strategi pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non formal

Upload: dyah-larasati

Post on 09-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penyelenggaraan pembelajaran pendidikan nonformal lebih dominan ketimbang , Pendidikan nonformal diselenggarakan melalui tahapan-tahapan

TRANSCRIPT

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah Nya kepada penulis, sehingga makalah

    Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Nonformal dapat

    terselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu

    Pendidikan.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masihlah jauh dari kata sempurna.

    Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya

    makalah yang lebih baik. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

    Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang telah ikut

    berkontribusi demi tersusunnya makalah ini.

    Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

    umumnya dan dapat menjadi bahan referensi.

    Semarang, 16 Mei 2013

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    JUDUL ..... i

    KATA PENGANTAR.. ii

    DAFTAR ISI......... iii

    BAB I PENDAHULUAN..... 1

    A. LatarBelakang 1

    B. RumusanMasalah . 6

    C. Tujuan Penulisan 6

    D. Manfaat.. 6

    BAB II PEMBAHASAN . . 7

    A. Pengertian Pendidikan Nonformal ... 7

    B. Tujuan Pendidikan Nonformal .... 14

    C. Objek atau Sasaran Pendidikan Nonformal .... 15

    D. Peranan Pendidikan Nonformal .. 17

    E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat . 24

    BAB III PENUTUP... . 28

    A. Simpulan ... 28

    B. Saran ..... 29

    DAFTAR PUSTAKA .. 30

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Carut-marut dunia pendidikan Indonesia, sesungguhnya merupakan

    sebuah realitas yang sangat memprihatinkan. Mahalnya biaya pendidikan

    yang tidak serta merta dibarengi dengan peningkatan kualitas secara

    signifikan, tentu menimbulkan tanda tanya besar mengenai orientasi

    pendidikan yang sebenarnya sedang ingin dicapai. Ironisnya, disaat

    beberapa negara tetangga terus berupaya keras melakukan peningkatan

    kualitas pada sektor pendidikan, banyak pihak di negara ini justru

    menempatkan pendidikan sebagai suatu komoditas yang memiliki nilai jual

    yang tinggi. Tak mengherankan bahwa ketika banyak pihak mengejar

    pendidikan dari sisi kuantitas, tentu menimbulkan berbagai macam

    konsekuensi logis seperti terabaikannya faktor kualitas pendidikan.

    Parahnya lagi, belakangan kita juga telah disadarkan bahwa banyak

    lulusan pendidikan formal tidak memiliki spesifikasi keahlian yang

    dibutuhkan oleh dunia kerja. Menanggapi kondisi yang seperti ini, Paulus

    Wisnu Anggoro, Direktur UAJY - Delcam Traning Center, menuturkan

    bahwa banyak dari kalangan industri yang menjadi kliennya mengeluhkan

    keterbatasan skill yang dimiliki oleh para lulusan perguruan tinggi, sehingga

    mau tidak mau seorang fresh graduate harus dilatih dari awal lagi. Ini

    pemborosan untuk pihak perusahaan sebagai user lulusan perguruan tinggi.

  • Indonesia mengalami krisis SDM sebenarnya berpangkal pada

    buruknya kualitas pendidikan yang dilaksanakan. Untuk menghadapi krisis,

    sistem pendidikan memerlukan bantuan dari semua sektor kehidupan

    domestik dan pada beberapa kasus, juga memerlukan sumber-sumber di luar

    batas nasional. Pendidikan memerlukan dana, namun anggaran pendidikan

    sulit bertambah. Pendidikan memerlukan sumber daya, khususnya sumber

    daya insani nasional yang terbaik untuk meningkatkan kualitas, efisiensi,

    dan produktivitas. Pendidikan memerlukan prasarana dan sarana, materi

    pengajaran yang baik dan lebih baik. Di pelbagai tempat, pendidikan

    memerlukan pula makanan bagi murid yang lapar agar mereka dalam

    kondisi siap belajar. Di atas semua itu pendidikan memerlukan hal-hal yang

    tidak dapat dibeli dengan uang, yakni gagasan dan keberanian, keputusan,

    keinginan baru untuk mengetahui kemampuan diri yang diperkuat oleh

    suatu keinginan untuk berubah dan bereksperimen.

    Berkaitan dengan frasa sistem pendidikan, lebih lanjut

    diungkapkan bahwa sistem pendidikan tidak hanya mengacu pada tingkat

    dan tipe pendidikan formal seperti sekolah kejuruan, umum dan spesialisasi,

    tetapi juga seluruh program dan proses sistematik pendidikan di luar

    pendidikan formal yaitu yang dikenal dengan pendidikan nonformal. Sistem

    pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan pendidikan formal maupun

    nonformal memiliki sejumlah input, yang diproses untuk memperoleh

    output untuk memenuhi tujuan tertentu. Mengacu pada sistem pendidikan

    selanjutnya diungkapkan bahwa pendidikan dengan demikian merupakan

  • suatu proses yang berinteraksi dengan lingkungannya. Output yang ingin

    dihasilkan dari suatu sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang

    dikehendaki oleh lingkungan atau masyarakat. Manusia yang terdidik

    hendaknya diperlengkapi untuk melayani masyarakat dan mengurus dirinya

    sendiri sebagai individu dan anggota masyarakat, pekerja ekonomi,

    pemimpin dan inovator, warga negara dan warga dunia dan penyumbang

    kebudayaan. Untuk itu, pendidikan harus mampu meningkatkan basic

    knowledge (pengetahuan dasar) intellectual and manual skills (keterampilan

    manual dan intelektual ),power of reason critism ( daya nalar / kritik

    ),values, attitudes and motivation (nilai-nilai, sikap dan motivasi ),power of

    creativity and innovation (daya kreatif dan inovasi ),cultural appreciation

    (apresiasi kebudayaan ),sense of social responsibillity ( tanggung jawab

    sosial ), dan understanding of the modern world (memahami dunia modern).

    Pendidikan nonformal menjadi bagian dari pembicaraan internasional

    terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan tentang pendidikan pada era

    sebelum tahun 1960 dan akhir tahun 1970-an. Hal tersebut dapat dilihat

    bagaimana kaitan antara konsep pendidikan berkelanjutan dengan konsep

    pendidikan sepanjang hayat. Tight ( 1996 ) mengajukan konsep tentang

    penyatuan pendidikan extention dan belajar sepanjang hayat secara utuh dan

    menyeluruh, sehingga untuk menyatukan itu pendidikan nonformal

    dianggap memiliki peran dalam 'acknowledging the importance ofeducation,

    learning and training which takes place outside recognized

    educationalinstitutions'. Begitu bula dengan yang diungkapkan Fordham

  • (1993), menyatakan bahwa sejak tahun 1970-an, ada empat karakteristik

    dasar yang berkaitan dengan peran pendidikan nonformal di masyarakat:

    a) relevan dengan kebutuhan kelompok masyarakat (orang-orang ) yang

    tidak beruntung,

    b) ditujukan dan memiliki perhatian khusus pada kategori sasaran-

    sasaran tertentu,

    c) terfokus pada program yang sesuai dengan kebutuhan,

    d) fleksibel dalam pengorganisasian dan dalam metoda pembelajaran.

    Dalam banyak negarapun pembicaraan masalah pendidikan nonformal

    menjadi topik-topik khusus, serta dianggap sebagai pendidikan yang mampu

    memberikan jalan serta pemecahan bagi persoalan-persoalan layanan

    pendidikan masyarakat, terutama masyarakat yang tidak terlayani

    pendidikan formal. Alan Rogers dalam satu bukunya menyatakan bahwa:

    There is a renewed interest in non-formal education (NFE)today. And

    it is significant that this interest comes not so much from the so-called'Third

    World' (I use this term to refer to poor countries in receipt of aid from

    richcountries, because many other persons use it as a short-hand). The

    assemblyrecognizes that formal educational systems alone cannot respond

    to chalange ofmodern society and therefore welcomes to reinforcement by

    nonformal education.( Alan Rogers, 2004 ).

    Namun demikian dalam membahas pendidikan nonformal selayaknya

    tidak terlepas dari konsep yang mendasari bagaimana pendidikan nonformal

    berkembang dengan utuh sesuai dengan prinsip-prinsip dasarnya, oleh

  • karena itu keterkaitan analisis antara pendidikan nonformal dengan

    community,learning, informal education, dan social pedagogi merupakan

    sesuatu hal yang tetap harus manjadi acuan. Pembahasan secara original

    tentang konsep pendidikan nonformal muncul pada tahun 1968 (Coombs

    1968), perkembangan pendidikan nonforml begitu pesat terutama ketika

    pendidikan dirasakan masih banyak kekurangan (Illich 1973), hal tersebut

    dirasakan tidak hanya di Negara-negara berkembang tetapi merambah

    sampai ke belahan dunia barat (western) juga sampai ke belahan dunia utara

    (northern). (Bowles dan Gintis 1976 dan kawan-kawan). Di belahan dunia

    barat reformasi pendidikan bergerak melalui berbagai perbedaan format,

    akan tetapi dalam semua perencanaan dan kebijakan-kebijakan yang diambil

    sangat berkaitan erat dengan pendidikan yang diperlukan bagi negara-

    negara berkembang mulai tahun 1968 sampai tahun 1986, pada saat itu

    pendidikan nonformal dirasakan sebagai obat mujarab untuk semua

    penyakit pendidikan yang dirasakan di tengah-tengah masyarakat (Freire

    1972 dan kawan - kawan).

    Pendidikan nonformal sebuah layanan pendidikan yang tidak dibatasi

    dengan waktu, usia, jenis kelamin, ras (suku, keturunan), kondisi sosial

    budaya, ekonomi, agama dan lain - lain. Meskipun pendidikan formal

    merupakan komponen penting dalam pendidikan sepanjang hayat. Akan

    tetapi, peran pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pelayanan

    pendidikan sepanjang hayat bagi masyarakat sangat dibutuhkan saat ini dan

    kedepan.

  • Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan dibahas lebih mendasar

    tentang bagaimana peran pendidikan nonformal dalam membangun dan

    memberdayakan masyarakat.

    B. RUMUSAN MASALAH

    1. Apa pengertian pendidikan nonformal ?

    2. Apa saja tujuan pendidikan nonformal ?

    3. Apa obyek atau sasaran pendidikan nonformal ?

    4. Bagaimana peranan pendidikan nonformal ?

    5. Bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat ?

    C. TUJUAN PENULISAN

    1. Memahami pengertian pendidikan nonformal.

    2. Mengetahui tujuan pendidikan nonformal.

    3. Mengetahui objek atau sasaran pendidikan nonformal.

    4. Memahami peranan pendidikan nonformal.

    5. Memahami konsep pemberdayaan masyarakat.

    D. MANFAAT PENULISAN

    1. Dapat memahami pengertian pendidikan nonformal.

    2. Dapat mengetahui tujuan pendidikan nonformal.

    3. Dapat mengetahui obyek atau sasaran pendidikan nonformal.

    4. Dapat memahami peranan pendidikan nonformal.

    5. Dapat memahami konsep pemberdayaan masyarakat.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A. PENGERTIAN PENDIDIKAN NONFORMAL

    Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

    semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetauannya, nilai

    serta sikapnya dan ketrampilannya. ( Achmad Munib, 2010 )

    Pendidikan nonformal dengan berbagai atribut dan nama atau istilah

    lainnya, baik disebut dengan, mass education, adult education, lifelong

    education, learning society,out-of-school education, social education dll,

    merupakan kegiatan yang terorganisir dan sistematis yang diselenggarakan

    di luar subsistem pendidikan formal. ( Sudjana, 1994. R.A. Santoso, 1955 ).

    Meskipun kesemua istilah tersebut memiliki perbedaan dan kesamaan

    dengan pendidikan nonformal, akan tetapi sangat sulit untuk merumuskan

    pengertian yang konprehensif dan berlaku umum, mengingat titik pandang

    yang berbeda. Berikut ini diuraikan berbagai definisi tentang pendidikan

    nonformal yang dikemukakan oleh para ahli:

    1. Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis

    dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial

    untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki

    sikap dan cita-cita sosial ( yang efektif ) guna meningkatkan taraf

    hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha

    mewujudkan kesejahteraan sosial. ( Hamojoyo, 1973 )

  • 2. Secara luas Coombs ( 1973 ) memberikan rumusan tentang

    pendidikan nonformal adalah: setiap kegiatan pendidikan yang

    terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan,

    diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari

    suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan

    khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar.

    3. Niehoff ( 1977 ), merumuskan pendidikan nonformal secara terperinci

    yakni:

    Nonformal education is defined for our purpose as the method of

    assessing theneeds end interests of adults and out-of school youth in

    developing countries-ofcommunicating with them, motivating them to

    patterns, and related activities whichwill increase their productivity

    and improve their living standard.

    4. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial dalam hal ini

    adalah Semua kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan

    olah raga dan rekreasi yang diselenggarakan di luar sekolah bagi

    pemuda dan orang dewasa, tidak termasuk kegiatan-kegiatan

    pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum

    sekolah.

    Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa

    pendidikan nonformal dalam proses penyelenggaraannya memiliki suatu

    sistem yang terlembagakan, yang di dalamnya terkandung makna bahwa

    setiap pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanaan program

  • yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran

    didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat

    dipisahkan dalam pendidikan nonformal.

    Pada definisi lain Coombs menjelaskan tentang pendekatan

    pembelajaran yang dianggap cocok dengan penyelenggaraan pembelajaran

    pada pendidikan nonformal terutama mengenai sistem pembelajaran

    individual dan sistem pembelajaran kelompok.

    Pada definisi tersebut Coombs menjelaskan, bahwa pendekatan

    kelompok dalam penyelenggaraan pembelajaran pendidikan nonformal

    lebih dominan ketimbang pendekatan individual. Kenapa demikian karena

    dengan kelompok proses pembelajaran atau transfer pengetahuan,

    keterampilan akan lebih efektif. Pada konteks lain pendidikan nonformal

    sering disebut dengan istilah pendidikan luar sekolah (outof-school

    education). Istilah ini mengacu pada penyelenggaraan pendidikan di luar

    sistem sekolah atau di luar kurikulum yang diprogram secara nasional untuk

    sekolah.

    Istilah pendidikan luar sekolah sebenarnya lebih popular di Indonesia

    ketimbang di negara-negara lain (baik negara maju maupun negara dunia ke

    tiga). Pengungkapan istilah pendidikan nonformal memberikan informasi

    bahwa pada hakikatnya pendidikan tidak hanya diselenggarakan di

    pendidikan formal saja, tetapi juga di pendidikan nonformal. Hal ini sesuai

    dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (10) Satuan pendidikan adalah

  • kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada

    jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis

    pendidikan; ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang

    terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

    menengah, dan pendidikan tinggi; ayat (12) Pendidikan nonformal adalah

    jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

    terstruktur dan berjenjang; ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur

    pendidikan keluarga dan lingkungan.

    Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka pendidikan nonformal

    merupakan salah satu jalur dari penyelenggaraan sistem pendidikan di

    Indonesia. Pendidikan nonformal diselenggarakan melalui tahapan-tahapan

    pengembangan bahan belajar, pengorganisasian kegiatan belajar,

    pelaksanaan belajar mengajar dan penilaian. Hal ini sejalan dengan

    pendapat Knowles, bahwa langkah-langkah pengelolaan kegiatan belajar

    meliputi:

    1. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar

    2. Menetapkan struktur organisasi pengelola program belajar

    3. Mengidentifikasi kebutuhan belajar

    4. Merumuskan arah dan tujuan belajar

    5. Menyusun pengembangan bahan belajar

    6. Melaksanakan kegiatan belajar

    7. Melakukan penilaian.

  • Bahan belajar yang disediakan pada pendidikan nonformal mencakup

    keseluruhan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan aspek

    kehidupan. Hal ini ditujukan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan

    belajar yang timbul dalam kehidupan masyarakat. Kebutuhan belajar terasa

    dan prioritas program nasional. Yang dimaksud kebutuhan belajar terasa

    adalah kebutuhan belajar yang dirasakan oleh setiap anggota masyarakat,

    sedangkan prioritas program nasional berhubungan dengan tuntutan

    pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki setiap anggota

    masyarakat berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional. Oleh karena

    itu keberadaan pendidikan nonformal saat ini semakin dibutuhkan oleh

    masyarakat karena berbagai alasan meliputi:

    1. Kemajuan teknologi

    2. Kebutuhan pendidikan keterampilan yang tidak bisa dijawab oleh

    pendidikan formal

    3. Keterbatasan akses pendidikan formal untuk menjangkau masyarakat

    suku terasing, masyarakat nelayan, pedalaman, serta masyarakat

    miskin yang termarjinalkan

    4. Persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kehidupan dan

    perkembangan masyarakat terutama berkaitan dengan :

    a) pertambahan penduduk dan pencemaran lingkungan,

    b) keinginan untuk maju,

    c) perkembangan alat komunikasi dan,

    d) terbentuknya bermacam-macam organisasi sosial.

  • Berdasar kepada kriteria tersebut, kebutuhan pendidikan nonformal

    semakin nyata dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di

    tengah-tengah masyarakat, baik yang menyangkut persoalan pendidikan

    maupun persoalan sosial lainnya.

    Pentingnya peran pendidikan nonformal di masyarakat bisa di analisis

    dari jenis kebutuhan belajar yang beragam, hal ini sejalan dengan pendapat

    para ahli di bidang pendidikan nonformal. Lebih jauh Coombs

    mengungkapkan bahwa program belajar bagi masyarakat perdesaan di dunia

    ketiga dapat dikelompokan kedalam:

    1. Pendidikan umum atau dasar, meliputi program literasi, pengertian

    dasar mengenai ilmu pengetahuan dan lingkungan, dan sebagainya;

    2. Pendidikan kesejahteraan keluarga,terutama dirancang untuk

    menyebarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat

    untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

    3. Pendidikan kemasyarakatan.

    4. Pendidikan kejuruan.

    Sedangkan, Herbinson yang dikutip Simkins mengajukan

    pengelompokan program belajar pendidikan nonformal berdasar atas

    peningkatan produktivitas kerja yaitu:

    1. Program peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat

    yang telah bekerja

    2. Program penyiapan angkatan kerja, terutama bagi masyarakat yang

    belum bekerja.

  • 3. Program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan

    pemahaman di luar dunia kerja.

    Berdasar kepada kondisi-kondisi tersebut program pendidikan

    nonformal dapat dikelompokan ke dalam dua hal, yakni:

    1. Program pendidikan dasar, yang memberikan pelayanan belajar

    kepada masyarakat yang belum memiliki kemampuan-kemampuan

    dasar, seperti program literasi.

    2. Program pendidikan lanjutan, yang memberikan pelayanan pendidikan

    untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti; pendidikan untuk

    peningkatan produktivitas kerja.

    Pada sasaran pengembangan kelompok pertama pendidikan nonformal

    memiliki peran mendasar dalam rangka membangun kemampuan dasar

    masyarakat (sasaran didiknya), terutama dalam implementasi belajar

    sepanjang hayat. Maka pendidikan nonformal memiliki tugas khusus bukan

    hanya sekedar tuntutan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun akan tetapi

    yang paling penting mencerdaskan masyarakat pada level literasi

    (pembebasan buta huruf) berarti membuka wawasan dan cakrawala

    masyarakat ke arah kemajuan dan perubahan hidup dan kehidupan yang

    baru. Program pendidikan dasar melalui pendidikan nonformal jangan hanya

    dikategorikan sekedar menyelesaikan masalah tingginya angka drop out

    pendidikan dasar dan menjadi sorotan dunia internasional yang berpengaruh

    terhadap HDI ( human developmentindex ), akan tetapi tugas ini harus

  • dianggap sebagai suatu kewajiban dalam menata lifelong education pada

    tingkat awal.

    A. TUJUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49

    Tahun 2007 Tanggal 7 Desember 2007, tujuan pendidikan nonformal

    adalah :

    1. Menggambarkan pencapaian tingkat mutu yang seharusnya dicapai

    dalam program pembelajaran.

    2. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan

    dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat.

    3. Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan

    nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak.

    4. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

    Sedangkan Visinya adalah sebagai berikut :

    1. Dijadikan sebagai cita-cita bersama oleh segenap pihak yang

    berkepentingan pada masa yang akan datang.

    2. Mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga

    satuan pendidikan nonformal dan segenap pihak yang berkepentingan.

    3. Dirumuskan berdasarkan masukan dari warga satuan pendidikan

    nonformal dan pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi

    pendidikan nasional.

    4. Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan

    nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak.

  • 5. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

    6. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan

    perkembangan masyarakat.

    Dan untuk Misinya adalah sebagai berikut :

    1. Menekankan pada mutu layanan peserta didik dan mutu lulusan yang

    diharapkan oleh satuan pendidikan nonformal.

    2. Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan

    program satuan pendidikan nonformal.

    3. Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan

    pada penyelenggara satuan pendidikan nonformal.

    4. Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan

    nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak.

    5. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

    6. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan

    masyarakat.

    B. OBJEK ATAU SASARAN PENDIDIKAN NON FORMAL

    Sasaran pendidikan nonformal dapat ditinjau dari beberapa segi,

    yakni pelayanan, sasaran khusus, pranata sistem pengajaran dan

    pelembagaan program. Ditilik dari segi pelayanan, sasaran pendidikan

    nonformal adalah melayani anak usia sekolah (0-6 tahun), anak usia

    sekolah dasar (7-12 tahun), anak usia pendidikan menengah (13-18 tahun),

    anak usia perguruan tinggi (19-24 tahun). Ditinjau dari segi sasaran khusus,

  • pendidikan nonformal mendidik anak terlantar, anak yatim piatu, korban

    narkoba, perempuan penghibur, anak cacat mentau maupun cacat tubuh.

    Dari segi pranata, penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dilakukan

    dilingkungan keluarga, pendidikan perluasan wawasan desa dan pendidikan

    keterampilan. Di segi layanan masyarakat, sasaran pendidikan nonformal

    antara lain membantu masyarakat melalui program PKK, KB, perawatan

    bayi, peningkatan gizi keluarga, pengetahuan rumah tangga dan penjagaan

    lingkungan sehat. Dilihat dari segi pengajaran, sasaran pendidikan

    nonformalsebagai penyelenggara dan pelaksana program kelompok,

    organisasi dan lembaga pendidikan, program kesenian tradisional ataupun

    kesenian modern lainnya yaitu menjadi fasilitator bahkan turut serta dalam

    program keagamaan, seperti mengisi pengajaran di majelis taklim, di

    pondok pesantren, dan bahkan di beberapa tempat kursus. Sedangkan

    sasaran pendidikan nonformal ditinjau dari segi pelembagaan, yakni

    kemitraan atau bermitra dengan berbagai pihak penyelenggara program

    pemberdayaan masyarakat berkoordinasi dengan desa atau pelaksana

    program pembangunan.

    Bagaimana dengan karakteristik pendidikan nonformal? Secara

    khusus pendidikan nonformal memiliki spesifikasi yang unik dibanding

    pendidikan sekolah, terutama dari berbagai aspek yang dicakupinya. Ini

    terlihat dari tujuan pendidikan nonformal , yakni memenuhi kebutuhan

    belajar tertentu yang fungsional bagi kehidupan masa kini dan masa depan,

    dimana dalam pelaksanananya tidak terlalu menekankan pada ijazah. Dalam

  • waktu pelaksanannya, pendidikan nonformal terbilang relatif singkat,

    menekankan pada kebutuhan di masa sekarang dan masa yang akan datang

    serta tidak penuh dalam menggunakan waktu alias tidak terus menerus.

    Isi dari program pendidikan nonformal ini berpedolam pada

    kurikulum pusat pada kepentingan peserta didik (warga belajar),

    mengutamakan aplikasi dimana menekanannya terletak pada keterampilan

    yang bernilai guna bagi kehidupan peserta didik dan lingkungannya. Soal

    persyaratan masuk pendidikan nonformal, hal itu ditetapkan berdasarkan

    hasil kesepakatan bersama antara sesama peserta didik. Proses belajar

    mengajar dalam pendidikan nonformal pun relative lebih fleksibel, artinya

    diselenggarakan di lingkungan masyarakat dan keluarga.

    C. PERANAN PENDIDIKAN NONFORMAL

    Lingkungan yang berfungsi melahirkan individu individu terdidik (

    educationa lindividuals ) bukan hanya lingkungan keluarga yang disebut

    juga lingkungan pertama, lingkungan sekolah yang disebut juga lingkungan

    kedua, tetapi juga lingkungan masyarakat yangdisebut juga lingkungan

    ketiga ( Purwanto, 1986 ). Peranan penting pendidikan pada lingkungan

    ketiga yang dikenal dengan lingkungan masyarakat atau pendidikan non

    formal dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk social

    manusia menjadi bagian dari pelbagai golongan dalam masyarakat, baik

    dengan sendirinya maupun dengan sengaja. Manusia dengan sendirinya

    adalah bagian dari keluarga, kota, negara dan kelompok agama. Tapi ada

    juga golongan yang dengan sengaja dimasuki seperti perkumpulan olah

  • raga, serikat pekerja, koperasi, organisasi politik, perkumpulan kesenian dan

    lain-lain. Melalui kelompok kelompok inilah pendidikan nonformal

    dilakukan. Pendidikan nonformal dapat menjadi pelengkap dari pendidikan

    formal, terlebih jika dikaitkan dengan keterbatasan - keterbatasan yang

    diakibatkan karena adanya krisis.

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

    kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan dengan itu, sistema pendidikan

    nacional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

    peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajamen pendidikan

    sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global

    sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah

    dan berkesinambungan.

    Penyelenggaraan pendidikan nonformal (PNF) merupakan upaya

    dalam rangka mendukung perluasan akses dan peningkatan mutu layanan

    pendidikan bagi masyarakat. Jenis layanan dan satuan pembelajaran PNF

    sangat beragam, yaitu meliputi:

    1. Pendidikan kecakapan hidup.

    2. Pendidikan anak usia dini.

    3. Pendidikan kesetaraan seperti Paket A, B, dan C.

    4. Pendidikan keaksaraan pendidikan pemberdayaan perempuan.

  • 5. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja ( kursus, magang,

    kelompok belajar usaha ).

    6. Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan

    peserta didik.

    Dalam situasi demikian, makna dibalik fenomena bermunculannya

    lembaga pendidikan nonformal sebenarnya lebih ingin memberikan ruang

    kesadaran baru pada masyarakat, bahwa upaya pendidikan bukan sekedar

    kegiatan untuk meraih sertifikasi atau legalitas semata. Lebih daripada itu,

    upaya pendidikan sejatinya merupakan kegiatan penyerapan dan

    internalisasi ilmu, yang pada akhirnya diharapkan mampu membawa

    peningkatan taraf kehidupan bagi individu maupun masyarakat dalam

    berbagai aspek.

    Keunggulan lain yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan non

    formal sebenarnya ada pada fleksibilitas waktu yang dimiliki. Selain bisa

    dijalankan secara manunggal, pendidikan nonformal bisa dijalankan pula

    secara berdampingan dengan pendidikan formal. Tak mengherankan apabila

    belakangan lembaga pendidikan nonformal tumbuh dengan pesat,

    berbanding lurus dengan tingginya minat masyarakat terhadap jenis

    pendidikan tersebut. Tidak hanya itu, lembaga pendidikan non formal juga

    berpeluang untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Hal ini

    terbukti dari banyaknya lembaga pendidikan nonformal seperti ADTC dan

    Macel lEducation Center (MEC) yang siap menyalurkan lulusan terbaiknya

    keberbagai perusahaan rekanan. Ini merupakan tawaran yang patut

  • dipertimbangkan ditengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan seperti

    sekarang ini.

    Antonius Sumarno (2001), juga menuturkan bahwa kemunculan

    lembaga pendidikan nonformal seperti lembaga pelatihan bahasa misalnya,

    sebenarnya tidak hanya berfungsi untuk menyiapkan diri dalam menghadapi

    persaingan di era globalisasi. Setidaknya dengan penguasaan bahasa asing,

    individu akan dimudahkan dalam melakukan penyerapan berbagai ilmu

    pengetahuan yang saat ini hampir semua referensi terbarunya hanya tersedia

    dalam bahasa asing. Selanjutnya keunggulan tersebut dapat pula

    memperluas peluang individu dalam menangkap berbagai kesempatan.

    Hebatnya lagi, tersedia pula lembaga pendidikan nonformal yang tidak

    hanya membekali lulusannya dengan ilmu, namun juga membekali sikap

    kemandirian yang mendorong terciptanya kesempatan untuk berwirausaha.

    Ini merupakan bukti nyata upaya memperkuat struktur riil perekonomian

    masyarakat yang belakangan makin terpuruk. Di saat banyak orang

    kebingungan mencari pekerjaan, banyak lulusan lembaga pendidikan non

    formal yang menciptakan lapangan pekerjaan. Namun dibalik semua

    keunggulan dan variasi lembaga pendidikan nonformal yang tersedia

    kejelian masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan non formal sebagai

    wahana untuk mengasah keterampilan dan menyiapkan diri dalam

    menghadapi persaingan penting untuk dipertahankan. Indikator yang paling

    sederhana adalah seberapa besar kesesuian bidang pelatihan yang

  • ditawarkan oleh lembaga pendidikan nonformal dengan minat maupun

    bidang yang saat ini kita geluti.

    Tujuannya, tentu tidak lain supaya keahlian yang didapatkan dari

    pelatihan lembaga pendidikan non formal dapat berjalan beriringan dan

    saling melengkapi minat dan dunia yang kita geluti, serta meningkatkan

    keunggulan kompetitif yang kita miliki. Lebih lanjut, kejelian dalam

    memilih juga berfungsi pula agar investasi finansial yang telah ditanamkan

    tidak terbuang percuma karena program yang sedang dijalani " terhenti di

    tengah jalan".

    Pendidikan nonformal diharapkan dapat mengatasi pelbagai

    problematika kehidupan. Seperti diungkapkan Buchari (1994) :

    Apa yang harus kita lakukan, agar kegiatan kegiatan pendidikan non formal yang kita selenggarakan benar benar membawa kemajuan yang berarti, yaitu kemajuan yang lebih besar daripada pembengkakan berbagai

    problematika yang dihadapi, dan tidak kalah pula pesatnya dibandingkan

    dengan laju kemajuan yang dicapai oleh negara-negara lain.

    Pendidikan melalui lingkungan masyarakat atau pendidikan non

    formal memiliki berbagai nama, seperti adult education ( pendidikan

    orang dewasa ), continuing education ( pendidikan lanjutan ), on-the-job

    training ( latihan kerja ), accelerated training ( latihan dipercepat ),

    farmer or worker training ( latihan pekerja atau petani ), dan extensin

    service ( pelayanan pendidikan tambahan ) dan dianggap sebagai sistema

    bayangan ( shadow system ).

    Pelaksanaan pendidikan nonformal dapat dilihat perbedaannya pada

    kasus negara industri dan negara berkembang. Pada negara maju seperti di

  • Eropa dan Amerika Utara pendidikan nonformal dipandang sebagai

    pendidikan lanjutan bagi kehidupan seseorang. Pendidikan seumur hidup

    sangat berarti dalam memajukan dan mengubah masyarakat karena tiga

    alasan :

    1) untuk memperoleh pekerjaan,

    2) menjaga ketersediaan tenaga kerja terlatih dengan teknologi dan

    pengetahuan baru yang diperlukan untuk melanjutkan produktivitas,

    3) memperbaiki kualitas dan kenyamanan hidup individu melalui

    pengayaan kebudayaan dengan memanfaatkan waktu luang. Dalam

    perspektif ini, maka pendidikan lanjutan bagi guru memiliki arti

    strategis, jika gagal memberikan mereka pengetahuan yang mutakhir,

    maka mereka akan memberikan pendidikan kemarin bagi generasi

    esok.

    Pada negara yang sedang berkembang, pendidikan non formal

    berperan untuk mendidik begitu banyak petani, pekerja, usahawan kecil dan

    lainnya yang tidak sempat bersekolah dan mungkin tidak memiliki

    keterampilan maupun pengetahuan yang dapat diamalkan bagi dirinya

    sendiri maupun bagi pembangunan bangsanya. Peran lainnya adalah untuk

    meningkatkan kemampuan dari orang-orang yang memiliki kualifikasi

    seperti contohnya guru dan lainnya untuk bekerja di sektor swasta dan

    pemerintah, agar mereka bekerja lebih efektif. Di Tanzania non formal

    berperan untuk menyelamatkan investasi pendidikan dari mereka yang

    tamat sekolah maupun drop out dari sekolah menengah, namun tidak

  • memperoleh pekerjaan, dengan memberikan kepada mereka pelatihan-

    pelatihan khusus (Coombs, 1968). Di Indonesia pendidikan non fornal

    mencakup pendidikan orang dewasa yang bertujuan agar bangsa Indonesia

    kenal huruf; dapat memenuhi kewajibannya sebagai orang dewasa;

    mempergunakan segala sumber penghidupan yang ada; berkembang secara

    dinamis dan kuat; serta tumbuh atas dasar kebudayaan nasional . Tujuan

    yang sudah digariskan pada peta pendidikan sejak 27 Desember 1945 oleh

    BPKNIP ini (Poerbakawatja dan Harahap, 1981) masih memiliki relevansi

    hingga kini apalagi dalam menghadapi menghadapi globalisasi.

    Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26 ayat 1 dijelaskan bahwa

    Pendidikan Non Formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

    memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

    penambah dan/atau pelengkap PF dalam rangka mendukung pendidikan

    sepanjang hayat. Lebih lanjut dalam ayat 2 dijelaskan Pendidikan Non

    Formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga belajar)

    dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

    fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

    Sementara di ayat 3, disana disebutkan bahwa pendidikan nonformal

    meliputi pendidikan kecakapan hidup (life skills); pendidikan anak usia dini;

    pendidikan kepemudaan; pendidikan pemberdayaan perempuan; pendidikan

    keaksaraan; pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; pendidikan

    kesetaraan; serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

    kemampuan peserta didik.

  • Ditilik dari satuan pendidikannya, pelaksanaan pendidikan nonformal

    terdiri dari kursus; lembaga pelatihan; kelompok belajar; Pusat Kegiatan

    Belajar Masyarakat (PKBM); majelis taklim; serta satuan pendidikan yang

    sejenis (pasal 26 ayat 4). Disamping itu, dalam pasal 26 ayat 5, disana

    dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat

    yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan

    sikap untuk mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan

    keaksaraan dapat dihargai setara dengan hasil program PF setelah melalui

    proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah

    atau pemda dengan mengacu pada SPN (pasal 26 ayat 6).

    D. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    Pengembangan masyarakat ( community development ) merupakan

    konsep pembangunan masyarakat yang dikembangkan dan diterapkan sejak

    dasawarsa 1960-an, yaitu dalam rencana pembangunan lima tahun 1956-

    1960 atau dikenal dengan nama Rencana Juanda yang disusun oleh Biro

    Perancang Negara ( Zamhariri, 2008 ).Perserikatan Bangsa - Bangsa ( PBB )

    bahkan sejak tahun 1954 telah menggunakan istilah community

    development sebagai suatu penggunaan berbagai pendekatan dan teknik

    dalam suatu program tertentu pada masyarakat setempat sebagai kesatuan

    tindakan dan mengutamakan perpaduan antara bantuan yang berasal dari

    luar dengan keputusan dan upaya masyarakat yang terorganisasi. Program-

    program tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong prakarsa

  • dan kepemimpinan setempat sebagai sarana perubahan sesungguhnya. Di

    negara-negara berkembang, program ini memberikan perhatian utama pada

    kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

    warga masyarakat, termasuk di dalamnya pemenuhan kebutuhan non-

    material ( Mohd. Shukri Abdullah, 1994 ).

    James Christenson dan Jerry Robinson tahun 1980 seperti dikutip oleh

    Lyon ( 1987 ) dalam Saharudin ( 2000 ) menyatakan bahwa dalam konsep

    pembangunan masyarakat, komunitas digambarkan sebagai elemen-elemen

    pokok masyarakat yang ada dalam batas geografis tertentu dimana mereka

    dapat mengembangkan interaksi sosial dengan ikatan-ikatan psikologi satu

    sama lain dan dengan tempat tinggal mereka. Selanjutnya James

    Christensen mengidentifikasi tiga pendekatan dalam pengembangan

    masyarakat, yaitu menolong diri sendiri ( self-help ), pendekatan konflik,

    dan pendampingan teknik ( technical assistance ).

    Dalam kajian-kajian tentang pemberdayaan masyarakat, para pakar

    ilmu sosial lebih suka menggunakan istilah pengembangan masyarakat yang

    sifatnya bottom updaripada pembangunan masyarakat yang cenderung

    bersifat top down untuk menerjemahkan kata community development.

    Pengembangan masyarakat dengan demikian merupakan suatu

    aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan. Syarat

    pembangunan kerakyatan menurut Corten ( 1990 ) adalah tersentuhnya

    aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya alam dan adanya

    partisipasi masyarakat. Dalam konteks seperti itu maka pembangunan

  • merupakan gerakan masyarakat, seluruh masyarakat, bukan proyek

    pemerintah yang dipersembahkan kepada rakyat di bawah. Pembangunan

    adalah proses di mana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan

    kapasitas perorangan dan institusional mereka dalam memobilisasi dan

    mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang

    berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai aspirasi mereka

    sendiri.

    Dalam konsep pembangunan masyarakat juga dikenal istilah

    pemberdayaanyang berasal dari kata empowerment. Konsep ini digunakan

    sebagai alternatif dari konsep-konsep pembangunan yang selama ini

    dianggap tidak berhasil memberikanjawaban yang memuaskan terhadap

    masalah-masalah besar, khususnya masalahkekuasaan (power) dan

    ketimpangan (inequity) ( Kartasasmita, Ginandjar 1996 ).

    Pemberdayaan adalah suatu proses menolong individu dan kelompok

    masyarakat yang kurang beruntung agar dapat berkompetisi secara efektif

    dengan kelompok kepentingan lainnya dengan cara menolong mereka untuk

    belajar menggunakan pendekatan lobi, menggunakan media, terlibat dalam

    aksi politik, memberikan pemahaman kepada mereka agar dapat bekerja

    secara sistematik, dan lain-lain ( Ife, 1995 ). Sedangkan Friedman ( 1992 )

    mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah politik pembangunan

    alternatif yang menekankan keutamaan politik sebagai sarana pengambilan

    keputusan untuk melindungi kepentingan masyarakat yang berlandaskan

  • pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi, demokrasi, dan

    pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.

    Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep

    pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini

    mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat people

    centred, participatory, empowering, and sustainable ( Chambers, 1995 ).

    Konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar ( basic

    needs ) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan

    lebih lanjut. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi

    untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman ( 1992 ) disebut

    sebagai alternative development, yang menghendaki inclusive democracy,

    appropriate economic growth, gender equality and intergenerational

    equaty ( Kartasasmita, Ginanjar 1996 ).

    Kaitan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat diuraikan

    dengan sangat baik oleh Adi Fahrudin yang mengatakan bahwa

    pengembangan masyarakat harus didasarkan pada asumsi, nilai, dan prinsip-

    prinsip agar dalam pelaksanaannya dapat memberdayakan masyarakat

    berdasarkan inisiatif, kemampuan, dan partisipasi mereka sendiri. Dengan

    demikian, konsep pengembangan masyarakat yang di dalamnya terkandung

    makna partisipatif harus benar-benar dapat memberdayakan masyarakat

    yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka menolong diri mereka sendiri (

    self-help ) dan dapat bersaing secara efektif dengan kelompok masyarakat

    lainnya.

  • BAB III

    PENUTUP

    A. SIMPULAN

    1. Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis

    dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial

    untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki

    sikap dan cita-cita sosial ( yang efektif ) guna meningkatkan taraf

    hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha

    mewujudkan kesejahteraan sosial.

    2. Tujuan pendidikan nonformal adalah :

    a) Menggambarkan pencapaian tingkat mutu yang seharusnya

    dicapai dalam program pembelajaran.

    b) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta

    relevan dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat.

    c) Diputuskan oleh pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan

    nonformal dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak.

    d) Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan.

    3. Obyek atau sasaran pendidikan nonformal dilihat dari segi pelayanan,

    segi sasaran khusus, segi pranata, segi layanan masyarakat, segi

    pelembagaan, dan segi pengajaran.

    4. Peran pendidikan nonformal untuk mendidik begitu banyak petani,

    pekerja, usahawan kecil dan lainnya yang tidak sempat bersekolah dan

    mungkin tidak memiliki keterampilan maupun pengetahuan yang

  • 5. dapat diamalkan bagi dirinya sendiri maupun bagi pembangunan

    bangsanya

    6. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

    ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini

    mencerminkan paradigma baru pembangunan, yang bersifat people

    centred, participatory, empowering, and sustainable.

    B. SARAN

    Keterlibatan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi sungguh

    sangat menentukan, utamanya dalam mengejar ketertinggalan negara ini

    dari negara- negara lain. Keberhasilan pembangunan itu snagat ditentukan

    oleh faktor manusia, dan manusia ynag menentukan keberhsilan

    pembangunann itu haruslah manusia yang mempunyai kemampuan

    membangun. Dan kemampuan membangun hanya dapat dicapai melalui

    pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya mengupayakan tidak

    hanya tercapainya pendidikan formal, namun juga pendidikan non formal

    agar terciptanya dan berkembangnya sumber daya yang religius, penuh

    kesadaran, berkepribadian, cerdas, berperilaku serta memiliki kreativitas

    tinggi sehingga siap untuk mengisi pembangunan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hilal, Syamsu.2010.Pendidikan Non Formal.(Online).

    (http://syamsuhilal.blogspot.com, diakses 5 Mei 2013)

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tentang

    Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Non

    Formal.2007.Jakarta:Mendiknas.

    Sudarsana, I Ketut.2006.Peranan Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai

    Satuan.Pendidikan Non Formal Dalam Membentuk Karakter Anak.(Online).

    (http://www.paudni.kemdikbud.go.id, diakses 5 Mei 2013).

    Suharsaputra, Uhar.2006.Peran Pendidikan Non Formal.(Online).

    (http://www.paudni.kemdikbud.go.id, diakses 5 Mei 2013).