stikes pku riameiisna 27 1 riamei i dapatttt

114
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA Tn. H DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI BANGSAL MELATI 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan Oleh : RIA MEI ISNAWATI 2011.1373 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: rylhy-ulhye-noanyus

Post on 17-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dapaattt

TRANSCRIPT

Page 1: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

i

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

PADA Tn. H DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI BANGSAL

MELATI 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka

Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan

Oleh :

RIA MEI ISNAWATI

2011.1373

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Kajian Asuhan Keperawatan Kelebihan Volume

Cairan pada Tn. H dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Bangsal Melati 1 RSUD

Dr. Moewardi Surakarta”, telah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan dihadapanTim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Program Studi DIII Keperawatan STIKES

PKUMuhammadiyah Surakarta

DiajukanOleh :

RIA MEI ISNAWATI

NIM. 2011.1373

Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 1 Juli 2014

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

SitiSarifah, S.Kep.Ns.,M.Kep. MetiaAriyanti, S.Kep.Ns.

NIDN. 0620047603 NIDN. -

Page 3: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

iii

LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

PADA Tn. H DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)DI BANGSAL

MELATI 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh :

RIA MEI ISNAWATI

NIM. 2011.1373

Kajian Asuhan Keperawatan ini telah diseminarkan dan diujikan

pada tanggal : 3 Juli 2014

Susunan Tim Penguji :

Penguji I Penguji II Penguji III

Cemy NurFitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

NIDN. 0623087703

Weni Hastuti,S.Kep.,M.Kes.

NIDN. 0618047704

Siti Sarifah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

NIDN.0620047603

Mengetahui,

Ketua STIKES

PKU Muhammadiyah Surakarta

Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes.

NIDN. 0618047704

Page 4: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul:

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

PADA Tn. H DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI BANGSAL

MELATI 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, tugas akhir ini karya

saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah

di ajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis

disuatu Institusi Pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain atau

kelompok lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam naskah ini dan dalam

daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2014

Ria Mei Isnawati

Page 5: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

v

MOTTO

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah

untuk dirinya sendiri”

(QS Al-Ankabut [29]:6)

“Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu”

(QS Al-Baqarah :282)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

(Aristoteles)

“Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu

mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kesalahan diri

sendiri”

(Penulis)

“Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya”

(Penulis)

Page 6: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Heri Subagyo

dan ibu Jasmiyati tercinta, yang selalu

memberikan kasih sayang yang tulus,

dukungan, semangat, bantuan moril maupun

materiil, serta do’anya dalam segala hal,

2. Adik penulis Lisma Nikmah Fahreza yang saya

sayangi dan menjadi penyemangat penulis

dalam belajar.

3. Septian Bimas Prasetya seseorang yang

bersedia menemani penulis dari titik bawah,

seseorang yang memberikan semangat,

dukungan, dan do’anya dalam segala hal.

4. Dosen pembimbingku Bu Sarifah dan Bu Metia

yang telah memberi semangat, motivasi, dan

ide-idenya, yang sabar membimbing dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

Page 7: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

vii

5. Puput Zetin Yuniasari yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi untuk penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Rekan Lindul dan rekan Sandik (Puzzle) yang

telah memberikan semangat dan dukungan saat

agenda selama penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini.

7. Almamaterku STIKES PKU Muhammadiyah

Surakarta.

8. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi

semangat dan dukungannya.

9. Teman-teman Stikes PKU Muhammadiyah

Surakarta dan adik-adik tingkat yang penulis

sayangi.

Page 8: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

viii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas

rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Kajian Asuhan Keperawatan

Kelebihan Volume Cairan pada Tn. H dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di

Bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun

untuk memenuhi persyaratan tugas akhir dalam rangka menyelesaikan pendidikan

program studi Diploma III Keperawatan.

Dengan adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis

menyadari bahwa tanpa bimbingan dan pengarahan dari pembimbing maupun pihak

lain, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes. selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah.

2. Ibu Cemy Nur Fitria, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan

STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

3. Ibu Siti Sarifah, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Ibu Metia Ariyanti, S.Kep.Ns. selaku pembimbing II yang telah membimbing

dan mengarahkan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Page 9: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

ix

5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

6. Bapak dan ibu saya tercinta yang senantiasa membimbing dan mendo’akan

keberhasilan saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Teman-teman yang telah memberi dukungan serta do’anya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi

bantuan selama penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaanKarya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi tenaga

kesehatan umumnya dan semua perawat khususnya.

Surakarta, Juli 2014

Penulis,

Ria Mei Isnawati

Page 10: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

x

ABSTRAK

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA Tn. H DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI BANGSAL MELATI 1 RSUD Dr.

MOEWARDI SURAKARTA Ria Mei Isnawati1, Metia Ariyanti2, Siti Sarifah3

Latar Belakang: Di negara Afrika, insiden gagal ginjal kronik 3-4 kali lipat dibandingkan negara maju. Angka kematiannya mencapai 200 kejadian perjuta penduduk. Kejadian baru 34-200 perjuta populasi Afrika Selatan (Arizal, 2009).Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal saat ini terbilang tinggi, mencapai 300.000 orang tetapi belum semua pasien dapat tertangani oleh para tenaga medis, baru sekitar 25.000 orang pasien dapat ditangani, artinya ada 80% pasien tak tersentuh pengobatan sama sekali (Susalit, 2012). Data rekam medik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan pasien dengan penyakit GGK pada tahun 2014 selama 6 bulan, dimulai bulan Januari sampai Juni diantaranya sekitar 572 orang, laki-laki 323orang, perempuan 249orang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan volume cairan. Tujuan:Melakukan kajian asuhan keperawatan kelebihan volume cairan pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK). Metode: Kajian asuhan keperawatan ini dilakukan dengan cara deskriptif. Hasil: Tn. H mengatakanperut terasa kembung dan terdapat edema pada kaki kanan. Hasil pengkajian pada Tn. H di dapatkan tiga (3) diagnosa keperawatan yaitu kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran urine, pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,pembatasan diet. Kesimpulan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien mengatakan perut kembung berkurang, masih terdapat edema pada kaki kanan, sesak nafas berkurang dan makan habis 1 porsi, tidak mual dan muntah. Kata Kunci: Kelebihan volume cairan, Gagal Ginjal Kronik

1. Mahasiswa Program DIII Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Dosen Pengampu Program DIII Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Dosen Pengampu Program DIII Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta

Page 11: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

xi

ABSTRACT

A STUDY OF NURSING CAREON FLUID VOLUME EXCESS FOR Mr. H WITH CHRONIC RENAL FAILURE (CRF) AT MELATI 1 Dr. MOEWARDI

SURAKARTA HOSPITAL Ria Mei Isnawati1, Metia Ariyanti2, Siti Sarifah3

Background: In African countries, the incidence of chronic renal failure 3-4 fold compared to developed countries. Mortality rate of 200 events every million population. The new Genesis 34-200 every million population of South Africa (Arizal, 2009). In Indonesia, the number of patients with kidney failure this time is high, reaching 300.000 people but not all patients can be handled by the medical personnel, approximately 25.000 new patients can be treated, meaning that 80% of patients no treatment at all untouched (Susalit, 2012). Medical records inDr. Moewardi Surakarta hospital showed patients with CRF in 2014 for 6 months, starting in January through June of which around 572 people, 323 men, 249 women. Based on the background described, the authors are interested in performing nursing care in patients with CRF excess fluid volume. Objective:Carrying out observation of study of nursing care for excess fluid volume in patients withChronicRenal Failure (CRF). Methods:This study of nursing care is conducted with descriptive method. Results:Mr. H said the stomach was bloated and there is edema in the right leg. The results of the assessment on Mr. H in get three (3) nursing diagnoses which excess fluid volume from the renal dysfunction: decreased urine output, Ineffective breathing pattern from the inadequate supply of oxygen and nutrients changes less than body requirements from the anorexia, nausea, dietary restrictions. Conclusion: After nursing actions for 3 x 24 hours the patient said flatulence is reduced, there are still on the right foot edema, shortness of breath and reduced feed in one portion, no nausea and vomiting. Keywords: Excessfluid volume, Chronic Renal Failure

1. Student of Diploma 3 Program of Nursing Care of PKU Muhammadiyah Surakarta

2. Lecturer of Nursing Care of Diploma 3 Program of PKU MuhammadiyahSurakarta

3. Lecturer of Nursing Care of Diploma 3 Program of PKU MuhammadiyahSurakarta

Page 12: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH .... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

C. Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Gagal Ginjal Kronik .................................................... 5

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan .................................... 5

a. Bagian Sistem Perkemihan ...................................................... 5

b. Proses Perkemihan ................................................................... 10

Page 13: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

xiii

c. Ciri-Ciri Urine Normal ............................................................ 10

d. Komposisi Urine Normal ......................................................... 11

e. Fungsi Ginjal ............................................................................ 11

2. Pengertian ...................................................................................... 12

3. Etiologi ........................................................................................... 12

4. Manifestasi Klinik .......................................................................... 13

5. Patofisiologi ................................................................................... 14

6. Komplikasi dan Prognosa Penyakit ............................................... 16

7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 17

8. Penatalaksanaan ............................................................................. 19

B. Tinjauan TeoriVolume Cairan ............................................................. 20

1. Pengertian ...................................................................................... 20

2. Komposisi Cairan Tubuh .............................................................. 21

3. Fungsi Cairan ................................................................................ 21

4. Pergerakan Cairan Tubuh .............................................................. 21

5. Gangguan Keseimbangan Cairan .................................................. 23

6. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan ..................... 28

7. Mengukur Intake dan Output Cairan............................................. 30

C. Teori Asuhan Keperawatan GGK dengan Kelebihan Volume Cairan 31

1. Fokus Pengkajian .......................................................................... 31

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan .......................................... 33

3. Evaluasi ......................................................................................... 41

D. Pathway ................................................................................................ 42

Page 14: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

xiv

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus .............................................................................. 43

B. Tempat dan Waktu ............................................................................... 43

C. Subyek Studi Kasus ............................................................................. 43

D. Instrumen ............................................................................................. 44

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 44

BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Resume Kasus ...................................................................................... 46

B. Pembahasan .......................................................................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 69

B. Saran .................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan............................................. 33

Tabel 4.1 Analisa Data...................................................................................... 52

Page 16: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Anatomi Ginjal .............................................................................. 10

Gambar 2.2Pathway ......................................................................................... 42

Page 17: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Ijin Studi Kasus

Lampiran 2. Lembar Ethical Clearance

Lampiran 3. Lembar Pengantar Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan

Lampiran 5. Jadwal Studi Kasus

Lampiran 6. Format Pengkajian

Lampiran 7. Asuhan Keperawatan Kelebihan Volume Cairan pada Tn. H dengan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Bangsal Melati 1 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta

Lampiran 8. Format Vital Sign dan Balance Cairan Untuk Perawat

Lampiran 9. Format Balance Cairan Untuk Pasien

Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 11. Leaflet Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Lampiran 12. Lembar Konsultasi

Page 18: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal progresif

yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia(Nursalam dan Baticaca, 2009 :

47). GGK merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena penyakit ini dapat

berlangsung lama dan mematikan. Penyakit GGK dapat disertai komplikasi,

yaitu anemia, gagal jantung kongestif, hipertensi, osteodistrofi renal,

hiperkalemia, ensefalopati uremik dan pruritus (gatal), ketidakseimbangan cairan

dan elektrolit serta dapat terjadi koma atau kematian jika tanpa pengobatan

(Corwin, 2009 : 730).

Pada pasien GGK dengan kreatinin yang tinggi dipastikan pasien tersebut

akan mengalami edema. Edema dapat terjadi karena cairan ekstra seluler

meningkat, sehingga terjadi kelebihan volume cairan. Manusia membutuhkan

cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan

tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Air menempati

proporsi yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70%

berat badan pria dewasa dan 55% tubuh pria usia lanjut. Sedangkankandungan

air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria (Wahit, 2007).

Di negara Afrika, insiden gagal ginjal kronik 3-4 kali lipat dibandingkan

negara maju. Angka kematiannya mencapai 200 kejadian perjuta penduduk.

Kejadian baru 34-200 perjuta populasi Afrika Selatan (Arizal, 2009).Di

1

Page 19: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

2

Indonesia jumlah penderita gagal ginjal saat ini terbilang tinggi, mencapai

300.000 orang tetapi belum semua pasien dapat tertangani oleh para tenaga

medis, baru sekitar 25.000 orang pasien dapat ditangani, artinya ada 80% pasien

tak tersentuh pengobatan sama sekali (Susalit, 2012). Kasus gagal ginjal di Jawa

Tengah tahun 2009 dengan tindakan hemodialisa yang berjumlah sekitar 32010

tindakan. Kasus gagal ginjal di Jawa Tengah yang tertinggi adalah Kota

Surakarta 1497 kasus (25,22%) dan yang kedua adalah Kabupaten Sukoharjo

yaitu 742 kasus (12,50%) (Dinkes Jateng, 2008).

Data rekam medik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan

pasien dengan penyakit GGK pada tahun 2014 selama 6 bulan, dimulai bulan

Januari sampai Juni diantaranya sekitar 572 orang, laki-laki 323orang,

perempuan 249orang (Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2014).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk

melakukan asuhan keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan volume

cairan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah penulis dapat memberikan asuhan

keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan volume cairan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penulisan ini bertujuan agar mahasiswa dapat:

Page 20: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

3

a. Memahami teori pengertian, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,

komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pada GGK

dengan kelebihan volume cairan.

b. Memahami teori dan asuhan keperawatan tentang kelebihan volume

cairan.

c. Memahami, melakukan dan menyusun asuhan keperawatan pada pasien

GGK dengan kelebihan volume cairan.

d. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan

volume cairan.

e. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan

volume cairan.

f. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien GGK dengan

kelebihan volume cairan.

g. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan

volume cairan.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif pada pasien GGK dengan kelebihan volume

cairan.

2. Bagi Insitusi Pendidikan

a. Karya tulis ilmiah ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan bacaan

kepustakaan.

Page 21: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

4

b. Dapat sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan

dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan perawat untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan terutama pada pasien GGK dengan kelebihan volume

cairan.

4. BagiRumahSakit

Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayanan pada pasien

GGK dengan kelebihan volume cairan. Supaya derajat kesehatan pasien

lebih meningkat.

5. Bagi Pasienatau Keluarga

Pasien penderita GGK dengan kelebihan volume cairan bisa

menerima perawatan yang maksimal dari petugas kesehatan. Sehingga

keluarga bisa menjaga anggota keluarga yang lain supaya terhindar dari

penyakit GGK.

Page 22: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Gagal Ginjal Kronik

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

a. Bagian Sistem Perkemihan

1) Sistem perkemihan

Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih

dan uretra. Ginjal mengeluarkan sekret urine, ureter mengeluarkan

urine dari ginjal ke kandung kemih yang bekerja sebagai penampung

urine kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di

daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus

lapisan lemak yang tebal, di belakang peritoneum, atau di luar rongga

peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang,

mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis

ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati

yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal

pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm dan berat

sekitar 140 gram. Terdapat kelenjar suprarenalis atau kelenjar adrenal

pada bagian atas.

5

Page 23: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

6

2) Struktur ginjal

Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dari jaringan fibrus dan

membentuk pembungkus yang halus. Dalam ginjal terdapat struktur

ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks di sebelah luar dan

medula di sebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa

piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum

dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan

pelvis ginjal.

3) Nefron

Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan

satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap

ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi

atau glomerulu) yang tertanam dalam ujung atas yang lebar pada

urinefrus. Tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus.

Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah

simpa yang disebut simpai henle, kemudian tubulus itu berkelok-

kelok lagi, yang dikenal dengan kelokan kedua atau tubulus distal,

yang bersambung dengan tubulus penampang yang berjalan melintasi

korteks dan medula, lalu berakhir di salah satu piramidalis.

4) Pembuluh Arteri

Arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke

ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan

menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk simpul dari

Page 24: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

7

kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malphigi, yaitu glomerulus.

Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi

ke dalam jaringan peritubular kapiler. Kapiler ini menyuplai tubulus

dan menerima materi yang direabsorpsi oleh struktur tubular.

Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang bercabang-cabang

membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler

ini bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari

ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainnya

membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme konsentrasi

ginjal.

5) Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal

Glomerulus berfungsi sebagai saringan. Setiap menit, kurang

lebih satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir

melalui glomerulus dan sekitar 100 cc (10%) disaring keluar. Plasma

yang berisi garam, glukosa dan benda halus lainnya disaring. Namun,

sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori

saringan dan tetap tinggi dalam darah. Cairan yang disaring yaitu

filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tubulus renalis dan sel-

selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh serta

membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan normal, semua

glukosa dan sebagian besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk

buangan dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi sekresi adalah

filtrasi gromerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus. Berat

Page 25: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

8

jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam

urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. Bila ginjal

mengencerkan urine (misalnya sesudah minum air), maka berat

jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine, maka berat

jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal diukur

menurut berat jenis tertinggi.

Tes fungsi ginjal 1) tes untuk protein. Bila ada kerusakan pada

glomerulus atau tubulus, maka protein bocor masuk ke urine; 2)

mengukur konsentrasi urea darah. Bila ginjal tidak cukup

mengeluarkan ureum, maka ureum darah meningkat di atas kadar

normal 20-40 mg per 100 cc darah karena filtrasi glomerulus harus

turun sampai 50% sebelum kenaikan kadar urea darah terjadi; 3) tes

konsentrasi. Tes ini dilakukan dalam keadaan puasa selama 12 jam

untuk melihat kenaikan BJ urine.

Ureter merupakan saluran retroperitoneum yang menghubungkan

ginjal dengan kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui

fasia gerota dan kemudian menyilang muskulus psoas dan pembuluh

darah iliaka komunis. Ureter berjalan sepanjang sisi posterior pelvis,

di bawah vas deferen dan memasuki basis vesika pada trigonum.

Pasokan darah ureter berasal dari pembuluh darah renalis, gonad,

aorta, iliaka komunisdan iliaka interna. Susunan saraf otonom pada

dinding ureter memberikan aktivitas peristaltik, dimana kontraksi

berirama berasal dari pemacu proksimal yang mengendalikan

Page 26: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

9

transpor halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung

kemih.

Kandung kemih (vesika urinaria-VU) berfungsi sebagai

penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi.

Kandung kemih terletak di dalam panggul besar dan di belakang

simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah

adalah basis sedangkan bagian atas disebut fundus. Puncaknya

mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis. Dinding

kandung kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot,

lapisan submukosa dan lapisan mukosa dari epitelium transisional.

Tiga saluran bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter

bermuara secara oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan

urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung

kemih sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan

uretra disebut segitiga kandung kemih (trigonum vesika urinarius).

Pada wanita, kandung kemih terletak di antara simpisis pubis, uterus

dan vagina. Setelah dari uterus, kandung kemih dipisahkan oleh

lipatan peritoneu ruang uterovesikal atau ruang Douglas.

Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung

kemih ke lubang luar, dilapisi oleh membran mukosa yang

bersambung dengan membran yang melapisi kandung kemih. Meatus

urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter

Page 27: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

10

uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm sedangkan pada

pria 17-22,5 cm (Nursalam dan Baticaca, 2009 : 2-6).

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal

b. Proses Perkemihan

Mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan berkemih

disebabkan oleh penambahan tekanan dan isi urine di dalam kandung

kemih. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan

miksi yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat

dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan. Kandung kemih

dikendalikan oleh saraf pelvis dan serabut simpatik dari pleksus

hipogastrik (Nursalam dan Baticaca, 2009 : 6).

c. Ciri-Ciri Urine Normal

Rata-rata jumlah urine normal adalah 1-2 liter sehari, namun

jumlah yang dikeluarkan berbeda setiap kalinya sesuai jumlah cairan yang

masuk. Warna urine yang normal adalah bening orange pucat tanpa

Page 28: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

11

endapan, berbau tajam, memiliki reaksi sedikit asam dengan pH rata-rata

6, dan BJ berkisar antara 1010-1025 (Nursalam dan Baticaca, 2009 : 6).

d. Komposisi Urine Normal

Urine terutama terdiri atas air, urea dan natrium klorida. Ureum

merupakan hasil akhir metabolisme protein dan berasal dari asam amino

dalam hati yang mencapai ginjal. Kandungan ureum normal dalam darah

sekitar 30-100 cc, namun tergantung dari jumlah protein yang dimakan

dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Kreatinin adalah hasil

buangan metabolisme protein dalam otot. Produk metabolisme mencakup

benda-benda purin, oksalat, fosfat dan sulfat. Elektrolit atau garam seperti

natrium dan kalium klorida diekskresikan untuk mengimbangi jumlah

yang masuk melalui mulut (Nursalam dan Baticaca, 2009 : 7).

e. Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal adalah sebagai tempat mengatur air, sebagai tempat

mengatur konsentrasi garam dalam darah, sebagai tempat mengatur

keseimbangan asam-basa darah dan sebagai tempat ekskresi dan

kelebihan garam (Nursalam dan Baticaca, 2009 : 3).

Fungsi ginjal menurut Baradero (2008 : 1) yaitu : 1) mengatur

volume dan osmolalitas cairan tubuh, 2) mengatur keseimbangan

elektrolit, 3) mengatur keseimbangan asam-basa, 4) mengekskresi sisa

metabolik, toksin, dan zat asing, 5) memproduksi dan menyekresi

hormon.

Page 29: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

12

2. Pengertian

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang

progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

sehingga terjadi uremia (Kusuma dan Nurarif, 2012 : 193).

Gagal ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua

ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok

untuk kelangsungan hidup (Baradero, 2008 : 124).

GGK adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan

ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar

dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau

transplantasi ginjal) (Nursalam dan Baticaca, 2009 : 47).

GGK adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil (Colvy, 2010 :

40). GGK adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus-menerus

(Corwin, 2009 : 729). GGK merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang

progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab (Price, 2005 :

917).

3. Etiologi

GGK disebabkan oleh fungsi renal menurun karena produk akhir

metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan

terjadinya uremia dan memengaruhi seluruh sistem tubuh (Nursalam dan

Baticaca, 2009 : 47).

Page 30: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

13

Penyebab GGK menurut Price (2005 : 918) dibagi menjadi delapan

kelas, antara lain :

a. Penyakit Infeksi tubulointestinal misalnya pielonefritis kronik atau refluks

nefropati.

b. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis.

c. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,

nefrosklerosis maligna dan stenosis arteria renalis.

d. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis

nodosa dan sklerosis sistemik progresif.

e. Gangguan kongenital dan hereditar misalnya penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulus ginjal.

f. Penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme

dan amiloidosis.

g. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik dan nefropati timah.

h. Nefropati obstruktif misalnya traktus urinarius bagian atas : batu,

neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah :

hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria

dan uretra.

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik GGK menurut Nursalam dan Baticaca (2009 : 49)

antara lain :

a. Gatrointestinal : ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.

Page 31: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

14

b. Kardiovaskuler : Hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG),

perikarditis, efusi perikardium dan tamponade perikardium.

c. Respirasi : edema paru, efusi pleura dan pleuritis.

d. Neuromuskular : lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan

muskular, neuropati perifer, bingung dan koma.

e. Metabolik/endokrin : inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks

menyebabkan penurunan libido, impoten dan amnenorhoe (wanita).

f. Cairan elektrolit : gangguan asam-basa menyebabkan kehilangan sodium

sehingga terjadi dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia dan

hipokalsemia.

g. Dermatologi : pucat, hiperpigmentasi, pruritus, eksimosis, dan uremia

frost.

h. Abnormal skeletal : osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.

i. Hematologi : anemia, defek kualitas flatelat dan perdarahan meningkat.

j. Fungsi psikososial : perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan

proses kognitif.

5. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit GGK pada awalnya tergantung pada penyakit

yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang

terjadi kurang lebih sama. Mula-mula karena adanya zat toksik, infeksi dan

obstruksi saluran kemih yang menyebabkan retensi urine. Dari penyebab

tersebut, Glomerular Filtration Rate (GFR) di seluruh massa nefron turun

dibawah normal. Hal yang dapat terjadi dari menurunnya GFR meliputi:

Page 32: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

15

sekresi protein terganggu, retensi Na dan sekresi eritropoilitis turun.Hal ini

mengakibatkan terjadinya sindrom uremia yang diikuti oleh peningkatan

asam lambung dan pruritus. Asam lambung yang meningkat akan

merangsang rasa mual, dapat juga terjadi iritasi pada lambung dan

perdarahan jika iritasi tersebut tidak ditangani.

Proses retensi Na menyebabkan total cairan ekstra seluler meningkat,

kemudian terjadilah edema. Edema tersebut menyebabkan beban jantung

naik sehingga adanya hipertrofi ventrikel kiri. Proses hipertrofi tersebut

diikuti dengan menurunnya aliran darah ke ginjal, kemudian terjadilah

retensi Na dan H2O meningkat. Hal ini menyebabkan kelebihan volume

cairan pada pasien GGK. Adapun Hb yang menurun akan mengakibatkan

suplai O2 Hb turun dan pasien GGK akan mengalami kelemahan atau

gangguan perfusi jaringan (Sudoyo, 2009).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

stadium, yaitu :

a. Stadium I

Dinamakan penurunan cadangan ginjal.Selama stadium ini

kreatinin serum dan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) normal dan

penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui

dengan tes pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti.

b. Stadium II

Dinamakan insufisiensi ginjal. 1) Pada stadium ini, lebih dari 75%

jaringan yang berfungsi telah rusak; 2) GFR besarnya 25% dari normal; 3)

Page 33: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

16

Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal; 4) Gejala-

gejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari sampai 700 ml dan

poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan) mulai timbul.

c. Stadium III

Dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia. 1) Sekitar 90%

dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000

nefron saja yang masih utuh; 2) Nilai GFR hanya 10% dari keadaan

normal; 3) Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan

mencolok.Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi

mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu

oliguri karena kegagalan glomerulus, sindrom uremik (Suharyanto dan

Madjid, 2009 : 185-186).

6. Komplikasi dan Prognosa Penyakit

Komplikasi GGK menurut Corwin (2009 : 730) antara lain:

a. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan

elektrolit, asidosis metabolik, azotemia dan uremia.

b. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan

uremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok

merangsang kecepatan pernapasan.

c. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik dan

pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.

d. Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom

anemia kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit

Page 34: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

17

kardiovaskular dan penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan

peningkatan morbiditas dan mortalitas.

e. Dapat terjadi gagal jantung kongestif.

f. Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dari GGK menurut Sudoyo (2009 : 1037)

meliputi :

a. Gambaran laboratoris

Gambaran laboratorium penyakit GGK adalah: (1) Sesuai dengan

penyakit yang mendasarinya; (2) Penurunan fungsi ginjal berupa

peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum dan penurunan Laju Filtrasi

Glomerulus (LFG) yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-

Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk

memperkirakan fungsi ginjal; (3) Kelainan biokimiawi darah meliputi

penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiperkalemia

atau hipokalemia, hiponatremia, hiperkloremia atau hipokloremia,

hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik; (4) Kelainan urinalisis

meliputi, proteiuria, hematuri, leukosuria, cast dan isotenuria.

b. Gambaran radiologis

Pemeriksaan radiologis penyakit GGK adalah:(1) Foto polos

abdomen, bisa tampak batu radio-opak; (2) Pielografi intravena jarang

dikerjakan karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus,

selain itu, dikhawatirkan pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal

Page 35: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

18

yang sudah mengalami kerusakan; (3) Pielografi antegrad atau retrograd

dilakukan sesuai dengan indikasi; (4) Ultrasonografi ginjal bisa

memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis,

adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi; (5)

Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada

indikasi.

c. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal

Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada

pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana

diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan

histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi,

prognosis dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi

ginjal indikasi-kontra dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang

sudah mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang

tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal

napas dan obesitas.

Hasil pemeriksaan diagnostik yang mendukung diagnosis GGK

menurut Verrelli, (2006) dalam Bayhakki, 2012: 7-8 yaitu :

a. Sinar X abdomen: melihat gambaran batu radio-opak atau nefrokalsinosis.

b. Pielogram intravena: jarang dilakukan karena potensi toksin, sering

digunakan untuk diagnosis batu ginjal.

Page 36: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

19

c. Ultrasonografi ginjal: untuk melihat ginjal polikistik dan hidronefrosis,

yang tidak terlihat pada awal obstruksi. Ukuran ginjal biasanya normal

pada nefropati diabetik.

d. CT scan untuk melihat massa dan batu ginjal yang dapat menjadi

penyebab GGK.

e. MRI untuk diagnosis trombosis vena ginjal. Angiografi untuk diagnosis

stenosis arteri ginjal, meskipun arteriografi ginjal masih menjadi

pemeriksaan standar.

f. Voiding cystourethrogram (VCUG): pemeriksaan standar untuk diagnosis

refluks vesikoureteral.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan GGK antara lain :

a. Tindakan konservatif

Tujuan pengobatan ini untuk meredakan atau memperlambat

gangguan fungsi ginjal progresif. Hal yang dapat dilakukan yaitu

pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan (Suharyanto dan

Madjid, 2009 : 198).

b. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, memperlambat perburukan

(progression) fungsi ginjal, pencegahan dan terapi terhadap penyakit

kardiovaskular, pencegahan dan terapi terhadap komplikasi (Sudoyo, 2009

: 1037).

Page 37: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

20

c. Obat-obatan : antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,

suplemen kalsium, furosemid untuk membantu berkemih (Kusuma dan

Nurarif, 2012 : 194).

d. Dialisis

Pelaksanaan terapi dialisis bergantung pada kombinasi keluhan atau

gejala pasien dengan kondisi komorbid dan parameter laboratorium

(Armelia, 2013 : 42).

e. Transplantasi ginjal

Dengan penemuan regimen obat-obat imunosupresi yang lebih baik

serta perbaikan lebih lanjut pada keberhasilan cangkokan jangka pendek,

maka transplantasi ginjal merupakan pilihan bagi sebagian besar pasien

GGK (Armelia, 2013: 48).

B. Tinjauan Teori Volume Cairan

1. Pengertian

Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara

fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air

yang tersebar di dalam sel maupun di luar sel. Namun demikian, besarnya

kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin dan kandungan lemak

(Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 71).

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua per

tiga bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3

bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibedakan menjadi

Page 38: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

21

cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari

total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari

total berat badan (Saryono dan Widianti, 2011 : 97).

2. Komposisi Cairan Tubuh

Kandungan cairan tubuh menurut (Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 72)

yaitu :

a. Oksigen yang berasal dari paru-paru,

b. Nutrisi yang berasal dari saluran pencernaan,

c. Produk metabolisme seperti karbon dioksida,

d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul atau disebut

juga elektrolit.

3. Fungsi Cairan

Fungsi cairan menurut Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 72) yaitu :

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh,

b. Transpor nutrisi ke sel,

c. Transpor hasil sisa metabolisme,

d. Transpor hormon,

e. Pelumas antar organ,

f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskular.

4. Pergerakan Cairan Tubuh

a. Osmosis

Perpindahan pelarut murni melalui membran semipermiabel

berpindah dari konsentrasi solut rendah ke konsentrasi solut tinggi. Bila

Page 39: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

22

konsentrasi solut disatu sisi membran semipermiabel lebih besar, laju

osmosis akan cepat sehingga percepatan transfer zat menembus membran

semipermiabel. Larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah

disebut isotonik.

b. Difusi

Materi padat, partikel berpindah dari konsentrasi tinggi ke rendah.

Faktor yang mempengaruhi laju difusi :

1) Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.

2) Peningkatan permeabilitas.

3) Peningkatan luas permukaan difusi.

4) Berat molekul substansi.

5) Jarak yang ditempuh untuk difusi.

c. Filtrasi

Perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersama

sebagai respon karena tekanan cairan. Jumlah cairan yang keluar

sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran

dan permeabilitas membran. Tekanan yang dihasilkan likuid dalam

sebuah ruangannya disebut tekanan hidostatik.

d. Transport aktif

Memerlukan lebih banyak ATP karena untuk menggerakkan

berbagai materi guna menembus membran sel. Contohnya pompa Na

untuk keluar dari sel dan kalium masuk ke sel (Saryono dan Widianti,

2011 : 97-98).

Page 40: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

23

5. Gangguan Keseimbangan Cairan

Dalam keadaan normal, cairan tubuh berada dalam keseimbangan.

Maka dari itu, keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan. Secara

garis besar, gangguan keseimbangan cairan tubuh terbagi dua yakni edema

(hipervolemik) dan dehidrasi (hipovolemik).

a. Edema (hipervolemik)

Edema adalah penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh

atau di dalam berbagai rongga tubuh. Edema disebut juga dengan efusi,

asites. Penamaan penimbunan cairan ini bergantung pada lokasi dimana

edema itu terjadi. Edema dapat terjadi secara lokal maupun umum. Edema

lokal disebut juga edema pitting, sedangkan edema umum disebut edema

anasarka.

Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan

cairan dari intravaskuler ke interstitial. Perpindahan cairan secara normal,

menurut hukum Starling, diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan

osmotik di dalam dan di luar vaskuler. Besarnya tekanan hidrostatik pada

ujung arteriola sekitar 35 mmHg, sedangkan pada ujung venula sekitar 12

– 15 mmHg. Tekanan osmotik koloid plasma sebesar 20 – 25 mmHg.

Tekanan hidrostatik kapiler dipengaruhi antara lain oleh besarnya

tekanan dari jantung dan jumlah cairan di intravaskuler. Sedangkan

tekanan osmotik koloid ditentukan oleh albumin. Tekanan hidrostatik

bersifat mendorong cairan keluar melintasi membran kapiler. Sifat

tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari luar. Tekanan hidrostatik

Page 41: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

24

intravaskuler dan tekanan osmotik koloid interstitial cenderung

menggerakkan cairan keluar melalui dinding kapiler, sedangkan tekanan

hidrostatik interstitial dan tekanan osmotik koloid intravaskuler cenderung

menggerakkan cairan masuk ke dalam. Pada kondisi normal, tekanan

hidrostatik di kapiler terus-menerus cenderung memaksa cairan dan zat

terlarut di dalamnya keluar melalui pori-pori kapiler masuk ke dalam

ruang interstitial. Tetapi sebaliknya, tekanan osmotik koloid cenderung

menyebabkan gerakan cairan dengan osmosis dari ruang interstitial ke

dalam darah. Tekanan osmotik koloid inilah yang mencegah keluarnya

volume cairan secara terus-menerus dari darah ke dalam ruang interstitial.

Edema akan terjadi apabila tekanan hidrostatik intravaskuler

meningkat, tekanan osmotik koloid plasma menurun, dan gangguan aliran

limfe. Ketiga keadaan tersebut merupakan penyebab primer edema yang

bukan disebabkan oleh reaksi radang.

Meningkatnya tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk

ke dalam ruang interstitial. Penyebab peningkatan tersebut di antaranya

adalah kegagalan jantung, penurunan perfusi ginjal, aliran darah yang

lambat misalnya karena ada sumbatan, dan lain-lain.

Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma disebabkan

menurunnya kadar albumin plasma. Penurunan kadar albumin plasma

diakibatkan oleh kehilangan albumin serum yang berlebihan atau

pengurangan sintesis albumin serum. Kondisi ini misalnya dapat

Page 42: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

25

ditemukan pada penyakit nefrotik sindrom, penyakit hati dan pankreas,

serta kekurangan protein yang berat dan lain-lain.

Terjadinya obstruksi aliran limfe menyebabkan cairan jaringan akan

tertimbun, dinamai limfedema. Penyebab terjadinya obstruksi aliran limfe

di antaranya dapat disebabkan oleh tindakan operasi (misalnya,

mastektomi radikal), tumor ganas yang menginfiltrasi kelenjar dan saluran

limfe, serta penyakit filariasis.

b. Dehidrasi (hipovolemik)

Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau

keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal. Dehidrasi juga

merupakan hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan

kehilangan cairan tubuh.

Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan

elektrolit di antaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis, luka

bakar. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan misalnya

muntah, diare, drainase dari gastrik intestinal. Kehilangan cairan tubuh

melalui saluran perkemihan, misalnya karena diuresis osmotik, diabetes

insipidus (Asmadi, 2009 : 54-55).

Gangguan keseimbangan cairan menurut Saryono dan Widianti

(2011 : 100-101) dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Kelebihan cairan :

a) Isotonic (CHF) – hanya ekstrasel yang kelebihan cairan.

Page 43: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

26

b) Hypertonic – jarang terjadi – kelebihan Na, cairan berpindah dari

intrasel ke ekstrasel.

c) Hypotonic – water intoxication, life threatening, cairan berpindah

masuk ke intrasel dan seluruh kompartemen tubuh.

2) Kekurangan cairan :

a) Isotonic – cairan dan ion hilang, penurunan volume darah.

b) Hypertonic – cairan yang hilang lebih besar dari kehilangan ion.

c) Hypotonic – ion yang hilang lebih besar dari kehilangan cairan.

Gangguan keseimbangan cairan menurut Brooker (2008 : 300-

302) yaitu gangguan keseimbangan cairan dapat isotonik atau

osmolar. Ketidakseimbangan isotonik terjadi jika proporsi kadar air

dan elektrolit terhadap kadar air dan elektrolit tersebut dalam cairan

ekstraseluler meningkat atau menurun. Pada ketidak-seimbangan

osmolar, kehilangan atau peningkatan air hanya terjadi pada

konsentrasi elektrolit, terutama natrium, sehingga osmolalitas serum

juga terpengaruh.

3) Ketidakseimbangan isotonik

a) Defisit volume cairan

Pada defisit volume cairan, terjadi kehilangan proporsi

elektrolit dan air terhadap kadar air dan elektrolit tersebut di

dalam cairan ekstraseluler sehingga kadarnya dalam serum masih

normal. Kondisi ini harus dapat dibedakan dari dehidrasi, yang

dengan tepat mendeskripsikan ketidak-seimbangan osmolar.

Page 44: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

27

Defisit volume cairan biasanya disebabkan oleh kehilangan cairan

melalui saluran cerna misalnya muntah, diare, fistula, maupun

slang nasogastrik atau slang drainase lainnya. Penyebab lain

meliputi demam, berkeringat dan peningkatan volume urine.

b) Kelebihan volume cairan

Kelebihan volume cairan terjadi jika proporsi elektrolit dan

air, mengalami retensi terhadap kadar di dalam cairan

ekstraseluler. Kondisi ini biasanya disebabkan retensi natrium

yang disertai retensi air. Cairan bergerak ke ruang interstisial dan

akumulasi cairan dalam ruang tersebut mengakibatkan edema

(kelebihan cairan jaringan). Penyebab kondisi ini melipti gagal

jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis hati, kadar kortikosteroid

berlebihan, dan transfusi berlebihan dengan cairan IV yang

mengandung natrium.

4) Ketidakseimbangan osmolar

a) Ketidakseimbangan hiperosmolar

Dehidrasi atau deplesi air merupakan satu bentuk kondisi

ketidakseimbangan hiperosmolar dan muncul jika terjadi

kehilangan air tanpa kehilangan elektrolit. Peningkatan kadar

natrium serum dan osmolalitas mengakibatkan cairan bergerak

keluar sel dan ke dalam sirkulasi untuk mempertahankan volume

darah. Saat sel mengalami dehidrasi, fungsi sel tersebut rusak.

Ginjal berespons dengan mensekresikan sedikit urine guna

Page 45: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

28

mempertahankan cairan tubuh. Rasa haus merupakan respons

alami terhadap deplesi cairan dan terjadi jika osmolalitas darah

meningkat. Abnormalitas ini terjadi dengan volume cairan

ekstraselular yang hampir normal atau dapat disertai defisit atau

kelebihan volume cairan.

b) Ketidakseimbangan hipo-osmolar

Ketidakseimbangan hipo-osmolar disebut juga kelebihan

cairan dan menyebabkan penurunan cairan ekstraselular dalam

jumlah signifikan. Cairan bergerak dari cairan ekstraselular ke

cairan intraselular. Kondisi ini disebabkan asupan cairan

berlebihan “intoksikasi air” suatu masalah kesehatan jika berat

yang disebut juga polidipsi psikogenik atau kadar hormon

antidiuretik yang abnormal dan tinggi, kelenjar hipofisis (diabetes

insipidus).

6. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan menurut (Saryono dan

Widianti, 2011 : 103) yaitu :

a. Usia

Tubuh bayi memiliki proporsi air lebih besar dari dewasa namun

juga memiliki kerentanan untuk mengalami kehilangan volume cairan.

Pada lansia, elastisitas kulit menurun, 45% sampai 50% dari berat badan,

kehilangan massa otot dan proporsi lemak meningkat. Area menilai turgor

kulit : sternum dan abdomen.

Page 46: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

29

Renal : menurun filtrasi, meningkat pengeluaran cairan, ekskresi

sisa metabolisme menurun. Massa otot : risiko tinggi dehidrasi dan

penurunan pemasukan cairan. Neuro : berkurang refleks seperti pada

pusat rasa haus, endokrin : atrofi otot dan adrenal, regulasi Na dan K

berkurang, risiko hiponatremia.

b. Ukuran tubuh

Individu gemuk dan wanita memiliki sedikit proporsi air karena

wanita memiliki lemak pada payudara dan paha dibanding pria.

c. Temperatur lingkungan

d. Gaya hidup

Kebiasaan yang mempengaruhi keseimbangan cairan yaitu : diet,

stress dan olahraga.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan

menurut Tarwoto dan Wartonah (2010 : 74) yaitu :

a. Usia : Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme

yang diperlukan dan berat badan.

b. Temperatur lingkungan : panas yang berlebihan menyebabkan

berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak

15 – 30 gram/hari.

c. Diet : pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan

energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke

intraseluler.

Page 47: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

30

d. Stress : stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,

konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan

retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan

menurunkan produksi urine.

e. Sakit : keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan

jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.

7. Mengukur Intake dan Output Cairan

Penjelasan tentang mengukur intake dan output cairan menurut

(Asmadi, 2009 : 64-65) meliputi :

a. Pengertian

Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam

tubuh (intake) dan jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output).

b. Tujuan

1) Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien.

2) Menentukan tingkat dehidrasi klien.

c. Prosedur

1) Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang

masuk ke dalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan, air

hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan intravena.

2) Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien. Cairan yang

keluar dari tubuh terdiri atas urine, Insensible Water Loss (IWL),

feses dan muntah.

Page 48: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

31

3) Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : intake-

output.

d. Hal yang perlu diperhatikan

1) Rata-rata intake cairan per hari :

a) Air minum : 1500 – 2500 ml

b) Air dari makanan : 750 ml

c) Air hasil metabolisme oksidatif : 300 ml

2) Rata-rata output cairan per hari :

a) Urine : 1 – 2 cc/kgBB/jam

b) InsensibleWater Loss:

(1) Dewasa : IWL = 10 – 15 cc/kgBB/hari

(2) Anak-anak : IWL = 30 – umur (th) cc/kgBB/hari

(3) Bila ada kenaikan suhu : IWL = 200 (suhu sekarang – 36,8oC)

c) Feses : 100 – 200 ml

C. Teori Asuhan Keperawatan GGK dengan Kelebihan Volume Cairan

1. Fokus Pengkajian

Fokus pengkajian pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)yaitu :

a. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan

(Nursalam dan Baticaca, 2009 : 51).

b. Kaji derajat kerusakan ginjal dan gangguan sistem tubuh lainnya melalui

pengkajian sistem tubuh serta kaji hasil laboratorium (Nursalam dan

Baticaca, 2009 : 51).

Page 49: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

32

c. Lakukan pemeriksaan fisik (head to toe), tanda-tanda vital meliputi:

tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. Selain itu sistem kardiovaskular

meliputi; 1) hipertensi; 2) pitting edema; 3) edema periorbital; 4)

pembesaran vena leher; 5) friction rub perikardial (Wijayaningsih, 2013 :

180). Sistem pencernaan meliputi: 1) anoreksia, mual dan muntah; 2)

perdarahan saluran GI (Gastro Intestinal); 3) ulserasi dan perdarahan pada

mulut; 4) konstipasi/diare; 5) nafas berbau amonia (Wijayaningsih, 2013 :

180). Sistem integumen meliputi: 1) warna kulit abu-abu mengkilat; 2)

kulit kering dan bersisik; 3) pruritus; 4) ekimosis; 5) kuku tipis dan rapuh;

6) rambut tipis dan kasar (Wijayaningsih, 2013:180). Sistem

muskuloskeletal meliputi: 1) kram otot; 2) kehilangan kekuatan otot; 3)

fraktur tulang; 4) foot drop (Wijayaningsih, 2013 : 180).

Page 50: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Diagnosa keperawatan pada pasien GGK menurut (Kusuma dan Nurarif, 2012 : 196-201) adalah :

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan keseimbangan cairan :

kelebihan volume cairan berhubungan

dengan retensi cairan, disfungsi ginjal

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler,

interstisial atau intraselular

Batasan Karakteristik :

a. Peningkatan denyut nadi dan tekanan

darah

b. Retensi

c. Kelemahan

d. Perubahan status mental

e. Konsentrasi urine menurun

f. Temperatur tubuh meningkat

g. Hematokrit meninggi

Faktor-faktor yang berhubungan :

a. Kelebihan volume cairan secara aktif

b. Kegagalan mekanisme pengaturan

NOC :

a. Fluid balance

b. Nutritional status : food and

fluid intake

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan urine output

sesuai dengan usia dan BB,

Hematokrit 38%

b. Tekanan darah : 120/80

mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36o

Respirasi : 20x/menit

c. Balance cairan seimbang

NIC :

Fluid management

a. Timbang popok/pembalut jika

diperlukan

b. Pertahankan catatan intake dan output

yang akurat

c. Monitor vital sign

d. Monitor masukan makanan/cairan dan

hitung intake kalori harian

e. Kolaborasikan pemberian cairan IV

f. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

g. Batasi masukan oral

h. Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan

i. Kolaborasi dokter jika tanda cairan

berlebih muncul memburuk

j. Atur kemungkinan transfusi

k. Persiapan untuk transfusi

Hypervolemia Management

a. Monitor status cairan termasuk intake

dan output cairan

b. Pelihara IV line

33

Page 51: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit

d. Monitor tanda vital

e. Monitor respon pasien terhadap

penambahan cairan

f. Monitor berat badan

g. Batasi pasien untuk intake oral

h. Pemberian cairan IV monitor adanya

tanda dan gejala kelebihan volume

cairan

i. Monitor adanya tanda gagal ginjal

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan

dengan proses filtrasi yang terganggu

akibat terganggunya kerusakan atau

disfungsi GFR

Definisi : disfungsi pada eliminasi urine

Batasan karakteristik :

a. Disuria

b. Sering berkemih

c. Anyang-anyangan

d. Nokturia

e. Retensi

f. Dorongan

Faktor yang berhubungan :

a. Obstruksi anatomik

b. Penyebab multiple

NOC :

a. Urinary elimination

b. Urinary contiunence

Kriteria Hasil :

a. Kandung kemih kosong

secara penuh

b. Tidak ada residu urine >100-

200 cc

c. Intake cairan dalam rentang

normal

d. Bebas dari ISK

e. Tidak ada spasme bladder

f. Balance cairan seimbang

NIC :

Urinary Retention Care

a. Monitor intake dan output

b. Monitor penggunaan obat

antikolinergik

c. Monitor derajat distensi bladder

d. Instruksikan pada pasien dan keluarga

untuk mencatat output urine

e. Sediakan privacy untuk eliminasi

f. Stimulasi reflek bladder dengan

kompres dingin pada abdomen

g. Kateterisasi jika perlu

h. Monitor tanda dan gejala ISK (panas,

hematuria, perubahan bau dan

konsistensi urine)

34

Page 52: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

c. Gangguan sensori motorik

d. Infeksi saluran kemih

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan

proses penyakit, prosedur perawatan,

pengobatan

Definisi : tidak adanya atau kurangnya

infornasi kognitif sehubungan dengan

topik spesifik

Batasan karakteristik :

Menyebabkan adanya masalah,

ketidakakuratan mengikuti instruksi,

perilaku tidak sesuai

Faktor yang berhubungan :

Keterbatasan kognitif, interpretasi

terhadap informasi yang salah, kurangnya

keinginan untuk mencrari informasi

NOC :

a. Knowledge : disease process

b. Knowledge : health behavior

Kriteria Hasil :

a. Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman

tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program

pengobatan

b. Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

c. Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa

yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

NIC :

Teaching : disease process

a. Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses

penyakit yang spesifik

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit

dan bagaimana hal ini berhubungan

dengan anatomi dan fisiologi, dengan

cara yang tepat

c. Gambarkan tanda dan gejala yang

biasa muncul pada penyakit, dengan

cara yang tepat

d. Gambarkan proses penyakit, dengan

cara yang tepat

e. Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengan cara yang tepat

f. Sediakan imformasi pada pasien

tentang kondisi, dengan cara yang

tepat

g. Hindari harapan yang kosong

h. Sediakan bagi keluarga atau informasi

tentang kemajuan pasien dengan cara

yang tepat

i. Diskusikan perubahan gaya hidup

yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang

35

Page 53: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

j. Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau

diindikasikan

l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

m. Instruksikan pasien mengenai tanda

dan gejala untuk melaporkan pada

pemberi perawatan kesehatan, dengan

cara yang tepat

4. Nyeri akut berhubungan dengan proses

infeksi

Definisi : sensori yang tidak

menyenangkan dan pengalaman

emosional yang muncul secara aktual atau

potensial kerusakan jaringan atau

menggambarkan adanya kerusakan

(Asosiasi Studi Nyeri Internasional) :

serangan mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan sampai berat

yang dapat diantisipasi dengan akhir yang

dapat diprediksi dan dengan durasi kurang

dari 6 bulan

NOC :

a. Pain level

b. Pain control

c. Comfort level

Kriteria Hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari

bantuan)

b. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

NIC :

Pain Management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi

b. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

c. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman nyeri

pasien

d. Kaji kultur yang mempengaruhi

respon nyeri

e. Evaluasi pengalaman nyeri masa

36

Page 54: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

Batasan karakteristik :

a. Laporkan secara verbal atau non

verbal

b. Fakta dari observasi

c. Posisi antalgik untuk menghindari

nyeri

d. Gerakan melindungi

e. Tingkah laku berhati-hati

f. Muka topeng

g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak

capek, sulit atau gerakan kacau,

menyeringai)

h. Terfokus pada diri sendiri

i. Fokus menyempit (penurunan persepsi

waktu, kerusakan proses berpikir,

penurunan interaksi dengan orang dan

lingkungan)

j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-

jalan, menemui orang lain dan/atau

aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

k. Respon autonom (seperti diaphoresis,

perubahan tekanan darah, perubahan

nafas, nadi dan dilatasi pupil)

l. Perubahan autonomic dalam tonus otot

(mungkin dalam rentang dari lemah ke

kaku)

m. Tingkah laku ekspresif (contoh :

menggunakan manajemen

nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

e. Tanda vital dalam rentang

normal

lampau

f. Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau

g. Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

h. Kurangi faktor presipitasi nyeri

i. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan

interpersonal)

j. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

k. Ajarkan tentang tehnik non

farmakologi

l. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri

m. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

n. Tingkatkan istirahat

o. Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil

p. Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

Analgesic Administration

a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas

dan derajat nyeri sebelum pemberian

37

Page 55: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

gelisah, merintih, menangis, waspada,

iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

n. Perubahan dalam nafsu makan dan

minum

Faktor yang berhubungan :

Agen injuri (biologi, kimia, fisik,

psikologis)

obat

b. Cek instruksi dokter tentang jenis

obat, dosis dan frekuensi

c. Cek riwayat alergi

d. Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

e. Tentukan pilihan analgesik tergantung

tipe dan beratnya nyeri

f. Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian dan dosis optimal

g. Pilih rute pemberian secara IV, IM

untuk pengobatan nyeri secara teratur

h. Monitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgesik tepat

waktu terutama saat nyeri hebat

i. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

dan gejala (efek samping)

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

perubahan otot

Definisi : ketidakcukupan energi secara

fisiologis maupun psikologis untuk

meneruskan atau menyelesaikan aktivitas

yang diminta atau aktivitas sehari-hari

Batasan karakteristik :

a. Melaporkan secara verbal adanya

NOC :

a. Energy conservation

b. Self Care : ADL

Kriteria Hasil :

a. Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai

peningkatan tekanan darah,

nadi dan RR

b. Mampu melakukan aktivitas

NIC :

Aktivity Therapy

a. Kolaborasikan dengan tenaga

rehabilitasi medik dalam

merencanakan program terapi yang

tepat

b. Bantu kilen untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

c. Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yang sesuai dengan

38

Page 56: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

kelelahan atau kelemahan

b. Respon abnormal dari tekanan darah

atau nadi terhadap aktivitas

c. Perubahan EKG yang menunjukkan

aritmia atau iskemia

d. Adanya dyspneu atau

ketidaknyamanan saat beraktivitas

Faktor-faktor yang berhubungan :

a. Tirah baring atau imobilisasi

b. Kelemahan menyeluruh

c. Ketidakseimbangan antara suplei

oksigen dengan kebutuhan

d. Gaya hidup yang dipertahankan

sehari-hari (ADL) secara

mandiri

kemampuan fisik, psikologi dan social

d. Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan

e. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan

aktivitas seperti kursi roda, krek

f. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas

yang disukai

g. Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

h. Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

i. Sediakan penguatan positif bagi yang

aktif beraktivitas

j. Bantu pasien untuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan

k. Monitor respon fisik, emosi, social dan

spiritual

Energy management

a. Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas

b. Dorong untuk mengungkapkan

perasaan terhadap keterbatasan

c. Kaji adanya faktor yang menyebabkan

kelelahan

d. Monitor nutrisi dan sumber energi

39

Page 57: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

yang adekuat

e. Monitor pasien akan adanya kelelahan

fisik dan emosi secara berlebihan

f. Monitor respon kardiovaskuler

terhadap aktivitas

g. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

40

Page 58: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

41

3. Evaluasi

Evaluasi pada pasien GGK menurut Nursalam dan Baticaca (2009 :

54) adalah :

a. Tekanan darah stabil dan tidak ada penambahan BB.

b. Makan makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.

c. Tidak ada kerusakan kulit dan pasien melaporkan gatal berkurang.

d. Ambulasi tanpa jatuh.

e. Bertanya dan membaca materi tentang dialisis.

Page 59: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

42

D. Pathway

Sumber : Kusuma & Nurarif (2012)

Sudoyo, dkk (2009)

42

Infeksi Zat toksik

Suplai

darah ginjal

turun

Vaskular

Arterio

skerosi

s

Reaksi

antigen

antibodi

Tertimbun

ginjal

GFR turun

Retensi Na

GGK

Sekresi eritropoitin turun

Produksi Hb turun

Sekresi protein terganggu

Total CES naik

Gangguan

integritas

kulit

Sindrom uremia

O2 Hb

turun

turun

Tekanan

kapiler naik

Peningkatan

asam

lambung

Hipertrofi

ventrikel kiri

Edema

Perdarahan Beban jantung naik

Payah

jantung

Infeksi

Gastritis

Iritasi lambung Mual

Intoleransi

aktivitas

Gangguan

perfusi

jaringan

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Anemia

Bendungan atrium kiri

naik

COP turun

Kelebihan

volume cairan

Aliran

darah ginjal

turun

Gangguan pertukaran gas

jmmmmmmmmmmmkkkgasg

asgasgaskkgas

Edema paru

Kapiler paru naik

Pruritus

Suplai O2

turun

Lemah,

letih

Obstruksi

saluran kemih

Retensi urine

Retensi Na dan H2O naik

Tekanan vena pulmonalis

Nyeri akut

akkjklljm,

mmakutak

ut

Kurangnya

informasi Kurang

pengetahua

n

Page 60: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

43

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Metode penulisan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus dan metode

studi kepustakaan. Metode deskriptif adalah mendeskripsikan (memaparkan)

peristiwa-peristiwa yang dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada

data factual dari pada penyimpulan. Fenomena disajikan apa adanya tanpa

manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa

fenomena tersebut bisa terjadi (Nursalam, 2011).

B. Tempat dan Waktu

Penulisan studi kasus ini penulis mengambil satu kasus yaitu Kelebihan

Volume Cairan pada Tn. H dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Bangsal

Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tempat yang dijadikan sasaran untuk

pengkajian asuhan keperawatan yaitu di bangsal Melati 1. Waktu pengambilan

kasus atau pengolahan data untuk dijadikan asuhan keperawatan dilakukan pada

tanggal 12 Juni 2014 sampai 15 Juni 2014, selama 3 hari.

C. Subyek Studi Kasus

Penyusunan dalam studi kasus ini penulis membutuhkan subyek/pasien

sesuai dengan kasus yang dikelola yaitu pasien GGK dengan kelebihan volume

43

Page 61: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

44

cairan tanpa ataupun dengan penyakit penyerta, dan pasien GGK yang sudah

pernah hemodialisis atau baru pertama kali hemodialisis.

D. Instrumen

Penulis menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data

yang berasal dari format pengkajian yaitu identitas pasien, keluhan utama,

riwayat kesehatan pasien dan keluarga, pola-pola fungsional (model konsep

fungsional Gordon), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, data subyektif

dan data obyektif. Data subyektif adalah data riwayat kesehatan yang diperoleh

dari wawancara dengan pasien. Data obyektif adalah data yang diperoleh dari

pengkajian fisik pasien (Priharjo, 2007).

E. Teknik Pengumpulan Data

Penulis dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah studi literature,

internet, wawancara, observasi dan dokumentasi.

1. Studi literature merupakan pengumpulan bahan-bahan berupa buku teks

(teori) maupun hasil penelitian dari orang lain, majalah, jurnal dan

sebagainya (Notoadmodjo, 2010).

2. Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan

data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan

dari seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap

berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoadmodjo, 2010).

Page 62: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

45

3. Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra seperti penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 2010).

4. Dokumentasi yaitu tulisan (paper), tempat (place) dan kertas atau orang,

namun ada juga peneliti dapat menyelidiki benda-benda tertulis (Arikunto,

2010).

Peneliti dalam pendokumentasian dapat juga melihat dan mempelajari

catatan medik, catatan keperawatan dan hasil-hasil pemeriksaan

(penunjang/laboratorium)

Page 63: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

46

BAB IV

RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Resume Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Kamis tanggal 12 Juni 2014 pukul

11.45 WIB.

a. Identitas

Identitas pasien: nama Tn. H, umur 55 tahun, jenis kelamin laki-

laki, alamat: Keblokan, RT 02 RW VIII Sendangijo, Selogiri, Wonogiri,

pasien tidak bekerja, agama islam, masuk rumah sakit hari Rabu tanggal

11 Juni 2014, pukul 22.00 WIB, nomor rekam medis : 01.22.XX.75,

diagnosa medis: CKD stage V.

Identitas penanggung jawab: nama Ny. T, umur 35 tahun, jenis kelamin

perempuan, alamat: Keblokan, RT 02 RW VIII Sendangijo, Selogiri,

Wonogiri,pekerjaan sebagai karyawan, agama islam, hubungan dengan

pasien: anak.

b. Keluhan utama

Pasien mengatakan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu sebelum

masuk RS (9 Juni 2014).

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu.Saat dirumah

pasien mengeluh sesak, sesak bertambah jika pasien beraktifitas atau

berjalan dan dapat berkurang dengan istirahat.Pasien lebih nyaman tidur

Page 64: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

47

menggunakan 3 bantal, pasien juga sering terbangun malam hari saat tidur

karena merasa sesak.Pasien mengeluh kaki kanannya bengkak, perut

membesar, terasa kembung atau mbeseseg.Pasien merasa mual dan

muntah, apa yang dimakan seakan berisi air. Pasien batuk tidak berdahak,

mengeluh pusing dan lemas bertambah, lemas tidak berkurang dengan

makan dan istirahat.Nafsu makan berkurang karena pasien mengeluh

mual tiap kali makan.Pasien hanya istirahat di rumah, tidak ada

pengobatan untuk mengurangi keluhannya.Karena sesak bertambah, maka

pada tanggal 11 Juni 2014 jam 22.00 WIB pasien dirawat di bangsal

Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Pasien sebelum dirawat di

bangsal, berada di IGD. Saat di IGD pasien masih mengeluh sesak nafas,

pusing dan perut kembung, kemudian dilakukan vital sign dan

pemeriksaan laboratorium: kreatinine 9,9 mg/dl, ureum 154 mg/dl, kalium

darah 5,7 mmol/L.

d. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah dirawat di RS dengan

diagnosa CKD.Pasien juga sudah pernah hemodialisa sejak ± 9 bulan

yang lalu.Hemodialisa rutin setiap hari sabtu.Hipertensi sejak 10 tahun

yang lalu, pasien tidak kontrol rutin.Terakhir dirawat di RS yaitu pada

tanggal 3 Juni 2014 sampai 7 Juni 2014.Pasien dirawat dengan keluhan

sesak nafas di RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama 5 hari.Selama 9

bulan pengobatan yang dilakukan pasien di rumah yaitu minum obat yang

diberikan dari kontrol di RS.

Page 65: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

48

e. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit

seperti yang diderita pasien saat ini.Keluarga juga tidak mempunyai

penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung, dll juga

tidak ada penyakit menular.

f. Pola Fungsional

Pola persepsi dan manajemen kesehatan: pasien mengatakan

apabila anggota keluarganya ada yang sakit maka akan segera periksa ke

dokter, jika keadaan tidak membaik akan dibawa ke RS. Pola nutrisi;

sebelum sakit: pasien mengatakan makan 3x/hari habis 1 porsi dengan

komposisi nasi, sayur, lauk pauk dan buah, selama sakit: pasien

mengatakan tidak nafsu makan, mual tiap kali makan, makan 3x/hari,

habis 4-5 sendok makan dengan komposisi nasi, sayur, lauk pauk dan

buah. Pola eliminasi; sebelum masuk RS: pasien mengatakan BAK ± 7-

8x/hari atau ± 300 cc/hari warna urine kuning, BAB 1x/hari, feses kuning

kecoklatan, konsistensi lembek, selama sakit: pasien mengatakan BAK ±

3-4x/hari atau ± 150 cc/hari warna urine kuning, BAB 1x/hari, terkadang

dua hari sekali, feses kuning kecoklatan, konsistensi lembek. Pola cairan

dan elektrolit; sebelum masuk RS: pasien mengatakan minum habis ± 4-5

gelas/hari atau ± 1.000 cc/hari, pasien minum air putih, jarang minum air

teh, selama sakit: pasien mengatakan minum air putih hanya ± 1-2

gelas/hari atau ± 300 cc/hari. Pasien terpasang infus Nacl 16 tpm.

Page 66: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

49

Menghitung IWL = (15 x BB) / 24 jam

= (15 x 42) / 24 jam

= 630 cc/24 jam

Menghitung balance cairan :

1) Input : Air (makan + minum) = 400 cc

Cairan infus = 1.150 cc

Terapi injeksi

-furosemid 20mg/8jam = 6 cc

-gastrofer 40mg/12jam = 10 cc

Air metabolisme (5cc/kgBB/hari) = 210 cc

--------------- +

1.776 cc

2) Output : Urine = 150 cc

Feses = 100 cc

IWL = 630 cc

--------------- +

880 cc

Jadi balance cairan Tn. H dalam 24 jam:

intakecairan – output cairan= 1.776 cc – 880 cc= + 896 cc

Kesimpulan: Tn . H kelebihan volume cairan

Pola oksigenasi: pasien mengatakan sesak nafas, R: 26x/menit,

terpasang O2 2 liter/menit. Pola aktivitas dan latihan; sebelum sakit:

pasien mengatakan dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari dengan

mandiri, selama sakit: pasien mengatakan aktifitas dilakukan secara

mandiri jika itu ringan, tetapi kadang juga dibantu oleh keluarganya. Pola

kognitif perseptual: pasien mengatakan sudah mengetahui tentang

penyakitnya sejak 9 bulan yang lalu, setelah diberi tahu oleh dokter

tentang penyakitnya pasien sangat cemas. Pola istirahat dan tidur;

sebelum sakit: pasien mengatakan dapat tidur ± 7-8 jam/hari, tidur siang ±

Page 67: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

50

1 jam/hari, selama sakit: pasien mengatakan sulit tidur, tidur ± 6-7

jam/hari, tidur tidak nyenyak, sering terbangun pada malam hari karena

merasa sesak nafas.

Konsep diri; body image: pasien mengatakan tidak malu dengan

keadaanya tubuhnya. Self ideal: pasien mengatakan ingin cepat sembuh

dan bisa melakukan aktifitasnya seperti biasa. Self esteem: pasien

mengatakan tidak mengalami kehilangan rasa percaya diri. Role: selama

sakit pasien tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dan

ayah. Identity: pasien mengetahui identitasnya sebagai seorang suami dan

ayah. Pasien juga mengetahui dimana pasien berada.

Pola peran dan hubungan; sebelum sakit: pasien dapat berperan

sebagai seorang suami dan ayah, selama sakit: pasien tidak dapat berperan

sebagai seorang suami dan ayah. Pola aman dan nyaman: pasien

mengatakan pusing. Pola reproduksi/seksual: pasien seorang laki-laki

berumur 55 tahun, sudah pernah menikah dan mempunyai 4 orang anak.

Pola koping dan toleransi stress: pasien mendapat dukungan moral dari

keluarganya, jika ada masalah pasien terbuka dengan keluarganya. Pola

keyakinan dan nilai: pasien beragama islam, selama sakit pasien tidak

menjalankan ibadah, hanya berdo’a.

Pemeriksaan fisik; kesadaran compos mentis, keadaan umum

lemah, tanda-tanda vital: tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 84x/menit,

suhu 36,5ºC, respirasi 26x/menit. Kepala: tidak ada lesi, rambut pendek,

hitam beruban. Mata: simetris, fungsi penglihatan baik. Hidung: simetris,

Page 68: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

51

bersih, tidak ada sekret, terpasang kanul O2 2 liter/menit.Telinga: simetris,

bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik. Mulut: mukosa

bibir lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak ada lesi. Leher: tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid. Thorax: simetris, retraksi (-). Paru-paru;

inspeksi: pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi: fremitus raba

kanan dan kiri sama, perkusi: sonor, auskultasi: bronkovesikuler. Jantung;

inspeksi: ictus cordis tidak tampak, palpasi: ictus cordis kuat angkat,

perkusi: batas jantung kesan melebar caudolateral, auskultasi: bunyi

jantung I dan II normal. Abdomen; inspeksi: asites, tidak ada lesi,

auskultasi: peristaltik usus 13x/menit, palpasi: tidak ada nyeri tekan,

perkusi: tympani. Genetalia: tidak terpasang DC. Ekstremitas atas:

terpasang infus Nacl 16 tpm pada tangan kanan, tidak ada lesi, tidak

oedem, bisa bergerak dan berfungsi dengan baik, ekstremitas bawah:

terdapat oedem pada kaki kanan. Kulit: turgor kulit baik, tidak ada lesi.

Pemeriksaan penunjang; hasil pemeriksaan laboratorium pada

tanggal 11 Juni 2014 jam 9:00 pm, hematologi rutin; hemoglobin 11,0

g/dl (N: 13,5-17,5 g/dl), hematokrit 32% (N: 33-45%), leukosit 6,5 ribu/ul

(N: 4,5-11,0 ribu/ul), trombosit 199 ribu/ul (N: 150-450 ribu/ul), eritrosit

3,97 juta/ul (N: 4,50-5,90 juta/ul), kimia klinik; kreatinine 9,9 mg/dl (N:

0,9-1,3 mg/dl), ureum 154 mg/dl (N: <50mg/dl), elektrolit; natrium darah

135 mmol/L (N: 136-145 mmol/L), kalium darah 5,7 mmol/L (N: 3,3-5,1

mmol/L), kalsium ion 1,19 mmol/L (N: 1,17-1,29 mmol/L). Program

terapi infus Nacl 16 tpm, furosemid 20mg/8jam, gastrofer 40mg/12jam,

Page 69: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

52

CaCO3 3x1, asam folat 1x2tab, amlodipin 1x10mg dan hemodialisa setiap

hari sabtu.

2. Analisa Data

Tabel 4.1 Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : pasien mengatakan perut

terasa kembung atau mbeseseg

DO :

-Oedem pada kaki kanan

-BAK 3-4x/hari atau ± 150

cc/hari

-asites

-TTV; TD:170/100 mmHg

N:84x/menit

R:26x/menit

S: 36,5ºC

-Ureum 154 mg/dl

-Kreatinine 9,9 mg/dl

-IWL 630 cc/hari

-Kelebihan volume cairan

896cc

-Pitting edema: derajat IV

kedalamannya 7 mm dengan

waktu kembali 7 detik

Disfungsi ginjal:

penurunan

haluaran urine

Kelebihan

volume cairan

2. DS : pasien mengatakan sesak

nafas

DO :

-Terpasang O2 2 liter/menit

-Respirasi 26x/menit

-Pasien terlihat nafas terengah-

engah

Suplai oksigen

yang tidak

adekuat

Pola nafas tidak

efektif

3. DS : pasien mengatakan tidak

nafsu makan, mual tiap kali

makan

DO :

-BB: 42 kg

-TB: 152 cm

-Makan 4-5 sendok sekali

makan

-Pasien tampak lemah

-Hemoglobin 11,0 g/dl

-Hematokrit 32 %

Anoreksia,

mual,

pembatasan diet

Perubahan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Page 70: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

53

-Kesadaran: compos mentis

-Postur otot: lemah

-Tidak ada stomatitis

3. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran urine

b. Pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,

pembatasan diet

4. Intervensi Keperawatan

Pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 13.00 ditetapkan intervensi dari

diagnosa 1. Tujuan yang ditetapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan

3x24jam kelebihan volume cairan dapat dikurangi yang dibuktikan dengan

keseimbangan cairan dan indikator hidrasi yang adekuat. Kriteria hasil yang

diinginkan adalah pasien menunjukkan pengeluaran urine tepat seimbang

dengan pemasukan, hasil laboratorium mendekati normal (kreatinine 0,9-

1,3mg/dl, ureum <50mg/dl), BB stabil, TTV dalam batas normal (TD: 130/90

mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,5ºC), tidak ada oedem. Intervensi

yang ditetapkan adalah kaji status cairan (hitung keseimbangan cairan, kaji

turgor kulit dan adanya oedem), observasi TTV, anjurkan pasien untuk

membatasi masukan cairan, berikan penkes kepada pasien dan keluarga

tentang penyakitnya dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi,

misalnya: furosemid.

Pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 13.15 ditetapkan intervensi dari

diagnosa 2. Tujuan yang ditetapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan 3

Page 71: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

54

x 24 jam pola nafas efektif. Kriteria hasil yang diinginkan adalah pasien tidak

sesak nafas, respirasi 16-20x/menit, irama teratur. Intervensi yang ditetapkan

adalah kaji kepatenan jalan nafas, ajarkan batuk efektif dan cara nafas dalam,

posisikan pasien semifowler, anjurkan pasien untuk membatasi aktifitas dan

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan.

Pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 13.30 ditetapkan intervensi dari

diagnosa 3. Tujuan yang ditetapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan 3

x 24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan adekuat. Kriteria hasil

yang diinginkan adalah nafsu makan meningkat, mual, muntah hilang, BB

naik, makan habis 1 porsi. Intervensi yang ditetapkan adalah kaji status

nutrisi, perubahan BB, pola makan pasien, observasi KU dan TTV pasien,

anjurkan untuk makan sedikit tapi sering, berikan penjelasan terhadap

pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan dan kolaborasi

dengan dokter untukpemberian terapi gastrofer.

5. Implementasi

Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran

urine. Implementasi yang dilakukan pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 14.00

mengkaji status cairan (menghitung keseimbangan cairan, mengkaji turgor

kulit dan adanya oedem) dengan hasil subyektif: pasien mengatakan perutnya

kembung, badannya lemas, obyektif: IWL = 630 cc/hari, kelebihan volume

cairan 896 cc, BB 42 kg, turgor kulit baik, oedem pada kaki kanan, jam 14.10

mengobservasi TTV dengan hasil subyektif: pasien mengatakan badannya

lemas, obyektif: TD: 170/100 mmHg, N: 84x/menit, R: 26x/menit,

Page 72: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

55

S: 36,5ºC, jam 14.15 menganjurkan pasien untuk membatasi masukan cairan

dengan hasil subyektif: pasien mengatakan akan membatasi minum, obyektif:

minum < 300 cc/hari, jam 14.20 memberikan penkes kepada pasien dan

keluarga tentang penyakitnya dengan hasil subyektif: pasien mengatakan

belum paham tentang penyakitnya, obyektif: pasien dan keluarga kooperatif,

mendengarkan informasi yang disampaikan mahasiswa, jam 14.35 kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian terapi furosemid 20mg/8jam dengan hasil

subyektif: pasien mengatakan bersedia jika diinjeksikan furosemid, obyektif:

furosemid diinjeksikan IV 20mg/8jam, tidak terjadi oedem, tidak bocor.

Pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat.

Implementasi yang dilakukan pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 14.45

mengkaji kepatenan jalan nafas dengan hasil subyektif: pasien mengatakan

sesak nafas, obyektif: tidak ada sumbatan, respirasi 26x/menit, terpasang O2 2

liter/menit, jam 15.00 menganjurkan batuk efektif dan cara nafas dalam

dengan hasil subyektif: pasien mengatakan sebelumnya belum pernah

diajarkan batuk efektif dan cara nafas dalam, obyektif:pasien kooperatif,

pasien bisa mengulangi cara nafas dalam, jam 15.10 memposisikan pasien

semifowler dengan hasil subyektif: pasien mengatakan sesak berkurang jika

dengan posisi semifowler, obyektif: pasien posisi semifowler, jam 15.20

menganjurkan pasien untuk membatasi aktifitas dengan hasil subyektif:

pasien mengatakan badannya lemas, obyektif: pasien kooperatif, jam 15.30

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan

Page 73: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

56

dengan hasil subyektif: pasien mengatakan sesak berkurang, obyektif:

terpasang kanul O2 2 liter/menit.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,

mual,pembatasan diet. Implementasi yang dilakukan pada hari Jum’at, 13

Juni 2014 jam 09.00 mengkaji status nutrisi, perubahan BB, pola makan

pasien dengan hasil subyektif: pasien mengatakan tidak nafsu makan,

obyektif: BB 42 kg, pasien tampak lemas, jam 09.10 mengobservasi KU dan

TTV pasien dengan hasil subyektif: pasien mengatakan badannya lemas,

obyektif: TD: 160/100 mmHg, N: 86x/menit, R: 26x/menit, S: 36,6ºC, jam

09.20 menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering dengan hasil subyektif:

pasien mengatakan akan mengikuti anjuran mahasiswa, obyektif: pasien

tampak lemas, jam 09.30 memberikan penjelasan terhadap pentingnya nutrisi

bagi tubuh dan proses penyembuhan dengan hasil subyektif: pasien

mengatakan mual tiap kali makan, obyektif: pasien kooperatif, jam 09.45

kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi gastrofer 40mg/12jam

dengan hasil subyektif: pasien bersedia jika obat di drip melalui flabot infus,

obyektif: gastrofer 40mg/12jam di drip ke dalam infus Nacl 500 cc.

6. Evaluasi

Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran

urine. Evaluasi; subyektif: pasien mengatakan perut kembung atau mbeseseg

berkurang, obyektif: masih terdapat oedem pada kaki kanan, BAK 3-4x/hari

atau ± 150 cc/hari, TD: 130/90 mmHg, N: 84x/menit, R: 22x/menit, S:

36,5ºC, pasien terlihat rileks, assesment: masalah kelebihan volume cairan

Page 74: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

57

teratasi sebagian, planning: rencana keperawatan dipertahankan dengan

observasi TTV, anjurkan pasien untuk membatasi masukan cairan dan

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, misalnya: furosemid.

Pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat. Evaluasi;

subyektif: pasien mengatakan sesak berkurang, obyektif: terpasang O2 2

liter/menit, respirasi 22x/menit, pasien tampak rileks, KU sedang, assesment:

masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian, planning: rencana

keperawatan dipertahankan dengan adalah ajarkan batuk efektif dan cara

nafas dalam, posisikan pasien semifowler, anjurkan pasien untuk membatasi

aktifitas dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 sesuai dengan

kebutuhan.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,

mual,pembatasan diet. Evaluasi; subyektif: pasien mengatakan makan habis 1

porsi, tidak merasa mual dan muntah, obyektif: BB 42 kg, TD: 130/90

mmHg, N: 84x/menit, R: 22x/menit, S: 36,5ºC, assesment: masalah

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, planning: rencana

keperawatan dihentikan.

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Dari pengkajian telah didapatkan data sebagai berikut: pasien

mengatakan perut terasa kembung atau mbeseseg, sesak nafas, batuk tidak

berdahak, tidak nafsu makan, mual muntah tiap kali makan, berat badan 42

Page 75: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

58

kg, TB 152 cm, makan 4-5 sendok sekali makan, terdapat oedem pada kaki

kanan, asites, IWL 630 cc/hari, kelebihan volume cairan 896 cc, pitting

edema: derajat IV kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik, pasien

terpasang infus Nacl 16 tpm di tangan kanan, O2 2 liter/menit, pasien terlihat

nafas terengah-engah, pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, postur

otot lemah, tidak ada stomatitis, BAK 3-4x/hari atau ± 150 cc/hari,

TD:170/100 mmHg, N:84x/menit, R:26x/menit, S:36,5ºC, ureum 154 mg/dl,

kreatinine 9,9 mg/dl, hemoglobin 11,0 g/dl, hematokrit 32 % g/dl. Data-data

tersebut termasuk dalam karakteristik kelebihan volume cairan karena adanya

oedem sesuai teori (Asmadi, 2009 : 54-55) dan data tersebut menunjukkan

bahwa pasien mengalami kerusakan fungsi ginjal yang menyebabkan retensi

cairan dan aliran darah ginjal menurun mengakibatkan retensi air dan natrium

meningkat. Adanya gejala kelebihan volume cairan yaitu: sesak nafas,

peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema, adanya

ronkhi, kulit lembab, distensi vena leherdan irama gallop (Tarwoto dan

Wartonah, 2010 : 78). Kemungkinan data yang ditemukan di atas sebagai

pola nafas tidak efektif sesuai dengan teori (Tarwoto dan Wartonah, 2010 :

41) yaitu: perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan, dispnea,

penggunaan otot tambahan pernapasan, suara pernapasan tidak normal, batuk

disertai dahak, menurunannya kapasitas vital, dan kecemasan. Hanya saja

pasien batuk tidak berdahak.Data tersebut menunjukkan bahwa pasien

mengalami tidak adekuatnya suplai oksigen yang menyebabkan tidak

efektifnya pola nafas.Pasien juga mengalami gangguan kebutuhan nutrisi

Page 76: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

59

karena anoreksia, mual, muntah yang menyebabkan tidak adekuatnya nutrisi

yang masuk ke dalam tubuh.Data tersebut termasuk dalam karakteristik

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sesuai teori (Tarwoto dan

Wartonah, 2010 : 66).

2. Diagnosa

Pada bab ini penulis akan membahas masalah-masalah keperawatan

yang muncul pada Tn. H dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK). Setelah penulis

melakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, ditemukan tiga diagnosa

keperawatan sebagai berikut :

a. Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal : penurunan haluaran

urine

Kelebihan volume cairan adalah kondisi ketika individu mengalami

atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau

interstisial. Batasan karakteristiknya: edema, kulit tegang dan mengilap,

asupan cairan lebih banyak daripada haluaran, sesak nafas dan

penambahan berat badan (Carpenito, 2009 : 463). Kelebihan volume

cairan terjadi jika proporsi elektrolit dan air, mengalami retensi terhadap

kadar di dalam cairan ekstraseluler. Kondisi ini biasanya disebabkan

retensi natrium yang disertai retensi air. Cairan bergerak ke ruang

interstisial dan akumulasi cairan dalam ruang tersebut mengakibatkan

edema (kelebihan cairan jaringan). Penyebab kondisi ini meliputi gagal

jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis hati, kadar kortikosteroid

Page 77: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

60

berlebihan, dan transfusi berlebihan dengan cairan IV yang mengandung

natrium (Brooker, 2008 : 300-302).

Hal ini dibuktikan dengan data subyektif laporan adanya perut

terasa kembung atau mbeseseg, sesak nafas dan data obyektif: asites,

oedem pada kaki kanan, respirasi 26x/menit, pitting edema: derajat IV

kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik, kelebihan volume

cairan 896 cc, IWL 630 cc/hari. Kelebihan volume cairan (edema) adalah

penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam

berbagai rongga tubuh. Edema disebut juga dengan efusi, asites (Asmadi,

2009 : 54-55). Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung

bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari. Penilaian pitting edema

ada empat derajat yaitu: derajat I; kedalamannya 1-3 mm dengan waktu

kembali 3 detik, derajat II; kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali

5 detik, derajat III; kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik,

derajat IV; kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7

detik.

Hasil pengkajian pada Tn. H didapatkan respirasi 26x/menit, ini

membuktikan pasien mengalami sesak nafas. Pada keadaan normal,

frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 18-22x/menit. Tn. H

juga mengalami takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal

dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto dan Wartonah, 2010 :

35). Sesak nafas yang timbul pada Tn. H karena adanya edema pada

paru-paru. Edema paru-paru adalah suatu keadaan terkumpulnya cairan

Page 78: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

61

patologi di ekstravaskuler dalam paru. Edema paru merupakan kondisi

yang disebabkan oleh kelebihan cairan di paru-paru. Cairan ini terkumpul

dalam kantung-kantung udara di paru-paru banyak, sehingga sulit untuk

bernafas.

Pasien juga mengalami kelebihan volume cairan sebanyak 896 cc.

Balance cairan didapatkan dari intake cairan dikurangi output cairan.

Adapun input dalam sehari: air (makan + minum) 400 cc, cairan infus

1.150 cc, terapi injeksi furosemid 20mg/8jam 6 cc dan gastrofer

40mg/12jam 10 cc dan air metabolisme (5cc/kgBB/hari) 210 cc. Jumlah

input sebanyak 1.776 cc/hari. Output dalam sehari urine 150 cc, feses

100 cc dan IWL 630 cc/hari. Jumlah output sebanyak 880 cc/hari.

Kesimpulannya Tn. H kelebihan volume cairan 896 cc/hari.

IWL (Insensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang tidak

dapat dilihat melalui evaporasi dan respirasi. Dewasa 10-15

cc/kgBB/hari, anak 30 cc/kgBB/hari. Data yang ditemukan dari Tn. H

IWL 630 cc/hari. Didapatkan dari 15x42 = 630 cc/hari.

Salah satu hasil metabolisme yang akan dibuang oleh ginjal yaitu

ureum dan kreatinin adalah sebagai indikator derajat kesehatan pada

ginjal. Dan apabila keduanya meningkat, hal ini menunjukkan fungsi

ginjal tidak baik. Data yang ditemukan dari hasil laboratorium ureum 154

mg/dl, sedangkan nilai normalnya 20-40 mg/dl. Ureum adalah hasil akhir

metabolisme protein, karena ureum yang tinggi atau meningkat maka

terjadi uremia. Uremia adalah keadaan zat toksik yang disebabkan gagal

Page 79: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

62

ginjal. Hal ini terjadi bila fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar

dari tubuh sehingga urea menumpuk dalam darah.

Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat

yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat

pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal.

Batas normal kreatinin 0,5-1,5 mg/dl. Data yang ditemukan pada Tn. H

nilai kreatininnya 9,9 mg/dl.

Pembenaran analisa data hasil laboratorium hemoglobin dan

hematokrit dari diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d anoreksia, mual, pembatasan diet termasuk dalam diagnosa kelebihan

volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran urine. Hasil

laboratorium yang didapat adalah hemoglobin 11,0 g/dl, nilai normalnya

13,5-17,5 g/dl dan hematokrit 32% nilai normalnya 33-45%. Data ini

menunjukkan Tn. H mengalami kekurangan hemoglobin dan hematokrit.

Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan

bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah

pada darah ditentukan oleh kadar hemoglobin. Penurunan hemoglobin

terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal.

Hematokrit adalah angka yang menunjukkan persentase zat padat

(kadar sel darah merah, dan lain-lain) dengan jumlah cairan darah.

Semakin tinggi persentase hematokrit berarti konsentrasi darah semakin

kental. Penurunan hematokrit terjadi pada pasien yang mengalami

kehilangan darah akut, misalnya anemia. Kurangnya asupan nutrisi atau

Page 80: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

63

intake makanan akan mengakibatkan malnutrisi yang akan

mempengaruhi kecepatan pembentukan hemoglobin dan konsentrasi

dalam darah menurun sehingga menyebabkan anemia. Hal ini terjadi

karena zat besi yang tersedia tidak cukup untuk pembentukan

hemoglobin, sehingga produksi hemoglobin lebih rendah dari normal.

Diagnosa keperawatan ini muncul pada Tn. H karena ditemukan

data subyektif pasien mengatakan perut terasa kembung atau mbeseseg,

sesak nafas dan data obyektif oedem pada kaki kanan, terpasang O2 2

liter/menit, pasien terlihat nafas terengah-engah, BAK 3-4x/hari atau ±

150 cc/hari, asites, TTV; TD: 170/100 mmHg, N: 84x/menit, R:

26x/menit, S: 36,5ºC, ureum 154 mg/dl, kreatinine 9,9 mg/dl, IWL 630

cc/hari, kelebihan volume cairan 896 cc, pitting edema: derajat IV

kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik.

Diagnosa keperawatan ini muncul sebagai prioritas utama, karena

menurut Price, (2005 : 952) kelebihan volume cairan apabila tidak segera

ditangani akan menyebabkan beban sirkulasi berlebihan, edema,

hipertensi dan gagal jantung kongestif.

Tujuan yang diharapkan dalam penanganan kelebihan volume

cairan adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam

kelebihan volume cairan dapat dikurangi yang dibuktikan dengan

keseimbangan cairan dan indikator hidrasi yang adekuat. Kriteria hasil

yang diinginkan adalah pasien menunjukkan pengeluaran urine tepat

seimbang dengan pemasukan, hasil laboratorium mendekati normal

Page 81: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

64

(kreatinine 0,9-1,3mg/dl, ureum <50mg/dl), BB stabil, TTV dalam batas

normal (TD: 130/90 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,5ºC),

tidak ada oedem (Kusuma dan Nurarif, 2012 : 196-201).

Intervensi yang ditetapkan diantaranya:kaji status cairan (hitung

keseimbangan cairan, kaji turgor kulit dan adanya oedem), mengkaji

status cairan intake atau output merupakan pengkajian dasar dan data

dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi

intervensi (Kusuma dan Nurarif, 2012 : 196-201). ObservasiTTV,

mengobservasi tanda-tanda vital bertujuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien (Kusuma dan Nurarif, 2012 : 196-201). Anjurkan pasien

untuk membatasi masukan cairan, pembatasan cairan akan menentukan

berat tubuh ideal, haluaran urine dan respon terhadap terapi (Kusuma dan

Nurarif, 2012 : 196-201). Berikan penkes kepada pasien dan keluarga

tentang penyakitnya, memberikan informasi tentang penyakitnya dapat

meningkatkan pengetahuan dan pola hidup sehat pasien (Kusuma dan

Nurarif, 2012 : 196-201). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

terapi, misalnya : furosemid, kolaborasi atau konsultasi dengan dokter

dalam pemberian terapi dengan maksud segala tindakan atau terapi atas

dasar perintah dan sepengetahuan dokter. Adapun intervensi yang tidak

penulis munculkan yaitu: tinggikan ekstremitas yang mengalami edema

di atas level jantung (Carpenito, 2009 : 467).

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa

kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal:

Page 82: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

65

penurunan haluaran urine yaitu mengkaji status cairan (menghitung

keseimbangan cairan, mengkaji turgor kulit dan adanya oedem),

mengobservasi TTV, menganjurkan pasien untuk membatasi masukan

cairan, memberikan penkes kepada pasien dan keluarga tentang

penyakitnya dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

furosemid 20 mg/8jam. Faktor yang mendukung dalam melakukan

tindakan asuhan keperawatan yaitu pasien kooperatif dalam melakukan

pembatasan cairan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.

Evaluasi yang didapatkan pada tanggal 15 Juni 2014 setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah kelebihan

volume cairan teratasi sebagian. Hal ini dapat dibuktikan dengan pasien

mengatakan perut kembung atau mbeseseg berkurang, masih terdapat

oedem pada kaki kanan, BAK 3-4x/hari atau ± 150 cc/hari, TD: 130/90

mmHg, N: 84x/menit, R: 22x/menit, S: 36,5ºC, pasien terlihat rileks,

sehingga tindakan keperawatan dilanjutkan dengan anjurkan pasien untuk

membatasi masukan cairan (Kusuma dan Nurarif, 2012 : 196-201).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,

mual, pembatasan diet

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan

dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh. Adapun

penyebab yang berhubungan yaitu : efek dari pengobatan, mual atau

muntah, gangguan intake makanan, radiasi atau kemoterapi dan penyakit

kronis. Kemungkinan data yang ditemukan adalah berat badan menurun,

Page 83: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

66

kelemahan, kesulitan makan, nafsu makan berkurang, hipotensi,

ketidakseimbangan elektrolit dan kulit kering (Tarwoto dan Wartonah,

2010 : 66).

Hal ini dibuktikan dengan data subyektif laporan tidak nafsu

makan, mual tiap kali makan dan data obyektif pasien tampak lemah.

Mual adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi tidak

menyenangkan seperti gelombang di belakang kerongkongan,

epigastrium atau pada seluruh bagian abdomen yang dapat

mengakibatkan muntah ataupun tidak (Carpenito, 2009 : 231).

Diagnosa keperawatan ini muncul pada Tn. H karena ditemukan

data subyektif pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual tiap kali

makan dan data obyektif BB: 42 kg, TB: 152 cm, makan 4-5 sendok

sekali makan, pasien tampak lemah, Hemoglobin 11,0 g/dl, Hematokrit

32 %, kesadaran: compos mentis dan postur otot: lemah.

Tujuan yang diharapkan dalam penanganan perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh adalah setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan

adekuat. Kriteria hasil yang diinginkan adalah nafsu makan pasien

meningkat, tidak terjadi mual dan muntah, berat badan naik dan makan

habis 1 porsi (Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 66).

Intervensi yang ditetapkan diantaranya: kaji status nutrisi,

perubahan BB, pola makan, mengkaji status nutrisi merupakan

pengkajian dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau

Page 84: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

67

perubahan dan mengevaluasi intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2010

:67). Observasi KU dan TTV pasien, mengobservasi tanda-tanda vital

bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien (Kusuma dan Nurarif,

2012 : 196-201). Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering, sering makan

mempertahankan netralisasi HCl, melarutkan isi lambung pada kerja

minimal asam mukosa lambung (Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 67).

Berikan penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses

penyembuhan, pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku

hidup sehat (Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 67). Kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian terapi gastrofer 40mg/12jam, menghilangkan

mual muntah dan meningkatkan pemasukan oral.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,

pembatasan diet yaitu mengkaji status nutrisi, perubahan BB, pola makan

pasien, mengobservasi KU dan TTV pasien, menganjurkan untuk makan

sedikit tapi sering, memberikan penjelasan terhadap pentingnya nutrisi

bagi tubuh dan proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian terapi gastrofer 40mg/12jam. Faktor yang mendukung dalam

melakukan tindakan asuhan keperawatan yaitu pasien dan keluarga

kooperatif dan bekerjasama saat tenaga kesehatan memberikan penjelasan

terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan.

Evaluasi yang didapatkan pada tanggal 15 Juni 2014 setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah perubahan

Page 85: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

68

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Hal ini dapat dibuktikan

dengan pasien mengatakan makan habis 1 porsi tidak merasa mual dan

muntah, BB 42 kg, TD: 130/90 mmHg, N: 84x/menit, R: 22x/menit, S:

36,5ºC, sehingga tindakan keperawatan dihentikan.

Inti dari pembahasan ini pada diagnosa kedua yaitu pola nafas tidak

efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat tidak dimunculkan dalam

pembahasan, karena data mayor pada diagnosa ini termasuk dalam data

kelebihan volume cairan.

Page 86: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

69

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan dari pengelolaan dan

pembahasan asuhan keperawatan yang telah dibuat pada Tn. H dengan masalah

utama Gagal Ginjal Kronik (GGK) di bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

A. Kesimpulan

Kesimpulan adalah ringkasan dan materi bahasan yang sebagai hasil

pembahasan. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan Gagal

Ginjal Kronik (GGK) di bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada

tanggal 12 Juni sampai dengan 15 Juni 2014 penulis membuat beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Pengkajian yang didapatkan Tn. H mengatakan perut terasa kembung atau

mbeseseg, sesak nafas , tidak nafsu makan, mual tiap kali makan, edema di

kaki kanan. Pasien mengatakan sudah menderita Gagal Ginjal Kronik sejak

9 bulan yang lalu, pasien juga hemodialisa setiap hari sabtu secara rutin.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul dari pengkajian di atas yaitu: kelebihan

volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran urine, pola nafas

tidak efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat dan perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, pembatasan diet.

3. Intervensi keperawatan yang ditetapkan adalah kaji status cairan (hitung

keseimbangan cairan, kaji turgor kulit dan adanya oedem), kolaborasi

69

Page 87: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

70

dengan dokter dalam pemberian terapi, misalnya: furosemid, kaji kepatenan

jalan nafas, ajarkan batuk efektif dan cara nafas dalam, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan, kaji status nutrisi,

perubahan BB, pola makan pasien, observasi KU dan TTV pasien dan

kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi gastrofer. Intervensi di

atas sudah sesuai dengan teori.

4. Tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi. Faktor yang mendukung

dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan yaitu pasien dan keluarga

kooperatif dan bekerjasama dengan tenaga kesehatan. Kelemahan dalam

melakukan tindakan keperawatan ini adalah Tn. H belum maksimal dalam

melakukan tindakan keperawatan batuk efektif dikarenakan pasien masih

mengeluh mual.

5. Evaluasi dari diagnosa kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal:

penurunan haluaran urine dan diagnosa pola nafas tidak efektif b.d suplai

oksigen yang tidak adekuat adalah masalah teratasi sebagian. Diagnosa

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,

pembatasan diet dengan hasil masalah teratasi.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien kelebihan

volume cairan pada Gagal Ginjal Kronik (GGK), penulis akan memberikan

usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:

Page 88: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

71

1. Bagi Penulis

Penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan lebih

dalam lagi untuk melakukan asuhan keperawatan kelebihan volume cairan

pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK).

2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi dapat mengembangkan pengetahuan tentang asuhan

keperawatan kelebihan volume cairan pada pasien Gagal Ginjal Kronik

(GGK) dan mungkin bisa menjadi salah satu acuan bagi penelitian

selanjutnya.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maksimal,

khususnya pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK). Perawat

diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif.

4. Bagi Rumah Sakit

Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan

dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun

klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan

yang optimal pada umumnya dan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) pada

khususnya.

Page 89: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

72

5. Bagi Pasien atau Keluarga

Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan

hal-hal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila dirumah harus

dapat menjaga diri agar tidak terjadi kondisi yang memperparah penyakitnya.

Page 90: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2010.ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik.Jakarta: PT RinekaCipta

Arizal, 2009.Angka Kejadian dan Prevalensi.http://digilib.Unimus.ac.a

Id/artikel_keperawatan. Diakses pada tanggal 1 Februari 2014 Jam 13.15

WIB

Armelia, L., 2013. Buku Saku Harrison Nefrologi. Alih Bahasa; Andry Hartono.

Tangerang: Karisma Publishing Group

Asmadi, 2009.Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Baradero, M., 2008.Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC

Bayhakki, 2012.Klien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: EGC

Brooker, C., 2008.Ensiklopedia Keperawatan.Alih Bahasa; Andry Hartono. Jakarta:

EGC

Carpenito, L.J., 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi

9. Jakarta: EGC

Colvy, J., 2010. Gagal Ginjal. Yogyakarta: Dafa Publishing

Corwin, E.J., 2009. Patofisiologi : Buku Saku, Edisi 3. Jakarta: EGC

Dinkes Jateng, 2008. Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Kecemasan Pasien Gagal

Ginjal Kronik yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa Di RSUD Kraton

Kabupaten Pekalongan. Oleh : Siswantinah, 2011 Universitas

Muhammadiyah Semarang. http://jtptunimus-gdl-siswantinah-6072-2-

bab1.pdf. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014 Jam 12.53 WIB

Kusuma, H & Nurarif, A.H., 2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: TIM

Notoatmodjo., 2010. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam dan Baticaca, F.B., 2009.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam., 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Ilmu Keperawatan Pedoman

Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

Potter & Perry, 2006.Buku Ajaran Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC

Page 91: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

Price, S.A., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,

Vol. 2. Jakarta: EGC

Priharjo, 2007.Pengkajian Fisik Keperawatan, Edisi 2. Jakarta:EGC

Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2014.Pasien Gagal Ginjal Kronik.

Tidak Dipublikasikan

Saryono dan Widianti., 2011. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha

Medika

Sudoyo, A.W., 2009. Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Suharyanto, T & Madjid, A., 2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV. Trans Info Media

Susalit, 2012.Teknik Baru Pengobatan Gagal Ginjal, Edisi Minggu 22 Januari

2012.Koran Jakarta. Dibuka pada Website: http://koran-

jakarta.com/index.php/detail/view01/81403. Diakses pada tanggal 18

Februari 2014 Jam 12.47 WIB

Tarwoto dan Wartonah., 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Wahit, N., 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi Dalam

Praktik. Jakarta: EGC

Wijayaningsih, K.S., 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info

Media

Page 92: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 93: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 94: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 95: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 96: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 97: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

JADWAL STUDI KASUS

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA Tn. H DENGAN

GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI BANGSAL MELATI 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Oleh : Ria Mei Isnawati

No Kegiatan

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Pengumpulan

judul KTI

2 Studi

pendahuluan

3 Bimbingan

proposal

4 Ujian proposal

KTI

5

Revisi

proposal studi

kasus dan

pengambilan

ijin studi kasus

6

Pengambilan

data studi

kasus

7

Pembimbingan

penyusunan

laporan hasil

studi kasus

8

Ujian laporan

hasil studi

kasus

9

Revisi hasil

studi kasus

dan

pengumpulan

KTI

Page 98: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Nama Mahasiswa :

NIM :

A. PENGKAJIAN

Tanggal masuk :

Jam masuk :

Tanggal pengkajian :

Jam pengkajian :

Ruang :

No. RM :

Dx. Medis :

1. Identitas pasien

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

2. Identitas penanggung jawab

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

Page 99: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

Pekerjaan :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

B. KELUHAN UTAMA

C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

2. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

3. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

4. Genogram

D. POLA FUNGSIONAL GORDON

1. Pola Persepsi - Managemen Kesehatan

2. Pola Nutrisi - Metabolik

Sebelum sakit :

Selama sakit :

Antropometri measurement

BB :

TB :

Biochemical data

Hemoglobin :

Hematokrit :

Clinical sign of nutrition status

Kesadaran :

Postur otot :

Abdomen :

Rambut :

Kulit :

Mukosa bibir :

Mulut :

Page 100: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

Mata :

Diet history

Pola makan :

Kebiasaan makan :

Program diet :

Alergi :

3. Pola Eliminasi

Sebelum sakit :

Selama sakit :

4. Pola Latihan - Aktivitas

Sebelum sakit :

Selama sakit :

5. Pola Kognitif Perseptual

6. Pola Istirahat - Tidur

Sebelum sakit :

Selama sakit :

7. Pola Konsep Diri - Persepsi Diri

Body image :

Self ideal :

Self esteem :

Role :

Identity :

8. Pola Peran dan Hubungan

Sebelum sakit :

Selama sakit :

9. Pola Reproduksi/Seksual

10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stress)

11. Pola Keyakinan Dan Nilai

E. PEMERIKSAAN FISIK

- Kesadaran :

- Keadaan Umum :

Page 101: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

- Tanda-Tanda Vital : TD :

N :

S :

RR :

- Pemeriksaan Kepala

- Pemeriksaan Mata

- Pemeriksaan Hidung

- Pemeriksaan Telinga

- Pemeriksaan Mulut

- Pemeriksaan Leher

- Pemeriksaan Thorax

- Pemeriksaan Dada I :

P :

P :

A :

- Pemeriksaan Jantung I :

P :

P :

A :

- Pemeriksaan Abdomen I :

A:

P :

P :

- Pemeriksaan Genetalia

- Pemeriksaan Ekstremitas

Atas :

Bawah :

- Pemeriksaan Integumen/kulit

Page 102: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

2. Terapi

G. ANALISA DATA

NO Data Fokus Kemungkinan Etiologi Kemungkinan Masalah

DS :

DO :

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

No.

Dx

Tgl/jam Tujuan dan KH Intervensi Rasional

J. IMPLEMENTASI

No.

Dx

Tgl/jam Implementasi Respon ttd

K. EVALUASI

No. Dx Tgl/Jam Evaluasi ttd

Page 103: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 104: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 105: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

Oleh :

RIA MEI ISNAWATI

2011.1373

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 106: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik (GGK)

b. Penyebab GGK

c. Tanda dan gejala GGK

d. Penatalaksanaan GGK

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Juni 2014

Waktu : 14.20 WIB selama 20 menit

Tempat : Bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Sasaran : Pasien GGK

A. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhanselama20 menit, pasien mengerti

tentang Gagal Ginjal Kronik (GGK).

B. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dapat mengetahui dan memahami

tentang :

1. Pengertian GGK

2. Penyebab GGK

3. Tanda dan gejala GGK

4. Penatalaksanaan GGK

Page 107: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

C. Materi

1. Pengertian GGK

2. Penyebab GGK

3. Tanda dan gejala GGK

4. Penatalaksanaan GGK

D. Metode

Ceramah dan tanya jawab

E. Media

Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan

NO TAHAP /

WAKTU

KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN SASARAN

1. Pembukaan :

3 menit

- Memberi salam pembuka

- Memperkenalkan diri

- Menjelaskan pokok bahasan

dan tujuan penyuluhan

- Membagi leaflet

Menjawab salam

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

2.

Pelaksanaan :

10 menit

- Menjelaskan pengertian Gagal

Ginjal Kronik (GGK)

- Menjelaskan penyebab GGK

- Menjelaskan tanda dan gejala

GGK

- Menjelaskan penatalaksanaan

GGK

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

3. Evaluasi :

5 menit

- Menanyakan kepada pasien

tentang materi yang telah

diberikan, dan memberi

reinforcement kepada peserta

yang dapat menjawab

pertanyaan.

Menjawab pertanyaan

4. Terminasi :

2 menit

- Mengucapkan terimakasih

atas peran serta pasien

- Mengucapkan salam penutup

Mendengarkan

Menjawab salam

Page 108: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

G. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penkes

dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :

1. Jelaskan kembali pengertian Gagal Ginjal Kronik (GGK)

2. Sebutkan tanda dan gejala GGK

3. Sebutkan penatalaksanaan GGK

Kriteria evaluasi :

Menyiapkan SAP

Menyiapkan materidan media

Kontrak waktu dengan sasaran

Menyiapkan tempat

Menyiapkan pertanyaan

Page 109: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

MATERI PENYULUHAN

GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

A. Pengertian Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal Ginjal Kronik adalah kehilangan atau penurunan fungsi ginjal

yang sudah lanjut dan bertahap serta bersifat menahun sehingga ginjal tidak

dapat berfungsi dengan baik dan perlu dilakukan perawatan dan pengobatan

yang serius.

B. Etiologi

Gagal ginjal kronik terjadi karena adanya kelainan atau penyakit yang

tidak segera disembuhkan seperti:

1. Adanya infeksi pada ginjal

2. Adanya peradangan pada ginjal

3. Hipertensi

4. Diabetes Mellitus

5. Kelainanbawaan dan penyakit keturunan

6. Keracunan obat-obatan

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari gagal ginjal kronik mudah diketahui sejak awal seperti:

1. Gejalaawal:

- Sakit kepala

- Kelelahan fisikdan mental

- Berat badan berkurang

- Mudah tersinggung

Page 110: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt

2. GejalaLanjut:

- Anoreksia

- Mual dan muntah

- Sesak nafas

- Edema

- Gagal jantung

- Hipertensi

- Kulit kering dan bersisik

- Rambut tipis dan kasar

D. Penatalaksanaan

Gagal ginjal kronik dapat diatasi dengan cara:

1. Hemodialisa secara rutin

2. Minum obat-obatan seperti obat anti hipertensi

3. Membatasi asupan makanan yang banyak mengandung protein

(misalnya: telurdan daging) dan memperbanyak makanan yang

mengandung karbohidrat (misalnya : nasi)

4. Transfusi darah

5. Cangkok ginjal

Page 111: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 112: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 113: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt
Page 114: Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei i Dapatttt