strategi belajar mengajar

26
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah A.Pendahuluan Ini adalah pelajarannya Pak Kusoy.Beliau adalah guru mata pelajaran pengetahuan social di sekolah kami. “ Hari ini kita akan mencoba membahas tentang masalah yang terjadi di kota kita”, kata Pak Kusoy sambil berdiri di depan kami. Suaranya nyaring, matanya memandang kami satu per satu, seakan akan Ia minta perhatian dari kami yang sebetulnya sudah kehilangan gairah untuk belajar. Maklun, siang ini adalah jam pelajaran terakhir. Di luar udara sangat panas. “Coba, menurut kamu Andri, masalah apa yang sedang hangat dibicarakan sekarang ini?” Pak Kusoy menyuruh Andri yang kelihatan seperti ngantuk. Andri merasa kaget mendapat pertanyaan yang mendadak. “Anu… pak! Masalah pengangguran… pak!” kata Andri sambil membetulkan rambutnya. “Mengapa kamu menganggap masalah pengangguran sebagai masalah yang aktual? Bukankah masalah tersebut merupakan masalah yang sejak lama kita hadapi?”

Upload: mujahidah-khilafah-shintia-minandar

Post on 22-Jun-2015

5.303 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi belajar mengajar

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

A. Pendahuluan

Ini adalah pelajarannya Pak Kusoy.Beliau adalah guru mata pelajaran pengetahuan

social di sekolah kami.

“ Hari ini kita akan mencoba membahas tentang masalah yang terjadi di kota kita”,

kata Pak Kusoy sambil berdiri di depan kami. Suaranya nyaring, matanya

memandang kami satu per satu, seakan akan Ia minta perhatian dari kami yang

sebetulnya sudah kehilangan gairah untuk belajar. Maklun, siang ini adalah jam

pelajaran terakhir. Di luar udara sangat panas. “Coba, menurut kamu Andri, masalah

apa yang sedang hangat dibicarakan sekarang ini?” Pak Kusoy menyuruh Andri yang

kelihatan seperti ngantuk. Andri merasa kaget mendapat pertanyaan yang mendadak.

“Anu… pak! Masalah pengangguran… pak!” kata Andri sambil membetulkan

rambutnya.

“Mengapa kamu menganggap masalah pengangguran sebagai masalah yang aktual?

Bukankah masalah tersebut merupakan masalah yang sejak lama kita hadapi?”

Andri tidak menjawab. Tampak rasa kantuknya belum seluruhnya hilang dari

matanya yang kecil berlindung di bawah bulu alisnya yang tebal.

“Bagaimana meniritmu Bia?” kata Pak Kusoy menunjuk Bia yang baru saja

memperbaiki cara duduknya. Tampaknya wanita tomboi itu juga merasa gerah. Sama

seperti kami. Memang panas siang ini.

“”Menurut saya masalah pengangguran, walaupun masalah yang sudah lama, akan

tetapi masih tetap aktual, sebab sampai sekarang belum di temukan solusinya…!”

“Bagus. Apakah sekarang ini ada masalah yang lebih penting untuk dipecahkan,

selain masalah pengguran?”

Page 2: Strategi belajar mengajar

Kami diam sebentar. Tiba-tiba Donto si kutu buku mengacungkan tangannya. “Ada,

pak! Sekarang ini kota kita dihadapkan kepada permasalahan sampah. Berdasarkan

informasi pemerintah kota sulit membuang sampah karena tidak ada tempat

pembuangan yang layak, akhirnya sudut-sudut kota kita dihiasi oleh tumpukan

sampah yang menggunung dan baunya sangat menyengat…!”

“Mengapa kamu menganggap masalah sampah merupakan masalah aktual?”

“Jelas pak. Sebab, masalah sampahselain mengganggu lingkungan masyarakat, juga

sudah menjadi isu politik. Bukan itu saja pak, karena masalah sampah itu kota kita

dinobatkan sebagai kota terkotor.”

Pak Kusoy mengangguk-anggukkan kepala. Ia tampak terkesan dengan argumentasi

si kutu buku. “Apakah kamu setuju dengan pendapat Donto, Ria?”

“Setuju sekali pak. Sebab, dengan julukan Kota Terkotor itu mengusukan harga diri

saya sebagai penduduk kota ini!”

Pak Kusoy tersenyum. Tampaknya pengkapnya mengena; dan kami tidak

menyadarinya.

“Nah, kalau begitu topic yang akan kita bicarakan hari ini adalah tentang sampah.

Bagaimana, apakah kalian setuju?

“Setuju, pak..!”

“Menurut kamu, apa yang akan kita permasalahkan dari topik sampah ini?”

Lagi-lagi kami terdiam.

Page 3: Strategi belajar mengajar

“Bagaimana kalau kita mulai dengan masalah, harus dibagaimanakan sampah yang

menumpuk itu?” kata Ria.

“Ya, dibuang …!” kata kami serempak. Kelas menjadi sedikit ribut.

Kali ini benar-benar tidak ada diantara kami yang mengantuk.

“Bagus…! Apakah kamu dapat merumuskan masalah dengan lebih jelas?”

“Menurut saya bukan harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu, tetapi

bagaimana cara menaggulangi tumpukan sampah,” kata Denok yang dari tadi tampak

serius mengikuti diskusi.

“Bagus…!” kata Pak Kusoy sambil menulis di papan tulis. “Apakah selain masalah

ini, ada masalah lain yang perlu kalian bahas?”

“Ada pak…! Menurut saya yang paling penting adalah bagaimna seharus nya

masyarakat memberlakukan smpah,” kata Donto.

“Mengapa kamu merasa hal itu dianggap penting?”

“Sebab, Bagimanapun adanya tumpukan sampah itu, dikarenakan ulah atau hasil dari

pekerjaan masyarakat. Nah, dengan demikian kita harus memberikan solusi, apasaja

yang harus dilakukan masyarakat terhadap sampah yang merka hasilkan itu.”

Cerita diatas merupakan dari contoh penerapan strategi pembelajaran yamg

bertumpu pada penyelesaian masalah atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

(SPBM). Dalam penerapan strategi ini,guru meberikan kesempatan kepada siswa

untuk menetukan topik masalah,walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan

apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu

menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.

Page 4: Strategi belajar mengajar

Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi

kognitif yang berngkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah

laku berkat adanya pengalaman.belajar bukan semata-mata proses menghafal

sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara individu dengan

lingungannya.melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara

utuh.artinya,perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif,tetapi juga

aspek efektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yng

dihadapi.

Dilihat dari aspek filosofis tentang funsi sekolah ebagai arena atau wadah

untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di mayarakat,maka SPBM

merupakan strategi yang meumngkiknkan dan sangat penting untuk I kembangkan.hal

ini disebabkan pada kenyataan setiap manusia agar selalu dihadapkan kepada

masalah. dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks;

SPBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu

untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk

memperbaiki sistem pembelajaran

B. Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM

SPBM Dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara alamiah. Terdapat tiga ciri

utama dari SPBM.

1. SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinyadalam implementasi

pembelajaran SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM

tidak mengaharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal

materi pelajaran, akan tetpi melalui SPBM siswa aktif berfikir, berkomunikasi,

mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM

menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,

tanpa maslah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Page 5: Strategi belajar mengajar

3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara

alamiah. Yaitu proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini disecara

sistematis dan empiris.

Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang

memiliki permaalahan yang dapat dipecahkan. Strategi pembelajaran dengan pemecahan

masalah dapat diterapkan:

Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat

materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.

Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional

siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang

mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan

pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara

objektif.

Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

serta membuat tantangan intelektual siswa.

Jika gguru inin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajarnya.

Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari

dengan kenyataan dalam kehidupannya ( hubungan antara teori dengan

kenyataan).

Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahin dan Nur,2004) telah

mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.

Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai

dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan

disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran

berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau

masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna

bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk

Page 6: Strategi belajar mengajar

menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam

solusi untuk situasi itu.

Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun SPBM mungkin berpusat pada

mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam

pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa

untuk melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata

terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan  mendefinisikan masalah

mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan

menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat

inferensi,  dan merumuskan kesimpulan

Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. SPBM menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan

yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun

program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-

temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan

suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang

bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam

kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan

terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi

inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan

keterampilan berpikir.

C. Hakikat Masalah SPBM

SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut

belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban.

Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi

mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkkan masalah yang

dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah kemamuan siswa untuk berpikir kritis,

Page 7: Strategi belajar mengajar

analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui

eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Hakikat maslah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan

kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.

Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau

kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi

pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-

peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dibawah ini diberikan criteria

pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM.

1. Bahan pelajaran harus mengundang isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue)

yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya.

2. Bahan yang dipilih adlah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga siwsa

dapat mengikuti dengan baik.

3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang

banyak ( universal ), sehingga terasa manfaatnya.

4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang

harus dimilki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu

untuk mempelajarinya.

Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:13) pertanyaan dan masalah yang

diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa

daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah

baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

3. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa.

Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

4. Luas dan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan

dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh

Page 8: Strategi belajar mengajar

materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang

tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

5. Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik

bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah.

Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir dan memecahkan masalah siswa. Serta membangkitkan motivasi belajar

siswa.

D. Tahap-tahapan SPBM

Menurut John Dewey ada 6 langkah SPBM yang dinamakan dengan metode

pemecahan masalah ( problem solving ), yaitu:

1. Merumuskan masalah, yaitu dengan langkah siswa menentukan maslah yang akan

dipecahkan.

2. Menganalisis maslah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari

berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hiporesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan

pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilkinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi

yang diperlukan untuk pemecahan maslah.

5. Pengujian hipotesis, Yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan

sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang di ajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa untuk

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian

hipotesis dan rumusan kesimpulan.

David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM Melalui kegiatan

kelompok.

1. Mengidentifikasi masalah, Yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang

mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.

Page 9: Strategi belajar mengajar

Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-

isuhangnat yang menarik untuk dipecahkan.

2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta

menganalisis berbagai faktor, baik faktor yang bisa mengahambat maupun faktor

yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan

dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan

tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba

yang diperkirakan.

3. Menurumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah

dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk

berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap

tindakan yang dapat dilakukan.

4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang

strategi mana yang dapat dilakukan.

5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses

adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi

hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang di terapkan.

Menurut Arends (Nurhayati    Abbas, 2000:4), penerapan model pembelajaran

berbasis masalah terdiri dari lima langkah. Kelima langkah itu adalah

(1) mengorientasikan siswa pada masalah;

(2) mengorganisasikan siswa untuk belajar;

(3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok;

(4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan

(5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

Tahap tahap Pengajaran berbasis masalah yang lain terdiri dari lima tahap, seperti

dijelaskan tabel berikut ini;

Page 10: Strategi belajar mengajar

Tahapan Kegiatan guru

Tahap 1 :

Orientasi siswa terhadap

masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan perangkat

yang dibutuhkan, memotivasi siswa

agar terlibat pada aktivitas pemecahan

masalah yang dipilihnya.

Tahap 2 :

Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Tahap 3 :

Membimbing penyelidikan

individual dan kelompok.

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai

dan melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan serta

pemecahan masalahnya.

Tahap 4 :

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa merencanakan

dan menyiapkan karya yang sesuai

seperti laporan, video, dan model serta

membantu mereka berbagi tugas

dengan temannya.

Tahap 5 :

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan

refleksi atau evaluasi teerhadap

penyelidikan mereka dan proses-

proses yang mereka gunakan.

Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara

umum SPBM dapat dilakukan dengan lngkah-langkah:

Page 11: Strategi belajar mengajar

1. Menyadari masalah

Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus

dipecahkan.Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan

atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus

dicapai siswa pada tahap ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap

kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa

dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa

agar menentukan satu atau dua kesenjanganyang pantas untuk dikaji baik melalui

kelompok besar maupun kelompok kecil atau bahkan individual.

2. Merumuskan masalah

Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya

difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan maslah sangat penting,

sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan an kesamaan persepsi tentang

masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang haru dikumpulkan untuk

menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam hal ini adalah siswa

dapat menentukan proiritas masalah.Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk

mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan

masalah yang jelas, spesifik, dan dapt dipecahkan.

3. Merumuskan hipotesis

Sebagai proses berpikir ilmiah, yang merupakan perpaduan berpikir dedukatif dan

induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh

ditinggalkan. Kemampuan siswa yang diharapkan dari siswa pada tahap ini adalah siswa

dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis

sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan agar dapat menentukan berbagai

kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan

selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

4. Mengumpulkan data

Page 12: Strategi belajar mengajar

Sebagai proses berpikir empiris, keberadan data dalam proses berpikir ilmiah

meruakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai

dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan kenyataan yang ada. Proses berpikir

ilmiah bukan proses berimajinasi tetapi proses yang didasarkan pengalaman. Oleh karena

itu, dalam tahap ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan

yang diharapkan pada tahap ini aalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan

memilah data, kemudian memetakan dan menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga

mudah dipahami.

5. Menguji hipotesis

Berdasakan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis yang mana

yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam

tahap ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat

hubungannya dengan maslah yang dikaji. Di samping itu, siswa diharapkan dapat

mengambil keputusan dan kesimpulan.

6. Menentukan piliihan penyelesaian.

Menentukan pilihan penyelesaian merupakan proses akhir dari proses SPBM.

Kemampuan yyang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan memilih alternatif

penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan

kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilih nya, termasuk

memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

E. Keungulan dan Kelemahan serta Manfaat SPBM

1. Keunggulan

Sebagai sesuatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di

anatara.

a. Pemecahan masalah (Problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus

untuk lebih memahami isi pelajaran.

Page 13: Strategi belajar mengajar

b. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan bagi siswa.

c. Pemecahan masalah (Problem solving) Dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa.

d. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nyata.

e. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa untuk dapat

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan malah itu juga

dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun

proses belajarnya.

f. Pemecahan masalah (Problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa

setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang

harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari buku atau dari

buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah (Problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan

disukai siswa.

h. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengaplikasi pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

i. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk

secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.

j. Realistis dengan kehidupan siswa.

k. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.

l. Memupuk sifat inquiri siswa.

m. Retensi konsep jadi kuat.

Page 14: Strategi belajar mengajar

2. Manfaat

Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa

mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.

Dengan pembelajaran berbasis masalah ini siswa berusaha berpikir kritis dan mampu

mengembangkan kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.

Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk

tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir

terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.

3. Kelemahan

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa

masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan

untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui (problem solving) membutuhkan cukup

waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

d. Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks.

e. Sulitnya mencari problem yang relevan.

f. Sering terjadi miss-konsepsi.

Kekurangan-kekurangan dalam model pembelajaran berbasis masalah ini bukan

berarti SPBM merupakan model pembelajaran yang kurang efektif untuk deterapkan

dalam proses pembelajaran, akan tetapi kekurangan-kekurangan dalam penerapan model

pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan di atas, menuntut guru sebagai

pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha mencari solusi untuk

mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. 

Page 15: Strategi belajar mengajar

Simpulan

Dalam penerapan strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), guru meberikan

kesempatan kepada siswa untuk menetukan topik masalah,walaupun sebenarnya guru

sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa

mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.

Pada hakikatnya SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari

masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan

kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan pada siswa

untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk

memecahkkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah

kemamuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan

alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka

menumbuhkan sikap ilmiah.

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), banyak memberikan manfaat,

serta keunggulan yang yang dapat diambil siswa maupun guru. Namun selain memilki

banyak manfaat serta keunggulan strategi pembelajaran model ini juga tak luput dari

kekurangan. akan tetapi kekurangan-kekurangan dalam penerapan model pembelajaran

ini, menuntut guru sebagai pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha

mencari solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. 

Page 16: Strategi belajar mengajar

Daftar pustaka

Sanjaya, wina (2010). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.

Jakarta: Kencana.

http://podcas.unm.ac.id/component/pembelajaran.html.

Page 17: Strategi belajar mengajar

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Oleh:

Oleh:

Leny Marlina

Miftahul Ilmi

Putri Qadariah

Sintia Minandar

Wulan Gustiany

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Bahasa dan Seni

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Universitas Riau

2012