kepemimpinan dalam paud formal dan non formal · 2019. 3. 19. · kepemimpinan pada dasarnya dapat...

32
HANDOUT PERKULIAHAN KEPEMIMPINAN DALAM PAUD FORMAL DAN NON FORMAL Dosen Pengampu: Agus Sumitra, M.Pd FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI BANDUNG 2019

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HANDOUT PERKULIAHAN

    KEPEMIMPINAN DALAM PAUDFORMAL DAN NON FORMAL

    Dosen Pengampu:

    Agus Sumitra, M.Pd

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD

    INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGIBANDUNG

    2019

  • 1 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

    Istilah kepemimpinan bukan merupakan istilah baru bagi masyarakat. Di setiap

    organisasi, selalu ditemukan seorang pemimpin yang menjalankan organisasi. Pemimpin

    berasal dari kata “leader” yang merupakan bentuk benda dari ”to lead” yang berarti

    memimpin.

    Untuk memahami pengertian kepemimpinan secara jelas, maka perlu dikaji

    beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan.

    Ralph M. Stogdill (dalam Mulyasa, 2007) secara rinci memberi arti kepemimpinan yang

    dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :

    1. Kepemimpinan sebagai titik pusat suatu kelompok.

    2. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh.

    3. Kepemimpinan adalah suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau

    kesepakatan.

    4. Kepemimpinan adalah pelaksanaan pengaruh.

    5. Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku.

    6. Kepemimpinan adalah bentuk persuasi.

    7. Kepemimpinan adalah suatu hubungan kekuatan/kekuasaan.

    8. Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan.

    9. Kepemimpinan adalah suatu hasil interaksi.

    10. Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dari struktur.

    Feldmon dalam Wahjosumidjo (2010) mengemukakan bahwa kepemimpinan

    adalah usaha sadar yang dilakukan pimpinan untuk mempengaruhi anggotanya

    melaksanakan tugas sesuai dengan harapannya.

    Newell dalam Wahjosumidjo (2010) mengemukakan bahwa kepemimpinan

    adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai pengembangan atau

    tujuan organisasi.

    Kedua pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Stogdil yang mengemukakan

    bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok untuk

    1mencapai tujuan organisasi.

    Kepemimpinan menurut Prasojo dan Sudiyono (2011) ada 6 teori, yaitu :

    1. Teori kelebihan membangun asumsi dasarnya bahwa seseorang menjadi pemimpin

  • 2 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    karena memiliki kelebihan-kelebihan dibanding yang lain atau para pengikutnya.

    Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup

    minimal tiga kelebihan yaitu : kelebihan ratio, kelebihan rohaniah dan kelebihan

    badaniah.

    2. Teori sifat yaitu pada dasarnya seorang pemimpin juga dituntut untuk memiliki sifat-

    sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik, dan

    memberikan dukungan kepada pemimpinnya. Sifat-sifat kepemimpinan yang secara

    umum harus dimiliki seperti sikap melindungi, penuh percaya diri, penuh inisiatif,

    mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif, dan kreatif.

    3. Teori keturunan (teori pembawaan lahir) yang menyatakan bahwa seseorang menjadi

    pemimpin karena keturunan atau warisan.

    4. Teori Kharismatik menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang

    tersebut mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Seorang pemimpin

    kharismatik sering dianggap memiliki kekuatan gaib (supranatural power).

    5. Teori Bakat menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena ada bakat di

    dalamnya. Bakat kepemimpinan seterusnya kemudian dikembangkan sehingga

    mampu berkembang.

    6. Teori Sosial yang beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi

    pemimpin asalkan orang tersebut diberi kesempatan untuk memimpin. Asumsi dari

    teori ini bahwa setiap orang dapat dididik menjadi seorang pemimpin, karena

    kepemimpinan pada dasarnya dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal,

    maupun melalui praktik.

    Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan

    tersebut, dapat digaris bawahi bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu proses

    menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk

    mencapai tujuan organisasi.

    Ada empat unsur yang terkandung dalam pengertian kepemimpinan, yaitu :

    (1) unsur orang yang menggerakkan yang dikenal dengan pemimpin.

    (2) unsur orang yang digerakkan yang disebut kelompok atau anggota.

    (3) unsur situasi dimana aktivitas penggerakan berlangsung yang dikenal dengan

    organisasi.

    (4) unsur sasaran kegiatan yang dilakukan.

  • 3 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk

    mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.

    Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan

    mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

    Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan dan bimbingan

    yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil

    yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

    Secara umum kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk

    dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan dan kalau

    perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat

    sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan

    tertentu.

    2. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok

    sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.

    Pengertian pendidikan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada

    kepemimpinan diberbagai bidang kegiatan atau hidup manusia.

    Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur : (1) orang-orang yang

    dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak, (2) orang-orang yang mendapat pengaruh

    di lain pihak, (3) adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan adanya

    serangkaian tindakan untuk mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

    Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di

    antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan

    anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak

    hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat

    mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya, sehingga terjalin suatu

    hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang

    akhirnya terjadi suatu hubungan timbal balik. Oleh karena itu pemimpin diharapkan

    memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak

    memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat

    tercapai secara maksimal.

  • 4 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    1. Pengertian Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di

    dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di

    rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah maupun pengawas pendidikan di

    kantor pembinaan pendidikan dan di daerah pelayanannya.

    Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan termasuk

    kepemimpinan di PAUD. Setelah dipahami pengertian pokok tentang kepemimpinan,

    maka dapat dipersempit bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh mereka dalam

    lapangan pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini.

    Kata pendidikan menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu : (1) Pendidikan

    sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari dan

    (2) Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang

    hakekat dan kegiatan mendidik dan mengajar dari zaman ke zaman dan mengajar dengan

    segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.

    Oleh karena itu, kepemimpinan PAUD berperan pada usaha-usaha yang berhubungan

    dengan kegiatan atau proses mendidik dan mengajar disatu pihak, dan pada pihak lain

    yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan dari mulai

    perencanaan sampai proses pelaksanaannya dengan menerapkan satu ilmu dengan segala

    cabang-cabangnya.

    Dari titik tolak itu dapatlah disimpulkan pengertian ”kepemimpinan pendidikan

    anak usia dini” adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi,

    mengkoordinir dan menggerakkan guru/tutor yang ada hubungan dengan pengembangan

    ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan

    yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-

    tujuan pendidikan.

    2. Teori-Teori Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh,

    mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta

    menunjang kepada produktivitas organisasi secara keseluruhan.

    Seorang pemimpin dalam PAUD baik pemimpin PAUD Formal maupun non formal

    harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam

  • 5 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    menjalankan sebuah organisasi misalnya organisasi sekolah PAUD formal (TK, RA),

    PAUD Non Formal (KB, TPA). Beberapa teori tentang kepemimpinan antara

    lain :

    a. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)

    Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian

    pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi

    yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian

    teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.

    Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir

    psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya

    dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat- sifat

    itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.

    Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan

    kepemimpinan organisasi, antara lain :

    1) Kecerdasan

    Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi

    di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan

    berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki

    tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

    2) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

    Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal

    maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang

    matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah

    dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

    3) Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

    Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang

    tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian

    tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

    4) Sikap Hubungan Kemanusiaan

    Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para

    pengikutnya mampu berpihak kepadanya.

  • 6 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    b. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

    Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini

    memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu :

    1) Konsiderasi, yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan

    hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :

    membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia

    berkonsultasi dengan bawahan.

    2) Struktur Inisiasi, yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan

    batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi

    dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang

    akan dicapai.

    Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana

    seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap

    hasil yang tinggi pula.

    c. Teori Kewibawaan Pemimpin

    Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab

    dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik

    secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan

    apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

    d. Teori Kepemimpinan Situasi

    Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus

    bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

    e. Teori Kelompok

    Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang

    positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

    Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori

    kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership

    Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap

    filsafah, keterampilan dan sikapnya.

  • 7 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    3. Fungsi dan Peranan Kepemimpinan Dalam PAUD Formal dan Non

    Formal

    Pemimpin (leader) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk

    mempengaruhi orang lain agar bisa bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya

    tujuan yang telah ditetapkan.

    Ada 2 konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang untuk menggerakkan

    orang-orang lain dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan.

    1. Teori Genetik (pembawaan sejak lahir).

    2. Teori Sosial.

    Peranan kepemimpinan mengutip dari pemikiran Joseph J Caruso (Roles and

    Responsibility)

    1. Peranan Pemimpin sebagai direktur eksekutif/pemimpin pelaksana (executive

    director)

    Pemimpin/direktur eksekutif biasanya adalah kepala administrasi pada sebuah

    pengelolaan manajemen PAUD yang besar dan bertugas melaporkan langsung pada

    dewan pengurus. Direktur eksekutif bertugas mengawasi seorang asisten, koodinator

    beberapa program pelayanan sosial dalam lembaga, memimpin program pada

    berbagai tempat, dan memimpin seluruh pegawai melalui sebuah pusat rangkaian

    tugas. Pemimpin model ini seperti pemimpin yang lebih tinggi dari tingkat staf

    langsung namun memiliki sedikit kontak pribadi dengan staf yang bertanggung

    jawab pada anak dalam sebuah lembaga pendidikan AUD.

    2. Peranan pemimpin sebagai pemimpin program (program director)

    Pemimpin program adalah administrator yang bertanggungjawab akan berjalannya

    suatu program. Tanggung jawab pemimpin program biasanya, menjadi pengelola

    administrasi, pemantau, dewan pengurus pertemanan/ kerjasama, dan komunitas

    kerja sama, dan sebagian besar sebagai guru.

    Diantara tugas tugas mereka adalah memelihara pemenuhan yang sesuai dengan

    hukum/peraturan, merekrut staf dan anak, membuat anggaran belanja dan

    mengumpulkan dana, memantau dan mengevaluasi staf, memimpin program evaluasi

    tahunan, bekerja sama dengan orang tua dan lembaga PAUD lainnya serta berbagai

    Instutusi pendidikan lainnya, merencanakan kurikulum, melaporkan dan

  • 8 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    mengerjakannya dengan dewan pengurus, mengawasi pemeliharaan fasilitas dan

    perlengkapan, dan perencanaan makanan yang dimasak di sekolah.

    Karena pemimpin program selalu ada di tempat dan bekerja langsung di kelas atau di

    luar kelas (ruang staf). Pemantauan menjadi lebih luas dari direktur eksekutif.

    Program administrasi atau mengajar dapat mengambil banyak dari waktu pemimpin

    ini.

    3. Peranan pemimpin sebagai koordinator pendidikan

    Koordinator pendidikan adalah yang memberikan batasan dan lebih fokus pada

    kepemimpinan program. Tanggungjawabnya adalah untuk mengawasi komponen

    pendidikan/pembelajaran dari sebuah lembaga pendidikan atau program yang

    memastikan bahwa kelas dan staf berfungsi sesuai dengan garis pedoman program

    untuk memberikan keuntungan terbaik bagi anak. Koodinator ini bekerja pada area

    pengembangan staf, training dan kurikulum, dengan pembagian waktu yang telah

    disepakati.

    Pada program yang lebih kecil, koordinator program mengawasi staf yang bekerja

    langsung dengan anak (mengajar anak) dan juga diawasi oleh pemimpin program.

    4. Peranan pemimpin sebagai kepala guru/pemimpin guru (head teacher)

    Tidak seperti pemimpin program dan koordinator pendidikan, yang lebih banyak

    bekerja dengan orang dewasa, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab utama

    berkerja dengan anak. Biasanya dikarenakan pengalaman, pendidikan, pelatihan, dan

    atau demontrasi keahlian guru kelas maka ia menjadi kepala guru/sekolah.

    Pemimpin guru biasanya mengawasi pekerjaan dari beberapa kelas. Mereka

    mengawasi guru lain, dan diawasi oleh koordinator pendidikan atau pemimpin

    program. Sebagai kepala/pemimpin guru berusaha untuk menyatukan dua

    tanggungjawab dengan mengajar dan mengawasi.

    Diantara tugas spesifik dari kepala/pemimpin guru adalah tiba lebih dulu di kelas

    untuk mempersiapkan dan menata bahan untuk aktivitas hari itu, menyiapkan/

    memeriksa kehadiran harian, dan meneliti hasil rekaman pengamatan anak-anak,

    memberikan bantuan dalam perencanaan program orangtua, menghadiri pertemuan

    evaluasi dengan lembaga pelayanan sosial, menata/merencanakan konferensi

    (pertemuan) tahunan dengan masing-masing orang tua, membuat acara

  • 9 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    perpisahan/penyerahan, mengawasi anggota tim yang lain, mengajar anak, dan

    merencanakan serta memimpin pertemuan anggota (team guru).

    5. Peranan pemimpin sebagai guru

    Guru anak usia dini seringkali menjadi pengawas seorang asisten (guru pendamping,

    atau membayar seorang relawan, dalam rangka menambah tenaga kerja untuk

    mendidik dan mengurus anak-anak. Guru biasanya diawasi oleh pemimpin guru,

    koordinator, dan pemimpin program.

    6. Peranan pemimpin sebagai penanggung jawab training dari Perguruan tinggi (college

    supervisor)

    College supervisor adalah seorang anggota fakultas dari sebuah perguruan tinggi

    yang bertanggung jawab untuk melatih dan mengawasi beberapa individu yang

    beraspirasi untuk bekerja pada lembaga PAUD. Kadang-kadang mereka mengawasi

    pembantu/relawan yang berpengalaman yang bekerja pada program spesial atau

    untuk tingkat yang lebih tinggi. Seringkali, mereka mengawasi mahasiswa yang

    berencana mengajar anak usia dini.

    7. Peranan pemimpin sebagai penasihat perkumpulan/asosiasi perkembangan anak

    (child development assosiate (CDA) advisor)

    Penasihat ini mungkin bagian dari program pelatihan CDA, atau pekerja freelance

    (bebas) dengan staf di kelas yang dengan surat kuasa dari CDA. Penasihat ini juga

    sering bekerja sama dengan sebuah perguruan tinggi, universitas, atau berbagai

    sumber dan pelatihan atau lembaga training, namun mungkin diikuti oleh seorang

    staf dari lembaga mereka sendiri atau lembaga pendidikan lainnya.

    8. Sebagai konsultan (consultant)

    Konsultan dari lembaga pelatihan, kadang berkerja di tempat dengan sebuah program

    dengan seluruh atau seorang guru. Mereka mungkin juga bekerja dengans staf

    melalui kelompok diskusi. Hal ini adalah bentuk dari pengawasan pada program

    pemeliharaan anak dalam keluarga (family child care).

    Peranan kepemimpinan menurut Marjory Ebbeck (2004) :

    1. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun dan menyampaikan pilosofi dari

    visi dan misi.

    2. Peranan pemimpin sebagai orang yang menyampaikan (mengajarkan, mengerjakan)

    kualitas pelayanan (dalam pelayanan PAUD).

  • 10 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    3. Peranan pemimpin sebagai orang yang melakukan profesionalitas secara terus

    menerus dan mendorong seluruh anggota (staff) untuk melakukan hal yang sama.

    4. Peranan pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab dan bersikap (berbuat/

    bertingkah laku) sebagai pendukung/penyokong anak, orang tua, staf, profesinya, dan

    komunitas umum.

    5. Peranan pemimpin sebagai orang yang membangun kolaborasi dan gaya kerjasama

    dalam kepemimpinan.

    6. Peranan pemimpin sebagai orang yang sensitive dan responsive terhadap perubahan

    perubahan yang dibutuhkan serta mengelola perubahan dengan efektif.

    Kunci kepemimpinan mengutip dari Rodd (1998) ada lima kepemimpinan yang efektif

    adalah kemampuan pemimpin untuk :

    1. Menyediakan sebuah pandangan dan mengkomunikasikannya.

    2. Membangun budaya kelompok.

    3. Membuat tujuan dan sasaran-sasaran.

    4. Memantau dan meningkatkan komunikasi.

    5. Memfasilitasi dan mendorong pengembangan diri (anggota).

    Sergiovanni dalam Mulyasa (2007) mengemukakan 5 peranan kepemimpinan Kepala

    PAUD, yaitu :

    1. Kepemimpinan formal

    Kepemimpinan formal mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk merumuskan visi,

    misi dan tujuan organisasi sesuai dengan dasar dan peraturan yang berlaku.

    2. Kepemimpinan administratif

    Kepemimpinan administratif, mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membina

    administrasi seluruh staf dan anggota organisasi sekolah.

    3. Kepemimpinan supervisi

    Kepemimpinan supervisi mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membantu dan

    membimbing anggota agar bisa melaksanakan tugas dengan baik.

    4. Kepemimpinan organisasi

    Kepemimpinan organisasi mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk menciptakan

    iklim kerja yang kondusif, sehingga anggota bisa bekerja dengan penuh semangat

    dan produktif.

  • 11 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    5. Kepemimpinan tim.

    Kepemimpinan tim mengacu pada tugas Kepala PAUD untuk membangun kerja

    sama yang baik diantara semua anggota agar bisa mewujudkan tujuan organisasi

    sekolah secara optimal.

    Kepemimpinan Kepala PAUD yang baik dapat membuat anggota menjadi percaya, loyal,

    dan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara optimal. Untuk itu,

    keberhasilan kepemimpinan Kepala PAUD dapat dilihat dari performansi anggota. Salah

    satu faktor yang menunjukkan performansi anggota adalah semangat kerjanya.

    B. MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN DALAM PAUD FORMAL DAN

    NON FORMAL

    1. Kepemimpinan Visioner

    Visi menggambarkan masa depan yang ideal, barangkali menyiratkan ingatan

    budaya yang sekarang dan aktivitas, atau barangkali menyiratkan perubahan.

    Terbentuknya visi dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman

    professional, interaksi dan komunikasi, penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual

    yang membentuk pola pikir tertentu (Gaffar, 1994 : 56).

    Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan ”school based management”.

    Kepemimpinan ini yang difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan,

    menjadi agen perubahan (agen of change) yang unggul dan menjadi penentu arah

    organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang provisional dan menjadi

    pembimbing anggota lainnya.

    Visioner Leadership didasarkan pada tuntutan perubahan zaman yang menuntut

    dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam menciptaka sumber daya

    menusia yang handal.

    Untuk menjadi pemimpin yang Visioner, maka seseorang harus : a) Memahami

    konsep visi dan b) Memahami karakteristik dan unsur visi.

    Karakter visi antara lain :

    a) Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasi.

    b) Mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan standart of excellence.

    c) Menembuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan komitmen.

    d) Menciptakan makna bagi anggota oeganisasi.

  • 12 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    e) Merefleksikan keunikan, atau keistimewaan organisasi, dan seterusnya.

    f) Memahami tujuan visi.

    Tujuan visi antara lain :

    a) Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi.

    b) Memotivasi karyawan ke arah yang baik.

    c) Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu orang-orang yang

    berbeda.

    Langkah – langkah menjadi Visionary Leadership :

    a) Penciptaan Visi, dari hasil kreatifitas pikir pemimpin berupa ide-ide ideal tentang

    cita-cita di masa depan.

    b) Perumusan Visi

    (1) Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan

    (2) Merumuskan strategi secara konsensus

    (3) Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan

    visi ini menjadi suatu kenyataan.

    c) Transformasi Visi, Kemampuan membangun kepercayaan

    d) Implementasi Visi, Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan

    menterjemahkan visi ke dalam tindakan.

    2. Kepemimpinan Transformasional

    Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata :

    - Kepemimpinan (leadership) :

    Setiap tindakan yang dilakukan oleh eseorang untuk mengkoordinasikan,

    mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan.

    - Transformasional (transformational) :

    Mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.

    Kepemimpinan Transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek

    pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya.

    Formulasi dari teori Kepemimpinan Transformasional antara lain :

    a. Karisma

    b. Stimulasi intelektual

    c. Perhatian yang individualisasi

  • 13 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Dikemukakan oleh Sudarwan Danim (2003) bahwa seorang kepala sekolah

    menerapkan teori Kepemimpinan Transformasional jika dia mampu mengubah energi

    sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan

    sekolah.

    Model kepemimpinan transformasial perlu diterapkan dalam dunia pendidikan,

    karena merupakan salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang

    pendidikan.

    Olga Epitropika (2001) mengemukakan 6 hal mengapa kepemimpinan

    transformasial penting bagi suatu organisasi.

    1) Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi.

    2) Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan

    kepuasan pelanggan.

    3) Membangkitkan komitmen para anggota terhadap organisasi.

    4) Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian

    organisasi.

    5) Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin.

    6) Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.

    Implementasi model kepemimpinan transformasional falam organisasi/instansi

    pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

    - Mengacu pada nilai-nilai agama yang ada dalam organisasi/instansi atau bahkan

    suatu negara.

    - Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi atau

    instansi tersebut.

    - Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.

    Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem, maka harus

    memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem suatu negara.

  • 14 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    C. PENGERTIAN MANAJEMEN PAUD

    1. Pengertian Manajemen

    Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan

    terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan,

    atau tata pimpinan.

    Manajemen adalah seperangkat proses yang dapat menjaga sistem yang

    kompleks, terdiri dari orang, teknologi dan berjalan secara perlahan. Aspek-aspek

    terpenting dalam manajemen meliputi perencanaan, penganggaran, organizing, staffing,

    pengawasan, dan pemecahan masalah.

    Henry Fayol, tahun 1916, memperkenalkan konsep manajemen yang berupa

    merencanakan, mengorganisasikan, memerintahkan dan mengawasi. Ketika ada orang

    yang bertanya kepadanya, apa tugas seorang dirut ? POSDCORB jawabnya, itu adalah

    kepanjangan dari Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting,

    and Budgeting. Dia mengemukakan istilah itu pada tahun 1930. Hingga akronim

    manajemen itu ringkas dan mudah diingat.

    Siagian (1978) menyebutkan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan

    untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-

    kegiatan orang lain.

    Mengenai pengertian manajemen dikemukakan oleh Ordway Tead (Drs.Sarwoto,

    1979) : ”Management is the process and agency which direct and guides the operations

    of an organization in the realizing of established aim”.

    Sedangkan Hersey dan Blanchard (1988) menyebutkan bahwa manajemen adalah

    suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses kontinu

    yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang

    untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan maupan bersama orang lain

    dalam mengkoordinasi dan menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan

    organisasi secara produktif, efektif, dan efesien.

    Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan

    Hasan Shadily (1995) management berasal dari akar kata to manage yang berarti

    mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.

  • 15 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan

    bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

    pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

    organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

    Robbin dan Coulter (2007) : manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan

    aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan

    melalui orang lain.

    Istilah manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang

    diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.

    Sudah banyak para pakar telah mengemukakan tentang pengertian manajemen,

    seperti James AF Stoner yang mengemukakan bahwa, ”manajemen adalah suatu proses

    perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota

    organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk

    mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”.

    Sementara menurut R Terry, ”manajemen merupakan suatu proses khas yang

    terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

    pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah

    ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.”

    Dari definisi-definisi manajemen tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

    manajemen merupakan suatu proses yang terdiri atas perencanaan (planning),

    pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling)

    dengan menggunakan ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

    2. Manajemen Pendidikan

    Manajemen pendidikan bisa diartikan sebagai suatu proses yang mengandung

    fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga

    pendidikan itu dapat berjalan secara efektif dan efesien menghasilkan peserta didik yang

    mempunyai pengetahuan, kepribadian dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang

    ditetapkan.

    Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan

    praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan.

  • 16 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas

    pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien untuk mencapai

    tujuan secara efektif.

    Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan bahwa

    manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

    pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

    Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori memberikan pengertian

    manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang

    diartikan sebagai ”keseluruhan proses kerja sama dengan memanfaatkan semua sumber

    personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang

    telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.

    Sedangkan Hadari Nawawi mengemukakan bahwa ”Administrasi pendidikan

    sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama

    sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang

    diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.

    Secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan :

    a. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan.

    b. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya.

    c. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

    3. Manajemen PAUD

    Imron Arifin yang juga ketua Yayasan Pendidikan Anak Saleh Malang dan

    Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang, menerangkan dalam Pendidikan Anak

    Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, diselenggarakan

    melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dilaksanakan melalui jalur

    pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau

    bentuk lain yang sederajat, dan melalui jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok

    bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Lalu PAUD

    berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan.

    Manajemen Program PAUD adalah manajemen pendirian PAUD (membuka

    lembaga PAUD baru dan manajemen perbaikan/pembenahan PAUD (improvisasi

    manajemen PAUD yang sudah berjalan).

  • 17 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    4. Konsep Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait

    dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk

    mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang

    ekonomi, yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan

    pembangunan nasional.

    Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan mutu

    sumber daya manusia, sedangkan manusia yang bermutu itu pada hakikatnya telah

    dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan dan tujuan

    pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan secara keseluruhan.

    Konsep manajemen menurut pengertian bahasa berarti ”pengelolaan”, sedangkan

    menurut substansinya adalah ”kerjasama” (cooperation) diantara anggota kelompok

    untuk mencapai suatu tujuan.

    Konsep manajemen berhubungan dengan pembagian tugas dan pelimpahan

    wewenang atau tanggungjawab suatu pekerjaan. Sedangkan pembagian tugas dan

    pelimpahan wewenang tersebut secara normatif merupakan fungsi pimpinan.

    Dengan demikian konsep manajemen dalam PAUD dapat dikatakan sebagai suatu proses

    untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana

    dan prasarana pendidikan, dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran

    pendidikan.

    Konsep Manajemen dalam PAUD :

    1. Mengacu pada dasar ilmu, berarti ilmu yang diberikan harus sesuai dengan yang ada.

    2. Mengacu pada dasar seni dan harus membekali peserta didik lebih terampil, tidak

    sekedar pintar saja.

    3. Mengacu pada dasar proses berarti perlu proses.

    5. Tujuan Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Tujuan manajemen PAUD adalah agar sistem yang ada dilembaga PAUD dapat

    berjalan secara efektif dan efisien. Sistem pendidikan dapat dikatakan efektif bila

    program kegiatan belajar yang berlangsung didalamnya berfungsi dengan baik dan

    mencapai tujuan institusionalnya, yaitu membantu anak meletakan dasar kearah

    perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh

  • 18 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan

    perkembangan selanjutnya. Apabila sebuah lembaga PAUD telah menjalankan fungsi-

    fungsi tersebut, maka lembaga itu telah berhasil mencapai tujuan yang sebenarnya.

    Tujuan manajemen PAUD dilakukan agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara

    sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai

    tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efesien.

    1. Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output)

    dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan

    secara kuantitas maupun kualitas.

    2. Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang

    diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/atau jasa (services) tertentu

    berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan/atau kinerjanya (Pfeffer end Coote,

    1991).

    3. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.

    4. Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing things

    right) sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan (doing the right things) atau

    efektivitas adalah perbandingan antara rencana tujuan yang dicapai, efesiensi lebih

    ditekankan pada perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Efesiensi

    pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efesiensi

    waktu, biaya, tenaga dan sarana.

    6. Fungsi Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses

    pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hubungan ini,

    terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan. Berkenaan dengan fungsi-fungsi

    manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli,

    sebagai berikut :

    Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : (1) Planning

    (perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Actuating (pelaksanaan); dan (4)

    Controlling (pengawasan).

  • 19 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi : (1) Planning

    (perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Commanding (pengaturan); (4)

    Coordinating (pengkoordinasian); dan (5) Controlling (pengawasan).

    Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen,

    mencakup : (1) Planning (perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Staffing

    (penentuan staf); (4) Directing (pengarahan); dan (5) Controlling (pengawasan).

    L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu : (1) Planning

    (perencanaan); (2) Organizing (pengorganisasian); (3) Staffing (penentuan staf); (4)

    Directing (pengarahan); (5) Coordinating (pengkoordinasian); (6) Reporting (pelaporan);

    dan (7) Budgeting (penganggaran).

    Mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen yang sesuai

    dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan planning,

    organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating),

    reporting, controlling.

    Namun demikian dalam operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu fungsi

    manajemen pada tingkat/level makro/masso seperti departemen dan dinas dengan

    melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada level institusi pendidikan mikro,

    yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating,

    innovating, controlling.

    Demikian juga yang terdapat dalam buku Kapita Selekta Administrasi Dan

    Manajemen Pendidikan oleh Husnul Yaqin disebutkan paling tidak ada lima unsur

    pentng yang harus ada dalam manajemen pendidikan yang kita coba lihat isyarat-

    isyaratnya dalam al-Qur’an yang meliputi : (1) Planning (perencanaan), (2) Organizing

    (pengorganisasian), (3) Actuating (penggerakan), (4) Communication (komunikasi), dan

    (5) Controlling (pengawasan).

    Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait

    mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan

    proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses

    interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

    Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai

    secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang

    amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya

  • 20 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik

    dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan

    menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan

    pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.

    Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki

    perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,

    pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan

    kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

    7. Komponen Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Komponen manajemen PAUD adalah keseluruhan yang menjadi bagian dalam

    pengelolaan lembaga PAUD (TK, KB, RA, TPA, dan lain-lain).

    Komponen tersebut, yaitu :

    a. Manusia

    Manusia adalah komponen yang terpenting dalam kegiatan manajemen karena

    adanya kegiatan manajemen dilatarbelakangi oleh adanya manusia yang berkumpul

    dalam suatu organisasi. Organisasi itu sendiri merupakan suatu wadah yang dijadikan

    sebagai media bagi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.

    b. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana di lembaga PAUD merupakan media yang bersifat konkret

    (trangible) yang digunakan oleh stakeholders PUAD, khususnya pendidik PAUD dalam

    memberikan layanan PAUD kepada peserta didik.

    c. Program Kerja

    Setiap organisasi sudah barang tentu memiliki program, kerja. Sebagai salah satu

    komponen manajemen, program kerja tersebut disusun dan ditetapkan untuk mencapai

    tujuan dari organisasi yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan anggotanya.

    d. Lingkungan

    Kegiatan manajemen, termasuk kegiatan manajemen PAUD tidaklah berada atau

    dilakukan di ruang yang hampa dan vakum. Dia berada pada realita lingkungan alam dan

    lingkungan masyarakat yang dinamis.

  • 21 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    8. Prinsip Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Douglas (1963: 13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan

    sebagai berikut :

    1. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme

    kerja.

    2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.

    3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-

    sifat dan kemampuannya.

    4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.

    5. Relativitas nilai-nilai.

    Prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya

    harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Hal ini hampir

    selaras dengan apa yang dikemukakan Fattah (1996) yang mengklasifikasikan prinsip

    manajemen ke dalam tiga ranah yaitu :

    1. Prinsip manajemen berdasarkan sasaran : bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi

    organisasi.

    2. Prinsip manajemen berdasarkan orang : adalah suatu aktivitas manajemen yang

    diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia.

    3. Prinsip manajemen berdasarkan informasi : adalah aktivitas manajemen yang

    membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan akurat.

    9. Ruang Lingkup Manajemen Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    Pada prinsipnya ruang lingkup manajemen di PAUD sama dengan di lembaga

    pendidikan lainnya, yang membedakannya hanya dari segi peristilahannya saja. Adapun

    ruang lingkup manajemen di PAUD adalah sebagai berikut :

    No Aspek Manajemen Ruang Lingkup Kegiatan

    1 Program Pembelajaran 1. penyusunan program kerja tahunan2. penyusunan kalender pendidikan3. penyusunan satuan kegiatan tahunan & mingguan4. pengaturan pembukaan tahun ajaran baru5. pengaturan pelaksanaan KBM6. pengaturan kegiatan bermain7. pengaturan kegiatan evaluasi

  • 22 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    8. pengaturan kegiatan bimbingan dan penyuluhan9. pengaturan penutupan tahun ajaran

    2 Kesiswaan 1. perencanaan kesiswaan2. pengaturan penerimaan siswa baru3. pengelompokan siswa, pencatatan kehadiran siswa4. pembinaan disiplin siswa, pengaturan mutasi siswa5. pengaturan kelulusan6. pengaturan pelaksanaan program layanan khusus

    3 Kepegawaian 1. perencanaan pegawai2. pengadaan pegawai3. pengangkatan pegawai4. pembagian pegawai5. pengembangan pegawai6. pengurusan kenaikan pangkat pegawai7. pengurusan mutasi pegawai8. pemberhentian pegawai

    4 Sarana dan Prasarana 1. pengadaan sarana & prasarana2. pendistribusian sarana & prasarana3. pemakaian sarana & prasarana4. pemeliharaan sarana & prasarana5. inventarisasi sarana & prasarana

    5 Keuangan 1. perencanaan anggaran tahunan2. pengadaan anggaran3. pendistribusian anggaran4. pelaksanaan anggaran5. pembukuan keuangan6. pertanggungjawaban keuangan

    6 Hubungan denganMasyarakat

    1. analisis kebutuhan hubungan dengan masyarakat2. pengembangan program hubungan dengan

    masyarakat3. pengaturan pelaksanaan hubungan dengan

    masyarakat4. pencatatan kegiatan hubungan dengan masyarakat

    Manajemen PAUD sendiri dapat diartikan sebagai suatu manajemen pendirian

    pada pendidikan anak usia dini. Persyaratan untuk memasuki dunia PAUD ialah peserta

    didik berusia dini (0-6 tahun), ada penyelenggara dari badan hukum, ada pengelolah

    PAUD, serta adanya tenaga kerja pendidik PAUD.

  • 23 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Sarana prasarana PAUD yang harus disediakan antara lain ialah memiliki

    kurikulum, memiliki program kegiatan belajar-bermain dan mengajar (PKBM), dan

    tersedia sumber dana untuk pelaksanaan atau operasional pendidikan.

    Dalam manajemen PAUD sendiri memiliki orientasi terhadap penyelengaraan kesehatan

    gizi yang meliputi pertumbuhan, layanan kecerdasan dan psikologis, layanan sosial dan

    sikap serta, layanan keagamaan dan spiritualisasi.

    Hal yang telah dijabarkan di atas bertujuan agar anak yang terdidik dapat

    memiliki pengalaman belajar yang optimal, kecerdasan otak yang berkualitas,

    pertumbuhan fisik yang sehat, perkembangan psikososial positif, dan bertumbuh sesuai

    dengan dunia anak.

    Selain substansi pengelolaan program PAUD yang meliputi manajemen

    personalia atau SDM, kurikulum (menu) kegiatan bermain dan belajar kemudian

    manajemen peserta didik, manajemen keuangan lembaga, dan manajemen humas serta

    manajemen sarana-prasarana.

    10. Struktur Organisasi Manajemen PAUD Formal dan Non Formal

    Berbicara mengenai bentuk struktur organisasi dikenal ada tiga bentuk struktur

    organisasi yang utama/pokok, yaitu : (1) bentuk struktur organisasi garis (line

    organization), (2) bentuk struktur organisasi garis dan staf (line and staff organization),

    (3) bentuk struktur organisasi fungsional (functional organization). Selain itu, ada bentuk

    struktur organisasi yang dibuat secara insidental diperlukan, yaitu bentuk struktur

    organisasi panitia (committee organization), sehingga dengan demikian menjadi empat

    bentuk struktur organisasi, tetapi yang akan dikemukakan disini adalah organisasi garis

    dan struktur organisasi fungsional.

    a. Bentuk Struktur Organisasi Garis

    Bentuk struktur organisasi ini diciptakan oleh Henry Fayol. Dalam bentuk

    struktur organisasi garis ini, manajer misalnya membawahi kepala-kepala bagian seperti

    produksi dan pemasaran. Kepala-kepala bagian membawahi pengawas dan para

    pengawas membawahi para kepala sekolah dan guru.

  • 24 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Apabila salah satu model bentuk struktur organisasi garis dimaksud dituangkan

    dalam gambar dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

    b. Bentuk Struktur Organisasi Fungsional

    Bentuk struktur organisasi fungsional baik digunakan pada lembaga/institusi yang

    sudah memerlukan orang-orang yang spesialisasi, sehingga pada lembaga/institusi yang

    memiliki organisasi ini hendaknya lembaga/institusi yang mempunyai beberapa bagian

    bidang unit kerja yang mempunyai keahlian khusus. Pada organisasi ini akan didapat

    berupa 1pemimpin pada tiap bagian yang dapat membawahi beberapa bagian. Jadi,

    pemimpin pada setiap bagian mempunyai wewenang untuk memberi tugas pada bagian

    mana saja yang ada di bawahnya, hanya hubungannya tidak langsung.

    Apabila salah satu model bentuk struktur organisasi fungsional dituangkan dalam

    gambar dapat dilihat di bawah ini.

    Kepala Sekolah

    BagianKesiswaan

    n

    BagianKurikulum

    Guru Guru Guru Guru

    BagianKepegawaian

    BagianKeuangan

    Manajer

    Kepala Bagian/Seksi

    Kepala Bagian/Seksi

    KepalaSekolah

    KepalaSekolah

    KepalaSekolah

    PengawasPengawas Pengawas Pengawas

    KepalaSekolah

  • 25 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    11. Manajemen Mutu Terpadu Dalam PAUD Formal dan Non Formal

    a. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MTT)

    Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana mengungkapkan bahwa MMT merupakan

    suatu pendekatan yang digunakan untuk memaksimalkan daya saing lembaga melalui

    upaya perbaikan secara terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. MMT

    menurut West-Burnham adalah semua fungsi dari organisasi lembaga pendidikan ke

    dalam falsafat holistik yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas,

    dan prestasi kerja serta kepuasan pelanggan.

    Kemudian Edward Sallis mengartikan MMT sebagai upaya menciptakan budaya

    mutu di mana tujuan setiap anggotanya ingin menyenangkan pelanggannya, dan di mana

    struktur organisasinya mengizinkan mereka untuk berbuat seperti itu. Sedang Peter dan

    Waterman mendefinisikan MMT sebagai penciptaan budaya organisasi yang ditentukan

    dan didukung oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus menerus melalui sistem

    teringterasi yang terdiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan

    perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dalam proses organisasi diharapkan akan

    menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu tinggi.

    Berdasarkan keempat definisi tersebut dapat diambil tiga kata kunci terkait

    dengan MMT, yaitu perbaikan terus-menerus, fokus pada pelanggan, dan mutu.

    Imam Musbikin mengungkapkan bahwa pengertian mutu dalam konteks pendidikan

    meliputi :

    a. Input pendidikan

    Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan

    untuk berlangsungnya proses pendidikan. Jadi, pada dasarnya input pendidikan

    merupakan sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pendidikan. Misalnya

    sumber daya, perangkat lunak, serta berbagai harapan sebagai pemandu bagi

    berlangsungnya proses.

    b. Proses pendidikan

    Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain

    dalam kegiatan pendidikan. Pada tingkat sekolah, dalam proses pendidikan

    terdapat pengambilan keputusan, proses pengelolaan sekolah, proses pengelolaan

    program, proses pembelajaran, proses monitoring, dan proses evaluasi.

    c. Output pendidikan

  • 26 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Output pendidikan pada dasarnya merupakan sesuatu yang dihasilkan dari proses

    pendidikan. Output pendidikan juga dapat diartikan prestasi sekolah yang

    dihasilkan dari kinerja sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari pemenuhan

    terhadap suatu standar, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya,

    serta etika kerjanya.

    Lebih lanjut, Sudarwan Danim juga mengungkapkan bahwa mutu pendidikan

    mengacu pada masukan, proses pembelajaran, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan

    dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu :

    1) Kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala

    sekolah, guru, karyawan, serta peserta didik.

    2) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-

    buku, kurikulum, sarana dan prasarana, dan lainnya.

    3) Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan perangkat lunak, seperti peraturan,

    struktur organsiasi, dan deskripsi kerja.

    4) Mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi,

    ketekunan, dan cita-cita.

    Sedangkan Oemar Hamalik mengartikan mutu pendidikan dari dua segi, yaitu

    segi normatif dan segi deskriptif. Pada arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan

    pertimbangan (kriteria) instrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan instrinsik, mutu

    pendidikan adalah produk pendidikan, yaitu manusia yang terdidik sesuai dengan standar

    ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, mutu pendidikan merupakan instrumen untuk

    mendidik tenaga kerja yang terlatih. Kemudian pada segi deskriptif mutu pendidikan

    ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalnya hasil tes belajar.

    b. Prinsip Mutu Dalam Implementasi MMT

    Ada 14 prinsip mutu dalam implementasi MMT di lembaga pendidikan yang

    diadopsi dari 14 prinsip mutu Deming.

    1) Untuk menjadi lembaga pendidikan yang bermutu perlu ada kesadaran, niat, dan

    usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya.

    2) Lembaga pendidikan yang bermutu dapat dicapai jika pendidik, staf, dan

    pimpinan secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada pelanggannya.

    3) Perhatian lembaga pendidikan selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para

    pelanggan.

  • 27 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    4) Lembaga pendidikan yang bermutu tumbuh dan berkembang serta bekerja sama

    dengan baik antarsesama unsur di dalamnya untuk mencapai mutu yang

    ditetapkan.

    5) Diperlukan pimpinan lembaga pendidikan yang mampu memotivasi,

    mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu.

    6) Semua kinerja pendidikan di lembaga pendidikan harus selalu berorientasi pada

    mutu karena setiap unsur yang ada di dalamnya telah berkomitmen kuat pada

    mutu. Implikasi dari orientasi ini adalah semua kinerja yang tidak bermutu

    ditolak dan dihindari.

    7) Upaya perbaikan mutu suatu lembaga pendidikan dilakukan secara kontinu.

    8) Segala keputusan untuk perbaikan mutu dan layanan pendidikan di lembaga

    pendidikan harus selalu di dasarkan pada data dan fakta untuk menghindari

    adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksanaannya.

    9) Penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk

    perbaikan mutu yang dapat dianalisis dan disimpulkan sehingga tidak

    menyesatkan.

    10) Hendaknya pekerjaan di lembaga pendidikan tidak dilihat sebagai pekerjaan rutin

    yang sama saja dari waktu ke waktu karena bisa membosankan.

    11) Dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di lembaga pendidikan perlu

    ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. Jika tidak, maka

    prosedur tersebut harus diubah dengan yang lebih baik lagi.

    12) Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki

    mutu kerja dan hasilnya.

    13) Harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain antara pendidik dan

    pimpinan, pendidik dan staf, pendidik dan pendidik lainnya, pendidik dan peserta

    didik, pendidik dan wali peserta didik, serta pendidik dan masyarakat di sekitar ia

    berada.

    14) Lembaga pendidikan mentradisikan pertemuan antarpendidik dan peserta didik

    maupun dengan orang tua peserta didik untuk mereview proses pembelajaran

    dalam rangka memperbaiki layanan pendidikan yang bermutu.

  • 28 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    c. Tujuan MMT

    E. Mulyasa mengungkapkan bahwa tujuan dari diimplementasikan MMT di

    lembaga pendidikan antara lain untuk :

    1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif lembaga

    pendidikan dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang dimilikinya.

    2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan

    pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

    3) Meningkatkan tanggung jawab lembaga pendidikan kepada wali peserta didik,

    masyarakat, dan pemerintah mengenai mutu penyelenggaraan pendidikannya.

    4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antarlembaga pendidikan mengenai mutu

    pendidikan yang hendak dicapai.

    d. Manfaat MMT

    Tony Bush dan Marianne Coleman menjelaskan bahwa MMT yang di-

    implementasikan di lembaga pendidikan dapat memberikan tiga manfaat, yaitu :

    1) Dapat menggerakkan nilai, moralitas, karakter ataupun akhlaq yang jelas. Nilai,

    moralitas, karakter maupun akhlaq tersebut berasal dari suatu keyakinan bahwa

    dalam mengimplementasikan MMT semua pihak harus bekerja dengan maksimal

    baik di awal, dipertengahan hingga di akhir. Semuanya harus dilakukan dengan

    baik dan benar mulai dari awal, rights time and right everytime.

    2) Dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan wali peserta didik. Wali peserta

    didik menyekolahkan anaknya dengan kebutuhan-kebutuhan ataupun harapan-

    harapan tertentu. Implementasi MMT menjadikan pihak lembaga pendidikan

    mengetahui kebutuhan dan harapan tersebut serta menjadikan pihak lembaga

    pendidikan fokus dan mampu memenuhi kebutuhan dan harapan wali peserta

    didik. Itulah sebab tujuan akhir dari MMT adalah kepuasan para pelanggan,

    kepuasan para pelanggan dapat tercapai manakala penyelenggaraan pendidikan

    bermutu. Pelanggan sendiri adalah wasit terhadap mutu dan lembaga pendidikan

    tidak akan mampu bertahan tanpa pelanggan.

    3) Dapat mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan atau sesuatu yang

    buruk. Hal ini sangat mungkin sekali dicapai karena implementasi MMT

    merupakan perluasan dan pengembangan diri dari jaminan mutu (quality

  • 29 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    assurance). Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas

    dari catat dan kesalahan (zero defects).

    Stakeholders dalam implementasi MMT di lembaga pendidikan antara lain kepala

    sekolah, pendidik, staf, peserta didik, wali peserta didik, dan masyarakat. Kepala sekolah

    merupakan top leader sekaligus manager, pendidik dan staf merupakan pelanggan

    internal. Kemudian peserta didik, wali peserta didik, masyarakat, dan pemerintah

    merupakan pelanggan eksternal.

    e. Implementasi MMT Di Lembaga Pendidikan

    KepalaSekolah

    Guru dan Staf

    Peserta Didik

    Gambar Lembaga Pendidikan dengan Hirarki Tradisional

    Peserta Didik

    Guru dan Staf

    KepalaSekolah

    Gambar Lembaga Pendidikan dengan Hirarki Terbalik MMT

    Salis mengungkapkan bahwa kunci sukses implementasi MMT di lembaga

    pendidikan adalah mata rantai internal-eksternal yang efektif antara produsen dan

    pelanggan. Pada implementgasi MMT di lembaga pendidikan, peran kepala sekolah

    adalah memberikan dukungan dan wewenang kepada pendidik, staf, dan peserta didik

    bukannya malah mengontrol mereka. Hal tersebut dapat digambarkan dengan

    membandingkan grafik organisasi hirarkis tradisional dengan hirarki terbalik MMT.

    Hirarki terbalik MMT tersebut diadopsi dari ide-ide Karl Albertcht. Dalam

    implementasinya di lembaga pendidikan, MMT berubah pola hubungan dengan

  • 30 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    memberikan sebuah fokus pelanggan yang jelas. Fokus tersebut tidak berdampak pada

    struktur otoritas dalam lembaga pendidikan dan juga tidak mengurangi peran

    kepemimpinan kepala sekolah. Hirarki terbalik MMT menekankan pada pola hubungan

    yang berorientasi pada pemberian layanan dan pentingnya pelanggan bagi lembaga

    pendidikan.

    f. Langkah Implementasi

    Langkah-langkah tersebut antara lain :

    1) Melakukan perbaikan secara terus menerus.

    2) Menentukan standar mutu.

    3) Melakukan perubahan kultur.

    4) Merubah organisasi.

    5) Mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan.

  • 31 | H a n d o u t P e r k u l i a h a n K e p e m i m p i n a n P A U D F o r m a l & N o n F o r m a l

    Daftar Pustaka

    Aep Saefullah, Drs., MH., 2010. Kiat Menjadi Pemimpin Yang Sukses. Bandung :Pustaka Reka Cipta.

    Bafadal, Ibrahim. 2006. Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak.Jakarta : Bumi Aksara.

    Engkoswara, H. dan Komariah, Aan. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung :Alfabeta.

    Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya

    Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.

    Marjory Ebbeck. 2004. Early Chilhood Professionals. Philadelphia, London : LEADINGTODAY AND TOMORROW, MACLENNAN+PETTY,

    Marno dan Supriyatno, Triyo. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.Bandung : PT. Refika Aditama.

    Muliawan, Jasa Ungguh. 2009. Manajemen Play Group dan Taman Kanak-Kanak,Yogyakarta : DIVA Press.

    Mulyasa, 2007. Manajemen & Kepemimpinan Kepala PAUD. Jakarta : PT Bumi Aksara.

    Novan Ardy Wiyani. 2015. Manajemen PAUD Bermutu. Yogyakarta : Penerbit GavaMedia.

    Prasojo dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Gava Media.

    Robbin and Coulter. 2007. Manajemen. Edisi Kedelapan. Jakarta : PT Indeks.

    ___________________