kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/safaat ariful...

114
KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN INFORMAL TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Oleh Safaat Ariful Hudda NIM. F01214003 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2018

Upload: others

Post on 21-Sep-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

i

KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL

DAN INFORMAL

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

Oleh

Safaat Ariful Hudda

NIM. F01214003

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2018

Page 2: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Safaat Ariful Hudda

NIM : F01214003

Jurusan : Aqidah dan Filsafat Islam

Institusi : Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Judul Tesis : Kharisma Gus Dur Dalam Kepemimpinan Formal Dan

Informal

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa tesis ini secara keseluruhan adalah

hasil penelitian atau karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk

sumbernya.

Kediri, 27 Juli 2018

Saya yang menyatakan

Safaat Ariful Hudda

Page 3: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

iii

PERSETUJUAN

Tesis Safaat Ariful Hudda ini telah disetujui

Pada tanggal 30 Juli 2018

Oleh

Pembimbing

Dr. Abd. Chalik, M.Ag

Page 4: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Safaat Ariful Hudda ini telah diuji

Pada tanggal 19 September 2018

Tim penguji :

1. Dr. Syamsul Huda, M.Ag. (Ketua) : .................................

2. Dr. Priyo Handoko, SS.,SH.,M.Hum. (Penguji) : .................................

3. Dr. Abd Chalik, M.Ag. (Penguji) : .................................

Surabaya, 19 September 2018

Direktur,

Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag

NIP. 196004121994031001

Page 5: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

v

Lembar untuk persetujuan publikasi

Page 6: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

ABSTRAK

KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN

INFORMAL Oleh:

Safaat Ariful Hudda

Kata Kunci: Kharisma, Gus Dur dan Kepemimpinan

Kharisma merupakan suatu kualitas kepribadian khusus terkait

kepemimpinan. Sebagai kualitas kepemimpinan, kharisma bukanlah kualitas

biasa. Kharisma merupakan kualitas kepemimpinan khusus bagi orang-orang yang

dianggap melampaui batas kemanusian. Gus Dur merupakan seorang tokoh yang

diakui banyak orang sebagai kharismatik. Namun belum ada penjelasan yang

memuaskan tentang itu. Dalam penelitian ini, kharisma Gus Dur akan coba

diidentifikasi sekaligus diteliti bagaimana itu tampil dalam kepemimpinan beliau,

baik formal (Presiden RI) maupun informal (Ketua Umum PBNU).

Hasil penelitian ini menemukan bahwa kharisma Gus Dur dipahami dengan

berbagai penilaian, sesuai dengan banyaknya komunitas yang mengakui kharisma

beliau. Namun kharisma Gus Dur yang pertama diakui berasal dari silsilahnya

(kharisma warisan). Selanjutnya, ada dua cara untuk memahami kharisma Gus

Dur, yaitu Gus Dur adalah pemimpin kharismatik dari banyak komunitas, atau

Gus Dur adalah pemimpin kharismatik dari suatu komunitas yang plural. Hal ini

lantaran masyarakat yang meng-kharismatik-kan Gus Dur adalah masyarakat

Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku, agama, atau golongan, yang

masing-masing mempunyai tradisi dan kebudayaan berbeda. Dengan demikian,

nilai kharismatik seorang pemimpin menjadi berbeda-beda. Pada awalnya

kharisma Gus Dur dipahami dengan cara pertama. Masing-masing komunitas

memiliki pemahaman sendiri-sendiri tentang kharisma Gus Dur. Ketika masih

menggunakan cara pertama ini, suatu komunitas merasa sulit menerima sikap atau

pernyataan Gus Dur yang terkesan kontroversial. Namun ketika suatu komunitas

tersebut memahami dengan cara kedua, mereka lebih bisa menerima, dan justru

memperkuat keyakinan mereka atas kharisma Gus Dur.

Dalam kepemimpinan formal, yaitu sebagai Presiden, Gus Dur memperoleh

banyak hambatan bahkan dengan kharisma yang melekat padanya. Salah satu

sebab mengapa kharisma beliau tidak begitu berpengaruh, adalah karena dalam

politik praktis, budaya politik masyarakat belum mengalami banyak perubahan.

Beda halnya dengan kepemimpinan informal Gus Dur sebagai Ketua Umum

PBNU. Dengan kembalinya NU pada khittah 1928, sehingga menarik diri dari

politik praktis dan lebih fokus pada gerakan kultural, Gus Dur bisa memimpin

dengan tanpa mengalami masalah berarti. Selain karena kharisma warisan Gus

Dur kuat di NU, beliau juga mampu membuat perubahan-perubahan yang berarti,

meskipun sempat juga mengalami krisis kepercayaan di tengah masa jabatannya.

Page 7: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 11

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 12

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 12

E. Kegunaan Penelitian............................................................................. 13

F. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 14

G. Metode Penelitian................................................................................. 15

H. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 19

BAB II : KHARISMA

A. Pengertian Kharisma ............................................................................ 21

B. Kharisma menurut Max Weber ............................................................ 33

C. Tinjauan Filosofis Mengenai Kharisma ............................................... 42

D. Kharisma sebagai Problem Agama dan Kepemimpinan ...................... 53

BAB III : GUS DUR DAN KEPEMIMPINANNYA

A. Latar Belakang, Kepribadian dan Keluarbiasaan Gus Dur ................. 62

B. Budaya Politik Indonesia di Era Gus Dur ............................................ 74

C. Kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden dan Ketua Umum PBNU.. 79

BAB IV : KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL

DAN INFORMAL

A. Kharisma Gus Dur ............................................................................... 83

Page 8: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

B. Kharisma Gus Dur Sebagai Presiden dan Ketua Umum PBNU ......... 94

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 100

B. Saran .................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102

Page 9: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur adalah salah satu

tokoh penting di Indonesia. Paling jelas beliau dikenal sebagai presiden

Republik Indonesia keempat dengan masa jabatan dari tahun 1999 hingga

2001. Selain itu, beliau juga dikenal karena silsilah keluarganya, yaitu sebagai

cucu dari Kiai Hasyim Ash'ari, tokoh utama pendiri organisasi Islam terbesar

di dunia yaitu Nahdhatul Ulama (NU), pendiri Pesantren Tebuireng Jombang,

dan juga tercatat dalam sejarah sebagai pahlawan nasional.

Sebagai salah satu tokoh yang pernah memimpin Indonesia, Gus Dur

punya beberapa kekhasan. Yang pertama dan paling jelas terlihat adalah latar

belakangnya sebagai Gus, gelar yang akrab dengan kehidupan di lingkungan

pesantren tradisional. Artinya, Gus Dur adalah presiden pertama yang berasal

dari kaum santri. Beliau dibesarkan dalam lingkungan keagamaan yang kuat.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kakeknya adalah satu pemimpin besar

Islam di Indonesia. Begitu pula ayahnya, Wahid Hasyim, juga dikenal sebagai

pahlawan nasional dan menjabat sebagai Menteri Agama pertama RI pada

masa-masa awal kemerdekaan.1

Kekhasan selanjutnya, Gus Dur merupakan seorang intelektual

Muslim, seorang akademisi yang banyak menulis mengenai persoalan-

1 Nugroho Dewanto, Wahid Hasyim Untuk Republik Dari Tebuireng (Jakarta: Tempo, 2011) 106.

Page 10: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

persoalan keislaman dan keindonesiaan. Beliau aktif menulis sejak muda,

mulai dari menulis di majalah-majalah ketika masih di pesantren dan ketika

belajar di Kairo, sampai akhirnya menghasilkan buku-buku yang sekarang

banyak di kenal oleh para intelektual, khususnya kalangan intelektual Muslim.

Selain itu, Gus Dur juga dikenal aktif dalam berbagai diskusi. Ketika

di Kairo dan Baghdad, beliau banyak berdiskusi dengan pelajar-pelajar lain,

yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia. Ide-ide serta esai-

esainya yang jenaka dan provokatif membuat Gus Dur dengan cepat dikenal.

Bahkan sepulang dari studi di Kairo dan Bagdad, kegemaran berdiskusi

tersebut terus berlanjut. Topik-topik yang paling disenanginya antara lain

mengenai politik Indonesia, masa depan Indonesia, Islam dan modernitas.2

Intelektualitasnya terbentuk sejak kecil, dimana Gus Dur tumbuh

sebagai seorang kutu buku. Hal ini tidak mengherankan sebab ayahnya, Wahid

Hasyim, mendidik Gus Dur untuk tumbuh seperti itu. Gus Dur dan saudara-

saudaranya disuruh banyak membaca, apapun itu, untuk kemudian

didiskusikan.3 Berangkat dari kultur pendidikan seperti ini, Gus Dur tumbuh

menjadi seorang yang tidak hanya intelek dalam keilmuan Islam saja, tetapi

juga terbuka terhadap berbagai pandangan dan keilmuan lain.

2 Greg Barton, Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, terj. Lie Hua

(Yogyakarta: LKiS, 2002) 92. 3 Ibid, 42. Sepeninggal ayahnya pun Gus Dur tetap banyak membaca. Banyak buku karya penulis

terkenal di dunia yang sudah Gus Dur baca sejak masih sekolah menengah pertama, seperti karya

Ernest Hemingway, John Steinbach, William Faulkner, Johan Huizinge, Pushkin, Tolstoy,

Dostoyevsky, hingga The Story of Civilization milik Will Durant. Al-Zastrouw Ng., Gus Dur,

Siapa Sih Sampeyan?: Tafsir Teoritik atas Tindakan dan Pernyataan Gus Dur (Jakarta: Erlangga,

1999) 15.

Page 11: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh yang kontroversial. Seringkali

beliau bersikap atau melontarkan ide-ide yang tidak mudah dipahami. Kadang

kala itu sulit diterima orang sehingga menimbulkan kritik, terlebih lagi ketika

diungkapkan dalam posisinya sebagai presiden. Tetapi, menurut beberapa

orang yang mengenal baik Gus Dur, sikap dan pendirian yang tidak seperti

lazimnya pemimpin lain ini justru membuktikan kecemerlangan

pemikirannya. Kontroversi timbul bukan karena Gus Dur sembarangan dalam

bersikap, ,melainkan karena pemikirannya melampaui yang lain. Atau

mungkin kalau Gus Dur memang sembarangan, bukan berarti itu tanpa

kesadaran akan segala konsekuensi yang harus ditanggung.4 Tak jarang sikap

ini yang mengakibatkan posisinya menjadi sulit. Dan itu terjadi, bahwa beliau

akhirnya diturunkan dari kursi kepresidenan pada tahun kedua masa

kepemimpinannya.

Demikianlah Gus Dur dikenal dengan berbagai ciri khas yang unik dan

langka sebagai seorang presiden. Tentu orang-orang punya pandangan yang

berbeda-beda dalam melihatnya. Bisa jadi itu baik sehingga menimbulkan

kekaguman bahkan ketaatan, bisa jadi itu merupakan hal yang biasa saja, atau

bisa jadi itu dipandang buruk dengan disertai berbagai penjelasan dan kritik.

Terlepas dari berbagai keunikan Gus Dur, yang menjadi sulit dipahami

adalah labelnya sebagai pemimpin yang kharismatik. Label ini banyak peneliti

4 Gus Mus menuliskan satu bab tentang Gus Dur dalam buku kumpulan tulisannya yang

diterbitkan Kompas. Judul babnya “Gus Dur sebagai Pelajaran Dari Tuhan”. Di dalamnya beliau

menjelaskan perihal Gus Dur, termasuk kontroversi-kontroversinya dilengkapi dengan analisis

terhadap kontroversi-kontroversi tersebut. Lihat A. Mustofa Bisri, Koridor: Renungan A. Mustofa

Bisri (Jakarta: Kompas, 2010) 98.

Page 12: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

temukan pada buku-buku yang membahas Gus Dur, misalnya tulisan Greg

Barton, penulis Biografi Gus Dur. Greg mengatakan, siapa saja yang pernah

bersama Gus Dur akan berkomentar bahwa beliau bisa jadi orang yang sangat

kharismatik dan menarik.5 Douglas E. Ramage, seorang penulis dan juga

pemerhati politik Indonesia, mengatakan bahwa Gus Dur merupakan orang

yang memiliki kharisma diri dan kecerdasan yang luar biasa sehingga perlu

diwaspadai oleh orang-orang rezim Soeharto.6 Dari orang-orang di Indonesia

sendiri, lebih banyak lagi pengakuan atas kharisma Gus Dur.

Label pemimpin kharismatik ini menimbulkan pertanyaan. Meskipun

sudah bisa dijelaskan mengenai berbagai kekhasan yang dimiliki Gus Dur,

label kharismatik tidak bisa serta merta diberikan dengan mengacu pada

semua alasan tersebut. Kebanyakan orang tidak memperhatikan hal itu, karena

sudah akrab mendengar kata kharisma dalam berbagai wacana. Darimana

gagasan kharismatik ini diambil untuk melabeli seorang Gus Dur dan apakah

ada kaitan dengan segala keunikannya?

Kharisma adalah konsep yang sering kali kita dengar. Dalam

kehidupan sehari-hari, konsep ini digunakan untuk mengidentifikasi seorang

tokoh berpengaruh. Tokoh tersebut bisa jadi seorang pemimpin negara,

pemuka agama, kepala suku, bahkan seorang public figure seperti aktor,

musisi, seniman dan sebagainya.7 Namun konsep ini memiliki keunikan yang

5 Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 20.

6 Douglas E. Ramage, Politics in Indonesia: Democracy, Islam, and The Ideology of Tolerance

(London and New York, Routledge, 1995) 161. 7 David Aberbach, Charisma in Politics, Religion and The Media: Private Trauma, Public Ideals

(London: Macmillan Press Ltd, 1996) ix.

Page 13: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

berbeda dari konsep-konsep pengidentifikasian yang lain seperti: cantik,

cerdas, kaya, mahir ataupun ramah. Semua konsep tersebut bisa dibilang dapat

dengan mudah diidentifikasi, sedangkan kharisma tidak begitu jelas. Orang

yang menyatakan bahwa seorang tokoh berkharisma, tidak pernah bisa

memberikan alasan yang memadai atas pernyataannya.

Lantas apa itu kharisma? Pemahaman kontemporer mengartikan

kharisma secara luas sebagai kualitas bawaan khusus (special innate quality)

yang melekat pada diri seseorang sehingga membuatnya mampu menarik

orang lain tertuju kepadanya.8 Sayangnya, pemahaman tentang kualitas

bawaan khusus tersebut hanya terhenti pada pernyataan bahwa itu merupakan

"faktor X", sebuah kualitas yang masih misterius dan sukar dipahami.

Pemahaman seperti ini mengacu pada teori Max Weber (1864-1920 M)

Menurutnya, kharisma adalah kualitas istimewa dari kepribadian seseorang

yang dianggap luar biasa, punya kemampuan supranatural, seseorang yang

melampaui manusia biasa, atau seseorang yang memiliki kekuatan-kekuatan

ajaib tertentu. Apakah kualitas istimewa semacam ini benar-benar aktual tidak

dipermasalahkan oleh Weber. Selama orang-orang mengakui seseorang

memiliki kharisma, maka dialah pemimpin yang kharismatik.

Mengenai eksistensi kharisma sebagai sesuatu yang bisa dibuktikan

secara objektif, sampai sekarang masih jadi perdebatan. Meski banyak yang

setuju dengan teori Weber, tidak sedikit pula yang menganggap itu hanya

8 John Potts, A History of Charisma (London: Palgrave Macmillan, 2009) 2.

Page 14: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

pilihan alternatif Weber untuk merumuskan model kepemimpinan yang

mendominankan seorang tokoh. Atau mungkin Weber hanya mencoba

menarik suatu konsep dalam tradisi mistik keagamaan untuk lebih mudah

menjelaskannya. Pierre Bourdieu (1930-2002) seorang sosiolog Prancis

dengan tegas menentang teori Weber tersebut dan menuduhnya membuat

pembenaran terhadap dominasi. Menurut Bourdieu, yang memang fokus pada

hubungan kekuasaan dan mengabaikan kualitas intrinsik individu, kharisma

tidak lebih hanya konstruksi teoritis Weber saja untuk membenarkan bentuk-

bentuk tertentu dari hubungan kekuasaan.9

John Kotter, seorang profesor bidang kepemimpinan dari Harvard

Business School, menganggap tidak ada yang mistis dari kepemimpinan.

Tidak ada sama sekali keterkaitan antara kepemimpinan dengan konsep seperti

kharisma atau semacamnya, jadi dia lebih bersikap meremehkan teori

semacam itu. Len Oakes, seorang ahli ilmu jiwa asal Australia yang concern

terhadap kharisma, mencoba melakukan tes psikometri kepada sebelas

pemimpin diduga kharismatik. Hasilnya adalah tidak ada yang luar biasa

tentang mereka, kecuali sifat-sifat narsisme yang terberikan kepadanya dari

para pengikut yang memang mendeskripsikannya seperti itu.10

Meski mendapat kritik, namun teori Weber tetap bertahan sebagai teori

klasik mengenai kepemimpinan. Kebanyakan para akademisi setelahnya lebih

memilih menjadikan teori Weber sebagai starting point kemudian

9 Ibid, 3.

10 Ibid, 4

Page 15: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

mengembangkannya, memodifikasi, atau fokus pada bagian-bagian tertentu

semisal motif atau peran dari follower. Penggunaan istilah kharisma itu sendiri

tetap lestari, bahkan tidak hanya untuk seorang pemimpin, melainkan juga

untuk para tokoh di bidang hiburan, aktor, komedian, musisi dan sebagainya.

Eksistensinya seakan tidak menjadi penting untuk dibahas karena pemakaian

istilahnya diterima oleh publik.

Lalu mengapa kharisma menjadi penting untuk dibahas jika sudah

diterima? Charles Lindholm memberikan beberapa contoh kasus terkait

dengan dampak negatif dari kharisma ini dalam bukunya "Charisma". Salah

satunya adalah kepemimpinan kharismatik Adolf Hitler. Lindholm melihat

betapa luar biasa kharisma seorang Hitler, hingga dapat menarik banyak

pengikut setia dan membawanya ke tampuk kepemimpinan tertinggi Jerman,

kemudian mencoba mewujudkan visinya yang mengerikan. Jutaan nyawa

melayang akibat perang besar yang ditimbulkannya. Peristiwa Holocaust,

genosida yang diprakarsai olehnya telah menewaskan tidak kurang enam juta

orang Yahudi. Meski begitu, Hitler sendiri tidak segan memproklamirkan

dirinya sebagai "Tuhan Hidup" (The Living God).11

Selain itu ada pula tokoh kharismatik yang diakui sebagai pemimpin

luhur. Namun karena kecenderungan-kecenderungan tertentu yang

dimilikinya, ditambah dengan fanatisme para pengikutnya, menimbulkan

masalah tersendiri. Dengan kodratnya sebagai manusia, tentu pemimpin yang

berkharisma sekalipun pernah keliru, baik disadari maupun tidak. Namun

11

Charles Lindholm, Charisma (Oxford: Basil Blackwell, 1990) 6.

Page 16: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

ketaatan dari para pengikut yang fanatis tidak bisa kritis, sehingga cenderung

menerima apapun kata dan perbuatan sang pemimpin.

Ayub Ranoh memberikan contoh dampak negatif dari kepemimpinan

kharismatis Soekarno. Pertama, Soekarno punya kecenderungan otoriter dan

tidak demokratis. Ide tentang demokrasi terpimpin, Dekret Presiden 5 Juli

1959, hingga pembubaran dan pembentukan DPR atas prakarsa Soekarno

sendiri, semestinya memunculkan banyak kritik. Tetapi daya tarik yang

dimilikinya, ditambah dengan jasa besar yang pernah dilakukannya, membuat

orang cenderung menerima dan menaati Soekarna secara tidak kritis. Kedua,

Soekarno punya kecenderungan anti ekonomi, dalam artian bahwa kebijakan-

kebijakan ekonomi yang beliau putuskan pada masa demokrasi terpimpin,

tidak berorientasi ekonomi rasional. Beliau memang bukan ekonom dan awam

soal itu. Beliau hanya menentang sistem lama kolonial Belanda. Alih-alih

meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat, di akhir-akhir masa

kepemimpinannya ditandai kondisi buruk perekonomian Indonesia. Ayub

Ranoh mencocokannya dengan teori Weber, bahwa salah satu kecenderungan

pemimpin kharismatis adalah mengesampingkan ekonomi.12

Meskipun Weber menjelaskan bahwa kharisma adalah pemberian

istimewa (divine origin) untuk para pemimpin, ternyata tidak menjamin tidak

ada persoalan yang ditimbulkannya. Para pengikut seakan dibutakan dari

kesadaran terhadap realitas, menjadi irrasional, sehingga apa yang

12

Ayub Ranoh, Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis Atas Kepemimpinan

Kharismatis Soekarno (Jakarta: Gunung Mulia, 2006) 92.

Page 17: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

dikehendaki sang tokoh berkharisma menjadi penting untuk diwujudkan,

apapun itu. Dalam level seperti ini, pengaruh dari kharisma bisa sangat

problematis bahkan berbahaya, karena fanatisme yang tidak sehat dapat timbul

pada para pengikut walaupun sang pemimpinnya baik.

Dari sini terlihat pentingnya memahami kharisma, terutama dalam

hubungan antara pemimpin (Leader) yang kharismatik dengan pengikut

(Follower). Kharisma adalah penguat alasan dari para pengikut untuk setia

kepada sang pemimpin. Meskipun tidak jarang keraguan muncul kepada

pemimpin karena suatu hal, namun kharisma sering kali berhasil menarik

pengikut kembali berdiri di belakang sang pemimpin.

Kembali ke persoalan kepemimpinan Gus Dur. Jika beliau juga

merupakan pemimpin kharismatik, maka bisa dikatakan bahwa Gus Dur

adalah tokoh yang pernah mengalami tiga tipe otoritas sekaligus: tradisional,

kharismatik dan legal. Tiga tipe otoritas ini mengacu pada teori Weber.13

Otoritas tradisional melekat pada Gus Dur ditandai dengan gelarnya sebagai

Gus, yang mana beliau akan menggantikan posisi orang tuanya sebagai

pemimpin keagamaan (kiai). Selain itu beliau juga pernah menjadi ketua

umum PBNU. Otoritas legal diperoleh Gus Dur ketika menjadi presiden

Republik Indonesia. Otoritas kharismatik diperoleh Gus Dur dari para

pengikut setia yang bahkan menyatakan rela mati demi membela beliau.

13

Lihat Max Weber, Economy and Society: An Outline of Interpretative Sociology (Berkeley, Los

Angeles dan London: University of California Press, 1978) 215

Page 18: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Jika tiga tipe otoritas dari Weber tersebut ditarik dalam dua pola dasar

kepemimpinan, maka dapat dinyatakan sebagai berikut: otoritas legal

merupakan penyokong kepemimpinan formal, dimana seseorang diangkat

menjadi pemimpin dan memperoleh otoritas sesuai ketentuan dalam suatu

organisasi. Otoritas tradisional merupakan penyokong kepemimpinan

informal, dimana tidak ada aturan resmi dan tertulis, tetapi seluruh masyarakat

di lingkungan tersebut mengakui kriteria khusus untuk seseorang bisa menjadi

pemimpin, yaitu sesuai dengan tradisi. Meski demikian, otoritas tradisional

dapat pula menyokong atau mengancam keberlangsungan kepemimpinan

formal, dalam arti bisa saja memperkuat posisi pemimpin yang telah

memegang otoritas legal atau justru melemahkannya, tergantung kesesuaian

antara aturan-aturan formal dengan aturan-aturan tradisi.

Otoritas kharismatik adalah penyokong kepemimpinan informal,

karena pemberian posisi pemimpin oleh pengikut terjadi secara spontan tanpa

mempertimbangkan aturan-aturan. Hanya saja perlu dibedakan dengan

kepemimpinan informal yang memperoleh otoritas dari tradisi, bahwa

kepemimpinan informal semacam ini memperoleh otoritasnya justru ketika

dapat mendobrak tatanan baik legal maupun tradisional dan menciptakan

tatanan baru yang dirasa lebih baik. Jadi, kepemimpinan informal semacam ini

bisa terbentuk dalam kepemimpinan formal maupun informal yang telah ada

sebelumnya untuk kemudian merevolusinya.

Page 19: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Menurut pendapat Weber, kharisma memang bukan kualitas yang

tetap.14

Namun karena kharisma adalah konsep yang masih enigmatis menurut

peneliti, eksistensi kharisma maupun prosesnya masih terbuka untuk dibahas.

Maka penelitian ini akan diarahkan untuk mencari pemahaman yang tepat

tentang definisi kharisma, sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kharisma seorang Gus Dur serta bagimana implikasinya dalam kepemimpinan

formal dan informal beliau.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, kharisma dapat dipahami sebagai

kualitas yang sangat menentukan otoritas seorang pemimpin. Gus Dur juga

dianggap sebagai pemimpin kharismatik dalam hal ini. Dan sebagai

pemimpin, Gus Dur pernah mengalami dua model kepemimpinan, yaitu

kepemimpinan formal dan informal. Berdasarkan hal tersebut, maka tindak

lanjut penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Sejauh mana kharisma dapat dipahami, mengingat pengertian kharisma

sendiri masih menimbulkan persoalan-persoalan, baik di ranah teoritis

maupun praksis. Terlebih lagi dalam penelitian ini yang akan dikaji

adalah kharisma Gus Dur yang merupakan orang Timur, sedangkan

14

Dalam hal ini Weber menjelaskan bahwa kepemimpinan kharismatik yang murni tidaklah stabil

karena biasanya si subjek kharismatik berhasrat untuk mentransformasikan kharisma yang

diberikan padanya pada bentuk kepemilikan yang permanen. Misalnya pemimpin kharismatik

dalam perang akan berujung pada terbentuknya negara, seorang nabi memunculkan agama, filsuf

memunculkan aliran filsafat tertentu dan sebagainya. Jika sudah tertransformasikan, maka

kharisma kehilangan kemurniannya karena sudah menjadi dogma, doktrin, teori, peraturan, hukum

atau tradisi. Weber menyebut ini sebagai rutinisasi kharisma. lihat Max Weber, Economy and

Society.., 1121.

Page 20: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

istilah kharisma lahir dalam tradisi Kristen di Barat meskipun sekarang

telah dipakai secara universal.

2. Dalam pemahaman yang mengacu pada Weber, kharisma seorang tokoh

merupakan faktor yang menentukan jalannya kepemimpinan. Dalam

jalannya kepemimpinan Gus Dur, baik formal maupun informal,

kharisma beliau tentu memiliki peran tersendiri. Jika teori Weber benar,

maka seharusnya ada perbedaan antara kepemimpinan formal dan

informal Gus Dur terkait dengan fungsi kharismanya. Seberapa

berpengaruh kharisma beliau mungkin akan berbeda dalam dua model

kepemimpinan tersebut.

Maka untuk menghindari melebarnya pembahasan, peneliti akan

membatasi masalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kharisma Gus Dur.

2. Menjelaskan bagaimana implikasi kharisma Gus Dur dalam

kepemimpinan beliau, baik formal maupun informal.

Dengan demikian penelitian ini hanya akan difokuskan untuk

mengidentifikasi kharisma Gus Dur, serta bagaimana implikasi kharisma

beliau dalam kepemimpinan, baik formal maupun informal.

C. Rumusan Masalah

Dengan identifikasi dan batasan masalah yang telah disebutkan, supaya

penulisan tesis ini terarah, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 21: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1. Bagaimana identifikasi kharisma Gus Dur?

2. Bagaimana implikasi kharisma Gus Dur dalam kepemimpinan

formal dan informal?

D. Tujuan Penelitian

Dengan perumusan masalah seperti yang telah disebutkan di atas,

maka penelitian ini memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk dapat mengidentifikasi kharisma Gus Dur.

2. Untuk dapat menjelaskan bagaimana implikasi kharisma Gus Dur

dalam kepemimpinan formal dan informal.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Gus Dur memang sudah banyak. Lebih khusus

lagi, penelitian mengenai kharisma Gus Dur juga sudah ada. Namun

kebanyakan lebih membatasi pendasarannya pada teori Weber tentang

kepemimpinan kharismatik. Maka dalam hal ini, peneliti ingin

mengidentifiksai kharisma Gus Dur sehingga bisa menjelaskannya secara

filosofis beserta implikasinya terhadap kepemimpinan formal maupun

informal. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan akan memiliki beberapa

kegunaan sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman di bidang filsafat

mengenai konsep kharisma yang sampai saat ini masih menimbulkan

perdebatan.

Page 22: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

b. Dapat memberikan ulasan yang lebih kaya mengenai kharisma.

c. Dapat mendorong munculnya interpretasi-interpretasi baru mengenai

kharisma, baik melalui penelitian-penelitian dari sudut pandang yang

baru tentang itu, ataupun berupa tanggapan-tanggapan bahkan juga

kritik.

2. Praktis

a. Memberikan pemahaman, baik pada para akademisi maupun

masyarakat pada umumnya, mengenai arti penting memahami

kharisma.

b. Dalam masyarakat, bahkan yang sudah modern seperti sekarang ini,

masih sering terjadi pengkultusan pemimpin yang dianggap

kharismatik dengan kesadaran yang kurang kritis. Dengan penelitian

ini diharapkan pembaca dapat lebih kritis dalam memandang sebuah

kepemimpinan kharismatik.

F. Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian

ini:

1. Dekharismatisasi Gus Dur (Studi Tentang Kepemimpinan K.H.

Abdurrahman Wahid dalam Politik Praktis) yang ditulis oleh

Mohammad Ihyak sebagai tesis di Universitas Indonesia. Penelitian ini

difokuskan pada kharisma Gus Dur dalam riwayat kepemimpinannya.

Menurut Ihyak, terjadi dekharismatisasi atau penurunan kharisma dari

sosok Gus Dur dalam lima fase: pertama, terhitung sejak berubahnya

Page 23: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

strategi perjuangan dan pengabdian Gus Dur dari yang bersifat kultural

kepada politik praktis. Kedua, internalisasi nilai-nilai politik menjadi

tujuan kekuasaan. Ketiga, mengerasnya respon dan kritik masyarakat

terhadap pemerintahan pimpinan Gus Dur. Keempat, mengkristalnya

perlawanan berbagai komponen masyarakat terhadap kekuasaan Gus

Dur. Kelima, langgengnya Gus Dur di dunia politik praktis.

2. Sebuah jurnal dengan judul Weber’s Theory of Charismatic

Leadership: The Case of Muslim Leaders in Contemporary Indonesian

Politics yang ditulis oleh Dr. Jennifer L. Epley, seorang asisten

profesor dari Department of Social Sciences A&M University Texas

pada bulan Juli 2015. Dalam jurnal tersebut, Dr. Jennifer mencoba

menerapkan teori Weber tentang kharisma untuk menelaah

kepemimpinan muslim dalam perpolitikan kontemporer di Indonesia.

Hasilnya, Dr. Jennifer mengalami kesulitan dalam penerapan teori

Weber, karena variasi model kepemimpinan di Indonesia berbeda

ragamnya. Dr. Jennifer membagi bentuk kepemimpinan di Indonesia

dalam empat latar belakang: Intelektual Muslim, politisi dan pejabat

negara Muslim, organisasi Islam, serta Ulama. Menurut Dr. Jennifer,

dari keempat model ini teori Weber perlu dikembangkan agar bisa

mengidentifikasi dan membuat distingsi pemimpin-pemimpin

kharismatik secara lebih detail.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Page 24: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Jenis penelitian pada tesis ini adalah penelitian kepustakaan

(library research). Penelitian kepustakaan merupakan penelitian

dengan melakukan studi pustaka. Berbeda dengan penelitian lapangan

(field research), penelitian kepustakaan tidak hanya melakukan studi

pustaka untuk menyiapkan kerangka penelitian guna memperoleh

informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis dan

mempertajam metodologi saja. Dalam penelitian kepustakaan, studi

pustaka juga dilakukan untuk memperoleh data penelitian. Jadi bahan-

bahan penelitian dicukupkan dari koleksi perpustakaan saja tanpa

memerlukan penelitian lapangan.15

2. Jenis dan Sumber Data

Sumber-sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan

sekunder. Sumber data primer yang digunakan berjenis buku, jurnal

ilmiah, penelitian, artikel dan lain-lain yang membahas atau

mengungkapkan hal-hal tentang diri Gus Dur serta kepemimpinannya

baik formal maupun informal. Data ini diperlukan untuk dapat

mengidentifikasi kharisma Gus Dur serta implikasinya dalam

kepemimpinan beliau. Sumber data tersebut antara lain: buku Biografi

Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid yang

ditulis oleh Greg Barton; buku yang ditulis Gus Dur sendiri yang

berjudul Islamku,Islam Anda, Islam Kita; buku yang ditulis Gus Dur

15

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan ed. 2 (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) 1.

Page 25: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

sendiri yang berjudul Ilusi Negara Islam; buku yang ditulis Gus Dur

sendiri yang berjudul Islam Kosmopolitan; buku Tabayun Gus Dur

yang disunting oleh M. Saleh Isre; buku bunga rampai berjudul Gus

Dur Santri Par Excellence yang diedit Irwan Suhanda; buku bunga

rampai berjudul Perjalanan Politik Gus Dur yang diedit Irwan

Suhanda; buku bunga rampai berjudul Gus Dur, Manusia

Multidimensional yang diedit Maswan dan Aida Faichatul Laila;

pidato oleh/wawancara dengan Gus Dur sendiri, keluarga, teman, atau

orang-orang dekat Gus Dur, berupa video yang dapat diakses melalui

internet dari berbagai sumber; serta artikel-artikel tentang pribadi serta

kepemimpinan Gus Dur yang tersedia di website Gusdur.net dan

Gusdurian.net.

Sumber data sekunder diperoleh dari buku, artikel, majalah,

jurnal dan sebagainya, sejauh itu masih bisa digunakan untuk

melengkapi penelitian. Sumber-sumber ini tidak terkait langsung, baik

dengan kharisma Gus Dur maupun dengan kepemimpinan beliau.

Namun dapat membantu proses penelitian utamanya dalam memahami

segala sesuatu yang berkaitan dengan pokok bahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka

data-data yang diperlukan dibatasi pada koleksi pustaka saja. Untuk

itu, teknik pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 26: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Pertama, kajian pustaka diarahkan untuk memperoleh data-data yang

berkaitan dengan diri Gus Dur. Data-data tersebut harus dapat

menunjukkan diantaranya sosok Gus Dur secara personal, latar

belakang kehidupan Gus Dur, lingkungan tempat beliau pernah

tinggal, relasi dengan orang-orang disekitarnya serta kelebihan-

kelebihan Gus Dur sendiri.

Kedua, kajian pustaka diarahkan untuk memperoleh data-data

mengenai kepemimpinan Gus Dur, baik formal maupun informal.

Data-data bisa berupa situasi dan kondisi dimana Gus Dur memimpin,

bagaimana jalannya kepemimpinan beliau, prestasi-prestasi yang

dicapai serta kesan-kesan dari orang-orang tentang kepemimpinan Gus

Dur. Semua itu dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana

kepemimpinan Gus Dur berlangsung, masing-masing dalam

kepemimpinan formal dan informal.

4. Teknik Analisis Data

Untuk dapat mengidentifikasi kharisma Gus Dur serta

menjelaskan implikasinya dalam kepemimpinan formal dan informal,

penelitian ini menggunakan dua tahap analisis. Yang pertama adalah

analisis terhadap kharisma Gus Dur. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan metode heuristika. Heuristika merupakan metode untuk

menemukan jalan baru secara ilmiah dalam memecahkan masalah.

Page 27: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Masalah tersebut merupakan hal yang perlu dicari maknanya karena

mendasari pengalaman manusia yang penting. 16

Prosesnya dimulai dengan suatu pertanyaan atau masalah yang

ditemukan oleh peneliti. Kemudian pertanyaan itu coba dicari

jawabannya melalui penyelidikan ilmiah. Dalam prosesnya, peneliti

memerlukan gairah, komitmen dan disiplin untuk tetap secara intens

mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.17

Karena yang dicari adalah

pemahaman baru, tidak cukup dengan berpegang pada teori yang

sifatnya sementara saja. Adapun kaidah-kaidah dalam metode

heuristika: perumusan sistematis, penyelidikan asumsi dasar, pencarian

alternatif, perhatian bagi inkonsistensi dan kepekaan bagi masalah-

masalah.18

Tahap kedua adalah menganalisis bagaimana implikasi

kharisma Gus Dur dalam kepemimpinan beliau, baik formal maupun

informal. Metode yang digunakan adalah interpretasi, yaitu melakukan

pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusia yang dipelajari.

Dalam hal ini, fakta atau produk itu dibaca sebagai suatu naskah. Maka

data-data yang diperoleh mengenai kepemimpinan Gus Dur, baik

formal maupun informal, akan coba diinterpretasikan dengan mengacu

pada temuan tahap pertama, yaitu kharisma Gus Dur.

16

Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta:

Kanisius, 1990) 52. 17

Clark Moustakas, Heuristic Research: Design, Methodology and Applications (California,

London dan New Delhi: Sage Publications, Inc., 1990) 15. 18

Anton Bakker, Metodologi Penelitian Filsafat.., 52.

Page 28: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembaca memahami penelitian ini, peneliti akan

menyusun sistematika pembahasan dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar

belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka teoritik, telaah pustaka serta metode penelitian. Dengan demikian

bab ini merupakan gambaran umum dari seluruh isi penelitian serta

merupakan kerangka dasar dalam pelaksanaan penelitian.

Bab II: Kharisma. Dalam bab ini akan dijelaskan segala hal yang

mengacu pada pemahaman tentang kharisma, mulai dari pengertian kharisma,

kharisma dalam teori Max Weber, tinjauan filosofis mengenai kharisma serta

kharisma sebagai problem agama dan kepemimpinan. Ini diperlukan sebagai

landasan teori dalam penelitian.

Bab III: Gus Dur dan Kepemimpinannya. Dalam bab ini akan

dijelaskan mengenai latar belakang, kepribadian dan keluar-biasaan Gus Dur,

budaya politik Indonesia di era kepemimpinan Gus Dur, serta jalannya

kepemimpinan Gus Dur sebagai presiden dan ketua umum PBNU.

Bab IV: Kharisma Gus Dur dalam kepemimpinan Formal dan

Informal. Bab ini berisi analisis mengenai kharisma Gus Dur serta implikasi

kharisma beliau dalam kepemimpinan formal dan informal.

Bab V: Penutup. Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.

Page 29: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

BAB II

KHARISMA

A. Pengertian Kharisma

Kharisma berasal dari bahasa Yunani dengan kata dasar χάρις (charis),

yang artinya rahmat/kasihkarunia/anugerah (grace)1, keindahan (beauty),

kesenangan (delight), keuntungan (boon), syukur (gratefulness, thanks).2 John

Potts, dalam bukunya A History of Charisma, mengidentikan arti kata charis

dengan kata Inggris grace, dengan syarat kata tersebut juga mengandung

makna: kemenarikan (attractiveness), kebaikan hati/berkah (favour), rasa

terimakasih (gratitude), pesona (charm), dan juga karunia/hadiah (gift)3

Dalam kamus Oxford, kharisma adalah kata benda yang memiliki dua

pengertian:4

1. Daya pikat atau pesona yang bisa menginspirasi ketaatan/kesetiaan di

dalam diri orang lain. Contoh: Dia memiliki kharisma dan penampilan

panggung yang luar biasa.

2. Kekuatan atau bakat anugerah dari Ilahi.5

1 Kalangan Kristen di Indonesia biasa menerjemahkannya dengan kata “rahmat”, “kasih karunia”

atau “anugerah”. Henk ten Napel, Kamus Teologi: Inggris-Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia,

2006) 151. Kata grace dimiliki oleh hampir setiap agama. Namun karena teologinya berbeda-beda,

setiap agama memiliki pemahaman sendiri-sendiri mengenai konsep ini. Dalam teologi kristen,

grace dapat diartikan sebagai pertolongan supernatural dari Tuhan yang dianugerahkan pada

manusia dengan maksud mensucikannya. Contohnya seperti kematian Kristus sebagai penebus

dosa umatnya. Frank L. Cross dan Elizabeth A. Livingstone, The Oxford Dictionary of The

Christian Church ed. iii (Oxford: Oxford University Press: 2005) 700. 2 Robert Beekes, Etymological Dictionary of Greek.., 1606.

3 John Potts, A History of Charisma.., 12.

4 Angus Stevenson, Oxford Dictionary of English ed. iii (Oxford: Oxford University Press, 2010)

292. 5 Dalam bahasa Inggris, kata charisma dalam makna kedua ini bisa diganti dengan charism atau

spiritual gift. Bentuk pluralnya charismata atau spiritual gifts. Kata charisma, charism ataupun

Page 30: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Berdasarkan pengertiannya, kata kharisma yang selama ini digunakan

memiliki dua konteks berbeda. Dalam pengertian yang pertama, kharisma bisa

digunakan dalam konteks kehidupan sehari-hari, yaitu untuk menunjukkan

daya pikat dan pesona yang bisa membangkitkan kesetiaan orang lain.

Sedangkan pengertian yang kedua hanya digunakan dalam konteks religius,

terutama teologi Kristen, berupa kekuatan atau bakat anugrah dari yang Ilahi.

Pengertian kharisma sebagai daya pikat atau pesona digunakan secara

umum dalam berbagai konteks di zaman sekarang. Orang begitu mudah

melekatkan label kharisma pada tokoh yang dikagumi banyak orang, apapun

bidangnya. Namun ada kesan bagi peneliti bahwa kata ini dipilih justru ketika

orang tidak bisa menjelaskan apa yang menjadi daya pikat seorang figur

tertentu. Ketika semua kelebihan, seperti cantik, cerdas, pandai bicara,

berbakat dan sebagainya, dirasa tidak memadai untuk menjelaskan daya pikat

seseorang, kata kharisma yang dipilih.

Pengertian seperti itu tampak berbeda dengan pengertian yang kedua.

Namun sebenarnya kedua pengertian tersebut berkaitan. Sejarah telah

mencatat kemunculan kata ini sebagai istilah pada pertengahan abad pertama,

diperkenalkan dalam surat-surat Paulus. Pada waktu itu maknanya seperti

pengertian yang kedua, yaitu karunia spiritual Ilahi. Ada proses panjang

meliputi seluruh abad masehi sehingga pengertian kharisma sebagai karunia

spiritual ilahi menjadi suatu daya pikat pembangkit kesetiaan orang lain.6

charismata jarang dipakai dalam Perjanjian Baru berbahasa Inggris, dan lebih sering

menggunakan kata gift atau spiritual gift. 6 Sejarah panjang penggunaan kata kharisma dapat dilihat dalam buku The History of Charisma

karya John Potts.

Page 31: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Berikut ini akan dijelaskan proses singkatnya dengan hanya mengambil

perubahan makna yang signifikan sesuai dengan situasi dan kondisi dimana

kata ini digunakan.

Dalam mitologi Yunani, charis merupakan nama tunggal dari dewi-

dewi yang disebut Charites, dewi-dewi yang merepresentasikan keanggunan,

pesona, kecantikan kreatifitas, dan kesuburan.7 Mereka dianggap sebagai

dewi-dewi yang memberikan kesuka-riaan dan meningkatkan kebahagian-

kebahagian hidup lewat kelembutan dan kehalusan. Mereka meminjamkan

keanggunan dan pesona mereka pada apapun yang menyenangkan dan

meninggikan baik dewa maupun manusia.8

Budaya Yunani Helenistik menggunakan kata charis dalam dua

dimensi. Yang pertama, yaitu dimensi religius, charis digunakan dalam arti

anugerah supernatural dari dewa kepada orang yang disukainya. Biasanya

berupa keindahan fisik yang mencakup daya pikat atau kecakapan berbicara

dan kecantikan tubuh. Namun bisa juga berupa sifat-sifat spesial yang lain. 9

Dalam perkembangannya, bagaimana bentuk spesifik charis tidak

terlalu ditekankan selama masih digambarkan sebagai sesuatu yang bersifat

spiritual dan supranatural. Yang lebih diperhatikan adalah tindakan kasihnya

7 Luke Roman dan Monica Roman, Encyclopedia of Greek and Roman Mythology (New York:

Facts On File, 2010) 180. 8Ada banyak versi tentang jumlah dewi-dewi Charites tersebut, namun pandangan yang populer

adalah dari Hesiod, yang menyatakan mereka berjumlah tiga: Aglaia (Charis), Euphrosyne dan

Thalia. Disini Charis adalah nama salah satu dari Charites, bukan sebutan tunggal dari setiap dewi

Charites. Mereka disebut-sebut sebagai putri-putri Zeus dengan Eurynome. Charis sendiri

merupakan istri dari dewa seni, Hephaestus. William Smith, A Dictionary of Greek and Roman

Biography and Mythology (London: John Murray, Albemarle Street, 1872) 686. 9Sebagai contoh, dalam Odyssey karya Homeros, dewi Athena memberikan charis kepada

Telemachus anak Odysseus, sehingga semua mata akan tertuju padanya dengan penuh kekaguman

ketika dia datang. John Potts, A History of Charisma.., 13

Page 32: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

(act of favour). Dalam budaya Yunani, charis merupakan komponen penting

dalam menghubungkan manusia dan dewa. Ada hubungan terikat antara dewa

dan manusia ketika charis ini diberikan, yaitu hubungan timbal-balik. Dewa

memberikan charis pada manusia yang disukainya. Manusia kemudian merasa

senang dan berhutang budi. Rasa terimakasih dan pengabdian pada dewa

merupakan kewajiban sebagai imbalan dari pemberian charis tersebut.10

Yang kedua, charis juga digunakan dalam pengertian non-religius,

yaitu dalam domain daya pikat, kesenangan dan cinta. Ini merupakan

pengertian yang secara umum digunakan dalam budaya Yunani. Charis bisa

berarti pesona seseorang, yaitu sifat menarik yang terpancar dari dalam diri

seseorang. Charis juga bisa digunakan untuk menyatakan daya pikat yang

terpancar dari benda seperti permata. Selain itu, charis juga digunakan dalam

arti pemberian/hadiah atau perbuatan baik dari manusia kepada manusia yang

lain.11

Dimensi non-religius ini tidak serta merta menghilangkan unsur

spiritual dan supernatural dari charis. Dalam budaya Yunani dan Helenistik,

kepercayaan akan kekuatan-kekuatan magis dan keajaiban-keajaiban masih

kuat, tidak peduli dari mana sumber kekuatan spiritual itu berasal, apakah dari

para dewa, iblis, ataupun roh. Para tukang sihir memiliki kehebatan yang sama

dengan orang-orang suci. Baik raja, nabi, tukang sihir, peramal dan

sebagainya bisa dianggap memiliki charis.12

10

Ibid.., 13 11

Ibid.., 14 12

Ibid.., 28.

Page 33: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Dari kata charis, Paulus memperkenalkan untuk pertama kali kata

kharisma sebagai istilah dalam teologinya. Secara bentuk, kharisma

(charisma) berasal dari kata dasar charis yang diberi akhiran -ma. Secara

spekulatif dijelaskan oleh para peneliti, bahwa pembentukan kata kharisma

sering kali dikaitkan dengan dua kata, yaitu charis dan charisomai. Charis

sebagai kata benda, dalam bahasa sehari-hari orang Yunani juga bisa diartikan

sebagai “hadiah” atau “pemberian”. Sedangkan charisomai adalah kata

kerjanya yang berarti “memberi” atau “bertindak berbaik hati”. Charisma

adalah kata benda bentukan untuk menunjukkan “hasil konkret dari pemberian

charis”. Dari sini kemudian Paulus mengartikan kharisma sebagai “hasil dari

pemberian rahmat” (the result of gift of grace/charis).13

Kharisma ini memiliki

banyak varian sehingga Paulus menggunakan kata charimata sebagai bentuk

pluralnya.14

Perlu dipahami bahwa istilah kharisma yang diperkenalkan oleh Paulus

bukan ditujukan untuk memperkenalkan suatu konsep teologis baru,

melainkan sebagai sebuah upaya menjelaskan bahasa alkitab yang tidak ada

padanan katanya dalam bahasa Yunani secara persis disebabkan perbedaan

latar belakang keagamaan. Dalam Septuaginta15

, istilah charis, serta kata

kerjanya charisomai, adalah terjemahan dalam bahasa Yunani dari kata hen

dan hanan. Hen dan hanan adalah istilah dalam bahasa Ibrani yang artinya

13

Ibid.., 35 14

Ibid.., 36. 15

Alkitab Ibrani yang telah diterjemahkan dalam bahasa Yunani Koine atau Yunani Helenistik dan

kemudian menjadi Perjanjian Lama umat Kristiani. Kitab ini berasal dari orang-orang Yahudi yang

melakukan migrasi ke Mesir dan daerah-daerah lain yang berbahasa Yunani sehingga kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Simon Hornblower dan Antony Spawforth, The Oxford

Classical Dictionary ed. IV (Oxford: Oxford University Press, 2012) 1351.

Page 34: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

“karunia” dan “menunjukkan karunia”. Karunia yang dimaksud merupakan

karunia spiritual dari Tuhan, yang dalam perjanjian lama ditujukan bagi

pahlawan-pahlawan Israel seperti Moses, Samson, Saul, David, Elijah dan

Elisha. Dengannya, para pahlawan ini dapat memimpin umat mengatasi segala

rintangan dan memperoleh kemenangan atas nama Tuhan, misalnya Moses

yang dapat mengalahkan Firaun, David mengalahkan Goliath dan

seterusnya.16

Tabel 2.1

Macam-macam kharisma dalam Perjanjian Baru17

1 Korintus 12: 28

1 Korintus 12: 8-10

Efesus 4: 11

Rum 12: 6-8

1 Korintus 7: 7

1 Petrus 4: 11

Rasul

Nabi

Guru

Mujizat Penyembuhan

Pertolongan

Administrasi

Bahasa lidah

Kata bijaksana

Kata pengetahuan

Iman

Karunia penyembuhan

Mujizat

Nubuat

Membedakan roh

Bahasa lidah

Interpretasi bahasa lidah

Rasul

Nabi

Evangelis

Pastor-guru

Nubuat

Melayani

Mengajar

Membesarkan hati

Menyumbangkan

Kepemimpinan

Mengasihi

Pernikahan

Membujang

Siapapun yang bicara (meliputi beberapa karunia)

Siapapun yang memberi pelayanan (meliputi beberapa karunia)

Paulus menyebutkan kata kharisma dalam Perjanjian Baru setidaknya

16 kali. Secara pokok dapat ditemukan di Rum sebanyak enam referensi (1:11;

5:15,16; 6:23; 11:29 dan 12:6) dan di 1 Korintus tujuh referensi (1:7; 7:7;

16

Lindsay Jones, Encyclopedia of Religion ed.2, Vol. 3 (Michigan: Thomson Gale, 2005) 1545. 17

Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine (Leicester: Inter-

Varsity Press, 1994) 896.

Page 35: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

12:4,9,28,30 dan 31:2). Sisanya dapat ditemukan masing-masing pada 2

Korintus 1:11, 1 Timotius 4:14 dan 2 Timotius 1:6.18

Kharisma bagi Paulus merupakan kata yang sesuai untuk menjelaskan

suatu bakat atau kelebihan pemberian dari Tuhan. Berbeda dari penggunaan

kata charis dalam keseharian orang Yunani, kharisma hanya bisa diterapkan

pada pemberian, kebaikan hati atau kasih sayang dari Tuhan. Kharisma

merupakan pemberian spiritual dari Roh Kudus kepada manusia. Jadi konsep

kharisma pertama kali muncul mengandung makna teologis, yaitu sebagai

spiritual gift of God’s grace.19

Kharisma sebagai bakat atau kemampuan khusus yang bermacam-

macam tersebut dapat dipilah menjadi dua. Pertama, kemampuan-kemampuan

alamiah, contohnya seperti mengajar, berkhutbah, menunjukkan kasih, dan

semua yang bisa dikategorikan bakat atau kemampuan alamiah. Kedua,

kemampuan-kemampuan ajaib, contohnya seperti nubuat, penyembuhan,

membedakan roh dan sebagainya. Keduanya dibedakan dari kemampuan-

kemampuan biasa karena merupakan karunia spiritual, dengan tujuan untuk

kebaikan bersama, manfaat rohaniah dan membangun Gereja.20

Untuk yang

pertama memang sulit dibedakan dengan kemampuan biasa. Namun hasilnya

bisa dijadikan pembeda. Misalnya, jika hati orang merasa tersentuh, nyaman,

atau terdorong untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan serta tergerak untuk

18

Loan Le, Religious Life: A Reflective Examination of Its Charism and Mission for Today

(Newcastle: Cambridge Scholars Publishing, 2016) 8. 19

John Potts, A History of Charisma.., 23. 20

Wayne Grudem, Systematic Theology.., 892.

Page 36: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

membangun gereja setelah mendengar musik dari seorang Kristiani, maka bisa

jadi orang tersebut memiliki kharisma musik.21

Dalam perkembangan teologi Kristen, penjelasan mengenai karunia

spiritual ini menjadi sangat luas.22

Menurut Len Oakes, setidaknya kita bisa

menangkap tiga hal yang kosisten dari pengertian kharisma menurut Paulus:23

1. Setiap orang beriman memiliki kharisma dari Tuhan.

2. Ada beberapa macam kharisma, misalnya kebijaksanaan, pengetahuan,

penyembuhan, kekuatan-kekuatan ajaib, kenabian dan masih banyak

lagi.24

3. Semua kharisma tersebut dimaksudkan untuk kebaikan bersama, bukan

kepentingan pribadi.

Pasca Paulus, kepopuleran kata kharisma semakin menurun. Tidak

banyak yang mengenal kata ini hingga pada abad ke-20. Max Weber (1864-

1920 M) adalah orang pertama yang memperkenalkan kata kharisma sebagai

istilah baru dalam sosiologi.25

Weber memperkenalkan istilah kharisma untuk

mencirikan dan menganalisis bentuk-bentuk historis dari otoritas berdasarkan

legitimasi pada seorang tokoh yang luar biasa.26

21

Mark Allan Stewart, Releasing The Power of Your Spiritual Gifts (New York: Writers Club

Press, 2003) 28. 22

Penjelasan mengenai kharisma yang kian meluas baru terjadi pada awal abad ke-20, sedangkan

pasca paulus (kekristenan awal), kharisma justru tidak mendapat perhatian serius dari gereja. 23

Len Oakes, The Charismatic Personality (Bowen Hills: Australian Academic Press, 2010) 5. 24

Selebihnya lihat di Perjanjian Baru: Rum 12:6-8; 1Korintus 12:8-10 dan 28; Epesus 4:11; 1Peter

4:11. 25

Lebih dari itu, Weber juga yang pertama kali mencoba menganalisis isi batin karakter

kharismatik, menyatakan kharisma itu mengimplikasikan hubungan antara orang hebat dengan

pengikutnya, serta menempatkan kharisma dalam konteks sosial. Charles Lindholm, Charisma..28. 26

Joshua Derman, Max Weber in Politics and Social Though: From Charisma to Canonization

(Cambridge: Cambridge University Press, 2013) 12.

Page 37: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Weber memperkenalkan tiga tipe ideal otoritas: legal, tradisional dan

kharismatik.27

Untuk yang terakhir ini Weber memberi penekanan khusus.

Otoritas kharismatik mengacu pada pola otoritas yang mensyaratkan adanya

seorang pemimpin kharismatik dala suatu komunitas. Kharismatik artinya

memiliki kharisma, yaitu kualitas kepribadian luar biasa, karena yang

bersangkutan dianggap sebagai orang luar biasa, manusia super, yang

memiliki kekuatan supranatural dan mampu menunjukkan keajaiban-

keajaiban. Oleh sebab itulah orang lain menjadikan dia pemimpin dan

menaatinya. Contohnya ada dalam sejarah, yaitu kepemimpinan para nabi,

pahlawan perang, pemimpin dalam perburuan dan lain-lain.28

Kualitas luar biasa tersebut bisa juga diterapkan pada kepribadian

tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan unik untuk menampilkan emosi yang

sangat berwarna. Itu merupakan kondisi emosional yang lebih kuat dari

kondisi emosional biasa. Tokoh-tokoh ini terlihat begitu hidup dibandingkan

yang lain, tampak eksis dalam keadaan kesadaran yang selalu berubah dan

intens, berbeda dari pola kepribadian yang biasa. Ketika itu ditampilkan, maka

akan bisa membangkitkan antusiasme dan daya hidup orang lain. Singkatnya,

kharisma merupakan kualitas luar biasa dari kepribadian seseorang yang

mampu untuk mengekspresikan perasaan yang meluap-luap, sampai-sampai

27

Tipe pertama adalah otoritas legal, yaitu otoritas yang bergantung pada keyakinan akan hukum

dan peraturan dalam undang-undang. Tipe kedua adalah otoritas tradisional, yaitu otoritas yang

bergantung pada keyakinan mapan akan kesucian tradisi kuno. Tipe ketiga adalah otoritas

kharismatik, yaitu otoritas yang bergantung pada kesucian, kepahlawanan atau keteladanan dari

seorang tokoh yang luar biasa. Max Weber, Economy and Society.., 215. 28

Max Weber, Economy and Society.., 241.

Page 38: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

mampu membuat dia menjadi pusat perhatian dan objek imitasi tidak reflektif

oleh orang lain.29

Weber tidak memberi penekanan pada aktualitas dari hal-hal yang

supranatural tersebut. Yang lebih penting untuk diperhatikan adalah

pengakuan orang lain. Seseorang berkharisma hanya jika orang lain

menganggap bahwa dia luar biasa dan memiliki kemampuan supernatural atau

kemampuan-kemampuan tertentu yang tidak lazim dimiliki orang-orang biasa.

Jika anggapan tersebut hilang, maka kharismanya juga hilang.30

Sepertinya

Weber lebih menekankan pada aspek hubungan seorang pemimpin

kharismatik dengan para pengikutnya dibandingkan melihat kharisma sebagai

kualitas kepribadian luar biasa begitu saja.31

Weber mengambil kata kharisma dari Teologi Kristen. Inspirasi datang

terutama dari Rudolf Sohm (1841-1917 M), sejarawan hukum termasuk juga

hukum Gereja. Dia memberikan penekanan terhadap kharisma dan

pengaruhnya terhadap sejarah perkembangan gereja.32

Sebelum Weber,

kharisma hanya digunakan secara khusus, yaitu oleh kalangan Kristen.

Pengertiannya seperti pengertian yang kedua, yaitu kekuatan atau bakat

anugerah dari yang Ilahi.33

Pasca diperkenalkan kembali oleh Weber, kata kharisma menjadi

populer dan dimasukkan dalam kosa kata berbagai bahasa di seluruh dunia.

29

Charles Lindholm, Charisma..30. 30

Joshua Derman, Max Weber in Politics and Social Though.., 182. 31

William H. Swatos, Encyclopedia of Religion and Society (Walnut Creek: AltaMira Press, 1998)

78. 32

Christopher Adair-Toteff, Fundamental Consepts in Max Weber’s Sociology of Religion

(London: Palgrave Macmillan, 2015) 134. 33

Joshua Derman, Max Weber in Politics and Social Though.., 181.

Page 39: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Namun tanpa disangka sebelumnya, kharisma diaplikasikan dalam makna

yang lebih luas. Tidak hanya pada pribadi seorang pemimpin agama atau

politik, tapi juga pada seorang diktator, pemimpin perusahaan, atlet,

entertainer, bahkan kuda pacuan.34

Ekspansi makna kharisma teridentifikasi terjadi pada sekitar tahun

1960an. Kharisma yang awalnya adalah kualitas istimewa dari kepribadian

seseorang sebagai sumber legitimasi otoritasnya, berubah makna menjadi

pesona atau daya pikat yang kuat dari figur seorang politisi. Sebenarnya tidak

ada perbedaan signifikan dari perubahan makna tersebut, melainkan hanya

soal penekanan.35

Dengan kata lain, kualitas luar biasa tersebut dimaknai

sebagai daya pikat luar biasa.

Popularitas presiden Amerika Serikat John F. Kennedy serta peran

media televisi disebut-sebut sebagai faktor penting ekspansi makna kharisma.

Pada tahun 1960an, banyak komentator media yang mendeskripsikan daya

pikat Kennedi, baik ketika debat maupun penampilan lainnya di televisi dan

radio, sebagai kharisma. Pendeskripsian semacam ini menyebar dengan cepat

ke dunia internasional, sehingga kemudian banyak bermunculan klaim

kharismatik pada tokoh-tokoh politik dunia. Sejak saat itu, kharisma tidak

hanya mengalami ekspansi makna (atau lebih tepatnya perubahan penekanan),

melainkan ekspansi penggunaan hingga menjadi kosa kata yang secara

universal digunakan.36

34

Lindsay Jones, Encyclopedia of Religion ed.2, Vol. 3.., 1543. 35

John Potts, A History of Charisma.., 127. 36

John Potts, A History of Charisma.., 128

Page 40: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Selanjutnya, pengertian kharisma kian meluas ketika digunakan tidak

hanya dalam ranah kepemimpinan, melainkan juga pada bintang-bintang

populer dalam dunia entertainmen. Ini adalah konsekuensi dari perubahan

penekanan dalam memahami kharisma, dari yang semula kualitas kepribadian

luar biasa seorang pemimpin menjadi daya pikat personal. Kharisma menjadi

identik dengan pengertian dari selebriti (celebrity). Dunia Hollywood

misalnya, mulai menggunakan istilah kharisma pada bintang-bintang terkenal

yang mereka produksi. Sekali lagi media memegang peranan penting. 37

Meski demikian bukan berarti penggunaan kharisma dalam pengertian

yang sama dengan selebriti diterima begitu saja. Banyak perdebatan yang

muncul kemudian untuk masalah ini. Kebanyakan yang tidak setuju

menyatakan ada distingsi yang jelas antara kharisma dan selebriti: selebriti

dikonstruksi oleh media massa, sedangkan kharisma tidak tergantung aparatus

apapun. Kharisma adalah innate gift yang hanya dimiliki oleh orang-orang

tertentu. Ada dua karakteristik yang ditekankan, yaitu langka dan bawaan.

Mungkin ada bintang semacam itu, tetapi tidak banyak.38

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kharisma

sebagai istilah dalam konteks sosiologis telah terlanjur menjadi kosa kata

umum. Kharisma dapat diterapkan pada siapa saja bahkan apa saja yang

memiliki daya pikat kuat, tergantung pada konteks penggunaannya. Kharisma

37

John Potts memperlihatkan bagaimana peranan media yang semakin mempopulerkan kata

kharisma, yang justru mengakibatkan munculnya kecenderungan mengidentifikasi kata ini sebagai

identik dengan kata selebriti. Kata selebriti (celebrity) sendiri dapat diartikan sebagai popularitas

atau kemasyhuran seseorang yang dirayakan oleh publik. Selengkapnya lihat John Potts, A

History of Charisma.., 159. 38

John Potts, A History of Charisma.., 172.

Page 41: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

bisa diterapkan pada seorang pemimpin dalam konteks agama atau politik,

bisa pula pada seorang superstar, bintang film maupun penyanyi dalam dunia

entertainmen.

B. Kharisma Menurut Max Weber

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kharisma terlanjur menjadi kosa

kata umum. Peran media dianggap sebagai faktor penting perluasan makna

serta penggunaan kata tersebut. Dengan demikian untuk dapat digunakan

dalam penelitian ini, kata kharisma harus diperjelas konteksnya. Maka kita

perlu kembali pada Weber, sebab semua pemahaman kharisma dalam

pengertian modern berakar pada teorinya.

Weber menggunakan istilah kharisma dalam teorinya tentang tiga tipe

murni otoritas: legal, tradisional, dan kharismatik. Otoritas kharismatik adalah

otoritas yang validitas klaim legitimasinya berdasarkan kharisma (charismatic

grounds), yaitu berdasarkan pengabdian terhadap karakter suci, kepahlawanan

atau keteladanan yang luar biasa dari pribadi seseorang, sekaligus juga pada

pola atau tatanan normatif yang dia putuskan.39

Selanjutnya, Weber merasa perlu menjelaskan definisi dari kharisma,

karena memang kata ini belum banyak dikenal pada waktu itu.40

Weber

memberi pengertian kharisma sebagai kualitas khusus dari kepribadian

39

Max Weber, Economy and Society.., 215 40

Sebelumnya, untuk menggambarkan pemimpin seperti yang dimaksudkan Weber ini biasanya

digunakan istilah “prestige”. Dalam Bahasa Indonesia, prestige biasa diterjemahkan sebagai

pengaruh yang hebat, bisa juga berarti wibawa, perbawa, martabat atau gengsi. Prestige juga bisa

disamakan dengan kata glamour. Bagi Weber, kata ini kurang memadai sehingga dia lebih

memilih mencari istilah lain. John Potts, A History of Charisma.., 109.

Page 42: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

seseorang. Ini bukan kualitas kepribadian yang biasa saja. Kualitas

kepribadian ini dianggap hanya dimiliki oleh orang-orang yang luar biasa.

Biasanya ditandai dengan kepemilikan atas kekuatan atau kualitas

supranatural, manusia super, atau setidaknya kekuatan spesifik tertentu.

Semua itu biasanya dianggap sebagai anugerah Tuhan atau sebagai

keteladanan. Atas dasar itulah orang tersebut diperlakukan sebagai pemimpin.

Kualitas tersebut dalam kondisi primitif diterakan Weber pada figur seorang

nabi, pahlawan perang, pemimpin dalam perburuan dan sebagainya.41

Soal bagaimana kualitas tersebut mau didefinisikan, baik dari sudut

pandang etika, estetika ataupun yang lainnya, bukanlah unsur utama dalam

penjelasan Weber ini.42

Yang penting baginya dalam pendefinisian kharisma

adalah soal bagaimana sebenarnya seorang figur bisa diakui sebagai pemimpin

kharismatik oleh para pengikut atau murid.43

Dengan kata lain, kharisma yang

didefinisikan Weber tidak merujuk pada pemahaman atas kharisma itu sendiri

sebagai suatu kondisi tertentu kepribadian (terlepas dari konteks

sosiologisnya), melainkan kharisma sebagai kualitas istimewa yang

validitasnya tergantung pada pengakuan (recognition) atas keberadaannya.44

Dalam teori Weber, pengakuan atas kharisma adalah unsur penting

legitimasi otoritas kharismatik. Hanya melalui pengakuan lah kharisma

41

Max Weber, Economy and Society.., 241. 42

Dalam bagian lain dari tulisannya, Weber menyatakan bahwa penggunaan kata kharisma harus

sepenuhnya bebas nilai (value-free), yang artinya bisa diterapkan pada siapapun secara universal

selama fenomena sosiologisnya sama, yaitu dia dianggap pemimpin yang luar biasa hingga para

pengikut sepenuhnya patuh. Bisa jadi dia nabi, pemimpin perang, namun bisa juga diterapkan pada

kepala perompak atau bajak laut. Ibid.., 1112. 43

Ibid.., 241. 44

Ibid.., 242.

Page 43: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

seseorang bisa divalidasi. Dengan kata lain seseorang hanya bisa dinyatakan

kharismatik jika orang lain mengakuinya berkharisma dan atas dasar itu

mengakui kepemimpinannya. Adapun aktualitas kharisma itu sendiri

dikesampingkan. Hal ini tersirat dalam pernyataan Weber: "Charisma shall be

understood to refer to an extraordinary quality of a person, regardless of

whether this quality is actual, alleged, or presumed.”45

Pengakuan atas kharisma pemimpin diberikan oleh para pengikut

secara sukarela. Namun pengakuan ini juga mensyaratkan adanya jaminan dari

sang pemimpin. Jaminannya adalah segala sesuatu yang bisa dipercaya

sebagai bukti. Biasanya berupa keajaiban-keajaiban yang ditampilkan oleh

pemimpin tersebut. Bukti-bukti ini juga harus memperkuat pandangan

pengikut bahwa sang pemimpin adalah orang yang dipilih oleh Tuhan atau

kekuatan-kekuatan supranatural lain yang disakralkan. Selain itu, untuk

selanjutnya sang pemimpin juga harus bisa menunjukkan kesuksesan, dalam

arti keluar-biasaan yang dia tunjukkan membawa manfaat bagi para pengikut.

Selama bukti-bukti tersebut senantiasa dapat ditunjukkan, pengikut akan terus

patuh.46

Dalam bagian ini Max Weber juga menyisipkan konsep

Gottesgnadentum (divine right of kings) atau Hak Ilahi Raja-Raja untuk

menjelaskan posisi pemimpin kharismatik dimata pengikutnya. Konsep ini

merupakan doktrin politik dan religius bagi seorang raja atau penguasa dalam

sistem monarki. Doktrin ini secara umum menyatakan bahwa penguasa tidak

45

H.H. Gerth dan C. Wright Mills, From Max Weber: Essays on Sociology (New York: Oxford

University Press, 1946) 295. 46

Max Weber, Economy and Society.., 242.

Page 44: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

tunduk pada rakyat, kalangan aristokrat atau siapapun, karena hak kuasanya

diberikan langsung oleh Tuhan dan diperoleh melalui warisan. Tidak ada

perlawanan apapun yang dapat membatalkan otoritas penguasa.47

Namun

menurut Weber, penguasa tersebut dapat kehilangan otoritasnya jika dia

tampak sudah terlalu lama tidak bisa menunjukkan bukti dan keberhasilan,

tampak ditinggalkan oleh Tuhan, atau kepemimpinannya gagal menghasilkan

manfaat atau kemakmuran bagi rakyat. Inilah yang disebut Weber sebagai

makna asli dari Hak Ilahi Raja-Raja, yang dia tujukan pada seorang pemimpin

kharismatik.48

Selanjutnya, Weber juga membedakan kharisma asli (genuine/pure

type charisma) dengan yang tidak asli. Kharisma asli adalah kharisma yang

menjadi dasar bentuk murni atau primer otoritas kharismatik. Menurut Weber,

kharisma itu asli jika pengikut/murid merasa mengalami sendiri kharisma

tersebut sehingga mengakui keasliannya. Mereka merasa bahwa bertindak atas

dasar itu merupakan tugas, tanpa perlu ada klaim apapun dari sang

pemimpin.49

John potts menggambarkan kemunculan kharisma yang asli ini

dalam sebuah momen panggilan misi atau tugas spiritual: “Once the leader

has proven his charismatic credentials, it is the duty of the community to

become his followers, to accept the sacred authority of his position.”50

47

Paul Djupe dan Laura Olson, Encyclopedia of American Religion and Politics (New York: Facts

On File, Inc., 2003) 136. 48

Max Weber, Economy and Society.., 242. 49

Ibid.., 242. 50

John Potts, A History of Charisma.., 120.

Page 45: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Dengan kata lain, kharisma asli adalah kharisma yang landasan

pengakuannya murni berdasarkan kualitas pribadi luar biasa yang ditampilkan

sang pemimpin kharismatik. Maka sebaliknya, kharisma yang tidak asli

mensyaratkan adanya landasan lain dalam pengakuan atas kharismanya.

Landasan lain yang dimaksud biasanya berupa klaim yang menyatakan

individu atau institusi tertentu terkoneksi dengan yang sakral, tanpa harus

menunjukkan secara langsung keluar-biasaannya. Jabatan keuskupan atau

tahta raja adalah contoh otoritas kharismatik bentuk sekunder ini.51

Weber menggambarkan hubungan kharismatik antara pemimpin dan

pengikut melalui kalimat Yesus: “It is written.. but I say unto you”. Kalimat

tersebut menggambarkan bahwa apapun yang dikatakan pemimpin adalah

mutlak benar bagi pengikut, meskipun bertentangan dengan diri mereka

sendiri. Dalam hal ini, pengikut yang mengakui kualitas menakjubkan dari

sang pemimpin telah lebur dalam pengabdian pribadi sepenuhnya. Dalam

pengabdian semacam ini, pengorbanan diri adalah kebaikan utama bagi

pengikut sedangkan keegoisan merupakan yang paling buruk.52

Weber berpandangan bahwa kharisma eksis karena ada ikatan

emosional. Prototipe pemimpin yang dicontohkan Weber, antara lain dukun,

prajurit yang mengamuk, bajak laut, demagog ataupun nabi, semuanya

merupakan orang-orang yang ditandai oleh kapasitas unik dan innate untuk

menampilkan emosi yang sangat berwarna. Emosi ini ditampilkan lewat

51

Charles Lindholm, Charisma..28. 52

Ibid.., 29.

Page 46: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

ekspresi yang meluap-luap dan spontan sehingga mempengaruhi emosi para

pengikut, membuat mereka antusias dan merasa lebih hidup. Dari sinilah

kemudian terbentuk ikatan emosional, dimana pemimpin secara intens

menjadi pusat perhatian sekaligus objek imitasi oleh pengikutnya.53

Menurut Weber, otoritas berdasarkan kharisma itu extra-ordinary,

sehingga otoritas ini diposisikan sebagai antitesis baik dengan otoritas legal-

rasional maupun tradisional. Otoritas ini tidak seperti otoritas legal karena

tidak terikat bahkan asing dengan aturan-aturan yang rasional. Otoritas ini

juga tidak seperti otoritas tradisional karena tidak terikat dengan aturan yang

turun temurun dari masa lalu, bahkan cenderung menolak aturan tradisi masa

lalu. Sehingga sering kali kemunculan otoritas semacam ini merupakan

kekuatan revolusianer.54

Selain itu ada beberapa ciri-ciri lain dari otoritas berdasarkan

kharisma, diantaranya tidak adanya hierarki maupun suatu sistem yang jelas

dalam aturan-aturan, tidak ada pengangkatan dan penurunan jabatan, tidak ada

jenjang karier, tidak ada promosi. Semua hal dijalankan secara instan sebagai

suatu panggilan tugas oleh pengikut berdasarkan perintah sang pemimpin.55

Kharisma asli juga berciri asing terhadap segala pertimbangan

ekonomis, tetapi bukan berarti menolak segala hal yang bernilai ekonomis.

Yang ditolak adalah segala upaya memperoleh keutungan ekonomi yang rutin.

53

Ibid.., 30. 54

Max Weber, Economy and Society.., 244. 55

Ibid.., 243.

Page 47: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

Bagi pemimpin, memanfaatkan kharismanya demi eksploitasi ekonomis

adalah suatu hal yang hina. Kalaupun dia memperoleh sumbangan atau hadiah

dari pengikut, itu dianggap sebagai dukungan. Begitu pula rampasan perang

dari musuh misalnya, tidak pernah didasarkan pertimbangan ekonomis,

melainkan diambil sebagai bagian dari panggilan misi atau untuk tujuan

keberhasilan misi.56

Seperti halnya dua tipe otoritas yang lain, tipe otoritas kharismatik

yang asli jarang ditemukan dalam realitas empiris. Itu karena ketiganya tidak

lain adalah tipe ideal otoritas. Yang biasa ditemukan dalam realitas empiris

adalah bentuk otoritas yang sudah tertransformasi atau terkombinasi satu sama

lain. Otoritas kharismatik yang asli pada akhirnya juga akan tertransformasi

karena sifatnya yang tidak stabil. Ketidak-stabilan ini wajar karena hanya

berlandaskan ikatan emosional antara pemimpin dan pengikut.57

Pada satu

titik, otoritas kharismatik yang bertahan pasti akan mengalami transformasi.

Weber menyebutnya sebagai rutinisasi kharisma.

Dalam bab rutinisasi kharisma, Weber memulai pembahasan dengan

menjelaskan ketidak-stabilan otoritas kharismatik yang hanya berlandaskan

kualitas kharismatik seorang pemimpin. Ini berarti jika sang pemimpin gagal

karena tidak lagi bisa menunjukkan kharismanya, maka otoritas macam ini

juga akan berakhir. Kalaupun bertahan, ancaman kehilangan sosok pemimpin

kharismatik tidak bisa terelakkan. Bagaimana memilih pemimpin pengganti

56

Ibid.., 244. 57

John Potts, A History of Charisma.., 120.

Page 48: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

untuk bisa mempertahankan komunitas menjadi masalah krusial. Weber

menyebutnya sebagai the problem of succession.58

Rutinisasi kharisma adalah proses tak terelakkan bagi otoritas

kharismatik yang telah terbentuk dan bertahan. Rutinisasi bisa dijelaskan

sebagai proses tradisionalisasi, legalisasi atau kombinasi dari keduanya dari

otoritas kharismatik dalam upaya komunitas yang telah terbentuk untuk tetap

bertahan. Weber menyebutkan dua motif mengapa komunitas ingin

bertransformasi, yaitu adanya kepentingan, baik ideal maupun material, untuk

menjaga keberlangsungan komunitas dan juga ikatan diantara mereka. 59

Berdasarkan motif tersebut, transformasi perlu dilakukan yaitu dengan

pencarian solusi bagi the problem of succession. Menurut Weber, ada

beberapa kemungkinan solusi yang dipilih: Pertama, pencarian pemimpin

kharismatik yang baru berdasarkan kriteria dari kualitas pemimpin

sebelumnya. Weber memberi contoh yaitu pemilihan Dalai Lama60

yang

dipercaya sebagai reinkarnasi dari Buddha. Dalam hal ini rutinisasi yang

terjadi adalah tradisionalisasi. Kedua, pencarian pengganti berdasarkan teknik

58

Max Weber, Economy and Society.., 246. 59

Ibid.., 246 60

Dalai Lama adalah gelar dari seseorang yang dianggap sebagai pemimpin politik dan spiritual

oleh orang-orang Buddha Tibet. Dalai dalam bahasa Mongol berarti samudra, secara spesifik

terkait dengan pengetahuan, sedangkan Lama berasal dari kata Blama, kata dalam bahasa Tibet

yang berarti guru keagamaan. Gelar ini pertama kali diberikan pada Dalai Lama ke-3 yaitu Bsod

Nams rgya mtsho (Sonam Gyatso) oleh raja Mongol Altan Khan pada tahun 1578 M. Sedangkan

gelar Dalai Lama ke-1 dan ke-2 diberikan pada dua tokoh yang dianggap merupakan inkarnasi

sebelum Sonam Gyatso. Orang-orang Tibet percaya bahwa seorang Dalai Lama adalah reinkarnasi

dari Dalai Lama sebelumnya. Dan semua yang bergelar Dalai Lama dipercaya merupakan

inkarnasi dari Bodhisattva of Compassion (Buddha kasih sayang), Avalokitesvara. Lindsay Jones,

Encyclopedia of Religion ed.2 Vol. 4 (Michigan: Thomson Gale, 2005) 2131.

Page 49: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

pemilihan tertentu, misalnya melalui wahyu yang dimanifestasikan dalam

orakel. Rutinisasi yang terjadi adalah legalisasi.61

Ketiga, penunjukan langsung seseorang oleh sang pemimpin

kharismatik untuk menggantikan posisinya. Keempat, penunjukan pemimpin

pengganti oleh staf administrasi yang memenuhi syarat dan diakui oleh

komunitas.62

Pemilihan Paus bisa dijadikan contoh. Kelima, penunjukan

pemimpin pengganti dari garis keturunan. Keenam, penunjukan pemimpin

baru yang telah menerima kharisma dari pemimpin yang lama. Dalam hal ini

kharisma dipandang sebagai suatu entitas objektif yang dapat dilepaskan dari

pemilik awalnya dan dialihkan pada individu lain yang akan menggantikan

kepemimpinannya lewat ritual tertentu.63

Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa kharisma memiliki setidaknya

dua aspek penting dari pengertiannya. Yang pertama adalah aspek

antropologis. Kharisma adalah kualitas luar biasa dari kepribadian seseorang,

sehingga dia dikenali sebagai pribadi yang melampaui kondisi alamiah sebagai

manusia. Contoh individu kharismatik adalah seorang nabi yang dilahirkan

sebagai manusia dengan segala sifat kemanusiaannya, namun dianugrahi

Tuhan kemampuan supranatural seperti mujizat dan sebagainya, sehingga

dianggap melampaui manusia biasa.

61

Max Weber, Economy and Society.., 247 62

Ibid.., 247 63

Ibid.., 248.

Page 50: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

Yang kedua adalah aspek sosio-politis. Kharisma adalah kualitas

pribadi seorang pemimpin yang hanya bisa divalidasi lewat pengakuan orang

lain. Aspek ini yang lebih ditekankan oleh Weber. Jadi, terlepas dari aktual

atau tidaknya kualitas ini, seseorang tetap bisa disebut kharismatik jika orang

lain mengakuinya. Bentuk murni kharisma ialah jika orang lain mengenali

secara langsung kharisma individu, kemudian secara suka rela

memperlakukannya sebagai pemimpin. Sebaliknya, jika kharisma individu

diakui berdasarkan klaim, maka karismanya tidak asli.

C. Tinjauan Filosofis Mengenai Kharisma

Sampai saat ini, kharisma merupakan kata yang masih sulit dipahami.

Dia memiliki rentang makna yang luas. Pemahaman dari satu orang belum

tentu sama dengan orang yang lain, bahkan untuk satu pemimpin yang sama.

Namun setidaknya ada satu hal yang disepakati, bahwa kharisma dialamatkan

pada seseorang yang begitu memikat, mudah disukai dan dikagumi. Seolah-

olah ada magnet melekat pada dirinya yang memancar sehingga dapat menarik

dan mengumpulkan persetujuan terhadap dirinya.

Dalam praktiknya, kharisma bisa jadi sangat remeh ketika dialamatkan

pada seseorang yang mudah disukai orang lain sehingga dia memiliki banyak

teman. Tetapi kharisma juga bisa menjadi persoalan serius ketika dialamatkan

Page 51: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

pada seorang pemimpin dengan banyak pengikut yang memujanya, hingga

rela mati atau membunuh atas perintah sang pemimpin.64

Sebagai langkah pertama, penting untuk dipertimbangkan menyelami

kembali pemahaman mengenai kharisma dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan mendasar. Seperti mengenai apa kharisma itu, bagaimana cara

kerjanya, dan yang lebih penting lagi apa makna keberadaannya. Secara

sederhana kharisma dapat dijelaskan sebagai suatu kualitas tertentu dari

kepribadian individu yang dianggap luar biasa sehingga menjadi penyebab

tunduknya orang lain terhadapnya.

Berangkat dari pengertian seperti itu, maka secara umum kharisma

dapat dipahami dalam dua pengertian berbeda. Pertama, kharisma dipahami

sebagai kualitas/derajad/nilai yang diberikan (dilabelkan) kepada seseorang

yang dianggap memiliki kepribadian luar biasa. Menyatakan seseorang

sebagai kharismatik lebih merupakan cara mengidentifikasi kepribadiannya

sebagai luar biasa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Jadi kharisma

bukanlah suatu entitas, melainkan kategori penilaian.

Kedua, kharisma dipahami sebagai suatu entitas tertentu dalam diri

seseorang (bagian tertentu yang ditampilkan lewat kepribadian orang tersebut)

yang mana dengan cara-cara tertentu, yang masih misterius, dapat

mempengaruhi orang lain untuk tunduk kepadanya. Dengan demikian

kharisma dimengerti sebagai suatu entitas aktual, entah itu dalam bentuk fisik

64

Charles Lindholm, The Anthropology of Religious Charisma: Ecstasies and Institutions (New

York: Palgrave Macmillan, 2013) 1.

Page 52: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

maupun spiritual, alamiah maupun supranatural. Cerita tentang pulung65

dalam masyarakat Jawa dapat menjadi contoh dari pengertian kharisma

semacam ini.

Sejauh ini tidak ada pemahaman final apakah kharisma itu suatu

kategori penilaian atau suatu entitas aktual. Terlepas dari itu, pada dasarnya

kharisma merupakan kualitas yang dialamatkan pada orang-orang yang dalam

sejarah dianggap sebagai Great Man. Orang-orang ini bisa kita telusuri hingga

zaman Yunani kuno.66

Para tokoh yang digelari Hero dalam mitologi Yunani,

Yesus sang Mesias, Muhammad dengan gelar Nabi dan Rasul, Siddharta

Gautama sebagai Sang Buddha, adalah contoh-contoh Great Man dengan

berbagai frame yang menggambarkan keluar-biasaannya.

Kharisma tidak harus terkait langsung dengan berbagai frame dari

tokoh-tokoh tersebut, namun menjadi kualitas yang selalu melekat pada

mereka. Kharisma lah yang memungkinkan para tokoh ini memiliki pengikut-

pengikut setia. Bukan gelar seperti Nabi, Mesias, ataupun Hero yang membuat

tokoh-tokoh ini memperoleh pengikut, melainkan kemampuan mereka

mempengaruhi orang lain untuk percaya dan setuju padanya.

Lalu bagaimana menjelaskan kharisma para Great Man ini terkait

dengan ketundukan dan kesetiaan para pengikutnya? Apakah kharisma

65

Pulung adalah semacam benda spiritual, biasanya berbentuk seperti bola yang terbang

melayang-layang di angkasa, dan akan turun kepada calon kepala desa. Masyarakat percaya bahwa

calon kepala desa yang didatangi pulung adalah yang paling tepat dijadikan kepala desa. Cliffort

Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa, terj. Aswab Mahasin

dan Bur Rasuanto (Depok: Komunitas Bambu, 2014) 24. 66

Charles Lindholm, The Anthropology of Religious Charisma.., 4.

Page 53: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

memiliki daya pengaruh yang sedemikian kuat sehingga pada hakikatnya para

pengikut tanpa sadar dipaksa untuk tunduk? Atau justru sebaliknya, kharisma

hanya merupakan identifikasi semena-mena dan semata-mata subjektif dari

para pengikut terhadap seorang pemimpin?

Perlu diingat bahwa meski digambarkan seluar-biasa apapun, Great

Man ini hadir dihadapan para pengikutnya sebagai pribadi manusia. Kita bisa

menjelaskan berbagai hal luar-biasa yang membedakan mereka dengan

manusia biasa, namun Great Man tetaplah eksis sebagai manusia. Bahkan

Yesus yang adalah Tuhan dalam kepercayaan Kristen hadir sebagai manusia.

Eksistensi sebagai manusia inilah yang justru memungkinkan tokoh-

tokoh besar ini dipahami oleh para pengikutnya. Namun ini berarti mereka

juga terikat dengan kondisi-kondisi eksistensial seperti manusia biasa.

Sehingga dalam membangun relasi dengan para pengikutnya, Great Man juga

berinteraksi selayaknya manusia.

Merujuk pada Georg Simmel (1858-1918), setiap relasi antar individu

manusia selalu dalam tegangan saling pengaruh. Simmel menyebutnya sebagai

Wechselwirkung, yaitu efek timbal-balik.67

Hal tersebut terkait dengan

pandangannya bahwa manusia itu mahluk perbedaan, yaitu mahluk sosial

sekaligus asosial. Di satu sisi manusia selalu ingin beda, namun di sisi lain

juga tidak mau terisolasi dari yang lain.

67

Budi hardiman, “Georg Simmel dan Relasionisme: Sebuah Tinjauan Filosofis atas Hubungan

Individu dan Masyarakat”, Studia Philosophica et Theologica, Vol. 10 No. 1 (Maret 2010) 7.

Page 54: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

Dari kondisi eksistensial semacam itu manusia membangun relasi

melalui interaksi dengan yang lain. Ada banyak cara manusia berinteraksi baik

secara langsung seperti menyapa tetangga, atau secara tidak langsung seperti

berkirim surat. Interaksi paling awal, yaitu dengan orang yang belum dikenal,

biasanya dimulai dengan saling mempersepsikan satu sama lain secara

indrawi. Baru kemudian dilanjutkan dengan interaksi yang lain misalnya

memulai komunikasi verbal.68

Bahkan dari interaksi saling mempersepsi melalui indra ini saja efek

timbal balik sudah terjadi. Satu pihak tidak bisa menghindar dari persepsi

pihak lain, dan itu mempengaruhi cara dia berinteraksi selanjutnya. Demikian

juga hal yang sama dialami oleh pihak lain. Namun persepsi masing-masing

pihak juga tidak lepas dari image yang mereka tampilkan satu sama lain.

Maka, relasi yang terbangun tidak bisa diandaikan satu arah.

Berdasarkan pandangan Simmel tersebut, pengandaian bahwa

kharisma lah yang semata-mata dapat mempengaruhi orang lain untuk tunduk

menjadi tidak mungkin. Begitu juga dengan pengandaian bahwa kharisma

semata-mata penilaian subjektif dari sudut pandang pengikut juga menjadi

tidak mungkin. Relasi antara pemimpin kharismatik dengan para pengikutnya

sebenarnya saling mempengaruhi.

Jika demikian, bagaimana menjelaskan keberadaan komunitas

kharismatik, yang mana di satu sisi ada pemimpin luar biasa dan di sisi lain

68

Ibid, 14.

Page 55: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

ada pengikut yang sepenuhnya tunduk, sedangkan pada dasarnya hubungan

meraka adalah saling mempengaruhi? Jawabannya adalah karena manusia

memiliki kondisi eksistensial yang memungkinkan hal tersebut, yaitu

kebebasan. Justru karena manusia itu bebas, manusia mampu menentukan

dirinya untuk tidak tunduk pada siapapun, mencoba menundukkan siapapun,

atau sebaliknya, merelakan dirinya untuk tunduk sepenuhnya pada seseorang

atau suatu kelompok.

Untuk menjelaskan hal tersebut, peneliti akan merujuk pada pandangan

Erich Fromm (1900-1980). Menurutnya, manusia itu eksis dalam keadaan

sendirian, kesepian, terisolasi, tidak terikat dengan alam maupun sesamanya.

Berbeda dengan hewan atau tumbuhan yang hidupnya terikat dan selaras

dengan alam. Manusia terisolasi, tidak memiliki ikatan dengan apapun dan

siapapun, itu artinya manusia sepenuhnya bebas.69

Namun kondisi bebas ini justru cenderung dirasa negatif. Karena

manusia harus menghadapi dunia yang serba asing dan mencekam ini

sendirian. Manusia merasa diteror oleh ancaman kesendirian dan rasa sepele.70

Maka kondisi bebas ini yang justu ingin ditanggulangi manusia. Ada dua jalan

yang bisa dipilih: menerima kebebasan secara positif, atau mencoba melarikan

diri darinya. Dalam bukunya “Escape From Freedom”, Fromm menyebutkan

tiga cara manusia melarikan diri dari kebebasan. Salah satunya yaitu dengan

cara meleburkan diri pada seseorang atau sesuatu di luar dirinya yang

69

Djuretna Adi Imam Muhni, “Manusia dan kepribadiannya: Tinjauan Filsafati”, Jurnal Filsafat

Fakultas Filsafat UGM, seri 27 Maret (1997) 27. 70

Erich Fromm, Escape From Freedom (New York: Avon Books, 1969) 173

Page 56: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

dianggap powerful (authoritarianism). Cara ini diambil ketika seseorang

merasa dirinya begitu kecil dan lemah di satu sisi, dan merasa ada seseorang

atau suatu kelompok lain yang begitu kuat di sisi lain.71

Ketakutan akan kondisi diri yang bebas namun kesepian dan rentan,

menjadi beban tak tertahankan yang ingin manusia hindari. Kondisi itu

mendorong dirinya mencari dominasi dari pihak lain. Dan dengan merelakan

diri untuk tunduk, seseorang justru merasa nyaman, karena tidak lagi harus

merasa sendirian, kerdil, lemah dan tak bermakna. Dia tidak perlu lagi

khawatir dalam menentukan sikap, tidak pula khawatir bertanggung-jawab

atas dirinya sendiri, karena dirinya ditentukan oleh pihak powerful dimana dia

meleburkan diri. Dia merasa tidak lagi menjadi diri yang lemah oleh sebab

ikatannya dengan seseorang atau sesuatu yang powerful tersebut.72

Perlu digaris-bawahi bahwa keterangan Fromm tersebut merujuk pada

proses psikis di luar kesadaran. Jika dalam kesadarannya, pengikut yang

menemukan dominasi merasa nyaman, pada hakikatnya sisi tak sadarnya tidak

merasa demikian. Fromm mengidentikkan orang yang memilih jalan

authoritarianism dengan kondisi seorang masokhis. Seorang masokhis

cenderung merasakan dirinya berada dalam situasi konflik yang tak

tertahankan dan ingin segera menanggulanginya, yang mana itu malah

71

Ada tiga cara escape from freedom menurut Fromm: Pertama, authoritarianism, yaitu melebur

pada kekuatan lain di luar dirinya. Kedua, Destructiveness, yaitu kecenderungan menghancurkan

dunianya, sehingga meskipun sendirian dia tidak merasa terancam. Ketiga, Automaton Conformity,

yaitu mencoba mengusahakan dirinya sedemikian rupa supaya tidak berbeda dengan dunia.

Selengkapnya lihat Erich Fromm, Escape From Freedom.., 157. 72

Ibid, 163.

Page 57: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

mengantarkannya memilih bentuk penderitaan yang lain.73

Dengan kata lain,

pada dasarnya memilih untuk tunduk hanya akan membawa pengikut

merasakan penderitaan baru yang tak disadarinya. Maka tidak aneh jika

seorang pengikut bersedia menyiksa, membunuh, atau justru mengorbankan

dirinya atas perintah pemimpin dengan perasaan bangga, mirip seperti seorang

masokhis yang merasa senang ketika dirinya tertimpa derita.

Pandangan Fromm ini dapat diterapkan dalam polemik mengenai

komunitas kharismatik. Yaitu, dimana pengikut dalam kondisi eksistensialnya

yang bebas justru memiliki kemungkinan untuk tunduk sepenuhnya pada

seseorang yang dianggap luar biasa. Maka kharisma yang dimiliki oleh Great

Man dapat dimaknai sebagai tersajinya suatu jalan keluar bagi orang-orang

yang ingin mememenuhi kebutuhan akan dominasi. Dan para pengikut

pemimpin kharismatik bisa diidentifikasi sebagai orang-orang yang merasa

dirinya lemah, sehingga mudah bagi mereka untuk tunduk.

Namun apakah ketundukan dengan jalan seperti itu dapat meniadakan

kondisi eksistensial seorang pengikut sebagai individu bebas? Jawabannya

adalah tidak. Seperti halnya seorang masokhis yang senantiasa mencari

penderitaan, rasa ingin didominasi seorang pengikut juga menuntut untuk

selalu dipenuhi.74

Dalam hal ini, pemimpin kharismatik harus selalu bisa

menunjukkan power nya. Jika ada pihak lain menawarkan dominasi yang

lebih powerful, atau jika sang pemimpin tidak lagi bisa menunjukkan

73

Ibid, 175. 74

Ibid, 176.

Page 58: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

dominasinya, tentu sang pemimpin tersebut akan ditinggalkan. Itulah

konsekuensi yang paling mungkin, mengingat ketundukan yang dimaksud

lahir dari kebebasan.

Lalu bagaimana dengan sang pemimpin kharismatik? Jika sang

pemimpin juga diandaikan sebagai manusia biasa, dengan kondisi eksistensial

seperti manusia biasa, maka kiranya Fromm akan mengidentikkannya dengan

seorang yang sadistis.75

Dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin juga

manusia yang resah dengan kondisi eksistensialnya. Kebebasan membuatnya

merasa sendirian dan lemah. Dalam hal ini dia juga ingin meleburkan dirinya

dalam satu kesatuan yang powerful, tidak jauh beda dengan pengikut.

Yang membedakan dirinya dengan orang berkecenderungan masokhis

adalah dia mencoba merasionalisasikan kondisinya ketika dia melihat kondisi

pihak lain yang tak jauh beda dengannya. Fromm menggambarkan sikap orang

seperti ini dengan kalimat-kalimat seperti “Aku memerintahmu karena aku

tahu apa yang terbaik bagimu, dan kamu seharusnya mengikutiku dengan

senang hati.” atau dengan kalimat “Aku begitu hebat dan unik, sehingga aku

punya hak mengharapkan orang lain bergantung padaku”.76

Meskipun akhirnya dia mendapat pengakuan atas dominasinya, pada

dasarnya dia sendiri juga bergantung pada para pengikutnya. Dia tidak berarti

apa-apa tanpa pengikut, namun hal tersebut cenderung tidak disadarinya. Dia

75

Ibid, 165. 76

Ibid, 166.

Page 59: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

baru akan sadar dan merasakan kembali penderitaan yang sama dengan

pengikutnya, ketika para pengikut tersebut meninggalkannya.77

Dimana posisi kharisma dalam hal ini? Merujuk pada pandangan

Fromm, kharisma dapat diidentifikasi sebagai faktor terpenting bagi sang

pemimpin untuk menegaskan dominasinya. Dalam hal ini, kharisma berperan

sebagai kerangka acuan, yang mana darinya seorang pemimpin bisa

menegaskan dominasinya dan para pengikut memperoleh alasan untuk tetap

nyaman dalam ketundukan. Seperti halnya “cinta” yang sering kali dijadikan

alasan bagi suami untuk terus-menerus mendominasi istrinya.78

Pandangan Fromm di atas menegaskan bahwa segala bentuk

otoritarianisme adalah negatif. Jika komunitas kharismatik dipandang secara

keseluruhan sebagai bentuk otoritarianisme, maka Nazisme dan Hitler tidak

jauh beda dengan Agama dan nabinya. Tentu kesimpulan semacam ini

meresahkan. Maka pertanyaan selanjutnya, adakah kemungkinan kharisma

dipahami dalam perspektif yang lebih positif?

Fromm menjelaskan bahwa escape from freedom tidak pernah benar-

benar membuat manusia mengatasi kondisi eksistensialnya. Jalan yang paling

tepat baginya justru dengan menerima kondisi tersebut, yaitu menerima diri

sebagai individu bebas secara positif. Menerima kebebasan bukan berarti

memisahkan diri dari kehidupan sosial, melainkan membuat relasi dengan

77

Ibid, 166. 78

Ibid, 168.

Page 60: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

yang lain tanpa harus menolak individulitas. Relasi seperti ini berciri produktif

dan dilandasi dengan cinta.79

Dalam suatu komunitas kharismatik, relasi antara pemimpin dan

pengikut bisa jadi berciri otoritarian. Namun masih ada kemungkinan lain,

yaitu ketika sang pemimpin kharismatik membangun komunitas tidak untuk

menegaskan dominasi pada para pangikut dan juga tidak membiarkan mereka

kehilangan arah. Melainkan, menawarkan pada pengikut suatu kerangka

orientasi dan kerangka kesetiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka

sebagai manusia, sehingga terbentuk suatu masyarakat yang sehat.80

Kerangka orientasi merupakan gambaran tentang dunia dimana

seseorang berada, yang menentukan perkembangan akal dan pengetahuannya.

Hal ini diperlukan manusia untuk memahami dunia yang adalah rumahnya

sendiri. Contohnya yaitu pengetahuan akan alam, manusia, masyarakat dan

dirinya sendiri. Sedangkan kerangka kesetiaan adalah gambaran lain tentang

dunia yang tidak bisa dipahami hanya dengan akal, melainkan harus

melibatkan feeling dan sensing. Ajaran tentang agama dan moral merupakan

contohnya. Kedua kerangka orientasi tersebut bisa jadi rasional maupun

irrasional. Mengenai bagaimana orientasi tersebut ditawarkan, apakah rasional

79

Erich Fromm, The Sane Society (London dan New York: Routledge, 2002) 267. 80

Menurut Fromm, dalam bukunya The Sane Society, keputusan yang dipilih oleh seseorang

ditentukan oleh kebutuhan dasar eksistensial yang harus mereka penuhi. Ada lima kebutuhan dasar

eksistensial manusia sebagai manusia, yaitu keterkaitan, transendensi, keberakaran, identitas, serta

kerangka orientasi dan kesetiaan. Bagaimana lima kebutuhan dasar ini terpenuhi menentukan arah

kehidupan manusia, apakah ke arah positif ataupun negatif. Ibid, 26.

Page 61: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

atau irrasional, tergantung dari situasi dan kondisi masyarakat. Dalam hal ini,

orientasi yang irrasional belum tentu negatif.81

Jika seorang pemimpin kharismatik mampu menyajikan kerangka

orientasi yang dibutuhkan para pengikutnya untuk bisa membangun suatu

masyarakat yang sehat, maka komunitas yang terbentuk tidaklah negatif.

Dengan syarat, kerangka orientasi tersebut tidak dijadikan acuan oleh sang

pemimpin untuk bersikap otoriter. Dan sebagaimana yang dijelaskan Fromm,

kerangka orientasi tersebut haruslah dapat menjamin terciptanya relasi yang

produktif dan dilandasi dengan cinta.

D. Kharisma Sebagai Problem Agama dan Kepemimpinan

Pada awalnya kharisma merupakan pokok bahasan keagamaan khusus,

yaitu dalam teologi Kristen. Seperti yang sudah dijelaskan, kharisma dipahami

sebagai kemampuan atau bakat luar biasa yang merupakan anugerah dari

Tuhan kepada seseorang. Bukti kekuasaan Tuhan yang ditampilkan melalui

seorang figur seperti nabi, orang-orang suci atau orang-orang yang dianggap

dekat dengan-Nya merupakan hal yang sudah ada dan dipahami dalam

Kristen. Namun itu bukan berarti tanpa problem.

Pada masa kekristenan awal, problem yang timbul berkaitan dengan

ancaman kemunculan ajaran-ajaran sesat dan kekhawatiran terjadinya

perpecahan umat. Ajaran-ajaran sesat tersebut muncul dari nabi-nabi palsu

sepeninggal Paulus, yang mana dengan cara-cara tertentu mencoba

81

Ibid, 61.

Page 62: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

menunjukkan kenabiannya. Akibatnya, segala hal yang berbau supranatural,

mujizat kenabian, keajaiban-keajaiban, termasuk juga kharisma dicurigai.

Selain itu, kekhawatiran akan terjadinya perpecahan umat muncul dari

perdebatan-perdebatan mengenai perlunya menggantungkan agama pada

individu-individu yang dianggap luar biasa sepeninggal para nabi. Semisal

kharisma itu memang asli dianugerahkan Tuhan pada seseorang, masih ada

kekhawatiran bahwa itu hanya akan menimbulkan masalah-masalah baru.

Gereja tidak mau gegabah meletakkan secara penuh otoritas agama yang

sudah mulai mapan di tangan individu-individu.82

Pada abad 20, Weber membawa kharisma ke ranah yang lebih luas.

Kharisma tidak lagi hanya merupakan problem teologis dalam Kristen,

melainkan problem sosio-politis yang juga terjadi pada masyarakat secara

universal, baik dalam bentuk komunitas religius maupun non religius. Dalam

hal ini, Weber mendefinisikan kharisma bukan lagi sebagai anugerah Tuhan

pada seseorang dalam iman Kristiani saja, melainkan sebagai kualitas luar

biasa dari kepribadian individu yang membuatnya diakui sebagai pemimpin.

Dengan demikian, Weber mengidentifikasi segala bentuk komunitas dengan

satu pemimpin tunggal yang dianggap luar biasa sebagai komunitas

kharismatik, dan itu tidak hanya terjadi terbatas pada umat Kristiani. 83

Meskipun Weber memperkenalkan kharisma dengan pengertian

berbeda, namun dia menunjukkan bahwa inti persoalannya sama. Keduanya

82

John Potts, A History of Charisma.., 80. 83

Max Weber, Economy and Society.., 1112.

Page 63: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

sama-sama membangkitkan pengabdian para pengikut pada individu yang

diidentifikasi sebagai kharismatik. Itu artinya kharisma sedari awal sudah

merupakan problem sosio-politis, yaitu bagaimana seorang pemimpin

memperoleh otoritas. Padahal Paulus tidak pernah menyatakan bahwa

kharisma diperuntukkan bagi seorang pemimpin.84

Namun usaha Weber untuk memperkenalkan kharisma sebagai

problem sosio-politis, tidak serta merta menghilangkan unsur keagamaan di

dalamnya. Terlepas dari bentuk komunitasnya, religius ataupun non religius,

pemimpin kharismatik selalu diidentifikasi sebagai individu yang luar biasa

(extraordinary). Luar biasa tidak bisa sekedar diartikan sebagai melampaui

ekspektasi atau mengesankan, melainkan di luar batas kemanusiaan, terkait

dengan yang supranatural, dan sebagainya.85

Identifikasi semacam ini

mengindikasikan bahwa selalu ada peran agama/kepercayaan dalam proses

pengenalan kharisma seseorang.

Sebelum membahas keterkaitan agama, peneliti akan mencoba

mengklarifikasi terlebih dahulu pengertian kharisma. Menurut Weber,

kharisma adalah suatu kualitas kepribadian khusus terkait kepemimpinan. Ada

banyak kualitas kepemimpinan yang dikenal manusia, seperti berani, kesatria,

heroik, berwibawa dan sebagainya. Semua itu mudah dipahami. Kriteria-

kriterianya jelas dan mudah diterima semua orang. Namun kharisma berbeda.

Kharisma adalah kualitas kepemimpinan khusus bagi orang-orang yang

84

John Pots, A History of Charisma.., 119. 85

Peneliti lebih menitik-beratkan definisi kharisma itu sendiri untuk dikaji lebih dalam

dibandingkan aspek sosiologisnya.

Page 64: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

dianggap melampaui batas kemanusian atau memiliki derajat tinggi sehingga

dibedakan dengan manusia kebanyakan.

Dalam mengidentifikasi kualitas kepribadian biasa, biasanya kita

menggunakan kriteria-kriteria yang mudah diterima. Seseorang prajurit

dikatakan pemberani jika dia tidak gemetar ataupun lari ketika berhadapan

dengan musuh yang lebih kuat. Meski mungkin ada perbedaan pendapat,

kriteria semacam itu tidak akan dipermasalahkan. Dalam kasus kharisma,

kriteria-kriterianya sulit diterima. Seseorang dikatakan berkharisma jika dia

memiliki kemampuan atau kekuatan supranatural ilahiah yang menandakan

bahwa dia pantas untuk untuk dijadikan pemimpin.

Dalam wawasan dunia modern yang naturalistis, yang supranatural itu

tidak logis. Segala upaya pembuktian eksistenti yang supranatural ditolak,

atau setidaknya didekati dengan curiga, semata-mata untuk mencari penjelasan

ilmiahnya. Karena itu, Weber tidak menekankan persoalan pada hal tersebut,

melainkan pada aspek sosiologisnya dengan menyatakan bahwa individu bisa

dipandang kharismatik sejauh diakui demikian oleh pengikutnya.

Dari sini peneliti beasumsi bahwa fenomena hadirnya pemimpin

kharismatik dimungkinkan oleh pra kondisi tertentu. Pra kondisi ini juga yang

menentukan implikasi kharisma terhadap jalannya kepemimpinan. Setidaknya

ada dua pra kondisi menurut asumsi peneliti: intensitas masyarakat dalam

menjalani praktik-praktik hidup religius dan kebudayaan politik masyarakat.

Page 65: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

Identifikasi seseorang sebagai kharismatik dimungkinkan oleh

intensitas suatu masyarakat dalam menjalankan praktik-praktik hidup religius.

Intens dalam menjalankan praktik-praktik hidup religius bukan sekedar

memahami secara kognitif suatu nilai-nilai agama atau mematuhi ajaran-

ajaran formal agama. Merujuk pada pemikiran Martin Heidegger (1889-1976),

praktik-praktik hidup tersebut merupakan pembentuk vorstruktur des

verstehens (pra-struktur memahami) individu atau masyarakat.86

Praktik-praktik hidup religius merujuk pada segala kegiatan rutin

manusia atau masyarakat, yang sebenarnya mengandung nilai-nilai religius,

namun dijalankan begitu saja tanpa terlebih dahulu dipahami bahwa apa yang

mereka lakukan mengandung nilai-nilai religius. Alasannya adalah karena itu

sudah menjadi kebiasaan (tradisi).87

Praktik-praktik hidup religius ini masih

bisa ditemukan dimanapun, bahkan dalam masyarakat Barat yang sekuler.88

86

Pra-struktur memahami merupakan kondisi ontologis dari eksistensi manusia, yang

memungkinkan dirinya untuk bisa memahami suatu. Pemahaman seseorang mengenai mitos,

filsafat, pandangan hidup, ajaran agama, ilmu pengetahuan dan sebagainya dimungkinkan

sekaligus ditentukan oleh pra-struktur memahami ini. Itu sebabnya segala pemahaman manusia

tidak mungkin murni, lepas dari prasangka. Pra-struktur memahami tersebut dibentuk oleh

Bewandtnisganzheit, yaitu totalitas keterlibatan manusia dalam praktik-praktik hidupnya.

Bewandtnisganzheit ini bungkam, non-tematis, pra-predikatif, non-verbal. Itu adalah keseluruhan

relasi antara manusia dengan segala apa yang ada di sekitarnya terkait dengan cara dia

bereksistensi. F. Budi Hardiman, Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai

Derida (Yogyakarta: Kanisius, 2015) 114. 87

Tradisi disini harus dipahami sebagai kondisi eksistensial, dimana manusia senantiasa tersituasi

di dalamnya. Meskipun manusia berupaya untuk mengambil jarak, hal tersebut tidak pernah bisa

melepaskannya dari tradisi. Manusia selalu berada dalam dan tidak pernah lepas dari tradisi. Hal

ini ditekankan oleh Hans Georg Gadamer (1900-2002) dalam hermeneutukanya. Ibid.., 173. 88

Mengutip penjelasan dari Robert C. Tucker, David Aberbach menyatakan bahwa sekularisme di

Barat tidak pernah bisa memurnikan politik dari agama. Karena elemen-elemen tradisional

keagamaan masih tersisa dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam kehidupan politik. David

Aberbach, Charisma in Politics, Religion and The Media.., 35

Page 66: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Unsur penting dalam praktik-praktik hidup religius adalah terarah pada

yang sakral. Setiap agama dari yang paling kuno hingga agama-agama besar

yang masih bertahan sampai sekarang mengakui eksistensi yang sakral.

Sebagai realitas supranatural, yang sakral dibedakan dan diposisikan

melampaui yang profan.89

Hal tersebut menjadi landasan dari semua agama

tradisional.

Sebelum sekularisasi terjadi di Barat, hampir semua manusia adalah

umat beragama. Agama mewarnai segala segi kehidupan manusia, tidak

sekedar sebagai pandangan hidup, tetapi juga dipraktikkan dalam rutinitas

sehari-hari. Hal ini membuat cara manusia memahami atau menilai sesuatu

menjadi serba religius. Setelah sekularisasi terjadi, keterlibatan yang sakral

dalam praktik-praktik hidup masyarakat mulai berkurang akibat

desakralisasi.90

Namun yang sakral tidak pernah benar-benar disingkirkan.

Kita sering melihat di film, berita, atau membaca tulisan-tulisan Barat, tentang

kebiasaan seseorang membawa benda tertentu sebagai jimat keberuntungan.

Orang tersebut tentu tahu bahwa itu tidak rasional, namun sulit baginya untuk

pergi tanpa membawa benda keberuntungannya. Ada suatu keyakinan tidak

reflektif yang muncul dalam diri orang tersebut, seolah-olah akan mengalami

kesialan atau kegagalan jika lupa membawanya. Contoh lain juga bisa kita

temukan di Indonesia, misalnya tradisi mencium tangan orang yang lebih tua

ketika berjabat tangan.

89

Mircea Eliade, Sacred and Profane:The Nature of Religion, terj. Inggris Willard R. Trask (New

York: Brace and World Inc., 1959) 10. 90

Ibid.., 13.

Page 67: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

Contoh sederhana di atas dapat sedikit menggambarkan mengenai

praktik-praktik hidup religius yang peneliti maksud. Praktik-praktik hidup

religius bukanlah pemahaman atau pandangan hidup religius, melainkan cara

hidup atau cara bereksistensi yang menjadi pra-struktur memahami manusia,

yang di dalamnya mengakar nilai-nilai religius. Jika demikian, hal-hal tidak

rasional seperti pengakuan atas pemimpin kharismatik menjadi mungkin, baik

bagi orang beragama maupun orang sekuler.

Menurut Weber, kharisma adalah asli jika dikenali langsung oleh

orang lain lewat citra kepribadian luar biasa yang ditampilkan, bukan melalui

klaim tertentu. Peneliti tidak membantah hal tersebut. Namun peneliti

berasumsi bahwa pengenalan langsung/tidak reflektif/spontan atas kharisma

seseorang mensyaratkan adanya pra-struktur memahami yang

memungkinkannya. Dan pra-struktur memahami yang paling memungkinkan

berasal dari nilai-nilai religius yang telah mengakar dalam praktik-praktik

hidup masyarakat. Dengan demikian, kharisma tidak pernah lepas dari

persoalan agama.

Prakondisi kedua yang lebih signifikan dalam memungkinkan hadirnya

pemimpin kharismatik adalah budaya politik masyarakat. Budaya politik dapat

dijelaskan sebagai tingkah laku yang membentuk tujuan-tujuan umum ataupun

khusus masyarakat serta prosedur-prosedur yang mereka anggap harus

diterapkan untuk meraih tujuan-tujuan tersebut. Dengan kata lain, semua

orientasi politik yang relevan, baik secara kognitif, evaluatif maupun ekspresi

Page 68: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

sesaat.91

Budaya politik merupakan sumber utama sistem nilai yang dihayati

dan dianut oleh masyarakat, sehingga membentuk sikap, perilaku dan pola

pikir tertentu dalam berpolitik.92

Peneliti berasumsi bahwa budaya politik suatu masyarakat memiliki

kaitan erat dengan kemunculan pemimpin kharismatik. Sebagaimana yang

dijelaskan Weber, kharisma adalah kekuatan revolusioner yang besar.93

Artinya, setiap kemunculan pemimpin kharismatik merupakan titik penanda

perubahan budaya politik terjadi. Namun seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, pra struktur memahami masyarakat harus diandaikan sudah

memuat kecenderungan mengakui seorang pemimpin sebagai extraordinary.

Asumsi di atas berlaku hanya bagi kharisma asli. Bagi kharisma tidak

asli, yang memerlukan klaim tertentu agar seseorang dapat diakui kharismatik,

sangat tergantung pada budaya politik masyarakat. Karena klaim tersebut

memuat nilai-nilai yang dihayati oleh masyarakat, dan merupakan cerminan

dari budaya mereka dalam menentukan seorang pemimpin. Itulah kenapa

kharisma semacam ini tidak harus berlawanan dengan aturan-aturan yang

berlaku, layaknya otoritas kharismatik yang asli.94

Jika budaya politik masyarakat memungkinkan seorang pemimpin

kharismatik tertentu hadir tanpa ada pertentangan diantara anggota

91

Definisi dari David Easton yang dikutip Budi Winarno. Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia

Era Reformasi (Yogyakarta: MedPress, 2008) 15. 92

Alfian, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1981) 18. 93

Max Weber, Economy and Society.., 244. 94

Ibid.., 1114.

Page 69: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

masyarakat, maka kepemimpinan tokoh kharismatik tersebut akan cenderung

stabil. Kita bisa mengambil contoh dari Weber, misalnya bentuk rutinisasi

kharisma melalui garis keturunan (kharisma warisan). Seorang pemimpin yang

diakui kharismatik karena merupakan keturunan pemimpin kharismatik

sebelumnya, dimungkinkan dalam masyarakat yang budaya politiknya tidak

berubah semenjak masa pemimpin kharismatik sebelumnya.95

Namun jika budaya politik masyarakat tidak memungkinkan

pengakuan seseorang sebagai pemimpin kharismatik, misalnya tidak ada

budaya mengkultuskan pemimpin, maka hanya seorang pemimpin kharismatik

yang asli saja yang mungkin bisa tampil. Itupun masih mensyaratkan adanya

pra struktur memahami masyarakat yang termuat di dalamnya aspek-aspek

religius. Contohnya adalah masyarakat sekuler, dimana budaya politiknya

dibersihkan dari unsur-unsur agama. Meski demikian pada realitanya, budaya

politik semacam itu tidak pernah benar-benar ada. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya, tidak ada masyarakat sekuler yang murni sekuler.96

Artinya pemimpin kharismatik masih mungkin diakui dimanapun. Meskipun

tidak bisa dipungkiri bahwa budaya politik masyarakat turut menentukan

besar-kecilnya kemungkinan seorang pemimpin kharismatik diakui.

95

Ibid.., 248. 96

David Aberbach, Charisma in Politics, Religion and The Media.., 35.

Page 70: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

BAB III

GUS DUR DAN KEPEMIMPINANNYA

A. Latar Belakang, Kepribadian dan Keluarbiasaan Gus Dur

Gus Dur lahir dengan nama Abdurrahman ad-Dakhil. Beliau lahir di

Denanyar Jombang Jawa Timur, pada tanggal ke-4 bulan ke-8 tahun 1940.

Beberapa penulis biografi Gus Dur menerangkan bahwa tanggal ke-4 bulan

ke-8 bukan berarti 4 Agustus, karena diambil dari kalender Hijriyah. Artinya

beliau lahir pada tanggal 4 Sya’ban, bertepatan dengan tanggal 7 September

pada kalender masehi.1

Dua kakek Gus Dur merupakan ulama besar sekaligus pelopor

berdirinya NU. Dari pihak ayah yaitu Kiai Hasyim Asy’ari (1871-1947), dan

dari pihak ibu Kiai Bisri Syansuri (1886-1980). Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri

pesantren Tebuireng, merupakan kiai yang sangat dihormati tidak hanya oleh

kalangan pesantren, tetapi juga di luar pesantren. Karena beliau juga dikenal

sebagai tokoh nasional yang memiliki peran besar dalam perjuangan bangsa

memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan. Selain itu beliau juga satu-

satunya kiai NU yang diberi gelar Hadratusysyaikh.2

Nama Kiai Bisri Syansuri memang tidak setenar Kiai Hasyim Asy’ari,

namun beliau juga merupakan tokoh yang sangat dihormati, baik oleh

kalangan pesantren maupun di luar pesantren. Kedua nama tersebut juga

1 Greg Barton, Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Gus Dur, terj. Lie

Hua (Yogyakarta: LKiS, 2002) 25. 2 Ibid.., 28

Page 71: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

tercatat sebagai Pahlawan Nasional. Kiai Bisri Syansuri mendirikan Pesantren

Denanyar setelah sebelumnya belajar di bawah bimbingan Kiai Hasyim

Asy’ari, belajar di Makkah dan Tambakberas. Sampai sekarang, Denanyar

merupakan pesantren di Jombang yang dikenal luas, tidak kalah tenar dengan

Tebuireng dan Tambakberas.3

Tidak hanya memiliki dua kakek yang luar biasa, Gus Dur juga

memiliki Ayah yang namanya juga tercatat sebagai Pahlawan Nasional. Kiai

Wahid Hasyim (1914-1953) adalah salah satu dari beberapa nama besar

politikus nasional terkemuka yang aktif dalam gerakan nasional

memperjuangkan kemerdekaan. Pasca kemerdekaan, beliau juga sempat

menjabat Menteri Agama (1949-1952). Meskipun berlatar belakang pesantren,

Kiai Wahid Hasyim memiliki pemikiran revolusioner dan terbuka terhadap

wawasan dunia modern. Hal tersebut memiliki andil besar terhadap

perkembangan intelektual Gus Dur.4

Gus Dur lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren dengan

dikelilingi nama tokoh-tokoh besar. Tidak hanya dari segi keturunan,

melainkan juga dari guru-guru beliau. Dari segi keturunan, selain nama-nama

besar di atas, nama tokoh-tokoh besar di Jawa seperti Raja Brawijaya VI dari

Majapahit, Jaka Tingkir, Pangeran Benawa disebut-sebut sebagai nenek

3 Ibid.., 29.

4 Ibid.., 37.

Page 72: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

moyang Gus Dur.5 Ada juga nama Tan Kim Han, anak dari Putri Campa yang

diakui sendiri oleh Gus Dur sebagai nenek moyang Tionghoa-nya.6

Sebagai santri, Gus Dur pernah berguru pada Kiai Ali Maksum di

Krapyak Yogyakata. Itu terjadi semasa masih SMEP (Sekolah Menengah

Ekonomi Pertama). Setelah lulus SMEP, Gus Dur berguru pada Kiai Khudori

di Tegalrejo Magelang. Dua tahun setelahnya, Gus Dur berguru pada Kiai

Wahab Chasbullah di Tambak Beras selama empat tahun, sambil mengajar di

Madrasah Mu’allimat7. Di Tambak Beras, Gus Dur juga berguru pada Kiai

Masduki dan Kiai Fattah Hasyim, pamannya sendiri. Selama mondok pada

kiai-kiai besar tersebut, Gus Dur juga masih memperoleh bimbingan dari

kakeknya, Kiai Bisri Syansuri.8 Begitulah sejak kecil Gus Dur selalu

dikelilingi nama-nama besar, termasuk diantaranya nama-nama guru beliau.

Selama masa belajar di pondok, Gus Dur sering berziarah makam.

Pernah juga beliau melakukan perjalanan dengan jalan kaki untuk berziarah ke

makam-makam di daerah selatan Jombang hingga pantai ujung selatan Jawa.9

Kebiasaan ini terus berlanjut hingga masa tuanya. Gus Mus, salah seorang

sahabat Gus Dur, pernah menyatakan bahwa Gus Dur sering digelari orang

sebagai Sarkub (Sarjana Kuburan). Menurut Gus Mus, Gus Dur satu-satunya

5 Zuhairi Misrawi, Hadratussyaich Hasyim Asy’ari: Moderasi, Keumatan dan Kebangsaan

(Jakarta: Kompas, 2010) 36. 6 Munawir Aziz, “Benarkah Gus Dur Keturunan Tan Kim Han?”, dalam

http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Benarkah-Gus-Dur-Keturunan-Tan-Kim-Han/ (28 Juli

2018), 1. 7 Irwan Suhanda, Perjalanan Politik Gus Dur (Jakarta: Kompas, 2010) xiv.

8 Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 52.

9 Ibid.., 53.

Page 73: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

tokoh internasional yang sering ziarah kubur.10

Ziarah kubur memang

merupakan ciri khas kalangan santri tradisional di Indonesia, yang

membedakan mereka dengan kalangan Islam modern.11

Semasa mudanya, Gus Dur tidak hanya belajar ilmu-ilmu agama.

Beliau juga gemar membaca buku-buku asing. Biasanya buku-buku tentang

pemikiran di Eropa atau novel-novel orang Inggris, Prancis maupun Rusia.

Buku-buku tentang Plato dan Aristoteles, bahkan juga What is To be Done-

nya Lenin dan Das Kapital-nya Marx sudah dituntaskan Gus Dur saat remaja.

Selain membaca, Gus Dur muda juga suka seni. Beliau suka melihat wayang

kulit, nonton film dan membaca cerita-cerita picisan tentang silat.12

Melihat banyaknya bacaan serta kegiatan Gus Dur semasa muda,

padahal semua hal tersebut dilakukan saat beliau mondok, sulit

membayangkan jika Gus Dur bisa memasukkan semua hal tersebut di dalam

kepalanya. Hanya ada satu kemungkinan, yaitu Gus Dur memang cerdas. Gus

Dur memang dikenal cerdas dan memiliki daya ingat yang kuat. Greg Barton

menjelaskan bahwa ketika masih mondok, Gus Dur dapat menghafal tanpa

kesulitan buku klasik standart mengenai tata bahasa Arab.13

Tidak hanya belajar di pesantren, Gus Dur juga pernah kuliah di Timur

Tengah. Beliau pernah belajar di Al-Azhar Kairo, Mesir (1963-1966), namun

10

Pernyataan tersebut disampaikan Gus Mus saat acara haul Gus Dur ke-8 di kediaman almarhum

Gus Dur di Ciganjur Jakarta Selatan, Jumat, 22 Desember 2017. Fathoni, “Gus Mus: Gus Dur

Tokoh Internasional yang Sering Ziarah Kubur”, dalam http://www.nu.or.id/post/read/84513/gus-

mus-gus-dur-tokoh-internasional-yang-rajin-ziarah-kubur (25 Juli 2018) 1. 11

Mark R. Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan terj. Hairus Salim HS

(Yogyakarta: LkiS, 2004) 176. 12

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 56. 13

Ibid.., 53.

Page 74: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

tidak tamat. Menurut Gus Mus, Gus Dur bukannya tidak lulus, melainkan

memang tidak kuliah. Karena Gus Dur merasa kurang puas dengan mata

kuliah di Al-Azhar, yang menurutnya sudah pernah dipelajari pada saat di

pesantren. Gus Dur memutuskan untuk menyelesaikan kuliahnya di

Universitas Baghdad, Irak (1966-1970). Sempat juga Gus Dur pergi ke Eropa

(Belanda, Jerman dan Perancis) untuk mencoba meneruskan kuliah di sana

sebelum akhirnya pulang ke Indonesia dengan tangan kosong.14

Di Al-Azhar,

Gus Dur masuk di Department of Higher Islamic and Arabic Studies.

Sedangkan di Universitas Baghdad, Gus Dur masuk Fakultas Sastra.15

Ketika di Al-Azhar, tepatnya pada tahun 1965, Gus Dur mengalami

tekanan yang besar terkait dengan peristiwa pemberantasan PKI (Partai

Komunis Indonesia) yang dipelopori oleh Mayor Jendral Soeharto. Pada

waktu itu, Gus Dur bekerja di Kedutaan Besar Indonesia di Kairo dan bertugas

menerjemahkan berita-berita dari Indonesia kedalam bahasa Arab dan Inggris.

Sulit bagi Gus Dur menerima bahwa bangsanya sedang saling bunuh. Yang

lebih membuatnya sedih dan kecewa, kelompok-kelompok pemuda NU

(Ansor) juga ikut terlibat dalam upaya penangkapan serta pembantaian orang-

orang yang dicurigai PKI.16

Selesai studi di luar negeri, Gus Dur pulang ke Indonesia dan

merayakan pernikahan, yang mana ijab qabul sudah dilangsungkan

sebelumnya saat berliau masih di Timur Tengah, dengan diwakilkan

kakeknya, Kiai Bisri Syansuri. Dari pernikahan tersebut, Gus Dur dikaruniai

14

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 111. 15

Irwan Suhanda, Perjalanan Politik Gus Dur.., xiv. 16

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 95.

Page 75: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

empat anak perempuan. Bagi keluarga, Gus Dur adalah seorang suami dan

ayah yang sangat mencintai keluarga. Gus Dur tidak keberatan berbagi

pekerjaan rumah dengan istrinya, termasuk dalam hal mengurus anak. Bu

Sinta Nuriyah, istri Gus Dur, pernah bercerita bahwa Gus Dur selalu yang

pertama menggendong dan mengganti popok anaknya ketika bangun di malam

hari. Dalam cerita yang lain, beliau menyatakan bahwa Gus Dur juga selalu

memegang tangan istrinya ketika tidur.17

Secara umum, Gus Dur dikenal sebagai tokoh intelektual, agamawan

dan politikus. Namun karier intelektual beliau terhitung lebih panjang.

Semenjak di Kairo dan Baghdad, Gus Dur sudah rajin berdiskusi dengan

mahasiswa-mahasiswa Indonesia di sana. Kebanyakan berkenaan dengan

keislaman dan keindonesiaan. Sepulang dari Timur Tengah, Gus Dur bekerja

di LP3ES (Lembaga Pengkajian Pengetahuan, Pendidikan, Ekonomi dan

Sosial) dan ikut andil dalam penerbitan Jurnal Prisma. Beliau juga secara rutin

menulis kolom untuk majalah berita nasional seperti Tempo dan Kompas. Di

lingkungan pesantren, Gus Dur dikenal piawai dalam ceramah dan pengajian-

pengajian. Beliau juga sempat diminta menjabat sebagai Dekan Fakultas

Ushuluddin di Universitas Hasyim Asy’ari. Sejak saat itu, intelektualitas Gus

Dur semakin diakui banyak kalangan, baik pesantren maupun nasional.18

Gus dur dikenal sebagai tokoh penting NU sejak diminta oleh

kakeknya, Kiai Bisri Syansuri, untuk menjadi anggota Syuriah NU pada tahun

17

A. Mustofa Bisri dan Sinta Nuriyah Rahman, Beyond The Symbols: Jejak Antropologis

Pemikiran dan Gerakan Gus Dur (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000) 294. 18

Lebih lengkap tentang perjalanan intelektual Gus Dur, terutama sepanjang tahun 1963-1982,

lihat di bab II buku Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 85.

Page 76: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

1979.19

Nama Gus Dur semakin diperhitungkan semenjak dipercaya menjadi

Ketua Tanfidziyah NU tiga periode berturut-turut, tahun 1984-1989, 1989-

1994, 1994-1999.20

Gus Dur dikenal banyak membawa perubahan dalam NU.

Beberapa petinggi NU memang ada yang tidak sejalan dengan Gus Dur.21

Namun melihat lamanya beliau memimpin, tidak diragukan bahwa beliau

mendapatkan banyak dukungan.

Gus Dur terjun langsung dalam politik praktis nasional pada tahun

1998 melalui PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Hanya setahun setelahnya,

Gus Dur dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia. Kiprahnya sebagai

presiden sangat menarik untuk didiskusikan, meskipun hanya berlangsung

selama 20 bulan sebelum akhirnya diberhentikan melalui Sidang Istimewa

MPR. Setelah lengser, Gus Dur tetap aktif di PKB. Sempat pula berniat

mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2004, namun terkendala aturan

pemilu terkait kesehatan.22

Selain itu, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh penting bagi berbagai

komunitas. Tahun 1976 Gus Dur mendirikan pondok pesantren di Ciganjur,

19

Irwan Suhanda, Perjalanan Politik Gus Dur.., xvii. 20

Laode Ida, “Menghargai dan Mencari Figur Pengganti Gus Dur”, dalam Gus Dur Santri Par

Excellence, ed. Irwan Suhanda (Jakarta: Kompas, 2010) 6. 21

Salah satu ulama yang terkenal tidak sejalan dengan Gus Dur adalah Kiai As’ad Samsul Arifin,

pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus,

Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Beliau adalah salah satu ulama sepuh NU yang juga sering

disebut-sebut memiliki maqom wali. Pada Muktamar NU ke-28 di Krapyak tahun 1989, beliau

terang-terangan menyatakan mufaraqah (memisahkan diri) dari Gus Dur, dengan alasan Gus Dur

sudah kebablasan. Tindak-tanduk Gus Dur sudah banyak melenceng dari Aswaja. Namun di sisi

lain ada keterangan dari KH Khotib Umar, Pengasuh Pesantren Raudhatul Ulum Sumberwiringin,

Sukowono, Jember, yang menyatakan bahwa sebenarnya langkah Kiai As’ad ini merupakan

strategi untuk menyelamatkan Gus Dur dari ancaman rezim Orde Baru, mengingat Gus Dur sangat

kritis terhadap pemerintahan pada waktu itu. Didik Suyuthi, “Rahasia di Balik Mufaraqah Kiai

As’ad dari Gus Dur”, dalam http://www.nu.or.id/post/read/64455/rahasia-di-balik-mufaraqah-kiai-

asrsquoad-dari-gus-dur (25 Juli 2018) 1. 22

Berbagai ulasan mengenai perjalanan Gus Dur sebagai presiden dapat dilihat dalam buku bunga

rampai Perjalanan Politik Gus Dur yang diedit oleh Irwan Suhanda.

Page 77: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

jakarta, dan menjadi pengasuhnya. Gus Dur juga pendiri The Wahid Institute

(2004-sekarang), sebuah lembaga yang bertujuan mewujudkan visi dan misi

Gus Dur.23

Gus Dur pernah menjadi ketua Forum Demokrasi, sebuah

organisasi kaum intelektual (didirikan tahun 1991) sebagai tandingan dari

ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) yang didukung Soeharto.24

Pernah juga beliau menjadi juri dalam Festival Film Indonesia, menjabat

sebagai ketua Dewan Kesenian Jakarta, dan lain-lain.25

Bagi orang-orang Tionghoa Indonesia, Gus Dur adalah orang yang

berjasa besar hingga pantas diberi gelar Bapak Tionghoa Indonesia.26

Mereka

mengapresiasi kebijaksanaan Gus Dur yang telah membebaskan mereka dari

Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang larangan orang Tionghoa

merayakan hari raya di tempat umum, serta mengeluarkan Keppres No. 6

tahun 2000 yang menetapkan Khonghucu sebagai agama resmi di Indonesia.27

Hal yang sama juga dirasakan oleh orang-orang Papua, yang tidak perlu lagi

khawatir memperkenalkan diri sebagai “Orang Papua”. Gus Dur pula yang

memberikan izin orang-orang Papua mengadakan Kongres Rakyat Papua

untuk membahas permasalahan-permasalahan mereka, seperti masalah distorsi

sejarah Papua, pelanggaran HAM di Papua, serta pengabaian hak-hak dasar

23

The Wahid Institute, “Tentang The WAHID Institute”, dalam http://www.wahidinstitute.org/wi-

id/tentang-kami/tentang-the-wahid-institute.html (25 Juli 2018) 1. 24

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 224. 25

Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur: Analisis Wacana Kritis (Yogyakarta: LkiS, 2010)

142. 26

Secara formal, gelar ini diberikan pada tanggal 10 Maret 2004 oleh kelompok keturunan

Tionghoa di klenteng Tay Kek Sie Semarang. Munawir Aziz, Merawat Kebinekaan: Pancasila,

Agama dan Renungan Perdamaian (Jakarta: Gramedia, 2017) 159. 27

Leo Suryadinata, “Akhirnya diakui: Agama Khonghucu dan Agama Buddha Pasca-Soeharto”,

dalam Setelah Air Mata Kering: Masyarakat Tionghoa Pasca-Peristiwa Mei 1998, ed. I. Wibowo

dan Thung Ju Lan (Jakarta: Kompas, 2010) 95.

Page 78: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

terutama dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya rakyat Papua. Menurut

mereka, Gus Dur berjasa dalam banyak hal, terutama dalam mengangkat

harkat dan martabat mereka sebagai orang Papua di mata bangsa Indonesia.28

Selain keluarga, lingkungan tinggal, pergaulan, pendidikan dan karier,

latar belakang pemikiran Gus Dur juga menarik untuk dikaji. Beliau adalah

tokoh yang jangkauan pemikirannya luas, meliputi bidang politik, ekonomi,

budaya, dan Agama.

Mengenai kepribadian, jika orang baru bertemu Gus Dur mungkin

akan memperoleh kesan biasa saja. Melihat latar belakang keluarga dan

pergaulannya yang dipenuhi nama-nama besar, Gus Dur memilih

berpenampilan bersahaja. Beliau lebih sering tampil mengenakan pakaian

sederhana layaknya orang-orang dari kalangan santri biasa.29

Gus Dur

memang tidak terlalu suka formalitas, karena menurutnya itu merepotkan. Itu

dapat dikenali dengan mudah lewat jargonnya yang populer, “Gitu aja kok

repot!”.30

Dalam kehidupan sehari-hari, Gus Dur dikenal humoris. Lelucon

Gus Dur banyak ditunggu orang, bahkan ketika beliau berceramah.31

Ada banyak pendapat mengenai kepribadian Gus Dur, misalnya

humanis, egaliter, setia kawan, rasional, demokratis dan sebagainya.32

Beliau

juga seorang yang mudah dikagumi oleh orang lain. Banyak pendapat

mengenai mengapa Gus Dur begitu menarik. Ada yang tertarik karena

28

B. Josie Susilo Hardianto, “Gus Dur dan Damai Untuk Papua”, dalam Gus Dur Santri Par

Excellence, ed. Irwan Suhanda.., 60. 29

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 20. 30

Arief Budiman, “Beberapa Catatan Tentang Gus Dur”, dalam Gus Dur Santri Par Excellence..,

138. 31

M. Solahudin, Tawa Aja Kok Repot! (Yogyakarta: Garasi, 2010) 9. 32

Imam Anshori Saleh, Mata Batin Gus Dur (Jakarta: Gramedia, 2017) xxiv.

Page 79: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

humornya, merakyat-nya33

, ada juga yang tertarik karena melihat dibalik

penampilan beliau yang bersahaja, beliau memiliki pemikiran yang cerdas

melampaui orang-orang di zamannya.34

Namun salah satu yang paling

menjengkelkan menurut orang-orang dekat Gus Dur adalah sifat beliau yang

sembarangan dan ceroboh, terutama dalam membuat pernyataan di depan

umum. Hal ini sering menimbulkan kecemasan bagi orang-orang terdekat

beliau. Tidak jarang pula menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat.35

Gus Dur dikenal sebagai pribadi yang toleran, baik pada kalangan

agama maupun minoritas lain. Beliau tidak segan-segan membela mereka jika

sedang dalam keadaan tertindas, meskipun itu artinya harus melawan arus

mayoritas.36

Hal tersebut sejalan dengan prinsip beliau mengenai pluralisme

dan toleransi. Menurut Gus Dur, bersikap toleran dan memiliki kesadaran

pluralistik adalah sejalan dengan ajaran Islam.37

Gus Dur juga orang yang konsisten dan tidak kenal kompromi untuk

hal-hal prinsipil. Hermawi Taslim, orang PKB yang dekat dengan Gus Dur,

pernah mengatakan bahwa ada tiga prinsip hidup Gus Dur: berpihak pada

yang lemah, anti-diskriminasi, dan tidak pernah membenci orang.38

Dalam

tiga hal tersebut, Gus Dur tidak pernah mengenal kompromi. Itulah kenapa

33

Menurut keterangan Myrna Ratna, Gus Dur tidak pernah memandang strata sosial. Gus Dur

sebisa mungkin mendatangi warga NU yang menikah atau meninggal dunia meskipun mengalami

kesulitan. Myrna Ratna, “Gus Dur yang Saya Kenal”, dalam Gus Dur Santri Par Excellence, ed.

Irwan Suhanda.., 25. 34

Husein Muhammad, Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur (Yogyakarta: LkiS, 2012) 107. 35

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 20. 36

Pos Kota, “Teologi Pluralisme Gus Dur Terbentuk Sejak Muda”, dalam Gus Dur, Manusia

Multidimensional, ed. Maswan dan Aida Farichatul Laila(Yogyakarta: Deepublish, 2015) 65. 37

Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi

(Jakarta: The Wahid Institute, 2006) 14. 38

Inggried Dwi Wedhaswary, “Inilah Tiga Prinsip Hidup Gus Dur”, dalam Gus Dur, Manusia

Multidimensional, ed. Maswan dan Aida Farichatul laila.., 129.

Page 80: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

Yeni Wahid, Putri Gus Dur, menyatakan Gus Dur gagal sebagai politisi.

Sebabnya adalah pribadi Gus Dur yang tidak kenal kompromi.39

Gus Dur juga orang yang visioner. Beliau berupaya mewujudkan

perubahan di Indonesia, menjadi lebih demokratis. Namun perubahan yang

diupayakan Gus Dur tidak hanya melalui suatu gerakan politik praktis,

melainkan juga gerakan kultural. Memang Gus Dur juga terjun dalam politik

praktis. Itu karena beliau menganggap keduanya sama-sama penting. Dalam

konteks keagamaan, khususnya untuk kalangan NU, Gus Dur lebih memilih

membawa perubahan melalui gerakan kultural. 40

Masih ada banyak lagi pandangan mengenai kepribadian Gus Dur.

Seolah-olah tiap orang yang mengenal beliau memiliki kesan yang berbeda-

beda. Namun sangat jarang ada kesan yang tidak mengenakkan mengenai Gus

Dur. Budiman Sujatmiko, seorang aktivis jalanan sebelum masa reformasi,

pernah menyatakan bahwa Gus Dur, seperti halnya Sukarno dan Tan Malaka,

memiliki kemampuan untuk memahami dan dipahami oleh orang dari

berbagai kalangan. Dan itu dapat dilakukan Gus Dur tanpa ada kesulitan, dan

tanpa perlu mengandaikan lawan bicaranya mengubah gaya bicara.41

Dari berbagai keterangan mengenai pribadi Gus Dur, ada beberapa

yang berisi pengalaman-pengalaman luarbiasa yang ditampilkan oleh beliau.

39

Hal tersebut diungkapkan oleh Yenny Wahid dalam acara “Mengenang Enam Tahun Wafatnya

KH. Abdurrahman Wahid: Gus Dur & Zuhud Politik” di kantor MMD Institute, Jakarta pada

tanggal 11 Januari 2016. Tim VIVA, “Yenny Wahid: Bagi Saya Gus Dur Itu Gagal” dalam

http://www.viva.co.id/berita/nasional/721594-yenny-wahid-bagi-saya-gus-dur-itu-gagal (25 Juli

2018) 1. 40

Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita.., 41. 41

“Mata Najwa: Belajar dari Gus Dur (2),” Video Youtube, 12:37, dikirim oleh “Mata Najwa,”

Maret 04, 2015, https://www.youtube.com/watch?v=EKG5vx2ywJw.

Page 81: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

Tidak semua bisa dipaparkan di sini. Salah satu yang populer yaitu cerita dari

Mahfud MD, mantan Ketua MK yang pernah menjabat sebagai Menteri

Pertahanan pada masa pemerintahan Gus Dur. Menurut Mahfud, berdasarkan

cerita Marsilam Simanjuntak, Gus Dur pernah dikeluhkan oleh anggota

Fordem terlalu perhatian pada PKB dan melupakan Fordem. Ada wacana

untuk mengganti Gus Dur sebagai ketua. Namun sebelum itu diutarakan, Gus

Dur menyatakan pengunduran diri. Sebagai tambahan, Gus Dur menyatakan

bahwa dirinya telah didatangi Kiai Hasyim Asy’ari, yang memberi tahu bahwa

pada bulan Oktober 1999, Gus Dur akan menjadi Presiden. Mulanya itu hanya

dianggap sebagai lelucon, karena memang belum ada wacana politik tentang

kemungkinan Gus Dur menjadi presiden. Namun ternyata, perkataan Gus Dur

terbukti.42

Ada cerita pula dari KH. Said Aqil Siraj yang pernah diramalkan Gus

Dur akan menjadi Ketua Umum PBNU pada usia di atas 55 tahun. Anehnya

ramalan tersebut benar. Kiai Said baru terpilih menjadi ketua umum pada usia

56 tahun pada Muktamar NU ke-32 di Makasar. Diketahui bahwa sebelum

menginjak umur 55 tahun, Kiai Said sudah pernah dicalonkan menjadi ketua

umum, tepatnya pada umur 46 tahun ketika Muktamar NU ke-30 di Kediri.

Namun beliau gagal terpilih.43

Adanya berbagai cerita mengenai kemampuan-kemampuan luarbiasa

Gus Dur, ditambah pernyataan-pernyataan dari tokoh-tokoh NU yang sesuai

42

Cerita ini dikutip Samsul Munir Amin dari buku Mahfud MD yang berjudul: Setahun Bersama

Gus Dur. Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008) 36. 43

Imam Anshori Saleh, Mata Batin Gus Dur.., 145.

Page 82: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

dengan cerita-cerita tersebut, memunculkan wacana bahwa Gus Dur adalah

seorang Wali. Memang tidak semua kalangan Islam mengakuinya. Pengakuan

terutama dari kalangan Islam tradisional, kalangan Gus Dur sendiri.44

Terlepas

dari benar dan salahnya pengakuan tersebut, faktanya makam Gus Dur sejak

beliau meninggal hingga sekarang masih ramai dikunjungi peziarah. Makam

Gus Dur menjadi salah satu tujuan para jamaah NU yang mengadakan ziarah

makam wali-wali di Jawa Timur.45

B. Budaya Politik Indonesia di era Gus Dur

Indonesia merupakan negara yang luas dan terdiri dari beraneka ragam

budaya. Ada beragam suku, agama, keyakinan, tradisi, dan cara pandang. Bisa

jadi di satu wilayah ada benturan budaya yang menghasilkan konflik. Namun

pengalaman panjang sebagai sebuah bangsa yang beragam membuat orang-

orang Indonesia familiar dengan perbedaan. Semboyan “Bhineka Tunggal

Ika” telah di kenal semenjak masa kerajaan Majapahit, dan membuktikan

bahwa orang-orang Indonesia sudah akrab dengan perbedaan.

Terlepas dari keanekaragaman budayanya, orang Indonesia memiliki

latar belakang kehidupan yang sama, yaitu sebagai orang-orang religius.

Sebagai suatu bangsa yang religius, tentu segala praktik hidupnya

mengandung nilai-nilai religius. Orang Indonesia sudah akrab dengan hal-hal

yang supranatural. Mudah bagi mereka, bahkan secara spontan, mengakui

44

Lihat pada pengantar dari Dr. Mohamad Sobary “Kenangan Orang-Orang Terdekat” dalam

Imam Anshori Saleh, Mata Batin Gus Dur: Cerita-Cerita Unik Bersama Sang Kiai (Jakarta:

Gramedia, 2017) xii. 45

Ibid.., xxix.

Page 83: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

benda, seseorang ataupun suatu fenomena sebagai supranatural. Hanya saja

yang supranatural sangat mungkin dipahami secara berbeda-beda, mengingat

setiap kelompok masyarakat memiliki budaya dan tradisi yang berbeda-beda

pula.

Dari segi politik, orang Indonesia masih bisa dengan mudah mengenali

kehadiran seseorang sebagai pribadi yang luar biasa. Namun budaya politik

masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan nilai-nilai dari

seseorang tersebut, serta bagaimana cara mereka menghayati kehadirannya,

apakah pantas diperlakukan sebagai pemimpin serta sejauh mana cara

memperlakukannya. Sikap dan tingkah laku mereka pada akhirnya ditentukan

oleh budaya politik.46

Ditinjau dari pengaruhnya dalam perpolitikan, orang Indonesia dapat

dibagi menjadi dua kalangan. Yang pertama adalah kalangan elit strategis

(strategic elite). Yaitu orang-orang yang mempunyai pengaruh berarti dalam

masyarakat, seperti pemegang kekuasaan, cendikiawan, pemuka agama dan

adat, tokoh pemuda dan mahasiswa, tokoh militer, birokrat, pentolan pers,

pentolan buruh dan pengusaha. Yang kedua adalah kalangan masyarakat

awam, yaitu masyarakat kebanyakan yang tidak terlalu memiliki pengaruh

berarti dalam masyarakat.47

Pasca proklamasi kemerdekaan, kalangan elit strategis yang mengisi

pemerintahan didominasi oleh tokoh-tokoh terpelajar dan cendekiawan,

46

Alfian, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia..,18. 47

Ibid.., 139.

Page 84: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

dengan berbagai latar belakang. Umumnya mereka adalah orang-orang yang

memiliki idealisme tinggi. Tentu tiap-tiap mereka tidak mengidealkan satu

pandangan yang sama. Muncul berbagai ideologi seperti, nasionalisme,

agama, komunisme dan sebagainya. Namun secara umum mereka menyadari

adanya perbedaan pandangan satu dengan yang lain, sehingga wacana

demokrasi menjadi cita-cita bersama. Hanya saja tetap ada kecenderungan

untuk mau menang sendiri serta rasa saling curiga pada golongan yang lain.48

Sikap mau menang sendiri dan saling curiga ini bukannya tanpa sebab.

Budaya politik masyarakat awam yang masih berwarna emosional-primordial

mempengaruhi sikap para elit strategis. Ikatan yang dibangun oleh kalangan

awam dan elit strategis berdasarkan agama, suku, tradisi dan kebudayaan,

semakin menguatkan idealisme masing-masing elit strategis dan membentuk

iklim demokrasi yang kurang baik. Hal tersebut terlihat dari sering pecahnya

organisasi-organisasi sosial politik mereka.49

Puncak budaya politik yang kurang demokratis tersebut adalah

munculnya rezim Orde Baru. Banyak kalangan pengkritik rezim ini

menyatakan bahwa Orde Baru merupakan rezim totaliter.50

Dalam rezim ini,

budaya politik juga ikut berubah. Rezim Orde Baru berupaya sedemikian rupa

merubah cara pandang masyarakat, dengan cara memperkenalkan negara

beserta seperangkat birokrasi dan militernya sebagai kekuatan tunggal yang

mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, budaya demokrasi

48

Ibid.., 142. 49

Ibid.., 144. 50

Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi.., 25.

Page 85: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

perlu disingkirkan, dengan cara menyatukan birokrasi negara dan militer di

bawah satu komando, dan menyingkirkan peran serta banyak anggota

masyarakat dalam perpolitikan, yang dianggap mengancam stabilitas politik.51

Pada era reformasi, mimpi untuk mewujudkan sebuah negara yang

demokratis menemukan jalannya. Dengan lengsernya Presiden Soeharto, iklim

demokrasi mulai terasa. Banyak partai politik muncul berpartisipasi dalam

politik, yang tidak mungkin bisa terjadi sebelumnya. Banyak ekspektasi

mengenai bagaimana membangun struktur politik yang lebih demokratis, yang

tentu saja diharapkan mampu mengatasi segala krisis yang tengah dialami

bangsa.

Hanya saja masih ada kendala besar dalam mewujudkan hal tersebut.

Yaitu budaya politik yang selama ini bertahan dan semakin dilanggengkan

oleh rezim Orde Baru. Rezim ini berkuasa lebih dari 30 tahun. Tentu dalam

jangka waktu selama itu budaya politik Orde Baru masih kuat mengakar.

Misalnya persepsi bahwa para birokrat dan pejabat pemerintahan adalah

penguasa, bukan pelayan masyarakat. Konsekuensinya, segala program dari

elit politik tersebut dilaksanakan berdasarkan kepentingan kelompoknya,

bukan berdasarkan kepentingan rakyat.52

Budaya politik memang tidak bisa mengalami perubahan seketika.

Perlu proses lebih lama dibandingkan perubahan struktur politik. Masa-masa

51

Hartuti Purnaweni, “Demokrasi Indonesia: Dari Masa ke Masa”, Jurnal Administrasi Publik,

Vol.3 No.2 (2004) 120. 52

Khoirul Saleh dan Achmad Munif, “Membangun Karakter Budaya Politik Dalam

Berdemokrasi”, ADDIN, Vol.9 No.2 (Agustus 2015) 322.

Page 86: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

awal reformasi merupakan masa transisi dari era sebelumnya ke era demokrasi

yang dicita-citakan. Adanya kesenjangan antara cepatnya perubahan struktur

dan fungsi-fungsi sistem politik, dengan lambatnya perubahan budaya politik,

menjadi tantangan berat bagi pemimpin-pemimpin di masa transisi ini.53

Gus

Dur adalah salah satu yang memikul tanggung jawab tersebut. Beliau menjadi

presiden di masa peralihan ini, dan harus menghadapi kesenjangan antara

struktur politik baru dengan budaya politik yang belum berubah banyak.

Sementara itu, Gus Dur juga merupakan pemimpin dari salah satu

organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU. Jika dilihat dalam konteks

Indonesia, Gus Dur merupakan salah seorang dari kalangan elit strategis yang

memimpin suatu komunitas besar. Kehadirannya diperhitungkan sebagai

tokoh penting dan berpengaruh. Namun Gus Dur juga tidak dipandang

berbeda dengan kalangan elit strategis yang lain, yaitu dianggap sebagai

pemimpin yang mewakili komunitasnya.

Sejak tahun 1984, NU telah menarik diri dari partisipasi langsung

dalam politik praktis. Sejak saat itu NU hanya fokus memperhatikan masalah-

masalah sosial keagamaan masyarakat. Gus Dur merupakan salah satu tokoh

yang turut berperan dalam hal ini. Sejak saat itu pula Gus Dur memimpin

organisasi tersebut, menjadi Ketua Umum PBNU tiga periode.

Soal budaya politik internal NU, hampir tidak ada perubahan

signifikan dari semenjak NU didirikan. NU merupakan organisasi informal

53

Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi.., 67.

Page 87: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

sebagai wadah dari kegiatan-kegiatan sosial keagamaan warganya. Peran

kepemimpinan berada di tangan para kiai. Segala permasalahan, baik dalam

tubuh NU maupun masalah-masalah sosial yang dihadapi masyarakat,

diputuskan oleh musyawarah para kiai, terutama para kiai sepuh. Orang NU

pada umumnya akan mematuhi keputusan-keputusan yang diambil.54

C. Kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden dan Ketua Umum PBNU

Gus Dur dicalonkan sebagai presiden pada tahun 1999. Sebelumnya

beliau fokus dalam membawa PKB ke pemilu legislatif, meskipun hanya

memperoleh 11% suara, jauh dibandingkan dengan PDI-P yang memenangkan

35% suara.55

Namun yang mengejutkan, pada pemilihan presiden selanjutnya,

justru Gus Dur yang berhasil terpilih, bukan Megawati yang mana partainya

menguasai parlemen.

Hal tersebut tidak lepas dari peran dari koalisi partai-partai Muslim

yang tergabung dalam Poros Tengah. Koalisi ini diprakarsai oleh Amin Rais.

Dalam perundingannya, petinggi partai-partai Muslim ini sepakat mendukung

Gus Dur dalam pencalonan Presiden RI selanjutnya, bersaing dengan

Megawati dan Habibie. Namun di tengah jalan, Habibie memutuskan mundur

dari pencalonan presiden, sehingga dukungan partai Golkal tertuju pada Gus

Dur.56

54

Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur.., 104. 55

Ensiklopedi Tokoh Indonesia, “KH. Abdurrahman Wahid (01): Kemudi Sosial Guru Bangsa”,

dalam Gus Dur, Manusia Multidimensional, ed. Maswan dan Aida Farichatul Laila.., 50. 56

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 370.

Page 88: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

20 Oktober 1999, sidang MPR kembali digelar dalam rangka memilih

presiden baru. Diluar dugaan, Gus Dur terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-

4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.57

Inilah awal Gus

Dur memimpin Republik Indonesia sebagai presiden ke-4, dan presiden

pertama hasil reformasi.

Sebagai Presiden RI, banyak kebijakan kebijakan Gus Dur yang dinilai

kontroversial. Pada awal kepemimpinannya, Gus Dur melakukan pembubaran

Departemen Penerangan dan Departemen Sosial. Pada kesempatan

selanjutnya, Gus Dur banyak melakukan pemecatan dan penggantian beberapa

menteri dan pejabat lainnya tanpa penjelasan yang tuntas. Hal kontroversial

yang lain yaitu seringnya Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri.

Muncul penilaian-penilaian dari kalangan elit dan masyarakat bahwa hal

tersebut hanya menghambur-hamburkan uang negara.

Bagi sebagian kalangan Muslim, langkah-langkah seperti membina

hubungan dengan Israel dan mencabut peraturan pelarangan Marxisme dan

Leninisme tidak bisa diterima. Beberapa pendapat menyatakan kemunduran

Hamzah Haz sebagai Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan adalah

karena tidak senang dengan kebijakan Gus Dur yang berhubungan dengan

Israel.58

57

Irwan Suhanda, Perjalanan Politik Gus Dur.., 32. 58

Ensiklopedi Tokoh Indonesia, “KH. Abdurrahman Wahid (01): Kemudi Sosial Guru Bangsa”,

dalam Gus Dur, Manusia Multidimensional, ed. Maswan dan Aida Farichatul Laila.., 48.

Page 89: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate

dan Bruneigate. Pada bulan Mei 2000, Badan Urusan Logistik (BULOG)

melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit

pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk

mengambil uang. Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur

menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal

Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2

juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei

untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan

dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.59

Sebagai klimaksnya, rasa tidak suka kalangan elit politik terhadap

kepemimpinan Gus Dur adalah saat beliau mengeluarkan Dekrit Presiden yang

berisi: pertama, pembubaran MPR/DPR, kedua, mengembalikan kedaulatan

ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan

ketiga, membekukan Partai Golkar. Dekrit tersebut berujung dengan

diberhentikannya Gus Dus sebagai Presiden melalui Sidang Istimewa MPR

pada tanggal 23 Juli 2001.60

Hal yang berbeda dialami oleh Gus Dur dalam kepemimpinannya di

PBNU. Reformasi Gus Dur dalam meminta turun Idham Kholid dari jabatan

Ketua Umum, serta memberi pendasaran bagi NU dalam menerima Pancasila,

membuatnya sangat populer di kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional

59

Greg Barton, Biografi Gus Dur..,402. 60

Ensiklopedi Tokoh Indonesia, “KH. Abdurrahman Wahid (01): Kemudi Sosial Guru Bangsa”,

dalam Gus Dur, Manusia Multidimensional, ed. Maswan dan Aida Farichatul Laila.., 53.

Page 90: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

1984, banyak orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk

menominasikan Gus Dur sebagai ketua baru NU. Gus Dur menerima nominasi

ini, meskipun dalam prosesnya terlibat dalam konflik antara pihak Idham

Kholid dan Panitia Munas.61

Gus Dur dipercaya menjadi Ketua Umum PBNU selama tiga periode.

Dalam waktu yang panjang tersebut, hampir tidak ada masalah berarti

berkaitan dengan kepemimpinannya. Dengan kondisi seperti itu, Gus Dur

dengan leluasa melakukan perubahan-perubahan. Salah satu andil pentingnya

adalah mereformasi pendidikan pesantren supaya tidak kalah bersaing dengan

pendidikan umum lainnya.62

61

Greg Barton, Biografi Gus Dur.., 168. 62

Ibid, 118.

Page 91: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

BAB IV

KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN

INFORMAL

A. Kharisma Gus Dur

Sebagai seorang tokoh, banyak hal yang menarik dari kepribadian Gus

Dur. Yang pertama dan paling umum adalah segala kondisi yang membentuk

latar belakang beliau. Mulai dari latar belakang sebagai santri, keturunan dari

orang-orang besar, latar belakang pendidikan, hingga lingkungan pergaulan.

Sebagai santri, beliau sudah spesial dengan gelar “Gus”. Sebagai keturunan

orang-orang besar, tidak hanya nama-nama ulama besar yang melekat pada

beliau, melainkan nama-nama pahlawan nasional, raja-raja Jawa, hingga tokoh

besar tionghoa di Indonesia. Latar belakang pendidikan Gus Dur juga spesial,

karena ada beberapa nama kiai besar yang menjadi guru beliau. Belum lagi

pengalaman belajar di Al-Azhar dan Baghdad. Dan dari segi pergaulan,

banyak nama tokoh-tokoh besar yang dikenal dekat dengan Gus Dur. Tidak

diragukan lagi, bahkan tanpa orang tahu kiprahnya secara detail, Gus Dur

sudah dikenal sebagai bukan orang sembarangan.

Namun semua itu belum cukup untuk bisa membawa Gus Dur

dikharismatisasi, setidaknya dalam konteks masyarakat yang lebih luas dan

plural seperti Indonesia. Masih ada hal lain yang menarik, yaitu kepribadian

beliau. Ada banyak ungkapan soal ini, mulai dari kontroversial, nyentrik,

humoris, egaliter, humanis dan lain-lain. Banyak diantara pernyataan-

pernyataan tentang kepribadian beliau yang bisa dirujuk untuk memvalidasi

Page 92: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

kharismanya. Dari berbagai penilaian atas kepribadian Gus Dur, yang paling

menarik adalah kontroversi yang sering beliau timbulkan. Sebagai tokoh

kharismatik, kontroversial bukanlah kepribadian yang lazim. Merujuk pada

pandangan Weber, dalam komunitas jenis apapun dia berada, tokoh

kharismatik itu dianggap pahlawan.1 Sementara Gus Dur, justru sering

membuat orang-orang disekitarnya bingung. Tidak jarang kekhawatiran

muncul dari orang-orang terdekat beliau akibat sulit memahami apa yang Gus

Dur kehendaki sebenarnya.

Terlepas dari kepribadiannya yang kontroversial, Gus Dur tetap

memiliki banyak orang yang mencintai dan mengaguminya. Bahkan bagi

beberapa orang, Gus Dur benar-benar seorang panutan. Seorang pengagum

Gus Dur pernah mengatakan bahwa dia tidak pernah melanggar opo jare (apa

kata) Gus Dur semasa hidup, meskipun dia tidak pernah membaca tulisan

beliau.2 Mungkin itu merupakan ungkapan innocence saja, namun dapat

sedikit menggambarkan bahwa selalu ada orang-orang yang setia pada Gus

Dur meskipun sering kontroversial.

Selain dari latar belakang kehidupan dan kepribadian, Gus Dur masih

memiliki sisi mengagumkan yang memungkinkan beliau diakui kharismatik.

Dalam hal ini, Gus Dur memenuhi kriteria yang diberikan oleh Weber. Gus

Dur diakui sebagai extraordinary leader karena berbagai fenomena ajaib yang

1 Max Weber, Economy and Society.., 1116.

2 Hal itu pernah dikatakan oleh salah seorang warga Nahdliyin ketika menghadiri acara

pemakaman Gus Dur. Selebihnya lihat Runi Sri Astuti, “Rakyat Jelata Kehilangan ‘opo jare’“,

dalam Gus Dur Santri Par Excellence, ed. Irwan Suhanda (Jakarta: Kompas, 2010) 12.

Page 93: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

beliau tunjukkan. Ada banyak cerita dari orang-orang yang pernah dekat

dengan Gus Dur tentang keajaiban-keajaiban yang beliau tunjukkan. Dan

cerita-cerita tersebut tidak hanya berasal dari kalangan biasa, tetapi juga dari

tokoh-tokoh terkenal yang dekat dengan beliau. Sebagian diantara tokoh-tokoh

tersebut tidak diragukan lagi intelektualitasnya.

Berdasarkan latar belakang, kepribadian serta keluarbiasaan Gus Dur,

segala kriteria untuk bisa diakui sebagai pemimpin kharismatik telah

terpenuhi. Latar belakang keluarga telah memilihnya sebagai pengemban

hereditary charisma (kharisma warisan). Keluarbiasaan-keluarbiasaan, baik

berupa kemampuan-kemampuan ajaib maupun kelebihan-kelebihan yang

jarang dimiliki, khususnya oleh seorang santri, juga melekat pada Gus Dur.

Dengan demikian otoritas kharismatik beliau juga mendapatkan legitimasi

langsung dari keluarbiasaan yang ditampilkan, meskipun terlalu dini untuk

menganggapnya sebagai pure type charisma (kharisma asli).3

Sebagai tokoh kharismatik, Gus Dur diposisikan dengan beraneka

ragam frame manusia luar biasa. Yang paling sering diungkapkan adalah

posisinya sebagai seorang Wali. Itu memang wajar karena beliau berlatar

belakang NU. Diakui kharismatik oleh kelompoknya sendiri, dalam sebuah

wacana kharisma, merupakan hal yang biasa. Tetapi ternyata, pengakuan atas

kharisma Gus Dur tidak terbatas pada satu komunitas yang homogen. Banyak

kalangan di luar NU, baik muslim maupun non muslim, agamawan, politikus,

3 Menurut Weber, untuk bisa dikatakan kharisma asli juga perlu mempertimbangkan ke-khas-an

karakteristiknya. Karena bisa jadi kharisma tersebut mendapatkan klaimnya dari kemiripan

kualitas dengan tokoh-tokoh kharismatik terdahulu. Max Weber, Economy and Society.., 246.

Page 94: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

seniman, cendekiawan dan sebagainya, memposisikan Gus Dur pada tingkatan

diatas manusia rata-rata.

Jika diteliti lebih jauh dari ungkapan-ungkapan kekaguman orang-

orang tersebut, keluarbiasaan Gus Dur lebih sering diperlihatkan sebagai nilai

dari sikap dan tindakan beliau daripada keajaiban-keajaiban atau keberhasilan-

keberhasilan gemilang. Artinya kharisma Gus Dur lebih dilihat sebagai

kualitas dari seseorang yang secara luar biasa mampu memperlihatkan sikap

atau tindakan etis, yang mana tidak sembarangan orang mampu

melakukannya. Salah satunya ialah sikap membela kaum minoritas.

Sikap Gus Dur pada kalangan minoritas sangat berarti bagi mereka.

Bahwa ada seseorang dari kalangan mayoritas di bangsa ini, seorang tokoh

besar, bersedia dengan konsisten memperlakukan dengan setara kalangan

minoritas seperti halnya pada yang mayoritas, adalah pengalaman yang jarang

mereka rasakan. Tidak heran kalangan minoritas merasa menemukan panutan,

yang baru kali ini, tidak berasal dari golongan mereka sendiri. Hal tersebut

terlihat dari pernyataan-pernyataan mereka yang terkesan memposisikan Gus

Dur tidak sebagai orang lain, orang asing atau orang luar. Seolah-olah batas

perbedaan Gus Dur dengan mereka sudah hilang.4

Dengan demikian kharisma Gus Dur memiliki arti lain bagi kalangan

minoritas. Bukan dilihat dari silsilahnya, bukan pula dari kemampuannya

menunjukkan keajaiban atau mewujudkan keberhasilan, melainkan dari sikap

4 Pandangan peneliti ini merujuk pada ungkapan-ungkapan kalangan minoritas tentang Gus Dur

pada bab III.

Page 95: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

dan tindakan yang bermakna bagi mereka. Dilihat dari sudut pandang etika,

perlakuan Gus Dur pada kalangan minoritas setidaknya sudah memuat dua

konsep, yaitu keadilan dan kepedulian. Dalam pembahasan etika filosofis, dua

konsep tersebut dipertentangkan masing-masing oleh Lawrence Kohlberg

(1927-1987) dan mantan asistennya Carol Gilligan (1936-sekarang). Menurut

Kohlberg, ukuran kemajuan moral yang tertinggi manusia adalah pencapaian

sikap moral yang berorientasi pada prinsip-prinsip abstrak keadilan. Gilligan

mengkritik Kohlberg dengan menganggapnya terjebak pada bias gender.

Menurut Gilligan, etika keadilan itu khas laki-laki. Ada ukuran kemajuan

moral tertinggi lainnya, yang khas perempuan, yang memiliki posisi sama

penting dengan etika keadilan, yaitu etika kepedulian.5

Tanpa harus memperdebatkan hal tersebut, dapat kita lihat bahwa Gus

Dur mampu menunjukkan baik keadilan maupun kepedulian bagi kalangan

minoritas. Gus Dur dinilai adil karena dapat memperlakukan dengan setara

antara mayoritas dan minoritas, antara kelompoknya sendiri dengan kelompok

lain. Namun Gus Dur juga dinilai peduli karena siap membela kalangan

minoritas yang tertindas, mengajak untuk hidup harmonis dan penuh

toleransi.6 Gus Dur yang adil dan sekaligus peduli bisa jadi merupakan cara

kalangan minoritas untuk mengakui kharisma Gus Dur.

5 Frans Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat: Dari Gatholoco ke Filsafat Perempuan, dari Adam

Muller ke Posmodernisme (Yogyakarta: Kanisius, 2005) 237. 6 Subarto Zaini, Leadership in Action: Pembelajaran dari Para Maestro (Jakarta: Gramedia, 2011)

75.

Page 96: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

Sampai di sini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama,

kepribadian Gus Dur yang kontroversial seharusnya justru bertentangan

dengan karakteristik kharismatik. Memang ada beberapa kalangan yang

mempermasalahkan hal tersebut, dan memilih untuk mengambil jalan berbeda.

Namun sampai beliau meninggal, Gus Dur masih tetap dikagumi banyak

orang, bahkan cenderung lebih dikagumi. Kedua, otoritas kharismatik

seharusnya bertentangan dengan otoritas yang lain, tradisional maupun legal.

Itu karena karakteristiknya yang revolusioner. Namun Gus Dur justru masuk

dan ikut andil dalam melestarikan otoritas yang ada.

Berdasarkan beberapa catatan tersebut, peneliti menganggap bahwa

kharisma Gus Dur tidak bisa dipandang dari satu aspek saja. Dengan kata lain,

Gus Dur tidak dipandang kharismatik dengan satu cara yang sama. Bisa ada

dua cara memahaminya: Gus Dur adalah pemimpin kharismatik dari banyak

komunitas, atau Gus Dur adalah pemimpin kharismatik dari suatu komunitas

yang plural.

Kalau ditelusuri kembali, kharisma Gus Dur yang pertama adalah

kharisma warisan. Sebagaimana teori Weber, kharisma warisan adalah bentuk

tidak asli kharisma. Kharisma warisan adalah hasil dari rutinisasi kharisma.

Kharisma bentuk ini didasarkan atas klaim bahwa kharisma dapat diwariskan

turun-temurun.7 Dalam kasus Gus Dur, bahkan dari satu bentuk kharisma ini

bisa ada dua jenis komunitas kharismatik yang muncul. Beberapa leluhur Gus

Dur dikenal sebagai pemimpin agama yang diakui kharismatik oleh kalangan

7 Max Weber, Economy and Society.., 248.

Page 97: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

Islam, khususnya warga NU. Beberapa yang lain dikenal sebagai raja-raja

Jawa yang diakui kharismanya oleh umumnya masyarakat Jawa.

Gus Dur juga bisa diakui kharismatik berdasarkan klaim bahwa beliau

adalah seorang wali. Dalam kalangan Islam, ada suatu pandangan bahwa

seorang wali diberi karomah (kekuatan luar biasa).8 Keajaiban-keajaiban yang

pernah dialami sendiri oleh orang-orang dekat Gus Dur sering dijadikan klaim

kewalian Gus Dur. Terlepas itu benar atau tidak, setidaknya banyak dari

masyarakat percaya bahwa Gus Dur itu wali. Dan itu cukup untuk dijadikan

validator kharisma Gus Dur, setidaknya sebagai kharisma yang berdasarkan

klaim atas kewalian tokoh.9

Dan selanjutnya merupakan kharisma Gus Dur yang bisa dianggap

pure tipe charisma, karena langsung dapat dikenali orang lain serta khas Gus

Dur. Kharisma ini diakui oleh orang-orang yang merasakan sendiri pribadi

Gus Dur yang luar biasa, yaitu sebagai pribadi yang luhur akhlak (etika) nya.

Pengakuan ini tidak hanya dari orang NU maupun Muslim saja, melainkan

dari berbagai golongan. Merujuk pada konsep etika keadilan dan kepedulian,

Gus Dur berada pada posisi melampaui orang-orang kebanyakan.10

8 Karomah sebagai tanda seseorang wali atau bukan, masih menjadi persoalan. Sering kali itu

dilihat lebih sebagai suatu kesalahpahaman dalam upaya mengenali kewalian seseorang. Chandra

utama, Lentera Para Wali (t.t.: Guepedia, t.th.) 65. 9 Max Weber, Economy and Society.., 248

10 Dalam etika Kohlberg, menentukan sikap berdasarkan prinsip-prinsip abstrak keadilan adalah

perkembangan tertinggi (tahap 6) kemajuan moral. Gilligan menempatkan kepedulian, yang oleh

Kohlberg ditempatkan pada tahap 3, menjadi sejajar dengan tahap tertinggi, keadilan. John W.

Santrock, Adolescence, ed. 6 terj. Shinto B. Adelar (Jakarta: Airlangga, 2003) 445.

Page 98: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

Dalam tipe murni ini, kharisma Gus Dur tidak hadir dalam suatu

gerakan politik, sehingga tidak berpengaruh secara langsung terhadap otoritas

legal maupun tradisional. Beliau diakui lebih sebagai seorang yang patut

diteladani atau dijadikan panutan dalam dimensi kultural. Pandangan-

pandangan yang dilekatkan pada beliau dalam kharismanya ini antara lain

demokratis, humanis, pluralis, dan toleran. Meskipun tidak terasa secara

langsung, tidak bisa dipungkiri bahwa beliau telah membuat perubahan,

terutama dalam tataran kebudayaan masyarakat Indonesia.

Pada awalnya orang-orang, terutama kalangan Gus Dur sendiri,

melihat kharisma Gus Dur dengan cara pertama, sebagai seorang yang

mewarisi keluarbiasaan orang tua dan leluhurnya. Selanjutnya, setelah melihat

sendiri keajaiban-keajaiban yang ditampilkan Gus Dur, orang-orang mulai

mengakui dia sebagai wali. Sementara itu, kalangan lain melihat sisi lain dari

kharisma Gus Dur sebagai tokoh humanis, pluralis dan toleran. Masing-

masing kalangan memiliki pemahaman sendiri-sendiri tentang kharisma Gus

Dur. Ketika masih melihat dari satu aspek saja, suatu komunitas akan merasa

sulit menerima sikap atau pernyataan Gus Dur yang terkesan kontroversial.

Namun ketika mereka mulai memahami aspek yang lain, mereka lebih bisa

menerima, dan justru memperkuat keyakinan mereka atas kharisma Gus Dur.

Sejauh ini peneliti telah menyajikan hasil identifikasi kharisma Gus

Dur ketika ditinjau dari perspektif Weberian. Selanjutnya kharisma Gus Dur

akan coba diidentifikasi dari sisi filsafat. Terutama ketika kharisma tersebut

dikaitkan dengan kondisi eksistensial masing-masing pihak.

Page 99: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

Keluar-biasaan Gus Dur diungkapkan oleh orang-orang disekitarnya

dengan berbagai cara. Beberapa diantaranya didasarkan atas pengalaman

langsung ketika bersama Gus Dur, beberapa yang lain hanya melalui

keterangan tak langsung. Ada juga yang hanya didasarkan atas asumsi dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentu, semisal dari silsilah atau posisi penting

yang diduduki Gus Dur. Darimanapun informasi mengenai keluar-biasaan Gus

Dur diperoleh, pada kenyataannya itu dipercaya.

Bagi masyarakat Indonesia, mengakui keluar-biasaan tokoh memang

masih sangat mudah. Sebagai masyarakat yang religius, orang Indonesia

sangat akhrab dengan hal-hal supranatural. Bahkan untuk hal-hal atau

peristiwa yang sebenarnya lazim, sering kali masih dihubung-hubungkan

dengan realitas supranatural. Dan itu diperkuat oleh kondisi masyarakat yang

ikatan komunalnya masih sangat kuat.

Dalam kondisi sosial semacam itu, Gus Dur tampil dengan berbagai

atribut keluar-biasaan. Image-nya sebagai Gus keturunan kiai-kiai besar sudah

bisa menempatkan dirinya pada jajaran elit masyarakat. Tanpa harus

menunjukkan sesuatu yang luar-biasa saja, orang-orang akan berebut mencium

tangannya, dengan keyakinan akan mendapat limpahan barokah. Bagi orang-

orang, kharismanya adalah yang tampil duluan.

Namun Gus Dur justru tidak berusaha menampilkan sikap pribadi yang

berwibawa. Dia lebih menunjukkan sikap santai, easy going, supel dan

humoris. Lebih jauh lagi, sering kali sikap dan keputusannya dinilai

Page 100: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

kontroversial. Kadang terkesan memihak orang-orang yang dianggap lawan

atau menentang orang-orang dari golongannya sendiri. Tidak jarang pula

sikapnya sulit dimengerti.

Namun ternyata sifat yang ditunjukkannya tersebut tidak merubah

persepsi pribadinya yang luar-biasa. Orang lebih memilih melihat kontroversi

yang ditunjukkan Gus Dur sebagai suatu teka-teki yang penting untuk

dipecahkan. Padahal jika itu dilakukan oleh orang lain, sangat mungkin respon

yang diperoleh negatif. Ini menegaskan betapa kharisma Gus Dur mampu

membuat orang lain memberi penilaian berbeda terhadap dirinya.

Dan ketika beberapa keputusannya dapat ditemukan oleh pengikut

sebagai tepat, masuk akal atau sebuah trobosan brilian, hal tersebut semakin

menegaskan kharisma Gus Dur. Ini merupakan suatu penilaian yang aneh,

mengingat ketika itu dialamatkan pada orang biasa, sering kali dianggap

sebagai kebetulan atau keberuntungan. Atau bisa juga dikatakan, penilaian

tersebut adalah wajar jika sejak awal diandaikan bahwa keputusan tersebut

diambil oleh orang yang serba luar-biasa.

Maka tidak berlebihan jika kharisma Gus Dur sangat menentukan

posisinya sebagai pemimpin. Merujuk pada pandangan Erich Fromm,

kharisma Gus Dur merupakan acuan utama ketundukan dari para pengikutnya.

Kharisma Gus Dur menunjukkan betapa powerful dirinya, sehingga orang-

orang yang merasa kecil, lemah, dan membutuhkan dominasi dapat

Page 101: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

meleburkan diri. Dalam kondisi seperti ini, potensi terbentuknya komunitas

yang otoritarian sangat besar.

Namun Gus Dur sepertinya tidak mempedulikan pandangan-

pandangan semacam itu terhadap dirinya. Dia menjalani hidup seperti hal nya

manusia biasa. Adapun kegemarannya berziarah kubur, dalam tradisi santri

merupakan kegiatan yang sudah biasa. Sama biasanya dengan kegiatan

mengunjungi kiai-kiai untuk sekedar silaturrahmi dan ngalap barokah.

Terkait dengan bagaimana Gus Dur memperoleh kekuasaan, baik

formal maupun informal, semua itu dilakukan dengan cara-cara yang wajar

pula. Dia menjadi Ketua Umum PBNU melalui pemilihan pada Muktamar-

Muktamar. Dia menjadi presiden juga melalui pemungutan suara di DPR.

Dalam prosesnya, dia juga melakukan lobi-lobi politik. Tidak ada upaya dari

Gus Dur untuk menunjukkan kemampuan-kemampuan luar-biasa.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa upaya-upaya untuk

menegaskan dominasi melalui kharisma tidak pernah dilakukan oleh Gus Dur.

Justru ketika Gus Dur menunjukkan sikap dan keputusan yang kontroversial,

hal itu bisa ditafsirkan sebagai upaya membalik stigma para pengikut terhadap

kharismanya. Tafsiran semacam ini mendapatkan argumentasinya melalui

pandangan-pandangan Gus Dur sendiri.

Gus Dur terkenal sebagai tokoh yang memperjuangkan nilai-nilai

humanisme dan toleransi sesama manusia. Dia mengajarkan tentang

kesetaraan. Dalam politik, Gus Dur menekankan pentingnya mewujudkan

Page 102: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

94

demokrasi yang sehat. Dalam bidang keagamaan, Gus Dur mengajarkan

pandangan tentang Islam yang kosmopolitan. Secara keseluruhan, Gus Dur

ingin dirinya dikenal sebagai seorang yang humanis. Bahkan dia berwasiat

supaya di nisannya nanti dituliskan keterangan bahwa dirinya seorang

humanis.

B. Kharisma Gus Dur sebagai Presiden dan Ketua Umum PBNU

Gus Dur hanya mengalami masa kepresidenan yang singkat. Hanya 20

bulan sejak beliau terpilih. Namun 20 bulan tersebut penuh dengan peristiwa-

peristiwa yang menarik untuk dibahas hingga sekarang. Mulai dari hal-hal

yang penting soal pemerintahan, hingga peristiwa-peristiwa rutin yang

berkesan bagi beberapa kalangan, karena belum pernah mengalami seorang

presiden dari kalangan santri.

Dalam posisinya sebagai Presiden Republik Indonesia, Gus Dur

dihadapkan pada kondisi yang sulit. Reformasi baru terjadi ditandai dengan

lengsernya Soeharto, yang berarti tumbangnya rezim Orde Baru. Sementara

saat rezim ini berakhir, Indonesia sedang mengalami krisis di berbagai bidang.

Beliau dituntut bisa memperbaiki kondisi negara dan pemerintahan, serta

membuat trobosan-trobosan baru.

Dipilihnya Gus Dur sebagai calon presiden tidak lepas dari posisinya

sebagai tokoh yang memiliki basis pendukung besar serta kontribusinya dalam

upaya mewujudkan reformasi. Sebelum dicalonkan sebagai presiden, nama

Page 103: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

Gus Dur telah populer sebagai elit strategis pendukung reformasi, sejajar

dengan nama-nama seperti Megawati Soekarno Putri dan Amin Rais. Basis

pendukung Gus Dur terutama dari kalangan NU, sebuah organisasi Islam

terbesar di Indonesia. Bagi kalangan NU, Gus Dur adalah seorang pemimpin

kharismatik, mengingat beliau adalah cucu dari Hadratussyaikh Hasyim

Asy’ari dan putra dari Wahid Hasyim.

Namun dipilihnya Gus Dur sebagai calon presiden tidak semata-mata

berdasarkan pertimbangan bahwa beliau memiliki basis pendukung besar.

Kiprah Gus Dur selama masa pemerintahan Soeharto juga menjadi

pertimbangan. Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang sering melontarkan kritik

pada kebijakan-kebijakan politik Orde baru. Bagi kaum muda reformis, Gus

Dur merupakan salah seorang tokoh yang dapat mendukung dan melindungi

mereka dalam gerakan mewujudkan reformasi. Bagi kalangan elit politik,

nama Gus Dur tidak bisa dipandang remeh.

Lebih dari itu, Gus Dur merupakan tokoh yang populer di luar konteks

politik. Gus Dur aktif dalam berbagai organisasi masyarakat, juga aktif dengan

kegiatan-kegiatan dibidang sosial, seni, olahraga dan sebaginya. Beliau juga

seorang intelektual yang aktif menulis. Tokoh-tokoh dari berbagai macam

latar belakang di luar politik mengenal baik Gus Dur, baik budayawan,

wartawan, seniman, pengamat sepak bola, hingga pemuka-pemuka agama

minoritas. Bagi mereka Gus Dur merupakan seorang pribadi yang luar biasa.

Page 104: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

96

Sejak sebelum dicalonkan sebagai presiden, Gus Dur sudah dikenal

sebagai seorang pribadi yang kharismatik. Pengakuan atas kharismanya

menjangkau berbagai kalangan. Hal itu pula yang menguatkan alasan Poros

Tengah mengusung Gus Dur sebagai calon presiden, bersaing dengan

Megawati. Namun sepertinya kharisma Gus Dur tidak menjangkau para elit

politik pengusung beliau sendiri.

Pada masa kepemimpinannya, Gus Dur banyak melakukan

perombakan dalam struktur politik. Beliau juga mengeluarkan kebijakan-

kebijakan yang terkesan kontroversial. Selama menjadi presiden, beliau juga

sering melakukan perjalanan ke luar negeri. Semua itu, menurut Gus Dur,

didasarkan pertimbangan-pertimbangan yang konstitusional dan demi

kepentingan bangsa dan negara. Namun tidak terlihat demikian bagi kalangan

elit politik yang berada di pemerintahan.

Banyak kebijakan Gus Dur yang dianggap tidak benar oleh para elit

politik dan sebagian kelompok masyarakat. Diantaranya yang penting seperti

pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial, pemecatan dan

penggantian beberapa menteri dan pejabat lainnya tanpa penjelasan yang

tuntas, seringnya melakukan perjalanan ke luar negeri yang dinilai

menghambur-hamburkan uang negara, membina hubungan dengan Israel,

mencabut peraturan pelarangan Marxisme dan Leninisme, dan lain-lain.

Belum lagi beberapa skandal yang melibatkan Gus Dur (Buloggate dan

Brunaigate) yang membuat dirinya semakin tidak dipercaya.

Page 105: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

Dari berbagai pandangan tersebut, dapat diindikasikan bahwa kharisma

Gus Dur tidak memiliki peran berarti. Jika merujuk pada Weber, sepertinya

otoritas kharismatik Gus Dur dapat dianggap tidak mampu bertahan melawan

otoritas legal-formal. Dan itu terbukti dengan diberhentikannya Gus Dur lewat

Sidang Istimewa MPR di bulan ke-20 kepemimpinannya. Namun jika ditinjau

kembali, ada beberapa hal penting yang merupakan implikasi dari kharisma

Gus Dur selama memimpin sebagai presiden.

Pertama, sejak awal, terpilihnya Gus Dur sebagai presiden memang

tidak berdasarkan atas kharisma beliau, melainkan berdasarkan popularitasnya

di mata masyarakat. Kompromi politik antara para elit yang tergabung dalam

Poros Tengah lah yang memuluskan jalan Gus Dur menjadi presiden, bukan

kharismanya. Gus Dur adalah tokoh kharismatik dimata masyarakat, namun di

luar konteks politik praktis. Karena masyarakat kebanyakan masih memiliki

pengetahuan dan partisipasi yang minim dalam politik praktis. Memang,

reformasi telah sedikit merubah budaya politik masyarakat menjadi lebih

peduli dengan jalannya perpolitikan. Namun itu tidak terlalu berarti jika

mereka tidak memiliki akses dan merasa tidak memiliki kemampuan untuk

berpartisipasi aktif dalam politik praktis.

Budaya politik ere reformasi masih belum mengalami perubahan yang

berarti, terutama di kalangan elit strategis. Sebagian dari mereka masih

menganggap dirinya sebagai pemimpin yang perlu memperjuangkan

kepentingan golongannya. Di mata mereka, kalangan elit yang lain pun tidak

berbeda. Gus Dur merupakan wakil dari golongannya, sehingga langkah-

Page 106: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

langkah politik Gus Dur bisa jadi untuk kepentingan golongannya atau justru

untuk dirinya sendiri. Cara pandang seperti ini sudah menjadi budaya politik

kaum elit stategis sejak Indonesia lahir.

Namun Gus Dur, sesuai dengan karakteristik pemimpin kharismatik

dari Weber, merupakan pribadi yang revolusioner. Langkahnya konsisten

berdasarkan panggilan misi yang beliau yakini, yaitu membawa Indonesia

menjadi negara yang demokratis. Konsisten untuk mewujudkan perubahan

mengandaikan langkah-langkah yang tidak kenal kompromi. Di sisi lain,

budaya politik kalangan elit strategis masih belum mengalami perubahan

berarti. Selalu ada kompromi politik sebelum langkah-langkah diambil.

Disinilah terjadi benturan antara Gus Dur dengan kalangan elit politik yang

lain.

Kedua, terlepas dari pandangan bahwa dirinya telah gagal sebagai

presiden, kepemimpinan kharismatik Gus Dur membawa perubahan yang

cukup signifikan dalam perpolitikan di Indonesia, terutama dalam budaya

politik masyarakat. Beberapa kebijakan beliau pada akhirnya dinilai patut

diteladani oleh masyarakat, terutama tentang bagaimana mewujudkan

pemerintahan yang demokratis. Hal tersebut ditunjukkan Gus Dur dalam

keputusannya mencabut TAP MPRS No.XXIX/MPR/1966 yang melarang

Marxisme dan Leninisme; memberikan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun

1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China; memberi

kebebasan bagi rakyat Papua untuk tidak membentuk Dewan Adat Papua;

membuka Istana Negara untuk rakyat, dan lain-lain.

Page 107: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

Masuk dalam gerakan politik praktis, termasuk terjun dalam

kepemimpinan formal sebagai presiden RI, merupakan sesuatu yang perlu

dilakukan menurut Gus Dur. Hal ini terkait dengan misi beliau membuat

jalinan yang baik antara Islam dengan negara. Namun Gus Dur memperoleh

banyak hambatan bahkan dengan kharisma yang melekat padanya. Salah satu

sebab mengapa kharisma beliau tidak begitu berpengaruh, adalah karena

dalam politik praktis, budaya politik masyarakat belum mengalami banyak

perubahan. Beda halnya dengan kepemimpinan informal Gus Dur sebagai

Ketua Umum PBNU. Dengan kembalinya NU pada khittah 1928, sehingga

menarik diri dari politik praktis dan lebih fokus pada gerakan kultural, Gus

Dur bisa memimpin dengan tanpa mengalami masalah berarti. Selain karena

kharisma warisan Gus Dur kuat di NU, beliau juga mampu membuat

perubahan-perubahan yang berarti, meskipun sempat juga mengalami krisis

kepercayaan di tengah masa jabatannya karena dianggap terlalu liberal.

Page 108: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

BAB V

PENUTUP

I. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

maka penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil identifikasi kharisma Gus Dur:

a. Kharisma Gus Dur dapat dipahami dengan dua cara: Pertama, Gus Dur

adalah pemimpin kharismatik dari banyak komunitas. Kedua, Gus Dur

adalah pemimpin kharismatik dari suatu komunitas yang plural.

b. Kharisma Gus Dur merupakan acuan utama pengakuan kepemimpinannya,

mengingat sikap dan keputusannya yang kontriversial.

c. Kharisma tidak dimanfaatkan Gus Dur untuk menegaskan dominasi.

d. Ketundukan para pengikut justru dimanfaatkan Gus Dur untuk

mengajarkan kerangka orientasi baru yang bersifat membebaskan, seperti

mengenai humanisme, toleransi, demokrasi dan Islam kosmopolitan.

2. Implikasi kharisma Gus Dur dalam kepemimpinan formal (Presiden RI) yaitu:

a. Membawa kepercayaan bagi kalangan Poros Tengah untuk mengusung

Gus Dur sebagai Presiden RI. Pertimbangannya, bahwa Gus Dur

merupakan tokoh kharismatik bagi sebagian kalangan masyarakat.

b. Membawa perubahan, terutama dalam hal budaya politik masyarakat.

Langkah-langkah Gus Dur yang kontroversial pada akhirnya bisa

dipahami sebagai teladan bagi masyarakat tentang bagaimana mewujudkan

pemerintahan yang demokratis.

Page 109: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

Implikasi kharisma Gus Dur dalam kepemimpinan informal (Ketua Umum

PBNU) yaitu:

a. Menjadi salah satu dari tujuh tokoh yang dipercaya dalam upaya

mereformasi NU dan menjadi tokoh yang difavoritkan untuk menjadi

Ketua Umum PBNU dalam Muktamar NU di Situbondo.

b. Dipercaya menjadi Ketua Umum selama tiga periode. Dalam hal ini,

budaya politik NU yang mengakui kepemimpinan informal para Kiai

kharismatik, serta musyawarah para Kiai dalam menentukan pemimpin,

menjadi landasan pengakuan atas kepemimpinan kharismatik Gus Dur.

c. Melancarkan upaya Gus Dur dalam mewujudkan perubahan-perubahan

dalam organisasi, misalnya reformasi pendidikan pesantren.

d. Membuat Gus Dur dipercaya mayoritas warga NU untuk menjadi Presiden

RI.

J. Saran-saran

Penelitian mengenai kharisma sampai saat ini masih sedikit. Ini karena

konsep tersebut terlalu sulit untuk dijelaskan secara ilmiah. Dalam

memperkenalkan kharisma, Weber memberi pengertian dalam konteks yang

universal, padahal di dalamnya terkandung ide-ide metafisis. Jarang ada penelitian

yang diarahkan khusus pada pemahaman konsep tersebut. Lebih sering konsep ini

diterima begitu saja untuk bisa diaplikasikan dalam penelitian-penelitian sosio

politis. Diharapkan kedepannya ada penelitian yang lebih terfokus pada klarifikasi

konsep tersebut.

Page 110: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

DAFTAR PUSTAKA

Aberbach, David. Charisma in Politics, Religion and The Media: Private Trauma,

Public Ideals. London: Macmillan Press Ltd, 1996.

Adair-Toteff, Christopher. Fundamental Consepts in Max Weber’s Sociology of

Religion. London: Palgrave Macmillan, 2015.

Ahmad, Munawar. Ijtihad Politik Gus Dur: Analisis Wacana Kritis. Yogyakarta:

LkiS, 2010.

Alfian. Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1981.

Al-Zastrouw Ng. Gus Dur, Siapa Sih Sampeyan?: Tafsir Teoritik atas Tindakan

dan Pernyataan Gus Dur. Jakarta: Erlangga, 1999.

Amin, Samsul Munir. Karomah Para Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008.

Arifin, Zaenal. Dasar-Dasar Penulisan Karya ilmiah. Jakarta: Grasindo, 2008.

Aziz, Munawir. Merawat Kebinekaan: Pancasila, Agama dan Renungan

Perdamaian. Jakarta: Gramedia, 2017.

Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat.

Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Barton, Greg. Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman

Wahid, terj. Lie Hua. Yogyakarta: LKiS, 2002.

Beekes, Robert. Etymological Dictionary of Greek. Leiden dan Boston:

Koninklijke Brill NV, 2009.

Bisri, A. Mustofa dan Sinta Nuriyah Rahman. Beyond The Symbols: Jejak

Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2000.

Bisri, A. Mustofa. Koridor: Renungan A. Mustofa Bisri. Jakarta: Kompas, 2010.

Blackburn, Simon. The Oxford Dictionary of Philosophy. Oxford: Oxford

University Press, 1996.

Budiman, Arief. Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-

2005. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

Page 111: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

Cross, Frank L. dan Elizabeth A. Livingstone. The Oxford Dictionary of The

Christian Church ed. iii.Oxford: Oxford University Press, 2005.

Derman, Joshua. Max Weber in Politics and Social Though: From Charisma to

Canonization. Cambridge: Cambridge University Press, 2013.

Dewanto, Nugroho. Wahid Hasyim Untuk Republik Dari Tebuireng. Jakarta:

Tempo, 2011.

Eliade, Mircea. Sacred and Profane:The Nature of Religion, terj. Inggris Willard

R. Trask. New York: Brace and World Inc., 1959.

Fromm, Erich. Escape From Freedom. New York: Avon Books, 1969.

Fromm, Erich. The Sane Society. London dan New York: Routledge, 2002.

Geertz, Cliffort. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan

Jawa, terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto. Depok: Komunitas Bambu,

2014.

Gerth, H.H. dan C. Wright Mills. From Max Weber: Essays on Sociology. New

York: Oxford University Press, 1946.

Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine.

Leicester: Inter-Varsity Press, 1994.

Hardiman, Budi. “Georg Simmel dan Relasionisme: Sebuah Tinjauan Filosofis

atas Hubungan Individu dan Masyarakat”, Studia Philosophica et

Theologica, Vol. 10 No. 1. Maret 2010.

Hardiman, F. Budi. Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai

Derida. Yogyakarta: Kanisius, 2015.

Hornblower, Simon dan Antony Spawforth. The Oxford Classical Dictionary ed.

IV. Oxford: Oxford University Press, 2012.

Jones, Lindsay. Encyclopedia of Religion ed.2, Vol. 3. Michigan: Thomson Gale,

2005.

Jones, Lindsay. Encyclopedia of Religion ed.2, Vol. 4. Michigan: Thomson Gale,

2005.

Le, Loan. Religious Life: A Reflective Examination of Its Charism and Mission for

Today. Newcastle: Cambridge Scholars Publishing, 2016.

Page 112: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

Lindholm, Charles. Charisma. Oxford: Basil Blackwell, 1990.

Lindholm, Charles. The Anthropology of Religious Charisma: Ecstasies and

Institutions. New York: Palgrave Macmillan, 2013.

Maswan dan Aida Farichatul Laila. Gus Dur, Manusia Multidimensional.

Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaich Hasyim Asy’ari: Moderasi, Keumatan dan

Kebangsaan. Jakarta: Kompas, 2010.

Moustakas, Clark. Heuristic Research: Design, Methodology and Applications.

California, London dan New Delhi: Sage Publications, Inc., 1990.

Muhammad, Husein. Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur. Yogyakarta:

LkiS, 2012.

Muhni, Djuretna Adi Imam. “Manusia dan kepribadiannya: Tinjauan Filsafati”,

Jurnal Filsafat Fakultas Filsafat UGM. seri 27 Maret 1997.

Navarez, Carlos, J. Luke Wood dan Rose Penrose. Leadership Theory and The

Community Collage: Applying Theory to Practice. Virginia: Stylus

Publishing, 2013.

Oakes, Len. The Charismatic Personality. Bowen Hills: Australian Academic

Press, 2010.

Potts, John. A History of Charisma. London: Palgrave Macmillan, 2009.

Purnaweni, Hartuti. “Demokrasi Indonesia: Dari Masa ke Masa”, Jurnal

Administrasi Publik, Vol.3 No.2 (2004).

Ramage, Douglas E. Politics in Indonesia: Democracy, Islam, and The Ideology

of Tolerance. London and New York, Routledge, 1995.

Ranoh, Ayub. Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis Atas

Kepemimpinan Kharismatis Soekarno. Jakarta: Gunung Mulia, 2006.

Roman, Luke dan Monica Roman. Encyclopedia of Greek and Roman Mythology.

New York: Facts On File, 2010.

Saleh, Imam Anshori. Mata Batin Gus Dur. Jakarta: Gramedia, 2017.

Saleh, Khoirul dan Achmad Munif, “Membangun Karakter Budaya Politik Dalam

Berdemokrasi”, ADDIN, Vol.9 No.2 (Agustus 2015).

Page 113: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

Santrock, John W. Adolescence, ed. 6 terj. Shinto B. Adelar. Jakarta: Airlangga,

2003.

Smith, William. A Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology.

London: John Murray, Albemarle Street, 1872.

Sobari, Mohammad. Kesalehan Sosial. Yogyakarta: LKiS, 2007.

Soekarso dan Iskandar Putong. Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis.

Jakarta: Buku&artikel Karya Iskandar Putong, 2015.

Solahudin, M. Tawa Aja Kok Repot!. Yogyakarta: Garasi, 2010.

Stevenson, Angus. Oxford Dictionary of English ed. iii. Oxford: Oxford

University Press, 2010.

Stewart, Mark Allan. Releasing The Power of Your Spiritual Gifts. New York:

Writers Club Press, 2003.

Suhanda, Irwan. Gus Dur Santri Par Excellence. Jakarta: Kompas, 2010.

Suhanda, Irwan. Perjalanan Politik Gus Dur. Jakarta: Kompas, 2010.

Suseno, Frans Magnis. Pijar-pijar Filsafat: Dari Gatholoco ke Filsafat

Perempuan, dari Adam Muller ke Posmodernisme. Yogyakarta: Kanisius,

2005.

Swatos, William H. Encyclopedia of Religion and Society. Walnut Creek:

AltaMira Press, 1998.

Tim Penyusun. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Utama, Chandra. Lentera Para Wali. t.t.: Guepedia, t.th.

Wahid, Abdurrahman. Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama Masyarakat

Negara Demokrasi. Jakarta: The Wahid Institute, 2006.

Weber, Max. Economy and Society: An Outline of Interpretative Sociology.

Berkeley, Los Angeles dan London: University of California Press, 1978.

Wibowo, I. dan Thung Ju Lan. Setelah Air Mata Kering: Masyarakat Tionghoa

Pasca-Peristiwa Mei 1998. Jakarta: Kompas, 2010.

Winarno, Budi. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta: MedPress,

2008.

Page 114: KHARISMA GUS DUR DALAM KEPEMIMPINAN FORMAL DAN …digilib.uinsby.ac.id/32761/1/Safaat Ariful Hudda_F01214003.pdf · i kharisma gus dur dalam kepemimpinan formal dan informal tesis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

Woodward, Mark R. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan terj.

Hairus Salim HS. Yogyakarta: LkiS, 2004.

Zaini, Subarto. Leadership in Action: Pembelajaran dari Para Maestro. Jakarta:

Gramedia, 2011.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan ed. 2. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008.

Didik Suyuthi, “Rahasia di Balik Mufaraqah Kiai As’ad dari Gus Dur”, dalam

http://www.nu.or.id/post/read/64455/rahasia-di-balik-mufaraqah-kiai-

asrsquoad-dari-gus-dur (25 Juli 2018).

Fathoni, “Gus Mus: Gus Dur Tokoh Internasional yang Sering Ziarah Kubur”,

dalam http://www.nu.or.id/post/read/84513/gus-mus-gus-dur-tokoh-

internasional-yang-rajin-ziarah-kubur (25 Juli 2018).

Munawir Aziz, “Benarkah Gus Dur Keturunan Tan Kim Han?”, dalam

http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Benarkah-Gus-Dur-Keturunan-

Tan-Kim-Han/ (28 Juli 2018).

The Wahid Institute, “Tentang The WAHID Institute”, dalam

http://www.wahidinstitute.org/wi-id/tentang-kami/tentang-the-wahid-

institute.html (25 Juli 2018).

Tim VIVA, “Yenny Wahid: Bagi Saya Gus Dur Itu Gagal” dalam

http://www.viva.co.id/berita/nasional/721594-yenny-wahid-bagi-saya-gus-

dur-itu-gagal (25 Juli 2018).