evaluasi program pendidikan non formal melalui …

228
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT KOTA TANGERANG Skripsi Diajukan kepada Fakulktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: DYAH AYU W.L NIM. 1112054100007 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL

MELALUI RUMAH BELAJAR BAGI ANAK JALANAN DI

YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakulktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

DYAH AYU W.L

NIM. 1112054100007

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016

Page 2: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …
Page 3: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …
Page 4: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …
Page 5: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

i

ABSTRAK

Dyah Ayu W.L

Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar bagi Anak Jalanan

di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang

Seiring dengan perubahan tatanan sosial dan budaya pada era modernisasi dan

globalisasi seperti sekarang ini, kasus penelantaran anak menjadi fenomena yang

makin marak, dan terus menunjukan peningkatan. Salah satunya yaitu permasalahan

anak jalanan. Fenomena anak jalanan sebenarnya bukan hal baru dan menjadi salah

satu masalah kesejahteraan sosial yang layak mendapat perhatian dan penanganan

dari pemerintah maupun masyarakat. Masalah ini disebabkan karena faktor

kemiskinan dan rendahnya kesadaran orangtua terhadap keselamatan dan pendidikan

anak. Lingkungan kota yang keras, mengakibatkan kondisi kehidupan anak jalanan

menjadi rentan terhadap ancaman kekerasan, pelecehan seksual, eksploitasi hingga

perdagangan anak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani permasalahan

anak jalanan ini, salah satunya melalui jalur pendidikan non formal yang

diselenggarakan melalui rumah singgah atau rumah belajar. Sejalan dengan upaya

menangani permasalahan anak jalanan melalui jalur pendidikan non formal, Rumah

Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit hadir di tengah-tengah masyarakat Kota

Tangerang untuk menjadikan anak jalanan sebagai anak Indonesia yang cerdas,

kreatif, mandiri, dan berbudi mulia. Program pendidikan non formal yang ada di

Yayasan Keluarga Anaklangit berfokus pada pendidikan keaksaraan, pengembangan

nilai-nilai dan wawasan, serta pemberian keterampilan guna mengembangkan potensi

dan keahlian anak jalanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana program pendidikan

non formal yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit telah berhasil dilaksanakan.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis

deskriptif. Teknik pemilihan informan menggunakan teknik snowball, sedangkan

untuk teknik pengumpulan datanya melalui wawancara, observasi dan studi

kepustakaan. Peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber untuk menguji teknik

keabsahan data. Dalam mengevaluasi program pendidikan non formal di Yayasan

Keluarga Anaklangit, peneliti menggunakan model evaluasi CIPP dari Stufflebeam

dkk, yang meliputi evaluasi konteks, input, proses dan produk. Indikator evaluasi

yang peneliti gunakan adalah indikator relevansi, keterjangkauan, ketersediaan,

efisiensi dan dampak.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa pendidikan non formal yang dilaksanakan

Yayasan Keluarga Anaklangit telah memberikan dampak positif dan manfaat yang

baik bagi kehidupan anak jalanan dan anak-anak yang kurang mampu. Sebagian besar

dari mereka telah berhenti melakukan aktifitasnya di jalanan, dan dapat hidup mandiri

secara sosial dan ekonomi. Namun dalam pelaksanaannya, program ini masih kurang

maksimal karena terdapat beberapa hal yang belum tercukupi dengan baik seperti

sarana dan fasilitas, tenaga pengajar, serta pendanaan. Hal ini memerlukan tinjauan

kembali dari pihak Yayasan Keluarga Anaklangit agar program tersebut lebih

maksimal dan dapat mencapai tujuan keberhasilan.

Page 6: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

ii

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih pantas peneliti ucapkan selain mengucapkan

Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur serta puji kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmat serta nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga Allah

panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW serta keluarga, para sahabat dan

umatnya hingga akhir zaman.

Syukur Alhamdulillah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar bagi

Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anak Langit Kota Tangerang” yang disusun

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di lingkungan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada program studi

Kesejahteraan Sosial.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, dengan hati yang terbuka dan tulus

peneliti akan menerima kritik, saran dan pendapat agar menjadi tambahan dan

pembelajaran untuk peneliti kedepannya agar menjadi lebih baik. Tidak sedikit waktu

yang dibutukan dan melalui berbagai macam rintangan dan cobaan, namun berkat

perjuangan yang disertai bantuan dari semua pihak yang terus membantu dan selalu

memberikan dorongan akhirnya semua rintangan dapat teratasi. Untuk itu peneliti

mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

menyelasikan penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir dalam bentuk moril

maupun materil. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Suparto, M.Ed Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr.

Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr.

Suhaemi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

Page 7: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

iii

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Prodi Kesejahteraan Sosial

yang telah memberikan ilmu kepada peneliti dari awal hingga akhir

perkuliahan.

3. Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku sekretaris Prodi Kesejahteraan Sosial

yang telah banyak memberikan arahan serta informasi kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Dosen Pembimbing untuk skripsi ini yang

telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan ilmu sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yakni Ibu Siti Napsiyah

Arieffuzzaman, MSW, Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu Nurhayati Nurbus,

Bapak Ismet Firdaus, M.Si yang telah memberikan berbagai ilmu dan

pengetahuan khususnya tentang ilmu Kesejahteraan Sosial.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmu yang berharga kepada peneliti dari awal hingga akhir

perkuliahan.

7. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas

kepustakaan kepada peneliti.

8. Ketua serta pengurus Yayasan Keluarga Anaklangit yang telah mengizinkan

peneliti untuk melakukan penelitian dan telah banyak memberikan informasi

serta bantuan saran dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Yang terhormat dan tersayang kedua orang tua peneliti Ayahanda Suwandi

dan Ibunda Sukarmi, semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan

nikmat dan keselamatan dunia maupun akhirat sebagai balasan atas cinta dan

kasih sayang yang tak terhingga dan semangat sehingga penulis selalu

bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakak tercinta, Angga Citra Wibawa yang selalu memberikan support serta

canda tawa yang memberi warna untuk peneliti dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

iv

11. Sahabat peneliti yakni Liesma Dzulfia S.Kg, Junita Brihastuti Amd.Far, dan

Nia Pebriyanti, S.Pd yang menjadi tempat berbagi curahan hati dan

memberikan banyak motivasi bagi peneliti agar segera mendapatkan gelar

sarjana ini.

12. Sahabat senasib dan sepenanggungan yakni Aisyah Rahma Utami, Annisa

Elfa, Eka Puji Septiani, Ira Rahmawati, Nurmila Afrilianida, Tria Anjarwati,

Khusnul Fadilah dan Saila Arimy yang telah memberikan banyak sekali

cerita, canda tawa, motivasi, saran dan semangat yang tiada henti bagi

peneliti. Terimakasih karena kalian telah ada dan akan selalu ada, di hati

peneliti.

13. Teman-teman Prodi Kesejahteraan Sosial angkatan 2012 yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu persatu yang juga memberikan kehidupan baru sejak

awal kuliah, saling menyemangati dan saling mendukung. Terimakasih atas

suka duka yang telah kita lalui bersama.

14. Yoga Lesmana, S.Kom.I, orang yang telah memberikan banyak pelajaran

hidup bagi peneliti, Terimakasih banyak.

Peneliti ucapkan terimakasih sekali lagi atas terselesaikannya skripsi ini. Tak

lupa juga peneliti memohon maaf atas segala kesalahan yang pernah peneliti lakukan.

Semoga hasil dari penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, Agustus 2016

Dyah Ayu W.L

Page 9: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9

D. Metodologi Penelitian ................................................................... 11

E. Sistematika Penelitian ................................................................... 24

BAB II LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Program ........................................................................... 26

1. Pengertian Evaluasi Program ................................................. 26

2. Tujuan Evaluasi Program ....................................................... 28

3. Model-model Evaluasi Program ............................................. 29

4. Indikator Evaluasi Program .................................................... 34

B. Pendidikan Non Formal ................................................................. 37

1. Pengertian Pendidikan ............................................................ 37

2. Tujuan Pendidikan .................................................................. 39

3. Klasifikasi Pendidikan ............................................................ 40

4. Pendidikan Non Formal.......................................................... 42

5. Tujuan Pendidikan Non Formal ............................................. 43

6. Karakteristik Pendidikan Non Formal .................................... 44

7. Jenis dan Isi Pendidikan Non Formal ..................................... 45

8. Sasaran Pendidikan Non Formal ............................................ 48

Page 10: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

vi

9. Satuan Pendidikan Non Formal .............................................. 50

10. Pendidikan Non Formal Berdasarkan Perspektif

Kesejahteraan Sosial ............................................................... 54

C. Anak Jalanan ................................................................................. 56

1. Pengertian Anak Jalanan ........................................................ 56

2. Karakteristik Anak Jalanan .................................................... 58

3. Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan ................................... 60

4. Model Penanganan Anan Jalanan ........................................... 62

5. Indikator Kesejahteraan Keluarga .......................................... 65

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit .................... 70

1. Sejarah Singkat ....................................................................... 70

2. Lokasi Rumah Belajar ............................................................ 73

3. Fasilitas dan Prasarana Belajar ............................................... 73

4. Data Anak Didik ..................................................................... 74

B. Tujuan, Visi dan Misi .................................................................... 74

C. Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi ............................................. 75

D. Divisi dan Unit Layanan Khusus ................................................... 77

E. Staf dan Struktur Organisasi .......................................................... 78

F. Bentuk Program dan Pendampingan ............................................. 81

G. Kerjasama dan Jaringan Organisasi ............................................... 86

BAB IV HASIL EVALUASI

A. Evaluasi Konteks .......................................................................... 89

1. Tujuan Program ...................................................................... 90

2. Konteks Program .................................................................... 91

B. Evaluasi Input ............................................................................... 94

1. Variabel Klien ........................................................................ 95

Page 11: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

vii

2. Variabel Staff ......................................................................... 99

3. Variabel Program ................................................................... 102

C. Evaluasi Proses .............................................................................. 117

D. Evaluasi Hasil ................................................................................ 126

1. Perubahan Perilaku Anak Didik ............................................. 127

2. Keberlanjutan Program ........................................................... 133

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 145

B. Saran .............................................................................................. 148

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 151

LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................... 154

Page 12: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 15

Tabel 2 Tinjauan Pustaka................................................................................... 21

Tabel 3 Desain Evaluasi Program Pendidikan Non Formal .............................. 33

Tabel 4 Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan .......................................... 65

Tabel 5 Fasilitas dan Prasarana Belajar ............................................................. 69

Tabel 6 Jumlah Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit .............................. 70

Tabel 7 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Konteks ....................................... 94

Tabel 8 Latar Belakang Anak Didik/Informan .................................................. 96

Tabel 9 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Input ............................................ 114

Tabel 10 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Proses .......................................... 124

Tabel 11 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Produk (Hasil) ............................. 136

Tabel 12 Kesimpulan Hasil Evaluasi Program Pendidikan Non Formal ............ 137

Page 13: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Yayasan Keluarga Anaklangit ............................ 80

Gambar 2 Latihan kegiatan Seni Tari Tradisional oleh Paud Cikal Klangit........ 104

Gambar 3 Rangkaian barang bekas yang menjadi alat musik Perkusi................. 107

Gambar 4 Rangkaian Paralon, Drum, Panci sebagai alat musik perkusi ............. 107

Gambar 5 Perkusi “Bangun Pagi” saat tampil di acara Hari Bumi ...................... 108

Page 14: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah amanah dan anugerah dari Allah SWT. Dalam diri seorang

anak terdapat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Disamping itu

anak sebagai tunas, potensi dan generasi penerus bangsa memiliki peran penting

dalam upaya menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa

depan. Agar kelak setiap anak mampu memikul tanggung jawab maka perlu

mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia. Untuk itu perlu

dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan

memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya guna mendapat

perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi.

Dalam masa pertumbuhannya anak membutuhkan perawatan,

perlindungan serta kasih sayang, seperti tercantum dalam Undang-undang

Republik Indonesia No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang

berbunyi: “anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus

untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar”.

Page 15: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …
Page 16: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

3

jalanan adalah anak yang menghabiskan atau memanfaatkan sebagian besar

waktunya untuk melakukan kegiatan kehidupan sehari-harinya dijalanan.2

Fenomena anak jalanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan kota-kota besar di Indonesia, termasuk di Kota Tangerang. Anak

jalanan sudah menjadi bagian dari komunitas kota, dan telah menyatu dengan

kehidupan jalanan di sebagian besar daerah perkotaan Indonesia. Banyak faktor

yang menjadikan seorang anak memilih menjadi anak jalanan. Kesulitan

ekonomi dalam keluarga atau kemiskinan merupakan faktor utama yang selama

ini dijadikan alasan seorang anak terjun menjadi anak jalanan.3 Membantu

perekonomian keluarga dengan cara mencari nafkah di jalanan merupakan solusi

yang banyak dipilih oleh anak. Berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis

besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok. Pertama, children on the

street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak

di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua

mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalanan diberikan kepada orang tuanya.

Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di

jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa dari mereka masih

mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka

2 Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan (P3SA) atau Social

Development Center for Children. 3 Setiawan, H.H. “Anak Jalanan di Kampung Miskin Perkotaan” jurnal diakses pada 21

Januari 2016 dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/123073240_2086-3004.pdf

Page 17: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

4

tidak menentu. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang

berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.4

Idealnya seorang anak yang berusia di bawah 18 tahun masih menjadi

tanggungan orangtua atau kerabatnya. Orangtua wajib memenuhi kebutuhan

anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini telah

diamanatkan dalam undang-undang perlindungan anak Nomor 23 tahun 2002

Bab III yang mengatur tentang hak dan kewajiban anak. Pada pasal 4 dijelaskan

bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada pasal 26 ayat 1 dijelaskan

bahwa orangtua memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mengasuh,

memelihara, mendidik, dan melindungi anak serta menumbuhkembangkan anak

sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.5 Akan tetapi hingga saat ini

masih banyak anak-anak yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dan

berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Fenomena seperti inilah yang

sering ditemukan di jalanan dan masih menjadi permasalahan yang belum

terpecahkan oleh Dinas Sosial setempat.

Berdasarkan data dari Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota

Tangerang jumlah anak jalanan tercatat sebanyak 400 anak pada tahun 2014.6

4 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2010), h.201.

5 UUD nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

6 Andy Abdul Hamid, “Pemkab Tangerang Siapkan Rumah Singgah untuk Anjal,” artikel

diakses pada tanggal 22 Januari 2016 dari www.aktual.com/pemkab-tangerang-siapkan-rumah-

singgah-untuk-anak-jalanan/.

Page 18: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …
Page 19: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

6

Namun dalam praktiknya, ternyata pemenuhan hak atas pendidikan

menjadi sulit bahkan cenderung tidak terlaksana dengan baik. Pendidikan formal

seringkali sulit dijangkau oleh masyarakat perekonomian menengah ke bawah

karena biayanya yang relatif mahal. Hal seperti ini menyulitkan anak jalanan

untuk menjangkau pendidikan formal tersebut. Dalam hal ini negara melalui

Undang-Undang nomor 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menegaskan bahwa guna memenuhi hak-hak warga negara akan suatu

pendidikan khususnya anak jalanan, dapat dilaksanakan melalui sistem

pendidikan non formal.7

Pendidikan non formal diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,

atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan

sepanjang hayat. Pendidikan non formal berfungsi untuk mengembangkan

potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian. Pendidikan

non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,

serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta

didik.

7 Makmun Achmad Al Husain, “Pentingnya Pendidikan bagi Anak Jalanan,” artikel diakses

pada 22 Januari 2016 dari https://noorwangsanegara1sm.wordpress.com/2012/03/28/pentingnya-

pendidikan-bagi-anak-jalanan/

Page 20: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

7

Sejalan dengan tujuan untuk mendidik dan mengembangkan potensi anak

jalanan, Rumah Belajar Keluarga Anaklangit merupakan sebuah Yayasan di kota

Tangerang yang memiliki kepedulian lebih terhadap anak-anak yang secara

sosial dan ekonomi terpinggirkan dari hiruk pikuk kehidupan kota. Yayasan ini

memiliki sebuah tujuan yaitu menjadikan anak jalanan sebagai anak Indonesia

yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia. Sehingga dapat menghapus

stigma masyarakat tentang anak jalanan yang malas dan hanya bertumpu pada

rasa kasihan dari orang lain atau pengguna jalan, akan tetapi menjadikan

masyarakat bangga pada mereka sebagai anak jalanan yang memiliki prestasi.

Kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Anaklangit ini terdiri

dari dua jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan

formal ini dilakukan dengan menyekolahkan anak-anak jalanan yang masih ingin

melanjutkan pendidikan di sekolah umum dengan bantuan beasiswa. Sedangkan

pendidikan nonformal dilakukan dengan memberikan berbagai pelatihan dan

keterampilan hidup (life skill) bagi anak-anak jalanan tersebut, seperti pelatihan

daur ulang sampah (recycle robotic), seni tari, perkusi, teater, dan berbagai

pelatihan pengembangan kemandirian ekonomi kreatif.

Yayasan Keluarga Anaklangit ini berlokasi di tepi sungai Cisadane

tepatnya di Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Hilir, Kota Tangerang. Tempat

ini dibangun dengan konsep yang ramah dan hijau dengan suasana yang asri.

Saat ini Rumah Belajar Keluarga Anaklangit memang bukanlah satu-satunya

yayasan yang bergerak dibidang sosial di Kota Tangerang, namun yayasan

Page 21: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

8

Anaklangit ini merupakan yayasan yang pertama berdiri dan menjadi pelopor

dibentuknya yayasan sosial yang lain di Kota Tangerang. Sudah banyak prestasi

dan apresiasi yang diberikan kepada Yayasan Keluarga Anaklangit salah satunya

yaitu pada program daur ulang sampah, meskipun begitu masih ada saja kendala-

kendala yang dihadapi oleh yayasan ini seperti masalah infrastruktur yang belum

memadai, atau tenaga pengajar yang masih kurang. Berdasarkan hal tersebut,

maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengevaluasi program

yang ada di Yayasan Keluarga anaklangit dimana nantinya penelitian ini dapat

dijadikan referensi untuk membantu pengelola Yayasan dalam mengambil

sebuah keputusan. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Evaluasi Program

Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar bagi Anak Jalanan di

Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki kegiatan belajar akademik atau

pendidikan formal dan juga kegiatan pendidikan non formal. Namun karena

keterbatasan peneliti, maka dalam hal ini peneliti hanya membatasi penelitiannya

pada proses evaluasi program pendidikan non formal yaitu seni tari dan musik

perkusi yang terdapat di Yayasan Keluarga Anaklangit. Hal ini bertujuan untuk

menghindari perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya.

Page 22: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

9

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan penelitian di atas, masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah “Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui

Rumah Belajar bagi Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota

Tangerang”.

Dari permasalahan utama ini, peneliti selanjutnya merumuskan beberapa

sub permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana evaluasi program pendidikan non formal melalui rumah belajar

di Yayasan Keluarga Anaklangit menggunakan model Evaluasi Context,

Input, Process, Product (CIPP)?

2. Apa saja manfaat dan perubahan yang dirasakan oleh anak didik setelah

mengikuti program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga

Anaklangit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi program pendidikan non formal

melalui rumah belajar bagi anak jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit

jika ditinjau melalui konteks (context), masukan (input), proses (process),

dan hasil (product).

Page 23: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

10

b. Untuk menjelaskan apa saja manfaat dan perubahan yang dirasakan oleh

anak didik setelah mengikuti program pendidikan di Yayasan Keluarga

Anaklangit.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa

mengenai permasalahan kesejahteraan sosial terutama kesejahteraan anak

jalanan serta metode penanganannya. Dan juga sebagai bahan rujukan

untuk study mengenai evaluasi-evaluasi program yang bergerak pada

bidang sosial dan pendidikan.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan

kepada Yayasan Keluarga Anaklangit sebagai bahan evaluasi dan

perencanaan program, serta untuk menyajikan masukan bagi pengambilan

keputusan tentang modifikasi, perbaikan maupun pengembangan

program.

c. Manfaat Sosial

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan dan kepedulian

sosial masyarakat terhadap masalah sosial yang terjadi pada anak jalanan

khususnya bagi Pemkot Tangerang dan umumnya untuk masyarakat luas.

Page 24: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

11

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi.8 Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang

merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.9

Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti, yaitu data

yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekadar terlihat

dan terucap tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan

terucap tersebut. oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik pengumpulan data

secara simultan agar memperoleh data yang pasti.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian evaluasi.

Jenis penelitian evaluasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan suatu program dan menilai apakah program telah

8 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009) Cet.5,

h1. 9 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.3.

Page 25: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

12

dilaksanakan sesuai rencana.10

Jenis penelitian evaluasi juga digunakan untuk

mengetahui efektifitas program dan hambatan-hambatan yang terdapat di

dalamnya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator yang diharapkan

dapat membantu para pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program

akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas atau ditingkatkan.11

Jadi

manfaat metode evaluasi adalah untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan

program yang lalu dan untuk memperbaiki pelaksanaan program yang akan

dilaksanakan selanjutnya.12

Penelitian ini menggunakan model evaluasi yang dikemukakan oleh

Daniel Stufflebeam, dkk (1967) yaitu model evaluasi Context Input Process

Product (CIPP). Model ini menjelaskan evaluasi terhadap konteks, evaluasi

terhadap masukan, evaluasi terhadap proses dan terakhir evaluasi terhadap

hasil.13

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini

digambarkan tentang bagaimana evaluasi program pendidikan non formal

melalui rumah belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang.

10

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet Ke-

2, h.158. 11

Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006), h.24. 12

Wirawan, Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi (Jakarta: Rajawali Press

2011), h.16. 13

Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, h.54.

Page 26: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

13

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai dengan

bulan Juli 2016, sedangkan lokasi penelitian dilaksanakan di Yayasan Keluarga

Anaklangit, Jl Akses Tanah Gocap, Karawaci Hilir, Kota Tangerang.

4. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk pemilihan informan dalam

penelitian ini adalah teknik snowball sampling dimana teknik pemilihan

informan mula-mula jumlahnya sedikit, kemudian dari informan ini selanjutnya

dipilih orang-orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang berkaitan

dengan penelitian, dan begitu seterusnya hingga data yang didapatkan sudah

mencapai tingkat jenuh. Teknik ini juga disebut sebagai teknik bola salju karena

diibaratkan seperti bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar.14

Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana

memilih informan, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa

yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

mempermudah peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Yang

terpenting disini bukan jumlah informannya, melainkan potensi dari setiap kasus

untuk dapat memberikan pemahaman secara teoritis mengenai aspek yang

dipelajari.15

14

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet ke-5, h.53. 15

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet

ke-5, h.54.

Page 27: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

14

Dalam penelitian ini, informan penelitian adalah satu orang ketua

Yayasan Keluarga Anaklangit, dua orang pengurus program rumah belajar, dan

tiga orang anak didik rumah belajar. Ketua Yayasan Keluarga Anaklangit dipilih

sebagai informan karena merupakan orang yang paling mengetahui tentang

Yayasan Keluarga Anaklangit dari awal berdiri hingga saat ini, serta dianggap

mengetahui tentang keseluruhan program-program yang dijalankannya dan

mengetahui kondisi anak didik Anaklangit. Pengurus atau koordinator program

dipilih sebagai informan karena dianggap paling memahami tentang masing-

masing program yang dijalankannya, program yang akan peneliti fokuskan dalam

penelitian ini adalah program pendidikan non formal khususnya pelatihan

keterampilan seni tari dan perkusi. Tiga anak didik dipilih dari 66 anak didik

mulai dari tingkat PAUD sampai dengan SMA yang mengikuti program rumah

belajar. Tiga anak didik yang akan dipilih adalah satu anak dari tingkat SMP dan

dua anak dari tingkat SMA. Ketiga anak didik tersebut juga dipilih karena

merupakan anak didik yang aktif dan memiliki prestasi sejak dibukanya program

rumah belajar hingga saat ini, sedangkan banyak anak didik yang keluar masuk

dan tidak mau menetap untuk mengikuti program rumah belajar. Orang-orang

tersebut dipilih oleh peneliti karena orang-orang tersebut kredibel dan memiliki

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Jumlah total informan yang dijadikan sample penelitian adalah enam

orang, yang terdiri dari satu orang ketua Yayasan Rumah Belajar Keluarga

Anaklangit, dua orang pengurus program rumah belajar, dan tiga anak didik.

Page 28: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

15

Tabel 1

Rancangan Penelitian

No.

Informan

Informasi yang dicari

Jumlah

Metode

Pengumpulan

Data

1. Ketua Yayasan

Keluarga

Anaklangit

Gambaran umum mengenai

rumah belajar di Yayasan

Anaklangit dan program-

program apa saja yang diberikan

kepada anak-anak jalanan Kota

Tangerang, tujuan didirikannya

Yayasan Klangit, strategi dan

proses pembelajaran, hasil

pembelajaran, serta pengaruh

program yang diperoleh anak

didik.

1 Wawancara bebas

terstruktur,

dokumentasi.

2. Pengurus atau

pengajar

Program di

rumah Belajar

Keluarga

Anaklangit

Pendekatan, metode, teknik dan

media pembelajaran yang

diterapkan kepada andik, hasil

pembelajaran yang mencakup

perubahan perilaku andik,

masukan lain meliputi dana

belajar, fasilitas dan alat, jejaring

dll, hambatan-hambatan yang

terjadi pada proses belajar.

2 Wawancara bebas

terstruktur,

observasi dan

dokumentasi

3. Anak Jalanan

binaan (Anak

didik Rumah

Belajar

Anaklangit)

Latar belakang, alasan turun ke

jalan, alasan menjadi andik di

rumah belajar anaklangit, respon

terhadap kegiatan-kegiatan yang

ada, perubahan yang dirasakan

setelah mengikuti program

pendidikan non formal di rumah

belajar, prestasi yang diraih

setelah mengikuti program

belajar, dan hubungan antara

andik dengan pengajar.

3 Wawancara bebas

terstruktur,

observasi.

Page 29: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

16

5. Sumber Data

Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang

yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data

utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan merupakan

hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.16

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan tindakan

merupakan sumber kedua, namun hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi

sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas

sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan

dokumen resmi.17

Data yang diperoleh dalam penelitian evaluasi program pendidikan non

formal melalui rumah belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit ini bersumber dari

data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, yaitu berupa data yang diperoleh secara langsung dari informan

penelitian melalui serangkaian wawancara dan observasi. Data primer ini

diperoleh dari Ketua Yayasan Keluarga Anaklangit, Ketua Divisi Program

Rumah Belajar, dan juga Anak didik yang mengikuti Program di Rumah

Belajar.

16

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet Ke-

2, h.112. 17

Ibid., h. 113.

Page 30: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

17

b. Data Sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari buku,

skripsi, jurnal, artikel, buku elektronik, koran, majalah, berita atau internet

yang berkaitan dengan penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi partisipatif (participant observation) dimana peneliti

ikut melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari masyarakat yang diteliti untuk

dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada,18

selain itu peneliti juga

melakukan wawancara tak terstruktur atau wawancara mendalam (in depth

interview) dan studi dokumentasi/kepustakaan.19

Untuk memperoleh data yang

diinginkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar dari

semua ilmu pengetahuan. Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang

berarti “melihat” dan “memperhatikan”.20

Observasi merupakan salah satu

cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini bisa menghemat biaya dan

dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan indera

18

M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-

ruzz Media, 2012), h. 166. 19

Prof. Dr. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV Alfabeta, 2003), h.186. 20

Tristiardi Ardi, Observasi dan Wawancara (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h.1

Page 31: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

18

penglihatan yaitu mata untuk melihat data dan menilai lingkungan yang

diamati.

Dalam observasi ini, peneliti turun ke lapangan dan ikut terlibat

dengan kegiatan yang dilakukan Rumah Belajar Yayasan Keluarga

Anaklangit guna memperoleh data dan informasi yang konkret dari gejala-

gejala yang diamati oleh peneliti, yang selanjutnya data tersebut menjadi

objek penelitian yang akan peneliti tuliskan dalam penelitian ini. Peneliti

juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan non formal yang

dilaksanakan setiap harinya di Rumah Belajar Yayasan Keluarga anaklangit

ini.

b. Wawancara

Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih

dengan tujuan tertentu.21

Wawancara yang dilakukan dengan lebih dari satu

partisipan disebut sebagai focus group. Dengan wawancara peneliti dapat

memperoleh banyak data yang berguna bagi penelitiannya. Pada proses

wawancara ini peneliti melakukan wawancara dengan delapan orang

informan, diantaranya satu orang ketua Yayasan Keluarga Anaklangit, dua

orang pengurus rumah belajar, dan tiga orang anak jalanan binaan (anak

didik). Dalam wawancara ini, peneliti berusaha memperoleh informasi

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada ke-enam

informan tersebut. Wawancara ini dilakukan secara mendalam sehingga

21

Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar (Jakarta: Indeks, 2012), Cet ke-1, h.45.

Page 32: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

19

peneliti dapat menggali dan mengetahui secara lengkap informasi yang

dibutuhkan.

c. Studi Kepustakaan/Dokumentasi

Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang

dibuat oleh manusia. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik

berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy).

Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto,

undang-undang, blog, halaman web, foto, dan lainnya.22

Dalam penelitian

ini, peneliti memperoleh data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang

dimiliki Yayasan Keluarga Anaklangit seperti buku, brosur, arsip, foto dsb.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini proses analisis data dilakukan sebelum peneliti

memasuki lapangan dan selama peneliti berada dilapangan. Analisis data

sebelum peneliti memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus

penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini bersifat sementara, dan akan

berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan dan selama berada di lapangan.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum

22

Ibid., h.61.

Page 33: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

20

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap

tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.23

Setelah peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisa data

dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah

terkumpul selanjutnya peneliti jabarkan dengan memberikan analisa-analisa

untuk kemudian peneliti ambil kesimpulan akhir, agar peneliti mengetahui

bagaimana Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar

bagi Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit.

8. Teknik Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik ini

digunakan untuk mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.24

Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan cara:25

a. Membandingkan data hasil wawancara subjek penelitian dengan pengamatan

dilapangan. Peneliti membandingkan data hasil wawancara antara informan

dengan hasil temuan pengamatan lapangan (observasi) tentang program

23

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta,

2011) Cet. Ke-1, h.334. 24

Ibid., h.327. 25

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.248.

Page 34: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

21

pendidikan non formal melalui rumah belajar bagi anak jalanan di Yayasan

Keluarga Anaklangit.

b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain. Peneliti membandingkan jawaban yang

diberikan oleh ketua divisi rumah belajar dengan jawaban dari anak didik

yang mengikuti program rumah belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan

dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara tersebut untuk pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh. Peneliti

membandingkan hasil wawancara informan dengan data dokumen yang

berada di Yayasan Keluarga Anaklangit.

9. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti mengadakan studi kepustakaan

terhadap skripsi-skripsi terdahulu dengan tujuan untuk memastikan bahwa

penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun setelah peneliti

mengadakan suatu kajian kepustakaan, peneliti menemukan beberapa skripsi

yang memiliki judul atau tema yang hampir sama dengan peneliti, yaitu:

Tabel 2

Tinjauan Pustaka (Literature Review)

Judul Skripsi Peneliti Pembahasan

Evaluasi Program Bimbingan

Keterampilan Menjahit untuk

Anak Putus Sekolah di PSBR

Bambu Apus Jakarta Timur

Pinasti Septhian

(1110054100028)

Kesejahteraan

Sosial

- Skripsi ini membahas tentang

bagaimana evaluasi program

bimbingan keterampilan

menjahit untuk anak putus

Page 35: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

22

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

sekolah di PSBR Bambu

Apus, Jakarta Timur.

- Perbedaan skripsi ini dengan

skripsi peneliti adalah dari segi

variabel, objek penelitian, dan

lokasi penelitian. Skripsi ini

mengevaluasi bimbingan

keterampilan menjahit, objek

penelitiannya adalah anak

putus sekolah, dan lokasinya

di PSBR Bambu Apus Jaktim,

sedangkan skripsi peneliti

mengevaluasi tentang

pendidikan non formal, objek

penelitiannya adalah anak

jalanan, dan lokasinya di

Yayasan Keluarga Anaklangit

Tangerang.

Evaluasi Pelaksanaan Program

Sekolah Gratis Bagi Keluarga

Miskin di Yayasan Ibnu Sina

Maleo Bintaro.

Ranny Yulia

(11110584100021)

Kesejahteraan

Sosial

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

- Skripsi ini membahas tentang

bagaimana evaluasi

pelaksanaan program sekolah

gratis bagi keluarga miskin di

Yayasan Ibnu Sina Maleo

Bintaro.

- Perbedaannya adalah dari segi

metode evaluasi, objek

penelitian dan lokasi

penelitian. Skripsi ini hanya

mengevaluasi hasil

pelaksanaan program saja,

sedangkan peneliti

menggunakan metode evaluasi

CIPP, yang mengevaluasi

konteks, masukan, proses dan

hasil. Kemudian yang menjadi

objek dalam skripsi ini adalah

keluarga miskin dan

Page 36: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

23

mengambil lokasi di Bintaro

sedangkan peneliti mengambil

objek penelitian yaitu terhadap

anak jalanan di Tangerang.

Implementasi Program Kelas

Belajar Rumah Baca Paguyuban

Terminal (PANTER) dalam

Pengembangan Kapasitas Anak

Jalanan melalui Pendidikan Non

Formal di Kota Depok.

Ni’matul Farida

(109054100002)

Kesejahteraan

Sosial

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

- Skripsi ini membahas

mengenai bagaimana

pelaksanaan Program Kelas

Belajar yang dilakukan Rumah

Baca Panter untuk anak

jalanan kota Depok.

- Perbedaannya dengan skripsi

peneliti adalah, skripsi ini

hanya membahas mengenai

bagaimana pelaksanaan suatu

program namun tidak

mengevaluasi program

tersebut. Lokasi penelitian

yang diambil adalah di rumah

baca di kota Depok, sedangkan

peneliti mengambil lokasi

Rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit Kota

Tangerang.

“Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar

bagi Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang”

membahas bagaimana evaluasi program pendidikan non formal melalui rumah

belajar bagi anak jalanan yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit Tangerang.

Skripsi ini tidak hanya mendeskripsikan tentang bagaimana program

pendidikan non formal tersebut berjalan, namun juga mengevaluasi dan menggali

permasalahan ataupun hambatan-hambatan yang ada pada program tersebut

Page 37: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

24

sehingga dapat diperbaiki dikemudian hari. Hal inilah yang belum pernah ada

pada skripsi sebelumnya dan menjadi perbedaan signifikan dari penelitian ini.

10. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Hamid

Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M.Syairozi Dimiyati, Netty Hartati

dan Syopiansyah Jaya Putra yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality

Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, cetakan ke-2 tahun 2007.

E. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis

penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun

sistematikanya sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.

BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini akan dibahas landasan teoritis yang digunakan dalam

penelitian ini. Adapun teori-teori yang digunakan berkaitan dengan

Page 38: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

25

pertama Evaluasi Program, kedua Pendidikan Non Formal, ketiga

Rumah Belajar dan keempat Anak Jalanan.

BAB III Gambaran Umum Lembaga

Menguraikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, terdiri dari

latar belakang, profil, sejarah, visi dan misi, ruang lingkup kegiatan

lembaga, divisi-divisi atau unit layanan khusus lembaga, staf dan

struktur lembaga, sarana dan prasarana lembaga, dan jaringan

kemitraan lembaga.

BAB IV Analisis Temuan Lapangan

Merupakan hasil temuan lapangan dari analisis dan pengumpulan data

mengenai evaluasi program pendidikan non formal melalui rumah

belajar bagi anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga

Anaklangit dalam upaya mengembangkan potensi dan prestasi anak

Jalanan di Kota Tangerang.

BAB V Penutup

Membahas kesimpulan yang berisi penilaian dari evaluasi konteks,

input, proses dan hasil sesuai dengan perumusan masalah serta

dikemukakan beberapa saran dan rekomendasi yang tepat atas

hambatan-hambatan yang dialami selama proses pelaksanaan program

di rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit.

Page 39: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

26

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi berarti penilaian.26

Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu rencana

kegiatan atau program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa

yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.27

Terdapat sejumlah definisi evaluasi yang diperoleh dari para ahli.

Ralph Tyler mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menentukan

sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai, dan upaya mendikumentasikan

kecocokan antara hasil belajar peserta didik dengan tujuan program.

Cronbach, Alkin dan Stufflebeam menjelaskan bahwa evaluasi adalah

kegiatan untuk mengumpulkan memperoleh, dan menyediakan informasi bagi

pembuatan keputusan. Popham, Provus dan Rivlin menjelaskan bahwa

evaluasi adalah kegiatan membandingkan data tentang penampilan orang-

orang dengan standar yang telah diterima umum. Malcolm dan Provus,

sebagai pencetus gagasan Discrepancy Evaluation, menjelaskan bahwa

evaluasi adalah kegiatan unutk mengetahui perbedaan antara apa yang ada

26

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.238. 27

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),

h.119.

Page 40: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

27

dengan suatu standar yang telah ditetapkan serta bagaimana menyatakan

perbedaan antara keduanya.

Paulson dalam bukunya “A Strategy for Evaluation Design” yang

dikutip oleh Grotelueschen mengemukakan bahwa, “Evaluation as a process

of examining certain objects or events in the light of specific value standards

for the purpose of making adaptive decisions.” Menurut Paulson evaluasi

program adalah proses pengujian berbagai objek atau peristiwa tertentu

dengan menggunakan ukuran-ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk

menentukan keputusan-keputusan yang sesuai.28

Sejalan dengan pengertian di atas, Mugiadi menjelaskan bahwa

evaluasi program adalah upaya pengumpulan informasi mengenai suatu

program, kegiatan atau proyek. Informasi tersebut berguna bagi pengambilan

keputusan, antara lain untuk memperbaiki program, menyempurnakan

kegiatan program lanjutan, menghentikan suatu kegiatan, atau

menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program atau kegiatan.

Informasi yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan ilmiah, praktis,

tepat guna, dan sesuai dengan nilai yang mendasari dalam setiap pengambilan

keputusan.

Berdasarkan berbagai pengertian sebagaimana dikemukakan diatas

maka evaluasi program dapat didefinisikan sebagai kegiatan sistematis untuk

mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data sebagai

28

Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.21.

Page 41: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

28

masukan untuk pengambilan keputusan. Dalam pengertian ini data adalah

fakta, keterangan, atau informasi yang darinya dapat ditarik generalisasi.

2. Tujuan Evaluasi Program

Tujuan umum evaluasi program pendidikan luar sekolah atau

pendidikan non formal adalah menyediakan atau menyajikan data sebagai

masukan bagi pengambilan keputusan tentang program tersebut. Tujuan

umum dapat dijabarkan dalam berbagai tujuan khusus evaluasi program

pendidikan non formal. Tujuan-tujuan khusus tersebut adalah untuk29

a. Memberikan masukan bagi perencanaan program

b. Menyajikan masukan bagi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

tindak lanjut, perluasan, atau penghentian program

c. Memberi masukan bagi pengambilan keputusan tentang yang modifikasi

atau perbaikan program

d. Memberi masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan

penghambat program

e. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan,

supervisi, dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana

program

f. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program

pendidikan Nonformal.

29

Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.48.

Page 42: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

29

3. Model-model Evaluasi Program

Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli

atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya

atau tahap pembuatannya. Model-model ini dianggap model standar atau

dapat dikatakan merek standar dari pembuatannya. Penamaan model evaluasi

bervariasi. Sara M. Steele menamakannya pendekatan (approach) dan Arthur

Burman menggunakan istilah format. Model evaluasi program terdiri atas

enam kategori yaitu model evaluasi terfokus untuk pengambilan keputusan,

model evaluasi terhadap unsur-unsur program, model evaluasi jenis data dan

aktivitas program, model evaluasi proses pelaksanaan program, model

evaluasi pencapaian tujuan program, dan model evaluasi hasil dan pengaruh

program.30

Beberapa model evaluasi yang populer dan banyak dipakai sebagai

strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi program adalah model

evaluasi CIPP, model evaluasi UCLA, model Brinkerhoff, dan model Stake

atau Countenance.31

Tetapi pada dasarnya ke-empat model evaluasi ini

memiliki kategori yang sama yaitu untuk mengevaluasi sejauh mana

pencapaian tujuan program. Dalam penelitian ini akan digunakan Model

Evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam untuk mengukur

30

Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.81. 31

Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program

Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.14.

Page 43: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

30

keberhasilan atau kegagalan program yang nantinya akan membantu para

stakeholder dalam membuat keputusan di masa mendatang.

Stufflebeam adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang

berorientasi kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation

approach structured) untuk menolong administrator membuat keputusan. Ia

merumuskan evaluasi sebagai “suatu proses menggambarkan, memperoleh

dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.”

Ia membuat pedoman kerja untuk melayanai para manajer dan administrator

menghadapi empat macam keputusan pendidikan dan membagi evaluasi

menjadi empat macam, yaitu.32

1) Context evaluation (Evaluasi Konteks)

Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan,

menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program. Stufflebeam

dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi konteks adalah untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat

memberikan arah perbaikan yang diperlukan.33

Dalam hal ini, Suharsimi

Arikunto memberikan contoh pengajuan pertanyaan evaluasi konteks

sebagai berikut:

a) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?

b) Tujuan pengembangan apa yang belum tercapai oleh program?

32

Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program

Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.14. 33

Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, cet ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.45.

Page 44: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

31

c) Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu

mengembangkan masyarakat?

d) Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai?

e) Apakah konteks program sudah sesuai dengan tujuan program?

2) Input evaluation (Evaluasi Masukan)

Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-

sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi

untuk mencapai kebutuhan serta bagaimana prosedur kerja untuk

mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi sumber daya

manusia, sarana dan peralatan pendudukung, dana atau anggaran dan

berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam hal ini pertanyaan-

pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan ini adalah:

a) Apakah program/layanan yang diberikan kepada klien berdampak

jelas pada perkembangannya?

b) Berapa orang klien yang menerima program/layanan tersebut?

c) Apakah sarana dan prasarana sudah cukup memadai seperti yang

dibutuhkan?

d) Sejauh apa kualifikasi yang dimiliki oleh para staff untuk memberikan

layanan tersebut?

3) Process evaluation (Evaluasi Proses)

Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan

keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan apa yang

harus direvisi. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat

Page 45: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

32

dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Menurut Suharsimi Arikunto,

evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan

yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk

sebagai penanggungjawab program, “kapan” (when) kegiatan akan

selesai.34

Oleh stufflebeam diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses

sebagai berikut:

a) Apa yang dilakukan?

b) Seberapa baik itu dilakukan?

c) Hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan program?

d) Siapa penanggungjawab program?

e) Kapan program akan selesai?

4) Product evaluation (Evaluasi Hasil)

Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna

melihat ketercapaian/keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang

evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada

evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan,

dikembangkan/dimodifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap evaluasi

ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut:

a) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?

b) Apakah dampak jangka panjang yang diperoleh penerima program?

34

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis

Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cet. ke-3 (Jakarta: Bumi Aksara 2009) h.79.

Page 46: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

33

c) Apakah tujuan pelayanan pada penerima program telah sesuai dengan

yang diharapkan?

d) Apakah pelayanan program yang diberikan memberikan perubahan

pada penerima program?

Berdasarkan teori di atas, maka peneliti membuat alur kerangka

berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3

Desain Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah

Belajar bagi Anak Jalanan

a. Tujuan Program

b. Konteks Program

a. Variabel Klien

1. Aspek Usia

2. Latar Belakang

3. Wilayah Tinggal

4. Kategori Anak

Jalanan

5. Demografi Keluarga

Klien

b. Variabel Staff

1. Pendidikan staff

2. Pengalaman staff

c. Variabel Program

1. Layanan yang

diberikan

2. Donatur dan

kemitraan

3. Keterjangkauan

lokasi Belajar

4. Sarana dan fasilitas

pendukung

5. Pendanaan

a. Proses Perekrutan

Anak Didik

b. Strategi Pengelolaan

Program Pendidikan

Non formal

c. Jadwal Pelaksanaan

Program Pendidikan

Non formal

d. Data Klien dan Jenis

Program yang diikuti

e. Strategi Pengajaran

Program

f. Penanggung-jawab

program

g. Kapan Program

Selesai

a. Perubahan

Perilaku Klien

b. Keberlanjutan

Program

Context Product Process Input

Page 47: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

34

4. Indikator Evaluasi Program

Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digungakan untuk

suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto

Adi, mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan.

Indikator dibawah ini adalah Sembilan indikator yang paling sering digunakan

dalam mengevaluasi suatu kegiatan35

.

1) Indikator ketersediaan (indicators of availability). Indikator ini melihat

apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar

ada. Misalnya dalam suatu program pembangunan sosial yang

menyatakan bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang terlatih untuk

menangani 10 rumah tangga, maka perlu di cek apakah tenaga kader yang

terlatih tersebut benar-benar ada.

2) Indikator relevansi (indicators of relevance). Indikator ini menunjukan

seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan

yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu program pemberdayaan

perempuan pedesaan dimana diperkenalkan kompor teknologi terbaru,

tetapi ternyata kompor tersebut lebih banyak menggunakan minyak tanah

ataupun kayu dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan.

Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat

dikatakan kurang relevan untuk diperkenalkan bila dibandingkan dengan

kompor yang biasa mereka gunakan.

35

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001), h.130-132.

Page 48: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

35

3) Indikator keterjangkauan (indicators of accessibility). Indikator ini

melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam „jangkauan‟

pihak-pihak yang membutuhkan. Misalnya saja, puskesmas (pusat

kesehatan masyarakat) yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat

desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian besar warga desa

dapat dengan mudah datang ke puskesmas. Atau apakah suatu posko

bencana alam berada dalam jangkauan korban bencana tersebut.

4) Indikator Pemanfaatan (Indicators of Utilisation). Indikator ini melihat

seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi

layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran. Misalnya

saja, seberapa banyak pasangan usia subur yang memanfaatkan layanan

jasa puskesmas dalam meningkatkan KB mandiri. Atau, berapa banyak

anak jalanan yang mengikuti kegiatan baca tulis dari sekian banyak anak

jalanan yang belum bisa membaca dan menulis.

5) Indikator Cakupan (Indicators of Coverage). Indikator ini menunjukkan

proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan

tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang menerima bantuan dana

kemanusiaan untuk mengatasi masalah kemiskinan dari sekian banyak

orang-orang miskin di suatu desa.

6) Indikator Kualitas (Indicators of Quality). Indikator ini menunjukkan

standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran.

Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi

Pelayanan Kemanusiaan (Human Service Organization) sudah memenuhi

Page 49: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

36

syarat dalam hal keramahan, keresponsifan, dan sikap empati terhadap

klien ataupun kualitas dari tangibles yang ada dalam proyek tersebut.

7) Indikator Upaya (Indicators of Efforts). Indikator ini menggambarkan

berapa banyak upaya yang sudah „ditanamkan‟ dalam rangka mencapai

tujuan yang sudah diterapkan. Misalnya, berapa banyak sumber daya

manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan dalam membangun

sarana transportasi antar desa.

8) Indikator Efisiensi (Indicators of Efficiency). Indikator ini menunjukkan

apakah sumber daya dan aktifitas yang dilaksanakan guna mencapai

tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien) atau tidak memboroskan

sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya saja, suatu

layanan yang bisa dijalankan dengan baik hanya dengan menggunakan 4

tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk mempekerjakan 10 tenaga

lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila

hal ini dilakukan maka yang terjadi adalah pengangguran terselubung

(underemployment).

9) Indikator Dampak (Indicators of Impact). Indikator ini melihat apakah

sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di

masyarakat. Misalnya saja, apakah setelah dikembangkan layanan untuk

mengatasi kemiskinan selama tiga tahun di suatu desa, maka angka

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sudah menurun.

Page 50: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

37

B. Pendidikan Nonformal

1. Pengertian Pendidikan

Kata pendidikan sering diartikan bermacam-macam. Dalam kehidupan

sehari-hari kata pendidikan diartikan dengan lembaga pendidikan dan

adakalanya diartikan dengan hasil pendidikan.

Menurut Dictionary of Education; (1) “The Aggregate of all the

process by which a person develops ability, attitudes, and other forms of

behavior of practical values, in the society in which his lives; (2) The social

process by which people are subjected to the influence of a selected and

controlled environment (especially that of the school) so that they may obtain

social competence and optimum individual development” (Crow & Crow,

1960:53).

Berdasarkan kamus pendidikan tersebut, pendidikan diartikan:

1) Serangkaian proses seseorang/anak mengembangkan kemampuan, sikap

dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai/berguna di

masyarakat.

2) Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan

lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru

di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial

dan perkembangan individual yang optimal.36

Sementara itu beberapa ahli yang lain memiliki pandangan yang

berbeda-beda tentang definisi pendidikan. Menurut Lengeveld mendidik ialah

36

H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.5.

Page 51: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

38

mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa.37

Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan

sengaja. Oleh karena itu pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang

disengaja antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan

pendidikan.

Hoogveld mendefinisikan bahwa mendidik adalah membantu anak

supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung

jawabnya sendiri.

SA. Branata, dkk mendefinisikan pendidikan sebagai usaha yang

sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung,

untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia

dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan

kebahagiaan yang setinggi-tingginya38

Dan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan

adalah usaha sadar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

37

Ibid., h.6. 38

Ibid., h.6.

Page 52: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

39

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.39

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

itu adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu dan membimbing

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara teratur dan sistematis

kearah kedewasaan.

2. Tujuan Pendidikan

Dalam setiap usaha atau kegiatan tentu ada tujuan atau target sasaran

yang akan dicapai. Demikian pula kegiatan/usaha pendidikan sengaja

dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Tujuan

pendidikan pada dasarnya tidak lain adalah arah yang hendak dicapai demi

terwujudnya tujuan hidup manusia yaitu hidup sesuai harkat dan martabat

manusia, dengan segenap kandungannya yaitu berkembang secara optimal

hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan pancadaya.40

Tujuan pendidikan yang diungkapkan Langeveld dibedakan menjadi

beberapa macam diantaranya adalah tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum ini sering disebut tujuan akhir, tujuan total atau tujuan

lengkap yang berarti tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik

terhadap anak didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan rohani.

Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan itu ialah

39

Departemen Agama Republik Indonesia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem

Pendidikan Nasional (Jakarta: Dirjen Binnaga Islam, 1992) h.3. 40

Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009), h.44.

Page 53: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

40

membentuk insan kamil atau manusia sempurna.41

Dengan demikian tujuan

umum/akhir pendidikan ialah membentuk insan kamil yaitu manusia yang

dewasa jasmani dan rohaninya baik aspek moral, intelektual, sosial, estetis,

agama dan lain sebagainya.

Tujuan khusus merupakan pengkhususan daripada tujuan umum,

karena untu menuju kepada tujuan umum itu perlu adanya pengkhususan

tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu, misalnya

disesuaikan dengan cita-cita pembangunan suatu masyarakat, tugas suata

badan atau lembaga pendidikan, bakat dan kemampuan anak didik,

kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik serta tingkat pendidikan

dan sebagainya.42

3. Klasifikasi Pendidikan

Penggolongan terhadap pendidikan memiliki kriteria yang lebih

umum. Kriteria ini berkaitan dengan pengertian (definisi) pendidikan sehingga

terdapat perbedaan yang jelas antara pendidikan formal (termasuk pula di

dalamnya pendidikan yang program-programnya bersifat Nonformal dan

pendidikan yang program-programnya bersifat informal dengan pendidikan

formal yang program-programnya bersifat formal). Sehubungan dengan hal

ini Coombs (1973), dalam D.Sudjana (2003), membedakan pengertian ketiga

jenis pendidikan sebagai berikut.43

41

H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.41. 42

Ibid., h.41. 43

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT

Imperial Bhakti Utama, 2007). h.17.

Page 54: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

41

Pendidikan formal (formal education) adalah kegiatan yang sistematis,

berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan

perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya ialah

kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi

dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

Pendidikan informal (informal education) adalah proses yang

berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup

sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh

kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan

permainan, pasar, perpustakaan dan media massa.44

Pendidikan informal dapat

menyampaikan berbagai hal yang berhubungan dengan masalah-masalah

kehidupan. Dengan kata lain dalam pendidikan informal dapat diberikan

keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan cara hidup kita pada umumnya

yang semuanya itu berdasar kepada way of life dari masyarakat. Pendidikan

informal juga tidak diorganisasi secara struktural dan tidak mengenal sama

sekali perjenjangan kronologis menurut tingkatan umur maupun tingkatan

keterampilan dan pengetahuan.45

Pendidikan Nonformal (nonformal education) ialah setiap kegiatan

terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan,

dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang

44

Ibid., h.17 45

Soelaiman Joesoef , Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2004), h.66-67.

Page 55: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

42

lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di

dalam mencapai tujuan belajarnya.46

4. Pendidikan Nonformal

Pendapat para pakar pendidikan nonformal mengenai definisi

pendidikan nonformal cukup bervariasi. Philip H. Coombs berpendapat bahwa

pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir

yang diselenggarakan diluar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan

bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan

layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.47

Menurut Soelaiman Joesoef, pendidikan nonformal adalah setiap

kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan

seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan

sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan

mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif

dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan

negaranya.48

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

nonformal adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar

sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk

46

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, h.17. 47

Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Nonformal (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),

h.50. 48

Ibid., h.51.

Page 56: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

43

mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan dan bimbingan sehingga mampu

bagi keluarga, masyarakat dan Negara.

Pendidikan nonformal sudah ada sejak dulu dan menyatu di dalam

kehidupan masyarakat lebih tua daripada keberadaan pendidikan sekolah. Para

nabi dan rasul yang melakukan perubahan mendasar terhadap kepercayaan,

cara berpikir, sopan santun dan cara-cara hidup di dalam menikmati

kehidupan dunia ini, berdasarkan sejarah, usaha atau gerakan yang dilakukan

bergerak di dalam jalur pendidikan nonformal sebelum lahirnya pendidikan

sekolah. Gerakan atau dakwah nabi dan Rasul begitu besar porsinya

pembinaan yang ditujukan pada orang-orang dewasa dan pemuda. Para Nabi

dan Rasul berurusan dengan pendidikan dan pembangunan masyarakat

melalui pembinaan orang dewasa dan pemuda yang berlangsungnya di luar

sistem persekolahan.49

5. Tujuan Pendidikan Nonformal

Ditinjau dari faktor tujuan belajar/ pendidikan, pendidikan nonformal

bertanggungjawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan yang sangat luas

jenis, level, maupun cakupannya.

Dalam kapasitas inilah muncul pendidikan nonformal yang bersifat

multi purpose. Ada tujuan-tujuan pendidikan nonformal yang terfokus pada

pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam

pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan vokasional,

49

Sanapiah Faisal, Pendidikan Nonformal di dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan

Nasional (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981), h.80.

Page 57: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

44

pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial berkeluarga dan hidup

bermasyarakat, pengetahuan umum dan kewarganegaraan, serta citra diri dan

nilai hidup.

Ada juga tujuan belajar dijalur pendidikan nonformal yang ditujukan

untuk kepentingan pendidikan kelanjutan setelah terpenuhinya pendidikan

tingkat dasar, serta pendidikan perluasan dan pendidikan nilai-nilai hidup.

Contoh program pendidikan nonformal yang ditujukan untuk mendapatkan

dan memaknai nilai-nilai hidup misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagi

latihan kejiwaan, meditasi, “manajemen qalbu”, latihan pencarian makna

hidup, kelompok hobi, pendidikan kesenian dsb. Dengan program pendidikan

ini hidup manusia berusaha diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan,

etika dan makna.50

6. Karakteristik Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pendidikan

sekolah. Namun kedua pendidikan tersebut saling menunjang dan melengkapi.

Dengan meninjau sejararah dan banyaknya aktivitas yang dilaksanakan,

pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan

dipergunakan. Pendidikan nonformal menekankan pada belajar yang

fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta didik.

50

Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal (Jakarta:

PT Raja Grafindo Pustaka, 2012), h.44.

Page 58: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

45

2) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan nonformal dan belajar

mandiri, peserta didik berperan sebagai pengambil inisiatif dan

mengontrol kegiatan belajarnya.

3) Waktu penyelenggaraannya relatif singkat, dan pada umumnya tidak

berkesinambungan.

4) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat

dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peserta

didik.

5) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan

pada belajar mandiri.

6) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik

adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan diantara kedua pihak

bersifat informal dan akrab, peserta didik memandang fasilitator sebagai

narasumber dan bukan sebagai instruktur.

7) Penggunaan sumber-sumber lokal. Mengingat sumber-sumber untuk

pendidikan sangat langka, maka diusahakan sumber-sumber lokal

digunakan seoptimal mungkin.51

7. Jenis dan Isi Pendidikan Nonformal

Jenis dan isi pendidikan nonformal pada dasarnya bergantung pada

kebutuhan pendidikan itu sendiri.

1) Jenis pendidikan nonformal berdasarkan fungsinya adalah:

51

Ibid., h.25.

Page 59: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

46

a. Pendidikan Keaksaraan

Jenis program pendidikan keaksaraan berhubungan dengan populasi

sasaran yang belum dapat membaca dan menulis. Target dari program

pendidikan keaksaraan ini adalah terbebasnya populasi sasaran dari

buta baca, buta tulis, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan

umum.

b. Pendidikan Vokasional

Jenis program pendidikan vokasional berhubungan dengan populasi

sasaran yang mempunyai hambatan dalam pengetahuan dan

keterampilannya guna kepentingan bekerja atau mencari nafkah.

Target dari program pendidikan vokasional ini adalah terbebasnya

populasi sasaran dari ketidaktahuan atau kurangnya kemampuan

didalam pekerjaan-pekerjaan yang sedang atau akan dimasukinya.

c. Pendidikan Kader

Jenis program pendidikan kader berhubungan dengan populasi sasaran

yang sedang atau bakal memangku jabatan kepemimpinan atau

pengelola dari suatu bidang usaha di masyarakat, baik bidang usaha,

bidang sosial ekonomi maupun sosial budaya. Jenis pendidikan ini

diharapkan hadir tokoh atau kader pemimpin dan pengelola dari

kelompok-kelompok usaha yang tersebar di masyarakat.

d. Pendidikan Umum dan Penyuluhan

Jenis program pendidikan ini berhubungan dengan berbagai variabel

populasi sasaran, target pendidikannya terbatas pada pemahaman dan

Page 60: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

47

menjadi lebih sadar terhadap sesuatu hal. Lingkup geraknya bisa

sangat luas dari soal keagamaan, kenegaraan, kesehatan, lingkungan

hukum dan lainnya.

e. Pendidikan Penyegaran Jiwa raga

Jenis program pendidikan ini berkaitan dengan pengisian waktu luang,

pengembangan minat atau bakat serta hobi.52

2) Isi program pendidikan nonformal yang berkaitan dengan peningkatan

mutu kehidupan seperti:

a. Pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis, sosial dan budaya.

b. Pengembangan wawasan dan tata cara berpikir,

c. Peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan.

d. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan di dalam arti luas (sosial,

ekonomi, politik, ilmu-ilmu kealaman, bahasa, sejarah dan sebagainya)

e. Apresiasi seni-budaya (sastra, teater, lukis, tari, pahat dan lain

sebagainya)

Sedangkan isi program pendidikan nonformal yang berhubungan

dengan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan (income generating

skill), berhubungan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

dimaksudkan sebagai bekal bekerja, beka mendapat pendapatan. Seperti

pertanian, perikanan, perkebunan dan lain sebagainya.53

52

Sanapiah Faisal, Pendidikan Nonformal di dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan

Nasional h.91. 53

Ibid., h.96.

Page 61: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

48

8. Sasaran Pendidikan Nonformal

Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah sasaran pendidikan

nonformal dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut.

1) Sasaran Pelayanan

a. Usia Pra-sekolah (0-6 tahun)

Fungsi lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang mereka pergi

sekolah (pendidikan formal) sehingga mereka telah terbiasa untuk

hidup dalam situasi yang berbeda dengan lingkungan keluarga.

b. Usia Pendidikan Dasar (7-12 tahun)

Usia ini dilaksanakan dengan penyelenggaraan program kejar paket A

dan kepramukaan yang diselenggarakan secara sesama dan terpadu.

c. Usia Pendidikan Menengah (13-18 tahun)

Penyelenggaraan pendidikan nonformal usia semacam ini diarahkan

untuk pengganti pendidikan, sebagai pelengkap dan penambah

program pendidikan bagi mereka.

d. Usia Pendidikan Tinggi (19-24 tahun)

Pendidikan nonformal menyiapkan mereka untuk siap bekerja melalui

pemberian berbagai keterampilan sehingga mereka menjadi tenaga

yang produktif, siap kerja dan siap untuk usaha mandiri.

2) Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya

a. Masyarakat Pedesaan

Page 62: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

49

Masyarakat ini meliputi sebagian besar masyarakat Indonesia dan

diarahkan pada program-program mata pencaharian dan program

pendayagunaan sumber-sumber alam.

b. Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan yang cepat terkena perkembangan ilmu dan

teknologi, sehingga masyarakat perlu memperoleh tambahan tersebut

melalui pemberian informasi dan kursus-kursus kilat.

c. Masyarakat Terpencil

Untuk itu masyarajat terpencil ini perlu ditolong melalui pendidikan

nonformal yang mereka dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan

nasional.

3) Berdasarkan Sistem Pengajaran

Sistem Pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan

program pendidikan nonformal meliputi:

a. Kelompok, organisasi dan lembaga

b. Mekanisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan

c. Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk ataupun teknologi

modern seperti televisi, radio, film dan sebagainya.

d. Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja, sekolah dan

alat-alat perlengkapan kerja.54

Dari sisi target grup yang disebut sebagai sasaran didik, pendidikan

nonformal memiliki cakupan garapan yang sangat luas serta besar

54

Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, h.58.

Page 63: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

50

variabilitasnya. Khalayak sasaran yang ingin/harus dilayani pendidikan

nonformal terbentang seiring dengan kebutuhan belajar manusia untuk belajar

sepanjang hayat, sejak anak usia dini sampai dengan orang usia lanjut.

Dimana seseorang atau sebuah komunitas manusia muncul kebutuhan belajar

(kebutuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap) maka disitu sebaiknya

pendidikan nonformal hadir. Dalam kapasitas inilah pendidikan nonformal

dikatakan bersifat multi audiens, tidak saja ditinjau dari segi usia, tetapi juga

karakteristik individu dan sosial seperti jenis kelamin dan gender, demografi,

geografis, pekerjaan, latar pendidikan formal dan sebagainya.

Dengan demikian khalayak sasaran pendidikan nonformal adalah

semua orang yang membutuhkan layanan pendidikan untuk meningkatkan

kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam upaya menggapai

derajat, martabat dan kualitas hidup yang lebih baik, lebih indah, lebih bernilai

dan lebih bermakna.55

9. Satuan Pendidikan Nonformal

Pada tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, nama Direktorat

Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga (Disklusepora) diganti

menjadi Direktorat PNFP (Pendidikan Non Formal dan Pemuda). Berdasarkan

undang-undang tersebut jalur, jenis dan satuan PNF mengalami perubahan

guna disesuaikan dengan tuntutan masyarakat tentang pendidikan.

55

Ishak Abdulhak, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal, h.45.

Page 64: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

51

Satuan pendidikan nonformal diperluas menjadi enam yaitu.56

1) Lembaga Kursus

Kursus adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas sekumpulan

warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan

sikap mental tertentu bagi warga belajar. Kursus diselenggarakan bagi

warga belajar yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri,

bekerja mencari nafkah, melanjutkan ke tingkat atau jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

2) Lembaga Pelatihan

Tidak jauh berbeda dengan lembaga kursus, lembaga pelatihan juga

diselenggarakan untuk membantu masyarakat dalam rangka

mengembangkan kepribadian professional dan untuk meningkatkan

kompetensi vokasional dari peserta didik.

3) Kelompok Belajar

Kelompok belajar adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas

sekumpulan warga masyarakat yang saling memberikan pengetahuan

tentang pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu

dan taraf kehidupan. Napitupulu menjelaskan perkataan kejar disamping

mengandung arti harfiah yaitu mengejar ketinggalan-ketinggalan, juga

sebagai dua akronim dari belajar dan bekerja serta kelompok belajar.

Kedua pengertian tersebut disimpulkan bahwa program kejar dijalankan

56

Ibid., h.52-59.

Page 65: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

52

untuk mengejar ketinggalan, bersifat belajar dan bekerja, menggunakan

kelompok belajar.

Program Kejar diklasifikasikan lagi menjadi dua yaitu.

a. Kelompok belajar fungsional (termasuk di dalam kelompok ini

adalah: keaksaraan fungsional, Kelompok Belajar Usaha (KBU),

Kelompok Pemuda Produktif Pedesaan (KPPP), Kelompok

Pemberdayaan Swadaya Masyarakat (KPSM), dan Kelompok Pemuda

Produktif Mandiri (KPPM).

b. Kelompok belajar kesetaraan (termasuk di dalam kelompok ini

adalah: Kejar Paket A setara SD, kejar paket B setara SMP, dan kejar

paket C setara SMA)

4) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Pusat kegiatan belajar masyarakat menurut Sutaryat merupakan tempat

belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dalam rangka

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi dan bakat warga

masyarakat, yang bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan

potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di

lingkungannya.

Program pembelajaran yang dilaksanakan di PKBM digali dari kebutuhan

nyata yang dirasakan warga masyarakat, dikaitkan dengan potensi

lingkungan dan kemungkinan pemasaran hasil belajar. Dalam kegiatan

pembelajaran keterampilan fungsional terintegrasi dengan seluruh

program belajar, waktu belajar disesuaikan dengan kesiapan warga

Page 66: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

53

belajar. Program yang dilaksanakan dan dikembangkan di PKBM tidak

hanya program yang disponsori oleh instansi pendidikan nonformal tetapi

juga program dari instansi lain (seperti pertanian, kesehatan, perindustrian

dan lain-lain).

Program-program yang dilaksanakan PKBM selalu dikaitkan dengan

upaya meningkatkan taraf hidup. Program-program yang dimaksud

adalah pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan

kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan,

pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan lansia dan lainnya.

5) Majlis Ta‟lim

Majlis ta‟lim adalah satuan pendidikan nonformal yang dilaksanakan oleh

masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan

serta perubahan sikap hidup terutama yang berhubungan dengan agama

islam yang dilaksanakan secara apik dan rapi. Kegiatan-kegiatan yang

termasuk dalam majlis ta‟lim adalah kelompok yasinan, kelompok

pengajian, taman pengajian al-Qur‟an, pengajian kitab kuning, salafiah

dan lain-lain.

6) Satuan Pendidikan Sejenis

Pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap

cakupannya sangat luas, maka kegiatan tersebut perlu adanya landasan

hukum yang bisa menjamin keberadaan kegiatan tesebut. Maka

ditetapkan satuan pendidikan sejenis (UU No. 2003 pasal 26 Ayat 4).

Page 67: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

54

Jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam satuan pendidikan yang sejenis

(lainnya) menurut PP No.37 Tahun 1991 tentang Pendidikan Non Formal

adalah pra sekolah (kelompok bermain, penitipan anak), balai latihan dan

penyuluhan, kepramukaan, padepokan pencak silat, sanggar kesenian,

bengkel/teater, lembaga komunikasi edukatif melalui media massa (cetak

dan elektronik) dan majlis ta‟lim (dalam UU No. 20 tahun 2003 berdiri

sendiri menjadi satuan pendidikan non formal).

10. Pendidikan Berdasarkan Perspektif Kesejahteraan Sosial

Pendidikan menjadi landasan utama untuk membentuk mental dan

karakter seorang individu. Pada dasarnya semua pertukaran informasi

merupakan bentuk pendidikan. Sebagai fungsi dalam pendampingan sosial,

pendidikan lebih merujuk pada sebuah proses kegiatan, ketimbang sebagai

hasil dari suatu kegiatan. Pendidikan sangat terkait dengan pencegahan

berbagai kondisi yang dapat menghambat kepercayaan diri individu serta

kapasitas individu dan masyarakat.

Dalam perspektif ilmu kesejahteraan sosial, pendidikan beranjak dari

kapasitas orang yang belajar (peserta didik). Pendidikan adalah bentuk

kerjasama antara pekerja sosial (sebagai edukator dan pendamping) dengan

klien (sebagai murid dan peserta didik). Pengalaman adalah inti “pelajaran

pemberdayaan”. Peserta didik adalah partner yang memiliki potensi dan

sumber yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran

merupakan proses saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama

Page 68: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

55

lain. Pekerja sosial dan klien pada hakikatnya dapat menjadi pendidik dan

peserta didik sekaligus.57

Secara sosiologis, kesejahteraan sosial akan dapat tercapai jika

kebutuhan pendidikan, pangan dan kesehatan telah terpenuhi oleh masyarakat.

Salah satu media yang bisa dilakukan adalah dengan memaksimalkan lembaga

sosial. Membentuk sebuah komunitas menjadi alternatif untuk mengimbangi

peran sekolah sebagai lembaga sosial formal. Di dalam komunitas,

pemberdayaan melalui transformasi ilmu pengetahuan harus menjadi fokus

utama. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk komunitas

yang berbasis pada pemahaman tentang nilai-nilai pendidikan. Dalam hal ini

peran serta yang berkelanjutan dan partisipasi yang berbasis kesadaran

anggota masyarakat adalah hal utama yang harus dimaksimalkan.58

Berdasarkan ilmu kesejahteraan sosial, pendekatan pemberdayaan

yang berbasis komunitas (community based) ini dikenal juga dengan

pendekatan komunitarian. Strategi ini percaya bahwa antara masyarakat dan

komunitas memiliki kemampuan yang saling terkait untuk memastikan

kebutuhan dasar mereka terpenuhi, masalah sosial mereka teratasi dan

kesempatan untuk maju tersedia.59

Pembentukan komunitas yang berbasis pada pemahaman tentang nilai-

nilai pendidikan ini erat kaitannya dengan masalah pendidikan bagi kaum

57

Edi Suharto, “Pendampingan Sosial dalam Pengembangan Masyarakat”, Modul diakses pada

23 April 2016 dari www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_31.htm 58

Didid Haryadi, “Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial”, artikel ini diakses pada 22 April 2016

dari kahaba.net/berita-bima/23802/pendidikan-dan-kesejahteraan-sosial.html 59

Siti Napsiyah Arieffuzaman dan Lisma Dyawati Fuaida, Belajar Teori Kesejahteraan Sosial

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.105.

Page 69: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

56

menengah kebawah yang belum bisa mengakses pendidikan formal karena

biaya yang cukup mahal. Komunitas ini biasanya membentuk sebuah ruang

terbuka bagi masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan

seperti pada sekolah formal tanpa dipungut biaya apapun.

Sarana pendidikan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial

khususnya anak jalanan menjadi sangat penting mengingat bahwa pendidikan

merupakan salah satu hak yang paling asasi yang harus dimiliki oleh setiap

orang tanpa terkecuali. Dengan mengenyam pendidikan, anak jalanan dapat

meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dan memiliki kompetensi tinggi

dalam menghadapi tantangan di era globalisasi seperti sekarang. Selain itu,

dengan adanya pendidikan bagi anak jalanan dapat menghapus stigmatisasi

dari masyarakat yang sering mengaitkan anak jalanan dengan perilaku buruk

seperti membuat keonaran, mengganggu lalu lintas, vandalisme dan

sebagainya.

C. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan, tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang

disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri (usulan Rano Karno

tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar UNICEF), sesungguhnya mereka

adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih

sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus

Page 70: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

57

berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak

bersahabat.60

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia, anak jalanan adalah

anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau

berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Berbeda dengan UNICEF yang mengatakan bahwa, street child are

those who have abandoned their homes, school and immediate communities

before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street

life, anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang

sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat

terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.61

Sedangkan menurut undang-undang nomor 23 tahun 2002, anak

jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktunya di jalanan.

Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia di bawah 16

tahun baik laki-laki maupun perempuan yang masih memiliki hubungan

dengan keluarga ataupun sudah putus hubungan dengan keluarga, yang

berkeliaran di jalanan untuk mencari nafkah dengan cara mengamen,

meminta-minta, dsb.

60

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2010), h.199. 61

RB Leksono, “Anak Jalanan dan Rumah Singgah” jurnal diakses pada 25 Maret 2016 dari e-

journal.uajy.ac.id

Page 71: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

58

Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan

hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat

diterima masyarakat umum, sekadar untuk menghilangkan rasa lapar dan

keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Tidak jarang pula mereka dicap

sebagai pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor, sehingga

yang namanya razia atau penggarukan bukan lagi hal yang mengagetkan

mereka.

Marginal, rentan, dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang tepat

untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan.62

Marginal

karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya,

kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjajikan prospek apapun di masa

depan. Rentan karena risiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang

sangat panjang benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan.

Adapun disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-

menawar (bargaining position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan

cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman

atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab.

2. Karakteristik Anak Jalanan

Anak jalanan sebagai pekerja anak (child labour) sebenarnya bukanlah

kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam, dan dapat dibedakan atas

dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa

62

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi. h.200.

Page 72: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

59

terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya.

Berdasarkan hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan

dalam tiga kelompok.

Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai

kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai

hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka

di jalan diberikan kepada orang tuanya, fungsi anak jalanan pada kategori ini

adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena

beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat

diselesaikan sendiri oleh kedua orangtuanya.

Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi

penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara

mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi

pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak

yang karena suatu sebab (biasanya kekerasan) lari atau pergi dari rumah.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat

rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik maupun

seksual.

Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang

berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini

mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka

terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala

risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini dengan mudah ditemui

Page 73: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

60

diberbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dan

sebagainya walau secara kuantitatif belum diketahui secara pasti.63

3. Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam

kehidupan di jalanan, seperti kesulitan keuangan atau tekanan kemiskinan,

ketidakharmonisan keluarga, dan masalah khusus yang menyangkut hubungan

anak dengan orang tua. Berbagai faktor tersebut seringkali memaksa anak-

anak mengambil inisiatif untuk mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan.

Kadang kala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan

untuk hidup di jalanan. Studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang

dikategorikan children of the street, menunjukkan bahwa motivasi mereka

hidup di jalanan bukanlah sekadar karena desakan kebutuhan ekonomi rumah

tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan keretakan kehidupan

rumah tangga orang tuanya.64

Namun faktor utama yang mempengaruhi anak turun ke jalan adalah

masalah kemiskinan atau ekonomi. Kondisi ini dipicu oleh krisis moneter dan

ekonomi yang terus berlangsung hingga saat ini. Dalam kaitannya dengan hal

tersebut, Soetarso seorang pakar pekerjaan sosial menjelaskan bahwa dampak

63

Ibid., h.201. 64

Ibid., h.211.

Page 74: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

61

krisis ekonomi global dalam kaitannya dengan anak jalanan adalah sebagai

berikut.65

1) Orang tua mendorong anak untuk bekerja membantu ekonomi keluarga.

2) Kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh orang tua

semakin meningkat sehingga anak turun ke jalan.

3) Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar

uang sekolah.

4) Makin banyak anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrakan

rumah/kamar meningkat.

Selain faktor yang diungkapkan oleh Soetarso, secara umum terdapat

tiga faktor utama yang dikemukakan oleh Kalida Muhsin, yang menyebabkan

anak turun ke jalanan.66

1) Tingkat Mikro, yaitu faktor yang berhubungan dengan keluarga. Pada

tingkat ini, diidentifikasikan anak lari dari keluarga, kekurangan kasih

sayang orang tua (broken home), dipaksa bekerja baik yang masih

sekolah ataupun sudah putus sekolah, dieksploitasi, dan sebagainya.

2) Tingkat Messo, yaitu faktor lingkungan masyarakat setempat. Sebab yang

diidentifikasi adalah masyarakat miskin, sehingga orangtua mengajarkan

anak-anaknya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga.

3) Tingkat Makro, yaitu berhubungan dengan faktor informal misalnya

ekonomi. Sektor ini menjadi pertimbangan mereka yang tidak terlalu

65

Soetarso, Praktik Pekerjaan Sosial (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1996).

h.19. 66

Kalida Muhsin, Sahabatku Anak Jalanan (Yogyakarta: Aliefpress, 2005), h.20

Page 75: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

62

membutuhkan modal atau keterampilan yang besar. Mereka mempunyai

latar belakang yang berbeda sebelum terjun dan bekerja di jalanan,

sehingga sering mendapat julukan anak seribu masalah.

4. Model Penanganan Anak Jalanan

Untuk menangani permasalahan anak jalanan harus diakui bukalah hal

yang mudah. Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik

oleh LSM, pemerintah, organisasi profesi dan sosial maupun orang per orang

untuk membantu anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi

penderitaan mereka. Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer,

segmenter dan terpisah maka hasilnya pun menjadi kurang maksimal.

Selama ini, upaya yang telah dilakukan untuk menangani anak-anak

jalanan biasanya adalah dengan berusaha mengeluarkan mereka dari jalanan,

memasukannya ke berbagai “Rumah Singgah”, tempat-tempat pelatihan, atau

dengan cara menangkap mereka, memasukkan ke tempat anak-anak nakal,

atau tindak kekerasan lain. Namun, banyak bukti menunjukkan, model

penanganan yang bersifat karitatif dan punitif seperti itu tidak mampu

menyelesaikan permasalahan anak jalanan secara tuntas.

Untuk menangani permasalahan anak jalanan hingga ke akar-akarnya,

yang dibutuhkan bukanlah program bantuan yang sifatnya karitatif atau paket-

paket program yang didropping begitu saja dari pusat. Sikap karitatif dengan

cara memperlakukan anak-anak jalanan sebagai objek amal, memberikan

santunan dan bantuan yang sifatnya temporer niscaya hanya akan melahirkan

Page 76: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

63

ketergantungan dari anak jalanan terhadap belas kasihan para penderma, dan

bahkan tidak mustahil hanya akan meniadakan keberdayaan dan tekad self

help anak-anak jalanan itu sendiri.67

Berdasarkan pada prinsip-prinsip profesi kesejahteraan sosial, maka

kebijakan dan program perlindungan sosial mencakup bantuan sosial, asuransi

kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial yang

dikembangkan berdasarkan right based initiatives, memperhatikan sungguh-

sungguh hak-hak dasar anak sesuai dengan aspirasi terbaik mereka (the best

interest of children). Strategi intervensi pekerjaan sosial tidak bersifat parsial,

melainkan holistic dan berkelanjutan. Secara garis besar, alternatif model

penanganan anak jalanan mengarah pada 4 jenis model yaitu.68

1) Street centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang

dipusatkan di „jalan‟ dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi.

Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan

terdekatnya yaitu di jalan.

2) Family centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang

difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga

sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau

menarik anak jalanan kembali ke keluarganya.

67

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010), h.214. 68

Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2011), h.233-

235.

Page 77: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

64

3) Institutional centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang

dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan

reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak

jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat). Pendekatan ini juga

mencakup tempat berlindung sementara (drop in). “Rumah Singgah” atau

“open house” yang menyediakan fasilitas “panti dan asrama adaptasi”

bagi anak jalanan.

4) Community centered intervention, penanganan anak jalanan yang

dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program-program

community development untuk memberdayakan masyarakat atau

penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial masyarakat dengan menjalin

networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun

lembaga sosial masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup tanggung

jawab sosial perusahaan. (Corporate Social Responsibility)

Sependapat dengan ke-empat model penanganan anak jalanan tersebut,

Tata Sudrajat mengungkapkan beberapa pendekatan yang selama ini biasa

dilakukan oleh LSM dalam menangani masalah anak jalanan, pendekatan

tersebut diantaranya yaitu pertama, street based, yakni model penanganan

anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal. Para street

educator datang kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja,

memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan diri sebagai teman.

Kedua, centre based, yakni pendekatan dengan penanganan anak jalanan di

Page 78: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

65

lembaga atau panti. Ketiga, community based, yakni model penanganan yang

melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama keluarga atau orang tua anak

jalanan.69

Tabel 4

Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan

Pengelompokkan Anak

Jalanan

Pendekatan Program

Strategi

Fungsi Intervensi

Anak yang masih

berhubungan atau tinggal

dengan orang tua

Community Based Preventif

Anak yang masih ada

hubungan dengan

keluarga, tetapi jarang

berhubungan/tinggal

dengan orang tua

Street Based Perlindungan

Anak terselisih/ putus

hubungan dengan

keluarga/ orang tuanya.

Centre Based Rehabilitasi

Sumber: Tata Sudrajat, YKAI Jakarta, 1996.

5. Indikator Kesejahteraan Keluarga

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun

2009, keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga

dengan masyarakat dan lingkungan.

69

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi, h.215.

Page 79: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

66

Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi lima tahapan,

yaitu:70

a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari enam indikator

Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator “kebutuhan dasar keluarga”

(basic needs).

b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I)

Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I, tetapi tidak

memenuhi salah satu dari 8 indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator

“kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.

c. Tahapan Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I, 8

indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 indikator keluarga

sejahtera III (KS III), atau indikator “kebutuhan pengembangan”

(developmental needs) dari keluarga.

d. Tahapan Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I, 8

indikator KS II, 5 indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2

indikator keluarga sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator

“aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.

e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus

70

BKKBN, “Batasan dan Pengertian MDK”, diakses pada 27 Agustus 2016 dari

aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx

Page 80: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

67

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 indikator

tahapan KS I, 8 indikator KS II, 5 indikator KS III serta 2 indikator tahapan

KS III Plus.

Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera menurut BKKBN, adalah

sebagai berikut.

a. Enam indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator “kebutuhan

dasar keluarga” (basic needs)

1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian.

3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding

yang baik.

4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.

5) Bila pasangan usia subut ingin ber-KB pergi ke sarana pelayanan

kontrasepsi

6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

b. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator “kebutuhan

psikologis” (psychological needs)

1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaan masing-masing.

2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan

daging/ikan/telur.

Page 81: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

68

3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian

baru dalam setahun.

4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2

untuk setiap penghuni rumah.

5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat

melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.

6) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk

memperoleh penghasilan.

7) Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

8) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat

kontrasepsi.

c. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator “kebutuhan

pengembangan” (developmental needs)

1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.

2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang,

minimal Rp.500.000,-

3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali

dimanfaatkan untuk berkomunikasi

4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.

5) Keluarga memperoleh informasi dari surat

kabar/majalah/radio/tv/internet.

d. Dua indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator

“aktualisasi diri” (self esteem)

Page 82: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

69

1) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan

materiil untuk kegiatan sosial.

2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan

sosial/yayasan/institusi masyarakat.71

71

BKKBN, “Batasan dan Pengertian MDK”, diakses pada 27 Agustus 2016 dari

aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx

Page 83: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

70

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Rumah Belajar Keluarga Anaklangit

1. Sejarah Singkat Rumah Belajar Anaklangit

Rumah Belajar Keluarga Anaklangit dibentuk pada tahun 2004 oleh

sebuah komunitas dengan latar belakang anggota yang berbeda namun

memiliki satu kesamaan yaitu peduli terhadap masalah sosial dan

kemanusiaan. Rumah belajar keluarga anaklangit ini memfokuskan pada

kegiatan pemberdayaan anak-anak terutama bagi anak yang secara sosial dan

ekonomi relatif terpinggirkan.72

Kesebelas pendiri Rumah Belajar Keluarga

Anaklangit ini adalah Mukasi Solihin, Herdi Aswarudi, Bambang Kurniawan,

Uyus Setiabakti, Maman, Och Nazy, Andri 'Kenduy', Moh Harun, Mukmin

Kusnandar, Moh Hidayat, dan Adi Fatwadi.

Alasan mereka menamai yayasan ini dengan nama anaklangit adalah

berdasarkan filosofi dari salah satu sahabat nabi yang merupakan seorang

pemuda istimewa yaitu Uwais al-Qarny yang memiliki julukan sebagai

penghuni langit. Seorang pemuda miskin yang jarang dikenal oleh siapapun di

dunia namun dikenal oleh semua malaikat dan seluruh penghuni langit karena

ketaatannya dalam beribadah serta perilakunya yang amat berbakti kepada

ibunya. Terinspirasi dari kisah tersebut maka yayasan ini dinamai anaklangit

72

Keluarga Anak Langit, “Tentang Kami”, artikel diakses pada 20 April 2016 dari

www.keluarga-anaklangit.or.id/siapa_kami.php

Page 84: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

71

dengan harapan agar kelak jika anak didiknya tidak bisa memiliki apa yang

mereka inginkan di dunia maka mereka bisa memilikinya di akhirat nanti.

Selain itu penulisan kata “anaklangit” pada logonya disengaja untuk tidak

memakai spasi dan memakai huruf kecil. Hal ini dimaknai untuk

menyamaratakan dan mengeratkan hubungan antara kakak-kakak pengurus

dengan anak-anak didiknya.

Rumah belajar keluarga anaklangit adalah sebuah organisasi non-profit

yang bertujuan untuk menampung anak-anak bangsa yang memiliki pekerjaan

dijalanan dan rakyat miskin, mereka tidak hanya ditampung tetapi juga

diberikan pendidikan dan aktivitas rutin secara berkala. Di rumah belajar

keluarga anaklangit, anak-anak yang ditampung diajarkan berbagai macam

ilmu, seperti pelajaran yang dipelajari disekolah-sekolah formal, bahkan

mereka juga diajarkan keterampilan kerja seperti menggambar, menyablon,

daur ulang sampah, recyle robotic, kerajinan kain flannel, menjahit, bermusik,

teater, berkebun, sepeda dan beladiri kempo. Jumlah anak didik di rumah

belajar keluarga anak langit adalah sekitar 147 orang, namun yang masih aktif

hingga kini hanya 50 hingga 70 orang saja. Di rumah belajar keluarga

anaklangit, mereka bebas melakukan apa saja sesuai dengan apa yang mereka

inginkan asal perilaku mereka tetap dijaga. Mereka juga diajarkan mengenai

etika dan sopan santun, agama, serta kemandirian. Anak-anak diajarkan pula

berkreatifitas sesuai dengan imajinasi mereka. Oleh karena itu, mereka

diharapkan menjadi pribadi yang terampil, cerdas, mandiri dan berakhlak

mulia.

Page 85: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

72

Rumah belajar keluarga anaklangit ini ingin membuktikan bahwa anak

bangsa yang berprofesi di jalanan juga bisa berkarya. Mereka telah

menunjukkannya dengan berbagai prestasi yang telah dicapai. Mereka ingin

menghapus stigma dari sebagian besar masyarakat yang sering

mengidentikkan anak-anak tersebut dengan kriminalitas dan vandalism.

Rumah belajar keluarga anaklangit juga menjadi suatu wadah positif bagi

anak-anak tersebut agar mereka tidak terjerumus ke dalam pergaulan dan

kehidupan yang kurang baik.

Pada mulanya, rumah belajar keluarga anaklangit lebih mementingkan

anak-anak yang berprofesi di jalanan saja akan tetapi seiring dengan

berjalannya waktu, tidak hanya anak-anak tersebut saja yang dapat belajar

disini tetapi juga anak yang kurang mampu. Sebenarnya anak didik yang

belajar di anaklangit (sebutan akrab rumah belajar keluarga anaklangit) masih

mempunyai orangtua bahkan ada pula yang berasal dari keluarga yang

berkecukupan. Akan tetapi faktor lingkunganlah yang menghubungkan

mereka dengan anaklangit. Lingkungan jalanan yang pada umumnya memang

keras menjadikan kepribadian anak jalanan yang keras kepala, brutal dan

susah diatur, tetapi tidak semua anak jalanan memiliki kepribadian yang

buruk. Meskipun lama tinggal di jalanan pada saat mereka masuk dalam

lingkungan yang harmonis seperti di anaklangit maka mereka dapat

menyesuaikan diri.73

73

Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Salah seorang Anggota Pengurus Divisi Pendidikan

Kesejahteraan Sosial Anak, pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB.

Page 86: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

73

2. Lokasi Rumah Belajar Keluarga Anaklangit.

Rumah belajar keluarga anaklangit terletak di pinggiran sungai

Cisadane, di Jalan Karawaci Ilir, Tanah Gotjap Tepi Sungai Cisadane,

kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Tempat ini dibangun dengan konsep

yang ramah dan hijau. Banyak terdapat pohon-pohon rindang yang

melingkupi bangunan serta halaman disekitarnya sehingga membuat suasana

yang sejuk dan asri.

3. Fasilitas dan Prasarana Belajar

Rumah belajar keluarga anaklangit memiliki beberapa fasilitas dan

prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar anak didiknya. Fasilitas

dan prasarana belajar tersebut antara lain sebagai berikut.

Tabel 5

Fasilitas dan Prasarana Belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit

No. Fasilitas Fungsi

1. Aula Tempat pameran kreatifitas dalam bentuk mural.

2. Galeri Tempat hasil kreasi anaklangit.

3. Ruang kelas Ruangan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

4. Perpustakaan Ruangan untuk membaca dan menyimpan buku.

5. Kantor Ruang kerja pengurus organisasi anaklangit.

6. Panggung Apresiasi Panggung untuk apresiasi kreativitas anak didik.

7. Saung Putri Ruang privasi untuk anak didik putri.

8. Saung Damai Saung yang digunakan untuk mendamaikan konflik

antara anak didik dan juga menyelesaikan masalah.

9. Musholla Saung yang digunakan untuk sholat, mengaji dan

terkadang digunakan untuk proses belajar mengajar.

Page 87: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

74

10. Halaman bermain Tempat terbuka untuk bermain anak-anak didik, ada

satu buah ayunan dan perosotan.

Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2016

4. Data Anak Didik

Anak-anak yang berada di Rumah Belajar Keluarga Anaklangit berasal

dari berbagai latar belakang yang berbeda seperti pengamen, pemulung,

pengemis, pencari cacing dan sebagainya. Berikut ini adalah jumlah anak

didik di Yayasan Keluarga Anaklangit berdasarkan jenis kelamin dan usianya.

Untuk data secara lengkap ada pada lampiran.

Tabel 6

Jumlah Andik Yayasan Keluarga Anaklangit Tahun 2016

No. Jenis Kelamin Usia Jumlah

1. Laki-laki 3 – 18 tahun 30 orang

2. Perempuan 3 – 18 tahun 36 orang

66 orang

Sumber: Database Rumah Belajar Keluarga Anaklangit, 2016.

B. Tujuan, Visi dan Misi Rumah Belajar Keluarga Anaklangit

Dalam menjalankan program kegiatan, Rumah Belajar Keluarga

Anaklangit memiliki tujuan, visi dan misi yang dijadikan sebagai suatu pedoman

atau acuan untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan.74

74

Keluarga Anaklangit, “Tentang Kami”, artikel diakses pada 20 April 2016 dari

www.keluarga-anaklangit.go.id/siapa_kami.php.

Page 88: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

75

Tujuan

Menjadikan anak jalan sebagai anak Indonesia yang cerdas, kreatif, mandiri, dan

berbudi mulia.

Visi

Menyelenggarakan kegiatan sosial dan dan kemanusiaan berlandaskan prinsip

non-partisan, jujur, independen, mandiri dan professional serta menjunjung tinggi

etika dan semangat kebersamaan.

Misi

Mengurangi angka anak-anak bangsa yang masih bekerja di jalanan.

Memberikan pendidikan dan keterampilan yang layak.

Menggali dan mengembangkan potensi anak-anak didik.

Menyediakan ruang belajar bagi masyarakat yang kurang mampu secara

gratis.

Memberikan program pelatihan (lifeskill) jangka panjang seperti pelatihan

basic komputer, dan berbagai usaha kreatif.

C. Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi (Bidang yang ditangani)

Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit atau biasa disebut dengan

anaklangit merupakan sebuah rumah belajar yang berada di tepian sungai

Cisadane Kota Tangerang. Selain dijadikan sebagai wadah untuk memberikan

pendidikan bagi anak-anak bangsa yang berprofesi di jalan, Anaklangit juga

memiliki kegiatan yang bergerak di bidang sosial dan kesehatan. Program

Page 89: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

76

kegiatan yang dibuat diperuntukkan kepada masyarakat yang kurang mampu

pada umumnya dan anak-anak bangsa yang berprofesi di jalan khususnya.

Kegiatan yang difokuskan oleh Anaklangit diantaranya adalah.

Pendidikan Anak

Peningkatan akses anak-anak terhadap pendidikan dan pemanfaatan

waktu luang anak untuk kegiatan kreatif dan bermanfaat. Contohnya seperti

program PAUD Cikal Klangit, taman baca dan internet cerdas.

Kesehatan Anak

Promosi kesehatan anak dan pengenalan pola hidup sehat bagi anak.

Contohnya seperti program Gerakan Anak Sehat (GAS) yang diadakan tiap

bulannya.

Kesejahteraan Anak

Pendampingan anak dalam rangka memenuhi hak-hak anak. Contoh

pendampingan seperti pemberian identitas bagi anak yang berusia 17 tahun

akan didampingi untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk

Penguatan Keluarga

Penguatan kemampuan sosial ekonomi keluarga. Contoh programnya

adalah microfinance.

Pengembangan Kemandirian Ekonomi

Pengembangan keterampilan kewirausahaan. Contoh programnya

seperti creative gallery, creative farming, creative handycraft, creative

music, dan creative media.

Page 90: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

77

Pengembangan Relawan

Pengembangan wahana belajar bersama dan sama-sama belajar untuk

pembentukan relawan rumah belajar keluarga anaklangit yang mandiri

cerdas, kreatif dan berbudi mulia. Contoh programnya adalah institut

relawan.

D. Divisi-Divisi dan Unit Layanan Khusus

Tugas Pokok dan Fungsi

a. Ketua

Bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan.

b. Sekretaris

Bertugas melakukan tugas-tugas administrasi kantor, melakukan

pengarsipan dokumen administrasi dan membuat laporan

pertanggungjawaban.

c. Bendahara

Bertugas mengatur seluruh keuangan lembaga dan membuat laporan

pertanggungjawabannya setiap satu bulan sekali atau setelah kegiatan

dilaksanakan.

d. Bidang Information Technology (IT)

Bertugas untuk merawat software/hardware komputer yang berada di

kantor, melakukan perbaikan jika ada yang rusak, mengevaluasi dan

meningkatkan kinerja sistem terutama yang berhubungan dengan website

atau situs komputer.

Page 91: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

78

e. Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) dan Beasiswa

Bertugas untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan bagi anak

baik itu pendidikan formal di sekolah umum dengan bantuan beasiswa,

maupun pendidikan nonformal yang diselenggarakan di Rumah Belajar

Keluarga Anaklangit.

f. Divisi Kreatif dan Art

Bertugas untuk menyelenggarakan dan mengelola pelatihan yang

berhubungan dengan kesenian seperti musik, teater, kreatif galeri dsb.

g. Divisi Kesehatan

Bertugas untuk menangani kesehatan anak-anak didik. Mengadakan

pengecekan terhadap anak didik tiap bulannya dan mempromosikan pola

hidup sehat.

h. Divisi Keagamaan.

Bertugas untuk mengajarkan anak-anak didik tentang pendidikan

keagamaan sejak dini.

E. Staf dan Struktur Organisasi Rumah Belajar Keluarga Anaklangit

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rumah Belajar Keluarga Anaklangit

tahun 2014 dan hasil rekomendasi dari pimpinan lembaga, maka pengaturan

sumber daya manusia (SDM) yang menjadi motor penggerak lembaga yaitu.

Dewan Pembina : 1) Bambang Kurniawan S.Sos, M.Si

2) Herdy Aswarudi, S.Ag

3) Harun H.S

Dewan Pengawas : 1) Muhammad Nazi

Page 92: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

79

2) Uyus Setia Bhakti

3) Adi Fatwadi

4) Andri Kurniawan

Dewan Pengurus

Ketua : MH. Thamrin

Sekretaris : Sultan Nasir MK

Bendahara : Violine Hangreidatu

IT Support : Agung

Anggota Pengurus

Divisi PKSA : Abdurrahman Harits

Divisi Kesehatan : Wulan

Divisi Kreativitas & Art : Rudy

Divisi Keagamaan : Oky Trisna Sanjaya

Page 93: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

80

Gambar 1

Struktur Organisasi Yayasan Keluarga Anaklangit

Sumber: Database Yayasan Keluarga Anaklangit 2016.

Dewan Pembina

Dewan Pengawas

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Bidang Teknologi

dan Informasi

Divisi Program

Kesejahteraan Sosial

Anak (PKSA)

Divisi

Kesehatan

Divisi Kesenian

dan Art

Divisi

Kegamaan

Page 94: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

81

F. Bentuk Program dan Pendampingan Rumah Belajar Keluarga Anaklangit

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan anak bangsa, rumah belajar

keluarga anaklangit memiliki beberapa program untuk meningkatkan kualitas

pendidikan khususnya di kota Tangerang. Pada awalnya, rumah belajar keluarga

anaklangit mencoba untuk melakukan serangkaian tindakan dalam bentuk

“belajar bersama dan sama-sama belajar serta berdoa”, yang hingga saat ini

masih diterapkan. Maksud dari kalimat tersebut yaitu dalam rumah belajar

keluarga anaklangit tidak hanya anak didik yang belajar tetapi juga kakak-kakak

belajar juga dari anak didik. Karena pada kenyataannya tidak ada manusia yang

sempurna, untuk itu tidak ada salahnya bila kakak-kakak mencontoh perilaku

baik anak-anak didiknya.

Pendekatan dan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk menggali

kemandirian dan solidaritas kebersamaan seperti pendekatan spiritual dan

keterampilan yang mengandalkan ketersediaan potensi lokal di samping muatan-

muatan lainnya yang bersifat pengembangan pengetahuan. Kreativitas mengalir

disini bagi mereka yang memiliki potensi dan kemauan untuk maju. Ruang yang

memungkinkan anak didik untuk berkreasi, berapresiasi, dan mendapatkan

pendidikan merupakan hal yang penting disediakan. Untuk itu, program-program

yang dilakukan antara lain adalah program pengembangan pendidikan, program

pengembangan kemandirian, program pengembangan masyarakat dan kampanye.

Program-program tersebut merupakan program yang terintegrasi, karena

keberhasilan salah satu program akan sangat mempengaruhi program yang

Page 95: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

82

lainnya. Adapun penjelasan masing-masing program yang dilakukan di Rumah

Belajar Keluarga Anaklangit sebagai berikut.

1. Program Pengembangan Pendidikan Formal dan Nonformal

Dewasa ini, pendidikan sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan

ekonomi seseorang. Untuk itu, rumah belajar keluarga anaklangit

mengembangkan program pendidikan dalam lingkup pendidikan formal dan

nonformal. Program ini dilakukan karena pentingnya pendidikan bagi seluruh

anak bangsa tanpa memandang asal usul maupun tingkat perekonomian anak

tersebut. Harapan besar yang ingin dicapai oleh rumah belajar keluarga

anaklangit dengan adanya program pendidikan ini, yaitu terbangunnya sekolah

alternatif untuk anak-anak yang kurang mampu. Pendidikan yang menjadi fokus

utama adalah pendidikan yang menyatukan pendidikan formal untuk tingkatan

wajib belajar dan pendidikan nonformal berbasis pada keunikan bakat dan

potensi anak didik serta pengembangan life skill, yaitu pengembangan

keterampilan untuk hidup yang lebih baik. Adapun bentuk kegiatan yang

dilakukan dalam program ini meliputi.

a. Kegiatan Pendidikan Formal

Kegiatan pendidikan formal dilakukan dengan cara memberikan

beasiswa untuk menempuh pendidikan di sekolah formal kepada anak didik.

Syarat untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di sekolah formal di Yayasan

Keluarga Anaklangit juga tidak sulit yakni beasiswa diberikan kepada anak

didik yang merasa memiliki rumah belajar keluarga anaklangit sebagai

identitasnya, serta memiliki niat dan semangat belajar yang tinggi untuk

Page 96: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

83

mengembangkan pengetahuannya. Dengan kata lain minimal syaratnya

hanyalah rajin bersekolah dan tidak membolos. Dana beasiswa ini didapatkan

dari hasil kerjasama dengan beberapa perusahaan swasta yang memberikan

bantuan tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)

kepada Yayasan Keluarga Anaklangit. Hingga saat ini, anak didik yang

mendapatkan beasiswa di sekolah formal baik itu dari SD, SMP dan SMA

berjumlah sekitar 41 orang (data terlampir).

b. Kegiatan Pendidikan Nonformal

Kegiatan pendidikan nonformal dilakukan dengan memberikan

berbagai kegiatan pembelajaran berupa pengembangan keterampilan kepada

anak didik. Kegiatan pengembangan keterampilan ini belum tentu didapat

oleh mereka yang menempuh pendidikan di sekolah formal. Kegiatan ini lebih

fokus pada keterampilan untuk mengembangkan kemandirian anak didik, di

samping pendidikan yang mereka dapat di sekolah formal. Dengan demikian,

anak didik dapat menerapkannya secara nyata dalam kehidupan mereka

sehari-hari. Kegiatan pengembangan keterampilan ini yaitu seperti bermusik,

menari, teater, daur ulang sampah (recycle robotic), IT, sablon dll.

Konsep utama pendidikan yang diberikan rumah belajar keluarga

anaklangit adalah pendidikan bermutu yang menyatukan konsep pendidikan

standar sesuai kurikulum nasional (formal) dengan konsep pendidikan alam

dan pengembangan kemandirian serta etika personal (nonformal). Biaya

pendidikan tidak dibebankan kepada anak didik, sehingga dalam konteks

Page 97: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

84

pendidikan diberikan secara gratis. Hal ini dilakukan agar dapat memastikan

bahwa anak-anak didik yang secara ekonomi kurang mampu dapat tetap

menempuh pendidikan dan pembelajaran di rumah belajar keluarga

anaklangit.

2. Program Pengembangan Kemandirian

Kegiatan pendidikan dan organisasi secara keseluruhan perlu ditunjang

dengan adanya kemandirian organisasi, termasuk rumah belajar keluarga

anaklangit. Oleh karena itu, program pengembangan kemandirian merupakan

salah satu unsur penting dalam rangka mengembangkan kualitas pendidikan

dan kegiatan yang dilakukan disini. Dalam program ini, kegiatan yang

dilakukan adalah dengan mengembangkan kegiatan usaha yang ditujukan

sebagai sarana untuk meningkatkan kemandirian organisasi dalam

menjalankan segala macam aktivitasnya, terutama untuk menjaga

keberlanjutan operasional rumah belajar keluarga anaklangit. Kegiatan

pemgembangan kemandirian yang ada di Yayasan Keluarga anak langit

meliputi creative music yaitu unit kreatif yang bergerak dalam bidang usaha

musik terutama musik perkusi, selanjutnya creative handyraft yaitu unit

kreatif yang bergerak dalam bidang pembuatan barang-barang kerajinan

terutama dari bahan limbah yang didaur ulang, lalu creative gallery yaitu unit

kreatif yang bergerak dalam bidang usaha pemasaran dan penjualan hasil

produksi dari seluruh unit-unit kreatif yang ada.

Page 98: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

85

Selain memberikan pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik, rumah

belajar keluarga anaklangit juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk

berkreasi yang dapat menghasilkan uang. Seperti misalnya, mengadakan usaha

dengan menggelar pameran hasil karya lukisan, hasil daur ulang sampah, dan

“mengamen” yaitu menggelar pertunjukan menyanyi, dan lain-lain.

3. Program Pengembangan Masyarakat

Program pengembangan masyarakat didasarkan pada perlunya perluasan

pada lingkup masyarakat sasaran. Kegiatan yang dilakukan yaitu melalui

kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak di beberapa lokasi di sekitar rumah

belajar keluarga anaklangit, selain itu ada juga kegiatan yang bersifat penyuluhan

dan sosialisasi kepada masyarakat. Kegiatan ini sengaja dilakukan di lokasi

terbuka yang berdekatan dengan lingkungan tempat tinggal masyarakat sekitar

agar mereka bisa dengan mudah menjangkaunya.

a. Kesehatan (Program Gerakan Anak Sehat/GAS)

Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi semua

orang. Untuk itu demi menjadikan anak bangsa yang memiliki intelektualitas

dan kepribadian yang baik, perlu didukung juga dengan kesehatan yang baik.

Di rumah belajar keluarga anaklangit ini, kesehatan anak didik sangat

diperhatikan. Misalnya pola makan anak didik harus dijaga, kebersihan

lingkungan rumah belajar keluarga anaklangit dan lingkungan sekitar harus

dijaga, dan juga mandi harus tepat pada waktunya. Dengan begitu, anak didik

akan tetap sehat dan jarang terserang penyakit. Setiap satu bulan sekali

Page 99: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

86

dilakukan program Gerakan Anak Sehat yang dimana program tersebut

bertujuan untuk memberi informasi kepada anak-anak didik khususnya dan

masyarakat umumnya tentang bagaimana menerapkan pola hidup sehat

terutama pada makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Kegiatannya

berupa makan makanan 4 sehat 5 sempurna secara bersama-sama di alam

terbuka.

b. Identitas

Banyak dari anak didik di rumah belajar keluarga anaklangit yang pada

awalnya tidak memiliki sebuah identitas, baik yang masih kecil maupun yang

sudah dewasa. Untuk itu rumah belajar keluarga anaklangit juga memberikan

pendampingan dalam bidang identitas. Pendampingan ini dilakukan dengan

membuatkan identitas bagi yang belum memiliki akta kelahiran dan yang

belum memiliki Kartu Tanda Penduduk, atau dengan mendampingi orangtua

anak didik dalam mengurus identitas keluarga.

G. Kerjasama dan Jaringan Organisasi

Hingga saat ini Yayasan Keluarga Anaklangit telah berhasil menjadi

mitra dari beberapa organisasi pemerintah, organisasi swasta, organisasi

masyakat serta institusi pendidikan untuk saling membantu terhadap

keberlangsungan program dan kegiatan di Yayasan Keluarga Anaklangit ini.

Adapun organisasi pemerintah yang turut bekerjasama seperti Kementrian

Sosial RI, Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kota Tangerang.

Kerjasama yang terjalin dengan organisasi pemerintahan ini adalah dalam hal

Page 100: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

87

pendanaan bagi program pendidikan dan kesejahteraan anak. Kemudian

organisasi swasta yang turut bekerjasama antara lain PT. Dynaplast, PT.

Angkasa Pura II, PT. Dipostar Finance, PT. Matahari Putra Prima, PT. Sarana

Multi Infrastruktur, PT. Sinde Budi Sentosa, PT. Bank CIMB Niaga, PT.

Smartfren Tbk, Pacific Paint, dan Adidas Indonesia. Kerjasama dengan

organisasi-organisasi swasta ini terjalin dalam bentuk dukungan melalui

berbagai bantuan salah satunya yaitu pemberian beasiswa bagi anak didik

yang berprestasi melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR).

Selanjutnya organisasi masyarakat yang juga terlibat kerjasama dengan

yayasan ini antara lain Perkemi Kota Tangerang, TAGANA Kota Tangerang

serta Dompet Dhuafa, sedangkan sekolah/universitas yang menjalin kerjasama

adalah Universitas Pelita Harapan, Universitas Multimedia Nusantara,

Universitas Indonesia, Bina Sarana Informatika, Universitas Budi Luhur,

STISIP Yuppentek, Universitas Tarumanegara, Universitas Trisakti, Prasetya

Mulya Business School, Untirta, Institut Kesenian Jakarta, Sekolah Harapan

Bangsa, Sekolah Surya Bangsa, dan Sekolah Insan Kamil. Ormas dan institusi

pendidikan ini bekerjasama membantu kelangsungan berjalannya program

anak langit dengan menjadi relawan atau tenaga pengajar tetap di yayasan

keluarga anaklangit.

Page 101: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

88

BAB IV

HASIL EVALUASI

Sesuai dengan temuan yang didapatkan oleh peneliti di lapangan baik berupa

wawancara, observasi dan studi kepustakaan, bahwa program pendidikan non formal

yang diselenggarakan melalui Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit di Kota

Tangerang merupakan sebuah wadah atau tempat bagi anak-anak jalanan untuk

menggali potensi dan mengasah kreativitasnya diberbagai bidang. Program ini

dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap hak-hak anak khususnya anak jalanan

yang cenderung luput dari perhatian orangtua dan orang-orang terdekatnya sehingga

mengharuskan mereka untuk bekerja di jalanan.

Metode analisis evaluasi program yang peneliti gunakan adalah model

evaluasi CIPP dari Stufflebeam dkk, di dalam evaluasi ini terdapat empat unsur yang

akan dievaluasi yaitu evaluasi konteks (context), evaluasi masukan (input), evaluasi

proses (process) dan evaluasi hasil (product). Selain itu peneliti juga akan

menggunakan indikator dalam mengevaluasi program ini yaitu indikator ketersediaan,

indikator relevansi, indikator keterjangkauan, indikator pemanfaatan, indikator

cakupan, indikator kualitas, indikator upaya, indikator efisiensi dan indikator dampak

sebagai alat ukur untuk menilai unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program

tersebut.

Evaluasi konteks program meliputi tujuan program serta relevansinya dengan

konteks program. Evaluasi konteks program juga mengidentifikasi kebutuhan-

Page 102: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

89

kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan. Evaluasi

input meliputi tiga variabel, pertama adalah variabel klien yang terdiri dari aspek

usia, wilayah tinggal, latar belakang dan sebagainya, kedua adalah variabel staff atau

pengurus yang terdiri dari pendidikan dan pengalaman staff, ketiga adalah variabel

program yang terdiri dari layanan yang diberikan, mitra dan kerjasama, donatur,

keterjangkauan lokasi, sarana dan fasilitas serta pendanaan. Evaluasi proses meliputi

kegiatan apa yang dilakukan, siapa yang bertanggungjawab pada program, serta

kapan program akan selesai. Evaluasi hasil berkaitan dengan perubahan perilaku klien

atau peserta didik serta keberlanjutan program.

A. Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks program menyajikan data tentang alasan-alasan untuk

menetapkan tujuan-tujuan program serta prioritas tujuan. Evaluasi ini pun

menggambarkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan

program seperti karakteristik dan perilaku peserta didik, keunggulan dan

kelemahan tenaga pelaksana, sarana, fasilitas dan sebagainya.75

Indikator

penilaian yang peneliti gunakan dalam evaluasi konteks adalah indikator

relevansi, dimana indikator ini menunjukkan seberapa relevan atau tepatnya

suatu program/layanan yang ditawarkan.76

Berikut ini merupakan penjelasan

tentang unsur-unsur evaluasi konteks dengan menggunakan indikator relevansi.

75

Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, h.54. 76

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, h.130-132.

Page 103: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

90

a. Tujuan Program

Tujuan utama berdirinya Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit

ini adalah untuk menampung dan menjadikan anak jalanan dan anak-anak

yang berasal dari keluarga yang kurang mampu sebagai anak Indonesia yang

cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia. Mereka tidak hanya ditampung

tetapi juga diberikan pendidikan, keterampilan dan aktivitas rutin secara

berkala. Di rumah belajar keluarga anaklangit, anak-anak yang ditampung

diajarkan berbagai macam ilmu seperti pelajaran yang dipelajari di sekolah.

Mereka juga diberikan pendidikan yang sifatnya non formal seperti

menggambar, menyablon, daur ulang sampah, bermusik, teater, dan seni tari

tradisional. Proses perekrutan anak didik ini dilakukan dengan penjangkauan

langsung, rujukan dari lembaga lain dan penerimaan langsung dari orangtua

anak didik. Saat ini ada sekitar 66 anak yang aktif belajar di anaklangit,

dengan jumlah anak terbesar berasal dari Kecamatan Karawaci Ilir, Kota

Tangerang. Tujuan diadakannya program pendidikan non formal tersebut

adalah untuk memberikan keterampilan dasar yang nantinya akan berguna

bagi masa depan para peserta didik di Rumah Belajar Yayasan Keluarga

Anaklangit. Pernyataan tersebut disampaikan oleh ketua divisi Pendidikan

Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).

“Nah dari latar belakangnya mereka yang seperti itu, gimana caranya

kita ngasih panduan atau basic life skill ke mereka, entah itu dari segi

pendidikan atau moral atau dari kesenian, biar mereka ada basic buat

kedepannya.. nggak hanya satu kita kasih basic, misalnya kesenian tari,

olahraga futsal atau segala macem.. tapi nanti dia yang milih sendiri

diantara basic-basic itu mana yang mereka suka dan mereka akan

tekunkan, jadi kita tidak memaksakan mereka harus kesini.. nggak kaya

Page 104: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

91

gitu, kita aja dipaksa orang tua gak mau kan.. karena kan kita punya

prinsip masing-masing, begitupun mereka, karena mereka juga kan lagi

fase remaja.. jadi rasa ingin taunya juga lebih besar gitu pada saat-saat

sekarang seperti itu.”77

Jika dinilai dari indikator relevansi yang sudah dijelaskan pada bab dua

halaman 34, tujuan program diatas sudah relevan dengan sasaran programnya,

dimana layanan yang ditawarkan oleh Yayasan Keluarga Anaklangit sudah

tepat untuk kliennya yaitu anak-anak jalanan atau anak dari keluarga yang

kurang mampu. Salah satu contohnya adalah seorang anak didik yang

bernama Ellisa Melinia. Elli sudah lama bergabung dengan anaklangit karena

ayahnya tidak mampu menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Ayahnya adalah seorang buruh, sedangkan ibunya sudah tiada. Saat ini Elli

mendapatkan bantuan beasiswa dari anaklangit sehingga bisa bersekolah

hingga SMA. Dari hal tersebut, tujuan program pendidikan non formal ini

telah memenuhi indikator relevansi.

b. Konteks Program

Pendidikan non formal yang diselenggarakan di Rumah Belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit memiliki beberapa program antara lain menggambar,

menyablon, daur ulang sampah, bermusik, teater, dan seni tari tradisional.

Namun saat ini Yayasan lebih memfokuskan pada musik perkusi, seni tari

tradisional dan daur ulang sampah saja. Hal tersebut dikarenakan tenaga

77

Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak,

pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB.

Page 105: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

92

pengajar yang berkurang seiring berjalannya waktu. Pernyataan tersebut

dikemukakan oleh sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit.

“Sama ini juga.. jumlah SDM sih, sumber daya manusianya yang makin

kesini makin berkurang.. kalau untuk relawan kayak mahasiswa kan

setelah kelar tugas mereka cabut, kadang jarang kesini.. sama sih saya

juga dulu seperti itu. Tapi kita mengharapkan sumber daya manusia

sebagai tenaga pengajar itu selalu hadir ketika acara selesai mereka

datang lagi kesini, menanyakan aja perkembangannya seperti apa.”78

Kendala yang sedang dialami oleh Yayasan Keluarga Anaklangit seperti

yang telah diungkapkan di atas juga relevan dengan hasil observasi peneliti di

lapangan serta hasil wawancara dari salah satu anak didik yang saat ini

merangkap sebagai pengajar seni tari tradisional di Yayasan Keluarga

Anaklangit.

Namun jika ditinjau dari segi konteks program, Yayasan Keluarga

Anaklangit telah memberikan program pendidikan nonformal yang sesuai

dengan kebutuhan dalam kehidupan anak didiknya, misalnya seperti

pendidikan keaksaraan bagi anak-anak yang belum bisa baca dan tulis,

pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis sosial dan budaya, pengembangan

wawasan dan tata cara berpikir, peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan

lingkungan, pengembangan minat, bakat serta hobi dan juga apresiasi seni

budaya. Senada dengan yang diungkapkan oleh Sekretaris Yayasan Keluarga

Anaklangit berikut ini.

78

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada

tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.

Page 106: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

93

“…untuk konteks programnya saya jelaskan dari segi agama dulu ya,

tentunya kita disini mengajarkan dan menguatkan anak-anak dari aqidah

islamnya.. kita biasakan sholat lima waktu, mengaji dan lain sebagainya.

Terus DKM (Dewan Kemakmuran Musholla) udah pasti kan kalau setiap

PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dia mengadakan acara karena

mayoritas.. bukan mayoritas lagi sih karena semua andik-andik kita dan

pengurus beragama islam jadi selalu diadakan acara-acara saat PHBI

itu sih.

Kalau PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) itu menyalurkan

dana-dana yang diturunkan oleh Kemensos maupun Dinsos itu untuk

Kesejahteraan Anak baik itu keperluan anak, maupun keperluan sekolah..

tapi itu dananya tidak dikeluarkan semua, dan itu tergantung dan diurus

sama koordinator PKSA yang ada di kita. Fokus utama di PKSA ini sih

untuk urusan sekolah ya.. untuk pendidikan keaksaraan lah gitu

istilahnya.79

Kalau GAS (Gerakan Anak Sehat) itu menangani soal pembenahan gizi

anak yang ada di kita, jadi setiap sebulan sekali atau minggu awal itu

ada program makan bersama peningkatan gizi baik, misalnya contoh

makan ikan, makan sayur, minum susu, olahraga bersama nah itu

program dari GAS.

Kalau IT khusus di website… Kalau kreativitas dan Art mereka

memfokuskan di seni sih kayak tari, recycle, perkusi anaklangit.. dan

berhubungan dengan kemampuannya anak-anak, kemampuan yang gak

didapatkan di sekolah.. seperti itu.”

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti melihat bahwa telah ada

relevansi antara tujuan program pendidikan non formal di Rumah Belajar

Yayasan Keluarga Anaklangit dengan konteks atau isi programnya, dimana

pendidikan nonformal yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini berisi

kegiatan-kegiatan pengembangan dan pelatihan bagi anak jalanan dalam

rangka meningkatkan mutu kehidupannya, hal tersebut relevan dengan tujuan

program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga Anaklangit yaitu

79

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada

tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.

Page 107: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

94

memberikan keterampilan dasar yang berguna bagi masa depan anak-anak

didiknya kelak.

Tabel 6

Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Konteks

Evaluasi Konteks

1. a. Tujuan Program

Memberikan keterampilan dasar yang dibutuhkan

anak didik dan berguna bagi masa depannya.

b. Analisis Tujuan

Program

Berdasarkan hasil penelitian, tujuan program

pendidikan non formal tersebut sudah terlaksana

dengan cukup baik, karena Yayasan anaklangit telah

memberikan kegiatan-kegiatan yang memberikan

keterampilan dasar seperti seni tari dan musik perkusi

sesuai dengan tujuan program.

2. a. Konteks Program Pengembangan keterampilan, minat dan bakat serta

apresiasi seni dan budaya.

b. Analisis Konteks

Program

Konteks program tersebut sudah terlaksana dengan

baik namun masih perlu peningkatan khususnya untuk

tenaga pengajar dan peralatan pendukung pada

pengembangan keterampilan seni tari, dan musik

perkusi.

B. Evaluasi Input

Sesuai dengan teori yang telah dibahas pada bab dua halaman 31 bahwa

dalam evaluasi input terdapat beberapa komponen yang meliputi sumber daya

manusia, sarana dan peralatan pendukung, dana atau anggaran dan berbagai

prosedur dan aturan yang diperlukan. Untuk memudahkan pembahasan, peneliti

Page 108: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

95

membaginya kedalam tiga variabel yaitu variabel klien, variabel staff dan variabel

program. Variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti latar

belakang keluarga, pendidikan terakhir dsb. Variabel staff meliputi aspek

demografi dari staff seperti latar belakang pendidikan staff dan pengalaman staff.

Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu terkait dengan pelayanan atau

program yang diberikan. Dalam hal ini, peneliti akan memaparkan masing-masing

tiga unsur tersebut.

a. Variabel Klien

Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki klien atau penerima layanan yang

biasa disebut dengan anak didik. Anak didik di Yayasan Keluarga Anaklangit

ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun pada dasarnya mereka

semua adalah anak yang turun ke jalan maupun anak yang berasal dari keluarga

yang kurang mampu. Biasanya anak-anak tersebut beraktivitas sehari-hari

sebagai pengamen, pencari cacing, pemulung, pengemis dan sebagainya. Anak

yang bergabung di Yayasan Keluarga Anaklangit adalah anak yang masih ingin

sekolah dan masih memiliki semangat belajar. Yayasan ini tidak memberikan

syarat ataupun kriteria khusus bagi anak-anak tersebut, yang terpenting anak

tersebut memiliki semangat yang besar untuk belajar, rajin, serta sehat jasmani

dan rohani. Hal ini dijelaskan oleh Ketua Divisi PKSA dan Sekretaris Yayasan

Keluarga Anaklangit tentang bagaimana latar belakang anak didik serta kriteria

anak didik tersebut.

“Kalau latar belakang mereka ya macem-macem.. ada yang korban

kekerasan dalam keluarga, ada yang dari mereka yang suka turun ke

jalan.. ngamen, dagang, ngelem ah segala macem gitu kan.. atau dari

Page 109: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

96

mereka yang ekonominya kurang, banyak sih. Tapi dari semuanya rata-

rata emang yang memiliki masalah ekonomi ya seperti itu..”

“…gak ada kriteria atau syarat tertentu sih, yang penting anaknya mau

belajar dan gak males.. jadi semua anak-anak yang udah terdata di

anaklangit boleh ikut program-program tersebut yang penting yaa sehat

jasmani rohani gitu..”80

Selama anak didik bergabung di Yayasan Keluarga Anaklangit, mereka

akan mendapatkan layanan program pendidikan formal dan non formal. Untuk

pendidikan formal, anak didik diberikan beasiswa agar bisa bersekolah formal

seperti pada umumnya. Sedangkan untuk pendidikan non formal, anak didik

diajarkan berbagai keterampilan ataupun keahlian seperti bermusik, menari,

teater, sablon, fotografi, daur ulang sampah sampai dengan pendalaman tentang

agama. Jumlah anak didik yang mengikuti kegiatan pendidikan non formal

khusunya seni tari dan perkusi adalah 29 orang. Berikut ini akan dipaparkan

tiga orang anak didik yang menjadi informan peneliti:

Tabel 7

Latar Belakang Anak Didik/Informan

No. Nama Latar Belakang

Pekerjaan orangtua

Usia Pendidikan Kategori

1. Ellisa Melinia Buruh 16 tahun SMK Children on81

the street

2. Dita Agustina Pencari Ikan dan

Buruh

15 tahun SMP Children on

the street

3. Dela Ameliana Pencari Cacing 10 tahun SD Children on

the street

80

Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak,

pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB. 81

Bab II hal. 59.

Page 110: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

97

Informan pertama bernama Ellisa Melinia yang biasa dipanggil Elli, saat

ini Elli berada di kelas 10 Sekolah Menengah Kejuruan di Tangerang dengan

mendapat beasiswa dari Yayasan Keluarga Anaklangit. Elli adalah anak biasa

yang tinggal di sekitar kawasan anaklangit dan sering bermain atau beraktivitas

di jalan. Ayahnya adalah seorang buruh disebuah Pool Bus, sedangkan ibunya

sudah meninggal. Ayahnya harus menghidupi 4 orang anak termasuk Elli. Pada

awalnya, Elli tidak sengaja mengetahui adanya Yayasan Keluarga Anaklangit

saat ia sedang berkeliling untuk mencari daging qurban karena bertepatan saat

hari raya idul Adha, saat itu kebetulan Anaklangit sedang mengadakan

pemotongan hewan qurban dan membagi-bagikannya kepada masyarakat

sekitar. Sejak itulah Elli mulai penasaran dan menyempatkan waktunya ke

Yayasan Anaklangit untuk sekadar bermain atau menonton saja kegiatan yang

ada disana, tapi lama-kelamaan Elli tertarik dengan sendirinya untuk bergabung

menjadi anak didik dan belajar disana dari tahun 2010 hingga sekarang.

Informan penelitian yang kedua adalah Dita Agustina yang biasa

dipanggil Dita. Awal mula dita mengetahui keberadaan Anaklangit adalah dari

ibunya. Ibu Dita adalah seorang pekerja harian yang awalnya sering membantu

di rumah salah seorang pendiri Yayasan Keluarga Anaklangit. Kemudian

ibunya ditawari untuk membantu mengurus yayasan dibagian logistik dan

konsumsi. Sedangkan pekerjaan Ayah Dita sehari-hari adalah mencari ikan

sapu-sapu dan mengurusi ternak ayam yang dimiliki di rumah. Akhirnya

keluarga memutuskan untuk tinggal di dekat Yayasan Keluarga Anaklangit dan

Dita pun bergabung menjadi anak didik di sana. Awalnya Dita hanya ikut

Page 111: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

98

belajar mengaji saja, namun lama-kelamaan Dita mengikuti kegiatan lainnya

yaitu menari. Saat ini Dita merupakan salah satu anak didik yang berprestasi di

sekolah maupun di Yayasan. Beasiswanya sudah ditanggung hingga tingkat

universitas. Saat ini Dita juga menjadi pengajar tari di Yayasan Keluarga

Anaklangit.

Informan penelitian yang ketiga adalah Dela Ameliana yang saat ini

duduk di kelas 6 SDN 19 Tangerang. Dela adalah anak didik yang bergabung di

Yayasan keluarga Anaklangit sejak usia 4 tahun. Ia masuk dan belajar di Paud

Cikal dan TK Anaklangit. Ayahnya bekerja sebagai pencari cacing di sungai

Cisadane dan ibunya mengurus pekerjaan rumah. Oleh karena itu, Yayasan

Keluarga Anaklangit membantu memberikan beasiswa kepada Dela agar bisa

melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Berdasarakan penjelasan tersebut, ketiga informan penelitian memiliki

beberapa kesamaan latar belakang yaitu mereka berasal dari keluarga pra

sejahtera dan ketiganya masih memiliki hubungan yang kuat dengan orangtua

mereka. Peneliti meyimpulkan bahwa ketiga anak didik berasal dari keluarga

pra sejahtera berdasarkan indikator kesejahteraan keluarga menurut BKKBN.

Dimana keluarga tersebut tidak memenuhi salah satu dari enam indikator

“kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).82

Dari hasil penelitian di atas terkait dengan input program khususnya

dalam hal ini adalah klien, peneliti melihat anak-anak yang menjadi sasaran

program di Yayasan Keluarga Anaklangit sudah memenuhi kriteria dimana

82

Bab II, hal. 65.

Page 112: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

99

anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu (pra sejahtera),

memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan di Anaklangit, dan memiliki

semangat untuk menempuh pendidikan umum.

b. Variabel Staff

Para staff atau pengurus di Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki latar

belakang pendidikan yang bermacam-macam seperti sarjana strata satu ilmu

sosial, ilmu agama, broadcasting, administrasi niaga, teknik perminyakan dsb.

Para pendiri Yayasan Anaklangit yang saat ini menjadi dewan Pembina

awalnya adalah sebuah komunitas yang tergabung dalam lembaga sosial yang

menangani masalah bencana dan rescue, yaitu TAGANA (Tanggap Siaga

Bencana). Mereka sering terlibat dalam penyelamatan dan penyembuhan

trauma (trauma healing) bagi para korban bencana alam. Sampai saat ini ada

sekitar 10 orang pengurus yang masih aktif mendampingi anak-anak didik.

Selebihnya adalah relawan dari berbagai universitas yang ikut menjadi tenaga

pengajar di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Selain kompeten pada bidangnya masing-masing, para pengurus dan

relawan yang terlibat dalam pelaksanaan program di Yayasan Keluarga

Anaklangit haruslah aktif dalam berkontribusi serta sering bertukar pikiran

selama proses pelaksanaan program. Para pengurus dan relawan juga telah

mendapatkan pengembangan wahana belajar bersama dan sama-sama belajar

untuk pembentukan relawan rumah belajar keluarga anaklangit yang mandiri,

Page 113: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

100

cerdas, kreatif dan berbudi mulia. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Sulthan

selaku Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit berikut ini.

“…kalau pengurus itu jumlahnya sekitar 15 orang, tapikan dari 15 itu

kadang aktif, kadang jarang.. jadi ya 10 oranglah yang masih aktif, terus

kalau untuk latar belakang pendidikan disini sih banyak pengurusnya tuh

yg berpendidikan.. dari sarjana sampai yang lulus SMA.. yang penting

telah lulus sekolah dan telah mampu mengajarkan andik-andik disini sih..

terus bisa kita jadikan pengurus yaitu ketika koordinasi atau

kontribusinya terhadap anaklangit lumayan bisa dibilang aktif.. aktif

hadirnya, aktif ikut kegiatan, aktif bertukar pikiran. Tapi dari situ juga

gak bisa langsung ujuk-ujuk jadi pengurus.. banyak lagi lah pilihannya.

Kalau kata saya sendiri sih di anaklangit seleksinya seleksi alam, jadi

gak ada kaya di kantor-kantor psikotest gak ada, tes tulis atau

wawancara gak ada, jadi di anaklangit itu seleksi alam aja.. ketika dia

tidak mampu menyatu dengan alam ya mereka mental sendiri.. paling

gitu sih yang bisa saya ceritakan tentang tenaga pengajar serta

pengurus..”83

Adapun pengalaman dari masing-masing pengurus/fasilitator di rumah

belajar Yayasan Keluarga anaklangit ini berbeda-beda sesuai dengan bidang

yang ditekuninya masing-masing. Penanggungjawab/koordinator program juga

dipilih berdasarkan latar belakang pengalaman yang dimiliki. Misalnya seperti

koordinator program pendidikan nonformal khususnya pada bidang seni dijabat

oleh Kak Rudy yang memang sudah lama berkecimpung di dunia seni dan

berlatarbelakang sebagai pengurus sebuah organisasi seni yaitu DKT (Dewan

Kesenian Tangerang). Senada dengan yang diungkapkan oleh bendahara di

Yayasan Keluarga anaklangit berikut ini.

“jadi kalau untuk penanggungjawab suatu program itu dipilih dari latar

belakang pendidikan atau pengalamannya Kak.. contohnya kayak kak

83

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada

tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.

Page 114: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

101

wulan yang megang kesehatan dia alumni akper, terus kalau untuk

keterampilan dan seni itu Kak Rudy (Kak Bewok) karena dia memang

orang seni gitu, dia ikut ngurus DKT (Dewan Kesenian Tangerang) itu

kayak perkumpulan anak-anak seni gitu..”

Dengan demikian apabila variabel staff ini dikaitkan dengan indikator

relevansi, maka peneliti melihat bahwa pemilihan pengurus maupun

penanggungjawab suatu program di Yayasan Keluarga anaklangit ini sudah

sesuai/relevan dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh orang

tersebut, sehingga program bisa dikelola dan berkembang dengan baik. Namun

apabila ditinjau dari segi kuantitas, pengurus dan pengajar tetap di Yayasan

Keluarga Anaklangit masih kurang, sehingga terkadang menyebabkan satu

pengurus harus menangani lebih dari satu tugas. Dan peneliti melihat bahwa

Yayasan Keluarga Anaklangit belum memiliki pengurus atau pengajar yang

berlatarbelakang sebagai pekerja sosial. Peran pekerja sosial ini cukup penting

dalam hal pendampingan sosial terhadap anak jalanan. Anak jalanan seringkali

merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari

dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping

sosial berperan sebagai agen perubahan yang turut terlibat dalam membantu

memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendampingan sosial sangat

menentukan keberhasilan program penanganan anak jalanan. Pekerja sosial

sebagai pendamping biasanya mencakup tiga peran utama yaitu sebagai

fasilitator, pendidik, dan perwakilan masyarakat. Fasilitator merupakan peran

yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan dan dukungan bagi

Page 115: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

102

anak jalanan tersebut. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara

lain melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, serta melakukan

pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Pendidik (educator) berperan aktif

sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan, pengetahuan dan

pengalaman dengan anak jalanan yang didampinginya. Perwakilan masyarakat

dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan

lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan klien

dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber,

melakukan pembelaan (advokasi sosial), meningkatkan hubungan masyarakat

dan membangun jaringan kerja.

c. Variabel Program

Pada variabel program, peneliti memfokuskan ke dalam aspek layanan

program yang diberikan, donatur atau jaringan kemitraan, keterjangkauan lokasi

belajar, dan sarana fasilitas yang tersedia. Pada aspek layanan dan tujuan

program yang diberikan dalam hal ini peneliti akan fokus pada program

pendidikan non formal yaitu seni tari tradisional dan seni musik perkusi yang

ada di Yayasan Keluarga Anaklangit. Pada aspek donatur atau jaringan

kemitraan, menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam pembiayaan program

tersebut. Pada aspek keterjangkauan lokasi belajar, menjelaskan apakah lokasi

belajar mudah dijangkau oleh seluruh anak didik atau belum. Pada aspek sarana

Page 116: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

103

fasilitas, peneliti akan mengevaluasi sarana yang sudah tersedia atau yang

belum tersedia di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Layanan yang diberikan Yayasan Keluarga Anaklangit dalam hal

pendidikan non formal diantaranya adalah seni tari tradisional serta seni musik

perkusi. Seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini telah

berjalan selama tiga tahun sejak tahun 2013. Pada mulanya ada tenaga dua

orang pengajar tetap yang berasal dari sanggar tari yang mengajarkan beberapa

tarian tradisional seperti tari Lenggang Cisadane, tari Cublak-cublak Suweng

dan tari Mbok Jamu. Namun saat ini kedua pengajar tersebut sudah tidak lagi

dapat mengajarkan tari karena alasan tertentu. Akhirnya saat ini pengajar tari

tradisional tersebut adalah Dita yang juga merupakan anak didik sekaligus anak

yang mengikuti program seni tari tersebut. Dita dipilih untuk menggantikan

pengajar sebelumnya dengan pertimbangan karena Dita adalah anak yang

paling memahami seni tari dan lebih unggul dari teman-temannya yang lain.

Saat ini ada sekitar delapan anak usia remaja dan delapan anak usia dini yang

mengikuti program seni tari tradisional di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang peneliti telaah dalam

program seni tari tradisional ini. Kelebihannya adalah jika dinilai dari indikator

dampak (indicators of impact) seni tari tradisional ini telah memberikan

dampak positif bagi anak-anak lingkungan sekitar Rumah Belajar, anak-anak

tersebut dapat menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.

Seperti yang dinyatakan oleh pengajar seni tari tradisional di Yayasan Keluarga

Anaklangit berikut.

Page 117: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

104

“Hmm ada aja sih ya.. kayak misalkan kebanyakan kan nih anak-anak di

sekitar lingkungan sini sering main-main yang gak jelas kan.. jadi tuh

kita omongin ke mereka, ayolah kesini.. kita latihan nari sebentar aja..

kaya gitu sih daripada mereka ngabisin waktu main ps atau warnet, jadi

kita ajak kesini latihan nari sebentar.. jadi orangtuanya juga tau dan

jelas gitu anaknya lagi ngapain.. dan mereka juga kayak seneng.. oiyaya

anak saya jadi lebih rajin, gak main terus kerjaannya.. paling kayak gitu

sih”84

Gambar 2

Latihan kegiatan Seni Tari Tradisional oleh anak Paud Cikal Klangit

Selain itu peneliti juga melihat adanya relevansi antara program seni tari

tradisional ini dengan sasaran program yaitu anak-anak didik yang berasal dari

keluarga kurang mampu yang tidak memungkinkan untuk bisa mendapatkan

keterampilan khusus seperti menari di lembaga-lembaga kursus pada umumnya.

Dan apabila ditinjau dari indikator keterjangkauan (indicators of accessibility),

seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini masih dalam

jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, dimana dalam hal ini yaitu

masyarakat kurang mampu yang berada disekitar Yayasan.

84 Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25

Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.

Page 118: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

105

“Menurut Dita sih bener-bener dibutuhin sih ya.. karna anak-anak

disekitaran sini kan asalnya dari anak kurang mampu, dan mereka butuh

sesuatu hal atau kegiatan yang positif yang dikasih cuma-cuma gitu. Nah

yaudah kita kasih keterampilan menari khususnya tari tradisional. Karna

orang tuh kebanyakan pada kurang tau tentang seni tari tradisional..

karna sekarang kan kebanyakan tarian modern ya.. terus buat apa nih

kita punya tarian tradisional kalo gak di jaga lama-lama bakalan ilang

kan.. jadi seni tari disini emang dibutuhin karna buat melestarikan tari

tradisional juga.”

Disamping itu seni tari tradisional ini juga memberikan manfaat pada

tiap-tiap individu yang mengikuti program tersebut. Dari sisi psikologis, menari

dapat menghilangkan stress dan mengubah suasana hati menjadi lebih baik

sehingga hal tersebut dapat memperpanjang usia. Selain itu, anak-anak tersebut

dapat memiliki keterampilan menari yang dapat mereka gunakan dikemudian

hari. Dengan kegiatan menari anak-anak diajarkan untuk memiliki keberanian

dan kepercayaan diri untuk tampil di depan umum.

“Kalau buat yang baru belajar nih ya.. gak usah jauh-jauh ke perform

deh, dia bisa untuk belajar gimana sih cara maju kedepan.. terus gimana

caranya berani tampil di depan orang.. percaya diri.. jadi tujuannya sih

buat mengajarkan keterampilan, keberanian sama kepercayaan diri buat

anak-anak disini aja gitu.”

Sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi pada program seni tari

tradisional ini adalah dari aspek tenaga pengajar serta sarana penunjang seperti

kostum tari dan peralatan rias. Pada awalnya terdapat dua pengajar tari yang

berasal dari sanggar untuk mengajarkan seni tari kepada anak-anak didik secara

sukarela, namun karena adanya beberapa kendala akhirnya saat ini hanya ada

seorang pengajar. Pengajar tersebut merupakan anak didik yang juga mengikuti

Page 119: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

106

program seni tari ini. Hal ini diungkapkan langsung oleh Dita, anak didik

sekaligus pengajar seni tari tradisional Yayasan Keluarga Anaklangit.

“Jadi Yang ngajarin pertama kali itu Kak Syifa dia ngajarinnya tari

lenggang.. terus kalau cublak-cublak suweng itu ada bu Ulfa, kalau bu

Ulfa ini sekarang juga udah gak ngajar disini tapi ngajar di sanggar

lain.. Kak Syifa juga karna udah sibuk kuliah jadi jarang kesini lagi.

Terus kalo untuk kebutuhan yang belum terpenuhi itu kostum sih..

kemaren kan kita udah sempet bikin kostum tapi ya masih kurang banyak

gitu. Make up juga. Kalau kita tampil terus kita dapet uang ya kita sisihin

buat beli apa yang kurang.. kalau dulu sebelum kita bikin kostum tuh kita

cuma pakai kain dan kainnya sendiri kita suruh bawa dari rumah

masing-masing..”

“…sebenernya Dita sebagai pengajar juga masih kesusahan karna Dita

handle semuanya kan sendiri ya skarang.. kadang ada aja kan nih

gerakan yang susah banget.. gimana caranya Dita biar ngasih ke anak

kecil itu tuh gak susah gitu loh.. padahal kan kalau ngeliat youtube

kayaknya ribet banget.. tapi Dita rubah lagi jadi yang lebih mudah.. jadi

biar anak-anak lebih ngerti gitu. Dan kalau untuk ngajarin anak kecil sih

susah ya.. jadi Dita ngikutin maunya anak itu aja, kalo lagi pada mood

nari ya ayo Dita langsung ajarin.. tapi kalo engga yaudah ikutin aja.”85

Tidak jauh berbeda dengan seni tari tradisional, seni musik perkusi di

Yayasan Keluarga Anaklangit pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Perkusi

yang sudah ada sejak lama di anaklangit ini diberi nama perkusi bangun pagi.

Saat ini jumlah anak didik yang mengikuti kegiatan musik perkusi ini ada

sekitar 13 orang, dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah

untuk remaja, dan kelompok kedua untuk anak-anak. Alat musik perkusi yang

digunakan adalah barang-barang bekas yang bisa menghasilkan bunyi dan nada

seperti botol, jerigen, drum, galon dsb.

85

Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25

Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.

Page 120: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

107

Gambar 3

Rangkaian barang bekas yang dijadikan alat musik Perkusi

Gambar 4

Rangkaian Paralon, Drum, Panci dsb yang dijadikan alat musik perkusi

Perkusi anaklangit pertama kali diajarkan oleh pengajar yang memiliki

keahlian dibidang musik, kemudian keterampilan memainkan musik perkusi

tersebut diajarkan pada andik dan terus dikembangkan hingga sekarang. Perkusi

Page 121: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

108

bangun pagi milik anaklangit ini sudah sering tampil di acara-acara pentas seni,

perkusi ini juga pernah diundang untuk mengisi acara dibeberapa stasiun

televisi swasta.

Gambar 5

Perkusi “Bangun Pagi” saat tampil di acara Hari Bumi di salah satu Mall di

Tangerang

Namun dibalik prestasi yang sudah banyak dicapai oleh perkusi ini, masih

ada kekurangan yang dimiliki dari segi tenaga pelatih serta fasilitasnya.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, belum ada ruangan khusus untuk latihan

perkusi itu sendiri, padahal seharusnya untuk latihan musik baik itu perkusi

atau bukan perkusi sebaiknya dilakukan di dalam ruangan (indoor) agar bunyi

musik yang dihasilkan lebih terdengar jelas. Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Elli, anak didik yang mengikuti seni musik perkusi di

anaklangit.

“…banyak sih ka.. jadi kita dibagi jadi dua ring gitu. Ring pertama itu

buat yang gede-gedenya, kalau ring kedua buat yang kecil-kecilnya..

kalau gak salah yang udah gede tuh ada 6, dan yang kecil-kecilnya 7,

kalau saya megang bass.. terus biasanya sih kita kalau mau tampil ya

tergantung acara sih, kalau lagi acara 17an ya kita bawain lagu 17an..

Page 122: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

109

kalau lagi acara yang muslim-muslim gitu kita bawain lagu religi, jadi

kita menyesuaikan acaranya aja. Tapi kan sebelumnya kita latihan juga

ya ka, makanya itu kalau ada event atau acara gitu dari jauh-jauh hari

kita udah nyiapin dulu semuanya..

“….sebenarnya sih kalau dari programnya udah bagus.. cuma mungkin

dari sarananya sih yang kurang.. kaya misalkan nih kaya tempat juga,

kan kita latihan nih outdoor ya gak indoor.. jadinya kan kalau hujan juga

kita jadi gak latihan, dulu sih sempet ada studio musik.. cuma kan

sekarang dijadiin kantor sama tempat belajar paud”86

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dijelaskan di

atas,87

peneliti melihat pada program seni tari tradisional dan seni musik

perkusi ini belum memenuhi indikator ketersediaan (indicators of availability)

yaitu dari aspek tenaga pengajar, sarana serta fasilitas pendukung. Anak didik

yang mengikuti program seni tari tradisional berjumlah 16 orang dimana

delapan diantaranya adalah usia remaja dan delapan lainnya usia anak-anak,

sedangkan pengajarnya berjumlah satu orang. Hal ini berpengaruh pada

indikator kualitas (indicators of quality) layanan/program yang diberikan itu

sendiri. Pengajar merasa kesulitan dan belum maksimal dalam mengajarkan tari

khususnya untuk anak-anak usia dini, hal tersebut dikarenakan pengajar belum

bisa menggunakan pendekatan khusus kepada anak-anak usia dini untuk

menarik perhatian terutama pada saat menari. Sarana pendukung seperti kostum

tari dan peralatan berhias juga belum ada dan masih diusahakan. Sedangkan

kekurangan pada seni musik perkusi adalah dari segi fasilitas pendukung untuk

86

Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia, Anak Didik yang mengikuti kegiatan Perkusi,

pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB. 87

Hasil Observasi Peneliti terhadap Pelaksanaan Program Pendidikan Non Formal yaitu

Pelatihan Keterampilan Seni Tari dan Perkusi, pada tanggal 28 Mei 2016, pada pukul 12.00-15.00

WIB

Page 123: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

110

latihan yaitu ruang musik yang saat ini beralih fungsi menjadi kantor dan ruang

belajar.

Adapun dari aspek donatur dan jaringan kemitraan, Yayasan Keluarga

anaklangit tidak memiliki donatur yang tetap, namun tiap tahunnya selalu ada

donatur yang membantu pendanaan program baik itu dari perorangan maupun

instansi. Untuk jaringan kemitraan seperti yang telah dijelaskan pada bab 3

halaman 82-83, anaklangit menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi

pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Kerjasama tersebut tidak hanya

berupa bantuan dana atau logistik, tetapi juga dari segi tenaga pengajar atau

relawan yang turut membantu proses belajar mengajar di anaklangit. Salah satu

organisasi yang setiap tahunnya memberikan financial support pada anaklangit

adalah PT. Dynaplast sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perusahaannya

(CSR). Kontribusi yang dilakukan PT. Dynaplast dari awal berdirinya Yayasan

Keluarga anaklangit adalah dengan memfasilitasi pembangunan saung-saung

yang ada di anaklangit. Sampai saat ini PT. Dynaplast masih memberikan

pendanaan pada program kesejahteraan sosial anak khususnya untuk beasiswa

bagi anak didik yang ingin melanjutkan sekolah formal. Sesuai dengan

penuturan sekretaris Yayasan Keluarga anaklangit berikut ini.

“Kalau kemitraan ada di web kalau gak salah.. yang di laman kerabat

kita gitu kalau gak salah, jadi ada beberapa perusahaan sama beberapa

swasta. Awalnya csr pertama kita kalau gak salah pertama kalinya

banget di sini tuh dari PT. Dynaplast dan sampai sekarang terjalin baik,

tidak ada kekecewaan. Waktu itu bapaknya Dynaplastlah atau salah satu

pendiri Dynaplast melihat kondisi anaklangit lagi sedang pembangunan,

pembangunan saung di depan tuh yang tinggi.. ditanyalah lagi sedang

apa.. turun langsung tuh turun langsung beliau.. ini lagi sedang

pembangunan Pak.. nah Alhamdulillahnya langsung diturunkan dari

Page 124: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

111

pihak Dynaplast seseorang khusus untuk pembangunan tersebut.. udah

tuh dari situ terjadilah pembangunan pertama dari PT. Dynaplast

awalnya.. tapi kan semenjak kesini-sini kan ada juga dari beberapa csr-

csr juga.. kaya Musholla dari Angkasa Pura II kerjasama gitu. Terus

kalau ini (menunjuk saung seni) kerjasama dari salah satu Finance, sama

sih mereka dateng kesini menanyakan pengennya apa, kalau perlu

proposal kita bikin proposal dulu gitu. Jadi sama mereka menanyakan

kebutuhan-kebutuhan disini dulu, karena kita pertama kali sebelum

mengenal lebih jauh itu kita sebutnya LDR/ Lihat Dengar Rasakan.. ya

ketika lihat kondisi seperti ini.. dengarnya seperti apa yang kita omongin

gini gini gini.. terus rasakan, rasakan itu bisa kita simpulkan dari melihat

dari mendengar, baru bisa terciptakan rasa itu, seperti itu sih paling cara

tamu-tamu csr tuh seperti itu LDR.”

Aspek selanjutnya adalah keterjangkauan lokasi belajar. Rumah Belajar

Yayasan Keluarga Anaklangit terletak di daerah pinggiran sungai Cisadane

yang berada di Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Ilir, Kota Tangerang.

Lokasinya berada di tengah-tengah wilayah Kota Tangerang sehingga cukup

mudah dijangkau oleh anak-anak didik baik itu yang tinggal di sekitar lokasi

belajar maupun yang tinggal cukup jauh. Karena berada di jalan utama dan

bersebelahan dengan sungai cisadane, akses menuju lokasi ke anaklangit juga

cukup mudah karena bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum

maupun kendaraan pribadi. Dengan demikian peneliti menghubungkannya

dengan indikator keterjangkauan (indicators of accessibility) yang sudah

dijelaskan dalam bab dua halaman 35, lokasi rumah belajar sudah memenuhi

indikator keterjangkauan yaitu berada ditengah-tengah wilayah dampingan.

Namun kekurangan dari lokasi rumah belajar anaklangit ini adalah

bangunannya yang didirikan di wilayah Garis Sepadan Sungai (GSS) sehingga

lokasi tersebut merupakan hak mutlak milik Pemerintah Kota Tangerang. Pihak

pengurus anaklangit tidak bisa memperluas daerahnya apabila sewaktu-waktu

Page 125: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

112

terjadi banjir. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sekyan Anaklangit berikut

ini.

“Ya kalau hambatan sih ada.. kekurangan juga pasti ada gak mungkin

lebih.. karena kita dekat sungai, hambatannya itu karena wilayah ini kan

GSS (Garis Sepadan Sungai) 20 meter dari bibir sungai itu, hak

mutlaknya pemerintah kota atau pemda jadi tidak boleh mendirikan

bangunan permanen gitu ya.. pasti kan nanti kalau suatu saat banjir

kena.. terus tanahnya gak bisa diperlebar lagi.. ya disitu sih paling

kekurangannya, dan kita kan juga bisa suatu saat pindah jika diminta

oleh pemkot atau pemda untuk pindah, tapi dengan cara diskusi lagi sih,

musyawarah lagi gitu baru kita bisa pindah karna kita kan juga

berkontribusi terhadap masalah sosial di kota Tangerang ini kan

khususnya soal anak jalan yaa kita berharap pemkot juga tidak begitu

saja meninggalkan kita, pemkot sebagai ibunya kita ya pemkot harus

mendukung dan mensupport kita, seperti itu sih paling.”88

Selain keterjangkauan lokasi, di dalam variabel program juga disebutkan

sarana dan fasilitas pendukung. Telah disebutkan sebelumnya pada bab dua

bahwa sarana dan fasilitas program harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

Sarana dan fasilitas program yang dibutuhkan tentunya harus sesuai dengan

program pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan. Seperti yang

telah dijelaskan pada bab tiga halaman 69, Rumah Belajar Yayasan Keluarga

Anaklangit memiliki beberapa fasilitas pendukung diantaranya yaitu aula,

galeri, workshop, ruang musik, ruang komputer, ruang kelas, perpustakaan,

kantor, panggung apresiasi, saung-saung, musholla dan kamar mandi. Dari hasil

observasi yang peneliti lakukan, ada beberapa fasilitas yang saat ini sudah

beralihfungsi ataupun sudah tidak mendukung untuk proses belajar. Fasilitas

yang kini beralihfungsi adalah ruang musik yang saat ini dijadikan ruang kelas

88

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada

tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.

Page 126: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

113

belajar untuk anak usia dini. Sedangkan fasilitas yang sudah tidak mendukung

yaitu saung-saung yang biasa dijadikan tempat belajar dan bermain. Kondisi

saung-saung tersebut sudah tidak mendukung karena kayu dan bambu yang

digunakan sudah usang dan tidak lagi kokoh, bahkan ada beberapa saung yang

saat ini sudah roboh karena terkena hujan dan angin kencang. Sedangkan untuk

sarana penunjang pendidikan nonformal khususnya seni tari tradisional, peneliti

melihat masih ada sarana yang belum terpenuhi seperti perlengkapan tari,

kostum, alat berhias, serta ruang khusus untuk berlatih menari. Sama halnya

dengan seni musik perkusi, ruang musik yang beralihfungsi menjadi kelas paud

menyebabkan anak-anak untuk berlatih perkusi di luar ruangan. Dari hasil

pengamatan peneliti mengenai aspek sarana dan fasilitas pendukung di Yayasan

Keluarga Anaklangit, pengurus harus lebih meningkatkan dan memperbaiki

sarana dan fasilitas yang sudah ada, serta menambah lagi sarana dan fasilitas

yang belum ada dan tentunya dibutuhkan untuk keberlangsungan program. Jika

dikaitkan dengan Indikator Ketersediaan, Yayasan Keluarga Anaklangit sudah

cukup memiliki sarana dan fasilitas pendukung, namun perlu adanya

peningkatan dan perbaikan terhadap sarana dan fasilitas pendukung tersebut.

Aspek terakhir yang ada pada variabel program adalah pendanaan. Dalam

setiap program, tentunya ada biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan

program tersebut. Begitu pula dengan program pendidikan nonformal di

Yayasan keluarga anaklangit yang mendapat pendanaan dari donatur dan CSR

perusahaan-perusahaaan swasta. Dana yang didapat dikelola secara efisien oleh

bendahara, kemudian digunakan untuk kebutuhan program pendidikan

Page 127: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

114

nonformal dalam hal ini seni tari tradisional dan perkusi. Jadi tidak ada

pengeluaran tetap tiap bulannya, melainkan dana akan dikeluarkan sesuai

dengan kebutuhan yang sedang dibutuhkan pada suatu waktu. Jika dikaitkan

dengan indikator efisiensi (indicators of efficiency), pengelolaan keuangan di

anaklangit sudah dimanfaatkan secara tepat guna (efisien) dan tidak

memboroskan biaya yang ada.

Tabel 8

Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Input

Evaluasi Input

1. a. Aspek Usia

Usia anak didik yang mengikuti program pendidikan

non formal di Yayasan Keluarga anaklagit adalah

dari 4 tahun s/d 16 tahun.

b. Analisis Aspek Usia Berdasarkan hasil penelitian lapangan, usia anak

didik yang mengikuti program seni tari dan musik

perkusi adalah 4 tahun s/d 16 tahun sesuai dengan

sumber tertulis yang di dapat oleh peneliti.

2. a. Latar Belakang Anak didik berasal dari keluarga yang kurang

mampu (pra sejahtera), dimana indikatornya diukur

berdasarkan tahapan keluarga sejahtera menurut

BKKBN. Keluarga tersebut tidak memenuhi satu

dari enam aspek Keluarga Sejahtera I.

b. Analisis Latar

Belakang

Latar belakang anak-anak yang menjadi sasaran

program di Yayasan Keluarga Anaklangit sudah

memenuhi kriteria dimana anak-anak tersebut

berasal dari keluarga yang kurang mampu, memiliki

keinginan untuk mengikuti kegiatan di Anaklangit,

dan memiliki semangat untuk menempuh pendidikan

umum, sudah sesuai dengan visi dan misi yayasan.

3. a. Wilayah Tinggal Anak didik yang mengikuti program pendidikan

nonformal ini tinggal di wilayah Karawaci Ilir, Pasar

Lama, Cipondoh, dan Sitanala.

Page 128: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

115

b. Analisis Wilayah

Tinggal

Wilayah tinggal anak didik Yayasan Keluarga

anaklangit sudah menjangkau daerah sekitar Kota

Tangerang.

4. a. Kategori Anak

Jalanan

Children on the street

b. Analisis Kategori

Anak Jalanan

Anak didik yang menjadi informan adalah anak yang

dulunya sering berpartisipasi di jalan namun masih

memiliki hubungan yang kuat dengan orangtua,

sehingga sesuai sasaran program pendidikan non

formal di Yayasan Keluarga Anaklangit.

5. a. Demografi Keluarga

Klien

Anak didik berasal dari keluarga yang kurang

mampu, orangtua berpenghasilan kurang dari Rp.

1.000.000/bulan, jumlah tanggungan minimal 5

orang/keluarga.

b. Analisis Demografi

Keluarga Klien

Demografi keluarga klien sudah memenuhi kriteria

penerima program pendidikan non formal di

Yayasan Keluarga Anaklangit.

6. a. Pendidikan Staff Latar belakang pendidikan pengurus dan pengajar

program pendidikan nonformal di Yayasan Keluarga

Anaklangit berbeda-beda dari lulusan Sarjana Ilmu

Sosial, Ilmu Agama, Broadcasting, seni rupa sampai

dengan tamatan SMA.

b. Analisis Pendidikan

Staff

Tidak ada kriteria pendidikan tertentu untuk menjadi

pengurus Yayasan Keluarga Anaklangit, namun

terdapat penilaian lain seperti misalnya dari

keikutsertaan dan keaktifan di lembaga dll

7. a. Pengalaman staff Mayoritas pengurus atau pengajar di Yayasan

Keluarga anaklangit ini memiliki pengalaman

berorganisasi di bidangnya masing-masing.

b. Analisis Pengalaman

Staff

Untuk program pendidikan nonformal khususnya

keterampilan seni tari, penanggung jawabnya sudah

memiliki pengalaman sebagai pengurus di DKT

(Dewan Kesenian Kota Tangerang) sehingga sesuai

dengan bidang yang ditanganinya.

Page 129: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

116

8. a. Layanan yang

diberikan

Untuk pendidikan nonformal, anaklangit

memberikan berbagai macam keterampilan dasar

seperti seni tari dan perkusi.

b. Analisis Layanan

yang diberikan

Pada program seni tari dan perkusi, layanan yang

diberikan sudah dilaksanakan dengan baik namun

masih perlu ditingkatkan dalam hal tenaga pengajar

serta peralatan pendukung program.

9. a. Donatur dan

Kemitraan

Yayasan Keluarga anaklangit tidak memiliki donatur

tetap, sedangkan untuk kemitraan anaklangit

menjalin kerjasama dengan organisasi pemerintah,

swasta maupun masyarakat. Salah satunya adalah

PT. Dynaplast.

b. Analisis donatur dan

kemitraan

Anaklangit belum bisa memenuhi pendanaan secara

maksimal karena belum memiliki donatur tetap.

Anaklangit hanya menunggu bantuan dari pihak-

pihak yang secara sukarela ingin membantu, namun

mereka telah menjalin banyak kerjasama dengan

berbagai organisasi untuk menunjang pelaksanaan

kegiatan.

10. a. Lokasi Belajar Lokasi rumah belajar Yayasan Keluarga anaklangit

berada di wilayah Kota Tangerang, tepatnya di Jl.

Akses Karawaci Ilir, Tanah Gocap.

b. Analisis

Keterjangkauan Lokasi

Belajar

Lokasi belajar sudah strategis karena berada di

tengah-tengah Kota Tangerang sehingga dapat

dijangkau dengan mudah.

11. a. Sarana dan Fasilitas

Pendukung

Sarana pendukung yang sudah ada pada program

seni tari adalah tape, speaker, dan selendang tari.

Sedangkan pada program musik perkusi adalah alat-

alat musik daur ulang seperti plat, panci bekas, botol

bekas dan sebagainya yang dikombinasikan dengan

alat musik modern seperti gitar, bass dan piano.

b. Analisis sarana dan

Fasilitas Pendukung

Sarana pendukung untuk seni tari masih harus

ditambah seperti kostum dan alat rias, sedangkan

fasilitas yang belum ada adalah ruang tari. Pada

musik perkusi alat-alat pendukung sudah cukup

terpenuhi namun untuk fasilitas belum ada ruang

Page 130: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

117

khusus latihan musik.

12. a. Pendanaan Pendanaan untuk program pendidikan nonformal

khususnya seni tari dan perkusi dikeluarkan hanya

per kebutuhan, jadi tidak ada jumlah pengeluaran

tetap. Namun semua pengeluaran biasanya kurang

dari Rp. 500.000,-

b. Analisis Pendanaan Yayasan keluarga anaklangit sudah mengelola

pendanaan yang didapat secara efisien karena dana

yang dikeluarkan untuk pengeluaran disesuaikan

dengan kebutuhan.

C. Evaluasi Proses

Merujuk pada pemahaman tentang evaluasi proses dalam model evaluasi

CIPP seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua halaman 31-32, peneliti akan

memfokuskan pada kegiatan apa yang dilakukan dalam program, siapa yang

bertanggungjawab atas program, dan kapan kegiatan akan selesai.

Program pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan di Rumah Belajar

Yayasan Keluarga Anaklangit menfokuskan pada kemampuan individu, khususnya

anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu yang rentan turun ke jalan,

maupun yang sudah berada di jalanan, sehingga mereka tidak turun kembali ke

jalanan. Yayasan Keluarga Anaklangit secara langsung memberikan fasilitas bagi

anakjalanan baik berupa fasilitas fisik maupun mental. Secara fisik, anak jalanan

mendapatkan sandang, pangan dan papan yang sudah disediakan di anaklangit.

Secara mental, pengurus/fasilitator yang juga merangkap sebagai guru bertugas

membimbing anak jalanan untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara

Page 131: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

118

memberikan pendidikan formal, pendidikan agama serta memberikan program-

program pelatihan keterampilan yang bersifat nonformal.

Pendidikan formal yang diberikan Yayasan Keluarga Anaklangit adalah

dengan mengusahakan beasiswa bagi anak-anak jalanan yang ingin belajar di

sekolah umum, namun di samping itu anaklangit juga mengajarkan ilmu dasar

seperti membaca, menulis dan berhitung yang biasa dilakukan setelah anak-anak

pulang sekolah. Kemudian anaklangit juga mengajarkan pendidikan agama kepada

anak-anak didiknya, contohnya setiap hari selepas sholat maghrib anak-anak

diajarkan mengaji dengan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pria dan

wanita, selanjutnya anak-anak dipanggil satu per satu untuk mengaji, bagi yang

bacaannya sudah baik bisa lanjut ke tingkat selanjutnya. Sedangkan untuk

pendidikan nonformal, anaklangit juga mengajarkan keterampilan-keterampilan

yang nantinya akan mendukung bagi masa depan anak-anak didiknya. Sampai saat

ini keterampilan yang masih berjalan adalah seni tari tradisional, seni musik

perkusi dan daur ulang sampah (recycle).

Dalam hal proses perekrutan anak jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit,

dilakukan melalui beberapa cara seperti perekrutan langsung di jalanan,

rekomendasi dari lembaga lain, serta menerima langsung dari orangtua anak yang

menitipkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat beberapa orang

anak yang didapat dari rekomendasi lembaga lain, yaitu dari rumah singgah Darul

Aitam. Rekomendasinya adalah karena rumah singgah tersebut hanya bersifat

sementara atau hanya sebagai tempat singgah anak-anak jalanan untuk beristirahat

pada saat sebelum dan sesudah mereka mencari uang di jalan. Hal lainnya adalah

Page 132: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

119

karena di rumah singgah tersebut tidak memiliki program-program dan pelatihan

yang lengkap seperti di rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit.

Adapun untuk proses perekrutan langsung dari jalanan dilakukan oleh

pengurus dengan cara turun langsung ke jalan untuk melakukan pendekatan

kepada anak-anak yang hidup di jalanan. Agar lebih mudah dalam mengenali dan

melakukan pendekatan terhadap anak-anak yang direkrut langsung di jalanan,

pengurus anaklangit juga melakukan penggalian informasi tentang latar belakang

keluarga anak tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Iman berikut ini.

“…kita ambil contoh satu anak namanya Iwan. Iwan Saputra ini kita

temukan di Jembatan Robinson, orangnya dari kecil susah ngomong pun

tidak, dia kalo gak perlu-perlu amat gak bakal ngomong.. sampe sekarang

udah SMP. Misalnya ada mahasiswa yang psikolog ya dateng kesini nyoba

ngobrol, susah juga sama. Nah kita cari tau kenapa sebabnya nih si anak

begini, caranya dengan kita cari tau dulu asal usul keluarganya. Ternyata

setelah kita gali informasi dan akhirnya kita tau bahwa Iwan ini memang

berasal dari keluarga yang bermasalah.. tapi dibalik sikapnya itu Iwan ini

sebenarnya punya potensi yang baik di bidang IT”89

Selain itu ada juga anak didik yang diantar langsung oleh orangtuanya

untuk belajar di anaklangit. Pada dasarnya setiap orangtua pasti menginginkan

anaknya agar bisa sekolah, namun karena masalah ekonomi mereka tidak bisa

menyekolahkan anaknya. Kemudian mereka mengetahui adanya rumah belajar

Yayasan Keluarga Anaklangit yang memberikan bantuan pendidikan baik formal

maupun nonformal secara gratis, oleh karena itu mereka mengantarkan anaknya

untuk bergabung di anaklangit dengan harapan agar anaknya dapat merasakan

89

Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi PKSA, pada tanggal 15 Mei 2016,

pada pukul 15.00 WIB.

Page 133: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

120

pendidikan formal maupun nonformal dan tidak lagi melakukan aktivitas di

jalanan.

Sebelum anak-anak tersebut menjadi bagian dari keluarga anaklangit,

mereka terlebih dulu harus mengikuti psikohealing. Dalam kegiatan ini, anak-anak

jalanan bisa berbagi cerita (sharing) dengan relawan yang berprofesi sebagai

psikolog, agar dapat diketahui sampai digrade mana mereka ini berada. Bila

masing-masing sudah diketahui tingkatannya, maka pola pengasuhan akan lebih

mudah.

Pada proses pengelolaan program, Yayasan Keluarga Anaklangit ini

memberikan program pendidikan baik formal maupun nonformal. Program

pendidikan yang diberikan langsung di anaklangit adalah pelajaran dasar seperti

membaca, menulis dan berhitung. Pelajaran yang diajarkan juga seperti sekolah

pada umumnya yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Bahasa Inggris dll.

Namun bedanya dengan sekolah formal, proses belajar mengajar di anaklangit

dilakukan dengan santai di area terbuka. Anak-anak dibiarkan menyatu dengan

alam, belajar di outdoor dengan rileks tetapi tetap serius. Sejalan dengan hasil

observasi peneliti yang menyaksikan langsung proses belajar mengajar yang

dilakukan di saung secara lesehan. Anak-anak bisa mengikuti pelajaran dengan

cara duduk santai, tiduran, tertawa tetapi tetap serius dalam menyimak apa yang

dijelaskan selama proses belajar oleh kakak pengajar.

Dalam membina anak didik di anaklangit, pengurus/fasilitator tidak selalu

berpegang pada teori, yang mengharuskan anak untuk menjadi orang lain. Anak-

anak hanya harus menjadi anak-anak. Ketika mereka tumbuh dengan sewajarnya

Page 134: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

121

dan menghabiskan masa anak-anaknya dengan utuh, maka mereka juga akan

tumbuh menjadi dewasa dengan matang. Jadi, tidak ada istilah masa anak-anak

yang kurang, atau masa kecil kurang bahagia.

Adapun kegiatan pendidikan formal yang ada di Yayasan Keluarga

Anaklangit dilakukan dengan cara memberikan beasiswa untuk menempuh

pendidikan di sekolah formal kepada anak didik. Tidak ada seleksi khusus untuk

anak didik yang ingin menempuh pendidikan di sekolah formal, beasiswa

pendidikan ini diberikan kepada anak didik yang merasa memiliki rumah belajar

Yayasan Keluarga Anaklangit sebagai identitasnya, kemudian dilihat dari

kemampuan anak itu sendiri, dan yang terpenting mereka harus memiliki niat dan

semangat belajar yang tinggi untuk mengembangkan pengetahuannya.

Sedangkan untuk pendidikan nonformal dilakukan dengan memberikan

beragam kegiatan pelatihan berupa pengembangan keterampilan kepada anak

didik. Kegiatan ini berfokus pada keterampilan untuk mengembangkan

kemandirian anak didik, di samping pendidikan yang mereka dapatkan di sekolah

formal. Dengan demikian, anak didik dapat menerapkannya secara nyata dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan pengembangan keterampilan yang ada di

anaklangit hingga sekarang ini adalah seni tari tradisional, seni musik perkusi dan

daur ulang sampah (recycle).

Pelaksanaan kegiatan seni tari tradisional dilakukan setiap hari sabtu siang

hingga sore. Hari sabtu dipilih sebagai hari latihan karena pada hari ini anak-anak

didik hanya sekolah setengah hari, sehingga kegiatan pelatihan seni tari tradisional

ini tidak mengganggu aktivitas sekolah anak didik. Pelatihan dilakukan dua kali

Page 135: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

122

pada siang hari sehabis shalat dzuhur dan sore hari sehabis shalat ashar. Waktu

siang hari adalah untuk latihan anak-anak usia dini yang berjumlah 8 orang.

Mereka diajarkan tari cublak-cublak suweng, dengan menggunakan selendang

yang diikatkan di pinggang. Berdasarkan pengamatan peneliti, gerakan tari yang

diajarkan kepada anak-anak usia dini ini tidak cukup sulit dan bisa dibilang

sederhana sehingga anak-anak tidak merasa kesulitan dalam mengikuti

gerakannya. Namun karena usianya yang masih kecil dan masih sulit diatur,

peneliti melihat pelatih cukup kesusahan dalam mengatur anak-anak untuk tetap

fokus hingga musiknya selesai. Seperti penuturan pengajar Tari Tradisional di

Yayasan Keluarga Anaklangit berikut ini.

“Emang sih agak susah ngatur yang anak-anak paud karna mereka kan

masih kecil juga maklum jadi Dita fleksibel aja sih.. jadi Dita yang

ngikutin maunya anak itu. Kalau mereka minta nari Dita langsung

ngajarin, tapi kalau mereka minta istirahat dulu nih misal mau beli es

yaudah Dita istirahatin dulu.. jadi ya gitusih caranya Dita supaya si anak

seneng Dita gak paksain latihan terus..”90

Pada sore harinya, giliran latihan menari untuk anak-anak usia remaja yang

juga berjumlah 8 orang. Tari yang diajarkan adalah tari lenggang cisadane,

sipatokaan dan suwe ora jamu. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, mereka

menggunakan selendang dan kain untuk latihan. Biasanya latihan ini dilakukan

selama satu jam dengan beberapa kali istirahat. Peneliti melihat bahwa anak-anak

didik disini cukup antusias dalam mengikuti latihan menari ini. Hal ini dibuktikan

90

Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Tari Tradisional Yayasan Keluarga

Anaklangit, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.

Page 136: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

123

dengan kehadiran mereka dan partisipasi mereka dari awal latihan sampai dengan

selesai.91

Adapun pelatihan musik perkusi juga dilaksanakan setiap hari sabtu malam

di panggung apresiasi yang ada di halaman rumah belajar anaklangit. Malam hari

dipilih karena anak-anak didik sudah tidak lagi beraktivitas seperti sekolah,

organisasi ataupun yang lainnya sehingga mereka bisa berkumpul bersama untuk

latihan perkusi. Ketika latihan, anak-anak dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama beranggotakan enam orang yang terdiri dari anak didik usia

remaja. Dan kelompok kedua beranggotakan tujuh orang yang terdiri dari anak

didik usia anak-anak. Perkusi yang diberi nama perkusi bangun pagi ini

mengkombinasikan antara alat-alat modern seperti gitar, bass, dan piano dengan

alat-alat yang berasal dari barang bekas yang bisa menghasilkan bunyi seperti tong

yang terbuat dari plastik, drum yang terbuat dari plat, panci-panci bekas, botol-

botol bekas dan lain-lain. Musik yang mereka bawakan bermacam-macam

tergantung dari permintaan. Kebanyakan musik yang dibawakan bertemakan

sosial. Perkusi bangun pagi ini telah banyak diundang di berbagai acara-acara

kemanusiaan ataupun acara-acara yang bertemakan lingkungan, salah satunya

adalah acara Earth Hour yang diadakan di salah satu Mall besar di Kota

Tangerang.

Keberhasilan dari program-program tersebut tidak hanya didukung dari

adanya pengajar atau pelatih melainkan juga penanggungjawab program. Saat ini

untuk penanggungjawab program kreativitas dan art diserahkan kepada salah satu

91

Hasil Observasi Peneliti, pada tanggal 28 Mei 2016 pada pukul 12.00-16.00 WIB

Page 137: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

124

kakak pengurus yaitu Kak Rudy. Pernyataan tersebut disampaikan oleh sekretaris

Yayasan Keluarga Anaklangit, sebagai berikut.

“..Kalau kreatifitas dan Art mereka memfokuskan di seni sih kayak tari,

recycle, perkusi anaklangit.. dan berhubungan dengan kemampuannya

anak-anak, kemampuan yang gak didapatkan di sekolah.. untuk

koordinatornya itu dipegang oleh Kak Rudy, karena beliau sudah aktif

sejak lama dan sering mengurusi kegiatan seni di anaklangit, maka dari itu

kita memilih dia sebagai koordinator.”92

Seluruh program-program yang diberikan di rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit kepada anak-anak didiknya bisa dikatakan berhasil atau

selesai ketika anak didik (klien) sudah bisa menerapkan semua yang diperoleh dari

hasil pembelajaran dan pengalaman yang didapat selama berada di anaklangit.

Kebanyakan saat anak didik sudah berhasil lulus dari SMA, mereka dengan

sendirinya akan keluar dari anaklangit untuk belajar hidup mandiri dan

melanjutkan bekerja sebagaimana mestinya. Anak-anak didik diharapkan bisa

menerapkan semua ilmu dan pengetahuan yang didapat untuk diri sendiri, keluarga

dan masyarakat luas.

Tabel 9

Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Proses

Evaluasi Proses

1. a. Proses Perekrutan

Anak didik

Yayasan Keluarga anaklangit memiliki beberapa

cara diantaranya adalah perekrutan secara langsung

di jalanan, rujukan dari lembaga lain, dan

penerimaan langsung dari orangtua anak didik.

b. Analisis Proses

Perekrutan Anak didik

Berdasarkan hasil penelitian, ketiga proses

perekrutan tersebut sudah dilaksanakan dengan

92

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada

tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.

Page 138: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

125

cukup baik, terbukti dengan banyaknya anak jalanan

yang bergabung dengan Yayasan Keluarga

Anaklangit.

2. a. Strategi Pengelolaan

Program

Pengelolaan masing-masing program di Yayasan

Keluarga Anaklangit dipertanggung-jawabkan oleh

seorang koordinator yang akan mengawasi dan

melaporkan perkembangan anak didik melalui

program tersebut.

b. Analisis Strategi

Pengelolaan Program

Strategi pengelolaan program sudah dilaksanakan

dengan baik karena setiap program yang ada

diserahkan kepada seorang koordinator yang

memiliki pengalaman atau pendidikan di bidangnya.

3. a. Jadwal Pelaksanaan

Program PNF

Kegiatan pelatihan seni tari tradisional dilakukan

pada hari Sabtu pukul 12.30 s/d 14.30. Pelatihan

perkusi dilakukan pada hari Sabtu pukul 19.00.

b. Analisis Jadwal

Pelaksanaan Program

PNF

Jadwal pelaksanaan program seni tari tradisional dan

musik perkusi sudah tepat karena mengambil waktu

saat anak didik tidak lagi berkegiatan di sekolah.

4. a. Data Klien dan Jenis

Program yang diikuti

Anak didik yang mengikuti kegiatan pelatihan seni

tari berjumlah 16 orang yang terdiri dari 8 anak usia

3-5 tahun dan 8 anak usia 6-15 tahun. Sedangkan

andik yang ikut latihan perkusi berjumlah 13 orang,

terdiri dari 6 remaja dan 7 anak-anak.

b. Analisis Data Klien Program pengembangan keterampilan seni tari dan

musik perkusi sudah tepat diberikan kepada anak

didik yang berusia 3 hingga 15 tahun, karena pada

usia tersebut anak-anak lebih mudah mengingat dan

menyerap dengan cepat pengetahuan keterampilan

yang di dapat.

5. a. Strategi pengajaran

program

Pada program pendidikan nonformal, anak-anak

bebas memilih pelatihan keterampilan sesuai dengan

minat dan potensi yang mereka miliki. Pelatihan

juga dilakukan di alam terbuka, agar andik lebih

menyatu dengan alam.

Page 139: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

126

b. Analisis strategi

pengajaran program

Strategi pengajaran program pendidikan non formal

sudah dilakukan dengan tepat karena anak didik

bebas memilih bidang yang mereka sukai, selain itu

pengajaran dilakukan secara fleksibel dan menyatu

dengan alam sehingga anak didik tidak cepat bosan.

6. a. Penanggungjawab

Program

Penanggung-jawab program pendidikan nonformal

di Yayasan Keluarga anaklangit adalah Kak Rudy

(Bewok), beliau adalah pengurus anaklangit yang

berkecimpung dan memiliki pengalaman di dunia

seni.

b. Analisis

Penanggungjawab

Program

Penanggungjawab program sudah tepat karena

diberikan kepada seseorang yang memiliki

pengalaman dibidangnya sehingga bisa mengurus

program dengan baik.

7. a. Kapan program

selesai

Yayasan Keluarga anaklangit tidak dapat

memastikan kapan program ini akan selesai, pihak

anaklangit menyerahkan selesainya program ini

kepada pihak donatur yang membiayai

keberlangsungan program.

b. Analisis kapan

program selesai

Waktu selesainya program pendidikan non formal

ini belum bisa dipastikan, oleh karena itu program

tersebut akan terus berjalan selama ada donatur yang

membantu keberlangsungan pendanaan program.

D. Evaluasi Produk (Hasil)

Evaluasi hasil yang telah dijelaskan pada Bab II hal 31 adalah suatu cara

untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program yang telah dilakukan. Pada

tahap ini peneliti akan memberikan rekomendasi apakah program pendidikan

nonformal dapat dilanjutkan, dikembangkan/dimodifikasi atau dihentikan. Dalam

evaluasi hasil ini, peneliti menggunakan tolok ukur dari perubahan perilaku anak

didik/klien serta dampak positif apa yang didapatkan setelah bergabung di

Page 140: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

127

Yayasan Keluarga Anaklangit dan bagaimana keberlanjutan program pendidikan

nonformal tersebut di masa mendatang.

1. Perubahan Perilaku Anak Didik (Klien)

Program pendidikan nonformal yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit

ini bertujuan untuk memberikan pengembangan keterampilan kepada anak

didiknya dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan dimasa depan. Program

kesenian tari tradisional menjadi suatu wadah bagi anak-anak didik yang ingin

belajar dan mengenal lebih jauh tentang budaya Indonesia dari segi seni tari

tradisionalnya. Hal ini layak diapresiasi karena dewasa ini budaya Negara kita

sendiri sudah mulai ditinggalkan dan bergeser dengan budaya-budaya asing

yang masuk dengan mudah seiring adanya globalisasi. Selain untuk

memberikan keterampilan, kepercayaan diri dan keberanian pada anak didik,

program seni tari ini juga bermaksud untuk melestarikan warisan budaya

Indonesia khususnya dibidang seni tari. Begitu pula dengan kesenian musik

perkusi dimana anak-anak didik dapat mengembangkan bakat serta

kreativitasnya melalui berbagai alat-alat musik bekas yang dimainkan

sedemikian rupa sehingga menjadi pertunjukan yang menarik untuk dilihat.

Adapun dampak dari perubahan anak jalanan itu sendiri terlihat ketika

setelah mereka bergabung menjadi bagian dari Yayasan Keluarga Anaklangit,

mereka sudah mulai mengurangi aktivitasnya di jalanan, bahkan beberapa dari

mereka telah berhenti turun ke jalan dan menghabiskan waktunya untuk

Page 141: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

128

mengikuti kegiatan belajar, bermain ataupun mengikuti program-program

keterampilan yang mereka sukai yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit.

Secara lebih jelasnya, perubahan perilaku atau dampak jangka panjang

yang didapatkan anak-anak jalanan setelah adanya kehadiran Rumah Belajar

Yayasan Keluarga Anaklangit adalah sebagai berikut.

a. Aspek Sosial

1) Meningkatnya Kepercayaan Diri dan Kesadaran Diri

Di Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit, anak didik

diberikan bekal pendidikan formal maupun nonformal yang bertujuan

agar anak didik bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat baik untuk

dirinya sendiri, untuk anaklangit maupun untuk masyarakat. Dengan

demikian, mereka bisa mendapatkan kepercayaan diri bahwa mereka

mampu melakukan atau membuat sesuatu yang bisa dibanggakannya.

Selain itu, mereka juga mendapatkan kesadaran diri (self awareness)

dimana mereka memahami bahwa seharusnya kewajiban utama seorang

anak adalah belajar dan bermain sebagaimana anak-anak pada umumnya

dan bukan menghabiskan waktunya untuk beraktivitas di jalanan.

Seperti yang di utarakan salah satu andik yang mendapatkan keperayaan

diri dan kebanggaan setelah mengikuti program seni tari tradisional di

anaklangit berikut ini.

“Jadi semenjak ikut tari.. kita bisa tampil diluaran gitu loh banyak..

jadi tadinya Dita kan cuma main disini-sini aja, tapi terusnya karna

ikut seni tari ini bisa berani tampil di Mall-mall.. perform disana,

Page 142: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

129

dapet ilmu, dapet pengalaman juga.. bangga sih jadinya, belom

tentu kan anak-anak lain bisa kaya Dita.”93

Senada dengan hal tersebut, Anak didik yang mengikuti kegiatan seni

musik perkusi pun merasakan hal yang sama.

“Mungkin emang saya suka seni sih.. jadi emang mau ikut, karena

disini ada.. kenapa kita gak ngambil kan peluang juga. Terus kalau

perkusi kan juga kreatif gitu kan dari barang-barang bekas jadi

bikin saya tertarik aja.. semenjak itu saya jadi seneng aja karena

jadi punya banyak temen baru, kita bisa ngumpul-ngumpul sambil

selesai latihan sharing-sharing juga, jadi dapet ilmu sama

pelajaran baru.. udah gitu bangga aja bisa diundang buat tampil

perkusi dimana-mana”94

2) Tumbuhnya Rasa Aman

Pada dasarnya sejak kecil anak-anak jalanan sudah sering

beraktifitas di jalanan dan mereka sudah terbiasa berhadapan dengan

lingkungan kota yang keras bahkan sangat tidak bersahabat. Dengan

adanya tempat untuk bersinggah, bermain dan belajar seperti di Yayasan

Keluarga Anaklangit ini, anak-anak tersebut dapat merasa aman dan

nyaman karena di anaklangit mereka dilindungi dan diberikan kasih

sayang yang tidak mereka dapatkan saat mereka di jalanan. Seperti yang

diungkapkan oleh Anggi berikut ini.

“Seneng sih ikut gabung dianaklangit.. jadi punya tempat buat kita

mampir, ngisi waktu, belajar, main-main bareng, istirahat, makan,

ngumpul semuanya di sini.. nyaman aja daripada main-main

gajelas di jalanan.”95

93

Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Tari Tradisional Yayasan Keluarga

Anaklangit, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB. 94

Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia, Anak didik yang mengikuti program perkusi,

pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB. 95

Wawancara pribadi dengan Amanda Anggita Sari, Anak didik yang mengikuti kegiatan

musik perkusi, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB.

Page 143: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

130

3) Meningkatnya Taraf Pendidikan

Agar dapat membentuk anak didik yang cerdas dan berakhlak

mulia, rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit memberi

pengetahuan umum untuk mengisi wawasan serta pengetahuan agama

untuk bekal spiritual bagi anak didik. Semua pembelajaran di sini

difokuskan agar anak didik menjadi cerdas dan memiliki pengetahuan

yang luas. Untuk itu, rumah belajar ini menyediakan berbagai

pendidikan dengan beragam pelajaran yang dibutuhkan dan penting

untuk dipelajari anak didik. Pembelajaran yang diajarkan yaitu seperti

membaca, menulis dan berhitung, sedangkan pelajaran yang diajarkan

adalah pelajaran umum seperti matematika dasar, bahasa Indonesia,

fisika, biologi dan sebagainya. Cerdas menurut Yayasan Keluarga

Anaklangit bukan hanya sebatas dalam hal intelegensi saja, melainkan

anak didik juga diajarkan untuk cerdas dalam mengatur waktunya

sendiri, cerdas dalam menempatkan diri dalam sebuah situasi dan

kondisi, serta cerdas dalam mengatur emosi.

4) Meningkatnya Taraf Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi

semua orang. Untuk itu demi mewujudkan anak bangsa yang cerdas dan

berkepribadian mulia, perlu ditunjang dengan kesehatan yang baik pula

untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Di rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit, kesehatan anak didik sangat diperhatikan.

Misalnya pola makan anak didik harus dijaga, kebersihan lingkungan

Page 144: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

131

rumah belajar dan lingkungan sekitar harus dijaga, dan membersihkan

diri harus tepat pada waktunya. Dengan begitu anak didik tetap sehat

dan jarang terserang penyakit. Apabila ada anak didik yang sakit namun

belum parah, maka akan dirawat dan diobati oleh kakak pengurus, tetapi

jika penyakitnya sudah parah maka akan segera dibawa ke klinik atau

puskemas terdekat.

b. Aspek Ekonomi

1) Kemandirian

Kemandirian adalah salah satu sikap yang penting untuk

ditanamkan dalam diri anak didik agar mereka dapat mengatasi setiap

masalah atau hambatan yang terjadi tanpa harus mengandalkan orang

lain. Hal ini telah disiapkan oleh Yayasan Keluarga Anaklangit agar

anak didik dapat siap menghadapi dan menjalani masa depan meskipun

banyak kendala atau hambatan yang mungkin akan terjadi. Dengan

bekal kemandirian yang diajarkan di anaklangit, anak didik diharapkan

mampu untuk mengatasi semua kendala dan hambatan tersebut.

Untuk membentuk kemandirian anak didik, rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit membiasakan anak-anak agar mereka melakukan

segalanya sendiri, mempersiapkan diri sendiri dan membiasakan untuk

tidak mengeluh dan cengeng. Misalnya ketika memulai hari, anak didik

harus bangun tidur sendiri, mencuci piringnya, melakukan tugasnya,

merapikan barang-barang setelah selesai digunakan, menyiapkan

Page 145: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

132

peralatan belajar, mengatur kebutuhan pribadinya sendiri dan

sebagainya.

2) Terampil

Keterampilan dasar adalah keterampilan tahap permulaan yang

harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.96

Keterampilan merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan kemampuan yang memungkinkan seseorang belajar dan dapat hidup

mandiri dalam menjalani kehidupannya.

Di Yayasan Keluarga Anaklangit, anak-anak didik diberikan

berbagai macam program pendidikan nonformal untuk meningkatkan

keterampilan mereka sesuai dengan bidang yang diminatinya masing-

masing. Mereka diajarkan untuk terampil dan menguasai suatu keahlian

seperti contohnya kesenian tari, kesenian musik perkusi ataupun daur

ulang sampah. Bagi anak didik yang sudah terampil dan menguasai

suatu bidang, maka anak didik tersebut akan dengan sendirinya

mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari.

3) Kreatif

Tidak hanya diajarkan untuk bersikap terampil, anak didik di rumah

belajar Yayasan Keluarga Anaklangit ini juga diajarkan untuk berpikir

kreatif. Anak didik dapat menuangkan dan mengembangkan segala ide-

ide baru yang mereka miliki secara bebas namun tetap dalam batasan

96

Aliminsyah dan Patji, Kamus Istilah Manajemen (Bandung: CV. Yrama Widya 2004),

h.194.

Page 146: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

133

tertentu. Dalam mengembangkan kreativitas anak didik, rumah belajar

anaklangit menyediakan media atau sarana untuk menyalurkan minat

dan bakat anak didik, sehingga diharapkan semua anak didik baik yang

masih anak-anak ataupun remaja dapat menjadi lebih kreatif. Kreativitas

ini dapat disalurkan melalui kegiatan menggambar, menyablon,

bermusik, teater, menari, daur ulang sampah dan lain-lain. Seperti yang

diungkapkan oleh Elli berikut ini.

“Kenapa saya pilih perkusi, soalnya kalau perkusi menurut saya itu

kreatif gitu kan alatnya diambil dari barang-barang bekas jadi

bikin saya tertarik aja buat lebih ngembangin kreativitas saya kak..

bosen juga sih kalo liat musik pasti alat2nya modern terus, kalau

ini kan kita kaya out of the box gitu jadi keren aja sih..”97

Karya-karya yang berbentuk barang atau kerajinan hasil dari

kreativitas anak-anak didik ini akan dipamerkan di saung galeri, apabila

ada yang berminat untuk memilikinya maka sebagian karya juga

diperjualbelikan. Sedangkan untuk karya-karya yang berupa penampilan

seperti musik perkusi dan seni tari tradisional juga telah mendapatkan

banyak pengakuan dan apresiasi dari masyarakat di Kota Tangerang,

terbukti dengan sering dilibatkannya anaklangit dalam setiap acara-acara

yang diselenggarakan oleh lembaga atau organisasi tertentu.

2. Keberlanjutan Program

Program pendidikan nonformal yang ada di rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit ini sudah memiliki evaluasi yang dilakukan secara berkala

97

Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia, Anak didik yang mengikuti program perkusi,

pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB.

Page 147: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

134

setelah mengadakan pembelajaran dengan anak-anak didik. Evaluasi ini

didasarkan pada hasil laporan perkembangan anak didik setiap harinya yang

dibuat oleh masing-masing kakak pengajar/pengurus serta laporan tentang

kebutuhan apa saja yang masih kurang terkait dengan proses pembelajaran.

Yayasan Keluarga Anaklangit juga melakukan evaluasi khusus untuk para

pengurus, pengajar serta relawan guna mengembangkan kapasitas dan

kinerjanya masing-masing. Seperti yang diutarakan oleh Kak Sulthan berikut

ini.

“…untuk mengembangkan kapasitas dari tenaga pengajar dilakukan

setelah pembelajaran kita mengadakan evaluasi, kinerjanya seperti apa,

perbaikannya dimana.. paling gitu sih. Kalau untuk pengurus paling

setiap lagi ada acara terus acara udah selesai ya dilakukan evaluasinya

seperti apa, penguatannya dimana.. seperti itu.”

Selain melakukan evaluasi, Yayasan Keluarga Anaklangit juga

mengadakan monitoring terhadap perkembangan anak-anak didik setelah keluar

atau lulus dari anaklangit. Monitoring ini dilakukan untuk melihat sejauh mana

anak didik mengaplikasikan ilmu serta keterampilan yang didapat selama

bergabung menjadi bagian dari anaklangit, hal ini pula yang menjadi tolok ukur

berhasil atau tidaknya rencana dan tujuan program.

“Ya tentunya kita selalu memantau perkembangan dan perubahan

perilaku mereka. Caranya ya dengan dari jauh kita memantau gimana sih

perilaku mereka kalau udah di luar anaklangit.. sebagian besar sudah

mengurangi aktifitasnya dijalan kaya ngamen atau berdagang, tapi ya

sebagian kecil ada yang masih seperti itu untuk membantu

orangtuanya.”98

98

Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi PKSA, pada tanggal 15 Mei 2016,

pada pukul 15.00 WIB.

Page 148: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

135

Kebanyakan dari anak didik yang telah keluar dari Yayasan Keluarga

anaklangit sudah mengurangi bahkan berhenti melakukan aktivitasnya di

jalanan. Ada juga beberapa lulusan dari anaklangit yang berhasil mandiri dan

mendirikan yayasan sosial seperti anaklangit yang diberi nama Rumah Tawon.

“….itu Faad, sama kakak kandungnya Fais dan Alhamdulillah setelah

mendapat pelajaran di anaklangit, dia membuka lagi salah tempat seperti

ini tempat belajar di dekat rumahnya di poris, namanya Rumah Tawon

yang fokus di daerah sana.. fokusnya anak-anak musik yang dijalan gitu..

tempatnya sama kaya kita ada saung juga, jadi gak mati sih.. ada

kehidupan yang baru..”99

Dalam keberlanjutan program, setiap program memiliki batas waktu

dalam pelaksanaannya. Begitu halnya dengan program pendidikan nonformal di

rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit ini, namun sayangnya program

tersebut tidak memiliki batas waktu yang jelas kapan program ini akan selesai

sehingga para orangtua anakdidik harus menerima jika sewaktu-waktu program

pendidikan ini diberhentikan oleh pihak donatur yang memberikan dana. Akan

tetapi pihak Yayasan Keluarga Anaklangit tidak lantas melepas anak didik

begitu saja. Pihak Yayasan akan terus mencari donatur lainnya dan mengolah

dana sedemikian rupa untuk keberlangsungan program di masa mendatang.

99

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada

tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.

Page 149: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

136

Tabel 10

Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Produk (Hasil)

Evaluasi Hasil

1. a. Perubahan perilaku

klien

Dari segi sosial: meningkatnya kepercayaan diri (self

confidence) serta kesadaran diri (self awareness),

tumbuhnya rasa aman,meningkatnya taraf pendidikan

dan kesehatan. Dari segi ekonomi: menumbuhkan

kemandirian, terampil dan kreativitas anak didik.

b. Analisis perubahan

perilaku klien

Perubahan perilaku anak didik sudah baik dan

signifikan karena sebelum bergabung dengan

anaklangit mereka lebih sering menghabiskan

waktunya di jalanan, namun setelah menjadi bagian

dari anaklangit mereka sudah berhenti beraktifitas di

jalanan dan memilih belajar dan bermain

sebagaimana anak pada umumnya.

2. a. Keberlanjutan

program

Program pendidikan nonformal ini tidak memiliki

batas waktu tertentu kapan program ini akan

berakhir, program akan terus berlanjut ketika donatur

terus ada dan memberikan bantuannya kepada

Yayasan Keluarga anaklangit.

b. Analisis

keberlanjutan program

Keberlanjutan program pendidikan non formal belum

bisa dikatakan baik karena pihak anaklangit tidak

bisa memastikan keberlanjutan programnya dan

menyerahkan hal itu kepada donatur.

Page 150: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

137

Tabel 11

Kesimpulan Hasil Evaluasi Program Pendidikan Nonformal

Melalui Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit

Aspek

Konteks

Hasil yang

didapat

Aspek Input Hasil yang

didapat

Aspek

Proses

Hasil yang

didapat

Aspek Hasil Hasil yang

didapat

a. Tujuan

Program

Pendidikan

Nonformal

Memberikan

keterampilan

dasar yang

dibutuhkan anak

didik dan berguna

bagi masa

depannya.

a.1. Aspek Usia Usia anak didik

yang mengikuti

program

pendidikan

nonformal di

Yayasan

Keluarga

anaklangit adalah

dari 4 tahun s/d

16 tahun.

a. Proses

perekrutan

anakdidik

Yayasan

Keluarga

anaklangit

memiliki

beberapa cara

diantaranya

adalah

perekrutan

secara langsung

di jalanan,

rujukan dari

lembaga lain,

dan penerimaan

langsung dari

orangtua anak

didik.

a. Perubahan

perilaku klien

Dari segi sosial:

meningkatnya

kepercayaan

diri (self

confidence)

serta kesadaran

diri (self

awareness),

tumbuhnya rasa

aman,

meningkatnya

taraf

pendidikan dan

kesehatan. Dari

segi ekonomi:

menumbuhkan

kemandirian,

terampil dan

kreativitas anak

didik.

Context Input Product Process

Page 151: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

138

b. Konteks

Program

Pendidikan

Nonformal

Pendidikan

keaksaraan,

pengembangan

nilai-nilai etis,

religi, sosial dan

budaya,

pengembangan

wawasan dan tata

cara berpikir,

pengembangan

minat dan bakat

serta apresiasi

seni dan budaya.

a.2. Latar

Belakang

Anak didik

berasal dari

keluarga yang

kurang mampu

(pra sejahtera),

dimana

indikatornya

diukur

berdasarkan

tahapan keluarga

sejahtera

menurut

BKKBN.

Keluarga tersebut

tidak memenuhi

satu dari enam

aspek Keluarga

Sejahtera I.

b. Strategi

Pengelolaan

Program

Pengelolaan

masing-masing

program di

Yayasan

Keluarga

Anaklangit

dipertanggung-

jawabkan oleh

seorang

koordinator

yang akan

mengawasi dan

melaporkan

perkembangan

anak didik

melalui program

tersebut.

b.

Keberlanjutan

program

Program

pendidikan

nonformal ini

tidak memiliki

batas waktu

tertentu kapan

program ini

akan berakhir,

program akan

terus berlanjut

ketika donatur

terus ada dan

memberikan

bantuannya

kepada

Yayasan

Keluarga

anaklangit.

a.3. Wilayah

Tinggal

Anak didik yang

mengikuti

program

pendidikan

nonformal ini

tinggal di

wilayah

Karawaci Ilir,

Pasar Lama,

Cipondoh, dan

Sitanala.

c. Jadwal

Pelaksanaan

Program

Pendidikan

Nonformal

Kegiatan

pelatihan seni

tari tradisional

dilakukan pada

hari Sabtu pukul

12.30 s/d 14.30.

Pelatihan

perkusi

dilakukan pada

hari Sabtu pukul

19.00.

a.4. Kategori

Anak Jalanan

Children on the

street

d. Data Klien

dan jenis

program

yang diikuti

Anak didik yang

mengikuti

kegiatan

pelatihan seni

Page 152: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

139

tari berjumlah

16 orang yang

terdiri dari 8

anak usia 3-5

tahun dan 8 anak

usia 6-15 tahun.

Sedangkan

andik yang ikut

latihan perkusi

berjumlah 13

orang, terdiri

dari 6 remaja

dan 7 anak-anak.

a.5. Demografi

Keluarga Klien

Anak didik

berasal dari

keluarga yang

kurang mampu,

orangtua

berpenghasilan

kurang dari Rp.

1.000.000/bulan,

jumlah

tanggungan

minimal 5

orang/keluarga

e. Strategi

pengajaran

program

Program

pendidikan

keaksaraan

diadakan di alam

terbuka seperti

di saung-saung,

metode

pembelajarannya

dilakukan

dengan santai

namun tetap

serius.

sedangkan untuk

program

pendidikan

nonformal,

anak-anak bebas

memilih

pelatihan

Page 153: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

140

keterampilan

sesuai dengan

minat dan

potensi yang

mereka miliki.

Pelatihan juga

dilakukan di

alam terbuka,

agar andik lebih

menyatu dengan

alam.

b.1. Pendidikan

Staff atau

pengurus

Latar belakang

pendidikan

pengurus dan

pengajar program

pendidikan

nonformal di

Yayasan

Keluarga

Anaklangit

berbeda-beda

dari lulusan

Sarjana Ilmu

Sosial, Ilmu

Agama,

Broadcasting,

seni rupa sampai

dengan tamatan

SMA. Namun

belum ada

pengurus yang

berlatar belakang

f.

Penanggung-

jawab

program

Penanggung-

jawab program

pendidikan

nonformal di

Yayasan

Keluarga

anaklangit

adalah Kak

Rudy (Bewok),

beliau adalah

pengurus

anaklangit yang

berkecimpung

dan memiliki

pengalaman di

dunia seni.

Page 154: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

141

sebagai pekerja

sosial.

b.2.

Pengalaman

staff atau

pengurus

Mayoritas

pengurus atau

pengajar di

Yayasan

Keluarga

anaklangit ini

memiliki

pengalaman

berorganisasi di

bidangnya

masing-masing.

Khusus untuk

program

pendidikan

nonformal yaitu

keterampilan

seni, penanggung

jawabnya

memiliki

pengalaman

sebagai pengurus

di DKT (Dewan

Kesenian Kota

Tangerang)

g. Kapan

program

selesai

Yayasan

Keluarga

anaklangit tidak

dapat

memastikan

kapan program

ini akan selesai,

pihak anaklangit

menyerahkan

selesainya

program ini

kepada pihak

donatur yang

membiayai

keberlangsungan

program.

c.1. Layanan

yang diberikan

Untuk

pendidikan

keaksaraan,

anaklangit

memberikan

Page 155: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

142

pembelajaran

seperti baca, tulis

dan hitung.

Untuk

pendidikan

formal,

anaklangit

memberikan

beasiswa bagi

anak didik. Dan

untuk pendidikan

nonformal,

anaklangit

memberikan

berbagai macam

keterampilan

dasar seperti seni

tari dan perkusi.

c.2. Donatur

dan Kemitraan

Yayasan

Keluarga

anaklangit tidak

memiliki donatur

tetap, sedangkan

untuk kemitraan

anaklangit

menjalin

kerjasama

dengan

organisasi

pemerintah,

swasta maupun

masyarakat.

Page 156: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

143

Salah satunya

adalah PT.

Dynaplast.

c.3.

Keterjangkauan

lokasi belajar

Lokasi rumah

belajar Yayasan

Keluarga

anaklangit sudah

strategis karena

berada di tengah-

tengah wilayah

Kota Tangerang.

c.4. Sarana dan

Fasilitas

Pendukung

Sarana dan

fasilitas

pendukung untuk

program

pendidikan

nonformal itu

sendiri belum

maksimal dan

masih perlu

ditambah dan

ditingkatkan.

c.5 Pendanaan Pendanaan untuk

program

pendidikan

nonformal

khususnya seni

tari dan perkusi

dikeluarkan

hanya per

Page 157: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

144

kebutuhan, jadi

tidak ada jumlah

pengeluaran

tetap. Namun

semua

pengeluaran

biasanya kurang

dari Rp.

500.000,-

Page 158: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

145

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penjelasan yang telah peneliti uraikan, maka dapat

diambil kesimpulan mengenai hasil penelitian pada program pendidikan non

formal melalui rumah belajar bagi anak jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit

adalah sebagai berikut.

1. Pada evaluasi konteks yang meliputi aspek tujuan program dan konteks

program sudah bisa dikatakan sesuai/relevan antara satu sama lain. Dimana

tujuan program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga Anaklangit ini

adalah untuk memberikan pengetahuan serta keterampilan dasar yang

dibutuhkan anak didik dan berguna bagi masa depannya, hal tersebut sudah

relevan dengan konteks program pendidikan non formal yang berisi program

pendidikan keaksaraan, pengembangan wawasan dan tata cara berpikir,

pengembangan nilai-nilai etis, religi, sosial dan budaya serta pengembangan

minat dan bakat melalui berbagai macam pelatihan keterampilan. Kedua

aspek tujuan dan konteks tersebut juga selaras dengan tujuan utama

didirikannya rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit yaitu menjadikan

anak jalanan dan anak-anak yang kurang mampu sebagai anak Indonesia

yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia.

2. Pada evaluasi input yang meliputi variabel klien, staff dan program sudah

cukup baik dan sesuai, namun masih ada beberapa kekurangan atau kendala

Page 159: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

146

yang dihadapi. Pada variabel klien, klien/anak didik sudah sesuai dengan

sasaran penerima program yakni anak-anak jalanan atau anak-anak yang

berasal dari keluarga yang kurang mampu, klien berusia antara 3 hingga 18

tahun yang tinggal di wilayah sekitar Yayasan Keluarga Anaklangit yakni di

Tanah Gocap, Kecamatan Karawaci Ilir, Kota Tangerang. Namun saat ini

jumlah anak didik yang aktif tidak sebanyak dulu, hanya ada sekitar 66

orang anak didik dari tingkat PAUD sampai dengan SMA. Pada variabel

staff, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh para pengurus sudah

sesuai dengan bidang yang ditangani. Khususnya pada program pendidikan

non formal yakni keterampilan seni tari tradisional dan perkusi, dipilih

koordinator yang memiliki latar belakang pengalaman di bidang seni.

Namun dari segi tenaga pengajarnya masih sangat minim, Yayasan Keluarga

Anaklangit saat ini hanya mengandalkan tenaga relawan dan beberapa anak

didik sebagai pengajar atau pelatih. Pada variabel program aspek yang telah

terpenuhi pada program pendidikan non formal adalah pelayanan yang

diberikan, kemitraan, dan keterjangkauan lokasi belajar. Sedangkan aspek

yang belum tercukupi adalah donatur, sarana dan fasilitas pendukung serta

pendanaan. Yayasan Keluarga Anaklangit belum memiliki donatur yang

tetap sehingga pendanaan program tidak menentu/tidak dapat dipastikan

jumlahnya. Sarana dan fasilitas pendukung juga masih memiliki kekurangan

terutama dalam program pendidikan non formal yakni seni tari tradisional

yang kekurangan sarana seperti kostum tari, peralatan berhias serta ruangan

Page 160: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

147

khusus tari untuk latihan. Sedangkan untuk seni musik perkusi belum ada

ruangan atau studio musik untuk latihan perkusi.

3. Pada evaluasi proses meliputi proses perekrutan anak didik, strategi

pengelolaan program, jadwal pelaksanaan program, data klien dan jenis

program yang diikuti, strategi pengajaran program, penanggung jawab

program dan kapan program selesai. Pada proses perekrutan awal anak didik

dilakukan melalui beberapa cara seperti penjangkauan langsung di jalanan,

rujukan dari lembaga lain, dan penyerahan langsung dari orangtua anak

didik. Program pendidikan non formal yang ada di Yayasan Keluarga

Anaklangit dikelola oleh seorang koordinator yang bertanggungjawab untuk

mengawasi dan melaporkan perkembangan anak didik dan juga kebutuhan

program. Untuk program pelatihan seni tari dan perkusi

dipertanggungjawabkan oleh Kak Rudy sebagai koordinator divisi

kreativitas dan art. Pelatihan seni tari dan perkusi dilaksanakan setiap hari

Sabtu sepulang sekolah. Latihan seni tari dilaksanakan pada pukul 12.30 s/d

14.30 dan diikuti oleh 16 anak. Latihan perkusi dilakukan pada pukul 19.00

dan diikuti oleh 11 orang. Anak didik disini bebas memilih pelatihan

keterampilan sesuai dengan minat dan potensi yang mereka miliki sehingga

mereka bisa menyukai apa yang mereka jalani saat ini dan tidak ada rasa

keterpaksaan, begitulah strategi yang diterapkan di anaklangit.

4. Pada evaluasi hasil terdapat aspek perubahan perilaku klien dan

keberlanjutan program. Perubahan perilaku anak didik setelah mengikuti

program di rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit terlihat dari segi

Page 161: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

148

sosial dan ekonomi. Dari segi sosial perubahan yang dialami anak didik

yaitu meningkatnya kepercayaan diri (self confidence) serta kesadaran diri

(self awareness), tumbuhnya rasa aman, meningkatnya taraf pendidikan dan

juga kesehatan. Sedangkan dari segi ekonomi perubahan yang dialami yaitu

tumbuhnya rasa kemandirian, keterampilan serta kreativitas. Pada aspek

keberlanjutan program pendidikan non formal, belum ada batas waktu

tertentu kapan program ini berakhir. Program akan terus berlanjut ketika

donatur terus ada dan memberikan bantuannya kepada Yayasan Keluarga

Anaklangit, oleh karena itu batas waktu diserahkan kepada pihak donatur.

B. Saran

1. Yayasan Keluarga Anaklangit

Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian yang telah peneliti lakukan,

peneliti menyarankan kepada Yayasan Keluarga Anaklangit untuk tetap

melanjutkan program pendidikan non formal melalui rumah belajar bagi anak

jalanan dan anak yang kurang mampu ini, karena menurut peneliti program

tersebut bermanfaat untuk anak yang masih ingin menimba pengetahuan dan

wawasan baik itu melalui pendidikan formal maupun non formal. Peneliti

juga merekomendasikan kepada Yayasan Keluarga Anaklangit untuk lebih

meningkatkan kuantitas tenaga pengajar dan menambah sarana dan fasilitas

yang mendukung keberhasilan program ini. Peneliti menyarankan agar

Yayasan Keluarga Anaklangit merekrut relawan-relawan dari kampus ataupun

sekolah tinggi untuk menjadi tenaga pengajar atau pelatih untuk program-

Page 162: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

149

program yang ada di anaklangit. Selain itu, peneliti menyarankan agar

Yayasan Keluarga Anaklangit mencari dan menetapkan donatur untuk

keberlangsungan program yang ada. Sehingga apabila ada donatur tetap yang

memberikan bantuan pendanaan secara rutin, maka permasalahan kebutuhan

program serta sarana dan fasilitas yang belum tercukupi bisa terselesaikan

dengan baik.

2. Pengurus

Peneliti berharap kepada pengurus untuk terus solid dan bersatu dalam

mengelola dan mengembangkan Yayasan Keluarga Anaklangit, karena

pengurus merupakan suatu motor penggerak lembaga yang sangat penting.

Peneliti menyarankan agar pengurus meningkatkan kinerjanya dengan

merekrut kader-kader baru yang berkompeten dan berdedikasi tinggi terhadap

lembaga. Karena peneliti melihat kurangnya jumlah pengurus di Yayasan

Keluarga Anaklangit yang menyebabkan satu orang pengurus harus

menangani lebih dari satu tugas (multitasking) dimana hal ini kurang

berdampak baik untuk pengembangan program kedepannya. Peneliti juga

merekomendasikan agar dibuat sebuah divisi fundraising yang bertugas untuk

mencari donatur tetap dan membangun kemitraan yang lebih luas lagi.

3. Klien/Anak Didik

Peneliti menyarankan kepada anak didik agar konsisten untuk terus

belajar, berkembang dan menjadi bagian dari Yayasan Keluarga Anaklangit.

Apabila sudah merasa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan

Page 163: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

150

pengalaman yang cukup, jangan lantas meninggalkan anaklangit tetapi

kembalilah dan berkontribusi menggantikan kakak-kakak pendahulu untuk

kemajuan anaklangit kedepannya.

Page 164: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

151

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Abdulhak, Ishak dan Suprayogi, Ugi. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan

Nonformal. 2012. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka.

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas

(Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta. 2001.

Aliminsyah dan Patji. 2004. Kamus Istilah Manajemen. Bandung: CV. Yrama

Widya.

Ardi, Tristiardi. 2003. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia

Publishing.

Arieffuzaman , Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Dyawati. 2011. Belajar Teori

Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dan Safrudin, Cepi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan:

Pedoman Teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan (P3SA) atau Social

Development Center for Children.

Departemen Agama Republik Indonesia. 1992. Himpunan Peraturan Perundang-

undangan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjen Binnaga Islam.

Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Nonformal di dalam Sistem Pendidikan dan

Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Offset Printing.

Ghony, M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Hasan, Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Irawan, Soeharto. 2004. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian

Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Joesoef, Soelaiman. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Rosdakarya.

Muhsin, Kalida. 2005. Sahabatku Anak Jalanan. Yogyakarta: Aliefpress.

Page 165: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

152

Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Sabri, H.M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Soetarso. Praktik Pekerjaan Sosial. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi

Kesejahteraan Sosial.

Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian . Bandung: CV Alfabeta.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,

Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.

Bandung: PT Refika Aditama.

Suharto, Edi. 2011. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:

Alfabeta.

Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak Edisi Revisi. 2010. Jakarta: Kencana.

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk

Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

UUD nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Wirawan. 2011. Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi. Jakarta:

Rajawali Press.

Artikel

Al Husain, Makmun Achmad. “Pentingnya Pendidikan bagi Anak Jalanan,”

artikel diakses pada 22 Januari 2016 dari

Page 166: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

153

https://noorwangsanegara1sm.wordpress.com/2012/03/28/pentingnya-

pendidikan-bagi-anak-jalanan/

Hamid, Andy Abdul. “Pemkab Tangerang Siapkan Rumah Singgah untuk Anjal,”

artikel diakses pada tanggal 22 Januari 2016 dari www.aktual.com/pemkab-

tangerang-siapkan-rumah-singgah-untuk-anak-jalanan/.

Haryadi, Didid. “Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial”, artikel ini diakses pada

22 April 2016 dari kahaba.net/berita-bima/23802/pendidikan-dan-

kesejahteraan-sosial.html

Keluarga Anak Langit, “Tentang Kami”, artikel diakses pada 20 April 2016 dari

www.keluarga-anaklangit.or.id/siapa_kami.php

Setyawan, David. “Potret Kesenjangan Perlindungan Anak dari Regulasi Hingga

Implementasi,” artikel diakses pada 29 September 2015 dari

www.kpai.go.id/artikel/potret-kesenjangan-perlindungan-anak-dari-regulasi-

hingga-implementasi/

Jurnal

Leksono, RB. “Anak Jalanan dan Rumah Singgah” jurnal diakses pada 25 Maret

2016 dari e-journal.uajy.ac.id

Setiawan, H.H. “Anak Jalanan di Kampung Miskin Perkotaan” jurnal diakses

pada 21 Januari 2016 dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/123073240_2086-3004.pdf

Modul

Suharto, Edi. “Pendampingan Sosial dalam Pengembangan Masyarakat”, Modul

diakses pada 23 April 2016 dari

www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_31.html

Website

BKKBN, “Batasan dan Pengertian MDK”, website diakses pada 27 Agustus

2016 dari aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx

Hasil Wawancara

Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan. Sekretaris Yayasan Keluarga

Anaklangit. Pada tanggal 18 Mei 2016.

Page 167: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

154

Wawancara pribadi dengan Kak Iman. Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan

Sosial Anak. Pada tanggal 24 Januari 2016.

Wawancara pribadi dengan Dita Agustina. Pengajar Seni Tari Tradisional. Pada

tanggal 25 Mei 2016.

Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia. Anak Didik yang mengikuti kegiatan

Perkusi. Pada tanggal 25 Mei 2016.

Wawancara pribadi dengan Dela Ameliana. Anak didik yang mengikuti kegiatan

seni tari tradisional. Pada tanggal 25 Mei 2016.

Page 168: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

154

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 169: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …
Page 170: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …
Page 171: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

PEDOMAN WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Kepala Yayasan Keluarga Anaklangit

Informan :

Jabatan :

Hari/Tanggal Wawancara :

Waktu Wawancara :

Situasi Informan saat Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Bagaimana latar belakang berdirinya

Yayasan Keluarga Anaklangit?

2. Apa tujuan dan visi misi dibentuknya

Yayasan Keluarga Anaklangit?

3. Apa latar belakang serta tujuan

dibentuknya program pendidikan non

formal di rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit?

4. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi

dalam mencapai tujuan program?

5. Tujuan pengembangan seperti apa yang

belum tercapai oleh anaklangit hingga

saat ini?

B. Evaluasi Input

1. Bagaimana pembagian tugas dan fungsi

serta struktur organisasi yang dijalankan

oleh Yayasan ini?

2. Berapa jumlah staff dan pengajar di

Yayasan Keluarga Anaklangit serta

bagaimana latar belakang pendidikannya?

3. Program/layanan seperti apa yang

diberikan oleh Rumah Belajar Keluarga

Anaklangit?

4. Bagaimana Yayasan Keluarga Anaklangit

dalam menjalin kemitraan dan mencari

donatur?

Page 172: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

5. Bagaimana pertimbangan dalam memilih

lokasi belajar?

6. Apa saja sarana dan fasilitas pendukung

yang ada di Yayasan Keluarga

Anaklangit?

7. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk

mendanai program pendidikan non

formal?

8. Siapa yang menjadi sasaran utama

program dan bagaimana kriteria penerima

program?

9. Berapa jumlah anak didik yang ada di

Yayasan Keluarga Anaklangit?

10. Dari rentang usia berapa anak didik yang

ada di Yayasan Keluarga Anaklangit?

11. Dari wilayah mana saja anak didik

berasal?

C. Evaluasi Proses

1. Bagaimana proses awal perekrutan anak

didik di Yayasan Keluarga Anaklangit?

2. Bagaimana strategi dalam mengelola

program yang ada di anaklangit?

3. Bagaimana strategi pengajaran atau

pelatihan program yang dilakukan untuk

anak didik?

4. Siapa penanggungjawab program

pendidikan non formal khususnya untuk

keterampilan seni?

5. Apa saja hambatan selama proses

pelaksanaan program?

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh

Yayasan Keluarga Anaklangit?

2. Perubahan perilaku seperti apa yang

Page 173: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

dialami oleh anak didik setelah mengikuti

program di anaklangit?

3. Seperti apa dampak yang diperoleh dari

anak didik dalam jangka panjang dengan

adanya program ini?

4. Adakah manfaat yang didapat bagi

lingkungan masyarakat sekitar dengan

adanya Yayasan Keluarga Anaklangit

ini?

5. Bagaimana keberlanjutan program

pendidikan non formal di Yayasan

Keluarga Anaklangit kedepannya?

Page 174: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

PEDOMAN WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Penanggungjawab Program

Informan :

Jabatan :

Hari/Tanggal Wawancara :

Waktu Wawancara :

Situasi Informan saat Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Apakah tujuan yang ingin dicapai yang

telah dirumuskan dalam program

pendidikan nonformal ini benar-benar

dibutuhkan oleh anak didik?

2. Sasaran apa yang ingin dicapai oleh

program pendidikan nonformal seperti

kesenian tari dan perkusi?

3. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi

oleh program kesenian tari dan perkusi?

4. Tujuan pengembangan apakah yang

belum tercapai oleh program kesenian

tari dan perkusi?

5. Tujuan pengembangan apakah yang

dapat membantu mengembangkan

masyarakat sekitar melalui seni tari dan

perkusi ini?

B. Evaluasi Input

1. Berapa jumlah anak didik yang mengikuti

program seni tari dan perkusi?

2. Dari rentang usia berapa saja anak didik

yang mengikuti program tersebut?

3. Apa saja sarana atau fasilitas yang sudah

terpenuhi?

4. Apa saja sarana dan fasilitas penunjang

yang belum terpenuhi?

Page 175: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

5. Berapa jumlah pengajar seni tari dan

bagaimana pertimbangan dalam memilih

pengajar?

C. Evaluasi Proses

1. Hari apa dan pukul berapa kegiatan

pelatihan keterampilan seni tari/perkusi

ini dilakukan?

2. Bagaimana strategi dalam melatih atau

mengajarkan tari/perkusi ini pada anak

didik?

3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk melatih anak didik?

4. Hambatan apa saja yang dirasakan

selama proses pelaksanaan program?

5. Bagaimana prosedur agar anakdidik bisa

mengikuti kesenian tari dan perkusi di

yayasan keluarga anaklangit?

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Pengalaman/prestasi apa saja yang sudah

pernah didapat dari kesenian tari/perkusi

di anaklangit ini?

2. Perubahan perilaku seperti apa yang

dialami oleh anak didik setelah mengikuti

program di anaklangit?

3. Apakah dampak yang diperoleh siswa

dalam waktu yang relatif panjang dengan

adanya program seni tari dan perkusi ini?

4. Apakah sejauh ini tujuan-tujuan program

yang ditetapkan sudah tercapai?

5. Adakah manfaat yang didapat bagi

masyarakat sekitar dari program yang

dijalankan?

6. Apa harapan anda kedepan dengan

adanya program yang dimiliki di Yayasan

Page 176: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Keluarga Anaklangit ini?

Page 177: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

PEDOMAN WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit

Informan :

Hari/Tanggal Wawancara :

Waktu Wawancara :

Motto Hidup :

Sekolah :

Alamat :

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Sudah berapa lama anda bergabung

menjadi anak didik disini?

2. Darimana anda mendengar tentang

adanya Yayasan Rumah Belajar Keluarga

Anaklangit?

3. Menurut anda, bagaimana program

pendidikan nonformal yang ada di

Yayasan Keluarga Anaklangit?

B. Evaluasi Input

1. Apakah anda mengikuti program seni tari

atau perkusi?

2. Apa alasan anda mengikuti program

tersebut?

3. Bagaimana perasaan anda setelah

mengikuti program tersebut

4. Bagaimana kesan anda terhadap pengajar

atau pelatih program?

5. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi

pada program tersebut?

C. Evaluasi Proses

1. Hari apa dan pukul berapa kegiatan

pelatihan keterampilan seni tari/perkusi

ini dilakukan?

2. Bagaimana suasana belajar atau suasana

latihannya?

3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan

Page 178: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

untuk berlatih senitari/perkusi?

4. Hambatan apa saja yang dirasakan

selama proses latihan?

5. Apa yang anda dapatkan selama proses

latihan?

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Pengalaman/prestasi apa saja yang sudah

pernah anda dapat dari kesenian

tari/perkusi di anaklangit ini?

2. Perubahan perilaku seperti apa anda

dialami setelah mengikuti program

keterampilan di anaklangit?

3. Manfaat apa yang anda peroleh setelah

mengikuti program tersebut?

4. Apakah kedepannya anda akan terus

mengikuti program tersebut?

5. Apa harapan anda kedepan untuk

Yayasan Keluarga Anaklangit ini?

Page 179: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

PEDOMAN OBSERVASI

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

No. Subyek

Observasi

Tanggal

Observasi

Hasil Observasi

A. Konteks

1. Kegiatan

pendidikan non

formal yang ada

di Yayasan

Keluarga

Anaklangit

B. Input

1. Fasilitas sarana

dan prasarana

dalam program

pendidikan non

formal

khususnya

keterampilan

seni

2. Keterjangkauan

lokasi

C. Proses

1. Pelaksanaan

program

pendidikan non

formal yaitu

pelatihan

keterampilan

seni tari

2. Pelaksanaan

program

pendidikan non

formal yaitu

pelatihan

keterampilan

musik perkusi

Page 180: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

3. Jadwal

pelaksanaan

kegiatan

keterampilan

seni tari dan

musik perkusi

D. Hasil

1. Perubahan

perilaku anak

didik

Page 181: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

PEDOMAN STUDI KEPUSTAKAAN

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

No. Dokumen Dokumen

terlampir

Dokumen

hanya dilihat

(tidak

dilampirkan)

Kesimpulan terhadap

dokumen

A. Konteks

1. Tujuan program

pendidikan non formal

2. Konteks/isi program

yang diberikan

B. Input

1. Data dan identitas

anak didik yang aktif

mengikuti program

2. Proposal program

pendidikan non formal

3. Profil Yayasan

Keluarga Anaklangit

C. Proses

1. Daftar hadir anak

didik dalam program

seni tari dan perkusi

2. Nama anak didik yang

mengikuti program

seni tari dan perkusi

D. Hasil

1. Laporan hasil

perkembangan Klien

Page 182: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TANSKRIP WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Kepala Yayasan Keluarga Anaklangit

Informan : Sulthan Nasir

Jabatan : Sekretaris Yayasan

Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 18 Mei 2016

Waktu Wawancara : 14.30 s.d 15.00 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Bagaimana latar belakang

berdirinya Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Jadi awal mula yayasan ini berdiri itu tahun

2004, dulu itu belum berbentuk yayasan tapi

masih komunitas aja. Jadi para pendirinya itu

ada sebelas orang dan rata-rata berlatarbelakang

dari komunitas rescue atau tanggap siaga

bencana. Nah para pendiri ini peduli akan

permasalahan kemanusiaan di Kota Tangerang

khususnya masalah anak jalanan, maka dari itu

mereka sepakat untuk membuat sebuat wadah

atau tempat agar anak-anak jalanan ini bisa

belajar dan mengasah kreatifitasnya melalui

sebuah rumah belajar. Mereka menamai tempat

belajar ini dengan sebutan anaklangit,

sebenernya bukan anak langit ya.. tapi ana

klangit, jadi ana atau saya.. ke langit begitu..

makanya kan pada logo anaklangit itu tulisannya

disambung dan kata ana-nya berlatarbelakang

warna merah sedangkan klangit-nya itu warna

hitam kan. Nah jadi gitu, tapi kesini-sini karena

banyak yang menyebut anaklangit anaklangit,

jadilah penyebutan itu menjadi anaklangit juga

sih. Kalau namanya itu sendiri terinspirasi dari

kisah salah satu sahabat rasul yaitu Uwais al-

Qarny yang menjadi penghuni langit.. beliau ini

bukan siapa-siapa di dunia, tapi di langit beliau

amat terkenal karena ibadah dan kepatuhannya

pada ibunya. Nah makanya itu kami berharap sih

ya.. andaikan anak-anak ini tidak bisa meraih

apa yang mereka cita-citakan atau mereka

inginkan di dunia, Insya Allah mereka bisa

memilikinya saat di akhirat nanti..

Page 183: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

2. Apa tujuan dan visi misi

dibentuknya Yayasan

Keluarga Anaklangit?

Tujuannya untuk menjadikan anak-anak bangsa

khususnya anak-anak yang kurang mampu atau

anak yang berpofesi dijalan sebagai anak yang

cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia.

Kalau untuk visi dan misinya bisa kakak liat

langsung di webnya anaklangit..

3. Apa latar belakang serta

tujuan dibentuknya program

pendidikan non formal di

rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit?

Kita ingin membantu anak-anak ini melalui

pendidikannya.. karena dengan latar

belakangnya mereka, mereka gak sanggup

menjangkau pendidikan formal. Oleh karena itu

disini kita berikan mereka beasiswa bagi yang

mau sekolah, kemudian kita juga berikan mereka

pendidikan non formal yang gak ada di sekolah

supaya mereka punya skill dan keahlian

dibidang yang mereka sukai seperti itu.

4. Adakah kebutuhan yang

belum terpenuhi dalam

mencapai tujuan program?

Alhamdulillah sih kalau dari fasilitas, sarana

serta prasarana yang ada disini sudah

dimanfaatkan dengan maksimal dari dulu sampai

sekarang, seperti saung-saung ini buat belajar..

taman bermain dengan ayunan perosotan dsb,

kantor, ruang belajar, panggung seni udah

dipakai dari dulu sampai sekarang. Mungkin

perlu penambahan ruang ya.. karna kita kan

hanya memiliki ruang yang terbatas disini.

5. Tujuan pengembangan seperti

apa yang belum tercapai oleh

anaklangit hingga saat ini?

Sebenernya banyak ya.. kita aja sampai saat ini

belum terealisasi untuk mempunyai lahan sendiri

yang bisa kita kelola secara mandiri, baik lahan

yang berbentuk tanah kosong maupun lahan

yang sudah berbentuk rumah gitu kan. Karena

ini kan tanah pemerintah, tadi balik lagi saya

bilang, Garis Sepadan Sungai.. itu gimana

caranya supaya kita bisa merelisasikan bangunan

tersebut.. apakah ada program-program lain

untuk csr mendengar keluh kesah kita ini untuk

mempunyai fasilitas atau sarana yang kita miliki

sendiri gitu sih.. paling kurangnya disitu, dan

InsyaAllah masih kita rumuskan lagi. Sama ini

juga.. jumlah SDM sih, sumber daya

manusianya yang sedikit banget disini gitu kan..

kalau untuk mahasiswa kan setelah kelar tugas

mereka cabut, kadang jarang kesini.. sama sih

saya juga dulu seperti itu. Tapi kita

mengharapkan sumber daya manusia tuh selalu

hadir ketika acara selesai mereka datang lagi

kesini, menanyakan aja perkembangannya

seperti apa.. seperti itu. Karena kita kan udah

Page 184: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

membuka wacana itu dari dulu dengan tradisi 3

menit pertama tamu.. 3 menit selanjutnya

keluarga. Jadi setelah acara atau programnya

selesai, mereka datang lagi kita terima lagi

bukan sebagai tamu tapi sebagai keluarga, itu sih

yang belum tercapai.

B. Evaluasi Input

1. Bagaimana pembagian tugas

dan fungsi serta struktur

organisasi yang dijalankan

oleh Yayasan ini?

Kalau untuk struktur organisasinya bisa diliat aja

di webnya anaklangit. Jadi disini ada dewan

pembina, dewan pengawas, dewan pengurus dan

anggota pengurus. Lengkapnya bisa diliat

langsung di web..

2. Berapa jumlah staff dan

pengajar di Yayasan Keluarga

Anaklangit serta bagaimana

latar belakang

pendidikannya?

Staff dan pengajar itu.. kita sebutnya relawan sih

jadi ketika ada yang datang ke anaklangit untuk

mengajukan tenaga atau pikirannya ya itulah

tenaga pengajar kita.. jadi ya engga bisa kita

batasin.. boleh disebutkan nama-nama

kampusnya? Contoh.. kayak anak UPH, paling

sering UPH, Binus, itu udah sama kita

bersahabat sekali atau berkeluarga gitu.. UPH,

Binus, UNTAR bahkan sampai dosen-dosennya

kesini.. Esa Unggul juga, BSI.. banyaklah

swasta-swasta sih khususnya, UIN juga ada

sampe sekarang sih, nah kan koordinator GAS

(Gerakan Anak Sehat) itu alumni UIN.. itu dari

Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta. Jadi tenaga

pengajar atau relawannya tidak tetap sih..

kadang kan program mereka sebulan penuh..

kadang sekali pertemuan.. itu kita kondisikan aja

sih seperti itu untuk tenaga pengajarnya. Kalau

pengurus itu jumlahnya sekitar 15 atau 10,

tapikan dari 15 itu kadang aktif, kadang jarang..

Kalau untuk latar belakang pendidikan disini sih

banyak pengurusnya tuh yg berpendidikan.. yaa

berpendidikan kan bukan berarti cuma sampai

sarjana.. kan SMA juga udah termasuk

berpendidikan.. yang penting telah lulus sekolah

dan telah mampu mengajarkan andik-andik

disini sih.. terus bisa kita jadikan pengurus yaitu

ketika koordinasi atau kontribusinya terhadap

anaklangit lumayan bisa dibilang aktif.. aktif

hadirnya, aktif ikut kegiatan, aktif bertukar

pikiran. Tapi dari situ juga gak bisa langsung

Page 185: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

ujuk-ujuk jadi pengurus.. banyak lagi lah

pilihannya. Kalau kata saya sendiri sih di

anaklangit seleksinya seleksi alam, jadi gak ada

kaya di kantor-kantor psikotest gak ada, tes tulis

atau wawancara gak ada, jadi di anaklangit itu

seleksi alam aja.. ketika dia tidak mampu

menyatu dengan alam ya mereka mental sendiri..

paling gitu sih yang bisa saya ceritakan tentang

tenaga pengajar serta pengurus.

3. Program/layanan seperti apa

yang diberikan oleh Rumah

Belajar Keluarga Anaklangit?

Program.. kalau untuk DKM (Dewan

Kemakmuran Musholla) udah pasti kan kalau

setiap PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dia

mengadakan acara karena mayoritas.. bukan

mayoritas lagi sih karena semua andik-andik kita

dan pengurus beragama islam jadi selalu

diadakan acara-acara saat PHBI itu sih.

Kalau PKSA (Program Kesejahteraan Sosial

Anak) itu menyalurkan dana-dana yang

diturunkan oleh Kemensos maupun Dinsos itu

untuk Kesejahteraan Anak baik itu keperluan

anak, maupun keperluan sekolah.. tapi itu

dananya tidak dikeluarkan semua, dan itu

tergantung dan diurus sama koordinator PKSA

yang ada di kita

Kalau koordinator GAS (Gerakan Anak

Sehat)itu menangani soal pembenahan gizi anak

yang ada di kita, jadi setiap sebulan sekali atau

minggu awal itu ada program makan bersama

peningkatan gizi baik, misalnya contoh makan

ikan, makan sayur, minum susu, olahraga

bersama nah itu program dari GAS.

Kalau IT khusus di website… Kalau kreatifitas

dan Art mereka memfokuskan di seni sih kayak

tari, recycle, perkusi anaklangit.. dan

berhubungan dengan kemampuannya anak-anak,

kemampuan yang gak didapatkan di sekolah..

untuk koordinatornya itu dipegang oleh Kak

Rudy, karena beliau sudah aktif sejak lama dan

sering mengurusi kegiatan seni di anaklangit,

maka dari itu kita memilih dia sebagai

koordinator.. seperti itu.

4. Bagaimana Yayasan Kalau kemitraan ada di web kalau gak salah..

Page 186: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Keluarga Anaklangit dalam

menjalin kemitraan dan

mencari donatur?

yang di laman kerabat kita gitu kalau gak salah,

jadi ada beberapa perusahaan sama beberapa

swasta. Awalnya csr pertama kita kalau gak

salah pertama kalinya banget di sini tuh dari PT.

Dynaplast dan sampai sekarang terjalin baik,

tidak ada kekecewaan. Waktu itu bapaknya

Dynaplastlah atau salah satu pendiri Dynaplast

melihat kondisi anaklangit lagi sedang

pembangunan, pembangunan saung di depan tuh

yang tinggi.. ditanyalah lagi sedang apa.. turun

langsung tuh turun langsung beliau.. ini lagi

sedang pembangunan Pak.. nah

Alhamdulillahnya langsung diturunkan dari

pihak Dynaplast seseorang khusus untuk

pembangunan tersebut.. udah tuh dari situ

terjadilah pembangunan pertama dari PT.

Dynaplast awalnya.. tapi kan semenjak kesini-

sini kan ada juga dari beberapa csr-csr juga..

kaya Musholla dari Angkasa Pura II kerjasama

gitu. Terus kalau ini (menunjuk saung seni)

kerjasama dari salah satu Finance, sama sih

mereka dateng kesini menanyakan pengennya

apa, kalau perlu proposal kita bikin proposal

dulu gitu. Jadi sama mereka menanyakan

kebutuhan-kebutuhan disini dulu, karena kita

pertama kali sebelum mengenal lebih jauh itu

kita sebutnya LDR/ Lihat Dengar Rasakan.. ya

ketika lihat kondisi seperti ini.. dengarnya

seperti apa yang kita omongin gini gini gini..

terus rasakan, rasakan itu bisa kita simpulkan

dari melihat dari mendengar, baru bisa

terciptakan rasa itu, seperti itu sih paling cara

tamu-tamu csr tuh seperti itu LDR. Tapi kalau

data-data lengkapnya sih ada di web ya, seperti

data-data perusahaan.. atau mahasiswa-

mahasiswa yang aktif disini gitu.

5. Bagaimana pertimbangan

dalam memilih lokasi belajar?

Kalau diceritakan dari kakak-kakak kita yang

dulu dari tahun 2004/2005 posisi kita kan dulu

sebelumnya di parkiran salah satu Mall di pusat

Kota Tangerang disitu..terus tanah itu digusur,

dijadikanlah Mall itu kan sekarang.. terus kita

pindah kesini. Banyak sebenernya pilihan-

pilihan lain, tapi yang lebih menyatu dengan

para pendiri-pendiri yang dulu tuh dipilihnya

yang alamnya masih asri, tidak terlalu dekat

Page 187: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

keramaian rumah dan kendaraan.. ya dapetnya

disini. Dan bertahan sampai mau ke-12 tahun sih

sampai sekarang, mau ke-12 tahun itu pas di

puasa besok. Jadi pertimbangannya seperti itu

sih, karena mungkin kedekatannya dengan alam.

6. Apa saja sarana dan fasilitas

pendukung yang ada di

Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Kita ada aula, galeri, workshop, ruang

komputer.. tapi sekarang karna rusak jadi

dialingfungsikan.. terus kita punya ruang kelas

untuk paud, perpustakaan, kantor, panggung

apresiasi, toilet, saung-saung.. ada disitu saung

putri, saung tua yang itu.. saung damai, sama

saung musholla, kita juga punya beberapa

mainan anak kayak ayunan sama perosotan di

dekat panggung..

7. Berapa biaya yang

dikeluarkan untuk mendanai

program pendidikan non

formal?

Kita gak ada anggaran khusus berapa-berapanya,

tapi setau saya kalau dana itu dikeluarkan hanya

jika ada kebutuhan.. untuk lebih jelasnya sih

tanya aja ke kak oline sebagai bendahara.

8. Siapa yang menjadi sasaran

utama program dan

bagaimana kriteria penerima

program?

Kalau Program Kesejahteraan Sosial Anak itu

anak-anak yang sudah terdata sejak lama, dan

program PKSA itu bukan program baru dan

udah di survey-survey anak siapa aja yang

pantas mendapatkan itu. Kalau program GAS

anak-anak yang terdaftar di kita aja gitu yang

ada di databasenya anaklangit.. nah itu masuk

prioritas di GAS.

Kalau kreatifitas dan Art sebenernya sih sama

kaya GAS jadi yang udah terdaftar di

anaklangit.. tapi kan banyak anak-anak juga

yang kurang mau seperti itu, banyak yang

pengen pulang juga jadi kan kita juga gak bisa

paksakan.. karna anak-anak kan pengen main

atau apa gitu, jadi semua anak-anak yang terdata

di anaklangit boleh ikut program-program

tersebut yang penting yaa sehat jasmani rohani

gitu..

9. Berapa jumlah anak didik

yang ada di Yayasan

Keluarga Anaklangit?

Dulu sih banyak kak.. 150an lebih, karena

emang masih awal-awal merintis jadi banyak

anak-anak yang dateng.. makin kesini ada yang

pergi ada yang dateng.. sampe sekarang

mungkin sekitar 66 orang yang masih aktif ada

di databasenya anaklangit.

10. Dari rentang usia berapa anak Dari usia anak-anak PAUD sampai dengan

Page 188: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

didik yang ada di Yayasan

Keluarga Anaklangit?

SMA.

11. Dari wilayah mana saja anak

didik berasal?

Dari sekitaran wilayah Kota Tangerang aja,

terutama di daerah Tanah Gocap ini.

C. Evaluasi Proses

1. Bagaimana proses awal

perekrutan dan pendekatan

terhadap anak didik di

Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Untuk proses awalnya kita ada beberapa cara,

mulai dari perekrutan langsung, diantar dari

rumah singgah yang lain, dan diantar langsung

sama orangtua mereka yang emang pengen

anaknya belajar disini. Nah kalau untuk

sekarang ini, dengan cara door to door ke rumah

mereka, atau ketika mereka sedang dijalan

seperti berdagang, bermusik dijalan itu kita

omongkan pelan-pelan.. kita ada yayasan.. tapi

itu dulu sih saat awal pendiri-pendiri kita yang

udah membuka lahan itu kan.. jadi yang

kesininya tinggal mengembangkan lagi gitu kan.

Jadi mungkin ketika yang si gede-gede ini dulu

udah pernah disini ketika udah lulus mungkin

kayak “ayo sini dateng”.. ya jadi mereka

mengajak.. kaya dulu juga ada nih, udah sering

kesini, udah sering bercengkerama juga sama

kita.. itu faad, sama kakak kandungnya fais dan

Alhamdulillah setelah mendapat pelajaran di

anaklangit.. oh ini begini caranya.. ini begini..

dia membuka lagi salah tempat seperti ini tempat

belajar di dekat rumahnya di poris, namanya

Rumah Tawon yang fokus di daerah sana..

fokusnya anak-anak musik yang dijalan gitu..

tempatnya sama kaya kita ada saung juga, jadi

gak mati sih.. ada kehidupan yang baru.. seperti

itu sih paling.

2. Bagaimana pengelolaan

program yang ada di

anaklangit?

Jadi setiap program kita ada penanggungjawab

atau koordinatornya kak.. jadi setiap koordinator

program tugasnya beda-beda tergantung bidang

yang mereka handle, misalnya nih dari

kesehatan kita punya GAS (Gerakan Anak

Sehat) nah tugas koordinator GAS ya setiap

anak kita cari tau gizinya seberapa..

pertumbuhan dan perkembangan anaknya seperti

apa kekurangannya dimana kita cari solusi, gitu

kalau koordinator.

3. Bagaimana strategi Kalau untuk proses belajar kita fleksibel aja,

Page 189: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

pengajaran atau pelatihan

program yang dilakukan

untuk anak didik?

kalau anak-anak siap belajar, kita mengadakan

belajar bersama, terus kalau kitanya pun sama ya

kita buka kelas gitu, dalam arti kitanya pun sama

itu misalkan sama kakak-kakak yang sedang

mengadakan bakti sosial kita mengadakan kerja

sama.. yaudah itu mulailah disitu terbentuknya

pengajar yang lebih, kalau gak ada ya paling

sama kakak-kakaknya hanya pembahasan pr..

kalau ada kakak-kakak relawan, yaitu buka kelas

gitu.. kelasnya pun kita lakukan dengan santai

tapi tetap serius.. anak-anak bebas

mengekspresikan diri mereka, mau mereka

belajar sambil tiduran, ketawa-tawa kita bebasin

asalkan mereka bisa menyimak apa yang

disampaikan oleh kakak-kakaknya.

4. Siapa penanggungjawab

program pendidikan non

formal khususnya untuk

keterampilan seni?

Penanggungjawab untuk kreativitas dan art itu

dilimpahkan kepada Kak Rudy Bewok kita

panggilnya.. dia emang basicnya dari seni

makanya kita kasih tanggungjawab untuk

pegang kreativitas dan art.

5. Apa saja hambatan selama

proses pelaksanaan program?

Ya itu tadi sih, soal sumber daya manusianya

disini yang kurang jadi ya kita kurang maksimal

dalam mengelola programnya.

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Prestasi apa saja yang telah

diraih oleh Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Kalau prestasi individu, Kak Olin prestasinya di

arung jeram di timnya dia tapi membawa

bendera anaklangit juga.. itu juara arung jeram

nasional kalau gak salah.. kalau Kak Nas itu

juara bela diri kempo nasional atau provinsi gitu

saya lupa.. dan anak-anak juga kemaren juara

lomba-lomba gambar.. banyak Alhamdulillah,

kalau untuk program-program seperti recycle

robotic atau kesenian lainnya itu paling

apresiasinya ketika ada media yang datang

kesini dan mengekspos.. dan ketika ada acara,

semua kesenian itu kita suruh tampil semua..

kaya tari, recycle robotic juga kita adakan

workshopnya, perkusi juga kita tampilkan..

seperti itu paling apresiasi kita.. jadi dari media

kalau mau diliat dari jaman dulu sampai

sekarang di youtube juga ada, tinggal search aja

keluarga anaklangit.. muncul itu beberapa video

dari beberapa media yang ada di Indonesia gitu..

Page 190: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Alhamdulillahnya seperti itu.

2. Perubahan perilaku seperti

apa yang dialami oleh anak

didik setelah mengikuti

program di anaklangit?

Perubahan itu mungkin bisa diliat ketika mereka

pulang lagi ke rumah dan di rumah itu di

aplikasikan lagi apa yang didapat.. dan

orangtuanya pun melakukan hal yang sama

seperti di anaklangit. Kalau di anaklangit kan

anak-anak dilarang untuk bekerja.. bekerja

dalam arti mencari uang, tapi kalau kerja seperti

menyapu saung atau kerja bakti itu beda.. tapi

kalau dia pulang ke rumah terus disuruh bekerja

lagi ya tetap aja sih itu tektok sama kita jadi

berlawanan sama kita. Ya jadi perubahannya itu

bisa tercapai ketika di rumah itu anak disamakan

statusnya seperti dianaklangit, yaitu anak tidak

diperbolehkan bekerja dan hanya boleh belajar

dan bermain seperti itu.. ya paling anak-anak

disini kalau ketemu kita kan juga suka salam

sapa salim.. karena kita ngajarinnya kan 3s

senyum, sapa, salam, nah itu kita biasakan

seperti itu.

3. Seperti apa dampak yang

diperoleh dari anak didik

dalam jangka panjang dengan

adanya program ini?

Mereka sih dapat sesuatu yang positif pastinya,

kalau yang ikut mereka cenderung ingin ikut lagi

disini. Kaya yang tadi seperti program GAS,

misal orangtuanya gak pernah masak ikan

karena dari sini orangtuanya jadi masak ikan dan

daging.. pokonya dari sini jadi dapat sesuatu

yang positiflah.. mereka jadi tau tentang

hitungan gizi, terus masalah merawat diri juga

kalau seperti memotong kuku, dan rambut kalau

udah panjang.. kadang-kadang mereka mau

cukur tapi gak ada duit, yaudah

kita kasih duit anak-anaknya. Dan untuk

program nonformal kaya seni musik perkusi dan

seni tari, mereka bisa dapatkan kemampuan atau

skill serta kepercayaan diri juga kan dari situ.

4. Adakah manfaat yang didapat

bagi lingkungan masyarakat

sekitar dengan adanya

Yayasan Keluarga Anaklangit

ini

Kalau bicara manfaat untuk masyarakat sekitar

pastinya ada ya.. nih kalau bisa dilihat kan

kawasan anaklangit ini ditanami dan ditumbuhin

banyak pohon, ada pohon salak, pohon sirih, ada

pohon pandan juga.. ada juga pohon bambu

kuning tuh yang paling sering dicari sama

orang.. dan tumbuhan disini boleh dimanfaatkan

oleh warga sekitar.. gitu sih paling dari segi

sumber daya alamnya. Selain itu kan anak-anak

Page 191: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

mereka juga bisa belajar dan bermain disini,

orangtua bisa fokus kerjanya, jadi kita ikut

membantu meringankan beban merekalah.

5. Bagaimana keberlanjutan

program pendidikan non

formal di Yayasan Keluarga

Anaklangit kedepannya?

Kita gak bisa menjamin kapan program ini akan

selesai ya.. selama kita masih didukung terus

oleh pemkot maupun masyarakat ya kita akan

terus berlanjut dan akan mengembangkan lagi

anaklangit menjadi lebih baik lagi.

Page 192: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TRANSKRIP WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Pengurus Yayasan Keluarga Anaklangit

Informan : Abdurahman Harits (Iman)

Jabatan : Penanggungjawab Pendidikan

Hari/Tanggal Wawancara : 24 Januari 2016

Waktu Wawancara : 15.00

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Bagaimana latar belakang berdirinya

Yayasan Keluarga Anaklangit?

Jadi dulu ada sebuah komunitas yang

bergerak di bidang penyelamatan

bencana, yang memiliki kepedulian

lebih terhadap masalah kemanusiaan

di Tangerang ini.. nah dari situ

mereka kebetulan memiliki

pemikiran dan visi misi yang sama

untuk mendirikan anaklangit ini..

karena mereka melihat di daerah ini

cukup banyak anak-anak yang

memiliki keterbatasan yang masih

bisa dibina dan diberikan pendidikan

agar menjadi anak bangsa yang lebih

baik lagi.

2. Apa tujuan dan visi misi dibentuknya

Yayasan Keluarga Anaklangit?

Kalau yang saya ingat, yayasan ini

mempunyai visi menyelenggarakan

kegiatan sosial dan kemanusiaan

berlandaskan prinsip non-partisan,

jujur, independen, mandiri, dan

profesional, serta menjunjung tinggi

etika dan semangat kebersamaan.

Tujuannya adalah untuk menjadikan

anak jalanan ini sebagai anak yang

cerdas, mandiri dan berbudi luhur.

3. Apa latar belakang serta tujuan

dibentuknya program pendidikan non

formal di rumah belajar Yayasan

Keluarga Anaklangit?

Kita kasih ke mereka pendidikan

atau kegiatan pelatihan itu gunanya

untuk memberikan ilmu dan basic-

basic yang nantinya akan membantu

kehidupan mereka ke depannya.

Page 193: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

4. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi

dalam mencapai tujuan program?

Kalau ditanya hambatan sih banyak

ya.. cuma yang paling dibutuhkan

untuk sekarang ini memang SDM

sih. Kan sekarang pengurus juga gak

banyak dan masing-masing punya

kesibukan di tempat lain juga.

B. Evaluasi Input

1. Bagaimana latar belakang anak didik

yang ada di Yayasan Keluarga

Anaklangit ini?

Kalau latar belakang mereka ya

macem-macem.. ada yang korban

kekerasan dalam keluarga, ada yang

dari mereka yang suka turun ke

jalan.. ngamen, dagang, ngelem ah

segala macem gitu kan.. atau dari

mereka yang ekonominya kurang,

banyak sih. Tapi dari semuanya rata-

rata emang yang memiliki masalah

ekonomi ya seperti itu..

2. Berapa jumlah staff dan pengajar di

Yayasan Keluarga Anaklangit serta

bagaimana latar belakang pendidikannya?

Untuk sekarang ini kurang lebih

pengurusnya ada 10 yang aktif..

3. Program/layanan seperti apa yang

diberikan oleh Rumah Belajar Keluarga

Anaklangit?

Dari latar belakangnya mereka yang

seperti itu, gimana caranya kita

ngasih panduan atau basic ke

mereka, entah itu dari segi

pendidikan atau moral atau dari

kesenian, mereka biar ada basic

kedepannya.. nggak hanya satu kita

kasih basic, misalnya kesenian tari,

olahraga futsal atau segala macem..

tapi nanti dia yang milih sendiri

diantara basic-basic itu mana yang

mereka suka dan mereka akan

tekunkan, jadi kita tidak

memaksakan mereka harus kesini..

nggak kaya gitu, kita aja dipaksa

orang tua gak mau kan.. karna kan

kita punya prinsip masing-masing,

begitupun mereka, karena mereka

juga kan lagi fase remaja.. jadi rasa

ingin taunya juga lebih besar gitu

pada saat-saat sekarang seperti itu.

Page 194: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

4. Bagaimana Yayasan Keluarga Anaklangit

dalam menjalin kemitraan dan mencari

donatur?

Kalau untuk donatur kita belum ada

donatur tetap, jadi jika ada yang

ingin menyumbang atau berdonasi

kita terima dan kita kasih tau juga

sih di websitenya anaklangit jika ada

yang ingin bermanfaat bersama

kami. Kemudian kalau untuk mitra

kita punya banyak sih, salah satunya

itu yang paling sering membantu kita

dari awal itu dari Dynaplast, ini

saung-saung yang ada disini adalah

hasil dari csrnya Dynaplast.. kecuali

saung tua ini ya.. ini kami bangun

dari hasil uang kami sendiri..

5. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk

mendanai program pendidikan non

formal?

Untuk biaya tetap sih gak ada ya,

jadi kalau untuk biaya itu

dikeluarkannya per kebutuhan aja.

Kalau untuk PKSA sendiri itu kita

dapet dana dari dinsos pertahunnya

satu juta.. jadi kita manage

sedemikian rupa dengan dana segitu.

Untuk program pendidikan non

formal itu juga dikeluarkan hanya

per kebutuhan.. paling di bawah

500ribu sih.

6. Berapa jumlah anak didik yang ada di

Yayasan Keluarga Anaklangit?

Hmm sekarang ini sekitar 50an

lebihlah, nanti minta aja

databasenya anak-anak buat lebih

jelasnya.

.

10. Dari rentang usia berapa anak didik yang

ada di Yayasan Keluarga Anaklangit?

Dari usia PAUD yah.. sampai remaja

sih SMA..

11. Dari wilayah mana saja anak didik

berasal?

Sekitaran Kota Tangerang aja sih

khusunya daerah sini…

C. Evaluasi Proses

1. Bagaimana proses awal perekrutan anak

didik di Yayasan Keluarga Anaklangit?

Prosesnya itu dulu para pendiri sih

yang melakukan, ada yang turun

langsung ke jalan.. ada yang

dititipkan sama orangtuanya, ada

juga yang dari rumah singgah lain

menitipkan ke kita.

Page 195: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

2. Bagaimana pendekatan terhadap anak

tersebut?

Pendekatannya ya.. kita ambil

contoh satu anak namanya Iwan.

Iwan Saputra ini kita temukan di

Jembatan Robinson, orangnya dari

kecil susah ngomong pun tidak, dia

kalo gak perlu-perlu amat gak bakal

ngomong.. sampe sekarang udah

SMP. Misalnya ada mahasiswa yang

psikolog ya dateng kesini nyoba

ngobrol, susah juga sama. Nah kita

cari tau kenapa sebabnya nih si anak

begini, caranya dengan kita cari tau

keluarganya. Akhirnya telusuk

punya telusuk dapetlah keluarganya

tinggal di tigaraksa, jadi dia dari

kecil dulu ibunya masih muda tapi

keluar dari rumah bertemu seorang

laki-laki yang udah cukup tua umur

35 lah tapi si ibunya ini di bawah 20,

kan jauhlah ya..terus nikahlah,

dibawalah ke lampung karna si

suaminya ini orang lampung. Sudah

punya anak dua, yang pertama cewe

yang kedua si Iwan, kemudian hamil

lagi anak ketiga.. waktu itu sudah

balik lagi kesini, pas melahirkan ini

ibunya meninggal, terus bapaknya

pergi gitu aja ninggalin sambil bawa

anak yang pertama, nah si Iwan ini

ditelantarin gitu aja dari kecil dari

sebelum TK kali yah. Jadi itu

sebabnya, mungkin dari latar

belakang masalah keluarga. Tapi ada

nih satu bidang yang dia tekunin

yaitu IT, kalau kita kasih IT,

masalah komputer, games atau

segala macem dia nomor satu.

3. Siapa penanggungjawab program

pendidikan non formal khususnya untuk

keterampilan seni?

Kalau untuk program pendidikan

kesejahteraan anak itu dipegang oleh

saya sendiri, tapi kalau untuk

pendidikan non formal seperti

kreativitas dan art itu dipegang oleh

kak Rudy.. kebetulan kak Rudy itu

sekarang lagi ada kesibukan dan

jarang ke sini lagi..

Page 196: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

4. Apa saja hambatan selama proses

pelaksanaan program?

Banyak ya kalau mau bicara

hambatan.. tadi udah disebutin soal

sdm kan, adalagi wacana baru-baru

ini katanya kita tahun ini mau kena

gusur karna ini kan lahannya

pemkot, belum ada omongan lagi sih

sampai sekarang. Mungkin nanti

kalau emang jadi, kita bisa

musyawarah lagi dengan pemkot

karena kan anaklangit juga

memberikan banyak kontribusi

terhadap masalah sosial yang ada di

sini kan.. jadi mereka juga akan

mempertimbangkan lagi lah gimana

baiknya..

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Perubahan seperti apa yang ingin

dilakukan oleh Yayasan Keluarga

Anaklangit ini kepada anak didiknya?

Anak-anak yang disini ini kan latar

belakangnya seperti yang sudah saya

ceritakan tadi, jadi ya mereka masih

suka berantem, masih suka ngelem,

masih suka begajulan segala macem

nah gimana caranya mereka bisa

berenti tapi step by step.. perlahan

perlahan perlahan..berenti, seperti

itu. Salah satunya pendiri rumah

tawon, itu yang dulu bandel-bandel

sekarang jadi atlet bela diri kempo,

Alhamdulillah mereka udah ikut sea

games, jadi basicly olahraga,

kesenian, agama sama pendidikan

kita kasih ke mereka tapi mereka

sendiri yang akan memilih salah satu

diantara itu semua karna kita tidak

memaksakan. Jadi dengan semua

basic yang kita kasih, kita harap sih

mereka bisa merubah kebiasaan

negatif yang dulunya sering

dilakukan, menjadi kegiatan positif

yang memberikan mereka bekal

hidup nantinya.

3. Bagaimana perubahan anak-anak didik

ini setelah belajar dari Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Setelah mereka bergabung di

Yayasan Keluarga Anaklangit ini,

lalu mendapat pelajaran baik itu soal

agama, kesenian, olahraga dan

sebagainya itu mereka sudah

Page 197: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

mengurangi aktifitasnya di jalan

terutama aktifitas yang negatifnya

ya..

4. Apakah Yayasan Keluarga Anaklangit

melakukan monitoring terhadap

perubahan perilaku anak-anak didiknya?

Ya tentunya kita selalu memantau

perkembangan dan perubahan

perilaku mereka. Caranya ya dengan

dari jauh kita memantau gimana sih

perilaku mereka kalau udah di luar

anaklangit, pastinya kita pantau gak

dari deket ya.. ntar yang ada mereka

kabur.. ya sebagian ada yang sudah

mengurangi aktifitasnya dijalan kaya

ngamen atau berdagang, tapi yaa

sebagian masih ada yang seperti itu..

5. Bagaimana keberlanjutan program

pendidikan non formal di Yayasan

Keluarga Anaklangit kedepannya?

Selama ada pendanaan dan orang-

orang yang terus loyal dalam

membantu mengembangkan

kemajuan anaklangit, kita pasti akan

terus jalan untuk mengatasi masalah

sosial kemanusiaan yang ada di

sini…

Page 198: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TRANSKRIP WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Pengajar Program

Informan : Dita Agustina

Jabatan : Pelatih Kesenian Tari

Hari/Tanggal Wawancara : Rabu 25 Mei 2016

Waktu Wawancara : 12.35 s.d. 13.00 WIB

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Apakah program seni tari di

anaklangit benar-benar

dibutuhkan oleh anak didik?

Menurut Dita sih bener-bener dibutuhin sih

ya.. karna anak-anak disekitaran sini kan

asalnya dari anak kurang mampu, dan

mereka butuh sesuatu hal atau kegiatan

yang positif yang dikasih cuma-cuma gitu.

Nah yaudah kita kasih keterampilan menari

khusunya tari tradisional. Karna orang tuh

kebanyakan pada kurang tau tentang seni

tari tradisional.. karna sekarang kan

kebanyakan tarian modern ya.. terus buat

apa nih kita punya tarian tradisional kalo

gak di jaga lama-lama bakalan ilang kan..

jadi seni tari disini emang dibutuhin karna

buat melestarikan tari tradisional juga.

2. Tujuan apa yang ingin dicapai

oleh program pendidikan

nonformal seperti kesenian tari

ini?

Kalau buat yang baru belajar nih ya.. gak

usah jauh-jauh ke perform deh, dia bisa

untuk belajar gimana sih cara maju

kedepan.. terus gimana caranya berani

tampil di depan orang.. percaya diri.. jadi

tujuannya sih buat mengajarkan

keterampilan, keberanian sama kepercayaan

diri buat anak-anak disini aja gitu.

3. Kebutuhan apa saja yang belum

terpenuhi oleh program kesenian

tari dan perkusi?

Ya kostum sih.. kemaren kan kita udah

sempet bikin kostum tapi ya masih kurang

banyak gitu. Make up juga. Kalau kita

tampil terus kita dapet uang ya kita sisihin

buat beli apa yang kurang.. kalau dulu

sebelum kita bikin kostum tuh kita cuma

pakai kain dan kainnya sendiri kita suruh

Page 199: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

bawa dari rumah masing-masing..

4. Tujuan pengembangan apakah

yang belum tercapai oleh program

kesenian tari?

Ya pengennya sih lebih bisa dikenal lagi

sama masyarakat.. jadi pengennya

tampilnya ke luar, biar orang tuh ngeliat

kemampuan anaklangit.. jadi pengen gitu

tampil di acara yang bener-bener gede

gedean gitu..

5. Tujuan pengembangan apakah

yang dapat membantu

mengembangkan masyarakat

sekitar melalui seni tari?

Hmm ada aja sih ya.. kayak misalkan

kebanyakan kan nih anak-anak di sekitar

lingkungan sini sering main-main yang gak

jelas kan.. jadi tuh kita omongin ke mereka,

ayolah kesini.. kita latihan nari sebentar aja..

kaya gitu sih daripada mereka ngabisin

waktu main ps atau warnet, jadi kita aja

kesini latihan nari sebentar.. jadi

orangtuanya juga tau dan jelas gitu anaknya

lagi ngapain.. dan mereka juga kayak

seneng.. oiyaya anak saya jadi lebih rajin,

gak main terus kerjaannya.. paling kayak

gitu sih..

B. Evaluasi Input

1. Berapa jumlah anak didik yang

mengikuti program seni tari?

Ada sekitar 16 orang, jadi ada dua gitu

kelompok, ada yang kecil sama yang

remaja, yang kecil tuh yang seumuran

PAUD 8 orang.. terus kalo yang remaja juga

sama sih 8 orang.

2. Dari rentang usia berapa saja anak

didik yang mengikuti program

tersebut?

Dari 3 tahun sampai 15 tahun..

3. Apa saja sarana atau fasilitas yang

sudah terpenuhi?

Yang udah ada itu tape/speaker sama kaset

untuk lagu-lagunya. Kadang juga kita pake

hp sih biar gampang..

4. Apa saja sarana dan fasilitas

penunjang yang belum terpenuhi?

Yang belum ada itu kostum tari, jadi kita

kalau tampil juga cuma pake kain sama

selendang aja. Terus alat make up juga

belum punya sendiri kak..

5. Berapa jumlah pengajar seni tari

dan bagaimana pertimbangan

dalam memilih pengajar?

Dari tahun 2014 awal ada seni tari disini

pengajarnya 1 orang dari sanggar gitu

namanya Bu Ulfa, terus beliau keluar dan

digantiin sama Kak Syifa, dia ini relawan

disini ibunya Kak Syifa itu penari terkenal

jadi Kak Syifa ngajarin kita disini.. tapi skrg

karna dia ibunya sakit terus sibuk kuliah

juga akhirnya Dita yang gantiin, mungkin

Page 200: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

karna Dita yang lebih bisa nari dan bisa

ngajarin ke temen-temen Dita yang lain.

C. Evaluasi Proses

1. Hari apa dan pukul berapa

kegiatan pelatihan keterampilan

seni tari ini dilakukan?

Kalau jadwalnya itu buat yang anak

kecilnya itu setiap hari sabtu.. sabtunya

sabtu siang pukul 12.30. Terus yang

gedenya itu dari sore pukul 15.00, jadi yang

kecil siang terus pas sore lanjut ke yang

gedenya. Tapi waktu pemanasan sih kita

bareng.. terus ganti-gantian aja yang

kecilnya dulu baru yang gedenya.

2. Bagaimana strategi dalam melatih

atau mengajarkan tari ini pada

anak didik?

Emang sih agak susah ngatur yang anak-

anak paud karna mereka kan masih kecil

juga maklum jadi Dita fleksibel aja sih.. jadi

Dita yang ngikutin maunya anak itu. Kalau

mereka minta nari Dita langsung ngajarin,

tapi kalau mereka minta istirahat dulu nih

misal mau beli es yaudah Dita istirahatin

dulu.. jadi ya gitusih caranya Dita supaya si

anak seneng Dita gak paksain latihan terus..

3. Seni tari apa saja yang diajarkan

di Yayasan Keluarga Anaklangit?

Kalau buat yang gede tari lenggang, terus

yang kecilnya itu tari cublak suweng.

Tadinya juga kan kita belum bisa lenggang

yang gede-gedenya nih, belajar cublak

dulu.. nah yang kecilnya itu tari mbok jamu.

Akhirnya kita udah bisa tukeran, yang

cublak buat yang kecil yang gedenya

lenggang. Terus yang gedenya juga

sekarang lagi belajar lagi buat tari

Sipatokaan, sama tari-tari yang lain, dan itu

kita belajar sendiri..

4. Hambatan apa saja yang dirasakan

selama proses pelaksanaan

program?

Hambatannya kalau sewaktu-waktu hujan..

karena kita kan belum punya sanggar

sendiri.. jadi kita latihan di panggung

apresiasi aja, kalau hujan akhirnya kita

pindah ke saung.

5. Bagaimana prosedur agar

anakdidik bisa mengikuti

kesenian tari di yayasan keluarga

anaklangit?

Kita gak ada prosedur yang gimana-gimana

ya.. jadi yang mau ikut aja. Malah kita

ajakin yang mau ikut dan kita suruh supaya

gak usah malu karna kita semua kan masih

belajar juga, yang penting si anaknya ini

mau aja.. dan kita juga gak maksa. Jadi yang

mau ikut latihan seni tari paling bilangnya

ke Dita dulu gitu..

Page 201: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Pengalaman/prestasi apa saja

yang sudah pernah didapat dari

kesenian tari/perkusi di anaklangit

ini?

Dari pengalaman ya kak.. kita udah sering

diundang untuk perform di Mall atau acara-

acara yang diselenggarakan sama PT atau

acara-acara sosial gitu..

2. Perubahan perilaku seperti apa

yang dialami oleh anak didik

setelah mengikuti program di

anaklangit?

Mereka jadi lebih bisa berani tampil di

depan umum dan percaya diri karena

mereka punya suatu keahlian yang bisa

dibanggain buat diri sendiri, orangtua atau

masyarakat gitu..

3. Apakah dampak yang diperoleh

siswa dalam waktu yang relatif

panjang dengan adanya program

seni tari ini?

Mereka jadi punya keahlian menari yang

bisa mereka kembangin lagi kedepannya

dan bisa jadi sesuatu yang menghasilkan

uang kalau mereka tekuni dengan sungguh-

sungguh.

4. Apakah sejauh ini pelatihan

keterampilan seni tari ini sudah

maksimal atau belum?

Kalau dibilang maksimal sih kita masih ada

kekurangan ya.. Dita juga sebagai pengajar

juga masih kesusahan karna kadang adakan

nih gerakan yang susah banget.. gimana

caranya Dita biar ngasih ke anak kecil itu

tuh gak susah gitu loh.. padahal kan kalau

ngeliat youtube kayaknya ribet banget.. tapi

Dita rubah lagi jadi yang lebih mudah.. jadi

biar anak-anak lebih ngerti gitu.

5. Apa harapan anda kedepan

dengan adanya program yang

dimiliki di Yayasan Keluarga

Anaklangit ini?

Semoga aja lebih sukses lagi.. lebih banyak

yang mau dateng lagi terus lebih banyak ada

orang yang mau peduli sama anaklangit

terus mau jadi pengajar gitu.. karena disini

sekarang kan cuma ngandelin relawan yang

kadang dateng terus pergi lagi..

Page 202: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TRANSKRIP WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit

Informan : Ellisa Melinia

Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 25 Mei 2016

Waktu Wawancara : 10.00 s.d 11.00

Motto Hidup : Be Yourself

Sekolah : SMK Yuppentek 7 Tangerang

Alamat : Jalan Akses Karawaci Ilir, Tanah Gocap

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Sudah berapa lama anda

bergabung menjadi anak didik

disini?

Udah mau 7 tahun..

2. Darimana anda mendengar

tentang adanya Yayasan Rumah

Belajar Keluarga Anaklangit?

Tau dari temen sih sebenernya.. dulu itu

awalnya diajak-ajak sama temen, jadi waktu

itu kan lagi lebaran haji, jadikan biasalah

kita keliling-keliling nyari daging, kebetulan

tuh di anaklangit juga motong qurban gitu

kan, jadi diajak kesini.. awalanya sih kaya

bingung ini tempat apaan sih, tapi semenjak

ngobrol sama salah satu pengurus disini yaa

jadinya tertarik buat kesini juga.. gitu ka.

3. Menurut anda, bagaimana

program pendidikan nonformal

yang ada di Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Menurut saya program di anaklangit itu

bagus ya sebenernya buat ngembangin bakat

sama potensi anak-anak kayak kita gini..

B. Evaluasi Input

1. Program pendidikan non formal

seperti apa yang anda ikuti di

anaklangit?

Perkusi, terus kaya seni juga, sama musik..

pokoknya yang berbau seni sama musik

2. Apa alasan anda mengikuti

program tersebut?

Mungkin emang saya suka seni sih.. jadi

emang mau ikut, karena disini ada.. kenapa

kita gak ngambil kan peluang juga. Kenapa

saya pilih perkusi juga, soalnya kalau

perkusi menurut saya itu kreatif gitu kan

alatnya diambil dari barang-barang bekas

jadi bikin saya tertarik aja buat lebih

ngembangin kreativitas saya kak.. bosen

Page 203: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

juga sih kalo liat musik pasti alat2nya

modern terus, kalau ini kan kita kaya out of

the box gitu jadi keren aja sih

3. Bagaimana perasaan anda setelah

mengikuti program tersebut?

Yang pastinya seneng.. karena kan jadi

punya banyak temen baru, kita bisa

ngumpul-ngumpul sambil selesai latihan

sharing-sharing juga, jadi dapet ilmu sama

pelajaran baru.. udah gitu bangga aja bisa

diundang buat tampil perkusi dimana-

mana..

4. Bagaimana kesan anda terhadap

pengajar atau pelatih program?

Kalau untuk pengajarnya sih paling kan dari

luar ya asik-asik sih mereka.. dateng kesini

bisa sharing-sharing.. dapet keluarga baru

juga..

5. Kebutuhan apa saja yang belum

terpenuhi pada program tersebut?

Kalau fasilitas sih belum maksimal ya..

karena kita banyak yang suka musik, paling

kaya studio musik yang belum ada.. dulu sih

sempat ada, cuma kan sekarang dijadiin

kantor..

C. Evaluasi Proses

1. Hari apa dan pukul berapa

kegiatan pelatihan keterampilan

perkusi ini dilakukan?

Setiap hari kamis malem dan sabtu malem

sehabis shalat magrib biasanya..

2. Bagaimana suasana belajar atau

suasana latihannya?

Kita latihannya santai kok, saling akrab juga

satu sama lain.. kalau ada yang belum lancar

kita kasih tau dan kita ajarin sampe bisa

3. Berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk berlatih

perkusi?

Satu jam lah kira-kira

4. Hambatan apa saja yang dirasakan

selama proses latihan?

Ya ada.. kan saya kalau disekolahan ikut

ekstrakurikuler juga, jadi palingkan kita

dijadwalin latihan kan malem kamis sama

malem sabtu.. nah saat malem kamis kan

saya main basket, malem sabtu kumpul osis,

jadi kadang gak bisa latihan gitu.. kalau dari

keluarga sih ngedukung banget, saya kalau

gak ijin juga tetep diijinin sama orang tua

saya hehehe

5. Apa yang anda dapatkan selama Ilmu baru, pengalaman baru, kakak-kakak

Page 204: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

proses latihan?

dan adik-adik baru..

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Pengalaman/prestasi apa saja

yang sudah pernah anda dapat

dari perkusi di anaklangit ini?

Perkusi bangun pagi punya anaklangit ini

sering tampil diacara-acara yang diadain di

Mall atau acara-acara yang bertema-tema

tertentu kak.. kayak waktu itu kita tampil

diacara Earth Hour, terus kita juga pernah

tampil di Indonesia Morning Show yang di

Net tv.

2. Perubahan perilaku seperti apa

yang anda rasakan setelah

mengikuti program di anaklangit?

Dulu yang tadinya saya cuma suka maen

maen gak jelas tapi sekarang saya punya

kegiatan yang lebih bermanfaat kak.. lebih

rajin belajar, bantu orangtua, rajin ibadah

juga.. saya bisa sekolah sampe SMA kan

juga karna anaklangit..

3. Manfaat apa yang anda peroleh

setelah mengikuti program

tersebut?

Saya jadi punya keahlian dan bakat di

bidang seni kak.. pas udah ikut perkusi di

anaklangit saya jadi bisa tampil dimana-

mana hehe jadi makin eksis..

4. Apakah kedepannya anda akan

terus mengikuti program tersebut?

Iya kak, Insya Allah saya mau jadi penerus

di anaklangit gantiin kakak-kakak pengurus

yang sekarang..

5. Apa harapan anda kedepan untuk

Yayasan Keluarga Anaklangit ini?

Harapan kedepannya itu ya pengen biar

anaklangit itu lebih dikenal di masyarakat

luar.. kan ada beberapa juga yang tau kalau

anaklangit itu tempatnya anak-anak

jalanan.. anak-anak yang gak bener, padahal

kan sebenernya enggak.. mungkin karena

mereka nggak tau anaklangit lebih jauh aja..

makanya itu kita pengen buktiin ya kalau

anaklangit itu kreatif.. bisa main musik dll..

6. Bagaimana kesan anda selama

belajar di anaklangit dari dulu

sampai sekarang?

Kesannya ya.. dari dulu sampai sekarang sih

banyak banget perubahan, dari orang-

orangnya.. maksudnya kalau dulu tuh

pengurus sama andik-andiknya itu bisa lebih

nyatu.. apa-apa itu bisa dikerjain bareng-

bareng, jadi kebersamaannya emang kuat

banget kalau dulu tuh.. kalau sekarang

mungkin saya ngeliatnya kurang juga sih,

lagian juga kan kalau dulu tuh andik-

andiknya juga banyak kan biasa diitung

sampai ratusan.. tapi sekarang kakak liat

aja.. sepi kan.. cuma puluhan tapi itu juga

gak ngumpul semua. Terus kalau pengurus

yang dulu emang andik-andiknya bener-

Page 205: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

bener diteken gitu sih, ibadah.. ibadah gitu..

lebih tegas gitu kak ke kitanya.. mungkin

kalau pengurus yang dulu itu lebih ke

otoriter untuk ngedisiplinin kitanya.. kalau

sekarang lebih ke yang demokrasi mungkin

yaa.. jadi kesadaran dari diri si andiknya

sendiri.

Kalau pesannya mungkin ya biar

kebersamaannya lebih ditingkatin lagi,

karena kan akhir-akhir ini ngeliatnya kayak

masing-masing.. pengennya tuh ya bareng-

bareng lagi kaya dulu..

Page 206: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TRANSKRIP WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit

Informan : Dela Ameliana

Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 27 Agustus 2016

Waktu Wawancara : 10.00 s.d 11.00

Motto Hidup : Ingin Jadi Orang Sukses

Sekolah : SDN 19 Tangerang

Alamat : Karawaci Ilir, Tanah Gocap

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Sudah berapa lama anda

bergabung menjadi anak didik

disini?

Dari semenjak paud kak..

2. Darimana anda mendengar

tentang adanya Yayasan Rumah

Belajar Keluarga Anaklangit?

Diajak sama kak adi buat belajar disini..

3. Menurut anda, bagaimana

program pendidikan nonformal

yang ada di Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Kalo kata aku.. kegiatannya itu positif sih

kak, soalnya kan kita jadi bisa nyalurin hobi

atau bakat kayak nari, perkusi, daur ulang

sampah, gitu..

B. Evaluasi Input

1. Program pendidikan non formal

seperti apa yang anda ikuti di

anaklangit?

Aku ikut seni tari kak

2. Apa alasan anda mengikuti

program tersebut?

Awalnya aku pengen belajar nari gara-gra

ngeliat temen-temen pada nari terus aku jadi

pengen juga kak, pas udah ikut ternyata aku

jadi suka…

3. Bagaimana perasaan anda setelah

mengikuti program tersebut?

Seneng kak ikut belajar dianaklangit.. jadi

punya tempat buat kita mampir, ngisi

waktu, belajar, main-main bareng, istirahat,

makan, ngumpul semuanya disini.. nyaman

aja daripada main-main gajelas di jalanan..

4. Bagaimana kesan anda terhadap

pengajar atau pelatih program?

Bingung sih karna kebanyakan relawannya

juga.. jadi misalkan hari ini yang ngajar ini

terus besok tiba-tiba beda.. jadi gak tetap

satu orang gitu.. jadinya banyak. Karna kan

Page 207: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

yang ngelatih kita juga dari relawan, jadi

tiap2 relawan juga ngajarinnya beda-beda,

jd pelajaran yang kita dapet juga beda-

beda.. kalo menurut saya sih kurang efektif

ya.. karna kan gak kaya disekolah yang

diajarin sama guru itu pelajarannya juga

sama gitu.. jadi kitanya gak bingung.

5. Kebutuhan apa saja yang belum

terpenuhi pada program tersebut?

Paling tempat kayak buat latihan kitanya,

terus alat-alat narinya juga masih kurang sih

kaya make up sama kostum..

C. Evaluasi Proses

1. Hari apa dan pukul berapa

kegiatan pelatihan keterampilan

seni tari ini dilakukan?

kamis malem dan sabtu malem

2. Bagaimana suasana belajar atau

suasana latihannya?

Suasananya enak sih, disini tenang.. adem,

tempatnya juga nyaman aja gitu

3. Berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk berlatih seni

tari?

Satu jam

4. Hambatan apa saja yang dirasakan

selama proses latihan?

Hambatannya gak sering sih, palingan

kadang aku gak ikut latihan karna bantu

orangtua di rumah

5. Apa yang anda dapatkan selama

proses latihan?

Keterampilan nari, sama percaya diri kak

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Pengalaman/prestasi apa saja

yang sudah pernah anda dapat

dari kegiatan seni tari di

anaklangit ini?

Kita sering diundang untuk tampil di mall,

atau acara-acara dari PT gitu kak, jadi di

sana kita tampil buat nari

2. Perubahan perilaku seperti apa

yang anda rasakan setelah

mengikuti program di anaklangit?

Lebih rajin dan percaya diri kak.. kita juga

jadi lebih kreatif gara-gara kegiatan ini

3. Manfaat apa yang anda peroleh

setelah mengikuti program

tersebut?

Yaa kan kalo aku kan ikut nari, jadi aku bisa

belajar gerakan-gerakan tari yang tadinya

aku gak bisa. Aku juga jadi berani tampil di

depan orang-orang kak..

Page 208: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

4. Apakah kedepannya anda akan

terus mengikuti program tersebut?

Gak tau kak.. Insya Allah sih nanti semoga

bisa terus jd bagian dari anaklangit..

5. Apa harapan anda kedepan untuk

Yayasan Keluarga Anaklangit ini?

Harapannya ya yayasan kayak dulu lagi..

bisa rame lagi, kakak-kakaknya juga banyak

gitu.. pengen kayak dululah.. beda soalnya

beda sama kayak sekarang. Dulu lebih enak,

kakaknya banyak andiknya juga banyak..

jadi kalo apa-apa kayak makan bareng,

sholat juga bareng, semuanya apa-apa kita

bareng ngerjain tugas apa gitu bareng..

misalkan yang nyapu.. nyapu gitu disini

semuanya.. enak.

Page 209: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TRANSKRIP WAWANCARA

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit

Informan : Dita

Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 25 Mei 2016

Waktu Wawancara : 12.00 s.d 12.30 WIB

Motto Hidup : Ingin lebih baik dan menggapai cita-cita

Sekolah : MTS Negeri 1 Tangerang

Alamat rumah : Jalan Akses Karawaci Ilir, Tanah Gocap

No. Pertanyaan Jawaban

A. Evaluasi Konteks

1. Sudah berapa lama anda

bergabung menjadi anak didik

disini?

Dari 2013, ya baru sih.. pas kelas 6 baru aku

mau gabung..

2. Darimana anda mendengar

tentang adanya Yayasan Rumah

Belajar Keluarga Anaklangit?

Dari mama.. jadi awalnya tuh mama

dikasihtau sama Kak Uyus salah satu kakak

pendiri yang dulu, terus aku diajak gabung

disini..

3. Menurut anda, bagaimana

program pendidikan nonformal

yang ada di Yayasan Keluarga

Anaklangit?

Programnya itu positif ya.. cuma sekarang

ini lagi kurang tenaga pengajar kak, aku

disini sebagai anak didik dan sekarang aku

juga ngajarin tari buat temen-temen yang

lain..

B. Evaluasi Input

1. Program pendidikan non formal

seperti apa yang anda ikuti di

anaklangit?

Seni tari sama ngajar ngaji juga sih..

2. Apa alasan anda mengikuti

program tersebut?

Biar bisa ngajarin tari.. terus biar kita juga

tau apa sih seni tari itu.. kan tadinya aku

juga kayak gak pengen banget gitu loh nari..

apaan sih nari.. jadi tadinya aku gak

kepikiran loh ternyata aku bisa nari, tapi

disini ternyata bisa dan akhirnya bisa

ngajarin juga..

3. Bagaimana perasaan anda setelah

mengikuti program tersebut?

Seneng ya pastinya.. yang tadinya gak bisa

nari jadi bisa nari.. yang aku tadinya males-

malesan jadi bisa belajar aku dulu dong

Page 210: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

yang harus bisa.. baru bisa ngajarin ke yang

kecil gitu..

4. Bagaimana kesan anda terhadap

pengajar atau pelatih program?

Enak sih diajarin sama kakak-kakaknya..

gak terlalu bertele-tele gitu misalkan kita

mau belajar ini.. kakaknya tuh langsung

ngasihtau oh ini loh intinya.. jadi gak ribet

kayak disekolahan, nah kalau kakak-

kakaknya tuh simpel kalo ngajarin

5. Kebutuhan apa saja yang belum

terpenuhi pada program tersebut?

Sanggar tari, kostum, sama peralatan make

up..

C. Evaluasi Proses

1. Hari apa dan pukul berapa

kegiatan pelatihan keterampilan

seni tari ini dilakukan?

Setiap sabtu siang dan sore

2. Bagaimana suasana belajar atau

suasana latihannya?

Karena kita latihannya di panggung

apresiasi jadi ya suasananya kalau siang itu

panas tapi tetep sejuk sih karena kan banyak

pohon..

3. Berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk berlatih

perkusi?

Kurang lebih satu jam

4. Hambatan apa saja yang dirasakan

selama proses latihan?

Dari cuaca sih kak.. karna kita latihan di

outdoor jadi kalau hujan ya harus pindah ke

saung aja karna kita gak ada sanggar..

5. Apa yang anda dapatkan selama

proses latihan?

keahlian nari terutama untuk gerakan tarian

aku banyak dapet pelajaran..

D. Evaluasi Produk/Hasil

1. Pengalaman/prestasi apa saja

yang sudah pernah anda dapat

dari seni tari di anaklangit ini?

Kalo prestasi kita belum ada.. cuma

perform-perform aja.. dan yang paling gede

tuh performnya diacara yang diadain dari

PT gitu.. tapi biasanya kita sih tampil

diacara kayak penyambutan siapa gitu.. di

universitas juga udah banyak..

2. Perubahan perilaku seperti apa

yang anda rasakan setelah

mengikuti program di anaklangit?

Aku jadi lebih rajin dan mandiri kak. Aku

belajar sesuatu pasti dimulai dari diri aku

dulu baru akan nularin ke temen-temen atau

adik-adiknya..

Page 211: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

3. Manfaat apa yang anda peroleh

setelah mengikuti program

tersebut?

Jadi semenjak ikut tari.. kita bisa tampil

diluaran gitu loh banyak.. jadi tadinya aku

kan cuma main disini-sini aja, tapi terusnya

karna ikut seni tari ini bisa berani tampil di

Mall-mall.. perform disana, dapet ilmu,

dapet pengalaman juga.. bangga sih jadinya,

belom tentu kan anak-anak lain bisa kaya

aku…

4. Apakah kedepannya anda akan

terus mengikuti program tersebut?

Insya Allah kalau gak ada halangan aku

bakal ikut terus kok di anaklangit

5. Apa harapan anda kedepan untuk

Yayasan Keluarga Anaklangit ini?

Anaklangit supaya lebih maju dan bisa lebih

dikenal lagi sama masyarakat luas..

Page 212: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TRANSKRIP OBSERVASI

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

No. Subyek

Observasi

Tanggal

Observasi

Hasil Observasi

A. Konteks

1. Kegiatan

pendidikan non

formal yang ada

di Yayasan

Keluarga

Anaklangit

23 Januari 2016 Hari ini peneliti mengobservasi kegiatan-kegiatan

apa saja yang ada di Rumah Belajar Yayasan

Anaklangit. Pada saat peneliti datang pada pukul

11.00 WIB terlihat anak-anak sedang bermain di

halaman dekat panggung apresiasi. Di sana ada

fasilitas bermain seperti ayunan dan perosotan.

Ada juga anak yang sedang bermain sepeda

mengitari panggung dan halaman. Suasana sejuk

terasa karena banyak pohon yang rindang yang

tumbuh di halaman, serta angin yang berhembus

dari sungai menambah kesejukan meskipun saat

ini adalah siang hari, anak-anak merasa nyaman

bermain di halaman. Kemudian pada jam 12.00

WIB peneliti melihat beberapa anak ingin

melaksanakan shalat dzuhur berjamaah. Setelah

itu pada pukul 12.30 WIB anak-anak perempuan

melakukan kegiatan pelatihan seni tari yang

dilakukan di panggung apresiasi. Ada beberapa

anak yang sudah pulang sekolah datang ke

anaklangit, memberi salam dan menyapa.

Kemudian setelah berbincang-bincang sebentar,

mereka menaruh tas sekolahnya di ruang paud

lalu kemudian bergabung untuk berlatih musik

perkusi dengan yang lain. Kegiatan yang peneliti

observasi pada hari ini hanyalah seni tari dan

perkusi. Sedangkan untuk recycle robotic, peneliti

hanya melihat barang-barang hasil recycle yang

ada di galeri. Hasil recycle tersebut antara lain

kaleng bekas yang diubah menjadi beberapa

action figure dan kardus-kardus bekas diubah

menjadi kostum robot. Namun sayangnya pada

hari ini peneliti tidak dapat melihat langsung

kegiatan recycle robotic karena belum ada bahan-

bahan yang tersedia sehingga kegiatan recycle

pun belum dimulai.

Page 213: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

B. Input

1. Fasilitas sarana

dan prasarana

dalam program

pendidikan non

formal

khususnya

keterampilan

seni

4 Mei 2016 Pada hari ini peneliti datang ke Yayasan Keluarga

Anaklangit pada pukul 10.00 WIB, peneliti

disambut oleh beberapa anak yang sedang

bermain di halaman dan mereka menghampiri

peneliti dan bersalaman dengan peneliti sambil

satu per satu mengucapkan salam. Peneliti

kemudian mengajak mereka untuk berkenalan

dengan peneliti. Selanjutnya setelah mengobrol

sebentar dengan anak-anak, peneliti kemudian

berjalan-jalan mengitari komplek rumah belajar.

Terlihat hanya ada beberapa anak-anak kecil yang

sedang bermain di halaman maupun di saung, dan

sisanya sedang bersekolah. Peneliti melihat bahwa

anaklangit memiliki beberapa fasilitas diantaranya

adalah ruang kelas, perpustakaan, kantor, dan

galeri yang berada pada satu rangkaian bangunan

permanen dan semi permanen bertingkat dua,

selanjutnya ada panggung apresiasi seni yang ada

di halaman depan, kemudian ada saung-saung

semi permanen yang terbuat dari kayu dan bambu

yang jumlahnya ada empat. Saung pertama adalah

saung putri yang digunakan untuk tempat privasi

anak didik putri, lalu saung kedua digunakan

sebagai musholla dan tempat menimba ilmu

agama, kemudian saung ketiga adalah saung tua

atau saung damai, terakhir adalah saung seni yang

digunakan untuk belajar. Peneliti mengamati

kondisi saung-saung ini sudah cukup lama dan

perlu mendapat perbaikan. Karena saung-saung

ini sangat menunjang proses belajar mengajar di

Yayasan Keluarga Anaklangit.

2. Keterjangkauan

lokasi

5 Mei 2016 Lokasi rumah belajar Yayasan Keluarga

Anaklangit yang melaksanakan program

pendidikan formal dan non formal bagi anak-anak

jalanan dan anak-anak kurang mampu berada di

Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Ilir,

Tangerang. Lokasinya persis berada di pinggiran

sungai Cisadane. Lokasi ini cukup strategis

karena berada di pinggir jalan utama/ jalan raya

dan dekat dengan kawasan pendidikan Cikokol.

Jika menggunakan kendaraan umum, anak didik

bisa langsung berhenti di dekat jembatan

Cisadane dan menuruni anak tangga disamping

jembatan untuk sampai di lokasi.

Page 214: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

C. Proses

1. Pelaksanaan

program

pendidikan non

formal yaitu

pelatihan

keterampilan

seni tari

Sabtu, 28 Mei

2016

Hari ini peneliti datang pada pukul 12.30 untuk

mengamati kegiatan seni tari yang dilaksanakan di

anaklangit. Saat peneliti datang, anak-anak tari

sudah berkumpul di panggung. Mula-mula

mereka melakukan pemanasan dibimbing oleh

Dita sebagai pelatih. Pemanasan ini dilakukan

bersama-sama baik itu yang masih anak-anak dan

remaja. Pemanasan ini dilakukan selama kurang

lebih lima belas menit dengan melakukan

gerakan-gerakan ringan. Setelah selesai barulah

giliran yang anak-anak latihan menari terlebih

dahulu. Mereka berlatih menari lagu suwe ora

jamu. Peneliti mengamati anak-anak ini sudah

pintar dan lincah dalam mengikuti gerakan-

gerakan tari yang diajarkan. Dari raut ekspresi

wajah yang keluar, mereka tampak senang belajar

seni tari di anaklangit ini. Kira-kira setelah 30

menit berlatih, mereka meminta istirahat terlebih

dahulu. Anak-anak ini kemudian segera

menghampiri tukang es yang sejak tadi menunggu

di halaman. Peneliti melihat bahwa latihan ini

dilakukan dengan santai dan fleksibel. Setelah

selesai istirahat mereka kemudian berlatih lagi

sampai selesai. Kemudian dilanjutkan oleh anak

usia remaja yang menarikan tari lenggang dan tari

sipatokaan. Meskipun mereka latihan hanya

dengan menggunakan kain atau selendang saja,

tetapi keahlian menari yang dimiliki tidak kalah

dengan anak-anak yang ada di sanggar-sanggar

tari. Mereka berlatih dengan menggunakan sound

speaker yang sudah tersedia. Latihan ini

berlangsung kira-kira hampir dua jam.

2. Pelaksanaan

program

pendidikan non

formal yaitu

pelatihan

keterampilan

musik perkusi

Sabtu, 28 Mei

2016

Setelah pelatihan keterampilan seni tari selesai,

kemudian dilanjutkan dengan pelatihan

keterampilan musik perkusi. Mayoritas perkusi ini

diikuti oleh anak laki-laki, namun ada juga

beberapa anak perempuan yang mengikuti perkusi

ini. Barang-barang yang dipakai untuk perkusi ini

adalah barang-barang bekas yang mudah ditemui

di lingkungan sekitar seperti galon bekas, tong

sampah plastik, drum-drum, panci bekas, peralon

air, dsb. Alat-alat ini dimodifikasi sedemikian

rupa hingga terlihat menarik dan menghasilkan

bunyi yang bagus. Anak-anak perkusi ini sudah

Page 215: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

terlatih dan hafal ketukan irama dan ritme-ritme

dari musik yang dibawakan. Hentakan tongkat

kayu yang ditabuhkan ke drum, tong atau galon

membuat penonton yang melihat ikut

bersemangat dan menikmati musik perkusi ini.

Tak jarang togkat kayu sebagai alat pemukul ini

sering patah karena sering dipakai dengan keras

dan bersemangat. Terkadang anak-anak latihan

tanpa diajari lagi oleh kakak-kakak relawan

karena mereka sudah hafal dengan musik yang

dimainkan. Latihan perkusi ini dilakukan selama

kurang lebih satu jam.

3. Jadwal

pelaksanaan

kegiatan

keterampilan

seni tari dan

musik perkusi

Selama bulan Mei

sampai Juni

Program pendidikan non formal khususnya

keterampilan seni tari dan perkusi ini sudah

berjalan sesuai dengan jadwal. Selama peneliti

melakukan penelitian pada hari Sabtu, kegiatan

ini berjalan dengan sebagaimana mestinya. Anak-

anak datang tepat waktu, untuk seni tari dilakukan

pada pukul 12.30 sampai dengan 14.30.

Sedangkan perkusi dilakukan sore harinya atau

kadang dilakukan setelah selesai shalat Magrib

yaitu pukul 19.00 WIB.

D. Hasil

1. Perubahan

perilaku anak

didik

Selama bulan Mei

sampai Juni

Peneliti tidak bisa melihat perubahan pada diri

anak didik secara signifikan karena saat penelitian

ini dilakukan, anak-anak didik sudah bergabung

sejak lama di anaklangit sehingga peneliti tidak

mengetahui perilaku awal mereka. Namun selama

peneliti melakukan pengamatan, perilaku anak

didik di Yayasan Keluarga Anaklangit ini sangat

santun dan ramah terhadap peneliti. Mereka juga

tidak malu untuk menyapa atau mengobrol

dengan peneliti. Berdasarkan hasil observasi

peneliti terhadap anak didik yang menjadi

informan, mereka bertiga rajin bersekolah dan

tidak pernah membolos. Suatu hari saat peneliti

ingin melakukan wawancara kepada informan

sebelum mereka sekolah, dari rumah mereka telah

menggunakan seragam dan bersiap untuk ke

sekolah padahal saat itu masih pukul 10.00 pagi

dan sekolah dimulai pukul 13.00 WIB. Kemudian

peneliti juga sempat mengamati perilaku salah

satu informan yang tinggal di sekitar Yayasan

Keluarga Anaklangit, saat ia disuruh ibunya untuk

Page 216: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

mengambil air untuk memasak, anak ini langsung

mematuhi perintah ibunya. Hal ini menunjukkan

bahwa perilaku anak didik memang menjadi lebih

baik setelah bergabung di Yayasan Keluarga

Anaklangit.

Page 217: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

TRANSKRIP STUDI KEPUSTAKAAN

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR

BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT

No. Dokumen Dokumen

terlampir

Dokumen

hanya dilihat

(tidak

dilampirkan)

Kesimpulan terhadap

dokumen

A. Konteks

1. Tujuan program

pendidikan non formal

- Tidak terlampir Tujuan program

pendidikan non formal

peneliti dapatkan dari

pengurus yayasan secara

langsung dengan

komunikasi verbal saat

wawancara.

2. Konteks/isi program

yang diberikan

Terlampir dalam

bentuk softcopy

- Program dan kegiatan

yang ada di Yayasan

Keluarga Anaklangit ini

terlampir dalam website

Keluarga Anaklangit.

Program tersebut

menyangkut pendidikan

anak, kesehatan anak dan

kesejahteraan anak.

B. Input

1. Data dan identitas

anak didik yang aktif

mengikuti program

Terlampir - Anak didik yang hingga

sekarang aktif mengikuti

program baik formal

maupun non formal saat

ini berjumlah 66 orang

dari usia 3 tahun sampai

dengan `18 tahun.

2. Proposal program

pendidikan non formal

- Tidak Terlampir Proposal program

pendidikan non formal

terdapat dalam proposal

besar seluruh program.

3. Profil Yayasan

Keluarga Anaklangit

Terlampir dalam

bentuk softcopy - Profil Yayasan Keluarga

Anaklangit terlampir di

website dan menjeleskan

tentang siapa keluarga

Page 218: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

anaklangit, apa fokus

keluarga anaklangit, dan

apa yang anaklangit

lakukan.

C. Proses

1. Daftar hadir anak

didik dalam program

seni tari dan perkusi

- Tidak terlampir Tingkat kehadiran anak

didik pada program seni

tari dan perkusi cukup

baik. Informasi ini peneliti

dapatkan langsung dari

pelatih saat wawancara.

Namun dari 66 orang yang

masih aktif, hanya

setengahnya yang

mengikuti kegiatan seni

tari dan perkusi.

2. Nama anak didik yang

mengikuti program

seni tari dan perkusi

Terlampir - Anak didik yang

mengikuti program seni

tari dan perkusi ini kurang

lebih berjumlah 29 orang

dari usia 3 tahun sampai

dengan 16 tahun.

D. Hasil

1. Laporan hasil

perkembangan Klien

- Tidak terlampir Peneliti mendapat laporan

hasil perkembangan anak

didik dari pengurus yang

mengungkapkannya

secara langsung saat

wawancara.

Page 219: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

DOKUMENTASI

Papan Nama di Pintu Masuk

Bangunan Kantor, Kelas dll.

Page 220: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Kegiatan Seni Tari Tradisional oleh Anak Paud

Kegiatan Perkusi

Page 221: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Wawancara Peneliti dengan Anak Didik

Wawancara Peneliti dengan Anak Didik

Page 222: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Halaman Depan

Panggung Apresiasi Seni

Page 223: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Anak Didik Sedang Bermain

Salah satu hasil karya Recycle Robotic

Page 224: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

DATA ANAK DIDIK

PROGRAM SENI TARI DAN MUSIK PERKUSI

No. Nama Andik Program

Seni Tari

Usia No. Nama Andik Program

Musik Perkusi

Usia

1. Tri Sekar Ayu 7 Tahun 1. Yogi Maulana 12 Tahun

2. Kesya Alzahra 7 Tahun 2. Cahyudi 13 Tahun

3. Meri Merdiani 8 Tahun 3. Casmadi 13 Tahun

4. Sela Hainur Rizki 8 Tahun 4. Muhammad Sofyan 13 Tahun

5. Ridhatulaisyi 9 Tahun 5. Muhammad Taufiq 13 Tahun

6. Dela Ameliana 10 Tahun 6. M. Ali Asyipa 13 Tahun

7. Amelia 12 Tahun 7. Aji Syaputra 14 Tahun

8. Amelia Fateha 13 Tahun 8. Ellisa Melinia 15 Tahun

9. Lisa Oktaviana 13 Tahun 9. Amanda Anggitasari 15 Tahun

10. Asriyani 14 Tahun 10. Oktavira 17 Tahun

11. Titi Sulastri 14 Tahun 11. M. Supriyadi 17 Tahun

12. Dessy Melinia 15 Tahun

13. Dita Agustina 15 Tahun

14. Fitru Yani 15 Tahun

15. Febry Aryanti 16 Tahun

116. Reva -

Page 225: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Tempat Tanggal Lahir

1 Abid Aly Musyafah Tangerang 04 November 2010 L

2 Aditya Wijayanto Tangerang 13 Oktober 2012 L

3 Ahmad Dafa Ainnur Rofik Tangerang 14 April 2012 L

4 Ainun Askiatus Zahra Tangerang 03 Juni 2013 P

5 Cendri Tangerang 08 Juni 2013 P masih kecil, ibu tidak nganter

6 Chintya Putri Arifiyanti Semarang 10 Agustus 2010 P

7 Dicky Firmansyah Indramayu 21 Juni 2010 L

8 Fikri Maulana Padarincang 05 Oktober 2012 L

9 Hanipah Ramadani Tangerang 22 Agustus 2009 P

10 Ikhsan Ahmad Ramadhan Tangerang 25 Juli 2013 L jarang

11 Lesmana L orang tua pindah2 kontrakan

12 M. Hafizd Rabbani Tangerang 23 Januari 2014 L

13 Mohammad Vicky Elwansyah Tangerang 01 Januari 2012 L

14 Muhammad Sopian Tangerang 13 September 2011 L

15 Naila Khoiri Adzqia Indramayu 10 Oktober 2012 P

16 Nur Alif Maulana Tangerang 05 Maret 2013 L

17 Rama Subang 13 Oktober 2010 L

18 Syahrul Jidan Tangerang 02 April 2011 L

19 Talita Hasnah Humairah Tangerang 20 November 2010 P

1 Abdul Lutfi Zaidan Tangerang 07 Agustus 2009 L

2 Ahmad Zaki Sutha Tangerang 28 Oktober 2010 L

3 Alis(Alicia Fikri Wulandari) Karawang 18 Mei 2008 P

4 Aulia Fajarina Tangerang 15 Mei 2009 P

5 Teja Prasetya Tangerang 30 September 2009 L

6 Tri Sekar Ayu Tangerang 09 November 2009 P

Keterangan :

Andik laki-laki diberi warna hitam

Andik perempuan diberi warna biru

TK. A TK. B

15 3

6 3

21 6

Laki-laki

Perempuan

JUMLAH

KETERANGAN

DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016

PAUD CIKAL KLANGIT

TK

.AT

K. B

No Nama AndikKelahiran

L/P Kelas Keterangan

Page 226: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Tempat Tanggal Lahir

1 Ali Munanjar Indramayu 06 Januari 2006 L III SDN 19 Tangerang

2 Amelia Tangerang 09 Mei 2004 P V SD Muhammadiyah

3 Amelia Fateha Tangerang 14 September 2003 P VI SD Muhammadiyah

4 Cahyudi Tangerang 02 Februari 2003 L III SD Muhammadiyah

5 Casmadi Tangerang 06 Maret 2003 L VI SD Muhammadiyah

6 Dela Ameliana Tangerang 27 Maret 2006 P III SDN 19 Tangerang

7 Eka Lestari Tangerang 17 Januari 2006 P III SD Muhammadiyah

8 Kesya Al Zahra Tangerang 01 Maret 2009 P I SD Muhammadiyah

9 Meri Merdiani Cianjur 28 Maret 2008 P I SD Muhammadiyah

10 Nengsih Tangerang 04 Desember 2003 P VI SDN 17 Tangerang

11 Nur Alifah Sutha Tangerang 29 Juli 2009 P III SDN 19 Tangerang

12 Rihadatulaisy Subang 02 Juli 2007 P III SDN 19 Tangerang

13 Sela Hainur Rizki Tangerang 20 Mei 2008 P III SDN 19 Tangerang

14 Urip Maulana Indramayu 28 Juni 2006 L III SDN 19 Tangerang

15 Wahyudi Tangerang 01 Januari 2008 L I SDN 19 Tangerang

16 Yogi Maulana Tangerang 25 April 2004 L IV SD Muhammadiyah

17 Muhammad Sofyan Tangerang 11 Juni 2003 L V SD Muhammadiyah

18 dwi P I SD Muhammadiyah

19 Muhammad taufik qurrahman L V SDN 19 Tangerang

20

Keterangan :

Andik laki-laki diberi warna hitam

Andik perempuan diberi warna biru

Laki-laki 8

Perempuan 11

TOTAL 19

JUMLAH ANDIK

DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016

No Nama AndikKelahiran

L/P Kelas Sekolah Keterangan

SEKOLAH DASAR (SD)

Page 227: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Tempat Tanggal Lahir

1 Amanda Anggita Sari Tangerang 08 Maret 2000 P I SMK Yuppentek 7 Tangerang

2 Elisa melinia Tangerang 03 Mei 2000 P I SMK Yuppentek 7 Tangerang

3 Upit indriyani P I SMK Yuppentek 7 Tangerang

4 Oke Oktavia P III SMK Bhakti Anindya LULUS

5 Lice yuni P III SMK Bhakti Anindya LULUS

6 Tuti Alawiyah Tangerang 10 April 2000 P I SMK PGRI 1 Tangerang

Keterangan :

Andik laki-laki diberi warna hitam

Andik perempuan diberi warna biru

JUMLAH

Laki-laki -

Perempuan 3

TOTAL 3

KETERANGAN

DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016

Sekolah Menengah Atas (SMA)

No Nama AndikKelahiran

L/P Kelas Sekolah Keterangan

Page 228: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI …

Tempat Tanggal Lahir

1 Aji Saputra L II SMPN 2 Tangerang

2 Asriyani Indramayu 25 September 2002 P I SMP PGRI 1 Tangerang

3 Dessy Melinia Tangerang 07 Desember 2001 P III SMP PGRI 1 Tangerang lanjut SMA

4 Dita Agustina Tangerang 03 Agustus 2001 P III MTSN 1 Tangerang lanjut SMA

5 febry Aryanti Brebes 19 Februari 2000 P III SMP PGRI 1 Tangerang lanjut SMA

6 Fitri Yani Garut 24 Desember 2001 P I SMP PGRI 1 Tangerang

7 Gilang Adjad Miko Jogjakarta 02 April 2003 L I SMP PGRI 1 Tangerang

8 Iwan Saputra Tangerang 13 November 2003 L I SMP PGRI 1 Tangerang

9 Lisa Oktaviana Tangerang 05 Oktober 2003 P I SMP PGRI 1 Tangerang

10 M. Supriyadi Tangerang 09 Maret 1999 L III SMP Syekh Yusuf lanjut SMA

11 Muhammad Ali Asyipa L I SMP PGRI 1 Tangerang

12 Wanda Nur Hamidah P III SMP PGRI 1 Tangerang lanjut SMA

13 Nurul Rahma Tangerang 21 November 2002 P I SMP PGRI 1 Tangerang

14 Oktavira Tangerang 10 Oktober 1999 P III SMP Dharma Siswa lanjut SMA

15 Titi sulastri Tangerang 04 Juni 2002 P II SMP Gemilang

16 Robil djaelani Gresik 28-Sep-01 L I SMP Garuda

17 Neng Anjarwati P III SMP AL Husna lanjut SMA

Keterangan :

Andik laki-laki diberi warna hitam

Andik perempuan diberi warna biru

JUMLAH

Laki-laki 6

Perempuan 11

TOTAL 17

KETERANGAN

DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

No Nama AndikKelahiran

L/P Kelas Sekolah Keterangan