kepemimpinan dalam paud formal dan non formal · 2019. 3. 19. · kepemimpinan pada dasarnya dapat...
TRANSCRIPT
-
HANDOUT PERKULIAHAN
KEPEMIMPINAN DALAM PAUDFORMAL DAN NON FORMAL
Dosen Pengampu:
Agus Sumitra, M.Pd
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGIBANDUNG
2019
-
1 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Istilah kepemimpinan bukan merupakan istilah baru bagi masyarakat. Di setiap
organisasi, selalu ditemukan seorang pemimpin yang menjalankan organisasi. Pemimpin
berasal dari kata “leader” yang merupakan bentuk benda dari ”to lead” yang berarti
memimpin.
Untuk memahami pengertian kepemimpinan secara jelas, maka perlu dikaji
beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan.
Ralph M. Stogdill (dalam Mulyasa, 2007) secara rinci memberi arti kepemimpinan yang
dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
1. Kepemimpinan sebagai titik pusat suatu kelompok.
2. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh.
3. Kepemimpinan adalah suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau
kesepakatan.
4. Kepemimpinan adalah pelaksanaan pengaruh.
5. Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku.
6. Kepemimpinan adalah bentuk persuasi.
7. Kepemimpinan adalah suatu hubungan kekuatan/kekuasaan.
8. Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan.
9. Kepemimpinan adalah suatu hasil interaksi.
10. Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dari struktur.
Feldmon dalam Wahjosumidjo (2010) mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah usaha sadar yang dilakukan pimpinan untuk mempengaruhi anggotanya
melaksanakan tugas sesuai dengan harapannya.
Newell dalam Wahjosumidjo (2010) mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai pengembangan atau
tujuan organisasi.
Kedua pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Stogdil yang mengemukakan
bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok untuk
1mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan menurut Prasojo dan Sudiyono (2011) ada 6 teori, yaitu :
1. Teori kelebihan membangun asumsi dasarnya bahwa seseorang menjadi pemimpin
-
2 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
karena memiliki kelebihan-kelebihan dibanding yang lain atau para pengikutnya.
Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup
minimal tiga kelebihan yaitu : kelebihan ratio, kelebihan rohaniah dan kelebihan
badaniah.
2. Teori sifat yaitu pada dasarnya seorang pemimpin juga dituntut untuk memiliki sifat-
sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik, dan
memberikan dukungan kepada pemimpinnya. Sifat-sifat kepemimpinan yang secara
umum harus dimiliki seperti sikap melindungi, penuh percaya diri, penuh inisiatif,
mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif, dan kreatif.
3. Teori keturunan (teori pembawaan lahir) yang menyatakan bahwa seseorang menjadi
pemimpin karena keturunan atau warisan.
4. Teori Kharismatik menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang
tersebut mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Seorang pemimpin
kharismatik sering dianggap memiliki kekuatan gaib (supranatural power).
5. Teori Bakat menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena ada bakat di
dalamnya. Bakat kepemimpinan seterusnya kemudian dikembangkan sehingga
mampu berkembang.
6. Teori Sosial yang beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi
pemimpin asalkan orang tersebut diberi kesempatan untuk memimpin. Asumsi dari
teori ini bahwa setiap orang dapat dididik menjadi seorang pemimpin, karena
kepemimpinan pada dasarnya dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal,
maupun melalui praktik.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan
tersebut, dapat digaris bawahi bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu proses
menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk
mencapai tujuan organisasi.
Ada empat unsur yang terkandung dalam pengertian kepemimpinan, yaitu :
(1) unsur orang yang menggerakkan yang dikenal dengan pemimpin.
(2) unsur orang yang digerakkan yang disebut kelompok atau anggota.
(3) unsur situasi dimana aktivitas penggerakan berlangsung yang dikenal dengan
organisasi.
(4) unsur sasaran kegiatan yang dilakukan.
-
3 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan dan bimbingan
yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan dan kalau
perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat
sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan
tertentu.
2. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok
sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.
Pengertian pendidikan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada
kepemimpinan diberbagai bidang kegiatan atau hidup manusia.
Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur : (1) orang-orang yang
dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak, (2) orang-orang yang mendapat pengaruh
di lain pihak, (3) adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan adanya
serangkaian tindakan untuk mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak
hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat
mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya, sehingga terjalin suatu
hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang
akhirnya terjadi suatu hubungan timbal balik. Oleh karena itu pemimpin diharapkan
memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat
tercapai secara maksimal.
-
4 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
1. Pengertian Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di
dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di
rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah maupun pengawas pendidikan di
kantor pembinaan pendidikan dan di daerah pelayanannya.
Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan termasuk
kepemimpinan di PAUD. Setelah dipahami pengertian pokok tentang kepemimpinan,
maka dapat dipersempit bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh mereka dalam
lapangan pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini.
Kata pendidikan menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu : (1) Pendidikan
sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari dan
(2) Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang
hakekat dan kegiatan mendidik dan mengajar dari zaman ke zaman dan mengajar dengan
segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.
Oleh karena itu, kepemimpinan PAUD berperan pada usaha-usaha yang berhubungan
dengan kegiatan atau proses mendidik dan mengajar disatu pihak, dan pada pihak lain
yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan dari mulai
perencanaan sampai proses pelaksanaannya dengan menerapkan satu ilmu dengan segala
cabang-cabangnya.
Dari titik tolak itu dapatlah disimpulkan pengertian ”kepemimpinan pendidikan
anak usia dini” adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi,
mengkoordinir dan menggerakkan guru/tutor yang ada hubungan dengan pengembangan
ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan
yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-
tujuan pendidikan.
2. Teori-Teori Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh,
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktivitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin dalam PAUD baik pemimpin PAUD Formal maupun non formal
harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam
-
5 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
menjalankan sebuah organisasi misalnya organisasi sekolah PAUD formal (TK, RA),
PAUD Non Formal (KB, TPA). Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
a. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi
yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian
teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.
Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat- sifat
itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
1) Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi
di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
2) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
3) Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
4) Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
-
6 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
b. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini
memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu :
1) Konsiderasi, yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :
membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
2) Struktur Inisiasi, yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang
akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap
hasil yang tinggi pula.
c. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik
secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan
apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
d. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
e. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership
Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap
filsafah, keterampilan dan sikapnya.
-
7 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
3. Fungsi dan Peranan Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non
Formal
Pemimpin (leader) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar bisa bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.
Ada 2 konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang untuk menggerakkan
orang-orang lain dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan.
1. Teori Genetik (pembawaan sejak lahir).
2. Teori Sosial.
Peranan kepemimpinan mengutip dari pemikiran Joseph J Caruso (Roles and
Responsibility)
1. Peranan Pemimpin sebagai direktur eksekutif/pemimpin pelaksana (executive
director)
Pemimpin/direktur eksekutif biasanya adalah kepala administrasi pada sebuah
pengelolaan manajemen PAUD yang besar dan bertugas melaporkan langsung pada
dewan pengurus. Direktur eksekutif bertugas mengawasi seorang asisten, koodinator
beberapa program pelayanan sosial dalam lembaga, memimpin program pada
berbagai tempat, dan memimpin seluruh pegawai melalui sebuah pusat rangkaian
tugas. Pemimpin model ini seperti pemimpin yang lebih tinggi dari tingkat staf
langsung namun memiliki sedikit kontak pribadi dengan staf yang bertanggung
jawab pada anak dalam sebuah lembaga pendidikan AUD.
2. Peranan pemimpin sebagai pemimpin program (program director)
Pemimpin program adalah administrator yang bertanggungjawab akan berjalannya
suatu program. Tanggung jawab pemimpin program biasanya, menjadi pengelola
administrasi, pemantau, dewan pengurus pertemanan/ kerjasama, dan komunitas
kerja sama, dan sebagian besar sebagai guru.
Diantara tugas tugas mereka adalah memelihara pemenuhan yang sesuai dengan
hukum/peraturan, merekrut staf dan anak, membuat anggaran belanja dan
mengumpulkan dana, memantau dan mengevaluasi staf, memimpin program evaluasi
tahunan, bekerja sama dengan orang tua dan lembaga PAUD lainnya serta berbagai
Instutusi pendidikan lainnya, merencanakan kurikulum, melaporkan dan
-
8 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
mengerjakannya dengan dewan pengurus, mengawasi pemeliharaan fasilitas dan
perlengkapan, dan perencanaan makanan yang dimasak di sekolah.
Karena pemimpin program selalu ada di tempat dan bekerja langsung di kelas atau di
luar kelas (ruang staf). Pemantauan menjadi lebih luas dari direktur eksekutif.
Program administrasi atau mengajar dapat mengambil banyak dari waktu pemimpin
ini.
3. Peranan pemimpin sebagai koordinator pendidikan
Koordinator pendidikan adalah yang memberikan batasan dan lebih fokus pada
kepemimpinan program. Tanggungjawabnya adalah untuk mengawasi komponen
pendidikan/pembelajaran dari sebuah lembaga pendidikan atau program yang
memastikan bahwa kelas dan staf berfungsi sesuai dengan garis pedoman program
untuk memberikan keuntungan terbaik bagi anak. Koodinator ini bekerja pada area
pengembangan staf, training dan kurikulum, dengan pembagian waktu yang telah
disepakati.
Pada program yang lebih kecil, koordinator program mengawasi staf yang bekerja
langsung dengan anak (mengajar anak) dan juga diawasi oleh pemimpin program.
4. Peranan pemimpin sebagai kepala guru/pemimpin guru (head teacher)
Tidak seperti pemimpin program dan koordinator pendidikan, yang lebih banyak
bekerja dengan orang dewasa, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab utama
berkerja dengan anak. Biasanya dikarenakan pengalaman, pendidikan, pelatihan, dan
atau demontrasi keahlian guru kelas maka ia menjadi kepala guru/sekolah.
Pemimpin guru biasanya mengawasi pekerjaan dari beberapa kelas. Mereka
mengawasi guru lain, dan diawasi oleh koordinator pendidikan atau pemimpin
program. Sebagai kepala/pemimpin guru berusaha untuk menyatukan dua
tanggungjawab dengan mengajar dan mengawasi.
Diantara tugas spesifik dari kepala/pemimpin guru adalah tiba lebih dulu di kelas
untuk mempersiapkan dan menata bahan untuk aktivitas hari itu, menyiapkan/
memeriksa kehadiran harian, dan meneliti hasil rekaman pengamatan anak-anak,
memberikan bantuan dalam perencanaan program orangtua, menghadiri pertemuan
evaluasi dengan lembaga pelayanan sosial, menata/merencanakan konferensi
(pertemuan) tahunan dengan masing-masing orang tua, membuat acara
-
9 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
perpisahan/penyerahan, mengawasi anggota tim yang lain, mengajar anak, dan
merencanakan serta memimpin pertemuan anggota (team guru).
5. Peranan pemimpin sebagai guru
Guru anak usia dini seringkali menjadi pengawas seorang asisten (guru pendamping,
atau membayar seorang relawan, dalam rangka menambah tenaga kerja untuk
mendidik dan mengurus anak-anak. Guru biasanya diawasi oleh pemimpin guru,
koordinator, dan pemimpin program.
6. Peranan pemimpin sebagai penanggung jawab training dari Perguruan tinggi (college
supervisor)
College supervisor adalah seorang anggota fakultas dari sebuah perguruan tinggi
yang bertanggung jawab untuk melatih dan mengawasi beberapa individu yang
beraspirasi untuk bekerja pada lembaga PAUD. Kadang-kadang mereka mengawasi
pembantu/relawan yang berpengalaman yang bekerja pada program spesial atau
untuk tingkat yang lebih tinggi. Seringkali, mereka mengawasi mahasiswa yang
berencana mengajar anak usia dini.
7. Peranan pemimpin sebagai penasihat perkumpulan/asosiasi perkembangan anak
(child development assosiate (CDA) advisor)
Penasihat ini mungkin bagian dari program pelatihan CDA, atau pekerja freelance
(bebas) dengan staf di kelas yang dengan surat kuasa dari CDA. Penasihat ini juga
sering bekerja sama dengan sebuah perguruan tinggi, universitas, atau berbagai
sumber dan pelatihan atau lembaga training, namun mungkin diikuti oleh seorang
staf dari lembaga mereka sendiri atau lembaga pendidikan lainnya.
8. Sebagai konsultan (consultant)
Konsultan dari lembaga pelatihan, kadang berkerja di tempat dengan sebuah program
dengan seluruh atau seorang guru. Mereka mungkin juga bekerja dengans staf
melalui kelompok diskusi. Hal ini adalah bentuk dari pengawasan pada program
pemeliharaan anak dalam keluarga (family child care).
Peranan kepemimpinan menurut Marjory Ebbeck (2004) :
1. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun dan menyampaikan pilosofi dari
visi dan misi.
2. Peranan pemimpin sebagai orang yang menyampaikan (mengajarkan, mengerjakan)
kualitas pelayanan (dalam pelayanan PAUD).
-
10 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
3. Peranan pemimpin sebagai orang yang melakukan profesionalitas secara terus
menerus dan mendorong seluruh anggota (staff) untuk melakukan hal yang sama.
4. Peranan pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab dan bersikap (berbuat/
bertingkah laku) sebagai pendukung/penyokong anak, orang tua, staf, profesinya, dan
komunitas umum.
5. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun kolaborasi dan gaya kerjasama
dalam kepemimpinan.
6. Peranan pemimpin sebagai orang yang sensitive dan responsive terhadap perubahan
perubahan yang dibutuhkan serta mengelola perubahan dengan efektif.
Kunci kepemimpinan mengutip dari Rodd (1998) ada lima kepemimpinan yang efektif
adalah kemampuan pemimpin untuk :
1. Menyediakan sebuah pandangan dan mengkomunikasikannya.
2. Membangun budaya kelompok.
3. Membuat tujuan dan sasaran-sasaran.
4. Memantau dan meningkatkan komunikasi.
5. Memfasilitasi dan mendorong pengembangan diri (anggota).
Sergiovanni dalam Mulyasa (2007) mengemukakan 5 peranan kepemimpinan Kepala
PAUD, yaitu :
1. Kepemimpinan formal
Kepemimpinan formal mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk merumuskan visi,
misi dan tujuan organisasi sesuai dengan dasar dan peraturan yang berlaku.
2. Kepemimpinan administratif
Kepemimpinan administratif, mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membina
administrasi seluruh staf dan anggota organisasi sekolah.
3. Kepemimpinan supervisi
Kepemimpinan supervisi mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membantu dan
membimbing anggota agar bisa melaksanakan tugas dengan baik.
4. Kepemimpinan organisasi
Kepemimpinan organisasi mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk menciptakan
iklim kerja yang kondusif, sehingga anggota bisa bekerja dengan penuh semangat
dan produktif.
-
11 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
5. Kepemimpinan tim.
Kepemimpinan tim mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membangun kerja
sama yang baik diantara semua anggota agar bisa mewujudkan tujuan organisasi
sekolah secara optimal.
Kepemimpinan Kepala PAUD yang baik dapat membuat anggota menjadi percaya, loyal,
dan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara optimal. Untuk itu,
keberhasilan kepemimpinan Kepala PAUD dapat dilihat dari performansi anggota. Salah
satu faktor yang menunjukkan performansi anggota adalah semangat kerjanya.
B. MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN DALAM PAUD FORMAL DAN
NON FORMAL
1. Kepemimpinan Visioner
Visi menggambarkan masa depan yang ideal, barangkali menyiratkan ingatan
budaya yang sekarang dan aktivitas, atau barangkali menyiratkan perubahan.
Terbentuknya visi dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman
professional, interaksi dan komunikasi, penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual
yang membentuk pola pikir tertentu (Gaffar, 1994 : 56).
Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan ”school based management”.
Kepemimpinan ini yang difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan,
menjadi agen perubahan (agen of change) yang unggul dan menjadi penentu arah
organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang provisional dan menjadi
pembimbing anggota lainnya.
Visioner Leadership didasarkan pada tuntutan perubahan zaman yang menuntut
dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam menciptaka sumber daya
menusia yang handal.
Untuk menjadi pemimpin yang Visioner, maka seseorang harus : a) Memahami
konsep visi dan b) Memahami karakteristik dan unsur visi.
Karakter visi antara lain :
a) Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasi.
b) Mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan standart of excellence.
c) Menembuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan komitmen.
d) Menciptakan makna bagi anggota oeganisasi.
-
12 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
e) Merefleksikan keunikan, atau keistimewaan organisasi, dan seterusnya.
f) Memahami tujuan visi.
Tujuan visi antara lain :
a) Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi.
b) Memotivasi karyawan ke arah yang baik.
c) Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu orang-orang yang
berbeda.
Langkah – langkah menjadi Visionary Leadership :
a) Penciptaan Visi, dari hasil kreatifitas pikir pemimpin berupa ide-ide ideal tentang
cita-cita di masa depan.
b) Perumusan Visi
(1) Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
(2) Merumuskan strategi secara konsensus
(3) Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan
visi ini menjadi suatu kenyataan.
c) Transformasi Visi, Kemampuan membangun kepercayaan
d) Implementasi Visi, Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan
menterjemahkan visi ke dalam tindakan.
2. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata :
- Kepemimpinan (leadership) :
Setiap tindakan yang dilakukan oleh eseorang untuk mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan.
- Transformasional (transformational) :
Mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.
Kepemimpinan Transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek
pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya.
Formulasi dari teori Kepemimpinan Transformasional antara lain :
a. Karisma
b. Stimulasi intelektual
c. Perhatian yang individualisasi
-
13 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Dikemukakan oleh Sudarwan Danim (2003) bahwa seorang kepala sekolah
menerapkan teori Kepemimpinan Transformasional jika dia mampu mengubah energi
sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan
sekolah.
Model kepemimpinan transformasial perlu diterapkan dalam dunia pendidikan,
karena merupakan salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang
pendidikan.
Olga Epitropika (2001) mengemukakan 6 hal mengapa kepemimpinan
transformasial penting bagi suatu organisasi.
1) Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi.
2) Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan
kepuasan pelanggan.
3) Membangkitkan komitmen para anggota terhadap organisasi.
4) Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian
organisasi.
5) Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin.
6) Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.
Implementasi model kepemimpinan transformasional falam organisasi/instansi
pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
- Mengacu pada nilai-nilai agama yang ada dalam organisasi/instansi atau bahkan
suatu negara.
- Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi atau
instansi tersebut.
- Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.
Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem, maka harus
memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem suatu negara.
-
14 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
C. PENGERTIAN MANAJEMEN PAUD
1. Pengertian Manajemen
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan,
atau tata pimpinan.
Manajemen adalah seperangkat proses yang dapat menjaga sistem yang
kompleks, terdiri dari orang, teknologi dan berjalan secara perlahan. Aspek-aspek
terpenting dalam manajemen meliputi perencanaan, penganggaran, organizing, staffing,
pengawasan, dan pemecahan masalah.
Henry Fayol, tahun 1916, memperkenalkan konsep manajemen yang berupa
merencanakan, mengorganisasikan, memerintahkan dan mengawasi. Ketika ada orang
yang bertanya kepadanya, apa tugas seorang dirut ? POSDCORB jawabnya, itu adalah
kepanjangan dari Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting,
and Budgeting. Dia mengemukakan istilah itu pada tahun 1930. Hingga akronim
manajemen itu ringkas dan mudah diingat.
Siagian (1978) menyebutkan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-
kegiatan orang lain.
Mengenai pengertian manajemen dikemukakan oleh Ordway Tead (Drs.Sarwoto,
1979) : ”Management is the process and agency which direct and guides the operations
of an organization in the realizing of established aim”.
Sedangkan Hersey dan Blanchard (1988) menyebutkan bahwa manajemen adalah
suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses kontinu
yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan maupan bersama orang lain
dalam mengkoordinasi dan menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan
organisasi secara produktif, efektif, dan efesien.
Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan
Hasan Shadily (1995) management berasal dari akar kata to manage yang berarti
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
-
15 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan
bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Robbin dan Coulter (2007) : manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan
aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan
melalui orang lain.
Istilah manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang
diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.
Sudah banyak para pakar telah mengemukakan tentang pengertian manajemen,
seperti James AF Stoner yang mengemukakan bahwa, ”manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota
organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Sementara menurut R Terry, ”manajemen merupakan suatu proses khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.”
Dari definisi-definisi manajemen tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
manajemen merupakan suatu proses yang terdiri atas perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling)
dengan menggunakan ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
2. Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan bisa diartikan sebagai suatu proses yang mengandung
fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga
pendidikan itu dapat berjalan secara efektif dan efesien menghasilkan peserta didik yang
mempunyai pengetahuan, kepribadian dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan
praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan.
-
16 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas
pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien untuk mencapai
tujuan secara efektif.
Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan bahwa
manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori memberikan pengertian
manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang
diartikan sebagai ”keseluruhan proses kerja sama dengan memanfaatkan semua sumber
personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Sedangkan Hadari Nawawi mengemukakan bahwa ”Administrasi pendidikan
sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan :
a. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan.
b. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya.
c. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Manajemen PAUD
Imron Arifin yang juga ketua Yayasan Pendidikan Anak Saleh Malang dan
Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang, menerangkan dalam Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dilaksanakan melalui jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat, dan melalui jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok
bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Lalu PAUD
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan.
Manajemen Program PAUD adalah manajemen pendirian PAUD (membuka
lembaga PAUD baru dan manajemen perbaikan/pembenahan PAUD (improvisasi
manajemen PAUD yang sudah berjalan).
-
17 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
4. Konsep Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait
dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang
ekonomi, yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan nasional.
Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan mutu
sumber daya manusia, sedangkan manusia yang bermutu itu pada hakikatnya telah
dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan dan tujuan
pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan secara keseluruhan.
Konsep manajemen menurut pengertian bahasa berarti ”pengelolaan”, sedangkan
menurut substansinya adalah ”kerjasama” (cooperation) diantara anggota kelompok
untuk mencapai suatu tujuan.
Konsep manajemen berhubungan dengan pembagian tugas dan pelimpahan
wewenang atau tanggungjawab suatu pekerjaan. Sedangkan pembagian tugas dan
pelimpahan wewenang tersebut secara normatif merupakan fungsi pimpinan.
Dengan demikian konsep manajemen dalam PAUD dapat dikatakan sebagai suatu proses
untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana
dan prasarana pendidikan, dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan.
Konsep Manajemen dalam PAUD :
1. Mengacu pada dasar ilmu, berarti ilmu yang diberikan harus sesuai dengan yang ada.
2. Mengacu pada dasar seni dan harus membekali peserta didik lebih terampil, tidak
sekedar pintar saja.
3. Mengacu pada dasar proses berarti perlu proses.
5. Tujuan Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Tujuan manajemen PAUD adalah agar sistem yang ada dilembaga PAUD dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Sistem pendidikan dapat dikatakan efektif bila
program kegiatan belajar yang berlangsung didalamnya berfungsi dengan baik dan
mencapai tujuan institusionalnya, yaitu membantu anak meletakan dasar kearah
perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh
-
18 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya. Apabila sebuah lembaga PAUD telah menjalankan fungsi-
fungsi tersebut, maka lembaga itu telah berhasil mencapai tujuan yang sebenarnya.
Tujuan manajemen PAUD dilakukan agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara
sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai
tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efesien.
1. Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output)
dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan
secara kuantitas maupun kualitas.
2. Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang
diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/atau jasa (services) tertentu
berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan/atau kinerjanya (Pfeffer end Coote,
1991).
3. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.
4. Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing things
right) sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan (doing the right things) atau
efektivitas adalah perbandingan antara rencana tujuan yang dicapai, efesiensi lebih
ditekankan pada perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Efesiensi
pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efesiensi
waktu, biaya, tenaga dan sarana.
6. Fungsi Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses
pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hubungan ini,
terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan. Berkenaan dengan fungsi-fungsi
manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli,
sebagai berikut :
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : (1) Planning
(perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Actuating (pelaksanaan); dan (4)
Controlling (pengawasan).
-
19 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi : (1) Planning
(perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Commanding (pengaturan); (4)
Coordinating (pengkoordinasian); dan (5) Controlling (pengawasan).
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen,
mencakup : (1) Planning (perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Staffing
(penentuan staf); (4) Directing (pengarahan); dan (5) Controlling (pengawasan).
L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu : (1) Planning
(perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Staffing (penentuan staf); (4)
Directing (pengarahan); (5) Coordinating (pengkoordinasian); (6) Reporting (pelaporan);
dan (7) Budgeting (penganggaran).
Mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen yang sesuai
dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan planning,
organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating),
reporting, controlling.
Namun demikian dalam operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu fungsi
manajemen pada tingkat/level makro/masso seperti departemen dan dinas dengan
melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada level institusi pendidikan mikro,
yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating,
innovating, controlling.
Demikian juga yang terdapat dalam buku Kapita Selekta Administrasi Dan
Manajemen Pendidikan oleh Husnul Yaqin disebutkan paling tidak ada lima unsur
pentng yang harus ada dalam manajemen pendidikan yang kita coba lihat isyarat-
isyaratnya dalam al-Qur’an yang meliputi : (1) Planning (perencanaan), (2) Organizing
(pengorganisasian), (3) Actuating (penggerakan), (4) Communication (komunikasi), dan
(5) Controlling (pengawasan).
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait
mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan
proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses
interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai
secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang
amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya
-
20 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik
dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan
menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan
pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki
perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan
kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
7. Komponen Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Komponen manajemen PAUD adalah keseluruhan yang menjadi bagian dalam
pengelolaan lembaga PAUD (TK, KB, RA, TPA, dan lain-lain).
Komponen tersebut, yaitu :
a. Manusia
Manusia adalah komponen yang terpenting dalam kegiatan manajemen karena
adanya kegiatan manajemen dilatarbelakangi oleh adanya manusia yang berkumpul
dalam suatu organisasi. Organisasi itu sendiri merupakan suatu wadah yang dijadikan
sebagai media bagi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di lembaga PAUD merupakan media yang bersifat konkret
(trangible) yang digunakan oleh stakeholders PUAD, khususnya pendidik PAUD dalam
memberikan layanan PAUD kepada peserta didik.
c. Program Kerja
Setiap organisasi sudah barang tentu memiliki program, kerja. Sebagai salah satu
komponen manajemen, program kerja tersebut disusun dan ditetapkan untuk mencapai
tujuan dari organisasi yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan anggotanya.
d. Lingkungan
Kegiatan manajemen, termasuk kegiatan manajemen PAUD tidaklah berada atau
dilakukan di ruang yang hampa dan vakum. Dia berada pada realita lingkungan alam dan
lingkungan masyarakat yang dinamis.
-
21 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
8. Prinsip Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Douglas (1963: 13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan
sebagai berikut :
1. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme
kerja.
2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.
3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-
sifat dan kemampuannya.
4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.
5. Relativitas nilai-nilai.
Prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya
harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Hal ini hampir
selaras dengan apa yang dikemukakan Fattah (1996) yang mengklasifikasikan prinsip
manajemen ke dalam tiga ranah yaitu :
1. Prinsip manajemen berdasarkan sasaran : bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi
organisasi.
2. Prinsip manajemen berdasarkan orang : adalah suatu aktivitas manajemen yang
diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia.
3. Prinsip manajemen berdasarkan informasi : adalah aktivitas manajemen yang
membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan akurat.
9. Ruang Lingkup Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal
Pada prinsipnya ruang lingkup manajemen di PAUD sama dengan di lembaga
pendidikan lainnya, yang membedakannya hanya dari segi peristilahannya saja. Adapun
ruang lingkup manajemen di PAUD adalah sebagai berikut :
No Aspek Manajemen Ruang Lingkup Kegiatan
1 Program Pembelajaran 1. penyusunan program kerja tahunan2. penyusunan kalender pendidikan3. penyusunan satuan kegiatan tahunan & mingguan4. pengaturan pembukaan tahun ajaran baru5. pengaturan pelaksanaan KBM6. pengaturan kegiatan bermain7. pengaturan kegiatan evaluasi
-
22 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
8. pengaturan kegiatan bimbingan dan penyuluhan9. pengaturan penutupan tahun ajaran
2 Kesiswaan 1. perencanaan kesiswaan2. pengaturan penerimaan siswa baru3. pengelompokan siswa, pencatatan kehadiran siswa4. pembinaan disiplin siswa, pengaturan mutasi siswa5. pengaturan kelulusan6. pengaturan pelaksanaan program layanan khusus
3 Kepegawaian 1. perencanaan pegawai2. pengadaan pegawai3. pengangkatan pegawai4. pembagian pegawai5. pengembangan pegawai6. pengurusan kenaikan pangkat pegawai7. pengurusan mutasi pegawai8. pemberhentian pegawai
4 Sarana dan Prasarana 1. pengadaan sarana & prasarana2. pendistribusian sarana & prasarana3. pemakaian sarana & prasarana4. pemeliharaan sarana & prasarana5. inventarisasi sarana & prasarana
5 Keuangan 1. perencanaan anggaran tahunan2. pengadaan anggaran3. pendistribusian anggaran4. pelaksanaan anggaran5. pembukuan keuangan6. pertanggungjawaban keuangan
6 Hubungan denganMasyarakat
1. analisis kebutuhan hubungan dengan masyarakat2. pengembangan program hubungan dengan
masyarakat3. pengaturan pelaksanaan hubungan dengan
masyarakat4. pencatatan kegiatan hubungan dengan masyarakat
Manajemen PAUD sendiri dapat diartikan sebagai suatu manajemen pendirian
pada pendidikan anak usia dini. Persyaratan untuk memasuki dunia PAUD ialah peserta
didik berusia dini (0-6 tahun), ada penyelenggara dari badan hukum, ada pengelolah
PAUD, serta adanya tenaga kerja pendidik PAUD.
-
23 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Sarana prasarana PAUD yang harus disediakan antara lain ialah memiliki
kurikulum, memiliki program kegiatan belajar-bermain dan mengajar (PKBM), dan
tersedia sumber dana untuk pelaksanaan atau operasional pendidikan.
Dalam manajemen PAUD sendiri memiliki orientasi terhadap penyelengaraan kesehatan
gizi yang meliputi pertumbuhan, layanan kecerdasan dan psikologis, layanan sosial dan
sikap serta, layanan keagamaan dan spiritualisasi.
Hal yang telah dijabarkan di atas bertujuan agar anak yang terdidik dapat
memiliki pengalaman belajar yang optimal, kecerdasan otak yang berkualitas,
pertumbuhan fisik yang sehat, perkembangan psikososial positif, dan bertumbuh sesuai
dengan dunia anak.
Selain substansi pengelolaan program PAUD yang meliputi manajemen
personalia atau SDM, kurikulum (menu) kegiatan bermain dan belajar kemudian
manajemen peserta didik, manajemen keuangan lembaga, dan manajemen humas serta
manajemen sarana-prasarana.
10. Struktur Organisasi Manajemen PAUD Formal dan Non Formal
Berbicara mengenai bentuk struktur organisasi dikenal ada tiga bentuk struktur
organisasi yang utama/pokok, yaitu : (1) bentuk struktur organisasi garis (line
organization), (2) bentuk struktur organisasi garis dan staf (line and staff organization),
(3) bentuk struktur organisasi fungsional (functional organization). Selain itu, ada bentuk
struktur organisasi yang dibuat secara insidental diperlukan, yaitu bentuk struktur
organisasi panitia (committee organization), sehingga dengan demikian menjadi empat
bentuk struktur organisasi, tetapi yang akan dikemukakan disini adalah organisasi garis
dan struktur organisasi fungsional.
a. Bentuk Struktur Organisasi Garis
Bentuk struktur organisasi ini diciptakan oleh Henry Fayol. Dalam bentuk
struktur organisasi garis ini, manajer misalnya membawahi kepala-kepala bagian seperti
produksi dan pemasaran. Kepala-kepala bagian membawahi pengawas dan para
pengawas membawahi para kepala sekolah dan guru.
-
24 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Apabila salah satu model bentuk struktur organisasi garis dimaksud dituangkan
dalam gambar dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.
b. Bentuk Struktur Organisasi Fungsional
Bentuk struktur organisasi fungsional baik digunakan pada lembaga/institusi yang
sudah memerlukan orang-orang yang spesialisasi, sehingga pada lembaga/institusi yang
memiliki organisasi ini hendaknya lembaga/institusi yang mempunyai beberapa bagian
bidang unit kerja yang mempunyai keahlian khusus. Pada organisasi ini akan didapat
berupa 1pemimpin pada tiap bagian yang dapat membawahi beberapa bagian. Jadi,
pemimpin pada setiap bagian mempunyai wewenang untuk memberi tugas pada bagian
mana saja yang ada di bawahnya, hanya hubungannya tidak langsung.
Apabila salah satu model bentuk struktur organisasi fungsional dituangkan dalam
gambar dapat dilihat di bawah ini.
Kepala Sekolah
BagianKesiswaan
n
BagianKurikulum
Guru Guru Guru Guru
BagianKepegawaian
BagianKeuangan
Manajer
Kepala Bagian/Seksi
Kepala Bagian/Seksi
KepalaSekolah
KepalaSekolah
KepalaSekolah
PengawasPengawas Pengawas Pengawas
KepalaSekolah
-
25 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
11. Manajemen Mutu Terpadu Dalam PAUD Formal dan Non Formal
a. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MTT)
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana mengungkapkan bahwa MMT merupakan
suatu pendekatan yang digunakan untuk memaksimalkan daya saing lembaga melalui
upaya perbaikan secara terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. MMT
menurut West-Burnham adalah semua fungsi dari organisasi lembaga pendidikan ke
dalam falsafat holistik yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas,
dan prestasi kerja serta kepuasan pelanggan.
Kemudian Edward Sallis mengartikan MMT sebagai upaya menciptakan budaya
mutu di mana tujuan setiap anggotanya ingin menyenangkan pelanggannya, dan di mana
struktur organisasinya mengizinkan mereka untuk berbuat seperti itu. Sedang Peter dan
Waterman mendefinisikan MMT sebagai penciptaan budaya organisasi yang ditentukan
dan didukung oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus menerus melalui sistem
teringterasi yang terdiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan
perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dalam proses organisasi diharapkan akan
menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu tinggi.
Berdasarkan keempat definisi tersebut dapat diambil tiga kata kunci terkait
dengan MMT, yaitu perbaikan terus-menerus, fokus pada pelanggan, dan mutu.
Imam Musbikin mengungkapkan bahwa pengertian mutu dalam konteks pendidikan
meliputi :
a. Input pendidikan
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses pendidikan. Jadi, pada dasarnya input pendidikan
merupakan sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pendidikan. Misalnya
sumber daya, perangkat lunak, serta berbagai harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses.
b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain
dalam kegiatan pendidikan. Pada tingkat sekolah, dalam proses pendidikan
terdapat pengambilan keputusan, proses pengelolaan sekolah, proses pengelolaan
program, proses pembelajaran, proses monitoring, dan proses evaluasi.
c. Output pendidikan
-
26 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Output pendidikan pada dasarnya merupakan sesuatu yang dihasilkan dari proses
pendidikan. Output pendidikan juga dapat diartikan prestasi sekolah yang
dihasilkan dari kinerja sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari pemenuhan
terhadap suatu standar, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya,
serta etika kerjanya.
Lebih lanjut, Sudarwan Danim juga mengungkapkan bahwa mutu pendidikan
mengacu pada masukan, proses pembelajaran, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan
dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu :
1) Kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala
sekolah, guru, karyawan, serta peserta didik.
2) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-
buku, kurikulum, sarana dan prasarana, dan lainnya.
3) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan perangkat lunak, seperti peraturan,
struktur organsiasi, dan deskripsi kerja.
4) Mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi,
ketekunan, dan cita-cita.
Sedangkan Oemar Hamalik mengartikan mutu pendidikan dari dua segi, yaitu
segi normatif dan segi deskriptif. Pada arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan
pertimbangan (kriteria) instrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan instrinsik, mutu
pendidikan adalah produk pendidikan, yaitu manusia yang terdidik sesuai dengan standar
ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, mutu pendidikan merupakan instrumen untuk
mendidik tenaga kerja yang terlatih. Kemudian pada segi deskriptif mutu pendidikan
ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalnya hasil tes belajar.
b. Prinsip Mutu Dalam Implementasi MMT
Ada 14 prinsip mutu dalam implementasi MMT di lembaga pendidikan yang
diadopsi dari 14 prinsip mutu Deming.
1) Untuk menjadi lembaga pendidikan yang bermutu perlu ada kesadaran, niat, dan
usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya.
2) Lembaga pendidikan yang bermutu dapat dicapai jika pendidik, staf, dan
pimpinan secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
3) Perhatian lembaga pendidikan selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para
pelanggan.
-
27 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
4) Lembaga pendidikan yang bermutu tumbuh dan berkembang serta bekerja sama
dengan baik antarsesama unsur di dalamnya untuk mencapai mutu yang
ditetapkan.
5) Diperlukan pimpinan lembaga pendidikan yang mampu memotivasi,
mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu.
6) Semua kinerja pendidikan di lembaga pendidikan harus selalu berorientasi pada
mutu karena setiap unsur yang ada di dalamnya telah berkomitmen kuat pada
mutu. Implikasi dari orientasi ini adalah semua kinerja yang tidak bermutu
ditolak dan dihindari.
7) Upaya perbaikan mutu suatu lembaga pendidikan dilakukan secara kontinu.
8) Segala keputusan untuk perbaikan mutu dan layanan pendidikan di lembaga
pendidikan harus selalu di dasarkan pada data dan fakta untuk menghindari
adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksanaannya.
9) Penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk
perbaikan mutu yang dapat dianalisis dan disimpulkan sehingga tidak
menyesatkan.
10) Hendaknya pekerjaan di lembaga pendidikan tidak dilihat sebagai pekerjaan rutin
yang sama saja dari waktu ke waktu karena bisa membosankan.
11) Dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di lembaga pendidikan perlu
ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. Jika tidak, maka
prosedur tersebut harus diubah dengan yang lebih baik lagi.
12) Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki
mutu kerja dan hasilnya.
13) Harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain antara pendidik dan
pimpinan, pendidik dan staf, pendidik dan pendidik lainnya, pendidik dan peserta
didik, pendidik dan wali peserta didik, serta pendidik dan masyarakat di sekitar ia
berada.
14) Lembaga pendidikan mentradisikan pertemuan antarpendidik dan peserta didik
maupun dengan orang tua peserta didik untuk mereview proses pembelajaran
dalam rangka memperbaiki layanan pendidikan yang bermutu.
-
28 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
c. Tujuan MMT
E. Mulyasa mengungkapkan bahwa tujuan dari diimplementasikan MMT di
lembaga pendidikan antara lain untuk :
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif lembaga
pendidikan dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang dimilikinya.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan tanggung jawab lembaga pendidikan kepada wali peserta didik,
masyarakat, dan pemerintah mengenai mutu penyelenggaraan pendidikannya.
4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antarlembaga pendidikan mengenai mutu
pendidikan yang hendak dicapai.
d. Manfaat MMT
Tony Bush dan Marianne Coleman menjelaskan bahwa MMT yang di-
implementasikan di lembaga pendidikan dapat memberikan tiga manfaat, yaitu :
1) Dapat menggerakkan nilai, moralitas, karakter ataupun akhlaq yang jelas. Nilai,
moralitas, karakter maupun akhlaq tersebut berasal dari suatu keyakinan bahwa
dalam mengimplementasikan MMT semua pihak harus bekerja dengan maksimal
baik di awal, dipertengahan hingga di akhir. Semuanya harus dilakukan dengan
baik dan benar mulai dari awal, rights time and right everytime.
2) Dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan wali peserta didik. Wali peserta
didik menyekolahkan anaknya dengan kebutuhan-kebutuhan ataupun harapan-
harapan tertentu. Implementasi MMT menjadikan pihak lembaga pendidikan
mengetahui kebutuhan dan harapan tersebut serta menjadikan pihak lembaga
pendidikan fokus dan mampu memenuhi kebutuhan dan harapan wali peserta
didik. Itulah sebab tujuan akhir dari MMT adalah kepuasan para pelanggan,
kepuasan para pelanggan dapat tercapai manakala penyelenggaraan pendidikan
bermutu. Pelanggan sendiri adalah wasit terhadap mutu dan lembaga pendidikan
tidak akan mampu bertahan tanpa pelanggan.
3) Dapat mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan atau sesuatu yang
buruk. Hal ini sangat mungkin sekali dicapai karena implementasi MMT
merupakan perluasan dan pengembangan diri dari jaminan mutu (quality
-
29 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
assurance). Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas
dari catat dan kesalahan (zero defects).
Stakeholders dalam implementasi MMT di lembaga pendidikan antara lain kepala
sekolah, pendidik, staf, peserta didik, wali peserta didik, dan masyarakat. Kepala sekolah
merupakan top leader sekaligus manager, pendidik dan staf merupakan pelanggan
internal. Kemudian peserta didik, wali peserta didik, masyarakat, dan pemerintah
merupakan pelanggan eksternal.
e. Implementasi MMT Di Lembaga Pendidikan
KepalaSekolah
Guru dan Staf
Peserta Didik
Gambar Lembaga Pendidikan dengan Hirarki Tradisional
Peserta Didik
Guru dan Staf
KepalaSekolah
Gambar Lembaga Pendidikan dengan Hirarki Terbalik MMT
Salis mengungkapkan bahwa kunci sukses implementasi MMT di lembaga
pendidikan adalah mata rantai internal-eksternal yang efektif antara produsen dan
pelanggan. Pada implementgasi MMT di lembaga pendidikan, peran kepala sekolah
adalah memberikan dukungan dan wewenang kepada pendidik, staf, dan peserta didik
bukannya malah mengontrol mereka. Hal tersebut dapat digambarkan dengan
membandingkan grafik organisasi hirarkis tradisional dengan hirarki terbalik MMT.
Hirarki terbalik MMT tersebut diadopsi dari ide-ide Karl Albertcht. Dalam
implementasinya di lembaga pendidikan, MMT berubah pola hubungan dengan
-
30 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
memberikan sebuah fokus pelanggan yang jelas. Fokus tersebut tidak berdampak pada
struktur otoritas dalam lembaga pendidikan dan juga tidak mengurangi peran
kepemimpinan kepala sekolah. Hirarki terbalik MMT menekankan pada pola hubungan
yang berorientasi pada pemberian layanan dan pentingnya pelanggan bagi lembaga
pendidikan.
f. Langkah Implementasi
Langkah-langkah tersebut antara lain :
1) Melakukan perbaikan secara terus menerus.
2) Menentukan standar mutu.
3) Melakukan perubahan kultur.
4) Merubah organisasi.
5) Mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan.
-
31 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l
Daftar Pustaka
Aep Saefullah, Drs., MH., 2010. Kiat Menjadi Pemimpin Yang Sukses. Bandung :Pustaka Reka Cipta.
Bafadal, Ibrahim. 2006. Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak.Jakarta : Bumi Aksara.
Engkoswara, H. dan Komariah, Aan. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung :Alfabeta.
Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya
Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.
Marjory Ebbeck. 2004. Early Chilhood Professionals. Philadelphia, London : LEADINGTODAY AND TOMORROW, MACLENNAN+PETTY,
Marno dan Supriyatno, Triyo. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.Bandung : PT. Refika Aditama.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2009. Manajemen Play Group dan Taman Kanak-Kanak,Yogyakarta : DIVA Press.
Mulyasa, 2007. Manajemen & Kepemimpinan Kepala PAUD. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Novan Ardy Wiyani. 2015. Manajemen PAUD Bermutu. Yogyakarta : Penerbit GavaMedia.
Prasojo dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Gava Media.
Robbin and Coulter. 2007. Manajemen. Edisi Kedelapan. Jakarta : PT Indeks.
___________________