soal ujian s2 uas 2009

27
Program Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Epidemiologi Ujian Akhir Semester 2009 (Jumlah = 100 soal) Pilih satu jawaban yang paling benar untuk no. 1-34. 1. Waktu antara terjadinya infeksi oleh spesies patogen hingga waktu terdeteksinya infeksi itu oleh suatu tes (misalnya, waktu antara infeksi dengan HIV hingga antibodi HIV bisa dideteksi di dalam darah adalah 3 hingga 6 bulan). A. Inkubasi B. Laten C. Sojourn time D. Window period E. Lead time 2. Tujuan epidemiologi analitik yang menaksir besarnya pengaruh/ hubungan/ risiko/ dampak paparan terhadap penyakit, atau pengaruh intervensi terhadap variabel hasil, baik bentuk taksiran titik maupun taksiran interval, disebut: A. Pengendalian factor perancu B. Pencuplikan (sampling) C. Uji hipotesis D. Estimasi E. Pengendalian bias 3. Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus-menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data dengan tepat waktu kepada mereka yang perlu mengetahuinya: A. Survival analysis B. Surveilans C. Survey Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 1

Upload: muhammad-yusuf-arrozhi

Post on 20-Oct-2015

190 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

ujian

TRANSCRIPT

Page 1: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

EpidemiologiUjian Akhir Semester 2009

(Jumlah = 100 soal)

Pilih satu jawaban yang paling benar untuk no. 1-34.

1. Waktu antara terjadinya infeksi oleh spesies patogen hingga waktu terdeteksinya infeksi itu oleh suatu tes (misalnya, waktu antara infeksi dengan HIV hingga antibodi HIV bisa dideteksi di dalam darah adalah 3 hingga 6 bulan).

A. InkubasiB. LatenC. Sojourn timeD. Window periodE. Lead time

2. Tujuan epidemiologi analitik yang menaksir besarnya pengaruh/ hubungan/ risiko/ dampak paparan terhadap penyakit, atau pengaruh intervensi terhadap variabel hasil, baik bentuk taksiran titik maupun taksiran interval, disebut:

A. Pengendalian factor perancuB. Pencuplikan (sampling)C. Uji hipotesisD. EstimasiE. Pengendalian bias

3. Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus-menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data dengan tepat waktu kepada mereka yang perlu mengetahui-nya:

A. Survival analysis B. SurveilansC. SurveyD. Time seriesE. Evaluasi

4. Desain studi yang hasilnya paling kuat untuk digunakan sebagai bukti hubungan kausal:

A. Eksperimen kuasiB. Case series (laporan kasus berseri)C. Case report (laporan kasus tunggal)D. Cross-sectional (potong-lintang)E. Randomized Controlled Trial (RCT)

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 1

Page 2: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

5. Metode berikut bertujuan mengontrol confounding dengan cara memasangkan subjek kasus dengan kontrol, atau subjek terpapar dengan tak terpapar, sehingga pasangan-pasangan tersebut memiliki tingkat atau kategori confounding factor yang sama

A. RandomisasiB. RestriksiC. Pencocokan (matching)D. Stratified analysisE. Multivariate analysis

6. Suatu jenis bias yang terjadi jika proporsi subjek yang hilang atau mengundurkan diri dalam suatu studi longitudinal (studi khor atau studi eksperimental) cukup banyak, yakni berkisar antara 30-40 persen, atau tidak sebanyak itu tetapi hilangnya atau pengunduran diri subjek penelitian berkaitan dengan status paparan, status penyakit, atau keduanya

A. Bias publikasiB. Loss to follow up biasC. Bias NeymanD. Bias admisiE. Recall bias

7. Suatu desain eksperimen di mana peneliti membagi dulu subjek penelitian dalam blok-blok yang berbeda menurut suatu faktor perancu, lalu randomisasi dilakukan terhadap subjek-subjek di dalam masing-masing blok, sehingga peneliti dapat menilai pengaruh perlakuan dalam lingkungan homogen di dalam masing-masing blok

A. Completely randomized experimental designB. Cross-over experimental designC. Randomized block experimental designD. Factorial designE. Quasi experiment

8. Sebuah RCT berminat meneliti efektivitas pemberian obat antikolesterol baru dalam menurunkan kadar kolesterol. Untuk itu peneliti akan membandingkan rata-rata (mean) penurunan kadar kolesterol antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rumus yang tepat untuk memperkirakan kebutuhan ukuran sampel untuk RCT tersebut:

A. Rumus ukuran sampel untuk mean tunggal sebuah populasiB. Rumus ukuran sampel untuk beda mean dari dua populasiC. Rumus ukuran sampel untuk proporsi tunggal sebuah populasiD. Rumus ukuran sampel untuk beda proporsi dari dua populasiE. Rumus ukuran sampel untuk analisis multivariat

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 2

Page 3: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

9. Metode pengendalian kerancuan, di mana setiap kasus dipasangkan dengan sebuah atau lebih kontrol yang memiliki tingkat faktor perancu yang sama:

A. RandomisasiB. RestriksiC. Matching (pencocokan)D. Analisis berstrataE. Analisis multivariat

10. Waktu sejak terdeteksi kasus penyakit melalui skrining hingga terdiagnosisnya kasus penyakit secara klinis:

A. InkubasiB. LatenC. DurasiD. Window periodE. Lead time

11. Desain pencuplikan (sampling design) ini mencuplik sampel berdasarkan status paparan, sedang status penyakit bervariasi mengikuti status paparan subjek

A. Area sampling B. Simple random samplingC. Stratified random samplingD. Multistage sampplingE. Fixed exposure sampling

12. Metode untuk mencegah bias informasi, di mana subjek penelitian, pemberi obat, dan/ atau penganalisis data dibuat tidak mengetahui apakah obat yang diberikan obat aktif atau plasebo:

A. Intention to treat analysisB. Per protocol analysisC. BlindingD. StratifikasiE. Coding

13. Imunisasi, penggunaan helm, penyuluhan kesehatan melalui televisi, merupakan upaya:

A. Pencegahan primerB. Pencegahan sekunderC. Pencegahan tersierD. KuratifE. Rehabilitatif.

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 3

Page 4: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

14. Semua merupakan kesalahan sistematis (systematic error) dalam suatu penelitian, KECUALI:

A. Bias seleksiB. Ukuran sampel yang terlalu kecilC. Bias pengukuranD. Kerancuan (confounding)E. Bias misklasifikasi

15. Model analisis data berikut menghubungkan variabel dependen dengan sejumlah variabel independen, yang berguna antara lain untuk mengontrol pengaruh confounding factor:

A. Analisis regresi linierB. Analisis univariatC. Analisis multivariatD. Analisis bivariatE. Analisis regresi logistik

16. Cabang epidemiologi berikut ini menerapkan konsep dan metode epidemiologi yang kuantitatif dan logis untuk memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam pelayanan klinis kepada pasien, menyangkut masalah diagnostik, prognostik, terapetik, maupun preventif

A. Epidemiologi penyakit infeksiB. Epidemiologi penyakit kardiovaskulerC. Epidemiologi kankerD. Epidemiologi sosialE. Epidemiologi klinik

17. Pendekatan analisis data dalam RCT berikut menganalisis data subjek penelitian yang mematuhi ataupun tidak mematuhi protokol penelitian, sesuai dengan alokasi random yang sudah dilakukan dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:

A. Intention to treat analysisB. Per protocol analysisC. Multivariate analysisD. Crude analysisE. Adjusted analysis

18. Desain studi berikut paling banyak memerlukan biaya dan waktu:

A. Studi kasus B. Studi potong-lintangC. Studi kasus kontrolD. Studi kohorE. Meta-analysis

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 4

Page 5: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

19. Kriteria yang menyatakan bahwa andaikata suatu paparan hanya menyebabkan sebuah penyakit, maka hubungan tersebut besar kemungkinan merupakan hubungan sebab-akibat

A. Strength of associationB. SpecificityC. Dose-response relationshipD. Biologic plausibilityE. Coherence

20. Teknik analisis data berikut tidak hanya mengidentifikasi pengaruh intervensi terhadap variabel hasil yang diteliti pada masing-masing subjek penelitian, tetapi juga memperhitungkan lama waktu pengamatan dari masing-masing subjek, termasuk subjek yang hilang waktu follow up, atau subjek yang drop out:

A. Intention to treat analysisB. Per protocol analysisC. Multivariate analysisD. Survival analysisE. Matched pair-analysis

21. Ukuran hubungan (measure of association) yang digunakan sebagai pengganti Rasio Risiko (RR), baik pada studi potong-lintang, kasus-kontrol, kohor, maupun studi eksperimental:

A. Beda risiko (risk difference, attributable risk)B. Rasio risiko (risk ratio, relative risk)C. Odds ratioD. Rasio laju isidensi (incidence density ratio)E. Beda laju insidensi (incidence density difference)

22. Proporsi dari populasi yang berpenyakit pada suatu saat atau dalam suatu periode:

A. Insidensi Kumulatif (Cumulative Incidence)B. Incidence RateC. PrevalenceD. Incidence DensityE. Risiko (Risk)

23. Ukuran yang menunjukkan kecepatan suatu kelompok subjek untuk mengalami penyakit dalam suatu periode waktu:

A. Insidensi Kumulatif (Cumulative Incidence)B. Laju Insidensi (Incidence Rate)C. OddsD. Prevalensi (Prevalence)E. Prevalence odds

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 5

Page 6: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

24. Sebuah RCT berminat meneliti efektivitas pemberian aspirin dalam mencegah terjadinya rekurensi infark otot jantung pasca serangan jantung. Untuk itu peneliti akan membandingkan proporsi rekurensi infark otot jantung pada kelompok yang diberi dan tidak diberi aspirin. Rumus yang tepat untuk memperkirakan kebutuhan ukuran sampel untuk RCT tersebut:

A. Rumus ukuran sampel untuk mean tunggal sebuah populasiB. Rumus ukuran sampel untuk beda mean dari dua populasiC. Rumus ukuran sampel untuk proporsi tunggal sebuah populasiD. Rumus ukuran sampel untuk beda proporsi dari dua populasiE. Rumus ukuran sampel untuk analisis multivariat

25. Merupakan studi epidemiologi observasional yang mengkaji dan mensintesis hasil-hasil dari berbagai studi tunggal tentang sebuah masalah penelitian, dan membuat ikhtisar kualitatif tentang hasil kajian tersebut, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis untuk meminimalisasi bias dan kesalahan random:

A. Studi potong-lintangB. Studi kohorC. Time-seriesD. Systematic reviewE. Meta-analysis

26. Kesalahan sistematis di dalam pengumpulan data, yakni kesalahan dalam mengukur paparan, penyakit, atau variabel hasil, dan derajat kesalahan tersebut berbeda secara sistematis antara kelompok-kelompok studi, sehingga diperoleh taksiran yang salah tentang hubungan paparan-penyakit, atau efek intervensi terhadap variabel hasil yang diteliti:

A. Bias seleksiB. Bias informasiC. ConfoundingD. Peran peluangE. Kesalahan random

27. Desain penelitian epidemiologi yang menggabungkan dan merangkum secara kuantitatif hasil-hasil taksiran hubungan/ pengaruh variabel dari sejumlah penelitian tentang masalah penelitian yang sama:

A. Multivariate analysis B. Time series analysisC. Stratefied analysisD. Survival analysisE. Meta-analysis

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 6

Page 7: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

28. Dalam skrining, parameter yang menunjukkan kemampuan suatu instrumen (mis. Pap smear) dalam mengklasifikasi orang yang sebenarnya tidak sakit (tidak Ca cerviks) sebagai negatif, disebut:

A. Nilai Prediksi PositifB. Nilai Prediksi NegatifC. SensitivitasD. SpesifisitasE. Receiver Operating Curve

29. Semua merupakan kriteria kausasi Hill (1965), KECUALI:

A. Nilai p B. Kekuatan hubunganC. Spesifisitas efekD. Hubungan temporal paparan-penyakitA. Hubungan dosis-respons

30. Metode pengendalian kerancuan dimana hubungan antara paparan dan penyakit dianalisis secara terpisah ke dalam masing-masing strata/ kategori faktor perancu

A. RandomisasiB. RestriksiC. Matching (pencocokan)D. Analisis berstrataE. Analisis multivariat

31. Ukuran frekuensi penyakit ini menunjukkan risiko yang sesungguhnya suatu kelompok subjek untuk mengalami penyakit dalam suatu periode waktu:

A. Insidensi Kumulatif (Cumulative Incidence)B. Laju Insidensi (Incidence Rate)C. OddsD. Prevalensi (Prevalence)E. Prevalence odds

32. Metode pencuplikan (sampling) berikut dimulai dengan memilih subjek berdasarkan status paparan (misalnya, merokok atau tidak merokok):

A. Simple random samplingB. Fixed disease samplingC. Quota samplingD. Fixed exposure samplingE. Systematic sampling

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 7

Page 8: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

33. Metode pengendalian pengaruh faktor perancu, di mana peneliti membatasi semua subjek penelitian dengan suatu kriteria (inklusis maupun eksklusi) sehingga setiap subjek memiliki tingkat faktor perancu yang sama:

A. RandomisasiB. RestriksiC. Matching (pencocokan)D. Analisis berstrataE. Analisis multivariat

34. Variabel yang merupakan faktor risiko atau faktor protektif penyakit, berhubungan dengan paparan yang diteliti, tetapi bukan merupakan variabel antara dalam mekanisme kausal paparan-penyakit, yang jika tidak dikendalikan pengaruhnya menyebabkan distorsi perkiraan pengaruh paparan itu:

A. Pengubah efek (effect modifier)B. Faktor perancu (confounding factor)C. Penyebab (kausa)D. Variabel luar (extraneous variable)E. Determinan

Jawablah soal-soal no. 35-65 sebagai berikut:

A. Jika pernyataan I benar, II benar, hubungan sebab-akibatB. Jika pernyataan I benar, II benar, bukan hubungan sebab-akibatC. Jika pernyataan I benar, II salahD. Jika pernyataan I salah, II benarE. Jika pernyataan I salah, II salah

35. Memilih subjek dengan menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi menyebabkan sampel yang diperoleh tidak lagi random

Sebab

Campur tangan peneliti dalam menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi tersebut mengakibatkan proses pemilihan subjek tidak lagi semata mengandalkan peran peluang (kebetulan, chance).

36. Isu ukuran sampel yang tidak cukup besar lebih penting daripada bias dalam sebuah penelitian analitik

Sebab

Isu ukuran sampel yang tidak cukup besar lebih penting daripada kerancuan (confounding) dalam sebuah penelitian analitik

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 8

Page 9: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

37. Odds Ratio cenderung lebih besar daripada Risiko Relatif kecuali jika prevalensi penyakit rendah (kurang dari 10 persen)

Sebab

Odds Ratio menghitung risiko penyakit pada kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar

38. Trilogi “illness”, “disease”, dan “sickness”, mencerminkan berbagai aspek yang berbeda tentang konsep morbiditas sebagaimana dipersepsikan oleh pasien, klinisi, dan masyarakat.

Sebab

”Disease” adalah keadaan sakit yang diidentifikasi oleh individu sendiri, berdasarkan gejala-gejala (simtom) fisik maupun kejiwaan yang dirasakan individu.

39. Cara untuk mengetahui apakah potential confounding factor menyebabkan confounding adalah membandingkan crude estimate dengan adjusted estimate tentang hubungan atau pengaruh paparan terhadap penyakit yang diteliti

Sebab

Jika terdapat perbedaan crude estimate sebesar 10 persen atau lebih dari adjusted estimate, maka crude estimate tersebut telah mengalami confounding

40. Jika prevalensi penyakit cukup rendah (< 0.10), maka OR akan mendekati RR.

Sebab

Jika prevalensi penyakit tidak cukup rendah (> 0.10), maka OR akan lebih kecil daripada RR.

41. Pendekatan per protocol analysis menganalisis data subjek penelitian yang mematuhi ataupun tidak mematuhi protokol penelitian dalam suatu RCT, sesuai dengan alokasi random yang sudah dilakukan dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Sebab

Per protocol analysis merupakan pendekatan analysis data yang dapat menunjukkan pengaruh randomisasi yang telah dilakukan untuk mengontrol pengaruh confounding factor dalam suatu RCT

42. Makin besar Number Needed to Treat (NNT), makin efektif intervensi

Sebab

NNT merupakan kebalikan dari Relative Risk Reduction (RRR)

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 9

Page 10: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

43. Randomisasi mengontrol pengaruh confounding factor yang diketahui maupun tidak diketahui oleh peneliti

Sebab

Randomisasi hakikatnya identik dengan random sampling

44. Confounding dapat dicegah dengan memperbesar ukuran sampel

Sebab

Confounding merupakan kesalahan random yang akan mengecil dengan makin besarnya ukuran sampel yang diteliti

45. Metode analisis multivariat untuk mengontrol confounding mengakibatkan berkurangnya ukuran sampel

Sebab

Makin banyak variabel perancu yang dikontrol dalam analisis multivariat, makin besar kebutuhan ukuran sampel

46. Salah satu kelemahan mendasar dari studi kohor adalah bahwa desain studi tersebut tidak dapat memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit yang diperlukan untuk menarik kesimpulan hubungan kausal

Sebab

Salah satu desain studi yang terbaik untuk memastikan hubungan kausal antara paparan dan penyakit adalah studi potong lintang (cross-sectional study)

47. Insidensi kumulatif (cumulative incidence) menunjukkan risiko yang sesungguhnya suatu kelompok subjek untuk mengalami penyakit dalam suatu periode waktu

Sebab

Rumus insidensi kumulatif (cumulative incidence) adalah jumlah kasus bari suatu penyakit dalam suatu periode waktu dibagi dengan populasi berisiko

48. Isu ukuran sampel (sample size) lebih penting daripada desain (cara) memilih sampel

Sebab

Desain memilih sampel yang tidak tepat bisa menyebabkan bias informasi

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 10

Page 11: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

49. Nilai p yang rendah mengandung arti bahwa dalam jangka panjang kesimpulan tentang hubungan/ efek intervensi dapat diandalkan alias konsisten

Sebab

Temuan-temuan dari sebuah penelitian yang jika direplikasi (diulangi) dengan penelitian lain berulang-ulang dengan metode sama menghasilkan temuan yang sama sudah tentu mengandung arti bahwa temuan tersebut valid (benar)

50. Bias seleksi sering terjadi pada studi kasus kontrol dan studi kohor retrospektif

Sebab

Paparan maupun penyakit dalam studi kasus kontrol maupun studi kohor retrospektif sudah terjadi pada saat subjek dipilih ke dalam studi, sehingga jika pemilihan kasus dan kontrol dipengaruhi oleh status paparan, maka akan terjadi bias seleksi.

51. Andaikata OR yang benar= 5, sedang taksiran hasil suatu studi OR=2, maka taksiran tersebut menunjukkan bias menuju nol

Sebab

Taksiran hubungan antara paparan dan penyakit atau efek intervensi yang teramati yang lebih rendah daripada sesungguhnya (underestimate)

52. Epidemiologi analitik mendeskripsikan penyakit menurut orang, tempat, dan waktu.

Sebab

Epidemiologi deskriptif berguna untuk membuat perencanaan program pelayanan kesehatan dan merumuskan hipotesis.

53. Spesifisitas tinggi dapat mencegah pemborosan biaya dan efek samping karena pemberian perlakuan (terapi, intervensi) selanjutnya

Sebab

Spesifisitas tinggi mengurangi false positive yang mungkin akan mendapat perlakuan

54. Null value (nilai nol) adalah angka yang menunjukkan tidak ada pengaruh/ tidak ada hubungan antara paparan dan penyakit

Sebab

Nilai nol untuk risiko relatif adalah 1, dan untuk rasio odd (odds ratio) adalah 0.

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 11

Page 12: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

55. Jika sebuah studi menunjukkan bahwa insidensi asma lebih tinggi pada anak-anak yang ayahnya perokok dibandingkan dengan yang ayahnya bukan perokok, dan diperoleh risiko relatif sama dengan 2.5 dengan 95% interval keyakinan 1.7 hingga 4.0, maka hipotesis nol ditolak.

Sebab

Interval Keyakinan (Confidence Interval) menunjukkan lebarnya variasi estimasi titik (misalnya, rata-rata ataupun Risiko Relatif).

56. Hakikatnya, manfaat sains tergantung kepada sejauh mana sains mampu memfasilitasi manusia untuk bisa melihat hubungan sebab-akibat, dan meramalkan dengan akurat peristiwa yang belum terjadi tetapi bakal terjadi,

Sebab

Dengan peramalan maka dapat dilakukan langkah-langkah untuk mencapai hasil yang diinginkan, atau langkah-langkah preventif untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan.

57. Blinding (pembutaan) merupakan teknik dalam penelitian epidemiologi untuk membuat pengamat dan atau subyek penelitian tidak mengetahui status subyek penelitian yaitu apakah masuk dalam kelompok perlakuan atau kelompok kontrol.

Sebab

Triple blind merupakan pembutaan dimana pengamat, subyek penelitian, maupun analis tidak mengetahui status subyek penelitian apakah masuk dalam kelompok perlakuan atau kontrol

58. Tujuan epidemiologi adalah mengevaluasi penting-tidaknya penyakit bagi kesehatan masyarakat, mengidentifikasi populasi berisiko, mengidentifikasi kausa penyakit, mendeskripsikan riwayat alamiah penyakit, dan mengevaluasi upaya prevensi dan pengendalian penyakit

Sebab

Data epidemiologi digunakan untuk upaya pencegahan penyakit populasi

59. Hasil-hasil eksperimen kuasi lebih kuat sebagai bukti kausal daripada eksperimen dengan randomisasi

Sebab

Eksperimen kuasi mengontrol pengaruh confounder dengan cara mengalokasikan potential confounder yang diketahui maupun tidak diketahui secara random, sehingga efek perlakuan (terapi, intervensi) memang murni efek dari perlakuan itu.

60. Risiko dapat dihitung langsung pada studi prospektif, yakni studi kohor,

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 12

Page 13: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

Sebab

Pada studi kohor, sejak awal penelitian dapat diidentifikasi population at risk (populasi berisiko) yang kemudian diiukti sepanjang waktu untuk diamati apakah mengalami penyakit yang diteliti

61. Risiko tidak dapat dihitung langsung dari studi kasus kontrol

Sebab

Pada studi kasus kontrol, sekelompok individu yang berpenyakit dan kelompok individu yang tidak berpenyakit dipilih, lalu dihitung odd untuk mengalami penyakit, bukannya risiko untuk mengalami penyakit.

62. Bias publikasi (publication bias) terjadi karena peneliti atau editor jurnal menerbitkan temuan-temuan penelitian yang menunjukkan perbedaan/ hubungan variabel/ efek intervensi yang secara statistik tidak signifikan

Sebab

Hanya temuan penelitian yang menunjukkan perbedaan/ hubungan variabel/ efek intervensi yang signifikan secara statistik saja yang seharusnya dipublikasikan di dalam jurnal

63. Jadi hipotesis adalah dugaan cerdik (educated guess), prediksi, spekulasi, konjektur, imajinasi kreatif tentang hubungan variabel-variabel yang ingin dipelajari.

Sebab

Secara metodologis, setiap riset epidemiologi seharusnya memiliki hipotesis64. Asumsi yang melatari epidemiologi lingkungan adalah risiko lingkungan menambah atau

berinteraksi secara sinergis dengan risiko dasar untuk mempengaruhi terjadinya penyakit

Sebab

Asumsi yang melatari epidemiologi lingkungan adalah paparan risiko lingkungan sama penting-nya dengan paparan risiko dasar, maupun kerentanan fisiologis penjamu.

65. Eksperimen kuasi memberikan bukti-bukti kausal yang lebih kuat daripada RCT

Sebab

Eksperimen kuasi merupakan desain standar emas untuk meneliti efektivitas suatu intervensi

Jawablah soal-soal no. 66-100, sebagai berikut:

A. Jika 1,2,3 benar

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 13

Page 14: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

B. Jika 1 dan 3 benarC. Jika 2 dan 4 benarD. Jika 4 benar E. Jika 1,2,3,4 benar

66. Termasuk eksperimen kuasi:

1. Completely randomized experimental design2. Pretest and posttest with no control experimental design3. Cross-over experimental design4. Before and after with no comparison experimental design

67. Tujuan replikasi penelitian

1. Menambah dukungan dengan penelitian-penelitian baru yang dilakukan dengan metodologi sama, populasi sama, tempat sama

2. Menegaskan hasil-hasil penelitian yang inkonklusif3. Mendeteksi hubungan/ pengaruh yang secara statistik lebih signifikan4. Meningkatkan validitas eksternal hasil studi eksperimental.

68. Waktu sejak terjadinya kontak pertama dengan agen kausal hingga timbulnya tanda dan gejala klinis penyakit:

1. Inkubasi2. Sojourn time3. Laten4. Lead time

69. Kelebihan studi kohor

1. cocok untuk meneliti penyakit berperiode laten panjang.2. Dapat meneliti aneka kemungkinan faktor risiko/ etiologis.3. Cocok untuk meneliti penyakit langka.4. Dapat menghitung insidensi (risiko) penyakit

70. Probabilitas individu untuk mengalami suatu peristiwa dibagi dengan probabilitas individu untuk tidak mengalami peristiwa itu:

1. Risiko (risk)2. Prevalence3. Incidence4. Odd

71. Risiko pada kelompok terpapar dikurangi risiko pada kelompok tak terpapar disebut:1. Beda Risiko (Risk Difference)2. Risiko Relatif (Relative Risk)3. Attributable Risk4. Rasio Risiko (Risk Ratio)

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 14

Page 15: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

72. Reliabilitas belah-paroh (split-half reliability) mencakup:1. Kuder-Richardson 202. Item-rest correlation3. Alpha Cronbach 4. Item-total correlation

73. Ukuran berikut menunjukkan probabilitas orang yang tak sakit untuk mengalami penyakit tertentu sepanjang suatu periode

1. Cumulative Incidence2. Attack Rate3. Risk4. Incidence Rate

74. Desain studi dimana pengamat dan subyek penelitian tidak mengetahui status perlakuan yang diberikan kepada subyek penelitian, dengan tujuan untuk mengeliminasi bias:

1. Blinded study2. Cross-over study3. Masked study4. Cross-sectional study

75. Tujuan replikasi penelitian:

1. Melakukan refutasi (penolakan) terhadap hipotesis/ teori dalam rangka untuk mem-perbaiki atau menyempurnakan hipotesis/ teori

2. Menaksir kekuatan hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit; hasil taksiran berbagai penelitian serupa selanjutnya dirangkum menjadi satu melalui penelitian yang disebut meta-analisis

3. Merekonsiliasi temuan-temuan yang bertentangan4. Mengulangi penelitian dengan masalah penelitian, metodologi, populasi, dan setting

sama

76. Reliabilitas pengukuran merujuk kepada konsistensi internal alat ukur dan stabilitas pengukuran ketika dilakukan

1. Antar waktu (test-retes reliability)2. Intra pengamat (intra-observer reliability), 3. Antar pengamat (intra-observer reliability) pada kondisi-kondisi yang identik4. Alpha Cronbach

77. Tujuan epidemiologi:

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akibat-akibat penyakit

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 15

Page 16: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

2. Memprediksi jumlah kejadian dan distribusi penyakit pada populasi3. Mengevaluasi efektivitas intervensi preventif maupun terapetik4. Mengendalikan distribusi penyakit pada populasi

78. Termasuk dalam bias informasi (bias pengukuran):

1. Incidence-prevalence bias2. Differential (non random) misclassification bias3. Recall bias4. Healthy worker bias

79. Fase dalam riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) yang ditandai dengan diperkenalkannya untuk pertama kali faktor penyebab penyakit (misalnya, saat pertama kali memiliki kebiasaan merokok), disebut:

1. Fase penyembuhan, kecacatan, kematian2. Susceptibility phase3. Fase subklinis 4. Fase rentan

80. Jumlah kasus baru penyakit selama periode tertentu dibagi dengan orang-waktu dalam risiko (person-time at risk):

1. Insidensi Kumulatif (Cumulative Incidence)2. Incidence Rate3. Prevalence4. Incidence Density

81. Odd kelompok terpapar dibagi dengan odd kelompok tak terpapar, disebut:1. Attributable Risk2. Risiko Relatif (Relative Risk)3. Beda Risiko (Risk Difference)4. Odds Ratio

82. Akibat penyakit

1. Kematian/ kesembuhan2. Cacat/ disfungsi sisa3. Rekurensi/ relaps4. Komplikasi

83. Faktor yang harus ada agar terjadi penyakit tetapi tidak cukup untuk menyebabkan penyakit, disebut:

1. Contributory cause2. Sufficient cause3. Risk factor4. Necessary cause

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 16

Page 17: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

84. .Termasuk upaya pencegahan tersier:

1. Mamografi untuk mendeteksi Ca mammae2. Mengobati hipertensi untuk mencegah stroke3. Vaksinasi bayi4. Pemberian aspirin pasca infark myokard akut

85. Tujuan epidemiogi:

1. Mendeskripsikan penyakit pada populasi menurut orang, tempat, dan waktu2. Mendeskripsikan riwayat alamiah penyakit3. Menentukan etiologi penyakit4. Mengendalikan masalah kesehatan pada populasi

86. Periode subklinis disebut juga:

1. Masa inkubasi2. Masa laten3. Masa induksi4. Masa terminasi

87. Alasan pembenar perlunya upaya pencegahan dalam epidemiologi:

1. Keseriusan akibat penyakit terhadap individu maupun populasi2. Besarnya penderitaan manusia akibat penyakit yang diukur dalam nilai uang (biaya)3. Kekuatan hubungan antara paparan tertentu dan etiologi penyakit4. Telah diketahui dengan jelas manfaat dari upaya pencegahan dini

88. Triad klasik epidemiologi tentang kausasi penyakit mencakup:

1. Agent 2. Host3. Environment4. Vektor

89. Ukuran berikut menunjukkan efek intervensi dari suatu studi eksperimental:

1. Absolute risk reduction (ARR)2. Relative risk reduction (RRR)3. Number needed to treat (NNT)4. Cumulative incidence (CI)

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 17

Page 18: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

90. Dalam desain studi berikut peneliti hanya mengamati subjek penelitian, tidak memberikan perlakuan/ intervensi:

1. Studi potong-lintang (cross-sectional study)2. RCT (randomized controlled trial)3. Studi kohor4. Eksperimen kuasi

91. Termasuk kelemahan studi kasus kontrol:

1. Rentan untuk mengalami “bias seleksi” dan “recall bias”.2. Kesulitan memilih kontrol yang tepat3. Tidak dapat menghitung insidensi (risiko), sehingga tidak bisa menghitung RR4. Memerlukan lebih banyak waktu daripada studi kohor

92. Odds Ratio (OR) dapat dihitung dan digunakan pada desain studi berikut:

1. Studi potong-lintang (cross-sectional study)1. Studi kasus kontrol2. Studi kohor3. RCT (randomized controlled trial)

93. Rasio Risiko (RR) hanya dapat dihitung dan digunakan pada desain studi berikut:

1. Studi potong-lintang (cross-sectional study)2. RCT (randomized controlled trial)3. Studi kasus kontrol4. Studi kohor

94. Kesalahan sistematis yang menyebabkan taksiran hubungan antara paparan dan penyakit atau efek intervensi yang teramati yang lebih tinggi daripada sesungguhnya (overerestimate) disebut

1. Bias menjauhi nol (bias away from the null value)2. Bias mendekati nol (bias toward the null value)3. Bias positif4. Bias negatif

95. Suatu jenis bias yang terjadi karena terdapat keterlambatan pengamatan terhadap subjek penelitian, sehingga peneliti gagal mengamati kasus-kasus berdurasi pendek, baik kasus-kasus dengan episode fatal (mematikan), kasus-kasus ringan (mild case), kasus-kasus dengan gejala dan tanda tidak jelas (silent case), ataupun kasus-kasus yang telah sembuh:

1. Bias Neyman 2. Bias insidensi-prevalensi

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 18

Page 19: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

3. Bias kelangsungan hidup selektif4. Bias Berkson

96. Suatu jenis bias yang terjadi ketika terdapat perbedaan akurasi dalam mengingat kembali atau melaporkan paparan atau gejala penyakit yang dialami antara kelompok-kelompok studi yang dibandingkan.

1. Bias memanggil kembali2. Reporting bias3. Recall bias4. Differential recall

97. Confounding factor merupakan faktor ketiga (yakni, di luar paparan dan penyakit, atau intervensi dan variabel hasil yang diteliti), yang memiliki sifat sebagai berikut:

1. Faktor risiko penyakit yang diteliti (atau berhubungan dengan variabel hasil yang diteliti)

2. Berhubungan dengan paparan (atau intervensi)3. Bukan merupakan variabel antara dalam mekanisme hubungan antara paparan dan

penyakit (atau intervensi dan variabel hasil) yang diteliti4. Dapat dikendalikan dengan memperbesar ukuran sampel

98. Termasuk kelebihan studi kohor:

1. Cocok untuk meneliti paparan langka.2. Dapat meneliti berbagai pengaruh sebuah paparan.3. Dapat mengehitung insidensi (risiko) maupun incidence rate4. Sekuensi temporal jelas

99. Kelemahan metode restriksi, yakni menentukan kriteria inklusi dan eksklusi terhadap subjek yang akan diteliti, dalam rangka untuk mengontrol kerancuan (confounding):

1. Jika pembatasan kategori confounding factor tidak cukup sempit, maka metode retriksi akan meninggalkan confounding sisa (residual confounding)

2. Restriksi terhadap sebuah faktor perancu (confounding factor) tidak mengontrol kerancuan yang diakibatkan faktor perancu lainnya

3. Makin sempit kategori confounding factor atau makin banyak confounding factor yang direstriksi, makin spesifik sampel penelitian, makin sempit penerapan (generalisasi) kesimpulan penelitian

4. Restriksi memangkas ukuran sampel100. Cabang epidemiologi yang mempelajari pengaruh jangka panjang paparan fisik dan sosial

selama gestasi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dan dewasa, terhadap keadaan kesehatan dan risiko penyakit di kemudian hari.

1. Epidemiologi nutrisi2. Life course epidemiology

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 19

Page 20: soal ujian s2 uas 2009

Program Magister Kedokteran KeluargaProgram PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret

3. Epidemiologi pelayanan kesehatan primer4. Epidemiologi sepanjang hayat

________________________

Ujian akhir semester 2009 “Epidemiologi” 20