sle

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita SLE diperkirakan mencapai 5 juta orang di seluruh dunia (Yayasan Lupus Indonesia). Prevalensi pada berbagai populasi berbeda-beda bervariasi antara 3 – 400 orang per 100.000 penduduk (Albar, 2003). SLE lebih sering ditemukan pada ras-ras tertentu seperti bangsa Afrika – Amerika, Cina, dan mungkin juga Filipina. Di Amerika, prevalensi SLE kira-kira 1 kasus per 2000 populasi dan insiden berkisar 1 kasus per 10.000 populasi (Bartels, 2006). Prevalensi penderita SLE di Cina adalah 1 :1000 (Isenberg and Horsfall,1998). Meskipun bangsa Afrika yang hidup di Amerika mempunyai prevalensi yang tinggi terhadap SLE, penyakit ini ternyata sangat jarang ditemukan pada orang kulit hitam yang hidup di Afrika. Di Inggris, SLE mempunyai prevalensi 12 kasus per 100.000 populasi, sedangkan di Swedia 39 kasus per 100.000 populasi. Di New Zealand, prevalensi penyakit ini pada Polynesian sebanyak 50 kasus per 100.000 populasi dan hanya 14,6 kasus per 100.000 populasi pada orang kulit putih (Bartels, 2006). Di Indonesia sendiri jumlah penderita SLE secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan sama dengan jumlah penderita SLE di Amerika yaitu 1.500.000 orang (Yayasan Lupus Indonesia). Berdasarkan hasil survey, data morbiditas penderita SLE di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2005 sebanyak 81 orang dan prevalensi penyakit ini menempati 1

Upload: ingga-chiesheiyha-virovyy

Post on 01-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SLE.docx

TRANSCRIPT

Page 1: Sle

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penderita SLE diperkirakan mencapai 5 juta orang di seluruh dunia (Yayasan

Lupus Indonesia). Prevalensi pada berbagai populasi berbeda-beda bervariasi antara 3 –

400 orang per 100.000 penduduk (Albar, 2003). SLE lebih sering ditemukan pada ras-ras

tertentu seperti bangsa Afrika – Amerika, Cina, dan mungkin juga Filipina. Di Amerika,

prevalensi SLE kira-kira 1 kasus per 2000 populasi dan insiden berkisar 1 kasus per

10.000 populasi (Bartels, 2006). Prevalensi penderita SLE di Cina adalah 1 :1000

(Isenberg and Horsfall,1998). Meskipun bangsa Afrika yang hidup di Amerika

mempunyai prevalensi yang tinggi terhadap SLE, penyakit ini ternyata sangat jarang

ditemukan pada orang kulit hitam yang hidup di Afrika. Di Inggris, SLE mempunyai

prevalensi 12 kasus per 100.000 populasi, sedangkan di Swedia 39 kasus per 100.000

populasi.

Di New Zealand, prevalensi penyakit ini pada Polynesian sebanyak 50 kasus per

100.000 populasi dan hanya 14,6 kasus per 100.000 populasi pada orang kulit putih

(Bartels, 2006).

Di Indonesia sendiri jumlah penderita SLE secara tepat belum diketahui tetapi

diperkirakan sama dengan jumlah penderita SLE di Amerika yaitu 1.500.000 orang

(Yayasan Lupus Indonesia). Berdasarkan hasil survey, data morbiditas penderita SLE di

RSU Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2005 sebanyak 81 orang dan prevalensi

penyakit ini menempati urutan keempat setelah osteoartritis, reumatoid artritis, dan low

back pain. Setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 penderita baru. Hal ini disebabkan

oleh manifestasi penyakit yang sering terlambat diketahui sehingga berakibat pada

pemberian terapi yang inadekuat, penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah

yang dihadapi oleh penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya

kebutuhan penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan

yang terkait dengan SLE. Oleh karena itu penting sekali meningkatkan kewaspadaan

masyarakat tentang dampak buruk penyakit SLE terhadap kesehatan serta dampak

psikologi dan sosialnya yang cukup berat untuk penderita maupun keluarganya.

1

Page 2: Sle

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa defenisi Sistemik Lupus Eritmatasus?

2. Apa etiologi Sistemik Lupus Eritmatasus?

3. Bagaimana Patofisiologi Sistemik Lupus Eritmatasus?

4. Apa saja manifestasi klinik dari Sistemik Lupus Eritmatasus?

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk Sistemik Lipus Eritmatasus?

6. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk Sistemik Lupus Eritmatasus?

7. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada Sistemik Lupus Eritmatasus?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari SLE

2. Untuk mengetahui Etiologi dari SLE

3. Untuk mengetahui patofisiologi pada SLE

4. Untuk mengetahu manifestasi klinis pada SLE

5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada SLE

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada SLE

7. Untuk mengetahui konsep dasar askep pada SLE

2

Page 3: Sle

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

SLE adalah penyakit radang multisistem yang penyebabnya belum diketahui, dengan

perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi,

disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibody dalam tubuh. SLE merupakan

prototype penyakit autoimun multisistem yang ditandai oleh munculnya sekumpulan

reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinik.

2.2 Etiologi

1. Faktor genetik

Mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan ekspresi penyakit

SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat (first degree relative)

yang menderita SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%)

lebih tinggi daripada saudara kembar non-identik (2-9%). Penelitian terakhir

menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan antara lain haplotip MHC terutama

HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen komplemen yang berperan pada fase awal

reaksi pengikatan komplemen yaitu C1q, C1r, C1s, C3, C4, dan C2, serta gen-gen

yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin, dan sitokin (Albar, 2003) .

2. Faktor lingkungan

Pada Faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu sinar UV yang

mengubah struktur DNA di daerah yang terpapar sehingga menyebabkan perubahan

sistem imun di daerah tersebut serta menginduksi apoptosis dari sel keratonosit.

3

Page 4: Sle

SLE juga dapat diinduksi oleh obat tertentu khususnya pada asetilator lambat yang

mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menjadi lambat, obat banyak

terakumulasi di tubuh sehingga memberikan kesempatan obat untuk berikatan dengan

protein tubuh. Hal ini direspon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh

membentuk kompleks antibodi antinuklear (ANA) untuk menyerang benda asing

tersebut (Herfindal et al., 2000). Makanan seperti wijen (alfafa sprouts) yang

mengandung asam amino L-cannavine dapat mengurangi respon dari sel limfosit T

dan B sehingga dapat menyebabkan SLE (Delafuente, 2002). Selain itu infeksi virus

dan bakteri juga menyebabkan perubahan pada sistem imun dengan mekanisme

menyebabkan peningkatan antibodi antiviral sehingga mengaktivasi sel B limfosit

nonspesifik yang akan memicu terjadinya SLE (Herfindal et al., 2000).

2.3 Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan

peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh

kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan

penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,

luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,

klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah

alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.

Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-

supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan

jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi

tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

4

Page 5: Sle

WOC

5

Genetik,sinar ultraviolet,obat-obatan

Peningkatan autoimun berlebihan

Autoimun menyerang organ tubuh (sel,jaringan)

Perubahan perfusi jaringan

lupus

Mencetus penyakit pada organ2

DarahSendikulit Paru2 OtakHatiGinjal

O2/nutrien

Atritis

Kerusakan integritas

kulit

Intoleransi aktivitas jaringan

HB jaringa

ATP

Keletihan/kelelahan

BB

Kecemasan

Perubahan status

kesehatan

Efusi pleura

Pola nafas tidak

efektif

Protein urinari

Protein tubuh

Perubahan pertumbuhan dan perkembanngan

Terjadi kerusakan

sintesa zat2

Perb. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Suplay o2 ke otak

Resiko kematian

Mengalami peradangan/i

nflamasi

Nyeri

Page 6: Sle

2.4 Manifestasi klinis

1. Sistem Muskuloskeletal

Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika

bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

2. Sistem integumen

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang

pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum

durum.

3. Sistem kardiak

Perikarditis(peradangan pada perikardium) merupakan manifestasi kardiak.

4. Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

5. Sistem vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan

purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau

sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

6. Sistem perkemihan

Glomerulus renal yang biasanya terkena.

7. Sistem saraf

Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk

penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan:

a. Hematologi: ditemukan anemia, leukopenia, trombositopenia

b. kelainan imunologis: ditemukan sel LE, antibodi antinuklear, komplemen serum

menurun trioglobulin, faktor reumatoid dan uji terhadap lues yang positif (se

2. Pemeriksaan khusus

a. Biopsi ginjal

b. Biopsi kulit

c. Pemeriksaan imunofluoresensi direk menunjukan deposit IgG granular pada

dermaepidermal junction, baik pada lesi kulit yang aktif (90%) maupun pada     

kulit yang tidak terkena (70%).

6

Page 7: Sle

3. CBC (Complete Blood Cell Count) untuk mengukur jumlah sel darah, maka terdapat

anemia, leukopenia,trombositopenia.

4. ESR(Erithrocyte Sedimen Rate), laju endap darah pada lupus akan ESR akan lebih

cepat dari pada normal.

5. (biopsi) untuk mengetahui fungsi hati dan ginjal

6. Urinalysis pengukuran urinà kadar protein dan sel darah merah

7. X-ray dada

8. Uji imunofluroresensi ANA pada setiap pasien SLE + sehingga uji tersebut sangat

sensitif.

2.6 Penatalaksanaan

a. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama

kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.

b. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE

c. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.

7

Page 8: Sle

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEMIK LUPUS ERITMATASUS

3.1 Pengkajian

1. Anamnesis

Meliputi nama,umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agam, siku , bangsa, tanggal

dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien. Biasanya pada pasien SLE Muncul

keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan

dan kaku otot, kerusakan penglihatan

b. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit yang diderita pasien sejak masuk kerumah sakit, pada pasien

SLE Pada umumnya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perifer

yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan kognitif.

c. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yangg pernah diderita pasien sebelum pasien terkena SLE, Biasanya

pasien pernah mengalami penyakit autoimun.

d. Riwayat penyakit keturunan

Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh keluarga/orang tua pasien.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Biasanya pada pasien SLE keadaanya Lemah, jalan goyang, kepala pusing,

diplodia, kekejangan otot / kaku otot

TTV

Meliputi Tekanan darah,Nadi,RR,Suhu . Biasanya pada pasien SLE didapat :

o Tekanan darah : menurun

o Nadi : cepat – lemah

o RR : normal

o Suhu : normal

8

Page 9: Sle

Kulit

Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher

Sistem Muskuloskeletal

Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada

pagi hari.

Sistem integumen

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang

pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum

durum.

Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

Sistem vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous

dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan

bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

Sistem Renal

Edema dan hematuria.

Sistem saraf

Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun

manifestasi SSP lainnya.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.

2. Keletihan berhubungan dengan psikologis depresi.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,

penumpukan kompleks imun.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor

biologis

3.3 Intervensi Keperawatan

9

Page 10: Sle

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan

kerusakan

jaringan,inflamasi

NOC :

Pain Level,

pain control,

comfort level

Kriteria Hasil

1. Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan

tehnik nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri

3. Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas,

frekuensi dan tanda nyeri

4. Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang

normal

6. Tidak mengalami

gangguan tidur

NIC :

Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

Observasi reaksi dari

ketidaknyamanan

Bantu pasien dan keluarga

untuk mencari dan

menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi

nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non

farmakologi: napas dalam,

relaksasi, distraksi, kompres

hangat/ dingin

Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri:

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang

nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan

berkurang dan antisipasi

ketidaknyamanan dari

10

Page 11: Sle

prosedur

Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

2 Risiko gangguan

integritas Kulit

berhubungan dengan

perubahan fungsi barier

kulit, penumpukan

kompleks imun.

NOC

Tissue Integrity : Skin and

Mucous Membranes

Status Nutrisi

Tissue Perfusion:perifer

Dialiysis Access Integrity

Kriteria Hasil

1. ntegritas kulit yang baik

bisa dipertahankan

2. Melaporkan adanya

gangguan sensasi atau

nyeri pada daerah kulit

yang mengalami gangguan

3. Menunjukkan pemahaman

dalam proses perbaikan

kulit dan mencegah

terjadinya sedera berulang

4. Mampu melindungi kulit

dan mempertahankan

kelembaban kulit

5. Status nutrisi adekuat

6. Sensasi dan warna kulit

normal

NIC : Pressure Management

Anjurkan pasien untuk

menggunakanpakaian yang

longgar

Hindari kerutan pada tempat

tidur

Jaga kebersihan kulit agar

tetap bersih dan kering

Mobilisasi pasien (ubah

posisi pasien) setiap dua jam

sekali

Monitor kulit akan adanya

kemerahan

Oleskan lotion atau

minyak/baby oil pada derah

yang tertekan

Monitor aktivitas dan

mobilisasi pasien

Monitor status nutrisi pasien

Memandikan pasien dengan

sabun dan air hangat

Gunakan pengkajian risiko

untuk memonitor faktor risiko

pasien (Braden Scale, Skala

Norton)

Inspeksi kulit terutama pada

tulang-tulang yang menonjol

dan titik-titik tekanan ketika

11

Page 12: Sle

merubah posisi pasien.

Jaga kebersihan alat tenun

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk pemberian tinggi

protein, mineral dan vitamin

Monitor serum albumin dan

transferin

3 Kelelahan berhubungan

dengan psikologis:

depresi

NOC:

Activity Tollerance

Energy Conservation

Nutritional Status:

Energy

Kriteria Hasil:

1. Kemampuan aktivitas

adekuat

2. Mempertahankan nutrisi

adekuat

3. Keseimbangan aktivitas

dan istirahat

4. Menggunakan tehnik

energi konservasi

5. Mempertahankan interaksi

sosial

6. Mengidentifikasi faktor-

faktor fisik dan psikologis

yang menyebabkan

kelelahan

7. Mempertahankan

kemampuan untuk

konsentrasi

NIC :

Energy Management

Monitor respon

kardiorespirasi terhadap

aktivitas (takikardi,

disritmia, dispneu,

diaphoresis, pucat, tekanan

hemodinamik dan jumlah

respirasi)

Monitor dan catat pola dan

jumlah tidur pasien

Monitor lokasi

ketidaknyamanan atau nyeri

selama bergerak dan

aktivitas

Monitor intake nutrisi

Monitor pemberian dan efek

samping obat depresi

Instruksikan pada pasien

untuk mencatat

tanda-tanda dan gejala

kelelahan

Ajarkan tehnik dan manajemen

aktivitas untuk mencegah

kelelahan

12

Page 13: Sle

Jelaskan pada pasien hubungan

kelelahan dengan proses

penyakit

Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang cara meningkatkan

intake makanan tinggi energi

Dorong pasien dan keluarga

mengekspresikan perasaannya

Catat aktivitas yang dapat

meningkatkan kelelahan

Anjurkan pasien melakukan

yang meningkatkan relaksasi

(membaca,mendengarkan

musik)

Tingkatkan pembatasan bedrest

dan aktivitas

Batasi stimulasi lingkungan

untuk memfasilitasi relaksasi

4 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan :

Ketidakmampuan untuk

memasukkan atau

mencerna nutrisi oleh

karena faktor biologis

NOC:

Nutritional status:

Adequacy of nutrient

Nutritional Status : food

and Fluid Intake

Weight Control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama….nutrisi kurang

teratasi dengan indikator:

 Albumin serum

 Pre albumin serum

 Hematokrit

NIC

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori

dan nutrisi yang dibutuhkan

pasien

Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan

harian.

Monitor adanya penurunan BB

13

Page 14: Sle

 Hemoglobin

 Total iron binding

capacity

 Jumlah limfosit

dan gula darah

Monitor lingkungan selama

makan

Jadwalkan pengobatan dan

tindakan tidak selama jam makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut

kusam, total protein, Hb dan

kadar Ht

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan

keluarga tentang manfaat nutrisi

Kolaborasi dengan dokter

tentang kebutuhan suplemen

makanan seperti NGT/ TPN

sehingga intake cairan yang

adekuat dapat dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau

fowler tinggi selama makan

Kelola pemberan anti emetik:.....

Anjurkan banyak minum

Pertahankan terapi IV line

Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan

cavitas oval

14

Page 15: Sle

3.4 Implementasi

Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang

lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi

adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat

dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah

tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan

pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

1. Menyatakan pemahaman kondisi, progmosis dan pengobatan, penerimaan situasi

diri.

2. Melakukan dengan benar tindakan tertentu dan menjelaskan alasan tindakan.

3. Melakukan perubahan pola hidup tertentu dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

4. Bicara dengan keluarga atau orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang

terjadi.

5. Membuat tujuan realitas atau rencana untuk masa depan.

6. Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif.

7. Melaporkan bahwa gatal-gatal berkurang atau terkontrol.

8. Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.

3.6

15

Page 16: Sle

16

Page 17: Sle

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan salah satu penyakit autoimun yang

disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas. SLE dapat menyerang berbagai sistem organ

dan keparahannya berkisar dari sangat ringan sampai berat. Etiologi belum dipastikan,

secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan

genetik. Pencetus fungsi imun abnormal mengakibatkan pembentukan antibodi yang

ditujukan terhadap berbagai komponen tubuh. Tidak ada suatu tes laboratorium tunggal

yang dapat memastikan diagnosis SLE. Masalah yang paling sering dirasakan pasien

adalah keletihan, gangguan integritas kulit, gangguan citra tubuh dan kurang

pengetahuan untuk mengambil keputusan mengenai penatalaksanaan mandiri.

4.2  Saran

Untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya

berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.

17