stikes pku umniyyatih 55 1 b20100108

73
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN DI MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : UMNIYYATI HUSNA NIM.B.2010.0108 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: aryanto-dedy

Post on 23-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kti bidan

TRANSCRIPT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG

ANEMIA DENGAN POLA MAKAN DI MADRASAH ALIYAH

KEAGAMAAN (MAK) AL MUKMIN

SUKOHARJO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

UMNIYYATI HUSNA

NIM.B.2010.0108

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

ii

iii

iv

Husna,Umniyyati. 2013; Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia

dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan Al-Mukmin Sukoharjo. KTI. D III

Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Pembimbing I : Hj. Munawaroh,

SST. SKM. M.Kes. Pembimbing II : Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes.

Kata Kunci : pengetahuan anemia, pola makan

ABSTRAK

Latar Belakang : Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim

di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia secara global

adalah sekitar 51%. Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi

yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori

protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik. Kebiasaan makan yang diperoleh

semasa remaja akan berdampak pada kesehatan. Kekurangan besi dapat menimbulkan

anemia dan keletihan, konsentrasi belajar. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan

wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah

haid.

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan anatara pengetahuan remaja putri tentang

anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo.

Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasional analitik dengan pendekatan waktu Cross sectional, dengan sampel

sebanyak 59 responden. Analisa data dilakukan dengan Chi Square.

Hasil Penelitian : Sebanyak 30 responden (51%) mempunyai pengetahuan yang cukup

tentang anemia dan 26 responden (46%) pola makan remaja putri termasuk kategori

cukup. Nilai X2 hitung sebesar 10.649, nilai X

2 tabel sebesar 9.488, dengan nilai

probabilitas sebesar 0,031. Kedua variabel dinyatakan berhubungan jika nilai

probabilitasnya < 0,05. Karena p = 0,031< 0,05.

Kesimpulan : Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan

remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al Mukmin

Sukoharjo.

90 halaman + 8 tabel + 5 gambar + 17 lampiran

Pustaka : 28 pustaka (2004 s/d 2013)

v

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA ON YOUNG

WOMEN WITH DIETARY PATTERN IN SENIOR HIGH

SCHOOL (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO

Umniyyati Husna. Hj. Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta

Jln. Tulang Bawang Selatan, No.26 Tegalsari RT 01 Rw. 32 Kadipiro

ABSTRACT

Background: Iron deficiency anemia is the most prevalent nutritional problem in the

world and affects more than 600 million people. Globally the prevalence of anemia is

about 51%. In Indonesia, anemia is still one of the major nutritional problems in

Indonesia, in addition to three other nutritional problems, namely lack of calories as

protein, vitamin A deficiency and endemic goiter. Eating habits acquired as a teenager

will have an impact on health. Iron deficiency can cause anemia and fatigue,

concentration studied. Teens need more iron and women need more iron to replace that

lost with menstrual blood.

Purpose: To identify the relationship of knowledge about anemia young women with

dietary pattern in class XII MAK Al Mukmin Sukoharjo.

Method: The type of research used in this study was an observational analytic cross

sectional time approaches, with a sample of 59 respondents. Data analysis was done by

Chi Square.

Results: A total of 30 respondents (51%) have sufficient knowledge about anemia and 26

respondents (46%) diet pretty girls category. Chi value count at 10,649 chi tabel count at

9,488 with a probability value of 0.031. The second variable is declared relates if the

probability value <0.05. Because p = 0.031 <0.05.

Conclusion: The study showed that there is a relationship between the level of knowledge

about anemia young women with dietary pattern in class XII MAK Al Mukmin Sukoharjo.

Keywords : Knowledge of Anemia, Dietary pattern

vi

MOTTO

“Tidak ada perjuangan ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan, sungguh itu

memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah”

(Hasan Al-Banna)

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al Insyirah: 6)

“Bersabar dan Ikhlaslah dalam menghadapi cobaan, sesungguhnya dibalik itu

semua pasti ada hikmahnya”

(Peneliti)

Awal dari ilmu pengetahuan adalah diam, lalu mendengarkan kemudian menyerap

dan seterusnya mengamalkan dan menyebarluaskan

(Al-Ghazali)

“Ketika kita ingin meraih sesuatu, maka yang kita butuhkan hanya mata yang

akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke

atas, tangan yang lebih banyak bergerak, kaki yang lebih banyak melangkah,

lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan mulut yang lebih banyak

mengucap do’a”

(5 cm)

Keberhasilan itu tidak dibawa dari garis keturunan dan tidak pula jatuh dari langit

melainkan dari setiap usaha dan doa kita.

(penulis)

Di tengah kesibukkan, WAKTU adalah MUSUH terbesar kita.

(Penulis)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur dan penuh cinta atas kehadirat Illahirobbi,

penulis persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini pada :

1. Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan, Kerahmatan, Keselamatan

sehingga aku bisa menyelesaikan semua ini dengan baik dan selalu

menemaniku disaat aku suka dan duka.

2. Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tua ku tercinta

Ayahku Hamim Sufyan dan ibuku Nunung Sri Haryani yang telah

melahirkan dan membesarkanku serta membimbingku untuk mendapatkan

masa depanku, terima kasih untuk doa dan semangat yang tak pernah lelah

kalian berikan untukku.

3. Dek Ani Rosyidah dan M.Syarifudien tersayang yang telah memberi

support dan semangat kepadaku “kalian adalah yang terbaik”.

4. Seseorang yang selalu mendoakanku dan memberi semangat membara,

semoga Allah mempertemukan kita di dunia akhirat.Aamiin

5. Dosenku terbaik Ibu Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. dan juga ibu Rizka

Fatmawati SSiT. M. Kes, serta dosen-dosenku yang lain, terima kasih

sudah membimbingku menjadi seseorang yang lebih baik dari

sebelumnya.

6. Sahabat-sahabatku Lusti, ika, iska, titin, ita, iin, dyah, astika. Terima kasih

telah mensupport, memotivasi dan membantu dalam pembuatan karya tulis

ilmiah ini.

viii

7. Teman-teman keluarga besar STIKES PKU Muhammadiyyah 2010 yang

tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semuanya. Kita

tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa lebih baik dari hari kemarin.

8. Almameterku tercinta “STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta”.

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan segala puji

bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta

ketabahan, kekuatan, kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang Berjudul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan

Pola Makan di Kelas XII Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin

Sukoharjo“

Peneliti menyadari dalam penyusunan penelitian ini mengalamai banyak

kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan

dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan dapat teratai. Untuk itu

dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Weni Hastuti, S. Kep. M. Kes, selaku Ketua STIKES PKU

Muhammadiyah Surakarta.

2. Sri Mintarsih, S.Kep.Ns , M. Kes, selaku pembantu Ketua 1 STIKES PKU

Muhammadiyah Surakarta.

3. Tria Puspita Sari, SST. M. Kes, selaku Ka Prodi dan penguji I DIII

Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

x

4. Hj. Munawaroh, SST, SKM. M. Kes, selaku pembimbing I dan penguji II

yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta

saran kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes, selaku pembimbing II yang telah

membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada

peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Drs. Ibnu Hanifah, selaku Kepala Madrasah Ponpes Al Mukmin

Sukoharjo, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukaan

penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

7. Para staff pengajar STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta prodi D III

Kebidanan yang telah menyalurkan ilmunya pada peneliti dan mendukung

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Orang Tua dan saudaraku yang tulus memberikan pengorbanan serta

dukungan fisik, mental, spiritual kepada peneliti.

9. Teman-teman Mahasiswi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta prodi

D III Kebidanan angkatan 2010 .

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Karya

Tulia Ilmiah ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik yang membangun

dan saran dari pembaca. Peneliti berharap semoga ada manfaat yang

diperoleh setelah membaca Karya Tulis Ilmiah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, Juni 2013

Peneliti

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI................................................................................................. ...... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................... ...... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................. ...... 5

E. Keaslian Penelitian ................................................................. ...... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ...................................................................... ......... 8

1. Pengetahuan ........................................................................... 8

xii

a. Pengertian ................................................................... .... 8

b. Tingkatan Pengetahuan ................................................... 8

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............ 9

2. Remaja ................................................................................... 11

a. Pengertian............................................................... ......... 11

b. Permasalahan Anemia pada Remaja ............................... 12

3. Anemia ................................................................................... 13

a. Pengertian ................................................................. ...... 13

b. Tanda dan Gejala ............................................................. 15

c. Akibat Anemia ................................................................. 16

d. Pencegahan Anemia......................................................... 17

4. Gizi Remaja ............................................................................ 17

a. Pengertian ........................................................................ 17

b. Karakteristik pentingnya Gizi Remaja............................. 19

c. Prinsip Gizi bagi Remaja ................................................. 22

5. Pola Makan ............................................................................. 23

a. Pengertian ........................................................................ 23

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Makan .............. 23

c. Pola Makan Seimbang ..................................................... 24

d. Pola Makan Khas Remaja ............................................... 25

B. Kerangka Teori .............................................................................. 30

C. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 31

D. Hipotesis ........................................................................................ 31

xiii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 32

C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling ....................................... 32

D. Variabel Penelitian ........................................................................ 34

E. Definisi Operasional ..................................................................... 34

F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 36

G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data .............................. 39

H. Alur Penelitian .............................................................................. 44

I. Jadwal Penelitian ........................................................................... 45

J. Etika Penelitian .............................................................................. 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 47

B. Pembahasan ............................................................................................. 53

C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................. 58

B. Saran ....................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................................................................... 30

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 31

Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur............................... 48

Gambar 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia............................. 49

Gambar 4.3 Distribusi Pola Makan Remaja Putri......................................... 50

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar hemoglobin (Hb) ditinjau dari usia dan

jenis kelamin (sahli)....................................................................... 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner........................................................................ 38

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur........................................ 48

Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia................................. 49

Tabel 4.3 Distribusi Pola Makan Remaja Putri ............................................ 50

Tabel 4.4 Cross Tabulation hubungan tingkat pengetahuan remaja putri

Tentang anemia dengan pola makan di MAK Al Mukmin Sukoharjo.......... 51

Tabel 4.5 Uji Square...................................................................................... 53

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Curiculum Vitae .................................................................... 62

Lampiran 2. Jadwal Penelitian................................................................... 63

Lampiran 3. Permohonan Responden........................................................ 64

Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden........................................... 65

Lampiran 5. Kuesioner.............................................................................. 66

Lampiran 6. Dokumentasi......................................................................... 70

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian............................................................... 71

Lampiran 8. Surat Balasan Penelitian........................................................ 72

Lampiran 9. Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan

Pengetahuan Anemia............................................................ 73

Lampiran 10. Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan

Pola Makan........................................................................... 74

Lampiran 11. Hasil Uji Validitas............................................................... 75

Lampiran 12. Tabel Product Moment........................................................ 82

Lampiran 13. Data Penelitian..................................................................... 83

Lampiran 14. Cross Tabulation.................................................................. 86

Lampiran 15. Tabel Chi Square................................................................. 87

Lampiran 16. Tabel nilai chi square.......................................................... 88

Lampiran 17. Lembar Konsultasi............................................................... 89

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di

dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia secara

global adalah sekitar 51%. Prevalensi untuk balita sekitar 43%, anak usia

sekolah 37%, pria dewasa hanya 18%, dan wanita tidak hamil 35% (Arisman,

2009; h.172).

Menurut de Benoist (2008) dalam World Health Organization (WHO),

Prevalensi anemia global diperkirakan 30,2% pada wanita yang tidak hamil

meningkat menjadi 47,4% selama kehamilan.

Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara sedang

berkembang, ketimbang negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen

(atau kira-kira 1400 juta orang ) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di

negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi

di negara maju hanya sekitar 8% ( atau kira-kira 100 juta orang) dari

perkiraan populasi 1200 juta. Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan

salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi

lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok

endemik ( Arisman, 2009; h. 172-173 ).

1

2

Studi masalah gizi mikro di 10 propinsi tahun 2006 masih dijumpai 26,3%

balita yang menderita anemia gizi besi dengan kadar haemoglobin (Hb)

kurang dari 11,0 gr/dl dan prevalensi tertinggi didapat di Propinsi Maluku

sebesar 36%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi

anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%. Hasil survei anemia pada ibu

hamil di 15 Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah (2007) menunjukan bahwa

prevalensi anemia ibu hamil 57,7% (Depkes RI, 2011).

Angka kejadian anemia di Jawa Tengah mencapai 57,1%. Angka kejadian

anemia Di Kabupaten Sukoharjo didapatkan anemia pada balita umur 0 – 5

tahun (40,5%), usia sekolah (26,5%), Wanita usia subur (WUS) (39,5%),

pada ibu hamil (43,5%) (Depkes RI, 2010).

Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada

remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah

terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri

yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga

menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja merupakan

masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan

mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2009; h.

173).

Pada masa remaja makanan kecil berkontribusi 30% atau lebih dari total

asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung jawab

atas pemilihan kudapan yang sehat. Remaja adalah masa peralihan dari anak

menuju dewasa dimana terjadi pertumbuhan fisik, mental, emosional, yang

3

sangat cepat. Menurut WHO batasan usia remaja antara umur 10-19 tahun.

Dengan mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung unsur gizi yang

cukup dan teratur remaja akan tumbuh sehat, sehingga akan mencapai prestasi

yang gemilang dan sumber daya berkualitas ( Proverawati & Erna, 2011; h.

86).

Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi

makanan olahan atau makanan cepat saji semacam “junk food” yang makin

digemari para remaja bukan hanya sebagai makanan kecil bahkan sebagai

makan besar, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi secara berlebihan.

Makanan ini, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral,

sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat aditif (Arisman, 2009;

h. 76).

Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada

kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia

lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi

yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut kesempatan bekerja.

Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih

banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. (Arisman,

2009; h. 77 ).

Hasil studi pendahuluan dengan tehnik wawancara pada tanggal 12

februari 2013 didapatkan 10 siswi di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo,

7 orang tidak mengetahui tentang anemia dan makanan yang mengandung zat

4

besi, 3 orang memiliki pola makan kurang baik yaitu lebih memilih makanan

kecil dibanding nasi, lauk dan sayuran yang telah disediakan.

Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri

Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK)

Al Mukmin Sukoharjo ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat di rumuskan

permasalahan penelitian yaitu “ Adakah Hubungan antara Tingkat

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah

Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin Sukoharjo ? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan anatara pengetahuan remaja putri

tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin

Sukoharjo

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang anemia pada remaja

putri di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo

b. Untuk mengetahui pola makan pada remaja putri di kelas XII MAK

Al-Mukmin Sukoharjo

5

c. Untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan remaja putri

tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin

Sukoharjo

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulis melakukan penelitian sebagai bahan panutan dalam

memberikan informasi mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja

putri tentang anemia dengan pola makan sehingga yang akan datang dapat

mencegah terjadinya anemia pada remaja putri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi MAK Al Mukmin Sukoharjo

Diharapkan setelah diketahui tingkat pengetahuan tentang

anemia dan pola makan siswi, dapat dijadikan masukan untuk

memberikan penyuluhan tentang kesehatan khususnya anemia pada

remaja ( bekerjasama dengan dinas kesehatan ).

b. Bagi Tenaga Kesehatan Balai Pengobatan Al Mukmin Sukoharjo

Memberikan masukan untuk peningkatan dalam memberikan

penyuluhan kesehatan pada remaja.

c. Bagi siswa

Dapat menmbah pengetahuan dan wawasan siswi tentang

anemia dan pola makan seimbang sehingga siswi dapat mencegah

terjadinya anemia dengan mengatur pola makan yang baik.

6

E. Keaslian Penelitian

Penelitian hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia

dengan pola makan mempunyai kemiripan dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh :

1. Indah Indriawati Herman (2001), yaitu “ Hubungan Anemia dengan

Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan tentang anemia dan Status

Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor”. Metode

penelitian yang di gunakan adalah observasional analitik dengan

rancangan penelitian secara cross sectional. Kesimpulan dari hasil

penelitian menunjukan bahwa kejadian anemia gizi remaja putri sebesar

42,2%. Ada hubungan bermakna secara statistik (p<0.05) dengan

kejadian anemia pada remaja puti adalah kebiasaan makan, yang meliputi

: diet, kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul penelitian, sampel penelitian

sebanyak 59 remaja putri yang diambil secara sampling jenuh, metode

penelitian secara observasional analitik dan tempat penelitian yang

digunakan juga berbeda yaitu di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo.

2. Novi Tri Murtiningsih (2012), yaitu “Gambaran Tingkat Pengetahuan

Remaja Putri Kelas VIII tentang Anamia di SMP Nurul Islam Ngemplak

Boyolali”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif, sedangkan

rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Sampel sebanyak 73

responden. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah responden dengan

7

tingkat pengetahuan anemia kategori cukup ada 45 siswi (61,60%), baik

ada 24 siswi (32,9%), dan kurang ada 4 siswi (5,5%).

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada judul penelitian, metode

penelitian yang digunakan observasional analitik, sampel penelitian

sebanyak 59 siswi yang diambil secara sampling jenuh dan tempat

penelitian yang digunakan juga berbeda yaitu di kelas XII MAK Al-

Mukmin Sukoharjo.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan (knowledge) adalah

merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang-orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atas kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Wawan & Dewi, 2010;

h. 16).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010;h.17)

pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima

8

9

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secar benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletkakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010;h.18)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

10

1. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih

mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula

untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

2. Informasi

Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

memberikan pengetahuan yang jelas. Pengetahuan akan memotivasi

seseorang untuk berperilaku sehat (Emilia, 2008;h.13)

3. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang. Karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira

sesuai dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

4. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur

semakin banyak (bertambah tua).

5. Sosial ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut

pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin,

begitupun dalam mencari bantuan kesarana kesehatan yang ada,

mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.

11

2. Remaja

a. Pengertian

Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescentia yang berarti remaja

yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental dan sosial. Menurut

Piaget (1980) masa remaja ialah masa berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia dimana individu tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang

dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama (Zan Pieter &

Lumongga, 2010; h. 163).

Menurut World Health Organitation (WHO) batasan remaja adalah usia

10-19 tahun, sementara United Nations (UN) menyebutnya sebagai anak

muda (youth) untuk usia 15- 24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam

batasan kaum muda (youg pople) yang mencakup usia 10-24 tahun (

Proverawati & Kusuma, 2011; h. 82).

Remaja sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa yang

ditandai peningkatan massa tubuh dan aktifitas yang cenderung

meningkat. Pada masa ini asupan gizi seimbang sangat menentukan

kematangannya hingga menjadi dewasa. Secara khusus, perhatian ekstra

perlu diberikan untuk remaja putri yang akan menjadi calon ibu untuk

mencapai status gizi kesehatan yang optimal (Ditbinagizi, 2012).

12

b. Permasalah Anemia pada Remaja Putri

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita

anemia. Di Indonesia prevalensi anemia cukup tinggi. Oleh karena itu,

sasaran program perbaikan gizi pada kelompok remaja putri dianggap

strategis dalam upaya memutus simpul siklus masalah gizi.

Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja

putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah

kebanyakan penderita tidak mengetahui dan menyadarinya. Bahkan ketika

tahu pun masing menganggap anemia sebagai masalah sepele. (Ratna

Aryani,2012; h. 25).

Menurut Ratna Aryani (2012;h. 26) Remaja putri mudah terserang

anemia karena:

1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih

banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan besinya

sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan

tubuh akan zat besi terpenuhi.

2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi

asupan makanan.

3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang di ekskresikan

khususnya melalui tinja dan Remaja putri mengalami haid setiap

bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari.

Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh

oleh lingkungan. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja

13

tidak makan, tidak jarang berujung pada anorexia nervosa. Kesibukan

menyebabkan mereka memilih makan diluar atau hanya menyantap

kudapan. Lebih jauh kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan

media iklan tentang makanan ditelevisi (Arisman, 2009; h. 78).

Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski

asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti zat

besi, kalium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Kebiasaan

makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan

dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut

Kebiasaan makan remaja sangat berpengaruh terhadap status gizinya.

(Arisman, 2009; h. 77).

3. Anemia

a. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit

lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18 gr

% dan eritrosit 4,5-5,5 jt/mm3.

sedangkan pada wanita, hemoglobin normal

adalah 12-16 gr % dengan eritrosit 3,5 jt/mm3.

Fungsi hemoglobin dalam

darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di seluruh

jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan

tubuh dan melepaskannya di paru-paru. Disamping kekurangan zat besi,

nilai hemoglobin yang rendeh dapat disebabkan oleh kekurangan protein

atau vitamin B6 (Ratna Aryani, 2010; h. 26).

14

Kadar hemoglobin antara 9-11 g/100 ml anemia ringan, kadar

hemoglobin antara 6-8 gr/100 ml anemia sedang, kadar hemoglobin

kurang dari 6 gr/100 ml anemia berat ( Prita, 2010; h. 112).

Anemia dalam masyarakat popoler dengan julukan penyakit

kekurangan darah. Yaitu berkurangnya kadar hemoglobin sebagai

penyebabnya. Yang mana hemoglobin mempunyai fungsi mengedarkan

oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh untuk digunakan dalam proses

pembakaran, yang pada gilirannya akan menghasilkan energi. WHO

menetapkan bahwa anak balita menderita anemia bila kadar

hemoglobinnya lebih rendah dari 11 g/dl dan pada anak berumur 6-14

tahun lebih rendah dari 12 g/dl (Elizabeth, 2004; h. 27).

Anemia gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang

disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk

pembentukan hemoglobin tersebut. Di Indonesia anemia gizi masih

merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping

tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A,

dan gondok endemik (Arisman, 2009; h. 172).

Menurut WHO, penentuan anemia pada seseorang tergantung pada

usia, jenis kelamin (Tarwoto, 2007; h. 31), seperti yang terlihat dalam

tabel.

15

Tabel 2.1 Kadar hemoglobin (Hb) ditinjau dari usia dan jenis kelamin

(menurut perhitungan sahli)

Usia/ jenis kelamin Kadar Hb (gr/ dl)

Laki-laki dewasa

Wanita dewasa tidak hamil

Wanita hamil

Anak umur 6-14 tahun

Anak umur 6 bulan-6 tahun

< 13 g/dl

< 12 g/dl

< 11 gr/dl

< 12 gr/dl

< 11 gr/dl

(Sumber : Assessing the iron status of populations WHO, 2004 ).

b. Tanda dan gejala

Menurut Proverawati & Asfuah (2009; h. 78), tanda-tanda anemia pada

remaja putri adalah :

1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L)

2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.

3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak

tangan menjadi pucat.

Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi dapat menyebabkan

resiko pendarahan pada waktu melahirkan. Umumnya remaja putri dan

wanita lebih mudah menderita anemia dibanding pria dan remaja putra.

Wanita dan remaja putri membutuhkan zat besi 2 x lebih banyak daripada

pria atau remaja putra karena mengalami haid dan banyak mengeluarkan

darah waktu melahirkan dan zat besi diperlukan untuk memproduksi darah

16

(Hb). Tanda-tanda anemia sering dikenal 5 (lima) L, yaitu lemah, letih,

lesu, lelah dan lunglai. Anemia sering disertai dengan pusing, mata

berkunang-kunang, muka dan tangan pucat (Proverawati & Asufah, 2009;

h. 78-79).

c. Akibat Anemia

Anemia gizi besi menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau

produktivitas kerja, penurunan kemampuan berfikir dan penurunan

antibodi sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan

melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran

(Almatsier, 2009; h. 309).

Dampak jangka panjang kedepannya akibat kekurangan zat besi ketika

remaja putri sudah menikah dan hamil maka ia tak mampu memenuhi

kebutuhan dirinya dan janin dalam kandungannya sehingga akan terjadi

perdarahan saat melahirkan dan setelah melahirkan, pada bayi yaitu berat

bayi lahir rendah (BBLR), bahkan premature (Arisman, 2009; h. 172-175).

Anemia yang berlanjut semakin parah akan mempengaruhi struktur dan

fungsi jaringan epitel, terutama lidah, kuku, dan mulut. Kuku menjadi

rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung mirip sendok (spoon

nail) kuku sendok. Atropi papil lidah, permukaan lidah menjadi licin dan

mengkilap karena papil lidah menghilang. Stomatitis angular, peradangan

pada sudut mulut sehingga nampak seperti bercak berwarna pucat

keputihan. Disfagia yaitu nyeri saat menelan karena kerusakan epitel

hipofaring. Adanya peradangan pada mukosa mulut (stomatitis),

17

peradangan pada lidah (glostitis), dan (chelitis) peradangan pada bibir

(Tarwoto dan Wasnidar, 2007; h. 46).

Pada remaja yang menderita anemia dapat mengalami gangguan

pertumbuhan yang optimal dan menjadi kurang cerdas. Remaja putri yang

menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan

daya konsentrasi belajar, kurang bersemangat dalam beraktivitas karena

cepat merasa lelah. Defisiensi besi dapat mempengaruhi pemusatan

perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di sekolah (Almatsier, 2009; h.

308-309).

d. Pencegahan Anemia

1) Meningkatkan konsumsi makan bergizi berupa:

a) Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) bahan makanan

nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).

b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat,

jeruk) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi

dalam usus.

2) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet

tambah darah

3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia

seperti : cacingan, malaria, TBC (Ayu bulan dkk, 2013; h. 82).

18

4. Gizi Remaja

a. Pengertian

Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh

asupan makanan yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan

perhitungan IMT, sehingga konsumsi makanan berpengaruh pada status

gizi seseorang. Status gizi baik atau gizi optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja

dan kesehatan umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang

terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam

jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau

membahayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih

terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau

faktor sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang

salah dalam kuantitas resiko dalam terjadinya berbagai penyakit (

Almatsier, 2009; h. 4-6 ).

Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan bahwa 40 persen

menderita anemia. Prevalensi anemia pada santri remaja di Leuwiliang

Kabupaten Bogor (Permaesih,1998) dan remaja SLTA di Jakarta Timur

(Wirawan, 1995) sebesar 44.44%. Bahkan hasil penelitian Hayatinur

(2001) menunjukkan bahwa prevaluasi anemia remaja SMU di Kuningan

Jawa Barat lebih tinggi yaitu 61.0%. Selama ini masalah kesehatan remaja

kurang mendapat perhatian serius, karena remaja secara umum tidak

19

mudah terserang penyakit daripada anak-anak dan orang tua. Keadaan

status gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang

berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi zat gizi. Hal ini disebabkan

oleh keterbatasan makanan atau membatasi sendiri makanannya, karena

faktor ingin langsing. (Husni Tamrin, dkk, 2008; h. 124-131).

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh,

yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan

tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi,

sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas; di samping untuk

kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi

berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan

produktifitas kerja. Oleh karena itu, Faktor gizi dianggap penting untuk

memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan

sumber daya manusia berkualitas (Almatsier, 2009; h. 4-6).

b. Karakteristik Pertumbuhan dan Pentingnya Gizi Remaja

Menurut Atikah Proverawati dan Erna (2011; h. 82-86), Kebutuhan

Gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan.

Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas lebih tinggi dibanding

usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak.

1) Energi

Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk laki-

laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan

pertumbuhan.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI (WKNPG VI)

20

tahun 1998 menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk

remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan

untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini

dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan

sumber karbohidrat adalah : beras, terigu, dan hasil olahannya (roti,

nasi), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan lain-lain.

2) Protein

Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih

tinggi dibandingkan laki-laki, memasuki masa pertumbuhan cepat

lebih dulu. Pada akir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih

tinggi dibanding perempuan karena perbedaan komposisi tubuh.

Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein

remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk laki-laki.

Makanan sumber protein hewani lebih tinggi bernilai biologis

dibandingkan protein nabati, karena komposisi asam amino esensial

yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber

protein hewani seperti: daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging

putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega,

yakult), kedelai dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan

dan lain-lain.

3) Kalsium

Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena

akselerasi muskular, sketsal/ kerangka dan perkembangan endokrin

21

lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20%

pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% masa tulang dewasa

dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa

muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg

untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil

olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran

hijau, dan lain-lain.

4) Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya

pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat

karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi

hemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada

perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan

kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan

perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibanding laki-laki.

Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan

kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi.

Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk

pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan

mereka akan zat besi . hal lain yang perlu diingat, adalah

biovailabilitas dari makanan umumnya sangat rendah yaitu <10%.

Sumber besi dari hewani mempunyai biovailabilitas yang lebih tinggi

dibandingkan sumber nabati.

22

Status besi dalam tubuh juga mempengaruhi efisiensi penyerapan besi.

Pada remaja dengan defisiensi besi maka penyerapan besi akan lebih

efisien dibandingkan yang tidak defisiensi besi. Yang dapat

meningkatkan penyerapan bessi dari sumber nabati adalah vitamin C

serta sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Sedangkan zat

yang dapat menghambat penyerapan besi adalah kafein, tanin, fitat,

zinc. AKG besi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 19-26 mg

setiap hari, sedangkan untuk laki-laki 13-23 mg per hari. Makanan

yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging merah (sapi,

kambing, domba), daging putih (ayam, ikan), kacang-kacangan,

sayuran hijau.

5) Seng

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematnagn seksual

remaja, terutama untuk remaja lak-laki. AKG seng adalah 15 mg per

hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.

6) Vitamin

Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena

pertumbuhan dan perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan

energi meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat,

antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi

energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan

RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan

23

untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin

A, C dan E diperlukan untuk pembentukan dan penggantian sel-sel.

c. Prinsip Gizi bagi Remaja

Pada masa remaja makanan kecil berkontribusi 30% atau lebih dari

total asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung

jawab atas pemilihan kudapan yang sehat. Makanan merupakan salah satu

kebutuhan yang pokok bagi setiap orang. Makanan mengandung zat unsur

gizi yang sangat diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan

mengkonsumsi makanan sehat yang cukup dan teratur remaja akan

tumbuh sehat sehingga akan mencapai prestasi gemilang, kebugaran, dan

sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja putri yang terpelihara

kadar gizinya akan terpelihara kesehatan reproduksinya. Jika kondisi sehat

itu terus dipertahankan sampai memasuki waktu hamil maka akan

mendapatkan anak yang sehat dan cerdas (Proverawati & Erna, 2011; h.

86-87).

5. Pola Makan

a. Pengertian

Menurut Lie Goan Hong (1985) dalam Soegeng Santoso & Anne Lies

Ranti (2009;h.89) pola makan adalah berbagai informasi yang

memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang

dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelompok masyarakat tertentu.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

24

Menurut Soegeng Santoso & Anne Lies (2009; h. 88-90) faktor-faktor

yang mempengaruhi pola makan adalah :

1) Kesenangan

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap

kebiasaan makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang

terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.

2) Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi

sebagai contoh budaya pantang makanan

3) Agama

Agama juga mempengaruhi jenis makann yang dikonsumsi. Sebagai

contoh agama islam mengharamkan daging babi.

4) Taraf sosial ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut

dipengaruhi oleh taraf ekonomi. Pendapatan yang rendah akan

membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

5) Lingkungan alam

Lingkungan alam juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi

seperti kondisi tanah dan iklim setempat.

c. Pola Makan Seimbang

Menurut ahli antropologi Margaret Mead, pola pangan, atau food

pattern, adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan

pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio-

25

budaya yang dialaminya. Pola pangan ada kaitannya dengan kebiasaan

makan (food habit) (Almatsier, 2009; h.283).

Menurut Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum

Gizi Seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun untuk mencapai dan

memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being)

semua yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumber daya

manusia. Dalam PUGS, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang

menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan

mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat

saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. PUGS

merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang

memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi

kurang, maupun masalah gizi lebih (Almatsier,2009; h.294).

Pengelompokan makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat

gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian,

tepungtepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian

di Indonesia juga dimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat

pembangun berupa sayuran dan buah, serta sumber zat pengatur berupa

ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya,

seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya

susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan

makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis

bahan makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di

26

pasar, keadaan sosial ekonomi, nilai gizi, dan kebiasaan makanan

(Almatsier, 2009; h. 295).

d. Pola Makan Khas pada Remaja

Remaja sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa yang

ditandai peningkatan massa tubuh dan aktifitas yang cenderung

meningkat. Pada masa ini asupan gizi seimbang sangat menentukan

kematangannya hingga menjadi dewasa. Secara khusus, perhatian ekstra

perlu diberikan untuk remaja putri yang akan menjadi calon ibu untuk

mencapai status gizi kesehatan yang optimal. Pesan untuk Remaja: Makan

makanan beraneka ragam; Hindari rokok, narkoba, dan minuman

beralkohol; Lakukan aktivitas fisik secara teratur; Khusus remaja putri,

minum tablet tambah darah 1 kali sehari menjelang dan selama menstruasi

(Depkes, 2012).

Pada umumnya remaja lebih suka makanan kecil seperti jajanan yang

kurang bergizi seperti gorengan, coklat, permen, es. Sehingga makanan

pokok yang beranekaregam tidak dikonsumsi. Remaja sering makan diluar

rumah bersama teman-teman, sehingga waktu makan tidak teratur,

akibatnya mengganggu sistem pencernaan (gangguan maag atau nyeri

lambung). Selain itu, remaja sering tidak sarapan pagi karena tergesa-gesa

beraktifitas sehingga mengalami lapar dan lemas, kemampuan menangkap

pelajaran menurun, semangat belajar menurun, keluar keringat dingin,

kesadaran menurun, sampai pingsan. Remaja putri sering menghindari

beberapa jenis bahan makanan seperti telur dan susu. Susu dianggap

27

minuman anak-anak atau dihubungkan dengan kegemukan. Akibatnya

akan kekurangan protein hewani, sehingga tidak dapat tumbuh atau

mencapai tinggi secara optimal. Kadang standart langsing tidak jelas untuk

remaja. Banyak remaja putri menganggap bahwa dirinya kelebihan berat

badan atau mudah menjadi gemuk sehingga sering diet dengan cara yang

kurang benar seperti membatasi atau mengurangi frekuensi makan dan

jumlah makan, memuntahkan makanan yang sering dimakan, sehingga

lama-lama tidak nafsu makan yang sngat membahayakan bagi remaja

(Proverawati & Erna, 2011; h.88).

Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski

asupan kalori dan protein sudah tercukupi, elemen lain seperti besi,

kalsium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Survei terhadap

mahasiswi kedokteran di Prancis, misalnya, membuktikan bahwa 16%

mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita

kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo

menunjukan asupan besi sebagian remaja putri tidak mencukupi kebutuhan

harian yang dianjurkan. Di negara yang sedang berkembang, sekitar 27%

remaja putra dan 26% remaja putri menderita anemia; sementara di negara

maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis

besar, sebnyak 44% wanita di negara berkembang ( 10 negara di Asia

Tenggara, termasuk Indonesia ) mengalami anemia kekurangan besi,

28

sementara ibu hamil sebagian besar lagi, yaitu 55%. ( Arisman, 2009; h.

77).

Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila sudah terlanjur menjadi

pola makan, maka akan berdampak negatif pada status gizi remaja. Aspek

pemilihan makanan penting diperhatikan oleh remaja. Kebiasaan

mengkonsumsi fast food secara berlebihan dapat menimbulkan masalah

kegemukan. Kegemukan menjadi sesuatu yang harus diwaspadai karena

kegemukan yang berkelanjutan akan menimbulkan berbagai macam

penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan

hipertensi (Khomsan, 2005; h. 41).

Menurut Daniel, hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua,

tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%)

yang meyakini kalau sarapan memang penting. Namun, mereka yang

sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua

kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan yang bukan saja hampa

kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi dan dapat

mengganggu nafsu makan (Arisman, 2009; h. 77-78).

Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh

untuk pertumbuhan dan perkembanganya jumlah makanan yang cukup

sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk

remaja, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila

asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan

perkembanganya serta prestasinya. Anak sekolah memiliki banyak

29

kegiatan yang harus dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di

sekolah, yang dilanjutkan dengan berbagai kursus, mengerjakan PR dan

mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya. Dengan aktivitas tinggi

seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang dengan

intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar stamina anak

usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, maka

sarana utama dari segi gizi adalah sarapan pagi. Anak yang tidak sarapan pagi

akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula

darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah

ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar

atau rasa lelah. Dalam keadaaan demikian anak akan sulit untuk dapat menerima

pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun

(Khomsan, 2005; h. 15).

Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada

kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia

lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi

yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut kesempatan bekerja.

Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih

banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid.

(Arisman, 2009; h. 78 ).

30

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Wawan & Dewi (2010) dan Soegeng S & Anne Lies (

2004 )

Keterangan:

Diteliti :

Tidak diteliti :

Faktor yang mempengaruhi

Pengetahuan :

1. Tingkat Pendidikan

2. Informasi

3. Budaya

4. Pengalaman

5. Sosial Ekonomi

Faktor yang mempengaruhi pola

makan:

1. Kesenangan

2. Budaya

3. Agama

4. Taraf sosial ekonomi

5. Lingkungan Alam

Tingkat Pengetahuan

Tentang Anemia

Pola Makan Sehat

31

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

Ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang

Anemia dengan Pola Makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo.

Tingkat Pengetahuan

Tentang Anemia

Pola Makan Sehat

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan

rancangan cross sectional. Pada penelitian observasional analitik peneliti

mencoba mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan

variabel tergantung (efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya

hubungan antar variabel, sehingga perlu disusun hipotesisnya

(Taufiqurrahman, 2004;h. 68).

Penelitian cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan

melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu)

antara faktor resiko (variabel bebas) dengan faktor efek (variabel tergantung)

(Hidayat, 2010; h. 56).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat : Penelitian ini telah dilaksanakan di MAK Al Mukmin Sukoharjo

2. Waktu : Penelitian ini telah dilaksanakan pada 25 – 26 April 2013

C. Populasi, Sampel, dan teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2004) dalam Hidayat (2010; h.68) populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

32

33

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri berjumlah 59 siswi

kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2010; h. 68-69). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas XII

MAK Al Mukmin Sukoharjo berjumlah 59 responden, yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi berikut:

a). Kriteria Inklusi :

1) Responden tidak sedang sakit

2) Siswi kelas XII MAK yang bersedia menjadi responden

3) Responden yang bersekolah di kelas XII MAK Al Mukmin

Sukoharjo

b). Kriteria Ekslusi :

Responden yang tidak hadir saat penelitian berlangsung

3. Teknik Sampling

Teknik sampling dari penelitian ini adalah Nonprobability Sampling

dengan jenis penelitian sampling jenuh/ total sampling, dimana semua

anggota populasi diambil sebagai sampel, karena jumlah populasinya relatif

sedikit yaitu 59 responden (Hidayat, 2010; h. 81-83).

34

D. Variabel Penelitian

Variabel menurut FN Kerlinger yang dikutip Suharsini Arikunto adalah

sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat

kuantitatif dan kualitatif sebagai contoh, variabel kuantitatif adalah variabel

berat badan, umur, tinggi badan. Sedangkan variabel kualitatif diantaranya

persepsi, respon, sikap, dan lain- lain.

Sedangkan menurut Sudigdo Sastroasmoro dkk, variabel merupakan

karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya.

(Hidayat. 2010; hal. 86).

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu independent

variable (variabel bebas) dan dependent variable (variabel terikat).

1. Independent variable (variabel bebes)

Variabel independen ini merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (Hidayat, 2010; h. 86). Pada

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pengetahuan

remaja putri tentang anemia.

2. Dependent variable (variabel terikat)

Variabel dependen ini merupakan yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2010; h. 87). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel dependen adalah pola makan sehat.

E. Definisi Operasional (DO)

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

35

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2010; h. 87).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Parameter

dan kategori

Alat Ukur Skala

Pengukuran

1. Tingkat

pengetahuan

tentang

anemia

Pengetahuan siswi

tentang anemia

meliputi pengertian,

tanda dan gejala,

Akibat/ dampak

anemia

Makanan yang

mengandung zat

besi

Cara pencegahan

anemia

Pengetahuan

tentang Anemia

Baik :

76-100%

Cukup :

56-75%

Kurang :

≤ 55%

(Nursalam,2011)

Kuesioner Ordinal

2. Pola Makan

Seimbang

Kebiasaan Pola

makan siswi dalam

mengkonsumsi

makanan seimbang

Pola

Makan Seimbang

Baik :

76-100%

Cukup :

56-75%

Kurang :

≤55%

(Nursalam, 2011)

Kuesioner Ordinal

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasiltas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (cermat, lengkap, sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Jenis

instrument penelitian berupa angket, checklist, pedoman wawancara, pedoman

pengamatan, alat pemeriksaan laboratorium, dan lain – lain. (Saryono, 2011;

hal. 85)

36

Penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup atau berstruktur dimana

angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehinga responden hanya tinggal

memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada. (Hidayat, 2010; hal. 98)

Sedangkan alat yang digunakan adalah kuesioner dan pengukuran

pengetahuan Remaja putri tentang anemia dengan pola makan menggunakan

Skala Guttman, yang mana skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan

konsisten yang memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ya dan tidak,

positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman ini

umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, penilaian yang

diberikan untuk pertanyaan yang favorable adalah 1 untuk jawaban benar dan 0

untuk jawaban salah. Untuk pertanyaan yang unfavorable adalah 0 untuk

jawaban benar dan 1 untuk jawaban salah.

Kemudian dikategorikan ke dalam bentuk

Pengetahuan baik : jika prosentase skor jawaban 76-100%

Pengetahuan cukup : jika prosentaase skor jawaban 56-75%

Pengetahuan kurang : jika prosentase skor jawaban < 56%

Kuesioner untuk pengukuran pola makan siswi juga menggunakan skala

Likert yang terdiri dari 3 pilihan jawaban yaitu hampir selalu, kadang-kadang,

hampir tidak pernah. Untuk pertanyaan favorable jawaban hampir sering diberi

nilai 2, kadang-kadang bernilai 1, hampir tidak pernah bernilai 0. Untuk

pertanyaan unfavorable jawaban hampir selalu diberi nilai 0, kadang-kadang

bernilai 1, hampir tidak pernah bernilai 2 (Hidayat, 2007;hal 37,39).

Kemudian dikategorikan ke dalam bentuk

37

Pengetahuan baik : jika prosentase skor jawaban 76-100%

Pengetahuan cukup : jika prosentaase skor jawaban 56-75%

Pengetahuan kurang : jika prosentase skor jawaban < 56%

(Nursalam, 2011; hal. 120)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner

No Variabel

Penelitian

Indikator Favorable unfavorable Jumlah

1.

2.

Pengetahuan

remaja putri

tentang

anemia

Pola makan

seimbang

Tingkat pengetahuan

remaja putri tentang

anemia

a. Pengertian

anemia

b. Tanda dan

gejala anemia

c. Akibat/

dampak

anemia

d. Penyabab

anemia

e. Makanan

yang

mengandung

zat besi

f. Pencegahan

Anemia

Tindakan

nyata remaja

putri dalam

mengatur

pola makan

seimbang

Total

1, 2,3,4

5,7,8,9,

13,14,15,

16,17,18

19

21,22,23,

27,28,30

6

10

11

12

20

24

25

26

29

3

3

5

4

5

10

30

38

G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer dan

data sekunder:

a. Data primer, dikatakan data primer bila pengumpulan data dilakukan

secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran. (Hidayat, 2010;h. 103).

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pengisian kuesioner

oleh responden . Sebelum mengisi kuesioner, responden diberi

penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan

informed consent yang diikuti penyerahan kuesioner (Hidayat,

2010;h.103).

b. Data sekunder, apabila pengumpulan data yang diingini diperoleh dari

orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri.

(Hidayat, 2010; hal. 103). Data sekunder dalam penelitian ini luas yaitu

wilayah Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Sukoharjo.

2. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), data diolah dan dikumpulkan

melalui tahap tahap sebagai berikut :

a. Editing (penyuting data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu disuting (edit) terlebih dahulu. Kalau

ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak

39

mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut

dikeluarkan (droup out).

b. Membuat lembaran kode (Coding sheet) atau kartu kode (coding

sheet). Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-

kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu

kode berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan. Pada

pengetahuan anemia Benar diberi nilai 1, salah bernilai 0. Pada pola

makan terdiri hampir selalu 2, kadang-kadang 1, hampir tidak pernah

0 dan sebaliknya jika pertanyaan unfavorable.

c. Memasukkan data (data entry)atau processing

Data yakni jawaban-jawaban dan masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam

program atau “software” komputer. Software komputer ini

bermacam-macam, masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk “entry data” penelitian adalah paket program SPSS

for window.

d. Tabulasi

Yakni membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

3. Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan

untuk mengolah data selama penelitian, sehingga dari analisis hasil

40

itu dapat ditunjukkan keputusan mengenai hasil penelitian yang

telah dilakukan.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara

deskriptif dapat menghitung distribusi frekuensi, variabel yang

dianalisis secara univarat dalam penelitian ini adalah

karakteristik responden, variabel pengetahuan untuk mengetahui

pengetahuan remaja putri tentang anemia dan variabel pola

makan seimbang.

2. Analisa Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mencari hubungan antara

variabel pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola

makan. Variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini

menggunakan skala ordinal dan ordinal, maka analisis data yang

digunakan adalah uji Chi Kuadrat dengan bantuan SPSS for

windows versi 17. Kriteria pengujian Ho ditolak artinya

signifikan, bila X2 hitung > X

2 tabel.

Batas kemaknaan yang dipakai

dengan taraf signifikasi (α) ) 0,05.

Keterangan :

X2 = Chi Kuadrat

41

F0 = Frekuensi yang diobservasi

Fh = Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2010).

4. Uji Statistik

Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data

kuesinoer perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas (Notoatmodjo,

2005;h.129). Perhitungan hasil uji coba dengan menggunakan bantuan

komputer program Software Statistical Program Social Science

(SPSS).

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,

2005:h.129). Teknik yang dipakai untuk mengetahui validitas

angket menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson

sebagai berikut :

2222 YYNXXN

YXXYNR

Dengan keterangan :

N : jumlah responden

X : pertanyaan nomor ke-x

Y : skor total

XY : skor pertanyaan nomor ke-x dikali skor total

42

Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS For

Windows menghasilkan nilai korelasi dan signifikansi. Hasil

perhitungan untuk menentukkan valid tidaknya suatu item

pertanyaan akan di bandingkan dengan r tabel pada N jumlah

sampel untuk taraf signifikan 5%. Apabila r hitung > r tabel maka

item pertanyaan dinyatakan valid. Apabila r hitung < r tabel maka

item pertanyaan dinyatakan tidak valid. (Riwidikdo, 2009; h. 155).

Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden yaitu remaja

putri kelas XII yang mempunyai karakteristik yang sama yang

tinggal di lingkungan Madrasah Aliyah Al Mukmin Sukoharjo.

Dari 30 kuesioner didapat hasil 28 item pertanyaan valid dan 2 item

pertanyaan tidak valid. 2 item pertanyaan yang tidak valid yaitu

item 9, 13. Untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, butir

kuesioner yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian.

Berdasarkan hasil statistika pada uji validitas tingkat

pengetahuan anemia dan pola makan didapat r hitung antara 0,364

sampai 0,901. Hal ini menunjukkan r hitung > r tabel (0,364- 0,901

> 0, 361) dengan N=30 dan taraf signifikansi 5 %.

b. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

( Notoatmojdo,2005;h.133)

43

Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus

koefisien Cronbach’s Alpha sebagai berikut:

= (

) {

} Keterangan :

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya.

∑∞2b = jumlah varians butir

δt2 = varians total

Hasil perhitungan dengan rumus alpha Crobsnch’s

disimpulkan apabila nilai koefisiensi alpha Crobanch’s > 0,7 maka

instrumen penelitian dinyatakan reliebel sehingga dapat digunakan

untuk penelitian. Apabila koefesiensi alpha Crobanch’s < 0,7 maka

instrumen dinyatakan tidak reliebel sehingga tidak dapat digunakan

untuk penelitian. (Riwidikdo, 2010; h. 149).

Dari hasil hitung validitas didapat 28 item kuesioner valid

dan 2 item kuisioner tidak valid, kemudian akan diuji

reliabilitasnya, dengan rumus diatas dan didapat bahwa hasil r 11

adalah 0,951. Jika nilai α > 0,7 maka dikatakan reliable. Karena 0,

951 > 0,7 maka item pertanyaan dikatakan reliable dan dapat

digunakan sebagai instrument penelitian.

H. Alur Penelitian

1. Tahap Persiapan

44

Dimulai dari pengurusan ijin penelitian pada tanggal 20 Februari

2013 yang ditujukan pada kepala yayasan ponpes Al Mukmin

Sukoharjo. Kemudian menyiapkan bahan penelitian berupa kuesioner.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data awal sebagai

bahan untuk menyusun latar belakang permasalahan. Selanjutnya

melaksanakan penelitian dengan tahapan sebagai berikut:

a. Permintaan surat dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

b. Mengajukan surat penelitian ke Yayasan Ponpes Islam Al Mukmin

Sukoharjo, dilanjutkan pengambilan data sekunder.

c. Menghitung jumlah populasi kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo

yaitu sebesar 59 remaja putri dan menggunakan sampel jenuh atau

totaly sampling

d. Melakukan studi pendahuluan di kelas XII MAK Al Mukmin

Sukoharjo

e. Mengadakan penelitian dengan menyebarkan kuesioner tertutup pada

responden yang berisi tentang pernyataan mengenai pengetahuan

remaja tentang anemia dan pertanyaan tentang pola makan kepada

responden sesuai kriteria yang telah ditentukan.

Setelah responden selesai menjawab kuesioner, kemudian

kuesioner diperiksa mengenai kelengkapan serta kebenaran jawabannya.

Selanjutnya kuesioner dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan dan

analisa data.

45

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dimulai dengan pengolahan data, dilanjutkan dengan

analisis data dan dilaporkan serta disimpulkan, penyajian data dalam

bentuk laporan Karya Tulis Ilmiah.

I. Jadwal Penelitian

Terlampir

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek

penelitian manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusaia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga

penelitian yang akan dilaksanakan beanar-benar menjunjung tinggi

kebebasan manusia. Masalah etika juga merupakan hal yang harus

diperhatikan dalam penelitian, diantaranya:

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan menjadi responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan

46

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informaasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2010;h. 92-92).

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Islam Al Mukmin terletak di Desa

Ngruki Cemani Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo, Luas bangunan

±3000m2

yang terdiri dari asrama putra dan asrama putri , unit Madrasah

Aliyah Keagamaan yang mempunyai visi terbentuknya generasi muslim yang

siap menerima dan mengamalkan islam secara kaffah. Berbatasan dengan Solo

bagian selatan dan struktur kepengurusan meliputi Yayasan Al- Mukmin.

Direktur yang dipimpin oleh KH Wahyuddin, Kepala Madrasah yang dipimpin

oleh bapak Ibnu Chanifah, S.Ag. fasilitas yang ada di MAK Al Mukmin

Sukoharjo meliputi ruang tidur siswi, ruang makan, dapur, laboratorium

bahasa, laboratorium sains, aula pesantren, masjid, 2 perpustakaan, ruang

multimedia komputer, 12 ruang kelas, meliputi 4 kelas X, 4 kelas XI, untuk

kelas XII terdapat 4 ruang kelas yang terdiri dari 1 kelas ipa 1 kelas ips dan 2

kelas keagamaan. Selain itu di MAK Al Mukmin Sukoharjo juga terdapat

kegiatan ekstrakulikuler untuk para siswi putri diantaranya qiro’ah, tata boga,

menjahit, pidato, renang, basket.

47

48

2. Karakteristik responden

a. Umur

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur

Umur frekuensi prosentase

16 th 1 2%

17 th 23 39%

18 th 20 34%

19 th 14 24%

20 th 0 0%

21 th 1 2%

Total 59 100%

Gambar 4.1 karakteritik responden berdasarkan umur

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebanyak 23 orang (39%),

sebagian kecil responden yang berumur 20 tahun yaitu 0 (0%).

1%

39%

34%

24%

0% 2%

umur

16 th

17 th

18 th

19 th

20 th

21 th

49

b. Pengetahuan

Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia

pengetahuan frekuensi prosentase

Baik 14 24%

Cukup 30 51%

Kurang 15 25%

total 59 100%

Gambar 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia

Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 30 orang

(51%), sedangkan sisanya cukup berimbang, dan sebagian kecil

responden yang pengetahuannya baik sebanyak 14 orang (24%).

24%

51%

25%

pengetahuan

baik

cukup

kurang

50

c. Pola makan

Tabel 4.3 Distribusi Pola makan remaja Putri

pola makan frekuensi Prosentase

baik 18 31%

cukup 26 44%

kurang 14 24%

total 58 98%

Gambar 4.3 Distribusi Pola makan Remaja Putri

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pola makan sebagian

besar responden dikategorikan cukup yaitu sebanyak 26 orang (46%),

dan sebagian kecil responden yang pola makannya kurang ada 14 orang

(24%).

31%

45%

24%

pola makan

baik

cukup

kurang

51

3. Analisis hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan pola makan

Tabel 4.4 Cross Tabulation hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang

anemia dengan pola makan di MAK Al Mukmin Sukoharjo

pengetahuan * pola_makan Crosstabulation

pola_makan

Total kurang Cukup baik

Pengetahuan Kurang Count 8 5 2 15

% within

pengetahuan

53.3% 33.3% 13.3% 100.0%

% of Total 13.6% 8.5% 3.4% 25.4%

Cukup Count 5 14 11 30

% within

pengetahuan

16.7% 46.7% 36.7% 100.0%

% of Total 8.5% 23.7% 18.6% 50.8%

Baik Count 1 8 5 14

% within

pengetahuan

7.1% 57.1% 35.7% 100.0%

% of Total 1.7% 13.6% 8.5% 23.7%

Total Count 14 27 18 59

% within

pengetahuan

23.7% 45.8% 30.5% 100.0%

% of Total 23.7% 45.8% 30.5% 100.0%

Dalam hubungannya antara pengetahuan tentang anemia dengan pola

makan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Responden yang pengetahuannya kurang cenderung memiliki pola

makan katergori kurang hal ini dapat dilihat dari 15 responden yang

pengetahuannya kurang, separuhnya memiliki pola makan kurang.

Responden yang pola makannya cukup ada 5 orang, dan hanya ada 2

responden yang pola makannya baik.

52

b. Responden yang pengetahuannya cukup baik cenderung memiliki pola

makan cukup baik pula. Hal ini dapat dilihat dari 30 responden yang

pengetahuanya cukup separuhnya memiliki pola makan cukup.

Responden yang pola makannya baik ada 11 orang, dan hanya ada 5

respoden atau seperenamnya (1/6) yang memiliki pola makan kurang.

c. Responden yang pengetahuannya baik cenderung memiliki pola makan

cukup, yaitu dari 14 orang lebih dari separuhnya yaitu 8 orang yang

memiliki pola makan cukup. Meskipun memiliki kecenderungan yang

sama dengan yang pengetahuannya cukup, tetapi sangat kecil

kemungkinannya responden yang pengetahuannya baik memiliki pola

makan kurang dalam tabel diatas diketahui dari 14 orang yang

pengetahuannya baik hanya ada 1 responden yang pola makannya

kurang.

Tabel 4.5 Uji Chi Square

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 10.649a 4 .031

Likelihood Ratio 10.265 4 .036

Linear-by-Linear

Association

6.393 1 .011

N of Valid Cases 59

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 3,32.

53

Hasil uji statistik dengan menggunakan pearson chi square didapatkan nilai

X2 hitung sebesar 10.649, dengan nilai probabilitas sebesar 0,031. Kedua

variabel dinyatakan berhubungan jika nilai X2 hitung > X

2 tabel 10.649 > 9.488

dan p < dari p tabel 0,031 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara

tingkat pengetahuan tentang anemia dengan pola makan seseorang.

B. Pembahasan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)”. Faktor- faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah informasi yang di dapat, lingkungan,

pengaruh orang terdekat, pendidikan, orang tua, dan pengalaman seseorang

(Wawan & Dewi, 2010; h. 16).

Berdasarkan karakteristik umur responden di kelas XII MAK Al Mukmin

Sukoharjo pada Tabel 4.1 hal; 41 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebanyak 23 orang (39%),

tidak ada responden yang berumur 20 tahun, tetapi ada 1 responden yang

berumur 16 tahun dan 21 tahun. Menurut World Health Organitation (WHO)

batasan remaja adalah usia 10-19 tahun, sementara United Nations (UN)

menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15- 24 tahun. Ini

54

kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (youg pople) yang mencakup

usia 10-24 tahun ( Proverawati & Kusuma, 2011; h. 82). Hasil penelitian ini

sesuai teori diatas yang ditunjukan dengan sebagian besar responden yaitu

remaja putri pada kelompok umur 17 tahun, 16 tahun hingga 21 tahun. Dari

hasil penelitian tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil

penelitian.

Tabel 4.2 hal; 42 menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya

baik sebanyak 14 orang (24%) sedangkan sisanya cukup berimbang. Sebagian

besar responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 30 orang

(51%), dan yang pengetahuannnya kurang 15 orang (25%). Faktor- faktor

yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi yang di dapat, lingkungan,

pengaruh orang terdekat, pendidikan, orang tua, dan pengalaman seseorang

(Wawan & Dewi, 2010; h. 16). Hasil penelitian ini sesuai teori diatas yang

ditunjukkan dengan sumber informasi yang di dapat, lingkungan, pengaruh

orang terdekat, pendidikan, orang tua, dan pengalaman seseorang

mempengaruhi pengetahuan siswi dimana dari segi umur mayoritas 17 tahun

dengan lingkungan yang sama, pengetahuan siswi mayoritas dalam kategori

cukup bahkan baik sehingga cenderung memilih asupan makanan bergizi

daripada makanan siap saji dalam mengatur pola makan. Dari hasil penelitian

tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil penelitian.

Tabel 4.3 hal; 43 menunjukkan bahwa responden yang pola makannya

baik ada 18 orang (31%), sebagian besar responden dikategorikan cukup yaitu

55

sebanyak 26 orang (46%), dan responden yang pola makannya kurang ada 14

orang (24%). pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap

hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok

masyarakat tertentu (Soegeng Santoso & Anne Lies Ranti 2009;h.89). Hasil

penelitian sesuai teori diatas yang ditunjukan sebagian besar responden

memiliki pengetahuan cukup dan baik, dari informasi yang didapat sehingga

berdampak positif terhadap pola makan, dengan hasil sebagian besar

responden memiliki pola makan cukup pula. Dari hasil penelitian tersebut

tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil penelitian.

Tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa pada 14 responden (23,7%)

berpengetahuan baik cenderung memiliki pola makan cukup bahkan baik,

pada 30 responden (50,8%) berpengetahuan cukup cenderung memiliki pola

makan cukup, pada 15 responden (25,4%) berpengetahuan kurang cenderung

memiliki pola makan kurang. Pengetahuan akan memotivasi seseorang untuk

berperilaku sehat (Emilia, 2008; h.13). Hasil penelitian sesuai teori diatas

yang ditunjukkan bahwa pengetahuan yang baik maka akan memotivasi

seseorang untuk memiliki kebiasaan baik, pengetahuan kurang akan

memotivasi seseorang untuk memiliki kebiasan kurang dalam memilih asupan

makanan. hasil penelitian tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil

penelitian.

56

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4 Cross Tabulation hal; 44

menunjukkan bahwa Responden yang pengetahuannya kurang cenderung

memiliki pola makan katergori kurang hal ini dapat dilihat dari 15 responden.

Responden yang pola makannya cukup ada 5 orang, dan hanya ada 2

responden yang pola makannya baik. Responden yang pengetahuannya cukup

baik cenderung memiliki pola makan cukup baik pula. Hal ini dapat dilihat

dari 30 responden yang pengetahuanya cukup separuhnya memiliki pola

makan cukup. Responden yang pola makannya baik ada 11 orang, dan hanya

ada 5 respoden atau seperenamnya (1/6) yang memiliki pola makan kurang.

Responden yang pengetahuannya baik cenderung memiliki pola makan cukup,

yaitu dari 14 orang lebih dari separuhnya yaitu 8 orang yang memiliki pola

makan cukup. Meskipun memiliki kecenderungan yang sama dengan yang

pengetahuannya cukup, tetapi sangat kecil kemungkinannya responden yang

pengetahuannya baik memiliki pola makan kurang dalam tabel diatas

diketahui dari 14 orang yang pengetahuannya baik hanya ada 1 responden

yang pola makannya kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa orang yang

memiliki pengetahuan yang baik maka akan memiliki kebiasaan pola makan

yang baik pula.

Keterkaitan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan

pola makan dibuktikan dengan uji statistik yang menunjukkan hubungan yang

signifikan. Hasil uji statistik dengan menggunakan pearson chi square

didapatkan nilai X2 hitung sebesar 10.649, dengan nilai probabilitas sebesar

0,031. Kedua variabel dinyatakan berhubungan jika nilai X2 hitung > X

2 tabel

57

10.649 > 9.488 dan p < dari p tabel 0,031 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada

hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan pola makan

seseorang. Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini terdapat hubungan

antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di

MAK Al Mukmin Sukoharjo.

Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Penelitian ini sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa perilaku atau kebiasaan yang didasari

pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka kebiasaan tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya jika tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. ( Notoadmojo,

2007; h. 140).

C. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih terdapat

keterbatasan yaitu keterbatasan waktu, tenaga, dana dan frekuensi tatap muka

dengan responden karena dalam proses ujian akhir sehingga hasilnya

mungkin kurang maksimal, penelitian ini merupakan penelitian pertama bagi

peneliti sehingga masih dalam tahap belajar.