skripsi juliana

96
ANALISIS FAK NON PERFORMING LO Untuk KTOR-FAKTOR YANG MEMENGARU OAN (NPL) PADA BANK BUMN DI IN SKRIPSI Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi UHI NDONESIA JULIANA A 211 07 621 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN JULIANA A 211 07 621 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN JULIANA A 211 07 621 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

Upload: dion-prayoga

Post on 06-May-2017

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Juliana

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA BANK BUMN DI INDONESIA

SKRIPSIUntuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA BANK BUMN DI INDONESIA

SKRIPSIUntuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA BANK BUMN DI INDONESIA

SKRIPSIUntuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi

JULIANA

A 211 07 621

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

JULIANA

A 211 07 621

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

JULIANA

A 211 07 621

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

Page 2: Skripsi Juliana

ABSTRAK

JULIANA. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) Pada BankBUMN Di Indonesia (dibimbing oleh Dr. Idayanti, SE, M.Si dan Drs. Fauzi R Rahim, M.Si).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kredit yang diterima oleh bank(X) dan kredit bermasalah (Y), pada PT Bank BUMN Se- Indonesia. Teknik analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana, analisis korelasi (r), sertapengujian hipotesis dengan analisis uji-t.

Dari hasil perhitungan regresi sederhana diperoleh nilai konstanta (a) adalah 0.66846 dannilai koefisien regresi (b) adalah 0,279, sehingga diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Y^= 0.66846 + 0,279X yang berarti koefisien intercept (a) atau nilai konstanta = 0.66846 inimenunjukkan jika tingkat penyaluran kredit konsumtif Rp 0, maka pendapatan bunga kredit akanmengalami peningkatan sebesar Rp 668.460. Sedangkan koefisien regresi (b) = 0,279menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan tingkat kredit konsumtif sebesar Rp 1, maka akanmenyebabkan peningkatan pendapatan bunga kredit sebesar Rp 0,279.

Hasil korelasi (r) antara jumlah kredit yang diterima oleh bank (X) dan kredit bermasalah(Y) diperoleh r = 0,279 yang menunjukkan terjadi korelasi yang sangat kuat antara kreditkonsumtif dan pendapatan bunga kredit. Hal ini berarti bahwa apabila penyaluran kreditkonsumtif meningkat, maka pendapatan bunga kredit pada PT Bank BUMN Se-Indonesia jugameningkat.

Sedangkan kontribusi kredit konsumtif terhadap pendapatan bunga kredit dapat dilihatmelalui nilai koefisien determinasi yang diperoleh yaitu r2 = 0,28, yang berarti bahwa kreditkonsumtif berpengaruh sebesar 28% terhadap pendapatan bunga kredit, sedangkan sisanya yaitusebesar 72% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Dari hasil perhitungan análisis uji-t, diperoleh thitung = 2.890 dan ttabel = 1,860, dengansignifikansi 0,000 < 0,05. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh dan kontribusi yang signifikan antara jumlahkredit (X) secara parsial terhadap kredit macet (Y) pada PT Bank BUMN Se-Indonesia. Dengandemikian, hasil penelitian ini mendukung hipotesis.

Page 3: Skripsi Juliana

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….... i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… iii

KATA PENGANTAR…………………..………………………………….. iv

ABSTRAK………………………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………….. ....... xii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………......... xiv

DAFTAR GRAFIK……………………………………………………… ....... xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1

2. Rumusan Masalah…………………………………………………. 5

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………. 5

4. Sistematika Penulisan……………………………………………… 6

BAB II TINJUAN PUSTAKA 8

1. Bank……………………………………………………………….. 8

Page 4: Skripsi Juliana

A. Pengertian Bank dan Perbankan……………………………….. 9

B. Fungsi dan Tujuan Bank………………………………………… 10

A. Klasifikasi Bank……………………………………………....... 12

B. Jenis-jenis Resiko dalam Perbankan…………………………… 15

3. Kredit ……………………………………………………………… 18

A. Pengertian Kredit………………………………………….……. 18

B. Pengertian Kredit Bermasalah…………………………………… 18

C. Penyebab Kredit Macet………………………………………….. 18

D. Unsur-Unsur Kredit……………………………………………… 26

E. Fungsi Kredit…………………………………………………….. 27

F. Penilaian Dalam Pemberian Kredit………………………………. 28

3. Jenis-Jenis Kredit…………………………………………………… 29

A. Menurut Jangka Waktu (maturity)……………………………… 30

B. Menurut Tujuan Kredit………………………………………….. 31

C. Menurut Penggunaan Kredit…………………………………….. 31

4. Faktor-Faktor Kredit Macet…………………………………………. 32

A. Pengertian Kredit Macet………………………………………… 32

B. Gejala-Gejala Kredit Macet……………………………………... 33

C. Non-Performing Loan (NPL)……………………………….…… 38

D. Loan to Deposite Ratio (LDR)…………………………………… 40

5. Penelitian Sebelumnya………………………………………………….. 40

6. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis…………………………………… 41

Page 5: Skripsi Juliana

A. Kerangka Pemikiran……………………………………………….. 42

B. Hipotesis…………………………………………………………… 43

BAB III METODE PENELITIAN 44

1. Lokasi Penelitian ……………..………………………………..……….. 44

2. Jenis dan Sumber Data ………………...………………………………….. 44

A. Jenis Data………………………………………………………. 44

B. Sumber Data……………..……………………………………... 44

3. Metode Pengumpulan data...……..……………………………………. 45

4. Definisi Operational Variabel...…..…………………………………… 46

5. Teknik Analisis Data………………………………………………….. 47

A. Ananlisis Deskriptif……………………………………………….. 47

B. Analisis Regresi Sederhana……………………………………….. 47

6. Rancangan Pengujian Hipotesis............................................................. 48

A. Uji Koefisien Korelasi (r)…………………………………………. 48

B. Uji Koefisien Determinasi (r2)…………………………………….. 49

C. Uji-t………………………………………………………………... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 52

4.1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk……………………………………. 52

A. Sejarah Singkat Perusahaan……………………………………....... 52

B. Visi dan Misi PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk…………. 54

Page 6: Skripsi Juliana

4.2 PT Bank Mandiri (Persero), Tb………………………………………. 55

A. Sejarah Singkat Perusahaan…………………..……………………. 55

B. Visi dan Misi PT Bank Mandiri (Persero), Tbk……………............ 58

4.3 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk……………………………. 58

A. Sejarah Singkat Perusahaan……………………………………...… 58

4.4 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk……………………………61

A. Sejarah PT Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk…………… 61

B. Visi dan Misi PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk………… 64

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 65

5.1 Analisis Non Performing Loan (NPL)…………………….................. 65

5.3 Analisis Loan to Deposit Ratio (LDR)………………………………. 67

5.3 Analisis Regresi Sederhana……….…………………………………. 70

A. Uji Heteroskedisitas……………………………………………….. 72

B. Uji Normalitas……………………………………………………… 77

C. Uji t………………………………………………………………… 77

5.4 Hasil Pengujian Hipotesis..................................................................... 78

A. Analisis korelasi (r)......................................................................... 79

B. Analisis Determinasi (r2)................................................................ 80

BAB VI PENUTUP 81

6.1. Kesimpulan………………………………………………………….. 81

6.2. Saran………………………………………………………………… 82

DAFTAR PUSTAKA 8

Page 7: Skripsi Juliana

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Total Non Performing Loan (NPL) Bank BRI (dalam %) Periode 2006

2010…………………………………………………………………… 65

Tabel 5.2 Total Non Performing Loan (NPL) Bank BNI (dalam %) Periode 2006-

2010…………………………………………………………………….. 65

Tabel 5.3 Total Non Performing Loan (NPL) Bank BTN (dalam %) Periode 2006-

2010…………………………………………………………………….. 65

Tabel 5.4 Total Non Performing Loan (NPL) Bank Mandiri (dalam %) Periode 2006-

2010…………………………………………………………………….. 66

Tabel 5.5 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BRI (dalam %) Periode 2006-

2007…………………………………………………………………… 67

Tabel 5.6 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BNI (dalam %) Periode 2006-

2007…………………………………………………………………… 67

Tabel 5.7 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BTN (dalam %) Periode 2006-

2007…………………………………………………………………… 67

Tabel 5.8 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Mandiri (dalam %) Periode 2006-

2007…………………………………………………………………… 68

Page 8: Skripsi Juliana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................. 41

Page 9: Skripsi Juliana

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.8 Scatterplot ............................................................................................ 73

Grafik 5.9 Histogram............................................................................................. 74

Grafik 5.10Normal P-P plot of Regression Standardized Residual ....................... 75

Page 10: Skripsi Juliana

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Bank adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit. Oleh karena itu, kredit menjadi salah satu

kegiatan operasional utama bank dalam upaya memperoleh laba. Penggunaan dana untuk

kredit perbankan mencapai 70%-80% dari volume usaha bank.

Walaupun kredit dianggap sebagai salah satu sumber utama, namun bukan berarti

perbankan lancar dalam kegiatan penyaluran kreditnnya. Kondisi dimana kredit yang

telah disalurkan bank kepada masyarakat dan ternyata tidak dapat dibayar kembali pada

pihak bank tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjanjian kreditnya, yang meliputi

pinjaman pokok dan bunga, menyebabkan kredit dapat digolongkan menjadi kredit

bermasalah atau non performing loan (selanjutnya disingkat NPL).

Jenis resiko ini tampaknya cukup berpotensi menimbulkan tekanan terhadap

stabilitas perbankan atau risiko kredit. Meskipun data yang ada pada PT. Bank BUMN

menunjukkan bahwa risiko ini cukup terkendali di tahun 2009 dan bahkan dari sisi rasio

NPL terdapat penurunan dalam beberapa tahun terakhir, namun kedepan akan mengalami

peningkatan.

Page 11: Skripsi Juliana

Keberadaan kredit macet dalam dunia perbankan merupakan suatu penyakit kronis yang

sangat mengganggu dan mengancam sistem perbankan Indonesia yang harus diantisipasi oleh

semua pihak terlebih lagi keberadaan bank mempunyai peranan strategis dalam kegiatan

perekonomian Indonesia. Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat

penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara

selektif dan terarah oleh bank kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan

sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai

sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun khusus untuk sektor

tertentu. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain :

1. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut

terutama dari bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya

administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu Usaha Nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik

dana investasi maupun dana untuk modal kerja, maka pihak debitur akan dapat

mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maka

semakin baik, semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan

diberbagai sektor. Bank dalam memberikan kredit, wajib mempunyai kenyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang

diperjanjikan, serta harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat karena

Page 12: Skripsi Juliana

kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko. Dalam pemberian kredit ini bank

menghendaki adanya jaminan atau agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti

pelunasan hutang bilamana dikemudian hari debitur cedera janji atau wanprestasi.

Jaminan kredit merupakan jaminan akan pelunasan kredit

yang diberikan kepada debitur dengan cara mengeksekusi objek jaminan kredit.

Hal-hal yang mendasari perkiraan ini adalah, pertama krisis global belum

sepenuhnya berakhir sehinga masih mungkin menyisakan dampak berupa peningkatan

resiko kredit. Kedua, dengan mulai membaiknya kondisi perekonomian pertumbuhan

kredit biasanya akan meningkat, sehingga kalau terlalu cepat bertumbuh dapat berpotensi

meningkatkan risiko kredit. Ketiga, jumlah kredit dengan kolektibilitas Dalam Perhatian

Khusus (golongan 2) pada PT. Bank BUMN masih cukup besar yaitu Rp. 670.603.710

per desember 2009. Apabila kondisi ekonomi tiba-tiba memburuk sehingga misalnya

25% dari kredit Dalam Perhatian Khusus akan mengalami peningkatan. Untuk

meminimalisir resiko kredit ini, kehati-hatian sangat perlu dijaga oleh bank.

Non Performing loan (NPL) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja fungsi

bank dalam mengelola bisnisnya. NPL yang tinggi menyebabkan timbulnya masalah

likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak bisa

ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang).

Penyebab terjadinya NPL pada sektor perbankan dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu: faktor internal bank, yang berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang

ditempuh pihak bank, baik manajemen maupun kualitas sumber daya manusia dan faktor

eksternal yang berhubungan dengan perekonomian, persaingan dan kondisi usaha debitur.

Page 13: Skripsi Juliana

Faktor-faktor internal bank merupakan faktor yang dapat dikendalikan dan

dikelola secara langsung oleh bank. Oleh kerena itu, Dalam penelitian ini penulis

menggunakan variable-variabel perhitungan rasio perbankan sebagai faktor-faktor

internal bank, yaitu Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap kredit macet Non Performing

Loan (NPL) pada Bank BUMN untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

tingkat NPL.

Kondisi tersebut menarik perhatian peneliti untuk menyusun Tugas Akhir dengan

judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NON

PERFORMING LOAN (NPL) PADA BANK BUMN”.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah :

1. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan signfikan terhadap

profitabilitas (LDR) PT Bank BUMN di Indonesia?

2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

` A. Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan

penelitian adalah untuk menunjukkan:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap

(LDR) pada PT Bank BUMN Di Indonesia.

Page 14: Skripsi Juliana

B. Manfaat Bagi penulis

Manfaat yang diharapkan dari kajian penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai literature tambahan bagi mahasiswa/i fakultas ekonomi yang ingin

melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai sumbangan informasi mengenai beberapa faktor yang memengaruhi non

performing loan untuk semua pihak yang membutuhkan

3. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai perbankan.

4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara

keseluruhan mengenai hal-halyang akan diuraikan dalam proposal ini. Secara garis besar

proposal ini terdiri dari tiga bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang : latar belakang masalah yang merupakan uraian

tentang aspek-aspek yang diungkapkan berupa fenomena-fenomena yang menjadi

masalah penelitian, perumusan masalah yang merupakan pertanyaan penelitian yang

didasarkan pada ruang lingkup permasalahan yang diteliti, pembatasan masalah yang

diperlukan agar permasalahan yang ada tidak akan meluas, tujuan penelitian dan manfaat

penelitian merupakan jawaban terhadap rancangan yang akan dikaji dalam penelitian,

metode penelitian menjelaskan mengenai cara yang digunakan dalam melakukan

penelitian, dan yang terakhir sistematika skripsi yang berisi garis besar skripsi ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Page 15: Skripsi Juliana

Dalam bab ini diuraikan tentang : tinjauan pustaka yang berhubungan dengan objek

penelitian. Dalam menganalisis permasalahan yang akan diulas yaitu Loan to Deposite

Ratio (LDR) terhadap Non Performing Loan (NPL). Secara keseluruhan terdiri dari :

tinjauan umum tentang bank, dana bank, biaya dana bank, suku bunga, dan pendapatan

bunga bank, hasil penelitian sebelumnya, kerangka pikir, hipotesis, serta model

penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang : metode yang digunakan, jenis dan sumber data,

teknik dan metode pengumpulan data, metode analisis data, operasionalisasi variabel,

serta teknik pengolahan data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan tentang : gambaran umum perusahaan yang diteliti dalam

hal ini bank persero yang ada di Indonesia.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang : Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap Non

Performing Loan (NPL) dan pengujian hipotesis.

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini diuraikan tentang : simpulan yang berisi kesimpulan yang telah teruji

dalam penelitian dan saran.

Page 16: Skripsi Juliana

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Bank

A. Pengertian Bank dan Perbankan

Undang-undang RI nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan undang-undang nomor 10 Tahun 1998 menyatakan Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan menyalurkan

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Hasibuan (2007) bahwa bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan

usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial asset) serta

bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.

Dahlan Siamat (2001) menjelaskan bahwa bank dalam melakukan usahanya

dalam menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank.

Page 17: Skripsi Juliana

B. Fungsi dan Tujuan Bank

Undang-undang RI nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan undang-undang nomor 10 Tahun 1998, menjelaskan bahwa fungsi

utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat. Tujuan Perbankan Indonesia menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, stabilitas

ekonomi kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006 menyatakan bahwa fungsi bank

secara umum adalah menghimpun dana dari masyarakat untuk berbagai tujuan atau

sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai

agent of trust, agen of development, dan agen of service.

1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam

penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan

dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya

bahwa dananya tidak disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan

baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang ditentukan simpanan tersebut

dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan menempatkan atau

menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya

unsur kepercayaan.

2. Agen of development

Page 18: Skripsi Juliana

Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi

lancarnya kegiatan perekonomian disektor riil. Kegiatan bank tersebut

memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi, serta

kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa investasi, distribusi,

konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran

investasi-distribusi-konsumsi ini adalah kegiatan pembangunan perekonomian

masyarakat.

3. Agen of service.

Disamping melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga

melakukan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang

ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat

secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan

barang berharga, bagian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

C. Klasifikasi Bank

Berdasarkan fungsi dan tujuan operasional, bank dapat dibagi menjadi:

1. Bank Sentral

Bank sentral memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian makro. Bank

sentral melakukan fungsinya dengan melakukan pengaturan, pengawasan, dan

Page 19: Skripsi Juliana

pembinaan terhadap sektor perbankan. Bank yang menjalankan fungsinya sebagai

bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia.

2. Bank Komersial

Bank komersial memiliki tujuan untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan

bank komersial diperoleh dari selisih antar suku bunga pinjaman dan suku bunga

penempatan dana pihak ketiga.

Bank komersial di Indonesia berdasarkan cakupan kegiatan operasionalnya dapat

dibagi menjadi :

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang ada dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Para ahli mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan

berorientasi laba.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang dalam kegiatannya jasa lalu lintas pembayaran dimana

kegiatan BPR hanya dibatasi pada intermediasi pada keuangan saja. Oleh karena itu,

biasanya BPR hanya beroperasi pada wilayah terbatas dan memiliki jumlah aset yang

lebih kecil dibandingkan bank umum.

Berdasarkan tata cara pengelolaan kegiatan operasionalnya, bank terbagi atas:

1. Bank Konvensioanal

Page 20: Skripsi Juliana

Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara

konvensional.

2. Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah.

Perbedaan mendasar antara kedua jenis bank ini salah satunya adalah dengan

tidak menerapkan sistem bunga, namun bedasarkan bagi hasil sesuai dengan ajaran

agama islam yang mengharamkan hukum riba (bunga).

Berdasarkan status kepemilikannya, bank di Indonesia dibedakan menjadi :

1. Bank Persero/ Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

Bank persero atau juga sering disebut BUMN adalah bank yang seluruh atau sebagian

besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah pusat.

2. Bank Pemerintah Daerah

Bank pemerintah daerah adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya

dimiliki oleh daerah.

3. Bank Swasta Nasional

Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya

dimiliki oleh pihak swasta nasional.

4. Bank Asing

Page 21: Skripsi Juliana

Bank asing adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh

pihak asing, yang membuka kantor cabangnya di Indonesia, dimana kantor pusatnya

berada diluar negeri.

5. Bank Campuran

Bank campuran adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki

pihak asing dan pihak swasta nasional.

Bedasarkan perizinan untuk melakukan transaksi dalam mata uang asing, bank

dapat dibedakan menjadi :

1. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang memiliki perizinan untuk dapat melakukan transaksi

dalam mata uang asing.

2. Bank non Devisa

Bank non devisa adalah bank yang tidak memiliki perizinan untuk dapat melakukan

transaksi dalam mata uang asing dan hanya menggunakan satu jenis mata uang

(rupiah) dalam transaksi perbankan.

C. Jenis-jenis Resiko dalam Perbankan

Resiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang

dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unantisipated)

yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Untuk dapat

menerapkan proses manajemen resiko, maka pada tahap awal bank harus secara tepat

mengidentifikasi resiko dengan cara mengenal dan memahami seluruh resiko yang sudah

Page 22: Skripsi Juliana

ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank, termasuk

risiko yang bersumber dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya.

Sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP/2003 tentang

Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, maka proses

identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan sistem informasi risiko Bank Umum dilakukan

terhadap jenis-jenis risiko tersebut:

1. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty)

memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas

fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana), treasuri dan investasi, dan

pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book maupun trading book.

2. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari

portofolio yang dimilki oleh bank, yang dapat merugikan bank (adverse movement).

Yang dimaksud dengan variabel pasar adalah suku bunga dan nilai tukar.

3. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu

memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dapat melekat pada

aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasuri dan investasi, kegiatan

pendanaan dan instrumen utang.

4. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan

atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau

Page 23: Skripsi Juliana

adanya problem eksternal yang memengaruhi operasional bank. Risiko operasional

dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan perkreditan

(penyediaan dana), treasuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan

perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi dan sistem informasi

manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.

5. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis,

yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-

undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhi syarat

sahnya kontrak dan pengikat agunan yang tidak sempurna.

6. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi

negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.

Bank harus melaksanakan prosedur untuk mengendalikan risiko reputasi secara

material memengaruhi kondisi usaha bank.

7. Risiko Strategik

Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan

pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak

tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Bank harus

menetapkan rencana strategik (corporate plan) dan rencana bisnis (business plan)

yang berjangka waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun secara tertulis dan

melaksanakan kebijakan tersebut.

Page 24: Skripsi Juliana

8. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

2. Kredit

A. Pengertian Kredit

Berdasarkan Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU

No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yaitu mewajibkan pihak

peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

B. Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup

membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah

diperjanjikan.

C. Penyebab kredit macet

Page 25: Skripsi Juliana

a. Error Omission (EO)

Timbulnya kredit macet yang ditimbulkan oleh adanya unsur kesengajaan

untuk melanggar kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

b. Error Commusion

Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan lemahnya peraturan atau

ketentuan yaitu memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas.

Kredit-kredit yang disalurkannya jika banyak yang macet akan menimbulkan

kerugian yang besar. Kerugian yang besar ini akan menghambat operasi perusahaan. Dan

supaya kegiatan perbankan tidak terganggu, maka nanti Pemerintah juga yang harus

memberi injeksi modal. Pemerintah hingga kini masih dominan dalam jumlah asset

terhadap keseluruhan aset perbankan nasional. Biasanya di saat kredit macet terjadi dan

dilakukan pemeriksaan, maka persoalannya tidak akan lepas dari EO dan EC atau bahkan

karena dua-duanya.

Berdasarkan pengalaman kasus-kasus perbankan nasional yang berkaitan dengan

kredit macet menimbulkan semacam persepsi yang cenderung menjadi suatu “mitos”

yang masih dianut, antara lain adalah :

1). Bahwa bank tidak mengalami kerugian akibat resiko kredit. Atas pemahaman

ini, maka merupakan kesalahan sekaligus “kejahatan” besar apabila pada

sebuah bank tercatat adanya kredit macet. Padahal risiko kredit jelas

merupakan risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihindari.

Page 26: Skripsi Juliana

2). Dalam setiap kasus kredit macet selalu diartikan itu karena terjadi kolusi dan

atau korupsi apakah oleh pihak oknum bankir ataupun oknum nasabahnya.

Hal tersebut bisa saja terjadi, tetapi tidak semua kredit macet karena kolusi

dan korupsi.

3). Dalam setiap penanganan kredit macet selalu mengutamakan pendekatan

“sapu jagat” di mana going concern baik bank dan perusahaannya menjadi

diabaikan. Kalau kredit macet itu karena ulah oknumnya, maka bukan berarti

bank ataupun perusahaannya harus dimatikan.

4). Ada kecenderungan kajian atas kredit macet mengabaikan term of reference

masa lalu. Kredit yang diputus tahun 2000, misalnya, dan kemudian macet

pada tahun 2004, maka berusaha dikaji atas dasar term of reference pada

tahun 2000. Misalnya, hal-hal yang berkaitan dengan asumsi.

Dengan pedekatan term of reference, biasanya akan diketahui apakah kredit macet

itu karena error omission atau error commission. Jadi kesalahannya bisa saja bukan pada

dasar keputusannya, tetapi karena masalah monitoring dan pembinaan bank terhadap

nasabahnya. Sama-sama salah, tetapi esensinya menjadi lebih jelas dan memudahkan

menemukan siapa yang bertanggung jawab, bukan siapa yang dipersalahkan.

Harusnya kalau kredit macet itu terbukti memang karena oknumnya yang salah,

maka segera saja proses secara hukum terhadap oknumnnya. Itu pun dengan tetap

menjaga asa praduga tak bersalah. Adalah sangat bijak kalau bank dan perusahaannya

bisa dibiarkan berjalan terus apakah oleh manajemen baru atau kalau perlu ditunjuk dari

Page 27: Skripsi Juliana

kalangan professional atas dasar penugasan dari negara. Sebab sangatlah tidak tepat dan

bijaksana kalau perusahaannya harus ditutup dimana para pekerjanya yang sama sekali

tidak bersalah akan ikut menjadi korbannya.

4. Penyelamatan dan penyelesaian kredit macet

Apabila sampai terjadi kredit bermasalah, maka harus melakukan upaya-upaya

dalam mengatasi kredit bermasalah sampai tidak ada alternative lainnya, serta

melakukan penghapusan kredit dan pengelolaan kredit yaitu telah dihapus bukukan.

Penyelamatan kredit bermasalah tersebut dilakukan dengan cara (Recedulling,

Reconditioning, Retructurng).

a. Penjadwalan kembali (Rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang hanya

menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.

b. Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh

syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran,

jangka waktu dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut

maksimum saldo kredit.

c. Penataan kembali (Restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang

meliputi reschedulling, reconditioning.

Page 28: Skripsi Juliana

5. Mencegah terjadinya kredit macet

Untuk mencegah terjadinya kredit macet pihak bank harus melakukan analisis

sebagai berikut kepada calon krediturnya. Analisis ini dapat dilakukan dengan

menggunakan kerangka 5C, 3R dan analisis Rasio.

a. Kerangka 5C

· Character

Pihak bank harus mengenali sifat dan watak calon kreditur. Apakah ia mau

memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit? Hal ini penting untuk diketahui,

karena dapat memengerahui keputusan untuk dapat memberikan kredit atau tidak.

Pihak bank harus memahami karakter calon kreditur menyangkut apakah kreditur

seseorang yang dapat dipercaya. Pihak bank dapat mengetahui dengan melihat

latar belakang calon kreditur baik itu pekerjaan, sifat pribadi, cara hidup, gaya

hidup, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.

· Capacity

Pihak bank harus mengukur kemampuan nasabah untuk melunasi kewajiban

hutangnya, melalui pengelolaan perusahaannya secara efektif dan efisien. Jika

Page 29: Skripsi Juliana

nasabah dapat menegelola perusahaannya dengan baik, maka perusahaan bisa

memperoleh keuntungan dan memungkinkan untuk dapat mengembalikan

pinjaman. Capacity dapat dilihat dari data-data masa lalu (track record)

perusahaan.

· Capital

Pihak bank dapat melihat kondisi keuangan nasabah melalui analisis keuangan,

seperti analisis rasio. Pihak bank sebaiknya melihat komposisi hutang dan modal

sendiri. Jika hutang terlalu besar, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami

kesulitan keuangan juga akan semaikn besar. Selain itu untuk melihat penggunaan

modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan yang

disajikan dengan pengukuran atas rasio-rasio keuangan. Analisis capital juga

harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk

persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan

(Capital Structure).

· Collateral

Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman. Jika karena sesuatu

hal, pinjaman tidak bisa dikembalikan, maka pihak bank berhak untuk meminta

jaminan tersebut.

· Conditions

Page 30: Skripsi Juliana

Pihak bank sebaiknya mempertimbangkan kondisi perekonomian, sosial, dan

politik yang dapat memengaruhi kemampuan nasabah untuk mengembalikan

pinjaman. Jika kondisi perekonomian memburuk, maka kemungkinan nasabah

mengalami kesulitan keuangan dapat semakin tinggi, yang membuat kemampuan

perusahaan mengalami kesulitan melunasi pinjaman.

b. Kerangka 3R

a. Returns

Pihak bank harus dapat memperkirakan bahwa kredit yang diberikan kepada

nasabah dapat menghasilkan return (pendapatan) yang memadai.

b. Repayment capacity

Pihak bank harus dapat memastikan bahwa nasabah mampu untuk melunasi

pinjamam dan bunganya pada saat pembayaran tersebut jatuh tempo.

c. Risk-bearing ability

Pihak bank perlu mempertimbangkan jaminan yang dimiliki oleh nasabah.

Jaminan tersebut dapat digunakan apabila nasabah menghadapi risiko

kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan

D. Unsur-Unsur Kredit

Page 31: Skripsi Juliana

Pengertian tersebut bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal

ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh

penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama,

berdasarkan hal-hal tersebut, maka unsur-unsur dalam kredit (Sinungan, 1993 : 3 - 4)

adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi (uang, jasa atau

barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali dimasa tertentu

yang akan datang.

2. Waktu

Waktu adalah bahwa antara pemberi prestasi dan pengembaliannya dibatasi oleh suatu

masa atau waktu tertentu. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai

agio uang bahwa uang sekarang lebih bernilai dari uang dimasa yang akan datang.

3. Degree of Risk

Degree of Risk adalah pemberian kredit menimbulkan suatu tingkat resiko, dimasa-

masa tenggang adalah masa yang abstrak. Resiko timbul bagi pemberi karena

uang/jasa/barang, jasa atau prestasi telah lepas kepada orang lain.

4. Prestasi

Prestasi adalah yang diberikan merupakan suatu prestasi yang dapat berupa barang,

jasa atau uang. Perkembangan pengkreditan di alam modern ini maka yang

dimaksudkan dengan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.

E. Fungsi Kredit

Page 32: Skripsi Juliana

Fungsi kredit (Sinungan, 1993 : 5-10) dalam kehidupan perekonomian,

perdagangan dan keuangan, pada garis besarnya meliputi hal yang utama sebagai berikut

:

1. Kredit dapat meningkatkan “Utility” dari modal atau uang

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dan peredaran barang.

4. Kredit sebagai alat untuk stabilitas ekonomi

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha pegawai (masyarakat).

6. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan ekonomi internasional.

F. Penilaian Dalam Pemberian Kredit

Calon nasabah yang mengajukan permohonan kredit diharuskan memenuhi

persyaratan yang telah dipenuhi tersebut, bank akan memberikan penilaian apakah calon

nasabah tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan kredit. Penilaian permohonan kredit

(Suyatno, 1997 :51-52) tersebut, terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan oleh bank

antara lain :

1. Character (Kepribadian atau watak).

Character adalah penilaian kepada calon debitur tentang kebiasaankebiasaan, sifat

pribadi, cara hidup, keadaan keluarga, hobi dan keadaan sosial. Penilaian karakter

memang cukup sulit, karena masing-masing individu memiliki watak dan sifat yang

berbeda-beda. Oleh karena itu para pengelola harus mempunyai keahlian dan

keterampilan serta pengetahuan psikologis untuk dapat menganalisa watak calon

Page 33: Skripsi Juliana

nasabah. Penilaian karakter ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana tingkat

kejujuran serta itikad baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya.

2. Capacity (kemampuan atau kesanggupan).

Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi

kewajiban-kewajibanya dari kegiatan usaha yang dilakukanya yang akan di biayai

dengan kredit dari lembaga pemberi kredit, kemampuan calon debitur ini dapat dilihat

dari maju mundurnya usaha serta manajemennya.

3. Capital (modal atau kekayaan).

Capital adalah jumlah dana sendiri yang dimiliki oleh calon debitur, yang

diikutsertakan dalam kegiatan usahanya. Penyelidikan terhadap capital pemohon tidak

hanya dilihat dari besar kecilnya gaji setiap bulannya, tetapi bagaimana distribusi gaji

bulananya ditempatkan oleh calon debitur.

4. Collateral (Jaminan)

Collateral (Jaminan) adalah barang jaminan yang diserahkan oleh calon debitur

sebagai agunan (jaminan) kredit yang diterimanya. Jaminan yang dimaksud meliputi

jaminan yang berupa benda bergerak dan tidak bergerak.

5. Condition of Economy

Condition of Economy adalah kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dapat

memengaruhi perekonomian pada kurun waktu tertentu yang secara langsung atau

tidak langsung memengaruhi kegiatan usahannya.

4. Jenis-Jenis Kredit

Page 34: Skripsi Juliana

Kredit (Siamat, 2001: 165-166) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

A. Menurut Jangka Waktu (maturity)

1. Kredit jangka pendek (short term-loan)

Kredit jangka pendek adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari

satu tahun. Misal kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan termasuk

kredit modal kerja.

2. Kredit Jangka menengah (medium-term loan)

Kredit Jangka menengah adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya 1 s/d 3

tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja misal untuk membiayai

pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit

investasi.

3. Kredit jangka Panjang (long-term loan)

Kredit jangka Panjang adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh

temponya melebihi 3 tahun

B. Menurut Tujuan Kredit

Menurut Tujuan Kredit di bagi atas :

1. Kredit konsumtif (consumer loan).

Page 35: Skripsi Juliana

Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan

debitur yang bersifat konsumtif misalnya, untuk membeli kendaraan, rumah, dan

sebagainya.

2. Kredit Produktif

Kredit Produktif adalah kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai

kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat mempelancar produksi. Misalnya :

kredit untuk pembelian bahan mentah biaya pemasaran dan sebagainya.

3. Kredit komersil (commercial loan)

Kredit komersil adalah kredit yang diberikan memperlancar kegiatan usaha nasabah di

bidang perdagangan. Kredit komersil ini meliputi antara lain : kredit untuk usaha

tokoan, kredit ekspor dan sebagainya.

C. Menurut Penggunaan Kredit

Berdasarkan penggunaanya, kredit dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal

kerja debitur. Kredit modal kerja ini pada prinsipnya meliputi modal kerja kerja untuk

tujuan komersil, industri, kontraktor bangunan dan sebagainya.

2. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk

digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal. Seperti untuk

membiayai pengadaan barang-barang modal atau jasa yang diperlukan dalam rangka

rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, relokasi dan sebagainya.

Page 36: Skripsi Juliana

5. Faktor-Faktor Kredit Macet

E. Pengertian Kredit Macet

Kredit macet menurut (Sinungan, 1993 : 57) adalah kredit yang tidak lancar dan

telah sampai pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh nasabah

bersangkutan, sedangkan menurut (Djumhana, 1996 : 267) kredit macet yaitu apabila

tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar, dan diragukan atau memenuhi kriteria

diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada

pelunasan atau usaha penyelamatan kredit atau kredit tersebut penyelesaiannya telah

diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau

telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.

Kredit macet menurut (Sukardji, 1984 :115) adalah piutang tak tertagih, Piutang

tak tertagih adalah jumlah klaim perusahaan yang ada pada pelanggan yang tidak dapat

ditagih karena suatu alasan tertentu, sedangkan menurut (Siamat, 1993 : 201) Kredit

Macet atau Problem Loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat

adanya faktor-faktor atau unsur-unsur kesengajaan atau karena kondisi diluar

kemampuan debitur. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah

Piutang yang tak tertagih atau kredit yang mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan

karena mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor tertentu.

B. Gejala-Gejala Kredit Macet

Page 37: Skripsi Juliana

Gejala kredit macet (Mahmoedin 1995 : 134-135). antara lain disebabkan oleh :

1. Menurunnya pendapatan bersih

Turunnya pendapatan bersih dapat disebabkan oleh menurunnya penerimaan atau

naiknya biaya.

2. Menurunnya Penjualan Secara tajam

Turunnya penjualan secara tajam adalah wajar dalam siklus hidup perusahaan, tetapi

jika penurunan penjualan secara sangat tajam merupakan tanda perusahaan akan

menemui titik kritis.

3. Menurunnya perputaran persediaan

Perputaran persediaan yang cepat akan memberikan kelancaran bagi perusahaan.

Tetapi jika perputaran tersebut kecepatannya menurun berarti banyak barang yang

tidak laku, berarti perusahaan diambang kesulitan.

4. Meningkatnya penjualan secara tajam

Naiknya penjualan secara tajam disebabkan perusahaan ingin mempunyai uang secara

cepat guna melakukan penjualan sehingga harga jual dibawah harga pokok.

5. Menurunnya perputaran piutang

Perputaran piutang yang cepat juga akan memberikan bagi perusahaan untuk segera

melikuiditas. Tetapi jika piutang sulit ditagih akan menimbulkan bagi perusahaan

dalam melanjutkan operasionalnya.

6. Menurunnya Modal lancar

Turunnya modal lancar dapat disebabkan karena melakukan pembelian, membekaknya

hutang kepada pihak ketiga dan mungkin karena pemborosan.

7. Nasabah mulai ingkar janji

Page 38: Skripsi Juliana

8. Nasabah membuat laporan fiktif

9. Nasabah tidak terbuka, yaitu dengan mengrahasiakan sesuatu hal yang erat kaitannya

dengan penggunaan kredit.

Apabila dilihat dari segi pelaku kredit, maka faktor-faktor kredit macet dari nasabah

adalah :

1. Kelemahan nasabah

a. Manajemen kurang (kurang menguasai manajemen kredit).

b. Tidak memiliki perencanaan yang baik

c. Produk ketinggalan jaman

d. Kalah bersaing

e. Lokasi usaha yang tidak tepat

f. Adminitrasi yang kacau

2. Kenakalan nasabah

a. Tidak jujur dan sukar ingkar janji

b. Melakukan penyimpangan penggunaan

c. Pola hidup yang boros atau mewah

d. Suka berbuat skandal

e. Suka berjudi dan berspekulasi.

Sinungan (1993 : 58-59) menyatakan bahwa penyebab kredit macet adalah kesulitan

keuangan yang dialami oleh debitur. Penyebab kesulitan keuangan dapat dikategorikan

menjadi 2 yaitu :

1. Faktor-faktor Intern (managerial Factor).

Page 39: Skripsi Juliana

Faktor-faktor Intern adalah faktor-faktor yang ada dalam diri perusahaan sendiri.

Dari segi managerial factor terjadinya kredit macet disebabkan oleh :

a. Kelemahan dalam kebijaksanaan pembelian dan penjualan

b. Tidak efektifnya kontrol atas biaya dan pengeluaran.

c. Kebijaksanaan tentang kebijaksanaan piutang yang tidak efektif

d. Penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap

e. Permodalan yang tidak cukup.

2. Faktor-faktor ekstern

Faktor-faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan.

Faktor-faktor ekstern meliputi :

a. Bencana Alam

Bencana alam adalah sesuatu yang tidak kita inginkan. Misalnya kebakaran, gempa

bumi, gunung meletus, angina topan, banjir, dan sebagainya.

b. Peperangan

Perang merupakan pengrusakan dan akibat dari peperangan ini merupakan bencana

yang diperbuat manusia, misal demontrasi, penjarahan, pembakaran dan lain-lain.

c. Perubahan kondisi perekonomian

Misal peraturan pemerintah terhadap suatu jenis barang,keadaan kritis misalnya

demontrasi, penjarahan, pembakaran dan lain-lain.

d. Perubahan teknologi

Page 40: Skripsi Juliana

Semakin majunya teknologi maka semakin efisien barang yang diproduksi sehingga

perusahaan yang tidak menggunakan modern akan kalah bersaing.

Berbagai pendapat tersebut maka faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet adalah :

1. Faktor Intern

a. Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi kesalahan dalam

pengambilan keputusan.

b. Kelemahan nasabah

1. Perencanaan

Perencanaan adalah gambaran sebelum sesuatu dilaksanakan. Untuk memulai usaha

tentunya harus ada rencana tentang pinjaman yang diambil untuk memperlancar

usaha atau memulai usaha agar usaha dapat berjalan dengan baik. Tanpa adanya

perencanaan maka pinjaman yang diperoleh tidak akan dapat dimanfaatkan untuk

menjalankan usaha secara lancar dan tidak terarah pada pencapaian tujuan usaha.

2. Pendapatan yang relatif rendah

Jika pendapatan yang diperoleh relatif rendah, nasabah sulit untuk mengembalikan

pinjaman, karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

3. Administrasi

Administrasi merupakan pengaturan suatu kegiatan secara teratur. Berjalannya

usaha harus dapat diatur administrasinya dan dikendalikan tentang pemasukan dan

pengeluaran keuangan agar jalannya usaha dapat teratur.

c. Kenakalan nasabah

Page 41: Skripsi Juliana

1. Pengambilan kredit diharapkan dapat digunakan sepenuhnya untuk menambah

modal, tetapi belum tentu hal itu dilakukan semua para pengusaha karena ada yang

menggunakan pinjaman tersebut untuk keperluan sehari-hari atau melunasi hutang

pada pihak lain sehingga pinjaman tersebut tidak optimal penggunaannya.

2. Itikad nasabah

Itkikad nasabah adalah niat atau keinginan untuk membayar pinjaman yang ada pada

diri responden.

Berdasarkan uraian tersebut telah dijelaskan beberapa faktor yang menyebabkan

timbulnya kredit macet tetapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa faktor

saja, seperti faktor Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition yang

kesemuanya itu dapat memberikan sebagai dasar penilaian kepada seseorang debitur

apakah layak untuk diberikan kredit atau tidak.

6. Non Performing Loan (NPL)

Salah satu resiko yang dihadapi oleh suatu bank adalah risiko tidak terbayarnya

kredit yang telah diberikan atau sering disebut dengan risiko kredit. Risiko kredit umumnya

timbulnya dari berbagai kredit bermsalah. Oleh sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga

kreditnya agar tidak berada dalam kategori kredit bermasalah.

Pengertian non performing loan menurut As. Mahmoeddin (2001), yaitu bahwa non

performing loan adalah kredit menepati jadwal angsuran sehigga terjadi tunggakan.

Menurut Rivai (2007), ada beberapa pengertian kredit bermasalah atau non

performing loan, yaitu:

1. Kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi target yang

diinginkan oleh pihak bank.

2. Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam

arti luas.

Page 42: Skripsi Juliana

3. Kredit yang mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajibannya terhadap bank,

baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, enda

keterlambatan, serta ongkos-ongkos bank yang berangkutan.

4. Kredit di mana terjadi cedera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian

sehingga terdapat tunggakan karena ada potensi kerugian di perusahaan debitur.

Non performing loan merupakan salah satu pengukuran risiko bank yang

menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Ukuran terbaik

NPL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia untuk NPL gross adalah dibawah 5%. Semakin

besar rasio NPL, semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank dan juga

mengindikasikan bahwa bank tersebut dapat mengalami masalah profitabilitas, karena

seharusnya bank memperoleh profit dari kegitan pemberian kredit, tetapi karena banyaknya

kredit bermasalah menimbulkan potensi kerugian kerugian bagi bank.

Sesuai dengan Surat Ederan Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember

2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan

tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia, NPL dirumuskan sebagai berikut:

Total Kredit BermasalahNPL = x 100% ( I )

Total Kredit

Keterangan:

1. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

2. Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit

kepada bank lain).

3. Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi Penyisihan Penghapusa Aktiva

Produktif).

7. Loan to Deposite Ratio (LDR)

Page 43: Skripsi Juliana

Adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang

diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank

(Teguh,1995).

Total KreditLDR = x 100% ( II )

Total Dana Pihak Ketiga

8. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Theodora (2011) menunjukkan bahwa

dari hasil uji statistic faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan non performing

loan, maka variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara tidak signifikan

terhadap NPL. Koefisien LDR bertanda negatif, menunjukkan antara NPL dan LDR

yang berlawanan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai LDR, maka nilai NPL

akan cenderung turun. Sedangkan variabel suku bunga kredit mempengaruhi nilai

NPL dengan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga kredit

ternyata tidak berpengaruh secara teoristis langsung terhadap tingkat NPL. Meskipun

efek kenaikan suku bunga secara teoristis langsung berpengaruh pada kemampuan

membayar kembali debitur dan berpotensi langsung berpengaruh pada kemampuan

membayar kembali debitur dan berpotensi meningkatkan kredit bermasalah (NPL).

Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Lubis (2006) dengan mengambil sampel

pada perbankan di Sumatra Utara tentang faktor-faktor yang mempengaruhi non

performing loan, menunjukkan bahwa hasil regresi hubungan antara variabel suku

bungan SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan NPL

perbankan di Sumatra Utara.

Page 44: Skripsi Juliana

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi non performing

loan juga dilakukan oleh Hermawan Soebagio (2005). Penelitian tersebut dilakukan

terhadap bank umun komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Aktiva

Produktif (KAP) mempunyai pengaruh paling kuat. Kondisi ini menunjukkan bahwa

baik buruknya kualitas kredit sangat kuat pengaruhnya terhadap terjadinya NPL.

Sedangkan variabel lainnya, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), tingkat suku bunga

Pinjaman Bank dan Loan to Deposit Ratio (LDR), ketiganya relatif lebih lemah,

namun ketiganya secara signifikan mempunyai andil dalam mempengaruhi terjadinya

NPL.

6. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Atas dasar pemikiran teoritis dan beberapa hasil penelitian terdahulu,

sebagaimana dijelaskan diatas, maka faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya non

performing loan dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 45: Skripsi Juliana

Pengelolaan Keuangan

- Tingkat Kesehatan Bank- Pemberian Kredit Nasabah

Kesimpulan

Rekomendasi

NPL

LDR

Kerangka Pikir :

Skema 1

BUMN

Sumber : Peneliti ( 2011)

Bank BUMN bergerak sebagai pengelolaan keuangan pada Bank BUMN Di Indonesia.

Dari pengeloalan keuangan dapat dilihat tingkat kesehatan bank dan pemberian kredti yang

diberikan oleh bank kepada masyaratkat. Pemberian kredit dapat dilihat menggunakan LDR atau

total kredit, untuk menentukan kredit tersebut bermasalah atau tidak dapat diukur menggunakan

NPL.

Page 46: Skripsi Juliana

Hipotesis :

Dari pokok permasalahan yang telah diuraikan dan kerangka pemikiran teoritis, maka

hipotesis yang dapat dikemukakan pada penelitian ini yaitu “diduga bahwa Non Performing

Loan (NPL) pada PT Bank BUMN di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Loan to Deposite Ratio (LDR)“.

Page 47: Skripsi Juliana

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Bank BUMN se Indonesia.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan:

1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau data yang berupa angka-angka,

dalam hal ini data yang merupakan laporan keuangan PT Bank BUMN Se-Indonesia.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan yaitu:

1. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan berupa buku-buku,

majalah, dan literatur yang berkaitan erat dengan masalah yang dibahas.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pustaka (Library Research) adalah suatu metode pengumpulan data dengan

cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literartur karya ilmiah, majalah dan

buku-buku yang menyangkut teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas.

2. Dokumentasi adalah metode yang dilakukan dari internet.

Page 48: Skripsi Juliana

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui ada pengaruh loan to deposit

ratio terhadap pendapatan non performing loan. Adapun variabel yang terkait dalam

penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

tidak bebas/terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah loan to deposit.

Variabel ini diberi simbol X.

2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah non performing loan. Variabel ini

diberi simbol Y.

Atas dasar variabel di atas, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian,

yaitu:

Dimana: X = Loan to Deposit Ratio

Y = Non Performing Loan

3.5. Definisi Operasional Variabel

Tabel berikut ini menggambarkan penjabaran dari variabel-variabel penelitian dalam

konsep dan indikator-indikator yaitu:

X Y

Page 49: Skripsi Juliana

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Jenis Variabel Sub.Variabel

Konsep Indikator Skala

KebijakanPemberian

Kredit(X)

Loan toDeposit Ratio

Loan to Deposit Ratiomerupakan rasio untukmengukur komposisijumlah kredit yangdiberikan dibandingkandengan jumlah dana yangmasyarakat yangdigunakan.

LDR =PersentaseLoan toDeposit Ratio

Rasio

NonPerforming

Loan(Y)

NonPerforming

Loan

Non Performing Loanmerupakan persentasekredit bermasalah dengankriteria kurang lancar,diragukan dan macetterhadap total kredit yangdisalurkan (SK Dir BINomor 31/147/KEP/DIRtahun 1998).

NPL =PersentaseNonPerformingLoan

Rasio

Sumber: Peneliti 2011

3.6. Teknik Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dari perusahaan yang berhubungan dengan penelitian

ini dianalisis agar dapat memecahkan masalah dan membuktikan kebenaran hipotesis yang telah

diajukan sebelumnya dengan menggunakan teknik analisis sebagai berikut :

A. Ananlisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis kebijakan pemberian kredit pada PT

Bank BUMN Se-Indonesia. Analisis deskriptif adalah analisis yang mengacu pada deskripsi

kondisi perusahaan yang di lakukan dan kemudian dari analisis yang dilakukan ditarik sebuah

kesimpulan.

Page 50: Skripsi Juliana

B. Analisis Regresi Sederhana

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel independen

Kebijakan pemberian kredit (Loan to Deposit Ratio) terhadap variabel dependen (Non

Performing Loan) dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan rumus :

Y^ = a + bx (III)

Untuk mendapatkan nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut:

b = ∑ ∑ (∑ ) ∑ (∑ ) (IV)

a =∑ ∑ ∑ (∑ )∑ (∑ ) atau a =

∑-∑

(V)

Dimana :

X = Loan to Deposit Ratio dalam persentase

Y = Non Performing Loan dalam persentase

a = penduga bagi intercept (α)

b = penduga bagi koefisien regresi (β)

n = jumlah periode sampel (laporan keuangan)

3.5 Rancangan Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan “kebijakan pemberian kredit (LDR) berpengaruh

signifikan terhadap Non Performing Loan pada PT Bank BUMN Se-Indonesia”, maka digunakan

pengujian sebagai berikut :

Page 51: Skripsi Juliana

a. Uji Koefisien Korelasi (r)

Antara Kebijakan pemberian kredit (LDR) dan Non Performing Loan dapat dihitung

korelasinya (r) dengan rumus :

rxy = ∑ ∑ (∑ )( ∑ (∑ ) ( ∑ ∑ ) ) (VI)

Dimana:

n = jumlah periode sampel (laporan keuangan)

r = koefisien korelasi

Untuk mengetahui besarnya hubungan dengan koefisien korelasi antara kedua variabel,

maka digunakan patokan interpretasi nilai r dari Sugiyono (2008:124) sebagai berikut :

Tabel 3.2Interpretasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2008:124)

b. Uji Koefisien Determinasi (r2)

Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas

Page 52: Skripsi Juliana

dengan variabel terikat. Nilai r2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ r2 ≤ 1). Tujuan

menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut :

Kd = r2 x 100% (VII)

Dimana :

Kd = koefisien determinasi

r2 = jumlah kuadrat dari koefisien korelasi

c. Uji-t

Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (Loan to Deposit

Ratio) terhadap variabel dependen (Non Performing Loan). Adapun langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam uji-t ini yaitu :

1) Merumuskan hipotesis

H0 : Tidak terdapat pengaruh dan kontribusi yang signifikan antara Loan to Deposit

Ratio terhadap Non Performing Loan pada PT Bank BUMN Se-Indonesia.

Ha : Terdapat pengaruh dan kontribusi yang signifikan antara Loan to Deposit Ratio

terhadap Non Performing Loan pada PT Bank BUMN Se-Indonesia.

2) Menentukan tingkat signifikasi (α) dengan degree of freedom (df) dengan rumus

n – k – 1 dengan tujuan untuk menentukan ttabel.

3) Menentukan thitung dengan rumus :

t = √√ (VIII)

Page 53: Skripsi Juliana

Dimana :

t = nilai thitung

r = nilai koefisien korelasi

r2 = jumlah kuadrat dari koefisien korelasi

n = jumlah periode sampel (laporan keuangan)

4) Membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut :

H0 ditolak, Ha diterima jika thitung > dari ttabel

H0 diterima, Ha ditolak jika thitung ≤ dari ttabel

Page 54: Skripsi Juliana

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

a. Sejarah Singkat Perusahaan

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia,

merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank

Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan

Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang

tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini,

tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari

pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah

Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank

Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu

ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak

sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara

Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi

pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.

Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari

identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir

Page 55: Skripsi Juliana

tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai

'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' -

ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.

Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara

Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan

melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan

lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas

perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi

dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk

menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi

masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun

pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan

sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI

bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa

menjadi kebanggaan negara.

b. Visi dan Misi PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

Visi BNI

Page 56: Skripsi Juliana

Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan Terdepan

dalam Layanan dan Kinerja.

Pernyataan Visi

Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan

harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer.

Misi BNI

1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh

nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice).

2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.

3. Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan

berprestasi.

4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.

5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik.

4.2 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk

a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Bank Mandiri (Persero), Tbk berdiri tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian

dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.

Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank

dagang Negara, Bank Ekspor Impor (Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia

(Bapindo) bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat bank tersebut dapat

ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank tersebut telah turut membantu

riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.

Page 57: Skripsi Juliana

Bank Dagang Negara (BDN) merupakan salah satu bank tertua di Indonesia.

Sebelumnya, BDN dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang

didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1875. Pada tahun 1949, namanya berubah

menjadi Escompto Bank NV. Selanjutnya pada tahun 1960, Escompto Bank

dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank

pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.

Bank Bumi Daya (BBD) didirikan melalui proses panjang yang bermula dari

nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handlesbank NV menjadi Bank

Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya

merupakan bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak

untuk melanjutkan operasi bank tersebut pada tahun 1965. Bank Umum Negara

digabungkan kedalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama Bank Negara Indonesia

Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya .

Sejarah Bank Ekspor Impor (Exim) Indonesia berawal dari perusahaan dagang

Belanda NV Nederlandsche Handles Maatschappijin, pada tahun 1870 pemerintah

Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960 dan selanjutnya pada tahun

1965 perusahaan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun1968

Bank Negara Indonesia dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara

Indonesia Unit II divisi Ekspor Impor, yang pada akhirnya Bank Exim, Bank Pemerintah

yang membiayai kegiatan ekspor impor.

Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berasal dari Bank Industri Negara (BIN)

sebuah bank industri yang didirikan pada tahun 1951. Misi Bank Industri Negara adalah

Page 58: Skripsi Juliana

mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan,

industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai Bank Milik Negara pada tahun

1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan

jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi, dan

pariwisata. Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan

keuangan yang telah berpengalaman selama 140 tahun. Masing-masing dari empat bank

bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi.

Setelah melalui proses panjang dan persiapan yang sangat berat, pada tanggal 14

Juli 2003 akhirnya Bank Mandiri melaksanakan pencatatan saham perdana dengan kode

saham BMRI di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada penawaran saham

perdana tersebut, saham Bank Mandiri mengalami oversubscribed sebesar lebih dari 7

kali. Proses diinvestasi saham pemerintah pada Bank Mandiri tersebut didasarkan pada

Peraturan pemerintah No.27 tahun 2003 tentang penjualan saham Negara RI pada Bank

Mandiri. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa penjualan saham Bank

Mandiri akan dilakukan melalui pasar modal dan atau kepada mitra strategis dengan

jumlah maksimal 3% dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dan disetor.

Dengan kinerja yang semakin membaik dan keberhasilan program transformasi

bisnis dalam beberapa tahun terakhir, Bank Mandiri bertekad memasuki tahapan strategis

yaitu menjadi salah satu bank terkemuka di kawasan Regional Asia Tenggara. Visi

strategis tersebut diawali dengan tahapan mengembangkan kekuatan di semua segmen

nasabah untuk menjadi universal bank yang mendominasi pasar perbankan domestik,

dengan fokus pada pertumbuhan segmen consumer dan commercial. Dengan menguasai

Page 59: Skripsi Juliana

pasar Indonesia sebagai Fastest Growing Market di Asia Tenggara. Bank Mandiri berada

dalam posisi lebih menguntungkan dibandingkan pesaing-pesaing regional.

b. Visi dan Misi PT Bank Mandiri (Persero), Tbk

Visi Bank Mandiri yaitu : “Bank Terpercaya Pilihan Anda”.

Misi Bank Mandiri yaitu :

1. Berorientasi pemenuhan pasar.

2. Mengembangkan sumber daya manusia profesional.

3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder.

4. Melaksanakan manajemen terbuka.

4.3 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (“BRI”, “Bank”, atau “Perseroan”)

merupakan salah satu bank terbesar dan tertua di Indonesia yang berdiri sejak 16

Desember 1895. Saat ini, BRI berkantor pusat di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman

Kav. 44-46, Jakarta 10210, Indonesia. Pada awalnya, Perseroan adalah sebuah

badanpengelola dana masjid yang bertugas untuk mengelola dan menyalurkan dana

kepada masyarakat dengan skema yang sangat sederhana. Seiring perjalanan waktu, De

Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden lahir pada tanggal 16

Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Lembaga yang didirikan oleh Raden Aria

Wiriatmaja ini semakin berkembang dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Setelah

mengalami beberapa kali perubahan nama, seperti Hulp-en Spaarbank der Inlandshe

Bestuurs Ambtenareen, De Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank atau

Page 60: Skripsi Juliana

Volksbank, pada tahun 1912 berubah menjadi Centrale Kas Voor Volkscredietwezen

Algemene, dan Algemene Volkscredietbank (AVB) tahun 1934.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, AVB diubah menjadi Syomin Ginko.

Pada 22 Februari 1946, Pemerintah Indonesia mengubah lembaga ini menjadi Bank

Rakyat Indonesia (BRI) dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946, dan BRI

menjadi bank pertama yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia. Sebagai bank

pemerintah, BRI banyak berperan sebagai ujung tombak Pemerintah dalam pembangunan

perekonomian nasional. Pemerintah kemudian mengubah nama BRI menjadi Bank

Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) pada 1960. Berdasarkan Undang-undang No. 21

tahun 1968, Pemerintah menetapkan kembali nama Bank Rakyat Indonesia sebagai bank

umum, kemudian berdasarkan Undangundang Perbankan No. 7 tahun 1992, BRI berubah

nama dan status badan hukumnya menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).

Perseroan hingga kini tetap fokus pada bisnis di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) dan member inspirasi berbagai pihak untuk mendayagunakan sektor

UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional.

BRI menjadi Perseroan Terbuka pada 10 November 2003 dan mencatatkan 30%

sahamnya di Bursa Efek Jakarta, kini Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kode saham

BBRI. Saat ini saham Perseroan tergabung dalam indeks saham LQ45 dan termasuk salah

satu saham blue chip di BEI. BRI tumbuh pesat baik dari segi aset, jumlah kredit yang

dikucurkan, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, laba yang dihasilkan, dan

kualitas aset yang terjaga. Sampai dengan 31 Desember 2009, BRI memiliki lebih dari 32

juta rekening yang terdiri dari nasabah perorangan, pelaku usaha mikro dan kecil,

perusahaan menengah dan besar, baik lembaga swasta maupun pemerintahan.

Page 61: Skripsi Juliana

Pertumbuhan kredit mencapai 27,62% pada tahun 2009, sedangkan pertumbuhan DPK

mencapai 26,12%. Hingga akhir tahun 2009, BRI memiliki lebih dari 6.300 unit kerja

yang terdiri dari Kantor Wilayah, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas,

BRI Unit maupun Teras BRI. Selain memiliki jaringan kerja yang luas BRI juga

memberikan layanan BRI Prioritas bagi nasabah pilihan di beberapa Kantor Cabang.

Sedangkan untuk mendekatkan diri dengan nasabah, hingga 31 Desember 2009 BRI

memiliki 3.778 Anjungan Tunai Mandiri (ATM), 60 kiosk, 20 Cash Deposit Machine

(CDM), 6.398 Electronic Data Capture (EDC) dan terintegrasi ke lebih dari 25.000

jaringan ATM Link, ATM Bersama, dan ATM Prima. Selain jaringan ATM, layanan

elektronik BRI juga dilengkapi oleh fasilitas phone banking 24-jam, SMS Banking dan

Internet Banking. Pada penghujung 2009, Pemerintah Republik Indonesia memiliki

56,77% saham dan sisanya dimiliki oleh masyarakat pemodal. Nilai kapitalisasi pasar

saham BRI pada akhir tahun 2009 mencapai Rp94,37 triliun atau sekitar 4,82% dari total

kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia.

4.4 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk

a. Sejarah PT Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk

Awal sejarah berdirinya BTN dimulai sejak Belanda menginjakkan kakinya

pertama kali di Indonesia. Puncak dari perjuangan BTN dalam memperjuangkan

keberadaannya itu pada tahun 1897. Para pelaku dalam pengembangan BTN pada saat itu

yakin bahwa tahun itulah sebagai puncak dari cikal bakal berdirinya BTN. Hal ini

didasari oleh adanya Koninklijk Besluit No. 27 di Hindia Belanda yang menyatakan

adanya pendirian Postpaarbank ini berkedudukan di Batavia. Pendirian Postpaarbank

Page 62: Skripsi Juliana

tersebut mempunyai tujuan antara lain untuk mendidik masyarakat pada saat itu agar

gemar menabung.

Pada tahun 1942, Jepang memasuki Indonesia dan secara resmi mengambil alih

kekuasaan Belanda di Indonesia dan Postpaarbank yang merupakan bank karya kolonial

Belanda dibekukan. Sebagai gantinya pemerintah Jepang mendirikan Tyokin Kyoku.

Setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka Tyokin Kyoku diambil alih oleh

pemerintah Indonesia dan namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos atau disingkat

KTP. Pembentukan KTP pada saat iti diprakarsai oleh Bapak Darmoesoesanto selaku

direktur pertama KTP.

Pada tahun 1946 terjadi Agresi Militer Belanda dan berhasil menduduki kantor-

kantor cabang KTP yang tersebar di Indonesia. Namun Agresi Belanda tidak berlangsung

lama dan pada tahun 1949 pemerintah RI membuka kembali KTP sekaligus mengganti

nama KTP menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia. Usai dikukuhkannya Bank

Tabungan Pos RI sebagai satu-satunya lembaga tabungan di Indonesia, pada tahun 1950

kemudian pemerintah mengganti namanya menjadi Bank Tabungan Pos.

Selanjutnya dalam perjalanannya BTN merupakan sebuah unit dari Bank Negara

Indonesia, dimana saat itu BTN masuk ke dalam Unit V. Karena sebagai sebuah unit dari

Bank Negara Indonesia, maka pada saat itu BTN sempat kehilangan kekuasaan dan

wewenang. Hal ini patut dimaklumi karena BTN langsung ditempatkan di bawah

kekuasaan urusan Bank Sentral masa itu, sementara BTN hanya dipimpin oleh seorang

Direktur Koordinator yang sangat sulit dalam pengembangannya.

Page 63: Skripsi Juliana

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 tahun 1963

Lembaran Negara Republik Indonesia No. 62 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, maka

resmi sudah nama Bank Tabungan Pos diganti namanya menjadi Bank Tabungan Negara.

Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden No. 17 tahun 1965, seluruh Bank

Umum Milik Negara termasuk Bank Tabungan Negara beralih statusnya menjadi Bank

Tunggal Milik Negara, yang pada akhirnya berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun

1998 yang sebelumnya diprakarsai dengan Undang-Undang Darurat No. 50 tahun 1950

tanggal 9 Februari 1950 resmi sudah status Bank Tabungan Negara sebagai salah satu

bank milik negara dengan tugas utama saat itu untuk memperbaiki perekonomian rakyat

melalui penghimpunan dana masyarakat terutama dalam bentuk tabungan. Kemudian

sejarah BTN mulai diukir kembali dengan ditunjuknya oleh Pemerintah Indonesia pada

tanggal 29 Januari 1974 melalui Surat Menteri Keuangan RI No. B-49/MK/I/1974

sebagai wadah pembiayaan proyek perumahan rakyat.

Pada tahun 1989 Bank BTN beroperasi sebagai bank umum dan mulai

menerbitkan obligasi. Pada tahun 1992 status hukum Bank BTN berubah menjadi

perusahaan perseroan. Bank BTN selanjutnya mendapat ijin sebagai Bank Devisa pada

tahun 1994. Kemudian sekuritisasi aset Bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia

yang melakukan pendaftaran transaksi Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset

(KIK EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing

transaksi tersebut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.

Page 64: Skripsi Juliana

b. Visi dan Misi PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk

Sebagai pedoman dalam mengelola usahanya, Direksi Bank BTN telah

menetapkan Visi dan Misi Bank BTN yang wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh

setiap pegawai. Adapun visi dan misi Bank BTN ialah sebagai berikut :

Visi

Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.

Misi

1. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri

terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.

2. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan

produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.

3. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,

profesional dan memiliki integritas tinggi.

4. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-

hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder

Value.

5. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

Page 65: Skripsi Juliana

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Non Performing Loan (NPL)

Data mengenai NPL diperoleh dari laporan keuangan dalam bentuk perhitungan rasio

keuangan masing-masing bank pada tahun 2006-2010. Berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia, perhitungan NPL adalah dengan cara membandingkan jumlah

kredit bermasalah yang disalurkan oleh bank dengan penjumlahan total kredit tidak dikurangi

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Perhitungan dilakukan oleh bank yang bersangkutan

kemudian laporannya dipublikasikan di Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Perhitungan Non

Performing Loan (NPL) seperti yang disajikan seperti di bawah ini :

Total Kredit BermasalahNPL = x 100% (IX)

Total Kredit

Berikut ini disajikan besarnya Total Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit

Ratio (LDR) Tahun 2006-2010.

Tabel 5.1Total Non Performing Loan (NPL)

Tahun 2006-2010(dalam %)

No. Tahun Non Performing Loan (NPL)1. 2006 75.692. 2007 69.803. 2008 79.934. 2009 72.885. 2010 88.98

Sumber : Laporan Keuangan PT. BRI, 2011

Page 66: Skripsi Juliana

Tabel 5.2Total Non Performing Loan (NPL)

Tahun 2006-2010(dalam %)

No. Tahun Non Performing Loan (NPL)1. 2006 49.202. 2007 60.603. 2008 68.604. 2009 70.465. 2010 70.55

Sumber : Laporan Keuangan PT. BNI, 2011

Tabel 5.3Total Non Performing Loan (NPL)

Tahun 2006-2010(dalam jutaan rupiah)

No. Tahun Non Performing Loan (NPL)1. 2006 78.932. 2007 83.753. 2008 92.384. 2009 101.835. 2010 108.42

Sumber : Laporan Keuangan PT. BTN, 2011

Tabel 5.4Total Non Performing Loan (NPL)

Tahun 2006-2010(dalam %)

No. Tahun Non Performing Loan (NPL)1. 2006 57.702. 2007 57.203. 2008 54.304. 2009 56.645. 2010 61.32

Sumber : Laporan Keuangan PT. Mandiri, 2011

Page 67: Skripsi Juliana

5.2 Analisis Loan to Deposit Ratio (LDR)

Data mengenai LDR diperoleh dari laporan keuangan dalam bentuk perhitungan rasio

keuangan masing-masing bank pada tahun 2006-2010. Berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia, perhitungan LDR adalah dengan cara membandingkan jumlah

kredit yang disalurkan oleh bank dengan penjumlahan total dana pihak ketiga ditambah dengan

modal sendiri. Perhitungan dilakukan oleh bank yang bersangkutan kemudian laporannya

dipublikasikan di Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Perhitungan Loan to Deposit Ratio

(LDR) seperti yang disajikan seperti di bawah ini :

LDR = 100%Berikut ini disajikan besarnya Rasio LDR tahun 2006-2010.

Tabel 5.5Total Loan to Deposit Ratio (LDR)

Tahun 2006-2010(dalam %)

No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)1. 2006 3.052. 2007 2.053. 2008 3.754. 2009 3.525. 2010 2.28

Sumber : Laporan Keuangan PT. BRI, 2011

Tabel 5.6Total Loan to Deposit Ratio (LDR)

Tahun 2006-2010(dalam %)

No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)1. 2006 1.662. 2007 2.803. 2008 3.214. 2009 2.905. 2010 3.17

Page 68: Skripsi Juliana

Sumber: Laporan Keuangan PT. BNI, 2011

Tabel 5.7Total Loan to Deposit Ratio (LDR)

Tahun 2006-2010(dalam %)

No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)1. 2006 2.462. 2007 2.653. 2008 2.984. 2009 2.665. 2010 2.89

Sumber: Laporan Keuangan PT. BTN, 2011

Tabel 5.8Total Loan to Deposit Ratio (LDR)

Tahun 2006-2010(dalam %)

No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)1. 2006 1.552. 2007 1.353. 2008 1.164. 2009 1.405. 2010 1.45

Sumber: Laporan Keuangan PT. Mandiri, 2011

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui tingkat Loan to Deposite Ratio (LDR) yang

dimiliki oleh PT. BRI selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : pada tahun 2006

tingkat NPL nya adalah sebesar 3.05% dimana nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa 3.05% dari

total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total pinjaman, disalurkan dalam bentuk

kredit.

Page 69: Skripsi Juliana

Pada tahun 2007 mengalami penurun sebesar 1% dari tahun sebelumnya menjadi 2.05% yang

dapat diinterpretasikan bahwa 2.05% total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total

pinjaman, disalurkan dalam bentuk kredit.

Pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 3.75% yang berarti bahwa dari total total

kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total pinjaman, 3.75% disalurkan dalam bentuk

kredit.

Pada tahun selanjutnya 2009 kembali mengalami penurunan sebesar 0.23% menjadi

3.52%, yang berarti 3.52% dari total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan dari total

pinjaman, disalurkan dalam bentuk kredit.

Sementara pada tahun 2010 tingkat NPL yang dimiliki menurun jika dibandingkan tahun

2008 yaitu sebesar 2.28% yang berarti dari total total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun

dan total pinjaman, 2.28% disalurkan dalam bentuk kredit.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat Non Performing Loan (NPL) yang

dimiliki PT. Bank BUMN se-Indonesia selama lima tahun terakhir (2006-2010) memenuhi syarat

penilaian tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan yaitu sebesar 5%, dimana pada tahun

2006-2010 dibawah 5% menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan berada dalam kondisi

yang sehat jika berdasarkan teori, kondisi ini akan berdampak menurunnya kredit bermasalah

yang diperoleh oleh Bank BUMN.

5.3 Analisis Regresi Sederhana

Dari data yang telah diperoleh dari PT bank Tabungan Negara (Persero), penulis

dapat melakukan pembahasan tentang pengaruh loan to deposit ratio terhadap non performing

loan selama periode 2006-2010.

Page 70: Skripsi Juliana

Selanjutnya untuk membuktikan hipotesa pada poin dua yang diajukan dalam penulisan

ini maka dalam pengujian empiris penulis menggunakan metode regresi linier sederhana. Untuk

mempermudah perhitungan regresi, maka dalam penelitian ini diselesaikan dengan bantuan

perangkat lunak komputer program SPSS 16.0. Dari output Variables Entered/Removed,

diperoleh bahwa variabel independen (X) yang dimasukkan ke dalam model adalah loan to

deposit ratio dan variabel dependennya (Y) adalah non performing loan dan tidak ada variabel

yang dikeluarkan (removed). Pembuatan persamaan regresi sederhana dapat dilakukan dengan

menginterpretasikan angka-angka yang ada di dalam unstandardized coefficient beta.

Tabel 5.9Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit

Ratio (LDR) Se- IndonesiaPeriode Tahun 2006-2010

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .438 .711 .617 .545

LDR .028 .010 .563 2.890 .010

a. Dependent Variable: NPL

Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)

Sumber : Data Statistik yang Diolah, 2011

Pada penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linear sederhana sebagai

berikut:

Page 71: Skripsi Juliana

Y^ = a + bX (X)

Dari tabel di atas tersebut dengan memerhatikan angka yang berada pada kolom

Unstandardized Coefficients Beta, maka dapat dibentuk persamaan regresi sederhana sebagai

berikut :

Y^ = 0.428 – 0.028X (XI)

Angka-angka dalam persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Nilai koefisien intercept (a) adalah 0.438

Nilai koefisien intercept (a) sebesar 0.438 mengandung pengertian bahwa pada saat tingkat

loan to deposit ratio 0%, maka tingkat pendapatan non performing loan (Y) adalah sebesar

0.438

2. Nilai koefisien regresi (b) adalah 0.028

Nilai koefisien regresi (b) sebesar 0.028 mengandung pengertian bahwa setiap terjadi

perubahan tingkat loan to deposit ratio (X) sebesar 1 %, maka akan menyebabkan penurunan

tingkat non performing loan (Y) sebesar 0.028%.

A. Uji Heteroskedisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi

yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk

mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman dan

barlett.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas

dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi varabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

Page 72: Skripsi Juliana

pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SPRESID dimana sumbu Y adalah Y

yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak

di Studentized.

1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka

mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Jika ada titik-titik yang

membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasi telah terjadi

heterokedasitas.

Grafik 5.1

Sumber ; hasilSPSS (Lampiran)

Page 73: Skripsi Juliana

Berdasarkan plot di atas bahwa tidak ada plot yang jelas dan titik-titik menyebar di atas

dan di bawah sumbu y sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedisitas.

Grafik 5.2

Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)

Berdasarkan dari histogram di atas, menunjukkan pola regresi normal yang

memenuhi asumsi normalitas karena histogram yang ada menyerupai lonceng

(mendekati pola distribusi normal)

Page 74: Skripsi Juliana

Grafik 5.3

Data Sumber:Data Statistik yang Diolah

Selain melihat histogram, normalitas bisa diuji dengan melihat analisis grafik.

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal

tersebut.

Page 75: Skripsi Juliana

B. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan

variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk

normalitas antara lain : analisis grafik dan analisis statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas

dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya :

2) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik

histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi

normalitas.

3) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

C. Uji t

Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah hipotesis null (H0) dan hipotesis

alternatif (Ha) diterima atau ditolak, maka dilakukan uji statistik t (uji-t) dengan tingkat

signifikansi 5% (α = 0,05). Uji-t ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel independen (loan to deposit ratio) terhadap variabel dependen (non performing loan).

Pada tabel berikut dapat kita lihat hasil uji-t yaitu :

Page 76: Skripsi Juliana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .438 .711 .617 .545

LDR .028 .010 .563 2.890 .010

b. Dependent Variable: NPL

Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)

Nilai statistik uji t yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS adalah sebesar 2.890

dengan signifikansi 0.010. Hal ini berarti telah memenuhi syarat thitung > ttabel yakni 2.890 > 2.88

dan signifikansi kurang dari 5% pada taraf kepercayaan 61.7%. Dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan Ha diterima.

5.4 Hasil Pengujian Hipotesis

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan kontribusi loan to

deposit ratio (X) terhadap non performing loan (Y), maka dilakukan pengujian hipotesis, untuk

menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya melalui analisis berikut ini :

A. Analisis korelasi (r)

Analisis korelasi (r) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana korelasi atau hubungan

antara kredit konsumtif dan pendapatan bunga kredit. Dari data yang telah diolah, maka

diperoleh hasil :

Page 77: Skripsi Juliana

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .563 .317 .279 .66846

a. Predictors: (Constant), LDRb. Dependent Variabel: NPL

Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)

Nilai r menunjukkan korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen.

Nilai r berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungan akan semakin erat.

Sebaliknya, jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Nilai r pada tabel di atas yaitu

0.563, artinya korelasi antara variabel loan to deposit ratio dengan variabel non performing loan

sebesar 0,563. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang tidak erat antara loan to deposit ratio

dengan non performing loan karena nilai r tidak mendekati 1.

B. Analisis Determinasi (r2)

Koefisien determinasi (r2) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Nilai r2 yang semakin mendekati satu maka

variabel independen yang ada dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel dependen, dan begitu juga sebaliknya. Besarnya koefisien

determinasi (r2) antara 0 sampai dengan 1. Dari analisis data, diperoleh hasil :

Page 78: Skripsi Juliana

Tabel

Koefisien Determinasi (r2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .563 .317 .279 .66846

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R Square atau koefisien determinasi (r2)

adalah 0.563. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan lon to deposit ratio dalam mempengaruhi

tingkat non performing loan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebesar 56.3% atau

dengan kata lain loan to deposit ratio berpengaruh sebesar 56.3% terhadap tingkat non

performing loan bank. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 43.7% dipengaruhi oleh variabel-

variabel lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Page 79: Skripsi Juliana

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah peneliti paparkan terhadap data penelitian yang

telah tekumpul yang kemudian di olah, mengenai pengaruh dari tingkat Non Performing Loan

(NPL) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) bank pada PT Bank BUMN di Indonesia yang

menjadi objek penelitian, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada identifikasi masalah yang menjadi acuan dasar

dari maksud dan tujuan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

Non Performing Loan (NPL) tidak mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap

Loan to Deposite Ratio (LDR). Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien korelasi

dengan menggunakan analisis korelasi. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien

korelasi yang tidak positif. Nilai korelasi tidak positif berarti bahwa apabila Non Performing

Loan (NPL) bank tidak meningkat.

Tingkat Loan to Deposite Ratio (LDR) berpengaruh lemah terhadap Non Performing

Loan (NPL) pada PT. Bank BUMN di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil koefisiensi

kolerasi.

Page 80: Skripsi Juliana

Kontribusi loan to deposit ratio terhadap non performing loan pada PT Bank BUMN

(Persero) dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya. Hal ini berarti kontribusi loan to

deposit ratio berpengaruh terhadap non performing loan. Dan sisanya sebesar di penegaruhi oleh

variabel lainnya.

Hasil estimasi dari model regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

independen menjelaskan jumlah LDR, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar

model penelitian ini.

6.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, pembahasan, dan merumuskan kesimpulan dari

hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan

penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan dan pertimbangan yang berguna

bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain :

1. Bagi Pihak Perbankan

Setelah mengamati dan menganalisa hasil penelitian, penulis melihat terdapat beberapa

hal yang dapat dijadikan masukan bagi praktisi dan pengguna jasa industri perbankan.

Peneliti menyarankan agar bank lebih meningkatkan lagi kualitas penyaluran

kreditnya agar tidak terjadi kredit bermasalah, dan lebih aktif menyalurkan dana

kepada masyarakat sampai pada batas yang diterapkan oleh Bank Indonesia yaitu

sebesar 85%-110%. Hal ini disarankan karena hasil persentase Non Performing

Loan (NPL) yang dicapai oleh Bank BUMN di Indonesia selama lima tahun

terakhir masih di bawah standar tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan

Page 81: Skripsi Juliana

adalah antara lain dengan mempermudah syarat pengajuan kredit dan memberi

tingkat suku bunga yang relatif rendah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah ini

secara mendalam. Pendalaman pada penelitian ini akan lebih akurat dan maksimal

apabila sampel yang diambil diperluas, baik dari jenis-jenis bank maupun periode tahun-

tahun yang diteliti.

Page 82: Skripsi Juliana

L A M P I R A N

Page 83: Skripsi Juliana
Page 84: Skripsi Juliana

REGRESSION

/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Y

/METHOD=ENTER X

/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)

/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)

/CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).

Page 85: Skripsi Juliana

Regression

Notes

Output Created 08-May-2011 17:11:03

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 35

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any

variable used.

Page 86: Skripsi Juliana

Syntax REGRESSION

/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN

TOL CHANGE ZPP

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Y

/METHOD=ENTER X

/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)

/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)

/CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).

Resources Processor Time 00:00:03.978

Elapsed Time 00:00:03.528

Memory Required 1348 bytes

Additional Memory Required for Residual

Plots912 bytes

Page 87: Skripsi Juliana

[DataSet0]

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

NPL 2.4470 .78720 20

LDR 72.9580 16.09577 20

Correlations

NPL LDR

Pearson Correlation NPL 1.000 .563

LDR .563 1.000

Sig. (1-tailed) NPL . .005

Page 88: Skripsi Juliana

LDR .005 .

N NPL 20 20

LDR 20 20

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LDRa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: NPL

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .563a .317 .279 .66846

Page 89: Skripsi Juliana

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .563a .317 .279 .66846

a. Predictors: (Constant), LDR

b. Dependent Variable: NPL

Model Summaryb

Change Statistics

Durbin-WatsonR Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

.317 8.349 1 18 .010 .998

a. Predictors: (Constant), LDR

b. Dependent Variable: NPL

Page 90: Skripsi Juliana

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.731 1 3.731 8.349 .010a

Residual 8.043 18 .447

Total 11.774 19

a. Predictors: (Constant), LDR

b. Dependent Variable: NPL

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .438 .711 .617 .545

LDR .028 .010 .563 2.890 .010

Page 91: Skripsi Juliana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .438 .711 .617 .545

LDR .028 .010 .563 2.890 .010

a. Dependent Variable: NPL

Coefficientsa

95% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics

Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF

-1.055 1.932

.008 .048 .563 .563 .563 1.000 1.000

a. Predictors: (Constant), LDR

Page 92: Skripsi Juliana

b. Dependent Variable: NPL

Coefficient Correlationsa

Model LDR

1 Correlations LDR 1.000

Covariances LDR 9.078E-5

a. Dependent Variable: NPL

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) LDR

1 1 1.978 1.000 .01 .01

2 .022 9.407 .99 .99

a. Dependent Variable: NPL

Page 93: Skripsi Juliana

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.7929 3.4233 2.4470 .44313 20

Std. Predicted Value -1.476 2.203 .000 1.000 20

Standard Error of Predicted

Value.149 .369 .203 .059 20

Adjusted Predicted Value 1.8191 3.6579 2.4744 .47655 20

Residual -.77333 1.11106 .00000 .65063 20

Std. Residual -1.157 1.662 .000 .973 20

Stud. Residual -1.234 1.714 -.019 1.020 20

Deleted Residual -.87951 1.18182 -.02736 .71665 20

Stud. Deleted Residual -1.253 1.821 -.006 1.042 20

Mahal. Distance .000 4.854 .950 1.239 20

Cook's Distance .000 .202 .052 .051 20

Centered Leverage Value .000 .255 .050 .065 20

a. Dependent Variable: NPL

Page 94: Skripsi Juliana

Charts

Page 95: Skripsi Juliana
Page 96: Skripsi Juliana