, output, nilai tambah dan neracaperdagangan pada sektor perikanan di JawaTengah.

Miradani (2010) melakukan penelitianmengenai analisis perencanaan pem-

bangunan agroindustri Provinsi Jawa Ti-mur. Hasil penelitian menunjukkan bahwasektor unggulan berdasarkan analisis keter-kaitan dan angka pengganda tabel inputoutput updating tahun 2008 adalah (1) sektorpemotongan hewan, (2) pengolahan danpengawetan ikan dan biota dan (3) beras.Berdasarkan analisis LQ dan SSA diketahuibahwa sentra pengolahan ikan dan biotaterdapat di Banyuwangi, Lamongan danTuban.

Hasil penelitian Arifin (2006) me-nyebutkan bahwa lokasi industri manu-faktur berbasis perikanan di Jawa Timurcenderung terkonsentrasi di KabupatenBanyuwangi, Pasuruan, Sidoarjo, dan KotaSurabaya. Pertumbuhan industri perikanandi Jawa Timur tidak merata antar daerah. Dibeberapa kabupaten/kota mengalami ke-padatan industri yang tinggi, sementarasebagian yang lain justru mengalami tingkatkepadatan yang rendah.

METODE PENELITIANData yang digunakan pada penelitian

ini meliputi Tabel I-O Provinsi Jawa Timurtahun 2010 yang terdiri dari 110 sektor,PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2012,statistik perikanan Jawa Timur tahun 2012.Pendekatan analisis data dilakukan melaluideskriptif kualitatif. Pengolahan data di-lakukan dengan menggunakan analisisdeskriptif, Input-Output (I-O), dan Shift shareanalysis (SSA).

Analisis Input-OutputTabel Input Output (I-O) pada dasar-

nya merupakan uraian statistik dalam ben-tuk matriks yang menyajikan informasi ten-tang transaksi barang dan jasa serta salingketerkaitan antara sektor yang satu dengansektor lainnya, dalam suatu wilayah padasuatu periode waktu tertentu. PenggunaanTabel I-O dapat melihat bagaimana outputdari suatu sektor ekonomi didistribusikan kesektor-sektor lainnya dan bagaimana pulasuatu sektor memperoleh input yangdiperlukan dari sektor-sektor lainnya.

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 391

Analisis yang dilakukan terhadap Ta-bel I-O adalah analisis keterkaitan dan ang-ka pengganda sektoral. Hasil perhitunganini menghasilkan koefisien teknis (matriksA) dan invers matriks Leontief (matriks B)yang selanjutnya diolah kembali sehinggadiperoleh data mengenai keterkaitan sek-toral dan angka pengganda (multiplier).Koefisien teknologi sebagai parameter yangpaling utama dalam analisis I-O secaramatematis diformulasikan sebagai rumusberikut:= atau = . (1)

dimana:: rasio antara banyaknya output sektor i

yang digunakan sebagai input sektor j (xij)terhadap total input sektor j (Xj) atau dise-but pula sebagai koefisien input.

Beberapa parameter teknis yang dapatdiperoleh melalui analisis I-O adalah se-bagai berikut (Rustiadi et al., 2011).1. Keterkaitan langsung ke belakang (di-

rect backward linkage) (DBL) yang me-nunjukkan efek permintaan suatu sek-tor terhadap perubahan tingkat pro-duksi sektor-sektor yang menyediakaninput antara bagi sektor tersebut secaralangsung.= ∑ (2)

Untuk mengukur secara relatif(perbandingan dengan sektor lainnya)terdapat ukuran normalized yang me-rupakan rasio antara kaitan langsung kebelakang sektor j dengan rata-ratabackward link-age sektor-sektor lainnya.∗ = ∑ = .∑ (3)

Nilai B*j > 1 menunjukkan bahwasektor j memiliki keterkaitan ke be-lakang yang kuat terhadap pertumbuh-an sektor-sektor lain dalam memenuhiturunan permintaan yang ditimbulkanoleh sektor ini.

2. Keterkaitan langsung ke depan (directforward linkage) (DFL) yang menunjuk-kan banyaknya output suatu sektoryang dipakai oleh sektor-sektor lain.

= ∑ = ∑ (4)

Untuk mengukur secara relatif(perbandingan dengan sektor lainnya)terdapat ukuran normalized yang me-rupakan rasio antara kaitan langsung kedepan sektor i dengan rata-rata forwardlinkage sektor-sektor lainnya. NormalizedFi atau Fi* dirumuskan sebagai berikut:∗ = ∑ = ∑ (5)

Nilai Fi* > 1 menunjukkan bahwasektor i memiliki keterkaitan ke depanyang kuat terhadap pertumbuhan sek-tor-sektor lain dalam suatu wilayah.

3. Keterkaitan ke belakang langsung dantidak langsung (direct indirect backwardlinkage) (DIBL) yang menunjukkan pe-ngaruh tidak langsung dari kenaikanpermintaan akhir satu unit sektor ter-tentu yang dapat meningkatkan totaloutput seluruh sektor perekonomian.= ∑ (6)

di mana bij adalah elemen-elemenmatriks B atau (I-A)-1 yang merupakanmatriks Leontief.

4. Keterkaitan ke depan langsung dan ti-dak langsung (direct indirect forwardlinkage) (DIFL), yaitu peranan suatusektor dalam memenuhi permintaanakhir dari seluruh sektor perekonomi-an. = ∑ (7)

5. Indeks daya penyebaran (backward link-ages effect ratio) (IDP) yang menunjuk-kan kekuatan relatif permintaan akhirsuatu sektor dalam mendorong per-tumbuhan produksi total seluruh sek-tor perekonomian.= ∑∑ ∑ = ∑∑ ∑ (8)

Besaran nilai βi dapat mempunyainilai sama dengan 1; lebih besar dari 1atau lebih kecil dari 1. Bila = 1, haltersebut berarti bahwa daya penyebar-an sektor j sama dengan rata-rata dayapenyebaran seluruh sektor ekonomi.

Nilai βi > 1 menunjukkan bahwadaya penyebaran sektor j berada di atas

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

392 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

rata-rata daya penyebaran seluruh sek-tor ekonomi; dan sebaliknya nilai βi < 1menunjukkan daya penyebaran sektor jlebih rendah dari rata-rata daya pe-nyebaran seluruh sektor ekonomi.

6. Indeks derajat kepekaan (forward link-ages effect ratio) (IDK) menjelaskan pem-bentukan output di suatu sektor yangdipengaruhi oleh permintaan akhir ma-sing-masing sektor perekonomian.Ukuran ini digunakan untuk melihatketerkaitan kedepan (forward linkage).∝ = ∑∑ ∑ (9)

Nilai αi >1 menunjukkan bahwaderajat kepekaan sektor i lebih tinggidari rata-rata derajat kepekaan seluruhsektor ekonomi, dan sebaliknya αi <1menunjukkan derajat kepekaan sektor ilebih rendah dari rata-rata seluruh sek-tor ekonomi.

7. Multiplier adalah koefisien yang me-nyatakan kelipatan dampak langsungdan tidak langsung dari meningkatnyapermintaan akhir suatu sektor sebesarsatu unit terhadap produksi total se-mua sektor ekonomi suatu wilayah.a. Output multiplier (OM), merupakan

dampak meningkatnya permintaanakhir suatu sektor terhadap totaloutput seluruh sektor di suatuwilayah.

b. Total value added multiplier (VAM)atau PDRB multiplier adalah dam-pak meningkatnya permintaan akhirsuatu sektor terhadap peningkatanPDRB.V = ὓX (10)dimana:V : matriks NTBὓ : matriks diagonal koefisien NTBX : matriks output, X = (I-A)-1.Fd

c. Income multiplier (IM), yaitu dampakmeningkatnya permintaan akhirsuatu sektor terhadap peningkatanpendapatan rumah tangga di suatuwilayah secara keseluruhan.W = ŵX (11)dimana:

W : matriks incomeŵ : matriks diagonal koefisien in-

comeX : matriks output, X = (I-A)-1.Fd

Shift Share Analysis (SSA)Shift Share Analysis (SSA) digunakan

untuk memahami pergeseran struktur ak-tifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkandengan daerah agregat yang lebih luas.Hasil analisis shift-share menjelaskan kinerja(performance) suatu aktifitas di suatu subwilayah dan membandingkannya dengankinerjanya dalam wilayah total. Analisisshift-share mampu memberikan gambaransebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatuaktifitas di suatu wilayah (Panuju dan Rus-tiadi, 2005). Herzog dan Olsen (1977) me-nyebutkan persamaan SSA sebagai berikut:dij = gij + mij + cij (12)dij = Eij(t0) rp + Eij(t0) (ri,p - rp ) + Eij(t0) (rij- ri,p) (13)dimana:rij = (Eij(t1)-Eij(t0))/Eij(t0) (14)ri,p = (Eip(t1)-Eip(t0))/Eip(t0) (15)rp = (Ep(t1)-Ep(t0))/Ep(t0) (16)keterangan:dij : total shiftgij : komponen sharemij : komponen proportional shiftcij : komponen differential shiftEij : nilai PDRB subsektor perikanan da-

lam kabupaten/kota j di ProvinsiJawa Timur

Eip : nilai PDRB subsektor perikanan diProvinsi Jawa Timur

Ep : nilai total PDRB Provinsi JawaTimurrij : laju pertumbuhan subsektor perikan-

an di kabupaten/kota j di JawaTimur

ri,p : laju pertumbuhan subsektor perikan-an di Provinsi Jawa Timur

t1 : titik tahun akhirt0 : titik tahun awal

SSA mampu menjelaskan kinerja suatuaktivitas atau sektor di suatu wilayah danmembandingkannya dengan wilayah totalserta menggambarkan sebab terjadinya per-tumbuhan aktivitas di suatu wilayah. Sebab

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 393

terjadinya perubahan aktivitas dapat dibagitiga yaitu: (1) sebab yang berasal dari dina-mika lokal (sub wilayah), (2) sebab daridinamika aktivitas/sektor dari total wi-layah, dan (3) sebab dari dinamika wilayahsecara umum. Kinerja perubahan aktivitas/sektor dapat dilihat dari komponen analisisSSA yaitu: (1) komponen laju pertumbuhantotal (total shift), yang menyatakan per-tumbuhan total wilayah pada dua titikwaktu yang menunjukkan dinamika totalwilayah, (2) komponen pergeseran pro-porsional (pro-portional shift), menunjukkanpertumbuhan total aktivitas atau sektortertentu secara relatif, dibandingkan denganpertumbuhan secara umum dalam totalwilayah yang menunjukkan dinamika sek-tor atau aktivitas total wilayah, dan (3)komponen pergeseran diferensial (differen-tial shift), menjelaskan tingkat competitivenesssuatu wilayah tertentu dibandingkan de-ngan pertumbuhan total sektor atau akti-vitas tersebut dalam wilayah (Dinc danHaynes, 1999; Panuju dan Rustiadi, 2005).

Berdasarkan ketiga komponen per-tumbuhan wilayah tersebut dapat ditentu-kan dan diidentifikasi perkembangan suatusektor ekonomi pada suatu wilayah. Apa-bila komponen pergeseran proporsionalditambah dengan komponen pergeserandiferensial ≥ 0 maka dapat dikatakan bahwapertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j ter-masuk ke dalam kelompok progresif (maju).Sementara itu, jika komponen pergeseranproporsional ditambah dengan komponenpergeseran diferensial < 0 menunjukan bah-wa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah kej tergolong pertumbuhannya lambat. Suatusektor disebut maju jika perkembangansektor tersebut pada periode berikutnya di-nilai relatif lebih baik dibandingkan dengansektor yang sama di wilayah referensinya,dan sebaliknya yang dimaksud dengansektor yang lambat adalah perkembangansektor tersebut pada periode selanjutnyadinilai lebih buruk dibandingkan dengansektor yang sama di wilayah referensinya(Priyarsono et al., 2007).

Esteban-Marquillass (1972) berusahamengatasi satu kelemahan dari analisis shift-share klasik, yaitu masalah pembobotan yangdijumpai sebagai pengaruh persaingansebagai komponen ketiga. Melalui analisisshift-share modifikasi Esteban-Marquilasdapat dideteksi sektor yang memiliki ke-unggulan kompetitif dan spesialisasi padasuatu wilayah (Esteban, 2000). Modifikasiyang dilakukan oleh Esteban-Marquillas(1972) ini mendefinisikan kembali keunggul-an kompetitif (cij) dari teknik shift-share klasiksehingga mengandung unsur baru E*ij, yangdidefinisikan sebagai suatu variabel wilayah(Eij), bila struktur wilayah sama denganstruktur nasional atau Eij(t0)= E*ij(t0) makaE*ij(t0) dirumuskan menjadi:E*ij(t0) = Ej(t0) (Ei,p(t0)/Ep(t0)) (17)

Apabila Eij(t0) diganti dengan E*ij(t0) ma-ka persamaancij = Eij(t0) (rij– ri,p) (18)

dapat pula diganti menjadic*ij = E*ij(t0) (rij– ri,p) (19)keterangan:cij : Perubahan PDRB subsektor perikanan di

kabupaten/kota j di Jawa Timur yangdisebabkan oleh keunggulan kompetitifsektor (subsektor)

Ej : Total PDRB di kabupaten/kota j di JawaTimur

Pengaruh efek alokasi (allocation effect)yang belum dijelaskan pada SSA klasik da-pat diperoleh melalui SSA modifikasi Este-ban-Marquillass dengan persamaan berikut(Herzog dan Olsen, 1977):aij = (Eij(t0)– E*ij(t0)) (rij – ri,p) (20)dimana :aij : efek alokasi subsektor perikanan di

Kabupaten/kota j di Jawa Timur(Eij(t0)–E*ij(t0)) : tingkat spesialisasi subsektor

perikanan di kabupaten/ko-ta j di Jawa Timur

(rij– ri,p) : tingkat keunggulan kompe-titif sub sektor perikanan dikabupaten/kota j di JawaTimur

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

394 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

Tabel 1Kemungkinan yang Terjadi Pada Efek Alokasi hasil SSA Esteban-Marquilass

Kode KriteriaEfek

Alokasi(aij)

KomponenSpesialisasi(Eij(t0)–E*ij(t0))

Kompetitif(rij– ri,p)

1 Competitive disadvantage, specialized Negatif Positif Negatif2 Competitive disadvantage, not specialized Positif Negatif Negatif3 Competitive advantage, not specialized Negatif Negatif Positif4 Competitive advantage, specialized Positif Positif Positif

Sumber : Herzog dan Olsen, 1977

Kriteria keputusan yang diambil ber-dasarkan SSA Esteban-Marquillass dapatdilihat pada tabel 1.

Analisis SSA dalam penelitian inimenggunakan obyek data PDRB subsektorperikanan atas dasar harga konstan tahun2000 pada kabupaten/kota di Jawa Timur.Periode tahun yang dipilih dalam analisisSSA adalah tahun 2008 dan 2012 sehinggadapat diketahui bagaimana pertumbuhanaktifitas subsektor perikanan pada kabupa-ten/kota di Jawa Timur. Hasil analisismampu memetakan kabupaten/kota manasaja yang mempunyai keunggulan kompe-titif dan spesialisasi pada subsektor per-ikanan di Jawa Timur.

ANALISIS DAN PEMBAHASANProfil Perikanan Jawa Timur

Jawa Timur merupakan provinsi yangmemiliki kawasan laut hampir empat kaliluas daratannya dengan garis pantai kuranglebih 2.916 km. Subsektor perikanan dapatdikelompokkan menjadi perikanan on-farmdan perikanan off-farm. Perikanan on-farmterdiri dari perikanan laut dan perikanandarat, sedangkan perikanan off-farm terdiridari pengolahan ikan. Perikanan on-farmmerupakan kegiatan produksi perikananyang terdiri dari perikanan laut dan per-ikanan darat. Perikanan laut meliputi budi-daya laut, budidaya tambak dan perikanantangkap laut sedangkan perikanan daratmeliputi penangkapan ikan perairan umum,budidaya kolam, budidaya jaring apung,budidaya minapadi, budidaya sawah tam-bak dan budidaya karamba. Pengolahan

ikan merupakan kegiatan pasca produksiyang meliputi pengalengan, pembekuan,penggaraman, pemindangan, pengasapan,fermentasi, pereduksian dan pelumatan.

Kegiatan perikanan tangkap laut mem-butuhkan infrastruktur tempat pendaratanatau pelabuhan perikanan guna men-dukung kegiatan usaha perikanan tangkap.Tipe pelabuhan paling besar yang ada diJawa Timur adalah pelabuhan tipe B atauPelabuhan Perikanan Nusantara (PPN). PPNdi Jawa Timur ada dua yaitu PPN Brondongdi Kabupaten Lamongan dan PPN Prigi diKabupaten Trenggalek. Sedangkan pelabuh-an tipe C atau Pelabuhan Perikanan Pantai(PPP) di Jawa Timur berjumlah enam, yaitu:PPP Lekok di Kabupaten Pasuruan, PPPMayangan di Kota Probolinggo, PPP Muncardi Banyuwangi, PPP Paiton di KabupatenProbolinggo, PPP Pondokdadap di Kabu-paten Malang serta PPP Puger di KabupatenJember. Disamping itu juga terdapatPangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yangtersebar di semua kota/kabupaten yangmemiliki pesisir di Jawa Timur. Jumlah PPIyang terdapat di Provinsi Jawa Timurberjumlah 87 PPI (KKP, 2013). Kegiatanperikanan tangkap laut di Jawa Timur dapatdibagi dalam dua wilayah, yaitu pantai utarajawa dan pantai selatan jawa. Wilayah yangtermasuk pantai utara Jawa adalah Kabu-paten Tuban, Lamongan, Gresik, KotaSurabaya, Kabupaten Bangkalan, Sampang,Pamekasan, Sumenep, Sidoarjo, Pasuruan,Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo,Kota Probolinggo dan Kabupaten Situbondo.Wilayah pantai selatan Jawa meliputi

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 395

Kabupaten Banyuwangi, Jember, Lumajang,Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalekdan Pacitan. Besarnya potensi perikanantangkap di Jawa Timur dapat dilihat padaTabel 2.

Jumlah alat tangkap di Jawa Timursebanyak 171.502 unit yang terdiri dari143.019 unit alat tangkap di laut dan 28.483unit alat tangkap di perairan umum daratan.Unit penangkapan ikan di Jawa Timur dapatdikelompokkan menjadi pukat kantong,pukat cincin, jaring insang, jaring angkat,pancing, perangkap, alat pengumpul kerang,alat pengumpul rumput laut dan lain-lain.Pukat kantong yang ada di Provinsi JawaTimur terbagi menjadi payang, dogol danpukat pantai, sedangkan jaring insangterbagi menjadi jaring insang hanyut, jaringinsang lingkar, jaring insang tetap dan jaringtiga lapis (trammel net). Jaring angkat yangada di Provinsi Jawa Timur terbagi menjadibagan perahu/rakit, bagan tancap, serok,dan jaring angkat lainnya. Pancing terbagimenjadi rawai hanyut lain selain rawai tuna,rawai tetap, pancing tonda dan pancinglainnya, sedangkan perangkap dibagi men-jadi bubu dan perangkap lainnya. Alatpengumpul terbagi menjadi alat pengumpulkerang. Alat tangkap lainnya terbagi men-jadi jala, tombak dan sebagainya.

Jumlah nelayan di Jawa Timur men-capai 251.849 orang. Sebaran nelayan dipantai utara Jawa Timur terbanyak terdapatdi Kabupaten Sumenep sebanyak 40,015orang (18%), selanjutnya jumlah nelayanterbanyak di pantai Selatan Jawa Timuradalah Kabupaten Banyuwangi sebanyak25.598 orang atau 11% dari jumlah nelayan diJawa Timur.

Kegiatan usaha on-farm perikanan se-lain perikanan tangkap adalah perikananbudidaya yang meliputi tambak, laut, ko-lam, karamba, jaring apung, sawah tambakdan minapadi. Kegiatan budidaya perikan-an ditandai dengan penebaran benih ikanyang dibudidayakan. Berdasarkan jenisnya,benih ikan berasal dari air tawar dan air la-ut. Benih dari air tawar meliputi ikan tawes,ikan mas, ikan mujair, ikan nila, ikan gura-mi, ikan lele, ikan patin, ikan hias air tawar,katak, udang galah, dan lobster air tawar.Benih dari air payau yakni ikan kerapu, ikankakap, ikan bandeng, udang windu, udangvaname, udang putih, gracilaria, dan rumputlaut cottoni.

Usaha perikanan budidaya di Jawa Ti-mur mampu menyerap tenaga kerja seba-nyak 274.741 orang tenaga kerja pada tahun2012 (Tabel 3). Jumlah terbanyak adalahpembudidaya kolam, diikuti pembudidaya

Tabel 2Potensi Perikanan Tangkap di Jawa Timur tahun 2012

No. Jenis Perikanan TangkapJumlahArmada

(unit)

JumlahAlat

Tangkap

JumlahNelayan(orang)

Produksi(ton)

1 Laut 55.476 143.019 226.303 367.921,1Pantai Utara Jawa 42.540 93.185 165.869 250.976,3Pantai Selatan Jawa 12.936 49.834 60.434 116.944,8

2 Perairan Umum Daratan 2.517 28.483 25.546 13.881,5Jumlah 57.993 171.502 251.849 381.803

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2013

laut dan tambak. Jumlah pembudidaya ter-banyak terdapat di Kabupaten Sumenepsebesar 80.567 (29%) diikuti Lamongan se-besar 46.395 (16,9%). Luas areal lahan yangpaling besar digunakan untuk budidaya

adalah budidaya laut dimana KabupatenSumenep menjadi kabupaten dengan luaslahan budidaya laut terluas di Jawa Timuryang mencapai 287.325 ha (99%).

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

396 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

Jumlah produksi perikanan budidayaJawa Timur pada tahun 2012 mencapai929.173,87 ton dengan kontributor terbesardari budidaya laut yang mencapai 563.087,4ton (61%).

Usaha pasca panen atau off-farm per-ikanan memanfaatkan output perikanan on-farm baik dari perikanan tangkap maupunbudidaya. Usaha pengolahan ikan di Jawa

Timur pada tahun 2011 mencapai 10.384 unitusaha (Tabel 4). Usaha pengolahan ikanterbanyak adalah penggaraman, pengasap-an dan pemindangan. Berbagai usahapengolahan ikan tersebar hampir merata diseluruh wilayah Jawa Timur.

Usaha pengolahan perikanan di JawaTimur melibatkan tenaga kerja dalam jum-lah yang banyak mencapai 306.706 orang.

Tabel 3Potensi Perikanan Budidaya di Jawa Timur tahun 2012

No. Jenis BudidayaLuas

PemanfaatanLahan (ha)

Jumlah PelakuUsaha (orang) Produksi (ton)

1 Tambak 53.542,40 36.852 170.433,812 Laut 290.487,13 79.610 563.087,403 Kolam 3.081,65 104.229 110.269,164 Karamba 1,01 1.337 428,005 Jaring apung 253,56 4.007 11.700,506 Sawah tambak 37.096,45 42.125 66.101,707 Minapadi 4.316,74 6.581 7.153,30

Jumlah 338.778,94 274.741 929.173,87Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2013

Tabel 4Potensi Pengolahan Ikan di Jawa Timur tahun 2011

No. Jenis Kegiatan PengolahanJumlah UnitPengolahanIkan (unit)

JumlahPengolah

(orang)

Produksi(ton)

1 Pengalengan 45 17.845 9.5742 Pembekuan 190 60.243 26.8033 Penggaraman/Pengeringan 2.569 85.685 121.7604 Pemindangan 2.151 50.415 315.6555 Pengasapan/Pemanggangan 2.365 17.873 20.9236 Fermentasi 897 11.355 3.8147 Pereduksian 248 11.803 1.4298 Surimi 162 4.799 479 Olahan Lainnya 1.757 46.688 108.890

Jumlah 10.384 306.706 608.895Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2012

Jumlah usaha penggaraman terbanyakberada di Kabupaten Bangkalan (295 unit),pengasapan terbanyak di KabupatenTulungagung (531 unit), pemindangan ter-banyak di Kabupaten Sumenep (385 unit).

Produksi ikan olahan di Jawa Timurmencapai 608.895 ton dengan produk ter-banyak berupa ikan pindang yang men-capai 315.655 ton (52% dari total produksiikan olahan).

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 397

Struktur Input, Output dan Nilai TambahSubsektor Perikanan

Dalam tabel 5 input output ProvinsiJawa Timur Tahun 2010 subsektor perikanandapat dikelompokkan menjadi perikananlaut, perikanan darat dan pengolahan ikan.Input adalah semua barang, jasa dan faktorproduksi yang digunakan dalam prosesproduksi untuk menghasilkan output. Da-lam tabel 5 input-output, input terbagi atasdua yaitu input antara dan input primer.Input antara adalah barang atau jasa yangdihasilkan oleh suatu sektor ekonomi yangkemudian dimanfaatkan oleh sektor lainmaupun oleh sektor itu sendiri dalam pro-ses kegiatan produksi, sedangkan inputprimer merupakan balas jasa atas pema-kaian faktor-faktor produksi yang berperandalam proses produksi.

Total input dalam perekonomian JawaTimur mencapai Rp1.678 trilyun. Sub-sektorperikanan laut menggunakan input sebesarRp28 trilyun (1,67%) perikanan darat sebe-sar Rp16 trilyun (0,96%) dan pengolahanikan menggunakan input sebesar Rp17,5trilyun (1,05%). Kecilnya persentase inputsubsektor perikanan dalam perekonomianJawa Timur menunjukkan masih rendahnyaperan subsektor perikanan sebagai inputdalam perekonomian Jawa Timur.

Besarnya input antara diantara subsek-tor perikanan yang terbesar adalah peng-olahan ikan sebesar Rp10,52 trilyun diikutiperikanan darat Rp5,32 trilyun dan per-ikanan laut sebesar Rp5,24 trilyun. Besarnyainput antara menunjukkan besarnya peransektor lain maupun sektor perikanan sen-diri dalam proses produksi subsektor per-ikanan. Komponen terbesar input antarapada subsektor perikanan laut adalah pe-dagang eceran (24,8%) diikuti penyediaanmakanan dan minuman (14,99%) dan pakanternak (14,85%). Besarnya keterkaitan deng-an pedagang eceran dan penyediaan makandan minuman terutama digunakan sebagaikebutuhan logistik dalam operasi penang-kapan ikan, sedangkan besarnya kebutuhanpakan ternak digunakan dalam kegiatanbudidaya tambak. Sementara itu pada sub-

sektor perikanan darat, input antara yangterbesar adalah pakan ternak (42,58%) di-ikuti pedagang eceran (21,17%) dan per-ikanan darat sendiri (9,47%). Kondisi inimenunjukkan bahwa perikanan darat mem-punyai ketergantungan tinggi terhadap ke-butuhan pakan ternak. Untuk subsektorpengolahan ikan, input antara terbesar ada-lah perikanan darat (43,14%) diikuti per-ikanan laut (19,75%) dan pedagang eceran(13,92%). Nilai input antara dari perikanandarat yang lebih besar dari perikanan lautmenunjukkan sebagian besar perikanan da-rat dikonsumsi dalam bentuk olahansedangkan ikan laut cenderung dikonsumsidalam bentuk segar.

Total output perekonomian Jawa Ti-mur pada tahun 2010 sebesar Rp681 trilyundengan kontribusi terbesar adalah sektorperdagangan eceran bukan motor dan mo-bil sebesar 21,6% kemudian sektor rokoksebesar 12%. Sedangkan kontribusi sektorperikanan laut hanya sebesar 4,11%; per-ikanan darat sebesar 2,36% dan pengolahanikan sebesar 2,58%. Rendahnya kontribusioutput sektor perikanan terhadap pem-bentukan output Jawa Timur menunjukkanrendahnya peran sektor perikanan dalamperekonomian Jawa Timur.

Nilai tambah bruto merupakan balasjasa terhadap faktor produksi yang terciptakarena adanya kegiatan produksi. Nilaitambah bruto dipengaruhi oleh besarnyaoutput dan biaya yang dikeluarkan dalamproses produksi pada suatu sektor. Nilaitambah bruto sektor perekonomian di JawaTimur tahun 2010 mencapai Rp951,856trilyun. Subsektor pengolahan ikan mem-berikan kontribusi sebesar Rp5,824 trilyun(0,61%), perikanan laut sebesar Rp18,904trilyun (1,99%) dan perikanan darat sebesarRp9,855 trilyun (1,04%). Nilai tambah brutoditinjau dari komponen pendapatan dapatdilihat dari komponen upah dan gaji, sur-plus usaha, penyusutan, dan pajak tak lang-sung netto. Perbandingan struktur pem-bentuk nilai tambah bruto di Jawa Timurpada subsektor perikanan laut, perikanan

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

398 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

darat, pengolahan ikan dan total sektorperekonomian dapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahuibahwa nilai tambah bruto sektor perekono-mian di Jawa Timur didominasi oleh kom-ponen surplus usaha termasuk subsektorperikanan. Besarnya proporsi surplus usahamenunjukkan besarnya nilai tambah lebihbanyak dinikmati oleh pengusaha. Proporsinilai tambah yang dinikmati oleh tenagakerja dalam bentuk upah dan gaji pada sub-sektor perikanan berada pada kisaran 18,6%sampai dengan 35,49%, sementara untuktotal sektor perekonomian berada pada31,27%.

Analisis Input-Output Subsektor Perikan-an Laut, Perikanan Darat dan PengolahanIkan

Peran subsektor perikanan dalam per-ekonomian Jawa Timur secara sektoral da-pat diketahui dari hasil analisis input-out-put pada tabel 5.

Keterkaitan ke depan dan ke belakangBerdasarkan tabel 5 dapat diketahui

bahwa subsektor perikanan laut dan daratmempunyai keterkaitan langsung kebela-kang yang lebih kecil daripada subsektorpengolahan ikan. Namun untuk keterkaitankedepan, subsektor perikanan laut dan per-ikanan darat mempunyai nilai yang lebihbaik dari subsektor pengolahan ikan. Hal inimenunjukkan bahwa subsektor pengolahanikan lebih banyak menggunakan outputsektor lain sebagai input, sedangkan sub-sektor perikanan laut dan darat lebih banyakmenghasilkan output yang digunakan se-bagai input oleh sektor lain. Subsektorperikanan yang memiliki keterkaitan kedepan total terbesar adalah subsektorperikanan darat yaitu sebesar 1,4086 dankemudian sektor perikanan laut sebesar1,2297. Sedangkan subsektor pengolahan

ikan mempunyai nilai keterkaitan ke depantotal sebesar 1,0731.

Keterkaitan ke depan total sektor per-ikanan laut sebesar 1,2297 terdiri dari keter-kaitan ke depan langsung sebesar 0,1925 danketerkaitan ke depan tidak langsung sebesar1,0372. Hal ini menunjukan bahwa setiapkenaikan satu satuan unit output subsektorperikanan laut, maka tambahan outputtersebut akan didistribusikan sebagai inputke sektor lainnya dan subsektor perikananlaut itu sendiri sehingga akan menaikkanoutput sektor-sektor tersebut secara lang-sung sebesar 0,1925 rupiah dan secara tidaklangsung sebesar 1,0372 rupiah. Dengan katalain setiap kenaikan satu unit output sektorperikanan laut, maka tambahan outputtersebut akan didistribusikan kepada sektoryang menggunakan input dari subsektorperikanan laut, sehingga mendorong pe-ningkatan proses produksi subsector ter-sebut karena adanya input yang lebihbanyak. Peningkatan output dari sektoryang menggunakan input dari sektor per-ikanan laut tersebut akan lebih lanjutdidistribusikan kesektor-sektor lain se-hingga akan mengakibatkan tambahan out-put pada perekonomian secara total sebesar1,2297 rupiah.

Subsektor perikanan yang memiliki ke-terkaitan ke belakang total terbesar adalahsubsektor pengolahan ikan sebesar 1,8486kemudian subsektor perikanan darat sebe-sar 1,5454 dan perikanan laut sebesar 1,2790.Besarnya nilai keterkaitan kebelakang totalsubsektor pengolahan ikan menunjukkanbahwa pengolahan ikan sangat terkait eratdengan output dari sub sektor lain. Ke-terkaitan ke belakang total sektor peng-olahan ikan sebesar 1,8486, yang terdiri dariketerkaitan ke belakang langsung sebesar0,5994 dan keterkaitan ke belakang tdaklangsung sebesar 1,2492.

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 399

Gambar 1Struktur Komponen Pendapatan Pembentuk Nilai Tambah Bruto Perekonomian di Jawa

Timur, 2010Sumber : BPS, 2012

Tabel 5Hasil Analisis Input-Output Provinsi Jawa Timur tahun 2010

No ParameterPerikanan laut Perikanan darat Pengolahan ikan

Nilai Rang-king Nilai Rang-

king Nilai Rang-king

1 Keterkaitan langsung kebelakang (DBL)

0,1870 79 0,3301 38 0,5994 7

2 Keterkaitan langsung kedepan (DFL)

0,1925 48 0,3504 30 0,0530 75

3 Keterkaitan ke belakanglangsung dan tidaklangsung (DIBL)

1,2790 73 1,5454 28 1,8486 5

4 Keterkaitan ke depanlangsung dan tidaklangsung (DIFL)

1,2297 50 1,4086 33 1,0731 75

5 Indeks daya penyebaran(IDP)

0,9019 73 1,0897 28 1,3035 5

6 Indeks derajat kepekaan(IDK)

0,8671 50 0,9932 33 0,7567 75

7 a. Output multiplier (OM) 1,2790 73 1,5454 28 1,8486 5b. Total value added

multiplier (VAM)1,2332 77 1,4506 48 2,5768 8

c. Income multiplier (IM) 1,1821 85 1,3639 61 3,6005 9d. Employment multiplier

(EM)4,0087 24 1,4152 56 26,1958 6

Sumber : BPS Jawa Timur, 2012

Hal ini dapat diartikan bahwa setiapkenaikan satu satuan unit output sub-sektor pengolahan ikan, akan membutuh-kan peningkatan penggunaan input darisektor lain maupun dari subsektor peng-

olahan ikan sendiri secara langsung sebesar0,5994 rupiah dan 1,2492 rupiah secara tidaklangsung, atau sebesar 1,8486 rupiah secaratotal. Dengan kata lain, kenaikan satu unitoutput subsektor pengolahan ikan, akan

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

400 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

mengakibatkan tambahan penggunaan in-put pada subsektor pengolahan ikan.Tambahan input tersebut menyebabkanharus adanya tambahan output dari sektoryang akan digunakan sebagai input olehsubsektor pengolahan ikan. Peningkatanpenggunaan input tersebut merupakan pe-ningkatan output sektor lain, sehingga padaakhirnya akan mengakibatkan tambahanoutput pada perekonomian secara totalsebesar 1,8486 rupiah.

Subsektor perikanan yang memilikiketerkaitan total terbesar adalah sektorperikanan darat sebesar 2,9540 kemudiansektor pengolahan ikan sebesar 2,9217sedangkan sektor perikanan laut hanya me-miliki keterkaitan total sebesar 2,5087. Ang-ka keterkaitan total sektor perikanan darat,baik kedepan maupun kebelakang sebesar2,954 menunjukan bahwa untuk setiap ke-naikan satu satuan unit output sektor per-ikanan darat akan berdampak terhadap pe-ningkatan output perekonomian sebesar2,954 rupiah.

Daya Penyebaran dan Derajat KepekaanBesarnya daya penyebaran menunjuk-

kan dampak perubahan permintaan akhirsuatu sektor terhadap output seluruh sektorperekonomian di suatu wilayah. Sektor yangmemiliki kemampuan untuk mendorongpertumbuhan sektor-sektor hulu atau hilirbaik melalui mekanisme transaksi pasaroutput maupun pasar input sangat di-butuhkan dalam pembangunan ekonomiwilayah yang berkelanjutan. Untuk me-ngetahui sektor-sektor yang memiliki ke-mampuan mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu atau hilir baik melalui mekanis-me transaksi pasar output maupun pasarinput, dianalisa mengunakan daya penye-baran dan derajat kepekaan. Daya penye-baran adalah jumlah dampak akibat per-ubahan permintaan akhir suatu sektorterhadap output seluruh sektor ekonomi.Derajat kepekaan sendiri merupakan jum-lah dampak terhadap suatu sektor sebagaiakibat perubahan seluruh sektor perekono-mian.

Indeks daya penyebaran (IDP) menun-jukkan kekuatan relatif permintaan akhirsuatu sektor dalam mendorong pertumbuh-an produksi total seluruh sektor perekono-mian. Daya penyebaran ini merupakanukuran untuk melihat keterkaitan kebela-kang sektor-sektor yang ada. Sektor yangmemiliki daya penyebaran yang tinggi (>1)sebagai indikasi memiliki keterkaitan kebe-lakang yang tinggi atau memiliki daya tarikyang kuat untuk mendorong sektor-sektor dibelakang (sektor hulu). Untuk mem-bandingkan dampak yang terjadi pada se-tiap sektor, maka daya penyebaran maupunderajat kepekaan harus dinormalkan de-ngan cara membagi dengan rata-rata dam-pak suatu sektor dengan rata-rata dampakseluruh sektor. Maka dari proses tersebutdidapatkan Indeks Daya Penyebaran (IDP)dan Indeks Derajat Kepekaan (IDK).

Nilai IDP yang diperoleh menunjukkanbahwa perikanan darat dan pengolahan ikanmemiliki nilai IDP lebih besar dari satu yangberarti subsektor ini memiliki daya pe-nyebaran yang tinggi. Nilai IDP pengolahanikan sebesar 1,3035 dapat diartikan bahwapengolahan ikan memiliki kekuatan relatifsecara rata-rata dibandingkan dengan sektorlainnya secara total sebesar 1,3035 satuanpada sektor-sektor hulu secara langsung dantidak langsung. Sementara itu perikanan lauthanya memiliki daya penyebaran sebesar0,9019.

Indeks Derajat Kepekaan (IDK) me-rupakan ciri yang menunjukkan sumbanganrelatif suatu sektor dalam memenuhi per-mintaan akhir keseluruhan sektor per-ekonomian. Nilai indeks derajat kepekaanlebih besar dari satu menunjukkan bahwasektor tersebut memiliki kemampuan untukmendorong pertumbuhan produksi sektorhilirnya yang memakai input dari sektortersebut. Subsektor perikanan masih me-miliki indeks derajat kepekaan yang kecil.IDK terbesar pada subsektor perikananterdapat pada subsektor perikanan daratdengan nilai 0,9932 diikuti perikanan lautsebesar 0,8671 dan pengolahan ikan sebesar0,7567. Perikanan darat yang bernilai 0,9932

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 401

berarti bahwa kekuatan rata-rata untukmensuplai input terhadap sektor-sektor hilirlain secara keseluruhan sebesar 0,9932satuan. Sektor dengan nilai IDP dan IDKtinggi merupakan suatu sektor yang me-miliki basis domestik, baik itu dari sisi inputmaupun output. Artinya sektor-sektortersebut lebih banyak menggunakan inputantara yang berasal dari produksi domestikdan lebih banyak digunakan outputnyauntuk memenuhi kebutuhan input antaradari sektor produksi domestik. Dengan katalain sektor tersebut lebih sedikit meng-gunakan input yang berasal dari impor dansedikit digunakan untuk memenuhi per-mintaan ekspor. Sektor yang dengan nilaiIDP tinggi memberikan indikasi bahwasektor tersebut mempunyai pengaruh yangnyata terhadap sektor lain. Sebaliknya,sektor yang mempunyai IDK tinggi berartisektor tersebut akan cepat terpengaruh bilaterjadi perubahan pada sektor lainnya.

Berdasarkan daya penyebaran dan de-rajat kepekaan, sektor-sektor produksi padaperekonomian Provinsi Jawa Timur dapatdikelompokkan menjadi empat yaitu:1. Kelompok I adalah sektor yang memiliki

derajat kepekaan dan daya penyebaranyang tinggi (diatas rata-rata)

2. Kelompok II adalah sektor yang memilikiderajat kepekaan tinggi (diatas rata-rata)dan daya penyebaran yang rendah (di-bawah rata-rata)

3. Kelompok III adalah sektor yang me-miliki derajat kepekaan dan daya pe-nyebaran rendah (dibawah rata-rata)

4. Kelompok IV adalah sektor yang me-miliki daya penyebaran tinggi tetapiderajat kepekaan rendah.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh 15sektor yang termasuk dalam kelompok I, 17sektor dalam kelompok II, 48 sektor dalamkelompok III dan 30 sektor dalam kelompokIV. Nilai IDP dan IDK subsektor perikanandarat dan pengolahan ikan termasuk dalamkelompok empat bersama dengan 28 sektorlainnya. Sementara itu subsektor perikananlaut termasuk dalam kelompok tiga. Hal inimenunjukkan bahwa perikanan darat dan

pengolahan ikan mempunyai daya pe-nyebaran yang relatif tinggi dibandingperikanan laut.

Dampak PenggandaAngka pengganda ouput subsektor

pengolahan ikan relatif besar yaitu sebesar1,8486 atau peringkat lima. Angka ini me-nunjukkan bahwa jika terjadi peningkatanpada permintaan akhir sektor perikanan se-besar satu unit rupiah maka akan meng-akibatkan peningkatan output total sektor-sektor dalam perekonomian sebesar 1,8486rupiah. Nilai angka pengganda outputpengolahan ikan yang cukup besar me-nunjukkan bahwa pengolahan ikan merupa-kan salah satu subsektor perekonomian yangdapat memberikan kontribusi yang besardalam penciptaan output dalam sektorperekonomian di Jawa Timur.

Angka pengganda output untuk per-ikanan laut termasuk rendah yaitu hanyasebesar 1,2790 atau peringkat 73, sedangkanperikanan darat relatif tinggi yaitu men-capai 1,5454 atau peringkat 28. Rendahnyaangka pengganda output perikanan lautkarena masih belum optimalnya pe-manfaatan output perikanan laut dimanaoutput perikanan laut lebih banyak di-konsumsi secara langsung tanpa adanyapengolahan lebih lanjut.

Subsektor perikanan yang memilikiangka pengganda pendapatan terbesar ada-lah subsektor pengolahan ikan sebesar3,6005 atau peringkat sembilan, sedangkanperikanan laut hanya sebesar 1,1821 atauperingkat 85, sedangkan perikanan darat se-besar 1,3639 atau peringkat 61. Angka peng-ganda pendapatan pengolahan ikan sebesar3,6005 berarti bahwa jika terjadi pe-ningkatan permintaan akhir pada peng-olahan ikan sebesar satu rupiah, akan me-ningkatkan pendapatan rumah tangga totalatau peningkatan pembayaran atas balas jasapemakaian tenaga kerja berupa upah ataugaji total sebesar 3,6005 rupiah dalamperekonomian. Nilai angka pengganda pen-dapatan rumah tangga di sektor peng-olahan ikan yang lebih besar daripada per-

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

402 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

ikanan laut dan perikanan darat menunjuk-an bahwa balas jasa atau upah tenaga kerjapada pengolahan ikan lebih baik daripadaperikanan laut dan darat.

Subsektor perikanan yang memilikiangka pengganda nilai tambah terbesaradalah subsektor pengolahan ikan sebesar2,5768 atau peringkat delapan, sedangkanperikanan laut hanya sebesar 1,2332 atauperingkat 77, sedangkan perikanan darat se-besar 1,4506 atau peringkat 48. Angka peng-ganda nilai tambah pengolahan ikan sebe-sar 2,5768 berarti bahwa jika terjadi pe-ningkatan permintaan akhir pada peng-olahan ikan sebesar satu rupiah, akan me-ningkatkan nilai tambah total sebesar 2,5768rupiah dalam perekonomian. Nilai angkapengganda nilai tambah di subsektor peng-olahan ikan yang tinggi dan termasuk da-lam delapan besar diantara 110 sektor me-nunjukan bahwa subsektor pengolahan ikanmerupakan salah satu subsektor yangmampu mendorong pertumbuhan nilaitambah perekonomian secara total dengancepat.

Subsektor perikanan yang memilikiangka pengganda tenaga kerja terbesar ada-lah pengolahan ikan sebesar 26,1958 atauperingkat keenam, kemudian perikanan lautsebesar 4,0087 atau peringkat 24 dan per-ikanan darat sebesar 1,4152 atau peringkat56. Angka pengganda tenaga kerja peng-olahan ikan sebesar 26,1956 menunjukkanbahwa jika terjadi peningkatan permintaanakhir sebesar satu juta rupiah di subsektorpengolahan ikan akan menciptakan 26lapangan kerjaan baru di perekonomian.Sementara itu, kondisi riil menunjukkanbahwa serapan tenaga kerja usaha perikananmasih terkonsentrasi pada on-farm sehinggaperlu faktor pendorong pengembanganinvestasi atau industrialisasi sehingga usahapengolahan ikan dapat berkembang lebihbaik dan menyerap tenaga kerja lebihbanyak lagi (Haryati, 2009).

Nilai angka pengganda tenaga kerjapada subsektor perikanan laut dan daratyang lebih rendah dari pengolahan ikan ti-dak terlepas dari masih rendahnya nilai

tambah (added value) yang diperoleh daripemanfaatan output perikanan laut dandarat. Agar pengganda tenaga kerja sub-sektor perikanan laut dan darat lebih besarlagi maka diperlukan usaha peningkatan ni-lai tambah output perikanan laut dan darat.

Spasial Keunggulan Kompetitif danSpesialisasi Subsektor Perikanan di JawaTimur

PDRB subsektor perikanan kabupaten/kota di Jawa Timur pada periode 2008-2012hampir seluruhnya mengalami pertumbuh-an positif yang ditunjukkan dengan nilaitotal shift (dij) yang sebagian besar positif.Hanya terdapat dua kota yang mempunyaitotal shift negatif yaitu Kota Surabaya (-9.270)dan Kota Probolinggo (-29.691). Daerah yangmempunyai nilai pertumbuhan PDRB per-ikanan terbesar adalah Kabupaten Lamong-an (308.108), Kabupaten Banyuwangi(231.117) dan Kabupaten Gresik (79.794)(Tabel 6).

Perkembangan relatif PDRB subsektorperikanan kabupaten/kota terhadap totalPDRB di Jawa Timur pada periode 2008-2012mengalami pergeseran bernilai negatif yangditunjukkan dengan nilai proportional shift(mij) subsektor perikanan yang negatif. Nilaiproportional shift yang bernilai negatif dapatdiartikan bahwa pertumbuhan sub-sektorperikanan lebih lambat jika dibandingkanpertumbuhan total PDRB di Jawa Timur.Kondisi ini menjadi alasan pentingnyarevitalisasi subsektor perikanan agar dapattumbuh lebih baik dan memberikan shareyang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomidi Jawa Timur (Herath et al., 2011).

Pergeseran bersih (PB) diperoleh darihasil penjumlahan antara proportional shiftdan differential shift di setiap sektor per-ekonomian. Apabila PB > 0, maka per-tumbuhan subsektor perikanan kabupaten/kota di Jawa Timur termasuk dalamkelompok yang progresif (maju), sedangkanPB < 0 artinya subsektor perikanan di kabu-paten/kota di Jawa Timur termasukkelompok yang lamban (Prawira danHamidi, 2013).

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 403

Sumber : BPS, 2012Gambar 2

Pergeseran Bersih PDRB Subsektor Perikanan di Jawa Timur, 2008-2012

Pergeseran bersih subsektor perikanandi Jawa Timur pada umumnya bernilai ne-gatif. Hanya ada enam kabupaten/kota yangmempunyai pergeseran bersih positif yaituKabupaten Lamongan, Bojonegoro, Banyu-wangi, Malang, Pacitan, Mojokerto dan KotaMojokerto. Keenam daerah tersebut dapatdikatakan daerah yang mempunyai per-tumbuhan subsektor perikanan yang pro-gresif sedangkan daerah lainnya termasukdaerah yang pertumbuhan sub-sektor per-ikanannya lamban.

Kabupaten/kota di Jawa Timur mem-punyai keunggulan kompetitif maupunspesialisasi subsektor perikanan yang ber-variasi. Berdasarkan hasil analisis terhadappertumbuhan PDRB subsektor perikanantahun 2008-2012, kabupaten/kota di JawaTimur dapat dikelompokkan menjadi em-pat kelompok. Daerah yang tergabung da-lam kode satu merupakan daerah basis per-ikanan tetapi tidak mempunyai keuntungan

kompetitif karena nilai pertumbuhan relatif-nya lebih rendah dari rata-rata daerahlainnya di Provinsi Jawa Timur. Kabupa-ten/kota yang tergabung dalam kelompokdua bukan merupakan daerah basis per-ikanan dan tidak mempunyai keunggulankompetitif. Kabupaten/kota yang ter-gabung dalam kode tiga mempunyai keuntungan kompetitif tetapi belum menjadisektor basis. Sementara itu, daerah yangtermasuk dalam kode empat merupakankabupaten/kota yang memiliki keunggulankompetitif dan spesialisasi pada subsektorperikanan.

Berdasarkan data PDRB subsektor per-ikanan tahun 2008-2012 dapat diketahui be-berapa daerah mempunyai laju pertumbuh-an relatif yang positif dan terspesialisasi pa-da subsektor perikanan. Beberapa daerahyang kompetitif dan terspesialisasi padasubsektor perikanan tergabung dalam kodeempat yang terdiri dari Kabupaten Lamong-

(50.000)

(40.000)

(30.000)

(20.000)

(10.000)

-

10.000

20.000

Paci

tan

Pono

rogo

Tren

ggal

ekTu

lung

agun

gBl

itar

Ked

iri

Mal

ang

Lum

ajan

gJe

mbe

rBa

nyuw

angi

Bond

owos

oSi

tubo

ndo

Prob

olin

ggo

Pasu

ruan

Sido

arjo

Moj

oker

toJo

mba

ngN

ganj

ukM

adiu

nM

aget

anN

gaw

iBo

jone

goro

Tuba

nLa

mon

gan

Gre

sik

Bang

kala

nSa

mpa

ngPa

mek

asan

Sum

enep

Kot

a K

edir

iK

ota

Blita

rK

ota

Mal

ang

Kot

a Pr

obol

ingg

oK

ota

Pasu

ruan

Kot

a M

ojok

erto

Kot

a M

adiu

nK

ota

Sura

baya

Kot

a Ba

tu

PB

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

404 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

Tabel 6Hasil Analisis Shift Share PDRB Subsektor Perikanan di Jawa Timur tahun 2008-2012

Sumber : BPS, 2013

an, Banyuwangi, Pamekasan, Trenggalekdan Pacitan. Terspesialisasinya perikananpada daerah tersebut menunjukkan bahwaperikanan menjadi sektor basis pada daerahtersebut dengan artian bahwa daerahtersebut mempunyai kemampuan ekspor

subsektor perikanan ke daerah lain. Daerahyang mempunyai keunggulan kompetitifdan spesialisasi mempunyai potensi ke-berhasilan yang lebih besar untuk pe-ngembangan subsektor perikanan jika di-bandingkan dengan daerah yang berada

gij mij cij aij c*ij Eij(t0)-E*ij Kode1 Pacitan 14.527 9.813 (3.842) 8.556 1.289 7.267 4.883 42 Ponorogo 927 1.686 (660) (99) 970 (1.068) (54.655) 23 Trenggalek 32.722 37.083 (14.518) 10.157 5.600 4.557 67.508 44 Tulungagung 10.596 39.365 (15.411) (13.358) 959 (14.317) (9.331) 25 Blitar 13.263 25.900 (10.140) (2.498) 509 (3.007) (17.442) 26 Kediri 9.191 10.058 (3.938) 3.071 (9.670) 12.741 (104.574) 37 Malang 36.226 31.774 (12.439) 16.891 (25.254) 42.145 (156.854) 38 Lumajang 11.860 25.800 (10.101) (3.840) 1.322 (5.162) (29.323) 29 Jember 18.293 47.991 (18.788) (10.910) 3.358 (14.268) (48.771) 210 Banyuwangi 231.117 223.932 (87.668) 94.852 69.659 25.193 543.008 411 Bondowoso 5.233 10.399 (4.071) (1.096) 722 (1.818) (22.631) 212 Situbondo 19.957 36.363 (14.236) (2.170) (1.021) (1.150) 56.458 113 Probolinggo 53.200 87.761 (34.358) (203) (119) (85) 168.986 114 Pasuruan 15.358 22.227 (8.702) 1.832 (1.214) 3.046 (48.617) 315 Sidoarjo 62.296 138.414 (54.188) (21.930) 821 (22.751) (17.107) 216 Mojokerto 2.246 1.856 (727) 1.117 (24.623) 25.739 (135.128) 317 Jombang 378 5.172 (2.025) (2.770) 15.674 (18.444) (96.654) 218 Nganjuk 5.679 26.082 (10.211) (10.192) 970 (11.162) (8.197) 219 Madiun 1.378 2.161 (846) 64 (430) 494 (48.287) 320 Magetan 257 410 (161) 7 (317) 324 (57.591) 321 Ngawi 3.998 4.084 (1.599) 1.513 (4.763) 6.277 (42.451) 322 Bojonegoro 17.369 5.972 (2.338) 13.735 (78.596) 92.331 (112.841) 323 Tuban 3.196 44.468 (17.409) (23.864) 689 (24.553) (4.239) 224 Lamongan 308.109 272.272 (106.592) 142.429 125.095 17.334 789.591 425 Gresik 79.794 179.298 (70.194) (29.310) (14.980) (14.330) 302.570 126 Bangkalan 5.257 21.204 (8.301) (7.646) (813) (6.833) 7.449 127 Sampang 31.368 80.645 (31.572) (17.705) (14.183) (3.522) 213.310 128 Pamekasan 46.603 54.472 (21.325) 13.457 10.522 2.934 140.636 429 Sumenep 56.364 235.202 (92.080) (86.758) (76.071) (10.687) 680.938 130 Kota Kediri 15 61 (24) (23) 44.115 (44.138) (396.280) 231 Kota Blitar 215 571 (224) (133) 1.102 (1.235) (15.654) 232 Kota Malang 3 29 (11) (15) 38.002 (38.017) (243.271) 233 Kota Probolinggo (29.691) 34.500 (13.506) (50.685) (34.525) (16.160) 77.595 134 Kota Pasuruan 350 2.279 (892) (1.037) 1.750 (2.786) (12.695) 235 Kota Mojokerto 755 48 (19) 725 (99.507) 100.232 (21.957) 336 Kota Madiun 581 473 (185) 294 (6.756) 7.050 (35.890) 337 Kota Surabaya (9.270) 21.693 (8.493) (22.470) 404.013 (426.483) (1.287.876) 238 Kota Batu 80 117 (46) 10 (608) 618 (24.617) 3

SSA Esteban-MarquillasSSA klasikKab./KotaNo. dij

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 405

pada kode satu, dua maupun tiga sehinggaprioritas pembangunan perikanan hendak-nya dilaksanakan pada daerah tersebut.

Beberapa daerah hanya memiliki salahsatu keunggulan kompetitif maupun spesi-alisasi. Daerah yang hanya mempunyaikeunggulan kompetitif tetapi tidak terspesi-alisasi pada subsektor perikanan berada pa-da kode tiga yang terdiri dari sepuluh ka-bupaten/kota. Daerah yang termasuk da-lam kode tiga meliputi Kota Mojokerto, Ko-ta Batu, Kota Madiun, Kabupaten Ngawi,Pasuruan, Madiun, Magetan, Kediri, Mojo-kerto dan Malang. Daerah yang tergabungdalam kode tiga ini mempunyai pertum-buhan relatif subsektor perikanan yangpositif tetapi belum mampu menjadi daerahbasis perikanan di Jawa Timur. Sementaraitu, daerah yang mempunyai keunggulanspesialisasi perikanan tetapi nilai pertum-buhan relatifnya negatif tergabung dalamkode satu yang terdiri dari tujuh kabupa-ten/kota. Daerah yang tergabung dalamkode satu meliputi Kabupaten Sumenep,Gresik, Sampang, Probolinggo, Situbondo,Bangkalan dan Kota Probolinggo. Daerahyang tergabung dalam kode satu sebenar-nya mempunyai keunggulan spesialisasipada subsektor perikanan tetapi padaperiode tahun 2008-2012 mengalami per-tumbuhan relatif yang negatif. Daerah yangtermasuk dalam kode satu dan tiga dapatmenjadi daerah pendukung kode empatdalam pengembangan perikanan di JawaTimur karena mempunyai potensi perikan-an yang unggul dari salah satu sudut pan-dang tingkat kompetitif maupun spesial-isasi perikanannya.

Daerah yang tidak termasuk dalam ko-de satu, tiga dan empat tergabung dalamkode dua yaitu daerah yang tidak mem-punyai keunggulan kompetitif dan spesiali-sasi pada subsektor perikanan. Terdapat 15kabupaten/kota di Jawa Timur yang terma-suk dalam kode dua yaitu Kota Pasuruan,Kota Blitar, Kota Malang, Kota Kediri, KotaSurabaya, Kabupaten Sidoarjo, Nganjuk,Tulungagung, Tuban, Blitar, Bondowoso,Lumajang, Jember, Ponorogo dan Jombang.

Daerah yang tergabung dalam kode dua pa-da umumnya merupakan daerah perkotaandan bukan daerah basis perikanan di JawaTimur. Daerah yang termasuk dalam kodedua bisa menjadi prioritas terakhir dalampengembangan perikanan di Jawa Timurkarena kurang kompetitif dan tidak ter-spesialisasi pada subsektor perikanan jikadibandingkan daerah yang berada padakode empat, satu dan tiga.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Subsektor perikanan yang terbagi men-jadi perikanan on-farm dan off-farm secarasektoral dalam rangka meningkatkan per-ekonomian di Jawa Timur dapat di-kembangkan dengan mengutamakan stra-tegi pengembangan pengolahan ikan diikutidengan perikanan darat dan perikanan laut.Sub-sektor pengolahan ikan mempunyaiindeks daya penyebaran, dampak peng-ganda out-put, dampak pengganda tenagakerja dan dampak pengganda pendapatanyang relatif tinggi sehingga dapat mem-berikan dampak output yang besar dalamperekonomian Jawa Timur.

Secara spasial pengembangan per-ikanan di Jawa Timur dapat dilakukan padadaerah yang mempunyai keunggulankompetitif dan spesialisasi subsektor per-ikanan secara sekaligus yang meliputiKabupaten Lamongan, Banyuwangi, Pame-kasan, Trenggalek dan Pacitan. Adapundaerah yang hanya unggul secara kompe-titif atau spesialisasi saja dapat menjadidaerah pendukung pengembangan sub-sektor perikanan.

SaranArah pembangunan perikanan sebaik-

nya diutamakan pada usaha peningkatannilai tambah perikanan dengan meningkat-kan produktivitas usaha pengolahan ikansehingga mampu menarik atau memanfaat-kan output subsektor perikanan laut dandarat. Prioritas wilayah pengembanganperikanan hendaknya memperhatikan as-pek keunggulan kompetitif dan spesialisasi

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

406 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 387 – 407

perikanan suatu daerah dan unsur pemera-taan pengembangan ekonomi di Jawa Ti-mur.

Pada penelitian ini keunggulan kompe-titif dan spesialisasi dibatasi pada tinjauannilai tambah sektor perikanan. Pada pe-nelitian selanjutnya dapat disarankan untukdilakukan pengkajian pada aspek yang lainseperti keunggulan kompetitif dan spesiali-sasi pada tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKAAdisasmita, R. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi

Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.Arifin, Z. 2006. Konsentrasi Spasial Industri

Manufaktur Berbasis Perikanan Di JawaTimur. Jurnal Humanity 1(2): 142-151.

-----------. 2009. Kesenjangan dan Konver-gensi Ekonomi Antar Kabupaten PadaEmpat Koridor di Provinsi Jawa Ti-mur.Jurnal Humanity 4(2): 154-164.

Arifien, M., Fafurida, dan V. Noekent. 2012.Perencanaan Pembangunan BerbasisPertanian Tanaman Pangan dalam U-paya Penanggulangan Masalah Ke-miskinan. Jurnal Ekonomi Pembangunan13(2): 288-302.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi JawaTimur. 2012. Tabel Input-Output JawaTimur 2010. BPS Provinsi Jawa Timur.Surabaya.

----------------. 2013. Jawa Timur dalam Angka2012. BPS Provinsi Jawa Timur. Sura-baya.

Budiawan, A. 2013. Faktor-Faktor YangMempengaruhi Penyerapan TenagaKerja Terhadap Industri Kecil Peng-olahan Ikan di Kabupaten Demak.Economic Development Analysis Journal2(1): 1-8.

Dahuri, R. 2002. Kebijakan dan ProgramPengembangan Sumberdaya Kelautandan Perikanan. Jumal Pesisir dan Lautan4(2): 1-14.

Dault A, A. K. Muzakir, dan A. Suherman.2008. Peran Sektor Perikanan Sebelumdan Setelah Otonomi Daerah di JawaTengah. Jurnal Saintek Perikanan 3(2): 51-63.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Ja-wa Timur. 2013. Statitik Perikanan Pro-vinsi Jawa Timur tahun 2012. DinasPerikanan dan Kelautan Provinsi JawaTimur. Surabaya.

Dinc, M. dan K. E. Haynes. 1999. Sources ofregional inefficiency. The Annals ofRegional Science 33:469–489.

Esteban, J. 2000. Regional convergence inEurope and the industry mix : a shift-share analysis. Regional Science andUrban Economics 30:353–364.

-------------- dan Marquillass. 1972. Shift andShare Analysis Revisited. Regional andUrban Economic Journal 2(3): 249-261.

Fejika, P. I., J.O. Ayanda, dan A. M. Sule.2007. Socio-Economic Variables Affec-ting Aquaculture Production Practicesin Borgu Local Government Area ofNiger State, Nigeria. Journal of Agricul-tural and Social Research (JASR) 7(2): 20-29.

Haryati, E. 2009. Pengembangan EkonomiLokal yang Berorientasi pada Penye-rapan Tenaga Kerja di Jawa Timur.Jurnal Ekuitas 12(2): 245-269.

Hendarto, T. 2010. Analisis DisparitasPemanfaatan Sumberdaya Perikanandalam Perspektif Pengelolaan PesisirProvinsi Jawa Timur. Disertasi. SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Herath, J., T. G. Gebremedhin, dan B. M.Maumbe. 2011. A Dynamic Shift-Sha-reAnalysis of Economic Growth in WestVirginia. Journal of Rural and CommunityDevelopment 6(2): 155-169.

Herzog, H. W. dan R. Olsen. 1977. Shift-ShareAnalysis Revisited: The Allocation Effectand The Stability of Regional Structure.OAK Ridge National Laboratory.Tennesse.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).2013. Kelautan dan Perikanan dalam Angkatahun 2012. Kementerian Kelautan danPerikanan. Jakarta.

Mardiantony, T. dan U. Ciptomulyono. 2012.Penerapan Analisis Input Output danANP dalam Penentuan Prioritas

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI JAWA … · 2019. 10. 30. · Potensi sumberdaya alam yang dimiliki menempatkan sektor ... sebelum dan sesudah

Strategi Pengembangan Perikanan ... – Huda, Purnamadewi, Firdaus 407

Pengembangan Sub Sektor Industri diJawa Timur. Jurnal Teknik ITS 1: 455-459.

Miradani, S. D. 2010. Analisis PerencanaanPembangunan Agroindustri ProvinsiJawa Timur. Tesis. Sekolah PascasarjanaInstitut Pertanian Bogor. Bogor.

Nugroho, I. 2008. Agropolitan: Suatu Ke-rangka Berpikir Baru dalam Pem-bangunan Nasional. Journal of Indone-sian Applied Economics 2(2): 174-186.

Panggabean, M. A. 2013. Studi Peran Sub-sektor Perikanan dalam PengembanganWilayah di Kota Sibolga. Tesis. SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Panuju, D. R. dan E. Rustiadi. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Wilayah. Laborato-rium Perencanaan Pengembangan Wi-layah Jurusan Tanah Fakultas Perta-nian IPB. Bogor.

Permana, C. D. dan A. Asmara. 2010. Anali-sis Peranan dan Dampak Investasi In-frastruktur terhadap PerekonomianIndonesia: Analisis Input-Output. JurnalManajemen dan Agribisnis 7(1): 48-58.

Prawira, Y. dan W. Hamidi. 2013. Trans-formasi Struktur Ekonomi KabupatenSiak Tahun 2001-2010. Jurnal Ekonomi21(1): 1-21.

Priyarsono D. S., Sahara, dan M. Firdaus.2007. Ekonomi Regional. UniversitasTerbuka. Jakarta.

Putra, D. Y. 2011. Peran Sektor Perikanandalam Perekonomian dan PenyerapanTenaga Kerja di Indonesia : AnalisisInput-Output. Tesis. Universitas Anda-las. Padang.

Rustiadi, E., S. Saefulhakim, dan D. R. Pa-nuju. 2011. Perencanaan dan Pengem-bangan Wilayah. Crestpent Press danYayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Sholeh, M. 2005. Dampak Kenaikan UpahMinimum Propinsi Terhadap Kesem-patan Kerja (Studi Kasus Propinsi JawaTengah). Jurnal Ekonomi dan Pendidikan2(2): 156-167.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori danAplikasi. Badouse Media. Padang.

Susanto. 2011. Peranan Sektor Perikanandalam Pengembangan Wilayah Kabu-paten Belitung. Tesis. Sekolah Pasca-sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susilowati, I. 2006. Keselarasan dalam Peman-faatan dan Pengelolaan Sumberdaya Per-ikanan bagi Manusia dan Lingkungan.Pidato Pengukuhan Guru Besar. BadanPenerbit Universitas Diponegoro.Semarang.

Syarief, A. 2013. Analisis Subsektor Per-ikanan dalam Pengembangan WilayahKabupaten Indramayu. Tesis. SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional Teori danAplikasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Wahyuni, K. D., I. Hanafi, dan C. Saleh. 2013.Evaluasi Program Pengembangan Budi-daya Perikanan di Kota Batu. J-PAL4(1): 26-37.