laporan olahraga

25
PENDAHULUAN Latar belakang Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi athletik amatir internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter masih digolongkan dalam lari cepat atau print. Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari menengah (800 – 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang mutlak menentukan baik buruknya

Upload: anindhito-kurnia-pratama

Post on 02-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asdasd

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN OLAHRAGA

PENDAHULUAN

Latar belakang

Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak

dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang

kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali

diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia

federasi athletik amatir internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di

Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917

dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik

dengan nama Persatuan

Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga

atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari

dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter

masih digolongkan dalam lari cepat atau print. Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada

dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian dengan adanya

perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan

dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian jarak

dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari menengah (800 – 1500

meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari

yang sejak start ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang

mutlak menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint, dan

finish.

Tujuan penulisan

SEJARAH LARI

Sejarah lari memang tidak tertulis secara otentik sejak kapan manusia berlari sebagai

prestasi atau untuk kebugaran. Sejak manusia ada, sebenarnya telah dapat berjalan dan

berlari, namun tidak tercatat sebagai olah raga prestasi untuk mengetahui tercepat dan terkuat.

Ada versi yang mengatakan bermula dari bangsaYunani yang sedang dilanda peperangan

antara kaumYunani danPersia di kotaMarathonasPulau Egina Yunani.

PasukanPersi a mengalami kekalahan dan pasukanYunani yang memenangkan

perang, memerintahkan salah seorang pasukannya untuk membawa pesan. Si pembawa pesan

berlari keAthena sepanjang 40.8 km (25.4 miles) dalam sehari untuk mengabarkan

Page 2: LAPORAN OLAHRAGA

kemenangannya sesampainya di kota sambil berteriak yang akhirnya pingsan dan meninggal

dunia. Untuk mengenang kemenangan perang tersebut dan menghormati si pembawa pesan

maka beberapa periode diadakan lomba lari dan semakin berkembang menjadi olah raga

prestasi modern dan terpecah menjadi berbagai cabang lari.

Konon kabarnya cabang olah raga lari marathon pertama kali dilombakan dalam

olimpiade yang diadakan di kotaAthena dimenangkan olehEucles dan pada lomba berikutnya

dimenangkan olehPhi l ippides. Setelah mengalami berbagai event dan waktu, lomba ini

berubah menjadi Olimpiade dan pada periode selanjutnya mendapat julukan olimpiade

modern. Olah raga ini pun berkembang menjadi beberapa cabang yang dibagi dalam jarak

tempuh tertentu. Dalam perkembangnya cabang olah raga lari terbagi menjadi lari cepat jarak

pendek (sprint), lari jarak sedang (middle distance), lari jarak jauh (long distance).

Lari jarak pendekpun terbagi lagi menjadi lari jarak 50m, 55m, 60m, 100m, 150m,

200m, 300m, 400m, 500m. Pada jarak menengah terbagi 800m, 1500m, 3000m. Untuk lari

jarak jauh dibagi menjadi 500m, 10.000m, half marathon, danmarathon. Saat ini

perkembangan lebih pesat lagi dan cenderung digabungkan dengan cabang olah raga lain

seperti lari haling rintang, triathlon, pentathlon, heptathlon, decathlon.

Sedangkan aktifitas lari sebagai kebugaran/pemeliharaan fisik badan tidak tercatat,

apakah sejak manusia muncul di bumi sudah memiliki kegiatan berlari dalam hidupnya atau

setelah beberapa keturunan baru ada kegiatan lari. Namun secara logis dapat dikatakan bahwa

manusia memiliki kaki untuk beraktifitas tentunya dari kecil sudah dapat berlari-lari untuk

bergembira atau mengejar sesuatu. Dari hasil berlari yang kemudian dia merasakan manfaat

yang dirasakan setelah beraktifitas maka selanjutnya manusia memelihara aktifitas lari dalam

hidupnya. Kecenderungan manusia pada saat tumbuh dewasa juga beraktifitas lari mengejar

hewan dengan berburu menggunakan alat buruan seperti tombak atau batu. Semakin modern

manusia hidup pada suatu era semakin sedikit aktifitas berjalan dan berlari. Lama kelamaan

menyadari bahwa manusia tetap membutuhkan oleh raga lari dalam aktifitasnya untuk

memelihara kesehatanya.

Sehingga menjadi kecenderungan bahwamanusia memilih olah raga lari dalam

hidupnya untuk dijadikan kebiasaan atau hobi. Kini,dalam era modern keinginan manusia

tidak hanya dijadikan sekedar hobi, namun berubahmenjadi klub sehat dan menjadi gaya

hidup bahkan untuk bersosialisasi. Yang berarti bahwatidak hanya olah raga lari untuk

prestasi saja yang berkembang dan digabungkan dengancabang olah raga lainnya, namun

olah raga lari non prestasi (untuk kebugaran) jugamengalami perkembangan yang

Page 3: LAPORAN OLAHRAGA

digabungkan dengan aktifitas lain manusia. Suatu saat akanmuncul klub olah raga lari non

prestasi menjaditrend gaya hidup seperti klub bike to work atau klubbody building.

DASAR PERMAINAN

TEKNIK LARI SPRINT

Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu

rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas

olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik

sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint

dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik.

Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu:

a. Pengetahuan

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1993: 103) pengetahuan pada hakekatnya adalah

merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek termasuk kedalamnya ilmu.

Sedangkan menurut Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar (2006; 85) pengetahuan adalah apa

yang kita ketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal,

sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.

Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha manusia untuk tahu.

b. Aplikasi atau penerapan

Aplikasi teknik merupakan penerapan penggunaan teknik lari sprint yang dilakukan

oleh atlet didalam perlombaan. Didalam suatu perlombaan atlet akan berusaha untuk

mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki untuk mencapai penampilan terbaik dan

prestasi maksimal. Setiap atlet memiliki kemampuan yang berbeda dan cara yang berbeda

pula dalam menerapkan atau mengaplikasikan teknik sprint dalam perlombaan. Seperti yang

dikatakan IAAF (1993; 115) kemampuan untuk melakukan suatu teknik yang sempurna

adalah tidak sama sebagai seorang pelaku yang penuh ketangkasan. Atlet yang tangkas

memiliki teknik yang baik dan konsisten dan juga tahu kapan dan bagaimana menggunakan

teknik guna menghasilkan prestasi yang baik.

2. Sprint

a. Pengertian sprint

Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan

kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400 meter

masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari cepat

Page 4: LAPORAN OLAHRAGA

yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak

100 m, 200 m, dan 400 m.

Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet

senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter.

Kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam

sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah

‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari

otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari

dengan kecepatan tinggi.

Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start,

(B) gerakan lari cepat, (C) Gerakan finish.

b. Pengertian teknik

Teknik merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah

cara yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah

yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson Peter J.L,

1993; 115). Menurut suharno (1983) yang dikutip Djoko Pekik Irianto (2002; 80) teknik

adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk

menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan cara paling

efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam

pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.

c. Teknik lari sprint

Teknik adalah sangat kritis terhadap prestasi selama suatu lomba lari sprint. Melalui

tahapan lomba tuntutan teknik sprint beragam seperti halnya aktivitas otot-otot, pola waktu

mereka dan aktivitas metabolik para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi tujuan

utamanya adalah untuk mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di tempat.

Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang

dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah dan

frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-

duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum

daya kepada tanah didalam waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya

daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat

tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).

Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:

Page 5: LAPORAN OLAHRAGA

1. Tahap reaksi dan dorongan

2. Tahap lari akelerasi

3. Tahap transisi/perubahan

4. Tahap kecepatan maksimum

5. Tahap pemeliharaan kecepatan

6. Finish

Lomba lari sprint yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan

pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan

oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per satuan waktu). Untuk

bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Hubungan

optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi tahap-tahap lomba

yang berbeda-beda.

CARA BERMAIN

Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu:

1. Start

Menurut IAAF (2001;6) suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut;

a. Konentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-

aba “bersediaaaaa”

b. Meng-adopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaap”

c. Suatu dorongan explosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang

maksimal

Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang

terbesar dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat mungkin dengan sudut-start optimum 450.

setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari) percepatan

yang kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus menjurus

kemungkinan maksimum.

Ada tiga variasi dalam start-jongkok yang ditentukan oleh penempatan start-blok

relatif terhadap garis start: a. Start-pendek (bunch-start), b. Start-medium (medium-start), c.

Start-panjang (elongated-start). Start medium adalah umumnya yang disarankan, ejak ini

memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya dalam waktu yang lebih lama

daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan lebih tinggi), tetapi tidak menuntut banyak

kekuatan seperti pada start-pendek (bunch-start). Suatu pengkajian terhadap teknik start-

jongkok karenanya dapat dimulai dengan start medium. Ada tiga bagian dalam gerakan start,

yaitu:

Page 6: LAPORAN OLAHRAGA

a. Posisi “bersediaaa”

Pada posisi ini sprinter mengambil sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang

paling cepat/tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang paling depan.

Tangan diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan (lihat gambar ). Kaki belakang

ditempatkan

pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala

segaris dengan tubuh (lihat gambar).

Menurut IAAF (2001;8) posisi “siaaap” ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang

atlet menerima suatu posstur dalam posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut optimum

dari tiap kaki untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat gravitasi ketika kaki

diluruskan dan pegangan awal otot-otot diperlukan bagi suatu kontraksi explosif dari otot-

otot kaki.

Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;

1. Berat badan dibagikan seimbang

2. Poros pinggul lebih tinggi daripada poros bahu

3. Titik pusat gravitasi kedepan

4. Sudut lutut 900 pada kaki depa,

5. Sudut lutut 1200 pada kaki belakang

6. kaki diluruskan menekan start blok

c. Posisi (aba-aba) “ya”

Daya dorong tungkai dan kaki dalam start dapat dianalisa dengan menggunakan

papan-pengalas daya dibangu pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu pada

pada saat start, impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter.

Kekuatan impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki dapat dicatat.

Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:

1. kaki belakang bergerak lebih dahulu. Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya

kekuatan yang puncaknya sangat tinggi dikenakan mengawali gerak akselerasi dari titik-pusat

gravitasi atlet dengan cepat menurun.

2. Penerapan daya kekuatan dari kaki depan dimulai sedikit lambat yang

memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat gravitasi untuk berlanjut setelah dorongan kaki

Page 7: LAPORAN OLAHRAGA

belakang menghilang, dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Kenyataannya, daya

kekuatan daya kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira dua kali lipat dari daya kaki-

belakang.

Tahap pemulihan (recovery). Otot-otot flexor lutut mengangkat tumit kedepan pantat

dengan pembengkokan (flexio) kedepan serentak dari otot-otot paha. Tungkai bawah tetap

ditekuk ketat terhadap paha mengurai momen inertia. Lutut yang memimpin dipersiapkan

untuk suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah dalam langkah mencakar

berikutnya. Lutut dorong yang aktif mennyangga pengungkit pendek dari kaki ayun.

Kecepatan sudut optimal pada paha berayun kedepan menolong menjamin frekuensi langkah

lari yang tinggi.

Tujuan dan fungsi dari tahap ini adalah agar kaki dorong putus kontak dengan tanah.

Kaki rilex, mengayun aktif menuju pembuatan langkah diatas lutut kaki sangga dan sebagai

tahap lanjutan dan persiapan angkatan lutut. Adapun ciri-ciri atu tangda-tanda tahap ini

adalah:

1. Ayunan rilex kaki belakang yang tidak disangga sampai tumit mendekati panta.

Bandul pendek ini sebagai hasil kecepatan sudut yang tinggi memungkinkan membuat

langkah yang cepat.

2. Angkatan tumit karena dorongan aktif lutut, dan harus menampilkan relaksasi total

dari semua otot yang terlibat.

3. Perjalanan horizontal pinggul dipertahankan sebagai hasil dari gerakan yang

dijelaskan

b. Tahap ayunan depan.

Tahap angkat lutut. Tahap ini menyumbangkan panjang langkah dan dorongan

pinggang. Persiapan efektif dengan kontak tanah. Sudut lutut yang diangkat kira-kira 150

dibawah horizontal. Gerakan kebelakang dari tungkai bawah sampai sutau gerakan mencakar

aktif dari kaki diatas dari dasar persendian jari-jari kaki dalm posisi supinasi dari kaki.

Kecepatan kaki dicapai dengan bergerak kebawah/kebelakang sebagai suatu indikator

penanaman aktif dari hasil dalam suatu kenaikan yang cepat dari komponen daya vertikal.

Tujuan dan fungsi tahap ini adalah agar lutut diangkat, bertanggung jawab terhadap

panjang langkah yang efektif , dalam kaitan dengan ayunan lengan yang intensif. Teruskan

Page 8: LAPORAN OLAHRAGA

dan jamin jalur perjalanan pinggang yang horizontal. Persiapan untuk mendarat engan suatu

gerakan mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap angga depan. Tahap ini

memiliki sifat-sifat atau tanda-tanda, yaitu:

1. Angkatan paha/lutut horizontal hampir horizontal, melangkahkan kaki sebaliknya

sebagai prasyarat paling penting dari suatu langkah-panjang cepat dan optimal.

2. Gerakan angkat lutut dibantu oleh penggunaan lengan berlawanan diametris yang

intenssif.

3. Siku diangkat keatas dan kebelakang.

4. Dlam lanjutan dengan ayunan kedepan yang rilex dari tungkai bawah karena

pelurusan paha secara aktif, dengan niat memulai gerak mencakar dari kaki aktif.

c. Tahap sangga/topang depan

Tahap amortisasi. Pemulihan dari tekanan pendaratan adalah ditahan. Ada alat peng-

aktifan awal otot-otot yang tersedia didalam yang diawali dalam tahap sebelumnya. Ide-nya

guna menghindari adanya efek pengereman/hambatan yang terlalu besar dengan membuat

lama waktu tahap sangga/topang sependek mungkin.

Tahap ini mempunyai tujuan dan fungsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama.

Mengontrol tekanan kaki pendarat oleh otot-otot paha depan yang diaktifkan sebelumnya dan

otot-otot kaki bertujuan untuk membuat ssuatu gerak explossif memperpanjang langkah

sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifa atau tanda sebagai berikut:

1. Gerakan mencakar aktif dari sisi luar telapak kaki dengan jari-jari keatas.

2. Jangkauan kedepan aktif harus tidak menambah panjang-langkah secara tak wajar,

namun mengizinkan pinggang (pusat gravitassi tubuh) berjalan cepat diatas titik sanggah

kaki.

3. Hindari suatu daya penghambat yang berlebih-lebihan.

4. Waktu kontakl dalam angga depan harus esingkat mungkin.

d. Tahap sangga/topang belakang

Besarnya impuls dan dorongan horizontal diberi tanda. Lama penyanggaan itu adalah

singkat saja. Sudut dorongan sedekat mungkin dengan horizontal. Ada suatu perluasan elastik

dari dari sendi kaki, lutut dan pinggul. Menunjang gerakan ayunan linier lengan oleh suatu

angkatan efektif dari siku dalam ayunan kebelakang, dan ayunan kaki meng-intensifkan

dorongan dan menentukan betapa efektifnya titik pusat massa tubuh dikenai oleh gerakan

garis melintang dari perluasan dorongan. Togok badan menghadap kedepan.

Keriteria untuk tahap-tahap penyanggaan ini adalah:

Page 9: LAPORAN OLAHRAGA

1. waktu singkat dari periode sangga/topang keseluruhan

2. suatu impuls akselerasi yang signifikan pada tahap topang belakang

3. suatu waktu optimum dari impuls percepatan pada tahap topang/sangga belakang

4. hampir tidak ada daya pengereman/hambatan pada tahap sanggahan.

Tujuan dan fungsi dari tahap ini adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga

untuk waktu singkat, dan sebagai persiapan dan pengembangan suatu dorongan horizontal

yang cepat. Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda, yaitu:

1. Menempatkan kaki dengan aktif, disusl dengan pelurusan sendi-sendi: kaki, lutut,

pinggul.

2. Menggunakan otot-otot plantar-flexor dan emua otot-otot pelurus kaki korset.

3. Badan lurus segaris dan condong kedepan kurang lebih 850 dengan lintasan.

4. Penggunaan yang aktif lengan yang ditekuk kurang lebih 900 ke arah berlawanan

dari arah lomba.

5. Siku memimpin gerakan lengan

6. Otot-otot kepala, leher, bahu dan badan dalam keadaan rilex.

7. Tahap permulaan gerak kaki ayun lutut diangkat.

3. Penguasaan teknik sprint

Dalam penguasaan teknik sprint terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung demi

tecapainya penguasaan teknik yang baik. Menurut Thomson Peter J.L (1993; 68) ada 5 (lima)

kemampuan biomotor dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran atau komponen-

komponen fitnes yaitu kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan, dan koordinasi.

a. Kekuatan.

Adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan dapat dirinci menjadi

tiga tipe atau bentuk, yaitu:

1. kekuatan maksimum, yaitu daya atau tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot

yang berkontraksi. Kekuatan maksimum tidak memerlukan betapa cepat suatu gerakan

dilakukan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan

2. Kekuatan elastis, yaitu kekuatan yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat

bergerak cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan

gerak kadang-kadang disebut sebagai “power = daya”. Kekuatan ini sangat penting bagi even

eksplosip dalam lari, lompat, dan lempar.

3. Daya tahan kekuatan, yaitu kemampuan otot-otot untuk terus-menerus

menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah

kombinasi antara kekuatan dan lamanya gerakan.

Page 10: LAPORAN OLAHRAGA

b. Dayatahan.

Dayatahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan intensitasnya

dalam waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi dan pada waktu yang sama mengakhiri

prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki dayatahan apabila tidak mudah

lelah atau dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan. Daya tahan, dari semua kemampuan

biomotor harus dikembangkan lebih dahulu. Tanpa dayatahan adalah sulit untuk mengadakan

pengulangan terhadap tipe atau macam latihan yang lain yang cukup untuk mengembangkan

komponen biomotor lain. Ada dua tipe macam daya tahan, yaitu; dayatahan aerobik dan

dayatahan anaerobik. Dayatahan aerobik yaitu kerja otot dan gerakan otot yang dilakukan

menggunakan oksigen guna melepaskan energi dari bahan-bahan otot. Dayatahan aerobik

harus dikembangkan sebelum dayatahan anaerobik. Sedangkan dayatahan anaerobik yaitu

kerja otot dan gerakan otot dengan menggunakan energi yang telah tersimpan didalam otot.

Dayatahan anaerobik terbagi menjadi dua yaitu anaerobik laktik dan anaerobik alaktik.

c. kecepatan. Adalah kemampuan untuk barjalan atau bergerak dengan sangat cepat.

Kecepatan berlari sprint yang asli berkenaan dengan kemamapuan alami untuk mencapai

percepatan lari yang sangat tinggi dan untuk menempuh jarak pendek dalam waktu yang

sangat pendek.

d. Kelentukan. Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui

jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu sebab umum

terjadinya teknik yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan jelek juga menghalangi

kecepatan dan dayatahan karena otot-otot harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tahanan

menuju kelangkah yang panjang.

e. Koordinasi. Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat kesukaran

dengan tepat dan dengan efesien dan penuh ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi yang

baik tidak hanya mampu melakukan skill dengan baik, tetapi juga dengan tepat dan dapat

menyelesaikan suatu tugas latihan.

Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik sprint

terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu faktor psikologis.

Seperti dikatakan Thomson Peter J.L. (1993; 134) psikologi ini adalah sama pentingnya bagi

seorang pelatih guna membantu individu-individu (atlet) mengembangkan bagaimana mereka

memikirkan kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan

ketangkasan fisik mereka. Ini jelas adalah aspek psikologis dalam melatih namun juga benar

bahwa tak ada bagian dari pelatihan/coaching yang tanpa aspek psikologis. Adapun faktor-

faktor psikologis tersebut diantaranya yaitu;

Page 11: LAPORAN OLAHRAGA

a. Ketangkasan mental.

Ketangkasan mental ini sangat berguna/penting bagi para pelatih dan atlet.

Ketangkasan mental ini bukan hanya suatu sarana untuk menghindari bencana ataupun

pemulihan kembali dari cedera tetapi ketangkasan mental juga memainkan peranan penting

dalam mengatur/mengorganisir praktek dan latihan secara efektif sehingga segala sesuatu

berjalan dengan benar. Kebanyakan atlet dan pelatih mengakui bahwa perkembangan fisik

ssaja tidak menjamin dapat sukses dalam atletik. Seorang atlet harus memiliki kerangka

pemikiran yang benar. Persiapan psikologis sama pentingnya dengan latihan kondisioning

fissik. Menyiapkan keduanya bersama-sama akan menciptakan prestasi terbaik. Ketangkasan

mental ini memerlukan latihan praktek dengan cara yang sama seperti pada skill

fisik/jasmaniah. Dengan skill/ketangkasan fisik, beberapa individu akan

mengambil/memperoleh ketangkasan mental lebih gampang dibanding dengan orang lain.

Dengan praktek, setiap orang dapat meningkatkan ketangkasan mental mereka.

b. Motivasi.

Motivasi merupakan suatu kecendrungan untuk berperilaku secara selektif kesuatu

arah tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku tersebut dapat

dicapai. Pada dasarnya motivassi adalah betapa besarnya keinginan seorang individu untuk

meraih/mencapai suatu sasaran. Setiap individu memiliki tujuan/sasaran yang berbeda-beda

dalam keterlibatannya dalam dunia atletik. Tujuan/sasaran itu misalnya; mencari

kegembiraan, memahirkan skill baru, berlomba dan menang, menambah teman, serta masih

banyak lagi tujuan/sasaran lain yang selalu berbeda pada setiap individunya. Dikatakan

Thomson Peter J.L. (1993: 135) tekanan dari luar dari pelatih dan orang tua adalah tidak

mungkin meningkatkan motivasi pada atlet dalam jangka jauh dan mungkin kenyataannya

berkurang. Motivasi sendiri dan pengisiannya adalah yang membuat suatu sukses yang

sebenarnya bagi atlet, dan bukan ambisi yang dipaksakan oleh orang lain. Pelatih membantu

atlet mengerti apa yang ingin atlet raih, tujuan, dan bagaimana cara meraihnya.

c. Kontrol emosi.

Kontrol emosi adalah suatu kemamapuan seorang atlet dalam mengendalikan

perasaan dalam menghadapi uatu ituasi tertentu. Menurut Thomson Peter J.L. (1993;136)

kegelisaan berarti berapa banyak seorang individu tergetar atau siap dalam menghadapi suatu

situasi tertentu. Rasa gelisa selalu timbul dalam setiap situasi, meskipun bila tingkatannya

rendah kita tidak dapat memperhatikannya. Banyak rasa gelisa ini ddigunakan secara tidak

benar yang berarti hanya sifat-sifat individu yang menunjukkan tingkat yang sangat tinggi

akan kegelisaan. Gejala-gejala kegelisaan dapat terlihat dalam dua bentuk yaitu: Khawatir

Page 12: LAPORAN OLAHRAGA

dan getaran fisiologis. Rasa khawatir mengacu kepada pikiran atau kesan tentang apa yang

mungkin terjadi dalam suatu event yang akan datang, sedangkan getaran fisiologis adalah

bagian dari persiapan (alami dalam) badan untuk suatu perlombaan. Contoh dari getaran

fisiologis termasuk meningkatnya denyut jantung, keluar peluh/keringat dan rasa ingin buang

hajat (besar/kecil) pergi kekamar kecil.

Penguasaan teknik sprint adalah sangat penting untuk mencapai prestasi maksimal.

Menurut Djoko P. Irianto (2002), dalam perlombaan teknik memiliki peran antara lain: (1)

Sebagai cara efesien dalam mencapai prestasi, (2) Dapat mencegah atu mengurangi terjadinya

cedera, (3) sebagai modal untuk melakukan taktik, (4) meningkatkan kepercayaan diri.

Sukadiyanto (2005) mengatakan, teknik yang benar dari awal selain akan menghemat tenaga

untuk gerak sehingga mampu bekerja lebih lama dan berhasil baik juga juga merupakan

landasan dasar menuju prestasi yang lebih tinggi. Dengan teknik dasar yang tidak benar akan

mempercepat proses stagnasi prestasi, sehingga pada waktu tertentu prestasi akan stagnasi

(mentok), padahal semestinya dapat meraih prestasi yang lebih tinggi.

Menurut Djoko P. Irianto (2002; 80) penguasaan teknik dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain;

a. Kualitas fisik yang relevan

b. Kualitas psikologis atau kematangan bertanding

c. Metode latihan yang tepat

d. Kecerdasan atlet memilih teknik yang tepat dalam situasi tertentu.

Menurut Josef Nossek (1982), terdapat tiga tahapan dalam proses belajar teknik:

a. Pengembangan koordinasi kasar. Bentuk-bentuk gerakan kasar dapat

dikarakteristikkan sebagai penguasaan teknik-teknik kasar dan terbatas yang berkenaan

dengan kualitas gerakan-gerakan yang diperlukan, seperti:

1. Pengaruh kekuatan yang tidak memadai, pemborosan energi, kram otot (koordinasi

otot yang rendah) dengan konsekuensi kelelahan yang cepat.

2. Unsur-unsur gerakan tunggal yang tidak digabungkan dengan lancar, karena

kurangnya koordinasi.

3. Gerakan-gerakan belum cukup tepat.

4. kekurangan keharmonisan dan ritme gerakan-gerakan yang diamati.

b. Pengembangan koordinasi halus. Bentuk gerakan-gerakan halus dicapai melalui

pengulangn-pengulangan lebih lanjut yang mengambangkan kualitas gerakan-gerakan.

Tempo tersebut meningkat sampai pada kecepatan yang kompetitif. Bagian-bagian gerakan

Page 13: LAPORAN OLAHRAGA

tungggal untuk teknik-teknik yang lebih kompleks dikembangkan secara terpisah dan

dikombinasikan bersama. Aspek-aspek dalam tahap ini bercirikan:

1. Teknik-teknik dilakukan hampir tanpa kesalahan.

2. gerakan-gerakan distabilkan.

3. Gerakan-gerakan lebih berguna dan hemat, tidak ada pemborosan energi.

4. Beberapa gerakan-gerakan tidak benar yang terjadi dalam tahap pertama tidak

tampak lagi.

5. Urutan gerakan-gerakan menjadi lancar dan harmonis.

6. Gerakan-gerakan tersebut tepat.

Namun demikian dalam tahap belajar ini, teknik-teknik tersebut tidak dilakukan

secara otomatis. Atlet tersebut masih harus mengkonsentrasikan pada bagian-bagian yang

berbeda dari gerakan-gerakan dan oleh karena itu penerapan taktis hanya dimungkinkan

sebagian.

c. Tahap stabilisasi dan otomatisasi.

Tahap stabilisasi; pertama-tama hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia

dapat menerapakan teknik-teknik dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut mampu

menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari suatu

kompetisi. Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya dicapai melalui

praktek dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang tinggi, para atlet dapat

memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam kompetisi. Pengaruh dari kapasitas

kondisioning adalah jelas tanpa rintangan dalam penampilan.

Prestasi merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan

mental atau psikis, sehingga aspek tersebut perlu dipersiapkan secara menyeluruh, sebab satu

aspek dengan aspek lain akan menentukan aspek lain. Fisik merupakan pondasi bagi

olahragawan, sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan dengan baik jika

olahragawan memiliki kualitas fisik yang baik. Jadi teknik dapat dikembangkan dan dikuasai

jika atlet memiliki kualitas fisik yang baik

PERATURAN LARI JARAK PENDEK

Dalam dunia atletik internasional,perlombaan lari jarak pendek kerap disebut sebagai

sprint ( lari jarak pendek ) atau dash ( lari cepat ). Sealain pelari jarak pendek biasanya

dipanggil dengan sebutan sprinter. Dibutuhkan performa fisik,khususnya kekuatan otot yang

prima,untuk menjadi seorang sprinter andal.

Page 14: LAPORAN OLAHRAGA

Nomor lari jarak pendek yang diperoleh pada iven internasional,jika diadakan di

lapangan terbuka ( outdor )meliputi nomor lari 100 meter,200 meter dan 400 meter. Adapun

lari jarak pendek yang dilaksdanakan di lapangan tertutup ( indor ) adalah lari 50 meter,60

meter,200 meter,400 meter.

Pada pelombaan lari jarak pendek resmi,misalnya dalam olimpiade,diperlukan

perlengkapan khusus dan lintasan yang memadai. Alat yang digunakan dalam perlombaan

lari jarak pendek antara lain adalah : tumpuan kaki yang disebut strting block dan pistol aba-

aba.

Lintasn lari memiliki delapan lajur. Masing masing lajur memiliki lebar 1,22 meter

dan tebal garis pembatas 5 cm. Lintasn lari berbentuk oval dengan panjang keseluruhan 400

meter,dengan perincian dua jalur sepanjang 100 m berbentuk setengah lingkaran dengan jari-

jari kelengkungan yang sama dan jalur berbentuk lintasan lurus sejajar sepanjang 100 meter.

Dalam perlombaan lari,pencatatan prestasi seorang pelari didasarkan pada waktu

tempuh yang diperlukannya saat berpacu di lintasan. Untuk mencatat waktu tempuh seorang

pelari dibutuhkan alat alat yang disebut stopwatch.

Secara umum aturan teknis dalam lomba lari jarak pendek adalah berpacu dari garis

start hingga finish dengan kecepatan penuh di lintasan masing-masing. Pada nomor lari di

bawah 400 meter,posisi start antarpelari adalah sejajar,namun pada nomor lari lebih dari 400

meter posisi start antar pelari berurutan sedemikian rupa sehingga jarak tempuh setiap pelari

adalah sama. Kunci keberhasilan lari cepat adalah pada saat memulai lari ( start ). Teknik

awalan lari ini sangat berpengaruh pada kecepatan saat berlari akhir perlombaan. Secara

terperinci gerakan start yang benar adalah sebagai berikut :

Saat mendengar aba-aba “ bersedia / on your mark “ pelari memosisikan dirinya di

lintasan masing-masing dengan posisi jongkok,dengan kaki di letakkan sedemikian rupa pada

starting block,posisi kepala dalam keadaan menunduk.

Kemudian pada saat aba-aba “ siap / set “ pelari mengangkat panggulnya sedemikian

rupa sehingga posisi badan pelari menungging,pandangan ke depan.

Selanjutnya saat mendengar aba-aba “ Mulai / go atau letusan pistol aba-aba,pelari

langsung menolakkan kaki,melangkah dan berlari secepat mungkin menuju garis finish.

Dalam lari jarak pendek,cara-cara yang paling efisien dan posisi tubuh yang saat di

garis start menentukan keberhasilan atlet dalam meraih kemenangan. Sebab pelari jarak

pendek mengandalkan daya dan kekuatan tolakan kaki pada saat start. Hal utama yang perlu

Page 15: LAPORAN OLAHRAGA

diperhatikan oleh pelari cepat untuk menghasilkan gerakan yang efisien adalah ketinggian

lutut dan paha ketika berlari,gerakan lengan yang bebas menjaga kestabilan,dan tubuh yang

condong ke depan 25 derajat.

Kadang dalam lomba lari jarak pendek,selisih waktu antara pelari saat melewati garis

finish sangat kecil maka untuk mengetahui pelari mana yang lebih dulu melewati garis finish

digunakan foto finish.

Seperti halnya olaharaga pada umumnya lari jarak pendek memiliki beberapa aturan

perlombaan yang harus dipatuhi oleh setiap pelari. Beberapa peraturan tersebut antara lain

adalah sebagai berikut :

· Setiap pelari harus melakukan start secara bersama-sama. Jika salah satu atau

beberapa pelari mulai berlari sebelum pistol aba-aba ditembakkan maka start akan diulang.

· Pelari yang dua kali melakukan pelanggaran start akan didikualifikasi

· Pelari dilarang mengganggu pelari lain bak dengan ucapan maupun fisik

· Setiap pelari dilarang menggunakan obat-obatan apapun yang berfungsi

memacu kekuatan fisik

· Setiap pelari harus berlari di jalur masing-masing. Apabila seorang pelari

keluar lintasan ataupun menginjak garis batas lintasan,ia akan didiskualifikasi.

Peraturan tersebut harus dipatuhi oleh setiap pelari agar sportifitas dalam perlombaan

dapat terjaga. Pelanggaran yang dilakukan oleh pelari terhadap peraturan tersebut akan

mengakibatkannya memperoleh sangsi antara lain dinyatakan gugur ( didiskualifikas )

ataupun diskors.