strategi belajar mengajar - made wena

71
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajar sering kita jumpai beberapa hal yang menghambat dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran di sekolah, mulai dari pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan sarana prasarana pembelajaran. Hal ini, tentunya akan menghambat dalam setiap kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran apabila tidak segera diatasi. Yang perlu ditekankan untuk mengatasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran adalah strategi yang perlu diterapkan atau digunakan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang merupakan suatu tinjauan konseptual operasional untuk mengatasi hambatan kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Upload: hariyatunnisa-ahmad

Post on 08-Jul-2015

856 views

Category:

Education


12 download

DESCRIPTION

Rangkuman dari buku strategi belajar mengajar - made wena

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan belajar mengajar sering kita jumpai beberapa hal yang

menghambat dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran di sekolah,

mulai dari pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan sarana prasarana

pembelajaran. Hal ini, tentunya akan menghambat dalam setiap kegiatan belajar

mengajar atau proses pembelajaran apabila tidak segera diatasi.

Yang perlu ditekankan untuk mengatasi permasalahan dalam kegiatan

belajar mengajar atau proses pembelajaran adalah strategi yang perlu diterapkan

atau digunakan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Oleh

karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi pembelajaran

inovatif kontemporer yang merupakan suatu tinjauan konseptual operasional

untuk mengatasi hambatan kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Page 2: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi dalam pembelajaran?

2. Bagaimana strategi pengorganisasian dan pengelolaan dalam

pembelajaran?

3. Bagaimana strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah?

4. Bagaimana strategi pembelajaran dalam ranah motorik?

5. Bagaimana strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis

proyek, dan pembelajaran kuantum?

6. Bagaimana strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative,

pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif?

7. Bagaimana strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran

berbasis elektronik (E-Learning)?

8. Bagaimana dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa

pembelajaran?

C. Tujuan

1. Memahami dan menganalisis strategi dalam pembelajaran.

2. Memahami dan menganalisis strategi pengorganisasian dan pengelolaan

dalam pembelajaran.

3. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam pemecahan

masalah.

4. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam ranah motorik.

5. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran kretif produktif,

pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kuantum.

6. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran siklus, pembelajaran

generative, pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif.

7. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran berbasis komputer dan

pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning).

8. Memahami dan menganalisis dimensi belajar, pembelajaran berbasis

modul dan peristiwa pembelajaran.

Page 3: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

3

BAB II

PEMBAHASAN

Page 4: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

4

BAB I

A. PENDAHULUAN

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru

diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran.

Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989). Dengan

demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua

sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Disebut suatu cara, strategi

pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk

suatu pengetahuan tersendiri. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran

kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara

formal tentang ilmu strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat

diperlukan karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat

mencapai hasil yang optimal. Strategi pembelaran berguna bagi guru sebagai

pedoman dan acuan bertindak sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Dan

bagi siswa berguna untuk mempermudah proses belajar.

B. Taksonomi Variabel Pembelajaran

Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) strategi pembelajaran

dibagi menjadi tiga yaitu:

Page 5: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

5

1. Kondisi pembelajaran

Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) variable kondisi

pembelajaran dikelompokkan menjadi menjadi tiga yaitu:

Kondisi (Condition) Pembelajaran

VARIABEL

PEMBELAJARAN Strategi (Methods)

Pembelajaran

Hasil (Outcomes)

Pembelajaran

Tujuan dan karakteristik

bidang studi

Kendala dan karakteristik bidang

studi

KONDISI

PEMBELAJARAN

Karateristik siswa

Page 6: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

6

a. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan tentang hasil pembelajaran

yang diharapkan.

b. Karakteristik bidang studi merupakan aspek yang memberikan landasan

yang berguna dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran.

c. Karakteristik siswa, terkait dengan kualitas individu siswa.

2. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk

mencapai hasil pembelajaran yang berbeda (Reigeluth, 1983h; Degeng,

1989). Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang

studi.

b. Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran

pada siswa.

c. Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan

variable strategi pembelajaran lainnya.

3. Hasil pembelajaran

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai

indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah

kondisi yang berbeda (Degeng, 1989). Variable hasil pembelajaran dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

Strategi pengorganisasian

(organization strategy)

STRATEGI

PEMBELAJARAN

NN

Strategi penyampaian

(Delivery Strategy)

Strategi Pengelolaan

(Management Strategi)

Strategi penyampaian (Delivery

Strategy)

Strategi Pengelolaan

(Management Strategi)

Page 7: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

7

a. Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan

terdapat empat indikator untuk mempreskripsikannya, yaitu (1)

kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, (2) kecepatan unjuk

kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi.

b. Efisiensi pembelajaran, diukur dengan perbandingan antara

keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa.

c. Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati kecenderungan

siswa untuk tetap belajar.

Secara singkat taksonomi variable pembelajaran dapat digambarkan

sebagai berikut;

Keefektifan

(Effectiveness)

HASIL

PEMBELAJARAN

Daya Tarik

(Appeal)

Efisiensi

(Effeciency)

Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pembelajaran

Strategi

Pengorganisasia

n

Strategi

Penyampaian

Strategi

Pengelolaan

Kendala dak

karakteristik

bidang studi

Karakteristik

siswa

Tujuan dan

karakteristik

bidang studi

Page 8: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

8

Strategi pengorganisasian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi

oleh tujuan pembelajaran dan karakteristik bidang studi. Strategi

penyampaian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh kendala dan

karakteristik bidang studi. Strategi pengelolaan pembelajaran lebih banyak

dipengaruhi oleh karakteristik siswa.

C. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran

Strategi pengorganisasian adalah cara untuk membuat urutan

(sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan

prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran. Sequencing terkait dengan

cara pembuatan urutan penyajian isi suatu bidang studi, synthesizing

terkait dengan cara untuk menunjukkan kepada siswa hubungan antara

fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran.

Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dipilah menjadi dua yaitu

strategi pengorganisasian makro (menata keseluryhan isi bidang studi),

dan strategi pengorganisasian mikro (menata urutan sajian untuk suatu ide

tunggal).

D. Strategi Penyampaian Pembelajaran

Strategi penyampaian pembelajaran menekankan pada media yang

dipakai untuk menyampaikan pembelajaran. Strategi penyampaian

(delivery strategy) adalah cara-cara yang dipakai untuk penyampaikan

pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima atau merespon

masukan-masukan dari siswa.

Menurut Degeng (1989) secara lengkap ada tiga komponen yang

perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu:

Page 9: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

9

a. Media pembelajaran, adalah komponen strategi penyampaian yang

dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa (orang, alat

atau bahan).

b. Interaksi siswa dengan media, adalah komponen strategi penyampaian

pembelajaran yang mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa

dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar.

c. Bentuk (struktur) belajar mengajar, adalah komponen strategi

penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah siswa belajar

dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan ataukah belajar

mandiri.

E. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Pada dasarnya strategi pengelolaan pembelajaran terkait dengan

usaha penataan interaksi antar siswa dengan komponen strategi

pembelajaran yang terkait.

Menurut Degeng (1998) paling tidak ada empat hal yang menjadi

strategi pengelolaan, yaitu:

1. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran,

2. Membuat catatan kemajuan belajar siswa,

3. Pengelolaan motivasional,

Media

pembelajaran

Kegiatan belajar

Bentuk belajar

mengajar

Page 10: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

10

4. Control belajar.

F. Penerapan Strategi Pembelajaran

Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran, sangat

tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang

ada, meliputi:

1. Tujuan pembelajaran

Menurut taksonomi Bloom: secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi

atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif, (2)

tujuan pembelajaran ranah efektif, dan (3) tujuan pembelajaran ranah

psikomotorik.

Adanya perbedaann tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada

adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus diterapkan.

2. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat

pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya

belajar, kepribadian, dan sebagainya.

3. Kendala SumberatauMedia belajar

Control belajar

Pengelolaan

motivasional

Membuat catatan

kemajuan belajar siswa

Penjadwalan

penggunaan strategi

pembelajaran

STRATEGI

PENGELOLAAN

PEMBELAJARAN

Page 11: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

11

Media pembelajaran adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima

pesan (Sadiman, 1990). Ketersediaan sumber belajar sangat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Tanpa adanya sumber belajar yang

memadai sangat sullit bagi seorang guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model

pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990)

seprti bagan berikut:

4. Karakteristikatau Struktur Bidang Studi

Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara

bagian-bagian bidang studi.

G. Faktor Penunjang Bidang Studi

Secara umum ada beberapa variabel penunjang, baik teknis maupun

nonteknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran.

Beberapa variabel tersebut antara lain:

Perumusan

Butir-Butir

Materi

TesatauUji

Coba

Naskah Siap

Produksi

Penulisan

Naskah Media

Perumusan

Tujuan

Identifikasi

Kebutuhan

Revisi

Perumusan Alat

Pengukur

Keberhasilan

Page 12: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

12

1. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran,

2. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran,

3. Kemampuan guru melakukan penilaian,

4. Kemampuan guru menutu pembelajaran, dan

5. Faktor penunjang lainnya.

Page 13: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

13

BAB II

STRATEGI PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN

PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru

terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan

diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah

dipahami siswa. Salah satu cara untuk menata dan mengorganisasikan isi

pembelajaran adalah dengan menggunakan teori elaborasi.

B. Teori Elaborasi

Strategi atau teori elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi

pembelajaran tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara

pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci.

Pegurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci dilakukan dengan:

a. Langkah pertama dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi

bidang studi yang dipelajari),

b. Langkah selanjutnya mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam

epitome secara lebih rinci.

1. Komponen Teori Elaborasi

Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi yang diintergrasikan

dalam teori elaborasi, (Reigeluth, 1983 & Degeng, 1989) yaitu sebagai

berikut:

a. Urutan elaboratif, adalah urutan isi pembelajaran dai yang bersifat

sederhana ke kompleks atau dari yang bersifat umum ke rinci.

b. Urutan prasyarat belajar, adalah struktur yang menunjukan konsep,

prosedur, atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep,

perosedur, atau prinsip lain bias dipelajari.

Page 14: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

14

c. Rangkuman, adalah tujuan kembali (review) terhadap apa yang telah

dipelajari.

d. Sintesis, berfungsi untuk menunjukan kaitan-kaitan di antara konsep,

prosedur, atau prinsip yang diajarkan.

e. Analogi, dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman terhadap

pengetahuan yang baru dengan cara membandingkannya dengan

pengetahuan yang sudah dikenal oleh siswa (Reigeluth, 1983).

f. Pengaktif strategi kognitif, strategi kognitif adalah keterampilan yang

diperlukan siswa untuk mengatur proses internalnya ketika belajar,

mengingat, dan berpikir.

g. Kontrol belajar, terkait dengan kebebasan siswa dalam melakukan

pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari, kecepatan belajar,

komponen strategi pembelajaran yang ingin digunakan, dan strategi

kognitif yang ingin digunakan (Merrill, 1979).

2. Model Elaborasi

Menurut Degeng (1989) ada tujuh prinsip yang menjadi model teori

elaborasi yaitu:

a. Penyajian kerangka isi,

b. Elaborasi secara bertahap,

c. Bagian terpenting disajikan pertama kali,

d. Cakupan optimasi elaborasi,

e. Penyajian pensintesis secara bertahap,

f. Penyajian jenis pensintesis, dan

g. Tahapan pemberian rangkuman.

3. Langkah-Langkah Pengorganisasian Teori Elaborasi

Menurut Degeng (1989), langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran

dengan menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut.

a. Penyajian kerangka isi,

b. Elaborasi tahap pertama,

c. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal,

d. Elaborasi tahap kedua,

Page 15: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

15

e. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal,

f. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan

diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang

kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan

tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran.

g. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk

mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.

4. Hasil Penelitian

Penelitian tentang efektivitas dan efisiensi teori elaborasi, telah banyak

dilakukan dalam berbagai jenjang pendidikan dan berbagai tipe bidang

sstudi. Secara umum hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan

teori elaborasi dalam pembelajarn dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.

C. Strategi Pengelolaan Motivasional

Menurut Martin dan Briggs (1986), motivasi adalah kondisi internal dan

eksternal yang mempengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu

kegiatan atau tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendefinisikan motivasi

sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku.

Ditinjau dari tipe motivasi, para ahli membagi motivasi menjadi dua jenis,

yaitu:

a. Motivasi instrinsik, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor

pendorong dari dalam diri individu.

b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh

rangsangan dari luar.

1. Komponen Strategi Pengelolaan Motivasional

Pada dasrnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis,

yaitu: a. strategi pengorganisasian, b. strategi penyampaian, c. strategi

pengelolaan (Degeng, 1989).

Reigeluth dan Merrill (1979) mengklasifikasikan strategi pengelolaan

motivasional menjadi tiga, yaitu:

Page 16: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

16

a. Penjadwalan strategi pembelajaran,

b. Pembuatan catatan kemajuan belajar,

c. Pengelolaan motivasional.

Keller (1983;1987) mengajukan empat jenis strategi pengelolaan

motivasional, yaitu:

a. Strategi pengelolaan motivasional untuk membangkitkan dan

mempertahankan perhatian.

b. Strategi pengelolaan motivasional untuk menciptakan relevansi

terhadap isi pembelajaran.

c. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan keyakinan diri

pada siswa.

d. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan rasa puas pada

siswa terhadap pembelajaran.

2. Menarik dan Mempertahankan Perhatian Siswa Selama Pembelajaran

Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan

mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran, yaitu:

a. Membangkitkan daya perspsi siswa,

b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dan

c. Menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi.

3. Mengaitkan Pembelajaran dengan Kebutuhan Siswa

Pada dasrnya ada tiga jenis strategi guna meningkatkan relevansi isi

pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu:

a. Keakraban atau kebiasaan,

b. Berorientasi pada tujuan, dan

c. Motif yang sesuai.

4. Menumbuhkan Rasa Yakin Diri Siswa

Pada dasarnya ada tiga jenis strategi untuk menumbuhkan keyakinan pada

diri siswa, yaitu:

a. Prasyarat belajar,

b. Kesempatan sukses, dan

c. Kontrol pribadi (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988).

Page 17: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

17

5. Membangkitkan Rasa Puas pada Pelajaran

Pada dasarnya ada tiga jenis strategi pengelolaan motivasional untuk

membangkitkan kepuasan dalam pembelajaran, yaitu:

a. Konsekuensi alami,

b. Konsekuensi positif, dan

c. Kewajaran (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988).

6. Hasil Penelitian

Penelitian Wena (1997) tentang Strategi Pengelolaan Motivasional ARCS

dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA di Malang

menyimpulkan bahwa:

a. Strategi pengelolaan motivasional ARCS lebih unggul dibandingkan

dengan strategi pengelolaan motivasional konvensional,

b. Strategi pengelolaan motivasional dapat meningkatka motivasi belajar

siswa SMA secara signifikan.

Page 18: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

18

BAB III

STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH

A. Pendahuluan

Pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami

dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi juga memberi

pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi.” Berpijak pada

permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat

penting untuk diajarkan.

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan

masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan

pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang

studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Suharsono, 1991).

Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan terdiri dari berbagai kan

macam permasalahan, maka terdapat juga berbagai macam strategi pemecahan

masalah, antara lain strategi pemecahan masalah yang dikembang Solso,

pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan masalah sistematis,

inkuiri biologi, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial latihan inkuiri, strategi

pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah.

B. Taksonomi Pemecahan Masalah

Wankat dan Oreovocz (1995) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi

pemecahan masalah, yaitu:

1. Rutin: tindakan rutin atau bersifat alogaritmik yang dilakukan tanpa

membuat suatu keputusan.

2. Diagnostik: pemilihan sautu prosedur atau cara yang tepat secara rutin.

3. Strategi: pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu

masalah.

Page 19: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

19

4. Interpretasi: kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya.

5. Generalisasi: pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk

memecahkan masalah-masalah yang baru.

C. Model Peta Pemecahan Masalah

Dalam melakukan pemecahan masalah, sebaiknya siswa diajak untuk

melihat proses pemecahan masalah yang kompleks. Wankat dan Oreovocz (1995)

menggambarkan peta interaksi dan kompleksitas pemecahan masalah. Pemetaan

masalah yang dihadapi sangat perlu karena proses pemecahan masalah melibatkan

berbagai aktivitas kognitif.

D. Strategi Pemecahan Masalah Solso

Solso (dalam Wankat dan Oreovocz, 1995) mengemukakan enam tahap

dalam pemecahan masalah.

1. Identifikasi permasalahan (indentification the problem).

2. Representasi permasalahan (representation of the problem).

3. Perencanaan pemecahan (planning the solution).

4. Menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan (execute the plan).

5. Menilai perencanaan (evaluate the plan)

6. Menilai hasil pemecahan (evaluate the solution).

E. Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz

Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi

operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut.

1. Saya mampu atau bisa (I can): tahap menumbuhkan motivasi dan

keyakinan siswa.

2. Mendefinisikan (Define): Membuat daftar hal yang diketahui dan tidak

diketahui.

Page 20: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

20

3. Mengeksplorasi (Eksplore): merangsang siswa untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis

permasalahan.

4. Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk

menganalisis masalah.

5. Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk

memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang

dihadapi.

6. Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek

kembali jawaban yang dibuat.

7. Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan

pertanyaan.

F. Strategi Pemecahan Masalah Sistematis (Sistematic Approach To

Problem Solving)

Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas

empat tahap sebagai berikut (Kramers, dkk, 1988).

1. Memahami masalahnya.

2. Membuat rencana penyelesaian.

3. Melaksanakan recana penyelesaian.

4. Memeriksa kembali, mengecek hasilnya.

G. Strategi Pembelajaran Inkuiri Biologi

Pembelajaran model Inkuiri Biologi terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai

berikut.

1. Investigasi (area of investigation is posed to student).

2. Penentuan masalah (student structure the problem).

3. Identifikasi masalah (student indentify the problem in the investigation).

Page 21: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

21

4. Penyimpulan atau penyelesaian masalah (student speculate on way to

clear up the difficulty).

H. Strategi Pembelajaran Jurisprudensial (Jurisprudensial Inkuiri

Model)

Tahap pembelajaran inkuiri jurisprudensial, yaitu:

1. Orientasi kasus atau permasalahan (orientation to the case).

2. Identifikasi Isu (identifying the issue).

3. Penetapan posisi atau pendapat (taking position).

4. Menyelidiki cara berpendirian, pola argumentasi (exploring the stance (s),

patterns of argumentation).

5. Memperbaiki dan mengkualifikasi posisi (refining and qualifiying the

positions).

6. Melakukan pengujian asumsi-asumsi terkait posisi atau pendapatnya

(testing factual assumtions behind qualified positions).

I. Strategi Latihan Inkuiri (Inquiry Traning)

Menurut Joice and Weil (1986) strategi pembelajaran pelatihan inkuiri

secara umum terbagi atas lima tahap, yaitu:

1. Penyajian masalah (confrontation with problem).

2. Pengumpulan data-verifikasi (data gathering-verification).

3. Pengumpulan data-eksperimentasi (data gathering-eksperimentation).

4. Organisasi data dan formulasi kesimpulan (organizing, formulating, and

explanation).

5. Analisis proses inkuiri (analysis of the inquiry process).

Page 22: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

22

J. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial (Social Science Inquiry)

Strategi pembelajaran inkuiri sosial terdiri atas enam tahap pembelajaran,

yaitu:

1. Orientasi (orientation).

2. Hipotesis (hypothesis).

3. Definisi (definition).

4. Eksplorasi (exploration).

5. Pembuktian (evidencing).

6. Generalisasi (generalization).

Page 23: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

23

K. Strategi Pemecahan Masalah Ideal

Strategi pemecahan masalah ideal terdiri atas lima tahap:

1. Identifikasi masalah (identify the problem).

2. Mendefinisikan masalah (define the problem).

3. Mencari solusi (explore solution).

4. Melaksanakan strategi (act on the strategy).

5. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh (look back evaluate the

effect).

L. Strategi Belajar Berbasis Masalah

Menurut Fogarty (1997), tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah

adalah sebagai berikut:

1. Menemukan masalah.

2. Mendefinisikan masalah.

3. Mengumpulkan fakta.

4. Menyusun hipotesis (dugaan sementara).

5. Melakukan penyelidikan.

6. Menyempurnakan masalah yang telah didefinisikan.

7. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif.

8. Melakukan pengujian hasil (solusi pemecahan masalah).

Page 24: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

24

BAB IV

STRATEGI PEMBELAJARAN RANAH MOTORIK

A. Pendahuluan

Melalui kegiatan pembelajaran praktik, siswa akan dapat menguasai

keterampilan kerja secara optimal. Nolker & Schoenfeldt (1983: 28)

mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam pembelajaran dan pelatihan

praktik kejuruan adalah penguasaan keterampilan praktis, serta pengetahuan

dan perilaku yang bertalian langsung dengan keterampilan tersebut. Agar

siswa mampu menguasai keterampilan kerja yang diharapkan, pengajar harus

menerapkan metode atau strategi mengajar praktik yang sesuai dengan

pembelajaran dan pelatihan praktik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan program. Dalam program pendidikan sistem ganda

di sekolah kejuruan, pada dasarnya pembelajaran praktik kejuruan meliputi

tiga tahap berikut:

a. Tahap pertama, pembelajaran praktis dasar kejuruan yang umumnya

dilaksanakan di sekolah.

b. Tahap kedua, praktik keterampilan kejuruan dengan strategi proyek,

yang umumnya dilaksanakan di sekolah juga.

c. Tahap ketiga, pembelajaran praktik keterampilan kejuruan dengan

strategi praktik industri yang harus dilakukan di industri atau dunia

kerja.

B. Strategi Pembelajaran Pelatihan Industri (Training Within Industry)

Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) salah satu strategi pembelajaran

untuk mengajarkan keterampilan keterampilan dasar kejuruan adalah strategi

pembelajaran pelatihan industri yang terdiri dari lima tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan,

2. Tahap peragaan,

Page 25: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

25

3. Tahap peniruan,

4. Tahap praktik,

5. Tahap evaluasi.

1. Tahap Pembelajaran

a. Persiapan

Secara pokok guru dalam tahap ini adalah merencanakan, menata

dan memformulasikan kondisi- kondisi pembelajaran dan pelatihan

sehingga ada kaitan secara sistematis dengan strategi yang akan

diterapkan.

b. Peragaan

Dalam tahap ini menekankan pada strategi penyampaian. Strategi

penyampaian yang harus disesuaikan dengan media pembelajaran

dan pelatihan praktik yang tersedia. Akan lebih baik jika siswa

terlebih dahulu diperagakan pekerjaan yang harus dipelajari melalui

media audio visual. Langkah selanjutnya adalah guru memperagakan

secara nyata pekerjaan yang harus dipelajari dan menjelaskan cara

kerja yang baik.

c. Peniruan

Dalam tahap peniruan siswa melakukan kegiatan kerja menirukan

aktivitas kerja yang telah diperagakan oleh guru. Guru harus

memperhatikan tahap kerja yang dilakukan siswa dan memonitor

proses kerja siswa.

d. Praktik

Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar praktik secara

optimal, disamping dipegaruhi kondisi pembelajaran dan pelatihan

praktik juga sangat dipengaruhi oleh penerapan metode atau strategi

pembelajaran dan pelatihan praktik yang sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari pembelajaran. Dengan adanya

evaluasi siswa akan mengetahui kemampuannya sehingga siswa

Page 26: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

26

Persiapan

Peragaan

Peniruan

Praktik

Evaluasi

Strategi Pembelajaran

Pelatihan Industri

dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan

pelatihannya. Bagi seorang guru dari hasil evaluasi yang dilakukan

dapat diketahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

2. Penerapan di Kelas

3. Hasil Penelitian

Penelitian Ambibi dan Wena (2003) tentang penerapan metode

pembelajaran pelatihan industri menyimpulkan bahwa: 1) penerapan

strategi pembelajaran pelatihan industri pada matadiklat Praktik Kerja

Kayu di SMK secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar

siswa, dan 2) penerapan srategi pembelajaran pelatihan industri pada

matadiklat Praktik Kerja Kayu di SMK secara signifikan dapat

meningkatkan efisiensi pembelajaran.

C. Pembelajaran Praktik Kejuruan Berbasis Proyek

Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek

yang sangat khas, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi agar strategi

pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara lain:

a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang

kompleks;

Page 27: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

27

b. Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk

mengadakan penentuan mengenai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta

penerapan proyek;

c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus;

d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek;

e. Diadakan pertalian antara teori dan praktik;

f. Diperlukan keterampilan mengenai lebih dari satu bidang guna

menyelesaikan problem yang ditimbulkan;

g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok-kelompok;

h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah.

1. Tahap Pembelajaran

Terdiri atas tiga tahap utama, yaitu:

a. Tahap perencanaan

Langkah-langkah perencanaan dirancang sebagai berikut

1) Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek

2) Menganalisis karakteristik siswa

3) Merumuskan strategi pembelajaran

4) Membuat lembar kerja

5) Merancang kebutuhan sumber belajar

6) Merancang alat evaluasi

b. Tahap pelaksanaan

Agar proses pelaksanaan berjalan dengan baik, kegiatan yang harus

dilakukan:

1) Mempersiapkan sumber belajar yan di perlukan

2) Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja

3) Mengelompokkan siswa sesuai dengan tugas masing-masing

4) Mengerjakan proyek

c. Tahap evaluasi

Guru harus melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh

tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai. Evaluasi harus dilakukan

Page 28: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

28

sesuai dengan prosedur evaluasi yang benar, sehingga perbaikan

pembelajaran dapat dilakukan secara tepat.

2. Hasil Penelitian

Penelitian Mujiono (2003) dengan judul Pengembangan Pembelajaran

Metode Proyek dalam Matakuliah Praktik Kerja Batu dan Beton Guna

Meningkatkan Keterampilan Kerja Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik

Bangunan (PTB) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM)

menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode proyek dalam matakuliah

praktik kerja batu dan beton dapat meningkatkan evektifitas pelaksanaan

pembelajaran praktik kerja batu dan beton mahasiswa semester IV pada

program studi S1 PTB FT UM, dan 2) meningkatkan kemampuan dosen

dalam penerapan metode pengajar.

D. Stretegi Pembelajaran Model Pelatihan (Training Model)

Taksonomi Bloom (1974) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga

ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1. Tahap Pembelajaran

Secara umum model pembelajaran pelatihan terdiri atas 6 tahap, yaitu:

a. Penyampaian tujuan

Mager dan Beach (1967: 29) dalam bukunya Developing Vocational

Instruction mengatakan bahwa tujuan pembelajaran menggambarkan

penampilan atau unjuk kerja yang diharapkan pada akhir suatu

program pembelajaran.

Derajat Keberhasilan

Menurut Degeng (1989) ada 5 kriteria yang dapat digunakan untuk

memenuhi derajat keberhasilan, yaitu:

1) Kecermatan

2) Waktu (kecepatan)

3) Kesesuaian dengan prosedur

Page 29: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

29

4) Kuantitas

5) Kualitas hasil akhir

Pentingnya Tujuan Pembelajaran

1) Siswa dapat mengatur waktu, energi, dan pemusatan perhatian

2) Guru dapat lebih baik mengatur kegiatan pembelajaran yang

digunakan dan respons yang lebih baik terhadap kegiatan belajar

3) Pengelola dapat menyediakan sumber belajar

4) Pada dunia industri, memberikan motivasi guna

mengomunikasikan harapan perusahaan

5) Lebih mudah dalam melakukan evaluasi hasil pembelajaran

6) Sebagai alat validasi derajat keberhasilan untuk kerja siswa

b. Penjelasan materi pendukung

Strategi ceramah adalah suatu alat yang digunakan untuk menjelaskan

materi praktik secara lisan. Agar lebih bermakna dan menarik

perhatian siswa beberapa materi disajikan melalui media audio visual.

Dengan adanya media audio visual siswa akan dapat menggunakan

indera pandang dan dengar sehingga akan lebih cepat menguasai

keterampilan kerja yang diajarkan.

c. Pendemonstrasian untuk kerja

Menunjukkan cara kerja yang benar yaitu dengan peragaan. Agar hasil

pembelajaran praktik optimal, peragaan harus dilakukan dengan

urutan:

1) Menarik pehatian siswa

2) Memberitahukan tujuan pembelajaran praktik

3) Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan lembar kerja

Page 30: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

30

4) Merangsang ingatan pada prasyarat

5) Menyajikan bahan perangsang

6) Melakukan peragaan

d. Latihan (praktik simulasi)

Latihan memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan dan

mempraktikkan keterampilan yang dimilikinya. Kegiatan praktik

harus mendapat penekanan yang lebih besar daripada tahap-tahap

pembelajaran yang lainnya. Kegiatan praktik akan memberikan

kesempatan bagi siswa untuk belajar menggunakan peralatan,

mengembangkan kemampuan dasar teknik, dan menumbuhkan sikap

terhadap perkembangan pekerjaan di masa depan.

e. Latihan pengalihan (training transfer)

Latihan pengalihan adalah penggunaan hal-hal yang telah dipelajari

untuk menghadapi atau memecahkan hal-hal baru. Latihan pengalihan

mempunyai fungsi yang penting dalam pendidikan. Latihan

pengalihan dilaksanakan agar apa yang dipelajari di sekolah dapat

digunakan untuk berbagai keperluan di luar sekolah

f. Kunjungan industri

Menurut (Nolker & Schoenfeldt, 1983) ada tiga bentuk perjumpaan

antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, yaitu:

1) Darmawisata

Perjumpaan pertama dengan dunia kerja, waktunya sangat

terbatas,kadang hanya beberapa jam saja

2) Widyawisata

Membawa peserta didik ke dunia industri untuk melakukan tugas-

tugas terbatas, waktunya lebih lama, sehari, dua atau tiga hari.

3) Praktikum pada dunia industri

Kegiatan yang berupa praktik langsung pada dunia kerja yang

nyata. Waktunya beragam, dua hingga tiga bulan atau satu hingga

dua semester.

Page 31: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

31

Strategi Pembelajaran Pelatihan

Penyampaian Tujuan Pembelajaran

Penyampaian Materi Pembelajaran

Mendemonstrasikan Unjuk Kerja

Latihan Praktik / Simulasi

Latihan Pengalihan

Melakukan Kunjungan Industri

2. Penerapan di Kelas

3. Hasil Penelitian

Penelitian Djoko Trijanto dan Warno (2006) dengan judul Meningkatkan

Hasil Belajar Mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang

dalam Matakuliah Praktik Beton melalui Penerapan Model

Pembelajaran, menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode

pembelajaran pelatihan (training model) dalam pembelajaran Praktik

Beton, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Hal ini terlihat dari

kecermatan unjuk kerja, kecepatan unjuk kerja, dan kualitas hasil kerja

mahasiswa, 2) penggunaan metode pembelajaran pelatihan lebih unggul

dibandingkan metode praktik konvensional dalam peningkatan

keterampilan motorik mahasiswa.

E. STRATEGI PEMBELAJARAN PELATIHAN LABORATORIUM

(LABORATORY TRAINING)

1. Prinsip Pembelajaran Pelatihan Laboratorium

Menurut Joice and Weil (1986) ada dua prinsip utama, yaitu

a. Kerja Kelompok

Page 32: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

32

Melalui kelompok-kelompok belajar, siswa diharapkan dapat

saling bertukar pikiran antar anggota kelompok. Dalam hal ini

siswa diharapkan dapat belajar dari temannya dan juga dapat

mengajari temannya.

b. Menekankan Pengembangan 4 Area Kepribadian

1) Intrapersonal

2) Interpersonal

3) Dinamisasi kelompok

4) Pengarahan diri (self direction)

2. Tahap Pembelajaran

Menurut Joice and Weil (1986) ada empat prosedur, yaitu:

a. Pengelompokkan

Pembentukkan kelompok merupakan langkah awal dari metode

pembelajaran ini, disarankan setiap kelompok terdiri atas 2 sampai

4 orang siswa. Melalui kelompok siswa dapat saling belajar dan

mengajar, dapat saling memberi dan menerima.

b. Penyajian materi atau teori

Merupakan tahap kedua yang meliputi kegiatan:

1) Penyampaian tujuan pembelajaran

2) Penyampaian materi

3) Diskusi dan tanya jawab, disertai balikan oleh pengajar.

c. Latihan atau praktik

Merupakan tahap ketiga dimana dalam tahap ini siswa mulai

melakukan praktik kerja sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah direncanakan

d. Latihan pada masalah nyata

Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kerja sesungguhnya

terhadap masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata, yang sesuai

dengan materi yang dibahas. Dengan demikian siswa dapat praktik

langsung membuat benda kerja yang sesungguhnya.

Page 33: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

33

Strategi Pembelajaran Pelatihan Laboratorium

Pembentukkan Kelompok

Penyajian Materi

Latihan / Praktik

Latihan pada Masalah Nyata

3. Penerapan di Kelas

4. Hasil Penelitian

Penelitian Pribadi dan Wahyo Hendarto (2004) dengan judul

Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Program D3 Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (UM) dalam Matakuliah

Laboratorium Uji Bahan melalui Penerapan Pembelajaran

Laboratory Training menyimpulkan:

a. Penerapan Laboratory Training dapat meningkatkan efektivitas

pembelajaran.

b. Dibanding dengan pembelajaran ceramah bengkel, pembelajaran

pelatihan laboratorium lebih unggul dalam peningkatan hasil

belajar dan motivasi belajar mahasiswa.

Page 34: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

34

BAB V

STRATEGI PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF,

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, DAN PEMBELAJARAN

KUANTUM

A. Pendahuluan

Pada bab ini akan dibahas tiga jenis strategi pembelajan, yaitu strategi

kreatif-produktif, strategi berbasis proyek, dan strategi pembelajaran kuantum.

Ketiga strategi pembelajaran iini penting bagi guru untuk menciptakan

pembelajaran yang efektif dan efisien.

B. Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif

Kreatifitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian

esensial dalam pemecahan masalah. Menurut Wankat dan Oreovoc(1995)

meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan:

a. Mendorong siswa untuk kreatif(tell student to be creative).

b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif(teach student some

creativity methods).

c. Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa(accept the result of creative

exercises).

Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif antara lain:

a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.

b. Siswa didorong untuk menemukanataumengonstruksikan sendiri konsep

yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara

seperti observasi, diskusi, atau percobaan.

c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas

bersama.

d. Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras,

berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.

Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, strategi pembelajaran

kreatif-produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan

Page 35: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

35

berbagai kegiatan sehingga merasa tertantang menyelesaikan tugas-tugasnya

secara kreatif. Terdapat 5 tahap strategi pembelajaran kreatif-produktif, yaitu:

(a)Orientasi; (b)Eksplorasi; (c)Interpretasi; (d)Re-kreasi; dan (e)Evaluasi.

C. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)

1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Buck Institute for Education(1999) be;lajar berbasis proyek

memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.

b. Terdapat pemecahan masalah yang pemecahannya tidak ditentukan

sebelmunya..

c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.

d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi

yang dikumpulkan.

e. Melakukan evaluasi secara kontinu.

f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.

g. Hasil akhir berupa produk dn dievaluasi kualitasnya.

h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan

perubahan.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Thomas(2000), pembelajaran berbasis proyek mempunyai

beberapa prinsip, yaitu:

a. Prinsip sentralistis(centrality). Model ini merupakan pusat strategi

pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu

pengetahuan melalui kerja proyek.

b. Prinsip pertanyaan pendorongataupenuntun(driving question) berartii

bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang

dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip

utama suatu bidang tertentu.

c. Prinsip investigasi konstruktif(constructive investigation) merupakan

proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung

Page 36: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

36

kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi

memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah,

pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model.

d. Prinsip otonomi(autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat

diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakanproses

pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja

dengan minimal supervise, dan bertanggung jawab.

e. Prinsip realistis(relism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang

nyata, bukan seperti di sekolah(Suhartadi, 2001).

3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Increased motivation (meningkatkan motivasi belajar siswa).

b. Increased problem-solving ability (meningkatkan kemampuan siswa

memecahkan masalah).

c. Improved library research skills (meningkatkan ketrampilan siswa

mencari dan mendapatkan informasi).

d. Increased resource-management skills (meningkatkan kemampuan

kecermatan mengorganisasi proyek).

D. Strategi Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)

Pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar,

yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk segala mata

pelajaran.

1. Asas Utama Pembelajaran Kuantum

Pembelajaran kuantun bersandar pada suatu konsep, yaitu “bawalah dunia

siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”. Hal ini

berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM adalah

memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan

pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluangatauizin pada guru untuk

memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam PBM

sehingga siswa akan semakin mudah untuk diberi pemahaman tentang isi

pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Page 37: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

37

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kuantum

Menurut De Porter, Reardon & Nourie (2001) model pembelajaran

ini memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya berbicara, (2) segalanya

bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha,

(5) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.

3. Model Pembelajaran Kuantum

Model pembelajaran kuantun dibagi atas dua kategori, yaitu konteks

dan isi (De Porter, Reardon & Nourie, 2001). Konteks meliputi (1)

lingkungan, (2) suasana, (3) landasan, dan (4) rancangan. Sedangkan isi

mencakup masalah penyajian dan fasilitas(yang mempermudah proses

belajar).

Page 38: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

38

BAB VI

STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS, PEMBELAJARAN

GENERATIVE, BELAJAR TUNTAS, DAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

A. Strategi Pembelajaran Siklus

Model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) pertama kali

diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study

(SCIS). siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan

pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1. eksplorasi (Exploration)

2. pengenalan konsep (concept introduction)

3. penerapan konsep (concept application)

ketiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap, yang terdiri atas:

1. Pembangkitan minat (engagement)

Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus

belajar. Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan

keingintahuan (curiosity) siswa tentang topic yang akan diajarkan.

2. Eksplorasi (exploration)

Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Dalam tahap ini

dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa kemudian diberi

kesempatan untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil tersebut tanpa

pembelajaran langsung dari guru. Tujuannya adalah mengecek

pengetahuan siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin

sebagian salah, dan sebagian benar

3. Penjelasan (explanation)

Page 39: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

39

Guru mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat,

atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan

siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru.

4. Elaborasi (elaborationatauextention)

Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan ketrampilan yang telah

dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda

5. Evaluasi (evaluation)

Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan

konsep baru.

B. Strategi Pembelajaran Generatif

Pembelajaran generative (generative learning) pertama dikenalkan oleh

Osborne dan cosgrove pada tahun 1985. pembelajaran ini melalui beberapa tahap,

yaitu:

1. Tahap pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi

Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan

eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh

dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada

tingkat kelas sebelumnya.

2. Tahap pemfokusan

Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau

dalm model pembelajaraan lain.

3. Tahap tantangan atau tahap pengenalan konsep

Siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat,

menghargai adanya perbedaan pendapat antar teman. Guru berperan

sebagai moderator dan fasilitator terarah.

4. Tahap penerapan konsep

Pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan

konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan

dengan hal praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Page 40: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

40

Menurut Sutarman dan Swasono (2003), secara garis beras ada tiga langkah

yang dikerjakan guru dalam pembelajaran, yaitu:

1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang

dipelajari

2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi

kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya, dan

3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat

mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan dan kritikan dari

temannya. Dalam hal ini guru perlu menciptakan suasana kelas yang

menyenangkan bagi semua siswa.

Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Model pembelajaran tuntas dikembangkan oleh John B. Caroll (1971) dan

Benjamin Bloom (1971). Belajar tuntas menyajikan suatu cara yang menarik dan

ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok

bahasan yang lebih memuaskan. Model pembelajaran ini terdiri dari 5 tahap,

yaitu:

1. Orientasi (orientation)

Pada tahap orientasi dilakukan suatu penetapan kerangka isi pembelajaran

Selama tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang

akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa.

2. Penyajian (presentation)

Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru

disertai dengan contoh-contoh.

3. Latihan terstruktur (structured practice)

Guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah, berupa

langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian suatu

masalah atau tugas.

4. Latihan terbimbing (guided practice)

Page 41: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

41

Pada tahap ini guru member siswa kesempatan untuk latihan

menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan

5. Latihan mandiri (independent practice).

Latihan mandiri merupakan tahap inti dari strategi ini. Latihan mandiri

dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90%

dalam tahap latihan terbimbing.

C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran

kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar

sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa

pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa

yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena

banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya

terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan

terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

(Priyanto,2007)

Beberapa pengertian pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar siswa

bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran

kooperatif adalah sistem pembelajaran yang member kesempatan kepada siswa

untuk bekerja sama dengan sesama siswa yang lain dalm tugas-tugas yang

terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan

interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai

latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha

Page 42: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

42

memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar di samping guru

dan sumber belajar yang lainnya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem

pembelajaran yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.

Elemen-elemen merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif,

yaitu sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran Kooperatif setiap anggota kelompok sadar bahwa

mereka perlu bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Suasana saling

ketergaantungan dapat diciptakan melaluinberbagai strategi yaitu:

a) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan

b) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas

c) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar

d) Saling ketergantungan peran

e) Saling ketergantungan hadiah

2. Interaksi tatap muka

Menuntut siswa dalam kelompok untuk saling bertatap muka, sehingga

mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga

dengan sesame siswa (Nurhadi & Senduk, 2003)

3. Akuntabilitas individual

Akuntabilitas individual adalah unsure pembelajaran kooperatif yang

menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa terhadap kelompoknya.

4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi

Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar

dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota

kelompok.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

Page 43: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

43

Beberapa model pembelajaran kooperatif, antara lain: model STAD

(Student Team Achievement Division), model Jigsaw, dan model GI (Group

Investigation).

1) STAD (Student Team Achievement Division)

a) Kelompok dibagi dalam beberapa kelompok.

b) tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen,

baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya

c) Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran

yang harus dikerjakan

d) Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan

mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.

e) Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan

sebagai fasilitator dan motivator

f) tiap minggu, atau dua minggu guru melakukan evaluasi, baik

secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan

belajar siswa.

g) Bagi siswa atau kelompok siswa yang memperoleh hasil belajar

yang sempurna diberi penghargaan.

2) Model Jigsaw

Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif model jigsaw yaitu:

a) Pembentukan kelompok asal

b) Pembelajaran pada kelompok asal

c) Pembentukan kelompok ahli

d) Diskusi kelompok Asal (induk)

e) Diskusi kelas

f) Pemberian kuis

g) Pemberian penghargaan kelompok

3) Model GI (Group Investigation)

a) Identifikasi topik

b) Perencanaan tugas belajar

Page 44: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

44

c) Pelaksanaan kegiatan penelitian

d) Persiapan laporan akhir

e) Presentasi penelitian

f) Evaluasi

Page 45: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

45

BAB VII

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DAN

PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK (E-LEARNING)

A. Pembelajaran Berbasis Komputer

Menurut Hick dan Hyde, pembelajaran berbasis komputer adalah a

teaching process directly involving a computer in the presentation of instructional

matenals in an interactive mode to provideand control the individualized tearning

environment for each individual student. Dalam definisi tersebut, dengan

pembelajaran berbasisi komputer siswa akan berinteraksi dan berhadapan secara

kangsung dengan komputer secara individual sehingga apa yang dialami oleh

seorang siswa akan berbeda dengan apa yang dialami oleh siswa lain.

1. Model Pembelajaran Berbasis Komputer

Menurut Simon (dalam Wankat & Oreovocz, 1995) terdapat tiga model

penyampaian materi pembelajaran berbasis komputer, uaitu sebagai berikut:

a. Latihan dan Praktik

Model pembelajaran ini hampir sama dengan pekerjaan rumah yang

diberikan kepada siswa, kemudian guru memberikan umpan balik. Namun

dalam pembelajaran berbasis komputer, balikan akan diberikan segera

kepada masing-masing siswa sehingga siswa tahu dimana letak

kesalahannya.

b. Tutorial

Model pembelajaran berbasis komputer ini menyediakan rancangan

pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pembelajaran, latihan yang

disertai umpan balik.

c. Simulasi

Model pembelajaran berbsis komputer ini menyajikan pembelajaran

denagn sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang dibahas.

2. Peranan Media dalam Pembelajaran

Page 46: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

46

Secara umum beberapa isi pembelajaran memuat prinsip-prinsip yang

cukup rumit dan abstrak. Untuk bisa memahami dengan cepat, mudah, dan

benar, konsepatauprinsip dalam suatu pembelajaran yang sifatnya abstrak,

rumit, dan kompleks memerlukan multimedia yang sesuai dengan isi

pembelajaran tersebut.

Gambar-gambar multimedia melalui komputer akan berusaha

secermat dan sentyata mungkin melukiskan konsepatauprinsip suatu

pembelajaran yang sifatnya abstrak dan kompleksmenjadi sesuatu yang nyata,

sederhana, sistenmatis dan sejelas mungkin. Dengan demikian penggunaan

pembelajaran melalui komputer dalam pembelajaran akan membuat kegiatan

pembelajaran berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna sehingga hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan.

3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Komputer

Keuntungan yang akan diperoleh dengan pembelajaran berbasis

komputer, yaitu sebagai berikut;

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara

individual.

b. Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi.

c. Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam.

d. Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.

e. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik.

f. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadapa materi yang

disajikan.

g. Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, materi yang disajikan

mudah dipahami oleh siswa.

h. Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret, retensi siwa

meningkat.

i. Memberi umpan balik secara langsung.

j. Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran.

k. Siswa dapat melakukan evaluasi diri.

Page 47: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

47

Sedangakan Wankat & Oreovocz, (1993) menjelaskan bahwa

keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adal;ah memberi

kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih

lanjut. Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memilki beberapa

keuntungan antara lain sebagai berikut:

a. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan

iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.

b. Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya

animasi grafis, warna, dan musik.

c. Kendali berda pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan

dengan tingkat kemampuan.

Disamping itu, pembelajaran komputer juga memilki beberapa

kelemahan, antara lain sebagai berikut:

a. Hanya efektif jika digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil.

b. Jika tampailan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau

hanya merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran

melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar

siswa.

c. guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat

merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama

dengan ahli progamer grafis, juru kamera, dan teknisi komputer.

4. Cara Pengembangan

Berikut ini adalah salah satu contoh untuk mengembangkan

pembelajaran berbasis komputer, dengan menggunakan pengembangan

pembelajaran Model Banathy yang di gambarkan sebagai berikut;

Page 48: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

48

Gambar 7.1 Pengembangan pembelajaran model Banathy

(Suparman, 1991)

5. Langkah Pengembangan

a. Pengembangan Bahan Ajar

Sesuai dengan model pengembangan yang dijadikan pijakan dasar

dalam proses pengembangan, prosedur pengembangan dilakukan dengan

urutan langkah-langkah sebagai berikut:

1) menetapkan rumusan tujuan pembelajaran,

2) mengembangkan tes untuk mengukur ketercapaian tujuan,

3) menganalisis kegiatan belajar,

4) mendesain sistem pembelajran,

1. Merumuskan

Tujuan

3. Analisis kegiatan

belajar

4. Mendesain

Sistem

Pembelajaran

5. Melaksanakan

kegiatan dan

evaluasi

6. Mengadakan

Perbaikan

2. Pengembangan tes

Page 49: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

49

5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan evaluasi, dan

6) mengadakan perbaikan.

b. Pengembangan Media Komputer

Setelah rancangan pembelajaran dihasilkan, langkah selanjutnua

adalah mengembangkan pembelajaran tersebut ke dalam program

komputer sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Proses pengembangan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut;

1) Perancangan bahan ajar ke dalam program komputer.

2) Pembuatan media untuk pembelajaran meliputi pengambilan gambar

dan pembuatan animasi.

3) Penggabungan gambaratauanimasi ke dalam bahan ajar komputer.

4) Tim yang terlibat: untuk produksi melibatkan programer komputer

grafis, juru kamera, teknisi dan objek lingkungan yang terkait dengan

pembelajaran.

6. Penerapan di Kelas

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran

dapat dijabarkan sebagai berikut.

No. Peran Guru Peran Siswa

1.

2.

3

4.

.

Merancang dan mengembangkan

isi pembelajaran dalam bentuk

komputer.

Memberi bimbingan individual

pada setiap siswa yang

membutuhkan.

Fasilitator bagi kegiatan belajar

siswa.

Selalu melakukan update terhadap

bahan ajar.

Belajar secara mandiri.

Mendiskusikan topikataumasalah

yang dirasa belum jelas dengan guru.

Menilai kemajuan belajar (self

evaluation).

7. Indikator Penilaian

Page 50: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

50

Secara umum indikator-indikator penilaian yang digunakan untuk

melihat apakah produk pembelajaran berbasis komputer telah memenuhi

syarat pembelajaran atau belum, antara lain sebagai berikut;

a. Tingkat kedalaman materi.

b. Urutan penyajian atau pengorganisasian isi pembelajran.

c. Kejelasan penggunaan bahasa.

d. Kejelasan tabel atau gambar atau grafik atau animasi.

e. Tampilan secara keseluruhan.

8. Pentingnya Pembelajaran Berbasis Komputer

a. Bagi Guru

Pembelajaran berbasis komputer sangat penting bagi guru karena:

1) guru akan lebih banyak berperan sebagai fasilitator bagi siswa,

2) memberi alternatif variasi metode pembelajaran,

3) menolong mengembangkan media pembelajaran,

4) memberi pedoman bagi pegembangan lebih lanjut, dan

5) meminimalkan ytingkat kesalahpahaman konsep atau teori yang sering

dialami siswa sehingga efektivitas dan efisiensi pembelajaran dapat

dicapai secara optimal.

b. Bagi Siswa

Bagi siswa sangat bermanfaat karena:

1) siswa akan lebih mudah dan cpat memahami materi pembelajaran yang

bersifat abstrak,

2) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa selama proses

pembelajaran,

3) meningkatkan hasil pembelajaran siswa,

4) kendali belajar berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat

disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, dan

5) dapat mengakomodasi siswa yang lambat karena dapat menciptakan

iklim yang efektif dengan cara ynag lebih individual.

c. Bagi Sekolah

Page 51: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

51

Dengan adanya model pembelajaran berbasis komputer yang

dikembangkan melalui kegiatan ini, maka di sekolah:

1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan bidang

teknik sipil sehingga setiap guru dapat menggunakan dengan mudah dan

efektivitas dan efisiensi pembelajaran secara keseluruhan akan

meningkat,

2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok

bahasan, dan

3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan

kondisi dan karakteristik pembelajaran.

9. Hasil Penelitian

Menurut beberapa hasil penelitian, ternyata pembelajaran berbasis

komputer menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional (Dede & Swigger, 1998; Wilkinson, 1984). Hasil

penelitian Morrinson, Ross dan O’Dell (1991) menemukan bahwa metode

pembelajaran berbasis komputer lebih efektif dibannding kan metode

pembelajaran tradisional. Dengan metode pembelajaran berbasis komputer,

siswa akan lebih mudah melakukan kontrol belajar, memilih urutan

pembelajaran, memudahkan mengerjakan tugas-tugas, dan melakukan

evaluasi secara mandiri. Pembelajaran berbasis komputer ini memliki

keuntungan dibandingkan metode lainnya karena mampu mengembangkan

interaksi dan memeberi balikan secara segera pada siswa (Wankat &

Oreonovicz, 1993: 158). Selain itu pembelajaran berbasis komputer memiliki

tingkat motivasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional (Smith, 1991).

B. Pembelajaran Berbasis Elektronik

Pada dasarnya e-learning telah mulai diterapkan sejak tahun 1970-an

(Waller & Wilson, 2001). Secara umum terdapat beberapa hal penting sebagai

persyaratan pelaksanaan e-learning, yaitu sebagai berikut:

Page 52: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

52

a. Kegiatan proses pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan.

b. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu ssiswa apabila

mengalami kesulitan belajar.

c. Adanya lembaga penyelenggara atau pengelola e-learning.

d. Adanya sikap positif dari siswa dan tenaga pendidik terhadap teknologi

komputer dan internet.

e. Tersedianya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari atau

diketahui oleh setiap siswa.

f. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa dan mekanisme

umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.

Pada pihak lain disebutkan bahwa pembelajaran e-learning merupakan

kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet sebagai metode

penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta dukungan oleh berbagai bentuk

layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasy 2001).

1. Fungsi Pembelajaran Elektronik

Menurut Siahaan (2002) setidaknya ada tiga fungsi pembelajaran

elektronik terhadap kegiatan pembelajaran dalam kelas, yaitu sebagai berikut:

a. Sebagai suplemen pembelajaran yang sifatnya pilihan atau oposional.

E-learning berfungsi sebagai suplemen pembelajaran apabila

peserta didik mempunyai kebebasan memeilih, apakan siswa akan

memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau menggunakan

pembelajaran model konvensional. Jadi tidak ada kewajiban atau keharusan

bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik.

b. Sebagai pelengkap (komplemen) pembelajaran.

E-learning berfungsi sebagai pelengkap pembelajaran apabila

materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi

pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas konvensional (Lewis,

2002).

c. Sebagai pengganti (substitusi) pembelajaran.

Page 53: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

53

E-learning berfungsi sebagai pengganti pembelajaran jika

pembelajaran elektronik sepenuhnya digunakan dalam proses

pembelajaran. Dalam kondisi ini, siswa hanya belajar lewat pembelajaran

elektronik saja, tanpa menggunaka model pembelajaran lainnya.

2. Manfaat Pembelajaran Elektronik

a. Bagi Siswa

Dengan kegiatan pembelajaran melalui e-learning dimungkinkan

berkembangnya fleksibilitas belajar setiap siswa yang optimal, dimana

siswa dapat mengakses bahan-bahan belajar secara optimal. Disamping itu

siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat.

b. Bagi Guru

Menurut Sukartawi (2003), dengan adanya kegiatan pemelajaran e-

learning ada beberapa manfaat yang diperoleh guru yaitu:

1) Lebih mudah melakukan pemutakhiranbahan-bahan ajar yang menjadi

tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangankeilmuan

yang terjadi.

2) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan

wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak.

3) Mengontrol kebiasaan belajar peserta didik.

4) Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan so0al-soal latihan

setelah mempelajari topik tertentu.

5) Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya

kepada peserta didik.

Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A.W. Bates,

1995 dan K. Wulf, 1996 terdiri atas 4 hal:

1) Meningkatkan kadar pembelajaran antara siswa dengan guru.

2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan

saja.

3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas.

Page 54: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

54

4) Mempermudah penyempurnaan dan penyampaian materi

pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Dengan adanya model pembelajran e-learning berbasis web, maka

di sekolah;

1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan

bidangnya,

2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok

bahasan,

3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan

kondisi dan karakteristik pembelajaran, dan

4) mendorong menumbuhkan sikap kerja sama antar guru dengan guru

dan guru dengan siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran.

3. Kelemahan Pembelajaran Elektronik

Menurut Wildavsky, 9 2001 0 kelemahan utama pembelajaran e-

learning adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi kontak secara langsung antara seasma siswa maupun antar siswa

dengan narasumber sangat minim.

b. Peluang siswa untuk bersosialisasi denagn siswa lain sangat terbatas.

Guna mengatasi kelemahan tersebut, dapat dipecahkan denagn

membentuk lingkungan pembelajaran elektronik yang dapat menciptakan dan

mengembangkan “ rasa bermasyarakat “ di kalangan siswa sekalipun mereka

terpisahkan secara geografis.

Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-learning

tidak dapat sepenuhnya menggantikan pembelajaran konvensional di kelas

(Lewis, 2002). E-learning dapat menjadi patner atau saling melengkapi dengan

pembelajaran konvensional di kelas.

4. Pembelajaran Berbasis Web (Web Based Learning)

Page 55: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

55

WBL atau sering disebut on-line adalah suatu sistem atau proses untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh melalui aplikasi web dan

jaringan internet (Simamora, 2003).

Beberapa kelebihan dari pemanfaatan internet untuk WBL antara lain

sebagai berikut:

a. Kelas tidak membutuhkan bentuk fisik, semuanya dapat dibangun dalam

aplikasi internet.

b. Melalui internet lembaga pendidikan akan dapat lebih fokus pada program

penyelenggaraan pendidikan atau latihan.

c. Program WBL dapat dilaksanakan dan di update secara cepat.

d. Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time maupun non real time.

e. Dapat mengakomodasi keseluruhan proses belajar, mulai dari registrasi,

penyampaian materi, diskusi, evaluasi, dan juga transaksi.

f. Dapat diakses dari lokasi mana saja dan bersifat global.

g. Materi dapat dirancang secara multimedia dan dinamis.

h. Siswa dapat terhubung ke berbagai perpustakaan maya di seluruh dunia

dan menjadikannya sebagai media penelitian dalam menuingkatkan

pemahaman dan bahan ajar.

i. Guru dapat secara cepat menambah referensi bahan ajar yang bersifat studi

kasus, tren industri dan proyeksi teknologi ke depan melalui berbagai

sumber untuk menambah wawasan peserta terhadap bahan ajar

(Simamora, 2003).

5. Pengembangan WBL

Simamora (2003) mendeskripsikan komponen-komponen WBL, baik

dalam interaksi langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut:

a. Interaksi secara tidak langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan

menggunakan:

1) Elektronik mail (e-mail), merupakan layanan yang paling banyak

digunakan dalam web.

2) Newsgroup, merupakan media komunikasi antar siswa untuk diskusi

dan berkolaborasi dalam suatu kelompok tertentu.

Page 56: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

56

3) Bulletin board file exchange, merupakan media komunikasi untuk

mempertukar dokumen, mengirim dokumen yang ditugaskan oleh guru

dan kolaborasi dokumen antarsiswa.

b. Interaksi secara langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan

menggunakan:

1) Chat, merupakan media komunikasi langsung antarsiswa dalam bentuk

teks.

2) Aplicatin Sharing, meggunakan aplikasi khusus yang memungkinkan

suatu grup berkolaborasi secara langsung pada suatu dokumen kerja

dengan melakukan editing secara jarak jauh.

3) Audio atau video conference, menggunakan aplikasi perangkat lunak

khusus yang memungkinkan terjadinya komunikasi audioatau video

conference.

Menurut Simamora (2003) bagian teknologi e-learning adalah sebagai

berikut.

Gambar 7.2 Kedudukan Web Learning (Simamora, 2003)

Dari Gambar 7.2 dapat dipetakan kedudukan WBL dalam sekumpulan

jenis pembelajaran jarak jauh.

Computer Based

Learning Online

Learning E-Learning Distance

Learning

Page 57: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

57

a. Distance learning, merupakan seluruh bentuk pembelajran jarak jauh

(PJJ), baik yang berbasis korespondensi maupun yang berbasis teknologi

informasi.

b. E-learning merupakan PJJ yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan

informasi.

c. Online learning, memanfaatkan teknologi intranet, internet yang dikenal

dengan world wide web (www).

d. Computer base learning, memanfaatkan komputer sebagai terminal akses

ke proses belajar.

6. Model Pengembangan

Salah satu contoh model pengembangan pembelajaran e-learning adalah

sebagai berikut.

Menentukan mata

pelajran yang akan

dikembangkan

Mengidentifikasi

silabus mata pelajaran

Mengembangkan

Web Based Learning

Uji coba produk

pembelajaran WBL

Menyusun petunjuk

penggunaan program

Memproduksi

WBL

Page 58: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

58

Prosedur pengembangan

a. Menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan

b. Mengembangkan WBL

c. Memproduksi WBL

d. Menyusun petunjuk penggunaan program

e. Menyediakan jaringan

f. Proses instalasi produk pembelajaran

7. Hasil Penelitian

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan e-learning

sebagai pelengkap pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kreativitas

dan hasil belajar siswa. Penelitian Hajji (2006) menyimpulkan bahwa:

a. Terjadinya aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

yang di tandai dengan sebuah hit yang mengakses situs belajar.

b. Terjadi peningkatan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran yang ditandai dengan jumlah balikan yang diperoleh dalam

webmail situs belajar.

c. Menurunnya tingkat kejenuhan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

d. Terjadinya peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap materi

perkuliahan yang dapat dilihat dari kualitas balikan terhadap tes dan

pertanyaan yang ada dalam situs belajar.

Page 59: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

59

BAB VIII

DIMENSI BELAJAR PEMBELAJARAN, BERBASIS MODUL DAN

PERISTIWA PEMBELAJARAN

A. Dimensi Belajar

Dimensi belajar adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari beberapa

langkah pembelajaran, yang diyakini mampu mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Konsep dimensi belajar ini

dikembangkan oleh Marzano (1998) dan Marzano (1994), yang meliputi lima

dimensi belajar, yaitu sikap dan presepsi yang positif,pemerolehan dan

pengintergrasian pengetahuan, perluasan dan penghalusan pengetahuan,

penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir positif.

1. Konsep Dimensi Belajar

a. Sikap dan Presepsi yang Positif

Ada dua kategori sikap dan presepsi yang mempengaruhi belajar, yaitu

(1) sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan (2) sikap dan

persepsi tentang tugas-tugas kelas. Cara guru membantu siswa

menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap iklim belajar

dengan menekankan aspek-aspek internal dan eksternal siswa. Aspek-

aspek internal meliputi (1) penerimaan guru dan teman sekelas (kontak

mata, pengetahuan, dan lain-lain), dan (2) kenyamanan fisik dalam

kelas. Cara membantunmenumbuhkan sikap dan sikap persepsi yang

positif terhadap tugas-tugas kelas dilakukan dengan pemahaman akan

nilai-nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber (Waras, 2001).

b. Pemerolehan dan Pengintergrasian Pengetahuan

Menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi antara apa yang

sudah diketahui dengan apa yang ingin dipelajari, setelah itu

mengintergrasikan informasi tersebut menjadi langkah-langkah

sederhana yang mudah dipahami. Cara guru membantu siswa untuk

Page 60: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

60

dapat menerima pengetahuan (deklaratif dan prosedural) dilakukan

dengan persiapan pembelajaran yang menggunakan perencanaan

dengan mempertimbangkan sejumlah pertanyaan dasar untuk tiap jenis

pengetahuan. Belajar pengetahuan deklaratif melibatkan tiga fase yakni

kontruksi makna , pengorganisasian pengetahuan, dan penyimpanan

pengetahuan (Waras, 2001).

c. Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan

Kegiatan memperluas dan memperhalus pengetahuan dilakukan dengan

(1) comparising (identifikasi dan artikulasi hal-halataubenda-benda

yang mirip dan berbeda), (2) classifying (pengklasifikasian kasus-kasus

ke dalam suatu kategori berdasarkan atribut dasarnya), (3) inducing

(pendugaan prinsip-prinsip atau generalisasi yang belum diketahui dari

observasi atau analisis), (4) deducting (pendugaan kondisi yang belum

tertanyakan dari prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu), (5) analizing

error (identifikasi dan artikulasi kesalahan di dalam pikiran sendiri atau

orang lain), (6) contructing support (pengkontruksian sistem dukungan

kebenaran atau bukti-bukti suatu pernyataan yang tegas), (7)

abstracting (identifikasi dan artikulasi tema penting atau pola umum

suatu informasi), dan (8) analyzing perspective (identifikasi dan

artikulasi perspektif personal tentang berbagai macam isu).

Kegiatan belajar bisaberupa proses-proses membandingkan, klasifikasi,

menginduksi, mendeduksi, menganalisis kesalahan dan sebagainya

(Waras, 2001).

d. Penggunaan Pengetahuan Secara Bermakna

Penggunaan pengetahuan secara bermakna dilakukan dengan cara (1)

decision making (strategi pengambilan keputusan), (2) investigation

(melakukan penyelidikan), (3) experiment inquiry (proses memperoleh

jawaban atas suatu pertanyaan), (4) problem solving (proses pemecahan

masalah), dan (5) invetion (proses penciptaanataupenemuan).

e. Kebiasaan Berpikir Produktif

Page 61: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

61

Dimensi ini berkaitan dengan penumbuhan kebiasaan mental untuk

dapat berpikir secara produktif yang ditandai dengan (1) self regulated

thinking and learning (menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar

yang teratur secara mandiri), (2) critical thinking and learning

(menumbuhkan sikap kritis dalam berpikir dan belajar), (3) creative

thinking and learning (menumbuhkan sikap kreatif dalam berpikir dan

belajar.

2. Penerapan Dimensi Belajar

Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model dimensi belajar

memiliki asumsi dasar bahwa pembelajaran yang komprehensif sekurang-

kurangnya mengakomodasikan dua tipe pembelajaran, yakni pembelajaran

yang lebih teacher directed maupun yang bertipe student directed (Waras,

2001).

Cara guru membantu siswa untuk dapat menerima pengetahuan

(deklaratif dan prosedural) dilakukan dengan persiapan pembelajaran yang

menggunakan perencanaan dengan mempertimbangkan sejumlah

pertanyaan dasar untuk tiap jenis pengetahuan. Belajar mengetahui

deklaratif melibatkan tiga fase, yakni konstruksi makna, pengorganisasian

pengetahuan, dan penyimpanan pengetahuan (Waras, 2001).

3. Hasil Penelitian

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, model dimensi belajar memiliki

beberapa keunggulan, yaitu (1) model dimensi belajar lebih menekankan

pada aktivitas mental dan fisik anak dalam belajar, (2) upaya alternatif

membangun hubungan dinamis dan sistematis antara bagaimana guru

mengajar dan bagaimana siswa belajar, (3) penerapan model dimensi belajar

telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar bidang sains (Waras, 2001),

(4) dimensi belajar lebih akomodatif dalam meningkatkan kadar CBSA

untuk situasi dan kondisi sekolah di Indonesia, dan (5) memandu

pembelajaran berlangsung secara sistematis dan dinamis tanpa menambah

beban guru untuk mempelajari teori-teori belajar tingkat tinggi secara

langsung (Marzano, 1994; Waras, 2001).

Page 62: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

62

B. Pembeljaran Berbasis Modul

Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan

adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas

pembelajaran dapat dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran.

Variabel pembelajaran yang terkait langsung dengan kualitas

pembelajaran adalah tersedianya buku teks yang berkualitas. Menurut

Russel (1974) sistem pembelajaran modul akan menjadikan pembelajaran

lebih efisien, efektif, dan relevan. Dibandingkan dengan pembelajaran

konvesional yang cenderung klasikal dan dilaksanakan dengan tatap muka,

pembelajaran modul ternyata memiliki keunggulan atau kelebihan (Sudjoko,

1989). Disamping itu, pembelajaran modul dalam beberapa hal kurang

efektif jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran tradisional (Good &

Brophy, 1991).

1. Unsur-Unsur Modul Pembelajaran

Unsur-unsur sebuah modul pembelajaran yaitu:

a. Modul merupakan seperangkat pengalaman belajra yang berdiri sendiri,

b. Modul dimaksudkan untuk mempermudah siswa mencapai seperangkat

tujuan yang telah ditetapkan,

c. Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain

secara hierarkis.

Menurut Russel (1974) karakteristik modul mencakup:

a. Self contain,

b. Bersandar pada berbedaan individu,

c. Adanya asosiasi,

d. Pemakaian bermacam-macam media,

e. Partisipasi aktif siswa,

Page 63: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

63

f. Pengetahuan langsung, dan

g. Pengawasan strategi evaluasi.

Komponen-komponen modul terdiri dari:

a. Rasional

b. Tujuan

c. Tes masukan

d. Kegiatan belajar

e. Tes diri (self test)

f. Tes akhir (post test)

Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Kebudayaan

(dikemukakan oleh Suryobroto, 1983), peneertian modul adalah satu unit

program belajar mengajar terkecil, yang secara rinci menggariskan:

a. Tujuan intruksional yang akan dicapai,

b. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar,

c. Pokok-pokok yang akan dipelajari,

d. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas,

e. Peran guru dalam proses belajar mengajar,

f. Alat dan sumber belajar yang dipergunakan,

g. Kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secara

berurutan,

h. Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa,

i. Program evaluasi yang akan dilaksanakan.

Vembiarto (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ciri-ciri modul, yaitu:

a. Modul merupaken paket pembelajaran yang bersifat self-intruction;

b. Pengakuan adanya individual belajar;

c. Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit;

d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan;

e. Penggunaan berbagai macam media;

f. Partisipasi aktif dari siswa;

g. Adanya reinforcement langsung terhadap rrespon siswa;

Page 64: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

64

h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajar.

2. Struktur Modul Pembelajaran

Dikcson dan Leonard (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ada 12 unsur

dalam modul yaitu:

a. Topik statement, yaitu sebuah kalimat yang menyertakan pokok masalah

yang akan diajarkan;

b. Rational, yaitu pernyataan singkat yang mengungkapkan rasional dan

kegunaan materi tersebut untuk siswa;

c. Concept statement and prerequsite, yaitu pernyataan yang

mendefinisikan ruang lingkup dan sekuen dari konsep-konsep dalam

hubungannya dengan konsep lain dalam bidang pokok;

d. Concept, yaitu abstraksi atau ide pokok dari materi pelajaran yang

tertuang di dalam modul;

e. Pehavioral objectives, yaitu pernyataan tentang kemampuan apa yang

harus dikuasai siswa;

f. Pretest, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa

sebelum mengikuti pelajaran;

g. Suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru tentang metode

apa yang diterapkan dalam membantu siswa;

h. Suggest student activities, yaitu aktivitas yang harus dilakukan siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran;

i. Multimedia resources, yaitu menunjukan sumber dan berbagai pilihan

materi yang dapat digunakan ketika mengerjakan modul;

j. Post test and evaluation, yaitu guru menerapkan kondisi dan kriteria

penilaian terhadap penampilan siswa;

k. Remidiations plans, yaitu untuk membantu siswa yang lemah dalam

mencapai kriteria tertentu;

l. General reassessment potential, yaitu mengacu pada kebutuhan penilaian

terus menerus dari unsur-unsur modul.

Selanjutnya Soedijarto (1977) mengemukakan bahwa komponen-

komponen modul yang digunakan sebagai program pembelajaran mandiri

Page 65: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

65

adalah sebagai berikut (1) pedoman guru, (2) lembar kegiatan siswa, (3)

lembar kerja, (4) kunci lembaran kerja, (5) lembaran tes, dan (6) kunci

lembaran tes.

3. Panduan Mengajar

Didalamnya memuat penjelasan tentang: (a) kegiatan yang harus

dilaksanakan guru dikelas; (b) waktu yang disediakan untuk menyelesaikan

modul yang bersangkutan, (c) alat-alat yang harus digunakan, (d) petunjuk-

petunjuk evaluasi, (e) komponen kunci lembaran tes dan lembaran tugas,

dan (f) buku sumber.

4. Lembaran Kegiatan Siswa

Lembaran kegiatan siswa memuat tentang; (a) rasional, (b) waktu, (c) tujuan

belajar secara umum, (d) petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari

modul, (e) buku sumber atau sumber belajar lanjutan, (f) dekripsi kegiatan

siswa, (g) penggalan modul, (h) tujuan belajar secara khusus, (i) waktu yang

diperlukan untuk belajar setiap penggalan, (j) uraian dan contoh, (k)

ringkasan isi, (l) lembar soal, (m) lembar tugas.

5. Hasil Penelitian

Penelitian Wena, dkk (2000) dengan judul Pengembangan Modul

Pembelajaran Dengan Metode Elaborasi Pada Matapelajaran Kontruklsi

Bangunan Dan Menggambar I Pada Jurusan Pendidikan Teknik

Bangunan,menyimpulkan bahwa (1) pembelajaran modul dapat

meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan, dan (2) pembelajaran

modul dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-

tugas pembelajaran.

C. Peristiwa Pembelajaran

Peristiwa pembelajaran ini dibagi menjadi sembilan tahapan, yang

diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-

proses internal dalam belajar. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran berbeda

tergantung pada kapabilitas apa yang diharapkan akan menjadi hasil

Page 66: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

66

pembelajaran. "Learning intellectual skills requires a different design of

intructional evens from those required for learninp verbal information or for

those required for learning motor skills, and so on".(Gagne, 1985)

Tahapan pembelajaran yang dikembangkan gagne (1985) meliputi:

1. Menarik perhatian,

2. Memberitahukan tujuan pembelajaran,

3. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar,

4. Menyajikan bahan perangsang,

5. Member bimbingan belajar,

6. Menampilkan unjuk kerja,

7. Member balikan,

8. Menilai unjuk kerja,

9. Meningkatkan retensi dan alih belajar.

a. Tahap pembelajaran

1) Menarik perhatian

Keller dan Kopp (1987) secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk

membangkitkan dan mempertahankan siswa, yaitu (1)membangkitkan

daya persepsi siswa, dengan menyajikan sesuatu yg membingungkan

dan kontradiktif, (2)menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dengan jalan

(a)merangsang aktif merespons, menggunakan interaksi pertanyaan-

respons-umpan balik, (b)menciptakan masalah, yaitu memberi

kesempatan siswa memecahkan masalah (c)menciptakan materi, yaitu

menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang

membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan,

(3)menggunakan elemen pembelajaran variatif, dengan cara meringkas

pembelajaran, menciptakan respons saling mempengaruhi dan

mengintergrasikan media fungsional.

2) Menginformasikan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pebelajaran merupakan uraian rinci tentang suatu (isi

pembelajaran) yang akan mampu dikerjakan siswa selesai mengikuti

Page 67: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

67

satu satuan pembelajaran. Ditinjau dari segi siswa, tujuan

pembelajaran diartikan sebagai deskripsi tentang perilaku yang

diharapkan dapat dimiliki setelah mengikuti pembelajaran (Davis,

1976). Menuruj Dick and Carey (1985) perumusan tujuan

pembelajaran berguna dalam (1) menspesifikasi perilaku yang akan

diajarkan, (2) menentukan siasat bagi pembelajaran,dan (3)

menetapkan kriteria unjuk kerja siswa sesuai pembelajaran.

3) Merangsang Ingatan pada Prasyarat Belajar

Dalam proses pembelajaran prasyarat belajar ini harus dimunculkan

kembali dalam memori siswa. Karena merangsang ingatan pada

prasyarat belajar dapat memudahkan belajar kapabilitas baru (Gagne,

1985). Hal ini dapat dilakukan dengan kalimat sederhana, yaitu hanya

mengingatkan pada hal-hal yang sudah dipelajari.

4) Menyajikan Bahan Perangsang

Menurut Degeng (1989) apabila yang dipelajari adalah informasi

verbal, bahan perangsang dapat berupa bahan-bahan tercetak, seperti

fotocopi dari sub bab buku teks atau secara lisan dengan rekaman.

Apabila yang dipelajari suatu keterampilan intelektual, maka objek-

objek atau simbol-simbol yang termasuk dalam konsep, atau kaidah

atau masalah yang ingin dipecahkan, perlu disajikan. Untuk

keterampilan motorik bahan perancang yang biasanya perlu disajikan

adalah situasi ketika keterampilan itu ditampilkan.

5) Bimbingan Belajar

Memberikan bimbingan belajar berguna untuk membantu siswa guna

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Gagne, 1985).

Untuk memudahkan siswa memahami masalah konsep, prosedur,

maupun prinsip perlu diberi bimbingan belajar oleh guru.

6) Menampilkan Unjuk Kerja

Unjuk kerja berguna untuk meyakinkan siswa bahwa ia telah

menguasai kapabilitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi suatu

Page 68: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

68

pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Melalui jawaban siswa akan dapat

diketahui tingkat kemampuan siswa untuk menampilkan unjuk kerja.

7) Memberi Balikan (Feed Back)

Menurut Bardwell (1981) informasi balikan mempunyah dua fungsi,

yaitu sebagai perbaikan, dan sebagai penguatan. Balikan dapat

membantu meningkatkan motivasi dan mengatur kegiatan selanjutnya.

Pemrosesan balikan dalam diri seseorang yang berasal dari pemberi

balikan dan stimulus terjadi dalam tiga tahapan, yaitu (1) mempersepsi

balikan, (2) mempunyai keinginan menanggapi balikan, dan

(3)merespons (Ilgen, Fisher dan Taylor, 1979).

8) Menilai Unjuk Kerja

Tahap menilai unjuk kerja berguna untuk menetapkan seberapa jauh

siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran dan mampu menampilkan

unjuk kerja seperti yang ditetapkan dalam tujuan secara konsisten

(Gagne, 1985). Alat penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan

menggunakan alat tes baik tes tulis, lisan ataupun tes perbuatan; ini

tergantung dari karakteristik isi pembelajaran.

9) Meningkatkan Retensi dan Alih Belajar

Retensi merupakan jumlah hasil belajar yang masih mampu diingat

atau diproduksioleh siswa setelah selang waktu tertentu (Gagne, 1985).

makin banyak jumlah hasil belajar yang mampu diingat oleh siswa

dalam selang waktu tertentu, berarti tingkat retensi tinggi, jadi

pembelajaran dianggap efektif.

b. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian Wahyo Hendarto Yoh dan Made Oka Mulya

(2006) disimpulkan sebagai berikut. (1) Model tahapan pembelajaran dapat

meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam matakuliah Peralatan

Kontruksi. HAl ini nampak dari adanya peningkatan hasil belajar, motivasi

belajar, keaktifan mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen. (2) Dengan

penerapan model tahapan pembelajaran akan lebih berfokus pada siswa dan

Page 69: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

69

lebih menempatkan dosen sebagai fasilator, yang mampu mendorong dan

mengembangkan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Page 70: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

70

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil diskusi kelompok yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan:

Dalam buku “Strategi Pembelajaran Inovatif Kurikulum,” terdapat 8 pokok

bahasan, yaitu:

1. Strategi pembelajaran.

2. Strategi pengorganisasian dan pengelolaan pembelajaran.

3. Strategi pembelajaran pemecahan masalah.

4. Strategi pembelajaran ranah motorik.

5. Strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis proyek, dan

pembelajaran kuantum.

6. Strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative, pembelajaran

tuntas, dan pembelajaran kooperatif.

7. Strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis

elektronik (E-Learning).

8. Dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa pembelajaran.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca dapat lebih

memahami tentang strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang merupakan

suatu tinjauan konseptual opersional terutama dalam kaitannya dengan strategi

pembelajaran bagi anak sekolah dasar.

Page 71: Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

71

DAFTAR PUSTAKA

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

Aksara.