skripsi -...

116
OLAHRAGA DAN POLITIK Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet Berprestasi Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dwi Prayogo Utomo NIM : 1112112000052 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: dodien

Post on 09-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

OLAHRAGA DAN POLITIK

Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet Berprestasi

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dwi Prayogo Utomo

NIM : 1112112000052

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Olahraga dan Politik

Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet Berprestasi

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 September 2018

Dwi Prayogo Utomo

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Dwi Prayogo Utomo

NIM : 1112112000052

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PENGHARGAAN

ATLET BERPRESTASI …………………………………………………………

Dan telah dilakukan pengujian.

Jakarta, 17 September 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dr. Haniah Hanafie, M.Si

NIP. 197010132005011003 NIP. 196105242000032

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PENGHARGAAN

ATLET BERPRESTASI

oleh

Dwi Prayogo Utomo

1112112000052

Telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3

Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP. 197010132005011003 NIP. 197704242007102003

Penguji I, Penguji II,

Dr. Agus Nugraha, MA Dra. Gefarina Djohan, MA

NIP. 196808012000031001 NIP. 196310241999032001

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 September

2018

Ketua Program Studi Ilmu Politik

FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP. 197010132005011003

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa implementasi Olahraga dan Politik (Studi

Terhadap Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan

Nasioal). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebagai upaya pemerintah dalam

mensejahterakan atlet dan mantan atlet Indonesia yang telah berprestasi.

Teori yang digunankan dalam skripsi ini adalah teori model implementasi

kebijakan menurut Subarsono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah

belum sepenuhnya mengimplementasikan kebijakan politik dari UU No. 3 Tahun

2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Kesimpulannya Implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang

Sistem Keolahragaan Nasional sudah berjalan tetapi ada beberapa hambatan

diantaranya belum pastinya Undang-Undang tersebut secara penuh menangani

masalah kesejahteraan atlet terlebih kebutuhan atlet ketika hari tua seorang atlet

yang sudah pensiun, dan jaminan terhadap undan-undang tersbut belum terlalu

kuat bagi seorang mantan atlet.

Kata Kunci: Olahraga, Politik, Kebijakan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Ilahi Robbi, Tuhan yang Maha

Sempurna. Sumber ilmu dari segala ilmu. Raja dari segala raja. Maha Pencipta

dari segala pencipta. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan. Solawat serta salam penulis tidak lupa haturkan

kepada baginda Nabi Besar Sayyidina Muhammad SAW, sebagai panutan abadi

umat, pemimpin yang mampu menjadi tauladan bagi semua. Penulis menyadari

jika penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan dan dorongan

dari berbagai pihak. Ini merupakan salah satu capaian yang penulis hasilkan

selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu dengan tidak

mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada beserta

staf dan jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Dr. Zulkifli beserta

staf dan jajarannya. Dan juga Ketua Program Studi Ilmu Politik Dr. Iding

Rosyidin, M.Si beserta Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Politik yang telah banyak memberikan kritik dan saran serta

dukungan moral pada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

vii

3. Dosen pembimbing Dr. Haniah Hanafie, M.Si yang bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan terhadap penulisan skripsi

ini.

4. Segenap dosen FISIP UIN Jakarta, yang tidak bisa disebutkan satu persatu

tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada beliau semua yang telah

memberikan ilmu yang amat berharga.

5. Kedua orang tua; Tumijo dan Sukarni yang memberikan segalanya kepada

penulis hingga sampai penulis tidak mampu membalas segala

pengorbanannya.

6. Kakak kandung tercinta Sigit Raharjo yang telah banyak memberikan doa

dan dukungan kepada penulis.

7. Segenap sahabat seperjuangan di kampus; Rere, Cendy, Tio, Rully, Akbar,

Randi, Agung, Doi, Miftah, Eki, Evan, Andra, Silmi, Fadly, Bandi, Ara,

Putri dll dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per

satu, yang telah memberikan masukan, dialog, dan juga pengalamannya

sehingga penulisan ini bisa terselesaikan.

8. Segenap sahabat teman rumah (anak basecamp) Gembel, Dobleng, Palkur,

Prengky, Inyong, Gandul, Parhan, Oloy, Adit, Tulil, Dablang, Pandu,

Hysam yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kekasih hati Gemvita Candra Pratiwi yang selalu setia mendampingi

perjalanan hidup penulis dan memberikan semangat agar secepatnya

menyelesaikan skripsi ini.

viii

Semoga apa yang penulis susun dalam skripsi ini bisa bermanfaat untuk

semua pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya. Saran dan masukan

yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan penulisan selanjutnya.

Jakarta, 16 Juli 2018

Penulis

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 9

C. Tujuan dan manfaat Penelitian ................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10

E. Metode Penelitian ...................................................................... 13

F. Sistematika Penulian .................................................................. 15

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Konstitusi ........................................................................ 17

1. Pengertian Konstitusi ........................................................... 17

2. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis ................................. 18

x

3. Tujuan dan Fungsi Konstitusi ............................................... 19

4. Pentingnya Konstitusi Bagi Sebuah Negara ........................ 20

B. Kebijakan Publik ..................................................................... 23

1. Pengertian Kebijakan Publik ................................................ 23

2. Jenis-Jenis Kebijakan Publik ................................................ 25

3. Kerangka Kebijakan Publik ................................................. 26

4. Tahap Analisis Kebijakan Publik ........................................ 27

5. Proses Kebijakan Publik ....................................................... 27

C. Implementasi Kebijakan Publik ............................................. 30

1. Pengertian Implementasi Kebijakan ................................... 30

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Kebijakan ........................................................................... 31

D. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Publik .......................... 33

E. Pengertian Atlet ...................................................................... 35

1. Atlet Amatir ....................................................................... 36

2. Atlet Profesional ................................................................ 38

3. Olahragawan Penyandang Cacat ....................................... 39

BAB III GAMBARAN UMUM PENGHARGAAN ATLET

A. Sejarah Prestasi Olahraga Indonesia ......................................... 41

1. Prestasi Olahraga di Masa Orde Lama ............................... 41

2. Prestasi Olahraga di Masa Orde Baru ............................... 42

3. Prestasi Olahaga di Era Reformasi .................................... 46

B. Penghargaan Atlet ..................................................................... 48

xi

1. Pengertian penghargaan ....................................................... 48

a. Penghargaan Intrinstik ................................................... 48

b. Penghargaan Ekstrinsik ................................................ 49

C. Bentuk Penghargaan Kepada Atlet ........................................... 50

a. Tanda Kehormatan ....................................................... 50

b. Kemudahan ................................................................... 51

c. Beasiswa ....................................................................... 53

d. Pekerjaan ...................................................................... 53

e. Kenaikan Pangkat Luar Biasa ....................................... 54

f. Asuransi ........................................................................ 55

g. Kewarganegaraan ......................................................... 56

h. Warga Kehormatan ....................................................... 57

i. Jaminan Hari Tua .......................................................... 58

j. Kesejahteraan ................................................................ 59

k. Bentuk Penghargaan Lain ............................................. 61

BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH : UNDANG-

UNDANG NO. 3 Tahun 2005

A. Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 Landasan

Konstitusi Lahirnya UU No. 3 Tahun 2005 ............................. 63

1. Undang-Undang Sebagai Konstitusi dan Kebijakan

Politik............................................................................. 63

B. Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Sebagai Kebijakan Politik64

C. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 ....................................... 68

1. Isi Kebijakan ......................................................................... 68

xii

a. Aspirasi Atlet ........................................................... 68

b. Manfaat dan Tujuan UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86

Bagi Atlet ................................................................. 71

c. Kejelasan UU No. 3 tahun 2005 .............................. 75

2. Lingkungan Implementasi .............................................. 81

a. Keterlibatan Aktor Dalam Kebijakan ...................... 81

b. Perhatian Pemerintah Terhadap Pelaksanaan

Kebijakan ................................................................. 84

c. Respon Atlet Terhadap Kebijakan ........................... 87

d. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Ayat . 90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 95

B. Saran ......................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 97

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel II.A.1 Proses Kebijakan Publik ..................................................................... 28

Tabel II.A.2 Tahapan Kebijakan .............................................................................. 29

Tabel III.A.1 Peringkat Indonesia Pada Asian Games 1962 ................................... 44

Tabel III.A.2 Prestasi Olahraga Atlet Indonesia Pada Sea Games di Era Orde

Baru ........................................................................................................ 45

Tabel III.A.3 Pencapaian Olimpiade di Era Orde Baru ........................................... 46

Tabel III.A.4 Prestasi Sea Games di Era Reformasi .............................................. 47

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.A.1 ............................................................................................................. 2

xv

DAFTAR SINGKATAN

APBN : Anggaran Pendapatan dn Belanja Negara

ASEAN : The Association of Southeast Asian Nations

IASL : International Association of Sports Law

IBF : Internasional Boxing Federation

Kemenpora : Kementerian Pemuda dan Olahraga

Kepres : Keputusan Presiden

KLBI : Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

Permen : Peraturan Menteri

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PP : Peraturan Pemerintah

PON : Pekan Olahraga Nasional

PORCANAS : Pekan Olahraga Cacat Nasional

SEA Games : South East Asia Games

SEAP : Southeast Asian Peninsular

SKN : Sistem Keolahragaan Nasional

UU : Undang-Undang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat mendengar kata ‘olahraga’ adalah atlet. Atlet yang profesional dalam

suatu cabang olahraga tentunya harus rela mengorbankan waktunya demi

membela Negara dan bangsanya. Pada dasarnya olahraga merupakan hal yang

penting dan berguna bagi kebutuhan manusia dalam kehidupan. Meningkatkan

kesehatan statis (sehat dikala diam) dan dinamis (sehat dikala bergerak)

merupakan tujuan seseorang dalam berolahraga. Selain itu, prestasi juga dapat

diraih dengan olahraga, oleh karena itu olahraga dapat menjadi daya tarik

seseorang untuk menekuni olahraga.1

Ketika seorang atlet dapat meraih kemenangan serta prestasi olahraga pada

ajang internasional, atlet tersebut dapat dieluk-elukan dan di puja-puja, hal itu

menjadi kebanggan tersendiri bagi atlet. Namun setelah berjuang demi nama

bangsa dan melewati masa kejayaan mereka menjadi seorang atlet berlalu, bentuk

penghormatan serta pegharagaan menjadi hal yang sangat diidam-idamkan, dan

tidak sedikit sebagian atlet hidup memprihatinkan pada masa depannya.2

Para olahragawan yang berprestasi itu telah mengibarkan bendera Merah

Putih di luar negeri. Bukan hal baru jika ada pernyataan bahwa Merah Putih

1Vebma.com, “Olahraga Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Jenisnya.”

https://www.kata.co.id/Pengertian/Olahraga/1120. Diunduh pada tanggal 11 Oktober 2016. 2Bulutangkis.com, “Mereka Berprestasi tapi Terlupakan.”

http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid=76%20. Diunduh

pada tanggal 11 Oktober 2016.

2

dikibarkan dan lagu kebangsaan dapat dikumandangkan yaitu pada momen ketika

olahragawan meraih prestasi pada suatu ajang internasional di negara lain..

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal memiliki prestasi di

bidang olahraga khususnya di Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perolehan juara umum di ajang olahraga South East Asia (SEA) Games dimana

dari 21 gelaran lomba, Indonesia telah 10 kali mendapat gelar juara umum. Akan

tetapi sejak 1999, prestasi olahraga Indonesia semakin menurun kecuali pada

tahun 2011 Indonesia kembali mendapat juara umum. Namun setelah itu, prestasi

olahraga Indonesia berada pada titik terendah.3 (Lihat Gambar I.A.1)

Sumber: beritagar.id

3Beritagar.id, “Galaunya Prestasi Olahraga Indonesia.”

https://beritagar.id/artikel/arena/galaunya-prestasi-olahraga-indonesia Diunduh pada tanggal 11

Oktober 2016.

3

Bersumber Paramadina Public Policy Institutue pada 2010 melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan penurunan prestasi olahraga

Indonesia. Faktor paling dominan adalah atlet dinilai sebagai profesi yang tidak

menjanjikan karena banyak mantan atlet yang terlantar akibat permasalahan gaji

dan jaminan kesejahteraan lainya. Keadaan tersebut diperkirakan karena Indonesia

hanya mengalokasikan 0,08 persen dari pendapatan negara untuk pembinaan

olahraga. Berbeda dengan Singapura, Thailand, dan Australia dana olahraga yang

dialokasikan pada negara tersebut sebesar 4,2%, 0,2%, dan 0,1%.4 Padahal jika

melihat peluang Indonesia menjadi negara yang kaya akan prestasi di bidang

olahraga sangatlah besar jika melihat jumlah penduduk Indonesia mencapai

sekitar 261.890.900 jiwa.5

Jika dapat mengalokasikan dana untuk mengolah dan memanfaatkan jumlah

sumber daya manusia sebanyak itu, idealnya Indonesia sudah menjadi negara

besar yang maju di berbagai sektor seperti ekonomi, pendidikan, maupun militer.

Akan tetapi, nama besar negara juga dapat dilihat dari sejauhmana prestasi

olahraga yang berkembang pada negara tersebut selain dari bidang kesejahteraan,

pendidikan, ekonomi, dan militer. Sayangnya, prestasi olahraga Indonesia saat ini

juga belum sebanding dengan banyaknya sumber daya manusia yang ada dan

sesungguhnya bisa diberdayakan untuk lebih mengharumkan nama Indonesia di

4policy.paramadina.ac.id, “inilah beberap faktor sebab prestasi di Indonesia kurang

maksimal.” https://policy.paramadina.ac.id/inilah-beberapa-faktor-sebab-prestasi-olahraga-di-

indonesia-kurang-maksimal/ diunduh pada tanggal 11 januari 2018. 5tumoutounews.com, “Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2017.”

http://tumoutounews.com/2017/09/10/jumlah-penduduk-indonesia-tahun-2017/ Diunduh pada

tanggal 11 Januari 2018.

4

mata Internasional. Sebaliknya, beberapa tahun belakangan ini prestasi olahraga

Indonesia tampaknya cenderung menurun.6

Semua mantan atlit juara, apalagi yang telah menorehkan prestasi olahraga

tingkat internasional, sudah tentu ingin menikmati sisa perjalanan hidupnya dalam

kondisi yang layak. Sebagai pahlawan di bidang olahraga yang telah

mengharumkan nama Indonesia di dunia international, maka negara berkewajiban

untuk menjamin kehidupan di masa tua mereka. Pemerintah dalam hal ini melalui

Kementerian Pemuda dan Olahraga, tentu harus memberikan apresiasi atau

penghargaan kepada para atlet juara tersebut sesaat setelah tampil sebagai juara,

selain berupa sertifikat atau tanda jasa, uang pembinaan dan lain-lain juga bonus

berupa uang tunai, rumah/tempat tinggal, kendaraan dan lain-lain yang nilainya

hingga ratusan bahkan miliaran rupiah sesuai dengan tingkat prestasinya. Namun

hal ini adalah sebagai bentuk apresiasi yang sifatnya hanya sementara waktu saja.

Maksudnya adalah bahwa sang atlit juara tak bisa menikmatinya hingga akhir

kehidupannya.7

Hal ini dikarenakan timbulnya berbagai masalah termasuk masalah yang

berhubungan dengan atlet yang dimiliki negara ini. Berbicara mengenai atlet,

masih banyak para pensiunan atlet yang kehidupanya kurang mendapat perhatian

dari pemerintah dengan kata lain hidup mereka tidak sejahtera Beberapa contoh

mantan atlet yang terlantar padahal dulu pernah membanggakan bangsa ini adalah

6www.researchgate.net, “Kualitas Pribadi Atlet Kunci Keberhasilan Meriah Prestasi

Tinggi.”https://www.researchgate.net/publication/303911810_Kualitas_Pribadi_Atlet_Kunci_Keb

erhasilan_Meraih_Prestasi_Tinggi Diunduh pada tanggal 12 Januari 2018.

7www.kompasiana.com, “Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.”

http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-hidup-mantan-atlet-

juara_57de2319af9273104126c054 Diunduh pada tanggal 12 Januari 2018.

5

Rachman Kili-kili adalah seorang petinju profesional yang berhasil memperoleh

prestasi penghargaan baik tingkat lokal maupun luar negeri. Juara dunia Kelas

Bulu Federasi Tinju Internasional (IBF) Internasional Boxing Federation pernah

di dapatkannya. Akan tetapi, selepas gantung sarung tinju dan menapaki hari

tuanya, dia tidak dapat menikmati hasil yang dia peroleh sebagai atlet berprestasi

yang telah mengharumkan nama indonesia diluar negeri ini sulit untuk mendapat

pekerjaan yang mengakitbatkan dihimpit masalah ekonomi sehari-harinya. Dan

pada akhrinya pria yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah

internasional ini akhirnya mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri karena

tidak memiliki pekerjaan, Di era kejayaannya.8

Selain itu, ada juga Denny Thios sebagai Juara Dunia Angkat Besi Era 90-

an asal Sulsel. Banyak prestasi yang telah dicapainya, yakni tahun 1990 meraih

perunggu kejuaraan dunia di Belanda dan Australia, meraih medali emas

kejuaraan angkat berat Asia di Taiwan 1990, dan meraih emas kejuaraan angkat

berat dunia di Swedia pada tahun 1993. Setelah apa yang dicapainya ketika masih

menjadi seorang atlet tidak membawa peruntungan setelah pensiun. Kini kian hari

kian tenggelam namanya dan sekarang Denny Thios pun hanya menjadi pemilik

bengkel las.9

Padahal, UU No. 3 Tahun 2005 pasal 86 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional telah mengatur kesejahteraan atlet, bahwa “(1) Setiap pelaku olahraga,

organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang

8www.boombastis.com, “Hidup Mantan Atlet.” https://www.boombastis.com/hidup-

mantan-atlet/62781 diunduh tanggal 11 oktober 2016.

9sports.sindonews.com, “Nasib Mantan Atlet Nasional Dulu Dipuja Kini Merana.”

http://sports.sindonews.com/read/1075339/51/nasib-mantan-atlet-nasional-dulu-dipuja-kini-

merana-1452231937 diunduh tanggal 11 oktober 2016.

6

berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga diberi penghargaan. (2)

Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, organisasi olahraga, organisasi lain, dan/atau perseorangan.

(3) Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa, asuransi,

pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan,

warga kehormatan, jaminan hari tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain

yang bermanfaat bagi penerima penghargaan.”10

Namun prakteknya, implementasi kebijakan tersebut masih jauh dari

harapan. Oleh sebab itu, banyak pihak menuntut agar pemerintah lebih serius

dalam memberi perhatian kepada atlet, tidak hanya yang berprestasi di tingkat

dunia, namun kepada seluruh cabang olahraga yang baru berkembang di

Indonesia, salah satunya dengan jaminan asuransi hingga masa tua. Apabila jasa

para atlet Indonesia tidak lebih diperhatikan masa depan seorang atlet setelah

pensiun, akan berdampak buruk bagi prestasi olahraga Indonesia serta menjadi

negara lemah dan menjadi tim pelengkap di ajang internasional dan wajar apabila

adik-adik kecil/generasi saat ini yang dalam masa perkembangan hanya

mempunyai mimpi menjadi dokter, pilot, ilmuwan, dan profesi lain yang dianggap

lebih menjanjikan, sehingga tidak diherankan jika tidak satupun dari mereka ingin

menjadi atlet.

Undang-undang dalam sistem keolahragaan tentang patennya sebuah

kesejahteraan sangat dibutuhkan saat ini. Dalam kongres di Bali, Sekertaris

10Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada

25 november 2017.

7

Jenderal International Association of Sports Law (IASL), di dalam kongres

agenda majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-58 pada tanggal 17

November 2003 pun mengungkapkan fokus agenda dalam acara tesebut adalah

tentang olahragawan perlu undang-undang ketenagakerjaan tersendiri sebagai

bentuk perlindungan terhadap profesi-profesi yang terlibat dalam sistem

keolahragaan.11

Dalam merespon persoalan tersebut, Kementerian Pemuda dan Olahraga

(Kemenpora) telah mewacanakan rencana membuat Rancangan Undang Undang

(RUU) Atlet Nasional agar kesejahteraan para atlet diberikan perhatian khsusus,

namun yang Kemenpora akan bahas sekarang adalah revisi UU SKN (Sistem

Keolahragaan Nasional).12 Selain itu Menpora juga berharap anggaran untuk

olahraga bisa mencapai 5% dari APBN. Rencana ini memang akan di berikan

kepada atlet yang berprestasi, namun hingga saat ini program tersebut belum

disahkan dalam undang-undang.13

Oleh karena itu, Atlet yang fokus dengan cabang olahraga tertentu sudah

pasti mengorbankan waktu, tenaga, materi dan bahkan jauh dari keluarga untuk

membawa nama Indonesia harum di kancah dunia. Terlebih lagi, sampai

bertanding di ajang Olimpiade, jika pemerintah tidak mendukung perjuangan atlet

11www.hukumonline.com, “Olahragawan Perlu UU Ketenagakerjaan Tersendiri.”

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5270c4d984c93/olahragawan-perlu-uu-

ketenagakerjaan-tersendiri diunduh tanggal 12 januari 2018. 12www.satuharapan.com, “Pemerintah Wajib Siapkan Asuransi Bagi Atlet.”

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pemerintah-wajib-siapkan-asuransi-bagi-atlet

diunduh tanggal 11 oktober 2016. 13sports.sindonews.com, “Menpora Ingin Undang-Undang Mengatur Bonus Atlet.”

https://sports.sindonews.com/read/1139570/51/menpora-ingin-undang-undang-mengatur-soal-

bonus-atlet-1473934560 diunduh tanggal 12 januari 2018.

8

dengan cara mensejahterakannya, secara tidak langsung akan mempengaruhi

motivasi atlet nasional.

Dukungan mengelola keterampilan yang dimiliki atlet baik dari segi cabang

olahraga yang ditekuni atau potensi lain atlet dan layak dikembangkan ketika

sudah pensiun. Dukungan penuh pemerintah bagi atlet nasional menambah

kepercayaan diri. Pada saat menjadi atlet berbagai sarana dan prasarana diberikan,

tunjangan hidup dan persiapan jika sudah tidak menjadi atlet lagi. Harapannya,

selain tenang ketika mempersiapkan diri sebagai atlet yang akan berkompetisi,

juga siap ketika memasuki masa pensiunnya.14

Jaminan kualitas hidup atlet dan mantan atlet berprestasi, baik ditingkat

daerah, nasional maupun tingkat internasional merupakan sebuah tanggung jawab

pemerintah yang bersangkutan. Dalam hal ini, pemerintah di harus segera

menyusun Undang-Undang tersebut mengenai kesejahteraan atlet dan atlet yang

telah berprestasi. Sehingga dengan demkian maka setiap atlet yang berhasil

menjadi juara di cabang olahraga manapun, akan memperoleh jaminan

kesejahteraan di masa tuanya.15

Tidak terealisasi dengan sempurna dalam menerapkan UU No. 3 Tahun

2005 (SKN) terutama dalam hal jaminan bagi kehidupan atlet di hari tuanya telah

membuat kebanyakan masyarakat enggan untuk menjadi atlet. Maka tidak heran,

dunia olahraga Indonesia kurang berkembang dibandingkan dengan negara-negara

14krjogja.com, “Olahraga dan Kesejahteraan.”

http://krjogja.com/web/news/read/8978/Olahraga_dan_Kesejahteraan_Atlet diunduh tanggal 10

oktober 2016. 15www.kompasiana.com, “Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.”

http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-hidup-mantan-atlet-

juara_57de2319af9273104126c054 diunduh tanggal 8 oktober 2016.

9

lain. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin sedikitnya prestasi olahraga

Indonesia di tingkat internasional.

Ketentuan Undang-Undang tersebut sangatlah berpengaruh bagi kehidupan

atlet di hari tuanya, mengingat profesi atlet sangatlah berbeda dengan pekerjaan

seorang karyawan pada umumnya, dimana umur seringkali menjadi patokan

produktivitas seorang atlet.

Kurang pedulinya pemerintah Indonesia terhadap jaminan hari tua bagi para

atlet sangat berbanding terbalik dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia,

thailand dan Singapura dimana pemerintahnya sangat memperhatikan

kemakmuran para atlet, sehingga atlet pun dapat fokus untuk berlatih demi

mencapai prestasi tanpa memikirkan ketidakjelasan nasib di hari tua. Dengan

demikian maka peneliti tertarik untuk lebih jauh lagi untuk meneliti keadaan

seperti ini, serta mengunakan penelitian ini sebagai skripsi Olahraga dan Politik

(Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet Berprestasi).

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam

bentuk pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah (UU No. 3 Tahun 2005)

Tentang Sistem Keolahragaan Nasioanl bagi kesejahteraan atlet?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian :

Untuk mengetahui Implementasi kebijakan UU No. 3 Tahun 2005.

10

b. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki berbagai macam manfaat.

Adapun manfaat-manfaat itu dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yakni manfaat

akademik dan manfaat praktis.

1. Manfaat Akademik

Untuk pengembangan ilmu politik hubungannya tentang kajian kebijakan.

2. Manfaat Praktis

Agar masyarakat atau pelaku olahraga mengetahui bahwa pemerintah telah

memperhatikan kesejahteraan para atlet dan mantan atlet.

D. Tinjauan Pustaka

Secara teoritis untuk menganalisa adanya kasus olahraga dan politik studi

terhadap kebijakan pemerintah kepada para mantan atlet di indonesia. Terlebih

penelitian ini tentang pemerintah (Menpora) dalam masalah kesejahteraan mantan

atlet yang banyak menarik perhatian para akademisi terutama di bidang sosial dan

politik. Adapun yang sudah penulis amati, karya ilmiah, buku dan laporan hasil

penelitian tentang kesejahteraan mantan atlet. Namun penelitian tentang

kesejahteraan mantan altet oleh pemerintah, penulis masih belum menemukan.

Namun ada beberapa karya ilmiah yang sengaja penulis jadikan rujukan agar tidak

terjadinya kekeliruan dalam penelitian.

Saudara Fenc Sabelino Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang dalam skripsinya berjudul “Peran dan Tanggungjawab Dinas Sosial,

Pemuda dan Olahraga Dalam Pemenuhan Kesejahteraan Atlet Anggar di Kota

Semarang Ditinjau dari Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Penulis menemukan

11

perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis buat diantaranya

pada penelitian ini membahas tentang peran dan tanggung jawab Dinas Sosial

Pemuda dan Olahraga dalam hal pemenuhan kesejahteraan atlet Anggar di kota

Semarang ditinjau dari Undang-Undang No 3 Tahun 2005.16 Sedangkan yang

diteliti pada penelitian penulis selain lebih spesifik terhadap kebijakan pemerintah

untuk membangun kesejahteraan mantan atlet yang telah berprestasi pada era

kepemimpinan Presiden Jokowidodo.

Saudara Nuryadi, Bidang Pengendalian Latihan Binpres Koni Jawa Barat

dalam makalahnya yang berjudul “Olahraga dan Kesejahteraan (sebuah refleksi

dan harapan terhadap penyelenggaraan olahraga kopetitif di Indonesia)”

dijelaskan, dalam undang- undang SKN tahun 2005 dijelaskan bahwa industri

olahraga ialah suatu kegiatan bisnis berupa produk barang maupun jasa yang

menghasilkan sebuah keuntungan. Undang-undang No. 3 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional (SKN) yang diterbitkan pada tahun 2005 memiliki

elemen-elemen yang saling terikat dan berkesinambungan (pelaku olahraga,

organisasi olahraga, dan olahraga, prasaran dan sarana olahraga, peran serta

masyarakat, penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi,

informasi, dan industri olahraga).17 Semua elemen tersebut membutuhkan

dukungan dari institusi sebagai penentu keputusan, pemberdayaan organisasi

sebagai manajerial, pengembangan kualitas sumberdaya manusia sebagai

16Fenc Sabelino, Peran dan Tanggungjawab Dinas sosia;, Pemuda dan Olahraga Dalam

Pemenuhan Kesejahteraan Atlet Anggar di Kota Semarang di Tinjau Dari Undang-Undang No. 3

Tahun 2005. (Semarang: Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Skripsi, 2015). 3. 17Nuryadi. 2008. “olahraga dan kesejahteraan (Sebuah refleksi dan harapan terhadap

penyelenggaraan olaharaga kompetitif di Indonesia), (Jawa Barat: Bidang Pengendalian Latihan

Binpres Koni Jawa Barat, 2008), 5.

12

pelaksana kegiatan, pengembangan sarana dan fisilitas olahraga, dan juga

pendanaan. Tujuan akhir dari kegiatan olahraga adalah kesejahteraan atletnya.

Apresiasi yang diberikan kepada para atlet harus jelas komposisi dan bentuknya

agar para atlet tidak merasa dirugikan bahkan tetap dapat menikmati di masa

pensiunnya

Widyani Permatasari dalam jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 7 yang

berjudul “Analisis Peranan Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Prestasi

Olahraga di Kabupaten Maros” dijelaskan pada hakekatnya olahraga telah

menjadi suatu acuan prestasi seorang atlet, suatu daerah, terlebih suatu negara,

bahkan sebagai patokan keberhasilan serta kemajuan dalam berkerjasama anatara

pemerintah dan masyarakat. Hal ini, karena sebuah prestasi seorang atlet

membutuhkan perhatian dan dukungan dari pemerintah bukan suatu hal yang

tidak sengaja (tiba-tiba) dicapai. Dalam UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem

Keolahragaan Nasional (SKN) menjelaskan, bahwa SKN adalah keseluruhan

aspek keloahragaan yang saling terkait secara sistematis, terpadu, sistematis, dan

berkesinambungan menjadi satu kesatuan yang meliputi pendidikan, pelatihan,

pengelolaan, pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan

keolahragaan Nasioanal Pemerintah daerah dan Pusat melakukan pembinaan dan

pengembangan olahraga sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya. Ada

faktor prnghambat yang mempengaruhi tingkat prestasi olahraga di Kabupaten

Maros, diantaranya:18 (1) Regenerasi Atlet di Setiap Cabang Olahraga yang

Terhambat. (2) Sarana dan prasarana dari Pemerintah terbatas (3) Dana yang

18Widyani, Permatasari. “Analisis Peranan Pemerintah Daerah dalam Peningkatan

Prestasi Olahraga di Kabupaten Maros”, Volume 7, Nomor 1, Januari 2011 (51-62). 58.

13

Terbatas.(4) Belum adanya jaminan masa depan atlet. Apresiasi merupakan suatu

hal yang sangat penting agar performa olahraga terus meningkat. Penghargaan

ialah suatu bentuk apresiasi yang didapat oleh para atlet bahkan pelatih atas

usahanya dalam mencapai prestasi yang menjadi tujuannya baik perorangan

maupun beregu. Bukan hanya pemerintah atau pemerintah daerah saja yang dapat

memberikan apresiasi ini, akan tetapi apresiasi ini bisa diberikan oleh pihak lain

seperti, organisasi olahraga, organisasi lain atau bahkan masyarakat.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penulis melihat metode

tersebut ialah sistem penelitian yang membuahkan suatu penggambaran (data

deskriptif) yang diperolah dari kata-kata ataupun lisan (wawancara) dari

narasumber, dan kegiatan yang diamati. Serta mengkaji dan menelaah lebih jauh

mengenai sejauh mana implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem

Keolahragaan Nasional yang berfokus terhadap Penghargaan Atlet.

Metode kualitatif dalam pengembangan teori menggunakan penelitian

induktif yaitu merujuk pada fakta-fakta yang ada (khusus) menuju ke hal-hal yang

umum.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

wawancara. Wawancara adalah proses pengumpulan data melalui percakapan

yang berbentuk tanya jawab dan tatap muka. Dalam menentukan informan,

14

penulis menggunakan teknik purposive sampling yakni teknik penentuan sampel

dipilih dengan cermat, agar dalam sampel itu terdapat dari narasumber-

narasumber yang dapat mewakili dan mengetahui penelitian ini.

Penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Humas Menpora

Yusuf Suparman, Kepala Bidang Penghargaan Menpora Sutiknyo, Kepala Bidang

Penghargaan Olahraga Asisten Deputi Kemitraan dan Penghargaan Olahraga Piet

Mellu, Kemudian Maria Londa seorang atlet Atletik yang masih aktif, Irawati

Moerid mantan atlet tenis, Ema Tapahari mantan atlet atletik, Noah Mariem

mantan altet sepakbola. Penulis memilih narasumber tersebut karena memiliki

posisi penting yang dapat diwawancara guna memperoleh data yang akurat.

b. Observasi

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi.

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan observasi ke para

atlet yang masih aktif maupun sudah pensiun

c. Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan dokumen sebagai teknik pengumpulan data,

dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan menganalisis dokumen publik

seperti literatur buku, memo, notulen, rekaman, internet, undang-undang dan arsip

resmi. Selanjutnya penulis juga menggunakan literatur buku-buku dengan tema

kebijakan publik.

d. Teknis Analisis Data

15

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan

fakta-fakta yang berkaitan dengan tema lalu menganalisanya dengan tujuan untuk

meguji hipotesis atau menjawab pertanyaan.

2. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dan penulisan skripsi ini lebih fokus dan

sistematis, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab

dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing terdiri dari

sub-sub bab. Pada Bab I terdapat sub-sub bab yang meliputi, pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat peneletian, tinjauan pustaka,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Selanjutnya pada Bab II berisi kerangka teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Peneliti mengkaji tentang teori konstitusi dan kebijakan publik,

tahapan pembuatan kebijakan publik, penjelasan mengenai implementasi

kebijakan publik.

Pada Bab III, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian. Penulis akan

mengambarkan seorang atlet, dan penghargaan untuk atlet yang telah berprestasi

menurut Undang-Undang.

Kemudian pada Bab IV sebagai inti dari pokok penulisan skripsi ini

membahas implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasioanl pada Pasal 86 yang terkait dalam Isi Kebijakan yang

meliputi Aspirasi Atlet, Manfaat dan Tujuan Undang No. 3 Tahun 2005 Bagi

Atlet, Kejelasan UU No. 3 Tahun 2005. Serta Lingkungan Implementasi yang

16

meliputi Keterlibatan Aktor Dalam Kebijakan, Perhatian Pemerintah Terhadap

Pelaksana Kebijakan, dan Respon Atlet Terhadap Kebijakan.

Penulisan skripsi ini diakhiri dengan Bab V, yaitu penutup yang berisikan

kesimpulan penulis berkaitan dengan isi dari keseluruhan penulisan skripsi ini dan

saran-saran dari penulis.

17

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

A. Teori Konstitusi

1. Pengertian Konstitusi

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu

“constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan

demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan

perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet”

yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum.

Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar.19

Pengertian Konstitusi menurut para ahli K. C. Wheare, konstitusi adalah

keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan

yang membentuk mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak

hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis. Lasalle, konstitusi adalah

hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan

yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala negara

angkatan perang, partai politik,dsb. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi

berasal dari bahasa latin cismeyang berarti bersama dengan dan statuteyang

berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara

19Mu’allifin. M. Darin Arif.. “Hubungan Konstitusi Dengan Tugas dan Fungsi Negara.”

Ahkam volume 4, Nomor 1, Juli 2016: 162.

18

bersama.. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun

peraturan tak tertulis.20

Dari pengertian konstitusi di atas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi

memberikan pembatasan kekuasaan kepada penguasa, dokumen tentang

pembagian tugas dan wewenangnya dari sistem politik yang diterapkan, deskripsi

yang menyangkut hak asasi manusia.

2. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis

Konstitusi memuat suatu aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-

sendi pertama untuk menegakkan suatu bangunan besar yang disebut negara.

Sendi-sendi itu tentunya harus kokoh, kuat dan tidak mudah runtuh agar bangunan

negara tetap tegak berdiri. Ada dua macam konstitusi di dunia. Pertama

“Konstitusi Tertulis” (Written Constitution) adalah konstitusi dalam bentuk

dokumen yang memiliki “kesakralan khusus” dalam proses perumusannya.

Konstitusi tertulis merupakan suatu instrumen yang oleh penyusunnya disusun

untuk segala kemungkinan yang dirasa terjadi dalam pelaksanaannya.21

Kedua, “Konstitusi Tidak Tertulis” (Unwritten Constitution) adalah

konstitusi yang lebih berkembang atas dasar adat-istiadat daripada hukum tertulis.

Konstitusi tidak tetulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang

panjang, misalnya dalam penentuan quorum, model perubahan (amandemen

20secondbox.wordpress.com. “Konsep Dasar Konstitusi.”

https://secondbox.wordpress.com/tag/konsep-dasar-konstitusi/ Di unduh pada tanggal 19

September 2018. 21Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h. 2.

19

atau pembaharuan), dan prosedur perubahannya (referendum, konvensi, atau

pembentukan lembaga khusus).22

3. Tujuan Konstitusi dan Fungsi Konstitusi

Hukum pada umumnya bertujuan mengadakan tata tertib untuk

keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan

yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama

dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-

Undang Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.23

Tujuan konstitusi adalah juga tata tertib terkait dengan: a). berbagai

lembaga-lembaga negara dengan wewenang dan cara bekerjanya, b) hubungan

antar lembaga negara, c) hubungan lembaga negara dengan warga negara (rakyat)

dan d) adanya jaminan hak-hak asasi manusia serta e) hal-hal lain yang sifatnya

mendasar sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.24

Dalam sejarahnya, konstitusi dimaksudkan untuk menentukan batas

wewenagan penguasa, menjamin hak rakyat, dan mengatur jalannya

pemerintahan. Kontitusi menjamin alat rakyat untuk konsolidasi kedudukan

hukum dan politik, untuk mengatur kehidupan bersama dan untuk mencapai cita-

cita dalam bentuk negara. Konstitusi pada zaman modern memuat aturan-aturan

22Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h. 3. 23wordpress.com. “teori konstitusi dan perkembangan hokum tata Negara.”

https://intanramadhani2017.wordpress.com/2017/01/18/teori-konstitusi-dan-perkembangan-

hukum-tata-negara/. Di unduh pada tanggal 19 September 2018. 24Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h. 3.

20

hukum, prinsip-prinsip hukum, haluan negara, dan patokan kebijakan yang

mengikat penguasa. Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi

tindakan sewenang-wanangpemerintah dan menjamin hak-hak rakyat

yangdiperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang berdaulat.25

Sedangkan fungsi konstitusi menurut paham konstitusionalisme, konstitusi

adalah suatu dokumen kenegaraan yng mempunyai fungsi khusus, yaitu:26

Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah.

Menjamin hak – hak asasi warga Negara.

Terlihat bahwa fungsi dan wewenang lembaga negara sesudah amandemen

UUD 1945 ini, tidak hanya mengatur hal-hal yang pokok-pokok saja, tetapi sudah

dibuat secara detail atau terperinci. Seyogianya detail atau rincian lebih lanjut

fungsi dan wewenang lembaga negara tersebut, dibuat dalam bentuk

undangundang yang merupakan peraturan operasional dari UUD. Hal ini sesuai

dengan maksud dan pengertian seperti yang dikemukakan para ahli di atas, bahwa

UUD mengatur hal-hal yang fundamental tentang kehidupan bernegara.27

4. Pentingnya Konstitusi Bagi Sebuah Negara

Konfigursi politik tertentu akan mempengaruhi perkembangan

ketatanegaraan suatu bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami

25Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h.4. 26Mu’allifin. M. Darin Arif.. “Hubungan Konstitusi Dengan Tugas dan Fungsi Negara.”

Ahkam volume 4, Nomor 1, Juli 2016: 167. 27Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada

Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005. h. 18.

21

perkembangan politik pada beberapa periode tentu akan mempengaruhi

perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan ketatanegaraan tersebut

juga sejalan dengan perkembangan dan perubahan konstitusi di Indonesia.28

Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang

merupakan sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti

perkembangan masyarakat yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan

dinamika perkembangan masyarakat pada suatu negara, maka konstitusi dapat

pula mengalami perubahan.29

Namun, untuk melakukan perubahan tersebut tiap-tiap konstitusi

mempunyai cara-cara atau prosedur tertentu. Menurut Thaib dalam jurnal Aldri

Frinaldi dan Nurman S, terdapat dua sistem perubahan sistem konstitusi yaitu :

Sistem yang pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang Dasar atau konstitusi

diubah, maka yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang

baru secara keseluruhan. Hal ini pernah dialami di Indonesia yaitu perubahan

(pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi Kontitusi RIS (27 Desember 1949

– 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari Kontitusi RIS menjadi

UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950 kembali

menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 – 1999).30

Situasi yang mempengaruhi perubahan konstitusi juga berasal dari

28Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Falultas Hukum Universitas

Widya Gama Mahakam Samarinda. Yustisia Vol. 2 No. 3 September - Desember 2013. h. 120. 29Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada

Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005. h. 12. 30Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada

Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005. h. 13

22

eksternal yaitu negara asing khususnya Belanda yang mempropaganda agar

Indonesia tidak berbentuk Negara Kesatuan tetapi Negara Serikat. Perubahan

konstitusi berarti juga perubahan sistem ketatanegaraan, sejak awal Pancasila dan

UUD 1945 tidak lapang jalannya karena kolonialis Belanda selalu ingin

menancapkan kembali kekuasaannya. Desakan Belanda ini begitu kuat sehingga

memaksa bangsa Indonesia harus berpikir politis dalam rangka mengelabui

Belanda, walaupun menyetujui himbauan Belanda untuk menjadi negara Serikat

tetapi tidak berlangsung lama.31

Keadaan yang mempengaruhi perubahan konstitusi di Indonesia juga

berasal dari internal (dalam negeri) yang beraneka ragam desakan dalam hal

menjalankan sistem ketatanegaraan, namun hal itu juga akibat dari faktor

eksternal, yaitu perubahan dari negara Serikat kembali ke NKRI, untuk

mengelabui Belanda maka UUD yang dipergunakanpun tidak menggunakan UUD

1945 tetapi menggunakan UUDS 1950. Akibat dari perubahan konstitusi maka

berubah pula sistem ketatanegaraan Indonesia pada saat itu.32

Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua negara

yang baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan dokumen

nasional yang bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan dokumen

hukum dan politik. Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak

31Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Falultas Hukum Universitas

Widya Gama Mahakam Samarinda. Yustisia Vol. 2 No. 3 September - Desember 2013. h. 125. 32Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Falultas Hukum Universitas

Widya Gama Mahakam Samarinda. Yustisia Vol. 2 No. 3 September - Desember 2013. h. 125.

23

lembaga negara, pemerintahan, hubungan antara negara dan warganya, serta

pengawasan jalannya pemerintahan.

B. Kebijakan Publik

Sejak reformasi di gulirkan pada tahun 1998, proses transformasi politik

menuju demokratisasi faset kehidupan di Indonesia meberikan kesempatan yang

lebih banyak kepada setiap warga negara atau anggota suatu kelompok

masyarakat untuk mempengaruhi pilihan pemerintah. Melalui pemungutan suara,

publikasi opini, atau pernyataan pendapat melalui kerjasama dalam sebuah

kelompok yang terorganisasi inilah merupakan sebuah kesempatan. Tipe

pemilihan cara yang ditempuh beragam dan sudah tentu dapat ikut serta

mepengaruhi pilihan tentang isu yang diangkat dipermukaan. Maka dalam dunia

akademik atau dalam kehidupan sehari-hari, kepedulian kita terhadap pilihan dan

tindakan pemerintah disebut kebijakan publik.33

1. Pengertian Kebijakan Publik

Budi winarno menjelaskan dengan arti luas istilah yang berarti “policy”

merujuk pada perilaku aktor (pemerintah) dan aktor-aktor dalam bidang lainnya.34

Easton dalam Taufiqurokhman mempunyai definisi kebijakan publik adalah “the

authoritative allocation of values for the whole society” yang berarti sebagai

alokasi nilai-nilai otoritatif (paksa) untuk seluruh anggota. Laswell dan Kaplan

berpendapat kebijakan publik merupakan “projected program of goal, value, and

33Direktorat Jendral Olahraga,”Olahraga, Kebijakan dan Politik; sebuah analisis.” (Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 1. 34Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Press, 2005), 19.

24

practice” yaitu mempunyai nilai dan praktik program tujuan yang diproyeksikan

secara terarah.35

Menurut Bill Jenkins mengungkapkan bahwa kebijakan adalah keputusan

oleh aktor politik untuk membuat sebuah hasil dan tujuan yang berdasarkan

pertimbangan situasi/keadaan tertentu.36

Pada definisi-definisi tersebut terdapat batasan tentang apa yang dimaksud

kebijakan publik. Setiap arti dari definisi memberikan maksud dan tujuan yang

berbeda satu sama lain. Hal tesebut tercipta karena pandangan dan latar belakang

para ahli tersebut berbeda.

Kebijakan merupakan sebuah tindakan dan prinsip dalam mengambil

keputusan. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mendefinisikan kebijakan bentuk

pedoman dalam betindak. Pedoman tersebut menggambarkan suatu hal yang biasa

maupun yang bersifat sulit/kompleks, kabur/jelas, sempit/luas, bersifat

khusus/umum, longgar atau terperinci, publik atau privat, serta bersifat kualitatif

atau kuantitatif. Hal tersebut merupakan bentuk deklarasi/pernyataan dalam

membuat rencana.37

Kebijakan publik, dilihat dari sudut pandang politik dapat diartikan sebagai

hasil dari perbincangan dan perdebatan suatu masalah yang terjadi dalam

bernegara dengan para aktor yang mempunyai kepentingan-kepentingan

35Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada Presiden

Selaku Penyelenggara Pemerintah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Moestopo Beragama (Pers), 2014). 3. 36www.gurupendidikan.co.id, “10 -pengertian-kebijakan-publik-menurut-para-ahli-

terlengkap.” http://www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-kebijakan-publik-menurut-para-ahli-

terlengkap/. Diunduh tanggal 12 november 2017. 37Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), 5.

25

didalamnya. Bukan hanya sebagai proses pemuatan kebijakan, tetapi kebijakan

publik juga dibuat dan di implementasikan pada dinamika-dinamika yang ada.38

Thomas Dye salah satu tokoh yang berkecimpung dalam dunia politik,

mendefinisikan kebijakan publik merupakan tindakan pemerintah yang memiliki

tujuan.39

Menurut para ahli yang lain, kebijakan publik yang dikatakan James

Anderson adalah suatu kebijakan yang dipengurhi oleh aktor-aktor dari luar

walaupun kebijakan itu sudah ditetapkan oleh badan-badan dan aparat

pemerintah.40

Selain itu, Wayne Parsons mengungkapkan definisi publik adalah kegiatan

atau aktivitas masyarakat yang perlu diatur dan dintervensi oleh pemerintah.41 Hal

tersebut membahas berbagai persoalan diantaranya isu-isu yang disusun

(contructed) dan dimasukkan dalam agenda kebijakan publik.42

2. Jenis-Jenis Kebijakan

Jenis-jenis kebijakan publik berdasarkan dua kategori menurut Riant

Nugroho D. Pertama berdasarkan makna kebijakan publik yaitu bentuk tindakan

38Michael Howlett dan Ramesh, Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy

Subsistem dalam Skripsi Ahmad Subandi “Implementasi Dana Desa di Desa Neglasari

Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (Studi terhadap Kebijakan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Permendes PDTT Nomor 5 Tahun 2015),” (jakarta,

2016). 20. 39Lihat Harold D. Laswell, Policy Science and Political Science, dalam Michael Howlett

dan Ramesh, Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsistem Skripsi Ahmad Subandi

“Implementasi Dana Desa di Desa Neglasari Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (Studi

terhadap Kebijakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam

Permendes PDTT Nomor 5 Tahun 2015),” (jakarta, 2016). 20. 40Lihat James Anderson, Public Policy Making, dalam Budi Winarno, Kebijakan Publik:

Teori, Proses dan Studi Kasus (Yogyakarta: CAPS, 2012), hal. 21. 41Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, (Jakarta,

Kencana, 2006), 3. 42Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, (Jakarta:

Kencana, 2011), 1.

26

pemerintah agar dikerjakan dan diputuskan pada hal-hal yang harus dikerjakan

atau dibiarkan. Kedua berdasarkan pada lembaga pembuat kebijakan publik.

Lembaga pembuat kebijakan menghasilkan tiga kebijakan, antara lain; (a)

Kebijakan publik yang dibuat oleh legislatif.43 (b) Kebijakan publik antara

legislatif dengan eksekutif dalam bentuk kerjasama. (c) Kebijakan publik yang

dibuat oleh eksekutif. Peran eksekutif berfungsi untuk membantu permasalahan

yang dibuat kebijakan oleh legislatif yang semkin kompleks dalam menghadapi

persoalan membuat suatu kebijakan. Kebijakan yang ditangani eksekutif sebagai

berikut; (1) Keputusan Presiden (Kepres), (2) Peraturan Pemerintah, (3) Peraturan

Menteri (Permen) atau Lemebaga Pemerintah Non-Departemen dan lainnya

semisal Intruksi Menteri.44

3. Kerangka Kerja Kebijakan Publik

Kerangka kebijakan publik ditentukan 6 variabel,45 diantaranya:

a. Suatu target yang ingin dicapai.

b. opsi yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam pembuatan

kebijakan.

c. suatu dukungan sumberdaya untuk kebijakan.

d. Kemampuan tokoh yang turut serta dalam pembuatan kebijakan.

e. Lingkungan, meliputi lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.

f. Upaya dalam mencapai target yang diinginkan.

43Riant Nugroho, kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan evaluasi, (Jakarta: PT

Gramedia , 2004), 54-57. 44Riant Nugroho, kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan evaluasi, 60. 45Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada Presiden

Selaku Penyelenggara Pemerintah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Moestopo Beragama (Pers), 2014). 3

27

4. Tahap Analisis Kebijakan

Terdapat 6 tahap analisis kebijakan. 46 Antara lain;

a. Tahap : Karakteristik

b. Perumusan Masalah : menyajikan informasi tentang keadaan

yang dapat jadi masalah Memberikan informasi mengenai kondisi kondisi

yang menimbulkan Masalah.

c. Forecasting (Peramalan) : menyajikan informasi tentang dampak di

masa yang akan datang dari pelaksanaan kebijakan altenatif, bahkan

apabila tidak membuat kebijakan Memberikan informasi mengenai

konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan,

termasuk apabila tidak membuat kebijakan.

d. Rekomendasi Kebijakan : Memberikan informasi mengenai manfaat

bersih dari setiap alternatif, dan merekomendasikan alternatif kebijakan

yang memberikan manfaat bersih paling tinggi.

e. Monitoring Kebijakan : Memberikan informasi mengenai

konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan

termasuk kendala-kendalanya.

f. Evaluasi Kebijakan : Memberikan informasi mengenai kinerja.

5. Proses-Proses Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan di dalamnya mempunyai kegiatan intelektual serta

aktivitas yang bersifat politis. Kegiatan ini dapat diorientasikan sebagai proses

46Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada Presiden

Selaku Penyelenggara Pemerintah. 17.

28

yang saling ketergantungan yang telah terstruktur menurut tahapan waktu yaitu

penyususan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan dan implementasi

kebijakan, dan penelitian kebijakan.47

Berikut merupakan gambar yang menunjukan tahap-tahap dalam proses

kebijakan yang dijelaskan oleh William N Dunn.48

Tabel II. A. 1.

Fase Proses

Kebijakan Publik Karakteristik Ilustrasi

Penyusunan

Agenda

Para aktor yang terpilih dan

diangkat menempatkan masalah

pada agenda publik. Banyak

masalah tidak di sentuh sama

sekali, sementara lainnya ditunda

untuk waktu lama.

Legislator negra dan

konsponsornya menyiapkan

rancangan undang-undang

mengirimkan ke komisi

kesehatan dan

kesejahteraan untuk

dipelajari dan disetujui.

Rancangan berhenti di

komite dan tidak terpilih

Formulasi

Kebijakan

Para aktor merumuskan alternatif

kebijakan untuk mengatasi

masalah. Alternatif kebijakan

melihat perlunya membuat

perintah eksekutif, keputusan

peradilan, dan tindakan legislatif.

Peradilan negara bagian

mempertimbangkan

pelarangan penggunaan tes

kemampuan standar seperti

SAT dengan alasan bahwa

tes tersebut cenderung bias

terhadap perempuan dan

minoritas.

Adopsi

Kebijakan

Alternatif kebijakan yang

diadopsi dengan dukungan dari

mayoritas legislatif, konsensus di

antara direktur lembaga, atau

keputusan peradilan.

Dalam keputusan

Mahkamah Agung pada

kasus Roe. v. Wade

tercapai keputusan

mayoritas bahwa wanita

mempunyai hak untuk

mengakhiri kehamilan

melalui aborsi.

Implementasi

Kebijakan

Kebijakan yang telah diambil

dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang

memobilisasikan sumberdaya

Bagian keuangan kota

mengangkat pegawai untuk

mendukung peraturan baru

tentang penarikan pajak

47William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta, Gajah Mada

University Press, 201S2) h. 22-23.

48William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, 24.

29

Penyusunan

agenda

Kebijakan baru

Evaluasi terhadap implementasi, kinerja dan dampak

Implementasi

kebijakan

Formulasi dan

legitimasi

Kinerja dan

dampak kebijakan

Tindakan

kebijakan

Kebijakan

Agenda

pemerintah

Hasil

Hasil

Hasil

Diikuti

Diperlukan

Diperlukan Mengarah ke

finansial dan manusia. kepada rumah sakit yang

tidak lagi memiliki status

pengecualian pajak.

Penilaian

Kebijakan

Unit-unit pemeriksaan dan

akuntansi dalam memerintahkan

menentukan apakah badan-badan

eksekutif, legislatif, dan

peradilan memenuhi persyaratan

undang-undang dalam

pembuatan kebijakan dan

pencapaian tujuan.

Kantor akuntansi publik

memantau program-

program kesejahteraan

sosial seperti bntuan untuk

keluarga dengan anak

tanggungan (AFDC) untuk

menentukan luasnya

penyimpangan/korupsi. Sumber : William N. Dunn, . 25

Sementara itu dalam pandangan Ripley (dalam Subarsono),49 tahapan

kebijakan publik digambarkan sebagai berikut:

Tabel II.A.2

Tahapan Kebijakan Publik

Sumber: Ripley (dalam Subarsono), 11.

49Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), 10-11.

30

C. Implementasi Kebijakan

1. Pengertian Implementasi Kebijakan

Budi Winarno menjelaskan implementasi kebijakan adalah tahapan yang

paling berpengaruh dalam sebuah pembentukan kebijakan publik. Tujuan yang

diinginkan pada suatu kebijakan dapat di implementasikan agar mempunyai

dampak langsung pada program yang sedang dijalankan.50 Arti luas implementasi

kebijakan merupakan tahapan dalam pembentukan kebijakan setelah penetapan

menjadi Undang-Undang (UU).

Proses pelaksanaan UU yang dikerjakan oleh aktor, prosedur, lembaga

organisasi, dan teknik dalam bekerjasama menjalankan kebijakan agar tercapai

tujuan dari program kebijakan adalah sebuah definisi dari implementasi.51

Subarsono mengatakan dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik

diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah.52 Pada kenyataannya, lembaga-

lembaga pemerintah sering menghadapi pekerjaan di dalam perintah dari undang-

undang yang terlalu kompleks, sehingga memaksa sebuah lembaga pemerintah

membuat keputusan diluar hal yang tidak seharusnya dilakukan.53

Banyaknya aktor atau lembaga yang terlibat dalam proses implementasi

bukan merupakan satu-satunya yang membuat hal tersebut menjadi kompleks.

Tetapi dalam prosesnya, implemetasi dipengaruhi oleh berbagai hal seperti

50Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Caps, 2012), 146.

51Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, 147.

52Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, (Yogyakarta; Pustaka

Pelajar, 2010), 87. 53Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 88.

31

variabel kompleks, baik variabel organisasional, dari variaver tersebut mempunyai

pengaruh serta dapat berinteraksi satu dengan lainnya.54

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Beberapa kutipan para ahli yang dikutip oleh Subarsono mengenai

implementasi kebijakan, diantaranya:

Teori George C. Edward III (1980), implementasi kebijakan dipengaruhi

oleh empat variabel, diantaranya:55

a. Komunikasi

Implementator merupakan kunci untuk mengetahui apa yang

dilalukannya menjadi suatu keberhasilan dalam implementasi kebijakan.

Adanya kemungkinan resistensi dari kelompok saran jika kebijakan di

dalamnya tidak diketahui bahkan tidak tertuju sama sekali oleh target

(target group).

b. Sumberdaya

Tidak berjalannya implementasi secara efektif membutuhkan

sumberdaya agar dapat berkomunikasi secara konsisten dan jelas.

Sumberdaya tersebut dapat terwujud dari sumberdaya manusia, yakni

kompetensi, dan sumberdaya finansial.

c. Diposisi

Komitmen, kejujuran, sifat demokrasi merupakan bentuk disposisi

(karakteristik/watak) yang harus di miliki oleh seorang implementator.

54Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 89.

55Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 90.

32

Karena berjalannya kebijakan dengan sesuai apa yang diharapkan, itu jika

implementator memiliki disposisi yang baik. .

d. Struktur Birokrasi

Pengaruh besar pada implementasi kebijakan adalah tugas dari

struktur organisasi. Prosedur operasi yang standar (SOP) merupakan aspek

struktur penting dari setiap organisasi dan merupakan pedoman/alur untuk

para implementator. Panjang atau banyaknya struktur organisasi juga

dapat menimbulkan lemahnya pengawasan dan dapat berakibat red-tape,

yaitu hal kompleks/rumit pada prosedur birokrasi. Dampaknya akan

menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak efektif dan fleksibel.56

Teori Merilee S. Grindle (1980), menurutnya keberhasilan implementasi di

pengaruhi oleh dua variabel besar57, yakni:

a. Isi Kebijakan (content of policy), diantaranya:

1) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups

termuat dalam isi kebijakan.

2) Jenis maanfaat yang diterima oleh target group.

3) Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan..

4) Apakah letak sebuah program sudah tepat. Apakah sebuah

kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci.

5) Apakah sebuah program didukung opleh sumberdaya.

56Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 91-92. 57Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 93.

33

b. Lingkungan Implementasi (context of implementation), diantaranya

1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang

dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi

kebijakan.

2) Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.

3) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

D. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Publik

Budi Winarno menjelaskan beberapa bagian dari pelaksanaan

implementasi kebijakan publik, diantaranya:58

1. Birokrasi

Dalam sistem politik modern umumnya kebijakan publik

diimplementasikan terutama oleh sistem badan-badan administrasi yang

kompleks. Di dalam badan-badan (birokrasi) mempunyai ini mempunyai

keleluasaan yang besar yang besar dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik

yang berada dalam yuridiksinya karena mereka sering kali berkerja bedasarkan

mandat perundang-undangan yang luas dan ambigu.

Situasi ini menjadikan mereka yang berperan dalam proses legislasi

seringkali tidak mampu atau tidak berminat untuk membuat garis-garis pedoman

yang tepat. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas isu yang dibahas, atau karena

kurangnya perhatian, waktu dan informasi.

58Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Caps, 2012), 221-224.

34

2. Lembaga Legislatif

Secara tradisional asumsi dalam banyak literatur administratif publik

menyatakan bahwa politik dan administrasi merupakan kegiatan-kegiatan yang

terpisah. Oleh karenanya, politik mempunyai kaitan erat dengan perumusan

kebijakan, yang harus ditangani cabang-cabang “politik” dari pemerintah, dalam

arti cabng eksekutif dan cabang legislatif. Dalam tata kelolanya, kebijakan

berkaitan dengan implementasi keputusan yang dibuat oleh lebih banyak cabang

politik, dan ditangani oleh berbagai badan administratif.

3. Lembaga Peradilan

Pentingnya keterlibatan peradilan adalah dalam konteks mempengaruhi

tata kelola/administrasi melalui interpretasi nyata terhadap perundang-udangan

dan peraturan-peraturan administratif dan regulasi, dan pengkajian ulang terhadap

keputusan administratif dalam kasus-kasus yang terjangkit di pengadilan.

Lembaga peradilan bisa mengahambat, memfasilitasi atau secara luasnya

mementahkan implementasi kebijakan-kebijakan tertentu melalui keputusan-

keputusan yang sudah ditetapkan oleh lemabaga tersebut.

4. Kelompok Penekan

Badan-badan administrasi sering sekali diberikan diskresi yang ditetapkan

oleh perundang-undnagan, maka pada saatnya suatu tindakan diambil oleh suatu

badan administrasi, maka perjuangan antarkelompok kepentingan bergeser dari

wilayah legislatif ke wilayah administratif. Berdasarkan diskresi yang berlaku

dalam banyak badan administratisi, kelompok-kelompok yang mempengaruhi

35

tindakan suatu badan administratisi memungkinkan bisa memberi efek secara

subtansial pada arah dan dampak dari kebijakan publik.

Dapat disimpulkannya bahwa suatu kelompok kepentingan telah

“menguasai” suatu badan administrasi kadangkala hanya melalui hubungan yang

begitu dekat antara suatu kelompok kepentingan dengan badan administrasi.

5. Organisasi-Organisasi Masyarakat

Organisasi-organisasi masyarakat pada tingkat lokal seringkali terlibat

dalam implementasi program-program publik. Singkatnya, berbagai pemeran

dapat mempengaruhi suatu kebijakan tertentu. Dengan demikian, implementor,

para pengurus partai politik dan badan-badan staf eksekutif juga terlibat dampak

pada implementasi kebijakan.

E. Pengertian Atlet

Atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau

pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).59 Menurut kamus lengkap

bahasa Indonesia (KLBI), kata olahraga adalah kata kerja yang diartikan sebagai

gerak dinamis badan agar sehat. Sedangkan para ahli/pakar olahraga, olahraga

adalah suatu kegiatan manusia dengan maksud mencapai kesejahteraan (jasmani

dan rohani) yang memiliki aspek positif dan negatif. Sebuah aktivitas manusia

yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan manusia itu sendiri. Olahraga

sendiri didalamnya memiliki aspek positif dan negatif.

59“Kamus Besar Bahasa Indonesia” Tersedia di https://kbbi.web.id/atlet diakses tanggal

16 desember 2017.

36

Membangun kegiatan sosial, ekonomi dan politik; adanya hubungan antara

manusia (individu dan kelompok), kegiatan jasa dan penyerapan tenaga kerja, dan

mampu meningkatkan harga diri seorang atlet, pelatih, pembina, organisasi,

daerah dan bangsa, kesejahteraan pembina olahraga, dan derajat bangsa di amat

Internasional, semua itu adalah bentuk aspek positif dari olaharaga. Sedangkan

aspek negatif pada olahraga yakni, kedapatannya atlet yang menggunakan

berbagai cara untuk memenangkan pertandingan, contohnya tidak fair play, tidak

displin, memanipulasi, melanggar peraturan (peraturan pertandingan) dan

menggunakan doping. .

Adapun menurut Undang-Undang di Negara Indonesia, atlet adalah pelaku

olahraga yang lebih lanjut disebut olahragawan. Sesuai dengan Undang-Undang

Nomor Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional, di dalam pasal 53 atlet meliputi olahragawan amatir dan olahragawan

profesionalserta Olahragawan penyandang cacat merupakan olahragawan yang

melaksanakan olahraga khusus.60 Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Atlet Amatir

Atlet amatir, yakni melaksanakan olahraga yang menjadi kegemaran dan

keahliannya. Atlet amatir mempunyai hak sebagai berikut;61

60Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 53, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017

61Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 54, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017

37

a. Meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan olahraga;

b. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai dengan cabang

olahraga yang diminati;

c. Mengikuti kejuaraan olahraga pada semua tingkatan setelah melalui

seleksi dan/atau kompetisi;

d. Memperoleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti kegiatan

keolahragaan daerah, nasional, dan internasional; dan

e. Beralih status menjadi atlet profesional.

Di dalam hak-hak diatas atlet amatir juga layak mendapat sebuah

pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan

sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan sistem

pendidikan nasional. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan

dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau dosen

olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat kompetensi serta didukung

prasarana dan sarana olahraga yang memadai. Pembinaan dan pengembangan

olahraga pendidikan pada semua jenjang pendidikan memberikan kebebasan

kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan

minat. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan

memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara

menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada

38

ayat (3) dilakukan secara teratur, bertahap, dan berkesinambungan dengan

memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.62

2. Atlet Profesional

Atlet profesional, yakni melaksanakan kegiatan olahraga sebagai profesi

sesuai dengan keahliannya. Setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional

setelah memenuhi persyaratan:63

a. Pernah menjadi atlet amatir yang mengikuti kompetisi secara periodik;

b. Memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan;

c. Memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan

d. Memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari atlet amatir

menjadi atlet profesional yang diketahui oleh induk

Organisasi cabang olahraga yang bersangkutan. Setiap olahragawan

berkewajiban:

a. Menjunjung tinggi nilai luhur dan nama baik

b. Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. Mengedepankan sikap sportivitas dalam setiap kegiatan olahraga yang

dilaksanakan;

d. Ikut menjaga upaya pelestarian lingkungan hidup; dan

62Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 25-27, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017. 63Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 55, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

39

e. Menaati peraturan dan kode etik yang berlaku dalam setiap cabang

olahraga yang diikuti dan/atau yang menjadi profesinya

Dan atlet profesional mendapatkan hak-hak antara lain, pembinaan dan

pengembangan olahraga profesional dilakukan oleh induk organisasi cabang

olahraga dan organisasi olahraga profesional. Selain itu, Pembinaan dan

pengembangan olahraga profesional dilaksanakan dan diarahkan untuk terciptanya

prestasi olahraga, lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan.64

3. Olahragawan Penyandang Cacat

Olahragawan penyandang cacat melaksanakan kegiatan olahraga khusus

bagi penyandang cacat. Setiap olahragawan penyandang cacat sebagaimana

dimaksud, berhak untuk:65

a. Meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan olahraga

penyandang cacat;

b. Mendapatkan pembinaan cabang olahraga sesuai dengan kondisi kelainan

fisik dan/atau mental; dan

c. Mengikuti kejuaraan olahraga penyandang cacat yang bersifat daerah,

nasional, dan internasional setelah melalui seleksi dan/atau kompetisi.

64Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 29, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017. 65Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 56, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

40

Serta olahraga penyandang cacat mendapatkan hak-hak diantaranya,

pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat dilaksanakan dan

diarahkan untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, dan prestasi

olahraga. Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat juga

dilaksanakan oleh organisasi olahraga penyandang cacat yang bersangkutan

melalui kegiatan penataran dan pelatihan serta kompetisi yang berjenjang dan

berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional. Pemerintah Pusat,

pemerintah daerah, dan/atau organisasi olahraga penyandang cacat yang ada

dalam masyarakat berkewajiban membentuk sentra pembinaan dan

pengembangan olahraga khusus penyandang cacat. Pembinaan dan

pengembangan olahraga penyandang cacat diselenggarakan pada lingkup

olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan jenis

olahraga khusus bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi kelainan

fisik dan/atau mental seseorang.66

66Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 30, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

41

BAB III

Gambaran Umum Atlet dan Penghargaan Atlet

A. Sejarah Prestasi Olahraga Indonesia

1. Prestasi Olahraga di Masa Orde Lama

Olahraga sudah merupakan salah satu aspek kehidupan yang tidak dapat

dipisahkan dari rakyat Indonesia itu sendiri sejak sebelum Indonesia meraih

kemerdekaannya.67 Soekarno Sang Plokamator sudah sejak awal sudah memberi

perhatian yang sangat besar bagi perkembangan olahraga. Pentingnya pendidikan

jasmani dan olahraga yang di katakan Soekarno itu merupakan sebuah bagian dari

Pembangunan karakter bangsa (Nation Building).68 Dunia Olahraga hidup

berdampingan dengan kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Tidak

hanya sebagai kebutuhan untuk menjaga kesehatan tetapi olahraga telah merasuk

kedalam semua sektor kehidupan. Langkah yang lebih jauh, prestasi olahraga

dapat mengankat harkat martabat manusia baik secara individual, kelompok,

masyarakat, bangsa dan negara.69

Pada zaman kepemimpinan Presiden Soekarno, supremasi olahraga Tanah

Air begitu kuat di mata dunia, Soekarno meletakkan olahraga sebagai bagian dari

67Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 1. 68Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” 9. 69Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” 21.

42

”Nation and Character Building”.70 Menyikapi manfaat nilai dan spitit olahraga,

Presiden Soekarno menjadikan nilai dan dan spirit tersebut seabgai “state policy”

atau sebuah strategi kebijakan negara.71

2. Prestasi Olahraga di Masa Orde Baru

Dan sementara itu pada era Presiden Soeharto memandu rakyat menuju

era pencapaian dengan slogan yang terkenal ‘Memasyarakatkan Olahraga,

Mengolahragakan Masyarakat’. Prestasi olahraga di Indonesia pada masa-masa

tersebut memasuki masa kejayaan. Olahraga pada kala itu merupakan sebuah

energi pembangunan dan sumber kehormatan. Keduanya menjadi bukti sejarah

kedigdayaan olahraga Indonesia yang tidak lepas dari hadirnya upaya sungguh-

sungguh seorang pemimpin Negara.72

Setelah masa penjajahan, Soekarno mempunyai ambisi membawa nama

bangsa Indonesia ke pentas dunia. Tidak hanya berpatok pada politik, ekonomi,

militer, ataupun budaya, Soekarno juga menciptakan olahraga sebagai alat

mengangangkat harkat dan martabat bangsa. Pada tahun 1962, ketika itu Soekarno

mempunyai suatu hasrat untuk “bertempur” dengan negara-negara lain untuk

menjadikan Indonesia tuan rumah pada pesta olahraga Asian Games. Hal ini

merupakan sebuah kiprah menunjukkan jati diri sebuah Bangsa Indonesia yang

ditunjukkan pada saat pelaksanaan Asian Games (AG) tahun 1962 yang

70nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”

https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh

tanggal 13 april 2018. 71Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 23. 72nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”

https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh

tanggal 13 april 2018.

43

berlangsung mulai tanggal 24 Agustus hingga 4 September, di Jakarta.

Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Bung Karno, Jakarta akhirnya meraih

runner up di rumah sendiri pada perhelatan Asian Games ke IV tahun 1962.73

Setelah menjadi runner up pada Asian Games tahun 1962, Soekarno

mengeluarkan Keputusan Presiden No. 263/1963 pada 18 Desember 1963.

Keputusan Presiden tesebut menjadi perintah kepada rakyat indonesia agar

menjadi sportminded serta mengikuti kegiatan olahraga untuk menjadi bagian dari

sebuah revolusi Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjadi pemicu

Indonesia masuk 10 besar prestasi olahraga di dunia.74

21 emas 26 perak dan 30 perunggu adalah prestasi tertinggi Indonesia

yang diperoleh pada Asian Games 1962 di Jakarta. Sejak 1951 di India hingga

1966 di Thailand indonesia telah mengikuti lima pergelaran Asian Games. Pada

tahun 1962 menjadi peringkat tertinggi sepanjang sejarah bagi rakyat Indonesia

dalam perhelatan Asian Games.75

73nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”

https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh

tanggal 13 april 2018. 74Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 12. 75setkab.go.id , “Olahraga Bukan Hanya Sekedar Prestasi.” http://setkab.go.id/olahraga-

bukan-hanya-sekadar-prestasi/

44

Berikut tabel Peringkat Indonesia pada Asian Games 1962;

Tabel III.A.1

Sumber: setkab.go.id

Orde Lama menuju Orde Baru adalah sejarah politik tanda beralihnya

kekuasaan dari tangan Soekarno ke Soeharto. Perubahan di bidang politik,

ekonomi, sosial, militer, dan lain-lainnya tidak terkecuali pada sektor olahraga.

Presiden Soeharto ternyata memiliki perhatian lebih pada kemajuan Indonesia di

bidang olahraga. Di bawah kepemimpinan Soeharto ini, Indonesia menjadi

negara kuat dalam olahraga di kancah internasional khususnya di Asia, dan

memiliki julukan “Macan Asia” karena prestasi olahraga yang mampu di raih oleh

Indonesia. Terutama bulutangkis yang merupakan cabang yang selalu

menyumbang prestasi olahraga di tingkat dunia.76

Pada masa Soeharto, SEA Games tahun 1977 menjadi partisipasi

Indonesia pertama dalam pesta olahraga dua tahunan tersebut. SEAP (Southeast

Asian Peninsular) Games sebutan awal pada tahun 1959 dan kini telah berganti

menjadi SEA Games. Pada keikutsertaan pertamanya, Indonesia langsung

76Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 15.

45

menduduki posisi terdepan dalam perolehan mendali dengan menyingkirikan

dominasi Thailand. Pada periode inilah Indonesia tercatat 11 kali mengambil alih

gelar tertinggi sejak 1977 hingga 1997, hanya pada 1985 di Bangkok dan 1995

Chiang Mai negeri Gajah Putih (Thailand) dapat menggeser dominasi Indonesia.77

Prestasi Olahraga Atlet Indonesia Pada Sea Games di Era Orde Baru

Tabel III.A.2

Tahun Tuan Rumah Juara Umum Runner Up

1977 Kuala Lumpur (Malaysia) Indonesia (62) Singapura (37)

1979 Jakarta (Indonesia) Indonesia (92) Thailand (50)

1981 Manila (Filipina) Indonesia (85) Thailand (62)

1983 Singapura Indonesia (64) Filipina (49)

1985 Bangkok (Thailand) Thailand (92) Indonesia (62)

1987 Jakarta (Indonesia) Indonesia (183) Thailand (63)

1989 Kuala Lumpur (Malaysia) Indonesia (102) Malaysia (67)

1991 Manila (Filipina) Indonesia (92) Filipina (90)

1993 Singapura Indonesia (88) Thailand (63)

1995 Chiang Mai (Thailand) Thailand (157) Indonesia (77)

1997 Jakarta (Indonesia) Indonesia (194) Thailand (83)

Sumber: Yosua Praditya dan Jerry Indrawan, 18.

Prestasi yang memukau pada bulutangkis, sebut saja Rudy Hartono

menjadi juara termuda di All England (1968) dan pegang rekor delapan kali juara,

tujuh kali secara berurutan. Piala Thomas pun menjadi langganan Indonesia dari

1970an-1990an. Selain itu, Indonesia untuk kali pertama memperoleh medali di

ajang Olimpiade, trio panahan mendapatkan perak di Seoul 1988. Setelah perak,

akhirnya emas Olimpiade bisa diraih di Barcelona 1992 lewat Susy Susanti dan

Alan Budi Kusuma. Era emas Olimpiade terakh ir di zaman Presiden Soeharto

diberikan Ricky/Rexy di Atlanta 1996. Atas raihan medali emas tersebut lagu

kebangsaan Indonesia yaitu “Indonesia Raya” dikumandangkan di dua Kota, yaitu

Barcelona (Spanyol) dan Atlanta (Amerika Serikat). Sebuah hal yang luar biasa

77Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.”. 18.

46

dan bentuk prestasi yang membanggakan karena telah mampu mengibarkan

bendera negara dan mengumandangkan lagu kebangsaan di negara lain.78

Pencapaian Olimpiade di Era Orde Baru

Tabel III.A.3

Olimpiade Medali Emas Medali Perak Medali Perunggu

Seoul (Korea

Selatan, 1988)

- 2

(Panahan)

-

Barcelona

(Spanyol, 1992)

2

(Bulutangkis)

2

(Panahan)

3

(Bulutangkis)

Atlanta (Amerika,

1996)

1

(Bulutangkis)

- 6

(Bulutangkis)

Sumber: Yosua Praditya dan Jerry Indrawan, 19.

3. Prestasi Olahaga di Era Reformasi

Prestasi olahraga Indonesia cenderung menurun, pasca reformasi politik

yang terjadi di tanah air pada 1998. Walaupun medali emas olimpiade masih

dapat kita pertahankan, tetapi pada kenyataannya atlet bulutangkis indonesia

semakinsulit untuk mengimbangi atlet-atlet dari negara lain. Pada Era Reformasi,

tidak perlu membahas prestasi di tingkat Asia ataupun dunia, di tingkat ASEAN

kini Indonesia sudah semakin terpuruk. Prestasi Indonesia itu terus menurun sejak

SEA Games Brunei 1999, harus puas di posisi ketiga. Di Seagames Kuala Lumpur

dua tahun berikutnya, Indonesia terlempar pada posisi keempat dan hal tersebut

terulang di Hanoi tahun 2003. Setelah itu hal yang sangat tidak terduga tercipta

pada tahun 2005 di Manila, Indonesia mendapat hasil terburuk yaitu menduduki

78Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis

Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” 19.

47

peringkat lima saat itu. Dan berhasil menduduki peringkat keempat tahun 2007 di

Thailand.79 Lihat tabel berikut:

Tabel III.A.4

Tahun Tuan

Rumah

Peringkat Emas Perak Perunggu Total

Medali

1999 Brunei 3 44 43 58 145

2001 Malaysia 3 72 74 80 226

2003 Hanoi 3 56 68 98 222

2005 Filipina 5 50 79 89 218

2007 Thailand 3 56 64 82 202

2009 Laos 3 43 53 74 170

2011 Indonesia 1 182 151 143 476

2013 Myanmar 4 65 84 111 260

2015 Singapura 5 45 55 69 169

Sumber: nusantara.news

Berdasarkan grafik di atas maka terjadi penurunan prestasi nasional yang

drastis, dimana dari tahun 1999 - 2015 Indonesia hanya menjadi juara umum satu

kali pada 2011 sebagai tuan rumah. Sisanya Indonesia lebih banyak menduduki

posisi tiga atau empat saja, bahkan yang terakhir saja Indonesia menduduki

peringkat lima. Selain itu, satu persatu permasalahan pun bertambah, seperti dana

yang kecil, regenerasi yang terlambat, manajemen yang tidak sebaik era

79nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”

https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh

tanggal 13 april 2018.

48

sebelumnya, dan lain-lain. Kesemua ini tampaknya menjadi alasan mengapa

prestasi nasional semakin terpuruk. Belum lagi kesejahteraan atlet dan mantan

atlet yang kerap menjadi isu sensitif bagi pemerintah yang dinilai tidak becus

mengurus atlet. Yang dikhwatirkan adalah Indonesia tidak lagi mampu bangkit

dan jaya seperti pada eranya di Orla dan Orba, namun Indonesia menjadi negara

di klasemen papan tengah pada regional A SEAN. Sementara prestasi negara-

negara seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, dan bahkan Vietnam justru

meningkat saat ini.

B. Penghargaan Atlet

1. Pengertian Penghargaan

Penghargaan (reward) merupakan bentuk balas jasa atau apresiasi yang di

berikan oleh lembaga maupun perorangan atas prestasi yang telah dicapai.

Penghargaan tersebut biasanya dapat berupa ucapan ataupun materil. Schuster

(1985), Byras dan Rue (1997) berpendapat bahwa penghargaan terbagi menjadi

dua, yakni;80

a. Penghargaan Intrinsik

Penghargaan intrinsik ialah tanggapan pribadi seseorang terhadap

pekerjaannya, penghargaan itu muncul karena kegiatan orang tersebut dengan

80Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan pelaksana PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,” Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang 2013, 14.

49

pekerjaannya tanpa kontribusi dari orang lain. Kegiatan individu dengan

pekerjaannya merupakan acuan dari penghargaan interinsik.81

b. Penghargaan Ekstrinsik

Penghargaan ekstrinsik ialah imbalan langsung yang diberikan serta

dikontrol oleh lembaga yang lebih konkret (nyata). Penghargaan ekstrinsik

berpatokan pada setiap penghargaan diluar pekerjaan itu sendiri. Jadi,

penghargaan ekstrinsik meliputi penghargaan finansial serta non-finansial yang

telah diserahkan lembaga dalam bisnisnya untuk melihat tanggapan para pekerja

baik secara kualitas maupun kuantitas. Apa yang telah para ahli jelaskan penulis

berpendapat bahwa penghargaan ialah sebuah komplimen berbentuk finansial

ataupun non-finansial atas hasil yang didapatkan.

Dari penjelasan beberapa ahli penulis berpendapat bahwa penghargaan

ialah sebuah komplimen berbentuk finansial ataupun non-finansial atas hasil

tertentu kepada setiap atlet agar dapat bekerja dan berjuang dengan semangat yang

lebih kuat dan mencapai hasil yang telah ditentukan, seperti meraih mendali dan

mengharumkan nama Indonesia di kanca internasional.82

81Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan pelaksana PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,”. 15. 82Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan pelaksana PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,” Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang 2013, 16.

50

2. Bentuk Penghargaan Kepada Atlet

Penghargaan olahraga yang dapat diberikan kepada pelaku olahraga,

organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang

berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga berbentuk:83

a. Tanda Kehormatan;

1) Penghargaan olahraga berbentuk tanda kehormatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat(1) huruf a dapat diberikan oleh

Presiden kepada pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga

pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau

berjasa secara luar biasa dalam memajukan olahraga atas usul

Menteri.

2) Dalam mengusulkan pemberian tanda kehormatan kepada Presiden

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri menerima usulan

dari organisasi olahraga, induk organisasi cabang olahraga,

dan/atau gubernur sebagai Pembina olahraga di daerah.

3) Tanda kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

Bintang, Satyalancana dan Samkaryanugraha.

4) Pemberian tanda kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilaksanakan pada peringatan Hari Kemerdekan dan Hari Olahraga

Nasional.

83Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2014 Bab III Pasal 3, Bentuk Penghargaan.

51

5) Pemberian tanda kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.84

b. Kemudahan;

1) Penghargaan olahraga berbentuk kemudahan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b dapat diberikan oleh Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah kepada pelaku olahraga, organisasi

olahraga, lembaga swasta, dan perseorangan.

2) Kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a) kemudahan memperoleh kesempatan pendidikan;

b) kemudahan untuk memperoleh pekerjaan;

c) kemudahan untuk memperoleh ijin ketenagakerjaan dan

keimigrasian; atau

d) kemudahan lainnya untuk kepentingan keolahragaan.

3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b,

dan huruf c diberikan kepada olahragawan apabila memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a) menjadi juara tingkat daerah, nasional dan/atau internasional;

atau

84Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Pasal 12, tentang

Persyaratan Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olagragawan, Pembina Olahraga,

Tenaga Olahraga, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017

52

b) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat daerah,

nasional dan/atau internasional.

4) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b,

huruf c, dan huruf d diberikan kepada pembina olahraga, tenaga

keolahragaan, dan perseorangan dengan persyaratan sebagai berikut:

a) membina dan melatih anak didiknya sehingga menjadi juara

tingkat daerah, nasional, dan/atau internasional; dan

b) membina dan melatih anak didiknya sehingga dapat

memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat nasional

dan/atau internasional.

5) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan

kepada organisasi olahraga yang telah berhasil melaksanakan

pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengoordinasian

kegiatan keolahragaan sehingga menghasilkan prestasi, dan

pemecahan rekor tingkat daerah, nasional, dan/atau internasional.

6) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.85

85Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Pasal 12, tentang

Persyaratan Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olagragawan, Pembina Olahraga,

Tenaga Olahraga, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

53

c. Beasiswa;

1) Penghargaan berbentuk beasiswa sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf c dapat diberikan kepada olahragawan,

pembina olahraga, dan tenaga keolahragaa.

2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam

bentuk:

a) uang pembinaan untuk mengikuti pendidikan formal dan

nonformal; dan/atau.

b) uang pembinaan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

baik di dalam maupun luar negeri;

c) Pemberian beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi beban dan tanggungjawab pemberi penghargaan.

d. Pekerjaan;

1) Penghargaan berbentuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf d dapat diberikan kepada olahragawan dan

pelatih olahraga yang berprestasi dan telah memenuhi persyaratan.

2) Persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan bagi olahragawan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya:

a) menjadi juara III atau meraih medali perunggu pada

kejuaraan Asian Games, kejuaraan single event tingkat Asia

cabang olaharaga Olimpiade, atau Olimpiade Para

Olimpic;

54

b) menjadi juara II atau meraih medali perak pada Pekan

Olahraga South East Asia Games/Para Games;

c) menjadi juara I atau meraih medali emas pada Pekan

Olahraga Nasional (PON) atau Pekan Olahraga Cacat

Nasional (PORCANAS);

e. Kenaikan Pangkat Luar Biasa

1) Penghargaan berbentuk kenaikan pangkat luar biasa sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf e dapat diberikan kepada

olahragawan, pembina olahraga, dan tenaga keolahragaan yang

berkedudukan sebagai pegawai negeri dan telah memenuhi

persyaratan.

2) Kenaikan pangkat luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi kenaikan pangkat istimewa bagi pegawai negeri sipil dan

kenaikan pangkat luar biasa bagi prajurit Tentara Nasional

Indonesia/ Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

kepada olahragawan yang berprestasi dengan persyaratan menjadi

juara I dan/atau memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di

tingkat nasional dan/atau internasional.

4) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

kepada pembina olahraga dan tenaga keolahragaan yang telah

memenuhi persyaratan:

55

a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi juara

tingkat nasional dan/atau internasional; dan

b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat

memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

nasional dan/atau internasional.

5) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

f. Asuransi

1) Penghargaan berbentuk asuransi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf f dapat diberikan kepada olahragawan,

pembina olahraga, dan tenaga keolahragaan yang berprestasi

dan/atau berjasa terhadap kemajuan keolahragaan nasional dan/atau

daerah yang telah memenuhi persyaratan.

2) Penghargaan berbentuk asuransi dapat diberikan dalam bentuk

asuransi/dana pensiun; (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi:

a) menjadi juara tingkat daerah, nasional, dan/atau

internasional; atau

b) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

daerah, nasional, dan/atau internasional; atau

56

c) telah bergabung dalam organisasi keolahragaan nasional

paling singkat 5 (lima) tahun bagi pembina olahraga dan

tenaga keolahragaan.

g. Kewarganegaraan;

1) Penghargaan berbentuk kewarganegaraan Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf g dapat

diberikan oleh Pemerintah kepada olahragawan, pembina

olahraga, dan tenaga keolahragaan warga negara asing yang

berprestasi dan/atau berjasa luar biasa terhadap kemajuan

keolahragaan nasional.

2) Penghargaan bagi olahragawan warga negara asing

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan apabila

menjadi juara I (satu) dalam kejuaraan olahraga tingkat

internasional.

3) Penghargaan bagi pembina olahraga dan tenaga keolahragaan

warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diberikan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi

juara tingkat nasional dan/atau internasional; dan

b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat

memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

nasional dan/atau internasional.

57

4) Pemberian penghargaan warga kehormatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

h. Warga Kehormatan;

1) Penghargaan berbentuk warga kehormatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf h dapat diberikan oleh

Pemerintah kepada olahragawan, pembina olahraga, dan tenaga

keolahragaan warga negara asing yang berprestasi dan/atau

berjasa luar biasa terhadap kemajuan keolahragaan nasional

dan/atau internasional.

2) Penghargaan bagi olahragawan warga negara asing

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan apabila

telah berjasa bagi tim nasional untuk menjadi juara I (satu)

dalam kejuaraan olahraga tingkat internasional.

3) Penghargaan bagi pembina olahraga dan tenaga keolahragaan

warga negara asing sebagimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diberikan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi

juara tingkat internasional; dan/atau;

b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat

memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

internasional.

58

c) Pemberian penghargaan warga kehormatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

i. Jaminan Hari Tua;

1) Penghargaan berbentuk jaminan hari tua sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf i dapat diberikan oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada olahragawan,

pembina olahraga, dan tenaga keolahragaan yang berprestasi

dan/atau berjasa luar biasa terhadap kemajuan keolahragaan

nasional dan telah memenuhi persyaratan.

2) Jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diberikan berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

3) Penghargaan jaminan hari tua bagi olahragawan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan apabila memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a) menjadi juara I internasional;

b) menjadi juara I tingkat nasional sekurang-kurangnya 3

(tiga) kali; atau.

c) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

nasional dan/atau internasional.

59

4) Penghargaan jaminan hari tua bagi pembina olahraga dan

tenaga keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dapat diberikan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi

juara tingkat nasional dan/atau internasional; dan/atau

b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat

memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

nasional dan/atau internasional.

5) Penghargaan jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diberikan sekaligus sesuai dengan kebijakan yang

ditetapkan oleh Menteri.

6) Pemberian jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) menjadi beban dan tanggungjawab pemberi penghargaan.

j. Kesejahteraan;

1) Penghargaan berbentuk kesejahteraan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf j dapat diberikan oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada olahragawan,

pembina olahraga, tenaga keolahragaan dan perseorangan yang

berprestasi dan/atau berjasa terhadap kemajuan keolahragaan

nasional.

2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa:

a) rumah tinggal; atau

60

b) bantuan modal usaha.

3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

diberikan kepada olahragawan apabila memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a) menjadi juara tingkat daerah, nasional dan/atau

internasional; atau

b) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

daerah, nasional dan/atau internasional.

4) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

diberikan kepada pembina olahraga atau tenaga keolahragaan

apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi

juara tingkat nasional dan/atau internasional; dan/atau

b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat

memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat

nasional dan/atau internasional.

5) Untuk tahap awal penghargaan berbentuk kesejahteraan

diberikan kepada olahragawan yang menjadi juara pada pekan

olahraga Olimpiade.

6) Pemberian kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi beban dan tanggungjawab pemberi penghargaan.

61

k. Bentuk Penghargaan Lain

1) Selain bentuk penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

11 sampai dengan Pasal 29, kepada olahragawan, pelatih, dan

asisten pelatih yang berprestasi dan/atau berjasa luar biasa

terhadap kemajuan keolahragaan daerah, nasional dan

internasional dapat diberikan penghargaan dalam bentuk lain

yang bermanfaat.

2) Penghargaan dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat berupa bonus dalam bentuk uang dan/atau

barang.

3) Pemberian penghargaan bentuk lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi beban dan tanggungjawab

pemberi penghargaan.

Sementara di pada Pasal 31 mengenai bentuk penghargaan lainnya, yaitu:

1. Nilai penghargaan berbentuk bonus berupa uang dan/atau barang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) disesuaikan

dengan tanggung jawab, kewenangan, dan peran masing-masing

olahragawan, pelatih, dan asisten pelatih dalam perolehan prestasi atau

kemajuan olahraga yang diraih.

2. Pemberian penghargaan berbentuk bonus berupa uang dan/atau barang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan apabila calon

penerima telah memenuhi persyaratan dan menyerahkan dokumen

pendukungnya.

62

Serta Pasal 32 Penghargaan berbentuk bonus berupa uang dan/atau barang

dapat diberikan Pemerintah kepada olahragawan, pelatih, dan asisten pelatih

olahraga yang berprestasi dan telah memenuhi persyaratan.

Penghargaan sangat erat kaitannya dengan sebuah motivasi. Setiap

atlet memiliki prinsip hidup masing-masing, maka tidak jarang atlet menjadikan

sebuah penghargaan sebagai sebuah motivasi tersendiri. Apapun yang

dilakukan oleh atlet, akan mendapat kepuasan yang berbeda jika hal yang

dilakukan tersebut mendapat tanggapan atau penghargaan dari orang lain. Maka

dapat dijelaskan bahwa penghargaan merupakan salah satu faktor penting yang

mampu mempengaruhi tindakan atau perilaku seorang atlet.

63

BAB IV

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PENGHARGAAN ATLET

BERPRESTASI : UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2005

TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL

PASAL 86 AYAT 1-4

A. Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 Landasan Konstitusi Lahirnya

UU No. 3 Tahun 2005

1. Undang-Undang Sebagai Konstitusi dan Kebijakan Politik

Konstitusi menurut K. C. Wheare adalah seseluruhan sistem ketatanegaraan

suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang berbentuk dokumen, dan

dokumen tersebut membentuk, mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu

negara. Pada dasarnya memang ada korelasi antara konstitusi dengan penetintahan

dalam suatu negara. Konstitusi sebagai “charter of nation” ataupun sebagai asas

dan norma, memuat ketentuan-ketentuan mengenai bentuk bagian luar dan bagian

dalam organisasi negara (outer and inner frame of the state organization).86

Dalam konteks ini konstitusi yang mengatur dalam Sistem keolahragaan

Nasional adalah Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. UU itu adalah sebuah

dokumen yang memuat peraturan tentang keolahragaan yang mengatur bagaimana

pemerintah harus memberikan hak kepada masyarakat (pelaku olahraga) dan

masyarakat pun juga layak mendapatnya haknya sesuai ketentuan yang berlaku

pada Sistem Keolahragaan Nasional ini.

86Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, “Memahami Konstitusi, Makna dan Aktualisasi”,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 55.

64

B. Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Sebagai Kebijakan Politik

J. Barents dalam Leo Agustino politik (ilmu politik) adalah ilmu yang

mengkaji suatu negara, serta negara tersebut menjalankan tugasnya yang terdiri

dari kehidupan masyarakat.87 Ilmu politik tidak akan pernah lepas dari persoalan

pengambilan keputusan. Karena pengambilan keputusan merupakan hal yang

inheren dalam ilmu politik. Setiap kali kepala pemerintahan menyelesaikan

rapatnya, atau kepala daerah melakukan kordinasi, atau bahkan setelah para

anggota parlemen melakukan pertemuan Paripurna, ataupun apapun kegiatan

politik dilakukan selalu ada hal-hal yang harus ditetapkan melalui keputusan

politik.88

Keputusan politik ini merupakan sebuah kebijakan publik. Kebijakan Publik

yang di tawarkan Carl Friedrich pada Leo Agustino yang mengatakan kebijakan

publik adalah kumpulan sikap atau yang diajukan oleh individu, kelompok, atau

pemerintah dalam suatu keadaan tertentu yang terdapat rintangan dan kesempatan

dimana kebijakan tersebut diajukan agar pemerintah mampu mendapatkan hasil

yang diinginkan.. Sementara kebijakan publik dengan istilah kebijaksanaan atau

kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan

keputusan pemerintah, karena pemerintah yang memiliki kekuasaan untuk

mengatur masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan bersama.

pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan

masyarakat, dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan

87Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik; Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik ,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 6. 88Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik. 157.

65

dengan pengertian publik itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti

pemerintah, masyarakat atau umum.89

Dari kedua definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa politik dan

kebijakan publik diibaratkan sebagai dua sisi keping mata uang yang tidak bisa

dipisahkan. Memahami makna ini dapat ditinjau dari sisi definisi keduanya. Dari

masing-masing definisi dapat dilihat keterkaitan antara keduanya, yaitu kebijakan

publik lah yang dibutuhkan untuk melihat keiikutsertaan pemerintah untuk

menyelesaikan permasalahan sosial, baik berupa tindakan ataupun bukan

tindakan. Untuk melindungi kebijakan yang telah diputuskan bersama, pemerintah

memerlukan suatu ilmu yaitu politik. Politik juga merupakan suatu ilmu yang

mengesahkan kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan

sosial. Politik dan kebijakan ialah suatu sistem untuk menata kehidupan sosial

yang memerlukan keterkaitan dari berbagai pihak dalam mengambil keputusan.

Penjelasan Leo Agustino diatas, bahwa pengambilan keputusan adalah

bagian dari politik, keputusan yang diambil oleh pemerintah adalah sebuah

kebijakan politik. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 3 tahun 2005 ini yang

diputuskan pada tahun 2005 itu merupakan sebuah kebijakan politik.

Salah satu kebijakan politik yang dibuat pada Tahun 2005 dan merupakan

tahun yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya insan olahraga, karena

pada tahun itu telah berhasil disahkan sebuah landasan hukum untuk kegiatan

keolahragaan, yakni Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

89Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Press, 2005), 29.

66

Keolahragaan Nasional (SKN). Kekuatan kebijakan olahraga dapat dituangkan ke

dalam Deklarasi Yogyakarta 2004 oleh Kemenpora dan UU No. 3 Tahun 2005

tentang Sistem Keolahragaan Nasional/SKN dalam fungsinya yang menyatakan

bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematik untuk mendorong,

membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.90

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional (SKN) sebagai sebuah kebijakan politik yang diambil oleh pemangku

kepentingan, dalam hal ini Kemenpora RI, keolahragaan nasional bertujuan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas

manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,

mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh

ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.91

Pada pasal 13 Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional mengatur

secara tegas mengenai hak dan kewajiban serta kewenangan dan tanggung jawab

semua pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat) serta

koordinasi yang sinergis secara vertikal antara pusat dan daerah dan secara

horizontal antara lembaga terkait baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat

daerah dalam rangka pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan

90Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 3, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional

[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada

25 november 2017. 91Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 4, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada

25 november 2017.

67

nasional.92 Dan yang menarik bagi penulis sendiri dari UU No. 3 Tahun 2005

tersebut adalah di dalam salah satu pasalnya mengatur tentang kesejahteraan atlet

dan para mantan atlet, yaitu pasal 86 ayat 1- 4 yang berbunyi:93

1. Setiap pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga

pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau

berjasa dalam memajukan olahraga diberi penghargaan.

2. Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah, organisasi olahraga, organisasi

lain, dan/atau perseorangan.

3. Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa,

asuransi, pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda

kehormatan, kewarganegaraan, warga kehormatan, jaminan hari

tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat

bagi penerima penghargaan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan dan

bentuk penghargaan serta pelaksanaan pemberian penghargaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur

dengan Peraturan Presiden.

Kebijakan diambil oleh pemerintah dalam hal ini Kemenpora RI dengan

mengeluarkan UU No. 3 Tahun 2005 menjadi sebuah pengharapan bagi para atlet

dan mantan atlet agar dapat direalisasikan ke tengah masyarakat.

92Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 13, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada

25 november 2017. 93Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 86, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada

25 november 2017.

68

Sebelum menjelaskan tentang bagaimana realisasi kebijakan politik tersebut

(UU No. 3 tahun 2005), penulis menjelaskan implementasi kebijakan tersebut

(UU No. 3 tahun 2005 pasal 86) berikut ini.

C. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005

Di dalam penjelasan bagian ini, penulis menggunakan teori kebijakan yang

dikemukakan Merilee S. Grindle (1980), karena hasil tinjauan penulis dari

beberapa wawancara dan berbagai macam narasumber, teori Merilee S. Grindle

yang sangat berkaitan dengan penelitian ini. Menurutnya Merilee S. Grindle

keberhasilan implementasi di pengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu Isi

Kebijakan dan Lingkungan Implementasi.

1. Isi Kebijakan

a. Aspirasi Atlet

Hakekat kebijakan merupakan sebuah landasan yang harus dijalankan

dengan baik, dan juga dari kebijakan tersebut apakah sudah berjalan dengan

seharusnya atau sebaliknya kebijakan tersebut tidak berjalan dengan sesuai

keinginan. Baik keinginan untuk memajukan pemerintahan maupun sebuah

keinginan/aspirasi dari masyarakat itu sendiri. Aspirasi adalah tujuan dan harapan

untuk memperoleh kesuksesan pada suatu hari nanti.94 Apirasi rakyat merupakan

pikiran/pendapat rakyat mengenai suatu hal ditujunya. Dan rakyat merupakan hal

penting dalam sebuah negara, oleh karena itu aspirasi rakyat pun menjadi peran

yang penting berjalan sebuah kebijakan publik.

94Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia di https://kbbi.web.id/aspirasi diakses tanggal

16 desember 2017.

69

Dalam konteks undang-undang ini, kebijakan tersebut lebih terfokus

terhadap sejauh mana aspirasi para atlet atau mantan atlet terpenuhi. Pasalnya di

dalam UU no 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional ini ditunjukkan

untuk membuat bidang olahraga lebik baik dan maju serta mensejahterakan atlet,

baik atlet yang masih aktif maupun yang sudah pensiun menjadi seorang atlet.

Apakah Undang-Undang tersebut sudah membawa aspirasi para atlet (atlet aktif

dan yang sudah pensiun), berikut jawabannya dari hasil wawancara penulis:

Sudah memuat keinginan dan aspirasi para atlet, hanya terkadang

kebijakan-kebiajakan tersebut berjalan lambat dikarenakan adanya

beberapa tahap yang harus dijalani seperti di organisasi-organisasi,

karena kan dari kemenpora harus masuk kebagian masing-masing

terkadang ada sendatan-sendatan di tahap-tahap tersebut. Seperti

pengangkatan PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan juga biasanya

tentang kesejahteraan kami sebagai atlet tentang pendanaan, seperti

itu.95

Dari kutipan diatas menunjukan bahwa, Undang-Undang No. 3 Tahun

2005 itu sebenarnya sudah mengakomodir aspirasi dari para atlet khususnya

tentang kesejahteraan, yaitu yang terdapat pada pasal 86 ayat 3 yang berbunyi:

Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa,

asuransi, pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda

kehormatan, kewarganegaraan, warga kehormatan, jaminan hari

tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat

bagi penerima penghargaan”.

Walaupun sudah tersalurkan atau terakomodir di dalam Undang-Undang

No. 3 Tahun 2005 tersebut tentang penghargaan para atlet, tetapi kenyataannya

realisasinya yang berjalan dengan lambat. Kenapa lambat, karena banyak

prosedurnya yang berbelit-belit dan harus melalui tahapan-tahapan yang dapat

95Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor Ragunan,

18 januari 2018.

70

dikatakan berjalan dengan lama/lambat. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 3

Tahun 2005 dapat dianggap belum berjalan efektif.

Ternyata masalah aspirasi juga dikatakan Irawati Moried bahwa

sebenarnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 sudah memuat aspirasi para atlet,

tetapi jaminan kepastiannya terutama dalam pemberian penghargaan kepada para

mantan atlet itu yang belum direalisasikan dengan baik. Berikut kutipannya:

Memuat aspirasi sudah, untuk sebagai tambahannya di butuhkan

jaminan kepastian pemeberian penghargaan kepada mantan atlet

agar kebutuhan di hari tua setelah pensiun menjadi atlet terpenuhi

dengan baik dan terjamin.96

Apa yang dikatakan oleh Irawati Moried hampir sama dengan apa yang

dikatakan oleh Maria Londa (atlet yang masih aktif) bahwa dalam konsep atau

didalam Undang-Undang itu sebenarnya sudah ideal, yaitu memeberikan

penghargaan dan kesejahteraan yang diinginkan oleh para atlet dan mantan atlet.

Namun yang perlu di pertanyakan justru adalah realisasinya tersebut untuk yang

para atlet dan mantan atlet yang belum bisa dirasakan. Oleh karena itu, Undang-

Undang tersebut masih perlu dipertanyakan sejauh mana realisasinya bagi para

atlet dan mantan atlet. Para atlet dan mantan atlet itu adalah pahlawan negara, dia

yang meperjuangkan nama Indonesia untuk bertanding diluar negeri agar dapat

mengibarkan bendera di luar Indonesia di luar selain kehadiran Presiden ke negara

lain. Oleh karena itu, atlet sebagai pahlawan perlu mendapat perhatian khusus

kesejahteraannya dari pemerintah.

96Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP Fatmawati,

Jakarta, 2 januari 2018.

71

Kurangnya perhatian terhadap pemberian penghargaan para mantan atlet,

justru menurunkan semangat para mantan atlet yang aktif untuk berjuang

membela negara demi mengharumkan nama bangsa di mancagera. Selain itu

bentuk penghargaan juga merupakan salah satu bentuk motivasi terhadap generasi

muda agar bisa menjadi seoarang atlet profesional, bahwasannya mainset menjadi

seoarang atlet tidaklah buruk atau ada jaminan dimasa tuanya. Jadi pengharagaan

dikala akhir menjadi seorang atlet menumbuhkan rasa percaya diri bahwa menjadi

seorang atlet adalah hal yang sangat menjanjikan dan terjamin untuk kehidupan di

masa pensiun menjadi seorang atlet.

b. Manfaat dan Tujuan UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Bagi Atlet

Sebuah kebijakan yang dibuat, harus memberikan manfaat bagi objek yang

terdapat di dalam Undang-Undang tersebut demikian pula Undang-Undang No. 3

Tahun 2005 harus dapat memberikan manfaat bagi para mantan atlet dan atlet

aktif. Karena Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 ini berisi tentang sebuah

pemghargaan atau sebuah kesejahteraan bagi para mantan atlet dan atlet aktif.

Hanya persoalannya ditataran implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005

ini belum di implementasikan secara efektif. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh

salah seorang mantan atlet:

Semenjak andanya Undang-Undang tersebut untuk uang saku,

kelengkapan kami dilapangan sudah sangat-sangat baik dan juga

tidak terhambat seperti dulu bisa berbulan-bulan tidak

mendapatkan uang saku. Sedangkan berberapa tahun belakangan

ini semuanya berjalan dengan baik.97

97Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor Ragunan,

18 januari 2018.

72

Dari hasil wawancara di atas, ternyata maanfaat yang dirasakan oleh atlet

yang masih aktif sangat dirasakan. Adanya UU. No. 3 Tahun 2005 telah

memberikan penghargaan bentuk lain seperti uang saku terhadap atlet. Hal ini

juga merupakan bentuk apreasiasi pemerintah terhadap seorang atlet. Selain itu,

mantan atlet juga mendapat beasiswa pendidikan. Hal ini disampaikan oleh

seorang mantan atlet:

Di akhir masa saya sebagai atlet, setelah saya pensiun saya

mendapatkan beasiswa dalam bentuk pendidikan kuliah S1 dan

mendapatkan renovasi rumah, itu bentu penghargaan yang saya

rasakan.98

Dari hasil wawancara diatas, ternyata manfaat yang dirasakan bukan hanya

oleh para atlet yang masih aktif dan mantan atlet tidak hanya dalam bentuk materi

(uang) tetapi juga peningkatan pendidikan yang dirasakan Ema Tapahari. Selain

itu, Ema Tapahari juga dapat merenovasi rumah sebagai Implikasi dari

penhargaan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Undang-Undang

No. 3 Tahun 2005 telah memberikan manfaat yang cukup kepada para mantan

atlet dan atlet aktif. Selainitu pemerintah juga membuka peluang kepada para

mantan atlet untuk menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan bonus lainnya,

berikut kutipannya:

Sudah membuka para mantan atlet untuk menjadi PNS (Pegawai

Negeri Sipil) dan mantan atlet diberikan bonus atas prestasi yang di

raihnya walaupun dengan regulasi yang harus di penuhi.99

98Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31

januari 2018. 99Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP Fatmawati,

Jakarta, 2 januari 2018.

73

Dari hasil wawancara diatas, menunjukanbahwa Undang-Undang No. 3

Tahun 2005 telah meberikan manfaat terhadap mantan atlet pemberian bonus

dan fasilitas untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Meskipun pemerintah

memberikan jaminan mantan atlet yang berprestasi sebagai PNS, tetapi tidak

semua yang mendaftar dapat lolos atau diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil

(PNS). Oleh karena itu mantan Atlet bisa menjadi PNS jika dia tidak memenuhi

regulasi yang sudah di tetapkan sesuai kriteria. Dan tampaknya Undang-Undang

No. 3 Tahun 2005 sudah memberikan manfaat bagi atlet aktif dan para mantan

atlet, meskipun tidak sebanyak yang diharapkan oleh para mantan atlet dan atlet

yang aktif.

Selain manfaat perumusan UU No. 3 Tahun 2005 juga mempunyai tujuan

yang tertera Pada pasal 4 dijelaskan tujuan dari UU No. 3 tahun 2005, pasal itu

berbunyi:

Tujuan dari sitem keolahragaan nasional adalah memelihara dan

meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,

menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,

mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,

memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat,

martabat, dan kehormatan bangsa.100

Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa tujuan tersebut meningkatkan

kualtas manusia, menanam nilai moral dan memperkukuh ketahanan nasional

serta kehormatan bangsa. Oleh karena itu, Pemerintah dan pemerintah daerah

wajib melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan

100Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 4, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

74

kewenangan dan tanggungjawabnya masing-masing. Pembinaan dan

pengembangan keolahragaan tersebut dapat dilaksanakan melalui tahap

pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan

peningkatan prestasi. Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan

melalui jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang berbasis pada

pengembangan olahraga untuk semua orang yang berlangsung sepanjang hayat.101

Selain membangun atlet dengan membina dan mengembangkan prestasi

olahraganya, pemerintah juga harus mengapresiasikan seorang atlet dengan cara

mensejahterakan kehidupannya, baik atlet yang masih aktif maupun sudah

pensiun.

Piet Mellu mengatakan bahwa, tujuan Undang No. 3 Tahun 2005 tersebut

adalah untuk memberikan apresiasi pemerintah terhadap atlet-atlet yang sudah

beprestasi baik atlet yang masih aktif maupun mantan atlet, berikut hasil

wawancara yang Piet Mellu katakan:

Tujuan sitem keolahragaan nasional adalah pemerintah hadir untuk

memberikan apresiasi kepada atlet yang udah benar-benar

mengabdikan keahlian mereka dan untuk mengibarkan bendera

merah putih di mancanegara, jadi mereka udah mewakili negara

untuk memperoleh medali untuk negara maka kita berikan

apresiasi tujuannya itu saja dari jiwa atau hakekat dari pasal 86.102

Hasil kutipan wawancara diatas, menunjukkan bahwa pemerintah pusat

komitmen mensejahterkan seorang atlet baik yang masih aktif maupun sudah

101Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 21, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017. 102Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi

Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.

75

pensiun sebagai atlet. Yang terpenti adalah pemerintah dapat meralisasikan tujuan

tersebut, karena sebuah negara dapat dipandang oleh negara lain bukan hanya

sebagai negara maju dengan perkembangan ekonominya saja, tetapi negara juga

dipandang oleh negara lain karena berhasil menciptakan seorang atlet menjuarai

suatau kejuaran di tingkat internasioanal dan disitulah seoarang atlet dapat

menghadirkan lagu Indonesia raya dan mengibarkan bendera merah putih di

negara orang lain. Oleh karena itu, bentuk apresiasi dangat diperlukan sehingga

dapat membangun seorang atlet agar termotivasi untuk meraih sebuah prestasi

untuk negara.

c. Kejelasan UU No. 3 Tahun 2005

Banyak undang-undang yang dibuat itu isinya belum jelas dipahami oleh

penguna tetapi tampakya undang-undang no. 3 tahun 2005 ini telah jelas dipahami

berikut menurut Ema Tapahari:103

Pemerintah sudah menjalankan kebijakan yang tercantum pada

undang-undang no. 3 tahun 2005 pasal 86. Jadi menurut saya

pemerintah sangat cukup memperhatikan atlet-atlet d era 79 dan

80an. Saya cukup bangga apa yang telah diberikan oleh pemerintah

terhadap saya, dan saya sudah rasakan di dalam hidup.

Tetapi biasanya selain undang-undang secara detail itu diatur oleh

Peraturan Presiden, Peraturan Menteri atau Peraturan Kepala Daerah. Untuk

Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 ini telah diatur dan di dukung oleh Peraturan

Presiden nomor 44 Tahun 2014 tentang Pemberian Penghargaan Olahraga dan

Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga nomor 1684 tahun 2015 tentang

103Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31

januari 2018.

76

Persyaratan Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina

Olahraga, Tenaga Keolahragaan dan Organisasi Olahraga, sehingga

pengguna/pelaksana atau badan yang memiliki fungsi untuk melaksanakan

undang-undang tersebut lebih paham dan lebih mudah untuk melaksankan itu dan

mengeksekusinya ditataran praktis. Berikut isi Peraturan Presiden dan Peraturan

Menteri

Pada Peraturan Presiden Bab III Bentuk Penghargaan Pasal 3 (1)

dijelaskan, Penghargaan olahraga yang dapat diberikan kepada pelaku olahraga,

organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang

berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga berbentuk:Penghargaan

olahraga yang dapat diberikan kepada pelaku olahraga, organisasi olahraga,

lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa

dalam memajukan olahraga berbentuk: a. tanda kehormatan; b. kemudahan; c.

beasiswa; d. pekerjaan; e. kenaikan pangkat luar biasa; f. asuransi; g.

kewarganegaraan; h. warga kehormatan; i. jaminan hari tua; j. kesejahteraan; atau

k. bentuk penghargaan lain. (2) Bentuk penghargaan olahraga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan prestasi dan jasa yang

bersangkutan.104

Peraturan Presiden Bab V Pelaksanaan Pemberian Penghargaan Pasal 17

dijelaskan tentang Pemberian Penghargaan Olahraga, Pelaksana Pemberian

104Peraturan Presiden Bab III Bentuk Penghargaan Pasa l 3. Tentang Pemberian

Penghargaan. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/parent/lt53b51b225c966

diunduh pada 25 november 2017.

77

Penghargaan, serta Ketentuan Pemberian Penghargaan. Pemberian penghargaan

olahraga dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah pada

peringatan: (a) Hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia; (b)

Hari olahraga nasional; (c) Hari besar nasional; (d) Hari ulang tahun lahirnya

lembaga negara; (e) Hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah; dan (f) Hari

ulang tahun lahirnya provinsi dan kabupaten/kota. Pemberian penghargaanHari

ulang tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta saat pekan dan kejuaraan

olahraga dan Acara resmi lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan

pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (a) sampai dengan ayat

(c) diatur dengan Peraturan Menteri.105

Untuk Peraturan Menteri terlihat pada Bab III tentang Pemberian dan

Penerima, Nilai dan Bentuk Penghargaan sudah termuat pada Pasal 5, Pasal 6,

Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37.

Pasal 5 yaitu tentang penghargaan, bahwa penghargaan olahraga itu tidak

hanya pemerintah pusat tetapi pemerintah daerah, organisasi olahraga, organisasi

lain, dan/atau perseorangan juga dapat memberikan sebuah penghargaan. Yang

kedua adalah penghargaan olahraga itu dapat diberikan pada setiap pelaku

105Peraturan Presiden Bab V Bentuk Penghargaan Pasal 7. Tentang Pemberian

Penghargaan. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/parent/lt53b51b225c966

diunduh pada 25 november 2017.

78

olahraga dan pelaku olahraga itu bisa dikatakan organisasinya/lembaganya dan

dapat juga perseorangan yang memajukan olahraga.106

Pasal 6 memuat tentang penghargaan olahraga yang diberikan pemerintah

itu kepada pelaku olahraga yang berprestasi baik regional maupun internasioanl,

baik dari ajang tunggal maupun multi ajang. Bahwa penghargaan olahraga itu

diberikan harus berdasarkan Keputusan Menteri.107

Pasal 7 berisi tentang Pemerintah Provinsi dapat berkoordinasi dengan

Pemerintah Pusat untuk memberikan penghargaan olahraga kepada pelaku

olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang

berprestasi dan/atau berjasa pada kejuaraan olahraga tingkat provinsi nasional

baik ajang tunggal maupun multi ajang. Penghargaan tersebut harus disertai

dengan syarat Keputusan Gubernur yang bersangkutan.108

Pada Pasal 8, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan

Pemerintah Daerah Provinsi dapat memberikan penghargaan olahraga kepada

pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan

106Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga BabIII Pasal 5. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga

Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017. 107Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga BabIII Pasal 6. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga

Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017. 108Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga BabIII Pasal 7. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga

Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

79

perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa pada kejuaraan olahraga tingkat

provinsi baik ajang tunggal maupun multi ajang. Bahwa penghargaan olahraga itu

diberikan harus berdasarkan Keputusan Bupati/Walikota.109

Pada Pasal 9 bahwa Organisasi olahraga, organisasi lain, dan/atau

perseorangan dapat memberikan penghargaan olahraga kepada pelaku olahraga,

organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang

berprestasi dan/atau berjasa pada kejuaraan/pekan olahraga tingkat

kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, tingkat regional, dan tingkat

internasional. Penghargaan olahraga yang diberikan harus berkoordinasi dengan

Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, dan/atau Pemerintah Pusat.

Peraturan Menteri Bab V Penghargaan Kepada Organisasi Olahraga Dan

Pemerintah Daerah termuat dalam Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37.

Pasal 35 memuat tentang Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat memberikan penghargaan olahraga

kepada organisasi olahraga yang berjasa dalam memajukan olahraga pada tingkat

daerah, nasional, dan internasional. Penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk

bantuan pembinaan keolahragaan di daerah. Dan Pemberian penghargaan

berbentuk bantuan dana pembinaan keolahragaan sebagaimana diberikan setelah

109Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 8. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga

Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

80

berkoordinasi dengan KOI, KONI, dan/atau Pemerintah Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota.110

Pada Pasal 36, Pemerintah dapat memberikan penghargaan olahraga

kepada pemerintah daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota yang berjasa

dalam memajukan olahraga pada tingkat nasional dan internasional. Penghargaan

yang diberikan dalam bentuk bantuan dana koordinasi dan pembinaan

keolahragaan di daerah tersebut diberikan setelah berkoordinasi dengan KOI dan

KON.111

Dan pada Pasal 37 memuat tentang Nilai uang dan/atau nilai barang yang

diberikan sebagai penghargaan olahraga disesuaikan dengan kemampuan

keuangan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.Dalam merencanakan

pendanaan untuk penghargaan olahraga dalam bentuk uang dan/atau barang

Pemerintah Pusat dapat berkoordinasi dengan pemerintah daerah provinsi, dan

pemerintah daerah kabupaten/kota.

Hal itu menujukkan bahwa sangat jelas apa yang dikatakan dan apa yang

tertulis dalam peraturan tersebut sehingga para atlet dan mantan atlet dapatkan.

110Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 35. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga

Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017. 111Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 36. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga

Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

81

2. Lingkungang Implementasi

Lingkungan implementasi memperkenalkan model implementasi sebagai

proses politik. Model tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh beragam aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh

baik materi program yang telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat

keputusan dalam konteks politik. Proses politik dapat terlihat melalui proses

pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai aktor pengambilan kebijakan.

Di dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2005 merupakan sebuah Undang-

Undang yang melibatkan sebuah aktor yang diantaranya Menpora, Lembaga

Swasta Serta Masyarakat. Aktor-aktor tersebut berperan penting tehadap

tercapainya realisasi sebuah Undang-Undang yang ditunjukan kepada paea atlet

dan mantan altet.

a. Keterlibatan Aktor Dalam Kebijakan

Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan pula kekuatan atau

kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang terlibat

guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal

ini tidak diperhitungkan dengan matang, sangat besar kemungkinan program yang

hendak diimplementasikan akan jauh hasilnya dari yang diharapkan. Peran aktor

sangat penting untuk menentukan suatu kebijakan berjalan dengan baik, karena

dari hal itulah implementasi kebijakan dapat terealisasi.

Keterlibatan aktor ini dijelaskan oleh Yusuf Suparman Kepala Bidang

Humas Menpora, yang salah satunya merumuskan sebuah UU No. 3 Tahun 2005

82

tersebut adalah pelaku olahraga itu sendiri, berikut wawancara dengan Yusuf

Suparman:112

Pelaku olahraga jelas merekomnadasikan undang – undang dan

pembentukan peraturan perundang-undangan, kan didalam

penyusunan itu ada tahap namanya konsultasi publik, serap

aspirasi, jejaring konsultasi. Hal – hal inilah untuk memperkuat

bagaimana muatan materi karena mereka akan tau mereka sebagai

subjek yang akan diatur, contoh penghargaan olahraga, bagaimana

cara pembianaan, bagaimana tanggungjawab pemerintah,

bagaimana hubungannya dengan induk organisasi, ya kita

dengarkan pendapat syarat dan masukan dari mereka hal itulah

yang menjadi bahan penguatan sistem kewargaan nasional. Mantan

pelaku olahraga contoh pak icuk sugianto, kita dengar bagaimana

pendapat meraih prestasi dicabang bulu tangkis, itu termasuk dan

penyusunnya dulu mantan- mantan olimpiade juga. Dulu ada pak

icuk, kamil husni, setia darma majid, ada atlet basket, ada beberapa

ketokohan yang cukup signifikan, akademisinya dulu dari unesa,

dari upi.

Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa keterlibatan aktor dalam

pembentukan kebijakan ini tidak lepas dari pelaku olahraga itu sendiri. Pelaku

olahraga itu sendiri terbentuk dari beberapa mantan Olimpian serta akademisi

yang berhasil merumuskan UU No. 3 Tahun 2005. Yang hasilnya tersebut

melalui beberapa proses bahkan waktu untuk merumuskannya.

Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi Kemitraan dan

Penghargaan Olahraga Piet Mellu mengatakan didalam Undang-Undang No. 3

Tahun 2005 ini mempunya aktor penting dalam menjalankan kebijakan tersebut,

yakni Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) yang merupakan liding sektor

dari Undang-Undang tesebut.

112Wawancara dengan Yusuf Suparman Kepala Bidang Humas Menpora Gedung

Kemenpora, Jakarta, 19 September 2018.

83

Oh iya undang-undang itu sebenernya liding sektornya adalah

menpora. UU No. 3 tahun 2005 SKN (sistem keolahragaan

nasional) itu yang menyusun adalah menpora, pada jaman 2005

jaman pak Adhiyaksa Dault.113

Dari penjelasan tersebut yang mempunyai kewenangan penuh dalam

menjalakan UU No. 3 tahun 2005 adalah Menpora. Oleh karena itu, segala

perincian mengenai undang-undang tersebut menpora yang lebih mengetahuinya.

Selain pemerintah sendiri yang dapat mengatur UU No. 3 tahun 2005 ada aktor

lain yang juga mempunya peran untuk menjalankan undang-undang tersebut

diantaranya lembaga swasta dan masyarakat, berikut hasil wawancaranya:

Intinya gini untuk tanggung jawab pembinaan keolahragaan itu

sebenarnya ada pemerintah, lembaga swasta, bisa masyarakat itu

ada 3 pihak yang bertanggung jawab. Ya selama ini kan yang

dilihat, yang banyak mengambil peran adalah pemerintahan tapi

sebetulnya banyak masyarakat juga terlibat. Misalnya begini, di

olimpic atau di PON itu banyak perusahaan-perusahaan investor

swasta/perorangan itu yang memberikan bonus memberikan

apresiasi bukan pemerintah saja, dan diantara itu pemerintah juga

punya peran. Jadi ada 3 pihak yang ikut berperan memperhatikan

atlet.114

Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa selain pemerintah ada

pihak lain yang ikut serta berperan dalam menjalankan UU No. 3 tahun 2005

tersebut dan mempunyai masing-masing peran. Dimana peran lembaga

swasta/perusahaan-perusahaan swasta serta masyarakat pun juga dapat

memberikan apresiasi terhadap atlet dan mantan atlet. Apresiasi tersebut tidak

lepas dari aktor yang berperan menjalankan kebijakan tersebut. Oleh karena itu

113Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi

Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018. 114Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi

Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.

84

Menpora dan aktor lainnya juga dituntut bekerjasama untuk mensejahterakan atlet

dan mantan atlet yang telah berprestasi.

b. Perhatian Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Kebijakan

Sebagaimana dikatakan bahwa atlet adalah seoarang pahlawan karena

salah satu/kelompok orang yang dapat mengibarkan bendera di negara orang lain

adalah atlet, oleh karena itu atlet dianggap seorang pahlawan. Oleh karena itu atlet

perlu mendapat perhatian dari pemerintah, dan salah satu perhatian pemerintah

terhadap kesejahteraan atlet adalah pembentukan Undang-Undang No. 3 Tahun

2005 yang di bahas dalam skripsi ini. Saat ini pemerintah sudah

mengimplementasikan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tetapi pada bagian ini

penulis ingin menjelaskan secara detail bagaimana perhatian pemerintah terhadap

pelaksanaan kebijakan tersebut.

Bentuk perhatian pemerintah terhadap atlet tidak lepas dari

pembentukannya sebuah Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Dengan adanya

Undang-Undang tersebut merupakan sebuah bentuk perhatian pemerintah

terhadap para atlet dan mantan atlet yang berprestasi. Hal itu menunjukkan

pemerintah serius akan adanya kebangkitan prestasi olahraga untuk Indonesia

sendiri di mata dunia olahraga. Dengan mendukung pembuatan kebijakan tersebut

sehingga menjadi formulasi-formulasi sehingga menjadi undang-undang sudah

mengamanahkan kebijakan tersebut kepada menpora untuk mengambil keputusan

dalam kebijakan tersebut. Berikut beberapa langkah yang telah pemerintah

lakukan terhadap kebijakan tersebut, Piet Mellu mengakatakan:

85

Pemberian terhadap legenda olahraga itu juga perhatian pemerintah

kepada mantan atlet walaupun belum seluruhnya karena banyak

sekali mantan atlet yang baru tersisir baru 320, dari 320 kita batasi

dengan mendali asian games dan 3 kali emas seagames yang kita

berikan.115

Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah telah

memberi perhatian dengan melaksanakan kewajiban menjalankan Undang-

Undang No. 3 Tahun 2005 diantaranya menyisir atlet-atlet berprestasi yang telah

mengharumkan nama bangsa Indonesia di negara lain, baik atlet yang masih aktif

maupun yang sudah pensiun. Selain itu, Menteri Pemuda dan Olahraga

(MENPORA) Imam Nahrawi juga memberikan penghargaan terhadap atlet

melalui acara Hari Olahraga Nasional (Haornas) diselenggarakan pada tanggal 9

september 2017 yang digelar di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, Jawa

Tengah.116

Dan atlet yang mendapatkan penghargaan pada acara puncak Haornas ke-

34 tersebut adalah Denny Tios, peraih medali emas Kejuaraan Dunia angkat besi

pada 1991 dan 1992 serta Kejuaraan Asia 1990.Selain itu, ada penghargaan untuk

peraih medali emas ASEAN Schools Games 2017 Idan Fauzan Richsan, peraih

medali emas SEA Games ke-26 tahun 2011 Siti Nurhayati Alil, peraih emas SEA

Games ke-27 tahun 2013 Christin Rajagukguk dan pelari dengan beragam prestasi

international Dedeh Erawati. Dan pemerintah juga memberikan penghargaan

kepada tokoh olahraga nasional seperti Tan Joe Hok, Liem Swie King, Boedi Sidi

115Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi

Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018. 116Kompas.com, “haornas 2017 momentum untuk raih kejayaan olahraga indonesia.”

https://olahraga.kompas.com/read/2017/09/10/12520391/haornas-2017-momentum-untuk-raih-

kejayaan-olahraga-indonesia diunduh tanggal 15 Maret 2018.

86

Darma, Ronny Pasla dan Sani Tawainella. Kemudian, apresiasi juga ditujukan

kepada perusahaan dan 49 media yang dianggap peduli olahraga.117

Selain pemberian penghargaan pada acara Haornas, baru-baru ini

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI memberikan penghargaan

terhadap para mantan atlet yang telah menjadi legenda di Indonesia. Penghargaan

tersebut diberikan pada malam puncak penganugerahan legenda indonesia di

Bidakara Hotel, Jakarta, Rabu (13/12/2017).118

Penghargaan tersebut diberikan kepada 286 Orang Legenda Olahraga

Indonesia Memperoleh Penghargaan dari Pemerintah. Sejumlah legenda yang

menerima penghargaan ini diataranya, Mardi Lestari, Supriyati Sutono, Ade Rai,

Rudi Hartono, Christian Hadinata, Lim Swie King, Verawaty Fajrin, Icuk

Sugiarto, Alan Budikusuma, Edi Manopo, Hengky Lasut, Feri Pantau, Nur

Fitriyana, Lilis Handayani, Elfira Nasution, Jonathan Sianturi, Yayuk Basuki,

Yohanes Auri, Robi Darwis, Oka Sulaksana, Yustedjo Tarik, dan atlet atlet

legenda olahraga lainnya yang berasal dari 26 cabang olahraga yaitu: Anggar (3),

Atletik (12), Angkat Besi (6), Bina Raga (2), Bulutangkis (44), Balap Sepeda (5),

Basket (4), Bridge (7), Catur (2), Dayung (17), Judo (12), Karate (8), Menembak

(3), Pencak Silat (21), Panahan (4), Renang (7), Sepakbola (54), Selancar (1),

117Republika.co.id, “haornas kampanyekan persatuan bangsa dan penghargaan atlet.”

http://republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/17/09/09/ow0pyx428-haornas-kampanyekan-

persatuan-bangsa-dan-penghargaan-atlet diakses tanggal 20 Maret 2018. 118kompas.com, “penghargaan buat legenda olahraga.”

https://olahraga.kompas.com/read/2017/12/13/16082671/penghargaan-buat-legenda-olahraga

diakses tanggal 20 Maret 2018.

87

Senam (4), Sepak Takraw (2), Tenis (11), Tenis Meja (11), Tinju (6), Voli (36),

Paralimpik (2) dan Pebalap (2).119

Penghargaan-penghargaan tersebut merupakan bentuk realisasi pemerintah

terhadap Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Walaupun sudah berjalan, akan

tetapi masih banyak atlet yang belum terdaftar sebagai penerima sebuah

penghargaan. Oleh karena itu pemerintah dituntut serius dalam mengelola sebuah

penghargaan terhadap atlet yang telah berprestasi khususnya atlet yang sudah

pesiun dan tidak aktif lagi menjadi seorang atlet.

c. Respon Atlet Terhadap Kebijakan

Realisasi sebuah kebijakan dapat diukur dari seberapa jauh kebijakan

tersebut terpenuhi oleh masyarakat yang ditujunya. Noah Meriem salah satu

mantan atlet sepakbola yang pernah berjaya era 70-an berkata:

Mungkin dengan presiden Joko Widodo sekarang mantan atlet baru

bisa mendapat sebuah penghargaan termasuk saya, dari sekian

lama berganti jabatan seorang presiden dan ini pertama kali saya

mendapat penghargaan.120

Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah telah

memperhatikan dengan melaksanakan kewajiban yang diamanahkan oleh

Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Bahwa kepuasan seorang mantan atlet

terhadap pemerintah saat ini yang merupakan bentuk respon yang dirasakan oleh

Noah Meriem, karena dari pemerintahan sebelum-sebelumnya Noah Meriem tidak

119presidenri.go.id, “286 orang legenda olahraga indonesia memperoleh penghargaan

pemerintah.” http://presidenri.go.id/info-kementrian-lembaga/286-orang-legenda-olahraga-

indonesia-memperoleh-penghargaan-pemerintah.html diakses tanggal 20 Maret 2018. 120Wawancara dengan Noah Mariem Atlet Sepakbola Era Kepempinan Orde Baru,

Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.

88

pernah mendapatkan penghargaan apapun dari pemerintah dan baru sekaranglah

Noah mendapat jasa atas prestasi yang telah diraih untuk indonesia. Adanya

penghargaan yang telah Noah Meriem peroleh merupakan suatu bentuk realisasi

Undang-Undang yang telah di buat oleh pemerintah dan dapat dirasakan oleh

seorang mantan atlet pada era 70-an tersebut. Begitu juga dengan hasil wawancara

dengan seorang mantan atlet tenis Iarawti Moried:

Adanya Undang-Undang sistem Keolahragaan Nasioanl menurut

saya memang seharusnya jasa atlet yang telah berprestasi harus

dihargai karena telah meluangkan banyak waktu untuk latihan

demi meraih prestasi untuk nama indonesia.121

Dari hasil wawancara tersebut, Irawati Moerid membenarkan

bahwasannya memang jasa atlet yang telah beprestasi memang seharusnya

dihargai oleh pemerintah, karena atlet sendiri telah mengorbankan waktu untuk

latihan agar mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia melalui olahraga

dikancah international.

Senada dengan Irawati Moerid, atlet Atletik Maria Londa juga

mengapresiasi adanya Undang-undang Sitem Keolahragaan Nasional tahun 2005,

sebagaimana yang penulis kutip berikut ini,

Dengan kebijakan tersebut bisa membatu saya mengasah ilmu saya

di bidang olahraga agar dapat melanjutkan karir saya mejadi

pelatih atau apapun yang nantinya masih megarah dan menjuruh

pada bidang olahraga agar dapat memperbaiki olahraga di

Indonesia122

121Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP Fatmawati,

Jakarta, 2 januari 2018. 122Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor Ragunan, 18

januari 2018.

89

Melalui wawancara tersebut Maria merasa percaya diri, karir olahraganya

di masa depan dapat dilanjutkan. Paling tidak, menjadi seorang pelatih. Dengan

begitu menjadikan diri mendapatkan kesejahteraan sebagaimana sesuai pada

Undang-undang Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Demikian halnya juga apa yang dirasakan oleh mantan atlet Atletik Ema

Tapahari, pemegang rekor nasional untuk lari 400 meter putri tersebut,123

mengungkap sebagaimana dalam wawancara di bawah ini.

Saya cukup bangga dengan kebijakan yang pemerintah buat, dan

saya telah merasakan hasil dari kebijakan tersebut. Dan jika ada

atlet diera 80an hidupnya kekurangan, itu karena si atlet tidak

prepare apa yang sudah pemerintah berikan.124

Bakal calon anggota Legislatif 2014 dari PAN tersebut merasa bangga,

dalam arti cukup puas dengan adanya kebijakan ini.125 Oleh karenanya Injte126,

sapaan akrab Ema menyarankan kepada semua atlet juga harus mempersiapkan

diri menyambut masa pensiun agar juga bisa menyesuaikan dengan Undang-

undang atau kebijakan yang sudah ada.

Intinya respon yang diberikan oleh atlet dan mantan atlet sangat positif

terhadap pelaksanaan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tersebut, karena dapat

menjanjikan kesejahteraan atlet dan masa depan para mantan atlet.

123ahmad.web.id,“apa dan siapa tempo.”

http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-E_2.html diunduh tanggal

21 maret 2018. 124Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31

januari 2018. 125store.tempo.co, “emma tapahary.”

https://store.tempo.co/foto/detail/P0204201300203/emma-tahapary#.WsPKCohubIU diunduh

tanggal 21 maret 2018. 126ahmad.web.id, “apa dan siapa tempo.”

http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-E_2.html diunduh tanggal

21 maret 2018.

90

d. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Ayat 1-4

Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan

pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus ditempatkan pada

kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional. Kebijakan ini yang merupkan

dasar dari landasan hukum mengenai pelaku olahraga bagaimana terjaminnya

kesejahteraan bagi pelaku olahraga. Dilihat dari pasa 86 ayat 1 yang berbunyi

“Setiap pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan

perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga diberi

penghargaan.”127

Pada realisasinya pemerintah sudah memberikan apresiasi terhadap pelaku

olahraga, dapat dilihat dari data berikut:128

Jenis dan Jumlah Penerima Penghargaan Olahraga Tahun 2016-2017.

No JENIS/

NAMA EVENT

BENTUK

PENGHARGAAN

PENERIMA

PENGHARGAAN

TAHUN

I Multi Ajang

(Multi Event)

2016 2017

1 Olimpiade Bonus Olahragawan 4 -

Pelatih 3 -

Asisten Pelatih - -

Jaminan Hari Tua Olimpian/

Paralimpian

37 3

2

Paralimpiade

Bonus

Olahragawan

1

-

Pelatih 1 -

127Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Ayat 1, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017. 128Wawancara dengan Sutiknyo Kepala Bidang Penghargaan Menpora Gedung Kemenpora,

Jakarta, 19 September 2018.

91

No JENIS/

NAMA EVENT

BENTUK

PENGHARGAAN

PENERIMA

PENGHARGAAN

TAHUN

Asisten Pelatih - -

3

Asian Games

Bonus

Olahragawan

-

-

Pelatih - -

Asisten Pelatih - -

4 Asian Para Games

Olahragawan

135

-

Pelatih - -

Asisten Pelatih - -

5

SEA Games

Bonus

Olahragawan

402

Pelatih 100

Asisten Pelatih 29

6 ASEAN Para

Games

Bonus

Olahragawan

153

Pelatih 19

Asisten Pelatih 17

II

Acara Puncak

Haornas

1

Kesejahteraan

Olahragawan

14

28

Pelatih 3 9

Wasit 2 7

Tenaga Medis/

Paramedis

1 5

Guru dan Dosen - 6

Ahli Gizi - 1

Ahli Biomekanik - 2

Psiokolg - 3

Masseur - 4

Instruktur 1 4

2

Beasiswa

SD

2

-

SMP 10 4

SMA 27 35

S 1 6 5

S 2 1 3

S 3 - 3

3

Dana Pembinaan

Lembaga

Olahraga

4

4

4 Penghargaan Lain

(Piagam)

Tokoh/Pembina

Olahraga

3

27

92

No JENIS/

NAMA EVENT

BENTUK

PENGHARGAAN

PENERIMA

PENGHARGAAN

TAHUN

Dunia Usaha - 5

Media Massa - 46

III Ajang Tunggal

(Single Event)

1 Kejuaraan

Bulutangkis All

England

Bonus

Pelatih

1

1

olahragawan 2 2

2 Kejuaraan

Bulutangkis BWF

Superseries World

Final

Bonus

Pelatih

1

1

olahragawan 2 2

3 Kejuaraan

Sepakbola ASEAN

(Piala AFF)

Bonus

Pelatih

1

-

Olahragawan 23 -

Asisten pelatih 3

Offisial 9

Sumber: Sutiknyo, Ketua Bidang Penghargaan Olahraga.

Dapat dilihat dari data diatas bahwa memang pemerintah sudah

memberikan apresiasi dalam bentuk penghargaan terhadap atlet maupun mantan

atlet yang telah berprestasi. Baik pada multi ajang (multi event) seperti Olimpiade,

Paralimpiade, Asian Games, Asian Paragames, SEA Games dan ASEAN Para

Games. Serta pada ajang tunggal (single event) dari data yang masuk per 2016-

2017 yang mendapatkan penghargaan dari cabang olahraga bulutangkis yakni dari

kejuaraan Bulutangkis All England dan Kejuaraan Bulutangkis BWF Superseries

World Final 2017, serta Kejuaraan Sepakbola ASEAN (Piala AFF). Dan pada

acara puncak Haornas (Hari Olahraga Nasional) yang diberikan kepada seluruh

pelaku olahraga, yang meliputi atlet, pelatih, wasit, instruktur, tenaga

93

medis/paramedis, Guru dan Dosen, Ahli Gizi, Ahli Biomekanika, Psikolog, dan

masseur.

Untuk penerima penghargaan berbentuk beasiswa merupakan siswa atau

mahasiswa yang telah berprestasi berikut penjelasan Piet Mellu katakan:129

Ada pelaku olahraga yang kita berikan di haornas disamping itu

ada beasiswa kita berikan kepada pelajar-pelajar yang

persyaratannya adalah satu, dia berprestasi setingkat Asia/ASEAN

multi event maupun single event mendapat medali dan berstatus

sebagai pelajar. Status pelajarnya itu di kartu pelajarnya terdaftar di

salah satu status sebagai siswa atau mahasiswa. Dan itu kita

berikan pada saat Haornas, dan tiap tahun setiap Haornas kita

kasih.

Dan hanya bentuk penghargaan JHT (jaminan hari tua), JHT tersebut

termasuk dalam kategori penghargaan Legend yang mempunyai klasifikasi

berbeda, yakni yang Piet Mellu katakan:130

Jaminan hari tua ini kita kasih ke olimpian, atlet-atlet yang pernah

meraih medali di olimpiade. Ide dari menteri, orang-orang yang

pernah berjasa di bidang olahraga usianya di atas 45 tahun,

kemudian pernah juara minimal asian games satu emas, atau 3 kali

emas di seagames di tahun yang berbeda. Kita kasih perlakuan

khusus untuk beregu, seperti bola, voli, basket minimal dapat satu

emas seagames kita kasih penghargaan dan kita kategorikan

sebagai legenda. Dan tahun pertama di tahun 2017 kita baru masih

penghargaan legenda ini.

Dari hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa beberapa penghargaan

mempunyai persyaratannya masing-masing. Karena dari kategori itupun, Menpora

memberikan penghargaan sesuai apa yang telah dicapai oleh para pelaku olahraga

tersebut. Oleh karena itu pelaku olahraga yang telah berhasil memberikan sebuah

129Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi

Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018. 130Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi

Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.

94

prestasi ke bangsa, pemerintah pun memberikan sebuah hak bagi pelaku tersebut

yaitu berupa penghargaan.

95

BAB V

Kesimpulan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional sudah berjalan tetapi ada beberapa hambatan

diantaranya belum pastinya Undang-Undang tersebut secara penuh

menangani masalah kesejahteraan atlet terlebih kebutuhan atlet ketika hari

tua seorang atlet yang sudah pensiun, belum terjamin sepenuhnya dalam

undang-Undang tersebut.

2. Pada realisasinya memang sudah banyak atlet yang mendapat penghargaan

yang di dapat oleh pemerintah tetapi tidak semua atlet yang berpretasi

tersebut namanya tercantum dalam penghargaan yang akan di berikan oleh

pemerintah. Yakni contoh pesepak bola Noah Meriem, setelah lama

pensiun sebagai atlet dia baru dapat penghargaan pertama kali oleh

pemerintah saat pemerintah mengadakan penghargaan terhadap seorang

legenda.

3. Menpora merupakan liding sektor dari Undang-Undang Tahun 2005,

dimana seorang menpora mempunya keputusan penting dalam menangani

Sistem Keolahrgaan Nasional, terutama keputusan mengenai kesejahteraan

bagi para atlet dan mantan atlet.

96

4. Dalam pemberian penghargaan selain pemerintah sendiri pihak lain juga

dapat ikut berperan serta didalamnya diantaranya yaitu lembaga swasta

dan masyarakat. Lembaga swasta sendiri bisa termasuk sponsor dan dari

pihak club sendiri sementara dari masyarakat adalah..

5. Memuat aspirasi sudah, untuk sebagai tambahannya di butuhkan jaminan

kepastian pemeberian penghargaan kepada mantan atlet agar kebutuhan di

hari tua setelah pensiun menjadi atlet terpenuhi dengan baik dan terjamin.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, dirumuskan saran, sebagai berikut:

1. Oleh karena itu pemerintah di tuntut untuk membuat kejelasan di dalam

Undang-Undang SKN terebut mengenai kesejahteraan atlet di masa

pensiunnya.

2. Oleh karena itu pemerintah dituntut serius untuk mendata para atlet yang

telah beprestasi untuk mendapat penghargaan.

3. Pemerintah (Menpora) dituntut agar mempunyai kebijakan-kebijakan yang

membuat para atlet dan mantan merasa ternaungi.

4. Pemberian merupakan sebuah feedback dari pemerintah, lembaga swasta

dan masyarakat maka dari itu penghargaan seharusnya lebih bisa lebih

berguna ketika penghargaan tersebut diberikan sesuai kebutuhan para atlet

dan mantan atlet.

97

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Wahab, Solichin. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara, 2004.

Agustino, Leo. Perihal Ilmu Politik; Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Dunn. William N. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gajah Mada

University Press, 2012.

Howlett, Michael dan Ramesh. Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy

Subsystem. Toronto: Oxford University Press, 2001.

Nugroho, Riant. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta: PT Gramedia , 2004.

Olahraga, Direktorat Jendral. Olahraga, Kebijakan dan Politik; sebuah analisis.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003.

Parsons, Wayne. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.

Jakarta, Kencana, 2006.

Praditya, Yoshua dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak

Strategis Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.”

Jakarta: Koni Pusat, 2016

Subarsono. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010

Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada

Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintah, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama (Pers).

Winarno, Budi. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Press,

2005.

Winarno. Budi. Teori dan Proses Kebijakan Publik dan Studi Kasus. Yogyakarta:

Caps, 2012.

Jurnal

Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada

Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005.

Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004).

Mu’allifin. M. Darin Arif.. “Hubungan Konstitusi Dengan Tugas dan Fungsi

Negara.” Ahkam volume 4, Nomor 1, Juli 2016: 162.

Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Jurnal Yustisia Vol. 2

No. 3 September - Desember 2013.

98

Karya Ilmiah

Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan Pelaksana

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,” Skripsi Fakultas

Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang 2013, 14.

Ahmad Subandi “Implementasi Dana Desa di Desa Neglasari Kecamatan

Jasinga Kabupaten Bogor (Studi terhadap Kebijakan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Permendes

PDTT Nomor 5 Tahun 2015),” (jakarta, 2016).

Dokumen Elektronik

“Olahraga Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Jenisnya.” Tersedia

https://www.kata.co.id/Pengertian/Olahraga/1120. diakses pada tanggal

11 Oktober 2016.

“Mereka Berprestasi tapi Terlupakan.” Tersedia

http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&ar

tid=76%20. diakses pada tanggal 11 Oktober 2016.

“Galaunya Prestasi Olahraga Indonesia.” Tersedia

https://beritagar.id/artikel/arena/galaunya-prestasi-olahraga-indonesia

Diunduh pada tanggal 11 Oktober 2016.

“inilah beberap faktor sebab prestasi di Indonesia kurang maksimal.” Tersedia

https://policy.paramadina.ac.id/inilah-beberapa-faktor-sebab-prestasi-

olahraga-di-indonesia-kurang-maksimal/ diakses pada tanggal 11 januari

“Jumlah Penduduk Indonesia Tahun

2017.”http://tumoutounews.com/2017/09/10/jumlah-penduduk-indonesia-

tahun-2017/ diakses pada tanggal 11 Januari 2018.

“Kualitas Pribadi Atlet Kunci Keberhasilan Meriah Prestasi Tinggi.” Tersedia

https://www.researchgate.net/publication/303911810_Kualitas_Pribadi_At

let_Kunci_Keberhasilan_Meraih_Prestasi_Tinggi diakses pada tanggal 12

Januari 2018.

“Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.” Tersedia

http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-

hidup-mantan-atlet-juara_57de2319af9273104126c054 diakses pada

tanggal 12 Januari 2018.

“Hidup Mantan Atlet.” Tersedia https://www.boombastis.com/hidup-mantan-

atlet/62781 diakses tanggal 11 oktober 2016.

“Nasib Mantan Atlet Nasional Dulu Dipuja Kini Merana.” Tersedia

http://sports.sindonews.com/read/1075339/51/nasib-mantan-atlet-nasional-

dulu-dipuja-kini-merana-1452231937 diunduh tanggal 11 oktober 2016.

“Olahragawan Perlu UU Ketenagakerjaan Tersendiri.” Tersedia

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5270c4d984c93/olahragawan-

perlu-uu-ketenagakerjaan-tersendiri diunduh tanggal 12 januari 2018.

“Pemerintah Wajib Siapkan Asuransi Bagi Atlet.” Tersedia

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pemerintah-wajib-siapkan-

asuransi-bagi-atlet diunduh tanggal 11 oktober 2016.

99

“Menpora Ingin Undang-Undang Mengatur Bonus Atlet.” Tersedia

https://sports.sindonews.com/read/1139570/51/menpora-ingin-undang-

undang-mengatur-soal-bonus-atlet-1473934560 diakses tanggal 12 januari

2018.

“Olahraga dan Kesejahteraan.” Tersedia

http://krjogja.com/web/news/read/8978/Olahraga_dan_Kesejahteraan_Atle

t diakses tanggal 10 oktober 2016.

“Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.”

http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-

hidup-mantan-atlet-juara_57de2319af9273104126c054 diakses tanggal 8

oktober 2016.

“10-pengertian-kebijakan-publik-menurut-para-ahli-terlengkap.” Tersedia

http://www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-kebijakan-publik-

menurut-para-ahli-terlengkap/. diakses tanggal 12 november 2017.

Kamus Besar Bahasa Indonesia” Tersedia di https://kbbi.web.id/atlet diakses

tanggal 16 desember 2017.

“prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.” Tersedia

https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-

tak-berdaya/ diakses tanggal 13 april 2018

“haornas 2017 momentum untuk raih kejayaan olahraga indonesia.” Tersedia

https://olahraga.kompas.com/read/2017/09/10/12520391/haornas-2017

momentum-untuk-raih-kejayaan-olahraga-indonesia diakses tanggal 15

Maret 2018.

“haornas kampanyekan persatuan bangsa dan penghargaan atlet.” Tersedia

http://republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/17/09/09/ow0pyx428-

haornas-kampanyekan-persatuan-bangsa-dan-penghargaan-atlet diakses

tanggal 20 Maret 2018.

“penghargaan buat legenda olahraga.” Tersedia

https://olahraga.kompas.com/read/2017/12/13/16082671/penghargaan-

buat-legenda-olahraga diakses tanggal 20 Maret 2018.

“286 orang legenda olahraga indonesia memperoleh penghargaan Tersedia

pemerintah.” http://presidenri.go.id/info-kementrian-lembaga/286-orang-

legenda-olahraga-indonesia-memperoleh-penghargaan-pemerintah.html

diakses tanggal 20 Maret 2018.

“apa dan siapa tempo.” Tersedia

http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-

E_2.html diunduh tanggal 21 maret 2018.

“emma tapahary.” Tersedia

https://store.tempo.co/foto/detail/P0204201300203/emmatahapary#.WsPK

CohubIU diunduh tanggal 21 maret 2018.

“apa dan siapa tempo.” Tersedia

http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-

E_2.html diunduh tanggal 21 maret 2018.

“Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005”, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.” Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf

diunduh pada 25 november 2017.

100

“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 3, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional“ http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh

pada 25 november 2017.

“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 4, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh

pada 25 november 2017.

“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 13, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh

pada 25 november 2017.

“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 21, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh

pada 25 november 2017.

“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 86, Tentang Sistem Keolahragaan

Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh

pada 25 november 2017.

“Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2014 Bab III Pasal 3, Bentuk

Penghargaan.” Tersedia di

http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/p

arent/lt53b51b225c966 diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Presiden Bab III Bentuk Penghargaan Pasal 3. Tentang Pemberian

Penghargaan”.tersedia di

http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/p

arent/lt53b51b225c966 diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Presiden Bab V Bentuk Penghargaan Pasal 7. Tentang Pemberian

Penghargaan.” Tersedia di

http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/p

arent/lt53b51b225c966 diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 5. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina

Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA

RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 6. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina

Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA

RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 7. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina

Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA

RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 8. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina

Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di

101

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA

RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 35. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina

Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA

RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.

“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 36. Tentang Pesyaratan

Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina

Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di

http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA

RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.

Wawancara

Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP

Fatmawati, Jakarta, 2 januari 2018.

Wawancara dengan Noah Mariem Atlet Sepakbola Era kepempinan Orde Baru,

Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.

Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten

Deputi Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora,

Jakarta, 8 Januari 2018.

Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor

Ragunan, 18 januari 2018.

Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31

januari 2018.

Wawancara dengan Yusuf Suparman Kepala Bidang Humas Menpora Gedung

Kemenpora, Jakarta, 19 September 2018.

Wawancara dengan Sutiknyo Kepala Bidang Penghargaan Menpora Gedung

Kemenpora, Jakarta, 19 September 2018.