laporan akhir program p2m pelatihan penanganan cedera olahraga

30
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PELATIHAN PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA BAGI PELATIH/ATLET BULUTANGKIS Oleh: dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked, M.Biomed/0025027505 dr. Ni Nyoman Mestri Agustini, S.Ked.,M.Kes/0025088501 I Nyoman Sudarmada, S.Or., M.Or./0010088601 LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014

Upload: duonghuong

Post on 12-Jan-2017

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M

PELATIHAN PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA

BAGI PELATIH/ATLET BULUTANGKIS

Oleh:

dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked, M.Biomed/0025027505

dr. Ni Nyoman Mestri Agustini, S.Ked.,M.Kes/0025088501

I Nyoman Sudarmada, S.Or., M.Or./0010088601

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2014

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

a. Judul :“PELATIHAN PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA BAGI

PELATIH/ATLET BULUTANGKIS”

b. Jenis Program : Usulan P2M Dana DIPA

c. Bidang Kegiatan : Kesehatan Olahraga

d. Identitas Pelaksana

1. Ketua

- Nama : dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked, M.Biomed

- NIP : 197502252005012001

- NIDN : 0025027505

- Pangkat/Gol. : Lektor/IIIc

- Alamat Kantor : Kampus Tengah UNDIKSHA, Jl.Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : Jalan Srikandi Gang Wisma Bayangkara 9x Singaraja

2. Anggota I

- Nama : dr. Ni Nyoman Mestri Agustini, S.Ked., M.Kes

- NIP/Pangkat/Gol. : 198508252009122007/Penata Muda Tk.I/IIIb

- Alamat Kantor : Kampus Tengah UNDIKSHA, Jl.Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : Jl.Toya Anakan 2 no. 29, Singaraja

3. Anggota II

- Nama : I Nyoman Sudarmada, S.Or., M.Or.

- NIP/Pangkat/Gol. : 198608102008121001/ Penata Muda Tk. I/IIIa

- Alamat Kantor : Kampus Tengah UNDIKSHA, Jl.Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : Perum Satelit Asri Singaraja

e. Sumber dana DIPA : Rp. 7.500.000

f. Lama Kegiatan : 8 bulan

Mengetahui Singaraja, 4 September 2014

Dekan FOK, Ketua Pelaksana,

Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S. dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked.,M.Biomed.

NIP. 195910181985031002 NIP. 197502252005012001

Menyetujui

Ketua LPM UNDIKSHA,

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.

NIP. 195901011984031003

iii

PRAKATA

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya laporan kegiatan pengabdian masyarakat ini

dapat terlaksana dengan baik. Laporan dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan

kegiatan dan memberikan informasi tentang proses perencanaan dan pelaksanaan dari awal

hingga akhir kegiatan serta hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini.

Penulis menyadari bahwa isi dari laporan ini jauh dari sempurna, sehingga perlu saran

dan masukanndari pembaca sangat kami harapkan. Terlaksananya kegiatan ini dari awal hingga

pembuatan laporan berkat bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof.Dr. Ketut Suma, M.S., ketua LPM Undiksha atas bantuannya dalam hal memberikan

fasilitas sehubungan dengan pengurusan dana untuk pelaksanaan kegiatan.

2. Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S selaku dekan FOK Undiksha Singaraja yang telah

memberikan kemudahan dalam pengurusan ijin peminjaman alat-alat yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Mitra dari Pelatih Bulutangkis Kabupaten Buleleng yang telah menfasilitasi dan

terlaksananya kegiatan P2M ini.

4. Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga pelaksanaan P2M

dapat berjalan sesuai rencana

5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya baik

pemikiran maupun material pada kegiatan ini.

Demikian laporan pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala bantuan yang

diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Singaraja, 4 September 2014

Penulis

1

1. PENDAHULUAN

Prestasi olahraga nasional merupakan puncak dari pembinaan prestasi olahraga di

daerah. Oleh karena itu, keberhasilan pembinaan olahraga daerah merupakan kunci

dari kesuksesan olahraga nasional. Salah satu kelemahan dari program pembinaan

olahraga nasional saat ini adalah kurang meratanya pembangunan olahraga di daerah,

terdapat perbedaan yang sangat menyolok antara pusat dan daerah baik dalam hal

kemampuan teknis tenaga keolahragaan maupun sarana dan fasilitas yang tersedia.

Salah satu faktor penting dalam pembinaan olahraga adalah keberadaan pelatih

masing-masing cabang olahraga. Selain kemampuan dalam cabang olahraga, seorang

pelatih juga dituntut memiliki kelebihan lain guna mendukung prestasi atlit. Salah

satunya adalah kemampuan dalam penanganan cedera olahraga.

Cedera olahraga merupakan suatu keadaan patologis dan disebabkan oleh

ketidakseimbangan 3 faktor, yaitu faktor host (atlet sendiri), agent (kegiatan yang

berhubungan dengan olahraga) dan environment (lingkungan).Cedera olahraga dapat

terjadi karena pengaruh dari luar (body contact, alat olahraga), pengaruh dari dalam

(koordinasi otot dan sendi yang tidak sempurna) serta pemakaian yang

berlebihan/overuse (James W et al, 1992). Berdasarkan data Kementerian Pemuda

dan Olahraga (Kemenpora) mengenai kajian penatalaksanaan cedera olahraga pada

olahragawan tahun 2010 ditemukan dari 113 responden, terdapat sebagian besar

(92%) kejadian cedera olahraga pada atlet terjadi saat latihan. Data selanjutnya

menunjukkan bahwa atlet yang mengalami cedera sebanyak 87% tidak pernah terlibat

dalam penanganan cedera.Keterlibatan pelatih dan wasit dalam kegiatan penanganan

cedera termasuk rendah yaitu hanya 11%. Akses ke pelayanan kesehatan juga

dikatakan agak sulit sehingga pemberian penanganan selanjutnya terhalang

(Kemenpora, 2011). Pengetahuan mengenai penanganan cedera olahraga sebenarnya

sudah terdapat dalam beberapa buku keolahragaan, namun petunjuk yang diberikan

tidak dapat diaplikasikan dengan mudah oleh para praktisi olahraga.

2

2. ANALISIS SITUASI

Menilik hasil Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali periode terakhir, terlihat

terjadi penurunan pencapaian prestasi keolahragaan kabupaten Buleleng. Tahun 2009

Kabupaten Buleleng berada pada posisi 3 dengan peraihan medali 36 emas, 39 perak

dan 67 perunggu. Tahun 2011, Buleleng hanya menempati urutan keempat dengan

perolehan medali 24 emas, 34 perak dan 49 perunggu. Apabila dilihat dari cabang

olahraganya, salah satu cabang olahraga yang mengalami penurunan prestasi adalah

bulutangkis. Cabang bulutangkis tahun 2009 memperoleh 4 emas, 2 perak dan 1

perunggu, sedangkan tahun 2011 memperoleh 3 emas, 2 perak dan 2 perunggu.

Pembinaan masing-masing cabang olahraga di Kabupaten Buleleng dilakukan

oleh perkumpulan masing-masing di bawah naungan KONI Kabupaten. Pembinaan

cabang olahraga bulutangkis dilakukan oleh PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh

Indonesia) cabang Buleleng dengan jumlah pelatih 7 orang. Berdasarkan wawancara

pendahuluan dengan pelatih cabang olahraga bulutangkis, ditemukan bahwa

pembinaan yang terlaksana selama ini dirasakan belum maksimal. Latihan yang

dilakukan tidak bersifat rutin, karena kendala dari pelatih, atlet, maupun sarana dan

prasarana. Banyak pelatih yang merupakan pegawai sehingga latihan hanya dapat

difokuskan sore hari. Atlet juga kebanyakan siswa sekolah sehingga sering kali

terbentur dengan kegiatan sekolah. Sarana dan prasarana selama ini masih belum

memenuhi kebutuhan. Dalam pelaksanaannya, saat latihan sering kali apabila terjadi

cedera pada atlet, tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. Selama ini

apabila terdapat atlet yang cedera, bantuan yang diberikan terbatas pada pijatan dan

pemberian cream pengurang rasa nyeri. Terkadang apabila cedera cukup berat

disarankan untuk ditangani oleh tukang pijat. Penanganan seperti itu dapat

menyebabkan penyembuhan tidak maksimal, bahkan meninggalkan kecacatan. Hal

ini dapat menyebabkan turunnya prestasi atlet. Keberadaan sarana dan prasarana

penunjang untuk memberikan penanganan terhadap atlet yang mengalami cedera juga

masih dirasakan minim. Selain itu, tidak adanya penyedia pelayanan kesehatan yang

3

lebih tinggi yang bekerja sama dengan cabang olahraga tersebut juga menghalangi

pemberian tindakan terhadap atlet yang mengalami cedera. Pelatih menyadari bahwa

kemampuan dalam memberikan penanganan masih kurang. Selain itu, tidak adanya

panduan dalam penatalaksanaan yang dapat dijadikan pedoman bagi pelatih.

Berbagai permasalahan yang dialami oleh para pelatih tersebut tentunya akan

mempengaruhi pembinaan atlet. Hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya

kualitas dan prestasi atlet. Oleh sebab itu, sangat diperlukan adanya usaha

pengembangan dan peningkatan keterampilan pelatih dalam penanganan cedera

olahraga agar upaya dapat meningkatkan prestasi olahraga Kabupaten Buleleng.

3. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Berbagai permasalahan yang terdapat pada pelatih bulutangkis di Kabupaten

Buleleng antara lain terkait dengan pembinaan. Latihan yang dilakukan tidak bersifat

rutin, karena kendala dari pelatih, atlet, maupun sarana dan prasarana. Kejadian

cedera pada atlet seringkali tidak mendapatkan penanganan yang tepat menyebabkan

penyembuhan tidak maksimal, bahkan meninggalkan kecacatan. Keberadaan sarana

dan prasarana penunjang untuk memberikan penanganan terhadap atlet yang

mengalami cedera juga masih dirasakan minim.

Permasalahan pada cabang olahraga bulutangkis yang menjadi sorotan adalah

dalam hal penanganan cedera. Secara spesifik, permasalahan yang akan

ditindaklanjuti adalah dalam kurangnya keterampilan pelatih dan atlet bulutangkis

dalam hal penanganan cedera olahraga.

4. TINJAUAN PUSTAKA

a. Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu olahraga permainan yang diperkirakan

muncul sekitar abad ke-12. Bulutangkis merupakan suatu olahraga yang dimainkan

oleh 2 orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang saling

4

berlawanan. Bulu tangkis bertujuan memukul bola permainan (shuttlecock) melewati

jaring agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan dan berusaha

mencegah lawan melakukan hal yang sama. (Poole, 2011)

Untuk dapat memainkan olahraga bulutangkis, diperlukan beberapa peralatan

dan sebuah lapangan.

1) Peralatan

a) Raket

Raket digunakan sebagai alat pemukul. Umumnya panjang raket 65-67

cm dan beratnya 100-200 gram. Untuk tali terbuat dari bahan nilon

kualitas tinggi dengan diameter 0,65-0,70 mm. Pemilihan raket

disesuaikan dengan ukuran, keseimabngan, macam pegangan, ayunan

dan tegangan tali. Kesesuaian tersebut akan berdampak pada kualitas

permainan.

b) Shuttlecocks

Shuttlecocks dalam bulutangkis biasanya berbahan bulu angsa dengan

berat 4,8-5,6 gram dan mempunyai 14-16 helai bulu. Dalam

pertandingan resmi, pemilihan berat Shuttlecocks didasarkan atas suhu

ruang tempat pertandingan.

2) Lapangan

Permainan bulutangkis dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.

Meskipun demikian, semua turnamen resmi sampai saat ini praktis dilakukan

di dalam ruangan. Hal ini dikarenakan di dalam ruangan laju Shuttlecocks

tidak terpengaruh oleh angin. Ukuran lapangan bulutangkis adalah 13,4 meter

(panjang) dan 6,1 meter (lebar).

b. Cedera Olahraga

1) Definisi Cedera Olahraga

5

Yang dimaksud dengan cedera olahraga (sport injuries) adalah segala macam

cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga

(pertandingan) ataupun sesudah pertandingan. Yang biasa terkena adalah tulang,

otot, tendon, serta ligament.

Dengan demikian pengetahuan tentang cedera olahraga berguna untuk

mempelajari cara terjadinya cedera olahraga, mengobati/menolong/menanggulangi

(kuratif) serta tindakan preventif (pencegahan).

2) Jenis-jenis Cedera Olahraga

Berdasarkan jenis cedera , maka cedera olahraga dapat dibedakan menjadi: 1)

cedera yang terjadi pada jaringan lunak seperti kulit, otot, tendon, dan ligamen; 2)

cedera yang terjadi pada jaringan keras seperti: sendi dan tulang; 3) cedera yang

terjadi pada jaringan syaraf.

Berdasarkan macamnya cedera, maka cedera olahraga dapat dibagi atas sebab-

sebabnya cedera:

1) External violence (sebab-sebab yang berasal dari luar)

Adalah cedera yang timbul/terjadi karena pengaruh atau sebab yang berasal dari

luar, misalnya:

a. Karena body contact sport: sepakbola, tinju, karate, dan lain-lain.

b. Karena alat-alat olahraga: stick hockey, bola, raket dan lain-lain.

c. Karena keadaan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya cedera, misalnya:

keadaan lapangan yang tidak memenuhi persyaratan. Balap mobil, motor,

lapangan bola yang berlubang-lubang dan sebagainya.

Luka atau cedera yang timbul bisa berupa: luka lecet, luka robek, robekan otot-

otot, tendo atau memar, fraktur, dapat sampai fatal.

6

2) Internal violence (sebab-sebab yang berasal dari dalam)

Cedera ini terjadi karena koordinasi otot-otot dan sendi yang kurang sempurna,

sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang salah, sehingga menimbulkan

cedera. Ukuran tungkai/kaki yang tidak sama panjangnya; kekuatan otot-otot

yang bersifat antagonis, tidak seimbang, dan sebagainya. Hal ini bisa juga terjadi

karena kurangnya pemanasan, kurangnya konsentrasi ataupun si atlit dalam

keadaan fisik dan mental yang lemah.

Macamnya cedera dapat berupa robeknya otot, tendon atau ligament.

3) Over Use (pemakaian terus menerus/terlalu lelah).

Cedera ini timbul karena koordinasi otot yang berlebihan atau terlalu lelah.Cedera

karena over use menempati 1/3 dari cedera olahraga yang terjadi.Biasanya cedera

akibat over use terjadinya secara perlahan-lahan (bersifat kronis).Gejala-gejalanya

dapat ringan yaitu kekakuan otot, strain, sprain, dan yang paling berat adalah

terjadinya stres fraktur.

Cedera juga dapat dibedakan berdasarkan berat ringannya yaitu:

1) Cedera Ringan: merupakan cedera yang tidak diikuti kerusakan yang berarti pada

jaringan tubuh kita. Misalnya: kekakuan dari otot dan kelelahan. Pada cedera

ringan biasanya tidak diperlukan pengobatan apapun, dan akan sembuh dengan

sendirinya setelah istirahat beberapa waktu.

2) Cedera Berat: merupakan cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut kita

jumpai adanya kerusakan jaringan pada tubuh kita. Misalnya robeknya otot,

ligamentum, maupun fraktur atau patah tulang.

Kriteria cedera berat:

a. Kehilangan substansi atau kontinuitas.

b. Rusaknya atau robeknya pembuluh darah

c. Peradangan setempat (localized inflammation)

7

3) Penanganan Cedera Olahraga

Pengobatan atau penanganan cedera olahraga dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

1) Segera setelah terjadi cedera (0 jam-24 jam s.d. 36 jam)

Tahap pengobatannya dengan metode RICE, yaitu:

a) Rest (istirahat)

Dalam hal ini bagian yang cedera diistirahatkan sesegera mungkin sebab apabila

tidak diistirahatkan akan memperparah cedera, bertambah nyeri, merangsang

perdarahan sehingga menghambat penyembuhan. Bila terjadi cedera di tungkai

gunakan kruk untuk menghindari tumpuan pada tungkai yang cedera, untuk

cedera di lengan dengan menggunakan splint.

b) Ice : kompres dingin

Tujuannya adalah untuk menghentikan perdarahan (menyempit, vasokonstriksi

sehingga memperlambat aliran darah) dengan demikian ice mempunyai tujuan

untuk 1) mengurangi perdarahan, menghentikan perdarahan; 2) mengurangi

pembengkakan; 3) mengurangi rasa sakit.

Pendinginan yang kita terapkan ini pengaruhnya kurang terhadap bagian yang

dalam letaknya, karena jaringan-jaringan ikat serta kulit kita berfungsi sebagai

isolator. Disamping itu pembuluh darah di kulit akan menyerap dingin sebelum

dingin tadi sampai ke bagian dalam tubuh kita. Maka dari itu pengobatan bagian-

bagian cedera dari bagian-bagian yang letaknya dalam, biasanya dikerjakan

dengan kombinasi balut tekan dan pendinginan.

Kompres dingin dapat dilakukan dengan merendam cedera langsung direndam

pada air dingin, dengan es yang dimasukkan dalam kantong plastik pembalut

atau handuk dingin, Ice pack yaitu dengan memasukkan es batu ke dalam

kantong karet dan dengan evaporating lotion/substance, yaitu zat-zat kimia yang

menguap (chlorethyl spray, Alkohol 70% dan Spiritus).

Dalam pemberian kompres dingin ini, ada intervalnya yaitu antara 20-30

menit.Tujuannya agar jaringan-jaringan tubuh kita tidak menjadi rusak atau mati.

8

Selain dengan kompres dingin, nyeri dapat berkurang atau hilang sama sekali

dengan pemberian obat-obatan seperti obat-obat yang tergolong anti inflamasi

misalnya: papase, anti reumatik, kortikosteroid dan anti inflamasi lainnya dan

obat-obat yang tergolong analgesik, yaitu menghilangkan rasa nyeri (mengandung

anti inflamasi sedikit) misalnya: antalgin, neuralgin, panadol, aspirin, asetosal dan

lain-lain.

c. Compression (balut tekan)

Tujuannya:

1. Untuk mengurangi pembengkakan sebagai akibat perdarahan yang dihentikan

oleh ikatan tadi.

2. Untuk mengurangi pergerakan.

3. Membatasi penumpukan darah,plasma dan meminimalkanpembengkakan

disekitar cedera

4. Menggunakanelastic bandage sampai bengkak menghilang.

5. Membebat mulai dari distal kearah cedera.

Balut tekan adalah suatu ikatan yang terbuat dari bahan yang elastis.Bahan

perbannya disebut elastis perban atau elastic bandage atau tensio krep atau benda-

benda lain yang sejenis.Bahaya balut tekan adalah jika ikatan itu terlalu kencang,

maka pembuluh darah arteri tidak bisa mengalirkan darah ke bagian distal ikatan.

Hal ini akan menyebabkan kematian dari jaringan-jaringan disebelah distal ikatan.

Kita tahu bahwa ikatan itu terlalu kencang bila: 1) Denyut nadi bagian distal

terhenti atau tidak terasa; 2) Cedera semakin membengkak; 3) Si penderita

semakin kesakitan; 4) Warna kulit pucat kebiru-biruan.

d. Elevation

Mengangkat bagian yang cedera lebih tinggi dari letak jantung.Tujuannya

adalah supaya perdarahan berhenti dan pembengkakan segera dapat berkurang.

Karena aliran darah arteri menjadi lambat (melawan gaya tarik bumi) sehingga

9

perdarahan mudah berhenti. Sedangkan aliran vena menjadi lancar, sehingga

pembengkakan berkurang. Dengan demikian hasil-hasil jaringan yang rusak akan

lancar dibuang oleh aliran darah balik dan pembuluh limfe. Elevation juga dapat

menurunkan tekanan hidrostatis sehingga mengurangi penumpukancairan

(mengurangi bengkak dan nyeri). Cedera tungkai atas, letakkantangan di dada

menyilang,gunakan sling.Cedera tungkai bawahtinggikan dengan bantal. Pastikan

tungkai berada di atas level pelvis.

Hindari melakukan faktor HARM:

1. Heat perdarahan menjadi lebih banyak

2. Alkohol pembengkakan menjadi lebih berat

3. Running dapat menyebabkan cedera lebih parah

4. Massage dalam 72 jam pertama, karena dapat meningkatkan bengkak dan

perdarahan.

2) Setelah Cedera 24-36 jam

Setelah dijelaskan tentang metode RICE pada tahap pertama, sekarang kita

sampai pada pengobatan tahap kedua yaitu pemberian kompres panas atau Heat

Treatment. Pemberian kompres panas dilakukan dalam waktu 24 sampai 36 jam

setelah cedera terjadi atau bagian yang cedera sudah hamper sembuh dan dapat

digerakkan lagi (hamper normal). Tujuan heat treatment adalah mencerai beraikan

traumatic effusion atau cairan plasma darah yang keluar dan masuk di sekitar

tempat yang cedera, hingga mudah diangkut oleh pembuluh darah balik dan limfe

selain itu mmperlancar proses penyembuhan dan mengurangi rasa sakit karena

kejangnya otot atau kekakuan otot. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa

kompres panas jangan sekali-kali diberikan pada waktu baru terjadi cedera. Hal ini

akan menambah perdarahan serta pembengkakan. Pemberian kompres panas

intervalnya 20-30 menit, jadi seperti kompres dingin.Fisioterapinya berupa masase

dan penyinaran dapat diterapkan pada tahap ini.

10

3) Jika Bagian Yang Cedera Dapat Digunakan Dan Hampir Normal

Tindakannya adalah membiasakan jaringan yang cedera tanpa mempergunakan alat

bantu, misalnya tanpa decker atau balut tekan. Pada tahap ini masase masih dapat

dilakukan untuk membantu proses penyembuhan. Otot-otot disekitar tempat cedera

harus mulai dilatih, demikian juga gerakan-gerakan pada persendian, tentu saja

latihan dimulai dari gerakan-gerakan yang mula-mula bersifat pasif, kemudian

menjadi gerakan aktif.

4) Jika Bagian Yang Cedera Sudah Sembuh Dan Latihan Dapat Dimulai

Bagian yang cedera kita persiapkan agar supaya kuat terhadap tekanan-

tekanan dan tarikan-tarikan yang terdapat pada cabang olahraga si penderita

tersebut.Memang kadang-kadang masih diperlukan adanya alat penguat seperti balut

tekan untuk beberapa waktu lamanya.Latihan berat yang terprogram sudah dapat

diterapkan.

5. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pelatihan

penanganan cedera olahraga bagi pelatih dan atlet bulutangkis antara lain:

a. Meningkatkan pengetahuan pelatih dan atlet mengenai cedera olahraga.

b. Membentuk keterampilan pelatih dan atlet bulutangkis dalam melakukan

penanganan cedera olahraga.

6. MANFAAT KEGIATAN

Manfaat dari program pengabdian ini adalah pelatih dan atlet bulutangkis dapat

memiliki keterampilan dalam menangani cedera olahraga sehingga dapat memberikan

penanganan yang tepat dan cepat sehingga atlet yang cedera dapat tertangani dengan

baik sehingga meningkatkan tingkat kesembuhan dan menurunkan kecacatan.

11

7. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

1. Melakukan observasi dan wawancara kepada pelatih dan atlet Bulutangkis terkait

pelaksanaan penanganan cedera olahraga selama ini.

2. Mengadakan kerjasama dengan KONI Kabupaten Buleleng untuk meminta ijin

melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat, khususnya bagi atlet

bulutangkis.

3. Menyampaikan surat undangan kepada peserta pelatihan, yaitu pelatih dan atlet

bulutangkis Buleleng.

4. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk Pelatihan Penanganan

Cedera Olahraga bagi Pelatih dan Atlet Bulutangkis.

5. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengabdian pada masyarakat.

6. Menyusun laporan penyelenggaraan pengabdian pada masyarakat.

8. KHALAYAK SASARAN

Adapun yang menjadi khalayak sasaran program pengabdian ini adalah pelatih

dan atlet cabang olahraga bulutangkis yang ada di Kabupaten Buleleng. Pemilihan

sasaran program pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pelatihan penanganan

cedera olahraga, mengingat berdasarkan analisis situasi, selama ini atlet bulutangkis

yang mengalami cedera seringkali tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan

cepat. Tidak jarang terdapat kesalahan dalam pemberian tindakannya. Kurangnya

keterampilan dalam penanganan cedera ini akan berdampak pada keterlambatan

kesembuhan bahkan kecacatan pada atlet.

9. KETERKAITAN

Program pengabdian pada masyarakat dalam bentuk Pelatihan Penanganan

Cedera Olahraga bagi Pelatih dan Atlet Bulutangkis memiliki keterkaitan yang erat

antara Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha dan Pembina cabang olahraga

bulutangkis (KONI). Fakultas Olahraga dan Kesehatan yang merupakan bagian dari

12

Undiksha memiliki tanggung jawab untuk mendukung prestasi olahraga, khususnya

di Kabupaten Buleleng.

Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha memiliki tenaga kesehatan dan

kepelatihan yang memiliki kompetensi dan tanggung jawab terhadap prestasi

olahraga Buleleng. Penanganan cedera olahraga merupakan salah satu bagian dari

dukungan terhadap prestasi atlet. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam

hal penanganan cedera olahraga baik bagi pelatih maupun atlet akan dapat memberi

kontribusi terhadap kualitas atlet. Dengan demikian atlet akan berada pada kondisi

yang prima untuk pencapaian prestasi.

10. METODE KEGIATAN

Metode yang digunakan dalam program pengabdian pada masyarakat ini adalah:

a. Ceramah yaitu menyampaikan materi-materi mengenai cedera olahraga, baik

dari jenis-jenisnya hingga penanganannya.

b. Praktek yaitu pelatih dan atlet sendiri mempraktekkan untuk memberikan

penanganan cedera olahraga.

c. Diskusi yaitu mendiskusikan kembali materi dan praktek yang telah dilakukan

sehingga terjadi interaksi timbal balik antar peserta dan peserta dengan

pelatih.

11. RANCANGAN EVALUASI

Keberhasilan kegiatan pengabdian ini dievaluasi pada akhir kegiatan berdasarkan

matriks di bawah ini:

No. Luaran Kegiatan Indikator keberhasilan

1. Meningkatkan

pengetahuan pelatih dan

atlet mengenai penanganan

cedera

Ceramah dan diskusi

mengenai

penanganan cedera

olahraga

90% peserta pelatihan

mendapatkan nilai ≥85

13

2. Membentuk keterampilan

pelatih dan atlet dalam

memberikan tindakan

penanganan cedera

olahraga

Pelatihan

penanganan cedera

olahraga

Diskusi

90% atlet bisa

memberikan penanganan

terhadap kasus cedera

olahraga dengan tepat

dan cepat.

12. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

1. Mengkoordinasikan dan membagi tugas pada tim.

2. Mengumpulkan dokumen dan arsip.

3. Melaksanakan kegiatan P2M.

4. Merumuskan hasil P2M untuk dijadikan dasar meningkatkan mutu

pengabdian masyarakat

Narasumber

Narasumber dalam kegiatan ini adalah dr. Made3 Budiawan, S.Ked.,M.Kes

Peserta

Pelatih dan Atlet Bulutangkis Kecamatan Buleleng

Tempat dan Tanggal Pelaksanaan

Tempat : SD 2 Kaliuntu, Singaraja

Tanggal : Sabtu, 16 Agustus 2014

Tim Pelaksana Kegiatan

Panitia P2M

Deskripsi Hasil Kegiatan

Kegiatan P2M dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, yakni pada Hari Sabtu,

16 Agustus 2014. Kegiatan diawali oleh laporan ketua panitia. Narasumber pada

kegiatan ini adalah: 1) dr. Made Budiawan, S.Ked., M.Kes. Peserta yang terlibat

dalam kegiatan P2M sebanyak 30 orang dari pelatih dan atlet bulutangkis di

Kecamatan Buleleng.

14

Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah sebagai

berikut:

1. P2M pelatihan penanganan cedera olahraga bagi pelatih/ atlet bulutangkis di

Kecamatan Buleleng didahului oleh laporan Ketua Panitia P2M.

2. Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan kudapan

3. Penyajian materi disampaikan oleh narasumber

4. Setelah penyajian materi acara dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab.

Peserta P2M terlihat sangant antusias dalam diskusi ini yang terlihat dengan

banyaknya pertanyaan dari peserta.

Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta adalah:

a) Gede Sudarma (SD 1 Kaliuntu): mohon dijelaskan kembali cara melakukan

terapi es pada cedera olahraga

Jawaban: Cara-cara kompres dingin:

- Cedera langsung direndam pada air dingin

- Dengan es yang dimasukkan dalam kantong plastik pembalut atau handuk

dingin.

- Ice pack yaitu dengan memasukkan es batu ke dalam kantong karet.

- Dengan evaporating lotion/substance, yaitu zat-zat kimia yang menguap,

mengambil panas misalnya: chlorethyl spray

Dalam pemberian kompres dingin ini, ada intervalnya yaitu antara 20-30

menit. Tujuannya agar jaringan-jaringan tubuh kita tidak menjadi rusak atau

mati.

b) Komang Citawati (SD 1 Banyuasri): apa penyebab kram otot dan bagaimana

cara menolong atlet yang mengalami kram saat latihan?

Jawaban:

Kram adalah kontraksi yang terus menerus dari otot atau sekelompok otot dan

terasa amat nyeri dan tidak dipengaruhi olah kemauan. Otot yang mengalami

kram akan memendek, keras dan nyeri. Biasanya yang terkena adalah otot-otot

15

bagian depan paha (kuadriseps), otot paha bagian belakang (hamstring), dan otot-

otot betis (gastrocnemius), tetapi secara teoritis semua otot dapat mengalami

kejang.

Muscle cramp adalah cedera yang paling sering dialami oleh olahragawan, yang

sebabnya belum jelas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kram otot ini:

1. Pada saat otot-otot mengalami kelelahan dan secara tiba-tiba meregang, maka

otot tersebut dengan terpaksa akan meregang secara penuh dan ini dapat

mengakibatkan kram.

2. Ketidaksempurnaan biomekanik tubuh karena adanya ketidaksejajaran dari

bagian kaki bawah, atau karena keadaan otot yang terlalu kencang.

3. Kekurangan beberapa jenis mineral tertentu seperti sodium, potassium,

kalium, zat besi dan phosphor.

4. Karena terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot tersebut, sehingga

menyebabkan terjadinya kram.

Pertolongan pertama pada orang kejang: pertama-tama si atlet dibawa ke pinggir.

1. Kontraksikan otot yang berlawanan (yaitu otot yang bekerja secara langsung

berlawanan terhadap otot yang terkena).

2. Lakukan peregangan secara bertahap dari otot yang terkena, sampai mencapai

panjangnya yang normal, misalnya untuk betis hal ini tercapai bila

pergelangan kaki dorsofleksi 900

dengan otot lurus. Jangan sentakkan kaki ke

atas karena hal ini dapat menimbulkan cedera yang lebih parah pada otot yang

terkena.

3. Lakukan masase dengan gerakan-gerakan mengurut dengan lembut kearah

jantung untuk memperbaiki pengaliran darah lokal, bila kramnya sudah

teratasi.

c) I Gede Wijayasa (SD 2 Banyuning): alat dan obat apa saja yang perlu

disiapkan untuk melakukan pertolongan pertama terhadap cedera olahraga?

16

Jawaban:

Alat yang diperlukan: alat-alat yang diperlukan mudah didapat dan harganya

murah, antara lain: Elastic bandage, es batu (kalau ada ice pack), handuk

untuk membungkus es, NaCl 0,9%, betadine, kasa steril.

d) I P G Mertha (Pelatih bulutangkis): mengapa tidak boleh menggunakan air

hangat dan alcohol pada cedera yang baru terjadi.

Jawaban: air hangat akan menyebabkan meningkatnya perdarahan, menambah

pembengkakan, nyeri bertambah, penyembuhan terhambat. Alkohol dapat

menyebabkan rusaknya kulit apabila terjadi luka terbuka. Alcohol boleh

digunakan untuk membersihkan kulit yang utuh (tidak ada luka) dan untuk

membunuh bakteri.

5. Narasumber menyimpulkan hasil diskusi yang telah berlangsung.

6. Acara kemudian dilanjutkan dengan pelatihan untuk melakukan penanganan ceera

olahraga. Pada pelatihan ini para peserta dibagi dalam kelompok kecil, kemudian

masing-masing kelompok diberi pelatihan dipandu oleh narasumber dengan

bantuan anggota pengabdian masyarakat.

7. Acara ditutup oleh ketua ketua panitia.

Selama kegiatan, peserta terlihat sangat antusias mengikuti acara P2M. Hal ini

terbukti dari tidak ada peserta yang izin selama kegiatan berlangsung.

13. KEGIATAN PENDAMPINGAN

Pada saat kegiatan pendampingan yang dilakukan di Klub PBSI Singaraja, pelatih

dan atlet sudah dapat mengaplikasikan dasar-dasar penanganan cedera olahraga yang

diberikan pada waktu pelatihan. Cedera olahraga yang terjadi saat pendampingan

adalah sprain pada sendi ankle (pergelangan kaki) dan pelatih sudah dapat

memberikan pertolongan pertama secara benar

17

14. DOKUMENTASI KEGIATAN

Beberapa dokumen penting sebagai bukti terselenggaranya kegiatan P2M

“Pelatihan penanganan cedera olahraga bagi pelatih/atlet bulutangkis, yaitu daftar

hadir peserta dan panitia, materi dari narasumber, dan foto-foto kegiatan. Semua

dokumen tersebut disajikan pada lampiran.

15. PENUTUP

Demikian laporan kegiatan P2M “pelatihan penanganan cedera olahraga bagi

pelatih/atlet bulutangkis” kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi

kemajuan olahraga di Kabupaten Buleleng. Akhir kata, atas segala kekurangan baik

selama persiapan, kegiatan berlangung, dan sampai pada pembuatan laporan, kami

panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya.

18

LAMPIRAN

Lampiran 1

DAFTAR PUSTAKA

Astawa, Putu. 2003. Cedra Olahraga Aspek Bantuan Hidup Dasar dan Pertolongan

Pertama. Makalah. Disampaikan Pada Pelatihan Rehabilitasi Medik Cedera

Olahraga. Rumah Sakit Sanglah. Denpasar.

C.K. Giam, K.C. Teh. 1992. Ilmu Kedokteran Olahraga. Alih Bahasa: Hartono

Satmoko. Jakarta. Binarupa Aksara.

Hardianto Wibowo. 1994. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga.

Jakarta. EGC.

James Wilson., MacDonald., Colin Fergusson. 1992. Cedera Olahraga. Alih Bahasa:

Gustav Anantamuller. Penerbit ARCAN. Jakarta.

Kemenpora, 2011. Kumpulan Makalah Lokakarya Cidera Olahraga. Jakarta.

Paul M. Taylor., Diane K Taylor. 1997. Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga.

Alih Bahasa: Jamal Khabib. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Poole James. 2011. Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Jaya.

Widana I Ketut.2003. Mekanisme Kontraksi Otot Dalam pencegahan Cedera

Olahraga.Makalah. Disampaikan Pada Pelatihan Rehabilitasi Medik Cedera

Olahraga. Rumah Sakit Sanglah. Denpasar.

19

Lampiran 2. Log book Kegiatan

CATATAN HARIAN (LOGBOOK)

Pelatihan Penanganan Cedera Olahraga Bagi Pelatih/Atlet Bulutangkis

No Tanggal Kegiatan

1 6 Mei 2014 Revisi Proposal pengabdian pada masyarakat.

2 6 Juni 2014 Pertemuan dengan mitra (Pengcab PBSI Kabupaten Buleleng)

membicarakan :

1. Koordinasi tim pelaksanaan kegitan P2M

2. Perencanaan Teknik Pelaksanaan Pengabdian Pada

Masyarakat.

3. Persiapan Pembagian Tugas (Kepanitian).

3 7 Agustus 2014 Membeli bahan habis pakai persiapan kegiatan P2M.

1. Bolpoint 3 box

2. Note Book 30 Buah

3. Stofmap 30 buah

4. Kertas HVS 2 rim

5. Catridge

6. Pembelian spanduk

7. Pembelian elastic bandage, cairan pencuci luka,

betadine

8. Cetak piagam peserta dan narasumber

4 7 Agustus 2014 Koordinasi dengan narasumber terkait pelaksanaan P2M

(persiapan materi pelatihan, dan peralatan untuk penanganan

cedera olahraga)

5 10 Agustus 2014 Mempersiapkan Surat Menyurat

6 12 Agustus 2014 Perjalanan membawa surat undangan ke pengcab PBSI

Kabupaten Buleleng

20

1. dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked.,M.Biomed

2. I Nyoman Sudarmada, S.Or., M.Or.

7 12 Agustus 2014 1. Pembelian spanduk

2. Pembelian elastic bandage, cairan pencuci luka, betadin

3. Cetak piagam peserta dan narasumber

8 15 Agustus 2014 1. Pemesanan konsumsi untuk kegiatan P2M (Nasi Kotak

40 kotak, snack kotak 40 kotak), air mineral 1 dus.

2. Persiapan tempat pelaksanaan

3. Fotocopy materi pelatihan

9 16 Agustus 2014 1. Pelaksanaan P2M

2. Pembayaran transport peserta

3. Pembayaran konsumsi kegiatan

4. Pembayaran honor narasumber

10 20-24 Agustus

2014

Pendampingan

10 26 Agustus 2014 Membuat laporan kemajuan 70% P2M

11 4 September 2014 Membuat laporan P2M

21

Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan

Gambar 1. Persiapan regiatrasi peserta

22

Gambar 2. Pembukaan kegiatan P2M diawali dengan berdoa.

Gambar 3. Laporan Ketua panitia

23

Gambar 4. Penyajian materi oleh narasumber

24

Gambar 5. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan

25

Gambar 6. Peralatan dan bahan untuk perawatan cedera olahraga (sprain dan strain)

26

Gambar 7. Perawatan untuk perawatan luka

27

Gambar 8. Salah satu atlet mengalami sprain pada sendi ankle saat pendampingan