skripsi nur eliana binti ruslin 130100347
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI PEDICULOSIS CAPITIS DENGAN PROPORSI TERJADINYA PEDICULOSIS CAPITIS DI PANTI ASUHAN PEMBANGUN
DIDIKAN ISLAM INDONESIA, MEDAN
Oleh :
NUR ELIANA BINTI RUSLIN NIM: 130100347
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI PEDICULOSIS CAPITIS DENGAN PROPORSI TERJADINYA PEDICULOSIS CAPITIS DI PANTI ASUHAN PEMBANGUN
DIDIKAN ISLAM INDONESIA, MEDAN
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
NUR ELIANA BINTI RUSLIN NIM: 130100347
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
i
ABSTRAK
Pendahuluan : Pediculosis capitis adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi Pediculosis capitis di seluruh dunia cukup tinggi. Diperkirakan ratusan juta orang terinfeksi setiap tahunnya dan paling sering terjadi pada anak-anak. Metode : Penelitian ini adalah dengan inspeksi langsung dan juga menggunakan kuesioner untuk melihat tingkat pengetahuan anak panti asuhan tentang Pediculosis capitis. Sampel menjawab kuesioner di bawah pengawasan peneliti. Sekiranya ada pertanyaan atau ada perkara yang tidak di fahami berkaitan kuesioner maka akan diterangkan oleh peneliti. Anak panti asuhan tidak dibenarkan meniru atau berbincang semasa menjawab kuesioner. Hasil : Terdapat 52 orang responden yang mengikuti penelitian ini. Daripada total tersebut, dijumpai 41 orang responden dengan tingkat pengetahuan baik, dan 11 orang responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang mengenai Pediculosis capitis. Setelah dianalisis menggunakan metode chi-square ditemukan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan juga proporsi kejadian Pediculosis capitis di panti asuhan Yayasan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan (p=0.735). Kesimpulan : Dari penelitian yang dijalankan, tingkat pengetahuan anak panti asuhan Yayasan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan mengenai Pediculosis capitis adalah baik dan dapat disimpulkan bahawa tingkat pengetahuan bukanlah suatu faktor utama bagi infestasi Pediculus humanus capitis. Kata Kunci : Pediculosis capitis, Pediculus humanus capitis, Panti Asuhan, Proporsi, Tingkat Pengetahuan.
ii
ABSTRACT Pendahuluan : Pediculosis capitis is an infestation of head flea cause by Pediculus humanus capitis. Prevalence and incidence of Pediculosis capitis is very high around the world. It is estimated hundreds of thousands people are infected every year and it mostly occur to children. Metode : This study is done to inspect directly and questionnaire is given out to observe the level of knowledge the children at child care centre about Pediculosis capitis. All responden answers the questionnaire under the supervision. If there is any misunderstanding, it will be explain by the examiner. The children is not allowed to discuss or cheat while answering the questionnaire. Hasil : There are 52 respondens that answered the questionnaire. It is found that 41 respondens have good knowledge, and 11 respondens average knowledge about Pediculosis capitis. After analyzing using the chi-square method, there are no significant relationship between the level of knowledge and the incidence of Pediculosis capitis at Yayasan Pembangun Didikan Islam Child Care Indonesia, Medan (p=0.735). Kesimpulan : From this study, the level of knowledge about Pediculosis capitis at Yayasan Pembangun Didikan Islam Child Care Indonesia, Medan is good and can be concluded that the level of knowledge is not a main factor to the incidence of infestation of Pediculus humanus capitis. Kata Kunci : Pediculosis capitis, Pediculus humanus capitis, Chidcare Centre, Incidence, Level of knowledge.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
ataskarunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah ini
denganjudul ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pediculosis Capitis
Dengan Proporsi Terjadinya Pediculosis Capitis di Panti Asuhan Pembangun
Didikan Islam Indonesia, Medan’.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
danpenghargaan setinggi-tingginya kepada dr. DewiMasyithah Darlan, DAP&E,
MPH, Sp. Par(K), selaku dosenpembimbing I danjugakepada dr. Bobby Ramses
S, M.Ked (Oph), Sp. M selakudosenpembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan dan pengarahandalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini. Dalam proses penulisan karya tulisilmiah ini juga, penulis telah
mendapat dukungan, saran dan bantuan dari banyakpihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih danpenghargaan yang ikhlas kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, En. Ruslin Bin AbdKarim dan Pn.
RosnahBintiMohd. Deris yang telah banyak memberikan dukungan dan
doasertakemudahan yang diperlukan selama menyiapkan karya tulis ilmah
ini.
2. Dr. dr. Aldy S Rambe, Sp. S, selaku dekan FakultasKedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Program Kedokteran
FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak
memberikanilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di FK USU.
4. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak
memberikanbantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan karya
tulis ilmiah ini.
5. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung
selamaproses penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini.
iv
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
darikesempurnaan. Maka dengan rendah hati, penulis menerima kritikan dan
sarandari berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga penelitian ini
dapatmemberikan manfaat dan makna tersendiri bagi pembaca.
Medan, 8 Disember 2016
NurElianaBintiRuslin
NIM : 130100347
v
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Persetujuan .…………………………………………………….. iii Abstrak...................................................................................................... iv Kata Pengantar……………………......…………………........................... vi Daftar Isi………………………………..………………………..................viii DaftarTabel………………………………………………………………… xDaftarGambar……………………………………………………………... xi BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang ............................................................................ 1 1.2. RumusanMasalah ....................................................................... 2 1.3. TujuanPenelitian ......................................................................... 2 1.4. ManfaatPenelitian ....................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pediculosiscapitis ..................................................................... 4 2.1.1 EtiologiPediculosiscapitis ............................................... 4 2.1.2 Pediculushumanuscapitis ................................................ 4 2.1.3 EpidemiologiPediculosiscapitis ....................................... 7 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhiPediculosiscapitis….. 7 2.1.5 GejalaKlinisPediculosiscapitis………………………… 9 2.1.6 Diagnosa Banding Pediculosiscapitis………………….. 10 2.1.7 Diagnosis Pediculosiscapitis……………………………. 10 2.1.8 PenatalaksanaanPediculosiscapitis…………………….. 11 2.1.9 PencegahanPediculosiscapitis………………………….. 18
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1KerangkaTeoriPenelitian …………………………………….. 19 3.2 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………… 19 3.3HipotesisPenelitian ……………………………………………. 20 BAB 4 METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL…
4.1JenisPenelitian .............................................................................21 4.2WaktudanLokasi Penelitian ......................................................... 21 4.3 PopulasidanSampelPenelitian .................................................... 21 4.4Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 22 4.5UjiValiditasdanReliabilitas …………………………………..23 4.6PengolahandanAnalisa Data ………………………………… 23 4.7VariabelPenelitian……………………………..…………….... 24 4.8DefinisiOperasional……………………………………………. 24
vi
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 HasilPenelitian
5.1.1 DeskripsiLokasiPenelitian…………………………………………………. 26 5.1.2 DeskripsiKarakteristikResponden…………………………………….. 26 5.1.3 HasilAnalisis Data………………………………………………………………. 29
5.2 Pembahasan…………………………………………………… 30 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……………………………………………………. 31 6.2 Saran…………………………………………………………… 31 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 32 LAMPIRAN………………………………………………………………….. 34
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Diagnosa banding dariPediculosiscapitis…………… 10
Tabel 2.2 Topical drugs for head lice …………………………… 16
Tabel 5.1 DeskripsiKarakteristikResponden
BerdasarkanJenisKelamin…………………………… 26
Tabel 5.2 DeskripsiKarakteristikResponden
BerdasarkanUmur…………………………………….. 27
Tabel 5.3 DeskripsiKarakteristikResponden
BerdasarkanPenemuanKutuKepala…………………. 27
Tabel 5.4 DeskripsiKarakteristikResponden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan……………………. 28
Tabel 5.5 TabelSilangHubungan Tingkat Pengetahuan
DenganKejadianPediculosiscapitis…………………... 29
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar2.1 Siklushidupkutukepala …………………………………. 5
Gambar 2.2 Telurkutu yang belummenetas …………………………. 6
Gambar2.3 Telurkutu yang sudahmenetas …………………… ……. 6
Gambar2.4 Pediculushumanuscapitis……………………………….. 6
Gambar2.5 Parental education for the management of head lice…….. 17
Gambar3.1 KerangkaTeori……………. ……………………………… 19
Gambar 3.2 Kerangkakonsep …………………………………………. 20
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pediculosis capitis adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh
Pediculus Humanus capitis. Prevalensi dan insidensi Pediculosis capitis di
seluruh dunia cukup tinggi, Diperkirakan ratusan juta orang terinfeksi setiap
tahunnya dan paling sering terjadi pada anak-anak. Di Amerika Syarikat sekitar
6-12 juta kasus anak-anak yang berusia 3-12 tahun mengalami Pediculosis capitis
setiap tahunnya. Hopper pada tahun 1971 melaporkan terjadinya epidemik
Pediculosis capitis di Kanada dengan jumlah kasus 11.5% dari 14.500 murid dan
angka kejadian di Indonesia sendiri tidak ditemukan penelitian mengenai
prevalensi anak Indonesia yang terinfeksi Pediculosis capitis.
Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu penyebaran Pediculosis
capitis antara lain umur, jenis kelamin, ras, faktor sosial-ekonomi, tingkat
pengetahuan, hygiene perorangan, Kepadatan tempat tinggal (misalnya di asrama,
panti asuhan, sekolah dasar),contohnya, melalui kontak langsung dengan
penderita lain maupun secara tidak langsung dengan alat-alat yang digunakan
seperti sisir, topi, handuk, tempat tidur dan lainnya serta Pediculosis capitis juga
dapat terjadi akibat dari karakteristik individu (panjang rambut, dan tipe rambut),
contohnya, Pediculosis capitis dikatakan jarang terjadi pada orang Amerika yang
berkulit hitam, Kemungkinan dikarenakan ciri khas bentuk rambut mereka yang
berbentuk oval atau melingkar sehingga sulit dijangkau.(1,2,3)
Walaupun Pediculosis capitis ini bukanlah masalah kesehatan yang kronis
tetapi akibat dari infestasi Pediculosis capitis yang tidak diobati dapat
menimbulkan berbagai dampak pada penderitanya, antara lain berkurangnya
kualitas tidur anak pada malam hari akibat rasa gatal, masalah akademik karena
tidak dapat fokus semasa sesi pembelajaran berlangsung, stigma sosial, diejek
oleh teman, rasa malu dan rendah diri.(1,4,5)
x
Sebagian asrama atau panti asuhan di Indonesia masih belum mendapat
perhatian yang baik dari pihak pemilik, pengurus, maupun pemerintah baik dari
segi kebersihan, perilaku, maupun kepedulian terhadap kesehatan. Ada beberapa
budaya tradisional bahwa mereka harus saling bertukar makanan,tempat tidur, dan
ilmu. Kondisi seperti ini sangat menunjang kelangsungan daur hidup dari kutu
kepala ini.
1.2 Rumusan Masalah
Sejauh mana tingkat pengetahuan anak panti asuhan Pembangun Didikan
Islam Indonesia, Medan dengan proporsi terjadinya Pediculosis Capitis di
panti asuhan tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan anak panti asuhan Pembangun
Didikan Islam Indonesia, Medan dengan proporsi terjadinya Pediculosis
capitis di panti asuhan tersebut.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui proporsi kejadian Pediculosis capitis pada anak panti
asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan anak panti asuhan Pembangun
Didikan Islam Indonesia, Medan mengenai Pediculosis capitis.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat menambah pengetahuan penulis tentang tingkat pengetahuan
mengenai Pediculosis capitis mempengaruhi angka kejadian terjadinya
Pediculosis capitis di panti asuhan Pembangun Didikan Islam
Indonesia, Medan.
2
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneruskan
penelitian terhadap Pediculosis capitis.
3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya
pengetahuan mengenai Pediculosis capitis.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pediculosis capitis
2.1.1 Etiologi
Penyebab Pediculosis capitis adalah Pediculus humanus capitis yaitu
suatu ektoparasit spesifik yang hidup di kepala manusia dan memperoleh sumber
makanan dari darah yang dihisapnya 4-5 kali sehari atau sekitar setiap 4-6 jam.
Rentang hidup kutu sekitar 30 hari dan dapat bertahan hidup di lingkungan bebas
sekitar 3 hari, sedangkan telurnya dapat bertahan hidup di lingkungan bebas
sekitar 10 hari. Kutu kepala tersebut tidak dapat melompat atau terbang, tetapi
kutu tersebut akan merayap untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23 cm per
menitnya. Walaupun pada seluruh bagian kepala dapat sebagai tempat kolonisasi,
kutu kepala lebih menyukai pada daerah tengkuk dan belakang telinga.(1,4)
2.1.2 Pediculus humanus capitis
Pediculus humanus capitis merupakan suatu arthropoda dari kelas
serangga yang termasuk pada kelompok pterigotes dari ordo Anoplura. Terdapat 2
jenis kelamin dari kutu kepala tersebut yaitu kutu jantan dan kutu betina. Kutu
betina dibedakan dengan kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar
dan adanya penonjolan daerah posterior yang membentuk huruf V yang
digunakan untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu jantan
memiliki pita berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.(4)
Siklus hidup Pediculus humanus capitis terdiri dari stadium telur (nits),
nimfa dan dewasa. Setelah perkahwinan, kutu betina dewasa akan menghasilkan
150 telur dalam waktu 30 hari. Telur kutu berbentuk oval dan umumnya berwarna
putih. Telur diletakkan oleh betina dewasa pada pangkal rambut (sekitar 1 cm dari
permukaan kulit kepala ) dan bergerak kearah distal sesuai dengan pertumbuhan
rambut. Telur kutu ini akan menetas selepas 7-10 hari, dengan meninggalkan kulit
atau selubungnya pada rambut, selubung berwarna putih dan kolaps. Selubung
telur tersebut dapat tetap melekat pada rambut selama 6 bulan. Sedangkan telur
4
kutu yang belum menetas tampak berwarna hitam, bulat dan translusen. Hal ini
merupakan cara terbaik untuk membedakan dan memeriksa keberadaan
operkulumnya yang mengindikasikan bahwa telur kutu tersebut belum menetas
atau sudah menetas. Berdasarkan penelitian Buxton (1946) dikatakan bahwa
keadaan kering akibat pemanasan dapat mengurangi jumlah cairan amniotic pada
telur kutu, sehingga menyulitkan untuk menetas, oleh karena itu dapat dijelaskan
mengapa pemanasan dapat menyebabkan telur kutu menjadi hancur.(6)
Telur yang menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu
dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa dalam waktu 9-
12 hari setelah menetas. Untuk hidup, nimfa memerlukan makanan berupa darah.
Kutu dewasa mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan
menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Kutu kepala tidak bersayap,
memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Kutu dewasa dapat merayap
untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23 cm per menitnya. Rentang hidupnya
sekitar 30 hari dan dapat bertahan hidup di lingkungan bebas sekitar 3 hari.(1,2,3,4,7)
Siklus hidup dan morfologi kutu serta telur kutu kepala dapat dilihat pada gambar
2.1, 2.2, 2.3, dan gambar 2.4.
Gambar 2.1. Life cycle of Pediculosis capitis.(4)
5
Gambar 2.2. Telur kutu yang belum menetas.(4)
Gambar 2.3. Telur kutu yang sudah menetas.(4)
Gambar 2.4. Pediculus humanus capitis.(4)
6
2.1.3 Epidemiologi
Jumlah kasus Pediculosis capitis meningkat di seluruh dunia sejak
pertengahan tahun 1960 an, diperkirakan ratusan juta orang terinfeksi setiap
tahunnya. Di beberapa Negara seperti Amerika Utara dan Selatan, Eropah, Asia
dan Australia dilaporkan terjadi peningkatan infestasi kutu kepala setiap tahunnya.
Di Amerika Syarikat, sekitar 6-12 juta orang terinfestasi dengan Pediculosis
capitis setiap tahunnya dan diperkirakan dihabiskan sekitar 100 juta dolar untuk
pengobatannya.(8) Prevalensi Pediculosis capitis pada anak sekolah di Negara
maju seperti Belgia adalah sebesar 8,9% sedangkan di negara berkembang
prevalensi Pediculosis capitis pada anak sekolah sebesar 16,59% di India, 58,9%
di Alexandria, Mesir, hingga 81,9% di Argentina. (9) Insiden rata-rata anak usia
sekolah yang terkena Pediculosis capitis di Malaysia pada tahun 1994 adalah
9,3%. (10) Sedangkan peneliti belum menemukan data mengenai prevalensi seluruh
anak usia sekolah yang terinfestasi kutu kepala di Indonesia, namun berdasarkan
hasil survey prevalensi kutu kepala pada murid kelas IV,V dan VI di SD Negeri di
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, terdapat 51,92% murid yang terinfestasi
kutu kepala.(11)
Walaupun penyakit ini dapat menyerang siapa saja, dikatakan anak
perempuan dua kali lebih besar bisa terinfeksi kutu kepala dibandingkan laki-laki
dikarenakan kebiasaan perempuan mempunyai rambut yang lebih panjang dan
sering berteman akrab serta suka berbagi aksesoris rambut.
Terdapat berbagai faktor yang dapat membantu penyebaran Pediculosis
capitis antara lain faktor umur, jenis kelamin, ras, faktor sosial-ekonomi, tingkat
pengetahuan, hygiene perorangan, kepadatan tempat tinggal,contohnya, melalui
kontak langsung dengan penderita lain maupun secara tidak langsung dengan alat-
alat yang digunakan seperti sisir, topi, handuk, tempat tidur dan lainnya serta Pe
diculosis capitis juga dapat terjadi akibat dari karakteristik individu. (1,2,3)
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pediculosis capitis
Terdapat berbagai faktor yang diduga berperan serta dapat mempengaruhi
terjadinya Pediculosis capitis, antara lain :
7
1. Usia
Anak-anak lebih sering terkena penyakit Pediculosis capitis, terutama
kelompok umur 3-11 tahun.
2. Jenis kelamin
Menurut beberapa penelitian, anak perempuan lebih sering terkena
Pediculosis capitis karena rambut anak perempuan lebih panjang dan
sering menggunakan aksesoris rambut serta sisir.
3. Menggunakan tempat tidur atau bantal bersama.
Kutu kepala dapat bertahan hidup diluar kulit kepala selama 1-2 hari,
sedangkan telurnya dapat bertahan hidup sampai seminggu. Apabila
seseorang terinfestasi Pediculosis capitis meletakkan kepala di suatu
tempat, maka kemungkinan besar ada kutu kepala dewasa serta telur
kutu yang terjatuh.
4. Menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama
Menggunakan sisir akan membuat telur bahkan kutu dewasa
menempel pada sisir tersebut. Apabila seseorang menggunakan sisir
yang sama maka kutu kepala nya akan menular, begitu juga dengan
aksesoris rambut.
5. Panjang rambut
Orang yang memiliki rambut panjang lebih sering terkena infestasi
Pediculosis capitis, hal ini disebabkan lebih sulit mencuci rambut dan
kulit kepala pada orang yang berambut panjang dibandingkan dengan
rambut pendek.
6. Frekuensi cuci rambut
Seringnya mencuci rambut berhubungan dengan tingkat kebersihan
rambut dan kulit kepala. Di Amerika Syarikat dimana mencuci kepala
adalah kebiasaan rutin sehari-hari, orang yang terinfestasi kutu kepala
lebih sedikit dibandingkan dengan daerah dan Negara yang
masyarakatnya jarang mencuci rambut.
8
7. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah merupakan resiko yang signifikan
dengan adanya infestasi Pediculosis capitis, selain itu juga karena
ketidak mampuan untuk mengobati infestasi secara efektif.
8. Bentuk rambut
Kutu betina dewasa sulit untuk meletakkan telur di rambut yang
keriting, maka dari itu, orang Afrika atau Negro Afrika jarang yang
terinfestasi Pediculosis capitis.
2.1.5 Gejala Klinis
Gejala khas yang sering timbul akibat infestasi kutu kepala berupa rasa
gatal di sekitar kulit kepala. Hal ini disebabkan oleh karena sensitisasi dari saliva
kutu dan garukan menyebabkan terjadinya ekskoriasi dan krusta pada kulit kepala
akibat garukan dan memudahkan terjadinya infeksi sekunder. Bila infeksi
sekunder berat, rambut akan bergumpal yang disebabkan oleh banyaknya pus dan
krusta dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional. Pada
keadaan tersebut kepala akan berbau busuk.
Pada pasien yang terinfestasi berat dan juga pada pasien yang tidak
diobati, rambutnya bisa kusut karena eksudat, cenderung menyebabkan kawasan
yang terdedah terinfeksi jamur. Ini menyebabkan kepala berbau busuk dan kutu
rambut yang tidak terkira boleh menyebabkan rambut kusut.
Gigitan baru boleh mengaktifkan kembali bekas gigitan yang telah
sembuh. Penyebab yang tersering dari reaksi gigitan adalah respon inflamasi dari
air liur kutu yang disuntikkan ataupun reaksi antikoagulan. Pada infestasi kutu
kepala yang pertama, pruritus tidak akan terlihat dalam waktu 1 hingga 2 bulan
karena memerlukan waktu untuk terjadinya reaksi sensitivitas. Jadi, pada waktu
pasien datang dengan asimptomatik, pasien mungkin sudah terinfestasi dalam
waktu kurang lebih 1 bulan. (1)
Penderita Pediculosis capitis terutama yang berada di kawasan pedalaman
kadang-kadang sudah merasa keadaan tersebut wajar-wajar saja tetapi ada kalanya
pula, Pediculosis capitis menyebabkan berbagai dampak pada penderitanya,
9
antara lain berkurangnya kualitas tidur anak pada malam hari akibat rasa gatal,
masalah akademik karena tidak dapat fokus semasa sesi pembelajaran
berlangsung, stigma sosial, diejek oleh teman, rasa malu dan rendah diri. (1,4,5)
2.1.6 Diagnosa Banding
Antara diagnosa banding dari Pediculosis capitis adalah hair cast, piedra
hitam dan putih, yang disebabkan oleh Piedraia hortae dan Trichosporon beigelii.
Selain itu, Pediculosis capitis juga dapat di diagnosa banding dengan trikodistropi
seperti moniletriks dan trikorheksis nodosa, masalah kulit kepala seperti psoriasis
dan eczema, debris pada rambut oleh karena ketombe atau dermatitis seboroik dan
yang terakhir adalah Psocids (booklice). (1,2,4)
No. Diagnosis
1. Inner root sheath remnants (hair casts)
2. Black piedra
3. White piedra
4. Trichodystrophies (monilethrix and trichorrhexis nodosa)
5. Psoriasis
6. Hair spray debris
7. Seborrheic dermatitis
8. Psocids (book lice)
Tabel 2.1 Diagnosa banding dari Pediculosis capitis.(1)
2.1.7 Diagnosis
Pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnosis Pediculosis
capitis adalah dengan cara mengidentifikasi kutu dan telur kutu yang terlihat di
kepala dan dapat dibantu dengan menggunakan kaca pembesar dan sisir kutu.
Oleh karena kutu kepala menghindari cahaya dan bergerak cepat, pemeriksaan
visual tanpa menggunakan sisir kutu adalah sulit. Dengan menggunakan sisir kutu
dapat meningkatkan peluang untuk menemukan kutu kepala yang masih hidup.
10
Diagnosis bagi infestasi kutu kepala menggunakan sisir kutu adalah lebih baik dan
lebih efisien berbanding pemeriksaan visual langsung.
Telur kutu lebih mudah untuk diperhatikan, terutama di bagian belakang
leher atau di belakang telinga. Jika hanya ditemukan telur kutu maka ini tidak
menunjukkan suatu infestasi yang aktif. Walaubagaimanapun, jika telur kutu
ditemukan kira-kira 0.7 cm dari permukaan kulit kepala, ini dapat diindikasikan
sebagai suatu infestasi yang aktif.
Pemeriksaan menggunakan lampu Wood’s akan menunjukkan fluoresen
kuning-kehijauan dari kutu kepala dan telurnya. Pemeriksaan Dermoskopi juga
boleh digunakan untuk mendiagnosa Pediculosis capitis.
Telur kutu yang telah mati akan melekat pada batang rambut selama
sekitar 6 bulan. Rambut manusia tumbuh dengan kecepatan kira-kira 1cm/bulan.
Selama pertumbuhan rambut, sarung telur kutu makin menjauh dari kulit kepala.
Selepas 2 hingga 3 bulan, sarung telur kutu ini semakin jelas kelihatan terutama
pada rambut yang berwarna gelap. Gambaran sarung telur kutu setelah beberapa
bulan akan membawa kepada diagnosa palsu terhadap infestasi aktif karna
kebanyakan orang tidak bisa membedakan telur kutu yang masih aktif dengan
telur kutu yang sudah menetas. Jadi pentingnya untuk mengidentifikasi kutu
dewasa yang masih aktif, nimfa, ataupun telur kutu yang masih hidup untuk
menegakkan diagnosis yang tepat. (1,2,4,7)
2.1.8 Penatalaksanaan
Metode pengobatan akhir-akhir ini telah berubah, dan sekarang bisa
diterapkan strategi yang mencakup metode fisik maupun kimiawi. Pengendalian
secara kimiawi, yaitu penggunaan insektisida atau pedikulosida, telah secara luas
dipakai di seluruh dunia. Insektisida mudah dan nyaman digunakan serta hasilnya
sangat efektif. Akan tetapi, telah disadari adanya efek samping yang potensial dan
banyak juga ditemukan terjadinya resistensi kutu kepala terhadap beberapa
insektisida. Metode fisik yang dapat digunakan adalah mencukur rambut untuk
mencegah infestasi dan membantu agar obat topical bekerja lebih baik. Bisa juga
mengunakan sisir kutu.
11
Tujuan pengobatan adalah memusnahkan semua kutu dan telur serta
mengobati infeksi sekunder. Terapi pilihan berdasarkan pada keberhasilan,
potensi toksisitas, dan pola resistensi kutu kepala terhadap berbagai insektisida di
area geografik tertentu. Pedikulosida merupakan terapi yang tetap digunakan
sampai saat ini.
Pengobatan dengan preparat pedikulosida topical atau shampoo yang
mengandung bahan-bahan kimia seperti lindane, pyrethrin, permethrin dan
malathion dikatakan belum ada yang dapat membunuh 100% kutu kepala dan
telurnya. Dibutuhkan pengobatan yang berulang yaitu sekitar 1 minggu setelah
pengobatan yang pertama untuk membunuh kutu dari telur kutu yang baru
menetas. Penggunaan preparat pedikulosida topikal tersebut dikatakan dapat
menimbulkan efek samping, misalnya lindane dapat menyebabkan toksisitas pada
susunan saraf pusat manusia dan pada beberapa kasus telah dilaporkan terjadi
kejang berat pada anak-anak yang menggunakan preparat lindane. Selain itu,
dilaporkan telah terjadi resistensi Pediculosis capitis terhadap preparat
pedikulosida topikal tersebut yang kemungkinan dikarenakan penggunaan yang
berlebihan dari produk insektisida sebelumnya, sehingga terjadi peningkatan
resisten strain pada kutu. (1,2,3,4,7)
Berikut adalah contoh terapi farmakologi secara topikal yang dapat digunakan
untuk pengobatan Pediculosis capitis:
1. Pyrethrin
Kontra indikasi : pasien yang alergi terhadap chrysanthemums atau
ragweed.
Cara penggunaan : tersedia dalam bentuk shampoo atau mousse
formulation dengan cara menggunakannya pada rambut yang
kering dan dibiarkan selama 10 menit sebelum dibilas.Penggunaan
kedua diulangi setelah 7-10 hari setelah pengobatan pertama untuk
membunuh kutu yang baru menetas yang terselamat sewaktu
pengobatan pertama. Penelitian menunjukkan pengobatan ulang
pada hari ke-9 adalah paling optimal.
12
2. Permethrin
Cara penggunaan : digunakan pada rambut yang lembap yang telah
dishampoo dengan non-conditioning shampoo dan dikeringkan
menggunakan handuk. Obat ini digunakan pada rambut dan
dibiarkan selama 10 menit kemudian dibilas. Permethrin
membunuh kutu kepala yang hidup tetapi tidak membunuh telur
kutu kepala yang belum menetas. Penggunaan kedua diulangi
setelah 7-10 hari setelah pengobatan pertama jika ditemukan kutu
kepala yang masih hidup.
3. Lindane 1%
Cara penggunaan : digunakan pada rambut dan dibiarkan selama
tidak lebih 10 menit kemudian dibilas.
Kontra indikasi : wanita hamil atau ibu yang lagi menyusui, pasien
dengan riwayat kejang, dan pasien dengan hipersensitivitas
terhadap produk ini.
Penggunaan kedua diulangi setelah 7-10 hari setelah pengobatan
pertama.
4. Malathion 0.5%
Cara penggunaan : digunakan pada rambut, dibiarkan kering
sendiri, dan dibilas setelah 8-12 jam.
Penggunaan kedua diulangi setelah 7-10 hari setelah pengobatan
pertama jika djumpai kutu kepala yang masih hidup.
5. Carbaryl 0,5%
Cara penggunaan : digunakan pada rambut, dibiarkan kering
sendiri, dan dibilas setelah 8-12 jam.
Penggunaan kedua diulangi setelah 7-10 hari setelah pengobatan
pertama.
6. Crotamiton 10%
Cara penggunaan : crotamiton adalah losyen dan digunakan
dengan cara digunakan pada kulit kepala kemudian dibiarkan
selama 24 jam sebelum dibilas.
13
Kontra indikasi : Penggunaan pada anak-anak, orang dewasa
dan wanita hamil belum bisa dievaluasi.
Berikut adalah terapi farmakologi secara oral yang bisa digunakan untuk
pengobatan Pediculosis capitis :
1. Sulfamethoxazole / Trimethoprim
Mengandung antibiotik, yang memiliki blockade berurutan
tindakan dalam metabolisme asam folat. Kutu bergantung pada
vitamin B dan asam folat, yang disintesis oleh flora bakteri yang
ada di dalam saluran pencernaan. Ketika Cotrimoxazole diberikan
kepada individu yang terinfestasi, obat mencapai sirkulasi kutu
semasa kutu menghisap darah, akibatnya, flora usus Pediculus
dibunuh dan dengan demikian kutu tidak mendapat vitamin
essensial yang sewajarnya. Hasilnya menyebabkan kematian akibat
defisiensi vitamin B dan pengobatan menggunakan Cotrimoxazole
tidak dipersetujui oleh US-FDA untuk pengobatan kutu kepala.
2. Ivermectin
Ivermectin adalah obat anti-helminthic, structural mirip dengan
antibiotika makrolida tanpa aktivitas anti bakteri, yang berasal dari
streptomyces avermitilis. Penggunaan berterusan selama 10 hari
merupakan penanggulangan yang efektif untuk membanteras kutu
kepala.
3. Levamisole
Penggunaan levamisole sekali sehari digunakan selama 10 hari
adalah cara yang efektif dalam mengobati Pediculosis capitis.
4. Albendazole
Penggunaan albendazole dalam dosis tunggal 400mg, atau 3 hari
penggunaan albendazole dosis 400mg adalah efektif untuk
mengobati Pediculosis capitis dengan pengulangan dosis tunggal
400mg setelah 7 hari.
14
Tiada efek sinergi antara albendazole dan permethrin 1% ditemukan.
Penggunaan terapi sistemik cuma digunakan setelah infestasi yang berat apabila
terapi topikal telah gagal ataupun tidak efektif. (1)
Agent Group Mechanism of action
Method of use on day 1 and 8
Risk factors Efficacy
Permethrin 1%
Synthetic pyrethroid
Disrupts the sodium channel current leading to delayed depolarization
Topical application on clean and dry hair for 10 minutes
None Poor-fair
Permethrin cream 5%
Synthetic pyrethroid
Disrupts the sodium channel current leading to delayed depolarization
Topical overnight application to clean dry hair
None Poor-fair
Malathion 0.5%
Organo-phosphate
Acetyl cholinesterase inhibitor-respiratory paralysis
Topical application for 8-12 hours
Burning, stinging sensation on eroded skin
excellent
Carbaryl 0.5%
Carbamate Acetyl cholinesterase inhibitor-respiratory paralysis
Topical application for 8-12 hours
Cholin-esterase inhibitor
Poor-fair
Lindane 1% (Gamma benzene hexachloride
Organo-chlorine
CNS toxicity Topical application for no more than 4 minutes to clean, dry hair, then add water to lather and rinse
Neuro- logical problems, seizure disorders age <2 years, pregnancy, lactation
Poor
Topical Ivermectin 1%
avermectin Inhibition of glutamate gated chloride channel
Topical application for 10 minutes
None Experi-mental product
Benzyl Alcohol 5%
Kills head lice by asphyxiation
Topically for 10 minutes
Pyoderma and ocular irritation
Not ovicidal
Tabel 2.2. Topical drugs for head lice.(4)
15
Kelompok pengobatan non-farmakologi yang sering digunakan adalah
sisir kutu. Memiliki bentuk yang bervariasi, biasanya terdiri dari metal yang tipis
atau bergigi plastik yang didesain sebagai sisir rambut untuk mengeluarkan kutu
dan telurnya. Bagaimanapun, penyisiran yang efektif diperlukan waktu beberapa
jam hingga beberapa hari, dan kebanyakan orang tidak memiliki waktu dan tidak
sabar untuk melakukan penyisiran untuk memperoleh kutu dan telurnya.
Terdapat penelitian mengenai penanganan Pediculosis capitis secara non-
farmakologi juga yaitu dengan memanfaatkan efek udara panas melalui alat
penghasil udara panas, yang menggunakan tenaga listrik, disebut sebagai ‘Louse
buster with hand piece’. Dengan angka keberhasilan sebesar 98% untuk
membunuh telur kutu dan mencapai 80% untuk membunuh kutu nya.
Pembersihan secara berlebihan tidak digalakkan karena tidak menjamin
boleh membanteras Pediculosis capitis. Di luar kulit kepala, kutu kepala boleh
bertahan hidup selama 3 hari dalam suhu ruangan dan telur kutu menjadi tidak
aktif dalam waktu satu minggu. Membersihkan kasur dan perabot memadai untuk
menghilangkan kutu dan telur kutu yang jatuh dari kepala orang yang terinfestasi.
Mencuci barang yang sering digunakan pada kepala dalam waktu 48 jam
setelah dilakukan pengobatan (seperti topi, sarung bantal, sisir) didalam air panas
dan dikeringkan selama 15 menit, atau disimpan dalam plastic selama dua minggu
untuk membunuh kutu dan telur kutu. Suhu yang rendah boleh membunuh kutuk
dan telur kutu; namun beberapa hari diperlukan mengikut suhu dan kelembapan.
Pengobatan pada anjing, kucing atau haiwan peliharaan tidak membawa
keuntungan karena haiwan tidak berperan sama sekali dalam penyebaran kutu
kepala kepada manusia. Menyemprot insektisida pada lingkungan juga tidak
disarankan karena ianya hanya akan menyebabkan seluruh isi rumah terdedah
kepada bahan kimia dan cara ini tidak membantu dalam pengontrolan infestasi
kutu kepala ini. (1,2,3,4,7)
16
No. Guideline 1. Head lice are very common, are not known to transmit any disease, pose no
serious health risk for the child,and are not indicative of poor hygiene. 2. The major symptom of head lice infestation is pruritus; however, the child
may have no symptoms. 3. Diagnosis is best made with a fine-toothed lice detection comb, and should
be based upon the presence of a live moving louse or a nymph. 4. Once the diagnosis is made,the affected child should be treated with
appropriate prescription medication that kills the head lice and their eggs. 5. Apply lice medicine, also known as pediculicide, paying careful attention to
the label instructions. If the hair is longer than shoulder length, a second bottle of pediculicidal medication may be needed.
6. Avoid using a cream rinse or combination of shampoo/conditioner before using lice medicine. Do not rewash hair for 1 to 2 days after treatment.
7. The infested person should put on clean clothing immediately after treatment.
8. Use a fine-toothed lice comb immediately after treatment and the following day to comb out any lice or nits.
9. If, after 8 to 12 hours after treatment, a few live lice are found, but they seem to move more slowly than before, do not retreat. Comb dead and remaining live lice out of the hair. It may take longer for the medicine to kill lice.
10. If, after 8 to 12 hours of treatment, the lice seem as active as before, see a healthcare provider.
11. After treatment, comb with a nit comb to remove nits and lice every 2 to 3 days. Continue to check for 2 to 3 weeks until you are sure all lice and nits are gone.
12. Wash used clothing and bedding in water hotter than 50°C, or machine dry at the highest heat setting, for at least 30 minutes.
13. Headgear, combs, headphones, and helmets should be cleaned and disinfected with a pediculicide or isopropyl alcohol, or sealed in a bag for 2 weeks.
14. If using over-the-counter pediculicides, reapply in 7 to 10 days. 15. If using the prescription drug malathion, reapply in 7 to 10 days only if
crawling lice are found. 16. All household members and close contacts of the patient should be
screened for head lice and treated as necessary.
Tabel 2.3. Parental education for the management of head lice.(1)
17
2.1.9 Pencegahan
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat mencegah penyebaran kutu
kepala:
1. Menghindari adanya kontak langsung ( rambut dengan rambut ) ketika
bermain dan beraktivitas sama ada di rumah, di sekolah dan dimana
pun.
2. Tidak menggunakan topi, scarf, jaket, kerudung, kostum olahraga, ikat
rambut secara bersamaan.
3. Tidak menggunakan sisir, handuk secara bersamaan. Melakukan
disinfeksi sisir dari orang yang terinfestasi dengan cara merendam sisir
tersebut di dalam air panas (sekitar 130 °F) selama 5-10 menit.
4. Mencuci dan menjemur pakaian, perlengkapan tempat tidur, karpet dan
lain-lain.
5. Menyapu dan membersihkan lantai dan perabot rumah lainnya.
6. Mengingatkan orang tua tentang pentingnya memeriksa rambut dan
kepala anak sebelum dan sesudah tidur di tempat lain adalah
pendekatan yang sangat berguna.
7. Seluruh isi rumah harus diperiksa dan diobati jika salah seorang
terinfestasi oleh kutu rambut.
8. Orang tua/penjaga kepada anak yang terinfestasi kutu kepala harus
memberitahu orang yang terdekat seperti kenalan, saudara maupun
teman sepermainan anak-anak.
9. Tidak berbaring pada kasur, sofa, bantal, karpet ataupun boneka hiasan
yang sebelumnya digunakan oleh orang yang telah terinfestasi oleh
kutu kepala.
18
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Teori
Gambar 3.1. Kerangka Teori Keterangan gambar 3.1 : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
3.2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep diperlukan untuk menentukan keterkaitan antara
variable-variable yang akan ditelitikan dan batas-batas lingkup penelitian. Ada
dua jenis variable dalam suatu penelitian yaitu variable independen (variable
bebas) dan variable dependen (variable terikat).
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dari penelitian ini
adalah:
Faktor Predisposisi : 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Menggunakan tempat
tidur/bantal bersama 4. Menggunakan
sisir/aksesoris rambut bersama
5. Panjang rambut 6. Frekuensi cuci rambut 7. Ekonomi 8. Bentuk rambut
Diagnosis : 1. Inspeksi 2. Pemeriksaan fisik
Etiologi : Pediculus humanus capitis
Pediculosis capitis
Tatalaksana : 1. Topikal 2. Oral
19
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
3.3. Hipotesis
Hipotesis untuk penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan anak panti asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan
dengan proporsi kejadian Pediculosis capitis.
Tingkat pengetahuan anak panti asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan
Proporsi terjadinya pediculosis capitis.
20
BAB 4
METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasi
dengan desain penelitian cross sectional, dimana penelitian ini akan
mendeskripsikan hubungan tingkat pengetahuan anak panti asuhan Pembangun
Didikan Islam Indonesia, Medan terhadap proporsi terjadinya Pediculosis capitis.
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2016 – Disember
tahun 2016 dimulai dari pengambilan dan pengolahan data sehingga pembacaan
hasil penelitian.
4.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di panti asuhan Pembangun Didikan Islam
Indonesia,Medan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kesemua anak
panti asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan yang berjumlah 70
orang.
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah kesemua anak panti asuhan Pembangun
Didikan Islam Indonesia, Medan.
21
4.3.2.1 Besar Sampel Penelitian
Pada penelitian ini,jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus
berikut :
n = ____N_____
N(d)2 + 1
Keterangan :
N = Jumlah sampel
d = Kesalahan sampling yang dapat ditoleransi
n = _____70____
70(0.1)2 + 1
n = 41.176 / 42 orang
4.3.2.2 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Anak-anak dengan usia SD hingga
SMA yaitu sekitar 5-17 tahun.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun
atau di atas usia 17 tahun.
Sudah menetap di panti asuhan
Pembangun Didikan Islam
Indonesia, Medan selama lebih
dari 2 minggu.
Menetap di panti asuhan
Pembangun Didikan Islam
Indonesia, Medan selama kurang
dari 2 minggu.
Anak-anak yang tidak bersetuju
untuk mengikuti penelitian.
Tabel 4.1 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
22
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah dengan inspeksi
langsung dan juga menggunakan kuesioner untuk menilai tingkat pengetahuan
mereka mengenai Pediculosis capitis. Sampel menjawab kuesioner yang
dilaksanakan di bawah pengawasan peneliti. Sekiranya ada pertanyaan atau
terdapat perkara yang tidak difahami berkaitan dengan kuesioner maka akan
diterangkan oleh peneliti. Anak panti asuhan tidak dibenarkan meniru atau
berbincang ketika menjawab kuesioner dimana peneliti sentiasa memantau anak-
anak tersebut ketika sesi penjawaban kuesioner berlangsung.
4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini akan diuji validitas dan
reliabilitas dengan menggunakan program Lunak Statistik. Setelah uji validitas
dilakukan, hanya soal-soal yang dinyatakan valid saja yang diuji reliabilitasnya.
4.6. Pengolahan dan Analisa Data
Dalam mengelola data yang peneliti peroleh, peneliti menggunakan
analisis Chi-square (X2) yaitu untuk menganalisis apakah ada hubungan antara
variable independen terhadap variable dependen. Uji Chi-square adalah
membandingkan frekuensi yang terjadi dengan frekuensi harapan. Bila nilai
frekuensi terjadi dengan frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada
perbedaan yang bermakna(signifikan). Sebaliknya, bila kedua-dua nilai tersebut
berbeda, maka dikatakan ada perbedaan bermakna. Pembuktian dengan uji Chi-
square dapat menggunakan rumus :
X2 = ∑ ( )²
Keterangan :
O = nilai observasi
E = nilai harapan
23
Jika frekuensi sangat kecil, penggunaan uji ini mungkin kurang tepat. Oleh
karena itu, dalam penggunaan Chi-square harus memperhatikan keterbatasan uji
ini. Adapun keterbatasan uji ini adalah sebagai berikut :
a. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 1.
b. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5, lebih dari
20% dari jumlah sel.
Jika keterbatasan tersebut terjadi pada saat uji Chi-square, peneliti harus
menggabungkan kategori yang berdekatan dalam rangka memperbesar frekuensi
harapan dari sel-sel tersebut. Penggabungan ini tentunya diharapkan tidak sampai
membuat datanya kehilangan makna. Andai saja keterbatasan tersebut terjadi pada
table 2x2, maka dianjurkan menggunakan uji Fisher’s Exact.
Hasil uji Chi-square hanya dapat menyimpulkan ada tidaknya perbedaan
proporsi antar kelompok atau dengan kata lain kita hanya dapat menyimpulkan
ada/tidaknya hubungan antara dua variable kategori. Dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara dua variable jika nilai Chi-square hitung >38,4 pada
distribusi normal dengan derajat kepercayaan 95%, dan sebaliknya.
4.7. Variabel Penelitian
4.7.1. Variabel bebas
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan anak
panti asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan mengenai Pediculosis
capitis yang diukur dengan skala baik, sedang dan kurang menggunakan
kuesioner.
4.7.2. Variabel terikat
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prevalensi terjadinya
Pediculosis capitis pada anak panti asuhan.
4.8. Definisi Operasional
4.8.1 Pengetahuan :
24
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang
Pediculosis capitis atau kutu rambut yang terdiri atas definisi, mekanisme
terjadinya, dan faktor penyebab terjadinya Pediculosis capitis.
4.8.2 Pediculosis capitis :
Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus
capitis.
Pengukuran tingkat pengetahuan anak panti asuhan mengenai Pediculosis capitis
dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden.
a) Cara Ukur
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
b) Alat Ukur
Alat ukur adalah dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 10.
c) Skala Ukur
Tingkat pengetahuan anak panti asuhan mengenai Pediculosis
capitis dinyatakan dalam skala ordinal. Jawaban yang dijawab oleh
responden akan diberikan skor berdasarkan :
Benar : Skor 3
Salah : Skor 2
Tidak tahu : Skor 1
Skor tertinggi : 30
d) Hasil Ukur
Kemudian, dilakukan skoring :
Pengetahuan Baik : total skor 83-100%
Pengetahuan Sedang : total skor 60-82%
Pengetahuan Kurang : total skor <59%
25
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dijalankan di panti asuhan Pembangun Didikan Islam
Indonesia, Medan. Panti asuhan ini telah ditubuhkan pada tahun 1965 lagi dan
beralamat di Jl. Djamin Ginting No.271, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan
Medan Baru, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Kode pos 20157, dengan no
telepon (061) 821-4981. Total anak panti asuhan semasa proses pengambilan data
dijalankan adalah seramai 65 orang.
5.1.2 Distribusi Karakteristik Responden
Data lengkap mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel di
bawah.
Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Status Responden
n %
Laki-laki 23 44.2
Perempuan 29 55.8
Total 52 100
26
Tabel 5.2 Distribusi Jumlah Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Status Responden
n % 7 1 1.9
8 5 9.6
9 7 13.5
10 5 9.6
11 4 7.7
12 6 11.5
13 8 15.4
14 8 15.4
15 4 7.7
16 4 7.7
Total 52 100
Tabel 5.3 Distribusi Jumlah Karakteristik Responden Berdasarkan
Penemuan Kutu Kepala
Penemuan Kutu Status Responden
n % Ditemui 29 55.8
Tidak Ditemui 23 44.2
Total 52 100
27
Tabel 5.4 Distribusi Jumlah Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Status Responden
n %
Pengetahuan Baik 41 78.8
Pengetahuan Sedang 11 21.2
Total 52 100
Berdasarkan tabel penelitian di atas, didapatkan bahawa distribusi sampel
terbanyak adalah dengan jenis kelamin perempuan dengan jumlah 29 responden
(55.8%) sedangkan laki-laki pula seramai 23 responden (44.2%) mengikut tabel
5.1. Berdasarkan tabel 5.2 pula, didapatkan umur termuda pada kelompok
responden adalah 7 tahun (1.9%) dan umur tertua pula adalah 16 tahun (7.7%).
Berdasarkan tabel 5.3 pula didapati 29 responden (55.8%) dijumpai kutu kepala
pada inspeksi dan 23 responden (44.2%) tidak dijumpai kutu kepala pada
inspeksi. Berdasarkan tabel 5.4 pula, didapati 41 responden (78.8%) memiliki
pengetahuan yang baik mengenai Pediculosis capitis manakala seramai 11
responden (21.2%) memiliki pengetahuan sedang mengenai Pediculosis capitis.
28
5.1.3 Analisis Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Proporsi
Kejadian Pediculosis Capitis
Tabel 5.5 Tabel Silang hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian
Pediculosis capitis
Tingkat
Pengetahuan
Penemuan Kutu
Total
P value Dijumpai Tidak dijumpai
f % F % f %
Baik 22 42.3 19 36.5 41 78.8
0.735 Sedang 7 13.5 4 7.7 11 21.2
Total 29 55.8 23 44.2 52 100
Berdasarkan tabel di atas, responden yang memiliki tingkat pengetahuan
yang baik dan dijumpai kutu kepala adalah seramai 22 orang (42.3%) sedangkan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dan dijumpai kutu kepala
adalah seramai 7 orang (13.5%). Responden yang memiliki pengetahuan yang
baik dan tidak dijumpai kutu kepala adalah sebanyak 19 orang (36.5%) sedangkan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dan tidak dijumpai kutu
kepala adalah seramai 4 orang (7.7%). Berdasarkan uji statistik Chi-square
menunjukkan nilai p=0.735 (p > 0.05). Ini menunjukkan bahawa penelitian antara
tingkat pengetahuan dan proporsi kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan
Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan tidak ada hubungan yang signifikan
dan H0 ditolak.
29
5.2 Pembahasan
Berdasarkan tingkat pengetahuan anak Panti Asuhan Pembangun Didikan
Islam Indonesia, Medan mayoritasnya memiliki tingkat pengetahuan yang baik
mengenai Pediculosis capitis. Berdasarkan analisis Chi-square pada penelitian ini
didapatkan hasil bahawa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan proporsi terjadinya Pediculosis capitis di panti asuhan Pembangun
Didikan Islam Indonesia, Medan. Hal ini dapat dibuktikan oleh penelitian
Hemelamariae dan kawan-kawannya pada siswa Sekolah Dasar di luar kota
Yogyakarta dengan subyek penelitian sebanyak 158 orang dengan rentang usia 8
sampai 16 tahun yang memberikan hasil tidak ada hubungan yang signifikan
antara prevalensi infestasi kutu dengan kebersihan dan pengetahuan. Terdapat
pelbagai faktor resiko yang boleh menyebabkan infestasi kutu kepala seperti
panjang rambut dan juga frekuensi cuci rambut. Walaupun dengan tingkat
pengetahuan yang tinggi tetapi mempunyai faktor resiko yang lain juga dapat
menyebabkan infestasi kutu kepala.
30
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tingkat pengetahuan anak Panti Asuhan Pembangun Didikan Islam
Indonesia, Medan mayoritasnya baik.
2. Dijumpai kutu kepala pada kesemua anak perempuan di anak Panti
Asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan.
3. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Pediculosis
capitis dengan proporsi kejadian Pediculosis capitis di panti asuhan
Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan.
4. Proporsi kejadian Pediculosis capitis di panti asuhan tersebut adalah
sebanyak 29 orang.
6.2 Saran
1. Menyarankan untuk melanjutkan penelitian ini dan menambahkan jumlah
responden dari beberapa panti asuhan untuk mendapatkan hubungan yang
lebih erat antara tingkat pengetahuan dengan proporsi terjadinya
Pediculosis capitis.
2. Memberikan penyuluhan kepada anak panti asuhan berkenaan Pediculosis
capitis terutama dari segi penyebab, faktor resiko, komplikasi, pengobatan
dan pencegahannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. I. Nutanson, C.J. Steen, R.A Schwartz, and C.K. Janniger . Pediculus humanus capitis : an update . Acta Dermatoven APA Vol 17, No. 4 ; 2008 ;147-159.
2. District Health Authority Public Health Services and The Department of Health Promotion and Protection . Guidelines for Treatment of Pediculosis Capitis (Head Lice) ; August 2008 ; 1-23. www.gov.ns.ca/hpp
3. Infectious Disease and Immunization Committee, Canadian Paediatric Society . Pediculosis capitis (head lice) CAN MED ASSOC J,Vol 133 ; October 15, 1985 ; 741-752.
4. Bhushan Madke, Uday Khopkar. Pediculosis capitis : an update . Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology Vol 78 / Issue 4 ; July-August 2012 ; 429-437.
5. Moradi AR., Zahirnia A.H, Alipour AM, Eskandari Z . The Prevalence of Pediculosis capitis in Primary School Students in Bahar, Hamadan Province, Iran . Department of Parasitology, Health Center of Hamadan, Hamadan University of Medical Science & Health Services, Iran ; 25 May 2009 ; 45-49.
6. Buxton P. Studies on populations of head lice (Pediculus humanus capitis:Anoplura). Parasitology [Internet]. 1941 [cited 4 June 2016];33(02):224. Available from: http://dx.doi.org/10.1017/s0031182000024422
7. Manitoba Public Health Branch . Communicable Disease Management Protocol-Pediculosis Capitis (Head Lice) ; July 2014 ; 1-7.
8. Hodjati MH, Mousavi N, Mousavi M. Head lice infestation in school children of a low socioeconomy area of Tabriz City, Iran. African Journal of Biotechnology. 2008;7(13):2292-4.
9. Bugayong AMS, Araneta KTS, Cabanilla JC. Effect of dry-on, suffocation based treatment on the prevalence of pediculosis among schoolchildren in Calagtangan Village, Miag-ao, Iloilo. Phillippine Science Letters. 2011;4(1):33-7.
10. Bachok N, Nordin RB, Awang CW, Ibrahim NA, Naing L. Prevalence and associated factors of head lice infestation among primary schoolchildren in Kelantan, Malaysia. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2006; 37(3); 536-43.
11. Elvi R. Infestasi Pediculus humanus capitis murid kelas IV, V, dan VI SD No. 20 Tiga Batur Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar dan faktor yang mempengaruhinya [skripsi]. Padang:FK Unand; 1997.
12. H.V Weems,Jr. and T.R. Fasulo . Human Lice: Body Louse, Pediculus humanus humanus Linnaeus and Head Louse, Pediculus humanus capitis De Geer (Insecta: Phtiraptera (=Anoplura):Pediculidae) ; EENY-104(IN261) . One of a series of Featured Creatures from the Entomology and Nematology Department. Original publication date:July 1999. Revised:June 2007 and December 2013; http://edis.ifas.ufl.edu
32
13. Bassam Alzain . Pediculosis capitis infestation in school children of a low socioeconomic area of the North Gaza Governorate . Department of Zoology, Al-Quds Open University, Beit Lahia, Gaza Strip-PALESTINE ; 2012 ; 1286-1291.
14. Barbara L, Frankowski, Leonard B. Weiner . Head Lice . Committee on School Health, Committee on Infectious Disease , Vol 110/Issue 3 ; September 2002; 638-643. http://pediatrics.aappublications.org/content/110/3/638.full
15. Soultana Vladeni, Euthumia Peteinaki, Angeliki Roussaki-Schulze . Pediculosis capitis:Treatment options among school children in Greece . Department of Nursing and Technological Educational Institute of Athens, Health Science Journal, Vol 6, Issue 4 ; October-December 2012 ; 726-729 www.hsj.gr
16. Mustafa Gulgun, Elcin Balci, Abdulbaki Karaoglu, Oguzhan Babacan, Turker Turker . Pediculosis Capitis:Prevalence and It’s Associated Factors In Primary School Children Living in Rural and Urban Areas in Kayseri, Turkey ; Cent Eur J Public Health ; 21(2) ; 2013 ; 104-108.
17. Ihsan Hakki CIFTCI, Semsettin KARACA, Omer DOGRU, Zafer CETINKAYA, Mustafa KULAC . Prevalence of pediculosis and scabies in preschool nursery children of Afyon, Turkey . Korean Journal of Parasitology, Vol 44, No. 1 ; March 2006 ; 95-98.
18. Sahar Salim Saleh Alatas, Sri Linuwih , Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur . Universitas Indonesia Jakarta, Vol. 1, No. 1 ; April 2013 ; 53-57.
19. Hemelamariae Munusamy, Elisabeth Elsa Herdiana Murhandarwati, Sitti Rahmah Umniyati . The Relationship Between The Prevalence of Head Lice Infestation with Hygiene and Knowledge Among The Rural School Children In Yogyakarta . Universitas Gadjah Mada ; 2011 ; 102-109.
20. Ohio Department Of Health-The Infectious Disease Control Manual ; Pediculosis ; January 2014 ; 1-15.
21. Yulianti E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Pedikulosis Kapitis Di SD Negri Kentasari. Bandung: STIKes Santo
Borromeus. 2015; 18-27
22. Hardiyanti NI. Penatlaksan Pediculosis capitis. Lampung: Universitas
Lampung. 2015; Volume 4, No.9: 47-52
33
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Eliana Binti Ruslin
Tempat / Tanggal Lahir : Selangor, Malaysia / 15 Februari 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pembangunan No. 110, Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan (P) Methodist 2002-2007
2. S.M.K. (P) Methodist 2008-2012
3. Kolej Geomatika Internasional 2012-2013
4. Universitas Sumatera Utara 2013 – sekarang
Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar
Malaysia di Indonesia Cawangan Medan (PKPMI)
2. Ahli Perwakilan Mahasiswa Malaysia
Universitas Sumatera Utara (PM-USU)
34
3. Timbalan Setiausaha Perwakilan Mahasiswa
Malaysia Universitas Sumatera Utara (PM-USU)
4. Timbalan Exco Belia dan Acara Kelab UMNO
Medan (KUM)
5. Naib Exco Kesenian dan Kebudayaan Kelab
UMNO Medan (KUM)
6. Ketua Exco Belia dan Acara Kelab UMNO
Medan (KUM)
7. Pengerusi Persatuan Mahasiswa Malaysia
Universitas Sumatera Utara (PM-USU)
35
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Bapak/Ibu/Sdr/I Yth,
Saya Nur Eliana Binti Ruslin, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pediculosis Capitis Dengan Proporsi Terjadinya Pediculosis Capitis Di Panti Asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak panti asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan yang meliputi inspeksi langsung untuk melihat ada atau tidaknya kutu kepala, dan juga pengisian lembar kuesioner untuk menilai tingkat pengetahuan anak panti asuhan tersebut mengenai kutu kepala..
Saya mengharapkan kerjasama putra/putri dari panti asuhan ini untuk
berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan mengisi kuesioner hubungan tingkat pengetahuan mengenai pediculosis capitis. Partisipasi dari putra/putri dari panti asuhan ini bersifat sukarela, bukan dengan beban maupun paksaan. Putra/putri dari panti asuhan ini berhak untuk menolak mengikuti jika tidak bersedia.
Jika putra/putri dari panti asuhan ini bersedia untuk ikut serta dalam
penelitian saya ini, maka Bapak/Ibu diharapkan kesediaannya untuk menandatangani lembar Persetujuan setelah Penjelasan (PSP) sebagai wakil mereka.. Apabila selama menjadi responden dari penelitian ini putra/putri dari panti asuhan ini memiliki masalah dari penelitian ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya, Nur Eliana Binti Ruslin di nomor (HP:087769059662)
Atas perhatian saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Medan, ___________2016 Hormat saya,
(Nur Eliana Binti Ruslin)
36
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Pediculosis Capitis dengan Proporsi Terjadinya Pediculosis Capitis di
Panti Asuhan Pembangun Didikan Islam Indonesia, Medan” maka dengan ini saya
bersedia untuk mewakili anak-anak panti asuhan Pembangun Didikan Islam
Indonesia, Medan untuk menjadi responden dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat ini, untuk dipergunakan seperlunya.
Medan, _________
2016
Wakil
Responden,
(
)
37
LAMPIRAN 4
KUESIONER
A. Karakteristik Responden :
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Lelaki / Perempuan
B. Tingkat Pengetahuan Mengenai Pediculosis Capitis
No. Pertanyaan Benar Salah Tidak Tahu
1 Kutu kepala adalah parasit yang menyerang kulit kepala.
2 Kutu kepala dewasa hanya dapat hidup dalam 2 minggu.
3 Seseorang yang memiliki kutu kepala selalu memiliki kebersihan diri yang kurang.
4 Menggaruk kulit kepala dapat menyebabkan iritasi dan luka.
5 Seseorang dikatakan terjangkit kutu kepala jika ditemukan kutu kepala atau telurnya di rambut kepala.
6 Seseorang yang mempunyai kutu kepala dapat menularkannya pada teman yang tidur sekamar dengannya.
7 Gatal karena kutu kepala terjadi akibat respon tubuh terhadap air liur kutu.
8 Seseorang dapat terjangkit kutu kepala hanya dengan berkongsi sisir atau aksesoris rambut.
9 Dengan mengobati seseorang yang terjangkit kutu kepala berarti kita mengurangi sumber penularan kutu kepala.
10 Saling mengingatkan sesama penghuni kamar tentang pencegahan kutu kepala dapat membantu mengendalikan penyebaran kutu kepala.
38
LAMPIRAN 5
Hasil Analisis Data Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 7 1 1.9 1.9 1.9
8 5 9.6 9.6 11.5
9 7 13.5 13.5 25.0
10 5 9.6 9.6 34.6
11 4 7.7 7.7 42.3
12 6 11.5 11.5 53.8
13 8 15.4 15.4 69.2
14 8 15.4 15.4 84.6
15 4 7.7 7.7 92.3
16 4 7.7 7.7 100.0
Total 52 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 23 44.2 44.2 44.2
Perempuan 29 55.8 55.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
39
Tingkat Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pengetahuan baik 42 80.8 80.8 80.8
Pengetahuan sedang 10 19.2 19.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
Kutu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dijumpai 29 55.8 55.8 55.8
tidak dijumpai 23 44.2 44.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
TingkatPengetahuanTOT * Kutu Crosstabulation
Count
Kutu
Total dijumpai tidak dijumpai
TingkatPengetahuanTOT Pengetahuan Baik 22 19 41
Pengetahuan Sedang 7 4 11
Total 29 23 52
40
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .350a 1 .554
Continuity Correctionb .062 1 .803
Likelihood Ratio .354 1 .552
Fisher's Exact Test .735 .405
Linear-by-Linear Association .343 1 .558
N of Valid Cases 52
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.87.
b. Computed only for a 2x2 table
41
42
43