soal ujian+s2+psi+pendidikan

28
UJian S2 Psikologi Pendidikan UMS A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini 1. Apa yang dimaksud dengan Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK)? Dan apa peran Psikologi Pendidikan dalam penanganan terhadap ABK ? 2. Apa yang dimaksud dengan six fundamental developmental skill atau six functional milestone ? Uraikan dan jelaskan. 3. Apa yang dimaksud dengan a. Difficulty with sensory reactivity b. Processing difficulty c. Difficulty creating and sequencing or planning responses pada ABK ? 4. Sebutkan ciri-ciri utama GPP/H pada anak dan bagaimana penanganannya di dalam kelas ? Apakah anak GPP/H bisa tetap bersekolah di sekolah reguler ? 5. Apa yang anda ketahui tentang giftedness pada anak ? Apa bedanya dengan anak indigo ? Bagaimana cara menghadapinya ? B. Tuliskan sebuah artikel singkat, tentang salah satu topik ABK dan upaya pengelolaan pendidikannya yang dapat dilakukan. Jangan lupa tuliskan kepustakaan yang diacu. Jawab Definisi Anak Berkebutuhan Khusus Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan handicaped.

Upload: siti-nurrohmah

Post on 16-Apr-2015

207 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

UJian S2 Psikologi Pendidikan UMS

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini

1. Apa yang dimaksud dengan Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK)? Dan apa peran Psikologi Pendidikan dalam penanganan terhadap ABK ?

2. Apa yang dimaksud dengan six fundamental developmental skill atau six functional milestone ? Uraikan dan jelaskan.

3. Apa yang dimaksud dengan a. Difficulty with sensory reactivityb. Processing difficultyc. Difficulty creating and sequencing or planning responses

pada ABK ?4. Sebutkan ciri-ciri utama GPP/H pada anak dan bagaimana penanganannya di dalam

kelas ? Apakah anak GPP/H bisa tetap bersekolah di sekolah reguler ?5. Apa yang anda ketahui tentang giftedness pada anak ? Apa bedanya dengan anak

indigo ? Bagaimana cara menghadapinya ?

B. Tuliskan sebuah artikel singkat, tentang salah satu topik ABK dan upaya pengelolaan pendidikannya yang dapat dilakukan. Jangan lupa tuliskan kepustakaan yang diacu.

JawabDefinisi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara

simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak

akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.

Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti

disability, impairment, dan handicaped. Menurut World Health Organization (WHO),

definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

1. Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami

kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis

secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami

amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.

2. Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami

kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment

seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka

dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.

Page 2: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

3. Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari

impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran

yang normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan  suatu keadaan di

mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan

berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi

kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya

dia memerlukan kursi roda.

Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya

adalah anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder (PTSD) akibat bencana

alam, perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir prematur, anak yang

lahir dari keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar,

anak-anak korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan

dengan kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak

berpenyakit kronis, dan sebagainya.

Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:

tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan

prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak

berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan

hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang

disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka

memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi

menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah

Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk

tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian

D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) agak berbeda dengan anak-anak pada

umumnya. Anak berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik

Page 3: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

yang wajar, karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap

defensif (menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar

yang lemah.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah definisi yang sangat luas, mencakup

anak-anak yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ rendah, serta anak dengan

permasalahan sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami

gangguan.

            Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak

berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang

digunakan, dan merupakan terjemahan dari children with special needs yang telah

digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah

digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan

anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu

difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.

            Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan

tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak

normal pada umumnya.

The National Information Center for Children and Youth with Disabilities

(NICHCY) mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children

refer to children who have disabilities or who are at risk of developing disabilities”.

Hal senada juga diajukan oleh Behr dan Gallagher (Fallen dan Umansky,

1985:13) yang mengusulkan perlunya definisi yang lebih fleksibel dalam mendefinisikan

anak-anak berkebutuhan khusus. Artinya, tidak hanya meliputi anak-anak berkelainan

(handicapped children) sebagaimana dirumuskan dalam P.L 94-142, tetapi juga mereka

yang termasuk anak-anak memiliki faktor resiko. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan

definisi yang lebih fleksibel, akan memberikan keuntungan bahwa hambatan yang lebih

serius dapat dicegah melalui pelayanan anak pada usia dini. Sekalipun demikian, dalam

pembahasan ini lebih memfokuskan kepada anak-anak yang termasuk dalam kategori

anak cacat atau berkelainan.

Perubahan terminologi atau istilah anak berkebutuhan khusus dari istilah anak

luar biasa tidak lepas dari dinamika perubahan kehidupan masyarakat yang berkembang

Page 4: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

saat ini, yang melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang

yang lebih bersifat humanis dan holistik, dengan penghargaan tinggi terhadap perbedaan

individu dan penempatan kebutuhan anak sebagai pusat perhatian, yang kemudian telah

mendorong lahirnya paradigma baru dalam dunia pendidikan anak penyandang cacat dari

special education ke special needs education. Implikasinya, perubahan tersebut juga harus

diikuti dengan perubahan dalam cara pandang terhadap anak penyandang cacat yang

tidak lagi menempatkan kecacatan sebagai focus perhatian tetapi kepada kebutuhan

khusus yang harus dipenuhinya dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Dengan

demikian, layanan pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi

harus didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak atau lebih

menonjolkan anak sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk memahami anak berkebutuhan

khusus yaitu impairment yang berarti cacat, disability di mana seseorang mengalami

hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dimungkinkan karena kondisi

cacat, dan handicapped,merupakan keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam

komunikasi dan sosialisasi dengan lingkungan. Kondisi handicapped inilah yang

merupakan berkebutuhan khusus, karena untuk bersosialisasi dengan lingkungan

termasuk pendidikan dan pengajaran memerlukan perlakuan khusus.

C. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus

1. Kelainan Mental terdiri dari:

a. Mental Tinggi

Sering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan

intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung

jawab terhadap tugas.

b. Mental Rendah

Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki

IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak

berkebutuhan khusus.

c. Berkesulitan Belajar Spesifik

Page 5: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa.

Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual

normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu.

2. Kelainan Fisik meliputi:

a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh

kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat

kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan otak ), amputasi (kehilangan organ

tubuh), polio, dan lumpuh.

Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam

melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu

memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu

memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan

fisik.

b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra

dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.

Definisi tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki

lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak

lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra

penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra

peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam

memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus

bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar

timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape

recorder dan peranti lunak JAWS.

Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar

mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari

bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat

putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)

Page 6: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik

permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan

pendengaran adalah:

1.              Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)

2.              Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)

3.              Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)

4.              Gangguan pendengaran berat(71-90dB)

5.              Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki

hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara

berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah

dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap

negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara

berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.

Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang

abstrak.

Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tuli (deaf)

dan kurang dengar (hard of hearing).

d. Kelainan Bicara (Tunawicara)

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa

verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat

bersifat fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik

yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya

gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan bicara.

3. Kelainan Emosi

Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari

indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi gangguan emosi

meliputi:

a. Gangguan Perilaku

         Mengganggu di kelas

Page 7: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

         Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi

         Tidak menghargai-menentang

         Menyalahkan orang lain

         Kecemasan terhadap prestasi di sekolah

         Dependen terhadap orang lain

         Pemahaman yang lemah

         Reaksi yang tidak sesuai

         Melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri

b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)

Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmampuan

untuk beradaptasi, dan tingkat perkembangannya tidak konsisten. Gejala-gejala

inattention tersebut antara lain:

         Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam

pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.

         Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas permainan

         Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara

         Sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah

         Kesulitan untuk mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas

         Tidak menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah

         Sering tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil, buku, dan sebagainya

         Sering mudah beralih pada stimulus luar

         Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari

c. Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity Disorder)

         Perilaku tidak bisa diam

         Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama

         Hiperaktivitas

         Aktivitas motorik yang tinggi

         Mudah buyarnya perhatian

Page 8: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

         Canggung

         Infeksibilitas

         Toleransi yang rendah terhadap frustasi

         Berbuat tanpa dipikir akibatnya.

D. Kesimpulan

Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan

interindividual maupun intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam

berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan

pendidikan dan pengajaran.

Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan

anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Ada perbedaan

yang signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasa atau

berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untuk

mencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luar

biasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan

khusus.

Memahami anak berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu, baik

perbedaan antar individu (interindividual) yaitu membandingkan individu dengan

individu lain baik perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi

yang ada pada individu  itu sendiri (intraindividual).

E. DAFTAR PUSTAKA

Suparno. 2007. Bahan Ajar Cetak: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.

Lathiffah, Nurul. 2010. http://abk-dan-pendidikan-yang-pengertian.htm. (diakses tanggal 12

Maret 2011).

Sigit. 2009. http://anak-berkebutuhan-khusus. (diakses tanggal 12 Maret 2011).

http://apakah-anak-anda-tergolong-anak. (diakses tanggal 12 Maret 2011).

http://wikipedia.org/anak_berkebutuhan_khusus. (diakses tanggal 12 Maret 2011).

Page 9: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam system pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing – masing . Dalam penyusunan progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional . Karaktristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social serta kreativitasnya.

Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan. Tujuannya agar saat memprogamkan pembelajaran sudah dipikirkan mengenbai bentuk strategi pembelajaran yanag di anggap cocok. Asesmen di sini adalah proses kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, melalui pengamatan yang sensitive. Kegiatan ini biasanya memerlukan penggunaan instrument khusus secara baku atau di buat sendiri oleh guru kelas.

Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh guru di sekolah, di tujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur meliputi kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari- hari dan kompetensi akademik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai ”Strategi Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus”

1. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara

Page 10: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

2. Jenis Dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru antara lain:

A.Tunagrahita (Mental retardation)

Ada beberapa definisi dari tunagrahita, antara lain:American Association on Mental Deficiency (AAMD) dalam B3PTKSM, (p. 20) mendefinisikan retardasi mental/tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes individual; yang muncul sebelum usia 16 tahun; dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif

Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22), mendefinisikan retardasi mental/tunagrahita ialah fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku; kekurangan dalam perilaku adaptif; dan terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

The New Zealand Society for the Intellectually Handicapped menyatakan tentang tunagrahita adalah bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila kecerdasannya jelas-jelas di bawah rata-rata dan berlangsung pada masa perkembangan serta terhambat dalam adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya.

Definisi tunagrahita yang dipublikasikan oleh American Association on Mental Retardation (AAMR). Di awal tahun 60-an, tunagrahita merujuk pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan adaptif. Keterampilan adaptif mencakup area : komunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, functional academics, waktu luang, dan kerja. Menurut definisi ini, ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun.

Page 11: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

Menurut WHO seorang tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tututan yang berlaku dalam masyarakat.

Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa indikasi sebagai berikut:

• Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalukecil/besar,• Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,• Perkembangan bicara/bahasa terlambat• Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan(pandangan kosong),• Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),• Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).

B. Tunalaras (Emotional or behavioral disorder)

Nilai standarnya 4Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Menurut Eli M. Bower (1981), anak dengan hambatan emosional atau kaelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut:

• Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena factor intelektual,sensori atau kesehatan.• Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.• Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.

Secara umum mereka selalu dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan atau depresi.

Bertendensi kearah symptoms fisik: merasa sakit atau ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.Anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku juga bisa diidentifikasi melalui indikasi berikut:

• Bersikap membangkang,• Mudah terangsang emosinya,• Sering melakukan tindakan aggresif,• Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.

Page 12: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

C. Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness)

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

• Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),• Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),• Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),• Gangguan pendengaran berat(71-90dB),• Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan pendengaran:• Tidak mampu mendengar,• Terlambat perkembangan bahasa,• Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,• Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara,• Ucapan kata tidak jelas,• Kualitas suara aneh/monoton,• Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar,• Banyak perhatian terhadap getaran,• Keluar nanah dari kedua telinga,• Terdapat kelainan organis telinga.• Nilai standarnya 7.

D. Tunanetra (Partially seing and legally blind)

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar

Page 13: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).

Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan penglihatan:• Tidak mampu melihat,• Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,• Kerusakan nyata pada kedua bola mata,• Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,• Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,• Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,• Mata bergoyang terus.• Nilai standarnya adalah 6, artinya bila anak mengalami minimal 6gejala di atas, maka anak termasuk tunanetra.

E. Tunadaksa (physical disability)

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainanneuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisiktetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Berikut identifikasi anak yang mengalami kelainan anggota tubuh tubuh/gerak tubuh:• Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,• Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidakterkendali),• Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidaksempurna/lebih kecil dari biasa,• Terdapat cacat pada alat gerak,• Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,• Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikaptubuh tidak normal,• Hiperaktif/tidak dapat tenang.• Nilai standarnya 5.

F. Tunaganda (Multiple handicapped)

Menurut Johnston & Magrab, tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat.

Page 14: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

Walker (1975) berpendapat mengenai tunaganda sebagai berikut: Seseorang dengan dua hambatan yang masing-masing memerlukan layanan-layanan pendidikan khusus. Seseorang dengan hambatan-hambatan ganda yang memerlukan layanan teknologi. Seseorang dengan hambatan-hambatan yang memerlukan modifikasi khusus.

G. Kesulitan Belajar (Learning disabilities)

Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca,berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca, menulis dan berhitung:Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)• Perkembangan kemampuan membaca terlambat,• Kemampuan memahami isi bacaan rendah,• Kalau membaca sering banyak kesalahan• Nilai standarnya 3.

Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia)• Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,• Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,• Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,• Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,• Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.• Nilai standarnya 4.

Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula)• Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =• Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,• Sering salah membilang dengan urut,• Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,• Sulit membedakan bangun-bangun geometri.• Nilai standarnya 4.

H. Anak Berbakat (Giftedness and special talents)

Menurut Milgram, R.M (1991:10), anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (Terman, 1925), mempunyai

Page 15: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

kreativitas tinggi (Guilford, 1956), kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni drama, seni tari dan seni rupa (Marlan, 1972).Anak berbakat mempunyai empat kategori, sebagai berikut:• Mempunyai kemampuan intelektual atau intelegensi yangmenyeluruh, mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrakdan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan masukakal.• Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yangberbeda dalam matematika, bahasa asing, music, atau ilmupengetahuan alam.• Berpikir kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Pada umumnyamampu berpikir untuk menyelesaikan masalah yang tidak umumdan memerlukan pemikiran tinggi.• Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orisinil dan berbedadengan yang lain.• Dari keempat kategori di atas, maka anak berbakat adalah merekayang mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul dalam segiintelektual, teknik, estetika, social, fisik (Freemen, J. 1975:120),akademik, psikomotor dan psikososial (Sisk,1987 dalam Amin, M.1996:3).

Berikut identifikasi anak berbakat atau anak yang memilki kecerdasan dan kemampuan yang luar biasa:• Membaca pada usia lebih muda,• Membaca lebih cepat dan lebih banyak,• Memiliki perbendaharaan kata yang luas,• Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,• Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orangdewasa,• Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,• Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,• Memberi jawaban-jawaban yang baik,• Dapat memberikan banyak gagasan,• Luwes dalam berpikir,• Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,• Mempunyai pengamatan yang tajam,• Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutamaterhadap tugas atau bidang yang diminati,• Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,• Senang mencoba hal-hal baru,• Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yangtinggi,• Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah,• Cepat menangkap hubungan sebabakibat,• Berperilaku terarah pada tujuan,• Mempunyai daya imajinasi yang kuat,

Page 16: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

• Mempunyai banyak kegemaran (hobi),• Mempunyai daya ingat yang kuat,• Tidak cepat puas dengan prestasinya,• Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),• Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

I. Anak Autistik

Nilai standarnya 18.Autism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Gejala-gejala autism menurut Delay & Deinaker (1952) dan Marholin & Philips (1976) antara lain:

• Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengantampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalumemandang ke bawah.• Selalu diam sepanjang waktu.• Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelandengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh akanmenceritakan dirinya dengan beberapa kata kemudian diammenyendiri lagi.• Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut dan tidakmenyenangi sekelilingnya.• Tidak tampak ceria.• Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yangdisukainya.

Secara umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan fungsi saraf dan intelektual, Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

J. Hyperactive (Attention Deficit Disorder with Hyperactive)

Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. (Batshaw & Perret, 1986: 261).symptoms terjadi disebabkan oleh factor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or mental retardaction. Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut anak hiperaktif dengan istilah attention deficit disorder (ADHD) (Solek, P. 2004:4)

3. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan KhususAnak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporermeliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra,

Page 17: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.

Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam.Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.

Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.

Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.

Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:

1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetraStrategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:

Page 18: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

• Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitustrategi pembelajaran deduktif dan induktf.• Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaranekspositorik dan heuristic.• Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran denganseorang guru dan beregu.• Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecildan individual.• Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka,dan melalui media.

Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.

2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakatStrategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah :• Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkatkompleksitas.• Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual sematatetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.• Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.

Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.

3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahitaStrategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;

• Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan• Strategi kooperatif• Strategi modifikasi tingkah laku

4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksaStrategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:• Pendidikan integrasi (terpadu)• Pendidikan segresi (terpisah)• Penataan lingkungan belajar

5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalarasUntuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;

Page 19: Soal UJian+S2+Psi+Pendidikan

• Model biogenetic• Model behavioral/tingkah laku• Model psikodinamika• Model ekologis

6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar• Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program deliverydan remedial teaching• Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuaidengan tingkat kesalahan.• Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidiyang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semikonkret dan tingkat abstrak.

7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarunguStrategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.